1
Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD FAWAID NIM. 11110157
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016 1
i
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMA NEGERI 3 MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata-I (S-I) Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.)
Oleh:
Ahmad Fawaid NIM. 11110157
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016 i
ii
iii
HALAMAN PRSEMBAHAN
Kecemasan tidak akan menghasilkan apapun selain sebuah ketakutan. Hanyalah orang yang terus mengeluh yang tidak akan mengenal kata bersyukur di dalam hidupnya, karena disesaki dengan kesedihan. Tiada mutiara kata paling indah, selain rasa syukur atas segala nikmat dan anugerah ilahi. Untaian kata paling bermakna tertulis rapi dalam karyaku ini, untuk kalianlah karya ini ku persembahkan:
1. Bapak dan Mamah tersayang yang telah mendidik, mendukung, serta mendoakan anaknya dalam segala macam kondisi. 2. Adik - adikku Tajul Arifin & Rifa Nurwiladati yang menjadi motivator dan penyemangat.
iv
HALAMAN MOTTO
َان ۡٱل َب ۡح ُر م َد ً۬ادا ل َكل َمٰـت َ بى َل َنف َد ۡٱل َب ۡح ُر َق ۡب َل َأن َت َنفد َ ُقل َّل ۡو َك ِ ِِ ِ ِ ر ِ ً۬ َ َ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ ُ ٰ َ َ ) ١٠٩ : ك ِلمـت رِبى ولو ِجئنا ِب ِمث ِل ِهۦ مددا (الكهف Katakanlah, Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat – kalimat tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. (Q.S Al-Kahfi : 109)
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang”. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rosulillah SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya-Nya. Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu penulisan ini juga disusun sebagai bentuk partisipasi penulis dalam mengembangkan hazanah keilmuan dan sebagai wujud partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama menjadi mahasiswa. Penyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran dan dukungan beberapa pihak terkait yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan. Oleh karena itu, rangkaian ungkapan terima kasih penulis sampaikan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Ayahanda tercinta, dan Ibunda terkasih yang senantiasa mendo’akan, membina, mendidik, mengarahkan dan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada putranya untuk menuntut ilmu dengan harapan menjadi manusia yang
viii
berguna bagi agama dan bangsa, dan adik-adikku, serta semua keluarga yang telah mendukung dalam terselesaikannya skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Bapak Dr. Marno Nurullah, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Bapak Drs. A. Zuhdi, MA. selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing yang dengan
penuh
kesabaran
meluangkan
waktu
untuk
membimbing,
mengarahkan dan mencurahkan tenaga untuk memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 3 Malang yang telah menerima serta mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi di lembaga yang dipimpinnya.
7. Bapak Muhammad Aminullah, S.Pd.i selaku Guru Pendidikan Agama Islam yang telah telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian terkait upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius. 8. Seluruh Karyawan, Staf bagian Tata Usaha yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan informasi sekolah. 9. Almamaterku Yayasan Pondok Pesantren Al-Masthuriyah dan semua penghuninya, semoga ilmu yang didapat bermanfaat di dunia dan akhirat.
ix
10. Teman-teman Boss Coffee crew yang telah membantu penulis dengan kopikopinya yang menggugah semangat demi terselesaikannya skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan
yang
sangat
bermanfaat
bagi
penulis
demi
terselesaikannya penyusuan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi kosa kata penulisan, bahasa, dan lain-lain. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Malang, 19 Mei 2016
Penulis
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: A. Huruf
ا
=a
=زz
= قq
= بb
=سs
= كk
= تt
= شsy
= لl
= ثts
= صsh
م
= جj
= ضdl
= نn
= حh
= طth
= وw
= خkh
= ظzh
ه
=h
د
=d
‘=ع
ء
=,
ذ
= dz
=غgh
= يy
= رr
=m
=فf
B. Vokal Panjang
C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang = â
= أوaw
= أوû
Vokal (i) panjang
= أيay
= إيî
=î
Vokal (u) panjang = û
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Bukti Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
: Dokumentasi SMA Negeri 3 Malang
Lampiran 3
: Dokumentasi Foto-foto di SMA Negeri 3 Malang
Lampiran 4
: Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 5
: Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Pendidikan Kota Malang
Lampiran 6
: Bukti telah melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Malang
Lampiran 7
: Riwayat Hidup Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. vi HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN .............................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii ABSTRAK...................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 9 E. Ruang lingkup pembahasan ...................................................................... 9
xiii
F. Definisi operasional ............................................................................... 13 G. Sistematika pembahasan ........................................................................ 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Tentang Kepala Sekolah ..................................................... 13 1. Pengertian Kepala Sekolah................................................................. 13 2. Tugas dan fungsi kepala sekolah ....................................................... 24 B. Penciptaan Suasana Religius .................................................................. 37 1. Pengertian Penciptaan Suasana Religius .......................................... 37 2. Konsep dalam Penciptaan Suasana Religius ..................................... 43 3. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius .......... 48
BAB III Metode Penelitian A. Lokasi Penelitian ................................................................................... 50 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 50 C. Data dan Sumber Data ........................................................................... 52 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 54 E. Teknik Sampling dan Subjek Penelitian .................................................. 57 F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 58 G. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 60 H. Tahap-tahap Penelitian .......................................................................... 63
xiv
BAB IV Hasil Penelitian A. Profil Sekolah .......................................................................................... 64 1. Sejarah Singkat dan Letak Geografis SMA Negeri 3 Malang ........... 64 2. Visi dan Misi ................................................................................... 67 3. Tujuan ............................................................................................. 69 4. Kurikulum ....................................................................................... 71 5. Sarana dan Pra Sarana...................................................................... 77 6. Data Siswa ...................................................................................... 77 7. Data Guru ....................................................................................... 78 B. Temuan Penelitian ................................................................................... 80 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang .............................................................................. 80 2. Faktor yang mendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang .........................................87 3. Faktor Yang Menghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang ..................................... 89 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang .................................................................................... 91 B. Faktor yang mendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang .................................................97
xv
C. Faktor yang menghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang............................................100 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 102 B. Saran .................................................................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105 LAMPIRAN
xvi
ABSTRAK Fawaid. Ahmad. 2016. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing, Drs. A. Zuhdi., M.A. : Upaya Kepala Sekolah, Suasana Religius Kata Kunci Pendidikan sebagai tempat proses belajar-mengajar yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya akan ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik, termasuk dengan kepemimpinan kepala sekolah salah satu faktor yang paling penting. Fokus penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?, 2) Apa saja faktor yang mendukung upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?. Apa saja faktor yang menghambat upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan (1) wawancara, (2) observasi, (3) dokumentasi. Informan ditentukan melalui teknik purposive sampling. Sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan tiga tahap analisis yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data penulis menggunakan triangulasi dan pengecekan teman sejawat. Upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang diimplementasikan kedalam beberapa program yaitu 1) Bhawikarsu religi, sebuah kegiatan literasi di SMA Negeri 3 Malang pada pagi hari sebelum dimulainya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yaitu kegiatan membaca asma’ul husna dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an Juz 30 (Juz ‘Amma) 2) program membaca Al-Qur’an dengan metode bil qolam. 3) tahfidz Al-Qur’an. Adapun faktor pendukung Upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang yaitu 1) kepercayaan orangtua siswa yang tinggi terhadap lembaga sekolah. 2) Faktor yang mendukung selanjutnya adalah membangun networking yang baik. SMA Negeri 3 Malang dikenal memiliki networking yang luas, kerja sama antara lembaga juga gencar dilakukan. Sedangkan faktor yang menjadi hambatan Upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Adalah keistiqomahan guru dalam mengawal kegiatan – kegiatan sekolah. Kontinuitas atau kesinambungan keikhlasan para guru dalam mengawal kegiatan sekolah ini dicermati dan disadari sendiri oleh kepala sekolah sebagai pekerjaan rumah (PR) nya.
xvii
ملخص البحث فوائد .امحد . 2016 .اجلهد مدير املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج. البحث اجلامعي .شعبة الرتبية االسالمية .كلية علوم الرتبية و التعليم .جامعة موالان مالك ابراهيم اإلسالمية احلكومية ماالنج .املشرف :أ .زهدي املاجستري. الكلمة الرئيسية :اجلهد مدير املدرسة ,جو الديين التعليم ابعتباره عمليات التدريس والتعلم اليت تقوم بتطوير ونشر املعرفة .فإن املفهوم األساسي وتنفيذه أيضا حتديد مسار التعليم يف حياة اإلنسان .ومع ذلك ،على مستوى توفري التعليم بدأت يف التعامل مع التغيري االجتماعي .ألن هناك حاجة التعليم يف التخطيط لتنفيذ هيكل تنظيمي جيد ،مبا يف ذلك قيادة الرئيسي واحدة من أهم العوامل. ويركز هذا البحث هي .) ١ :كيف اجلهد مدير املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ ماالنج.؟ .) ٢ما هي العوامل اليت تدعم مدير املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج.؟. .)٣ما هي العوامل اليت تعوق مدير املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج.؟. استخدمت هذه الدراسة املنهج الكيفي مع املنهج الوصفي .تقنية مجع البياانت املستخدمة ( )١املقابلة، ( )٢مراقبة )٣( ،واثئق .يتم حتديد املخربين من خالل تقنية ) .(purposive samplingحتليل البياانت ابستخدام حتليل حتليل نوعي وصفي من ثالث مراحل )١( :للحد من البياانت )٢( ،بياانت )٣( ،االستنتاج .للتحقق من صحة البياانت والتحقق من املؤلف يستخدم أقرانه التثليث. اجلهد مدير املدرسة يف خلق جو ديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج نفذت يف العديد من الربامج: )Bhawikarsu( .)١الدينية ،نشاط حمو األمية ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج يف الصباح وقبل بداية أنشطة عم) .)٢ التعليم والتعلم ( ) KBMيقرأ األمساء احلسين واصل مع قراءة سورة القصرية من القرآن أبجزاء ( ٣٠جزاء ّ برانمج لقراءة القرآن الكرمي مع طريقي ابلقلم .)٣ .حتفيظ القرآن .العوامل دعم جهود املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج ) ١الثقة العالية من اآلابء واألمهات اىل املؤسسات املدرسة .)٢ .العوامل اليت تدعم األخرى هي إنشاء الشبكات جيدة .ومن املعروف مدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج أن يكون له الشبكات واسعة ،كما أجريت بشكل مكثف التعاون بني الوكاالت .اما أن العوامل اليت تعوق مدير املدرسة يف خلق جو الديين ابملدرسة العالية احلكومية ٣ماالنج هي إستقامة املدارسني يف حراسة األنشطة املدرسة .إستقامة أو اإلستمرارية املدرسني يف مرافقة األنشطة املدرسة تدركه مدير املدرسة كما الواجبات املنزلية عليه. xviii
ABSTRACT Fawaid. Ahmad. 2016. Headmaster's Effort in Creating Religious Atmosphere in Public Senior High School 3 Malang. Thesis. Faculty of Tarbiyah and Learning Sciences. State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Adviser : A. Zuhdi., M.A. Key words : Headmaster’s effort, Religious Atmosphere. Education as a teaching-learning processes that develop and spread knowledge. The basic concept and its implementation will also determine the course of education in human life. However, at the implementation level of education began to deal with social change. Because education is needed in planning the implementation of a good organizational structure, including the leadership of the principal one of the most important factors. The focus of this research are: 1) How headmaster's effort in creating religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang ?, 2) What are the factors that support the headmaster's effort in creating religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang ?. What are the factors that hinder headmaster's effort in creating religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang ?. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data accumulations technique used (1) interview, (2) observation, (3) documentation. Informants are determined through purposive sampling technique. Data analysis using descriptive analysis qualitative analysis of three stages: (1) data reduction, (2) data, (3) conclusion. To check the validity of the data and checking the author uses triangulation peers. Headmaster's effort in creating religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang implemented into several programs: 1) Bhawikarsu religious, a literacy activity in SMA Negeri 3 Malang in the morning before the start of the Teaching and Learning Activities (KBM) is reading holy name (Asma’ul Husna) and continued with read short chapter from the holy Quran Juz 30 (Juz 'Amma) 2) program to read the Qur'an with Bilqolam methods. 3) Tahfidz Qur'an. The factors supporting the Headmaster's effort in creating religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang, 1) High trust from the parents to school institutions. 2) The next factors that support is establish good networking. Public senior High School 3 Malang is known to have extensive networking, cooperation between agencies is also intensively conducted. While the factors that become the principal obstacle efforts in creating a religious atmosphere in Public senior High School 3 Malang is continuity (Istiqomah) of the teachers in guarding school activities. The teachers Continuity or sincerity in escorting school activities is observed and realized solely by the principal as homework (PR) it.
xix
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
sebagai
tempat
proses
belajar-mengajar
yang
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Konsep dasar dan pelaksanaannya akan ikut menentukan jalannya pendidikan di tengah kehidupan manusia. Namun demikian, pada tingkat pelaksanaannya pendidikan mulai menghadapi perubahan sosial. Karena dalam merencanakan pelaksanaan pendidikan diperlukan struktur organisasi yang baik, termasuk dengan kepemimpinan kepala sekolah salah satu faktor yang paling penting. Lembaga pendidikan formal yang dipercaya masyarakat sebagai wadah untuk membentuk manusia yang berwawasan luas dan berpendidikan adalah sekolah. Menurut Wahyu Sumidjo bahwa “sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagaimana organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifat unik, menunjukan
bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri
tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan
1
2 sekolah memiliki karakter tersendiri di mana terjadi proses belajar mengajar tempat terselenggaranya kehidupan umat manusia.”1 Karenanya sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membentuk peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, sekolah merupakan kemajuan pendidikan dan berdampak terhadap kemajuan peradaban manusia. Untuk menjadikan sekolah agar dapat memiliki nilai daya saing yang diperhitungkan, maka sekolah memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah juga. Kepala sekolah yang berhasil apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melakukan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung jawab untuk mempimpin sekolah. Seorang pemimpin mempunyai tanggung
jawab yang berat,
mengingat perannya yang sangat besar, keuletannya serta kewibawaannya dalam membuat langkah-langkah baru sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagaimana ditulis oleh, Bernard Kutner, yang dikutip oleh Evendy M. Siregar tentang kepemimpinan “Dalam kepemimpinan tidak ada asas yang universal, yang Nampak ialah proses kepemimpinan dan pola hubungan antar pemimpinnya. Fungsi utama kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari perwakilan (group representation). Seorang pemimpin harus mewakili kelompoknya sendiri. Mewakili kelompoknya mengandung 1
Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tujuan teoritik dan permasalahannya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 81.
2
3 arti bahwa si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi berbagai aktifitas, kristalisasi kebijaksanaan kelompok dan penilaian terhadap macam peristiwa yang baru terjadi dan membawakan fungsi kelompok. Selain itu seorang pemimpin juga merupakan perantara dari orang dalam kelompoknya di luar kelompoknya.” 2 Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukan bahwa kepala sekolah adalah yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Beberapa diantara kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas dan menentukan irama bagi sekolah mereka.3 Pendidikan yang dalam pelaksanaannya melahirkan suatu konsep pemindahan
pengalaman
kepada
anak
didik,
kegiatan
pemindahan
pengalaman serta mengembangkannya itu kemudian menempati tempat khusus dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan fungsi dan tanggung jawab tersebut diatas, maka sebagaimana yang tercantum dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 UU No.20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, 2
Evendy M. Siregar, Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, (Jakarta: PD. Mari Belajar, 1989), hal. 152. 3 Ibid., hal. 82.
3
4 sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”4 Untuk mewujudkan dari tujuan pendidikan nasional di atas diserahkan oleh masing-masing sekolah. Jadi sekolah berkewajiban mengatur dan membentuk siswanya agar menjadi orang seperti yang tertuang di dalam Undang-undang tersebut. Salah satu upaya sekolah untuk membentuk siswanya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia adalah dengan menciptakan suasana religi di sekolah. Dengan dibiasakan maka siswa akan terus mengamalkannya dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam realita yang ada, khususnya sekolah umum banyak kita temukan bahwa pengelolaan atau penciptaan budaya religius disekolah masih jauh dari apa yang diharapkan. Pemahaman tentang pembelajaran agama islam dipahami secara parsial hanya dilihat dari aspek luar dan simbolnya saja. Berdasarkan ciri-ciri di atas maka pengelolaan sekolah dalam menciptakan suasana religius belum terlaksana secara sempurna, misalnya pada ciri yang pertama: hanya dilihat dari segi penjabaran materi dan alokasi waktu Pendidikan Agama Islam yang lebih sedikit dibandingkan dengan Madrasah. Kemudian yang kedua: pemahaman dan pengelolaannya juga terbatas pada aspek eksternal. Jika dibedakan dengan madrasah maka 4
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 7.
4
5 perbedaan itu dapat dilihat dari berpakaian seragam dan ucapan salam. Jika perbedaan antara madrasah dan sekolah umum hanya dipahami sebagaimana di atas, maka akan mengarah pada sisi luar atau lahiriah yang bersifat simbolik yang nantinya akan merusak nama baik sekolah. Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan manusia, aktifitas beragama tidak hanya ketika seseorang melaksanakan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktifitas yang tidak tapak dan terjadi pada hati seseorang. Karena itu religiusitas seseorang akan meliputi beberapa macam sisi dan dimensi. 5 Kemudian dapat diwujudkan kedalam tiga bagian yaitu sebagai berikut: 1.
Fisik, yaitu pengelolaan nilai-nilai religius dalam wujud sarana dan prasarana, dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diberdayakan di masyarakat.
2. Kegiatan, yaitu pengelolaan kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah yang meliputi tentang pelaksanaan ibadah (sholat berjamaah), proses belajar mengajar
(seminar,
diskusi,
pengajaran,
training
khusus,
dan
sebagainya).
