CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. POSO ENERGY DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SULEWANA, KECAMATAN PAMONA UTARA, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH: DESHINTA RIA LIANY NIM: 1113054100024
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1438H
ABSTRAK Deshinta Ria Liany 1113054100024 Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Corporare Social Responsibility (CSR) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri. Sedangkan, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui CSR PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana penulis meneliti data primer di lapangan dan data sekunder. Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan adanya program-program CSR PT. Poso Energy yang termasuk kategori Pemberdayaan Masyarakat yaitu budidaya ikan sidat, kebun percontohan dan penyelamatan danau poso. Berdasarkan teori CSR dari PIRAC Pola CSR yang diterapkan oleh CSR PT. Poso Energy ada tiga, yaitu keterlibatan langsung, pola ini diterapkan di dalam setiap program yang dilaksanakan; melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, pola ini diterapkan pada program penyelamatan danau poso, dan program pendidikan/beasiswa. Dalam pola ini, PT. Poso Energy menjalankan CSR dengan melalui Yayasan Hadji Kalla; dan bermitra dengan pihak lain, yaitu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam program penyelamatan danau poso. Sesuai dengan teori dari Isbandi Rukminto Adi tentang tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy yaitu ada 5, seleksi lokasi/wilayah, sosialisasi pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan masyarakat, pemandirian masyarakat dan pendampingan masyarakat. Perbedaan dengan teori tersebut adalah dalam tahapan pemandirian masyarakat, CSR PT. Poso Energy tidak melaksanakan tahapan tersebut secara detail.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari materi, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan terima dengan senang hati. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dorongan moril. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang di dalam kesibukannya beliau masih meluangkan waktunya untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Suhaimi selaku Ketua Sidang, Bapak Ahmad Zaky selaku Penguji I, dan Ibu Rosita Tandos selaku Penguji II. Terimakasih telah bersedia untuk menjadi penguji sidang dan memberikan nilai terbaik untuk penulis.
4. Bapak dan mama tercinta yang telah sangat banyak memberikan do’a dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis. 5. Kakakku dan adikku yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 6. Staff dan karyawan PT. Poso Energy terutama staff CSR yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 7.
Iqbal Fatahilah yang selalu setia mendampingi, memberikan semangat, dan mendo’akan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku di Cileungsi Rahmalia Herwindani, Ella Floresty Nasution, Rizky Nurul, Garcia Muthiasari, Nadia Putri Riyadi, Annisa Rahayu, Eriska Martiana, Esti Widyastuti, dan Marina Susan. Terimakasih atas do’a dan semangat dari kalian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuanganku Aisyah Perwitasari, Julia Rahmania, Elita Noveliyanti, Nur Yaumil Fithroh, Anindia Prestiawani Rizky, Noor Rachmawaty, dan Rahmah Adhawiyah. Terimakasih telah menjadi teman di kampus sejak awal menjadi mahasiswi hingga hari ini. Persahabatan dan kenangan indah bersama kalian tidak akan pernah penulis lupakan. 10. Teman-teman baikku Enung Khoeriyyah, Della Azizah, Fitta Fauziah, Indah Choirunnisa, Vita Renita, dan teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kerjasama kalian selama 4 tahun ini, semoga tali silaturahmi kita tidak akan pernah putus.
11. Sahabatku di kosan permata, Ima Halimatussadiyah, Fauziah Nuruk Khotimah, Nindy Mahira, Imroatul Azizah, Khairotun Nihlah, Ajrine Rahmah, Zahra Nadhia, dan Siti Fathiyah. Terimakasih telah menjadi sahabatku sejak awal masuk kuliah. Aku tidak akan pernah melupakan kalian. Semoga sukses untuk kita semua.
Jakarta, 18 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Tinjauan Pustaka G. Metodologi Penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Corporate Social Responsibility (CSR) B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat 2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 3. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat 4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 5. Pendampingan Masyarakat BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Perusahaan 1. Sejarah Kalla Group 2. Sejarah PT. Poso Energy 3. Visi dan Misi Perusahaan 4. Lokasi PLTA Pamona 2 5. Gambaran Umum Lokasi 6. Kondisi Topografi B. Gambaran Program CSR PT. Poso Energy 1. Visi dan Misi CSR PT. Poso Energy 2. Struktur Organisasi CSR PT. Poso Energy 3. Master Plan CSR PT. Poso Energy BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data 1. Gambaran Desa Sulewana 2. Gambaran Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sulewana a. Budidaya Ikan Sidat b. Kebun Percontohan c. Penyelamatan Danau Poso B. Analisis Data 1. Pola CSR 2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
1 9 9 10 11 12 14 22 28 28 36 38 47 55 61 61 64 68 69 70 70 73 74 74 74 84 84 92 92 97 100 107 107 109 117 119
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan Tabel 2.1 Tiga Model Intervensi dalam Intervensi Komunitas Tabel 3.1 Perusahaan Milik Kalla Group Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Sulewana Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sulewana Tabel 4.3 Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Sulewana Tabel 4.4 Tingkat Penerangan Desa Sulewana Tabel 4.5 Tingkat Lingkungan Desa Sulewana Tabel 4.6 Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Sulewana Tabel 4.7 Tingkat Tenaga Kerja Desa Sulewana Tabel 4.8 Tingkat Kesejahteraan Desa Sulewana
16 33 64 85 86 87 88 89 90 91 91
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Lokasi PLTA Pamona 2 Gambar 3.2 Kondisi Aliran Sungai di Lokasi PLTA Pamona 2 Gambar 4.1 Kegiatan Budidaya Ikan Sidat Gambar 4.2 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy Gambar 4.3 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy Gambar 4.4 Pendekatan Penyelamatan DAS Poso Gambar 4.5 Kegiatan Pengarahan dalam Penyelamatan DAS Poso
69 72 97 99 100 104 106
DAFTAR DIAGRAM Diagram 3.1 Alokasi Dana CSR Bidang Pendidikan Diagram 3.2 Alokasi Dana CSR Bidang Society Diagram 3.3 Alokasi Dana CSR Bidang Kesehatan Diagram 3.4 Alokasi Dana CSR Bidang Environmental Protection Diagram 3.5 Alokasi Dana CSR Bidang Community Development
75 77 79 80 83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86%), berkurang sebesar 2,5 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13%). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 8,22%, turun menjadi 7,79% pada Maret 2016. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan naik dari 14,09% pada September 2015 menjadi 14,11% pada Maret 2016.1 Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan. Pembangunan suatu negara tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga tanggung jawab sektor swasta dan masyarakat. Dalam hal ini, partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan sebagai sarana checks and balances bagi pemerintah, mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah, serta mempengaruhi kebijakan pemerintah.2 Berbagai program pembangunan senantiasa terus dilakukan oleh pemerintah, dengan tujuan untuk suatu perubahan ke arah kehidupan 1
http://www.bps.go.id (diakses pada Hari Kamis, 15 November 2016, pukul 10:25 WIB) Yuniarti Wahyuningrum, dkk., Pengaruh Program Corporate Social Responsibility terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan),(Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.I No.5) h. 109 1 2
masyarakat yang lebih baik. Dinamika program pembangunan telah membawa keragaman program serta berbagai konsep pembangunan yang akan menjadi pilihan untuk program pembangunan. Konsep pemberdayaan masyarakat, pada akhir-akhir ini telah menjadi salah satu pendekatan penting dalam program pembangunan masyarakat. Konsep yang lebih dikenal dengan Community Development (CD) ini, merupakan perpaduan antara program pembangunan dengan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari Stakeholder pembangunan di Indonesia.Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan umumnya akan melibatkan berbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari pihak luar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan inilah yang dapat membantu mempercepat pembangunan diIndonesia. Pembangunan
nasional
hendaknya
dimaknai
dengan
pengembangan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. 3 Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan juga pihak swasta yang berwujud korporat untuk terlibat langsung maupun tidak langsung dalam usaha pengembangan masyarakat. Hal ini dimaknai sebagai tanggung jawab sosial korporat (CSR) yang mengarah pada pengembangan 3
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Rekayasa Sains, 2013) h. 25 2
masyarakat lokal sekitar korporat itu berdiri. Sedangkan pemerintah baik pusat maupun daerah menyediakan perangkat peraturannya sebagai regulator dalam hubungan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah.4 Seperti yang telah dibahas oleh penelitian sebelumnya oleh Syamsudin Moh. Bahar, bahwa pada hakikatnya berdirinya sebuah entitas bisnis di latar belakangi oleh motif mengumpulkan profit bagi para shareholder nya. Namun tidak dapat dipungkiri selain dampak positif dari berdirinya sebuah entitas bisnis di sisi yang lain terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan seperti kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, penghilangan mata pencaharian, krisis air, dan pelanggaran HAM. Hal ini tentu sangat merugikan terutama terhadap masyarakat terdampak yang tidak jarang menimbulkan resistensi dari masyarakat yang merasakan dampak buruk dari usaha mengumpulkan profit. 5 Hal ini tentu dapat mengganggu eksistensi perusahaan tersebut. Salah satu kasus dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan dan merugikan masyarakat yaitu kasus PT. Unocal yang bergerak di bidang penambangan minyak. Perusahaan tersebut menimbulkan pencemaran akibat limbah minyak yang menyebabkan rusaknya ekosistem dan kesuburan tambak yang menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar. Hal ini menimbulkan resistensi masyarakat terhadap PT. Unocal bahkan hingga tuntutan penutupan perusahaan.6
4
Ibid, h. 12 Syamsudin Moh. Bahar, Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu Saddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, Sulsel, (Makassar, Universitas Hasanuddin, 2016) h. 1 6 Ibid, h. 1 3 5
Dalam Islam diakui adanya suatu tanggung jawab sosial. AlQur‟an telah memberi petunjuk sebagaimana yang tertera dalam (Al-Qashash : 77)
Artinya :” Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”7
Ayat tersebut mengandung makna bahwa manusia hidup tidak hanya untuk mencari kebahagiaan duniawi, namun juga harus mementingkan kehidupan di akhirat kelak. Maka, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepada orang lain. Seperti hal nya suatu perusahaan, perusahaaan dibangun tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan, namun juga untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan tersebut.Jangan
sampai
perusahaan
tersebut
melupakan
kelestarian
lingkungan sehingga membuat kerusakan alam. Seperti yang telah dibahas dalam skripsi sebelumnya oleh Zulfitri, ayat di atas menjadi isyarat bahwa lembaga bisnis harus memiliki landasan filosofi yaitu economic/professionalism philoshopy yang merupakan pijakan umum sebuah bisnis untuk merealisasikan tujuan yang bersifat profit oriented. 7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Mekar Surabaya, 2004),
h. 556 4
Ini berarti bahwa semua lembaga bisnis harus dikelola secara profesional agar menghasilkan keuntungan dan perkembangan
yang baik.Citra
perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.8 Penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. UU PT No. 40 Tahun 20079 Pasal 74 (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) 1) Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial san Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Kemudian pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) 10 , Pasal 15 huruf (b) mewajibkan setiap penanam modal di Indonesia melakukan tanggungjawab sosial perusahaan. Apabila penanam modal tidak melakukan kewajiban tersebut maka undang8
Zulfitri, Pemberdayaan Masyarakat melalui Corporate Social Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 6 9 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 (di download dari tka-online.naker.go.id/pdf/uu402007_PT pada tanggal 7 November 2016) 10 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (di download bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU25Tahun2007PenanamanModal, pada tanggal 07 November 2016) 5
undang memberikan sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau pencabutan kegiatan usaha. Pasal 16 huruf (d) UUPM, menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup, selanjutnya pasal 16 huruf (e) UUPM, menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Selanjutnya pasal 17 UUPM menentukan bahwa penanam
modal
yang
mengusahakan
sumber
daya
alam
wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standarkelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.11 Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. 12 Dalam pengertian lain, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) diartikan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri untuk melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah
11
Nancy S. Haliwela, Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Rsponsibility/CSR), (Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4, 2011) h. 52 12 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), h. 1 6
pendekatan dimana perusahaan menintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders)
berdasarkan
prinsip
kesukarelaan
dan
kemitraan.13 Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruhdalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampakpositif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. Berbagai macam dampak negatif dapat diminimalisir dengan menerapkan CSR, misalnya dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, bantuan pendidikan, bakti lingkungan, dan sebagainya. Salah satu perusahaan di Indonesia yang melaksanakan CSR yaitu PT Poso Energy. PT Poso Energy adalah perusahaan dari Kalla Group milik Drs. H. M. Jusuf Kalla. Kalla Group merupakan salah satu kelompok usaha yang terbesar di kawasan timur Indonesia, kendali usaha berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun bidang usaha inti tersebar di berbagai wilayah Indonesia. PT Poso Energy diresmikan pada pada 31 Mei 2005, 14 dengan bertujuan untuk menyuplai listrik Sulawesi dengan air. PT. Poso Energy membangun PLTA di Danau Poso yang terletak di Desa Sulewana, 13
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102-103 14 www.posoenergy.com di akses pada tanggal 02 Desember 2016 7
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. PT. Poso Energy saat ini merupakan perusahaan yang memiliki PLTA terbesar di Indonesia dan merupakan perusahaan swasta pertama yang telah memiliki 3 (tiga) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang mengaliri listrik ke seluruh daerah Sulawesi. Perusahaan-perusahaan
milik
Kalla
Group
masing-masing
memiliki CSR. Kalla Group yang saat ini terus berkembang di berbagai unit bisnisnya, tak hanya sibuk mengurusi bisnis tapi juga memberikan perhatian yang besar terhadap kemajuan masyarakat. Mengapa pemberdayaan masyarakat oleh CSR PT. Poso Energy ini penting untuk diteliti?Karena pembangunan nasional yang dijalankan oleh pemerintah masih belum menyeluruh ke seluruh wilayah di Indonesia, maka perusahaan juga berperan penting dalam pembangunan nasional. Salah satunya yaitu dalam pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar terwujudnya tingkat kesejahteraan yang lebih baik. 15 Penelitian ini menarik bagi penulis karena Desa Sulewana adalah desa yang tertinggal sebelum masuknya PLTA dari PT Poso Energy. PT Poso Energy juga dikenal sebagai CSR terbaik di Kota Poso dan tidak hanya itu, Kalla Group juga terkenal dengan CSR terbaik di Indonesia.16 Atas
dasar
latar
belakang
diatas,
penulis menjadi tertarik
dan ingin mengetahui gambaran CSR PT Poso Energy dalam Pemberdayaan
15
http://www.mediakalla.co.id/membincangkan-csr-kalla-group-di-syiar-fm (di akses pada tanggal 26 November 2016, pukul 15.00 WIB) 16 Pernyataan Ketua Komisi VIII DPR-RI dalam Forum CSR Kessos Pusat dan CSR Kessos Daerah pada tanggal 17 November 2016 pukul 10.00 WIB 8
Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
B. Pembatasan Masalah Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Karena penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Pembatasan masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Penelitian ini hanya mengkaji CSR PT. Poso Energy dari tahun 2016 sampai awal tahun 2017.Penulis membatasi ini pada: a.
Gambaran CSR PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
b.
Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
C. Perumusan Masalah Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas dan pembatasan masalah, dengan ini penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
9
a.
Bagaimana Gambaran CSR PT Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah?
b.
Bagaimana Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan
perumusan
masalah
yang
telah
dipaparkan
diatas.Makatujuan diadakan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan utama dantujuan spesifik.Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawabpertanyaan utama dari penelitian ini.Adapuntujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini, yaitumemahami dan mengkaji: a.
Untuk
menggambarkan
pemberdayaan
masyarakat
yang
dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah b.
Untuk
menjabarkan
pola
CSR
dan
tahapan
pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
10
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yangbermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait denganmasalah CSR. a) Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa Kesejahteraan Sosial tentang Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan bagi pengembangan ilmu Kesejahteraan Sosial. b) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan kepada berbagai pihak terkait dengan isu CSR, baik pemerintah maupun swasta tentang Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Juga dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sehingga bisa menjadi bahan rujukan dalam penerapan CSR di Indonesia. 11
F.
Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain. Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan pelayanan lembaga sosial. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan skripsi yang berhubungan dengan CSR dan Pemberdayaan Masyarakat, tetapi penulis akan menemukan dari sudut yang berbeda, yaitu: 1. Nama
: Zulfitri
Tahun
: 2011
Jurusan/Fakultas
:Muamalat/Fakultas Syariah dan Hukum/ Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul skripsi
:Pemberdayaan Masyarakat melalui Corporate Social Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Skripsi tersebut membahas tentang Pemberdayaan Masyarakat di PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Yang menjadi pembeda yakni penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Poso Energy. Selain itu, di dalam rumusan masalah pun berbeda, skripsi tersebut juga membahas strategi CSR dan manfaat program pemberdayaan masyarakat tersebut. Berbeda dengan skripsi ini, skripsi ini lebih fokus membahas implementasi 12
program pemberdayaan masyarakat. Penulis menggunakan beberapa kutipan dari skripsi tersebut di bagian latar belakang masalah.
2. Nama
: Syamsudin Moh Bahar
Tahun
: 2016
Jurusan/Fakultas
: Manajemen/ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar
Judul skripsi
: Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu Saddang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Skripsi tersebut membahas tentang Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh PT. PLN (PERSERO). Yang menjadi pembeda yakni penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Poso Energy.Selain itu, di dalam rumusan masalah pun berbeda, skripsi tersebut membahas tentang implementasi CSR dan kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. PLN dalampengimplementasian program CSR tersebut.Berbeda dengan skripsi ini, skripsi ini lebih fokus membahas implementasi program pemberdayaan masyarakat, serta pola CSR dan tahapan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Dalam skripsi ini penulis menggunakan kasus yang sama seperti yang terdapat di LBM dari skripsi tersebut.
