PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS-JENIS PLESETAN SERTA HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DAN LEKSEM TERMAKSUD DALAM HUMOR PLESETAN DALAM BUKU PLESETAN REPUBLIK INDONESIA KARYA KELIK PELIPUR LARA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Wendy Nugroho NIM: 114114002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS-JENIS PLESETAN SERTA HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DAN LEKSEM TERMAKSUD DALAM HUMOR PLESETAN DALAM BUKU PLESETAN REPUBLIK INDONESIA KARYA KELIK PELIPUR LARA
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Wendy Nugroho NIM: 114114002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS-JEMS PI.ESi'NIil SERTtr. HUBT]NGAI\I MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DA]\I LEI(SEM TERIIIAI(,SUD DALAM HUMOR PLESETAN DALAM B{IKU PLESEUN NEPADTIK TNDONESIA KARYA KELIKPELIPUR LARA
Oleh: Wendy Nugroho
Nllvt ll4ll4002
.
telah disetujui oleh: ,,
a':
Prof. I. Prapta$o Baryadi, M. Hum.
Tanggal:Z5funi 2015 .
'.: '
a---/
Antonq M. Hum.
Tanggal:25 Juni 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JEIVIS-JENIS PI.ESE' TAN SERTA HTJBUNGAN MAKNA AI\TTARA LEKSEM TERUCAP DAII LEKSEIVI TERMAKSUD DALAM HT}MOR PLESETAN DALAM BUKU PLESETAN REPUBTIX INDONESIA
KARYA KELIK PELIPUR LARA Dipersiapkan dan ditrlis oleh Wendy Nugroho
NIM: I14114002 Tetah dipertahanl€n di depan Panitia Penguji
Pada?l Juli 2015 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Ketua
Drs. HeryAntono, M.Hum.
Sekretaris
S.E. PeniAdjio S.S., M.Hum.
Anggota
Dr. P.Ari Subagyo, M.Hum.
"--:
Dm. HeryAntono, M.Hum.
nof, pr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.
31 Juli 2015 Sastra Sanata Dharma
F.X. Siswadi, M.A.
ru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
"Eyes can see, and a mind can think. Insanity is just one step away." ~Simon Deimel~
">help" ~Interactive Fiction~
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2l Juli 2015 Penulis
'//'
Z1
Wendy Nugroho
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v )
PERNYATAAN PERSETUJUAII PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAII AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah
ini, safr,olhurir*u Universitas
Sanata Dharma:
Nama : Wendy Nugroho
NIM
:114114002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Jenis-Jenis Plesetan Serta Hubungan Makna Antara Leksem Terucap dan Leksem Tennaksud dalam
Hulnor Plesetan dalam Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian,
saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma h'ak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di intemet atau media
yang lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta
ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
,
penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada
-
tanggal2I IuLi 2014
Yang menyatakan
,a Wendy Nugroho I
vt
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu membimbing dan -'-
I
\
menuntun penulis dalam perjalanan pengerjaan skripsi ini, Sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan gelar sarjana
di
Fakultas Sastra,
Program Studi Sastra Indonesia" Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi
ini telah berhasil
diselesaikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi
ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik yang terlibat secara
langsung, maupun yang tidak terlibat secara langsung. Oleh sebab itu, penulis hendak rnengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, yaitu:
L
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pernbimbing
i
yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan memberi dukungan, semangat, masukan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.
2.
Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing
II
yang telah
membimbing ,"rtu memberikan saran, masukan, perhatian, dan dorongan mental. a
Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia: Drs.
B.
Rahmanto,
M.Hum., Drs. F.X. Santoso, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., Dra. Fr. Tjandrasih, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Yosepiapi Taum,
M.Hum., Prof Dr. I Dewa Putu Wijana, SU, MA., yang telah memberikan bekal ilmupengeahrun4.
Seluruh staf
sfuid
telah diberilcm-
Fakultas sastra atas segala bentuk bantuan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma
_
yang
telah
memberikan pelayanan untuk memperoleh sumber-sumber dan referensi. 6.
Orangtua penulis,
Oei Hok An yang tulus hati membiayai
dan
mendoakan penulis dalam mqreqluh pendidikan hingga menyelesaikan
skripsi ini. 7.
Gabriela Melati Putri sebagai orang spesial yang mendukung dan mengingatkan penulis untuk menyel esaikan skrips i
8.
Rafael Marion Galley yang telah membantu menerjemahkan abstrak penelitian ini ke dalam bahasa Inggris.
=9.
Teman-teman sedarah-seperjuangan angkatan 20 1 1 Sastra Indonesia uSD yang telah membagi waktu dan pengalamannya. I
10.
Seluruh Awak
notos dan pemukim
di
Rumah
nolqs,
seluruh
teman-teman Sastra, teman-teman Jaksa, teman-teman Media Sastra.
Yogyakarta, 25 Juni 2015
,h Penulis
vllt
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Nugroho, Wendy. 2015. "Jenis-Jenis Plesetan Serta Hubungan Makna Antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Humor Plesetan dalam ". Skripsi Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara Lara". Strata 1 (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji hubungan makna antara leksem yang dimaksud dengan leksem terucap yang terdapat dalam wacana humor plesetan. Ada dua masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Permasalahan yang pertama adalah jenis-jenis plesetan apa saja yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Permasalahan yang kedua adalah apa saja jenis hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dan mendeskripsikan jenis-jenis hubungan makna yang terdapat dalam plesetan. Objek dalam penelitian ini adalah hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Sumber data dalam penelitian ini adalah plesetan bahasa. Data diperoleh dari sumber pustaka berupa buku karya Kelik Pelipur Lara yang berjudul Plesetan Republik Indonesia. Data diperoleh menggunakan metode simak. Teknik catat diterapkan dengan mencatat satuan-satuan lingual yang memuat unsur plesetan. Tidak seluruh data dimasukkan ke dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan beberapa data yang representatif sebagai sampel. Data-data kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis menerapkan metode padan. Ada beberapa sub-jenis metode padan yang digunakan, yaitu metode padan referensial, metode padan fonetis artikulatoris, metode padan ortografis, dan metode padan translasional. Metode padan referensial, alat penentunya adalah kenyataan atau referen bahasa. Metode padan fonetis artikulatoris, alat penentunya adalah organ wicara. Metode padan ortografis, alat penentunya adalah tulisan. Metode padan translasional, alat penentunya adalah bahasa lain. Berdasarkan penelitian ini, tidak semua jenis plesetan memiliki hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Hubungan makna tersebut hanya ditemui dalam jenis plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan ideologi, plesetan diskursi. Hubungan makna tidak ditemui dalam jenis plesetan morfemis, plesetan frasal, plesetan ekspresi. Berdasarkan hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud, plesetan dapat digolongkan menjadi (1) plesetan antonimi, (2) plesetan homonimi, (3) plesetan polisemi, (4) plesetan hiponimi, (5) plesetan metonimi, dan (6) plesetan asosiatif. Kata kunci: plesetan, relasi makna, leksem
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Nugroho, Wendy. 2015. “Types of Plesetan and Meaning Relation between Spoken and Meant Lexemes in Plesetan Humor in Book Plesetan Republik Indonesia by Kelik Pelipur Lara Lara””. Strata 1 (S1) Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Literature, Sanata Dharma University. This research investigated the meaning relation between meant lexemes and spoken lexemes in plesetan humor discourse. There were two problems discussed in this research. The first was what kinds of plesetan which had meaning relation between spoken and meant lexeme were. The second was what kinds of meaning relation between spoken and meant lexemes. This research aimed to describe the types of plesetan which had meaning relation between spoken and meant lexemes and types of meaning relation in plesetan. The object in this research was meaning relation between meant lexemes and spoken lexemes. The data in this research was language plesetan. The data was obtained from literary resource in form of book written by Kelik Pelipur Lara entitled Plesetan Republik Indonesia. The data achieved by intensive reading. Notation technique was applied by noting lexicons which contains plesetan’s elements. The researcher did not put the whole data; only the representative ones were chosen as samples. Then, the data was classified into groups based on their types. To answer the formulated problems in this research, the researcher applied matching method. There were several sub-types of matching method used in this research. They were referential, phonetic-articulatory, orthographic, and translational matching method. The determining instrument of referential matching method was reality or language referent. The determining instrument of phonetic-articulatory matching method was phonetic articulation devices. The determining instrument of orthographic matching method was script or writing. The determining instrument of translational matching method was other languages. Based on this research, not all plesetan had meaning relation between spoken and meant lexemes. The meaning relation was only found in phonological plesetan, graphic plesetan, ideological plesetan, and discourse plesetan. The meaning relation was not found in morphemic plesetan, phrasal plesetan, and expressional plesetan. Based on the meaning relation between spoken and meant lexeme, plesetan could have been classified into (1) antonymic plesetan, (2) homonymic plesetan, (3) polysemous plesetan, (4) hyponymy plesetan, (5) metonymic plesetan, and (6) associative plesetan. Keywords: plesetan, meaning relation, lexeme
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 1: Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan........................................... 5
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Fonologis.............................................................................. 23 Tabel 2: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Grafis.................................................................................... 25 Tabel 3: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Morfemis.............................................................................. 27 Tabel 4: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Frasal.................................................................................... 29 Tabel 5: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Ekspresi................................................................................ 31 Tabel 6: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Ideologi.................................................................................34 Tabel 7: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Diskursi................................................................................ 37
