UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE (Suatu penelitian di kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan)
Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI*
Oleh: Sofyan S.A. Karim,
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang tercermin
pada pola dan gaya hidup masing-masing.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah yang berlainan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi mereka dan perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut, misalnya nelayan, pertanian, perdagangan, dan lain-lain. Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan daerah dataran rendah yang dipisahkan oleh laut dan selat, akan menyebabkan terisolasinya masyarakat yang ada pada wilayah tersebut. Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang khas dengan lingkungan geografis setempat atau membentuk kebudayaan. Kebudayaan
daerah
tercermin
dalam
berbagai
aspek
kehidupan
masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan daerahnya masing-masing. Namun belum di tulis atau di bukukan dan masih banyak dalam bentuk lisan. Di Tidore terdapat banyak pelaksanaan upacara-upacara adat. seperti halnya di Kelurahan Jaya misalnya, memiliki suatu tradisi upacara adat setelah masyarakat memanen hasil pertanian atau disebut sebagai Legu Dou Gam Djai
yang sampai sekarang belum di bukukan dan diekspose secara luas. Upacara adat Legu Dou ini hanya terdapat di desa Djai, dimana pelaksanakan upacara dilakukan sebaagai wujud rasa syukur mereka kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya. Upacara legu dou ini sangat penting dan di lakukan secara turun temurun dan merupakan warisan nenek monyang masyarakat di desa Djai. Untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya yang diwarisi dari generasi sebelumnya dan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa melalui pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat, dikenang dan dihayati, maka dapat dikemukakan bahwa harapan untuk melestarikan budaya yeng telah di wariskan turun temurun oleh nenek moyang sangat lah penting. Hal ini memotivasi penulis untuk memberanikan diri melakukan suatu penelitian terhadap problem tersebut dengan judul ”Upacara Adat Legu Dou Gam Djai di Tidore”. ( Suatu Penelitian di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan). Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah: “ bagaimanakah pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai di tidore dan mengetahui makna dari upacara adat Legu Dou Gam Djai di Tidore.” Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Mengetahui pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai di Tidore dan mengetahui makna dari upacara adat Legu Dou Gam Djai di Tidore. METODE PENULISAN Jenis penilitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif kualitatif. Alasan peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif adalah karena secara prinsip tujuan dari jenis penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena. Sukardi (2004: 162) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang di
teliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Pada
umumnya
penelitian
deskriptif
merupakan
penelitian
yang
menggambarkan keadaan atau status fenomena. Dalam penelitian ini peneliti hanya
ingin
mengetahui
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
keadaan
sesuatu.(Suharsimi Arikunto. 1993: 209). Penggunaan jenis penelitian ini dipandang lebih mendukung dalam memberikan arti dan makna yang berguna dalam menyerap permasalahan yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dalam artikel ini penulis menggunakan sumber data yang diperoleh dari Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari kata-kata dan tindakan subyek data. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan melalui wawancara dengan subjek data. Untuk memperoleh data atau informasi yang akurat, maka penulis menggunakan pendekatan secara langsung kepada para tokoh masyarakat dan para informan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, Dan Sumber Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber data tertulis berupa laporan, karya-karya ilmiah, arsip, buku-buku literatur serta dokumen-dokumen lain yang relevan yang terkait dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu yang pertama melakukan observasi dimana penulis melakukan observasi langsung tenteng situasi dan kondisi dari lokasi yang menjadi tempat penelitian dan mencari informasi dari informan tentang bagaimana pelaksanaan upacara adat Legu Dou dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Djai di tidore, yang kedua yaitu melakukan Wawancara bebas yang mendalam dengan sifatnya terbuka dan tidak formal. Dan yang ketiga yaitu Mencatat dokumen yang dimana Dalam proses pencatatan diusahakan dicatat berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti baik yang tertulis dalam dokumen maupun yang tersirat. Dalam melakukan teknik ini perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Oleh karena itu dalam menghadapi beragam arsip dan dokumen tertulis sebagai sumber data, peneliti harus bisa bersikap kritis dan teliti.