13
3. Nama
: Yuniarti Wahyuningrum, Irwan Noor, Abdul Wachid
Tahun
: 2013
Judul Jurnal
: Pengaruh Program Corporate Social Responsibility terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan)
Jurnal tersebut membahas tentang pengaruh program CSR terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat. Yang berbeda dengan skripsi ini yaitu skripsi tersebut menggunakan pendekatan penilitian kuantitatif, sedangkan penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penulis menggutip beberapa alinea dari latar belakang skripsi tersebut untuk digunakan sebagai bahan literatur di latar belakang skripsi ini.
G. Metodologi Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di PT. Poso Energy kantor Cileungsi dan di Desa Sulewana, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan lokasi PT Poso Energy berada di Jl. Raya Narogong KM 19,5 Cileungsi, Bogor dan studi kasus implementasi CSR yang diambil berada di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2016 sampai Maret 2017.
14
2. Pendekatan Penelitian Penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
Corporate
Social
Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai CSR PT. Poso Energy dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memperhatikan konteks yang relevan. Pendekatan penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore); kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan penjelasan.17
3. Teknik Pemilihan Informan Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang
17
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), h. 29 15
diteliti. 18 Dan apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informan maka peneliti tidak perlu untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai. Berikut ini tabel subjek dan informan dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian: Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan No
Informan
1
Informasi yang dicari
Metode
CSR Manager
Jml
Alasan
1
Sebagai penentu kebijakan program pemberdayaan masyarakat CSR PT. Poso Energy
3
Sebagai pelaksana teknis dan controlling program pemberdayaan masyarakat
3
Sebagai pihak netral dan pihak ke 3 dalam program pemberdayaan masyarakat
Program CSR Officer Pemberdayaan
2
Masyarakat
yang
dilaksanakan oleh Wawancara PT. Poso Energy 4
Masyarakat Desa Sulewana
di Desa Sulewana, Kec.
Pamona
Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah
18
Prof.Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009),cet: 5,h.
54. 16
4. Jenis dan Sumber Data Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan 2 jenis sumber yaitu: a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak PT. Poso Energy, yang ditujukan pada divisi yang berwenang dan beberapa divisi lainnya dan hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang ditulis. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku serta sumber yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi.
5.
Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: a. Penelitian kepustakaan (Library Research), merupakan data sekunder yang mendukung data primer. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan tema skripsitersebut. b. Penelitian lapangan (Field Research), merupakan data Primer yang diperoleh dari PT. Poso Energy. Dengan metode ini penulis memperoleh data dan informasi tentang Pemberdayaan Masyarakat
17
yang dilaksanakan Corporate Social Responsibility PT. Poso Energy. Teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk mengamati suatu peristiwa dengan penyaksian
langsung dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau observer
dalam
menyaksikan atau mengamati suatu objek
peristiwa yang sedang ditelitinya. 19 Hal-hal ini yang dilakukan dalam observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yang berkaitan dengan kegiatan CSR PT. Poso Energy. b) Dokumentasi yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan yang didapat dari pihak PT. Poso Energy dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitianini. c) Wawancara (Interview) merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.
20
Dalam
Penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara dengan merekam proses wawancara. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh co-researcher (pendamping penelitian) untuk mewawancarai informan (masyarakat di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah). Peneliti juga wawancara langsung kepada divisi CSR PT Poso Energy
19
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006),h.32. 20 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andy Offset, 1983), h. 49 18
mengenai
kegiatan
yang
dilakukan
terkait
dengan
Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan CSR terhadap masyarakat Desa Sulewana.
6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah proses mencari dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
7. Teknik Keabsahan Data Keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan, membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Namun, dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil perbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran, yang terpenting disini ialah bias mengetahui adanya alas an-alasan terjadinya 19
perbedaan.
8. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
9. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini disajikan ke dalam 5 Bab, berikut adalah sistematikan penulisan skripsi: 1) BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini disajikan tentang Latar Belakang, Pembatasan Masalah, Perumusan
Masalah,
Tujuan
Penelitian,
Manfaat
Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 2) BAB II LANDASAN TEORI Pada BAB ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa literatur review yang berhubungan dengan penelitian. 3) BAB III GAMBARAN UMUM PT. POSO ENERGY Dalam BAB ini, penulis membahas tentang Profil PT. Poso Energy, danGambaran Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. 20
Poso Energy secara umum dan di Desa Sulewana
4) BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Dalam BAB ini dijelaskan tentang pembahasan yaitu Gambaran Program Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, dan Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat CSR PT. Poso Energy. 5) BAB V PENUTUP Dalam BAB ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
21
BAB II LANDASAN TEORI
Penelitian ini menggunakan beberapa teori untuk mengkaji tema pokok dalam penelitian, yaitu tentang, Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sehingga teori yang digunakan yaitu: A. Corporate Social Responsibility atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggungjawab Sosial Perusahaan CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. (Nuryana, 2005)21 Menurut Lord Holme dan Richards Watss, tanggungjawab sosial perusahaan merupakan bentuk komitmen berkelanjutan dari perusahaan atau pelaku bisnis untuk menjalankan etika bisnis dalam beroperasional, turut memberi kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan, serta ikut berupaya dalam proses peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi pekerja, dan juga 21
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 103 22
lainnya menyatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekonomi
yang
berkelanjutan
dengan
memperhatikan
tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. 22 Dalam pengertian lain, tanggungjawab sosial perusahaan diartikan sebagai suatu kepeduliaan organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal.23 Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standard internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bias dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah: Tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (draft 3, 2007)24 Beberapa konsep tentang corporate social responsibility dapat dijelaskan dengan menurut pendapat-pendapat dari beberapa ahli yang didasari oleh beberapa penelitian terhadap kegiatan perusahaan.Salah satu
22
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008),
h.1 23
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102-103 24 Ibid, h. 104 23
konsep menyebutkan tentang corporate social responsibility adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas local dan masyarakat secara lebih luas (K Clement Sankat, dalan Rudito, 2002).25 Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dinyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dari pernyataan ini, terlihat adanya usaha untuk ikut terlibat dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan sehingga dengan demikian kemandirian sebuah masyarakat menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah usaha.26 Konsep corporate social responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis.Kemitraan ini merupakan tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena itu konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholderslainnya.27
25
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Rekayasa Sains, 2013) h. 105 26 Ibid, h. 106 27 Ibid, h. 107 24
Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi jutifikasi logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat di sekitarnya (Saidi dan Abidin, 2004: 59-60).28 a. Tanggungjawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang. b. Tanggungjawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah. c. Tanggungjawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahana. Kata kuncinya: be ethical. d. Tanggungjawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah nonfiduciary responsibility. 28
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102 25
Pola CSR Berdasarkan teori PIRAC, ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:29 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
Biasanya, perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah 29
Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta:Piramedia, 2004), h. 64 26
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar). 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.30
30
Ibid, h. 65 27
B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara
konseptual,
(empowerment), keberdayaan).
31
berasal
pemberdayaan dari
kata
atau
„power‟
pemberkuasaan (kekuasaan
atau
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalan kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.32 Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memulihkan atau meningkatkan keberdayaan suatu komunitas agar mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawab mereka sebagai komunitas 31
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009) , h. 57 32 Ibid, h. 59-60 28
manusia dan warga Negara. Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah pulihnya nilai-nilai manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai pribadi yang unik, merdeka, dan mandiri. Unik dalam konteks kemajemukan manusia; merdeka dan segala belenggu internal maupun eksternal termasuk belenggu keduniawian dan kemiskinan; serta mandiri untuk mampu menjadi programmer bagi dirinya dan Rees (1991) mengidentifikasikan lima praktik penting dalam pemberdayaan pekerjaan sosial:33 1. Biografi (biography) menganalisis pengalaman dan pemahaman klien tentang dunia. Ia menempatkan perjuangan masa kini sesuai konteks, membolehkan kita untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah orang untuk melakukan aksi. 2. Kekuatan
(power)
harus
dipahami
sebagai
sesuatu
yang
membebaskan sekaligus sesuatu yang dapat digunakan secara positif, dan tidak opresif sebagaimana dalam teori radikal. 3. Pemahaman politik (political understanding) dibutuhkan untuk meyakinkan praktik baik dalam observasi terhadap kesempatan maupun hambatan. 4. Keterampilan (skills) mampu memberikan kekuatan. Menggunakan keterampilan akan menjadi sangat penting untuk mendapatkan kebebasan. 5. Saling tergantung akan kebijakan dan praktik harus ditegakkan. 33
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h. 50-51 29
Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi, dan politik serta pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya: “the process of helping individuals, families, groups, and communities increase their personal, interpersonal, socioeconomics, and political strength and influence toward improving their circumstances.”34 Konsep
CSR
diindentikan
dengan
metode
Pengembangan
Masyarakat (Community Development) yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah ComDev.
35
Community
Development adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan
sebelumnya
(Budimanta,
2002).
Secara
hakikat,
community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal (Rudito, 2003).36 Terkait dengan sumber daya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman
(1995)
menggambarkan
bahwa
proses
pemberdayaan
masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui 34
Ibid, h. 51 Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 112 36 Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Rekayasa Sains, 2013) h. 142 30 35
beberapa
model
(pendekatan)
intervensi,
seperti
pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi diatas, maka proses pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat konsensus seperti pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development); kepatuhan seperti pendekatan perencanaan dan kebijakan sosial (Social Planning/Policy); ataupun melallui pendekatan konflik seperti aksi sosial (Social Action). Melanjutkan pembahasan mengenai intervensi makro dalam ilmu Kesejahteraan Sosial, tabel berikut ini merupakan pandangan dari Rothman
dan
Tropman
(1987:10)
mengenai
pengorganisasian
masyarakat, yang menurut mereka mempunyai tiga model intervensi yang kemudian disempurnakan menjadi lima bentuk intervensi. Dibawah ini, pada Tabel 2.1 dikemukakan pandangan Rothman, Tropman dan Erlich mengenai pengorgansasian masyarakat (yang kemudian istilahnya diubah menjadi intervensi komunitas) yang merupakan gabungan dari model intervensi. Pada dasarnya pembagian kedua kelompok pakar dalam bidang intervensi komunitas ini mempunyai beberapa titik persamaan, seperti penempatan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada intervensi pada tingkat komunitas lokal; dan penempatan aksi komunitas ataupun aksi sosialsebagai pendekatan yang bersifat konflik dan konfrontatif. Meskipun adapula perbedaan seperti penempatan tiga model intervensi 31
(kebijakan sosial, perencaaan sosial, dan administrasi) yang dilakukan oleh Rothman dan kawan-kawan, sedangkan Glen lebih menitikberatkan model intervensi ketigaya pada pendekatan „pengembangan layanan masyarakat. (community service approach).37 Rothman (1987 dan 1995) menggunakan dua belas variable untuk membedakan ketiga model intervensi (pendekatan) yang dilakukan dalam intervensi sosial dilevel komunitas, yaitu; 1. Kategori tindakan terhadap masyarakat. 2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya. 3. Strategi dasar permasalahannya. 4. Karakteristik taktik dan teknik perubahan. 5. Peran praktisi yang menonjol. 6. Media perubahan. 7. Orientasi terhadap struktur perubahan. 8. Batasan definisi penerima layanan (beneficiaries). 9. Asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-kelompok didalam suatu komunitas. 10. Konsepsi mengenai penerima pelayanan (beneficiaries). 11. Konsepsi mengenai peran penerima pelayanan (beneficiaries). 12. Pemanfaatan pemberdayaan.
37
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat (Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat), (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012) h. 86 32
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang tiga model intervensi dalam intervensi komunitas, yang dikemukakan Rothman pada tahun 1987 (tabel 2.1) 38
Tabel 2.1 Tiga Model Intervensi dalam Intervensi Komunitas (Pada tahun 1987 masih disebut Pengorganisasian Masyarakat)
Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal)
Model B (Kebijakan Sosial/ Perencanaan Sosial)
Model C (Aksi Sosial)
1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat
Kemandirian; pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat (tujuan yang dititikberatkan pada proses : process goals)
Pemecahan masalah dengan memerhatikan masalah yang penting yang ada pada masyarakat (tujuan dititikberatkan pada tugas = taskgoals)
Pergeseran(pengali han) sumber daya dan relasi kekuasaan; perubahan institusi dasar (task ataupunprocess goals)
2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan permasalah annya
Adanya anomie dan kemurungan dalam masyarakat; kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokratis; komunitas berbentuk tradisional statis.
Masalah sosial yang sesungguhnya; kesehatan fisik dan mental, perumahan dan rekreasional.
Populasi yang dirugikan; kesenjangan sosial, perampasan hak, dan ketidakadilan.
38
Ibid, h. 87-88 33
3. Strategi dalam melakukan perubahan
Pelibatkan sebagai kelompok wrga dalam menentukan dan memecahkan msalah mereka sendiri.
Pengumpulan data yang terkait dalam masalah, dan memilih serta menentukan bentuk tindakan yang paling rasional.
Kristalisasi dari isu dan pengorganisasian masssa untuk menghadapi sasaran yang menjadi musuh mereka.
4. Karakteristi k taktik dan teknik perubahan
Konsensus; komunikasi antar kelompok dan kelompok kepentingan dalam masyarakat(komun itas);diskusi kelompok.
Konsensus konflik.
atau
Konflik atau kontes, konfrontasi; aksi yang bersifat langsung negosiasi.
5. Peran paktisi yang menonjol
Sebagai Enablerkatalis, coordinator orang yang mengajarkan keterampilan memecahkan masalah dan nilainilai etis.
Pengumpul dan penganalisis data, pengimplementas i program, dan fasilitator.
Aktivis, advokat; agitator, pialang, negosiator, partisan.
6. Media perubahan
Manipulasi kelompok kecil yang berorientasi pada terselesaikannya suatu tugas (small talk oriented groups).
Manipulasi organisasi formal dan data yang tersedia.
Manipulasi organisasi massa dan proses-proses politik.
7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan
Anggota dari struktur kekuasaan bertindak sebagai kolaborator dalam suatu `ventura` yang bersigat umum.
Struktur kekuasaan sebagai pemilik dan sponsor (pendukung).
Struktur kekuasaan sebagai sasaran eksternal dari tindakan yang dilakukan; mereka yang memberikan tekanan harus dilawan dengan memberikan tekanan baik.
34
8. Batasan definisi penerima layanan (beneficiari es)
Keseluruhan komunitas geografis
Keseluruhan komunitas atau dapat pula suatu segmen dalam komunitas (termasuk komunitas fungsional)
Segmen komunitas
dalam
9. Asumsi mengenai kepentinga n dari kelompok di dalam suatu komunitas
Kepentingan umum atau permufakatan dari berbagai perbedaan.
Permufakatan kepentingan atau konflik.
Konflik kepentingan yang sulit dicapai kata mufakat; kelangkaan sumber daya.
10. Konsepsi mengenai penerima layanan (beneficia ries)
Warga masyarakat
Konsumen (pengguna jasa)
`korban`
11. Konsepsi mengenai peran penerima layanan (beneficia ries)
Partisipan pada proses interaksional pemecahan masalah.
Konsumen atau resipien (penerima pelayanan).
Employer, konstituen, anggota.
35
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).39 Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.40 Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai
pemecahan
masalah-masalah
yang
dihadapi
dengan
mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian untuk menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan
39
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009) , h. 60 40 Ambar Teguh Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004) h. 80 36
afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisikmaterial. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan yang dilengkapi dengan kecakapan ketrampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya tersebut, untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu, dengan demikian akan terakumulasi kemampuan yang memadai untuk mengantarkan kemandirian mereka, apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan visualisasi dari pembangunan sosial ini diharapkan dapat mewujudkan komunitas yang baik dan masyarakat yang ideal.41
41
Ambar Teguh Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004) h. 81 37
3. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Dalam pengertian yang diberikan terhadap pemberdayaan, jelas dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah proses pemberian dan atau optimasi daya (yang dimiliki dan atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat), baik daya dalam pengertian “kemampuan dan keberanian” maupun daya dalam arti “kekuasaan atau posisi-tawar”. Dalam praktek pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh banyak pihak, seringkali terbatas pada pemberdayaan ekonomi dalam rangka pengentasan kemiskinan (proverty alleviation) atau penanggulangan kemiskinan (proverty reduction).Karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat selalu dilakukan dalam bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk peningkatan pendapatan (income generating).42 Tentang hal ini, Sumadyo (2001) merumuskan tiga upaya pokok dalam setiap pemberdayaan masyarakat, yang disebutnya sebagai Tri Bina, yaitu: Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Terhadap
rumusan
ini,
Mardikanto
(2003)
menambahkan
pentingnya Bina Kelembagaan, karena ketiga Bina yang dikemukakan (Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan) itu hanya akan terwujud seperti yang diharapkan, manakala didukung oleh efektivitas beragam kelembagaan yang diperlukan.
42
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S. dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebianto, M.Si., Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 113 38
1.
Bina Manusia Bina Manusia, merupakan upaya yang pertama dan utama yang harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini, dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan pembangunan adalah untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia.43 Disamping itu, dalam ilmu manajemen, manusia menempati unsur yang paling unik.Sebab selain sebagai salah satu sumberdaya juga sekaligus sebagai pelaku atau pengelola manajemen itu sendiri. Termasuk dalam upaya Bina Manusia, adalah semua kegiatan yang termasuk dalam upaya penguatan/pengembangan kapasitas yaitu: (1) Pengembangan
Kapasitas
Individu,yang
meliputi
kapasitas
kepribadian, kapasitas di dunia kerja, dan pengembangan keprofesionalan; (2) Pengembangan Kapasitas Entitas/Kelembagaan, yang meliputi: a) Kejelasan visi, misi, dan budaya organisasi; b) Kejelasan struktur organisasi, kompetensi, dan strategi organisasi; c) Proses organisasi atau pengelolaan organisasi; d) Pengembangan jumlah dan mutu sumberdaya e) Interaksi antar individu di dalam organisasi;
43
Ibid, h. 114 39
f) Interaksi
dengan
entitas
organisasi
dengan
pemangku
kepentingan (stakeholder) yang lain. (3) Pengembangan Kapasitas Sistem (Jejaring), yang meliputi: a) Pengembangan interaksi antar entitas (organisasi) dalam system yang sama; b) Penembangan interaksi dengan entitas/organisasi di luar sistem.
