ANALISIS LAPORAN KEUANGAN FISKAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PT.HOLLIT INTERNATIONAL DI JAKARTA
SKRIPSI Program Studi Akuntansi
Nama
: Ria Elisabeth
NIM
: 43207120090
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
1
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN FISKAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PT.HOLLIT INTERNATIONNAL DI JAKARTA
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi – Strata 1
Nama
: Ria Elisabeth
NIM
: 43207120090
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
2
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ria Elisabeth
NIM
: 43207120090
Program Studi
: Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenai sanksi pembatalan skripsi ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat (penjiplakan)
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya
Jakarta, 9 Oktober 2009
Ria Elisabeth NIM: 43207120090
3
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
:
Ria Elisabeth
NIM
:
43207120090
Program Studi
:
S1 Akuntansi
Judul Skripsi
:
Analisa Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Untuk
Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan Pada PT.Hollit International di Jakarta Tanggal Ujian Skripsi :
9 Oktober 2009
Disahkan Oleh,
Mutiah SE, MSi Tanggal :
Dekan,
Dra. Yuli Harwani, M.M Tanggal :
Ketua Program Studi Akuntansi
Nurul Hidayah SE Ak. MSi Tanggal :
4i
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI Skripsi Berjudul ANALISA LAPORAN KEUANGAN FISKAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PT. HOLLIT INTERNATIONAL DI JAKARTA
Dipersiapkan dan Disusun oleh : Ria Elisabeth NIM : 43207120090
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 9 Oktober 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Dewan Penguji Ketua Penguji/Pembimbing Skripsi
Mutiah SE, MSi Anggota Dewan Penguji
H. Sabarudin Muslim SE, MSi Anggota Dewan Penguji
Dra. Nurlis, MSi
5ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Penulis mengucapkan Puji Syukur
Kepada Allah Yang
Maha Agung dan Besar, Berlimpah Kasih dan Anugrahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT.Hollit International di Jakarta”. Penyusunan Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana. Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Mutiah SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat, pengetahuan dan nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis juga
ingin mengucapakan kepada pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Bapak Drs. Hadri Mulya. M.Si., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana 2. Bapak H.Sabarudin Muslim. SE. M.Si., selaku ketua program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana. 3. Ibu Hari Setiyawati, SE., Ak, M.Si., Bapa 4. Seluruh dosen-dosen dan staf Program Studi Akuntansi Universitas Mercubuana
iii 6
5. Segenap karyawan di PT.Hollit International khususnya di Departement Finance and Accounting, yang mau menyisihkan waktunya dan memberikan data dan informasi dalam rangka membantu menyelesaikan skripsi ini. 6. Keluarga “kecilku” yang tercinta dan sangat aku sayangi, Henry, Mathew, Tabitha dan Papa “bejo”, yang mau mengerti, memberikan semangat, dan rela membagi waktunya untuk penyelesaian skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi S1 angkatan 12 tahun 2007, yang tidak bisa disebutkan satu persatu , yang selama ini menuntut ilmu bersama selama di kampus Depok. 8. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak disebutkan satu-persatu. Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah ilmu pengetahuan bagi pihak yang akan membacanya maupun pihak yang menggunakannya untuk penelitian lebih lanjut.
7iv
ANALYSIS OF FISCAL FINANCIAL REPORT COULD BE ORDER TO CALCULATE FISCAL PROFIT CORPORATE INCOME TAX OF PT HOLLIT INTERNATIONAL
BY : RIA ELISABETH 43207120090
ABSTRACT The Object of this research is PT Hollit International , is about analysis of Fiscal Financial Report. The purspose of this research is how to know the Fiscal Financial Report to arranged calculation of Fiscal Profit corporate income tax, is already follow the tax regulation number.17 year 2000. As the result of this research, is implementation of tax regulation number .17 year 2000, regarding to calculation of Fiscal Profit corporate income tax is already in use by PT.Hollit International, but there is some expenses like rental expense, scholling expenses, charity and parcel expenses company must put attention and follow the tax regulation to make the correction complete and true.
Key words : Fiscal correction, Corporate Income Tax.
8v
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI. ............................................................ i LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .......................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................. 3 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................ 3
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN A Pengertian Pajak ................................................................... 5 B. Definisi Penghasilan ............................................................. 6 C. Definisi Pajak Penghasilan ................................................... 7 1. Objek Pajak Penghasilan ................................................ 7 2. Subyek Pajak Penghasilan .............................................. 10 3. Yang Tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan ............ 10 4. Penghasilan – penghasilan yang dikenakan PPh Final ... 13 D. Aktiva Lancar ........................................................................ 15 1. Kas dan Bank ................................................................. 15 2. Surat Berharga................................................................. 16 3. Deposito dan Wesel Tagih ............................................. 17 4. Piutang Usaha, Piutang Lain-lain dan Piutang Hubungan Istimewa ......................................................................... 18
vi 9
5. Persediaan ...................................................................... 19 6. Biaya dibayar dimuka .................................................... 20 E. Aktiva Tetap ......................................................................... 21 1. Jenis – jenis Aktiva tetap ............................................... 21 2. Leasehold Improvement .................................................. 21 F. Penyusutan dan Amortisasi ................................................... 22 1. Harta yang dapat disusutkan menurut UU Perpajakan No.17 tahun 2000 pasal. 11 ............................................ 22 2. Metode penyusutan aktiva tetap dan Tarif penyusutan aktiva tetap ..................................................................... 23 G. Kewajiban dan Modal ........................................................... 25 1. Kewajiban ...................................................................... 25 2. Modal ............................................................................. 26 H. Biaya dan Pengeluaran .......................................................... 27 1. Pengertian Cost dan expenses ........................................ 27 2. Pengakuan Biaya ............................................................. 28 3. Biaya –biaya yang boleh dikurangkan terhadap Penghasilan Bruto .......................................................... 29 4. Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan Bruto .......................................................... 31 I. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal .................................................................................... 36 1. Laporan Keuangan Komersial ........................................ 36 2. Laporan Keuangan Fiskal .............................................. 37 J. Tarif umum PPh wajib Pajak Badan dalam Negeri ............. 37 K. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal................................. 40 1. Perbedaan Temporer / Beda Waktu ............................... 40 2.
Perbedaan Permanen / Beda Tetap ................................ 40
L. Rekonsiliasi Fiskal sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan ........................................... 41
vii 10
BAB. III
METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum ................................................................. 52 B. Metode Penelitian ................................................................ 56 C. Definisi Operasional Variabel .............................................. 57 D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 58 E. Metode Analisis Data .......................................................... 58
BAB IV
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT.Hollit International .......................................................................... 60 B. Analisa Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. Hollit International ............................................... 70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... 84 B. Saran .................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
viii 11
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Tabel Penyusutan Aktiva tetap ............................................................... 24
2.2
Tabel tarif umum wajib pajak dalam negeri ........................................... 37
2.3
Tabel Laporan Laba Rugi PT.Inti Logging tahun 2006 .......................... 48
4.1
Tabel Laporan Laba Rugi PT.Hollit International tahun 2007 ............... 60
4.2
Tabel Laporan Laba Rugi Fiskal menurut Penulis ................................. 71
4.3
Tabel Perhitungan Pajak Penghasilan PT. Hollit International ............... 82
ix 12
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Struktur Organisasi PT. Hollit International
2.
Daftar table perhitungan Penyusutan Fiskal PT. Hollit International
3.
Kertas kerja Laporan Keuangan Fiskal PT.Hollit International
x 13
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Penelitian Di dalam perpajakan dikenal laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan
komersial yang pada umumnya berbeda. Secara lebih spesifik perbedaan itu terdapat dalam pengakuan penghasilan dan biaya antara SAK
dan Undang-
undang perpajakan. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut asas Self assessment yaitu suatu system yang menghendaki wajib pajak untuk aktif dalam menghitung, menyetor dan sekaligus melaporkan pajak terhutang. Dengan kata lain Pemerintah memberi kepercayaan penuh kepada wajib
pajak untuk memperhitungkan,
menyetorkan dan melaporkan Pajak Penghasilannya masing-masing. Untuk Dapat memperhitungkan, menyetor dan melaporkan PPh Badan yang terutang secara tepat maka kita perlu mengetahui perbedaan pengakuan transaksi tertentu yang mengakibatkan perbedaan antara laporan keuangan komersial yaitu laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK No. 46) dan Laporan Keuangan fiskal yang merupakan
Laporang keuangan yang disusun berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No. 17 tahun 2000. Di dalam kenyataannya perusahaan-perusahaan pada umumnya, dan PT.Hollit International pada khususnya yang merupakan objek penelitian ini tidak dapat menghindari biaya-biaya tertentu yang tidak diperkenanakan oleh
1
undang-undang perpajakan seperti biaya perjalanan non bisnis, biaya pribadi para direktur dan biaya tunjangan cuma-cuma untuk karyawan, berdasarkan undangundang perpajakan biaya-biaya tersebut bukan biaya perusahaan, sedangkan menurut pihak perusahaan adalah sebagai biaya perusahaan, perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan tetap. Terkait dengan tidak adanya pengakuan akuntansi di dalam pajak membuat seolah-olah timbul kesalahan dari pihak perusahaan. Koreksi ini dapat saja menambah laba perusahaan ataupun mengurangi laba perusahaan yang juga secara tidak langsung akan mempengaruhi pajak terutang itu sendiri. Dan Koreksi fiskal yang cenderung berdampak terhadap meningkatnya pajak penghasilan badan kadang membuat pihak perusahaan enggan untuk melakukan koreksi ,
oleh
karena itu terhadap koreksi fiskal tersebut perlu dilakukan penelitian kembali, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN FISKAL SEBAGAI DASAR UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PADA PT. HOLLIT INTERNATIONAL DI JAKARTA
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan
di atas, maka
masalah yang akan dirumuskan adalah, apakah Laporan Keuangan fiskal sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan
Wajib Pajak badan sudah sesuai
Perundang-undangan perpajakan No.17 Tahun 2000 .
2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Laporan Keuangan fiskal sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan tersebut sudah sesuai dengan Perundangundangan Perpajakan No. 17 tahun 2000. 2. Kegunaan Penelitian Sedangkan kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk : a. Bagi Peneliti Untuk memenuhi Ekonomi
Jurusan
Mercubuana
salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Universitas
di Jakarta, dan dapat membandingkan antara
bidang perpajakan
dengan praktek
teori
yang sebenarnya dari hasil
penelitian. b. Bagi Perusahaan Dapat dijadikan masukan yang bermanfaat atas apa yang sebenarnya ada dalam Laporan Keuangan Fiskal tersebut, yang merupakan dasar perhitungan Pajak Penghasilan terutang Wajib Pajak Badan c. Bagi Pembaca Dapat dijadikan suatu bahan refrensi dan
untuk memahami dan
menilai bagaimana pengaruh yang muncul antara akuntansi dan pajak yang sangat berkaitan dengan Laporan Keuangan Fiskal sebagai dasar perhitungan hutang pajak suatu perusahaan.
3
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Definisi yang diberikan oleh para ahli dalam bidang perpajakan
berbeda-
beda mengenai pajak, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai inti dan tujuan yang sama. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2008;1) adalah: Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat, ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat Kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “Surplus-nya” digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public investment Sedangkan definisi pajak menurut S.I Djajadiningrat (Munawir;2008;2) adalah sebagai sebagai berikut : Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum. Dari definisi-definisi pajak tersebut diatas dapat diketahui bahwa pemungutan pajak berdasarkan undang-undang atau peraturan. Di Indonesia dasar hukum pemungutan pajak adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang mengatakan bahwa segala pajak untuk kepentingan Negara berdasarkan undang-undang.
