eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 435-450 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA ASEAN DALAM MENGATASI KRISIS PANGAN MELALUI AIFS & SPA-FS TAHUN 2009-2013 RIA HENDRIYANTI1 NIM. 06.56155.08381.02 Abstract: ASEAN's effort in addressing the food crisis is to conduct regional cooperation among ASEAN member countries to address the food crisis that no region of Southeast Asia. Its partnership aims to maintain a close relationship and help each other on the issue of the food crisis in the long term to improve food security in ASEAN region. The cooperation is carried out through the ASEAN Integrated Food Security Framework (AIFS) that elaboration of the Strategic Plan of Action on Food Security (SPA-FS) which is the concept of cooperation undertaken by the ASEAN countries on security integrated food. With the purpose of the SPA-FS is to ensure long-term food security and improve the lives of farmers from the food crisis in the ASEAN region. Keywords: AIFS, SPA-FS, Food Crisis, Food Security. Pendahuluan Di mana dunia disaat ini sedang di timpa banyak krisis, salah satunya krisis pangan yang dibutuhkan untuk dicari solusinya. Ketahanan pangan memiliki kaitan dengan kerawanan pangan. Kerawanan pangan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan dikaitkan dengan kemiskinan, kebodohan dan pertumbuhan ekonomi. (Rita Hanafie, 2010). Dengan kenaikan harga pangan yang terus melambung maka dapat mengancam keamanan pangan (food security) bagi negara-negara ASEAN. Sehingga dapat memberikan dampak negatif bagi kesejahteraan rakyat bahkan dapat memperburuk tingkat kekurangan gizi dan tingkat kemiskinan (www.ahmdhusni.wordpress.com, diakses 23 Mei 2013). Dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN dalam mengatasi masalah ketahanan pangan khusunya di kawasan ASEAN. Maka 1
Mahasiswa Program S1Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman (
[email protected], 2013).
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
negara-negara ASEAN dituntut untuk terus bekerjasama memperbaiki ketahanan pangan dan meningkatkan ketahanan pangan agar mampu menyediakan pangan yang cukup bagi penduduknya. Dimana para Pemimpin ASEAN telah menyepakati adanya kerjasama yang dilakukan melalui Kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dikembangkan untuk melakukan pendekatan kerjasama antar negara anggota ASEAN. Serta yang didukung oleh Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) pada KTT ASEAN ke-14 tahun 2009. Dimana kerangka AIFS dan SPA-FS, yang direncanakan untuk jangka waktu lima tahun (2009-2013) (www.aseansec.org, diakses 24 Februari 2013). Dalam menangani keamanan jangka panjang makanan di kawasan ASEAN, maka Kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dikembangkan untuk memberikan lingkup dan pendekatan pragmatis untuk kerjasama antar Negara Anggota ASEAN. Kerangka AIFS menyediakan tujuan, prinsip dan komponen, yang didukung oleh Rencana Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPAFS). Diaman tujuan dari SPA-FS adalah untuk memastikan jangka panjang ketahanan pangan dan meningkatkan mata pencaharian petani di wilayah ASEAN (www.aseansec.org, diakses 10 April 2013). Oleh karena itu, negara-negara anggota ASEAN telah menetapkan bahwa komitmen kuat untuk bekerjasama memperbaiki ketahanan pangan yang merupakan salah satu isu penting. Dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN dalam mengatasi masalah krisis pangan maka kerjasama yang dilakukan dapat bertujuan untuk menangani ketahanan pangan dalam jangka panjang dikawasan ASEAN.
Landasan Teori dan Konseptual 1. Teori Kerjasama Regional Mengenai kerjasama internasional Dr. Budiono membaginya ke dalam empat bentuk yaitu: 1) Kerjasama Global, 2) Kerjasama Regional, 3) Kerjasama Fungsional, dan 4) Kerjasama Ideologis (Dr. Budiono Kusumohamidjojo, 1987). Dimana kerjasama regional (Regional Cooperation) merupakan kebijakan bersama yang diambil oleh sekelompok negara yang biasanya terletak dalam satu kawasan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi dibandingkan upaya yang diambil masing-masing Negara. kerjasama regional menurut pendapat K.J. Holsti dan Hans J. Morgenthau merujuk bahwa suatu kawasan yang definisikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatan geografis dan struktur masyarakat karena berada pada satu wilayah tertentu. Dengan adanya kebutuhan dalam memenuhi kepentingan nasional dalam hal sumber daya maka interdependensi menjadi sebuah kecenderungan yang tidak dapat dipisahkan antar negara satu kawasan. Dari sinilah muncul sebuah keinginan bersama yang terdapat dalam satu region untuk
436
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
dapat menyelesaikan isu-isu yang bisa mengganggu stabilitas di kawasan.( www.freeinformationandtips,diakses 12 Januari 2013) Konsep organisasi internasional merupakan salah satu konsep yang dapat yang digunakan negara–negara ASEAN untuk bekerjasama dalam mengatasi masalah ketahanan pangan di Asia Tenggara. Dimana melalui kerjasama yang dilakukan oleh Negara-negara ASEAN yaitu Kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dan oleh Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) pada KTT ASEAN ke-14 tahun 2009. 2. Konsep Krisis Pangan Krisis dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, pada siapa saja. Dalam hal ini krisis pangan adalah suatu keadaan gejolak yang timbul akibat kurangnya produksi pangan untuk kebutuhan masyarakat (politik.kompasiana.com diakses 12 Mei 2013). Krisis pangan merupakan fenomena kenaikan harga pangan secara global pada tingkat yang semakin tidak terjangkau. Krisis pangan terjadi akibat dari kurangnya ketahanan pangan yang dimiliki oleh suatu Negara. Menurut FAO (1997) ketahanan pangan adalah situasi di mana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dan di mana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Terdapat dua macam tipe ketidaktahanan pangan menurut FAO, yaitu: (www.fao.org, diakses 10 April 2013) 1.Chronic Food Security, yaitu terjadinya ketidaktahanan pangan secara terus menerus yang berlangsung sangat lama, ditunjukan dengan adanya kelaparan dan malnutrisi. 