2.
Bina Usaha Bina usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap pemberdayaan, sebab, Bina Manusia yang tanpa memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi dan atau ekonomi) tidak akan laku, dan bahkan menambah kekecewaan. Sebaliknya, hanya Bina Manusia yang mampu (dalam waktu dekat/cepat) memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi dan atau ekonomi) yang akan laku atau memperoleh dukungan dalam bentuk partisipasi masyarakat.44Tentang hal ini, Bina Usaha mencakup: 1. Pemilihan komoditas dan jenis usaha; 2. Studi kelayakan dan perencanaan bisnis; 3. Pembentukan badan ssaha 4. Perencanaan investasi dan penetapan sumber-sumber pembiayaan;
44
Ibid, h. 115 40
5. Pengelolaan SDM dan pengembangan karir 6. Manajemen produksi dan operasi; 7. Manajemen logistic dan finansial; 8. Penelitian dan pengembangan; 9. Pengembangan dan pengelolaan system informasi bisnis; 10. Pengembangan jejaring dan kemitraan; 11. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung;45
3. Bina Lingkungan Sejak dikembangkan mazhab pembangunan berkelanjutan (suistainable development), isu lingkungan menjadi sangat penting. Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL (Analisis Manfaat dan Dampak Lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi, ISO 1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Hal ini dinilai penting, karena pelestarian lingkungan (fisik) akan sangat menentukan
keberlanjutan
kegiatan
investasi
maupun
operasi
(utamanya yang terkait dengan tersedianya bahan-baku).46 Selama ini, pengertian lingkungan, seringkali dimaknai sekadar lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.Tetapi, dalam praktek perlu disadari bahwa lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan kehidupan. Kesadaran seperti itulah yang mendorong 45
Ibid, h. 115 Ibid, h. 115
46
41
diterbitkannya Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan yang di dalamnya mencantumkan tanggungjawab sosial dan lingkungan
oleh
penanam
modal/perseroan.
Di
lingkungan
internasional, sejak 2007 telah ditetapkan ISO 26000 tentang tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Termasuk
dalam
tanggungjawab
sosial
adalah
segala
kewajiban yang harus dilakukan yang terkait dengan upaya perbaikan kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan (areal kerja), maupun yang mengalami dampak negatif yang diakibatkan
oleh
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
penanam
modal/perseroan.Sedang yang termasuk tanggungjawab lingkungan, adalah kewajiban dipenuhinya segala kewajiban yang ditetapkan dalam persayaratan investasi dan operasi yang terkait dengan perlindungan, pelestarian, dan pemulihan (rehabilitasi/reklamasi) sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4. Bina Kelembagaan Hayami dan Kikuchi (1981) mengartikan kelembagaan sebagai suatu perangkat umum yang ditaati oleh anggota suatu komunitas (masyarakat). Dalam kehidupan sehari-hari, kelembagaan yang merupakan terjemahan dari kata “institution” adalah satu konsep yang
42
tergolong membingungkan dan dapat dikatakan belum memperoleh pengertian yang mantap dalam ilmu sosiologi.47 Kata kelembagaan sering dikaitkan dengan dua pengertian, yaitu “social institution” atau pranata sosial dan “social organization” atau organisasi sosial. Apapun itu, pada prinsipnya, suatu bentuk relasi-sosial dapat disebut sebagai sebuah kelembagaan apabila memiliki empat komponen, yaitu adanya: (1) Komponen person, di mana orang-orang yang terlibat di dalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi dengan jelas; (2) Komponen kepentingan, di mana orang-orang tersebut pasti sedang diikat oleh satu kepentingan atau tujuan, sehingga di antara mereka terpaksa harus saling berinteraksi; (3) Komponen aturan, di mana setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga seseorang dapat menduga perilaku orang lain dalam lembaga tersebut; (4) Komponen struktur, di mana setiap orang memiliki posisi dan peran yang harus dijalankannya secara benar. Orang tidak bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan sendiri.
Lebih lanjut, dari beragam pengertian yang diberikan, kelembagaan memiliki cirri-ciri:48
47
Ibid, h. 116 43
(1) Kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang permanen. Ia menjadi permanen, karena dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam kehidupan; (2) Kelembagaan, berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku. Sesuatu yang abstrak tersebut merupakan suatu kompleks dari beberapa hal yang sesungguhnya terdiri dari beberapa bentuk yang tidak sepadan (selevel). (3) Berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat mores (tata kelakuan), atau cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat (establish way of behaving). Perilaku yang terpola merupakan kunci keteraturan hidup. (4) Kelembagaan juga menekankan kepada pola perilaku yang disetujui dan memiliki sanksi. (5) Kelembagaan
merupakan
cara-cara
yang
standar
untuk
memecahkan masalah. Tekanannya adalah pada kemampuannya untuk memecahkan masalah.
Secara
umum
ruang
lingkup
program-program
community
development dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama, ketiga kategori dapat digambarkan sebagai berikut:49
48
Ibid, h. 117 Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Rekayasa Sains, 2013) h. 145-146 44 49
a) Community relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Seperti seringnya pihak perusahaan dengan anggota komunitas lokal bertukar pikiran dalam suatu hal, atau membangun pertemuan-pertemuan yang kerap dilakukan. dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Kegiatankegiatan yang menyangkut hubungan sosial antara perusahaan dan komunitas lokal pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus dilakukan pertama kali dalam kaitannya hubungan antara perusahaan dan komunitas lokal. Dari hubungan ini maka dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebih mendalam yang terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan program selanjutnya. b) Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum. Ini dapat ditunjukkan dengan adanya pembangunan secara fisik sektor-sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, trasnportasi dan sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, sumber air minum dan sebagainya. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yang ada di masyarakat dan pemecahan tentangmasalah yang ada di masyarakat dilakukan oleh 45
masyarakat sendiri, sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat dianalisis oleh para community development officer, dengan menggunakan metode yang bersifat kualitatif. Hal ini berkaitan dengan untuk menggali kebutuhan yang muncul di masyarakat dapat digali dengan cara mengidentifikasi sifat-sifat dari masyarakat itu sendiri secara fungsional yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. c) Community
Empowerment;
adalah
program-program
yang
berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat
untuk
menunjang
kemandiriannya,
seperti
pembentukkan koperasi, usaha industri kecil lainnya yang secara natural anggota masyarakat sudah mempunyai pranata-pranata sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Kategori ini pada dasarnya lebih mendalam daripada community services, hal ini menyangkut keberlanjutan dari kegiatan yang ditanamkan pada pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat. Sehingga dalam kategori ini, kemandirian masyarakat adalah sasaran utama dari program pembangunan masyarakat. Selain masyarakat dapat menjaring permasalahannya serta pemecahan masalahnya sendiri, masyarakat dapat melaksanakan program secara mandiri dengan „pancingan‟ akses yang diberikan oleh perusahaan dalam program pembangunan masyarakat. Kategori ini pada dasarnya melalui 46
tahapan-tahapan kategori lain seprti melakukan community relation pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community services dengan segala metodologi penggalian data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaan pranata sosial yang sudah lahir dan muncul di masyarakat melalui program kategori ini.
Program
community
development
ini
khususnya
community
empowerment (pemberdayaan masyarakat) memang memerlukan strategi yang baik.Hal ini berkaitan dengan adanya usaha untuk mengubah kebudayaan yang sudah ada dan berkembang sebelum adanya program. Kebiasaan masyarakat yang berupa tradisi kadang dan sering berbeda dengan kebiasaan yang akan diterapkan.50
4.
Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Tim Delivery (2004) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari proses seleksi lokasi sampai dengan pemandirian masyarakat. 51 Secara jelas masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Seleksi Lokasi/Wilayah Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat. Penetapan kriteria
50
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung: Rekayasa Sains, 2013) h. 146 51 Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S. dan Dr. Ir. H. Poerwoko soebianto, M.Si., Pemberdayaan Masyarakat, (bandung:Alfabeta, 2013), h. 125 47
penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat akan tercapai
seperti
yang
diharapkan. 2)
Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi, merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting, karena akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan masyarakat yang dikomunikasikan.
3)
Proses Pemberdayaan Masyarakat Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Dalam
proses
tersebut
masyarakat
bersama-sama
melakukanhal-hal berikut:52 a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta
peluang-peluangnya.
Kegiatan
ini
dimaksudkan
agar
masyarakat mampu danpercaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya.
52
Ibid, h. 126 48
Pada tahp ini diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Proses ini meliputi : a) Persiapan
masyarakat
dan
pemerintah
setempat
untuk
melakukan pertemuan-awal dan teknis pelaksanaanya b) Persiapan penyelenggara pertemuan c) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan d) Pembahasan hasil dan penyusunan rencna tindak lanjut. b.
Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian,meliputi:53 a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah d) Pengembangan
rencana
kegiatan
serta
pengorganisasian
pelaksanaannya. c.
Menerapkan rencana kegiatan kelompok. Rencana yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitas dari pendamping selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemajuan
53
Ibid, h. 126 49
kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukanperbaikan jika diperlukan. d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara partisipatif (participatory monitoring and evaluation / PME). PME ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.
4) Pemandirian Masyarakat Berpegang dalam prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.54 Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Dalam hubungan ini, meskipun faktor faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self organizing dari masyarakat, namun kita juga perlu memberikan perhatian pada faktor eksternalnya. Proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisiplin. Tim
54
Ibid, h. 127 50
pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatan secara mandiri. Dalam oprasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat secara perlahan akan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Kapan waktu pemunduran tim fasilitator tergantung kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program dengan masyarakat.55 Berdasarkan pengalaman dilaporkan bahwa tim fasilitator dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap sosialisasi. Walapun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai penasihat atau konsultan bila diperlukan masyarakat. Selaras dengan tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan sebagai telah dikemukakan tersebut, tahapan yaitu:56 1) Penetapan dan pengenalan wilayah kerja: sebelum melakukan kegiatan,
penempatan
wilayah
kerja
perlu
memperoleh
kesepakatan antara tim fasilitator, aparat pemerintah setempat, (perwakilan) masyarakat setempat , dan pemangku kepentingan yang lain (pelaku bisnis, tokoh masyarakat, aktivis LSM, akademisi, dll). Hal ini tidak saja untuk menghindari gesekan atau 55
Ibid, h. 127 Ibid, h. 127
56
51
konflik kepentingan antar semua pemangku kepentingan, tetapi juga untuk membangun sinergi dan memperoleh dukungan berupa partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, demi keberhasilan program da kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan. 2) Sosialisasi kegiatan: yaitu upaya mengkomunikasikan rencana kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan diwilayah tersebut. Termasuk dalam sosialisasi kegiatan, perlu juga dikemukakan tentang pihak-pihak terkait yang akan diminta partisipasi/keterlibatannya, pembagian peran yang diharapkan, pendekatan, strategi serta langkah-langkahyang akan dilakukan. 3) Penyadaran
masyarakat:
dilakukan
untuk
menyadarkan
masyarakat tentang keberadaannya, baik sebagai individu dan anggota masyarakat,
maupun kondisi
lingkungannya
yang
menyangkut lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya, ekonomi dan politik.57
Termasuk dalam penyadarannya adalah : a) Bersama-sama masyarakat melakukan analisis keadaan yang menyangkut potensi dan masalah, serta analisis faktor-faktor penyebab terjadinya masalah yang menyangkut kelemahan internal dan ancaman eksternalnya.
57
Ibid, h. 128 52
b) Melakukan analisis akar masalah, analisis alternatif pemecahan terbaik yang dapat dilakukan. c) Menunjukkan
pentingnya
perubahan
untuk
memperbaiki
keadaanya, termasuk merumuskan prioritas perubahan, tahapan perubahan, cara melakukan dan mencapai perubahan, sumberdaya yang diperlukan, maupun peran bantuan (modal, teknologi, manajeman, kelembagaan, dll) yang diperlukan. 4) Pengorganisasian masyarakat: termasuk pemilihan pemimpin kelompok-kelompok tugas yang akan dibentuk pengorganisasian masyarakat ini penting dilakukan, karena untuk melaksanakan perubahan guna memecahkan masalah dan atau memperbaiki keadaan seringkali tidak dapat dilakukan secara individual (perorangan), tetapi memerlukan pengorganisasian masyarakat. Termasuk dalam pengorganisasian adalah pembagian peran, dan pengembangan jejaringan kemitraan. 5) Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari : a. Berbagai pelatihan untuk menambah dan atau memperbaiki pengetahuan teknis, keterampilan manajerial serta perubahan sikap/wawasan. b. Pengembangan kegiatan, utamanya yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan serta pelindungan, pelestarian dan perbaikan/rehabilitasi sumberdaya alam, maupun pengembangan efektivitas
kelembagaan
.kegiatan
peningkatan
pendapatan 53
merupakan upaya terpenting untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang diperlukan maupun untuk meningkatkan posisi-tawar dan membangun kemandirian. Peningkatan pendapatan, juga memiliki arti penting agar masyarakat semakin yakin bahwa peran bantuan yang diberikan benar-benar mampu memperbaiki kehidupan mereka, minimal seacara ekonomi. 6) Advokasi kebijakan karena semua upaya pemberdayaan masyarakat (peningkatan pendapatan, peguatan posisi tawar , dll) memerlukan dukungan kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Kegiatan advokasi ini diperlukan guna memperoleh dukungan politik dan legimitasi dari elit masyarakat (aparat pemerintah, pelaku bisnis, tokoh masyarakat, pegiat LSM, akademisi, dll) 7) Politisasi: dalam arti terus menerus memelihara dan meningkatkan posisi tawar melalui kegiatan - kegiatan politik praktis. 58 Hal ini diperlukan untuk memperoleh dan melestarikan legitimasi dan keberlanjutan kebijakan yang ingin dicapai dan pengembangan melalui pemberdayaan masyarakat. Politisasi ini perlu dilakukan melalui berbagai cara seperti: a. Menanam “virus” atau kader-kader perubahan yang memiliki komitmen untuk mendukung pemberdayaan masyarakat, ke dalam jajaran birokrasi, politisi, pelaku bisnis dll.
58
Ibid, h. 129 54
b. Melakukan “pressure” melalui media masa, forum ilmiah “kelompok penekan” (pressure group) c. Melakukan kegiatan aksi nyata melalui kelompok kecil yang menunjukan manfaat pemberdayaan masyarakat yang ditawarkan.
5. Pendampingan Masyarakat Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses dan
tindakan
sosial
dimana
penduduk
sebuah
komunitas
mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya (Suharto, 2006).59 Proses tersebut tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pendamping baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun misi professional (Peksos). Dalam program penanganan masalah kemiskinan, misalnya, masyarakat miskin yang dibantu seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendampingan sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka. Dengan demikian, pendampingan masyarakat dapat diartikan sebagai 59
Edi Suharto, Ph.D, CSR dan ComDev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi, (Bandung: Alfabeta, 2010) , h. 75 55
interaksi dinamis antara kelompok masyarakat dan pendamping untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti: a)
Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi
b)
Memobilisasi sumberdaya setempat
c)
Memecahkan masalah sosial
d)
Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan
e) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat.
Merujuk pada Payne (1986), prinsip utama pendampingan adalah “making the best of the client’s resources”.Sejalan dengan perspektif kekuatan (strengths perspektif), para pendamping masyarakat tidak memandang klien dan lingkungannya sebagai system yang pasif dan tidak memiliki potensi apa-apa. Melainkan mereka dipandang sebagai sistem sosial yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses pemecahan masalah. Bagian dari pendekatan pekerjaan sosial adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu klien memanfaatkan hal itu. Sebagaimana dinyatakan oleh Payne (1986:26):60 Whenever a social worker tries to help someone, he or she is starting from a position in which there are some useful, positive things in the client’s life and surroundings which will help them move forward, as well as the problems or blocks which they are trying to overcome. Part of social work is finding the good things, and helping the client to take advantage of them.
60
Ibid, h. 76 - 77 56
Pendampingan sosial memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pemberdayaan, PM sangat perlu memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat. Dalam konteks ini, peraan seorang pekerja sosial atau pendamping masyarakat seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung. Mereka biasanya terlibat dalam penguatan partisipasi rakyat dalam proses perencanaan, implementasi, maupun monitoring serta evaluasi program kegiatannya.61 Para pendamping memungkinkan warga masyarakat mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang ada pada diri mereka, maupun mengakses
sumber-sumber
kemasyarakatan
yang
berada
di
sekitarnya.Pendamping juga biasanya membantu membangun dan memperkuat jaringan dan hubungan antara komunitas setempat dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang lebih luas.Para pendamping masyarakat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bagaimana bekerja dengan individu-individu dalam konteks masyarakat local, maupun bagaimana mempengaruhi posisi-posisi masyarakat dalam konteks lembaga-lembaga sosial yang lebih luas.62
61
Edi Suharto, PhD, CSR & ComDev, (Bandung, Alfabeta, 2010), h. 77 Ibid, h. 78
62
57
Peran Pendamping Ada
beberapa
peran
pendamping
dalam
pendampingan
masyarakat.Empat peran di bawah ini sangat relevan diketahu: 1)
Fasilitator. Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator” sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu sama lain. Seperti dinyatakan Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994:188), “The traditional role of enabler in social work implies education, facilitation, and promotion of interaction and action.”Selanjutnya Barker (1987) memberi definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu
masyarakat
menjadi
mampu
menangani
tekanan
situasional atau transisional.63Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya. 2)
Broker.Peran sebagai broker dalam pendampingan masyarakat tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya di pasar modal, terdapat klien atau konsumen. Namun
63
Ibid, h. 79 58
demikian, pendamping melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni jaringan pelayanan sosial. Pemahaman pendamping yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal. Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam melakukan peranan sebagai broker: (a) mampu mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber kemasyarakatan yang tepat, (b) mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan sumber secara konsisten, (c) mampu mengevaluasi efektifitas sumber dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan klien.64 3)
Pembela.Seringkali pendamping masyarakat harus berhadapan dnegan system politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit dijangkau oleh klien, pendamping harus memainkan peranan sebagai pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi bersentuhan dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi kasus (case advocacy) (DuBois dan Miley, 1992; Parsons, Jorgensen, dan Hernandez, 1994). Apabila pendamping melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai
64
Ibid, h. 80 59
pembela kasus. Pembelaan kelas terjadi manakala klien yang dibela bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat. 4)
Mediator. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa pendamping dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakikatnya diarahkan untuk mencapai “solusi menang-menang” (win-win solution) dengan strategi lobby atau negosiasi. Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela, dimana bantuan pendamping diarahkan untuk memenangkan
kasus
klien
melalui
strategis
kontes.