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI PENGUJI......................................... iii MOTTO MOTTO.............................................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KARYA.............................................. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI PUBLIKASI....................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................ ix
ABSTRACT ....................................................................................... x DAFTAR BAGAN ............................................................................ xi DAFTAR TABEL TABEL............................................................................... xii DAFTAR ISI ISI....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7 1.6 Landasan Teori ........................................................................... 8 1.7 Sumber Data ............................................................................... 16 1.8 Metode Penelitian ....................................................................... 16 1.9 Sistematika Penyajian ................................................................ 19
BAB II JENIS-JENIS PLESETAN YANG MEMILIKI HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DENGAN LEKSEM YANG DIMAKSUD 2.1 Pengantar .................................................................................... 20 2.2 Plesetan Fonologis ..................................................................... 20
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3 Plesetan Grafis ........................................................................... 23 2.4 Plesetan Morfemis ..................................................................... 26 2.5 Plesetan Frasal ........................................................................... 27 2.6 Plesetan Ekspresi ....................................................................... 29 2.7 Plesetan Ideologi ........................................................................ 32 2.8 Plesetan Diskursi ....................................................................... 34
BAB III HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DENGAN LEKSEM YANG DIMAKSUD DALAM PLESETAN 3.1 Pengantar .................................................................................... 38 3.2 Plesetan Antonimi ...................................................................... 39 3.3 Plesetan Homonimi .................................................................... 44 3.4 Plesetan Polisemi ....................................................................... 50 3.5 Plesetan Hiponimi ...................................................................... 53 3.6 Plesetan Metonimi ..................................................................... 58 3.7 Plesetan Asosiatif ....................................................................... 61
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ................................................................................ 65 4.2 Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 67 LAMPIRAN LAMPIRAN........................................................................................ 71
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Plesetan cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 1970-an, plesetan mulai banyak dipraktikkan oleh pelawak-pelawak Indonesia. Salah satu pelawak tahun 1970-an yang sering menggunakan plesetan dalam lawakannya adalah Basiyo, seorang pelawak dari Yogyakarta yang terkenal karena
plesetan-nya. Namun, pada kenyataannya plesetan tidak hanya digunakan oleh para pelawak saja. Plesetan sering muncul dalam perbincangan masyarakat pada umumnya. Plesetan biasanya muncul pada situasi informal atau keseharian, tetapi
plesetan bisa juga muncul pada situasi yang formal. Karena sifatnya yang menimbulkan gelak tawa, plesetan biasanya menjadi pelumas dalam komunikasi dan sering dimanfaatkan untuk mencairkan suasana. Mengutip tuturan Wijana (2004: 2) dalam bukunya yang berjudul Kartun:
Studi tentang Permainan Bahasa, humor adalah salah satu bentuk permainan. Sebagai homo ludens1 manusia gemar bermain. Plesetan merupakan fenomena yang tidak hanya dialami oleh masyarakat Indonesia. Sebagai homo ludens, manusia di manapun mereka berada gemar bermain. Istilah swerving words merupakan bukti bahwa plesetan juga ada dalam bentuk bahasa Inggris. Hal ini dipengaruhi oleh adanya sifat dasar suatu bahasa, yaitu arbitrer. Jadi, bahasa memiliki fleksibilitas tergantung siapa yang menggunakannya. 1
Homo ludens berarti manusia adalah makhluk yang bermain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Karena plesetan telah menjadi semacam kebiasaan atau permainan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, plesetan dimanfaatkan pula dalam bidang ekonomi. Di dunia hiburan, dijumpai Ketoprak Plesetan pada tahun 1990-an. Di dunia perkausan, plesetan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kaus dan pecinta plesetan. Dagadu adalah merk salah satu kaus plesetan yang berasal dari kota Yogyakarta. Menurut Baryadi (2003: 37), plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur yang menggelincirkan satuan lingual yang secara konvensional telah memiliki bentuk-makna tertentu ke satuan lingual yang memiliki bentuk-makna lain. Berikut adalah salah satu contoh plesetan:
(1) Swedia payung sebelum hujan
Pada contoh tersebut dapat dimengerti bahwa plesetan tersebut merupakan penggelinciran dari sebuah peribahasa yang sudah memiliki bentuk dan makna tertentu, yaitu Sedia payung sebelum hujan. Contoh plesetan tersebut menjadi hal yang lucu jika didengar oleh orang berbahasa Indonesia yang, tentu saja, mengerti wujud konvensional peribahasa aslinya, yaitu yang seharusnya sedia digelincirkan menjadi swedia. Dalam dunia plesetan, nama Raden Kelik Sumaryoto sudah tidak asing lagi. Pelawak yang lebih akrab dikenal dengan nama Kelik Pelipur Lara ini menciptakan plesetan-plesetan yang bersifat mengkritik dan menyindir. Pria yang memiliki julukan King of Plesetan ini telah membukukan lawakan plesetannya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
meliputi: Please Edan, Plesetan dengan Kau, Plesetan Relublik Indonesia. Ada faktor yang mempengaruhi kelucuan suatu plesetan. Faktor eksternal berasal dari konteks yang dialami para pendengar atau pembaca. Faktor internal berasal dari plesetan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah tinjauan mengenai kelucuan tersebut. Pada kasus ini, penulis tidak akan membahas mengenai konteks pendengar atau pembaca suatu plesetan karena penelitian mengenai konteks penggunaan telah banyak dilakukan. Penulis lebih tertarik meneliti faktor struktural plesetan. Berdasarkan konsep hubungan in absentia Saussure, dalam plesetan ditemui hubungan asosiatif antara satuan lingual yang diucapkan dalam tuturan dengan satuan lingual lain yang tidak hadir dalam tuturan. Hubungan tersebut dimungkinkan sebagai hubungan makna. Hubungan makna yang dimaksud adalah hubungan semantis baik bentuk maupun makna suatu satuan lingual dengan satuan lingual lain. Berikut adalah contoh hubungan absensia pada plesetan:
(2) + -
Binatang apa yang paling kaya? Beruang
Dalam tuturan hadir leksem beruang yang bermakna 'binatang'. Leksem tersebut mengasosiasikan satuan lingual lain yang tidak hadir dalam tuturan, yaitu
beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Dari kedua leksem tersebut, dimungkinkan adanya hubungan makna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Secara semantis, sebenarnya kedua kata beruang tersebut memiliki makna yang sangat berbeda. Beruang1 merupakan suatu bentuk dasar yang bermakna 'binatang', sedangkan beruang2 berasal dari kata uang yang mendapat awalan bersehingga menjadi kata beruang yang secara tidak disengaja memiliki bentuk yang sama dengan kata beruang yang bermakna 'binatang' tersebut. Karena kedua kata tersebut memiliki susunan bunyi dan susunan ortografis yang sama, plesetan tersebut merupakan plesetan homonimi. Seperti pada contoh tersebut, suatu plesetan selalu berdasarkan bentuk satuan lingual yang telah diakui secara konvensional. Keseluruhan atau sebagian dari bentuk konvensional tersebut diganti dengan satuan lingual lain yang memiliki kemiripan. Hal ini didukung dengan adanya asosiasi satuan lingual dengan satuan lingual lain yang memiliki kemiripan bentuk atau makna. Atas dasar kemiripan tersebut, dilakukanlah substitusi atas kedua satuan lingual tersebut untuk memunculkan kelucuan. Penerapan prinsip ini dilakukan secara beragam sehingga memunculkan jenis-jenis plesetan yang beragam pula. Untuk memudahkan pembahasan mengenai konsep ini, penulis memilih istilah leksem terucap sebagai sebutan untuk satuan kebahasaan yang digelincirkan dan leksem yang dimaksud sebagai sebutan untuk bentuk konvensional suatu plesetan. Selain leksem terucap dan leksem yang dimaksud, sebenarnya ada maksud atau tujuan plesetan. Namun, hal tersebut dibahas dalam ranah pragmatik, misalnya adanya pelanggaran maksim pada leksem terucap sehingga menyindir seseorang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Berikut adalah gambar mengenai hubungan antara tiga unsur plesetan:
Leksem yang Dimaksud
Maksud/Tujuan
A
B Leksem Terucap
Bagan 1. Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai hubungan yang ditunjukkan oleh huruf A pada gambar 1.1. Penulis tidak akan membahas hubungan yang ditunjukkan oleh huruf B agar pembahasan lebih fokus dan sesuai dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini. Pada praktiknya tidak semua plesetan memiliki hubungan makna seperti yang telah dibahas sebelumnya. Berikut adalah contoh plesetan yang tidak memiliki hubungan makna:
(3) + -
Makanan apa yang disukai anak-anak? Donat. Donat Bebek
Kata Donat pada contoh tersebut merupakan substitusi dari kata Donal. Hal ini disebabkan oleh adanya kata Bebek yang secara konvensional diakui oleh masyarakat sebagai Donal Bebek. Hubungan asosiatif pada kata Donat dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Donal memang terbukti ada, tetapi kedua kata tersebut tidak memiliki hubungan makna sama sekali. Kedua kata tersebut hanya memiliki susunan bunyi dan ortografis yang mirip. Karena tidak semua plesetan memiliki hubungan makna, perlu dilakukan tinjauan mengenai jenis plesetan yang memiliki hubungan makna. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan menggali keberadaan hubungan makna yang terdapat dalam plesetan dan merumuskan jenis-jenis
plesetan berdasarkan hubungan makna yang teredapat di dalamnya. Hubungan makna menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas karena hubungan makna itulah yang secara tidak disadari membuat konkret kata "lucu" yang masih bersifat relatif.