2.Transitory Food Security, yaitu peristiwa ketidaktahanan pangan yang berlangsung sementara yang menyebabkan wabah penyakit dan kelaparan. Penyebab dari ketidaktahanan pangan ini disebabkan oleh krisis ekonomi, bencana alam dan perang. Ada beberapa faktor penyebab krisis pangan/kerawana pangan yaitu (www.agilasshofie.blogspot.com, diakses 10 April 2013): 1.Penduduk dunia yang kian bertambah maka konsumsi dunia yang semakin tinggi. 2.Perubahan cuaca cukup ektrem yang terjadi di beberapa negara termasuk salah satu faktor yang memberikan dampak negatif bagi produksi pangan. 3.Pembatasan Ekspor karena kenaikan harga pangan dunia juga dipicu oleh perlindungan persediaan pangan dalam negeri masing-masing negara sehingga menurunkan kuantitas jumlah ekspor bahan makanan di pasaran internasional. 4.Salah satu faktor penyebab krisis pangan dunia adalah kebijakan energi alternatif biofuel yang banyak dikembangkan di negara-negara industri maju.
437
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
Dengan adanya kerjasama sejumlah Negara-negara ASEAN dalam ASEAN ke-14 tahun 2009. yang baru melalui pertemuan di Jakarta menekankan pentingnya kerjasama antar negara untuk mengatasi krisis pangan regional. Dimana Negaranegara anggota ASEAN dalam mengatasi krisis pangan dengan melalui Kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dan oleh Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) ini dianggap sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan ASEAN jika terjadi krisis pangan berkepanjangan. Serta mengantisipasi stok pangan kawasan ASEAN dari menipisnya stok pangan dunia di masa depan yang berpotensi mendasari terjadinya konflik antar Negara khususnya Negera-negara di kawasan Asia Tenggara (www.ahmdhusni.wordpress.com, diakses 12 Mei 2013).
Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dimana dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan bagaimana upaya ASEAN mengantisipasi dalam mengatasi krisis pangan melalui AIFS & SPA-FS tahun 2009-2013. 2. Jenis Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, artikel dan media elektronik. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui library research yaitu berdasarkan dari buku dan media internet. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan metode analisis dan kajian sejarah yaitu menjelaskan dan menggambarkan data berdasarkan sumber-sumber tertulis yang ada. Hasil Penelitian 1. Krisis Pangan Di Asia Tenggara Ancaman krisis pangan di Asia Tenggara merupakan dampak dari krisis pangan yang terjadi akibat kelangkaan pangan yang terjadi di sejumlah belahan bumi. Beberapa diantaranya bahkan berada pada level yang cukup kritis. Laporan FAO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 36 negara mengalami peningkatan harga pangan yang cukup tajam yang berkisar dari 75% sampai 200%. Dalam tiga tahun terakhir secara umum, harga pangan dunia telah meningkat dua kali lipat dan disusul dengan peningkatan jumlah penduduk miskin yang tidak mampu mengakses bahan pangan (www.antara.co.id, diakses 6 Juli 2003). Serta dampak dari krisis pangan tersebut seperti yang tulisan dalam laporan yang dipublikasikan oleh Earth Policy Institute. Laporan bertajuk The Great Food Crisis of 2011, Presiden Earth Policy Institute, Lester R Brown mengungkapkan
438
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
data-data yang dijadikan indikasi akan rawanya krisis pangan dunia. Dari sisi komsumsi, ketiga faktor tersebut menyebabkan kenaikan konsumsi pangan dalam jumlah yang besar. Dalam 25 tahun terhitung dari tahun 1990-2005, tercatat konsumsi pangan hanya 25 juta ton per tahun, namun kenaikan luar biasa yang angkanya melebihi konsumsi pangan selama lebih dari 25 tahun terjadi antara tahun 2005-2010. Ada tiga negara yang diprediksi akan terimbas krisis pangan paling parah yakni China, India dan Indonesia (www.ekonomi.kompasiana.com, diakses 6 Juli 2013). Krisis pangan juga terjadi di negara-negara di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Laos. Dalam laporan Food and Agriculture Organization (FAO) lebih dari 100 ribu rakyat Laos terancam kelaparan. Negara itu membutuhkan bantuan pangan segera. Cadangan pangan Laos tidak dapat untuk bertahan hingga musim panen tiba sekitar Oktober atau November mendatang (http://internasiolokalitas.wordpress.com, diakses 02 Juli 2013). Di Indonesia krisis pangan telah lama dirasakan masyarakatnya. Harga produk pertanian setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Sebagaimana di jelaskan badan Pusat Statistik menunjukkan tingginya harga bahan pangan. Harga beras naik menjadi 12,36% menjadi Rp 7.500 per kilogram. Minyak goreng curah naik 17,89% menjadi Rp 9.441 per kilogram, dan tepung terigu naik 0,36% menjadi Rp 7.606 per kilogram. Sementara itu, untuk pertama kalinya harga cabai rawit merah mencapai Rp 100 ribu per kilogram (http://metrotvnews.com/read/analisdetail, diakses 5 Juli 2013). Krisis pangan yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara membuat ASEAN memasukkan masalah ini menjadi topik dalam puncak pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ke-18 ASEAN yang diadakan di Jakarta, 7-8 Mei 2011. Dalam KKT sejumlah negara ASEAN menekankan pentingnya kerjasama antar negara untuk mengatasi krisis pangan regional. Hal itu untuk mengatasi naiknya harga komoditas antara negara-negara anggota, serta mencari kemungkinan untuk mengembangkan potensi untuk memasok bahan makanan (/www.rimanews.com, diakssesl 2 Juli 2013). Dengan menipisnya stok pangan dunia di masa depan dapat berpotensi mendasari konflik antar negara. Oleh karenanya sebelum konflik terjadi, ASEAN berkerjasama agar mengantisipasi stok pangan kawasan ASEAN. Dan menegaskan langkah untuk menjamin ketahanan pangan dengan melakukan kerjasama melalui ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan. Serta menekankan agar ASEAN mencari solusi yang inovatif dengan terus mengeksplorasi sumber-sumber energi baru dan terbarukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan.