65
65
Ibid, h. 81 60
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan 1. Sejarah Kalla Group Bermula dari Haji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla menjalankan usaha di bidang tekstil di kota Watampone di Sulawesi Selatan. Sukses di kota terbesar kedua di Sulawesi Selatan, Haji Kalla merambah berdagang ke Makassar pada 18 Oktober 1952. Bisnisnya terus berkembang, lima tahun kemudian merambah bisnis transportasi dan membeli mobil truk internasional untuk mengangkut hasil bumi dari Bone ke Makassar. Selain itu, mengoperasikan mobil penumpang jenis station wagon yang melayani trayek Makassar-Bone, dan diberi nama Cahaya Bone. Selanjutnya memberanikan diri mendirikan NV (Namlozee Venonchap) Hadji Kalla Trading Company, yang fokus menekuni bidang perdagangan dan logistik.66 Haji Kalla menyerahkan tongkat kepemimpinan bisnisnya kepada Jusuf Kalla pada 1967, dan didirikanlah perusahaan kontraktor konstruksi Bumi Karsa.Pada 1969, memasuki bisnis otomotif dengan menjadi importir mobil merek Toyota. Mula-mula mengimpor mobil Toyota dengan semi knocked down, kemudian mobil dirakit di Makassar. Kemudian NV Hadji Kalla menjadi agen
66
http://kallagroup.com diakses pada tanggal 05 Januari 2017 61
traktor mini merek Kubota untuk keperluan pertanian.Pada 1980 NV Hadji Kalla melebarkan sayap bisnis otomotif melalui PT Makassar Raya Motor, menjadi dealer mobil Daihatsu dan dealer truk Nissan Diesel.Seiring dengan program mobil nasional maka perusahaan ikut menjadi dealer Timor dan kemudian menjadi KIA. Di era 1990-an perusahaan merambah ke bidang perdagangan, ada PT Bumi Sarana Utama yang bergerak sebagai dealer aspal curah, yang banyak mengerjakan proyek infrastruktur jalan dan bandara. Ekspansi tidak berhenti di sana. Di bidang properti, didirikan PT Baruga Asrinusa Development, yang mengembangkan berbagai kawasan perumahan elit dengan berbagai fasilitas seperti perkantoran, malruko, pusat niaga, turisme agro, tempat rekreasi, sarana pendidikan, dan sarana keagamaan. Bukan hanya rumah mewah, rumah tipe kecil pun dikembangkan untuk membantu masyarakat menjangkau perumahan yang layak huni. Ada juga PT Kalla Inti Karsa (KIK) yang menjangkau pengembangan pasar tradisional, sampai membangun Mal Ratu Indah, pusat perbelanjaan terbesar dan termegah di kawasan Indonesia Timur serta mengoperasikan Hotel Sahid Makassar.67 Saat Jusuf Kalla diminta menjadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian pada 1999, maka tampuk kepemimpinan dilimpahkan kepada Fatimah Kalla.NV Hadji Kalla telah berkembang menjadi perusahaan berskala nasional dan mempunyai misi untuk menjangkau kesuksesan di pasar global dan bertransformasi menjadi Kalla Group.
67
Ibid 62
Kini bisnisnya terus menggurita dari mulai sektor perdagangan otomotif konstruksi, properti, transportasi darat, laut dan udara, juga merambah ke sektor energi, dan perdagangan karbon, pembiayaan & logistik.Ekspansi yang luar biasa ini merupakan hasil dari kerja keras penuh ketekunan selama bertahun-tahun, dengan mengatasi berbagai kesulitan dan krisis ekonomi di negeri ini dilandasi keyakinan bahwa bekerja merupakan ibadah.68 Sebagai perusahaan swasta berskala nasional, Kalla Group memiliki semangat kedaerahan dan kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi.Kalla Group adalah salah satu perusahaan terbesar di kawasan timur Indonesia. Menjejaki tahun-tahun ke depan Kalla Group semakin optimis dan sangat antusias untuk terus melanjutkan pengembangan usaha dan menyediakan berbagai layanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pembangunan bangsa.
68
Ibid 63
Berikut beberapa perusahaan Kalla Group: Tabel 3.1 Perusahaan Milik Kalla Group
No
Jenis Usaha
Nama Perusahaan
1
Kalla Otomotif
a. PT. Hadji Kalla, dulu bernama NV. b. PT. Kars Inti Amanah c. PT. Bumi Jasa Utama d. PT. Makassar Raya Motor
2
Kalla Konstruksi
3
Kalla Properti
a. b. c. d. a. b.
4
Kalla Energy
a. PT. Poso Energy b. PT. Kalla Electrical System
5
Kalla Finance
PT Amanah Finance
PT. Bumi Karsa PT. Bumi Barito PT. Bumi Sarana Beton PT. Bukaka Teknik Utama PT. Kalla Inti Karsa PT. Baruga Asrinusa Development c. PT. Sahid Makassar Perkasa
Sumber: Kallagroup.co.id
2. SejarahPT. Poso Energy Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan.Hal ini menjadi sumber potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan sumber daya alam berupa perairan, dimana salah
64
satunya untuk menghasilkan listrik.69Sebagaimana diketahui, tidak semua daerah
di
Indonesia
mendapatkan
listrik
terutama
di
pelosok
daerah.Dengan kekayaan sumber daya air yang dimiliki, sebenarnya Indonesia dapat memanfaatkan energi dari air tersebut menjadi energi listrik. Saat ini sebagian besar kebutuhan listrik nasional masih banyak bergantung pada energi thermal dan diesel terutama untuk wilayah di luar Pulau Jawa.Untuk mengurangi pemakaian sumber daya alam tidak terbarukan
(unrennewable)
pencemaran
akibat
serta
pembakaran
menjaga bahan
lingkungan
bakar
minyak
terhadap dan
gas,
pengembangan potensi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan merupakan sumber daya alternatif yang harus mendapat perhatian
khusus.Indonesia
dengan
kondisi
topografi
dan
iklim
geografisnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan dan pemanfaatan sumber daya air.Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam hal penganekaragaman energi serta aman terhadap lingkungan, dan potensi tenaga air mendapatkan prioritas utama untuk dikembangkan lebih lanjut.70 Pengembangan kelistrikan di indonesia di kelola oleh PT. PLN (Persero) - sebagai pihak yang mendapatkan wewenang pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan tenaga
kelistrikan
termasuk
perencanaan,
pekerjaan
konstruksi,
69
Buku Profil Perusahaan, h. 1 Ibid, h. 1
70
65
pengoperasian, jaringan transmisi dan system distribusinya. Disamping itu juga merencanakan pemenuhan kebutuhan energi listrik dan harga jual energi listrik dengan tetap berpedoman kapada peraturan pemerintah. Dari tahun 1945 kebutuhan energi listrik nasional sebesar ± 157 MW kemudian meningkat menjadi ± 258 MW pada tahun 1955.Sepuluh tahun kemudian kebutuhan ini meningkat hampir dua kalinya menjadi ± 460 MW.Tetapi peningkatan tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhan sepuluh tahun berikutnya yaitu menjadi 1.129 MW pada tahun 1975, dan 3.935 MW pada akhir tahun 1983. Pada periode yang sama (1983), PT. PLN (Persero) telah melakukan studi potensi tenaga air untuk pembangkit tenaga listrik di seluruh indonesia, meliputi 1. 275 lokasi dengan total potensi sebesar ± 75.000 MW, namun demikian hingga pada saat ini potensi yang telah dimanfaatkan baru sekitar 21.000 MW. Melihat besarnya potensi tersebut, maka peluang untuk pengembangan tenaga air untuk pembangkitan tenaga listrik di indonesia adalah masih cukup besar.71 Salah satu potensi tersebut adalah pengembangan PLTA Pamona yang memanfaatkan Sungai Poso, yang berasal dari aliran air Danau Poso di Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan adanya rencana PLTA Pamona, PT.PLN (Persero) merencanakan program untuk membangun transmisi dari Ujung Pandang ke daerah Palopo hingga ke Sulawesi Utara, disebut Sistem Sulawesi. Pengembangan PLTA di daerah Poso ini selain untuk
71
Ibid, h. 2 66
melayani kebutuhan daerah sekitar proyek (Sulawesi Tengah), juga diharapkan dapat mendukung pelayanan kebutuhan tenaga listrik diseluruh Sulawesi, khususnya industri tambang yang tersebar di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sejalan dengan kebijakan pengembangan energi di atas, pertumbuhan kebutuhan energi dan tenaga listrik di daerah Sulawesi Tengah tercatat sangat tinggi ± 19 % per tahun, maka pengembangan PLTA POSO-2 yang terletak di Sungai Poso dengan sumber airnya berasal dari Danau Poso,Sulawesi Tengah, merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka merealisasikan kebijaksanaan tersebut di atas. Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan (Reconnaissance Study) yang telah dilakukan oleh Tepsco Consulting Engineers, Jepang, tahun 1984, hasil identifikasi potensi pembangkit energi listrik tenaga air di daerah ini terdapat 3 skema yang cukup potensial, yaitu PLTA POSO-1 tipe run-off river dengan pengaturan tampungan aktif Danau Poso sebesar 570 x 106 m³ dan diperkirakan dapat membangkitkan daya sebesar ± 60 W. PLTA POSO-2 adalah tipe run-off river dengan pengaturan tampungan danau yang dapat membangkitkan daya sebesar ± 195 MW, dan paling hilir adalah PLTA POSO-3 dengan daya sebesar ± 240 MW.72 Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi energi mekanik dan kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Air mengalir melalui kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan menggerakkan sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun
72
Ibid, h. 3 67
turbin berputar. Ketika digunakan untuk membangkitkan energi listrik, perputaran
turbin
menyebabkan
perputaran
poros
rotor
pada
generator.Energi yang dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan. PLTA Poso Energy terdiri dari tiga proyek dimana PLTA Poso-1 memiliki kapasitas potensi 60 MW, PLTA Poso-2 memiliki kapasitas potensi 180 MW, dan PLTA Poso-3 memiliki kapasitas 300 MW. Ketiga PLTA ini menggunakan sumber daya air Sungai Poso, Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun PLTA yang sudah beroperasi adalah PLTA Poso-2 dimana kini sudah mulai menjalankan aktifitas produksi listrik melalui energi air. Secara resmi, PLTA Poso-2 ini menjadi sebuah perusahaan yang bernama PT Poso Energy sejak tanggal 31 Mei 2005 melalui akta pendirian No. 5 di hadapan Notaris Andy Azis, S. H.73
3. Visi dan Misi Perusahaan Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya, akan selalu berusaha untuk menjadi perusahaan yang terdepan. PT Poso Energy yang bergerak dalam bidang jasa energi berusaha menjadi perusahaan yang terdepan di
73
Ibid, h. 4 68
bidangnya.Setiap perusahaan pasti mempunyai visi dan misi untuk menjalankan usahanya tersebut.74
Visi Menjadi kelas dunia keunggulan perusahaan multi-nasional di bidang teknik, konstruksi dan energy Misi Perusahaan untuk terus meningkatkan kepuasan dalam segala bidang, mengembangkan
hubungan
saling menguntungkan
dengan
semua
pemangku kepentingan, terus menerus memperbaiki system manajemen dan mengembangkan karyawan sebagai sumber daya berkualitas.
4. Lokasi PLTA Pamona 2 PT Poso Energi membangun PLTA Pamona-2 dengan kapasitas terpasang sebesar 3 x 65 MW di Pamona, Kabupaten Poso.Lokasi PLTA Pamona-2 terletak di desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.Secara geografis, lokasi PLTA Pamona-2 terletak pada posisi 0q10c-3q40c.75 Lintang Selatan, dan 120q10c-123q23c Bujur Timur. Berikut ini ilustrasi lokasi PLTA Pamona-2: Gambar 3.1 Lokasi PLTA Pamona 2
74
Ibid, h. 4 Ibid, h. 5
75
69
5. Gambaran Umum Lokasi PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan danau 362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah tangkapan hujan (Catchment area) 1.340 km2 dengan sungai-sungai kecil yang mengelilingi danau. Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan. Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1.340 km2 yang terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau.Elevasi muka air yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat Pembangkit Listrik.76 Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut.Lebar sungai mula-mula lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat. Antara lokasi bendung PLTA Pamona-2 dengan Power House, dasar sungai menjadi datar sampai di laut. 76
Ibid, h. 6 70
6. Kondisi Topografi PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan danau 362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah tangkapan hujan (Catchment area) 1.340 km2. Secara umum kondisi topografi di bagian hulu (Selatan) adalah perbukitan terjal dan bagian hilir melebar ke arah Barat-Utara berupa dataran rendah hingga pantai. Kemiringan rata-rata Sungai Sadang adalah 0,010 (sepuluh permil) yang diperoleh dari perbedaan elevasi muka air normal (NWL) keluaran Danau Poso 511,21m terhadap muara sungai di pantai Poso dengan jarak 50km. Dilihat dari bentuknya, kondisi topografi di sepanjang aliran sungai, dari keluaran Danau Poso adalah daerah lembah dengan bentuk relatif datar sampai pada jarak 12 km ke arah hilir (Poso-1), selanjutnya berubah menjadi cekungan curam yang membentuk celah terjal (bentuk huruf V) hingga di muara. Volume efektif danau diperkirakan lebih besar dari 700 x 106 m3 pada elevasi muka air normal (511, 21 m) di atas permukaan laut disertai dengan bentuk topografi yang relatif curam hingga dataran pantai (50 km). Kondisi ini sangat potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air.77
77
Ibid, h. 8 71
Berdasarkan hasil survei topografi, elevasi dasar sungai pada lokasi bendung yang direncanakan (alternatif Poso-3) adalah 264,17 m dan elevasi keluaran pada pembuang akhir (tailrace) 20,90 m, dan lokasi keluaran alternatif yang lain +26m, sehingga tinggi jatuh (head) diperkirakan 250 m. Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan. Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1271 km2 yang terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau. Elevasi muka air yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat Pembangkit Listrik. Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut.Lebar sungai mula-mula lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat.78 Gambar 3.2 Kondisi Aliran Sungai di Lokasi PLTA Pamona-2
78
Ibid, h. 7 72
B. Gambaran Program CSR PT. Poso Energy Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi Pasal 74 Undang-undang Perseroran Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini disahkan dalam sidang paripurna DPR.Dengan adanya undang-undang tersebut industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan.Perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggungjawab pemerintah dan industri saja, melainkan setiap insan menusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup karyawan, industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), tetapi sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (tripple bottom line) sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan.CSR PT. Poso Energy sudah menjalankan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan sejak tahun 2012.79
79
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 1 73
a. Visi Misi CSR PT. Poso Energy Visi : Mewujudkan perusahaan yang secara terus menerus memiliki hubungan yang harmonis dan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Misi : a. Melaksanakan komitmen perusahaan atas tanggung jawab sosial dan lingkungan b. Membantu
dan berperan aktif dalam peningkatan kehidupan
masyarakat dan lingkungan c. Membangun hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua stakeholder untuk mencapai visi dan misi Perusahaan
b. Struktur Organisasi CSR PT. Poso Energy
74
c. Master Plan CSR PT. Poso Energy 1. Poso Energy and Education Pendidikan adalah pondasi pembangunan bangsa dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.PT Poso Energy berupaya turut serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program pendidikan. 80 Pendidikan merupakan investasi sosial yang strategis melahirkan
generasi
yang
unggul
dan
masyarakat
yang
berkualitas.Keberhasilan mutu pendidikan sangat bergantung pada proses belajar mengajar atau interaksi tenaga pengajar dan siswa/(i) serta ketersediaan sarana pendukung yang memadai. Kualitas tenaga pengajar akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas siswa/(i) yang dihasilkan.