1.2 Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang telah dijelaskan di Latar Belakang Masalah, permasalahan bisa dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apa saja jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku Plesetan
Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara? 2.
Apa saja hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan dalam buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini bertujuan: Mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna
1.3.1
antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara. 1.3.2
Mendeskripsikan berbagai jenis hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam beberapa wacana humor plesetan dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan sumbangan teori dalam semantik berupa hubungan makna yang terdapat dalam humor plesetan. Secara tidak langsung, penelitian ini juga memberikan teori mengenai bagaimana hubungan makna terbentuk dalam plesetan. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam bidang humor dan plesetan. Dengan melihat adanya hubungan makna dalam plesetan, teori yang terdapat dalam penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk menciptakan plesetan-plesetan baru yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud.
1.5 Tinjauan Pustaka Penulis menemukan sebuah penelitian dengan judul topik "Proses Pembentukan dan Jenis-jenis Plesetan Satuan Lingual" oleh Rachmat Widodo.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Dalam tulisannya, dia meneliti bagaimana plesetan dalam satuan lingual itu tertentuk dan apa saja jenisnya. Purwanti, juga meneliti plesetan. Dalam tulisannya yang berjudul Analisis
Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik), Purwanti tidak menggunakan pendekatan semantik, tetapi pragmatik. Dia lebih mengerucutkan objeknya khusus plesetan yang ada pada kaus Dagadu Djokdja. Dia lebih melihat fenomena pragmatik apa saja yang terjadi dalam plesetan pada kaus Dagadu, teknik penciptaan, dan bagaimana bentuk tindak tuturnya. Semantik saat ini belum banyak digunakan untuk dijadikan sebagai persepktif dalam mengkaji plesetan. Rachmat Widodo memang pernah mengangkat soal humor plesetan. Namun topik yang penulis angkat ini memiliki kebaruan, yaitu tentang hubungan makna. 1.6 Landasan Teori Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, yaitu (a) plesetan, (b) jenis-jenis plesetan, dan (c) relasi makna. 1.6.1
Plesetan
Plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka makna
yang
dimungkinkan
oleh
sifat
sewenang-wenang
pada
kaitan
penanda-makna-realitas empirik (Heryanto 1996: 110).
Plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur yang menggelincirkan satuan lingual yang secara konvensional telah memiliki bentuk-makna tertentu ke satuan lingual yang memiliki bentuk-makna lain (Baryadi 2003: 37).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Biasanya, dalam eksekusinya, plesetan menggelincirkan suatu makna dengan mengubah bahasa dalam berbagai taraf. Ada plesetan yang hanya mengubah bunyi suatu kata, tetapi ada juga plesetan yang mengubah atau menggelincirkan struktur kebahasaan yang lebih rumit, seperti fungsi gramatik, kata atau frasa secara keseluruhan, hingga satu wacana secara utuh. Verhaar (1996: 385-386) menyebutkan bahwa fonem tidaklah membawa arti, tetapi berperan sebagai pembeda makna. Jadi, jika alur logikanya ditarik ke dalam konteks plesetan, perubahan fonem atau bunyi yang terjadi dalam plesetan sangat berpotensi menyebabkan penggelinciran makna karena satupun bunyi berubah, menimbulkan perubahan makna. Begitu pula dengan penggelinciran struktur kebahasaan yang lebih rumit, potensi lahirnya plesetan pun semakin besar. Fonem, sebagai satuan tingkat kebahasaan paling sederhana, adalah sarana paling mudah untuk menciptakan plesetan. Itu sebabnya, plesetan dengan melibatkan perubahan fonem sangat sering kita jumpai.
Plesetan jenis homonim—hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan tentang jenis-jenis plesetan berdasarkan relasi makna—terkadang akan disalahartikan sebagai metafora. Namun, Ratna (2009: 181) dalam bukunya yang berjudul
Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya menyatakan bahwa metafora, secara luas atau umum, dapat dimengerti sebagai penggunaan bahasa yang dianggap 'menyimpang' dari bahasa baku. Konsep penyimpangan dalam metafora tersebut memiliki konsep yang sama dengan konsep penyimpangan dalam plesetan. Jadi, pada konteks tertentu, metafora juga dapat dianggap sebagai
plesetan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6.2
10
Jenis-Jenis Plesetan
Berdasarkan tingkat kebahasaannya, Sibarani (2004 dalam Ni Made Dhianari, 2011: 15-16) mengelompokkan plesetan berdasarkan tingkat kebahasaannya menjadi 7 jenis, yaitu plesetan fonologis (bunyi), plesetan grafis (huruf), plesetan morfemis (leksikon), plesetan frasal (kelompok kata), plesetan kalimat (ekspresi),
plesetan ideologis (semantis), plesetan diskursi (wacana). 1.6.2.1 Plesetan Fonologis
Plesetan fonologis (bunyi) yaitu plesetan yang menggelincirkan fonem suatu satuan lingual. Dhianari (2011: 15) menyebutkan bahwa plesetan fonologis pada umumnya digunakan untuk memperolok-olok atau mengejek orang lain. Contoh:
Robert diplesetkan menjadi Robek. 1.6.2.2 Plesetan Grafis Perlu dipahami bahwa kata grafis di sini bukan bermakna gambar, melainkan huruf. Plesetan jenis ini menggelincirkan setiap huruf pada suatu satuan lingual dengan menganggapnya memiliki kepanjangannya masing-masing sehingga satuan lingual tersebut menjadi sebuah singkatan. Plesetan Grafis (huruf) yaitu plesetan gabungan huruf dengan menjadikannya sebagai singkatan. Contoh: ABCD diplesetkan menjadi ABRI Bukan Cepak Doang. Hasil akhir plesetan ini hampir sama dengan singkatan atau akronim. Namun, perbedaannya terletak pada proses pembentukannya. Singkatan pada umumnya dibentuk setelah ada bentuk yang panjangnya sehingga dibentuk menjadi singkatan atau akronim, contohnya: Sekolah Menengah Atas disingkat menjadi SMA. Namun, plesetan pada umumnya gabungan hurufnya telah lebih dahulu ada atau diciptakan kemudian diberi kepanjangan. Misalnya MBA menjadi Married By Accident. (Dhianari. 2011: 15-16) 1.6.2.3 Plesetan Morfemis Hampir sama dengan plesetan grafis, plesetan morfemis juga memperlakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
kata dengan menjadikan atau menganggapnya sebagai akronim. Berbeda dengan
plesetan grafis, plesetan morfemis menggelincirkan setiap morfem dari satuan lingual dengan menganggapnya memiliki kepanjangan. Misalnya, nama Agus diplesetkan menjadi Agak GUndul Sedikit. 1.6.2.4 Plesetan Frasal
Plesetan frasal (kelompok kata) yaitu, seperti plesetan morfemis, plesetan yang menggunakan frasa dan menganggapnya sebagai akronim. Bedanya, jika
plesetan frasal melibatkan frasa atau kelompok kata, plesetan morfemis melibatkan morfem saja. Misalnya, frase Botol Lampu diplesetkan menjadi
BOdoh TOLol LAMbat PUla. 1.6.2.5 Plesetan Ekspresi
Plesetan kalimat (ekspresi) yaitu plesetan sebuah kalimat dengan cara mengubah kata-katanya sehingga mengubah baik secara parsial atau keseluruhan makna sebuah kalimat tanpa mengubah struktur dan intonasi kalimat tersebut. Misalnya, teks lagu “Ayo Maju Maju” diplesetkan menjadi “Tidak Maju Maju.” 1.6.2.6 Plesetan Ideologis
Plesetan ideologis (semantis) yaitu plesetan sebuah ide menjadi ide lain dengan bentuk linguistik yang sama. Misalnya, hidup tak hidup, pandangan hidup,
pegangan hidup digelincirkan menjadi dipandang saja sudah hidup atau dipegang baru hidup. 1.6.2.7 Plesetan Diskursi
Plesetan diskursi (wacana) yaitu plesetan dengan tingkat kerumitan paling tinggi yang biasanya melibatkan sebuah cerita atau narasi, lalu memutarbalikkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
fakta, kenyataan, atau alur logika wacana yang sebenarnya. Misalnya: Andaikata
celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangi penampilan Anda. Nah, untuk menghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudah untuk mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlah celana Anda pada air hangat selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama 24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempel pada celana Anda akan hilang seketika, berikut celananya. Contoh tersebut menggelincirkan sebuah wacana menghilangkan noda pada celana menjadi menghilangkan noda beserta
celana. 1.6.3
Relasi Makna
Dalam semantik, satuan-satuan kebahasaan memiliki hubungan bentuk dan makna dengan satuan kebahasaan yang lain. Selain itu, satuan-satuan kebahasaan dimungkinkan memiliki berbagai makna (Wijana dan Rohmadi 2011: 19). Wijana memberikan contoh kata putih. Kata putih memiliki beberapa hubungan. Kata
putih memiliki hubungan dengan kata suci. Kata putih memiliki hubungan dengan hitam. Kata putih juga memiliki hubungan dengan kata kuning, biru, cokelat, merah dan warna-warna lainnya. Namun, ada juga satuan-satuan bahasa yang tidak memiliki hubungan makna, tetapi secara kebetulan memiliki hubungan bentuk. Wijana memberikan contoh binatang beruang memiliki hubungan bentuk secara tidak sengaja dengan kata beruang 'memiliki uang' dan beruang 'memiliki ruang'. Dari beberapa hubungan itu, Wijana menyimpulkan bahwa sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan metonimi menjadi sentral di dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