439
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
2. Pembentukan ASEAN Integrated Food Security (AIFS) & Strategic Plan of Action on Food Security (SPA-FS) Kenaikan harga pangan internasional yang semakin meningkat pada tahun 2007/2008 telah membawa perhatian serius pada kemungkinan terjadinya dampak sosial-ekonomi bagi negara anggota ASEAN (AMSs). Oleh karena itu dengan adanya kerjasama bagi anggota ASEAN sangat diharapkan sebagai sarana untuk mengatasi masalah tersebut, terutama dengan memperkuat inisiatif ASEAN yang ada. AMSs telah mencoba untuk melunakkan dampak khususnya yang paling rentan bagian dari pembatasan populasi ekspor yaitu, kontrol harga, subsidi harga, dan impor fasilitasi. Serta melindungi konsumen atau membantu produsen pertanian untuk manfaat dari kenaikan harga. Sejalan dengan hal ini, ASEAN memperkuat komitmen di antara semua negara anggota untuk memastikan jangka panjang ketahanan pangan di kawasan ASEAN. Dengan adanya Pertemuan para Menteri ASEAN tentang Pertanian dan Kehutanan (Special SOM-29 th AMAF), yang diselenggarakan pada 5-7 Agustus 2008 di Chiang Mai, membahas catatan konsep ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Kerangka. Pertemuan tersebut menekankan bahwa ketahanan pangan menangani yaitu pemahaman umum antara Negara-negara Anggota, data yang tepat waktu dan dapat diandalkan dan informasi untuk kebijakan keputusan, rencana pembangunan jangka panjang berfokus pada pertanian pangan yang berkelanjutan produksi dan perdagangan (www.aseansec.org, diakses l 12 Mei 2013). Untuk mengkonkretkan dan menjelaskan lebih lanjut Kerangka AIFS, yang khusus SOM-29 AMAF membentuk ad-hoc gugus tugas untuk mengembangkan rencana kerja rinci, termasuk Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan untuk Kawasan ASEAN (SPA-FS) untuk pertimbangan dan dukungan dari pertemuan AMAF yang akan diajukan untuk disetujui oleh KTT ASEAN pada tahun 2008. Implementasi dari ASEAN Integrated Food Security (AIFS) didukung oleh Kerangka Strategis Rencana Aksi Ketahanan Pangan (SPA-FS), yang mencakup periode lima tahun 2009-2013. Konsultasi dengan pihak terkait di tingkat regional dan nasional harus dilakukan untuk mendapatkan masukan yang relevan untuk memastikan konsistensi Menyodorkan Strategis, dan Program Aksi/Kegiatan serta mempromosikan rasa besar kepemilikan Kerangka AIFS dan SPA-FS. Relevan ASEAN badan sektor akan mengkoordinasikan pelaksanaan AIFS Framework dan SPA-FS, dan instansi pemerintah terkait akan bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan dan persiapan tindakan lebih rinci rencana pada tingkat nasional. Kemitraan dan pengaturan kerjasama dengan internasional organisasi, lembaga donor, sektor swasta, asosiasi industri dan lebih luas masyarakat di tingkat regional dan nasional juga akan aktif mencari mana diperlukan untuk memastikan partisipasi semua pemangku kepentingan dalam proses implementasi. Untuk keberhasilan pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-
440
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
FS, yang lembaga diperlukan atau mekanisme, sumber daya, kapasitas dan politik akan diberikan kepada proses implementasi. Komunikasi keberhasilan pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-FS membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan. Sebuah program komunikasi yang baik diperlukan untuk menciptakan kesadaran publik yang lebih besar dari pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-FS serta menyimpan semua pemangku kepentingan mengenai kemajuan tersebut dalam rangka untuk menghindari kebingungan dan kesalahpahaman tentang status ketahanan pangan di wilayah tersebut. Dalam hal penerapan mekanismenya para Menteri Pertanian dan Kehutanan (AMAF) dengan berkoordinasi dengan relevant ASEAN yang relevan Badan Sektoral bertanggung jawab untuk pelaksanaan keseluruhan Kerangka AIFS dan SPA-FS dan pemantauan dari komitmen mereka di bawah masing bidang. Kelompok Kerja Sektoral di bawah AMAF adalah bertugas untuk menguraikan rincian dan pengaturan pelaksanaan SPA-FS pada bidang kompetensi mereka yang dituangkan dalam Matrix of SPA-FS. Untuk memungkinkan pelaksanaan yang efektif dari Kerangka AIFS dan SPA-FS, kemitraan dan kerjasama perjanjian dengan organisasi internasional dan lembaga donor yaitu FAO, Bank Dunia, IRRI, IFAD, ADB harus dipromosikan. Kemajuan dalam pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-FS oleh Negara Anggota perlu dipantau, ditinjau dan dilaporkan kepada yang relevan setiap tahunnya. Sekretariat ASEAN harus mengkaji dan memonitor kepatuhan