4
B. Definisi Penghasilan Penghasilan adalah peningkatan
manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (PSAK No.23). Penghasilan meliputi penerimaan (revenue) maupun gain. Penghasilan menurut teori akuntansi oleh Belkaoui adalah sebegai berikut: “Penghasilan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa dan diukur oleh beban yang ditanggung langganan, klien atau penyewa atas barang dan jasa yang diserahkan kepada mereka”. Penghasilan menurut teori Akuntansi oleh Kam: “Comprehensive income is the change in equity (Net assets) ofan enlily during a period from transaction and other events and arcumstances from non owner sources”. Dalam terjemahan bebasnya adalah perubahan ekuitas suatu perusahaan (kekayaan netto) dalam kesatuan selama suatu periode yang berasal dari transaksi dan kejadian-kejadian lainnya dan keadaan dari sumber-sumber yang bukan berasal dari pemilik Penghasilan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) adalah “didefinikan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Revenue adalah aliran kas masuk atau kenaikan dalam aktiva yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Gain adalah peningkatan aktiva yang berasal dari transaksi yang bukan kegiatan utama perusahaan.
5
C. Definisi Pajak Penghasilan 1. Objek Pajak Penghasilan Pajak
penghasilan
merupakan
pajak
langsung,
wajib
pajak
yang
dikenakan/dipungut oleh pemerintah berdasarkan penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi atau badan usaha. Penghasilan ini diperoleh dari kegiatan usaha, penghasilan dari kekayaan , penghasilan dari pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. Pengertian pajak penghasilan tercantum pada PSAK no.46 yaitu pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final, pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu. Berdasarkan Undang-undang Perpajakan no.17 tahun 2000 pasal 4 ayat 1 penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk komsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: 1. Penggantian atau imbalan
berkenan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
6
komosi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. 2. Hadiah dari undian, pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan 3. Laba usaha 4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya. 6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian hutang. 7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi 8. Royalty 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta 10. Penerimaan atau peroleh pembayaran berkala 11. Keutungan karena pembebasan hutang 12. Keutungan selisih kurs mata uang asing 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva 14. Premi asuransi 15. Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya dari yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.
7
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. 2. Subyek Pajak Penghasilan Undang-undang no.17 tahun 2000 pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa subyek pajak dari pajak penghasilan adalah : 1. Orang pribadi,
adalah orang yang lahir di Indonesia atau tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Warisan yang belum terbagi, adalah usaha yang dimiliki oleh orang yang sudah meninggal dunia tetapi belum meninggalkan warisan 3. Badan, adalah badan yang didirikan di Indonesia yang berpenghasilan di Indonesia dan di luar negeri (PT, FA,CV, koperasi,
Perkumpulan,
Yayasan, dll) 4. Bentuk Usaha Tetap (BUT), adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dai 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. 3. Yang Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan Menurut Undang-Undang perpajakan No.17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (3), menyebutkan yang tidak termasuk objek Pajak penghasilan adalah:
8
a. - Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal zakat atau lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. - Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada
hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. b. Warisan c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan kenikmatan dari WP atau Pemerintah. e.
Pembayaran dari
Perusahaan
asuransi Kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: Deviden berasal dari cadangan laba yang
9
ditahan, bagi Perseroan terbatan dan BUMD yang menerima deviden kepemilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut. g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai h.
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
i.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang
modalnya
tidak
terbagi
atas
saham-saham,
persekutuan, perkumpulan firma dan kongsi. j. Buang obligasi yang diterima atau diperoleh
perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha. k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan tersebut: -
Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sector-sektor
usaha yang ditetapkan dengan
keputusan Menteri Keuangan dan
10
-
Sahamnya tidak diperdagangkan dibursa Efek di Indonesia.
4. Pajak penghasilan yang dikenakan PPh Final Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final,
tidak
dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terhutang. Karakteristik dari Pajak Penghasilan Final adalah sebagai berikut: -
Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam perhitungan Pajak penghasilan.
-
Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain sehubungan dengan penghasilan terebut tidak dapat dikreditkan.
-
Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan. Penghasilan-penghasilan yang dikenakan PPh Final:
-
PPh Final atas Bunga Deposito / Tabungan
-
PPh Final atas Transaksi saham di bursa Efek
-
PPh Final atas penghasilan dari hadiah atau undian
-
PPh Final atas Penghasilan dari Pengalihan hak atas tanah dan / atau Bangunan
-
PPh Final atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan atau bangunan
-
PPh Final atas Bunga atau Diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek
-
PPh Final atas Jasa Kontruksi oleh Kontraktor Pengusaha kecil.
-
PPh Final Perusahaan Pelayanan dalam negeri
11
-
PPh Final atas penghasilan perusahaan pelayaran/penerbangan luar Negeri
-
PPh Final atas BUT perwakilan dagang asing di Indonesia
-
PPh Final atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap
-
PPh Final atas distributor produk pertamina dan premix.
-
PPh Final atas penyalur Gula pasir dan Tepung terigu
-
PPh Final atas Distributor Hasil Industri Rokok dalam negeri
-
PPh Final atas penghasilan sebagai distributor kertas
-
PPh Final atas bunga simpanan anggota Koperasi
D. Aktiva Lancar Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukarkan dengan uang tunai dalam waktu yang relative singkat. Biasanya ukuran waktu yang dipergunakan ialah siklus usaha, tahun takwim atau tahun buku tergantung mana yang lebih pendek. Yang termasuk dalam golongan aktiva lancar ialah : 1. Kas dan Bank Kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan segera seperti uang logam, uang kertas dan uang yang ada didalam rekening giro yang ada di Bank. Yang tidak termasuk dalam Kas adalah : deposito, perangko dan materai, kas bon dan uang muka, cek mundur dan cek kosong. Dalam Peraturan
pemerintah No.51 tahun 1994 rekening giro dimasukkan
dalam kelompok tabungan yang menghasilkan bunga berkala, sesuai dengan ketentuan perpajakan , bunga itu dikenakan pajak penghasilan dengan tarif final 15% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan yang lain (yang
12
dikenakan tarif umum), tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan(kena pajak) pada akhir tahun. 2. Surat Berharga Biasanya
kelebihan kas yang tidak diperlukan dalam waktu dekat
dimanfaatkan dengan cara membeli surat-surat berharga yang dapat segera dijual, yang termasuk di kategori surat berharga adalah : -
Saham, dapat berbentuk saham biasa atau saham preferen. Penghasilan dari saham dapat berupa deviden, bonus saham, dan keuntungan dari pelepasan saham. Sesuai ketentuan pasal 4 ayat 3 huruf (g) UndangUndang Pajak penghasilan, deviden tidak dikenakan pajak. Dalam praktek pembukuan saham didasarkan atas nilai perolehan dengan alasan harga pasar bersifat sementara, dalam perpajakan Pasal 10 ayat 6 UU PPh menyatakan ketentuan tentang penilaian persedian berlaku juga untuk sekuritas yaitu penilaian hanya berdasarkan harga perolehan, dan penghasilan saham yang berupa deviden hanya diakui pada saat secara nyata terdapat pembagian deviden itu.
-
Obligasi, penghasilan dari obligasi derupa bunga tetap, keuntungan pelepasan dan realisasi disagio (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan). Pajak penghasilan yang dipungut atas bunga obligasi tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang dibayar dimuka (pasal 23)
-
Sekuritas yang lain, seperti warkat komersial, promes, sertifikat deposito, semua sekuritas itu merupakan instrument pasar uang yang
13
dapat diperjual belikan setiap saat. Penghasilan yang didapat adalah dari selisih nilai saat pembelian dengan nilai saat penjualan. Penghasilan yang dikenakan pajak pada saat pemegang sekuritas, biaya dan kerugian dapat dikurangkan dari penghasilan oleh penerbit sekuritas, untuk metode penilaian sama dengan sekuritas yang lain. 3. Deposito dan Wesel Tagih Perpajakan tidak mengatur bagaimana dibukukannya,penghasilan yang berupa bunga deposito dikenakan pajak 15% dan bersifat final maka pada akhir tahun tidak dapat dicantumkan sebagai penghasilan kena pajak dan pajaknya tidak dapat dikreditkan. Keberadaan promes yang berupa Wesel Tagih karena sebelumnya ada utang piutang dari penyerahan barang atau jasa, bunga yang diterima pada saat pelunasan merupakan penghasilan pemegang wesel dan biaya bagi penerbit wesel, dalam UU PPh 1984, penghasilan bunga yang berupa bunga diskonto merupakan objek
potongan PPh pasal 23(WP dalam
negeri) dan pasal 26 (WP luar negeri) 4. Piutang Usaha, Piutang lain-lain dan Piutang Hubungan Istimewa -
Piutang Usaha, adalah piutang yang terjadi akibat penjualan barang atau penyerahan jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Kebiasaan yang dipakai oleh perusahaan untuk membentuk cadangan penghapusan piutang tidak diperkenankan oleh pajak, hanya diakui oleh perpajakan apabila telah nyata diupayakan penagihannya (Pasal 4 ayat 1 huruf (k) PPh 1984 yaitu khusus untuk jenis usaha tertentu(bank dan asuransi)
14
-
Piutang lain-lain, adalah piutang yang terjadi diluar kegiatan normal perusahaan, bisa juga terjadi karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga atau pegawai
-
Piutang hubungan istimewa, adalah piutang kepada perusahaan afiliasi, persero, direktur, pengurus atau orang lain yang mempunyai hubungan istimewa . Dalam Perundang-undangan perpajakan pasal 18 ayat 4, piutang kepada perusahaan afiliasi dimasukkan dalam kelompok penyertaan pada perusahaan afiliasi atau investasi, hal ini dapat membawa keuntungan perpajakan apabila atas piutang itu dibayarkan bunga oleh debitor karena bunga yang diperlakukan sebagai deviden maka berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf (g) Undang Undang Pajak penghasilan , deviden tersebut dibebaskan dari pengenaan pajak.