5
Muhaimin, paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 297.
5
6 3. Sikap serta prilaku, yaitu pengelolaan aktualisasi yang lebih dalam maknanya yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku seperti salam, sapaan, kunjungan, santunan, dan penampilan. 6 Untuk mewujudkan dan menjalankan hal-hal di atas diperlukan penciptaan suasana religius di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini dilakukan karena nilai-nilai keimanan yang melekat pada diri siswa kadangkadang bisa terkikis oleh budaya-budaya negatif yang berkembang di sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha yang dapat menumbuhkan siswa berprilaku religi di sekolah, sehingga siswa terbiasa untuk hal tersebut. SMA Negeri 3 Malang atau lebih dikenal oleh banyak kalangan dengan nama SMANTI atau BHAWIKARSU adalah Sekolah Menengah Atas Negeri yang terletak di jln. Sultan Agung Utara no. 7, Kecamatan Klojen, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Sekolah ini terletak di dalam satu kompleks yang dikenal dengan sebutan SMA Tugu bersama-sama dengan SMA Negeri 1 Malang dan SMA Negeri 4 Malang. Sekolah yang memiliki Visi “Menjadi sekolah standar nasional yang memiliki civitas akademika yang beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah dan unggul dalam bidang akademik maupun non akademik serta berperan aktif dalam wawasan global” ini memiliki segudang prestasi di tingkat nasional dan menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Malang, ini hal ini
6
Faududdin dan Cik Hasan Bisri, Dinamika Pemikiran Islam Di Perguruan Tinggi,wacana Tentang Pendidikan Agama Islam (Bandung: Logos Wacana Lima, 1996), hal. 219.
6
7 dilihat dari banyaknya peminat yang mendaftarkan diri untuk masuk sekolah tersebut. Sebagai sekolah umum yang memiliki masyarakat sekolah yang lebih heterogen tentu memiliki banyak perbedaan dengan Madrasah dalam program-program keagaaman, namun dengan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang sangat memadai, SMA Negeri 3 Malang memiliki keinginan yang kuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang tidak hanya mapan dalam intelektual nya akan tetapi juga mapan dalam aspek emosional serta berperangai islami. Hal ini tercermin dari visi yang diusung oleh sekolah tersebut. Berdasarkan realitas di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti bagaimana upaya Kepala Sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah dalam menciptakan suasana religius di sekolah sebagai upaya untuk mencetak civitas akademika yang beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah dan unggul dalam bidang akademik maupun non akademik serta berperan aktif dalam wawasan global. Maka dari itu peneliti mengambil judul “UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMA NEGERI 3 MALANG”.
7
8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang menurut peneliti perlu untuk diteliti, permasalahanpermasalahan tersebut sebagai berikut: 1.
Bagaimana upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?
2.
Faktor apa saja yang mendukung upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?
3.
Faktor apa saja yang menghambat upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan peneliti di atas, maka beberapa tujuannya adalah: 1.
Mendeskripsikan sejauh mana upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang.
2.
Mendeskripsikan faktor yang mendukung upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang.
3.
Mendeskripsikan faktor yang menghambat upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang.
8
9
D. Manfaat Penelitian Mengenai manfaat penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Bagi Penulis Sebagai upaya eksperimen yang dapat dijadikan salah satu acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Juga untuk menambah wawasan Ilmu Pengetahuan yang berkaitan dengan upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di sekolah.
2. Bagi Lembaga Hasil penelitian di harapkan menjadi pertimbangan tersendiri bagi sekolah dalam memberikan Pendidikan Agama Islam. 3.
Bagi Pengembang Ilmu Pengetahuan Sebagai kontribusi dan wacana baru bagi perkembangan dan pengemban metode, strategi dan konsep Pendidikan Agama Islam.
E. Ruang Lingkup Pembahasan Untuk menghindari kesimpangan dan perluasan masalah dalam skripsi ini dan sekaligus mempermudah pemahaman, maka dalam pembahansannya dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan bagaimana upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di dalam sekolah, dan faktor pendukung serta penghambat dalam menciptakan suasana religius tersebut. 9
10 F. Definisi Operasional Untuk
menghindari
kesalahpahaman
penafsiran
judul
dalam
penelitian, peneliti akan memberikan penegasan dan penjelasan istilah, yaitu sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah Merupakan pimpinan sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang. Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kagiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dilaksanakannya dengan dasar pancasila dan bertujuan untuk: a) Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan c) Mempertinggi budi pekerti d) Memperkuat kepribadian e) Memperkuat semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. 7
2. Suasana religi Suasana religi berarti mencerminkan sekolah yang mempunyai nilai-nilai kehidupan keagamaan. Dalam konteks pendidikan di sekolah
7
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 80.
10
11 berarti penciptaan suasana atau iklim keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama, yang diwujudkan dengan sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari. 8 G. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran mengenai isi laporan penelitian ini yang sesuai dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dlam Menciptakan Suasana Religius Di SMA Negeri 3 Malang” maka sistematika pembahasan disusun sebagai berikut: Bab Pertama:
Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini penulis
menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup pembahasan, definisi operasional dan sistematika pembahasan. Bab Kedua:
Kajian Pustaka. Dalam kajian teori ini penulis
menguraikan tinjauan tentang pengertian kepala sekolah, Tugas dan fungsi Kepala Sekolah dan penciptaan suasana religius di sekolah. Bab Ketiga:
Metodologi Penelitian. Pada bab ini penulis
menguraikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, prosedur dan pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian. 8
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 106.
11
12 Bab Keempat:
Hasil Penelitian. Dalam penelitian ini penulis
menguraikan tentang deskripsi objek penelitian dan hasil penelitian yang meliputi upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang, faktor yang mendukung upaya upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang, dan faktor yang menghambat upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang. Bab Kelima:
Merupakan pembahasan terhadap temuan-temuan
peneliti yang telah dkemukakan dalam bab IV mempunyai arti penting bagi keseluruhan kegiatan penelitian. Bab V ini meliputi upaya-upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religi. Bab Keenam:
Merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian
pembahasan, baik dalam bab pertama, kedua, ketiga sampai kelima ini berisikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran yang bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah dicapai bisa ditingkatkan lagi kearah yang lebih baik.
12
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah Menurut kamus besar bahasa Indonesia kepala sekolah yang terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”, kata “kepala” dapat diartikan “ketua” atau “pemimpin” dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.9 Kata “Pemimpin” dari rumusan diatas mengandung makna luas, yaitu: “kemampuan untuk menggerakan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam praktek organisasi kata pemimpin, mengandung konotasi: “menggerakan, mengarahkan membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan masih banyak lagi tentang pengertian pemimpin”. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekola. Karena kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, 9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Perum Balai Pustaka 1988), hal. 420 & 796.
13
14 dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan secara formal kepada atasannya atau informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya. 10 Kepala sekolah sebagai penentu kebijakan di sekolah juga harus memfungsikan perannya secara maksimal dan mampu memimpin sekolah dengan bijak dan terarah serta mengarah kepada pencapaian tujuan yang maksimal demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di sekolahnya yang tentu saja akan berimbas pada kualitas lulusan anak didik sehingga membanggakan dan menyiapkan masa depan yang cerah. Karena itu, kepala sekolah harus mempunyai wawasan, keahlian manajerial, mempunyai karisma kepemimpinan dan juga pengetahuan yang luas tentang tugas dan fungsi sebagai kepala sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki seperti itu, kepala sekolah tentu saja akan mampu mengantarkan dan membimbing segala komponen yang ada di sekolahnya dengan baik dan efektif menuju ke arah cita-cita sekolah.11 Menurut Mulyono dalam bukunya Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan bahwa kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak organisasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan 10 11
yang
berkaitan
dengan
kepala
sekolah
dalam
Marno, Islam by Management and Leadership, (Jakarta, Lintas Pustaka, 2007), Hal. 54 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2008), Hal. 7
14
15 meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus mendorong kinerja para guru dengan menunjukan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun secara kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan. 12 Sedangkan dalam buku Kartini Kartono disebutkan beberapa difinisi tentang pemimpin, diantaranya adalah: a. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orangorang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. b. Henry pratt Fairchild menyatakan sebagai berikut: pemimpin, dalam pengertian yang luas ialah seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin adalah seorang yang membimbing-memimpin dengan bantuan-bantuan persuasifnya, dan akseptansi atau penerimaan secara suka rela oleh para pengikutnya.
12
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), Hal. 143-144.
15
16 c. John Gage Allee menyatakan: “leader…a guide; a commander” (pemimin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun; komandan). d. Edward Conrad Smith/ Arnold John Zucher menyatakan: pemimpin ialah kepala aktual dari organisasi partai di kota, dusun atau subdivisi-subdivisi (bagian-bagian) lainnya. Sekalipun dia itu secara nominal (pada namanya) saja dipilih secara langsung oleh pemilihpemilih pemberi suara partai, secara aktual dia itu sering dipilih oleh satu klik kecil atau oleh supervisor langsung dari partai. Perbedaan antara “Boss” (kepala, atasan, majikan) dan pemimpin, sebagian besar tergantung pada metode pemilihan dan pemimpinnya dalam mana kekuasaan dilaksanakan. 13 Jadi dari beberapa definisi pemimpin yang dikemukakan itu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Seorang pemimpin adalah pribadi yang memiliki cakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu. Menurut Stoner dalam buku Azas-azas Manajemen yang ditulis oleh Muhammad Bukhori Dkk, mengemukakan bahwa: “kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada 13
kegiatan-kegiatan
dari
sekelompok
anggota
yang
saling
Kartini, Kartono, Pemimipin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), Hal. 33-34.
16
17 berhubungan tugasnya”. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut: Pertama, kepemimpinan yang menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status atau kedudukan pemimpin dan membuat suatu proses kepemimpinan dapat berjalan tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang manajer tidak akan menjadi relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan kepada para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan kepada pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara tidak langsung. Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin juga dapat mempergunakan pengaruh.14 Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Pembahasan pemimpin dalam Al-Qur’an telah disebutkan dalam surat As-Sajdah ayat 24 sebagai berikut:
ييَ ا قَي َ ُوقْي نِ أَ ُأَيِتن اَ يُوق نُِو ا اَ اج اعلۡ اَ ي نم ُۡہ ۡومي اأٮ َّم ً۬ةيُاہۡدو ا ََي نِأا ۡم نرَنا يل ا َّم ايص ا وَبَْ ا ِٕ
14
Muhammad Bukhori Dkk, Azas-azas Manajemen (Jogjakarta: Aditya Media, 2005), Hal. 73.
17
18 Artinya: Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpinpemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami (Q.S As-Sajdah: 24).15 Dari berbagai macam variabel pemimpin diatas maka arti pemimpin memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan kepala sekolah, jadi seorang kepala sekolah harus bias menjadi seorang pemimpin yang baik di sebuah organisasi yang dipimpinnya. Kepala sekolah merupakan personil sekolah yang bertanggung jawab seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan suatu kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila dan bertujuan untuk: a. Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; b. Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan; c. Mempertinggi budi pekerti; d. Memperkuat kepribadian; e. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. 16 Sedangkan untuk menjadi kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaruan sistem 15 16
Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008), Hal. 417 M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Hal. 80
18
19 pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan
(transparansi)
manajemen,
kemauan
untuk
berubah
(psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan substanbilitas. 17 Dalam
kaitannya
dengan
efektifitas
proses
pendidikan
peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan memiliki efektifitas yang tinggi. Yang tampak dari sifat pendidikan yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Tumbuhnya kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif harus dilakukan dengan terus menerus mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan 17
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Hal. 80.
19
20 teknologi yang sedemikian pesat. Untuk itu kepala sekolah professional tuntutan setiap sekolah yang dipimpinnya. Dampak lain dari adanya kepala sekolah profesional adalah adanya
budaya
bermutu,
sehingga
setiap
perilaku
didasari
profesionalisme. Adanya kebersamaan merupakan karakteristik yang dituntut oleh profesionalisme kepala sekolah, karena output pendidikan merupakan hasil kolektif keluarga sekolah, bukan hasil individual. Kepala sekolah juga harus memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan
pada
atasan.
Kemudian
untuk
meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidikan diperlukan pula partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Transparansi
manajemen
diperlukan
untuk
pengambilan
keputusan, penggunaan uang dan pelayanan, dan pertanggung jawaban, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat control. Demikian pula kemauan untuk berubah yang memiliki tujuan peningkatan kearah yang lebih baik. Dalam hal ini, setiap perubahan harus menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya, demikian halnya mutu pendidikan di sekolah. Hal yang tidak kalah penting adalah evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, perbaikan secara terus menerus harus merupakan 20
21 kebiasaan warga sekolah. Karena itu, system mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu. Kepala sekolah harus tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul
bagi
peningkatan
mutu,
menciptakan
perubahan
dan
mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi. Kepala sekolah juga dituntut untuk melakukan pertanggung jawaban terhadap semua pelaksanaan pendidikan, agar tidak main-main dalam melaksanakan kepemimpinannya
dan
melakukan
pembinaan
terhadap
tenaga
kependidikan di sekolah. Yang terakhir memiliki sustanbilitas yang tinggi karena di sekolah akan terjadi akumulasi peningkatana mutu sumber daya manusia, diversifikasi sumber dana, pemilikan asset sekolah, yang mampu meningkatkan kekayaan sekolah, serta partisipasi dan dukungan masyarakat yang tinggi terhadap eksistensi sekolah. Tanggung jawab kepala sekolah yang di emban sangatlah berat, diperlukan dalam rangka pembinaan pengembangan, pelayanan, dan meningkatkan mutu, serta perlindungan sekolah yang bersangkutan. Sebesar apa tanggung jawab tersebut sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi SAW yang artinya, “setiap kalian adalah pemimpin dan
21
22 setiap kalian akan ditanya/dimintai tanggung jawab tentang apa yang dipimpinnya” (HR. Buhkari dan Muslim). Pengawasan meliputi segi teknis dan administrasi sekolah yang bersangkutan
adapun
pengembangan
meliputi
upaya
perbaikan,
pendalaman dan penyesuaian pendidikan melalui peningkatan baik penyelenggaraan kegiatan pendidikan maupun peralatannya. Kegiatan pengembangan dilaksanakan dengan tidak mengurangi kelangsungan penyelenggaraan pendidikan sekolah yang bersangkutan Walaupun dalam berbagai hal penyelenggaraan sekolah diatur dan ditentukan oleh pemerintah, tetapi disebutkan dengan tegas dalam pasal-pasal peraturan pemerintah, kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan saran dan prasarana. Dengan demikian kepala sekolah berkewajiban untuk selalu membina dalam arti berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan agar lebih baik. Menurut Wahjosumidjo menyebutkan bahwa seorang kepala sekolah dan sekolah yang berhasil menunjukan adanya: a. Keterkaitan terhadap perbaikan pengajaran; b. Pengetahuan dari atau dan partisipasi yang kuat di dalam aktivitas kelas; c. Pemantauan terhadap penggunaan efektifitas waktu pembelajaran; 22
23 d. Usaha membantu efektifitas program tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran; e. Memiliki sikap posistif kea rah para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi, dan para siswa.18 Pihak sekolah dalam menanggapi visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalakan roda kepemimpinannya
meskipun pengangkatan kepala
sekolah tidak
dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dalam urusan-urusan administrasi,
yang sebenarnya
administrasi.
Dalam
bisa dilimpahkan kepada tenaga
pelaksanaannya,
pekerjaan
kepala
sekolah
merupakan pekerjaan berat, yang menuntut kemampuan ekstra.19 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi harus dipimpin oleh orang yang betul-betul mumpuni dalam kepemimpinan, manajemen pendidikan dan sebagainya. Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu 18 19
melaksanakan
pekerjaan
Wahyu sumidjo, Op. Cit. Hal. 206 E. Mulyasa, Op. Cit., Hal. 97.
23
sebagai
edukator,
manajer,
24 administrator, dan supervisor. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator. Sebagai kepala sekolah harus mampu mengamalkan dan menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah. Pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas tidak dapat dipisahkan satu sama lain, Karena saling terkait dan saling mempengaruhi, serta menyatu dalam pribadi kepala sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan. 2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah Tugas kepala sekolah selaku pemimpin adalah membantu para guru mengembangkan kesanggupan mereka secara maksiamal dan menciptakan suasana hidup sekolah yang sehat yang mendorong para guru, pegawai tata usaha, dan orang tua murid mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan dalam kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan sekolah. Dengan demikian tugas inti dari pada kepemimpinan kepala sekolah adalah memajukan pengajaran, karena bila
24
25 pengajaran/proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien maka dengan sendirinya kualitas pendidikan akan meningkat.20 Adapun tugas dan fungsi kepala sekolah dalam kerangka manajemen pendidikan modern adalah mampu melaksanakan tugas serta fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader inovator dan motivator. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator (pendidik) Memahami arti pendidik tidak cukup berperang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidikan, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sebagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Definisi pendidikan secara leksikal dapat digali dari berbagai sumber antara lain: 1) Pendidik, adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latiham (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atas kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. 2) Educator, person, whose wor is to educate others; teacher atau a specialist in the science of education; authority on educational 20
Ngalim purwanto dan Sutadji Djaja Pranoto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara. 1984), Hal. 65
25
26 problem theories and methods. Sedang kata educate bersinonim dengan kata: instruct, disiplaine train, develop. Berdasarkan beberapa definisi dapat memberikan indikasi bahwa proses pendidikan disamping secara khusus dilaksanakan melaui sekolah, dapat diselenggaran di luar sekolah yaitu melalui keluarga dan masyarakat. Betapa berat dan mulia peranan seorang kepala sekolah sebagai pendidik apabila dikaitkan dengan beberapa sumber diatas. Sebagai
seorang
pendidik
kepala
sekolah
harus
mampu
menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai itu: 1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap, batin, dan watak manusia. 2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan; 3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriyah. 4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranan pendidik, mencakup dua hal pokok yaitu: sasaran 26
27 atau kepada siapa perilaku pendidik itu diarahkan. Sedang yang kedua, yaitu bagaimana peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Ada tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain tenaga administratif (staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik. 21 Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator kepala sekolah harus
memiliki
strategi
yang
tepat
untuk
meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, system serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai edukator harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala
sekolah,
terutama
dalam
mendukung
terbentuknya
pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau
menjadi
anggota
organisasi
kemasyarakatan
sangat
mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
21
Wahyu sumidjo, op. Cit. Hal. 122-124.