implementasi tersebut. Adapun sumber daya keuangan, pengaturan dasar untuk mendukung pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-FS adalah dengan pembagian biaya antara ASEAN Negara-negara Anggota. Tambahan keuangan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dan harus dicari dari Mitra Dialog dan internasional organisasi dan lembaga donor. Penelitian dan pengembangan kapasitas yang akan dimobilisasi dari berbagai fasilitas seperti sebagai ASEAN Development Fund, Yayasan ASEAN, dll. 3. Upaya ASEAN Mengatisipasi Dalam Mengatasi Krisis Pangan Melalui AIFS & SPA-FS Tahun 2009-2013 Menanggapi perkembangan krisis dunia yang berdampak pada sektor pangan, ASEAN sesuai dengan usulan Presiden RI, telah menyusun sebuah skema strategis dan komprehensif untuk memperkuat ketahanan pangan regional yang disebut ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework beserta rencana kerja jangka menengah yang disebut Strategic Plan of Action on Food Security in the ASEAN Region (SPA-FS). Para Menteri Pertanian dan Kehutanan ASEAN menyepakati untuk merekomendasikan dokumen tersebut ke ASEAN Summit di Thailand, bulan Desember 2008. Selanjutnya, kedua dokumen tersebut akan diendorse oleh para Pemimpin ASEAN melalui Bangkok Statement on Food Security in the ASEAN Region (www.deplu.go.id,diakses 12 Juni 2013).
441
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
Dalam kerangka ASEAN, Indonesia secara aktif mendorong upaya kerjasama di bidang ketahanan pangan dengan disepakatinya ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework dan Strategic Plan of Action on Food Security in the ASEAN Region (SPA-FS) 2009. Melalui kerjasama ini, Indonesia bersama dengan negara ASEAN lainnya berupaya untuk memberdayakan berbagai kerjasama yang telah dicetuskan sebelumnya guna mencegah timbulnya krisis pangan di kawasan ASEAN. Upaya yang dilakukan anggota ASEAN, antara lain meniadakan larangan ekspor produk makanan, tidak melakukan mekanisme pengendalian harga dan subsidi bahan pangan, serta memberikan fasilitas impor untuk kelancaran distribusi bahan pangan terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan ketahanan pangan. Melalui AIFS dan SPA-FS 2009, Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya melakukan kerjasama ketahanan pangan melalui penguatan kebijakan nasional ketahanan pangan masing-masing negara, mengembangkan sistem cadangan pangan, mendorong perdagangan dan pasar bahan pangan yang kondusif, dan memperkuat keterkaitan dan keterpaduan sistem jaringan data terkait informasi mengenai harga, distribusi dan logistik bahan pangan. Berkaitan dengan hal ini, Indonesia berperan aktif dalam ASEAN Food Security Reserve Board (AFSRB) dan East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR). Indonesia turut bekerja sama membentuk ASEAN Food Security Information System (AFSIS) dan upaya bersama dalam rangka produksi yang berkesinambungan untuk bahan pangan. Melalui kerja sama AIFS dan SPA-FS 2009, Indonesia mendorong peningkatan kerjasama di sektor pertanian, seperti optimalisasi penggunaan mendorong kerja sama dengan pihak swasta, fasilitasi pemerintah untuk investasi di bidang produksi bahan pangan serta penelitian dan pengembangan kerjasama bioteknologi. Di mana prioritas awal untuk keamanan pangan untuk wilayah ASEAN yaitu termasuk beras, jagung, kedelai, gula dan singkong. Dan penting lainnya komoditas khususnya baru tanaman alternatif untuk makanan pokok dapat diidentifikasi selama pelaksanaan Kerangka AIFS dan SPA-FS A. Upaya Dari Kerangka Terpadu Ketahanan Pangan (AIFS) Dalam menangani keamanan jangka panjang makanan di kawasan ASEAN, kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dikembangkan untuk berkerjasama antar Negara Anggota ASEAN dengan memastikan jangka panjang ketahanan pangan dan meningkatkan mata pencaharian petani yang berkelanjutan produksi dan perdagangan di wilayah ASEAN. Kerangka AIFS menyediakan Goal, Tujuan, Definisi Terminologi, dan Prinsip, dan Komponen, yang didukung oleh Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) (www.gafspfund.org, diakses 15 Maret 2013). Adapun upaya kerjasama yang dilakukan oleh Negara anggota ASEAN berdasarkan kerangka AIFS dalam mengatasi ketahanan pangan di Kawasan ASEAN yaitu sebagai berikut: (www.gafspfund. org/sites/gafspfund.org, diakses 15 Maret 2013)
442
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
