SPIRITUALITAS EKARISTI
SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI • RITUS PEMBUKA • LITURGI SABDA • LITURGI EKARISTI
• RITUS PENUTUP
RITUS PEMBUKA • Tanda Salib • Salam • Doa Tobat • Madah Kemuliaan • Doa Pembuka
LITURGI SABDA • • • • • • • •
Bacaan I Mazmur Tanggapan Bacaan II Bait Pengantar Injil Injil Homili Syahadat Doa umat
LITURGI EKARISTI 1. PERSIAPAN PERSEMBAHAN •Kolekte •Perarakan Persembahan •Pencampuran air dan anggur •Doa pribadi imam •Pembasuhan tangan •Doa Persiapan Persembahan
LITURGI EKARISTI 2. DOA SYUKUR AGUNG •Prefasi •Aklamasi Kudus •Doa Syukur 3. KOMUNI •Bapa Kami •Ritus Damai •Komuni •Doa setelah Komuni
RITUS PENUTUP • Pengumuman • Amanat Singkat • Salam dan Berkat • Pengutusan
PERTANYAAN 1. Bagaimana Ekaristi dengan susunan seperti di atas menjadi sebuah PERAYAAN? 2. Bagaimana perayaan Ekaristi menjadi inspirasi bagi suatu cara hidup (SPIRITUALITAS)?
3 UNSUR “PERAYAAN” EKARISTI • Mempersatukan: - mempersatukan dengan Tuhan - mempersatukan dengan sesama • Meneguhkan: - memberi makna, kekuatan, harapan, inspirasi pada umat yang merakan • Mengutus: - mendorong untuk menjadi saksi iman dalam kehidupan sehari-hari
Bagaimana umat sungguh-sungguh dipersatukan, diteguhkan dan diutus dalam PERAYAAN Ekaristi? Bagaimana Ekaristi sungguh menjadi PERAYAAN yang mempersatukan, meneguhkan dan mengutus?
TANDA SALIB: Tanda yang mempersatukan
TANDA SALIB • Tanda yang menampilkan keesaan Allah dalam 3 pribadi yang mempersatukan kita dan mengundang kita sebagai persekutuan persaudaraan, sebaai keluarga Gereja, apapun latar belakang kita. • Dalam suasana di mana ikatan persaudaraan makin hilang, undangan ini memberi makna baru dan menjadi visi-misi Gereja (Bdk. Yoh 13:34-35; 17:21-23)
TANDA SALIB • Tanda salib = tanda yang menyelamatkan. Kita diselamatkan oleh Allah Tritunggal dan lewat salib kita diundang untuk masuk dalam keselamatan Tuhan (1 Ptr 2:24) • Setiap kali kita membuat tanda salib, kita meneguhkan keyakinan iman bahwa kita diselamatkan.
DOA TOBAT - KEMULIAAN • Tobat adalah sikap batin yang paling tepat di hadapan Allah Mahabesar dan Mahatinggi. • Pertobatan ini dilakukan bersama untuk makin meneguhkan ikatan persekutuan penuh kerendahan hati dalam nama Allah Tritunggal. • Pertobatan sejati didasari pengalaman akan kebaikan dan kerahiman Tuhan. • Syukur karena diampuni Allah segera disusul dengan pujian. Kita diundang untuk menjadi komunitas yang memuji Allah.
BACAAN SABDA TUHAN • “Manusia hidup dari firman yang keluar dari mulut Allah” (Ul 8:3; Mat 4:4). Yesus, Sang Roti Hidup, diterima dari 2 meja, meja Sabda dan meja Ekaristi (DV 21). • Yang dihidupi adalah iman kita, yang bertumbuh karena “mendengarkan sabda dan melakukannya”. • Sabda Tuhan mempunyai daya mengubah kita, meneguhkan dan mengobarkan semangat kita (Luk 24:32)
BACAAN SABDA TUHAN • Konsekuensi praktis: - lektris: membutuhkan kesadaran mendalam sebagai “corong Tuhan” bagi umat - imam: perlu menangkap pesan Tuhan dan memahami kehidupan umat agar bisa meneguhkan iman umat - umat: perlu menjadi umat yang terbuka untuk dibimbing dan diubah oleh sabda Tuhan.