27
28 pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya. b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Manajemen
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggotaamggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 22 Dikatakan suatu proses, karena semua ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Dari pengertian manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai manajer harus dapat mengantisipasi perubahan, memahami dan mengatasi situasi, mengakomodasi, dan mengadakan orientasi kembali. 22
Ibid., hal. 93.
28
29 Adapun tugas kepala sekolah sebagai manajer adalah sebagai berikut: 1) Menyusun perencanaan 2) Mengorganisasi kegiatan 3) Mengarahkan kegiatan 4) Mengkoordinasikan kegiatan 5) melaksanakan pengawasan 6) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan 7) Menentukan kebijaksanaan 8) Mengadakan rapat 9) Mengambil keputusan 10) Mengatur proses belajar mengajar 11) Mengatur administrasi, ketatausahaan, siswa, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana. 12) Mengatur organisasi siswa intra sekolah (OSIS) 13) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. 23 Dari
beberapa
tugas
kepala
sekolah
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan 23
E. Mulyasa, op. Cit, Hal. 103.
29
30 untuk meningkatkan profesionalisme, dan mendorong keterlibatan seluruh kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegian tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.24 Jadi, Administrasi adalah proses kerjasama antar personalia sekolah untuk merealisasi misi sekolah. Semua administrasi ini diketahui oleh kepala sekolah, karena itu kepala sekolah disebut sebaga administrator. Dari pengertian di atas kepala sekolah dapat disebut administrator karena ketika menangani kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat rutin. Adapun kegiatan-kegiatan rutin di sekolah terdiri 24
E. Mulyasa, op. Cit, Hal. 107.
30
31 dari: mengendalikan struktur, melaksanakan administrasi substantif, dan melakukan evaluasi serta pengawasan. d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Menurut Made Pidarta supervisi adalah kegiatan atau membimbing guru agar bekerja dengan betul-betul dalam mendidik dan mengajar siswanya. Selain membina guru dalam mendidik dan mengajar, kepala sekolah sebagai supervisor juga membina pribadi, profesi, dan pergaulan mereka sesama guru maupun personalia lain yang berkaitan dengan pendidikan sekolah. 25 Sedangkan dalam kurikulum 1984 dalam buku pedoman administrasi dan supervisi pendidikan, supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik. 26 Jadi, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Supervisi klinis beberapa karakteristiknya, antara lain:
25
Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar (Jakarta: PT Gramedia Widia sarana Indonesia, 1995), Hal. 51. 26 Suharsini arikunto, Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), Hal. 154.
31
32 1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan pemerintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan; 2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan; 3) Instrument dan metode obsevasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah; 4) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru; 5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi sarana dan pengarahan; 6) Supervisi klinis sedikitnya memberi tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik; 7) Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan; 8) supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. 27 Dari beberapa karakteristik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam 27
E. Mulyasa, op. Cit, Hal. 112.
32
33 kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra
kulikuler,
pengembangan program supervisi
perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai peran dan tanggung jawab membina, memantau, dan memperbaiki proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. tanggung jawab ini dikenal dan dikatagorikan sebagai tanggung jawab supervisi.
supervisi
sebagai
proses
membantu
guru
guna
memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran kurikulum. Hal ini terkandung bahwa kepala sekolah adalah supervisor demi membantu guru secara individual maupun kelompok untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum serta lainnya. 28 e. Kepala Sekolah Sebagai Leader (pemimpin) Wahjosumidjo mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.29 kepala sekolah harus
28
Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Jakarta: Rineka cipta, 2000), Hal. 112. 29 wahjosumidjo, op.Cit, Hal. 110
33
34 mau memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan,
membuka
komunikasi
dua
arah
dan
mendelegasikan tugas. Adapun tugas kepala sekolah sebagai leader adalah sebagai berikut: 1) Dapat dipercaya, jujur, dan bertanggung jawab. 2) Memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa 3) Mengembangkan visi dan misi sekolah 4) Mengambil keputusan urusan intern dan ektern sekolah 5) Mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah dan membuat, mencari, dan memilih gagasan baru.30 Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dilihat dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, dan laissez faire. ketiga sifat tersebut sering dimiliki oleh seorang leader, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari caracara dalam melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan,
30
Ibid., hal. 115.
34
35 disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. 31 konstruktif maksudnya kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan. Kreatif adalah kepala sekolah berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Delegatif maksudnya adalah berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas jabatan serta kemampuan masing-masing. Integratif sendiri berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif. Rasional dan objektif dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. Pragmatis adalah berusaha menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki sekolah. keteladanan yaitu berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik. sedangkan adaptabel dan fleksibel dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam
31
E. Mulyasa, op. Cit, Hal. 118.
35
36 menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya. g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan psikologi yang menentukan arah perilaku seseorang dalam sebuah organisasi, tingkat usaha dan tingkat ketekunan seorang mengarah pada banyak perilaku yang mungkin di mana seseorang dapat terikat dengannya. 32 Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).33 Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1) Para tenaga kependidikan akan lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan. 32 33
Muhammad Bukhari, dkk, op. Cit., Hal. 199. E. Mulyasa, op. Cit, Hal 120.
36
37 2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dana diinformasikan kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan di bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. 3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya. 4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 5) Usaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan. 34
B. Penciptaan Suasana Religius 1. Pengertian Penciptaan Suasana Religius Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa religius berarti bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan),
penciptaan suasana
menciptakan suasana atau iklim kehidupan keagamaan. 35
34 35
Ibid., Hal. 121-122. Muhaimin, op. Cit., Hal. 106.
37
religius
berarti
38 Dalam konteks pendidikan di sekolah berarti penciptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama yang diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan konteks pendidikan agama ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah swt. Penciptaan suasana religius yang bersifat vertikal dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan ritual, seperti shalat berjamaah, do’a bersama ketika akan dan telah meraih sukses tertentu, menegakan komitmen dan loyalitas terhadap moral force disekolah dan lain-lain. Yang horizontal berwujud hubungan antar manusia atau antar warga sekolah, dan hubungan mereka dengan alam sekitarnya. Penciptaan suasana religius yang bersifat horizontal lebih mendudukan sekolah sebagai institusi sosial, yang jika dilihat dari struktur hubungan antar manusianya, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hubungan, yaitu: a). Hubungan antara atasan dan bawahan; b). Hubungan profesional; dan c). Hubungan sederajat atau suka rela.36 Untuk menciptakan masing-masing hubungan agar tercipta kerjasama yang harmonis dan seimbang, maka diperlukan adanya pengertian dan saling menghormati. Pada tataran hubungan atasan
36
Ibid., Hal.. 108.
38
39 bawahan perlu adanya kepatuhan dan loyalitas para guru dan tenaga kependidikan lainnya terhadap atasannya misalnya kepala sekolah. Sedangkan hubungan profesional lebih memfokuskan pada penciptaan hubungan yang rasional, kritis, dinamis antar sesama guru dan pimpinannya untuk saling berdiskusi demi pengembangan akademik, yakni pengembangan dan peningkatan kualitas sekolah. Adapun hubungan sederajat atau suka rela merupakan hubungan manusiawi antar sejawat, untuk saling membantu, mendo’akan, mengingatkan dan melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Penciptaan suasana yang menyangkut ketiga hubungan tersebut di atas dengan lingkungan atau alam sekitarnya diwujudkan dalam bentuk membangun suasana atau iklim yang komitmen dalam menjaga dan memelihara berbagai fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, serta menjaga dan memelihara kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkungan hidup di sekolah. Keberagamaan atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati nurani” pribadi oleh karena itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak formal. Yang dicari dan diharapkan untuk anak-anak kita adalah bagaimana mereka dapat tumbuh menjadi abdi-abdi Allah yang beragama baik, namun sekaligus orang mendalami cita rasa religiusitasnya, dan yang menyinarkan damai murni karena religiusnya, meskipun dalam bidang 39
40 keagamaannya kurang patuh. Itu dibandingkan dengan orang yang hebat keagamaannya, tetapi ternyata itu hanya kulit luarnya saja. Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam diri manusia terdapat berbagai macam fitrah antara lain adalah fitrah agama, fitrah suci, fitrah berakhlak, fitrah kebenaran, dan fitrah kasih sayang, penjelasannya sebagai berikut: a. Fitrah agama Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172 dinyatakan futrah beragama sudah tertanam kedalam jiwa manusia semenjak dari alam arwah dahulu yaitu sewaktu ruh manusia belum ditiupkan oleh Allah kedalam jasmaninya
ۡۡ َوإ ۡذ َأ َخ َذ َرُّب َك م ۢن َبن ٰٓى َء َاد َم من ُظ ُهوره ۡ ۡ ُذرَّي َت ُہ ۡ ۡ َو َأ ۡش َِہ َد ُه ۡ ۡ َع َل ٰٰٓى َأ ُنفسِہ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َٰ ُ َأ َل ۡس ُت ب َرب ُك ۡ ۡ َق ُالوا َب َل ٰى َشه ۡد َن ٰٓا َأن َت ُُ ُولوا ََ ۡو َم ۡٱلُ ََٰـ َمِ إ َّنا ُ َّنا َع ۡن َهـذا ِ ِ ِ ِ ِ ِ َٰ غـ ِف ِل َين “dan (ingatlah) ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘bukankah aku ini’tuhanmua?’ mereka menjawab’betul (engkau tuhan kami), kami menjadi saksi’ (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak 40
41 mengatakan ‘sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan tuhan)” (QS. Al-A’raaf : 172).37 b. Fitrah suci Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa yang membuat manusia menjadi kotor adalah dosa. Hal ini sebagaimana firman Allah dalah surat Al-Mutaffifin ayat 14 yang artinya: “tidak, sekali-kali tidak bahkan kotor (tertutup) hati mereka karena dosa-dosa yang mereka kerjakan”.
َّ َ َ ُ َ ۡ كّل َب ۡل َر َان َعل ٰى ُقل ِوِ ِہ ۡ َّما ك ُانوا ََك ِس ُبو َن “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS Al-Muthaffifin: 14).38 c. Fitrah berakhlak Ajaran islam menyatakan secara tegas sekali bahwa Nabi Muhammad Saw. Diutus oleh Allah kepada manusia adalah untuk menyempurnakan moral atau akhlak manusia. Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad SAW) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107).
d. Fitrah kebenaran 37
Al-Qur’an dan terjemahannya (kerajaan arab Saudi: Asy-Syarif Madinah Al-Munawwarah, 2006), Hal. 250. 38 Ibid., Hal. 1036.
41
42 Di dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui kebenaran. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 26 yang artinya “ maka adapun orang-orang yang beriman, mereka mengetahui bahwa itu benar-benar dari tuhan mereka.39 e. Fitrah kasih sayang Di dalam Al-Qur’an, dijelaskan bahwa dari diri manusia telah diberi Allah fitrah kasih sayang. Hal ini sebagaimana tercermin dalam firmannya surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: “dan dia jadikan diantara kamu percintaan dan kasih sayang”. Karena manusia memiliki fitrah kasih sayang, maka Allah memerintahkan kepada manusia supaya saling berpesan dengan kasih sayang. 40 Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keberagamaan atau religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati nurani” pribadi, yang dicari dan diharapkan untuk anakanak kita adalah bagaimana mereka dapat tumbuh menjadi abdi-abdi Allah yang beragama baik. Untuk membentuk hal tersebut, maka upaya kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam membentuk suasana religi di sekolah. Suasana religius yang diharapkan dalam berbagai jenjang pendidikan adalah bagaimana anak-anak dapat tumbuh sebagai abdi39 40
Ibid., Hal. 12. Muhaimin, op. Cit. Hal. 282-285.
42
43 abdi Allah yang beragama baik, sekaligus mempunyai cita rasa religius yang mendalam, serta menyinarkan damai murni karena fitrah religiusnya. 2. Konsep Dalam Penciptaan Suasana Religius Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya melakukan ritual (beribadah) tetapi juga ketika melakukan aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, keluarga, sekolah dan masyarakat, karena pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, anak lahir membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi di kemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan, ada yang berpendapat bahwa tanda-tanda keagamaan pada dirinya tumbuh terjalin secara integral dengan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya. Dalam dunia anak yang masih muda, sekitar 0-3 tahun sifat atau keyakinan beragama tidak akan timbul dengan sendirinya, jika anak tersebut tidak dipengaruhi oleh lingkungan bahkan akan hilang fitrah keagamaan yang dibawanya, sifat (keyakinan) beragama akan timbul apabila lingkungan betul-betul menunjukan situasi keagamaan, dengan lingkungan yang agamis anak dengan sendirinya akan terpengaruh. Menurut Ernest Harms dalam bukunya “The development religion on childern” yang dikutip oleh Jalaluddin, ia mengatakan bahwa
43
44 perkembangan agama pada anak itu melalui beberapa fase (tingkatan) yaitu: a. The Fairy Tale stage (tingkatan dongeng) Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun, ditingkatan ini konsep mengenai tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi pada tingkatan perkembangan ini, anak menghayati konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya, kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongen-dongeng yang kurang masuk akal. b. The Realistis Stage (tingkatan kenyataan) Tingkatan (adolensense),
ini
apada
sejak masa
anak ini
masuk
Sekolah
Dasar
ide ketuhanan anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan realis (kenyataan). Konsep ini timbul melalui lembaga keagamaan dan pengetahuan agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide ketuhanan pada anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep tuhan yang formalitas. Berdasarkan hal ini maka pada masa ini anak senang dan tertarik pada lembaga keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan
44
45 mereka, segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh minat. c.
The Individual Stage (tingkat individu) Pada tingkatan ini anak sudah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualitas terbagi atas tiga golongan yaitu: konsep ketuhanan yang konteksional dan konservatif dengan dipengaruhi sedikit fantasi. Hal tersebut disebabkan pengaruh luar, konsep ketuhanan yang lebih murni dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan), dan konsep ketuhanan yang bersifat humanistic agama telah etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini setip tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern. Yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern yang berupa pengaruh dari luar yang didalaminya. 41 Zakiyah
Derajat
dalam
bukunya
“Ilmu
Jiwa
Agama”
mengemukakan perkembangan anak yaitu dimulai ketika anak dalam lingkungan keluarga dengan tahap sebagai berikut: Si anak mulai mengenal tuhan dan agama melalui orang di lingkungan dimana mereka tinggal dan dibesarkan dalam lingkungan yang beragama mereka akan mendapatkan pengalaman agama itu melalui ucapan, tindakan dan perilaku yang mereka dengar, nama tuhan disebut orang lain dalam keluarganya. Kata Tuhan yang mulanya mungkin tidak menjadi perhatian lama-lama akan menjadi perhatiannya dan ia akan ikut mengucapkannya setelah ia mendengar 41
Jalaluddin, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Grafindo Persada, 1988) hal. 65-67
45
46 kata Tuhan itu berulang kali maka lama-kelamaan akan menimbulkan pertanyaan dalam hatinya siapa tuhan itu?42 Dalam hal ini selanjutnya akan berkembang menjadi sesuatu keyakinan, dan keyakinan itu akan dipercaya oleh anak tergantung apa yang diajarkan oleh keluarga, terutama oleh orang tua sendiri. Keyakinan itu bertambah dan selaras dengan pendidikan yang diterima sampai si anak memasuki usia sekolah guru akan meneruskan menanamkan akidah pada anak tersebut. Makin besar si anak makin bertambah fungsi moral dan sosial bagi anak, ia mulai dapat menerima bahwa nilai-nilai agama lebih penting daripada nilai atau nilai-nilai keluarga. Si anak mulai mengerti bahwa agama bukan kepercayaan masyarakat. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa pertumbuhan agama pada anak telah mulai sejak anak lahir, yang kemudian dipupuk dengan pendidikan yang ada di keluarga, dimana jiwa agamanya sudah tumbuh dalam keluarga akan bertambah subur jika gurunya mempunyai sifat positif terhadap agama, dan sebaliknya akan lemah jika gurunya mempunyai sifat negatif tehadap agama. Sekolah adalah lembaga formal yang melakukan bimbingan dan binaan pada anak didik terkait dengan pengembangan keberagamaan dirinya. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya penciptaan suasana religius yang di kembangkan pada lembaga sekolah melalui:
42
Zakiyah Derajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: bulan bintang, 1993), hal. 110.