1.Dalam meningkatkan ketahanan pangan dan darurat (kekurangan bantuan) dengan melakukan strategi dengan memperkuat pengaturan ketahanan pangan. 2.Pengembangan perdagangan makanan dengan melakukan promosikan Food Market yang kondusif dan perdagangan yang berkelanjutan. 3.Sistem informasi Integrated Food Security yang memperkuat sistem keamanan pangan terpadu dengan informasi yang efektif untuk prakiraan, rencana dan persediaan monitor serta pemanfaatan untuk komoditas makanan. 4.Inovasi pertanian dengan melakukan promosikan produksi pangan yang berkelanjutan, mendorong Investasi Greater makanan dan Agro-based industri untuk meningkatkan ketahanan pangan serta mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul terkait dengan keamanan makanan. B. Upaya Dari Rencana Strategis Tindakan Pada Keamanan Pangan Di Kawasan ASEAN (SPA-FS) Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Kawasan ASEAN (SPA-FS) menguraikan enam menyodorkan Strategis sesuai dengan Komponen Kerangka AIFS itu. Setiap Thrust Strategis didukung oleh Program Aksi (s), Activity, Bertanggung Jawab Agen dan Jadwal Kerja. Sebagai dasar untuk perluasan proyek masa depan, awal sub-kegiatan diidentifikasi. Informasi rinci dari SPA-FS dirangkum dalam Matrix (www.gafspfund. org/sites/gafspfund.org, diakses 15 Maret 2013). Tujuan dari SPA-FS adalah untuk memastikan jangka panjang ketahanan pangan dan meningkatkan mata pencaharian petani di wilayah ASEAN, yaitu sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan produksi pangan; b. Untuk mengurangi kerugian pascapanen; c. Untuk mempromosikan pasar kondusif dan perdagangan untuk komoditas pertanian d. Untuk menjamin ketahanan pangan; e. Untuk meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas untuk input pertanian; f. Untuk operasionalisasi pengaturan darurat bantuan pangan daerah. Adapun upaya kerjasama yang dilakukan oleh Negara anggota ASEAN berdasarkan kegiatan dari SPA-FS dalam mengatasi ketahanan pangan di Kawasan ASEAN yaitu sebagai berikut: 1. Memperkuat pengaturan keamanan pangan a. Memperkuat program ketahanan pangan nasional dengan melakukan kegiatan yaitu: Memromosikan diversifikasi sumber makanan dan meningkatkan inisiatif makanan keamanan; 1) Pengembangan kapasitas untuk memperkuat ketahanan pangan nasional termasuk pengelolaan stok pangan nasional, perencanaan penggunaan lahan untuk
443
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
pertanian, dan dukungan teknis untuk menyiapkan makanan sheet neraca nasional; 2) Mempromosikan pertukaran informasi dan pengalaman di antara Negara Anggota ASEAN melalui jaringan dan regional konsultasi dalam perumusan dan implementasi program/kegiatan ketahanan pangan nasional ; 3) Meningkatkan program bantuan pangan untuk ditargetkan kelompok rentan. b. Mengembangkan inisiatif cadangan ketahanan pangan daerah dan mekanisme dengan melakukan kegiatan yaitu: 1).Memperkuat ketahanan pangan ASEAN Reserve Board dan sekretariatnya dalam penyusunan, pengelolaan dan diseminasi statistik dan informasi pada makanan dan keamanan makanan sebagai dasar untuk perencanaan yang efektif dari produksi pangan dan perdagangan di kawasan ini. 1). Mendukung pembentukan mekanisme jangka panjang untuk ASEAN Plus Three dengan tujuan cadangan beras yang darurat. 2). ASEAN melakukan studi tentang kemungkinan mendirikan Dana ASEAN untuk Ketahanan Pangan. 2. Mempromosikan pasar makanan yang kondusif dan perdagangan yang berkelanjutan. Dengan mempromosikan inisiatif mendukung perdagangan pangan yang berkelanjutan dengan melakukan kegiatan yaitu: 1) Penuh kepatuhan pada ketentuan dan implementasi ASEAN Trade In Barang Agreement (ATIGA) sehubungan dengan perdagangan dalam produk makanan. 2) Meninjau dan menganalisa informasi perdagangan internasional/regional, termasuk harga, distribusi jumlah yang diperdagangkan, dan logistik 3. Memperkuat sistem ketahanan pangan informasi terpadu untuk efektif diperkirakan, merencanakan dan memantau persediaan serta pemanfaatan untuk komoditas makanan dasar. a. Memperkuat Sistem Pangan ASEAN Keamanan Informasi (AFSIS) terhadap mekanisme proyek jangka panjang dengan melakukan kegiatan yaitu: 1). Melakukan penilaian keamanan pangan dan mengidentifikasi mendasari penyebab kerawanan pangan. 2). Mengumpulkan dan secara berkala memperbarui dan berbagi informasi tentang penawaran dan permintaan/pemanfaatan untuk komoditas pangan utama seperti beras, jagung, kedelai, singkong dan gula, dan menjaga makanan keamanan data dasar terkait untuk setiap Negara Anggota dalam database regional. 3). Mengembangkan peringatan monitoring, dini dan sistem informasi sebagai dasar untuk pengembangan suara, perencanaan dan pengambilan kebijakan untuk mengatasi ketahanan pangan, termasuk kenaikan harga pangan.
4. Mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan
444
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
a. Dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur pertanian untuk mengamankan sistem produksi dan meminimalkan kerugian pasca panen, serta mengurangi biaya transaksi dengan melakukan kegiatan yaitu: 1). Menggalakkan pengembangan sistem rantai pasokan di Negara anggota ASEAN melalui menunjukkan model pembentukan dan berbagi pengetahuan. 2). Melakukan studi kelayakan pada pengembangan lahan potensial dan irigasi di Negara-Negara Anggota ASEAN untuk produksi pangan. 3). Mendorong inisiatif/sistem pendukung untuk akses yang lebih besar untuk input pertanian, khususnya tanaman benih, hewan ras, bahan kimia dan fasilitas irigasi untuk produksi pangan di Potensi daerah. b. Efisiensi pemanfaatan potensi sumber daya untuk pembangunan pertanian dengan melakukan kegiatan yaitu: 1). Mempromosikan optimalisasi pemanfaatan lahan dan sumber daya alam lainnya untuk produksi pangan 2). Mempromosikan kemitraan sektor publik dan swasta untuk mempromosikan efisien dan produksi pangan berkelanjutan, konsumsi makanan, praktek pasca panen & pengurangan kerugian, pemasaran dan perdagangan. 3). Mempromosikan dan pelaksanaan Good Agricultural Praktek (GAP) di wilayah ASEAN. c. Mempromosikan inovasi pertanian termasuk penelitian dan pengembangan pada peningkatan produksi dan pertanian dengan melakukan kegiatan yaitu: 1). Mendukung inisiatif untuk meminimalkan kerugian pasca panen dari produk makanan. 2). Mempromosikan penelitian untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan produksi. Dan promosikan alternatif pendekatan pada praktik ketahanan pangan yang berkelanjutan. 3). Berkolaborasi untuk melaksanakan Rencana Aksi Beras IRRI. d. Mempromosikan kolaborasi lebih dekat untuk mempercepat transfer dan adopsi teknologi baru dengan melakukan kegiatan yaitu: 1).Mempromosikan penggunaan teknologi baru, mempromosikan riset kolaboratif dan transfer teknologi di produk pertanian serta memperkuat jaringan regional penelitian pertanian dan pembangunan. 2).Mendukung inisiatif untuk mempromosikan akses yang lebih besar ke tanah dan sumber daya air, input pertanian dan modal, khususnya antara petani yang berskala kecil untuk mendukung produksi pangan. 3).Memperkuat pengembangan koperasi pertanian dan organisasi petani untuk meningkatkan ketahanan mereka. 5.Mendorong investasi yang lebih besar dalam makanan dan agro-industri berbasis untuk meningkatkan ketahanan pangan. Dengan mempromosikan makanan dan agro berbasis pengembangan industri dengan melakukan kegiatan yaitu Mendorong investasi publik dalam makanan dan agro-based industry. Dan
445
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
memperkuat kapasitas untuk diadopsi standar internasional untuk keamanan pangan serta jaminan kualitas dan sistem sertifikasi. 6.Mengidentifikasi dan menangani masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan ketahanan pangan. a.Pengembangan bio-bahan bakar dengan pertimbangan ketahanan pangan dengan melakukan kegiatan yaitu: 1) Ulasan status dan tren bio-bahan bakar pembangunan di wilayah dan dampak potensial pada ketahanan pangan. 2) Mengembangkan kerjasama dengan Badan Sektoral lainnya, yang menangani pengembangan bio-bahan bakar. Dan dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan 3) Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kemungkinan dampak dari perubahan iklim terhadap keamanan pangan. 4) Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mengurangi / beradaptasi terhadap dampak iklim perubahan pada ketahanan pangan. 5) Mengembangkan kerjasama dengan Badan Sektoral lainnya, yang alamat dampak mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 3. Implementasi Strategi Dari AIFS & SPA-FS Berkenaan dengan ketahanan pangan di kawasan, sesuai dengan inisiatif dan konsep yang diusulkan Indonesia, ASEAN telah mengesahkan ASEAN Integrated Food Security Framework (AIFS) dan Strategic Plan of Action on Food Security in the ASEAN Region (SPA-FS). Kedua bentuk kerja sama tersebut dilaksanakan melalui berbagai pendekatan pragmatis di antaranya peningkatan produksi pangan, pengurangan resiko kegagalan panen, dan pengembangan iklim pasar yang kondusif bagi produk-produk pertanian (www.setneg.go.id, diakses 03 Juli 2013.). Sekretariat ASEAN menyampaikan perkembangan mengenai implementasi AIFS Framework and SPA. Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan sejauh ini, antara lain: pembuatan video ASEAN dan World Food Security, penyelenggaraan 2009 Roundtable Conference on East Asia Food Security Cooperation Strategy, 21-22 April 2009 di Beijing, serta ASEAN-FAO Regional Conference on Food Security, 27-28 Mei 2009 di Bangkok.(www.dunia-budidaya.blogspot.com, diakses 04 Juli 2013) Pada 29 Maret 2012 Pemerintah Amerika Serikat dan ASEAN menandai Peluncuran Proyek tiga tahun guna memfasilitasi perdagangan komoditas pangan di Kawasan Asia Tenggara yang diselenggarakan di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta. Proyek ini berupaya memaksimalkan pendapatan Pertanian melalui Pengetahuan, Pengembangan Usaha, dan Perdagangan (MARKET), yang bertujuan guna meningkatkan ketahanan pangan bagi Negara Anggota ASEAN. Serta memberikan kontribusi terhadap integrasi regional ASEAN dengan memungkinkan gerakan lebih bebas dari produk makanan dan komoditas. ” Meningkatkan perdagangan pangan akan meningkatkan kehidupan warga
446
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