SYAHADAT • Pewartaan Sabda Tuhan ditanggapi dengan Syahadat, yang merangkum sejarah keselamatan. • Pengucapan syahadat mewujudkan persatuan Gereja sepanjang masa, mempertahankan kesinambungan Gereja dari masa ke masa yang tepat beriman kepada Allah Tritunggal. • Syahadat mengundang untuk memahami rumusan iman yang dihayati dalam kenyataan hidup yang tidak selalu mudah.
DOA UMAT • Doa umat adalah ungkapan iman bahwa kita mengandalkan Allah, bahwa dan boleh memohon padaNya. • Allah yang menyampaikan bimbinganNya juga adalah Allah yang memahami kebutuhan manusia. • Doa ini juga menunjukkan solidaritas Gereja bagi mereka yang membutuhkan rahmat Allah.
PERSEMBAHAN • Umat mempersembahkan kolekte. Ini adalah ungkapan mempersembahkan jerih payah kehidupan kepada Tuhan. • Imam menyatukan persembahan umat ini dengan persembahan roti dan anggur, “hasil bumi dan usaha manusia” yang diubah Roh Kudus menjadi “roti kehidupan”. • Hidup kita penuh anugerah yang selalu bisa dipersembahkan kepada Tuhan. • Mempersembahkan hal sederhana adalah tantangan di suasana konsumerisme ini.
PREFASI – KUDUS • Prefasi berisi ajakan untuk “mengarahkan hati dan bersyukur kepada Tuhan”. Kita hanya bisa bersyukur karena menemukan kebaikan Tuhan: Ia menyelamatkan kita. Ia Mahakudus! • Dalam doa prefasi, selalu dikenangkan peristiwa penyelamatan dalam nama Kristus dan alasan kita pantas dan selayaknya bersyukur. Kita diundang terus-menerus untuk menemukan kebaikan Tuhan dan mensyukurinya.
DOA SYUKUR AGUNG • Kenangan akan keselamatan diarahkan pada peristiwa sengsara dan kematian Yesus memberi makna pada penderitaan manusia dan berdaya menyembuhkan. • Dalam Perayaan Korban ini kita belajar tentang pemberian diri, tentang wujud kasih Allah, tentang makna penderitaan. • Dua kali dimohon kehadiran Roh Kudus: - mengubah roti-anggur Tubuh-Darah Kristus - mempersatukan Gereja
DOA SYUKUR AGUNG • Permohonan kepada Roh Kudus untuk mempersatukan Gereja percaya pada Roh Tuhan yang selalu membimbing dan melengkapi Gereja dengan banyak anugerah. • Kesatuan Gereja terwujud setempat (di paroki dan keuskupan) maupun di seluruh dunia, melampaui batas-batas apa pun. Dalam Ekaristi kita diundang untuk mencari yang mempersatukan umat manusia. • Kesatuan Gereja terwujud dalam persekutuan para kudus dan mereka yang sudah mati.
BAPA KAMI – DOA DAMAI • Doa Bapa kami mulai dengan kedekatan relasi dengan Allah “Bapa”, disusul dengan menyampaikan kebutuhan akan “makanan” dan kebutuhan rohani akan damai sejahtera. • Salam damai mengungkapkan iman akan Kristus yang mempersatukan kita dalam hubungan penuh damai. Hidup dalam damai adalah persiapan yang baik untuk menerima dan bersatu dengan Kristus. Inilah hakekat komuni, communio.
PENGUTUSAN - BERKAT • Ritus penutup hakekatnya adalah pengutusan. Pengalaman akan perjumpaan dengan Yesus dalam Ekaristi mendorong pengutusan (visi misi. Lih. 1 Yoh 1:1) • Yesus yang membimbing dengan Sabda, yang menguatkan dengan Komuni, juga menyertai yang diutus (Mat 28:20). • Penyertaan ini diteguhkan dengan berkat Tuhan oleh Allah Tritunggal berkat yang meneguhkan Gereja sebagai komunitas misioner.