PT Poso Energy yang memprioritaskan
masalah pendidikan memfokuskan peningkatan kualitas tenaga pengajar dan penyediaan sarana pendukung.81Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang Pendidikan adalah sebagai berikut: Diagram 3.1 Alokasi Dana CSR Bidang Pendidikan
80
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 2 Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 2
81
75
76
Program CSR bidang pendidikan yang dilakukan oleh PT Poso Energy bertujuan untuk: a. Mendukung penyediaan infrastruktur pendidikan yang nyaman, bersih dan sehat b. Meningkatkan kecakapan dan kemandirian siswa/(i)yang siap bersaing c. Mendukung semangat pendidikan siswa/(i) kurang mampu Program pendidikan merupakan program CSR prioritas utama PT Poso Energy. Saat ini program pendidikan yang telah dilakukan oleh PT Poso Energy adalah sebagai berikut:82 a. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana belajar tingkat PAUD sampai Universitas. Di tahun 2016, PT Poso Energy memiliki data sekolahan se Kabupaten Poso tingkat PAUD dan TK adalah 183; Sekolah Dasar 234; SMP 80; SMK 16; SMA 24; dan Perguruan Tinggi swasta sebanyak 2 Universitas. Saat ini terdata 4 PAUD yang telah menerima program CSR PT Poso Energy. b. Pelatihan guru dan siswa dalam rangka peningkatan mutu belajar mengajar. c. Pengenalan lingkungan bersih dan sehat kepada usia dini sampai tingkat SD d. Pengenalan pelestarian lingkungan bersih dan sehat tingkat SMA
82
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 3 77
e. Beasiswa kepada mahasiswa/(i) kurang mampu dan kepada yang berprestasi
2. Poso Energy and Society Masyarakat merupakan aset berharga bagi PT Poso Energy. Masyarakat telah memberikan andil besar dalam berbagai hal sejak awal perisapan, konstruksi dan operasional PT Poso Energy. Salah satu program CSR yang dilakukan PT Poso Energy adalah pengembangan
kemasyarakatan
dari sisi
infrastruktur
dan
kelembagaan. Infrastruktur adalah hal yang mendukung segela aktifitas masyarakat
dan
kelembagaan
merupakan
wadah
aktualisasi
masyarakat. Disamping itu PT Poso Energy juga memiliki program dukungan kepada korban bencana alam, kegiatan ini merupakan wujud kepedulian dan dukungan moril dan materil dalam proses recovery pasca bencana.83Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang Society adalah sebagai berikut:
83
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 4 78
Diagram 3.2 Alokasi Dana CSR Bidang Society
Program CSR bidang kemasyarakatan bertujuan untuk : a) Mendukung penyediaan infrastruktur yang berkualitas b) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat c) Memberikan dukungan moril dan materiil kepada korban bencana alam
Program CSR Kemasyarakatan saat ini yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:84 a) Perbaikan ruas jalan b) Subsidi pemakaian energi listrik gratis c) Perbaikan Kantor Desa Sulewana dan Balai Desa Sulewana d) Perbaikan MCK e) Penyediaan sarana air bersih
84
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 5 79
f) Kepedulian terhadap korban bencana alam (banjir)
3. Poso Energy and Health Investasi terbesar bagi kehidupan manusia adalah kesehatan. Masyarakat berkualitas.
yang
sehat akan meuwujudkan kehidupan yang
Masyarakat yang sehat dapat diraih dengan lingkungan
yang bersih dan nyaman. PT. Poso Energi dengan program CSR bidang kesehatan penyediaan
lebih fokus kepada tindakan
preventif
dan
sarana pendukung kesehatan. Tindakan preventif
dilakukan dengan menanamkan prinsip hidup sehat yang disiplin sejak usia dini. Untuk penyediaan sarana pendukung kesehatan lebih difokuskan kepada peremajaan sarana yang ada saat ini.85Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang Kesehatan adalah sebagai berikut: Diagram 3.3 Alokasi Dana CSR Bidang Kesehatan
85
Ibid, h. 5 80
Program CSR bidang kesehatan bertujuan untuk : a. Memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat b. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat c. Mendukung perbaikan sarana kesehatan
PT Poso Energy melalui program CSR bidang kesehatan telah melakukan beberapa program kesehatan yaitu : a. Pemeriksaan Mata dan Pemberian Kacamata baca kepada siswa/siswi SMP dan SMA (Bright with Poso Energy) b. Bantuan Sarana kesehatan (Puskesmas) c. Ambulans persembahan Poso Energy
4. Poso Energy and Environmental Protection Menjaga kelestarian lingkungan merupakan bagian dari upaya jaminan penyediaan air sebagai sumber bahan baku kegiatan PT Poso Energy. Kelestarian lingkungan difokuskan pada rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) poso area upstream maupun downstream. Pelaksanaan rehabilitasi DAS poso dilakukan dengan melibatkan seluruh karyawan, masyarakat dan instansi terkait pemda setempat. Kegiatan ini juga termasuk dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu masyarakat tidak hanya melestarikan lingkungan, namun masyarakat diberi pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan 81
tersebut.86Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang Environmental Protection adalah sebagai berikut: Diagram 3.4 Alokasi Dana CSR Bidang Environmental Protection
Program
CSR bidang
kelestarian lingkungan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:87 a. Save Green (gerakan menanam pohon di area DAS poso). Salah satu kegiatan yang telah dilakukan adalah rehabilitasi DAS di area catchment area Danau Poso. Pelaksanaan penanaman pohon area danau poso dan sekitarnya juga telah dilakukan bekerja sama dengan Pemda Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Poso. b. Take and Give (tebang satu tanam satu) c. Save endemic species (penebaran bibit ikan sidat / ikan sogili di danau poso)
86
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 6 Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 8
87
82
5. Poso Energy and Community Development Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan.Kegiatan community development Poso Energy menjalankan program ini untuk masyarakat agar menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat, berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable).Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan masyarakat. Sasaran utama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security),
keberlanjutan
(sustainability)
dan
kerjasama
(cooperation).88 Dana yang dialokasikan untuk CSR bidangPartnership dan Community Developmentadalah sebagai berikut:
88
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 9 83
Diagram 3.5 Alokasi Dana CSR Bidang Community Development
Program CSR Community Development yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Budidaya Ikan Sidat 2. Kebun Percontohan 3. Penyelamatan DAS Poso
84
C. Gambaran Desa Sulewana a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa sulewana adalah ibukota Kecamatan Pamona Utara, dalam kawasan dataran Kabupaten Poso. Bentuk permukaan tanah (Keadaan Topografi) Desa Sulewana rata-rata ketinggian dari permukaan laut 650 mm berdasarkan hasil pengukuran menggunakan JPS pada titik di kantor desa. Desa Sulewana dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dengan jarak 40 Km dari Kota Poso.Dengan kondisi itu, maka alat transportasi darat saat ini sudah lancer dan dapat di tempuh kira-kira 1 jam.89 Selain itu Desa Sulewana memiliki luas 294 Ha berbatasan dengan:
89
1) Sebealah Selatan
: Desa Saojo
2) Sebelah Utara
: Desa Sangira
3) Sebelah Timur
: Desa Lena
4) Sebelah Barat
: Hutan Lindung
Hasil Social Mapping PT. Poso Energy 2016 h. 2 85
b. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk yang mendiami Desa Sulewana pada tahun 2016 mencapai 2.752 jiwa dengan komposisi berdasarkan jenis kelaminya itu laki-laki 1.528 dan perempuan 1.224 jiwa. Dilihat dari komposisi penduduknya, desa ini di dominasi oleh suku asli 95% dan suku pendatang 5%. Berikut ini disajikan tabel penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin.90 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Sulewana No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: PT. Poso Energy
Jumlah Penduduk 1.528 1.224 2.752
Persentase (%) 54,15 48,84 100
c. Kondisi Sosial Kondisi sosial Desa Sulewana dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan keamanan. Ketiga factor ini merupakan faktor-faktor yang menonjol untuk diamati mengingat kondisi desa yang kaya akan sumber daya alam (SDA) yaitu sungai poso yakni sebagai lokasi pembangunan PLTA, masyarakat yang plural, dan mengalami konflik sosial di antara masyarakatnya.91
90
Ibid, h. 2
91
Ibid, h. 3 86
d. Tingkat Pendidikan Keadaan
rumah
pendidikannya
tangga sudah
masyarakat berkembang
Desa
Sulewana
tingkat
sejalan
dengan
adanya
pembangunan PLTA dibandingkan sebelum masuknya perusahaan ini. Namun di sisi lain berkembangnya pendidikan bukan hanya karena faktor keuangan namun karena adanya kemauan dan kemampuan seseorang untuk lebih mengembangkan DesaSulewana. Dengan adanya saling mendukung antara orang tua dan anak-anak di samping kebutuhan yang mencukupi, anak-anak bahkan orang tua melanjutkan sekolah
sampai
ke
jenjang
perguruan
tinggi.Dapat
dilihat
perkembangan pendidikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sulewana No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1 2
SD SLTP
9 25
11,25 31,25
3 4
SLTA PT
26 20
32,5 25
80
100
Jumlah Sumber: PT. Poso Energy
87
e.
Tingkat Kesehatan Tabel 4.3 Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Sulewana No 1 2 3 4
Kesehatan Dukun Bidan Puskesmas Rumah Sakit
Jumlah Sumber: PT. Poso Energy
Jumlah 0 2 47 31
Persentase (%) 0 2,5 58,75 38,75
80
100
f. Tingkat Keamanan a) Penerangan Penerangan merupakan proses dan alat-alat untuk menerangi seperti aliran listrik yang dimiliki oleh Desa Sulewana yang berasal dari PLTA Sulewana yang sebelum adanya pembangunan PLTA masih memakai aliran listrik Negara dari PLN dan yang sebagian besar masih menyambung listrik dari tetangga karena dipengaruhi oleh pendapatan yang masih rendah sehingga belum bisa memasang sendiri. Namun setelah pembangunan PLTA sudah selesai maka Desa Sulewana memakai listrik gratis tanpa harus berkewajiban membayar lagi kepada PLN. Hal tersebut termasuk bentuk program dari CSR PT. Poso Energy.92 Seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
92
Ibid, h. 4 88
Tabel 4.4 Tingkat Penerangan Desa Sulewana No
Jumlah Sebelum Ada PLTA 18
Jumlah Sesudah Ada PLTA 80
6
0
7,5
0
Sambung 36 dari Tetangga Jumlah 80 Sumber: PT. Poso Energy
0
70
0
80
100
100
1 2
Penerangan
Aliran Listrik Generator
3
Persentase Persentase Sebelum Sesudah Ada Ada PLTA PLTA 22,5 100
b) Lingkungan Seiring dengan berjalannya pembangunan di zaman sekarang ini, maka kebutuhan akan pasokan listrik juga semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik tersebut, maka banyak daerah-daerah
yang
membangun
PLTA,
dalam
hal
ini
pembangunan PLTA yang ada di Desa Sulewana sekarang. Tentunya pengembangan PLTA ini telah disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dimana PLTA ini layak di bangun.Oleh karena itu dengan adanya listrik maka di sepanjang jalan terdapat lampu jalan yang menerangi Desa Sulewana dan disamping itu juga kegiatan-kegiatan sosial yang biasanya hanya dilaksanakan pada siang hari tetapi sekarang dilakukan pada malam hari karena di
89
dukung oleh penerangan tersebut. 93 Hal ini dapat kita lihat dari Tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Tingkat Lingkungan Desa Sulewana No
Lingkungan
1
Jumlah Sebelum Ada PLTA 0
Jumlah Sesudah Ada PLTA
Ada lampu jalan 2 Kegiatan 0 sosial Jumlah 0 Sumber: PT. Poso Energy
80
Persentase Sebelum Ada PLTA (%) 0
Persentase Sesudah Ada PLTA (%) 100
80
0
100
80
0
100
g. Kondisi Ekonomi Desa Sulewana a) Tingkat pendapatan Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang diperoleh baik dari pokok maupun pekerjaan sampingan yang dapat dilihat dan diukur dengan rupiah dalam waktu tertentu. Sehubungan dengan tingkat pendapatan berikut kriteria golongan pendapatan yakni pendapatan rendah, pendapatan sedang, dan pendapatan tinggi. Jika pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka sudah pasti kebutuhan pokok rumah tangga tersebut akan terpenuhi. Pada kenyataannya, di Desa Sulewana, wujud tingkat pendapatan warga yang cukup beragam dari tingkat pendapatan rendah hingga pendapatan yang cukup tinggi sebelum dan sesudah adanya 93
Ibid, h. 4 90
pembangunan PLTA, sebagaimana distribusi jawaban dari respondes pada tabel di bawah ini:94 Tabel 4. 6 Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Sulewana No
Pendapatan
1 <100.000 2 100.000 – 500.000 3 500.000 – 1.000.000 4 1.000.000 – 1.500.000 5 1.500.000 – 2.000.000 Jumlah Sumber: PT. Poso Energy
Jumlah Sebelum ada PLTA 2 58 20 0 0 0
Jumlah Persentase Persentas Sesuda Sebelum e Sesudah h ada ada PLTA ada PLTA (%) PLTA (%) 0 2,5 0 0 725 0 1 25 1,25 60 0 75 19 0 23,75 80 0 100
b) Tingkat Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam suatu usaha atau industri karena berhasil tidaknya suatu usaha atau industri dipengaruhi oleh tenaga kerja yang tersedia dan mampu untuk bekerja sesuai dengan tugasnya. Semakin banyak lapangan kerja, maka semakin besar tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu usaha. Kedudukan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai buruh dan karyawan di PLTA dan dilihat dalam tabel sebelum adanya Pembangunan PLTA dan sesudah adanya pembangunan PLTA yakni: Tabel 4.7 94
Ibid, h. 5 91
No
1
Tingkat Tenaga Kerja Desa Sulewana Tenaga Jumlah Jumlah Persentase Persentase Kerja Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Ada Ada Ada Ada PLTA PLTA PLTA (%) PLTA (%) Berkebun 80 0 100 0
2
Karyawan 0 PLTA Jumlah 80 Sumber: PT. Poso Energy
80
0
100
80
100
100
c) Tingkat Kesejahteraan Dalam hal ini tingkat kesejahteraan diukur dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari bentuk tempat tinggal masyarakat Desa Sulewana sebelum dan sesudah adanya pembangunan PLTA. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya disajikan dalam Tabel berikut:95 Tabel 4.8 Tingkat Kesejahteraan Desa Sulewana No Tempat Jumlah Jumlah Persentase Persentase Tinggal Sebelum Sebelum Sebelum Sesudah Ada Ada Ada Ada PLTA PLTA PLTA (%) PLTA (%) 1 Papan 72 1 90 1,25 2
Permanen
Jumlah
8
79
10
98,75
80
80
100
100
Sumber: PT. Poso Energy BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Data 95
Ibid, h. 8 92
1. Gambaran Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sulewana Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Kegiatan community development Poso Energy menjalankan program ini untuk masyarakat agar menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat, berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan masyarakat. Sasaran utama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation).96 Program CSR Community Development yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Budidaya Ikan Sidat Ikan Sidat atau Unagi banyak dikonsumsi sebagai makanan mewah di Jepang, Hongkong dan Korea karena kandungan tinggi
96
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 12 93
protein dan omega-3 yang berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Namun benih ikan sidat yang banyak di perairan Indonesia belum banyak dimanfaatkan di negeri sendiri.97 Di Indonesia, paling sedikit ada enam jenis ikan sidat (Anguilla sp), yaitu Anguilla Marmorata, Anguilla Celebensis, Anguilla Ancentralis, Anguilla Borneensis, Anguilla Bicolor Bicolor, dan Anguilla Bicolor Pacifica. Ikan sidat adalah jenis karnivora (pemakan ikan) yang memiliki sifat katadromos, yaitu awalnya berkembangbiak di laut dan selanjutnya mencari perairan umum (air tawar) untuk membesarkan diri. Sifat itu membuat ikan sidat sulit beradaptasi dan mengubah pola makan di habitat baru kolam air tawar. Ikan sidat Marmorata yang banyak terdapat di aliran Sungai Poso, merupakan jenis ikan yang khusus hanya ada di daerah Poso. Sebagai ikan komoditas eksport, ikan ini banyak ditangkap oleh masyarakat dengan berbagai ukuran dan teknik, salah satunya dengan perangkap Sidat (Wayamassapi). Penangkapan yang besar-besaran tentunya akan mengurangi jumlah habitat Sidat baik di hulu maupun hilir sungai Poso.98 Pelestarian dan budidaya Ikan Sidat ini sudah berjalan sejak Januari 2016. Ikan sidat yang dibudidayakan oleh CSR PT. Poso
97
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 20
98
Ibid, h. 21 94
Energy adalah jenis ikan sidat Marmorata,seperti yang diungkapkan oleh Bapak Herman sebagai ketua RT setempat, “Disini yang dibudidayakan ikan sidat Marmorata pak. Karena habitat aslinya memang disini. Dari dulu sudah terkenal ada ikan sidat di danau ini, tapi belum pernah di buat kegiatan macam ini.”99 Lalu, Bapak Agus Syamsi selaku penanggungjawab dari program ini menambahkan, “jenisnya sidat Marmorata ta”100 ujarnya. Ikan sidat jenis Marmorata sudah sejak dahulu berada di danau poso, oleh sebab itu, PT. Poso Energy melakukan budidaya ikan tersebut baik untuk dikonsumsi ataupun di ekspor ke luar negeri.Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Herman, “Biasanya hasil budidaya ini dibuat abon sidat dan sidat asap, tapi ada juga yang diekspor ke Jepang. Kalau di ekspor nya sih baru-baru tahun kemarin.Lumayan buat penghasilan kami jadi nambah.”101 Bapak Agus Syamsyi mempertegas, “Jadi di lokasi itu ada pelatihan gimana mengelola hasil budidaya sidat. Ada 2 produk, abon sidat dan sidat asap. Agar bernilai ekonomis”102
99
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy 100
Ibid Wawancara dengan Bapak Herman tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan
101
Sidat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 102
Ibid 95
Perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat ini diawali dengan sosialisasi, seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus Syamsi selaku staff CSR di PT. Poso Energy di bawah ini, “Ya jadi dalam perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat ini awalnya kami mengadakan sosialisasi dulu. Sosialisasinya bukan untuk orang dewasa saja, dari anak-anak sampai orang tua pun kami ajak. Karena dalam menjaga kelestarian lingkungan itukan bukan kewajiban dari perusahaan saja, tetapi semua masyarakat yang tinggal di desa ini. Nah, kalo untuk budidaya nya itu kami lakukan sosialisasi untuk yang muda-mudi sampai dewasa.”103
Sosialisasi tersebut dilakukan agar masyarakat antusias untuk berpartisipasi dalam program CSR ini. Masyarakat antusias karena menurut mereka hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dari segi ekonomi dan pengetahuan.104 Seperti yang diutarakan oleh Oscar (20 tahun) selaku masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, “Saya mau ikut budidaya sidat ini awalnya karena sejak saya lulus sekolah itu saya nggak ada kerjaan, otomatis penghasilan nggak ada. Waktu ada undangan sosialisasi dari Poso Energy ini saya hadir. Terus saya tertarik kak sama program nya. Ketikasudah dijalani, Puji Tuhan akhirnya sekarang ada penghasilan setiap bulan nya. Jadi lumayan yang tadinya nggak jelas, sekarang ya pengetahuan dapat, kesejahteraan hidup pun dapat.”105
103
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsyi pada tanggal 06 Februari di Kantor PT.