ASEAN, dengan mengurangi biaya dan meningkatkan berbagai produk makanan yang tersedia di pasar local (www.nrmnews.com, diakses 23 Mei 2013). Perdagangan memberikan peluang bisnis yang lebih, yang diterjemahkan ke dalam pekerjaan baru di bidang transportasi, manufaktur, grosir dan ritel bisnis yang bergantung pada kesiapan pasokan produk pertanian. Proyek Market akan memberikan dukungan fleksibel dan demand-driven. ASEAN bermaksud untuk mengadakan sejumlah konferensi keamanan pangan untuk mengumpulkan masukan dari berbagai sektor swasta dan masyarakat sipil ke dalam dialog kebijakan pertanian regional. Usaha pihak Swasta dan Organisasi Petani akan dapat memberikan kontribusi yang kuat untuk pengembangan kebijakan ASEAN, serta menunjukkan cara untuk menurunkan biaya sambil memberikan nilai tambah pada produksi makanan dan proses distribusi. Seperti Negara Kamboja akan bekerja sama dengan semua negara anggota ASEAN dan dalam kemitraan dengan Amerika Serikat untuk mengoperasionalkan program “MARKET ” dan keamanan makanan akan menjadi salah satu prioritas ASEAN tahun depan. Saat itu, sektor perikanan telah memainkan peran penting dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan arah masa depan kerjasama ASEAN, khususnya dalam mempersempit kesenjangan pembangunan, mengurangi kemiskinan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Perkembangan ini dapat menjadi dasar penting dalam realisasi Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, terutama melalui integrasi ekonomi regional dalam agroindustri dan perikanan, Keamanan Pangan Terpadu (AIFS), serta Rencana Strategis tentang Keamanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) 2006-2013. Sektor perikanan dapat memainkan peran penting dalam memenuhi tuntutan baru. Sektor perikanan dalam kawasan regional telah berkembang pesat kendati memiliki peluang dan tantangan. Apalagi hal ini dibarengi dengan tingginya permintaan yang terus tumbuh secara cepat untuk komoditi perikanan dikarenakan lonjakan pertumbuhan penduduk. Namun di sisi lain, sektor ini juga mengalami tantangan besar dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, ASEAN memiliki komitmen untuk saling memperkokoh pondasi iklim perdagangan dan investasi yang membuka peluang lebih luas bagi aktivitas ekonomi intra-ASEAN. Hal ini membuat ASEAN memiliki daya tarik tersendiri bagi negara-negara mitra (www.kkp.go.id, diakses 26 Mei 2013). Dalam pentingnya kerjasama antar negara, seperti ASWGFi, sehingga diharapkan dapat mengambil langkah strategis mengenai isu-isu kunci on-board yang dihadapi sektor ini. Termasuk mengidentifikasi cara-cara inovatif untuk mempercepat hasil penelitian perikanan dengan menggunakan dana yang minim, mempromosikan perdagangan ikan antar dan intra-daerah, serta membantu menyelaraskan kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.
447
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
Selain itu, isu-isu yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi, rencana kerja untuk memperkuat pengembangan dan pengelolaan perikanan, pemberantasan Illegal Unreported-Unregulated (IUU) fishing, penguatan ketahanan pangan melalui intervensi perikanan, mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan melalui teknologi perikanan yang berkelanjutan dan dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan akuakultur. Perkembangan telah melaksanakan pelatihan “Regional Training Course for Capacity Building in Laboratory Diagnosis and Surveilance for IMNV in ASEAN Member Countries” bagi 12 negara anggota ASEAN pada 17 Oktober 2011 lalu di Serang. Pelatihan tersebut telah diikuti sebanyak 12 orang peserta perwakilan negara dari ASEAN, 2 orang pelatih (trainer), serta 1 orang staf ahli dari Indonesia. Negara-negara ASEAN yang mengikuti pelatihan tersebut meliputi Brunei, Kamboja, Laos, Vietnam, Indonesia, Myanmar, Filipina, Singapura, Indonesia dengan sumber pendanaan dari Regional Asia Pacific (FAO). Terkait pengendalian penggunaan bahan kimia dan obat-obatan pada produk akuakultur asal Indonesia sudah sejalan dan sesuai dengan standar yang diberlakukan Uni Eropa. “Produk akuakultur Indonesia telah menjadi sebuah kebijakan nasional (National Residue Control Plan) yang tentunya sesuai dengan standar Uni Eropa. Indonesia telah mengharmonisasikan standar Good Aquaculture Practice National dengan standar Internasional yang tidak hanya dilihat dari aspek keamanan pangan tetapi juga memperhatikan aspek lainnya seperti aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan hewan dengan rujukan FAO dan ASEAN Shrimp Alliance (ASA). Disamping itu, pertemuan di tingkat ASEAN juga membahas perubahan iklim dan dampaknya terhadap perikanan berkelanjutan dan budidaya serta adaptasi dan mitigasi terhadap ketahanan pangan dalam mendukung perikanan dalam memberikan kontribusi untuk ASEAN Integrated Food Security (AIFS). Rencananya hasil pertemuan itu akan diserahkan ke Amerika Serikat, sebagai bahan informasi dan diskusi (www.rri.co.id, diakses tanggal 4 Juni 2013). Untuk memperkuat keamanan dan sistem jaminan kualitas atas produk perikanan dapat dicapai melalui, kolaborasi kemitraan sehingga sektor perikanan dapat diarahkan dan dikembangkan bagi kepentingan masyarakat di ASEAN. Disamping itu, berkomitmen dalam memerangi maraknya IUU Fishing yakni, dengan meningkatkan kinerja operasional pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Komitmen ini diwujudkan melalui pembenahan dan penguatan kelembagaan pengawasan di lokasi industrialisasi perikanan dan di daerah dengan tingkat kerawanan dan pelanggaran perikanan yang terbilang cukup tinggi. Hasilnya, pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang terus gencar dilaksanakan dan berhasil menyelamatkan potensi kerugian negara sebanyak Rp 912 miliar dalam setahun (data Balitbang-KP tahun 2010). Belum lagi potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari kapal-kapal pelaku illegal fishing serta barang bukti ikan yang berhasil dirampas untuk negara.(www.ukhtarapi.blogspot.com, diakses 2 Juni 2013).