Menurut Bogdan dan Biklen ,(dalam Lexi Maleong ,2005 : 248) analisis data kualitatif adalah “ upaya yang diggunakan dengan jalan bekerja dengan data,mengorganisasi data,memilihnya menjadi satuan yang dapat dikelolah mensistensikan,mencari dan menemukan pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. Selanjutnya Nasution menyatakan bahwa : “ Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan penelitiannya. (Sugiyono 2011: 334) Analisis data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data-data, setelah data-data terkumpul maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang dimulai dengan menelaah data yang telah terkumpul. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan data-data yang ada dan kemudian menyimpulkannya sebagai hasil penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai merupakan upacara syukuran hasil panen dari masyarakat yang berada di kelurahan Jaya yang secara adat yang termasuk dalam wilayah adat soa fomanyira Djai kepada Allah S.W.T atas berkat rahmat dan hidayatnya
yang
memberikan hasil panen yang
melimpah. Upacara syukuran yang berada di wilayah kelurahan Jaya ini pada dasarnya sangat bergantung pada niat atau nazar dari Fomanyira atau yang dikenal dengan Dorora Nyira serta hasil panen yang di dapat setelah panen, dimana hasil panen masyarakat sangat menentukan tingkat-tingkat pelaksanaan upacara adat. Jika pada prosesi panen hasil dikenai gagal panen atau tidak memberikan keuntungan yang cukup, maka pelaksanaan upacara adat yang dipilih adalah Upacara adat Ngam Piga Range (makanan tiga piring). Upacara adat ini dikategorikan tingkatan upacara paling bawah artinya hanya dirayakan secara sederhana dengan masing-masing Hali atau Soa menyajikan ritual sesuai Bobato
Gosimo namun mempunyai makna yang sama yaitu melakukan syukuran. Sedangkan bila pada prosesi panen hasil hasil nanti menghasilkan panen yang melimpah, maka jenis upacara adat yang dipilih adalah upacara adat Ngam Piga Sio (makanan Sembilan piring) atau upacara adat Ngam Raja Range (makanan tiga raja) yang dikenal Upacara adat Legu Dou Gam Djai. Pada prosesi upacara adat Legu Dou Gam Djai terdapat beberapa tahapantahapan ritual yaitu (1) dimulai dari ritual tagi domong malofo yang dilakukan pada hari pertama. Ritual ini merupakan ritual menjiarahi kuburan para leluhur di dua bukit yang berada di kelurahan Jaya dengan mebawa sesajen dan membakar kemenyan disertai dengan membacakan doa-doa. (2) ritual lama-lama, ritual ini merupakan ritual menghibur fomanyira dengan cara menyanyikan sayir-syair yang isinya menceritakan tentang pesan-pesan para leluhur yang di iringi dengan alat musik tradisional yaitu tifa dan seragi atau gong. (3) ritual tabe uku atau ritual puncak dari upacara adat legu dou gam Djai. Pada ritual ini dilakukan pembakaran kemenyan dengan pembacaan bobeto atau sumpah dari fomanyira sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Allah S.W.T dan pembacaan doa dihadapan masyarakat kelurahan Jaya dan tamu-tamu kehormatan dari kesultanan tidore. Dalam ritual-ritual tersebut juga ditampilkan kesenian-kesenian daerah seperti tarian soya-soya. Setelah pelaksanaan ritual tabe uku maka prosesi akhir adalah menjemput makanan tiga raja atau ngam raja range sebagai sesajen inti dari pelaksanaan upacara adat Legu Dou oleh penari soya-soya untuk dibawa ke rumah adat atau tempat pelaksanaan upacara untuk dilakukan pembacaan mantra dan doa-doa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah S.W.T dan para leluhur yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. Dengan berakhirnya seluruh rangkaian prosesi ritual pada ipacara adat legu Dou gam Djai maka makanan yang menjadi sesajen ini kemudian dibagikan dengan kepercayaan mendapatkan berkah dan rizki bila memakannya.