46
47 a. Model Struktural Yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan-peraturan, pembangunan kesan, bak dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan dari suatu lembaga pendidikan atau suatu organisasi. Model ini biasanya bersifat “top down” yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi dari atasan.
b. Model Formal Yaitu penciptaan suasana religius yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan
masalah-masalah
kehidupan
akhirat
saja
atau
kehidupan rohani saja. Model penciptaan suasa religius formal tersebut berimplikasi terhadap pengembangan pendidikan agama yang lebih berorientasi pada ke akheratan. Model ini biasanya menggunakan pendekatan yang bersifat normatif, doktriner, dan absolut. c. Model mekanik Model mekanik dalam penciptaan suasana religius adalah penciptaan suasana yang didasari oleh pengalaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek dan pendidikan dipandang sebagai
47
48 penamaan dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. d. Model Organik Yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama adalah kesatuan dari berbagai sistem yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup yang religius.43
3. Upaya Kepala Sekolah Dalam Menciptakan Suasana Religius Upaya penciptaan suasana religius di sekolah, menurut Muhaimin dkk. (2001: 298) dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan yang pelaksanaannya di tempatkan dilingkungan sekolah. Sifat pelaksanaan kegiatan tersebut untuk pertama-tama dapat dilakukan secara “top down” kemudian pada masa-masa berikutnya diupayakan berjalan secara “bottom up” dan pada akhirnya diharapkan menjadi tradisi bagi sivitas sekolah. Aktivitas keagamaan seperti khatmil qur’an dan istighosah serta kegiatan yang sejenis dirasa dapat menciptakan suasana ketenangan dan kedamaian di kalangan sivitas akademika sekolah. Menurut Zakiyah Derajat (1984: 4) perasaan tentram dan lega dapat diperoleh setelah sembahyang, perasaan lepas dari ketenangan 43
Muhaimin, op. cit., hal 305-307
48
49 batin dapat diperoleh sesudah melakukan doa dan atau membaca AlQur’an, perasaan tenang dan berterima (pasrah) dan menyerah dapat diperoleh setelah melakukan dzikir dan ingat kepada Allah SWT. Di dalam penciptaan suasana religius di sekolah tidak pernah lepas dari peran dan tanggung jawab seorang kepala sekolah. Karena orang pertama yang mempunyai kewajiban dalam meningkatkan segala hal yang berkaitan dengan sekolah yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah harus dapat menjadi inovator dan mempunyai upaya-upaya dalam meningkatkan serta menciptakan hak-hak baru dalam suasana religius di sekolah yang dipimpinnya. Jadi cukup jelas bahwa upaya kepala sekolah dalam penciptaan suasana religius di sekolah sangat vital dan penting sekali dilaksanakan. Hal ini bertujuan dalam rangka untuk meningkatkan kemajuan sekolah sehingga memiliki kualitas pendidikan yang baik serta dapat mengikuti perkembangan zaman.
49
50 BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SMA. Negeri 3 Malang yang tepatnya berada di Jln. Sultan Agung Utara No 7, kecamatan Klojen, Kota Malang. Lokasi ini memungkinkan bagi peneliti Karena letaknya yang strategis dan akses yang tidak terlalu jauh dari kampus UIN Maulana Malik Ibrahim tempat peneliti menimba ilmu. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan salah satunya adalah karena sekolah ini memiliki berbagai aktifitas internal yang berkaitan dengan penciptaan suasana religius terhadap siswa di lingkungan sekolah. Peneliti juga melihat SMA. Negeri 3 Malang ini juga berdekatan dan satu pada satu komplek yang sama dengan sekolah-sekolah menengah lainnya seperti SMA. Negeri 1 Malang dan SMA. Negeri 4 Malang. Atau yang juga dikenal dengan sebutan SMA Tugu.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan
50
51 fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untu mendapatkan pengertian dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi.44 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.45 Metode penelitian ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 46 Hadani Nawawi dan mimi Martini mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui
44
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta; Rineka Cipta. 2000), hal. 1. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 3 46 Ibid., hal. 5. 45
51
52 dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.47 Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara intensif tentang segala fenomena sosial yang diteliti, yaitu mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diperoleh secara kualitatif. Penelitian ini bukan bersifat kuantitatif yang berbentuk angkaangka. Penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai penelitian kualitatif berdasarkan ciri-cirinya yang meliputi: 1. Dilakukan berlatar ilmiah 2. Manusia sebagai alat atau instrumen penelitian 3. Analisis data secara induktif 4. Penelitian yang bersifat deskriptif 5. Lebih mementingkan proses daripada hasil. 48
C. Data dan Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. 49 Dan untuk melengkapi data penelitian ini maka peneliti mempersiapkan data primer dan data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
47
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal. 152. 48 Lexy J. Meleong, Op. Cit., hal. 8. 49 Suharsimi arikunto, prosedur penelitian: suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal.. 107.
52
53 1. Data primer Adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrument yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan.50 Data primer ini adalah data yang banyak digunakan, dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Data ini diperoleh atau bersumber dari informasi Kepala Sekolah, Guru dan Siswa sebagai informannya. 2. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. 51 Data tersebut seperti data kepustakaan yang terkait dengan literatur dan data penunjang lainnya. Menurut Loflan, sebagaimana yang dikutip Moleong menyatakan bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain”. 52 Jadi, kata-kata dan tindakan informan yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber data tertulis lainnya merupakan data tambahan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: 50
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2005), hal. 36. Ibid., hal. 36. 52 Lexy J. Moleong, op. cit., hal. 12. 51
53
54 1. Kepala SMA. Negeri 3 Malang 2.
Guru Pendidikan Agama Islam SMA. Negeri 3 Malang
3.
Siswa SMA. Negeri 3 Malang
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan judul yang ditentukan. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. sugiono bahwa dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuisioner
(angka),
dokumentasi
dan
gabungan
dari
keempatnya. 53 Berdasarkan hal tersebut di atas, agar hasil yang diperoleh dalam penelitian ini benar-benar data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Observasi Metode observasi adalah metode yang digunakan dengan cara pengamatan dan pencatatan data secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Suharsimi arikunto
53
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2005), hal. 62-63.
54
55 menyatakan observasi disebut juga dengan pengamatan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. 54 Menurut Marzuki metode observasi bias diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. 55 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan. Menurut Lexy J. Moleong. Pada observasi non partisipan pengamat
hanya
melakukan
satu
fungsi,
yaitu
mengadakan
pengamatan.56 2. Metode Interview (wawancara) Yang dimaksud dengan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan.57 Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaotu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Selain itu
54
Suharsimi Arikunto, op. cit., hal. 133. Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 2000), hal. 58. 56 Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 126. 57 Ibid., hal. 135. 55
55
56 juga wawancara atau interview juga berarti tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 58 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode interview dalam bentuk interview bebas terpimpin. Menurut Suharsimi Arikunto, interview bebas terpimpin adalah melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan dan untuk selanjutnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diperdalam. 59 3.
Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto Metode Dokumentasi adalah suatu metode yang mencara data menganai data atau variable yang berupa catatan, agenda, dan lain sebagainya. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pengumpulan informasi untuk agar benar-benar akurat sehingga akan menambah kevalidan data dari hasil penelitian seperti: a. Mencatat sejarah berdirinya SMA. Negeri 3 Malang b. Mencatat visi dan misi SMA. Negeri 3 Malang c. Mencatat jumlah guru SMA. Negeri 3 Malang d. Mencatat jumlah siswa SMA. Negeri 3 Malang e. Mencatat sarana dan prasarana SMA. Negeri 3 Malang f. Mencatat kegiatan penunjang SMA. Negeri 3 Malang
58
Husaini Usman dan Purrnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 57-58. 59 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hal. 132.
56
57 Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang arrtinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneiti mancari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 60 Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data yang dimiliki lembaga dan peneliti memformulasikan dan menyusunnya dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. E. Teknik Sampling dan Subjek Penelitian 1. Teknik Sampling Sampling adalah sebuah prosedur/cara untuk memilih sampel. Dalam sebuah penelitian tertentu penggunaan teknik sampling mutlak diperlukan dan harus diperhatikan agar tujuan penelitian tersebut sesuai dengan kondisi dan keadaan sebenarnya, sehingga penelitian menjadi absah. Dengan demikian peneliti memang perlu mengetahui teknik sampling yag baik dan benar.61 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan (purposive sampling) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan sifat populasi yang diteliti, cukup dua atau tiga daerah kunci atau kelompok. Kunci diambil sampel nya untuk diteliti. 62 60
Ibid., hal. 206. Mardiansyah Dian, Teknik Sampling, (http://www.academia.edu, diakses pada 3 februari 2016 jam 07.40 wib ) 62 Lexy J. Meleong, Op. Cit., hal. 3. 61
57
58 2. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah sumber atau tempat dimana peneliti memperoleh keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian. 63 Dalam hubungannya dengan penelitian ini, yang ditetapkan sebagai subjek penelitian adalah: a. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang. b. Wakil-wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang. c. Guru Pendidikan Agama Islam. d. Siswa SMA Negeri 3 Malang.
F. Teknik Analisis data Menurut Bogdam dan Taylor dalam bukunya Lexy J. Moleong mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menmukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.64 Pengelolaan data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Karena pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang diinginkan dalam penelitian.
63
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 49. 64 Lexy J. Moleong, Op. Cit., hal. 126.
58
59 Lebih lanjut Lexy mengatakan bahwa laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, cacatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. 65 Adapun untuk menganalisis data penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni data yang diperoleh dari penelitian seperti hasil observasi, hasil interview, hasil dokumenter yang tergabung dalam metode pengumpulan data dari lapangan yang disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan blangan statistic tetapi menggunakan dengan kata-kata. Dengan teknik ini data yang diperoleh akan dipilah-pilah kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Kemudian digambarkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta hubunganhubungan yang terjadi dianalisis, serta pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut. Berdasarkan analisis dan penafsiran yang di buat, perlu pula ditarik kesimpulan-
65
Ibid., hal. 6.
59
60 kesimpulan yang berguna, seerta implikasi-implikasi dan saran-saran untuk kebijakan selanjutnya. 66 G. Teknik Keabsahan Data Selain menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar memperoleh data yang valid. Untuk menetapkan keabsahan data tersebut diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah sebagai berikut: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti
dalam
penelitian
kualitatif
adalam
instrument.
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan peneliti sangat mentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. 67 Dipihak
lain
perpanjangan
keikutsertaan
peneliti
juga
dimaksudkan untuk membangun kepercayaan pada subyek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. 68
66
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indoneia, 2003), hlm. 346 Lexy J. Moleong, op. cit., hal. 175-176. 68 Ibid., hal. 177. 67
60
61 2. Ketekunan pengamatan Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah kembali secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah di pahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat diakukan. 69 3. Trianggulasi Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, tekniknya dengan pemeriksaan sumber lainnya.70 Triangulasi yang digunakan peneliti ada 3 yaitu:
69 70
Ibid., hal. 177. Ibid., hal. 178.
61
62 a. Trianggulasi data Yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan akan menyamakan persepsi atas data yang diperoleh. b. Trianggulasi metode Yaitu dilakukan peneliti untuk pencarian data tentang fenomena yang sudah diperoleh dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dengan metode-metode ini kemudian dibandingkan sehingga diperoleh data yang dipercaya. c. Trianggulasi sumber Yaitu dilakukan dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh peneliti baik yang dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lain. Selain menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar memperoleh data yang valid. Untuk menetapkan keabsahan data tersebut diperlukan teknik pemeriksaan.
62
63 H. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian adalah langkah-langkah atau cara-cara peneliti mengadakan penelitian untuk mencari data. Dalam penyususnan skripsi ini, langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan a. Menyusun perencanaan b. Memilih lapangan penelitian c. Menyusun perizinan d. Menjajaki dan menilai lapangan e. Memilih dan memanfaatkan informasi f. Menyiapkan perlengkapan penelitian g. Persoalan etika penelitian 2. Tahap pekerjaan a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Memasuki lapangan c. Berperan serta sambil mengumpulkan data 3. Tahap analisis data a. Analisis selama pengumpulan data b. Analisis setelah pengumpulan data
63
64 BAB IV HASIL PENELTIAN A. Profil Sekolah 1. Sejarah Singkat dan Letak Geografis SMA Negeri 3 Malang. SMA Negeri 3 Malang, yang beralamat di jalan Sultan Agung Utara Nomor 7 Kota Malang, lahir pada tanggal 8 Agustus 1952 berdasarkan Surat Keputusan Menteri PP dan K Nomor 3418/B tertanggal 8 Agustus 1953. Pada saat itu bernama SMA B II Negeri Malang. Sejarah perkembangan SMA Negeri 3 Malang secara kronologis dimulai setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Saat itu di kota Malang berdiri dua SMA yaitu SMA Republik Indonesia dan SMA Federal (VHO). Para pejuang TRIP, TP, TGP dan lain-lain yang sudah kembali ke sekolah, ditampung dalam satu SMA peralihan yang digabungkan ke SMA Federal. Pada tanggal 8 Agustus 1952, Jurusan B (Pasti Alam) SMA B II dan SMA Peralihan digabungkan menjadi satu berdasarkan SP Menteri PP dan K Nomor 3418/B dan diberi nama SMA B II Negeri. Nama ini digunakan karena terdapat dua SMA yang telah mengalami perubahan nama, yaitu SMA A/C menjadi SMA I C dan SMA Federal menjadi SMA B I Negeri. Dua SMA B tersebut kemudian menjadi SMA I B dan 64
65 SMA II B. Nama tersebut dirasa kurang tepat karena nama SMA I B seolah-olah kualitasnya lebih tinggi dari SMA yang lain. Akhirnya diadakan perubahan nama ketiga SMA yang ada di Malang berdasarkan usinya, yaitu: (1) SMA A/C menjadi SMA I A/C, (2) SMA I B menjadi SMA II B, dan (3) SMA II B menjadi SMA III B. Timbulnya SMA gaya baru pada tahun 1963 yang mengharuskan semua SMA mempunyai jurusan yang sama, yaitu budaya, social, ilmu pasti, dan ilmu pengetahuan alam), membuat nama tambahan A, B, dan Cpada urutan nama keempat SMA di Malang. Dan nama SMA III B berubah menjadi SMA Negeri 3 Malang. Nama SMA Negeri 3 Malang mengalami perubahan lagi menjadi SMU Negeri 3 Malang berdasarkan SK Mendikbud Republik Indonesia Nomor 035/0/1997, dan kemudian kembali lagi menjadi SMA Negeri 3 Malang. SMA Negeri 3 Malang sudah mengalami beberpa kali pergantian Kepala Sekolah yang secara kronologis sebagai berikut:
R. Koeswaondo
1952 s.d 1962
Soeroto
1962 s.d 1968
H. Soedarminto
1968 s.d 1978
Bambang Poerwono
1978 s.d 1986
H. Haroen Soemawinata
1986 s.d 1989
H. Abdullah Uki
1989 s.d 1993 65
66
H. Djohan Arifin
1993 s.d 1998
Drs. H. Moh. Saleh
1998 s.d 2005
Drs. H. Tri Suharno
2005 s.d 2009
Ninik Kristiani, M.Pd
2009 s.d 2009
Hj. Rr. Dwi Retno Ujian Ningsih, M.Pd
2009 s.d 2011
H. Moh. Sulthon, M.Pd
2011 s.d 2014
Hj. Asri Widiapsari, M.Pd
2014 s.d sekarang
Sejak tahun 2005, merupakan salah satu Center of Cambridge International
Examination
(COCIE),
yang
ada
di
Indonesia.
Sebagai COCIE, SMA Negeri 3 Malang berhak sebagai pelaksana ujian Internasional
Cambridge (Cambridge
International
Examination,
CIE) yang diikuti oleh beberapa sekolah RSBI. Dengan perkembangan yang terjadi saat ini, mulai tahun 2014 SMA Negeri 3 Malang melaksanakan mengapresiasi
ujian
prestasi
mengikuti International Schools (ICAS)
sertifikasi
pada
ICAS.
peserta Competitions
setiap subject yang
ICAS didik and telah
bertujuan yang
untuk berhasil
Assessments diikuti
for
(English,
Mathematics, Science, Writing, and Computer skills), nilai ujian ICAS tersebut dapat dipakai untuk pertimbangan penambahan pada Nilai Akhir (NA) hasil perhitungan dari nilai tugas, ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester masing-masing mata pelajaran tersebut di atas pada semester genap sehingga nilai rapor peserta didik 66
67 pada semester tersebut diharapkan dapat menjadi lebih baik. Penambahan pada Nilai Akhir didasarkan pada portofolio yang di dapat peserta didik tersebut. 2. Visi dan Misi a) Visi : Menjadi sekolah unggul yang memiliki civitas akademika yang beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah, dan berprestasi serta berperan aktif dalam era global, dan peduli pada lingkungan. b) Misi : (1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama dan budaya bangsa yang diaplikasikan dalam kehidupan nyata. (2) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada semua warga sekolah. (3) Menumbuhkan pembelajar sepanjang hidup bagi warga sekolah. (4) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan beragam sumber. (5) Menumbuhkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. (6) Menumbuhkan semangat kepedulian lingkungan sosial, fisik, dan kultural.