5. Persediaan. Persediaan adalah harta perusahaan yang penting karena banyak dana yang tertanam didalamnya, karena pentingnya persediaan maka ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam perpajakan: -
Sistem pencatatan yang diperkenankan sesuai dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 adalah system pencatatan perpetual(menyajikan keterangan persediaan dan Hpp secara terus menerus tanpa inventarisasi sehingga senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik)
-
Metode penilaian persediaan, hanya ada 2 metode penilaian yang diperbolehkan oleh perpajakan sesuai Undang-undang No.17 tahun 2000
15
pasal 10 ayat 6 yaitu metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau rata-rata maka metode penilaian yang lain tidak diperkenankan 6. Biaya dibayar dimuka Merupakan biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan dimasa yang akan datang, dalam Undang-undang PPh tahun 1984 pasal 11 ayat 10, menyebutkan biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun diamortisasi dengan tarif yang berlaku untuk aktiva golongan I (50%), gol. II (25%) dan gol. III (10%), tapi sejak tahun 1995 berdasar UU No. 10 tahun 1994, biaya ini tidak dibebankan melalui amortisasi lagi melainkan dialokasi menurut masa manfaatnya, perlakuan ini jadi lebih transparan. E. Aktiva Tetap Aktiva tetap disebut
harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui alokasi secara berangsur-angsur dengan cara penyusutan atau amortisasi. 1. Jenis-jenis aktiva tetap Ada 3 golongan aktiva tetap yaitu Tanah, Gedung, mesin dan peralatan, sesuai dengan ketentuan fiskal harga perolehan aktiva tetap adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan, apabila diketahui bahwa biaya bunga dikeluarkan untuk membangun suatu proyek, bunga tersebut dapat dikapitalisasi. Adakalanya aktiva lama harus dibongkar untuk membangun aktiva baru misalnya pembangunan gedung, untuk keperluan perpajakan
16
nilai buku harta lama yang dibongkar tidak dikapitalisasi ke nilai perolehan harta baru, demikian juga dengan biaya bongkar tidak dikapitalisasi, tetapi dibiayakan pada tahun pajak yang bersangkutan 2. Leasehold Improvement Merupakan jenis bangunan yang diperuntukkan bagi kantor atau tempat usaha sehingga dalam perpajakan aktiva tersebut dikelompokkan ke dalam golongan bangunan, sesuai keputusan menteri Keuangan bangunan disusutkan dengan tarif 5% dari nilai perolehannya selama 20 tahun, jika masa sewa kurang dari 20 tahun disusutkan dengan tarif 5% setahun sesuai dengan ketentuan fiskal tetapi pada akhir masa sewa nilai buku dibebankan sekaligus. F. Penyusutan dan Amortisasi 1. Harta yang dapat disusutkan menurut ketentuan
Undang-Undang
perpajakan No. 17 tahun 2000 pasal 11, adalah sebagai berikut : a. Yaitu harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun yang
digunakan
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara
penghasilan (obyek pajak), kecuali tanah. b. Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiscal c. Dalam hal harta yang tidak boleh disusutkan secara fiscal tersebut dijual (dialihkan), keutungannya merupakan obyek PPh, yang dihitung dari selisih harga jual (nilai pasar) dengan
harga perolehan, Dalam hal
17
selisihnya negative (rugi), kerugian tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. d. Penyusutan aktiva dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. e. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, wajib pajak dapat melakukan penyusutan mulai
pada bulan digunakannya harta tersebut untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan. 2. Metode penyusutan aktiva tetap (pasal 11 Undang-undang No. 17 tahun 2000) dan Tarif penyusutan aktiva tetap Tiap aktiva tetap, kecuali tanah memiliki umur ekonomis yang terbatas karena aktiva tersebut mengalami penuaan, sehingga aktiva-aktiva tersebut harus disusutkan sesuai dengan umur ekonomis yang dimilikinya. Faktorfaktor yang menyebabkan menurunnya umur ekonomis aktiva tetap adalah : a. Sebagai akibat penggunaan (Physical Depreciatiori) b. Sebagai akibat keusangan (Functional Depreciation) Metode penyusutan aktiva tetap yang diperbolehkan pada prinsipnya ada 2 metode yaitu: Metode Saldo menurun (decline balance method) Metode Garis lurus ( straight line method) Ketentuan penggunaan kedua metode tersebut adalah sebagai berikut :
18
a) Terhadap aktiva yang termasuk kelompok I sampai dengan kelompok IV; wajib pajak diperkenankan untuk memilih antara metode garis lurus dan metode saldo menurun. b) Terhadap
aktiva
kelompok
bangunan,
wajib
pajak
harus
menetapkan metode garis lurus. c) Penggunaan metode penyusutan tersebut harus dilakukan secara taat azas. Menurut Gunadi dalam bukunya “Pajak penghasilan tahun 2002”, sesuai dengan ketentuan pasal 11 Undang-undang perpajakan No.17 tahun 2000 mengenai metode dan tarif penyusutan aktiva tetap, maka dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Tarif Penyusutan aktiva tetap: Kelompok harga Berwujud
Masa Manfaat (tahun)
Tarif Penyst. Metode garis lurus
Kelompok I
4
25%
Tarif penyusutan Metode Saldo Menurun 50%
Kelompok II
8
12,5%
25%
Kelompok III
16
6.25%
12,5%
Kelompok IV
20
5%
10%
Permanen
20
5%
Tidak permanen
10
10%
Bangunan :
Sumber : Gunadi (2002), “Pajak Penghasilan 2002 hal.23, sesuai dengan ketentuan pasal .11 UU Perpajakan No.17 tahun 2000, mengenai metode dan tarif penyusutan aktiva tetap.
19
G. Kewajiban dan Modal 1. Kewajiban Kewajiban menurut perpajakan hanya dicatat karena trnsaksi atau karena ada keputusan pengadilan, kewajiban dicatat sebesar nilai yang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Menurut tenggang waktunya penyelesaiannya kewajiban dikelompokkan menjadi : kewajiban jangka pendek (dilunasi dalam waktu satu tahun buku), kewajiban jangka panjang (dilunasi lebih dari satu tahun buku) dan kewajiban lain-lain (pendapatan yang ditangguhkan, uang jaminan yang diterima dari pelanggan, utang pada direksi atau perusahaan afiliasi). Kewajiban(Utang) dalam mata uang asing berdasarkan surat DJP No.SE43/PJ.21/1986 dapat dibukukan dengan menggunakan salah satu nilai tukar yaitu nilai tukar tetap atau nilai tukar yang berlaku pada akhir tahun pajak berdasarkan pengumuman bank Indonesia dengan menggunakan taat asas, apabila utang dalam mata uang asing dibukukan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar tetap, selisih nilai tukar hanya dapat dihitung ke dalam laba-rugi pada saat pelunasan utang. Dalam hal pembebasan utang UU No.17 tahun 2000 menyatakan pembebasan utang harus ditambahkan sebagai penghasilan Wajib pajak yang harus dikenakan pajak pada tahun pembebasan diterima. Untuk bunga pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan, menurut perpajakan pembayar bunga wajib memotong Pajak penghasilan dengan tarif 15% dari bunga terutang dan bersifat final.
20
2. Modal Modal terdiri dari modal disetor dan laba yang ditahan. Berdasarkan UU N0.17 tahun 2000, harta yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal bukan objek pajak penghasilan. Laba yang ditahan adalah laba yang dikumpulkan setelah pajak. Pembayaran yang bersumber dari laba ditahan tidak diperkenankan sebagai biaya untuk tahun-tahun buku selanjutnya (surat Direktur Jendral Pajak No.SE16/PJ.44/92). Dalam hal pembagian bonus, grafitikasi, jasa produksi dan tantiem yang dibayarkan kepada pengurus merangkap pemegang saham atau kepada hubungan istimewa tidak boleh dikurangkan sebagai biaya fiskal karena merupakan pembagian laba(deviden) yang dikenakan PPh. Saldo laba yang ditahan saat pembubarkan suatu perusahaan biasanya dibagikan kepada para pemegang saham jika saldo laba masih ada pada saat likuidasi, pajak atas laba tersebut telah terhutang. H. Biaya dan Pengeluaran 1. Pengertian Cost dan expenses Didalam buku yang berjudul “Akuntansi Manajemen yang ditulis oleh Simamora (1999) definisi Cost (biaya) ialah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan definisi expenses (beban) berdasarkan PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ialah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
21
kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal Expenses (Beban) menurut Undang-undang perpajakan no.17 tahun 2000 pasal 6 adalah, suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Dengan kata lain, biaya adalah komponen pengurang yang berhubungan langsung dengan keigatan usaha yang penghasilannya merupakan obyek pajak 2. Pengakuan Biaya Pada umumnya pengakuan biaya mengikuti metode pembukuan yang dipakai oleh perusahaan apakah Cash Basic yaitu biaya diakui pada saat pembayaran ataukah memakai metode pembukuan Acrual Basic yaitu biaya diakui pada saat terhutang. Dalam laporan laba rugi, biaya diakui dengan berdasarkan analisis hubungan biaya yang timbul dan penghasilan tertentu diperoleh. Memang perlu disadari adanya kerumitan untuk mengkaitkan antara biaya dengan penghasilan, pada praktek dilapangan terdapat 3 pendekatan yang dipakai yaitu :pertama, pendekatan sebab akibat yaitu dengan mengkaitkan langsung biaya dengan penghasilan dalam periode penghasilan diakui contohnya penjualan dengan harga pokok penjualan,
kedua pendekatan
alokasi sistematis dan rasional yaitu pendekatan dengan tidak ada kaitannya secara langsung antara biaya dengan penghasilan, alokasi biaya dipakai dengan mengkaitkan penghasilan dengan masa manfaat ini berlaku untuk
22
aktiva tetap, pendekatan yang ketiga
pengakuan segera, pendekatan ini
dipakai bila tidak dapat dihubungkan secara langsung dan secara alokasi sistematis contohnya: biaya pendirian, biaya perpindahan. 3. Biaya – biaya yang boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto. Penghasilan bruto dapat dikurangkan oleh biaya-biaya sebagai berikut ini (menurut pasal 6 UU perpajakan No.17 th.2000) : a. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang penghasilannya merupakan obyek pajak. b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan (sebagai pengurang penghasilan bruto sehubungan dengan pekerjaan wajib pajak orang pribadi) d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing f. Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
23
g. Biaya bea siswa, magang dan pelatihan dengan memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan. h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: -
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
rugi laba
komersial -
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau (BUPLN)
Badan urusan piutang dan Lelang Negara atau
adanya
perjanjian
tertulis
mengenai
penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan. -
Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
-
Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih pada Direktorat Jenderal Pajak (Dilampirkan dalam SPT – nya)
i. Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu ( maksimum 5 tahun) j. Penghasilan tidak kena pajak (PTKP), khusus bagi wajib pajak orang pribadi. 4. Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto. Penghasilan bruto tidak dapat dikurangkan oleh biaya-biaya sebagai berikut ini (menurut pasal 9 Undang-Undang perpajakan No.17 th.2000) : a.
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, seperti deviden, termasuk deviden
yang dapat dibayarkan oleh perusahaan
24
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. b.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota
c.
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan , kecuali: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi dan asuransi. Serta cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.
d.
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerjua dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan.
e.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan dan jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan. Yang dimaksud dengan kenikmatan dalam bentuk natura ialah tambahan kemampuan
ekonomis yang
diterima atau diperoleh tidak dalam bentuk uang. Seperti kenikmatan mempergunakan mobil perusahaan secara Cuma-Cuma, kenikmatan mendiami rumah yang disewa oleh perusahaan, atau rumah milik perusahaan, pemberian beras dengan Cuma-Cuma dan sebagainya. Bagi pihak pemberi kerja, pengeluaran-pengeluaran tersebut
tidak
boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali:
25
•
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan secara bersama-sama.
•
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu. Misalnya penggantian untuk daerah terpencil, pengertian daerah terpencil antara lain ditentukan dengan mudah atau tidaknya dijangkau oleh transportasi umum baik darat, laut, maupun udara, dan keadaan prasarana ekonomi dan sosialnya sangat terbatas sehingga penanam modal yang menanamkan modal di daerah tersebut harus membangun sendiri prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan usahanya.
•
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
f.
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
g.
Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan dan warisan.
h.
Pajak penghasilan
i.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi
wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya. j.
Gaji yang dibayarkan kepada
anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
26
k.
Sanksi
administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan. l.
Pajak masukan atas perolehan barang kena pajak/Jasa kena pajak yang tidak dapat dikreditkan.
m.
Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan obyek pajak.
n.
Pajak Penghasilan yang ditanggung pemberi penghasilan, kecuali PPh pasal 26, sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan sebagai dasar perhitungan untuk pemotongan PPh pasal 26 tersebut.
o.
Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Obyek pajak.
Pada tahun 2002 keluarlah KEP-220/PJ/2002, yang menjelaskan biaya-biaya yang berhubungan dengan Laporan Keuangan Fiskal, sebagai berikut : a. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan
untuk pegawai tertentu karena jabatan dan
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok b. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon selular yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya
27
perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan c. Atas biaya perolehan atau pembelian atas perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II d. Atas biaya pemeliharaan atas perbaikan rutin kendaraan bus, minibus atau sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya dalam tahun pajak yang bersangkutan. e. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatan dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II f. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatan dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan. g. Keputusan ini berlaku sejak 18 April 2002.
28
I. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal 1. Laporan Keuangan komersial Laporan Keuangan komersial adalah Laporan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi (PSAK), Laporan keuangan Komersial terdiri dari 5 bagian
yaitu Neraca, Laporan Rugi Laba, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Modal dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai salah satu Laporan Keuangan, Laporan laba rugi adalah laporan mengenai pendapatan dan beban yang tercermin dalam 1 (satu) periode tertentu. Umumnya periode ini adalah 1 tahun penuh, tergantung kebijakan dari perusahaan. Laporan laba rugi memaparkan hal penting bagi penggunanya diantaranya adalah menilai keefisienan perusahaan, menilai keberhasilan perusahaan dalam meraih laba dan yang tak kalah penting adalah sebagai dasar menghitungnya pajak penghasilan. 2. Laporan Keuangan Fiskal Laporan Keuangan Fiskal adalah, “ Laporan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturaan perpajakan”. (Sopar Lumbantoruan; 1996;66). Laporan Keuangan Fiskal terdiri dari 5 bagian yaitu Neraca Fiskal, Rugi Laba Fiskal, Penjelasan Laporan Keuangan
Fiskal, Ikhtisar Kewajiban Pajak dan Rekonsiliasi
Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. J. Tarif Umum PPh Wajib Pajak Dalam Negeri Tarif umum PPh wajib pajak Badan dalam negeri dan BUT menurut Gunadi sesuai dengan UU Perpajakan No.17 tahun 2000, yaitu :
29
Tabel 2.2 Tarif Umum wajib pajak Badan dalam Negeri : Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif PPh
Sampai dengan Rp. 50.000.000,-
10%
Diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp.100.000.000,-
15%
Diatas Rp. 100.000.000,-
30%
Sumber : Gunadi (2002), Pajak Penghasilan 2002 hal.26 Perhitungan taksiran PPh dan PPh terhutang didasarkan pada laporan laba – rugi. Oleh sebab itu, seringkali disebut sebagai pendekatan laba-rugi (current income tax expense) atau Income statement liabdity method . Dengan diberlakukannya SAK no.46, taksiran PPh yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi belum tentu sama dengan taksiran PPh terhutang tahun berjalan. PPh yang dilaporkan dalam laporan laba rugi meliputi: (a) Taksiran PPh tahun berjalan; ditambah atau dikurangi dengan (b) beban (Penghasilan) Pajak tangguhan. Beban PPh tahun berjalan dihitung berdasarkan laba fiskal sesuai dengan tarif pajak yang berlaku. Sedangkan beban (penghasilan) pajak tangguhan dihitung dengan cara membandingkan saldo deffered tax assets atau deffered tax liability pada awal periode dengan saldo deffered tax assets atau deffered tax liability pada akhir periode. Berbagai kemungkinan penyajian taksiran PPh dalam laporan laba-rugi terjadi karena SAK mewajibkan perusahaan untuk menghitung dan mengakui “konsekuensi pajak dimasa depan (Future tax effect) atas perbedaan waktu antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal .
30
Kunci utama untuk menghitung dan mengakui Future tax effect , baik berupa deffered tax assets atau deffered tax liability adalah pemahaman tentang perbedaan waktu. Perbedaan waktu adalah perbedaan antara accounting base dengan tax base. Accounting base adalah nilai buku atau nilai yang dicatat sebagai aktiva dan kewajiban yang tercantum dalam neraca komersial, sedangkan tax base adalah nilai buku dan kewajiban yang digunakan sebagai dasar pelaporan SPT PPh badan Dengan menganalisa Perbedaan antara pengakuan beban dan pendapatan yang merupakan unsur-unsur yang ada dalam Laporan Rugi/Laba pada laporan keuangan komersial , maka terkumpul informasi mengenai perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara kedua Laporan Rugi/Laba tersebut, sehingga dapat dibuat koreksi fiscal. K. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal Laba Komersial (Accounting income) dihitung sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sedangkan Laba Kena Pajak (Taxable Income) dihitung sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan. Akibat adanya perbedaan (differences) tertentu dalam pengakuan pendapatan (revenues) dan beban (expenses) antara Undang-undang perpajakan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, maka laba kena pajak berbeda dengan Laba komersial. Perbedaan antara laba komersial dengan laba kena pajak menyebabkan harus dilakukannya koreksi fiskal. Jenis – jenis dari koreksi fiskal adalah:
31
1. Perbedaan Temporer / Beda Waktu a. Beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut akuntansi (PSAK) dengan ketentuan perpajakan b. Perbedaan tersebut menyebabkan timbulnya jumlah kena pajak (Taxable) atau jumlah yang dapat dikurangkan di masa yang akan dating. c. Beda waktu
merupakan perubahan metode yang digunakan antara
akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya: 1. Metode penyusutan 2. Metode Penilaian persedian 3. Penyisihan piutang tak tertagih 4. Rugi/Laba sellisih kurs 2. Perbedaan Permanen / Beda Tetap a. Beda tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang sifatnya permanen b. Perbedaan tersebut mempengaruhi perhitungan Laba kena pajak pada tahun berjalan, akan tetapi tidak mempunyai dampak terhadap perhitungan pajak di masa mendatang. c. Menurut akuntansi komersial
merupakan penghasilan. Sedangkan
menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri sehingga dipisahkan dengan penghasilan lainnya dalam menghitung PPh yang terhutang.
32
d. Menurut akuntansi komersial merupakan beban sedangkan menurut ketentuan Pajak Penghasilan tidak dapat dibebankan. L. Rekonsiliasi Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Berdasarkan data tersebut maka rekonsiliasi dapat disusun yaitu terdiri dari: Rekonsiliasi perhitungan harga pokok, rekonsiliasi biaya operasional, rekonsiliasi laba-rugi, rekonsiliasi Neraca dan rekonsiliasi perhitungan laba ditahan. Berikut contoh Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada Contoh Laporan keuangan yang diambill adalah pada PT.Inti Logging dengan NPWP 01.937.654.2-031.000, beralamat di JL.S Parman Kav.26 Jakarta Barat, bergerak di bidang perkayuan. Wajib pajak memiliki kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasi sebesar Rp. 159.000.000.- data pembukuan tahun 2006 adalah sebagai berikut: Penjualan bersih
Rp.
23.200.000.000,-
Harga pokok Penjualan
Rp.
17.900.000.000,-
Gaji dan upah
Rp.
1.256.400.000,-
PPh 21 yang dibayar perusahaan
Rp.
56.500.000,-
Biaya penyusutan
Rp.
1.285.000.000,-
Biaya rekreasi/piknik pegawai
Rp.
22.600.000,-
Biaya HP
Rp.
24.000.000,-
Biaya Astek/Jamsostek
Rp.
60.600.000,-
Biaya penyisihan piutang ragu-ragu
Rp.
98.600.000,-
Biaya perjalanan dinas
Rp.
301.000.000,-
Biaya operasional:
33
Biaya bunga bank
Rp.
180.000.000,-
Biaya bunga leasing
Rp.
20.000.000,-
Biaya royalty
Rp.
125.000.000,-
Biaya pemeliharaan inventaris
Rp.
230.400.000,-
Biaya representasi
Rp.
135.500.000,-
Biaya PPN
Rp.
9.500.000,-
Biaya makan, minum dan seragam
Rp.
400.000.000,-
Biaya alat tulis kantor
Rp.
163.800.000,-
Biaya listrik, telepon, air
Rp.
36.000.000,-
Biaya perawatan forklift & dump truck Rp.
10.000.000,-
Biaya fiscal LN
Rp.
21.000.000,-
Biaya professional fee
Rp.
59.700.000,-
Biaya lain-lain
Rp.
25.800.000,-
Bunga deposito
Rp.
10.000.000,-
Laba penjualan dagang
Rp.
100.000.000,-
Pendapatan sewa forklift & dump truckRp.
150.000.000,-
Penghasilan/Beban lain-lain :
Laba selisih kurs
Rp.
99.200.000,-
Rugi penjualan wisma
Rp.
( 80.000.000,-)
Laba anak perusahaan
Rp.
200.000.000,-
Keterangan lain:
34
a. PT. Inti Logging memiliki kebijakan untuk menanggung PPh pasal 21 semua karyawannya berapapun
jumlahnya dalam bentuk PPh 21 ditanggung
perusahaan, bukan berbentuk tunjangan PPh (gross up) b.Biaya Penyusutan untuk fiskal dan komersial dihitung dengan cara yang sama oleh WP yaitu sebesar Rp. 1.283.000.000,- (metode garis lurus). Demikian juga dengan penentuan masa manfaat dan nilai sisa. Tetapi WP belum menyesuaikan perhitungan biaya HP dinas sebesar Rp. 4.000.000,- per tahun dan biaya penyusutan mobil sedan dinas sebesar Rp. 50.000.000,- per tahun dengan KEP 220/PJ/2002. c.Dalam biaya penyusutan termasuk juga biaya penyusutan atas aktiva finance lease sebesar Rp. 150.000.000,- dan biaya penyusutan wisma sampai saat wisma tersebut dijual sebesar Rp. 10.000.000,d Biaya HP adalah pengeluaran untuk pembayaran pulsa HP para direksi e.Biaya Astek/Jamsostek adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran premi asuransi kecelakaan kerja karyawan. f. Dalam perjalanan dinas, para direksi sesekali membawa keluarga mereka, ternyata setelah diperinci terdapat Rp. 55.000.000,- yang merupakan pengeluaran untuk keperluan keluarga direksi, disamping itu terdapat juga biaya pembelian tiket pesawat terbang untuk para pejabat sebesar Rp. 64.000.000,g.Biaya bunga bank sebesar Rp. 180.000.000,- terjadi karena hutang PT. Inti Logging kepada bank Buana Indonesia sebesar rata-rata setahun Rp. 1.000.000.000,- dengan tingkat bunga pinjaman rata-rata 18% p.a.
35
h.Perusahaan menyewa alat-alat berat dan United Tractor secara Finance Lease dengan pembayaran SGU tiap bulan Januari dan Juli sebesar Rp. 100.000.000,- dengan perincian bunga tetap Rp. 10.000.000 dan cicilan pokok leasing 2 kali
yang terdiri dari pembayaran bunga Rp. 20.000.000,- dan
pembayaran pokok Rp. 180.000.000,i.Perusahaan membayar biaya royalty teknologi pemotretan udara ke Blitz Gmbh Germany sebesar Rp. 125.000.000,- jumlah tersebut termasuk Rp. 25.000.000,- yang merupakan PPh pasal 26 yang ditanggung oleh PT. Inti Logging. j.Dalam biaya perbaikan terdapat biaya perbaikan mobil sedan perusahaan yang digunakan direktur utama sebesar Rp. 10.000.000,k.Biaya jamuan untuk relasi yang lengkap dengan daftar rincian dan buktibuktinya ada hanya sejumlah Rp. 101.000.000,l.Biaya PPN adalah PPN pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena faktur pajak yang diterima cacat. m.Perusahaan menanggung makan minum dan seragam seluruh pegawainya dengan menyediakan kantin dikantor dan dilokasi HPH serta membelikan seragam. Total biaya makan dan minum Rp. 360.000.000,- sedangkan biaya seragam Rp. 40.000.000,n.Biaya perawatan forklift dan dump truck adalah biaya perawatan forklift dan dump truck yang disewakan.
36
o Biaya fiskal luar negeri adalah pembayaran fiscal luar negeri atas nama perusahaan untuk kepergian para direktur ke Amerika dan Singapura dalam rangka dinas. p.Biaya Profesional fee adalah biaya jasa audit dan appraisal . Dari total biaya tersebut sebesar Rp. 19.700.000,- adalah biaya untuk audit anak perusahaan. q.Perincian biaya sebagai berikut : Bantuan bea siswa dalam rangka GNOTA sebesar Rp. 12.500.000,- ; Sumbangan amal Bhakti Muslim Pancasila Rp. 3.300.000,- ; Iuran keanggotaan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Rp. 10.000.000,r.Penghasilan bunga deposito adalah bunga deposito Bank Mandiri sebesar Rp. 10.000.000,- dan telah dipotong pajak sebesar 20% yaitu Rp. 2.000.000,- ratarata besarnya deposito PT.Inti Logging di bank tersebut selama setahun adalah Rp. 100.000.000,s.Perusahaan menjual gudang dengan nilai sisa buku sebesar Rp. 900.000.000,seharga Rp. 1000.000.000,- atas penjualan gudang ini perusahaan telah membayar PPh atas pengalilhan tanah sebesar 5% yaitu Rp. 50.000.000,t.Perusahaan juga menyewakan forklift dan dump trucknya kepada perusahaan sesame pemegang HPH yaitu PT.Hutindo dilokasi usaha. Atas jasa sewa ini perusahaan telah dipotong pajak sebesar 6% Rp. 9.000.000,u.Pada akhir tahun 2006 perusahaan menjual wisma perusahaan di puncak dengan hargaRp. 400.000.000,- karena kesulitan likuiditas nilai buku wisma tersebut pada saat dijual adalah Rp. 480.000.000,- perusahaan membayar PPh atas pengalihan tanah sebesar 5%
yaitu Rp. 20.000.000,- sebelum dijual
37
wisma tersebut telah beberapa kali disewakan dengan penghasilan sewa setahun Rp. 50.000.000,- dan telah dipotong PPh oleh penyewa Rp. 5.000.000,v.PT. Inti Logging memiliki anak perusahaan yang bergerak dibidang kayu lapis yaitu PT. Nusantara Plywood (kepemilikan 40%). Selama tahun 2006 PT. Nusantara mengumumkan laba setelah pajak sebesar Rp. 500.000.000,- tapi tidak membagi deviden PT. Inti Logging mengakuinya dengan mencatat kenaikan nilai investasi dan laba dari anak perusahaan sebesar Rp. 200.000.000,w.Perusahaan mengimpor alat-alat berat dan telah dipotong pajak PPh 22 oleh Dirjen Bea dan Cukai sebesar Rp. 46.000.000,x.Selama tahun 2006 perusahaan telah membayar PPh pasal 25 Rp. 209.000.000,Diminta: 1. Buatlah rekonsiliasi fiskal yang diperlukan guna menghitung penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terutang tahun 2006 2. Hitung angsuran PPh pasal 25 tahun 2007 Tabel. 2.3. Laporan Laba Rugi PT. Inti Logging tahun 2006 Uraian
LK Komersial (Rp.)
Koreksi Positif (Rp.) -
LK Fiskal (Rp.)
Penjualan bersih
23.200.000.000
Harga Pokok Penj.
17.900.000.000
17.900.000.000
5.300.000.000
5.300.000.000
1.256.400.000
1.256.400.000
Laba bruto
-
Koreksi Negatif (Rp.)
23.200.000.000
Biaya operasi : Gaji dan Upah
38
PPh 21 dibyr persh
56.600.000
56.600.000
-
1.285.000.000
187.000.000
-
pegawai
22.600.000
22.600.000
-
Biaya HP
24.000.000
12.000.000
-
12.000.000
-
60.600.000
Biaya penyusutan
1.098.000.000
Biaya rekreasi/piknik -
Biaya astek/Jamsostek Biaya
60.600.000
-
penyisihan
piutang ragu-ragu
98.600.000
98.600.000
-
dinas
301.100.000
119.000.000
-
182.100.000
Biaya bunga bank
180.000.000
18.000.000
-
162.000.000
-
-
20.000.000
-
180.000.000
180.000.000
Biaya
-
perjalanan
Biaya bunga leasing Biaya
20.000.000
angsuran
leasing
-
Biaya royalti
125.000.000
25.000.000
-
100.000.000
Inventaris
230.400.000
19.000.000
-
211.400.000
Biaya representasi
132.500.000
31.500.000
-
101.000.000
Biaya pemeliharaan
Biaya PPN
9.500.000
-
-
9.500.000
400.000.000
-
-
400.000.000
163.800.000
-
-
163.800.000
36.000.000
-
-
36.000.000
truck
10.000.000
-
-
Biaya Fiskal LN
21.000.000
21.000.000
-
fee
59.700.000
19.700.000
-
40.000.000
Biaya lain-lain
25.800.000
3.300.000
-
22.500.000
4.518.600.000
633.000.000
Biaya
makan,
minum dan seragam Biaya
alat
tulis
kantor Biaya listrik, telepon dan air Biaya
perawatan
forklift dan dump
Biaya
10.000.000 -
Profesional
Total biaya operasi Laba operasi
180.000.000
781.400.000
4.065.300.000 1.234.700.000
Penghasila/Beban lain: Bunga Deposito Laba Penj. Dagang
10.000.000
-
100.000.000
-
10.000.000 -
100.000.000
39
Pendapatan
sewa
forklift dan dump truck
150.000.000
-
-
150.000.000
Laba selisih kurs
99.200.000
99.200.000
Rugi penj.wisma
(80.000.000)
Pendapatan
sewa
50.000.000
-
50.000.000
-
anak
200.000.000
-
200.000.000
-
80.000.000
-
-
wisma Laba perusahaan Jumlah
529.200.000
713.300.000
-
349.200.000
Penghasilan/Beban Laba Bersih
1.310.600.000
-
-
1.583.900.000
Kompensasi
159.000.000
-
-
159.000.000
1.151.600.000
-
-
kerugian Penghasilan
kena
1.424.900.000
pajak PPh terhutang Kredit
409.970.000 pajak
dipotong pihak lain PPh ps.22
46.000.000
PPh.ps.23
9.000.000
PPh dibayar sendiri
354.970.000
Kredit pajak yang dibayar sendiri Pasal 25
209.000.000
Fiskal LN
21.000.000
BPHTB
70.000.000
PPh kurang bayar
54.970.000
Sumber : Pajak terapan Brevet A & B Perhitungan PPh pasal 25: Penghasilan netto
Rp.
1.583.900.000,-
-Laba penjualan gudang
Rp.
100.000.000,-
-Laba kurs
Rp.
99.200.000,-
Penghasilan teratur
Rp.
1.384.700.000,-
Penghasilan tidak teratur
40
PPh terutang
Rp.
397.910.000,-
PPh pasal 22
Rp.
46.000.000,-
PPh pasal 23
Rp.
9.000.000,-
Total kredit pajak
Rp.
55.000.000,-
PPh yang harus dibayar sendiri
Rp.
342.910.000,-
Angsuran per bulan
Rp.
28.576.000,-
- Penyusutan HP
Rp.
2.000.000,-
- Penyusutan Sedan
Rp.
25.000.000,-
- Penyusutan aktiva finance lease
Rp.
150.000.000,-
- Penyusutan wisma
Rp.
10.000.000,-
Jumlah
Rp.
19.000.000,-
Kredit pajak dipotong pihak lain
Perhitungan koreksi fiskal Biaya penyusutan
Perhitungan bunga pinjaman (SE-46/PJ4/1995) Rata-rata saldo bunga pinjaman
Rp.
Tingkat bunga
1.000.000.000,18%
Biaya bunga pinajaman
Rp.
180.000.000,-
Rata-rata saldo deposito
Rp.
100.000.000,-
Bunga pinjaman yang menjadi biaya
Rp.
162.000.000,-
(Rp. 1.000.000.000 – Rp. 100.000.000) x 18%
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum
1. Lokasi Penelitian PT. Hollit International berlokasi di Plaza Aminta 8th Floor, Suite801 Jl. Let. Jend. TB Simatupang Kav.10 Jakarta 12310, Indonesia Phone: + 62 21 751 1909 Fax : + 62 21 751 1939 – 019. 2.Sejarah Singkat Perusahaan.
Diawalil pada tahun 1990, ketika ide dari dua Pria muda diwujudkan menjadi kenyataan menjadi sebuah Partnership antara Holland dan Itali menjadi satu, maka terlahirlah HOLLIT .
PT Hollit International adalah
perusahaan yang aktif dan punya reputasi International fashion labels,bertumbuh di bidang garment yang memiliki style terbaru dan trends terkini, produksi berbagai
koleksi
dan
memberikan
kualitas
yang
tinggi dan ketepatan
pengiriman ke konsumen. Sejak pertama berdiri Hollit reputasi dan nama baiknya sangat dipandang oleh pasar eropa dan memusatkan kegiatannya di Indonesia untuk memberikan source garment kepada kliennya.Perusahaan sangat bangga menjadi rekan kerja beberapa pemilik brand/merk ternama di dunia. Dan memproduksi pesanan mereka seperti Hugo Boss, Tommy Hilfiger, Replay, Sixty/ Energie, Napapijiri, Armani, Pal Zileri, O’Neill Trussardi, dan banyak nama lain. Hollit berkomitmen untuk memberikan nilai tambah,
dengan
kerjasama yang ada dan dimasa yg akan datang dengan team yang ada dengan
42
lebih dari 170 karyawan di kantor di Jakarta, Indonesia Perusahaan bertumbuh dengan disain dan product yang menawarkan
trend terbaru yang sangat up
date di dunia fashion Perusahaan berkomitmen memiliki kualitas teratas dalam mutu dan mengutamakan kepuasan konsumen, dengan showroom di padova (itali) setidaknya hollit tetap dekat dan berada langsung di pusat fashion dunia, hollit merayakan ulang performa yang sempurna kesempatan dan perusahaan
tahun ke-20 dan dan
tetap
akan terus merayakannya dengan akan kokoh berdiri menghadapi
peluang yang ada di pasar fashion. Kualitas: komitment
untuk memberikan
produk yg bermutu tinggi Untuk
pasar
international, dan sangat bersaing. Dari contoh yg diberikan sampai kepada order. Team QA memonitor langsung proses produksi di pabrik untuk
memastikan
produk yg dihasilkan memiliki mutu dan kualitas international sesuai dengan harapan dari konsumen.Kenyataannya Hollit berkembang dan memiliki kemampuan yg tidak diragukan lgi oleh pasar international.
3.Struktur Organisasi Bentuk organisasi perusahaan adalah organisasi fungsional, yaitu suatu organisasi yang mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk suatu organisasi. Bentuk organisasi ini lebih menekankan pada pembagian fungsi manajemen, berikut struktur organisasi pada PT. Hollit International : a. Board of Director (Direktur Utama) Tugas dan tanggung jawabnya adalah memimpin, mengkoordinasikan pekerjaan dan seluruh kegiatan perusahaan, membuat perencanaan
43
perusahaan bersama Direktur-direktur dari setiap bagian, serta menetapkan arah dan tujuan perusahaan b. Sales and Operational Director Direktur operasional dan sales membawahi beberapa divisi Sales dan operasional yang dibagi berdasarkan area pemasaran. Tugas dan tanggung jawabnya adalah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada seluruh staf divisi sales dan operational dalam menjaring dan memberikan pelayananan
kepada
klien,
merencanakan
anggaran
sales
serta
mengusahakan pencapaian target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. c. Finance and Accounting Director Tugas dan tanggung jawabnya
kepada Direktur Utama sehubungan
dengan transaksi keuangan perusahaan yaitu mengatur agar cash flow perusahaan baik dan dapat mensuport kegiatan operasional perusahaan dan membuat laporan keuangan tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan. d. Purchasing/Fabrics Manager Tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi permintaan pembelian dari sales dan operasional divisi yang terbagi berdasarkan area penjualan, untuk itu department Purchasing/Fabrics juga dibagi sesuai dengan divisi yang ada di sales dan operasional.
44
e. Shipping/Logistics Manager Bertugas dan bertanggung jawab atas gudang
barang dagangan yang ada di
perusahaan dengan membuat laporan stock yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, serta mengatur dan memastikan pengiriman dari gudang ke konsumen yang berada di luar negeri (ekspor). f. HR, GA and IT Director Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di Bantu oleh manager untuk departemen HR dalam pencarian, pelatihan tenaga kerja dan bertanggung jawab terhadap kesehatan, kesejahteraan, perlindungan keselamatan kerja karyawan, merencanakan dan
mengembangkan
kebijaksanaan di bidang personalia. Untuk GA depertemen dibantu oleh senior staff yaitu bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga perusahaan secara menyeluruh yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang mendukung aktivitas kerja seluruh karyawan. Begitu juga dengan IT department dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh senior staff yang bertugas untuk memastikan koneksi, perangkat keras dan lunak yang dipakai oleh seluruh karyawan dalam bekerja dapat berfungsi dengan baik. g. Quality (QA) Manager Departemen Quality yang bertanggung jawab langsung kepada Director untuk memeriksa, memastikan kualitas barang
dagangan dari awal
produksi sampai kepada selesai menjadi barang
tersedia untuk dijual
45
terjaga dengan baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. B. Metode Penelitian Metode penelitian dalam
penyusunan Skripsi ini merupakan Penelitian
Deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsi secara sistematis, factual dan akurat. Penelitian ini bersifat aplikasi, yang berkaitan dengan Laporan keuangan Fiskal sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan Wajib pajak Badan PT. Hollit International C. Definisi Operasional Variabel Dalam penulisan skipsi ini variable operasional yang digunakan adalah: 1. Laporan Keuangan Fiskal
adalah Laporan Keuangan yang disajikan
berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000. 2. Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan adalah penghasilan yang sesuai dengan
Undang-Undang
No.17 tahun 2000
Pasal 4 (1) dikurangi dengan Biaya-biaya yang boleh dikurangi menurut UU No. 17 tahun 2000 pasal 6 D. Metode Pengumpulan Data Untuk penulisan ini, penulis mengumpulkan informasi dan data melalui kegiatan penelitian yang digunakan untuk melengkapi penelitian ini. Pengumpulan informasi dan data dilakukan dengan : 1.
Penelitian lapangan Dengan cara melakukan penelitian langsung ke Objek Penelitian yaitu PT.
Hollit International di Jakarta dengan cara mempelajari data dokumentasi dari
46
sumber internal, Observasi dan
mewawancarai
karyawan di Finance dan
Accounting department, data yang diperoleh dari dalam perusahaan, yang terdiri dari: •
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung pada pihak perusahaan , berupa data mengenai kebijakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan.
•
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen dan laporan yang terkait dengan koreksi fiskal perusahaan, berupa Laporan Harga Pokok Penjualan, Laporan Laba/Rugi, dan daftar harga perolehan aktiva tetap perusahaan.
2.
Studi Perpustakaan Yaitu membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dan
Peraturan perundang-undangan Perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang ada kaitannya dengan pembahasan masalah untuk dijadikan sebagai landasan teori dan alat untuk melakukan analisis. E. Metode Analisis data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuan titatif dan kualitatif : 1. Metode Analisis data kuantitatif, yaitu analisis data berdasarkan jumlah atau banyaknya (angka-angka), dimana data yang diperoleh dari perusahaan berupa laporan keuangan komersial dan untuk mengolahnya dapat digunakan statistik
deskriptif , seperti perhitungan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan.
47
2
Metode Analisis data kualitatif yaitu analisis yang berdasarkan mutu(kualitas), dengan cara membandingkan teori dan fakta yang relevan, yaitu dengan membandingkan Perundang-undangan perpajakan dengan hasil analisa untuk diambil kesimpulan
48
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. Hollit International
Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran merupakan dasar dari perhitungan fiskal. Berikut hasil pengamatan terhadap kebijakan laporan laba – rugi pada PT. Hollit International. Dalam menyusun laporan keuangannya atas dasar akrual, yaitu pendapatan diakui saat diperoleh dan beban diakui saat hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan yang diperoleh. Dibawah ini adalah laporan Rugi Laba dari PT.Hollit International untuk periode 31 Desember 2007, beserta koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan: Tabel. 4.1 Laporan Laba Rugi PT.Hollit International tahun 2007 Keterangan
LK 2007
Sales :
22,905,838
LK Fiskal 2007 menurut Perusahaan 22,905,838
COGS : Purchase account
16,685.502
16,685,502
2,168,433
2,168,433
838,154
838,154.
3,213,749
3,213,749
Raw Material Direct cost Gross Margin
Komersial
Koreksi Fiskal menurut Perusahaan
Selling and Adm..expenses: Salaries & employee benefit
1,204,418
1,035
1,203,383
Transportation expenses
119,028
1,833
117,195
Travel expenses
155,227
558
154,669
Rental expenses
282,720
282,720
Supplies/Stationary expenses
35,476
783
34,693
Electriccity,telephone,internet
210,092
28,120
181,972
49
Repair and maintenance
24,941
Depreciation expenses
75,779
23,720
52,059
Insurance expenses
66,122
1,016
65,106
Marketing expenses
59,027
49,649
9,378
Consultancy & Trust
20,196
8,351
11,845
Permits expenses
28,795
Tax expenses
10,585
Schooling
24,941
28,795 10,585
0
106.168
106.168
14,257
14,257
Advertising Expenses
6,112
6,112
Other expenses
3,245
Charity, Parcel, condolences
Operating income
3,035
210
2,422,188
2,293,503
791,561
920,246
Non operating income/expenses: Interest income
414
(414)
0
Other income
104,052
104,052
Loss(gain) on foreign exchange
(46,329)
(46,329)
Bad debt account
(54,809)
Bank interest and expenses
Net Profit(Loss) before tax
54,809
0
(386,937)
(386,937)
(383,609)
(329,214)
407,952
183,080
591,032
Sumber : Laporan Laba/Rugi PT.Hollit International
Berikut keterangan untuk pos-pos yang ada di laporan Laba Rugi fiskal periode 31 Dec 2007, pada PT.Hollit International : Sales terdiri dari : Sales to third Party
USD. 22,912,144.00
Sales discount
USD.
Sales
(6,306..00)
USD. 22,905,838.00
Cost of good sales, terdiri dari : Purchase account(subcontract account)
USD. 16,685,502.00
Raw Material used(material cost)
USD. 2,168,433.00
50
Direct cost COGS
USD
838,154.00
USD. 19,692,089.00
Selling dan Administration expenses, mempunyai saldo USD.2,422,188. terdiri dari dari beberapa pos-pos biaya sebagai berikut : -Salaries and employee benefit, dengan saldo USD.1,204,418 terdiri dari Salaries
USD.
997,263.00
Employee Income tax. Arc.21
USD.
160,551.00
Allowance
USD.
46,604.00
Salaries and employee benefit
USD. 1,204,418.00
Pos rekening gaji merupakan gaji karyawan lokal dan expat terdiri dari gaji pokok, bonus,jamsostek, overtime dan THR, kebijakan perusahaan dimana pajak penghasilan di gross up(ditanggung oleh perusahaan) dan jamsostek juga dibayarkan oleh perusahaan, adapun tunjangan yang didapat oleh karyawan berupa tunjangan kesehatan, tunjangan rumah dan perawatannya untuk karyawan expat, uang makan, dan tunjangan kesehatan. Transportation expenses, terdiri dari : Car Lisence
USD.
Gasolilne, Parking, toll
USD. 82,873.00
Moving cost
USD.
379.00
Oil
USD.
229.00
Transport reimbursement
USD. 17,179.00
Taxi claim
USD. 14,994.00
Transportation exp.
3.374.00
USD. 119,028.00
51
Transport dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan, dengan kendaraan yang dimiliki dan ditambah dengan mobil sewa, karyawan yang bekerja keluar kota maupun yang bekerja lembur seluruh transport ditanggung oleh perusahaan. Travelling expenses, terdiri dari : Airport tax,baggage
USD. 33,327.00
Fiscal
USD.
Flight/air ticket
USD. 73,213.00
Home leave ticket
USD. 26,943.00
Hotel exp.
USD. 16,391.00
Trip allowances
USD. 4,795.00
Travelling exp.
558.00
USD.155,227.00
Biaya perjalanan merupakan biaya perjalanan bisnis ke klien, pabrik, dan biaya pulang kampung untuk karyawan expat. Rental expenses, terdiri dari : Rental office
USD. 123,840.00
Rental house expatriat
USD. 158,880.00
Rental expenses
USD. 282,720.00
Biaya sewa kantor adalah untuk sewa kantor di Plaza Aminta,ruko di ragunan untuk gudang,
sedangkan Rental expat adalah biaya sewa rumah/apartement
untuk karyawan expat. Suppllies/Stationary /printing, terdiri dari : Fotocopy
USD.
2,947.00
Office supplies-Printing
USD.
4,409.00
52
Office supplies-Stationary
USD. 22,456.00
Postage
USD.
Supplies/Stationary/Printing
5,664.00
USD. 35,476.00
Electricity/Telephone/internet, terdiri dari : Electricity
USD.
12,718.00
Internet exp.
USD.
23,086.00
IT support Hollitech
USD.
50,650.00
Telephone exp/Handphone expat
USD. 123,638.00
Electricity/telephone/internet
USD 210,092.00
Biaya listrik adalah listrik untuk kantor dan listrik ruko untuk gudang, biaya internet adalah jaringan internet di kantor Aminta plaza, telephone adalah untuk kantor, dan telephone selular untuk level top management sampai level manager. Repair and Maintenance expenses, terdiri dari : Maintenance building
USD.