Poso Energy Cileungsi 104
Observasi tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 105
Wawancara dengan Oscar pada tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat
di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 96
Setelah dilakukan sosialisasi, kemudian diadakan pembinaan dan pendampingan untuk memberikan arahan.Berikut pernyataan dari bapak Agus Syamsi, “Setelah sosialisasi kita kumpulin masyarakat yang bersedia jadi pengurusnya. Setelah itu kita bikin pertemuan buat pemberian materi, seperti pembinaan awal gitu supaya masyarakat paham dulu nih kayak gimana cara budidaya ikan sidat. Pembinaannya itu materinya seputar cara pemeliharaan ikan sidat, cara membesarkannya, dan cara memasarkan ikan sidat. Pembinaannya itu kita ada pendampingnya dari staff perusahaan yang berlatar belakang Sarjana Perikanan. Sementara ini ada 2 pendamping.”106
Sesuai pernyataan Bapak Agus Syamsi di atas, jadi masyarakat di berdayakan dengan adanya pengarahan cara budidaya ikan sidat tersebut dan cara memasarkan ikan sidat untuk menambah ekonomi masyarakat Desa Sulewana. Ikan sidat marmorata terbukti tumbuh subur dengan tingkat hidup (SR) 80 persen. Jika dalam kurun waktu 6 bulan pertumbuhan benih sidat hanya dari ukuran 0,2gram menjadi 40gram per ekor, dalam bulan ke-7 sampai ke-10 benih tumbuh pesat dari ukuran 40 gram ke 1 kilogram (kg) per ekor. Seperti yang terlihat saat itu, benih ikan sidat yang baru akan disebar di danau poso oleh Bapak Agus Syamsi bersama dengan masyarakat yang tergabung dalam kegiatan Budidaya Ikan Sidat. Danau itu terlihat sangat jernih sehingga ikan sidat pun 106
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017 di kantor PT.
Poso Energy Cileungsi 97
terlihat. Di tepi danau di buat berpetak-petak kolam ikan sidat dari mulai petak benih ikan sidat hingga ikan sidat yang paling besar.107 Gambar 4.1 Kegiatan Budidaya Ikan Sidat
Sumber: PT. Poso Energy Biaya operasional budidaya ikan sidat adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Biaya Operasional Budidaya Ikan Sidat Item Jumlah Harga Satuan Benih ikan sidat 6000 ekor 500 Pakan 72 kg 24.000 Garem ikan 48 kantong 2.500 Obat-obatan 4 pack 80.000 Packing+transport 4 kali 40.000 Listrik 3 bulan 40.000 Mesin pembuat 1 abon Alat pemanggang 5 160.000 Total Keseluruhan
Total 3.000.000 1.728.000 120.000 320.000 160.000 120.000 39.800.000 800.000 46.048.000
Jumlah penghasilan budidaya ikan sidat per 3 bulan: Tabel 4.10 Hasil Budidaya Ikan Sidat 107
Observasi pada tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat di Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 98
Item Ikan sidat yang di ekspor Abon sidat Sidat asap
Jumlah Harga Satuan 1000 ekor 60.000
Total 60.000.000
200 pcs 50.000 150 pcs 150.000 Total Keseluruhan
10.000.000 22.500.000 92.500.000
Keuntungan yang didapat dari hasil budidaya ikan sidat seutuhnya diberikan kepada masyarakat Desa Sulewana.
b) Kebun Percontohan Pengertian Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus, yang berarti tanaman kebun dan cultura/colere, berarti budidaya, sehingga dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.108 Hortikultura merupakan cabang dari ilmu agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman herbal (biofarmaka), dan taman
108
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 27 99
(lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar.109 Kebun percontohan hortikultura ini sudah berjalan sejak Maret 2016. Kebun ini memiliki luas 1,8 ha. Di kebun ini ada 10 petani dan 2 pendamping. Tanaman yang ada di kebun ini adalah tanaman sayuran. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ruslan selaku petani di kebun percontohan milik PT. Poso Energy ini, “Tanaman yang ada di lapangan itu buncis, ketimun, bawang varietas palu, cabe rawit, sawi, dan cabe merah keriting.”110
Tanaman yang berada di kebun tersebut adalah sayuran musiman. Sayuran musiman adalah sayuran yang tumbuh pada musimnya saja, dan tidak tumbuh sepanjang tahun. Contohnya saat ini sayuran yang sedang panen adalah ketimun, cabe rawit, dan buncis. Terlihat para petani sedang memanen sayuran-sayuran tersebut di bawah terik matahari, di kebun seluas 1,8 ha dengan pemandangan pegunungan yang sejuk di pandang mata.111 Kegiatan pemberdayaan dikebun percontohan hortikultura mencakup aspek produksi dan penanganan pasca panen, yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen serta pasca panen.Hasil panen dari kebun biasanya dijual ke pasar sentral di 109
Ibid, h. 27
110
Wawancara dengan Bapak Ruslan pada tanggal 16 Januari 2017 di Kebun Percontohan
PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 111
Observasi pada tanggal 16 Januari 2017 di lokasi Kebun Percontohan PT. Poso Energy
di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 100
Tentena dan masyarakat lokal, seperti yang disampaikan oleh Bapak Ruslan berikut ini, “Hasil panen ini dijual ke pasar sentral di Tentena dan masyarakat-masyarakat lokal sini. Selama saya disini, diusahakan selalu ada yang dijual, makanya nanamnya dikasih bertahap. Hitungan tanaman horti seperti sawi masa panen 45 hari setelah tanam. Jadi setiap bulannya pasti ada yang dijual.”112 Petani di kebun percontohan berjumlah 10 orang dan semuanya asli dari suku pamona. Ada 7 petani yang sudah menjalankan perkebunan hortikultura di kebun pribadi mereka, dan 3 orang lainnya sedang proses untuk memulai menanam kebun hortikultura di kebun pribadi mereka. Gambar 4.2 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy
Sumber: PT. Poso Energy
Gambar 4.3 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy 112
Wawancara dengan Bapak Ruslan pada tanggal 16 Januari di lokasi Kebun
Percontohan di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah 101
Sumber: PT. Poso Energy Harga benih tanaman kebun percontohan: Tabel 4.11 Biaya Pembibitan Kebun Percontohan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Janis Benih Bayam Buncis Cabe rawit Cabe keriting kangkung Kacang panjang Sawi Timun Terong Tomat Wortel Bawang merah Bawang putih Bawang daun
Kemasan 500 g 500g 10 g 10 g 1000 g 500 g 25 g 20 g 10 g 10 g 15 g 50 g 50 g 5g Total Keseluruhan
Harga (Rp) 30.000 32.500 12.500 57.500 21.000 33.000 4.250 19.000 8.650 57.500 26.500 85.000 80.000 25.000 492.400
Hasil panen dan harga jual dari kebun percontohan: 102
Tabel 4.12 Harga Jual Hasil Panen Kebun Percontohan No Jenis tanaman Harga jual hasil panen 1 Bayam 2.000 / ikat 2 Buncis 2.500 / ikat 3 Cabe rawit 35.000 / kg 4 Cabe keriting 30.000 / kg 5 Kangkung 2.000 / ikat 6 Kacang panjang 2.000 / ikat 7 Sawi 2.000 / ikat 8 Timun 10.000 / kg 9 Terong 10.000 / kg 10 Tomat 9.000 / kg 11 Wortel 15.000 / kg 12 Bawang merah 30.000 / kg 13 Bawang putih 30.000 / kg 14 Bawang daun 1.500 / ikat
Hasil penjualan hasil panen perbulan tidak menentu, sehingga hasil panen yang dijual setiap bulannya tidak dapat diprediksi. Selain itu, hasil panen dari setiap tanaman berbeda-beda. Namun, setiap bulannya para petani mendapatkan hasil sekitar 1.000.000 – 1.500.000 per orang dari setiap penjualan hasil panen.
c) Penyelamatan Danau Poso/ Rehabilitasi DAS Poso Danau poso merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelenggaraan Konferensi Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan 103
Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Menteri Riset dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan
fungsi
danau
berdasarkan
prinsip
keseimbangan
ekosistem dan daya dukung lingkungannya.113 Danau poso yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan danau terdalam ketiga di Indonesia setelah Danau Matano dan Danau Toba. Danau poso adalah danau tektonik yang memiliki sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar. Salah satu keunikan danau poso adalah terdapatnya pasir berwarna kuning di sepanjang pinggiran danau, serta keberadaan ikan endemik ikan sidat (Anguilla sp). Beberapa tahun terakhir ini kondisi lingkungan danau poso menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti tingginya tingkat sedimentasi serta penurunan kualitas air akibat pencemaran oleh limbah domestik, industri, dan pertanian. Selain itu terdapat pula ancaman penurunan keberadaan biota endemik di danau poso akibat introduksi ikan invasif serta terputusnya jalur ruaya ikan. Menghadapi berbagai permasalahan danau poso tersebut, maka PT. Poso Energy melakukan upaya penyelamatan danau yang melibatkan berbagai pihak untuk secara bersama-sama dan bersinergi segera menyelamatkan danau poso.
113
SK Penyelamatan DAS Poso PT. Poso Energy, h. 9 104
Kebijakan pengelolaan ekosistem danau poso didasarkan pada Visi melestarikan fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Sedangkan Misi
pengelolaan
ekosistem danau poso adalah melakukan tindakan konservasi dan pemanfaatan yang bijak atas danau dan daerah tangkapan airnya melalui kegiatan inventarisasi, penelitian, dan kajian ekosistem danau serta mengikut sertakan peran aktif masyarakat setempat dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan kerjasama, koordinasi, dan keterpaduan antar pemangku kepentingan.114 Strategi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah ditempuh dengan pendekatan perencanaan
pembangunan
secara holistik yang memungkinkan kebijakan-kebijakan direncanakan dan diimplementasikan secara terpadu. Prinsip ini ditetapkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan mempertimbangkan segi-segi konservasi serta pemulihan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.115 Ruang lingkup penyelamatan ekosistem danau poso diawali dengan identifikasi masalah dan analisis permasalahan untuk menemukenali akar masalah dari kondisinya sekarang. Degradasi lahan kawasan
danau poso terutama pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) ditandai dengan semakin meluasnya lahan kritis, sehingga 114
Ibid, h. 10
115
Ibid, h. 11 105
terjadi erosi pada lereng-lereng curam, pada lahan yang digunakan untuk pertanian maupun peruntukan lain seperti pemukiman, pertambangan dan sebagainya. Terjadinya fenomena tersebut tidak terlepas dari kurang efektifnya pengelolaan DAS, terutama karena tidak adanya keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan oleh berbagai sektor, instansi, atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan DAS. Oleh karena itu pendekatan menyeluruh dan terpadu sangat diperlukan dalam mengurangi degradasi lahan di kawasan danau poso. 116 Program ini sudah dijalankan sejak Maret 2010. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Syamsi selaku staff CSR PT. Poso Energy dan penanggung jawab program ini, “Rehabilitasi DAS Poso ini sudah sejak 2010 dijalankan”117 Lalu beliau menambahkan, “Program ini kami jalankan karena memang ada SK dari Kementerian Lingkungan Hidup. Jadi kami menjalankannya bekerjasama dengan KLH, Pemda Kabupaten Poso, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan masyarakat setempat. Karena program ini juga berkelanjutan untuk masyarakat juga nantinya.”118 Program tersebut dijalankan sesuai dengan SK yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Program tersebut juga dijalankan atas dasar untuk kepentingan masyarakat setempat.
116
Ibid, h. 13
117
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari di Kantor PT. Poso Energy Cileungsi 118 Ibid 106
Pendekatan untuk penyelamatan danau poso terdiri dari Aplikasi Sains dan Teknologi untuk Remediasi Badan Danau dan DTA, Pengembangan Kelembagaan untuk Peningkatan Pengelolaan Danau, dan Peningkatan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan dan Konservasi Danau.119 Gambar 4.4 Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Sumber: PT. Poso Energy Program penyelamatan danau poso memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut: a. Tujuan Program Penyelamatan DAS Poso Program Penyelamatan Danau Poso bertujuan untuk menkonservasi danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir alami untuk sumber baku air minum, irigasi pertanian, perikanan, PLTA dan wisata dapat terjaga. Adapun tujuan khusus dari program ini adalah:120
119
Ibid, h. 15
120
Ibid, h. 16 107
1. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan ekosistem Danau Poso yang didukung oleh kelembagaan yang baik 2. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi Danau Poso dengan berbasis kearifan lokal
b. Manfaat Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang dapat diperoleh melalui Program Penyelamatan Danau Poso adalah sebagai berikut:121 1. Mencegah kerusakan ekosistem danau yang dapat diakibatkan oleh berbagai aktivitas masyarakat 2. Sebagai acuan pemerintah dalam menilai kesesuaian antara rencana kegiatan penyelamatan danau dengan kebijakan dan rencana pembangunan daerah; dan 3. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan Danau poso. Melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelamatan Danau Poso diharapkan pada masa mendatang masyarakat juga akan terlibat secara aktif dalam pengembilan keputusan mengenai kelayakan lingkungan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
121
Ibid, h. 16 108
Masyarakat
memiliki
peranan
sangat
penting
dalam
keberhasilan gerakan penyelamatan danau. Kearifan lokal yang ada perlu dilestarikan, dimana dalam implementasinya pengelolaan dan konservasi danau poso dapat diperkaya dengan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini sangat diperlukan karena pengelolaan yang bottom up, yaitu pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat dilaksanakan secara terpadu, desentralistik dan partisipatif untuk menangani permasalahan lingkungan dengan partisipasi aktif dan peran serta masyarakat (KLH, 2008). Kegiatan untuk mendorong partisipasi juga memperhatikan nilai-nilai lokal yang selama ini dipraktekkan oleh masyarakat. Keikutsertaan masyarakat tersebut selain menumbuhkan rasa memiliki dan berdampak pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari, juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan.122
Gambar 4.5 Kegiatan Pengarahan dalam Penyelamatan DAS Poso
122
Ibid, h. 19 109
Sumber: PT. Poso Energy
110
B. Analisis Data 1. Pola CSR Pola CSR diterapkan oleh perusahaan, yaitu: a)
Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Ibu Irma Suriani menyampaikan, “Kita sih selalu melaksanakan setiap program itu dengan terlibat langsung. Karena program itu kan kita sendiri yang buat. Jadi ya kita juga yang jalan. Biasanya kalo memberikan sumbangan itu kita langsung. Misalnya sumbangan ke sekolah-sekolah terus ke tempat ibadah. Yang sering terlibat kalau pemberian sumbangan itu Mba Lilis sama Pak Sony.”123
Seorang staff CSR PT. Poso Energy yang berasal dari Desa Sulewana, Bapak Sony, mempertegas kembali bahwa, “Selama ini kami selalu menjalankan program dengan terlibat langsung.”124 Lalu beliau juga menambahkan, “program yang dijalankannya itu semua program, meskipun ada program yang memang bekerjasama dengan pihak lain, kami tetap terlibat langsung.”125 Semua program yang dijalankan oleh CSR PT. Poso Energy dilaksanakan dengan terlibat langsung.
123
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017, di kantor PT.
Poso Energy 124
Wawancara dengan Bapak Sony pada tanggal 06 Februari 2017 di Kantor PT. Poso
Energy 125
Ibid 111
b)
Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. dalam hal ini, PT. Poso Energy tidak mendirikan yayasan dengan sendirinya. Namun, PT. Poso Energy tergabung dalam Yayasan Hadji Kalla yang didirikan oleh Bapak Drs. H. M. Jusuf Kalla melalui Kalla Group. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lilis Suciani, “kalo di Sulawesi memang Kalla Group sudah terkenal dengan CSR nya. Salah satunya didirikannya Yayasan Hadji Kalla. Itu sudah terkenal dan memang programnya sangat bagus. Kita juga tergabung di dalamnya untuk beberapa program.”126 Ibu Lilis menambahkan bahwa program yang dijalankan tersebut adalah
program
penyelamatan
danau
poso
dan
program
pendidikan/beasiswa, berikut yang disampaikan oleh beliau, “programnya itu ya penyelamatan danau poso dan program pendidikan atau beasiswa. Itu bergabung juga dengan melalui Yayasan Hadji Kalla.”127
c)
Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Untuk pola ini, perusahaan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Pemda Provinsi Sulawesi Tengah,
126
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 16 Februari 2017, di kantor PT.
Poso Energy 127
Ibid 112
Universitas Kristen Tentena, dan Media Kalla.Seperti pernyataan Bapak Agus Syamsi, “... kami menjalankannya bekerjasama dengan KLH, Pemda Kabupaten Poso, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan masyarakat setempat ...”128 Selain itu, beliau menambahkan, “oh ya ada, kita juga kerjasama dengan Universitas Kristen Tentena untuk program beasiswa.”129
CSR PT. Poso Energy bermitra dengan KLH (Kementerian Lingkungan Hidup), Pemda Kabupaten Poso, Pemprov Sulawesi Tengah, dan Universitas/perguruan tinggi.