67
68 (7) Mengembangkan potensi dan kreativitas warga sekolah yang unggul dan mampu
bersaing,
baik di tingkat regional,
nasional, maupun internasional. (8) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam bidang akademis maupun non-akademis. (9) Menumbuhkan budaya membaca, menulis, dan menghasilkan karya. (10)
Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam proses pembelajaran dan pengelolaan sekolah. (11)
Menyediakan sarana prasarana yang berstandar nasional
pendidikan. (12)
Menerapkan manajemen partisipatif secara profesional dan
mengarah
kepada
manajemen
mutu
berstandar
nasional
pendidikan dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan lembaga terkait. (13)
Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih,
dan nyaman. (14)
Membudayakan kesadaran warga sekolah dalam menjaga
kebersihan dan melestarikan lingkungan dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
68
69 (15)
Mengintegrasikan konsep pengelolaan lingkungan hidup
kedalam kegiatan pembelajaran
3. Tujuan a) Terwujudnya lulusan yang ber-IMTAQ, menguasai IPTEK, dan mampu bersaing di era global. b) Tercapainya implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006. c) Tercapainya peningkatan model pembelajaran outdoor. d) Tercapainya peningkatan rata-rata nilai rapor kelas X, XI, dan XII. e) Tercapainya peningkatan perolehan rata-rata Nilai Ujian Nasional. f) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi Negeri. g) Tercapainya peningkatan jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi luar Negeri h) Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna. i) Tercapainya peningkatan layanan program akselerasi. j) Tercapainya
peningkatan
kemampuan
komunikasi
berbahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. k) Tercapainya
peningkatan
Teknologi dan Informasi (TI)
69
keterampilan
menggunakan
media
70 l) Tercapainya peningkatan keterampilan menggunakan peralatan laboratorium. m) Tercapainya peningkatan kemampuan guru menyusun silabus, RPP, dan alat penilaian. n) Tercapainya peningkatan kedisiplinan dan ketertiban warga sekolah. o) Tercapainya budaya tatakrama pada warga sekolah. p) Tercapainya pengembangan kreatifitas dan kualitas siswa dalam berkompetisi di bidang PIR, KIR, OSN, O2SN, FLS2N, dan agama baik di tingkat nasional maupun internasional. q) Tercapainya pengembangan potensi kepemimpinan siswa. r) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana di lingkungan sekolah. s) Tercapainya manajemen sekolah partisipatif, transparan, dan akuntabel. t) Tercapainya peningkatan kerjasama dengan orang tua, masyarakat, dan institusi terkait. u) Tercapainya peningkatan kegiatan 7 K (keamanan, ketertiban, kedisiplinan, kekeluargaan, kerindangan, keindahan, dan kesehatan). v) Tercapainya budaya belajar, membaca, dan menulis. w) Tercapainya budaya jujur, ikhlas, sapa, senyum, dan santun. x) Terciptanya budaya disiplin, demokratis, dan beretos kerja tinggi.
70
71 y) Tercapainya
peningkatan
keseimbangan
kecerdasan
spiritual,
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial. z) Terciptanya kesejahteraan lahir batin bagi warga sekolah. aa) Terciptanya hubungan harmonis antarwarga sekolah yang berjiwa BHAWIKARSU. bb) Terwujudnya pelayanan yang cepat, tepat, dan memuaskan masyarakat. cc) Terwujudnya kerjasama saling menguntungkan dengan instansi terkait. dd) Tercapainya layanan kesehatan warga sekolah yang memadai. ee) Terjalinnya sekolah mitra, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
4. Kurikulum SMA Negeri 3 malang sejak tahun 2007 sudah melaksanakan Kurikulum sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dimulai kelas X, kemudian secara bertahap pada tahun 2008 kelas XI pada tahun 2009 kelas XII. Berdasarkan potensi input siswa maka pada tahun 2006/2007 SMA Negeri 3 Malang memberi layanan khusus kepada siswa yang cerdas istimewa dalam Program Akselerasi, berdasarkan keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur Nomor: 421.8/2498/108.10/2006, Tanggal 9 Mei 2009. 71
72 Berdasarkan hasil akreditasi tahun 2010 SMA Negeri 3 Malang mencapai nilai terakreditasi A (99,00) dan berdasarkan output siswa sejak tahun pelajaran 2009/2010 sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 lulus 100% dan diterima di perguruan tinggi rata-rata 95%. Adanya perubahan peraturan pemerintah tentang penilaian yang dimulai dari hasil Analisis Standar Penilaianyang sudah dimulai dari analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) tiap mapel sampai munculnya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) satuan pendidikan dilihat dari inteks, daya dukung, kompleksitas semua mapel maka KKM kompetensi pengetahuan dan keterampilan kelas XII Akselerasi 80 dan kelas XII, XI, dan X adalah 70 sedangkan kompetensi sikap berpredikat Baik (B). Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud di antaranya: Religius, Jujur, Toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, perduli sosial dan lingkungan, serta tanggung jawab. Nilainilai melingkupi dan terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya sekolah. Selain diatas satuan pendidikan juga merupakan wadah yang baik untuk pengembangan kecintaan siswa kepada 72
73 lingkungan alam, budaya, masyarakat. Kecintaan kepada lingkungan dapat diajarkan melalui pendidikan lingkungan hidup secara khusus dapat juga melalui integrasi melalui semua pelajaran, pengembangan diri, dan pembentukan sarana media berwawasan Adiwiyata. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Sudah mengacu pada Standar Proses yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 dan yang diperbaharui Permendikbud Nom 103 tahun 2014.
a) Landasan Kurikulum SMA Negeri 3 Malang berlandaskan pada: (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang telah disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nom 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan. (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
73
74 (4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. (7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. (8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA. (9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum SMA. (10)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61
tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan. (11)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62
tahun 2014 tentang Kegiatan Extrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
74
75 (12) tahun
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 2014
tentang
Pendidikan
Kepramukaan
sebagai
Extrakurikuler Wajib. (13)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah. (14)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
tahun 2014 tentang Peran guru TIK & Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013. (15)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103
tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. (16)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104
tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. (17)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111
tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. (18)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158
tahun 2014 tentang penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
75
76 (19)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159
tahun 2014 tentang Evaluasi Kurikulum. (20)
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Nomor 188.4/5085/103.03/2009 tentang Penetapan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA)
Penyelenggaraan
Program
Pendidikan
Berkecerdasan Istimewa (Percepatan Belajar). (21)
Peraturan Daera Kota Malang Nomor 13 tahun 2001
tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Malang. (22)
Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 19 tahun
2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal wajib di Sekolah/Madrasah. (23)
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Nomor 188.4/2094/103.02/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Barupada Satuan Pendidikan di Privinsi Jawa Timur. (24)
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Nomor 188.4/2093/103.02/2015 tentang Hari Efektif, Hari Efektif Fakultatif, dan Hari Libur bagi Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Tahun Ajaran 2015/2016.
76
77 (25)
MoU Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan
Departemen Pendidikan Nasional KEP 07/MENLH/06/2005 dan Nomor 05/VI/KB/2005. (26)
UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan. b) Tujuan Tujuan penyusunan Kurikulum SMA Negeri 3 Malang tahun 2015/2016 yaitu: (1) Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengaturan mengenai tujuan, ini, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam Mencapai Visi dan Misi SMA Negeri 3 Malang. (2) Sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan SMA Negeri 3 Malang (3) Sebagai pedoman setiap pelaksanaan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, extrakurikuler, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan. (4) Sebagai panduan untuk menyelaraskan seluruh kegiatan sekolah sehingga terwujud kegiatan sekolah yang bersinergi dan berkesinambungan. (5) Sebagai alat kontrol dan evaluasi terkait dengan keterlaksanaan program bagi pengawas sekolah, Dinas Pendidikan dan Kementrian Pendidikan. 77
78
5. Sarana Prasarana SMA Negeri 3 Malang memiliki fasilitas sebagai berikut: perpustakaan, laboratorium (bahasa, Agama, Kimia, Biologi , Fisika, Komputer), Mini bank, Ruang Multimedia, Pusat Sumber Belajar/TRRC, UKS, Kopsis, Kantin, Kantin Kejujuran, Musholla, BK, dan Ruang KBM yang representatif, Green House, serta penunjang lainnya. Dan berikut tabel sarana prasana SMA Negeri 3 Malang. 6. Data siswa Untuk mendukung proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan 28 rombel, 3 program pilihan. Kelas X terdiri dari 10 rombel yang meliputi 6 rombel program MIPA 6 semester, 2 rombel program MIPA 5 semester, 1 rombel program MIPA 4 semester, 1 rombel program IPS. Kelas XI terdiri dari 8 rombel yang meliputi 7 rombel peminatan MIPA dan 1 rombel peminatan IPS. Sedangkan kelas XII terdiri dari 10 rombel yang meliputi 7 rombel program MIPA, 2 rombel program akselerasi, 1 rombel program IPS dan jumlah keseluruhan siswa 838 orang 7. Data Guru SMA Negeri 3 Malang memiliki tenaga pengajar berlatar belakang pendidikan S1 sejumlah 36 orang, S2 sejumlah 17 orang,
78
79 sedang S2 sejumlah 4 orang dan sedang menempuh S3 sejumlah 3 orang. Sebagian besar pendidik (90%) telah memiliki Sertifikat Pendidik. Selain tenaga pendidik juga didukung oleh tenaga kependidikan yang berlatar belakang S1 sejumlah 10 orang, pendidikan SMA sejumlah 7 orang, pembantu pelaksana sejumlah 2 orang, penjaga sekolah sejumlah 6 orang.
8. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Malang SMA Negeri 3 Malang berada di bawah naungan dinas pendidikan kota Malang. Yang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang bersama komite sekolah dibantu kepala bagian administrasi dan wakil – wakil kepala dengan jobdesk sebagai berikut: a) Wakil kepala I bidang kurikulum -
Peng. Evaluasi belajar
-
Bimbel dan unit
-
Program akselerasi
-
Kormapel
-
CIE dan SFC
b) Wakil kepala II bidang kesiswaan -
Pembina osis
-
Kultur sekolah 79
80 -
Lingkungan hidup
-
OSN dan OSSN
-
Ekstrakurikuler
c) Wakil kepala III bidang sarpras dan ketenagaan -
Ketenagaan
-
Keuangan dan akutansi
-
Sarana prasarana
d) Wakil kepala IV bidang hubungan masyarakat -
Kerjasama masyarakat
-
Kewirausahaan
-
Alumnie
-
Komite sekolah
e) Wakil kepala V bidang penjaminan mutu dan KSLN -
Sistem manajemen mutu
-
Peningkatan SDM
-
Audit dan Litbang
-
Kerjasama Luar Negeri Selanjutnya dibantu kepala perpustakaan dan kepala
Laboratorium yang mengelola beberapa lab di sekolah yaitu: -
Laboratorium Biologi
-
Laboratorium Fisika
-
Laboratorium Kimia 80
81 -
Laboratorium Agama
-
Laboratorium Perbankan Kemudian dibantu kordinator U.K.S, Kordinator IT yang
mengelola TRRC, Multimedia, Pusat Sumber Belajar, Website, Paket Aplikasi Sekolah, dan terakhir Kordinator BP/BK.
B. Temuan Penelitian 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang Menurut Ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang dalam kebijakan-kebijakannya di semua Program sekolah tidak terlepas dari Visi sekolah, Visi sekolah ini lah yang menjadi titik tolak dalam membuat semua kebijakan dan menjalankan program di sekolah. SMA Negeri 3 Malang memiliki Visi “Menjadi sekolah unggul yang memiliki civitas akademika yang beriman, beratqwa, berakhlaqul karimah, dan berprestasi serta berperan aktif dalam era global, dan perduli lingkungan”. Salah satu point yang dititikberatkan dalam Visinya adalah Akhlaqul karimah. SMA Negeri 3 Malang ingin menciptakan suatu suasa religius bagi seluruh civitas akademika di sekolah yang berlandaskan akhlaqul karimah. Sebelum menjelaskan kebijakannya dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang, Ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, 81
82 M.Pd. menjelaskan kepada peneliti tentang motto dari SMA Negeri 3 Malang sebagai berikut: “Kita memiliki motto Bhawikarsu. Bhawikarsu itu ya, Bhaktya, widagda, karya, sudira. Baktya itu kita senantiasa berbakti, widagda itu belajar, karya itu kalau sudah pintar maka berkarya, dan yang terakhir kita itu harus menjadi pejuang sudiro, dan disingkatlah bhawikarsu.”71 Dalam implementasinya untuk menciptakan suasana religius yang berlandaskan akhlaqul karimah, SMA Negeri 3 Malang Melalui kebijakan dan kewenangan yang dimiliki ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. selaku kepala sekolah dan dibantu para dewan guru meluncurkan beberapa program. Beliau menuturkan kepada peneliti program-program SMA Negeri 3 Malang dalam menciptakan suasana religius sebagai berikut: “kita ingin menciptakan suasana yang religi, jadi kita bukan islamisasi, karena disini sekolah negeri ada bermacam – macam penganut agama. Sehingga dari sana muncullah program yang bernama bhawikarsu religi, Itu adalah program literasi di pagi hari lima belas menit pertama. Kalau yang beragama islam ada di center dan diikuti dikelas-kelas yang wajib membaca asmaul husna dan surat-surat pendek Al-Qur’an di juz ‘amma itu dan terjemahannya. Jadi harapan nya selain mereka membaca juga memahami maknanya.” Beliau melanjutkan: “Kemudian yang non-muslim kita tempatkan di lab keagamaan, disana mereka tidak ikut mendengarkan siswa-siswi yang mengaji. Disana mereka ada guru-guru khusus yang mendampingi mereka mengkaji kitab sucinya.”72
Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 72 Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 71
82
83 Kegiatan Bhawikarsu religi ini bersifat mengikat baik bagi guru maupun siswa, beliau melanjutkan: “kegiatan yang sudah dicanangkan lima belas menit di pagi hari ini mengikat, harus ya. Jadi kalau ada anak yang datangnya jam tujuh ya dianggap terlambat. Kalaupun masuknya jam enam lebih empat puluh lima menit, mengaji dulu lima belas menit, itu sudah masuk jam efektif.”73 Hal senada juga disampaikan oleh bapak Muhammad Aminullah, S.Pd.i selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan juga selaku salah satu dari anggota tim Bhawikarsu religi, beliau menjelaskan kepada peneliti sebagai beriku: Nah ini kebetulan saya juga termasuk anggota timnya masalahnya, saya coba jelaskan. Disini alhamdulillah mas, dari awal disini karakteristik siswa sudah tertanam sejak mereka pertama kali masuk kesini. Ada program MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) itu ada materi budi pekerti. Dan itu dari tim penjamin mutu. Disini kan ada tim IMTAQ (iman dan taqwa) nah beliau dalam materinya menjelaskan cara dan budaya disini itu salam sapa, jadi kalau ada guru manapun biasanya mereka selalu cium tangan. Beliau melanjutkan: “Itu secara akhlaq, kemudian dari segi religius kita di pagi hari pada pukul enam lebih empat puluh lima menit kita ada kegiatan Bhawikarsu religi. Bhawikarsu kan slogan kita, nah Bhawikarsu religi ini intinya membaca juz tiga puluh itu, jadi dipimpin dari mereka-mereka yang saya pilih, yang suaranya bagus, yang makhrojul huruf nya bagus. Mereka membaca itu satu dari ruang pusat situ, diikuti oleh anak-anak dan bapak ibu guru yang mengajar pada jam pertama. Jadi jam enam lebih empat puluh lima menit sudah masuk, jam tujum baru pelajaran. Lima belas menit itu kita gunakan untuk kegiatan baca Al-Qur’an dan Asma’ul Husna. itu semua kelas. Dan yang non-muslim kita tempatkan di lab agama itu. Dan guru agama disini menekankan agar siswa untuk sholat sunnah Dluha tapi sistemnya tidak wajib, jadi jam istirahat jam Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 73
83
84 sepuluh itu mereka byak yang melaksanakan sholat sunnah dluha” 74
Kegiatan Bhawikarsu religi ini peneliti saksikan sendiri ketika melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Malang. Para siswa sebelum masuk pada jam 06.45 WIB melaksanakan kegiatan Bhawikarsu religi. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, para siswa didampingi guru - guru yang mengajar pada jam pertama bersama membaca Asma’ul Husna dilanjutkan dengan membaca AL-Qur’an juz 30. Jam 06.45 sudah merupakan jam efektif. Jadi apabila ada siswa yang terlambat masuk ke kelas pada jam 06.45 dan tidak mengikuti kegiatan Bhawikarsu religi maka dianggap terlambat. Salah satu kebijakan SMA Negeri 3 Malang guna mencapai Visi dan juga menuntaskan Misi sekolah yang dalam hal ini terkait dengan penciptaan suasana religius ialah kerjasama antar lembaga. SMA Negeri 3 Malang melakukan Kerjasama dengan lembaga diluar sekolah, seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah kepada peneliti sebagai berikut: “selain program bhawikarsu religi tadi, kemudian ada kegiatan yang menunjang siswa-siswi meningkatkan pengetahuan religinya misalnya kita melakukan kerjasama dengan yayasan Al-Hikam yang diasuh oleh KH Hasyim Muzzadi yaitu membaca Al-Qur’an metode Bil qolam.” Beliau melanjutkan: “kalau bagi yang non-muslis kita ada kegiatan-kegiatan seperti retret dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya.”75
Hasil Wawancara Muhammad Aminullah, S.Pd.i., Guru PAI SMA Negeri 3 Malang, pada hari rabu tanggal 9 agustus 2016, pukul 09.00 – 10.00, bertempat di ruang guru. 75 Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 74
84