semantik (Wijana dan Rohmadi 2011: 20). 1.6.3.1
Sinonimi
Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan lain (Wijana dan Rohmadi 2011: 20). Wijana mengatakan bahwa meskipun kata-kata yang bersinonim memiliki kesamaan makna, itu pun tidak menyuruh. Kesamaan menyeluruh (complete synonym) tidak pernah dijumpai (Wijana dan Rohmadi 2011: 20). Setiap bentuk kebahasaan yang memiliki struktur fonemis yang berbeda dapat dipastikan memiliki makna yang berbeda, betapa pun kecilnya (Bloomfield 1993: 145 dalam Wijana dan Rohmadi 2011: 20). 1.6.3.2
Antonimi
Antonimi oleh Wijana disebut sebagai perlawanan kata. Antonimi bisa dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada jumlah pasangan dan sifat perlawanannya, yaitu antonimi biner dan antonimi nonbiner, antonimi bergradasi dan antonimi tak bergradasi, antonimi ortogonal dan antipodal, antonimi direksional dan antonimi relasional (Wijana 2011: 25). Antonimi biner adalah perlawanan yang hanya beranggotakan dua buah leksem. Dalam antonimi biner tidak bisa ditemui anggota lain selain kedua anggota tersebut, contohnya antonimi biner antara kata hidup dan mati tidak memiliki anggota selain kedua itu. Antonimi nonbiner adalah antonimi, yang anggotanya lebih dati dua. Wijana mencontohkan bahwa selain dingin dan panas ada anggota-anggota lain seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
hangat dan sejuk. Menurut Wijana dan Rohmadi, nama-nama bulan dianggap sebaai pasangan antonimi nonbiner karena selain Januari dan Desember ada anggota-anggota yang lain, seperti Februari, Maret, Juli, dan lain-lain. Antonimi bergradasi adalah perlawanan yang berjenjang atau bertingkat (gradable opposite) sehubungan dengan sifat-sifat relatif makna kata-kata yang berlawanan itu (Wijana dan Rohmadi 2011: 28). Dalam antonimi bergradasi, sangat dimungkinkan anggotanya dilekati oleh kata-kata seperti lebih, kurang, agak, dan lainnya. Menurut Wijana dan Rohmadi (2011: 29) antonimi yang tak bergradasi adalah perlawanan tak bertingkat atau tak berjenjang (ungradable opposite). Biasanya anggotanya berupa kata-kata yang tidak bersifat relatif, jadi tidak dijumpai kata-kata seperti lebih, kurang, agak, dan lainnya. Antonomi ortogonal adalah perlawanan yang oposisinya tidak bersifat diametrik. Utara secara ortogonal bisa berantonim dengan semua arah mata angin kecuali Selatan. Utara secara antipodal hanya berlawanan dengan Selatan saja. Antonimi direksional adalah perlawanan makna yang oposisinya ditentukan berdasarkan gerak menjauhi dam mendekati suatu tempat. Wijana mencontohkan kata pulang dan pergi, ke sana dan ke mari, datang dan pergi merupakan pasangan antonimi yang bersifat direksional. Sedangkan antonimi relasional menurut Wijana dan Rohmadi adalah perlawanan yang oposisinya bersifat kebalikan. 1.6.3.3
Polisemi
Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam makna. Perbedaan antara makna yang satu dengan makna yang lain dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
ditelururi atau dirunut hingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna-makna itu berasal dari sumber yang sama (Wijana dan Rohmadi 2011: 31). Suatu kata bisa memiliki lebih dari satu makna dan kesamaan-kesamaan itu selalu memiliki garis merah berupa kesamaan konsep kata-kata yang berpolisemi tersebut. 1.6.3.4
Homonimi
Berbeda dengan polisemi, meskipun merupakan hubungan dua kata atau lebih yang memiliki bentuk yang sama, homonimi ada atas dasar ketidaksengajaan. Wijana mencontohkan kata beruang 'binatang' secara kebetulan memiliki bentuk yang sama dengan beruang 'memiliki ruang' dan beruang 'memiliki uang'. Homonimi secara umum adalah hubungan bentuk dua kata atau lebih yang tulisan dan bunyinya sama persis. Hubungan bentuk yang hanya tulisannya saja yang sama disebut homografi, sedangakan hubungan bentuk yang hanya bunyinya saja yang sama disebut homofoni. 1.6.3.5
Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan semantik antara makna spesifik dan makna generik, atau anggota taksonomi dengan nama taksonomi (Kridalaksana, 1993: 74 dalam Wijana 2011: 53). 1.6.3.6
Metonimi
Metonimi adalah kata atau leksem yang memiliki hubungan asosiatif dengan kata atau leksem lain. Suatu kata terkadang dapat mengasosiasikan pendengarnya kepada hal lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
1.7 Sumber Data Dalam penelitian ini sumber telah ditentukan pada satu buku saja karena buku tersebut merupakan buku yang penuh dengan plesetan. Berikut adalah informasi mengenai sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
Judul buku
: Plesetan Republik Indonesia 2004 - 2009 gerr sama Kelik Pelipur Lara
Pengarang
: Kelik Kelipur Lara
Penerbit
: Pink Books
Kota terbit
: Yogyakarta
Tahun terbit
: 2005 (cetakan kedua)
Tebal buku
: 169 halaman
1.8 Metode Penelitian Berikut akan dijelaskan metode dalam pengerjaan penelitian ini mulai dari metode pengumpulan data, metode analisis data, hingga metode penyajian hasil analisis data. 1.8.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Objek data dari penelitian ini adalah plesetan yang bersumber dari sumber pustaka berupa buku
Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara yang akan dibahas lebih detail pada poin selanjutnya. Penulis terlebih dahulu membaca buku Plesetan
Republik Indonesia, lalu mencatat contoh-contoh yang representatif dan unik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Karena penelitian ini bukan merupakan penelitian kuantitatif, melainkan penelitian kualitatif, penulis mengambil beberapa data sebagai sampel yang representatif untuk masuk ke tahap klasifikasi. 1.8.2 Metode Analisis Data Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah. Masalah yang pertama adalah "Apa saja jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?". Untuk menjawab masalah tersebut, diterapkan metode padan refensial. Menurut Sudaryanto (1993: 12) metode padan refernsial adalah sub-jenis pertama metode padan yang alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa. Masalah kedua adalah "Apa saja hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan?". Untuk menjawab masalah tersebut, diterapkan pula metode padan refensial. Misalnya, untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam sebuah plesetan yang berbunyi kamu
bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia, status teman yang sudah meninggal dunia tetap bisa dianggap sebagai teman. Kata lama berhubungan dengan waktu, begitu pula dengan frasa meninggal dunia. Jadi terdapat hubungan makna anatara teman lama dan (teman yang) sudah meninggal. Selain penerapan metode padan referensial, diterapkan pula metode padan fonetis artikulatoris, metode padan translasional, dan metode padan ortografis. Metode padan fonetis artikulatoris digunakan untuk menentukan identitas suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
satuan
lingual
dengan
membandingkan
bunyinya.
Misalnya,
18
dengan
mengidentifikasi bunyi kata Meriam pada Meriam Belina, dapat diketahui bahwa terdapat dua leksem yang memiliki tulisan yang sama, tetapi memiliki bunyi yang berbeda. Metode padan translasional digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa lain, hal ini terkait dengan sangat dimungkinkannya terjadinya relasi makna yang terbentuk karena adanya pengaruh bahasa asing dalam proses pembentukan
plesetan. Berikut adalah contoh penggunaan metode padan translational yang digunakan dalam penelitan ini. Pada contoh yang membahas mengenai nama artis yang membawa senjata, muncul nama Broery Peso Lima. Kata peso dalam bahasa Indonesia tidak memiliki makna, tetapi dalam bahasa Jawa kata peso bermakna senjata tajam untuk memotong benda lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata peso bermakna pisau yang bermakna senjata tajam. Metode padan ortografis digunakan untuk mengidentifikasi identitas kata homofon, hal ini terkait dengan banyaknya kasus homofon dalam humor plesetan. Berikut adalah contoh penggunaan metode padan ortografis dalam penelitian ini. Pada contoh yang membahas mengenai nama artis (tunggal) yang jumlahnya lebih dari satu, muncul nama Nia Daniati. Nama tersebut dianggap sebagai plesetan mengenai nama orang tunggal yang jumlahnya lebih dari satu karena jika ditinjau dari segi ortografis, terdapat susunan huruf d, a, dan n pada bagian nama Daniati. Ketiga huruf tersebut jika disusun akan menjadi kata dan yang bermakna kata hubung yang menghubungkan antara dua hal atau lebih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Metode-metode tersebut diterapkan dalam memperoleh identifikasi data yang kemudian data-data tersebut akan diklasifikasi berdasarkan masing-masing masalah yang dibahas. Klasifikasi pada masalah pertama adalah klasifikasi jenis
plesetan menurut Sibarani. Klasifikasi masalah kedua adalah klasifikasi jenis plesetan berdasarkan hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud.
1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Hasil data yang telah dianalisis kemudian disajikan menggunakan metode informal dan formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan dengan melalui penjabaran kasus demi kasus dalam bentuk ulasan yang disusun dalam paragraf-paragraf. Selain itu, penulis juga menampilkan beberapa gambar atau tabel untuk memudahkan pembaca dalam memahami objek kajian.