448
Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Krisis Pangan (Ria Hendriyanti)
Kegiatan ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGi) sedianya akan dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 8 Juni 2012. Kegiatan yang dihadiri 8 negara anggota ASEAN ini selama lima hari diyakini mampu menghasilkan rumusan dalam meningkatan peran ASEAN dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan di kawasannya, disamping meningkatkan perannya dalam percaturan pembangunan perikanan di tataran global. Kesimpulan Upaya dalam upaya ASEAN dalam mengatasi krisis pangan melalui AIFS & SPA-FS tahun 2009-2013. Dengan melakukan kerjasama antar Negara-negara anggota ASEAN dalam mengatasi masalah kerisi pangan di kawasan Asia Tenggara. Maka kerjasama yang dilakukan ini bertujuan untuk menangani keamanan pangan dalam jangka panjang dikawasan ASEAN. Kerjasama yang dilakukan melalui Kerangka ASEAN Integrated Food Security (AIFS) yang didukung oleh Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN (SPA-FS) yang mencakup periode lima tahun 2009-2013. Dengan tujuan untuk memastikan jangka panjang ketahanan pangan dan meningkatkan mata pencaharian petani di wilayah ASEAN. Dalam perkembangannya AIFS dan SPA-FS yaitu adanya kerjasama antara Pemerintah Amerika Serikat dengan ASEAN dalam menandai Peluncuran Proyek tiga tahun. Proyek ini yaitu memaksimalkan pendapatan Pertanian melalui Pengetahuan, Pengembangan Usaha, dan Perdagangan (MARKET), yang bertujuan guna meningkatkan ketahanan pangan bagi Negara Anggota ASEAN. Serta memberikan kontribusi terhadap integrasi regional ASEAN dengan memungkinkan gerakan lebih bebas dari produk makanan dan komoditas Selanjutnya adanya perencana kerja untuk memperkuat pengembangan dan pengelolaan perikanan, pemberantasan Illegal Unreported-Unregulated (IUU) fishing, penguatan ketahanan pangan melalui intervensi perikanan, mempromosikan produksi pangan yang berkelanjutan melalui teknologi perikanan yang berkelanjutan dan dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan akuakultur. Saran Sebagai Kerangka AIFS dan SPA-FS harus ditinjau secara berkala dengan mempertimbangkan akun regional dan global perkembangan dinamis dan dievaluasi setelah berakhirnya lima tahun periode 2013. Sehingga akan menciptakan kawasan Asia Tenggara lebih stabil serta multipolar. Perlu ditingkatkannya komitmen kerjasama antara negara-negara ASEAN dalam upaya penanggulangi berbagai isu-isu pemasalahan yang di hadapi seperti krisis pangan, kerawanan pangan, ketahan pangan, konflik antar Negara, dan lain-lain. Referensi Buku
449
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 285-300
Rita Hanafie, 2010, Pengantar Ekonomi Pertanian, Yogyakarta: CV. ANDI. Budiono Sueprapto, Hubungan Internasional, Sistem Interaksi Dan Prilaku, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997. DR. Anak agung banyu perwita & DR. Yanyan mochamad yani. 2006, Pengantar Ilmu Hubungan International, Dimensi keamanan traditional nontraditional”. PT. Rosda. Bandung. Dr. Budiono Kusumohamidjojo, 1987, Hubungan Interrnasional Kerangka Studi Analitis, Binacipta. Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi: Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. T. May Rudy, 2005, Administrasi dan Organisasi Internasional, Refika Aditama, Bandung. Soeparapto. R, 1997, Hubungan Internasional Sistem, Interaksi Dan Prilaku, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Internet 2009 AIFS Framework and Strategic Plan of Action on Food Security in the ASEAN Region” terdapat di http://www.aseansec.org/22338.pdf, diakses pada tanggal 24 Februari 2013 “Ancaman krisis pangan dan komitmen ASEAN” terdapat di http://ahmdhusni.wordpress.com/ 2012/02/18/ancaman-krisis-pangan-dankomitmen-asean diakses pada tanggal 23 Mei 2013. “Antara”, Ancaman Kemiskinan Global Baru Akibat Krisis Pangan, terdapat di http://www.antara.co.idprint/?i=1208673076 diakses pada tanggal 6 Juli 2003. “Arah kebijakan pangan dan pertanian dalam bingkai piagam ASEAN” terdapat di http://internasiolokalitas.wordpress.com/2011/03/30/arah-kebijakanpangan-dan-pertanian-dalam-bingkai-piagam-asean, diakses pada tanggal 02 Juli 2013. “ASEAN SEC” terdapat di www.aseansec.org-22338.pdf.indo.htm, diakses pada tanggal 12 Mei 2013. “ASEAN integrated food security (AIFS) framework” terdapat di http://www.aseansec.org-22338.pdf.indo.htm, diakses pada tanggal 10 April 2013.
450