85 Ditambahkan oleh Bapak Muhammad Aminullah, S.Pd.i tentang penekanannya sekolah pada program baca tulis Al-Qur’an, beliau menjelaskan: “Jadi kalau saya pribadi tidak pernah membebankan anak-anak untuk menghafal, karena saya berfikir begini, untuk kalangan SMA sendiri kemampuan baca Al-Qur’annya juga masih banyak yang belum bisa jadi saya lebih menekankan untuk mereka belajar untuk baca Al-Qur’an dulu. Kalau mereka belum bisa baca Al-Qur’an kemudian mereka menghafal maka yang terjadi adalah bacaan nya belum benar. Karena ada beberapa (guru) yang menyuruh murid menghafalkan Juz 30, kalau saya tidak mau, saya lihat karakteristik siswanya. Kalau di Madrasah Aliyah atau di pondok pesantren ya silahkan saja tapi disini SMA yang mungkin ilmuilmu agamanya masih sedikit. Secara umum seperti itu.” Beliau melanjutkan: “Dan disini setiap minggunya disediakan program belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Bilqolam, di singosari. Itu diperuntukan bagi mereka-mereka dari kelas sepuluh hingga kelas duabelas yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Itu mereka bisa belajar hari senin jam setengah empat. Itu saya ambilkan dari Al-Hikam.”76 Kemudian beliau menyebutkan salah satu program terbaru di SMA Negeri 3 Malang ialah tahfidz Al-Qu’ran, program ini baru saja diluncurkan sebagai mana diutarakan kepada penulis sebagai berikut: “Jadi kita memang menyisir jangan sampai ada anak yang muslim tidak bisa baca tulis Al-Qur’an. Bagi yang sudah bisa akan ada pengembangan. Kemudian yang terbaru ada program tahfidz AlQuran.”77 Terkait program tahfidz Al-Qur’an ini ditambahkan oleh bapak Muhammad Aminullah, S.Pd.i, beliau menuturkan:
Hasil Wawancara Muhammad Aminullah, S.Pd.i., Guru PAI SMA Negeri 3 Malang, pada hari rabu tanggal 9 agustus 2016, pukul 09.00 – 10.00, bertempat di ruang guru. 77 Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 76
85
86 “Kita banyak melakukan kerja sama dengan Al-Hikam, selain program membaca Al-Qur’an metode bilqolam tadi, selanjutnya kita insya Allah “ada program hafidz Al-Qur’an. Karena sudah ada ternyata bibit-bibit dari kelas sepuluh hingga kelas sebelas yang sudah hafal sepuluh juz, lima juz. Dan itu harus kita wadahi mas. Juga seperti ada lomba-lomba keislaman hadroh, syahrir Qur’an, biasanya kita tidak ikut, tapi sekarang sudah kita wadahi. seperti terakhir di ITN terakhir itu mas perlombaan KTI (karya tulis islam) itu dari SMA yang ikut Cuma kita, yang lainnya pondok Begitupun juga dengan tahfidz Al-Qur’an. Nah itu yang membuat Alhamdulillah tahun ini kegiatan kita keagamaan itu di dukung sama kepala sekolah karena dinilai lancar, juga seperti membaca surat Al-Kahfi di hari jum’at, tapi menyicil sepuluh ayat-sepuluh ayat, itu sudah disetujui. dan dalam watu dekat ini juga ada olimpiade agama di SMA 1 Sidoarjo sama di UMM terakhir kita masuk empat besar.”78 Melakukan evaluasi terhadap program – program yang telah berjalan
sangat
diperlukan
untuk
mengetahui
perkembangan-
perkembangan yang dialami. Dengan melakukan evaluasi di akhir maka kita dapat menarik banyak sekali kesimpulan dari program yang telah berjalan dan hal-hal apa yang mesti diperbaiki, begitupun yang dilakukan oleh SMA Negeri 3 Malang. Pihak sekolah senantiasa melakukan evaluasi terhadap semua program kegiatan sekolah, mengingkatkan kegiatan yang dinilai baik dan memperbaiki kegiatan yang dirasa kurang maksimal. Seperti yang disampaikan ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. kepada peneliti: “di akhir pembelajaran kita senantiasa setiap ada program ada evaluasi. Nah, Evaluasi nya itu ada di tim penjamin mutu. Sehingga evaluasi program kemarin, dulu awalnya yang mengaji itu bapakbapak guru sekarang setelah dievaluasi bapak-bapak guru hanya Hasil Wawancara Muhammad Aminullah, S.Pd.i., Guru PAI SMA Negeri 3 Malang, pada hari rabu tanggal 9 agustus 2016, pukul 09.00 – 10.00, bertempat di ruang guru. 78
86
87 mendampingi anak-anak mengaji, semua anak-anak. Kenapa? Biar ada rasa kebanggaan maka anak-anak ikut berperan serta. Dan yang terbaru evaluasinya untuk lebih ditingkatkan lagi ada tim khusus penjaminan mutu tentang akhlak mulia dan kepribadian, itu arahnya seperti itu.”79 Pembinaan supervisi yang diberikan kepada seluruh staf sekolah juga dilakukan agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik. Ini dilakukan kepada guru agar bekerja dengan betul-betul dalam mendidik dan mengajar siswanya. Beliau menuturkan: “Kita juga melakukan supervisi ada dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian tiga kali kita supervisi nya.” 80 2. Faktor
yang
Mendukung
Upaya
Kepala
Sekolah
dalam
Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang. Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terhadap upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang, yaitu: a) Kepercayaan dan dukungan orang tua siswa yang tinggi Tingkat kepercayaan serta dukungan dari para orangtua siswa kepada lembaga SMA Negeri 3 Malang ini terbilang tinggi, mereka para orangtua siswa lebih open mind terhadap kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan pihak sekolah dan senantiasa memberikan Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 80 Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 79
87
88 dukungannya. Sebagaimana yang disampaikan ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. kepada peneliti berikut: “Faktor pendukung kita itu juga harapan orangtua, ya. Kepercayaan orangtua disini itu tinggi, sehingga mensuport program – program sekolah”81 Menjalin komunikasi yang baik dari pihak sekolah kepada para orangtua siswa dalam membicarakan masalah – masalah yang bersifat teknis dan mengenai pembiayaan sekolah juga menjadi pendorong bagi para orangtua untuk menaruh kepercayaannya kepada lembaga sekolah. Beliau melanjutkan: “Disini siswa bisa saling berdampingan, dengan yang dari papua, dengan anak cina, tidak ada yang namanya bullying di sekolah ini, tidak ada. anak orang kaya disini banyak, tapi mereka juga melindungi temannya yang kurang mampu. Hanya masyarakat saja yang takut untuk menyekolahkan anaknya disini kalau kondisi ekonominya kurang mampu, padahal disini tidak ada masalah. Dari manajemen juga bisa kita bebaskan. Jadi itu dari luar saja”. 82 b) Networking yang baik Faktor pendukung lainnya yang berkaitan dengan upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang adalah bahwa pihak sekolah memiliki networking atau jaringan yang baik, sehingga dalam melaksanakan kerjasama antar lembaga tidak menemukan kesulitan-kesulitan berarti, seperti dikemukakan oleh kepala sekolah kepada peneliti sebagai berikut: Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 82 Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 81
88
89 “Faktor yang menjadi pendukung lainnya yaitu kita memiliki networking yang bagus, jadi kita dalam mencari rekanan-rekanan itu tidak sulit. Alumni yang juga sangat suport, ya. Sehingga apapun program sekolah kalau itu positif daya dukungnya luar biasa.”83 SMA Negeri 3 Malang melakukan rekruitmen tenaga pengajar melalui proses yang ketat. Hal ini dilakukan guna menjaring tenaga pengajar yang benar – benar memiliki kualitas yang baik dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh tim penjamin mutu di sekolah, sebagaimana dijelaskan kepada peneliti sebagai berikut: “Dari aspek tenaga pengajar kita juga melakukan seleksi yang ketat. Kalau yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) otomatis dari pemerintah, ya. Kalau yang Non-PNS kita punya dua. Kemarin baru menyeleksi, jadi ada tim kita tim penjamin mutu, dan wakil kepala bagian kurikulum yang menyeleksi. Dan itu pun tidak langsung seratus persen diterima, tapi melalui proses magang. Jadi njenengan kalau lihat guru agama pakai baju hitam sama putih itu masih dalam proses magang.” Hal ini peneliti saksikan sendiri pada hari yang sama ketika melakukan penelitan di SMA Negeri 3 Malang memang ada beberapa guru yang memakai baju atasan putih dan celana hitam. Guru-guru tersebut melakukan magang dengan waktu yang telah ditentukan oleh tim penjamin mutu dan oleh wakil kepala bagian kurikulum yaitu bapak Budi Nurani, M.Pd. 3. Faktor
yang
Mengahambat
Upaya
Kepala
Sekolah
dalam
Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang. Hasil Wawancara Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Malang, pada hari jum’at tanggal 5agustus 2016, pukul 09.35 – 10.00, bertempat di ruang kepala sekolah. 83
89
90 Faktor yang menjadi penghambat dari upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang adalah sebagaimana yang di ungkapkan Ibu kepala sekolah kepada peneliti ialah keistiqomahan guru dalam mengawal kegiatan sekolah yang dalam hal ini dalam rangka untuk menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, seperti yang terekam oleh peneliti dalam percakapan dengan kepala sekolah SMA Negeri 3 Malang sebagai berikut: “Yang menjadi penghambat, ya. Sebetulnya juga ini tugas kita, jadi tidak semua guru itu istiqomah untuk mengawal kegiatan ini. Karena kan pembelajarannya mulainya jam enam lebih empat puluh lima menit. Lima belas menit yang pertama itu religi, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)- nya otomatis jam tujuh, kan. Nah ini, keikhlasan guru ini yang menjadi PR kita untuk terus menerus mengawal. Bahwa tugas bapak ibu guru itu untuk terus mengawal kegiatan Bhawikarsu religi itu. Itu penghambatnya.” Berbagai upaya dilakukan oleh Ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. selaku Kepala Sekolah untuk mengatasi hal-hal diatas yang menjadi hambatan dalam rangka menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, diantara upaya yang dilakukan ialah melalui supervisi. Seperti yang telah dikemukakan dalam rekaman percakapan dengan kepala sekolah diatas, bahwa beliau dan pihak sekolahnya melakukan kegiatan supervisi
yang
berkala.
Yaitu
mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian. Hal ini guna memberikan pembinaan kepada guru – guru di sekolah agar senantiasa menjalankan kegiatan sekolah dengan baik dan agar guru – guru bekerja dengan sungguh-sungguh dalam mengajar dan mendidik siswanya. 90
91 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan data dokumentasi maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisa data untuk menindak lanjuti penelitian ini. Data yang telah diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya akan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian. Di bawah ini peneliti akan memaparkan analisis temuan peneliti tentang implementasi dari upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang. Analisis ini akan memfokuskan penelitian yang berkenaan dengan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang. A. Upaya kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa religius berarti bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan), penciptaan suasana religius berarti menciptakan suasana atau iklim kehidupan keagamaan. 84 Dalam konteks pendidikan di sekolah berarti penciptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu 84
Muhaimin, paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 106.
91
92 pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama yang diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan konteks pendidikan agama ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah swt. Penciptaan suasana religius yang bersifat vertikal dapat diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan ritual, seperti shalat berjamaah, do’a bersama ketika akan dan telah meraih sukses tertentu, menegakan komitmen dan loyalitas terhadap moral force disekolah dan lain-lain. Yang horizontal berwujud hubungan antar manusia atau antar warga sekolah, dan hubungan mereka dengan alam sekitarnya. 85 Upaya penciptaan suasana religius di sekolah, menurut Muhaimin dkk. (2001: 298) dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan yang pelaksanaannya di tempatkan dilingkungan sekolah. Sifat pelaksanaan kegiatan tersebut untuk pertama-tama dapat dilakukan secara “top down” kemudian pada masa-masa berikutnya diupayakan berjalan secara “bottom up” dan pada akhirnya diharapkan menjadi tradisi bagi sivitas sekolah.86 Setelah peneliti melakukan penelitian dan memperoleh data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti mencatat bahwa SMA Negeri 3 Malang memiliki beberapa kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan suasana religius yang akan diuraikan sebagai berikut: 85 86
Muhaimin, paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 108. Ibid., hal. 298.
92
93 1. Bhawikarsu Religi Bhawikarsu religi ialah sebuah kegiatan rutin di SMA Negeri 3 Malang pada pagi hari sebelum dimulainya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yaitu kegiatan membaca asma’ul husna dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an Juz 30 (Juz ‘Amma) yang dilaksanakan oleh siswa secara bersama-sama di kelas-kelas didamping oleh guru-guru yang mengajar pada jam pertama pelajaran dengan durasi 15 menit, dimulai pada pukul 06.45 hingga 07.00 WIB. Kegiatan ini sudah masuk pada jam efektif, sehingga apabila ada siswa ataupun guru yang masuk ke sekolah pada jam KBM (07.00) saja, maka dianggap terlambat. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa di SMA Negeri 3 Malang, adapun bagi siswa yang memiliki latar belakang agama yang non-muslim seperti Kristen, Hindu, Budha, dan konghucu. Siswa tersebut mengikuti kegiatan Bhawikarsu religi yang bertempat di lab Keagamaan didampingi guru-guru khusus yang mengkaji kitab sucinya masingmasing. Kata Bhawikarsu sendiri merupakan motto dari SMA Negeri 3 Malang. Pada awalnya motto asli SMA Negeri 3 Malang berbunyi: “bertaqwa-belajar-bekerja-berjuang”, dan merupakan hasil karya peserta didik-siswi SMA Negeri 3 Malang pada bulan Juli 1967. Kemudian motto tersebut digubah oleh Bapak Rahardjo (pengajar Bahasa Indonesia) ke dalam bahasa Sansekerta menjadi: “Bhatya-widagdha93
94 karya-sudhira”. Resmi ditetapkan pada HUT ke-17 SMA Negeri 3 Malang, yang jika diuraikan adalah : Bhaktya : berbakti, bertakwa Widagdha : berilmu pengetahuan, belajar, berguna Karya : bekerja Sudhira : berani, berjuang, berteguh hati. Pengubahan ke dalam bahasa Sansekerta bertujuan agar motto memiliki nilai puitis dan estetis serta emosional artistik. Motto tersebut kemudian popular dengan singkatan Bhawikarsu. 87 Apabila dilihat dari model penciptaan suasana religius yang peneliti temukan di SMA Negeri 3 Malang bisa dikatagorikan kepada model struktural, karena penciptaan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang disemangati
oleh adanya peraturan-peraturan, pembangunan kesan, baik dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan dari suatu lembaga pendidikan atau suatu organisasi. Model ini biasanya bersifat “top down” yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi dari atasan. 88
Diambil dari situs http://www.sman3-malang.sch.id/profil/motto-dan-simbol diakses pada hari selasa tanggal 16 agustus 2016 jam 07.05 WIB 88 Muhaimin, op. cit., hal. 305-307 87
94
95 2. Belajar Membaca Al-Qur’an dengan metode bil qolam Program belajar membaca Al-Qur’an dengan metode bil qolam ini merupakan buah yang dihasilkan dari kerjasama antar lembaga yang diselengarakan oleh pihak SMA Negeri 3 Malang bekerjasama dengan Pesantren Mahasiswa (PESMA) Al-Hikam yang diasuh oleh KH Hasyim Muzzadi yang berlokasi di jalan Cengger Ayam Kota Malang. Program ini diikuti oleh siswa – siswi dari mulai kelas X hingga kelas XII diperuntukan bagi siswa – siswi yang belum bisa baca tulis Al-Qur’an. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari senin mulai pukul 15.30 (ba’da ashar). Sebagaimana yang telah terekam dalam percakapan peneliti dengan guru PAI bapak Muhammad Aminullah, S.Pd.i pada bab sebelumnya yang mana beliau juga merupakan anggota dari tim Bhawikarsu religi, bahwa tujuan dari kegiatan ini ialah untuk menunjang kemampuan siswa-siswi SMA Negeri 3 Malang dalam baca tulis AlQur’an, program ini juga hadir atas dasar banyaknya siswa – siswi yang masih minim dalam kemamapuan baca tulis Al-Qur’an. Program belajar membaca Al-Qur’an dengan metode bil qolam ini sekaligus menjadi bukti bahwa sebagai kepala sekolah Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. cakap dalam menjalankan tugas sebagai seorang manajer. memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan 95
96 kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalisme, dan mendorong keterlibatan seluruh kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Karena salah satu tugas dari seorang kepala sekolah adalah sebagai manajer di institusi yang ia pimpin. 89 3. Tahfidz Al-Qur’an Program paling mutakhir yang dicanangkan oleh SMA Negri 3 Malang melalui kepemimpinan kepala sekolah ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. adalah program Tahfidz Al-Qur’an. Program yang baru berjalan kurang dari satu tahun ini bermula dari adanya beberapa siswa yang sudah memiliki hafalan dan belum terwadahi oleh institusi sekolah. Atas dasar ini kepala sekolah di bantu oleh tim Bhawikarsu religi mencanangkan program tahfidz Al-Qur’an. Program ini di awasi langsung oleh tim penjaminan mutu SMA Negeri 3 Malang yang diketuai oleh bapak Budi Nurani, M.Pd. yang juga merupakan wakil kepala bagian kurikulum di sekolah tersebut. Zakiah derajat mengatakan perasaan tentram dan lega dapat diperoleh setelah sembahyang, perasaan lepas dari ketenangan batin dapat diperoleh sesudah melakukan doa dan atau membaca Al-Qur’an,
89
E. Mulyasa, op. Cit, Hal. 103.
96
97 perasaan tenang dan berterima (pasrah) dan menyerah dapat diperoleh setelah melakukan dzikir dan ingat kepada Allah SWT.90 B. Faktor yang Mendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang. 1. Kepercayaan orangtua. Sebagaimana terekam dalam percakapan di bab sebelumnya anatara peneliti dengan kepala sekolah, beliau menuturkan kepada peneliti bahwa salah satu faktor pendukung dari keberlangsungannya program-program sekolah dalam rangka menciptakan suasana religius di SMA Negeri 3 Malang adalah kepercayaan orangtua siswa yang tinggi terhadap lembaga sekolah. Sering kita temui di sekolah ada kalanya ketika program yang di canangkan oleh pihak sekolah harus berbenturan dengan kehendak dari orangtua siswa, hal ini menjadikan kegiatan sekolah tidak berjalan secara maksimal sebagaimana mestinya. Memang beliau, kepala sekolah, tidak menafikan adanya anggapan miring dari masyarakat tentang SMA Negeri 3 Malang yang dikatagorikan unggulan ini, namun secara administrasi semuanya berjalan baik bahkan bisa dibebaskan dari tanggungan administrasi. Adapun kabar – mring miring itu hanya anggapan dari masyarakat saja. 90 90
Zakiyah Derajat., Op. Cit., hal. 4
97
98 Faktor ini menjadi kunci tersendiri bagi keberhasilan lembaga sekolah dalam
menjalan program – programnya karena mendapat
dukungan penuh dari para orangtua siswa. Terjalinnya komunikasi yang baik antara lembaga sekolah dengan orangtua siswa juga menjadi kunci keberhasilan dan menentukan prestasi siswa itu sendiri dalam menjalani kegiatan belajarnya di sekolah. Slameto (2013 : 105) mengungkapkan Mengungkapkan bahwa sekolah telah menyediakan serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa termasuk perkembangan dirinya. Namun, tanggung jawab pendidikan bukan semata – mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua yang penuh perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat.91 2. Networking yang baik. Faktor yang menjadi pendukung dari upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius selanjutnya adalah membangun networking yang baik. SMA Negeri 3 Malang dikenal memiliki networking yang luas, kerja sama antara lembaga juga gencar dilakukan. Jaringan alumni yang baik, yang senantiasa memberi masukan dan mensuport kegiatan – kegiatan sekolah. Oleh karena itu seperti yang diungkapkan oleh kepala 91
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hal.
