MAKNA DAN NILAI RUMAH ADAT DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
OLEH Viyaya Venti Prastika, Darwin Une*, Lukman Dadi Katili**
Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Viyaya Venti Prastika. 2013. “Makna Dan Nilai Rumah Adat di Kabupaten Parigi Moutong” dengan Pembimbing I Drs. Darwin Une. M.Pd dan Pembimbing II H. Lukman D. Katili S.Ag.,M.ThI, . Skripsi, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Judul ini diangkat dengan tujuan untuk mengetahui Kondisi Rumah Adat di Kabupaten Parigi Moutong dan untuk mengetahui Makna dan Nilai Rumah Adat bagi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian ini adalah Kabupaten Parigi Moutong. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
Alasan
peneliti
menggunakan
pendekatan
kualitatif
ini
diharapkan
mempermudah untuk menjawab permasalahan yang diteliti yang tentunya memerlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Langkah-langkah yang peneliti laksanakan dalam penelitian yakni melalui tiga tahap, (1) Reduksi Data, yakni membuat ringkasan dan catatan yang diperoleh dilapangan. (2) Sajian Data yakni, rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. (3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi yakni, menarik kesimpulan dari data yang didapat dari penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa kondisi Rumah Adat yang ada di kabupaten parigi moutong sesuai dengan kenyataan dilapangan dan hasil wawancara pada saat penelitian bahwa kondisi rumah adat di beberapa daerah yang ada di kabupaten parigi moutong sangat memprihatinkan karena rumah adat tersebut sudah tidak terawat lagi bahkan bangunan dari rumah adat tersebut sudah tidak ada. Sehingga banyak masyarakat kabupaten Parigi Moutong yang berada di beberapa daerah yang rumah
adatnya sudah tidak terawat dan bangunannya sudah tidak ada, tidak memahami makna dan nilai rumah adat tersebut. Masalah tersebut di sebabkan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab sebagai tokoh adat maupun tokoh masyarakat yang ada di daerah tersebut.Disamping itu, sesuai dengan kondisi budaya yang ada di kabupaten Parigi Moutong, rumah adat di daerah ini harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah khususnya dinas kebudayaan. Agar eksistensinya akan tetap ada, dan bisa menjadi kebudayaan yg mempunyai intensitas untuk dinamis khususnya di daerah Parigi Moutong. Kata Kunci: Makna dan Nilai Rumah Adat di Kabupaten Parigi Moutong
PENDAHULUAN Wilayah Indonesia merupakan suatu wilayah negara yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa dan kebudayaan. Adapun budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah budaya yang digali dari hasil karya, dan daya manusia. Manusia selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik dari keadaan yang sedang dan sudah dialami, serta ingin menyesuaikan diri dengan keadaan dunia yang semakin canggih. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat pesat menimbulkan perubahan pada sistem nilai budaya masyarakat setempat terutama nilai-nilai budaya tradisioanal yang bersifat menghambat perkembangan masyarakat. Kebudayaan sebagai olahan dari rasa, cipta dan karsa manusia ternyata tidak sekedar memiliki kebutuhan fisik, lahiriah semata, tetapi ia juga ikut membentuk dan menumpuhkan rasa percaya diri para pelaku kebudayaan. Kebudayaan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan pembangunan suatu bangsa, sebagaimana juga bangsa Indonesia. Mengingat besarnya peranan budaya dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara maka bangsa Indonesia terus menggali dan mengembangkan kebudayaan yang tersebar diberbagai daerah yang merupakan bukti kekayaan budaya nasional sebagai identitas bangsa di Dunia Internasional. Kebudayaaan Indonesia pada hakikatnya merupakan keseluruhan produknya atau karya nyata yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dimanfaatkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kebudayaan yang beraneka ragam memberikan warna tersendiri bagi Indonesia. Dengan beraneka ragam budaya tersebut bukan berarti mengundang bangsa Indonesia untuk saling bermusuhan dengan bangsa lain, karena