1.9 Sistematika Penyajian Penyajian penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metodologi penelitian. Bab II merupakan analisis mengenai jenis-jenis plesetan yang mengandung relasi makna. Bab III merupakan pembahasan mengenai hubungan makna yang terdapat dalam plesetan. Bab IV, yaitu bab penutup, berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
BAB II JENIS-JENIS PLESETAN YANG MEMILIKI HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DAN LEKSEM TERMAKSUD
2.1 Pengantar Sampel data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tujuh jenis plesetan menurut Sibarani. Dari setiap data, perlu ditentukan terlebih dahulu leksem terucap dan leksem termaksudnya. Namun, tidak semua jenis plesetan memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Hubungan makna anatara leksem terucap dan leksem termaksud hanya dijumpai dalam (a) plesetan fonologis, (b) plesetan grafis, (c) plesetan ideologi, dan (d) plesetan diskursi. Hubungan makna tidak dijumpai dalam (a) plesetan morfemis, (b) plesetan frasal, dan (c) plesetan ekspresi. Ada sebuah pola yang dapat dirumuskan mengenai kedudukan plesetan diskursi terhadap plesetan jenis lainnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh.
Plesetan diskursi biasaya memuat plesetan jenis lainnya. Dalam sebuah plesetan diskursi terkadang dijumpai plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan eskpresi, dan lain-lain.
2.2 Plesetan Fonologis Potensi adanya hubungan antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan fonologis dapat dinilai tinggi. Verhaar (1996: 385-386) menyebutkan bahwa fonem tidaklah membawa arti, tetapi berperan sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
pembeda makna. Jadi, dengan adanya perubahan fonem pada suatu satuan lingual yang telah memiliki bentuk konvensional menjadi satuan lingual lain, dalam hal ini bunyi, munculnya hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud sangat mungkin terjadi. Berikut adalah beberapa contoh plesetan yang tergolong dalam plesetan fonologis: (4) Swedia payung sebelum hujan. (5) Makanan apa yang disukai anak-anak? (Jawab: Donat. Donat Bebek) (6) Binatang apa yang paling kaya? (Jawab: Beruang) (7) Burung yang paling kaya? (Jawab: Belibis) Dari keempat contoh yang disebutkan, semua contoh yang telah disebutkan di atas merupakan plesetan fonologis karena terdapat penggelinciran fonem. Pada contoh (4) terjadi perubahan bunyi, ada berubahan bunyi berupa penambahan fonem berupa penambahan fonem /w/ dan perubahan fonem /é/ menjadi fonem /ə/ pada kata sedia menjadi swedia. Pada contoh (5) terjadi perubahan fonem berupa perubahan fonem /l/ menjadi /k/ pada kata Donat menjadi Donal. Secara auditori, contoh (6) dan (7) tidak mengalami perubahan fonem, tetapi sesungguhnya terdapat permainan fonem pada kedua contoh tersebut. Contoh (6) merupakan plesetan fonologis karena memanfaatkan dua buah kata yang kebetulan memiliki susuanan fonemis yang sama, yaitu beruang yang bermakan 'binatang' dengan beruang yang bemakna 'memiliki uang'. Contoh (7) juga merupakan plesetan fonologis karena memanfaatkan bunyi yang sama antara frasa
beli (membeli) bus dengan kata belibis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Dari keempat contoh tersebut dapat diidentifikasi mengenai keberadaan hubungan makna antara leksem termaksud dengan leksem terucap. Pada contoh (4), kata Swedia merupakan leksem terucap, sedangkan leksem termaksud penutur adalah kata sedia. Kedua kata tersebut, Swedia dan sedia tidak berhubungan. Begitu pula dengan contoh (5), kata yang diucapkan oleh penutur adalah kata
donat, sedangkan yang leksem termaksud oleh penutur adalah frasa yang mengikutinya, yaitu Donat Bebek. Kata donat dan frasa Donal Bebek sebenarnya tidak memiliki hubungan makna. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa dari contoh (6) dan (7) tidak dijumpai hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Namun, ditemui hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam beberapa contoh berikut ini. Pada contoh (6), terdapat kata
beruang yang bermakna 'binatang' yang berkedudukan sebagai sebagai leksem terucap, sedangkan leksem termaksud secara kebetulan memiliki susunan huruf dan fonem yang sama, yaitu beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Hubungan antara leksem terucap dengan leksem termaksud pada contoh (6) disebut sebagai homonimi yang akan dibahas lebih dalam pada bab III. Hal serupa juga dijumpai pada contoh (7), leksem beli (membeli) bus dengan leksem belibis memiliki bunyi yang sama. Kedua leksem tersebut memiliki hubungan homofoni. Berikut adalah tabel mengenai keberadaan hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan fonologis:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Tabel 1: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Fonologis Contoh
Swedia payung sebelum hujan. Makanan apa yang disukai anak-anak? (Jawab: Donat. Donat Bebek) Binatang apa yang paling kaya? (Jawab: Beruang) Burung yang paling kaya? (Jawab: Belibis)
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Ada/Tidak ada hubungan
swedia
sedia
_
donat
donal
_
beruang
beruang
+
belibis
beli (membeli) bus
+
Berdasarkan keempat contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan makna antara leksem yang dimaskud dengan leksem terucap dalam jenis plesetan fonologis meskipun tidak semua contoh plesetan fonologis memiliki hubungan tersebut. 2.3 Plesetan Grafis Pada praktiknya hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud tidak dijumpai pada contoh-contoh plesetan grafis. Namun, hubungan yang ada merupakan hubungan antara leksem terucap dengan tujuan plesetan1. Berikut adalah beberapa contoh plesetan grafis yang dijadikan sampel untuk dianalisis: (8) STPDN: Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan) (9) SARS: Sakit Akibat Rindu Seks (10)TVRI: Televisi Verlu Raih Iklan Contoh (8) tergolong plesetan grafis karena melibatkan penggelinciran setiap
1
Lihat penjelasan mengenai hubungan leksem terucap, leksem termaksud, dengan sasaran atau maksud pada bab I, bagian latar belakang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
huruf pada bentuk konvensional singkatan STPDN. STPDN yang sebenarnya adalah Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri digelincirkan menjadi
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma. Ditinjau dari segi makna, dijumpai pokok frasa yang sama antara Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dengan
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma, yakni sekolah. Pada tahun 2000-an—hampir bersamaan dengan buku Plesetan Republik
Indonesia ini ditulis—STPDN sedang ramai diberitakan tentang kasus terkait tindakan yang melanggar norma perikemanusiaan. Munculnya kata norma pada
plesetan tersebut menumbulkan adanya hubungan antara leksem terucap (plesetan STPDN) dengan kejadian yang dialami STPDN pada masa itu. Selain itu, kata
sekolah pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri dan kata sekolah pada Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan).menunjuk pada referen yang sama, yaitu bangunan atau gedung yang digunakan untuk menuntut ilmu. Contoh (9) tergolong plesetan grafis karena menggelincirkan huruf dari singkatan yang sudah ada, yaitu SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) menjadi Sakit Akibat Rindu Seks. Pada kasus ini, kedua leksem tersebut memiliki hubungan makna karena kedua frasa tersebut menunjukkan atau bermakna suatu penyakit. Kata sakit pada Sakit Akibat Rinsu Seks memiliki makna yang sama dengan kata syndrome dalam Severe Acute Respiratory Syndrome. Keduanya berkeduduakan sebagai pokok pembentuk frasa. Contoh (10) tergolong plesetan grafis karena menggelincirkan huruf dari singkatan yang sudah ada, yaitu TVRI (Televisi Republik Indonesia) menjadi
Televisi Verlu Raih Iklan. Pada contoh tersebut, terdapat plesetan fonologis pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
kata perlu menjadi verlu yang secara semantis juga tidak memiliki hubungan makna. Televisi Republik Indonesia berkedudukan sebagai leksem termaksud, sedangkan Televisi Verlu Raih Iklan berkedudukan sebagai leksem terucap. Hubungan makna yang dimiliki contoh ini terletak pada kata televisi pada Televisi
Verlu Raih Iklan dengan kata televisi pada Televisi Republik Indonesia. Kedua kata televisi tersebut mengacu pada referen yang sama, yaitu sistem penyiaran gambar disertai bunyi. Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan grafis:
Tabel 2: Hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam
plesetan grafis Contoh STPDN
SARS TVRI
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (peikemanusiaan)
Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Severe Acute Respiratory Syndrome Televisi Republik Indonesia
Sakit Akibat Rindu Seks Televisi Verlu Raih Iklan
Ada/Tidak ada hubungan + + +
Berdasarkan beberapa contoh sampel plesetan grafis, dijumpai plesetan grafis yang memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Namun, hubungan yang terdapat pada plesetan grafis lebih mengarah ke hubungan antara plesetan dengan sasaran atau maksud dari plesetan tersebut yang dipengaruhi oleh konteks seperti munculnya kata norma pada contoh (10) yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
bermaksud menyindir. 2.4 Plesetan Morfemis Dalam buku Plesetan Republik Indonesia, ditemukan beberapa contoh yang digolongkan secara utuh dalam plesetan morfemis. (11) (12) (13) Contoh
HONDA: HObinya Nongkrongi janDA SPRITE: Sungguh PRIbadinya TEnang KAWASAKI: suKA WAnita, SAyang Ketahuan Istri (11)
tergolong
plesetan
morfemis
karena
menganggap
morfem-morfem pada nama HONDA memiliki kepanjangan. HONDA yang merupakan merk kendaraan bermotor berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Hobinya
Nongkrongi Janda. Kedua leksem tersebut secara semantis tidak berhubungan. Contoh
(12)
tergolong
plesetan
morfemis
karena
menganggap
morfem-morfem pada nama SPRITE memiliki kepanjangan. SPRITE yang merupakan merk minuman ringan berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Sungguh
Pribadinya Tenang. Dari kedua leksem tersebut tidak dijumpai hubungan makna. Contoh (13) juga termasuk plesetan morfemis karena menganggap setiap morfem pada nama KAWASAKI memiliki kepanjangan. KAWASAKI yang merupakan merk kendaraan bermotor berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Suka Wanita,
Sayang Ketahuan Istri. Kedua leksem tersebut tidak memiliki hubungan makna. Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Tabel 3: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Morfemis Contoh HONDA SPRITE KAWASAKI
Leksem Terucap Hobinya Nongkrongi Janda Sungguh Pribadinya Tenang Suka Wanita, Sayang Ketahuan Istri
Leksem Termaksud
Ada/Tidak ada hubungan
HONDA
_
SPRITE
_
KAWASAKI
_
Jadi, seperti yang terjadi pada plesetan grafis, tidak dijumpai hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis.