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 1) Seleksi Lokasi/Wilayah Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh perusahaan, pihak-pihak terkait dan masyarakat. Penetapan kriteria penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat akan tercapai seperti yang diharapkan. Dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PT. Poso Energy, desa yang diutamakan adalah Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, karena PT. Poso Energy berlokasi di Desa Sulewana. Selain itu, desa ini juga termasuk desa yang tertinggal. 128
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017, di kantor PT. Poso Energy 129 Ibid 113
Desa ini belum dimasuki aliran listrik, akses jalan yang sulit, fasilitas yang kurang memadai, angka pengangguran tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat kesehatan yang kurang baik. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Irma Suriani selaku CSR Manager di PT. Poso Energy, “desa yang kami jadikan acuan itu Desa Sulewana, karena letak PLTA ini kan ada di desa tersebut. Seperti yang ada di UndangUndang itu kan perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar. Walaupun sekarang memang kami sudah ada 2 desa yang diberdayakan. Namun tetap Desa Sulewana ini masih nomor 1 bagi kami. Dulunya desa ini desa yang tertinggal, jalanannya aja masih jelek banget deh dulu itu. Sekarang alhamdulillah sudah berkembang.”130
2) Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting, karena akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan masyarakat yang dikomunikasikan. Sosialisasi yang dilakukan oleh CSR PT. Poso Energy selalu dilakukan sebelum menjalankan program-program Pemberdayaan 130
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani tanggal 16 Februari 2017 di kantor PT. Poso
Energy 114
Masyarakat. Hal itu dilakukan untuk menarik masyarakat agar memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam program yang akan dijalankan. Menurut Ibu Lilis Suciani sosialisasi sangat penting, berikut penjelasannya, “sosialisasi itu hal yang paling penting kalau menurut aku sih. Karena dengan sosialisasi justru program kita bisa berjalan dengan baik. Dari sosialisasi itu masyarakat diberi pengetahuan dan pemahaman tentang program yang akan kita jalankan. Dengan begitu mereka akan paham apa maksud dan tujuan dari progrm kita. Mereka juga bisa menilai seberapa penting program tersebut untuk kehidupan mereka, sehingga mereka mau berpartisipasi”131 Jadi, sosialisasi yang dilakukan juga memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya program yang diberikan oleh CSR PT Poso Energy. Semua itu dilakukan agar masyarakat memiliki keinginan untuk berpartisipasi. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Oscar selaku masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Penyelamatan Danau Poso, “iya pertama kali mau ada kegiatan kayak begini memang kami diundang untuk ikut rapat apa sosialisasi itu pak. Karena saya juga ndak paham jadi saya ikut aja. Ternyata sudah itu saya tertarik untuk ikut kegiatan itu. Karena itu untuk kita-kita juga hasilnya pak.”132
131
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 15 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy 132
Wawancara dengan Oscarpada tanggal 15 Januari di lokasi Kebun Percontohan Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 115
Masyarakat ingin berpartisipasi dikarenakan hasil dari program yang dijalankan tersebut nantinya untuk kehidupan mereka di masa mendatang. 3) Proses Pemberdayaan Masyarakat Dalam tahap ini, staff CSR PT. Poso Energy bersama-sama dengan masyarakat melakukan hal-hal berikut ini: a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta
peluang-peluangnya.
Kegiatan
ini
dimaksudkan
agar
masyarakat mampu danpercaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya. Hal
ini
dilakukan dengan
social
mapping,
seperti
yang
disampaikan oleh Ibu Irma Suriani sebagai berikut, “sebelum membuat program, kita melakukan social mapping. Supaya kita tahu apa permasalahan yang ada di desa dan apa potensinya. Semua itu dilakuin karena biar program kita sesuai dengan yang ada di desa”133 Proses ini meliputi : 1. Persiapan tim CSR PT. Poso Energy dan masyarakat untuk melakukan pertemuan-awal dan teknis pelaksanaanya 2. Persiapan penyelenggara pertemuan 3. Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan (sesuai dengan hasil social mapping yang dilakukan) 4. Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut.
133
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017 di Kantor PT. Poso Energy 116
b. Menyusun
rencana
program
pemberdayaan
masyarakat,
berdasarkan hasil social mapping, meliputi: a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah yang ada di Desa Sulewana b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan masalah d) Pengembangan
rencana
program
serta
pengorganisasian
pelaksanaannya. c. Menerapkan rencana program. Rencana yang telah disusun bersama dengan dukungan fasilitas dari CSR PT. Poso Energy selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelakasanaan dan kemajuan kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukanperbaikan jika diperlukan. d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara partisipatif (participatory monitoring and evaluation / PME). PME ini dilakukan secara mendalam agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
pelaksanaan
program
yang
telah
dilaksanakan
dan
dampaknya terhadap masyarakat.
117
4) Pemandirian Masyarakat Prinsip
pemberdayaan
masyarakat
bertujuan
untuk
memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya.Arah pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya. PT. Poso Energy dalam setiap program pemberdayaan masyarakat menyiapkan pendamping untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat, seperti yang disampaikan oleh Ibu Lilis Suciani sebagai berikut, “Dalam menjalankan program pemberdayaan kami memang selalu ada pendamping. Untuk program kebun percontohan itu pendampingnya 3, 1 pendamping dari CSR PT. Poso Energy, 2 lagi petani hortikultura dari Jawa Barat. Untuk program budidaya ikan sidat itu ada 2 pendamping. Untuk program penyelamatan DAS Poso itu pendampingnya ada 4, ada dari KLH juga.”134
Peran pendamping pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatan secara mandiri seperti yang disampaikan oleh Ibu Irma Suriani, “Pendamping akan mendampingi masyarakat sampai mereka benar-benar bisa mandiri. Nantinya program yang dijalankan akan mereka jalankan sendiri secara berkelanjutan.”135
134
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 15 Februari 2017 di Kantor PT. Poso Energy 135 Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017 di kantor PT. Poso Energy 118
Dalam oprasionalnya inisiatif pendamping pemberdayaan masyarakat secara perlahan akan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran pendamping akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Waktu pemunduran pendampingsesuai kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program dengan masyarakat. Sejak awal sosialisasi, sudah disepakati bahwa pendampingan dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai. Namun, tidak terputus karena pendamping tetap menjadi penasihat/konsultan bila diperlukan oleh masyarakat.
5) Pendampingan Masyarakat Pendampingan masyarakat hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian, pendampingan masyarakat dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok masyarakat dan pendamping untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti: 1. Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi 2. Memobilisasi sumberdaya setempat 3. Memecahkan masalah sosial 4. Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan 5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat. 119
Menurut Bapak Sony, pendampingan masyarakat memiliki peranyang sangat penting. Beliau menjelaskan sebagai berikut, “Pendampingan masyarakat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan. Karena pendamping memberikan arahan kepada masyarakat untuk menjadikan mereka memiliki keterampilan, memiliki rasa tanggungjawab, dan dapat mensejahterakan dirinya sendiri.”136
Para pendamping memungkinkan warga masyarakat mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang ada pada diri mereka, maupun mengakses sumber-sumber kemasyarakatan yang berada di sekitarnya. Pendamping juga biasanya membantu membangun dan memperkuat jaringan dan hubungan antara komunitas setempat dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang lebih luas. Para pendamping masyarakat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bagaimana
bekerja
dengan
individu-individu
dalam
konteks
masyarakat lokal, maupun bagaimana mempengaruhi posisi-posisi masyarakat dalam konteks lembaga-lembaga sosial yang lebih luas.
136
Wawancara dengan Bapak Sony pada tanggal 06 Februari 2017 di kantor PT. Poso Energy Cileungsi 120
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis uraikan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pemberdayaan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, dan melalui kajian serta analisis dari seluruh hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, 1. CSR PT. Poso Energy sudah melaksanakan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan sejak tahun 2012. Ada 5 bidang program diantaranya yaitu Program Pendidikan (Poso Energy and Education), Kesehatan (Poso Energy and Health), Kemasyarakatan (Poso Energy and Society), Perlindungan Lingkungan (Poso Energy and Environmental Protection), dan
Pengembangan
Masyarakat
(Poso
Energy
and
Community
Development). Program-program yang termasuk bidang Pengembangan Masyarakat adalah Budidaya Ikan Sidat, Kebun Percontohan dan Penyelamatan Danau Poso. 2. Berdasarkan teori CSR dari PIRAC Pola CSR yang diterapkan oleh CSR PT. Poso Energy ada tiga, yaitu keterlibatan langsung, pola ini diterapkan di dalam setiap program yang dilaksanakan;melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, pola ini diterapkan pada program penyelamatan danau poso, dan program pendidikan/beasiswa. Dalam pola 121
ini, PT. Poso Energy menjalankan CSR dengan melalui Yayasan Hadji Kalla; dan bermitra dengan pihak lain, yaitu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam program penyelamatan danau poso. 3. Tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy yaitu, seleksi lokasi/wilayah, sosialisasi pemberdayaan masyarakat, proses
pemberdayaan
masyarakat,
pemandirian
masyarakat
dan
pendampingan masyarakat.
B. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, berikut saran yang penulis berikan: 1. Bagi perusahaan diharapkan pihak perusahaan dapat mempertahankan serta meningkatkan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang sudah dijalankan terutama dalam program pemberdayaan masyarakat. 2. Penulis merasa hal-hal yang berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR perusahaan masih kurang, mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan semangat untuk mahasiswa/i lainnya untuk meneliti lebih jauh mengenai Corporate Social Responsibility dalam Pemberdayaan Masyarakat.
122
DAFTAR PUSTAKA Buku Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat (Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. 2011. Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andy Offset. Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta Rudito, Bambang dan Famiola, Meilia. 2013. CSR (Corporate SocialResponsibility). Bandung: Rekayasa Sains. Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers Saidi, Zaim dan Abidin, Hamid. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama. Suharto, Edi. 2007. Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social Responsibilit). Bandung: Refika Aditama. Suharto, Edi. 2010.CSR dan ComDev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi. Bandung: Alfabeta. Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Skripsi dan Jurnal Bahar, Syamsudin Moh. 2016. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu Saddang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.Universitas Hasanuddin Makassar. Haliwela, Nancy S. 2011. Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4. Wahyuningrum, Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I No. 5. 123
Zulfitri. 2011. Pemberdayaan Masyarakat melalui CorporateSocial Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
124
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber
: Irma Suriani
Tanggal wawancara : 16 Februari 2017 Lokasi wawancara
: Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Km. 19,5 Cileungsi, Kab. Bogor
1. Permisi Bu Irma, saya mau tanya mengenai CSR yang dilaksanakan oleh PT. Poso Energy. Iya neng silahkan. 2. Begini bu, apakah perusahaan memiliki aturan tertulis tentang CSR PT. Poso Energy, Bu? Kalau itu masih dalam proses penyusunan, tuh yang kerjain mbak Tya. 3. Oh begitu Bu, lalu apakah ada laporan tertulis tahunan tentang berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan, Bu? Ada, kalau laporan tahunan selalu dibuat, yang buatnya mbak Lilis kalau itu. 4. Sudah berapa lama, Bu, perusahaan melaksanakan program CSR? Bagaimana sejarahnya perusahaan tergerak untuk melaksanakan programprogram CSR? Kalau program CSR ini sudah dijalankan sejak tahun 2012. Awalnya kita cuma jalanin program bantuan-bantuan kayak sumbangan aja ke masyarakat, ke sekolah-sekolah, atau ke tempat ibadah, terus perbaikan jalan. Semuanya kita
jalanin karena memang ada peraturan undang-undangnya juga, selain itu semua perusahaan yang termasuk dalam Kalla Group itu pasti harus menjalankan CSR. Dananya pun tidak sedikit. 5. Apa saja program CSR yang sudah dijalankan oleh PT. Poso Energy, Bu? Banyak sekali program yang sudah dijalankan, dari segi pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. 6. Apakah dalam menjalankan program nya CSR PT. Poso Energy selalu terlibat langsung? Kita sih selalu melaksanakan setiap program itu dengan terlibat langsung. Karena program itu kan kita sendiri yang buat. Jadi ya kita juga yang jalan. Biasanya kalo memberikan sumbangan itu kita langsung. Misalnya sumbangan ke sekolahsekolah terus ke tempat ibadah. Yang sering terlibat kalau pemberian sumbangan itu Mba Lilis sama Pak Sony. 7. Desa mana saja yang dijadikan sasaran oleh CSR PT. Poso Energy? Desa yang kami jadikan acuan itu Desa Sulewana, karena letak PLTA ini kan ada di desa tersebut. Seperti yang ada di undang-undang itu kan perusahaan harus bertanggungjawab terhadap masyarakat sekitar. Walaupun sekarang memang kami sudah ada 2 desa yang diberdayakan. Namun tetap Desa Sulewana ini masih nomor 1 bagi kami. Dulunya desa ini desa tertinggal, jalanannya ja masih jelek banget deh dulu itu. Sekarang Alhamdulillah sudah berkembang.
8. Oh ya, Bu, apa saja program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh CSR PT. Poso Energy? Program nya ada 3, ada kebun percontohan, terus budidaya ikan sidat, sama satu lagi itu penyelamatan DAS poso. 9. Apakah dalam program pemberdayaan masyarakat itu ada pendamping khusus? Iya dari masing-masing program itu memang ada pendampingnya. 10. Lalu, apakah pendamping akan mendampingi masyarakat selamanya, Bu? Atau ada masa berakhirnya dalam pendampingan? Pendamping akan mendampingi masyarakat sampai mereka benar-benar bisa mandiri. Nantinya program yang dijalankan akan mereka jalankan sendiri secara berkelanjutan. 11. Kalau boleh tahu, adakah program yang sudah direncanakan namun belum direalisasikan? Ada, rencananya mau buat program kerjasama dengan LSM Bina Desa, cuman masih rencana aja sih belum fix. 12. Apakah perusahaan melakukan need assessment terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan CSR? Sebelum membuat program, kami melakukan social mapping. Supaya kita tahu apa permasalahan yang ada di desa dan apa potensinya. Semua itu dilakuin karena biar program kita sesuai dengan yang ada di desa.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber
: Lilis Suciani
Tanggal wawancara : 15 Februari 2017 Lokasi wawancara
: Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Km. 19,5 Cileungsi, Kab. Bogor
1. Bu, apakah perusahaan memiliki aturan tertulis tentang CSR PT. Poso Energy? Kalau aturan tertulis masih disusun tuh ta sama mbak Tya 2. Lalu, apakah ada laporan tahunan mengenai program-program yang sudah dijalankan? Kalau laporan tahunan ada, aku yang buat sendiri. 3. Apakah CSR PT. Poso Energy menjalankan program CSR nya juga dengan melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan seperti bergabung dengan CSR dari Kalla Group misalnya? Kalau di Sulawesi memang Kalla Group sudah terkenal dengan CSR nya. Salah satunya didirikannya Yayasan Hadji Kalla. Itu sudah terkenal memang programnya sangat bagus. Kita juga tergabung di dalamnya untuk beberapa program.
4. Program apa saja yang dijalankan dengan melalui Yayasan Hadji Kalla tersebut? Programnya itu ya penyelamatan danau poso dan program pendidikan atau beasiswa. Itu bergabung juga dengan melalui Yayasan Hadji Kalla. 5. Untuk menjalankan semua program yang ada kan PT. Poso Energy selalu melakukan sosialisasi ke masyarakat. Menurut ibu seberapa penting sosialisasi itu? Sosialisasi itu hal yang paling penting kalau menurut aku sih. Karena dengan sosialisasi justru program kita bisa berjalan dengan baik. Dari sosialisasi itu masyarakat akan paham apa maksud dan tujuan dari program kita. Mereka juga bisa menilai
seberapa penting program tersebut untuk kehidupan mereka,
sehingga mereka mau berpartisipasi. 6. Apakah
ada
pendamping
khusus
dalam
menjalankan
kegiatan
pemberdayaan masyarakat? Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat kami emang selalu ada pendamping. Untuk program kebun percontohan itu pendampingnya 3, 1 pendamping dari CSR PT. Poso Energy, 2 lagi petani hortikultura dari Jawa Barat. Untuk program budidaya ikan sidat itu ada 2 pendamping. Untuk program penyelamatan DAS poso itu pendampingnya ada 4, ada dari KLH juga.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber
: Agus Syamsi
Tanggal Wawancara : 06 Februari 2017 Lokasi Wawancara
: Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Cileungsi-Bekasi Km. 19,5 Cileungsi, Kab. Bogor
1. Permisi Pak Agus, saya mau tanya tentang program budidaya ikan sidat dan penyelamatan DAS poso. Ya boleh, apa yang bisa saya bantu? 2. Begini pak, program budidaya ikan sidat sudah berapa berjalan pak? Kalau itu sudah dari Januari tahun 2016 programnya, memang terbilang masih baru sih. 3. Jenis ikan sidat yang dibudidayakan itu apa pak? Jenisnya sidat Marmorata, ta. 4. Bagaimana ceritanya pak sampai ada program ini? Awalnya karena memang di danau poso ini kan habitatnya ikan sidat, jadi saya membuat program ini. Program ini juga kan bertujuan untuk memandirikan masyarakat, karena ini kan untuk mereka juga nantinya.