bangsa Indonesia mempunyai semboyaan “Bhihneka Tunggal Ika”, yang artinya berbedabeda tetapi satu, yang berfungsi sebagai alat pembersatu bangsa. Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan. Keanekaragaman tersebut melahirkan persepsi masyarakat yang beragam pula. Disatu pihak keanekaragaman budaya menjadikan bangsa Indonesia bangkit dan bersaing dengan Negara-negara lain di dunia. Persaingan budaya yang sehat dapat menumbuhkan kebanggaan budaya itu sendiri, yang tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat Indonesia sekaligus memiliki nilai ekonomi, sosial, religi dan dapat menopang kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bangsa Indonesia kaya dengan keanekaragaman suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Masing-masing suku memiliki keunikan kesenian, baik dalam bidang seni tari, seni kerajinan hingga arsitektur rumah adat. Hampir seluruh suku bangsa di Nusantara mempunyai bangunan hunian yang khas, seperti konstruksi Joglo di Jawa Tengah, Rumah Gadang di Minangkabau, dan Ruma Bolon di Samosir. Dilihat dari bentuknya, hampir semua rumah adat ini memiliki ragam hias atau ornamen yang menghiasi sebagian bahkan seluruh permukaan dinding dan tiang bangunan. Terpesona oleh keindahan bangunan tradisional tersebut, seringkali orang luput menyadari adanya pesan yang disampaikan lewat motif-motif ornamen bangunan itu. Luputnya pengamatan ini, tak jarang berakibat pada luputnya kesadaran bahwa keindahan aneka jenis motif ornament tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan dan nilai estetika yang mampu mencerminkan pandangan hidup masyarakat pemiliknya. Dilihat dari motif rumah adat, ornamen ini mempunyai aneka ragam bentuk yang indah, unik, menarik, dan sarat akan makna. Dengan adanya nilai-nilai lambang atau
symbol yang hadir pada rumah adat dalam bentuk motif ornemen ini, menjadikan adanya suatu kepercayaan bagi masyarakat untuk tidak boleh sembarangan menghadirkan atau memakai motif-motif ornament tertentu pada rumahn adat, dan perabotannya. Para pencipta ragam hias pada zaman dahulu ternyata tidak hanya menciptakan sesuatu yang indah dipandang mata, selain berfungsi sebagai penolak bala bagi penghuninya, ornament ini juga mengandung pesan, harapan yang tulus dan luhur, serta menggambarkan tingkat sosial pemiliknya dan memiliki makna dan nilai tersendiri bagi penghuni rumah adat maupun masyarakat yang ada di daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang situs sejarah, rumah adat sebagai situs sejarah, teori adat, teori nilai, teori budaya, nilai historis, nilai seni. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dalam dunia computer dan internet, didalam dunia sejarah juga terdapat istilah situs. Bila dalam dunia computer dan internet situs merupakan website, sebuah alamat yang bisa kita kunjungi dan berisi informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata situs dalam dunia sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah.
Menurut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) mengatakan bahwa “tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah”. Lebih lanjut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) juga mengatakan bahwa “ artefak/artefac adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman prehistori yang digali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh manusia”. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Situs diketahui karena adanya artefak. Ahli arkeologi mempelajari peninggalan-peninggalan yang berupa benda untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia. Jadi situs sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan bersejarah. Salah satu contoh situs sejarah adalah rumah adat. Rumah adat merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah. Di Indonesia Rumah Adat adalah salah satu yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya. Rumah adat merupakan salah satu ciri khas
suatu daerah untuk melambangkan budayanya, agar dapat membedakan antara budaya daerah tersebut dengan budaya daerah yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh T.O Ihromi (dalam Warsito 2012 : 25) yakni budaya yang mencoba memahami azas-azas manusia, dengan mempelajari kebudayaankebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi”. Warsito (2012: 25) mengatakan bahwa “ bahan penelitian ilmu prehistori adalah bekas-bekas kebudayaan yang berupa benda-benda dan alat-alat, atau artefakartefak yang tersimpan dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh manusia seperti kepingan batu api, mangkok tanah, atau bahkan rumah”. Berbagai peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di wilayah tertentu, tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat daerah tersebut sekaligus menjadi langkah nyata dalam melestarikan Situs Budaya daerah sehingga masyarakat pada akhirnya akan mengetahui sejarah daerahnya sekaligus
menumbuhkan rasa memiliki dan menjaga
peninggalan sejarah tersebut , dan pada akhirnya akan merasakan imbas dari kekayaan dan keragaman daerahnya dengan berkembangnya kemajuan sector pariwisata sehingga akan menggerakkan sector ekonomi kreatif masyarakat. Dalam teori adat dijelaskan bahwa Adat-Istiadat merupakan kebiasaan suatu kelompok dalam mempertahankan budaya-budaya di daerah tertentu, dimana adat-istiadat secara khusus terdiri dari nilai-nilai budaya, pandangan hidup, cita-cita , norma-norma dan hukum. Dalam adat-istiadat di suatu kelompok harus ada sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup. Menurut Koentjaraningrat (2000 : 190 ) tentang kedudukan Adat dalam konsepsi kebudayaan menurut tafsirannya “ Adat merupakan perwujudan ideal dari kebudayaan. Ia menyebut adat selengkapnya sebagai adat tata kelakuan”. Adat yang berada pada tingkat nilai budaya bersifat sangat abstrak, ia merupakan ide-ide yang mengkonsesikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan suatu masyarakat. Seperti nilai gotong royong dalam masyarakat Indonesia. Adat pada tingkat norma-norma merupakan nilai-nilai budaya yang telah terkait kepada peran-peran tertentu (roles), peran sebagai pemimpin, peran sebagai mama, peran sebagai guru membawakan
sejumlah norma yang menjadi pedoman bagi kelakuannya dalam hal memainkan peranannya dan berbagai kedudukan tersebut. Selanjutnya adat pada tingkat aturan-aturan yang mengatur kegiatan khusus yang jelas terbatas ruang lingkupnya pada sopan santun. Akhirnya adat pada tingkat hukum terdiri dari hukum tertulis dan hukum adat yang tidak tertulis. Dari uraian-uraian di atas ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan merupakan hasil dari budi-daya atau akal manusia, baik yang berwujud moril maupun materil. Di samping itu, adat sendiri dimaksudkan dalam konsep kebudayaan dengan kata lain adat berada dalam kebudayaan atau bagian dari kebudayaan. Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, sifatnya yang umum, luas dan tak konkret itu, maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam jiwa para individu yang menjadi warga dari kebudayaan yang bersangkutan. Kecuali, para individu itu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan tak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat, dengan cara mendiskusikannya secara rasional. Dalam teori nilai rumah adat dijelaskan bahwa Bangsa Indonesia kaya dengan keanekaragaman suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Masing-masing suku memiliki keunikan kesenian, baik dalam bidang seni tari, seni kerajinan hingga arsitektur rumah adat. Hampir seluruh suku bangsa di Nusantara mempunyai bangunan hunian yang khas, seperti konstruksi Joglo di Jawa Tengah, Rumah Gadang di Minangkabau, dan Ruma Bolon di Samosir. Dilihat dari bentuknya, hampir semua rumah adat ini memiliki ragam hias atau ornamen yang menghiasi sebagian bahkan seluruh permukaan dinding dan tiang bangunan. Terpesona oleh keindahan bangunan tradisional tersebut, seringkali orang luput menyadari adanya pesan yang disampaikan lewat motifmotif ornamen bangunan itu. Luputnya pengamatan ini, tak jarang berakibat pada luputnya kesadaran bahwa keindahan aneka jenis motif ornament tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan dan nilai estetika yang mampu mencerminkan pandangan hidup masyarakat pemiliknya.
Menurut Max Scheler (dalam Kattsoff Louis, 1992:378) menggunakan pendekatan fenomenologi guna mengungkap esensi nilai, yaitu cara berfilsafat mengungkap dan menangkap nilai secara intuitif, berhadapan langsung. Nilai merupakan dasar apriori dari emosi objek intensional perasaan. Meskipun pikiran terbuka terhadapnya, namun nilai tersebut secara langsung diberikan pada intensional perasaan sebagaimana warna diberikan pada penglihatan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kesimpulannya nilai mengacu pada apa atau sesuatu yang oleh manusia dan masyarakat dipandang sebagai yang paling berharga. Nilai filosofis rumah adat yang terkandung didalam arsitektur rumah adat tradisisonal pada umumnya untuk menghormati alam sekelilingnya dan melestrarikan budaya-budaya asli yang ada didaerah tertentu. Selain itu, dapat dilihat dari motif rumah adat, ornamennya mempunyai aneka ragam bentuk yang indah, unik, menarik, dan sarat akan makna. Dengan adanya nilai-nilai lambang atau symbol yang hadir pada rumah adat dalam bentuk motif ornemen ini, menjadikan adanya suatu kepercayaan bagi masyarakat untuk tidak boleh sembarangan menghadirkan atau memakai motif-motif ornament tertentu pada rumah adat, dan perabotannya. Berbicara tentang nilai Historis atau nilai sejarah, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang sejarah itu sendiri. Istilah Sejarah berarti peristiwa, kejadian atau apa yang telah terjadi di masa lampau. Lebih dari itu sejarah selalu berarti sejarah manusia. Peristiwa atau kejadian alam di masa lampau seperti proses terjadinya bumi tidak termasuk pengertian sejarah. Pengertian sejarah sebagai peristiwa ini menyangkut makna dasar dari istilah sejarah. Dengan demikian makna dasar sejarah adalah peristiwa, kejadian, aktivitas manusia yang telah terjadi di masa lampau. Menurut R.G Collingwood (dalam Daliman 2012 : 2) mengatakan “sejarah sebagai kisah atau rerum gestarum(kisah dari peristiwa yang telah terjadi). Sejarah sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subjektif. Sejarah sebagai kisah adalah rekaan hasil rekonstruksi manusia”. Serupa dengan Bertens (dalam Daliman 2012 : 2) mengatakan bahwa “ sejarah sebagai kisah ini sebagai sejarah yang dicatat atau sejarah yang tersurat”. Dalam pengertian sejarah di atas, ada batasan yang menjadi pedoman tentang makna sejarah. Bahwa sejarah adalah sebuah peristiwa yang pernah terjadi dimasa lalu, dimana rangkaian peristiwa tersebut disusun berdasarkan urutan waktu, proses kejadian serta disertai keterangan tempat dimana sebuah kejadian terjadi. Hal inilah yang menjadi sebuah pembeda antara pengertian dari sejarah dan kisah fiksi. Sebab, kisah sejarah
merupakan sebuah kondisi nyata yang sudah pernah dialami oleh seseorang dimasa lalu pada suatu waktu. Sementara, fiksi hanyalah sebuah kisah yang berisi imajinasi dari sang penulisnya. Dan kisah yang ada dalam fiksi bisa jadi bukan merupakan kisah nyata. Kisah sejarah ini bisa menjadi penghias kisah fiksi. Pelajaran dan pengertian sejarah sudah diberikan kepada seseorang sejak duduk dibangku sekolah dasar. Hal ini karena dalam pelajaran sejarah, terdapat nilai penting yang bermanfaat dalam menentukan pemahaman dan pola piker seseorang. Beberapa nilai penting tentang mempelajari sejarah diantaranya adalah dengan sejarah, kita bisa memiliki gambaran dan pengetahuan tentang proses kehidupan yang terjadi dimasa lalu termasuk pada masa purba. Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari – hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain – lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Theodorson dalam Warsito (2012 : 98) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku.Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri menurut beberapa ahli yakni : Menurut Koentjaraningrat (dalam warsito 2012 : 99) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan
dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara – cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia. Sementara itu Sumaatmadja (dalam koentjaraningrat 2000: 180) mengatakan bahwa “pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya”. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai – nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut. Nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut. Seni adalah suatu nilai hakiki yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. sejak muncul dalam waktu, manusia telah menampilkan diri sebagai seorang artis. Dan seluruh sejarah kebudayaan manusia pun ditandai dengan gerak dinamika jiwa seni manusia sebagaiman terungkap dalam pelbagai raganm seni. Seni merupakan segi batin masyarakat, yang juga berfungsi sebagai jembatan penghubung antar kebudayaan yang berlainan coraknya. Seni berperan sebagai jalan untuk memahami kebudayaan suatu masyarakat. Dengan menonton wayang, misalnya orang bisa mengenal esensi kebudayaan jawa ataupun kebudayaan-kebudayaan lainnya yang juga memiliki unsure seni wayang. Ataupun melaui candi Borobudur orang dapat berkontak dengan denyut nadi kehidupan kebudayaan budhis. Menurut Christopher Dawson dalam (Rafael 2007: 104-105), Seni merupakan salah satu elemen aktif-kreatif dinamis yang mempunyai pengaruh langsung atas pembentukkan kepribadian suatu masyarakat. Seni merupakan salah satu unsur spiritual kebudayaan. Sebagai unsur spiritual, seni merupakan suatu energi pendorong perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Berdasarkan penjelasan di atas, patutlah dunia seni dibebaskan dari pelbagai intervensi yang ditunggang oleh kekuasaan politis atau kepentingan lainnya dari kalangan tertentu. Dunia seni haruslah merupakan dunia yang otonom dan bebas. Suatu karya
artistik selalu bersifat sosial. Kehadiran suatu karya seni selalu mengandaikan kehadiran suatu masyarakat yang berjiwa kreatif, dinamis, dan agung. Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Itu tidak berarti bahwa semua bentuk seni dikembangkan dalam setiap kebudayaan. Bagaimanapun kebutuhan akan ekspresi estetis berkaitan dengan karakteristik-karakteristik dasar masing-masing masyarakat.
Tidak ada masyarakat-
bangsa yang memiliki karakteristik-karakteristik dasar yang sama. Karena itu, setiap bangsa meiliki ekspresi-ekspresi estetis yang khas. Apa yang disebut universalitas seni tidak terletak pada corak dan bentuk ekspresi seni, melainkan pada kenyataan bahwa ekspresi seni itu terdapat di setiap kebudayaan. METODE PENELITIAN Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Secara harfiah, Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik. Kualitatif berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik fakta. Makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Sugiyono (2010:1) bahwa: “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini diharapkan mempermudah untuk menjawab permasalahan yang diteliti yang tentunya memerlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulankesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono 2009: 246), mengemukakan bahwa ”aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi”. Adapun teknik analisis data interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut: Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dan catatan data yang diperoleh di lapangan. Dalam menyusun ringkasan, dibuat coding, ditentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun. Langkah kedua adalah sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga apabila dibaca akan dapat dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk membuat sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut. Sajian data
dapat meliputi berbagai jenis maktris, gambar/skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel. Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang kompak. Langkah ketiga adalah menarik simpulan/verifikasi. Setelah kegiatan pengumpulan data selesai pada setiap unitnya, di mana kegiatan penelitian bergerak di antara ketiga komponen analisis itu, kemudian peneliti berusaha untuk menarik simpulan dan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi dan sajian datanya. Apabila simpulan dianggap kurang mantap sebagai akibat rumusan dalam reduksi dan sajian datanya kurang lengkap, maka peneliti melakukan kembali pengumpulan data yang dianggap kurang tadi. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang terus menerus. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rumah adat yang terdapat Kabupaten Parigi Moutong didirikan pada tahun 1992, kemudian rumah adat ini didirikan untuk pertemuan ketua-ketua adat dari berbagai desa. Rumah adat Tialo ini bentuknya panjang kemudian di pintu depan ada tangga dan pintu belakang juga ada tangga, rumah adat ini jika dilihat keseluruhan berbentuk perahu. Rumah adat di Kabupaten Parigi Moutong terdapat beberapa bentuk bangunan. Salah satunya Rumah Adat Rumah Adat Labong yang terletak di Desa Dusunan Kec. Tinombo yang berukuran Panjang + 5 m, Lebar + 3 m,Tinggi lantai dari tanah + 2 m, Tinggi lantai sampai atap + 3 m, Bahan dari Kayu. Kata Labonge merupakan arti dari kata “Rumah” sehingga Rumah Adat ini dinamakan Rumah Adat Labonge. Rumah Adat ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya para tokoh-tokoh adat untuk memutuskan suatu masalah atau kebijakan yang diambil dalam menjalankan roda pemeritahan pada masa itu secara mufakat. Rumah adat seperti ini diwajibkan diadakan disetiap desa karena jika ada pertemuan-pertemuan ketua-ketua adat maka dirumah adat inilah dilaksanakan rapat-rapat penting. Dalam perkembangannya Rumah Adat ini berkembang dari tahun 1992 sampai sekarang. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Hasan Husain selaku warga masyarakat desa bolano bahwa sejarah rumah adat di kabupaten parigi moutong tidak begitu jelas. Sepengetahuan saya rumah adat di kabupaten di dirikan pada tahun 1992. (wawancara 24 Mei 2013) Berdasarkan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat parigi moutong tentang sejarah rumah adat sangat minim karena tidak ada pedoman yang
jelas untuk di jadikan landasan untuk mengetahui lebih rinci tentang sejarah rumah adat di kabupaten parigi moutong. Rumah adat merupakan bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah. Di Indonesia yang melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan suku dari sabang sampai merauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat. Hingga saat ini masih banyak suku atau daerah-daerah di Indonesia yang masih mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya Modernisasi. Rumah adat juga memiliki fungsi batiniah yang mengungkapkan nilai-nilai budaya, serta aspek-aspek lain yang berhubungan dengan kebudayaan suatu daerah adat. Menurut Selma Mukhsin Ake (40 Tahun) salah satu pegawai dinas Dinas Pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata desa Toboli (wawancara 27 Mei 2013) mengatakan bahwa:“ menurut saya Rumah adat mempunyai fungsi untuk menampung seluruh kegiatan Adat-istiadat suatu daerah tertentu. Rumah adat juga sangat penting karena dalam suatu daerah pasti mempunyai kebudayaankebudayaan tersendiri. Sehingga sangat diperlukan antusias-antusias dari tokohtokoh adat maupun tokoh masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Rumah Adat tersebut. Kami dari pihak dinas kebudayaan juga berusaha untuk menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ada di Kabupaten Parigi Moutong Berdasarkan fakta dilapangan bahwa kebudayaan di Kabupaten Parigi Moutong perlu dilestarikan kembali khususnya rumah adat karena kebudayaan merupakan suatu adat-istiadat atau kebiasaan tertentu yang dibuat oleh manusia dan dirasakan pula oleh manusia. Bahasa, musik, tarian, kerajinan, semua itu merupakan kebudayaan visual atau kebudayaan yang bisa dirasakan oleh manusia. Rumah adat merupakan salah satu budaya yang diciptakan oleh manusia sehingga rumah adat mempunyai makna dan nilai tersendiri bagi masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, salah satu tokoh pemuda di Moutong Abdul Farid Rauf (20 Tahun), wawancara tanggal 31 Mey 2013 mengatakan bahwa: “Budaya yang ada di parigi moutong saat ini mulai hilang seiring berkembangnya zaman, salah satunya yakni rumah adat. Kondisi rumah adat di parigi moutong sudah mulai hilang karena sudah tidak ada lagi yang memperhatikan rumah adat ini, sehingga kondisi dari kebudayaan dalam hal ini
tentang rumah adat sudah tidak mempunyai makna dan nilai tersendiri bagi masyarakat di Parigi Moutong. Melihat dari beberapa penjelasan diatas dan sesuai dengan kondisi budaya yang ada di kabupaten Parigi Moutong, rumah adat di daerah ini harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah khususnya dinas kebudayaan. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah satu tokoh masyarakat desa moutong barat Hendrawan (37 Tahun) mengatakan bahwa pemerintah daerah kiranya dapat memperkenalkan sejarah, peran, dan fungsi dari rumah adat itu sendiri agar masyarakat yang belum paham akan rumah adat daerahnya dapat mengerti tentang makna dan nilai rumah adat serta memiliki rasa ingin menjaga asset daerah Parigi Moutong. Mengingat kondisi sosial dan budaya masyarakat dari generasi ke generasi sering lambat, yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman, maka dengan keadaan bagaimanapun unsur-unsur budaya perlu mendapat perhatian yang baik dari masyarakat setempat, sehingga memperkecil terjadinya kemerosotan kebudayaan khususnya tentang Rumah Adat. Suatu hal yang perlu dijunjung tinggi bahwa suatu kebudayaan akan memiliki makna tersendiri pada peradaban suatu bangsa, oleh karena itu keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia perlu dipelihara karena merupakan modal untuk lebih memperkaya wahana budaya nasional yang menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsanya yang dijadikan sebagai identitas bangsa. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sesuai dengan kenyataan dilapangan dan hasil wawancara pada saat penelitian bahwa kondisi rumah adat di beberapa daerah yang ada di kabupaten parigi moutong sangat memprihatinkan karena rumah adat tersebut sudah tidak terawat lagi bahkan di beberapa kecamatan bangunan dari rumah adat tersebut sudah tidak ada. Sehingga banyak masyarakat kabupaten Parigi Moutong yang berada di beberapa daerah yang rumah adatnya sudah tidak terawat dan bangunannya sudah tidak ada. 2. Makna dan nilai Rumah Adat bagi masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong sesuai hasil dari penelitian lapangan dan wawancara, dominan masyarakat tidak memahami makna dan nilai rumah adat tersebut karena melihat kondisi rumah adat di Kabupaten Parigi Moutong. Fungsi dari rumah adat tersebut tidak ada lagi karena
masalah ketidaklestarian bangunan rumah adat. Masalah tersebut di sebabkan kurangnya kesadaran dan tanggung jawab sebagai tokoh adat maupun tokoh masyarakat yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu seluruh masyarakat yang ada di kabupaten Parigi Moutong mengharapkan perhatian dari pemerintah daerah agar kiranya memperhatikan budaya-budaya yang ada di kabupaten Parigi Moutong khususnya Rumah Adat. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lagi budaya-budaya daerah khususnya kebudayaan yang ada di Kabupaten Parigi Moutong sehingga dapat berkembang dan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan tidak luntur sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Sesuai kondisi Rumah Adat yang ada di kabupaten Parigi Moutong Diharapkan kepada tokoh masyarakat/agama agar turut memberikan pembinaan kepada generasi muda agar tetap bisa menjaga dan meletarikan budaya-budaya serta dijadikan cerminan untuk kehidupan mendatang khususnya nilai yang terkandung pada Rumah Adat di wilayah tersebut. 3. Generasi muda penerus pembangunan bangsa perlu kiranya lebih mengetahui Makna dan Nilai Rumah Adat yang terkandung didalamnya dan rumah adat tersebut perlu dijaga dan terus dilestarikan.
DAFTAR RUJUKAN Atang. & Jaih. 2000. Metodologi Studi Islam. PT Remaja Rosdakarya. 2000. Bandung BPS Kabupaten Parigi Moutong: Kabupaten Parigi Moutong dalam angka 2010, Parigi: BPS Kabupaten Parigi Moutong, 2010. Basrowi. & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. PT Rineka Cipta: Jakarta Daliman. A. 2012. Metode Penelitian Sejarah. PT Ombak: Yogyakarta Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata. 2010. Rumah Khas / Adat Sulawesi Tengah Kabupaten Parigi Moutong Frondizi, Risieri, 1963, What Is Value, Open Court Publishing Company, La Salle, Illinois. Jakarta
Haliadi, Syakir, Aidar J, Wilman dan Fatma : 2012. Sejarah Kabupaten Parigi Moutong: Ombak: Yogyakarta Havilland, William. 1993. Antropologi : Edisi keempat jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Kattsoff, Louis O., 1992, Element of Philosophy, Alih Bahasa: Soejono Soemargono. Tiara Wacana, Yogyakarta. Koentjaraningrat. 2000. Pengantar ilmu antropologi.: PT Rineka Cipta : Jakarta ---------------------- 2011. Pengantar Antropologi I.: PT Rineka Cipta: Jakarta R. Warsito. 2012. Antropologi Budaya. : Ombak : Yogyakarta Raga Maran, Rafael. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Persepktif Ilmu Budaya Dasar. PT Rineka Cipta: Jakarta Sogiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung -------------2008. memahami penelitian kualitatif. Alfabeta : Bandung