2.5 Plesetan Frasal Dari beberapa contoh yang ditemui dalam buku Plesetan Republik Indonesia,
plesetan yang tergolong dalam plesetan frasal tidak banyak dijumpai. Dalam buku tersebut tidak ditemui plesetan frasal yang memiliki hubungan makna. Berikut adalah contoh plesetan frasal: (14) (15) (16) (17)
JARUM SUPER: Janda Rumantis Suka Pergi GUDANG GARAM: Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram SUSUKI KATANA: Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi mempesona SUPER KIJANG: Suka Perempuan Berkaki Panjang
Contoh-contoh tersebut memilih frasa yang merupakan nama merk-merk atau jenis suatu produk. Contoh (14) tergolong plesetan frasal karena menganggap sebuah frasa JARUM SUPER sebagai akronim. JARUM SUPER yang merupakan sebuah merk berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Janda Rumantis Suka Pergi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Contoh (15) termasuk plesetan frasal karena menganggap frasa GUDANG GARAM sebagai akronim. GUDANG GARAM berkedudukan sebagai leksem termaksud dan merupakan merk. Leksem GUDANG GARAM digelincirkan menjadi Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram. Kedua leksem tersebut tidak memiliki hubungan makna. Contoh (16) juga termasuk plesetan frasal karena menganggap frasa SUSUKI KATANA sebagai akronim. SUSUKI KATANA—ejaan yang benar adalah SUZUKI KATANA—merupakan merk sekaligus jenis kendaraan bermotor yang berkedudukan sebagai leksem termaksud. Leksem tersebut digelincirkan menjadi
Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi mempesona. Kedua leksem tersebut tidak memiliki hubungan makna. Sama seperti contoh-contoh sebelumnya, contoh (17) juga merupakan
plesetan karena menganggap frasa SUPER KIJANG sebagai akronim. SUPER KIJANG berkedudukan sebagai leksem termaksud dan merupakan nama jenis kendaraan roda empat. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap, yaitu Suka Perempuan Berkaki Panjang. Kedua leksem tersebut tidak memiliki hubungan makna. Berikut adalah tabel untuk memudahkan mencari hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan morfemis:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Tabel 4: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Frasal Contoh
Leksem Terucap
JARUM SUPER GUDANG GARAM SUSUKI KATANA SUPER KIJANG
Janda Rumantis Suka Pergi Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi mempesona Suka Perempuan Berkaki Panjang
Leksem Termaksud
Ada/Tidak ada hubungan
JARUM SUPER:
_
GUDANG GARAM:
_
SUSUKI KATANA
_
SUPER KIJANG
_
Jadi, berdasarkan sampel yang telah diambil, tidak ditemukan hubungan makna antara leksem termaksud dengan leksem terucap pada beberapa contoh
plesetan grafis. 2.6 Plesetan Ekspresi Dalam buku Plesetan Republik Indonesia, ditemukan beberapa contoh
plesetan ekspresi. Berikut adalah beberapa contoh plesetan ekspresi yang ditemukan dalam buku Plesetan Republik Indonesia: (18)Lempar batu sembunyi di taman. (19)Tong gosong terbukti garing. (20)Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri njaluk rabi. Contoh (18) dapat digolongkan ke dalam plesetan ekspresi karena terdapat penggelinciran kalimat dengan mengikuti intonasi dan struktur kalimat lempar
batu sembunyi tangan menjadi lempar batu sembunyi di taman. Jika dilihat berdasarkan kedudukannya, lempar batu sembunyi di taman merupakan leksem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
terucap, sedangkan lempar batu sembunyi tangan meruapak leksem termaksud. Pada contoh tersebut, perubahan terjadi secara parsial. Karena adanya perubahan tersebut, terjadi penggelinciran makna pula pada frasa sembunyi tangan. Frasa sembunyi tangan pada peribahasa yang sesungguhnya berarti tidak bertanggung jawab, sedangkan sembunyi di taman memiliki makna bersembunyi di taman karena telah melemparkan batu. Pada peribahasa yang sesungguhnya memang daapat dirasakan bahwa ada motif bersembunyi pada frasa sembunyi
tangan, hanya saja tindakan sembunyi dilakukan dengan tidak bertanggung jawab. Pada perbandingan tersebut, keduanya menerangkan satu kata yang sama, yaitu "sembunyi" yang memiliki makna yang sama, maka ada hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud pada contoh plesetan (18) tersebut. Pada contoh (19), peribahasa yang seharusnya berbunyi tong kosong berbunyi
nyaring digelincirkan menjadi tong gosong terbukti garing. Karena leksem terucap pada plesetan tersebut—tong gosong terbukti garing—mengikuti struktur dan intonasi dari leksem termaksud, yaitu peribahasa yang berbunyi tong kosong
berbunyi nyaring. Pada kasus ini hampir seluruh bagian pada peribahsa yang asli mengalami perubahan, tetapi intonasi kalimat tersebut masih berbunyi sama. Hubungan makna tidak ditemui antara kedua leksem tersebut. Pada contoh berikutnya, yaitu contoh (20), terjadi perubahan pada sebuah peribahasa dalam bahasa Jawa. Perubahan tersebut melibatkan separuh bagian dari peribahasa tersebut. Leksem termaksud pada contoh (20) adalah peribahasa dalam bahasa Jawa yang berbunyi Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
berupa ekspresi Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri
njaluk rabi. Perubahan terjadi pada bagian kedua yang dipisahkan oleh tanda koma pertama dan bagian ketiga yang dipisahkan oleh tanda koma kedua. Dari segi makna, perubahan pada bagian kedua memungkinkan adanya hubungan makna antara karsa yang bermakna 'semangat' dengan tresno yang bermakna 'cinta'. Namun, pada bagian ketiga, Cut Wuri yang merupakan nama seseorang yang ingin menikah tidak ada hubungannya dengan tut wuri handayani yang bermakna 'yang di belakang memberikan dorongan'. Jadi, dari beberapa contoh plesetan jenis ini, tidak dijumpai hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Hubungan makna tersebut sebenarnya bisa saja muncul karena adanya proses pembentukan pola sebuah kalimat; hal ini berkaitan dengan hubungan sintaktik antara unsur-unsur pembentuk kalimat, frasa, ataupun kata yang mengalami perubahan dalam suatu
plesetan ekspresi. Berikut adalah tabel mengenai hubungan makna dalam plesetan ekspresi.
Tabel 5: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Ekspresi Leksem Terucap Lempar batu sembunyi di taman.
Leksem Dimaksud Lempar batu sembunyi tangan
Tong gosong terbukti garing. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri njaluk rabi.
Tong kosong berbunyi nyaring Ing ngarsa sung tuladha, in madya mangun karsa, tut wuri handhayani
Hubungan _ _ _
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
2.7 Plesetan Ideologi
Plesetan ideologi atau plesetan semantis sangat banyak ditemui dalam buku Plesetan Republik Indonesia. Plesetan ideologi tidak selalu ditemui dalam bentuk yang berdiri sendiri. Ada beberapa contoh plesetan ideologi yang ditemukan tergabung dalam jenis plesetan wacana atau diskursi. Berikut adalah beberapa contoh plesetan ideologis yang ditemukan dalam buku Plesetan Republik
Indonesia: (21) (22) (23)
Contoh
Meski sedikit uang, tapi penuh arti. Artinya, ya miskin! Kamu bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia. Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi kalo dikeluarin malu-maluin. (21)
merupakan
plesetan ideologi karena terdapat sebuah
penggelinciran ide meski sedikit uang, tapi penuh arti menjadi ide lain dengan bentuk linguistik yang sama. Ide yang sebenarnya adalah bahwa meski hanya memiliki uang, tetapi (kehidupan) penuh arti. Namun, pada contoh ini ide tersebut digelincirkan dengan penambahan kata-kata berupa "Artinya, ya miskin!". Pada contoh tersebut, kelucuan muncul karena adanya penggelinciran ide yang seharusnya berkonotasi positif menjadi berkonotasi negatif. Konotasi positif tersebut terdapat pada frasa "penuh arti", tetapi menjadi negatif dengan penggelinciran menjadi "Artinya, ya miskin!". Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa secara semantis terdapat hubungan makna antara ide dari "penuh arti" dengan "artinya, ya miskin!". Makna leksem terucap dengan leksem termaksud dalam contoh ini bersifat bertentangan. Contoh (22) merupakan contoh plesetan ideologis karena terdapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
penggelinciran ide Kamu bakal ketemu sama teman lama menjadi ide lain dengan bentuk linguistik yang sama. Kamu bakal ketemu sama teman lama adalah leksem termaksud. Leksem tersebut kemudian digelincirkan menjadi leksem terucap berupa kalimat yang lebih lengkap Kamu bakal ketemu sama teman lama,
tentunya yang sudah meninggal dunia. Hubungan tersebut tidak dapat dilihat begitu saja dari bentuk kedua leksem. Hubungan tersebut akan muncul apabila makna kedua leksem tersebut ditentukan terlebih dahulu. Ide tentang teman lama adalah orang yang dahulu merupakan teman yang tidak dijumpai selama beberapa bulan, entah tahun, atau dengan jangka waktu yang relatif lama. Tetapi ide itu digelincirkan dengan adanya tuturan tambahan yang menerangkan bahwa teman lama termaksud adalah teman yang, saking lamanya tidak berjumpa, telah meninggal dunia. Secara leksikal lama dan mati tidak memiliki hubungan makna, tetapi secara gramatikal (terkait kumpulan kata pada kedua leksem) benang merah yang mengikat antara ide lama dengan ide mati. Contoh (23) termasuk plesetan ideologi karena adanya penggelinciran leksem termaksud berupa ide cinta yang ditahan menimbulkan rasa sakit, tetapi cinta jika
dikeluarkan atau disampaikan menimbulkan rasa malu menjadi ide lain yang bentuk linguistiknya sama. Leksem tersebut digelincirkan menjadi leksem terucap berupa Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi kalo
dikeluarin malu-maluin. Kedua leksem tersebut membicarakan dua ide yang maknanya berjauhan, yaitu cinta dan kentut. Namun, kedua ide tersebut sebenarnya terikat dalam satu benang merah dengan adanya deskripsi mengenai sifat dari keduanya yang sama sehingga dimunculkanlah analogi kentut untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
menggambarkan cinta pada contoh tersebut. Pada contoh ini ditemukan hubungan antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Dari beberapa contoh yang dijumpai, sesuai dengan namannya, plesetan semantis atau ideologis sangat berpotensi memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Berikut adalah table mengenai adanya hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud dalam plesetan.
Tabel 6: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Ideologi Leksem Terucap
Leksem Dimaksud
Meski sedikit uang, tapi penuh Meski sedikit uang, tapi arti. penuh arti. Artinya, ya miskin! Kamu bakal ketemu sama Kamu bakal ketemu sama teman lama, ... teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia. Cinta itu ibarat kentut. Artinya Cinta itu ibarat kentut. kalo ditahan terasa sakit, tapi Artinya kalo ditahan terasa kalo dikeluarin malu-maluin. sakit, tapi kalo dikeluarin malu-maluin. Keuangan: Cukup. Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Maksudnya, cukup susah... Hihihi! Hihihi!
Hubungan +
+
+
+
2.8 Plesetan Diskursi Berdasarkan hasil pengolahan data, plesetan diskursi adalah jenis plesetan dengan tingkat kebahasaan tertinggi. Plesetan jenis ini melibatkan satuan-satuan kebahasaan yang lebih kecil mulai dari fonem hingga kalimat. Jadi, boleh dikatakan bahwa sangatlah mungkin terdapat plesetan jenis lain seperti plesetan fonologis, plesetan morfemis, dan lain-lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Berdasarkan data yang diperoleh, kerumitan yang terdapat pada plesetan dikursi ditandai dengan adanya plesetan jenis lain yang berada dalam satu wacana. Fakta dari sebuah wacana biasanya digelincirkan dengan cara memanfaatkan keberadaan plesetan jenis lain atau plesetan dengan bentuk yang lebih sederhana. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh berikut: (24)
(25)
(26)
(27)
Berikut akan saya sampaikan tentang Ramalan Cuaca untuk daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk Bogem Berawan, Pakem Tidak Berawan, sedang Sarkem Tidak Perawan. Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulah kecoa-kecoa nakal di rumah Anda. Ada tips menarik untuk mengusirnya. Caranya mudah, tunjuk salah satu kecoa yang Anda anggap paling senior, lalu jadikan beliau sebagai 'Kecoa Panitia' nya. So pasti kecoa tersebut bangga dengan jabatannya, kontan apa yang kita inginkan pasti akan disampaikan pada seluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?! Sementara hingga berita ini diturunkan teryata masih menyisakan nama seorang artis gaek yang artinya kebetulan sama dengan profesi istrinya sebagai penyanyi dangdut. Artis yang dimaksud adalah EDI SUD yang artinya Eh, Dia Istrinya Suka Dangdut. Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Di antaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina.
Keempat contoh tersebut digolongkan dalam plesetan wacana karena plesetan tersebut hadir dalam bentuk narasi dan ada fakta yang diputarbalikkan. Untuk mengetahui leksem termaksud dan leksem terucap pada jenis plesetan ini perlu pengidentifikasian lebih dalam pada satuan lingual yang lebih kecil dari wacana. Dari data yang diperoleh, plesetan diskursi lebih berperan sebagai wadah bagi jenis plesetan. Contoh (24) merupakan sebuah narasi yang menceritakan tentang ramalan cuaca. Dalam contoh tersebut ditemukan adanya plesetan fonologis yang tidak memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud.
Plesetan fonologis dalam contoh (24) adalah plesetan kata berawan menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
perawan. Pada contoh tersebut, leksem termaksud dan leksem terucap hanya memiliki kemiripan bunyi dan maknanya tidak berhubungan. Pada contoh (25), terdapat narasi yang menggiring pembaca untuk mengetahui cara mengusir kecoa. Namun, alur logika dari wacana tersebut bergeser dengan munculnya "kecoa panitia". Hal tersebut merupaka plesetan fonologis yang menjadi kunci penggeseran alur logika wacana tersebut. Sebenarnya tidak ada hubungan secara semantis antara leksem "kecoa panitia" dengan leksem "ketua panitia". Oleh sebab itu, contoh ini bukan merupakan
plesetan yang berhubungan makna. Contoh (26) merupakan contoh plesetan wacana yang melibatkan plesetan frasal untuk mengubah alur logika dari sebuah wacana. Wacana yang sebenarnya menggiring pembaca untuk mengetahui siapa yang dibicarakan oleh penutur. Setelah pembaca mengetahui bahwa artis yang dimaskud adalah EDI SUD, penutur menggelincirkan EDI SUD menjadi sebuah frasa yang dianggap sebagai akronim dari "Eh, Dia Istrinya Suka Dangdut". Leksem EDI SUD yang merupakan nama tidak memiliki hubungan makna dengan leksem Eh, Dia Istrinya
Suka Dangdut. Contoh (27) merupakan narasi yang menyebutkan nama-nama artis yang namanya merupakan nama senjata. Pada contoh (27), ditemukan beberapa
plesetan fonologis dalam contoh plesetan diskursi tersebut, yaitu Keris Dayanti, Broery Peso Lima, Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina. Leksem yang digaris bawah tersebut merupakan leksem terucap, sedangkan leksem termaksud adalah
keris, peso (pisau), paku, dan meriam yang keempat pasang leksem tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
memiliki kesamaan bunyi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam buku Plesetan Republik Indonesia,
plesetan diskursi lebih banyak memanfaatkan jenis plesetan lain dalam suatu diskursi atau wacana. Hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dinaksud pada plesetan jenis lain yang terdapat dalam plesetan diskursi terkadang mendukung hubungan-hubungan lainnya, termasuk hubungan plesetan dengan sasaran atau tujuan atau maksud plesetan tersebut. Berikut adalah tabel mengenai keberadaan hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam plesetan.
Tabel 7: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Plesetan Diskursi Plesetan
Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya, Berikut akan saya sampaikan tentang Ramalan Cuaca untuk daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk Bogem Berawan, Pakem Tidak Berawan, sedang Sarkem Tidak Perawan. Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulah kecoa-kecoa nakal di rumah Anda. Ada tips menarik untuk mengusirnya. Caranyya mudah, tunjuk salah satu kecoa yang Anda anggap paling senior, lalu jadikan beliau sebagai 'Kecoa Panitia' nya. So pasti kecoa tersebut bangga dengan jabatannya, kontan apa yang kita inginkan pasti akan disampaikan pada seluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?! Sementara hingga berita ini diturunkan teryata masih menyisakan nama seorang artis gaek yang artinya kebetulan sama dengan profesi istrinya sebagai penyanyi dangdut. Artis yang dimaksud adalah EDI SUD yang artinya Eh, Dia Istrinya Suka Dangdut. Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Diantaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina.