3,170.00
Maintenance Equipment
USD.
4,670.00
Maintenance Vehicles
USD.
17,101.00
USD.
24,941.00
Repair and maintenance exp.
Merupakan biaya pemeliharaan dan perawatan dari gedung, alat-alat kantor dan mobil-mobil kantor. Depreciation expenses, terdiri dari : Depreciation – Equipment Depreciation – Vehicles Depreciation exp.
USD.
41,991.00
USD.
33,788.00
USD.
75,779.00
53
Merupakan biaya penyusutan aktiva tetap yang dalam menghitung penyusutan aktiva tetap perusahaan menggunakan metode garis lurus (straight line method) dengan mengestimasikan umur aktiva 4 tahun dan membaginya dengan nilai perolehan aktiva tersebut tanpa mengelompokkan aktiva-aktiva tersebut. Insurance expenses, terdiri dari : Office Equipment insurance
USD.
1,797.00
Car insurance
USD.
3,304.00
Health insurance
USD.
35,696.00
Home insurance
USD.
1,016.00
Hospitalization
USD.
11,731.00
Insurance expenses
USD.
111.00
Life Insurance expenses
USD.
7,512.00
Personal accident
USD.
4,955.00
USD.
66,122.00
Insurances expenses Merupakan biaya asuransi
peralatan, mobil, asuransi tunjangan kesehatan,
asuransi rumah yg ditempati oleh direktur utama. Marketing expenses, terdiri dari : Marketing and Promotional material
USD. 9,378.00
Entertainment
USD.
49,649.00
USD.
59,027.00
Marketing expenses
Merupakan biaya yang dikeluarkan Departement Marketing yaitu oleh para Marketing manager dan staff nya. Consultancy and trust expenses, terdiri dari :
54
Consultant fee local
USD.
1,795.00
Consultant fee overseas
USD.
18,401.00
USD.
20,196.00
Consultancy and trust exp.
Merupakan biaya untuk consultant dan tenaga professional lokal yaitu auditor dan designer, sedangkan untuk
luar negeri adalah untuk wakil agent PT. Hollit
international di hongkong dan Italy. Permit expenses, sebesar USD. 28,795,00 merupakan biaya untuk pengurusan dokumen-dokumen ketenagakerjaan dari karyawan expat dan pengurusan legalitas perusahaan Tax expenses,
sebesar USD. 10,585.00 merupakan biaya denda dan sanksi
keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak untuk PPh 21, PPh. 23 4(2) Scholling expenses, merupakan biaya uang sekolah dari anak-anak direktur utama, direktur, manager-manager yang dibayarkan oleh perusahaan. Charity, parcel, condolences, terdiri dari : Charity expenses
USD.
9,730,00
Flowers/Parcel
USD.
4,365.00
Condolences
USD.
162,00
USD.
14,257.00
Charity, parcel, condolences Advertising expenses, merupakan
biaya iklan melalui internet, leaflet, untuk
produk garment yang dihasilkan oleh perusahaan. Other expenses, terdiri dari : House security exp.
USD.
2,060.00
Membership fee
USD.
975.00
55
Office fee Other general and adm.expenses
USD.
210.00
USD.
3,245.00
Merupakan biaya keamanan rumah tempat tinggal direktur, biaya memberclub para pengurus perusahaan dan biaya lain-lain kantor. Interst income, merupakan pendapatan jasa giro dari rekening giro perusahaan yang ada di bank Mandiri. Other income, dengan saldo USD.104,052.00 merupakan pendapatan dari Debit note yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada klien
dan factory (pabrik )
dikarenakan claim pekerjaan yang tidak sesuai order yang diberikan
atau
terlambat dalam penyelesaikan pekerjaan Loss(gain) on foreign exchange, terdiri dari : Loss on foreign exchange
USD.
(92,450.00)
Gain on foreign exchange
USD.
46,121.00
USD.
( 46,329.00)
Loss(gain) on foreign exchange
Merupakan biaya keuntungan dan kerugian dari pertukaran mata uang asing yang dilakukan oleh perusahaan melalui account USD, EURO, SGD dan rupiah Bad debt account , Pada akhir tahun 2007 mempunyai saldo USD. 54,809.00 . Bad debt account merupakan
akun
yang berhubungan dengan Account
Receivable yaitu penghapusan piutang yang tidak tertagih, saldo yang ada di Laporan keuangan perusahaan merupakan saldo tahun lalu dan saldo piutang tahun 2007 dan diyakini oleh pihak Top Management tidak dapat ditagih/tidak akan dibayar oleh konsumen. Bank Loan interest and expenses, terdiri dari:
56
Bank fee facility
USD.
26,130.00
Discounting charges
USD.
767.00
Interest of Loan
USD.
164,141.00
Advice LC – Issuing
USD
18,961.00
Advice LC – Negotiating
USD.
56,711.00
Advice LC – Commision trade finance
USD.
3,342.00
Advice LC – Opening/Settlement
USD.
33,130.00
Advice LC – Transfer fee
USD.
3,204.00
Service charges
USD.
18,211.00
Stamp duty
USD.
908.00
Transfer charges
USD.
43,653.00
Miscellenious Non operating expenses
USD.
17,779. 00
USD.
386,937.00
Bank interest and expenses
Sebagai data tambahan dari perusahaan untuk pajak yang dibayar dimuka adalah sebagai berikut : Income tax. ps.23
USD. 1,037
Fiskal tax
USD. 4,927
Income tax.ps.25
USD.30,099
B. Analisis Laporan Keuangan Fiskal, Sebagai Dasar Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. Hollit International. Didasarkan pada data yang telah dijelaskan sebelumnya, kini saatnya penulis menganalisis Pos-pos yang ada di Laporan Keuangan fiskal sebagai dasar untuk menghitung Penghasilan kena pajak Wajib Pajak Badan. Dari koreksi fiskal
57
menurut perusahaan, penulis mendapati masih ada yang belum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan No.17 tahun 2000, berikut adalah penyajian laporan keuangan fiskal menurut penulis :. Tabel.4.2 Laporan Laba Rugi Fiskal Menurut Penulis Keterangan LK Komersial
Koreksi fiskal Menurut Menurut Perusahaan Penulis
Selisih Koreksi
LK Fiskal Menurut Penulis
22,905,838
22,905,838
Purchase account
16,685,502
16,685,502
Raw material cost
2,168,433
2,168,433
838,154
838,154
3,213,749
3,213,749
Sales
Dasar Hukum UU PPh no.17 tahun 2000
Akrual stelsel
Cost of good sales:
Direct cost Gross Margin Selling and Adm expenses: Salaries & employee benefit
1,204,418
1,035
1,203,383
1,035
Ps.6 ayat 1 (a) Ps.9 ayat 1 (e)
Transportation expenses
119,028
1,833
4,503
2,670
114,525
Ps. 6 ayat 1 (b) Ps. 9 ayat 1 (i)
Travel expenses
155,227
558
Rental expenses
282,720
0
8,876
8,318
146,351
Ps.9 ayat 1 (e)
158,880
158,880
123,840
Ps.9 ayat 1 (e)
Suppllies/Stationary exp.
35,476
783
783
0
34,693
Ps.9 ayat 1 (b)
Electriccity,telephone,internt
210,092
28,120
28,120
0
181,972
Ps.9 ayat 1 (i) KEP.220/PJ/2002
Repair and maintenance
24,941
0
0
0
24,941
Ps.6 ayat 1(a) KEP.220/PJ/2002
Depreciation expenses
75,779
23,720
23,720
0
52,059
Ps.11 dan KEP.220/PJ/2002
Insurance expenses
66,122
1,016
5,971
Marketing expenses
59,027
49,649
49,649
Consultancy & Trust
20,196
8,351
Permits expenses
28,795
0
Tax expenses
10,585
10,585
Schooling
106,168
0
4,955
60,151
Ps.9 ayat 1 (d)
0
9,378
Ps.9 ayat 1 (b)
8,351
0
11,845
Ps.9 ayat 1 (g)
0
0
28,795
Ps.6 ayat 1 (a)
10,585
0
0
Ps.9 ayat 1 (k)
106,168
106,168
0
Ps.9 ayat 1 (i)
58
Charity, parcel, condolences
14,257
0
Advertising exp.
6,112
0
Other expenses
3,245
3,035
Operating income
14,257 0 3,035
14,257
0
Ps.9 ayat 1 (g)
0
6,112
Ps.6 ayat 1(a)
0
210
Ps.9 ayat 1 (b)
2,422,188
1,998,255
791,561
1,215,494
Non operating income/exp.
Interest income
414
(414)
(414)
0
0
Ps.4 ayat 1 (p)
Other Income
104,052
0
104,052
Ps.4 ayat 1
Loss(gain) on fereign exchange
(46,329)
0
(46,329)
Ps.6 ayat 1 (e)
Bad Debt account
( 54,809)
54,809
( 386,937)
0
Bank interest &expenses
54,809
0 0
(386,609) Net profit(loss) before tax
407,952
0 (386,937)
Ps.9 ayat 1 c Ps.6 ayat 1 (a)
(329,214) 183,080
478,328
295,248
886,280
Sumber : Laporan Laba Rugi Fiskal hasil olahan penulis
Berdasarkan Tabel 4.2, berikut penjelasan dan analisis dari koreksi fiskal menurut penulis 1. Sales (Penjualan )Menurut analisa penulis Pencatatan dan pengakuan penjualan oleh PT. Hollit International sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang menggunakan asas akrual stelsel. 2. Purchase, Raw material dan Direct cost (COGS) Untuk persediaan perusahaan belum sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku UU.No.7 tahun 1983 pasal 10 (6) yaitu menggunakan metode FIFO atau rata-rata, sebaiknya disarankan perusahaan mulai membenahi pencatatan dan penilai persediaan ditambah lagi persediaan yang letaknya jauh dari kantor dan ada juga yang berada di pabrik yang bukan milik perusahaan, bila tidak dilakukan pembukuan yang benar dan detail yang cukup akan menyulitkan perusahaan. 3. Salaries and employee benefit (Gaji dan Tunjangan) :
59
Gaji dan tunjangan
USD. 1,204,418.00
Koreksi positif
USD.
1,035.00
USD. 1,203,383.00 Berdasarkan analisis penulis terhadap pos Gaji dan Tunjangan sudah sesuai dengan UU PPh No. 17 tahun 2000 pasal 6 ayat 1 huruf (a) dan pasal 4 ayat 1 huruf (a) , dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expenses) dan merupakan objek PPh pasal 21 termasuk : gaji, upah, honorarium, tunjangan hari raya, tunjangan pajak, tunjangan keluarga, tunjangan apapun, uang lembur, bonus yang diberikan berkaitan dengan prestasi kerja, penggantian pengobatan dan sebagainya. Perusahaan melakukan koreksi terhadap housing allowance (nondeductible expenses) biaya pemeliharaan rumah yang ditempati oleh karyawan expat beserta keluarganya yang merupakan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan (sesuai ps.9 ayat 1 huruf e ) 4. Transportation expenses (Biaya Transportasi): Biaya transportasi
USD.119,028.00
Koreksi positif
USD. 1,833.00 USD.117.195.00
Koreksi positif perusahaan dilakukan karena
adanya biaya perpanjangan
STNK mobil Direksi yang dipakai oleh keluarganya, Berdasarkan analisa penulis terhadap koreksi yang dilakukan perusahaan sudah sesuai UU Perpajakan Penghasilan No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat 1 huruf. (b) yang menyatakan biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
60
pribadi pemegang saham,sekutu dan anggota adalah nondeductable expenses, tetapi setelah dianalisa dan diperiksa dokumen dan kenyataan dilapangan ada mobil yang diberikan sebagai fasilitas tetapi dibawa pulang oleh karyawan tersebut (milik pribadi) dibayarkan bensin dan tol nya oleh perusahaan sebesar USD.2,670, menurut ps.9 ayat 1 huruf (i) biaya ini harus dikoreksi.