Pelaksanaan upacara legu dou gam Djai pada dasarnya mempunyai makna sebagai ungkapan syukur dari masyarakat kelurahan Jaya kepada Allah S.W.T atas berkat dan rahmatnya yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. adapun makna makna lain yang terkandung dalam tahapan-tahapan prosesi ritual yang terdapat dalam upacara adat legu dou di antaranya, pertama:makna dari ritual tagi domong malofo dan sigoko sibua yang bermakna ungkapan rasa terimakasih kepada moyang terdahulu dengan menjiarahi kuburan moyang, Ritual lama-lama yang mempunyai makna menceritakan kembali sejarah perjuangan para leluhur dalam membangun Desa Djai, hal ini di tunjukan dalam bentuk liriklirik yang terkandung dalam lagu yang di pakai dalam ritual lama-lama yang menceritakan perjuangan yang telah di lakukan dalam prosesi ritual lama-lama dalam,selain itu juga lama-lama juga dapat di maknai sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan raahmat dalam bentuk pesan-pesan dari para leluhur yang melambangkan makna kehidupan sosial yang dicontohkan oleh para moyang atau leluhur yang disebut dengan nama “ Gosimo se papa se tete” kepada khalayak generasi baru,
dan Ritual tabe ukuyang bermakna sebagai
ungkapan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan limpahan rizki yang melimpah, serta meminta keselamatan dan di jauhkan dari segala hal yang buruk. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Prosesi pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai yang merupakan upacara syukuran yang dilakukan masyarakat kelurahan Jaya paska panen besar dengan proses dan tata cara serta tahapan-tahapan ritual yang dilangsungkan selama dua hari yang dimulai dari ritual jiarah kuburan atau ritual Tagi Domong Malofo dan Ritual Sigoko Sibua serta pada malam harinya melakukan ritual Lama-Lama pada hari pertama, dan Pada hari ke-dua prosesi ritual dimulai dari kage sabua disertai dengan tarian soya-soya yang kemudian dilanjutkan dengan ritual puncak yaitu ritual Tabe Uku dan Pembacaan Bobeto dari Fomanyira serta pembacaan doa
syukuran dengan sesajen ngam raja range. Dan Makna Pelaksanaan Upacara Legu Dou Gam Djai pada intinya adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan rizkinya memberikan kenyamanan dan ketentraman hidup dalam masyarakat yang berada di kelurahan Jaya. Selain itu juga upacara adat Legu Dou ini mempunyai makna simbolik yaitu rasa ungkapan terimah kasih dari fomanyira yang mewakili masyarakat yang berada di Kelurahan Jaya kepada Tuhan yang maha Esa atas apa yang diberikan pada mereka dan di implementasikan dalam bentuk sesajen yang ada dalam pelaksanaan upacara Legu Dou Gam Djai dan sesajen itu merupakan hasil panen masyarakat yang berada di wilayah fomanyira Djai. Selain itu juga pada upacara ini terkandung juga makna dan nilai sosial serta pendidikan yang terkandung didalamnya dimana terdapat kebersamaan dan gotong royong kelurahan Jaya nilai-nilai didik dalam hal moral dankegiatan yang baik dalam melaksanaan upacara adat Legu Dou dapat mengajarkan kepada generasi selanjutnya Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan kepada pemerinta yang berada di Kota Tidore Kepulaun lebih khususnya di keluraahan Jaya beserta Para tokoh Agama, Tokoh Adat serta masyarakat agar dapat menjaga, melestarikan dan mengembangkan adat dan kebudayaan yang memiliki banyak nilai dan makna yang diwariskan oleh para leluhur kita dan harus di jaga dan dipertahankan. Untuk para generasi penerus atau generasi muda yang selaku pewaris dari budaya masyarakat di Kelurahan Jaya agar tradisi upacara adat Legu Dou Gam Djai ini perlu dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1993, Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineke Cipta. Moleong J.Lexy. 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :Alfabeta
Sukardi. 2004. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara