Unsur Tragis dan Humor dalam Film Jeux d’Enfants
De Yogi Kosalania dan Diah Kartini Lasman
Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
E-mail:
[email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas unsur tragis dan humor dalam film Jeux d’Enfants yang disutradarai oleh Yann Samuell. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bantuan teori-teori naratif dari kajian sinema, namun menitikberatkan pada analisis aspek naratif. Hasil penelitian menyatakan bahwa ditemukan unsur tragis dan unsur humor yang saling terjalin di sepanjang alur. Kedua unsur ini selalu saling terkait dan diperlihatkan melalui watak tokoh serta muncul melalui latar tempat dan waktu dalam film. Unsur tragis dan unsur humor yang digambarkan dalam film ini selalu muncul bersamaan dan membawa kesan humour noir (black comedy).
Kata kunci
: aspek naratif, film, tragis, humor, humour noir
Tragic and Humor Elements in the Film Jeux d’Enfants
Abstract
This research discusses the tragic and the humor elements in the film Jeuxd'Enfants which was directed by YannSamuell. This research utilizes qualitative methods with the help of theories of cinema studies. The writer chose the non-cinematographic study that only analyzes the elements of narrative film. Through the narrative aspect analysis, this research establishes the tragic and the humor elements intertwined along the storyline which are represented by the characters‟ traits and appear through the time and space set in the film. Overall, this research demonstrates that the tragic and the humorous elements depicted in this film cannot be separated.
Keywords
: narrative aspect, film, tragic, humor, humour noir
1
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
Pendahuluan Latar Belakang Masalah Yann Samuell adalah salah satu sineas yang aktif berkontribusi dalam perfilman Prancis. Awalnya Yann Samuell mengenyam pendidikan di sekolah film sebagai ilustrator dan storyboard artist. Seiring berjalannya waktu ia pun beralih sebagai sutradara dan penulis skenario. Ia mengawali karirnya sebagai sutradara dan penulis skenario dengan menciptakan beberapa film pendek yaitu Aube (1986), À Propos de La Crise (1993), Mano A Mano (1995), 1587 (1996), Cata-Clysm (1998) dan Teddy (1998) serta video-video musik. 1 Sumbangannya yang paling terkenal dalam dunia perfilman Prancis adalah film layar lebar pertamanya, Jeux d’Enfants (2003) yang merupakan box-office hit di Prancis. Empat tahun kemudian, ia menjadi sutradara Sassy Girl, film Hollywood pertamanya, setelah itu ia kembali ke Prancis untuk menyutradai film Prancis bergenre cinta, L’Age de Raison (2010), film layar lebar ketiganya. Pada tahun 2011, ia menyutradarai La Guerre des Boutons yang merupakan adaptasi dari roman terkenal karya Louis Pergaud. Selain menjadi sutradara film layar lebar, Samuell juga berperan besar dalam penulisan skenario tiga film yang ia sutradarai yaitu La Guerre des Boutons, L’Age de Raison,Jeux d’Enfants serta sebuah film yang disutradarai oleh Adam Kane, Formosa Betrayed.2 Pada proses pembuatan film Jeux d’Enfants, Samuell tidak hanya berperan sebagai sutradara dan penulis skenario tetapi juga sebagai storyboard artist. Jeux d’Enfants adalah salah satu film yang berhasil masuk dalam perfilman Holywood pada tahun 2004. Film itu meraih sukses di Prancis, menarik perhatian Hollywood melalui kemiripan sisi sinematografisnya dengan film Le Fabuleux Destin d'Amélie Poulain serta ide cerita yang segar dan berbeda. Jeux d’Enfants ditayangkan di Amerika Serikat dan berhasil meraih penghargaan Jury Award pada Newport Beach Film Festival sebagai Artis Terbaik (Marion Cotillard) dan Drama Terbaik (Yann Samuell). 3 Berangkat dari ide Samuell yang sudah terpendam selama bertahun-tahun mengenai cerita cinta, lahirlah plot film Jeux d’Enfants. Ide yang ingin Samuell tuangkan dalam film layar lebar pertamanya adalah kombinasi antara komedi dan tragedi, yang diliputi dengan
1
http://www.biff.no/2003/index.php?Eng=Ja&ID=ProgramEng&ID2=Director&ID3=S&ID4=T&ID5=T (diunduh 3 Desember 2012) 2
http://www.allocine.fr/personne/fichepersonne-77631/biographie/(diunduh 3 Desember 2012)
3
http://www.imdb.com/title/tt0364517/awards(diunduh 3 Desember 2012)
2
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
perasaan cinta dan benci antar tokoh. Kombinasi tersebut ditunjukkannya melalui watak kedua tokoh utama dan dibangun melalui perkembangan permainan kedua tokoh utama sepanjang alur cerita. Samuell juga menyatakan bahwa filmnya mengisahkan suatu permainan dengan simbol kotak permainan berbentuk komidi putar mini yang selalu mengikuti kehidupan kedua tokoh utama.
4
Berbagai ulasan muncul setelah penayangan film Jeux d’Enfants
dan salah satu
diantaranya datang dari Matthieu Reynaert, kritikus film yang menerbitkan ulasannya di situs cinergie.be5. Ia menyatakan bahwa Jeux d’Enfants mengundang para penonton untuk mengikuti sebuah cerita yang menampilkan nasib tragis sepasang lelaki dan perempuan yang lebih memilih untuk bermain dengan tantangan-tantangan konyol yang berbahaya untuk mengungkapkan cinta mereka dibalik mengucap kata cinta secara jujur. Film ini meninggalkan kesan absurd dan tidak nyata. Nathalie Debavelaere, seorang kritikus film yang menerbitkan ulasannya dalam salah satu situs film di Prancis, le quotidienducinema.com6. menyatakan bahwa hidup Julien dan Sophie dibatasi oleh permainan yang lebih penting daripada hidup mereka sendiri. Perasaan cinta yang mereka rasakan mampu membuat mereka mengatakan cap untuk segala tantangan, namun mereka tidak pernah mau mengakui perasaan cinta tersebut. Permainan Julien dan Sophie memberikan mereka kesenangan yang tak terhingga, meskipun membawa mereka ke kehancuran. Debavelaere menutup ulasannya dengan mengatakan bahwa Jeux d’Enfants adalah sebuah film yang ekstrem. Ulasan lain ditulis oleh Nicolas Gilli, pendiri situs filmosphere.com7. dalam artikel tersebut, Gilli mengatakan bahwa Jeux d’Enfants mengusung konsep permainan cap ou pas cap8 yang bertransformasi menjadi permainan berbahaya yang sadis. Julien dan Sophie yang tidak mengetahui bagaimana caranya mencintai akibat masa kecil mereka, membuat suatu permainan yang dalam prosesnya menyakiti masing-masing pemain. Gilli menyimpulkan bahwa Jeux d’Enfants menampilkan banyak adegan yang lucu, mengagetkan namun tragis dengan sedikit bumbu kegilaan. 4
Berdasarkan hasil wawancara Yann Samuel lci.tf1.fr/ Sumber: http://lci.tf1.fr/cinema/news/jeux-d-enfantsmarion-cotillard-yann-samuel-5001972.html (diunduh 27 Maret 2013) 5
http://www.cinergie.be/webzine/jeux_d_enfants_de_yann_samuel
6http://www.lequotidienducinema.com/critiques/jeuxdenfants_critique/critique_jeux_denfants.htm
(diunduh 3
Desember 2012) 7
http://www.filmosphere.com/movie-review/critique-jeux-denfants-2003/ (diunduh 3 Desember 2012)
dalam bahasa Indonesia bisa diartikan „mampu atau tidak mampu‟. Istilah ini biasa digunakan anak kecil sebagai permainan menantang satu lain 8
3
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
Dari tiga ulasan oleh kritikus film di atas, dapat dilihat bahwa film Jeux d’Enfants dianggap sebagai film yang berakhir tragis namun juga mengandung unsur humor yang memperlihatkan kegilaan dan kekonyolan yang muncul melalui permainan cap ou pas cap Julien dan Sophie. Unsur tragis yang digabungkan dengan unsur humor sendiri biasa ditampilkan dalam genre teater tragikomedi pada abad ke-17 di Prancis (Husein, 2001) dan sudah tergolong tua untuk ditampilkan dalam perfilman masa kini. Namun, Samuell membawa kedua unsur itu kembali dan menampilkannya dalam Jeux d’Enfants. Pemaparan kedua unsur tragis dan humor melalui film Jeux d’Enfants inilah yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Permasalahan Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana unsur tragis dan humor disajikan dalam film Jeux d’Enfants? Tujuan Penelitian Skripsi ini ditulis untuk menemukan dan memaparkan penyajian unsur tragis dan humor yang muncul dalam film Jeux d’Enfants.
Tinjauan Teoritis Pengkajian Film Non-Sinematografis Kajian film non-sinematografis memiliki kekuatan naratif untuk mendukung pemahaman pesan kunci yang ingin disampaikan melalui film. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan penelitian non-sinematografis yang hanya menganalisis unsur-unsur naratif dalam film yaitu alur, tokoh dan latar (ruang dan waktu). Penulis dibantu oleh teoriteori kajian film yang terdapat dalam buku L’Analyse des Films (1989). Unsur Tragis Unsur tragis muncul melalui genre drama tragedi yang merupakan sebuah aliran drama populer pada masa klasisisme abad ke-17 di Prancis (XVIIe siècle: 93).Salah satu penulis drama tragedi yang terkenal adalah Jean Racine (1639-1699) ia sangat menonjol dan produktif sepanjang abad ini. Di dalam drama Racine, setiap tokoh bertindak sesuai dengan perasaan, hawa nafsu dan kepentingan pribadinya dan reaksi mereka itu berdampak pada tokoh lain. Akhir kisah drama Racine biasanya tragis dan mengerikan, namun logis. Unsur tragis yang khas Racine adalah para tokoh yang tak dapat mengelakkan nasib itu sadar akan
4
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
hidupnya yang menyedihkan dan penuh masalah, namun mereka merasakan semacam kepuasan melalui penderitaan mereka itu (Husein, 2001). Sementara unsur tragis menurut R.P Draper dalam bukunya Tragedy Developments in Criticism (1980) adalah unsur yang muncul di dalam tragedi, mampu menimbulkan rasa kasihan dan rasa teror dalam jumlah yang seimbang (24). Selain itu, insiden-insiden tragis pada alur yang dapat membangkitkan rasa teror dan kasihan adalah yang ditemukan antar dua orang yang memiliki tali pertemanan atau kekeluargaan (47). Jacques Morel dalam bukunya La Tragédie (1964) juga menegaskan bahwa unsur tragis dapat terlihat melalui tragedi yang subjeknya mengalami kemalangan seperti perang, penawanan, kekejian tirani hingga mampu membangkitkan rasa kasihan para pembaca dan penonton terhadap subjek tesebut (82). Dinyatakan pula dalam buku, bahwa situasi tragis dalam tragedi adalah situasi yang dramatis, yakni yang membahwa kebesaran dari realita dan kemanusiaan hingga ke titik ekstrem; pergumulan antara kematian dan kehampaan merupakan titik ekstrem yang dimaksud (174). Unsur Humor Teori humor jumlahnya sangat banyak, tidak satu pun yang persis sama dengan yang lainnya, tidak satu pun juga yang bisa mendeskripsikan humor secara menyeluruh, dan semua cenderung saling terpengaruh (Setiawan, 1990). Dalam Ensiklopedia Indonesia (1982), seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (1990) “Humor itu kualitas untuk menghimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilannya atau ketidakpantasannya yang menggelikan; paduan antara rasa kelucuan yang halus di dalam diri manusia dan kesadaran hidup yang iba dengan sikap simpatik.” Lebih lanjut, teori humor dibagi dalam tiga kelompok (Manser, 1989), meliputi:
Teori superioritas dan meremehkan, yaitu jika yang menertawakan berada pada posisi super; sedangkan objek yang ditertawakan berada pada posisi degradasi (diremehkan atau dihina). Plato, Cicero, Aristoteles, dan Francis Bacon (dalam Gauter, 1988) mengatakan bahwa orang tertawa apabila ada sesuatu yang menggelikan dan di luar kebiasaan. Menggelikan diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi aturan atau sesuatu yang sangat jelek. Lelucon yang menimbulkan ketertawaan, juga mengandung banyak kebencian. Lelucon selalu timbul dari kesalahan/kekhilafan yang menggoda dan kemarahan
Teori mengenai ketidakseimbangan, putus harapan, dan bisosiasi. Arthur Koestler (Setiawan, 1990) dalam teori bisosiasinya mengatakan bahwa hal yang mendasari semua bentuk humor adalah bisosiasi, yaitu mengemukakan dua situasi atau kejadian yang
5
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
mustahil terjadi sekaligus.
Teori mengenai pembebasan ketegangan atau pembebasan dari tekanan. Humor dapat muncul dari sesuatu kebohongan dan tipuan muslihat; dapat muncul berupa rasa simpati dan pengertian; dapat menjadi simbol pembebasan ketegangan dan tekanan; dapat berupa ungkapan awam atau elite; dapat pula serius seperti satire dan murahan seperti humor jalanan. Selain itu, ditemukan juga bentuk lain humor yaitu humour noir yang menurut kamus le Petit Robert (2011) adalah bentuk humor yang mengangkat subyek-subyek dramatis dan menunjukkan kelucuan dari sinisme. Ditegaskan kembali oleh penjelasan humour noir dari kamus Perancis-Indonesia (1991), humour noir adalah humor hitam yang menyeramkan. Humor ini lekat dengan situasi tragis. Ditegaskan kembali dengan salah satu artikel dalam situs berbahasa Prancis yang mengunduh berbagai macam artikel yaitu commenfaiton.com, mengenai lima tahap untuk mengenalihumour noir:
Humour noir tidak henti menyentuh perbatasan antara kesensitifan dan moralitas.
Humour noir menempatkan subyeknya dengan hal-hal serius/dramatis yang menimbulkan efek mengejutkan.
Humour noir adalah respon untuk kebutuhan vital manusia yang ingin melepaskan stres yang timbul dari kenyataan-kenyataan seperti: penyakit, kematian, kekerasan yang merupakan subyek-subyek yang sering digunakan dalam humor ini.
Humour noir juga dapat menjadi sebuah senjata untuk menunjukkan pemberontakan.
Tidak
seperti
penampilannya,
humour
noir
tidak
menunjukkan
tanda-tanda
ketidakpedulian atau terlihat kurang peka. Namun humor ini bisa dibilang merupakan bentuk kesopanan dari keputusasaan.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell: 4). Fenomena sosial dalam metode kualitatif akan diinterpretasikan sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan historisnya (Neuman: 158). Dalam metode kualitatif, analisis dilakukan melalui analisis tekstual dan gambar (Creswell: 24). Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini
6
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
diharapkan mampu menjelaskan secara mendalam unsur tragis dan humor yang disajikan dalam film Jeux d’Enfants. Penelitian juga akan dilakukan melalui analisis tekstual dan gambar. Dengan demikian, metode kualitatif adalah metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini.
Pembahasan Dengan menggunakan penelitian non sinematografis, penulis menganalisis salah satu aspek naratif yaitu alur dengan menggunakan Urutan Satuan Isi Film (USIF). Sama seperti jalannya sebuah permainan yang terdiri dari beberapa babak, film ini terbagi ke dalam 4 babak, yaitu La Manche(babak awal), La Revanche(balas dendam), La Belle(keindahan) dan La Der des Ders(akhir dari segala akhir). Babak-babak tersebut menggambarkan pembagian babak dalam perjalanan hidup Sophie dan Julien. Di dalam sebuah permainan atau pertandingan olahraga, La Manche merupakan babak awal atau pertandingan pertama. Di dalam film ini, babak awal kehidupan Sophie dan Julien dimulai sejak permainan mereka yang pertama dimulai. Semua peristiwa dalam USIF ini dianggap sebagai satu rangkaian sehingga nomor urutan terus berlanjut dan tidak terpotong oleh empat babak film. Pada analisis tokoh dan latar (ruang dan waktu), peneliti menganalisis visual dan watak tokoh untuk menemukan kesamaan antara kedua tokoh utama yaitu Julien Antoine Janvier dan peran keempat tokoh pelengkap: Ayah Julien, Ibu Julien, Sergueï Nimov Nemovitch dan Christel Louise Bouchar. Dalam latar ruang, penulis berusaha menemukan makna simbolis yang ditampilkan dari masing-masing latar ruang: tempat konstruksi bangunan, jalanan, rumah, sekolah, gereja dan rel kereta. Sementara latar waktu dikupas melalui aspek visual gaya berpakaian dan demam bola yang muncul di film serta aspek audiovisual yaitu repetisi lagu La Vie En Rose.
Hasil Penelitian Analisis Alur Hasil analisis alur yang didasarkan pada Urutan Satuan Isi Film (USIF) yang terbagi menjadi 198 peristiwa adalah diperlihatkannya perjalanan hidup Julien dan Sophie sedari mereka kecil hingga mereka dewasa, menyambut kematian bersama dan juga kehidupan mereka setelah kematian. Hidup Julien dan Sophie kecil yang tragis disebabkan oleh kekurangan kasih sayang dari figur keluarga mereka, hal ini menyebabkan mereka bergantung
7
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
pada satu sama lain dan dari kedekatan tersebut, muncullah permainan cap ou pas capyang ternyata bersifat adiktif dantidak bisa berhenti mereka mainkan sampai akhir hidup mereka. Sepanjang hidup mereka, Julien dan Sophie yang terlalu hanyut dalam peraturan permainan cap ou pas cap, mementingkan ambisi mereka untuk menjadi pemenang. Hati mereka yang rentan akibat masa kecil mereka, membuat mereka takut untuk membangun sesuatu yang akan membawa mereka pada kehidupan normal. Mereka lebih memilih menghancurkan cerita cinta mereka dengan tantangan-tantangan yang berbahaya dan ekstrem dibandingkan dengan membangun sebuah hubungan cinta dan hidup bersama layaknya pasangan normal lainnya. Mereka takut kesengsaraan masa kecil mereka terulang kembali. Julien dan Sophie takut akan hilangnya permainan yang menjadi sumber kebahagiaan mereka dengan saling mencintai. Pada akhirnya permainan berkembang menjadi sesuatu yang berbahaya bagi mereka serta lingkungan sekitar mereka. Hal tersebut membawa mereka pada keputusan untuk mengakhiri hidup bersama-sama dan lari dari kehidupan mereka untuk menemukan kebahagiaan abadi. Setelah kematian mereka, diperlihatkan melalui film, babak epilog yang menunjukkan kebahagiaan abadi yang serupa dengan kebahagiaan masa kecil mereka berdua ketika bermain cap ou pas cap. Babak ini menunjukkan bahwa setelah kematian pun mereka masih bisa tertawa dan hidup bahagia hingga mereka lanjut usia, dalam mimpi mereka berdua. Mengenai penyajian unsur tragis pada alur, dapat dilihat bahwa Julien dan Sophie diperlihatkan terseret dalam emosi mereka, menderita akan keputusan mereka sendiri dan juga menyebabkan tokoh-tokoh di sekitar mereka bernasib sengsara seperti unsur-unsur tragis yang biasa ditemukan dalam drama Racine.Dan seperti yang sudah disebutkan pada tinjauan teoritis bahwa insiden-insiden tragis pada alur yang dapat membangkitkan rasa teror dan kasihan adalah yang ditemukan antar dua orang yang memiliki tali pertemanan atau kekeluargaan,dalam hal ini dua orang tersebut adalah Julien dan Sophie yang memiliki tali pertemanan yang kuat. Selain itu, di sepanjang alurJulien dan Sophie diperlihatkan terperangkap dalam nasib malang yang mengundang rasa teror dan kasihan dari penonton, menguatkan penyajian unsur tragis tersebut. Berikut ini adalah episode-episode yang menunjukkan unsur tragis. Berawal pada babak La Manche, ketika Sophie diejek oleh teman-teman sekolahnya dan semua barang kepunyaannya dilempar dan dibiarkan berserakan di jalanan. Lalu ketika ibu Julien meninggal dan Julien sebelumnya terlalu disibukkan oleh permainannya dengan Sophie sehingga ia datang terlambat ke rumah sakit. Julien akhirnya menyaksikan kepergian ibunya ketika ia 8
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
sedang memainkan tantangan yang diberikan Sophie. Namun pada sekuen selanjutnya, terlihat kombinasi antara unsur tragis dan unsur humor, Julien yang ditinggalkan oleh ibunya, dapat kembali tertawa karena Sophie dengan berani menyenandungkan lagu La Vie en Rose yang mengisahkan kebahagiaan di atas makam ibu Julien sambil melemparkan bunga. Kelakuan Sophie yang tidak pada tempatnya membuat Julien tertawa, di samping kesengsaraannya yang ditinggalkan oleh ibunya secara tragis pada umurnya yang masih sangat muda. Unsur tragis juga muncul pada babak La Revanche, pertengkaran antara ayah Julien dengan Julien membuat Julien memberontak dan lebih memilih Sophie, namun Sophie menolak Julien dan marah besar karena Julien telah melanggar batas dengan mengunjungi rumah Sophie tanpa meminta izin. Padahal, Julien sudah memilih Sophie daripada ayahnya, namun Sophie tidak mengetahui hal itu dan keduanya berpisah secara sementara, dengan kotak permainan yang diperlihatkan terlepas dari tangan Sophie. Masih pada babak La Revanche, Julien mengejar Sophie dan meneriakkan kata cinta pada Sophie namun ia tidak mempedulikannya walaupun ia melihat Julien mengejar bis yang ia naiki dengan susah payah. Mereka pun kembali berpisah sementara dengan tragis. Rentetan peristiwa berikutnya menampilkan episode tragis yang terjadi pada Julien dan Sophie, permainan tersebut telah mengambil hidup mereka sampai Julien berani menganggap enteng pernikahan dan menikahi Christel hanya untuk menyakiti hati Sophie. Sophie merusak upacara pernikahan dan membawa permainan cap ou pas cap ke dalam gereja, membuat ayah Julien marah besar dan memutuskan untuk pergi dari hidup Julien selama-lamanya, itu semua diakhiri dengan Julien yang sudah muak dengan Sophie dan membahayakan nyawa Sophie. Pada akhirnya mereka berpisah kembali dan Sophie memberikan tantangan untuk berpisah sementara dan bertemu kembali setelah 10 tahun. Pada babak La Belle, unsur tragis diperlihatkan ketika mobil Julien menabrak truk dan meledak akibat permainannya dengan Sophie. Lalu, pada puncaknya, akhir tragis diperlihatkan sepanjang babak La Ders des Ders. Julien dan Sophie mengubur diri mereka dalam semen secara hidup-hidup untuk melarikan diri dari kehidupan merekadan mencapai kebahagiaan abadi. Sementara unsur humor yang terdapat pada film ini disajikan melalui berbagai macam tantangan-tantangan yang muncul akibat permainan mereka. Kelakuan-kelakuan kedua tokoh utama
yang
tidak
pada
tempatnya
menimbulkan
kekonyolan
yang
muncul
seiringberkembangnya permainan cap ou pas capmereka. Hal tersebut memberikan kesan bahwa permainan tersebut menyenangkan dan membawa tawa serta kebahagiaan bagi Julien dan Sophie.
9
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
Unsur humor pada babak La Manche muncul dalam adegan yang menunjukkan permainan mereka di sekolah, dari mulai mengucapkan kata-kata kasar di kelas yang membuat seluruh kelas tertawa, melakukan perbuatan tidak senonoh seperti buang air kecil di celana di hadapan kepala sekolah, menumpahkan tinta ke muka guru serta ketidakpedulian Julien dan Sophie pada hukuman yang diberikan pada mereka. Humor ditunjukkan melalui kelakuan kedua tokoh utama yang tidak pada tempatnya. Humor ini kembali ditunjukkan ketika Julien dan Sophie menghancurkan pernikahan kakak Sophie dengan menjatuhkan piring-piring dari meja dan merusak kue pernikahan. Pada babak La Revanche, unsur humor kembali muncul melalui rententan episode konyol yang menimbulkan tawa antara Julien dan Sophie ketika mereka memainkan permainan cap ou pas cap pada masa SMA. Dari mulai tantangan untuk memakai pakaian dalam di luar baju, mencuri anting hingga bergantian mempermalukan guru olahraga mereka dengan menamparnya. Selanjutnya adegan yang menimbulkan tawa diperlihatkan ketika Sophie menyatakan perasaan cintanya pada lelaki tidak dikenal untuk melatih dirinya sebelum mengungkapkannya langsung pada Julien. Pada bagian ini diperlihatkan kelakuan jenaka Julien yang menyebabkan Sophie dan orang di sekitarnya tertawa karena ia melepas sepatu dan celananya hanya untuk menuruti Sophie agar ia mau makan malam dengannya. Unsur humor yang juga tergabung dengan unsur tragis dapat dilihat pada adegan selanjutnya. Unsur tragis dapat dilihat dari keadaan Julien yang luka-luka akibat kecelakaan mobil yang berawal dari permainannya dengan Sophie. Namun Julien menganggap enteng luka-lukanya dan menipu Sophie dengan menghindarinya, menyebabkan Sophie melihat orang lain yang mengalami luka bakar parah dan mengira bahwa itu adalah Julien. Julien tidak bisa berhenti tertawa walaupun ia merasa sakit ketika dokter sedang menjahit luka-lukanya karena ia tahu ia berhasil menipu Sophie. Unsur humor juga kental mewarnai babak akhir, babak epilog yang memperlihatkan Julien dan Sophie tua yang masih mengulang kembali permainan cap ou pas cap pada masa kecil mereka ketika mereka masih di sekolah dasar yaitu bermain kata, buang air kecil di hadapan pemilik panti jompo dan saling berbagi permen layaknya anak kecil walaupun mereka sudah lanjut usia. Dapat dilihat dari pemaparan unsur tragis dan unsur humor yang disajikan melalui episode-episode dari alur perjalanan hidup Julien dan Sophie bahwa kedua unsur ini ternyata saling berkaitan dari awal hingga akhir. Walaupun di beberapa episode hanya terdapat unsur tragis atau unsur humor saja, namun keduanya terlihat selalu menjalin sepanjang alur. Unsur tragis terlihat kuat pada prolog dan babak La Ders des Ders, yaitu situasi tragis yang mewarnai kesengsaraan masa kecil mereka dan akhir tragis ketika mereka memutuskan untuk
10
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
mati bersama, mengubur diri dalam semen. Pada saat inilah mereka membawa unsur humor yang identik dengan kebahagiaan bersatu dengan unsur tragis yaitu kematian. Sementara unsur humor kental mewarnaibabak La Manche, La Revanche, La Belledan epilog ketika mereka disibukkan oleh permainan mereka dan banyak timbul kekonyolan-kekonyolan dari tindakan mereka untuk memenangkan permainan tersebut. Ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya permainan yang menjadi semakin berbahaya, sehingga yang pada awalnya diperlihatkan konyol dan mengundang tawa justru menghasilkan akhir tragis. Konsistensi dikaitkannya unsur humor dan unsur tragis juga dapat disimpulkan dengan terlihatnya dominasi humour noir di sepanjang alur, humour noir yang dapat mengundang tawa dari situasi tragis dapat terlihat dari munculnya kematian sebagai sesuatu yang tragis namun dapat mengundang tawa. Kematian ibu Julien dan kematian Julien dan Sophie yang tragis pada akhirnya dapat mengundang tawa. Sophie tidak bertindak pada tempatnya dan mengundang tawa Julien dengan bernyanyi di atas nisan ibu Julien. Lalu dikuatkan kembali dengan Julien dan Sophieyang merasa mendapatkan kebahagiaan abadi dengan kematian mereka, dibuktikan dengan babak epilog yang diwarnai dengan unsur humor, muncul setelah kematian mereka. Selain konsistensi terjalinnya kedua unsur tersebut, humour noir juga dapat terlihat sebagai senjata untuk menunjukkan pemberontakan bagi Julien dan Sophie, keduanya ingin mendorong batas moralitas dan kenyataan mengerikan seperti kematian. Ini terlihat melalui permainan cap ou pas cap mereka yang penuh dengan tantangan-tantangan berbahaya dan ekstrem yang pelaksanaannya melampaui batas moralitas. Ini
menimbulkan
insiden-insiden
tragis
pada
hidup
mereka
serta
menunjukkan
ketidakpedulian mereka mengenai kematian, karena permainan cap ou pas captersebut sudah mereka anggap lebih penting dari hidup mereka. Dominasi humor noir pun terlihat di sepanjang alur, mengiringi cerita tragis hidup Julien dan Sophie. Analisis Tokoh dan Latar Terdapat enam tokoh yang mempengaruhi jalannya struktur naratif film Jeux d’Enfants, dengan pembagian dua tokoh utama dan empat tokoh pelengkap. Tokoh laki-laki berjumlah tiga orang yaitu Julien, ayah Julien dan Sergueï. Julien adalah tokoh utama yang berperan penting dengan watak yang menonjol, tokoh Julien dipengaruhi dengan keberadaan tokoh-tokoh pembantu yaitu ayah Julien dan Sergueï. Adapun tokoh perempuan berjumlah tiga orang yaitu Sophie, ibu Julien dan Christel. Sama seperti tokoh Julien, Sophie sebagai tokoh utama berperan penting, menunjukkan kedalaman psikologis dan merupakan pemicu
11
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
konflik film yang dipengaruhi dengan keberadaan tokoh-tokoh pembantu yaitu ibu Julien dan Christel. Watak kedua tokoh utama sangat menonjol dan ekstrem, dapat dilihat melalui tindakan-tindakan mereka untuk memenangkan permainan cap ou pas cap yang menimbulkan dampak pada keseluruhan film. Sifat kekanak-kanakan, kegemaran bermain, pemberani dan agresif Julien dan Sophie di sepanjang film juga menghasilkan kekonyolan-kekonyolan yang mendorong unsur humor dalam film, namun juga memicu akhir tragis. Tokoh Julien dan Sophie juga merasa memiliki kesamaan nasib pada masa kecil mereka, sengsara akan kurangnya kasih sayang dan kenyamanan dalam keluarga, meluapkan perasaan tersebut pada permainan cap ou pas cap yang memberikan sensasi kebahagiaan yang tidak pernah mereka dapatkan. Pada akhirnya, akibat watak-watak kedua tokoh utama tersebut, permainan tersebut berkembang menjadi sesuatu yang berbahaya dan keduanya terseret di dalamnya, memicu akhir yang tragis namun juga diwarnai dengan kentalnya unsur humor. Julien dan Sophie lebih merasa nyaman hanya dengan kehadiran masing-masing dan permainan cap ou pas cap dibandingkan dengan kehadiran tokoh-tokoh lain. Walaupun tokoh-tokoh pelengkap yang muncul berusaha mengalihkan perhatian mereka dari permainan tersebut namun eksistensi tokoh-tokoh pelengkap tersebut tetap tidak cukup untuk menjauhkan kedua tokoh utama yang selalu kembali terserat dalam permainan. Sergueï dan Christel tidak mampu membahagiakan Julien dan Sophie, walaupun masing-masing pasangan sudah membangun keluarga yang harmonis. Sementara ibu Julien sudah meninggalkan Julien dan tidak dapat menarik Julien lepas dari perangkap permainan. Ayah Julien juga pergi dari hidup Julien akibat permainan tersebut. Pada akhirnya, permainan tersebut hanya mengizinkan mereka berdua untuk tetap bersama dan meninggalkan semua kehidupan mereka yang sudah mereka bangun ketika mereka beranjak dewasa. Latar dalam film Jeux d’Enfants terbagi menjadi dua yaitu latar ruang dan latar waktu. Latar ruang berjumlah 6, terdiri dari ruang publik dan pribadi yaitu tempat konstruksi bangunan, jalanan, rumah,sekolah, gerejadan rel kereta. Latar tempat konstruksi pembangunan adalah latar kunci yang menyimbolkan awal dan akhir permainan mereka dengan diperlihatkannya kotak permainan berbentuk komidi putar mini. Latar tersebut juga menunjukkan bagaimana kematian yang seharusnya dipandang tragis malah justru ingin dicapai Julien dan Sophie dengan cara mengubur diri hidup-hidup dalam semen dan menjadi beku di dalamnya. Ini dapat dikaitkan dengan watak Julien dan Sophie kekanak-kanakan dan
12
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
menolak untuk bertumbuh dewasa, mereka ingin membekukan kebahagiaan masa kecil mereka untuk menjadi abadi. Sementara ruang publik dalam film ini adalah sarana bermain bagi Julien dan Sophie, ruang publik yang menunjukkan kebebasan dan tereeksposnya mereka oleh lingkungan sekitar, menunjukkan bahwa tokoh Julien dan Sophie tidak pernah memedulikan etika dan norma serta pandangan orang lain mengenai kegilaan mereka akan permainan cap ou pas cap tersebut. Jalanan dan sekolah adalah ruang publik yang mendominasi keseluruhan film. Ruang pribadi seperti rumah yang seharusnya memberikan kenyaman dan kebahagiaan bagi mereka, justru memberikan kesengsaraan serta merupakan trauma masa kecil bagi mereka. Terutama tokoh Sophie yang diperlihatkan tidak pernah memiliki ruang pribadi rumah sedari awal film, ini menunjukkan rentannya tokoh Sophie yang tidak mempunyai figur keluarga dan ketiadaan ruang pribadi ini adalah salah satu faktor diperlihatkannya watak Sophie yang lebih agresif daripada Julien. Dalam segi latar waktu, dipaparkan aspek visual dan audio visual yang menandakan bahwa kisah tragis Julien dan Sophie berlangsung pada tahun 90-an, latar waktu ini berkontribusi dalam merepresentasikan pikiran dan keadaan tokoh-tokoh dalam film.
Kesimpulan Film Jeux d‟Enfants menampilkan sebuah cerita yang menggabungkan tragedi dan komedi. Penyajian unsur tragis dan humor dalam film ini pun ditemukan dengan menganalisis aspek naratif yaitu alur, tokoh dan latar (ruang dan waktu). Sepanjang alur cerita film, ditemukan konsistensi terjalinnya unsur tragis dan unsur humor dari awal hingga akhir film. Ini dapat dilihat melalui berbagai macam episode tragis yang Julien dan Sophie lalui namun tetap dapat menghasilkan tawa. Permainan itu sendiri, yang seharusnya menimbulkan kebahagiaan justru malah menghasilkan akhir tragis yang memperkuat hadirnya humour noir dalam film ini. Dominasi humour noir ini, selain datang dari jalinan unsur tragis dan humor, juga dapat dilihat sebagai senjata pemberontakan Julien dan Sophie dalam mendorong batasbatas moralitas dan kenyataan mengerikan yang dalam film ini adalah kematian. Batas-batas moralitas tersebut dapat terlihat dilanggar oleh Julien dan Sophie dari berbagai macam tindakan-tindakan mereka yang tidak pada tempatnya hanya untuk memenangkan permainan cap ou pas cap di sepanjang alur. Kematian sebagai hal tragis juga dipandang dapat menghasilkan tawa pada sepanjang film.
13
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
Sementara unsur tragis dan unsur humor yang tampak melalui analisis tokoh dapat dilihat melalui latar belakang tokoh Julien dan Sophie yang tragis diikuti dengan kecocokan watak mereka. Sifat mereka yang kekanak-kanakan, pemberontak, agresif, impulsif dan keras mendorong tindakan-tindakan konyol yang kental akan unsur humor dan dapat mengundang tawa penonton. Namun sifat-sifat tersebut jugalah yang membuat permainan cap ou pas cap berkembang menjadi sesuatu yang lebih berbahaya hingga pada akhirnya dapat menghasilkan akhir yang tragis. Sementara latar ruang menampung watak-watak para tokoh dan merepresentasikan keadaan serta pikiran tokoh. Pada latar ruang, dapat terlihat dominasi ruang publik yaitu jalanan sebagai sarana bermain mereka, menunjukkan ketidakpedulian mereka pada lingkungan sekitar dan menekankan watak mereka yang pemberontak. Sementara ruang pribadi yaitu rumah menunjukkan situasi tragis karena rumah bagi Julien dan Sophie bukan merupakan sumber kenyamanan dan tidak pernah dianggap sebagai suatu tempat yang bisa mereka pulangi. Mereka lebih nyaman berada di ruang publik dengan satu sama lain. Pada segi latar waktu, dipaparkan aspek visual dan audio visual yang menandakan bahwa kisah tragis Julien dan Sophie berlangsung pada tahun 90-an, latar waktu ini berkontribusi dalam merepresentasikan pertumbuhan Julien dan Sophie sepanjang alur film yang ditunjukkan melalui repetisi berbagai versi lagu La Vie En Rose. Dapat disimpulkan bahwa unsur tragis dan humor pada film Jeux d’Enfants disajikan melalui konsistensi jalinan antara unsur tragis dan unsur humor pada alur, terlihatnya dominasi humour noir yang menunjukkan bahwa humor dapat datang dari situasi yang menyedihkan dan dapat digunakan sebagai senjata pemberontakan, benturan dan kecocokan watak kedua tokoh utama yang mendorong insiden-insiden tragis namun tetap dapat mengundang tawa, dilatari dengan ruang dan waktu yang merepresentasikan keadaan dan pikiran para tokoh. Kombinasi kedua unsur tersebur yang terlihat konsisten dari awal hingga akhir menimbulkan rasa teror dan kasihan sekaligus juga dapat mengundang tawa bagi para penonton. Skripsi ini merupakan penelitian yang masih terbatas pada kajian film non sinematografis dengan hanya menganalisis aspek naratif pada film. Masihbanyakhal-hal lain yang tentubelumterungkapmelaluipenelitianini.Penelitianinimungkinhanyalahawalataupembukajala nbagisuatupenelitian yang jauhlebihbesardanlebihmendalam.Aspeksinematografisdalam film inimerupakansalahsatuhaldarisekianbanyakhallainnya dapatditelitidenganlebihmendalam. 14
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
yang
Saran Skripsi ini merupakan penelitian yang masih terbatas pada kajian film non sinematografis dengan hanya menganalisis aspek naratif pada film. Masihbanyakhal-hal lain yang tentubelumterungkapmelaluipenelitianini.Penelitianinimungkinhanyalahawalataupembukajala nbagisuatupenelitian yang jauhlebihbesardanlebihmendalam.Aspeksinematografisdalam film inimerupakansalahsatuhaldarisekianbanyakhallainnya
yang
dapatditelitidenganlebihmendalam.
Daftar Referensi Buku
Aumont Jacques, Marie Michel. L'Analyse des Films. Nathan Université: Paris, 1989. Creswell, John W. Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Metode Campuran. (Terj. dari Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Wafaid, Ahmad). Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010. Dorsch, T. S. Classical Literary Criticism. Great Britain: Penguin Books Ltd, 1965. Draper, R.P., ed. Tragedy Developments in Criticism. London: The Macmillan Press LTD, 1980. Gauter, Dick. The Humor of Cartoon. New York: A Pegrige Book, 1988. Hassan, Fuad. Humor dan Kepribadian. Jakarta: Harian Kompas, 20 April, hal. 6, 1981.
Husein, Ida Sundari. Mengenal Pengarang-Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001.
15
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
Labrousse, Pierre. Indonesia Prancis Kamus Umum (4th Ed). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003. Lagarde, Andre & Michard, Laurent. XVIIe siècle. Paris: Dessain et Tolra, 1970. Manser, Juan. Dictionary of Humor. Los Angeles: Diego and Blanco Publisher Inc, 1989. Morel, Jacques. La Tragédie. Paris: Librairie Armand Colin, 1964 Neuman,
W.Lawrence.
Social
Research
Methods:
Qualitative
and
Quantitave
Approaches. Boston: Pearson, 200 Philips, W. H (1999). Film. An Introduction. Boston-New York: Bedfort/St.Martin‟s‟, 1999. Puzin, Claude. XVIIe siècle. Littérature textes et documents, le livre de l'élève. Paris: Nathan, 1990. Sathyanarayana, K. The Power of Humor at The Workplace. New Delhi: Response Books, 2007. Setiawan, Arwah. Teori Humor. Jakarta: Majalah Astaga, No.3 Th.III, hal. 34-35, 1990. Soemargono, Farida., dan Winarsih Arifin. Kamus Perancis – Indonesia. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 1991. Weissman, Paul Robert., Josette Rey-Debove, dan Alain Rey. Le Petit Robert 2011 Dictionnaire Alphabetique Et Analogique De La Langue Fraņcaise. Paris: Le Robert, 2011.
Sumber Elektronik Rossano, Denis. Quand Hollywood célèbre le cinéma français au Colcoa 2012. Januari 18, 2013.
http://www.lexpress.fr/culture/cinema/colcoa-2012-quand-hollywood-celebre-le-
cinema-francais_1104326.html http://www.allocine.fr/personne/fichepersonne-77631/biographie/ (diunduh 3 Desember 2012) http://www.biff.no/2003/index.php?Eng=Ja&ID=ProgramEng&ID2=Director&ID3=S&ID4= T&ID5=T (diunduh 3 Desember 2012) http://www.cinemovies.fr/actu/yann-samuell-realisateur-de-jeux-d-enfants-au-micro-decinemovies/1187 (diunduh 19 Januari 2013) 16
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013
http://www.cinergie.be/webzine/jeux_d_enfants_de_yann_samuel (diunduh 3 Desember 2012) http://www.commentfaiton.com/fiche/voir/13201/comment-definir-l-humour-noir
(diunduh
25 Juli 2013) http://www.filmosphere.com/movie-review/critique-jeux-denfants-2003/
(diunduh
3
Desember 2012) http://lci.tf1.fr/cinema/news/jeux-d-enfants-marion-cotillard-yann-samuel-5001972.html (diunduh 27 Maret 2013) http://www.imdb.com/title/tt1655442/ (diunduh 20 Januari 2013) http://www.imdb.com/title/tt0364517/awards (diunduh 3 Desember 2012) http://www.lequotidienducinema.com/critiques/jeuxdenfants_critique/critique_jeux_denfants. htm (diunduh 3 Desember 2012)
17
Unsur tragis..., De Yogi Kosalania, FIB UI, 2013