105.
98
99 sekolah, beliau cukup mudah dalam mencari rekanan-rekanan untuk bekerja sama. Ada beberapa lembaga dan institusi baik dalam negeri maupun luar negeri yang bekerjasama dengan SMA Negeri 3 Malang yang peneliti catat sebagai berikut: -
Daftar sekolah kemitraan luar negeri: a) River Valley High School (Singapura) b) Nakhonsawan High School (Thailand) c) Attarkiah Islamiah Institute (Thailand)
-
Daftar sekolah kemitraan dalam negeri: a) SMA Negeri Bangil Pasuruan Jatim (4 September 2006) b) SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan Jatim (4 September 2006) c) SMA Negeri 5 Malang Jatim (30 Juli 2007) d) Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (1 Februari 2008) e) Fakultas Psikologi Universitas Merdeka (12 Mei 2008) f) Universitas Negeri Malang (15 Juli 2008) g) SMA Negeri 1 Tuban Jatim (21 Agustus 2008) h) SMA Negeri 1 Blitar Jatim (10 Oktober 2008) i) SMA Semesta Bilingual Boarding School Semarang Jateng (6 Desember 2008) j) Universitas Bakrie (23 Februari 2010) k) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM (14 Juli 2010) 99
100 l) SMA Negeri 8 Jakarta (16 Juni 2010) m) SMA negeri 4 Malang Jatim (27 Juli 2010) n) SMA Ar-Risalah Lirboyo Jatim (10 Oktober 2010) o) SMA Negeri 1 Probolinggo Jatim (22 Februari 2010) p) SMA Negeri 1 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Kaltim (1 Mei 2010) q) SMA Negeri 1 Situbondo Jatim (12 April 2011) r) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma (4 Januari 2013) 92
C. Faktor yang Menghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang. Pada sesi akhir ketika peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Malang melalui wawancara kepada kepala sekolah SMA Negeri 3 Malang ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. beliau menuturkan bahwa faktor yang menjadi hambatan dalam upaya menciptakan suasana religius di sekolah adalah keistiqomahan guru dalam mengawal kegiatan – kegiatan sekolah. Kontinuitas atau kesinambungan keikhlasan para guru dalam mengawal kegiatan sekolah ini dicermati dan disadari sendiri oleh kepala sekolah sebagai pekerjaan rumah (PR) nya. Oleh karena itu kepala sekolah dibantu juga oleh tim penjamin mutu melakukan upaya untuk menanggulangi masalah ini yaitu diantaranya melalui supervisi.
Diambil dari situs http://www.sman3-malang.sch.id/kemitraan diakses pada hari rabu tanggal 17 agustus 2016 jam 06.45 WIB 92
100
101 Memang diantara lain tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor. Menurut Made Pidarta supervisi adalah kegiatan atau membimbing guru agar bekerja dengan betul-betul dalam mendidik dan mengajar siswanya. Selain membina guru dalam mendidik dan mengajar, kepala sekolah sebagai supervisor juga membina pribadi, profesi, dan pergaulan mereka sesama guru maupun personalia lain yang berkaitan dengan pendidikan sekolah. 93 Sedangkan Piet A Sahertian dalam bukunya “Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan” mengatakan bahwa Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai peran dan tanggung jawab membina, memantau, dan memperbaiki proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. tanggung jawab ini dikenal dan dikatagorikan sebagai tanggung jawab supervisi. supervisi sebagai proses membantu guru guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran kurikulum. Hal ini terkandung bahwa kepala sekolah adalah supervisor demi membantu guru secara individual maupun kelompok untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum serta lainnya. 94 Supervisi di SMA Negeri 3 Malang dipimpin kepala sekolah dilakukan secara berkala yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Supervisi ini tidak lain agar para guru dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik. Ini dilakukan kepada guru agar bekerja dengan betul-betul dalam mendidik dan mengajar siswanya.
93 94
Made Pidarta, Op. Cit., Hal. 51. Piet A Sahertian Op. Cit., hal. 112
101
102 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan analisis data yang telah peneliti uraikan pada bab sebelumnya, maka penulisan Skripsi dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang” ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang diimplementasikan kedalam beberapa program yang kesemuanya tidak terlepas dari Visi sekolah yaitu “Menjadi sekolah unggul yang memiliki civitas akademika yang beriman, beratqwa, berakhlaqul karimah, dan berprestasi serta berperan aktif dalam era global, dan perduli lingkungan”. Visi inilah yang menjadi titik tolak dari semua kebijakan kepala sekolah termasuk dalam menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah yang penekanannya adalah pada akhlaqul karimah. program tersebut adalah: Pertama, Bhawikarsu Religi. Yaitu program literasi di pagi hari membaca asma’ul husna dan surat – surat pendek di Juz ‘Amma dan bagi yang non-muslim didampingi oleh guru – guru kusus mengkaji kitab sucinya masing – masing di lab keagamaan. diikuti oleh semua siswa dan didampingi guru yang mengajar pada jam pertama pelajaran dengan durasi 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar yakni dimulai pukul 06.45 sampai 07.00 WIB. Kedua, Belajar 102
103 membaca AL-Qur’an dengan metode bil qolam.
Kegiatan ini
terselenggara atas kejasama dengan PESMA Al-Hikam dilaksanakan setiap hari senin pukul 15.30 (ba’da ashar). Ketiga, Tahfidz Al-Qur’an. Program paling mutakhir ini diselenggarakan diantaranya untuk memfasilitasi beberapa siswa yang sudah memiliki hafalan Al-Qur’an. 2. Faktor yang mendukung Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang yaitu Pertama, Kepercayaan dari para orangtua siswa yang tinggi terhadap lembaga sekolah sehingga mensuport program – program sekolah. Kedua, Networking yang baik. SMA Negeri 3 Memiliki jaringan kerjasama yang luas baik dalam negeri maupun luar negeri, sehingga tidak sulit dalam mencari rekanan – rekanan. 3. Faktor yang menghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Menciptakan Suasana Religius di SMA Negeri 3 Malang ialah keistiqomahan guru dalam menjalankan dan mengawal program – program sekolah. Kepala sekolah Sebagai solusinya melalui supervisi yang berkala yaitu dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
B. Saran SMA Negeri 3 Malang sebagai lembaga pendidikan yang telah melahirkan generasi – generasi unggul dan memiliki koneksi internasional tentu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk selalu menjaga 103
104 konsistensi mutu sekolah dan selalu menjaga komunikasi internal maupun komunikasi eksternal. Serta selalu meningkatkan kinerja dalam berbagai aspek di lingkungan sekolah tidak terkecuali para guru. Karena lembaga yang maju adalah lembaga yang selalu menjaga kultur/budaya dan warga sekolah nya memiliki semangat gotong royong.
104
105 DAFTAR PUSTAKA Sumidjo, Wahyu. 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tujuan teoritik dan permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. M. Siregar, Evendy. 1989, Bagaimana Menjdai Pemimpin Yang Berhasil, Jakarta: PD. Mari Belajar. Muhaimin. 2002, paradigma Pendidikan Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Faududdin dan Cik Hasan Bisri, 1996, Dinamika Pemikiran Islam Di Perguruan Tinggi,wacana Tentang Pendidikan Agama Islam Bandung: Logos Wacana Lima Daryanto. M . 1998, Administrasi Pendidikan Jakarta: PT Rineka Cipta. Muhaimin. 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Perum Balai Pustaka. Marno. 2007, Islam by Management and Leadership, Jakarta, Lintas Pustaka. Munir, Abdullah. 2008, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Jogjakarta: Ar Ruzz Media. Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Kartini, Kartono. 1990, Pemimipin dan Kepemimpinan Jakarta: CV. Rajawali. Bukhori, Muhammad Dkk.
2005, Azas-azas Manajemen (Jogjakarta: Aditya
Media. 105
106 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara 2003) Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2008) Mulyasa, E. 2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim. dan Djaja Pranoto, Sutadji. 1984, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara. Pidarta, Made. 1995, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar Jakarta: PT Gramedia Widia sarana Indonesia. Arikunto, Suharsini. 1993, Organisasi dan Administrasi Jakarta: Grafindo Persada. A Sahertian, Piet. 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Jakarta: Rineka cipta. Jalaluddin. 1988, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Grafindo Persada. Derajat, Zakiyah. 1993, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: bulan bintang. Margono. 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta. J. Moleong, Lexy. 2003, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kasiram. 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif Malang: UINMalang Press Arikunto, Suharsimi. 2002, prosedur penelitian: suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta. 106
107 Azwar, Saifuddin. 2005, Metode Penelitian, Yogyakarta: pustaka Pelajar. Sugiono. 2005, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: CV Alfabeta. Marzuki. 2000, Metodologi Riset, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII. Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purrnomo. 2006, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Moh. 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indoneia. Slameto. 2013, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
107
1
LAMPIRAN LAMPIRAN
1
2
2
3 Lampiran 1 1. Profil Sekolah Nama dan alamat sekolah
: SMA Negeri 3 Malang
Jalan
: Sultan Agung Utara No. 7
Kecamatan
: Klojen
Kota
: Malang
No. Telepon
: (0341) 324768
Fax
: (0341) 341530
Status sekolah
: a. Negeri, b. Swasta ;
Tahun Didirikan
: 18 Agustus 1952
Akreditasi
: A
Visi
: Menjadi sekolah unggul yang memiliki civitas akademika yang beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah, dan berprestasi serta berperan aktif dalam era global, dan peduli pada lingkungan.
Misi
:a)
Menumbuhkan
penghayatan
dan
pengamalan terhadap ajaran agama dan budaya bangsa yang diaplikasikan dalam kehidupan nyata. b)
Menumbuhkan semangat keunggulan
kepada semua warga sekolah. c)
Menumbuhkan pembelajar sepanjang
hidup bagi warga sekolah.
3
4 d) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan beragam sumber. e) Menumbuhkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. f) Menumbuhkan
semangat
kepedulian
lingkungan sosial, fisik, dan kultural. g) Mengembangkan potensi dan kreativitas warga
sekolah
yang
unggul
dan
mampu bersaing, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. h) Mengembangkan berkomunikasi
keterampilan menggunakan
bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris dalam bidang akademis maupun non-akademis. i) Menumbuhkan budaya membaca, menulis, dan menghasilkan karya. j) Menerapkan Komunikasi
Teknologi (TIK)
Informasi dalam
dan
proses
pembelajaran dan pengelolaan sekolah. k) Menyediakan
sarana
prasarana
berstandar nasional pendidikan. 4
yang
5 l) Menerapkan manajemen partisipatif secara profesional
dan
mengarah
kepada
manajemen
mutu
berstandar
nasional
pendidikan dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan lembaga terkait. m) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, dan nyaman. n) Membudayakan kesadaran warga sekolah dalam
menjaga
kebersihan
dan
melestarikan lingkungan dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. o) Mengintegrasikan lingkungan
hidup
konsep
pengelolaan
kedalam
kegiatan
pembelajaran 2. Sejarah singkat Sejarah perkembangan SMA Negeri 3 Malang secara kronologis dimulai setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Saat itu di kota Malang berdiri dua SMA yaitu SMA Republik Indonesia dan SMA Federal (VHO). Para pejuang TRIP, TP, TGP dan lain-lain yang sudah kembali ke sekolah, ditampung dalam satu SMA peralihan yang digabungkan ke SMA Federal.
5
6 Pada tanggal 8 Agustus 1952, Jurusan B (Pasti Alam) SMA B II dan SMA Peralihan digabungkan menjadi satu berdasarkan SP Menteri PP dan K Nomor 3418/B dan diberi nama SMA B II Negeri. Nama ini digunakan karena terdapat dua SMA yang telah mengalami perubahan nama, yaitu SMA A/C menjadi SMA I C dan SMA Federal menjadi SMA B I Negeri. Dua SMA B tersebut kemudian menjadi SMA I B dan SMA II B. Nama tersebut dirasa kurang tepat karena nama SMA I B seolah-olah kualitasnya lebih tinggi dari SMA yang lain. Akhirnya diadakan perubahan nama ketiga SMA yang ada di Malang berdasarkan usinya, yaitu: (1) SMA A/C menjadi SMA I A/C, (2) SMA I B menjadi SMA II B, dan (3) SMA II B menjadi SMA III B. Timbulnya SMA gaya baru pada tahun 1963 yang mengharuskan semua SMA mempunyai jurusan yang sama, yaitu budaya, social, ilmu pasti, dan ilmu pengetahuan alam), membuat nama tambahan A, B, dan Cpada urutan nama keempat SMA di Malang. Dan nama SMA III B berubah menjadi SMA Negeri 3 Malang. Nama SMA Negeri 3 Malang mengalami perubahan lagi menjadi SMU Negeri 3 Malang berdasarkan SK Mendikbud Republik Indonesia Nomor 035/0/1997, dan kemudian kembali lagi menjadi SMA Negeri 3 Malang
6
7 Mars SMA Negeri 3 Malang ciptaan: Widya Cahyono Sasmoko Adi (Alm.) I: Kami Putra-Putri SMA Negeri Tiga Malang Taat 'kan peraturan, tegakkan persatuan Biar badai terus menghantam, ku tak pernah kenal menyerah Itulah jiwa pelajar yang mulya Bhaktya ... Widhagda Karya Sudhira Sebagai dasar hidup bahagia Ku tak pernah lengah akan tugas sebagai pelajar Menjunjung tinggi peradaban bangsa II: Dengan tekad yang bulat pelajar siap siaga Membela kebenaran, membenci kejahatan Itulah jiwa yang terpendam di dalam kalbuku Berkat didikan yang agung dan mulya Damai ... sejahtera tujuanku Untuk mencapai hidup yang baru Ku 'kan tuntut ilmu untuk kepentingan negara Tuhan 'kan membimbing para umat-Nya
7
8 3. Daftar Luas Ruang dan Bangunan a) Lantai 1 (Tabel 4.1) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA RUANGAN R. kanjur & kopsi Destro Smanti R. UKS R. WAKASIS R. OSIS R. BP/BK R. Ibadah Toilet Siswi R. Ganti Siswi KM Guru & Kary R. Guru R. PPM & Sarpras R. TRRC R. Wakakur & Aksel R. PMA R. TU & Humas R. Kepala TU R. KEPSEK R. Lab. Perbankan Lab Biologi R persiapan Biologi Musholla B R. gudang sarana Gudang Perpustakaan Lab Kimia R. persiapan Kimia R. KIMIA Lab Fisika R. persiapan Fisika R. Fisika 1/T parkir R. Fisika 2/T parkir Toilet Siswi & lorong Toilet Siswa Gudang Dapur R. Tatib
Kode Ruang 14 & 15 19 31 12 16 11 10 9.A 9 8 7 6 5 4 4.A 3 2 1 27 37 29 28 32 36 37.A 37 69 70 59 60 26 26 35 21 8
Panjang 6,50 6,50 7,00 8,75 5,80 8,00 2,20 3,30 3,30 3,30 11,00 10,00 10,00 5,50 4,50 9,30 6,80 6,80 9,30 9,30 9,30 10,00 9,30 7,00 9,20 4,60 8,00 9,20 4,60 8,00 8,00 4,60 14,50 10,10 7,00 5,50
Lebar
Luas
5,50 4,50 10,10 4,50 4,50 5,20 2,20 2,70 2,60 3,00 10,00 4,50 6,50 4,00 4,00 8,00 3,30 6,00 9,00 8,00 4,00 6,50 2,50 2,00 9,40 4,00 9,00 8,00 4,00 8,00 8,00 3,25 3,00 4,00 2,50 4,00
35,755 29,25 70,70 39,38 26,10 41,60 4,84 8,91 8,58 9,90 110,00 45,00 65,00 22,00 18,00 74,40 22,44 40,80 83,70 74,40 37,20 65,00 23,25 14,00 86,48 18,40 64,00 82,80 18,40 64,00 64,00 14,95 43,50 40,40 17,50 22,00
Ket Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1
9 37 38 39 40 41 42 43 44
Destro Smanti Pos satpam R. penelitian Kimia Taman depan TU Taman depan R. Guru Hal. depan + taman Kolam & gasebo Hal belakang & LAP
20 19 18
4,00 2,70 10,00 9,80 27,00 76,00
2,30 2,20 6,00 2,80 3,80 10,10
9,20 5,94 60,00 27,44 102,60 760,00 964,63
9
Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1 Lt 1
10 b) Lantai 2 (tabel 4.2) NO
NAMA RUANGAN
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Lab agama R. XI aksel 1 R. XI aksel 2 R. kbm X 11 MIPA 1 R. kbm X 11 MIPA 2 Lab komputer R. kbm XI 11 MIPA 3 R. kbm XI 11 MIPA 4 R. kbm XI 11 MIPA 5 R. XI MIPA 6/A1 R. XI MIPA 7/B1 R. XI MIPA 1/C1 R. X MIPA 2/D1 R. Serbaguna 1 R. PPKN R. XI MIPA 6 R. XI MIPA 7 Kantin sekolah R. kbm XI IPS R. cadangan R. kbm XII IPS R. kbm XII MIPA 7 R. kbm XII MIPA 5 R. kbm XII MIPA 6 R. Pramuka R. Pramuka R. radio R. Media Perpustakaan R. kbm E 1 R. kbm G 1 R. kbm F 1 R. kbm J 1 R. kbm H 1 R. kbm lt 3/XIII MIPA 5 R. kbm lt 3/XIII MIPA 4 R. kbm lt 3/XIII MIPA 3 R. kbm lt 3/XIII MIPA 2 R. kbm lt 3/XIII MIPA 1
Kode Panjang Ruang 30 10,00 38 8,20 40 9,30 41 9,30 42 9,30 43 9,30 44 9,30 45 9,30 46 9,50 47 9,50 48 9,50 49 9,50 50 9,50 51 13,00 61 8,00 62 8,00 63 8,00 24 11,50 64 8,00 67.A 8,00 65 8,00 66 8,00 68 9,20 67 9,20 22 7,00 22 6,00 23 6,00 39 7,00 33 16,00 56 5,00 54 5,00 55 5,00 52 5,00 53 5,00 68 8,00 69 8,00 70 8,00 71 8,00 72 8,00 10
Lebar 6,50 4,00 5,50 4,50 4,50 8,00 8,50 8,00 5,50 5,50 5,00 5,50 4,50 12,00 8,00 8,00 8,00 15,00 8,00 8,00 8,00 8,00 9,00 7,50 2,30 2,50 5,50 10,00 10,00 9,00 9,00 9,00 9,00 9,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
Luas 65,00 32,80 51,15 41,85 41,85 74,40 79,05 74,40 52,25 52,25 47,50 52,25 42,75 156,00 64,00 64,00 64,00 172,00 64,00 64,00 64,00 64,00 82,80 69,00 16,10 15,00 33,00 70,00 160,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 64,00 64,00 64,00 64,00 64,00
Ket Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2
11
c) Lantai 3 (tabel 4.3) NO
NAMA RUANGAN
84 85 86 87 88 89
Perpustakaan R. kbm Lt 3 / XII MIPA 5 R. kbm Lt 3 / XII MIPA 4 R. kbm Lt 3 / XII MIPA 3 R. kbm Lt 3 / XII MIPA 2 R. kbm Lt 3 / XII MIPA 1
Kode Ruang 33 68 69 70 71 72
Panjang 16,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
Lebar
Luas
Ket
10,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
160,00 64,00 64,00 64,00 64,00 64,00
Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 3
4. Ruang Guru (tabel 4.4) NO
Jenis
rasio
kondisi
1
Kursi Kerja
42
baik
2
Meja Kerja
22
3
Lemari
61
4
Papan Statistik
1
5
Papan Pengumuman
1
6
Tempat sampah
2
7
Tempat cuci tangan
2
8
Jam Dinding
1
11
rusak
12 5. Ruang Tata usaha (tabel 4.5) NO
Jenis
Rasio
Kondisi
1
Kursi kerja
8
baik
2
Meja kerja
6
3
Lemari
1
4
Papan statistik
1
5
Mesin ketik/ komputer
7
6 7
Tempat cuci tangan Filing kabinet
1
8
Brankas
3
9
Telepon
1
10
Jam dinding
1
11
Soket listrik
8
12
Penanda waktu
1
13
Tempat sampah
4
12
Rusak
13 6. Sarana permainan/olahraga (tabel 4.7) NO
Jenis
Jumlah
Kondisi Baik
Rusak
1
Tiang Bendera
2
2
Bendera
2
3
Peralatan bola voli
1
4
Peralatan sepak bola/futsal
1
5
Peralatan bola basket
1
6
Peralatan senam
1
7 8
Peralatan atletik Peralatan budaya
1
9
Peralatan keterampilan
1
10
Peralatan suara
2
11
Tape recorder
4
7. U.K.S (tabel 4.8) NO
Jenis
Jumlah
Kondisi baik
Rusak
2 set/ruang
Lemari
2 buah
3
Meja
4 buah
4
Kursi
13 buah
5
Catatan kesehatan siswa
348 lembar
6
Perlengkapan P3K
8 set
1
Tempat tidur
2
13
14 7
Tandu
1 buah
8
Selimut
10 buah
9
Tensimeter
2 buah
10
Termometer badan
2 buah
11
Timbangan badan
2 buah
12
Pengukur tinggi badan
1 buah
13
Tempat sampah
2 buah
14
Tempat cuci tangan
2 buah
15
Jam dinding
1 buah
8. Perpustakaan (tabel 4.9) NO 1 2 3 4
Jenis
Jumlah
Buku siswa/pelajaran Buku panduan Pendidik Buku pengayaan Buku referensi (Misal: kamus, ensiklopedia, dst) Lainnya (fiksi)
20.378 2.560 11.501 3.308
Kondisi* Baik Baik Baik Baik Baik
5 1.87 Baik Total 39.60 Baik Keterangan : * isilah dengan kondisi buku yang tersedia di perpustakaan.
14
Rusak -
15 9. Data siswa kelas A (MIPA 6 semester) B (MIPA 6 semester) C (MIPA 6 semester) D (MIPA 6 semester) E (MIPA 6 semester) F (MIPA 6 semester) G (MIPA 5 semester) H (MIPA 5 semester) I (MIPA 4 semester) J (MIPA 6 semester) JUMLAH KESELURUHAN KELAS X XI MIPA – 1 XI MIPA – 2 XI MIPA – 3 XI MIPA – 4 XI MIPA – 5 XI MIPA – 6 XI MIPA – 7 XI MIPA AKS - 1 XI MIPA AKS – 2 XI IPS JUMLAH KESELURUHAN KELAS XI XII MIPA - 1 XII MIPA – 2 XII MIPA – 3 XII MIPA – 4 XII MIPA – 5 XII MIPA – 6 XII MIPA – 7 XII MIPA AKS - 1 XII MIPA AKS - 2 XII IPS JUMLAH KESELURUHAN KELAS XII JUMLAH SELURUHNYA
(tabel 4.10) Jumlah siswa L P 18 13 16 18 13 21 21 14 11 23 9 22 14 15 12 18 6 18 10 21
Jumlah perkelas 31 34 34 35 34 31 29 30 24 31
Ruang
Ket
47 48 49 50 56 55 54 53 13 52
Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 3 Lt 1 Lt 3
130 17 15 14 11 14 14 14
183 13 15 16 20 16 16 17
313 30 30 30 31 30 30 31
41 42 44 45 46 62 63
Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2
3
22
25
64
Lt 2
102 13 13 12 15 12 18 9 6 7 17
135 21 19 22 20 23 16 24 11 11 17
237 34 32 34 35 35 34 33 17 18 34
72 71 70 69 68 67 66 38 40 65
Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 3 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2 Lt 2
122 354
184 502
306 856
28
15
16 10. Data guru (tabel 4.11) NO.
NAMA
NIP
GOL. /RUA NG
MAPEL.
1
Hj. ASRI WIDIAPSARI, M.Pd.
19670111 199003 2 003
IV/a
B. Inggris
2
Dra. CHOIRULIL FATIH, MA.
19650921 199403 2 003
IV/a
PAI
3
Drs. BASUKI AGUS P.P., M.Pd.
19660311 198903 1 008
IV/b
B. Indonesia
4
Dra. S U Y A T I
19570706 198203 2 006
IV/b
B. Indonesia
5
AKHMAD SUPRIADI, S.Pd.
19620508 199103 1 009
IV/a
B. Indonesia
6
DINA CHRISTY S., S.Pd.
19571026 198603 2 004
IV/a
B. Inggris
7
ENDAH ARIANI,S.S
19750404 201407 2 002
CPNS
B.Inggris
8
Drs. H A R T O N O
19570523 198603 1 010
IV/b
Sos./Sejarah
9
Drs. ADI PRAWITO, M.Si.
19610912 198903 1 010
IV/b
Sos./Sejarah
10
Dra. SRI POERWANI H.
19570408 198403 2 002
IV/b
Sos./Sejarah
11
Drs. AHMADILLAH, M.Si.
19601014 198702 1 003
IV/a
Sos./Sejarah
12
ANISAH HARIATI, S.Pd.
19691024 199512 2 001
IV/a
PPKn
13
SRI HARINI, S.Pd.
19640514 198901 2 002
IV/a
Matematika
14
RETNO TRISNIWATI, S.Pd.
19670201 198901 2 004
IV/a
Matematika
15
Drs. EDY EFFI BOEDIONO, M.Pd.
19680215 199803 1 005
IV/a
Matematika
16
ANY HERAWATI, M.Pd.
19710702 200501 2 008
III/c
Matematika
17
RIZKY ADITYA NUGRAHA, S.Pd.
19830927 200903 1 005
III/b
Matematika
18
Dra. CATUR WIGIYATI
19661021 199802 2 002
IV/a
Fisika
19
KHOIRUL HANIIN, M.Pd.
19700523 199403 2 006
IV/a
Fisika
20
BUDI NURANI, M.Pd.
19690502 199703 1 007
III/d
Fisika
21
WAWAN PRAMUNADI, M.Pd.
19760621 200501 1 011
III/c
Fisika
22
19570208 198603 1 010
IV/b
Biologi
19600517 198112 2 008
IV/a
Biologi
24
Drs. HARYWANTO SRI WILUDJENG SUPRIATIN, S.Pd. LILIK NURHAYATI, S.Pd.
19690212 199601 2 001
IV/a
Biologi
25
DWI SULISTIARINI, M.Pd.
19730412 199801 2 002
IV/a
Biologi
26
Dra. SITI JUHARIYAH
19680412 200003 2 008
III/d
Biologi
27
Dra. POERWATI BUDI UTAMI
19570613 198303 2 005
IV/a
Kimia
28
DIAH PURWANINGTYAS, S.Pd.
19750712 200903 2 002
III/b
Kimia
29
TITIK SUSIANAH, M. Si
19791112 200604 2 030
III/b
Kimia
30
VENNI IKA SUSANTI, M.Si.
19800523 200604 2 040
III/b
Kimia
31
Dra. WAHYU WIDIASTUTI, M.Pd.
19671018 199003 2 008
IV/a
Geografi
23
16
KET Kepala Sekolah
Waka Sarpras Waka Humas
Waka Kurikulu m
Waka Kesiswaa n
17 32
RATNA RAHMAWATI, M.Pd.
19841103 201001 2 024
III/a
Geografi
33
TRI RAHAYU UDJIANI, S.Pd
19561101 198102 2 002
IV/a
Ekonomi
34
Dra. SRI WAHYUNI
19601030 198603 2 008
IV/a
Ekonomi
35
Drs. ADI SASONGKO
19620320 199003 1 007
IV/a
Penjasorkes
36
WAHYUDIONO, S.Pd.
19680130 199802 1 003
IV/a
Penjasorkes
37
CHOMSATUL FADILAH, S.Pd.
19840122 201001 2 014
III/a
Penjasorkes
38
Dra. NUR MUKAROMAH
19581110 198603 2 010
IV/a
BP. / BK.
39
Drs. ABDUL MADJID, MA.
19571231 198403 1 056
IV/b
BP. / BK.
40
ULFATUL MILLAH, S.Pd.
19810823 200604 2 031
III/c
BP. / BK.
41
LULUT EDI SANTOSO, M.Pd.
19650313 199303 1 008
IV/a
Seni Budaya
42
FIRMAN, S.Pd., S.Sn.
19771009 200604 1 013
III/b
Seni Budaya
43
TRI SETYA ANGGRIANI, S.Pd.
19750107 200604 2 029
III/c
Bhs. Jerman
44
EPRATA MEININGSIH, S.Pd. NORMAN ADHI PRAWITHA, S.Kom.
19820529 200604 2 027
III/c
Bhs. Jepang
19810213 200903 1 003
III/b
Komp./ TI
45
TENAGA KEPENDIDIKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) 46
DRS.IMAWAN WIBISONO
19680211 199412 1 001
III/d
Ka. TAUS
TENAGA PENDIDIK HONORER (GTT)
1
STEFANUS PAN, S.Ag.
Guru Tidak Tetap/ GTT
MAPEL./BID. TUGAS PA. KATOLIK
2
HERY YUDIYANTO, S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
SENI BUDAYA
3
KASTINI, S.PAK.
Guru Tidak Tetap/ GTT
PA. KRISTEN
4
SURTI SRI WAHYUNI, S.Ag.
Guru Tidak Tetap/ GTT
PA. HINDU
5
AKHMAD NASIKIN, M.Ag
Guru Tidak Tetap/ GTT
PA. ISLAM
6
MUHAMMAD AMINULLAH, S.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
PA. ISLAM
7
MOH. FIRMAN MUSTHOFA H.
Guru Tidak Tetap/ GTT
PA. ISLAM
8
ANDIK PRASETYO N., S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
MATEMATIKA
NO.
NAMA
STATUS KEPEG.
9
ARIF HIDAYATUL KHUSNA, S.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
MATEMATIKA
10
DIAN MEGA INDAH LESTARI, S.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
MATEMATIKA
11
IRA NOVILIYA, S.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
MATEMATIKA
12
ENDRI PURNOMO, M.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
BIOLOGI
13
SRI WAHYUDI, S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
BHS. INDONESIA
14
HELMI WICAKSONO, S.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
SDA
15
M. ANIQ MUBAROK, S.Pd., S.S.
Guru Tidak Tetap/ GTT
BHS. INGGRIS
16
DARISTYA LYAN RIANG DALU
Guru Tidak Tetap/ GTT
BHS. INGGRIS
17
RATIH KARTIKASARI, S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
BHS. PERANCIS
17
KETERA NGAN
18 18
Guru Tidak Tetap/ GTT
BP./ BK.
Guru Tidak Tetap/ GTT
PPKn
20
LANTIP WICAKSANA PUTRA, S.Pd MUHAMMAD ROHMATUL ADIB, S.Pd UMI PATRIA, S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
Bahasa Daerah
21
LUH MURNIASIH, M.Pd
Guru Tidak Tetap/ GTT
Kimia
22
WAKIDI, SE
Guru Tidak Tetap/ GTT
Bahasa Daerah
23
ARYO SAPUTRO PANJI S., S.Pd.
Guru Tidak Tetap/ GTT
Bahasa Daerah
19
TENAGA KEPENDIDIKAN HONORER (PTT) 1
Drs. HANDRI PRIJANTO
2
SUSILO MARDI WAHYUNI, SE.
3
UUM KRISTANTI, SE.
4
EMMA AGUSTINA, SS.
5
MUJITO
6
DEWI ARIATI
7
PURI SEPTIANDANI, A.Md
8
NURUL HIKMAH, SE.
9
NUR HAYATI
10
LUTHFI AGUNG SULISTYO
11
INTAN NURJANNAH, S.Pd.
12
EKWA GELANG SHANTI, S.Si.
13
YULIA RAHMA SARI, S.Si.
14
ANDIK DWIJANTO, SE.
15
SELLA PRADANA, A.Md.
16
DEFI YUNIATI, S.Ptk
17
ARI SUBEKTI, S.Kep.,Ns.
18
AGIAN NENI VIFTANTI, SE.
19
ENIK SULIKAH
20
MOH. BUKHORI
21
ISBAKHUL MUNIR
Guru Tidak Tetap/ GTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT
18
Teknisi Komp./TI Adm. Keuangan SPP Adm. Keuangan SBPP Adm. Kepegawaian Adm. Persuratan & Umum Adm. Kesiswaan Adm. Persuratan & Umum Adm. Akademik/PEB Adm. Akademik/PEB Teknisi Komp./TI Petugas Lab. Fisika Petugas Lab. Biologi Petugas Lab. Kimia Inventaris Petugas Perpus Petugas Perpus Paramedis UKS Adm. Kanjur. Konsumsi & RTS. Tenaga Kebersihan Tenaga Kebersihan
19
22
IMFRON WAHYUDI, A.Md.
23
BIBIT PILIANTO
24
RISWANTO
25
MOCHAMAD EDI SANTOSO
26
SISWANTO
27
DIDIK SLAMET PURWANTO
Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT Pegawai Tidak Tetap/PTT
11. Struktur organisasi (tabel 4.12)
19
Tenaga Keamanan Tenaga Keamanan Tenaga Keamanan Tenaga Keamanan Tenaga Keamanan Tenaga Keamanan
20 Lampiran 2
SMA Negeri 3 tampak dari depan
Kegiatan upacara bendera
20
21
Peneliti bersama kepala sekolah ibu Dra. Hj. Asri Widiapsari, M.Pd. ketika melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Malang
Peneliti bersama bapak Muhammad Aminullah., S.Pd.i. guru Pendidikan Agama islam di SMA Negeri 3 Malang 21
22
Kantin Sekolah
22
23 Lampiran 7
Nama NIM TTL Februari 1992. Jurusan Fakultas Tahun Masuk Alamat Rumah Nom tlp Riwayat Pendidikan
: Ahmad Fawaid : 11110157 : Sukabumi,
21
: Pendidikan Agama Islam : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan : 2011 : Komplek Al- Masthuriyah, RT/RW : 46/10 Kp. Tipar. Kec. Cisaat. Kab. Sukabumi. Prov. Jawa Barat. : 085791170010 : - Formal - Madrasah Ibtidaiyyah Al-Masthuriyah 1998 – 2004 (6 tahun) - Madrasah Tsanawiyyah Al-Masthuriyah 2004 – 2007 (3 tahun) - Madrasah Aliyah Al-Masthuriyah 2007 – 2010 (3 tahun) - Non-formal -
Motto
Madrasatul Mu’alimin Tebuireng, Jombang 2010 – 2011 (1 tahun) Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyyah Nurul Huda, Mergosono, Malang 2013 – 2014 (1 tahun)
: ان التشبه بالكرام فالح# و تشبهوا ان لم تكونوا مثلهم ( Tirulah oleh kalian jika kalian belum bisa seperti mereka # Sesungguhnya meniru para orang mulia adalah sebuah kejayaan ) Malang, 29 Agustus 2016. Mahasiswa
Ahmad Fawaid 23