Maka koreksi dari penulis adalah : Biaya transportasi Koreksi positif Biaya transportasi 3
USD.119,028.00 USD.
4,503.00
USD, 114,525.00
Travelling expenses (Biaya Perjalanan): Biaya Perjalanan
USD.155,227.00
Koreksi positif
USD
558.00
USD.154,669.00 Koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan terhadap Biaya perjalanan dinas karena terdapat biaya fiskal karyawan yang merupakan kredit pajak, menurut penulis koreksi perusahaan belum sesuai dengan undang-undang dengan karena masih ada koreksi tambahan untuk leave ticket sebesar USD. 3,251.00 (uang pulang kampung expat) dan uang saku perjalanan dinas USD. 5,067.00(bukan urusan bisnis) (UU PPh pasal 9 ayat 1 huruf e ; pasal 6 huruf a ) , sedangkan untuk fiskal yang berada di biaya perjalankan harus dikeluarkan karena merupakan Pajak dibayar dimuka/kredit pajak, tidak boleh
61
mengurangi penghasilan kena pajak bruto, tetapi sebagai pengurang jumlah Pajak penghasilan terhutang. Maka koreksi fiskal menurut penulis : Biaya perjalanan
USD. 155,227.00
Koreksi positif
USD
8,876.00
USD. 146,351.00 4. Supplies/Stationary expense.(Biaya Suplai dan Alat tulis kantor): Suplai dan alat tulis kantor
USD. 35,476.00
Koreksi positif
USD.
783.00
USD. 34,693.00 Perusahaan melakukan koreksi positif dalam suplai dan alat tulis kantor karena terdapat
pembelian kartu ucapan untuk klien dalam biaya office
printing yang termasuk dikategori biaya enterntainment.
Analisa penulis
Koreksi ini sudah sesuai dengan UU perpajakan No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat 1 huruf (b) 5. Electriccity/Telephone/Internet (Biaya Listrik/Telephone/internet) Listrik, telephone dan internet
USD. 210,092.00
Koreksi positif
USD. 28,120.00 USD. 181,972.00
Perusahaan melakukan koreksi positif sebesar USD. 28,120.00 di dalam biaya telephone karena terdapat biaya telephone selular expat. Analisa penulis terhadap
Koreksi yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan UU
Perpajakan No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat 1 huruf (i) dipertegas lagi dengan
62
KEP-220/PJ/2002 angka 2 yang menyatakan biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa hanya dapat dibebankan 50% dari jumlah biaya.
6. Repair and Maintenance
Menurut analisa penulis Pos biaya perbaikan dan pemeliharaan terdiri dari : perbaikan dan pemeliharaan kendaraan, peralatan dan gedung sudah sesuai Undang-undang Pajak penghasilan No. 17 tahun 2000 pasal 6 ayat 1 huruf (a) yang memperbolehkan mengurangi semua biaya diatas dengan penghasilan bruto, hal ini juga dipertegas oleh KEP-220/PJ/2002, membuat penulis yakin untuk mengurangi biaya ini ke dalam penghasilan kotor karena pada kenyataannya semua kendaraan operasional kantor berjenis minibus.
7. Depreciation expenses (Biaya Depresiasi) : Biaya depresiasi
USD. 75,779.00
Koreksi positif
USD. 23,720.00 USD
52,059.00
Analisa penulis terhadap koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai dengan UU perpajakan pasal 11 ayat 1, 2 dan 6. dan saran yang dapat penulis berikan untuk perusahaan adalah hanya memperbaiki
metode
pencatatan dengan menambahkan golongan dan prosentase penyusutan yang sesuai perpajakan pada setiap table penyusutan perusahaan karena penulis melihat perusahaan sudah memisahkan antara kendaraan dan peralatan . Dari perbedaan ini juga dapat dihitung DTA (deffered tax assets) sebesar : USD.23,720.00 x 30% = USD.7,116.00
63
8. Insurance expenses (Biaya Asuransi) : Biaya asuransi
USD. 66,122.00
Koreksi positif
USD
1,016.00
USD 65,106.00 Perusahaan hanya mengoreksi asuransi rumah yang didiami oleh karyawan expat beserta keluarganya.sedangkan (pasal 9 ayat 1 huruf (e)) penulis mendapati masih ada asuransi personal accident
USD.4,955
yang
berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf b masih harus dikoreksi dan juga pasal 9 ayat 1 huruf (d) 9. Marketing expenses (Biaya Marketing) : Biaya Marketing
USD. 59,027.00
Koreksi positif
USD. 49,649.00 USD
9,378.00
Analisa penulis terhadap koreksi positif perusahaan sudah sesuai berdasarkan UU PPh No.17 tahun 2000 pasal 9 ayat 1 huruf (b) yang menyatakan bahwa Besarnya penghasilan kena pajak wajib pajak tidak dapat dikurangkan dari biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota. 10.. Consultancy& trust expenses(Biaya Konsultan & Profesional): Biaya konsultan dan Profesional
USD. 20,196.00
Koreksi positif
USD
8,351.00
USD. 11,845.00
64
Perusahaan melakukan koreksi positif karena
terdapat sumbangan sosial
(charity), biaya bunga untuk relasi bisnis, dan biaya parcel. Analisa penulis terhadap koreksi positif berdasarkan UU PPh No.17 tahun 2000 Pasal 4 ayat 3 dan pasal 9 ayat 1 huruf g, menyatakan bahwa bantuan sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan dan penguasaan atau kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek PPh dan bagi yang memberi bukan biaya. 11. Tax expenses : Koreksi perusahaan terhadap biaya pajak sudah sesuai dengan undang-undang PPh No.17 th.2000 pasal 9 ayat 1 huruf (k) 12. Schooling, Biaya uang sekolah
USD. 106,168
Koreksi positif
USD. 106,168 USD
0
.Penulis menambahkan koreksi positif pada biaya uang sekolah anak para direktur dan manager yang sesuai pasal 9 ayat 1 huruf (i), biaya untuk kepentingan pribadi tidak dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan. 13. Charity, parcel and condolences: Biaya parcel, sumbangan
USD.
14,257.00
Koreksi positif
USD.
14,257.00
USD
0
Penulis menambahkan koreksi positif terhadap biaya sosial, sumbangan dan parcel sesuai dengan UU PPh pasal 9 ayat 1 huruf (g)
65
14. Other expenses : Biaya lain-lain
USD. 3,245.00
Koreksi positif
USD. 3,035.00 USD.
210.00
Koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan karena biaya membership fee dan home security menurut penulis sudah sesuai dengan UU PPh No.17 th.2000 pasal 9 ayat 1 huruf (b). 12. Interest income (Jasa Giro) : Pendapatan Jasa Giro
USD.
414.00
Koreksi Negative
USD.
( 414.00) 0,-
Menurut penulis koreksi negative Perusahaan terhadap pendapatan jasa giro sudah sesuai dengan UU perpajakan yang menyatakan bahwa jasagiro termasuk tabungan yang dipotong PPh pasal 4 (2) Final sebesar 20%. Segala bentuk pajak yang bersifat final tidak dapat dibiayakan. 13. Bad debt account (Penghapusan piutang): Bad debt account
USD.
( 54,809.00)
Koreksi Positif
USD.
54,809.00 0
Menurut penulis koreksi yang dilakukan oleh perusahaan sudah sesuai UU PPh No. 17 tahun 2000 pasal 9 huruf
c , Pembentukan atau
penumpukan dana cadangan, kecuali: dana cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi asuransi. Serta
66
cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan yang ketentuan dan syaratsyaratnya ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan, tidak dapat mengurangi penghasilan bruto. Dari pemaparan atas laporan keuangan fiskal, maka dapat dihitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan terutang. Berikut perhitungan PPh Badan : Tabel. 4.3 Perhitungan Pajak penghasilan PT.Hollit International Keterangan Penghasilan kena pajak
Menurut perusahaan
Menurut penulis
Rp. 5.562.911.390,($591,032 x Rp. 9.412.20)
Rp. 8.341.844.616,($886,280xRp.9.412.20)
Pajak penghasilan : 10% x Rp. 50.000.000,-
5.000.000
5.000.000
15% x Rp. 50.000.000,-
7.500.000
7.500.000
30% x Rp. 5.462.911.390,-
1.638.873.417
30% x Rp. 8.241.844.616
2.472.553.385 1.651.373.417
2.485.053.385
9.760.451
9.760.451
Pajak dibayar dimuka
Income tax art.22
USD. 1,037
Fiskal tax
USD.
4,927
46.373.909
46.373.909
Income tax arc.25
USD 30,099
283.297.808
283.297.808
1.311.941.249
2.145.621.217
66.977.215
66.977.215
1.244.964.034
2.078.644.002
Pajak yang msh harus dibayar Deffered tax asset = 30% x 23,720 (USD.7116 x Rp. 9412.20)
Jumlah pajak terhutang
Sumber : Hasil olahan penulis
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan Fiskal sebagai dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan pada PT.Hollit International sudah sesuai dengan UU PPh No.17 tahun 2000, namun ada beberapa hal yang belum sesuai, dimana perusahaan belum melakukan koreksi atas sewa rumah karyawan, biaya uang sekolah dan biaya sumbangan sosial. B. Saran Untuk membantu memudahkan perusahaan dalam melakukan koreksi fiskal secara tepat tanpa menyalahi ketentuan perpajakan yang berlaku, penulis sarankan kepada karyawan bagian akuntansi untuk ebih memahami ketentuan perpajakan yang berlaku terutama mengenai pengakuan penghasilan dan biayabiaya yang boleh dan tidak boleh mengurangi penghasilan bruto.
68
DAFTAR PUSTAKA Lumbantoruan, Sopar. (1996) . Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Gunadi. (2002). Pajak Penghasilan 2002. Jakarta : Multi Utama
Drs.Pardiat, Akt.(2009).Akuntansi Pajak Edisi 3 Jakarta:Mitra Wacana Media.
Kieso, and Weygandt. (1995). Akuntansi Intermediate. (edisi ketujuh). Jakarta : Binarupa Aksara. Belkaoi, Ahmed (1986). Accounting Theory. Yogyakarta: AK group
Mansury. (1994) Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia (cetakan kedua). Yogyakarta: PT. Bina Rena Pariwara.
Simamora, Henry. (1999). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Standar Akuntansi Keuangan per 1 April 2002. Jakarta: Salemba EMpat.
Undang-Undang Perpajakan Indonesia Nomor 17 Tahun 2000. (2000). Jakarta: Salemba Empat.
Yusdianto Prabowo,SE(2006) Akuntansi Perpajakan Terapan (cetakan ketiga) Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
69