5. Awalnya bagaimana pak untuk membuat masyarakat antusias dan mau berpartisipasi dengan kegiatan ini? Ya jadi dalam perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat ini awalnya kami mengadakan sosialisasi dulu. Sosialisasinya bukan untuk orang dewasa saja, dari anak-anak sampai orang tua pun kami ajak. Karena dalam menjaga kelestarian lingkungan itukan bukan kewajiban dari perusahaan saja, tetapi semua masyarakat yang tinggal di desa ini. Nah, kalo untuk budidaya nya itu kami lakukan sosialisasi untuk yang muda-mudi sampai dewasa. 6. Oh jadi dengan sosialisasi ya pak awalnya, lalu kegiatan apa yang dilakukan setelah sosialisasi? Dan untuk kegiatannya apakah ada pendampingnya? Setelah sosialisasi kita kumpulin masyarakat yang bersedia jadi pengurusnya. Setelah itu kita bikin pertemuan buat pemberian materi, seperti pembinaan awal gitu supaya masyarakat paham dulu nih kayak gimana cara budidaya ikan sidat. Pembinaannya itu materinya seputar cara pemeliharaan ikan sidat, cara membesarkannya, dan cara memasarkan ikan sidat. Pembinaannya itu kita ada pendampingnya dari staff perusahaan yang berlatar belakang Sarjana Perikanan. Sementara ini ada 2 pendamping. 7. Untuk program penyelamatan DAS poso sudah dijalankan sejak kapan pak? Rehabilitasi DAS Poso ini sudah sejak 2010 dijalankan. 8. Bagaimana program ini dapat berjalan? Bisa di ceritakan pak. Program ini kami jalankan karena memang ada SK dari Kementerian Lingkungan Hidup. Jadi kami menjalankannya bekerjasama dengan KLH, Pemda Kabupaten
Poso, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan masyarakat setempat. Karena program ini juga berkelanjutan untuk masyarakat juga nantinya. 9. Bagaimana proses kegiatan ini agar bisa dijalankan dengan masyarakat? Ya karena ada pengarahannya setiap minggunya, ada pembinaannya juga oleh pendamping. Pendampingnya dari KLH dan pemerintah sini juga. Jadi masyarakat bisa memahami dan mau menjalankan program nya. Karena untuk program ini kan memang untuk terus-menerus, danau poso ini lama-lama kering kalau sekitarnya tidak dijaga. Kalau danau saja kekurangan air, masyarakat pun kekeringan. Itu kan jangka panjang. Makanya mereka harus memahami dan benar-benar menjalankannya. 10. Pak kalau untuk pembinaan/pengarahan dalam kegiatan Rehabilitasi DAS Poso ini dilakukan berapa bulan sekali? Rehab DAS Poso sekarang ini bagian dari kewajiban IPPKH dalam pelaksanaannya diberikan ke pihak ke 3 alias kontraktor. Melibatkan masyarakat sekitar sesuai peraturan. Rehab DAS dilakukan selama 3 tahun. Nah setiap akan ada kegiatan mulai dari awal persiapan selalu ada pengarahan ke masyarakat. Selama 3 tahun itu masyarakat ikut terlibat. Tahapannya persiapan, penanaman & pemeliharaan. Nantinya yang memelihara selanjutnya masyarakat sekitar. 11. Oh ya pak, selain bermitra dengan KLH dan pemerintah setempat, apakah CSR PT. Poso Energy juga memiliki kerjasama dengan pihak lain? Oh iya ada, kita juga kerjasama dengan Universitas Kristen Tentena untuk program beasiswa.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber
: Bapak Ruslan
Tanggal wawancara : 16 Januari 2017 Lokasi wawancara
: Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah
1. Selamat siang Pak Ruslan, saya mau tanya-tanya seputar kebun percontohan nih pak kalau bapak tidak sibuk. Ya silahkan pak, ndak sibuk kok. 2. Sejak kapan bapak bekerja di kebun percontohan ini? Sejak awal kebun ini dibuat, itu 2015 lah sekitar itu. 3. Sayuran apa saja pak yang ada di kebun ini? Tanaman yang ada di lapangan itu buncis, ketimun, bawang varietas palu, cabe rawit, sawi, dan cabe merah keriting. 4. Apakah sayurannya sama setiap tahunnya? Atau ada perbedaan? Sudah 2 tahun ini sama belum ada perbedaan 5. Berapa kali panen dalam setahun? Kalau dalam setahun panen itu ndak tentu, tanamannya beda-beda panennya karena ini musiman.
6. Kalau untuk hasil panennya ini dijual kemana pak? Dan kapan waktu untuk menjual hasil panennya ini? Hasil panen ini dijual ke pasar sentral di Tentena dan masyarakat-masyarakat lokal sini. Selama saya disini, diusahakan selalu ada yang dijual, makanya nanamnya dikasih bertahap. Hitungan tanaman horti seperti sawi masa panen 45 hari setelah tanam. Jadi setiap bulannya pasti ada yang dijual. 7. Disini total petani semuanya ada berapa pak? Petani ada 10 termasuk saya 8. Apakah bapak menanam horti juga di kebun bapak? Ya saya menanam horti juga 9. Dari semua petani yang ada di kebun ini, apakah mereka menanam horti juga di kebunnya? Ada 7 yang sudah nanam horti, tapi 3 lagi sedang proses katanya mau nanam juga di kebunnya. 10. Kalau bapak sendiri apakah ada perubahan setelah menanam horti di kebun pribadi bapak? Ya, penghasilan jadi bertambah. Jadi lebih baik dari sebelumnya.
11. Dari yang bapak ketahui, apakah ada perubahan setelah para petani menanam horti di kebun pribadinya? Misalnya penghasilannya meningkat gitu pak? Mereka sih bilang lebih banyak penghasilannya sekarang dibanding dulu, karena sekarang itu jadi lebih banyak jual ke pasar. Dulu mereka cuma jual beras aja, sekarang sudah tambah sayur sayuran.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber
: Bapak Herman
Tanggal wawancara : 15 Januari 2017 Lokasi wawancara
: Kolam budidaya ikan sidat samping Kantor Desa Sulewana, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah.
1. Ikan sidat disini jenis apa pak? Disini yang dibudidayakan ikan sidat Marmorata pak. Karena habitat aslinya memang disini. Dari dulu sudah terkenal ada ikan sidat di danau ini, tapi belum pernah di buat kegiatan macam ini. 2. Sudah berapa lama pak ikut kegiatan ini? Sudah 14 bulan. 3. Bagaimana bapak bisa bergabung dengan program budidaya ikan sidat ini pak? Awalnya karena tertarik itu waktu ada macam perkumpulan apa itu… iya sosialisasi itu. Dijelasin nanti diajarkan cara kelola sidat itu, dijadiin makanan terus di jual. Jadi penasaran kita ni. 4. Oh iya pak, kalau untuk pelestarian sidat itu benihnya disebar di danau poso setiap bulan pak? Iya tiap bulan rutin 30 kg, sekitar 500-600 ekor per bulannya.
5. Bibit nya darimana pak? Ikannya diambil atau dibeli di Kota Poso 6. Ukuran per ekor saat dibeli berapa pak? Rata-rata ukurannya 50-70 gram/ekor 7. Kegiatan nya disini apa saja pak? Setiap bulan pelestarian sidat itu sebar bibit sidat ke danau poso, kalau di kolam budidaya ini di produksi 8. Di produksi menjadi apa ikan sidat hasil budidaya itu pak? Biasanya hasil budidaya ini dibuat abon sidat dan sidat asap, tapi ada juga yang diekspor ke Jepang. Kalau di ekspor nya sih baru-baru tahun kemarin. Lumayan buat penghasilan kami jadi nambah. 9. Apa yang bapak rasakan sejak adanya kegiatan seperti ini? Perubahan yang luar biasa. Perusahaan Pak JK memang ndak buat kecewa. Saya tadinya buruh tani, pemasukan itu ndak besar, kecil betul. Sekarang jadi sejahtera. 10. Apakah menurut bapak kegiatan seperti ini sangat bagus untuk masyarakat Desa Sulewana? Ndak perlu ditanya, bagus kali.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber
: Oscar Kawanga
Tanggal wawancara : 15 Januari 2017 Lokasi Observasi
: Kolam budidaya sidat di samping Kantor Desa Sulewana
1. Sejak kapan kamu bergabung dengan kegiatan ini? Sejak awal ada kegiatan ini 2. Bagaimana kamu bisa bergabung dengan kegiatan ini? Saya mau ikut budidaya sidat ini awalnya karena sejak saya lulus sekolah itu saya nggak ada kerjaan, otomatis penghasilan nggak ada. Waktu ada undangan sosialisasi dari Poso Energy ini saya hadir. Terus saya tertarik kak sama program nya. Ketika sudah dijalani, Puji Tuhan akhirnya sekarang ada penghasilan setiap bulan nya. Jadi lumayan yang tadinya nggak jelas, sekarang ya pengetahuan dapat, kesejahteraan hidup pun dapat 3. Oh, jadi sebelumnya ada undangan untuk sosialisasi ya? Iya pertama kali mau ada kegiatan kayak begini memang kami diundang untuk ikut rapat apa sosialisasi itu pak. Karena saya juga ndak paham jadi saya ikut aja. Ternyata sudah itu saya tertarik untuk ikut kegiatan itu. Karena itu untuk kita-kita juga hasilnya pak.
4. Apa yang kamu rasakan sejak mengikuti kegiatan ini? Senang pak, banyak kawan disini. Bisa kerja, tau bisnis. Banyak betul pengalaman disini. Banyak ilmunya. 5. Menurut kamu apakah kegiatan ini sudah berjalan dengan baik? Ya, baik betul.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber
: Bapak Sony Lakausu
Tanggal wawancara : 06 Februari 2017 Lokasi wawancara
: Kantor PT. Poso Energy Cileungsi
1. Bapak sudah berapa lama bekerja disini? Sudah sejak 2011 2. Apa saja program yang bapak handle? Saya disini sebagai penanggungjawab program bantuan-bantuan, seperti program bantuan pemberian dana ke sekolah-sekolah, pemberian kacamata gratis, pemberian dana ke tempat ibadah, ya program sumbangan-sumbangan gitu. 3. Apakah dalam menjalankan programnya CSR PT. Poso Energy selalu terlibat langsung? Selama ini kami selalu menjalankan program dengan terlibat langsung 4. Program nya apa saja pak? Program yang dijalankannya itu semua program, meskipun ada program yang memang bekerjasama dengan pihak lain, kami tetap terlibat langsung 5. Ohiya pak untuk setiap program pemberdayaan masyarakat nya apakah selalu ada pendamping? Ada dong
6. Menurut bapak, apakah pendamping dapat menentukan keberhasilan program tersebut? Pendampingan masyarakat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan. Karena pendamping memberikan arahan kepada masyarakat untuk menjadikan mereka memiliki keterampilan, memiliki rasa tanggungjawab, dan dapat mensejahterakan dirinya sendiri.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi
: 06 Februari 2017
Lokasi
: Kantor PT. Poso Energy Cileungsi
Aspek yang diamati
: Lingkungan dan Ruangan Kantor PT. Poso Energy
Hari ini peneliti melakukan observasi ke kantor PT. Poso Energy yang terletak di Jl. Raya Narogong Km 19,5 Cileungsi-Bogor. Kantor tersebut masih 1 lokasi dengan PT. Bukaka, Tbk. yang juga merupakan perusahaan milik seorang Wakil Presiden RI yaitu Bapak Drs. H. Jusuf Kalla. Sesampainya disana, saya langsung meunju lobby kantor dan disana disambut oleh 2 orang resepsionis. Lalu, saya diminta untuk menunggu di lounge. Lounge tersebut tidak jauh letaknya dari lobby. Di gedung tersebut di desain dengan dinding terbuat dari kaca, sehingga siapapun yang ada di dalam ruangan dapat terlihat. Dari lounge, saya dapat melihat ruangan Bapak Achmad Kalla beliau adalah adik dari Bapak Jusuf Kalla, yang saat itu beliau sedang duduk di kursinya. Beliau menjabat sebagai Direktur Utama dari PT. Poso Energy. Disana saya bertemu dengan Bapak Agus Syamsi, Ibu Irma, Ibu Lilis, Bapak Sony, Kak Setyawidiana, dan masih banyak lagi. Saya juga bertemu dengan para direktur serta manager dari PT. Poso Energy. Ruangan kantor yang sangat besar, bersih, dan juga nyaman. Di dalam gedung tersebut terbagi atas ruangan Direktur, ruangan Mechanical Engineer, ruangan Keuangan, ruangan CSR/AMDAL, dan lain-lain. Semua terlihat sama. Dari karyawan biasa, manager atau direktur, pakaian mereka
sama yaitu berkemeja, dan rapih. Mereka semua sangat ramah dan menyambut saya dengan baik. Hari itu saya mewawancarai Bapak Agus Syamsi dan Bapak Sony. Bapak Sony bekerja di bidang CSR juga, namun beliau bekerja di CSR daerah yaitu di Desa Sulewana. Saya mendapatkan banyak informasi dari mereka. Mereka sangat terbuka. Tetapi ada beberapa hal yang saya tidak boleh publikasikan, karena perusahaan pun memiliki privacy yang harus kita hormati.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi
: 15 Januari 2017
Lokasi
: Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana
Aspek yang diamati
: Lingkungan sekitar Kebun, Tanaman di Kebun dan Petani
Pada pukul 09.00 peneliti melaju dari lokasi proyek PLTA menuju kebun percontohan milik CSR PT. Poso Energy. Waktu yang diperlukan hanya sekitar 15 menit. Saat itu cuaca sedang sangat cerah namun tetap dingin di Desa Sulewana, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah. Ketika peneliti mengunjungi kebun percontohan, terlihat perkebunan sekitar 1,8ha tersebut sangat indah dipandang mata. Kehijauannya sangat indah dinikmati oleh mata. Selain itu, dikelilingi oleh pegunungan yang cantik. Terlihat banyak sayuran segar yang tumbuh di kebun tersebut. Terpampang jelas plang yang bertuliskan “kebun percontohan CSR PT. Poso Energy” dari sisi jalan. Sesampainya disana, peneliti disambut dengan hangat oleh para petani. Mereka sangat ramah, tersenyum sambil tangan memegang alat bertaninya dan dengan mengenakan topi khasnya. Terlihat sayuran yang sudah panen sedang di petik. Para petani datang ke kebun setiap hari, namun hanya waktunya bergantian. Disana petani belajar cara menanam hortikultura, dikarenakan petani disana sebelumnya tidak mengetahui tentang perkebunan hortikultura. Setelah mengikuti kegiatan, beberapa petani mulai menerapkan hal itu di kebun pribadinya. Dari 10 petani, baru 7
petani yang menerapkan kebun hortikultura di perkebunan miliknya. Dan 3 petani yang lain masih dalam proses untuk menerapkan kebun tersebut dan akan segera memulai menanam di kebun pribadinya. Setiap bulannya, di kebun percontohan selalu menjual hasil panen. Petani juga diajarkan untuk memasarkan hasil panen. Hasil panen tersebut dijual ke Pasar Tentena. Hasil penjualannya pun diberikan kepada petani. Dengan begitu para petani merasa memiliki kebun tersebut dan terus ingin belajar.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi
: 16 Februari 2017
Lokasi
: Kolam Budidaya Ikan Sidat dan Danau Poso
Aspek yang diamati
: Masyarakat, lingkungan sekitar dan ikan sidat
Pada pukul 08.00 peneliti bergegas menuju lokasi budidaya ikan sidat. Lokasi budidaya ikan sidat tersebut terletak di Kantor Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Perjalanan menuju kesana ditempuh dengan waktu 10 menit dari lokasi proyek PLTA Poso Energy. Sepanjang perjalanan kesana, peneliti melewati rumah-rumah warga. Sesampainya disana, ada sekitar 8 petak kolam ikan sidat yang terlihat. Dari 8 petak tersebut terdiri dari 4 petak kolam benih ikan sidat dan 4 petak untuk ikan sidat yang sudah berukuran besar. Pergantiannya setiap 6 bulan, per 6 bulan ikan sidat yang sudah tumbuh besar dipindahkan ke petak khusus ikan sidat besar. Ikan sidat yang sudah besar siap di produksi menjadi abon sidat dan sidat asap. Sebagian ikan sidat tersebut akan dijual ke Jepang. Kemudian, disana peneliti bertemu dengan Bapak Agus Syamsi dan Bapak Sony. Kebetulan disana sedang ada pelatihan untuk pembuatan abon sidat dan sidat asap. CSR PT. Poso Energy bekerja sama dengan mahasiswa dari perguruan tinggi sekitar Sulawesi Tengah, salah satunya adalah UNKRIT. Pelatihan tersebut dilaksanakan setiap Hari Senin, Rabu dan Sabtu. Pelatihannya dipimpin oleh Bapak Agus Syamsi selaku CSR Officer PT. Poso Energy. Pelatihan awal yang diberikan yaitu, pertama,
cara untuk merawat ikan sidat dari benih hingga tumbuh besar. Ikan sidat harus selalu dengan air kolam yang bersih, jadi setiap air kolam sudah mulai keruh, air kolam tersebut harus diganti. Selain itu, pakan ikan sidat pun harus khusus, pakan ikan sidat diracik sendiri oleh masyaraka. Kedua, cara mengelola hasil budidaya ikan sidat, yaitu dengan membuat abon sidat dan sidat asap. Tujuannya adalah untuk bernilai ekonomis bagi masyarakat. Selain itu, nantinya produk tersebut akan dikenal sebagai makanan khas dari Desa Sulewana. Ketiga, cara untuk pemasarannya. Cara pemasaran dari abon sidat dan sidat asap yaitu dengan di jual ke pasar swalayan dan pasar tradisional. Setiap kegiatan budidaya ini selalu melibatkan masyarakat, karena kegiatan ini nantinya untuk masyarakat.
DOKUMENTASI
Lokasi PLTA PT Poso Energy
Benih ikan sidat untuk budidaya ikan sidat
Sosialisasi Penyelamatan DAS Poso
Pelepasan ikan sidat di danau poso
Pembibitan dalam Penyelamatan DAS Poso
Kegiatan Penyelamatan DAS Poso
Kebun Percontohan