Hubungan _
_
_
+
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
BAB III HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DAN LEKSEM TERMAKSUD DALAM PLESETAN
3.1 Pengantar Dalam buku Pengantar Linguistik Umum karya Ferdinand de Saussure, dijelaskan tentang adanya hubungan in praesentia dan hubungan in absentia. Hubungan in praesentia adalah hubungan antara unsur-unsur yang hadir dalam sebuah mata rantai ujaran, sedangkan hubungan in absentia adalah hubungan antara butir-butir yang ada pada suatu ujaran dengan butir-butir lain yang tidak hadir dalam suatu ujaran dan bersifat asosiatif (Saussure 1998: 16). Hal ini yang menjadi kunci tentang adanya hubungan, baik bentuk maupun makna gejala-gejala kebahasaan, salah satunya plesetan. Hubungan dapat berupa hubungan sintagmatis, yaitu hubungan linier atau horizontal pada suatu ujaran. Hubungan dapat pula berupa hubungan paradigmatis, yaitu hubungan yang bersifat vertikal antar ujaran. Maka, hubungan makna suatu plesetan dapat muncul akibat adanya faktor sintagmatis maupun paradigmatis. Dalam plesetan, terdapat dua leksem yang menjadi kunci mengenai suatu
plesetan, yaitu leksem terucap (said) dan leksem tidak terucap (unsaid). Leksem yang terucap bukanlah hal yang sebenarnya dimaksudkan oleh penutur. Namun, leksem yang terucap itu dapat menggantikan referen yang ada di dalam pikiran pendengar atau mitra bicara dengan hal yang dimaksudkan oleh penutur. Hubungan antara apa yang dimaksud dengan apa yang terucap inililah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
disebut dengan hubungan in absentia, yaitu hubungan dengan unsur yang ada, tetapi tidak hadir dalam ujaran—dalam hal ini plesetan. Bertumpu pada pemahaman tersebut, plesetan dapat dibedakan berdasarkan jenis hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem termaksud. Oleh sebab itu, pada bab ini akan dijelaskan hubungan-hubungan makna pada plesetan yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara, meliputi (a) plesetan antonimi, (b) plesetan homonimi, (c) plesetan polisemi, (d)
plesetan hiponimi, (e) plesetan metonimi, dan (f) plesetan asosiatif.
3.2 Plesetan Antonimi Secara semantis, Verhaar (1978) mendefinisikan antonimi sebagai: ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain (Verhaar dalam Chaer, 1990: 91). Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi bahwa hubungan antonimi tidak terpaku pada suatu kata saja, tetapi hubungan tersebut dapat terjadi pada satuan kebahasaan yang lebih luas. Hubungan antonimi dapat terjadi pada hubungan antara kata dengan kata, kata dengan frasa, frasa dengan kata, kata dengan kalimat, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Dari beberapa contoh yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia, ditemui hubungan antonimi dari suatu kata, frasa, klausa, bahkan suatu ide. Berikut adalah contoh-contoh plesetan yang memiliki hubungan antonimi dalam bentuk yang beragam pula: (28) Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Hihihi! (29) Keuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek... Hek!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
(30) Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidak terjadinya kelangkaan beras di peredaran. Maka pemerintah telah melakukan operasi pasar, dengan menginstruksikan pedagang beras, agar penjualan beras tidak dijual perkilo melainkan per butir. (31) Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handal Deddy Corbuzier, tahun lalu sempat menghebohkan warga Ibu Kota Jakarta, lantaran ia berhasil menghilangkan sebuah mobil saat mendemonstrasikan sulapnya. Namun itu belum seberapa dibandingkan dengan Edy Tanzil, yang hingga kini mampu menghilang dan tak kembali lagi.
Contoh (28) dan contoh (29) merupakan plesetan yang memiliki hubungan makna antonimi. Tidak seperti plesetan yang hanya memunculkan leksem terucap, contoh plesetan ini menghadirkan pula leksem yang dimaksud oleh penutur. Pada contoh (28), dapat dijumpai leksem terucap yang hadir dalam tuturan, yaitu cukup. Selain itu, leksem termaksud dihadirkan pula dalam wacana tersebut, yaitu cukup susah. Hubungan makna pada contoh ini terdapat antara kata dan frasa, yaitu kata cukup dan frasa cukup susah. Kata cukup dalam kehidupan sehari memiliki konotasi yang mengarah ke keadaan atau sifat yang positif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata cukup berarti 1 jumlahnya memenuhi kebutuhan; tidak kurang; 2 genap; 3 lumayan; sedang. Kata cukup juga dapat bermakna 'agak'. Oleh sebab itu, sejatinya kata cukup pada contoh, sebagai leksem terucap, mengarahkan pembaca kepada pemahaman bahwa keuangan seseorang adalah cukup yang berkonotasi positif. Namun, pada contoh (28), kata cukup tersebut diteruskan rantai kalimatnya menjadi sebuah frasa cukup susah. Pada taraf ini penutur menghadirkan leksem termaksud untuk menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dalam plesetannya adalah cukup susah. Berlawanan dengan kata cukup yang berkonotasi positif, frasa cukup susah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
justru memberikan konotasi yang negatif. Nilai emotif yang terdapat pada kedua leksem tersebut memiliki sifat yang berlawanan tetapi tidak mutlak. Maksudnya, makna 'cukup' di sini tidak selalu berlawanan dengan 'cukup susah'. Pengukuran tingkat kecukupan ini sebenarnya memiliki gradasi yang jumlahnya tidak terhitung, yang bisa diwakili dengan kata agak menjadi agak cukup. Dalam hal keuangan, lebih atau kurang sepeser pun telah bergeser dari titik gradasinya. Berkenaan dengan keuangan, jika meminjam kata kaya dan miskin, terdapat gradasi antara kedua kutub tersebut yang dapat diukur setiap peser dari seseorang. Oleh sebab itu, contoh (28) merupakan plesetan antonimi. Karena makna yang bertentangan tidak mutlak dan bergradasi, secara spesifik hubungan makna yang terdapat dalam contoh tersebut adalah antonimi kutub atau antonimi polar. Hal serupa juga dijumpai pada contoh (29). Kasusnya sama dengan contoh (28). Leksem yang terucap pada contoh ini adalah kata lumayan dan leksem termaksud adalah frasa lumayan bokek. Leksem termaksud sengaja dihadirkan penutur dalam tuturannya untuk menunjukkan leksem yang dimaksudkan oleh penutur karena jika mitra bicara tidak dapat menangkap maksud penutur jika leksem termaksud tidak diharirkan. Kata lumayan dalam KBBI memiliki dua arti, yaitu 1 agak banyak; sedang; cukup jugs, 2 agak baik; sedang (cantik, pandai, dsb). Kata lumayan meskipun memiliki kecenderungan mengarah ke konotasi negatif, tetapi dalam kamus lebih mengarah ke konotasi positif. Lalu, kata lumayan itu digelincirkan menjadi frasa
lumayan bokek yang artinya tidak punya uang. Kedua leksem tersebut memiliki dua kutub, karena konteksnya masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
membicarakan soal keuangan, yaitu kaya (memiliki banyak uang) dan bokek (tidak memiliki uang). Kata lumayan sendiri berada di antara kedua kutub tersebut. Karena posisinya yang berada di tengah-tengah, kata lumayan sudah tidak mungkin berlawanan secara mutlak dengan kata sifat lainnya, yang pasti makna kata lumayan pada contoh memiliki makna yang berlawanan dengan frasa
lumayan bokek yang juga terdapat di antara kedua kutub tadi. Jadi, contoh (29) juga merupakan contoh plesetan antonimi. Karena kedua leksem tidak secara mutlak berlawanan dan memiliki gradasi, contoh (29) tergolong dalam plesetan antonimi kutub atau polar. Pada contoh (30) pembaca diajak mengikuti sebuah narasi dalam sebuah wacana yang bercerita tentang distribusi beras. Dalam wacana tersebut dibahas tentang distribusi beras yang penjualannya dihitung berdasarkan satuan hitung tertentu; satuan hitung yang digunakan dalam penjualan beras dalam wacana tersebut adalah kilogram. Namun, terdapat permasalahan kelangkaan beras yang mendesak pemerintah untuk mengubah cara penjualan beras tersebut berdasarkan satuan hitung yang lain. Sampai di sini pembaca memahami bahwa dalam wacana tersebut ada satuan hitung yang lain, tetapi itu masih berupa ide abstrak. Ide tersebut jika ditarik dari segi fungsinya dapat digolongkan sebagai leksem termaksud meskipun tidak secara langsung diucapkan. Keberadaan ide tentang satuan hitung yang akan menggantikan satuan hitung kilogram itu merupakan leksem terucap. Terdapat penggelinciran terhadap ide tentang satuan hitung tertentu itu menjadi satuan hitung yang tidak wajar dalam menghitung beras, yaitu butir. Di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
sinilah titik kelucuan yang terdapat dalam contoh plesetan (30), bahwa tidaklah lazim dan tidaklah efisien jika penjualan beras dihitung setiap butirnya. Kata butir dalam konteks wacana tersebut dimaknai sebagai salah satu satuan hitung yang disetarakan dengan kata kilogram. Jadi, butir dan satuan hitung yang berada dalam satu jajaran dengan kilogram memiliki hubungan antonimi hierarkial. Chaer (1990: 95) mengatakan makna kata-kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan sebagainya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa kilogram adalah salah satu bagian dari satuan hitung massa yang tentu saja memiliki pebanding lain berupa satuan hitung massa lain yang bernilai lebih tinggi atau lebih rendah. Pada contoh (31), tidak dapat diidentifikasikan secara jelas mana yang merupakan leksem terucap dan leksem dimaksud. Leksem termaksud dan leksem terucap pada contoh ini bersifat abstrak. Oleh sebab itu, dua ekstraksi ide berikut mewakili kedua leksem tersebut. Leksem termaksud adalah ide tentang 'menghilangkan', sedangkan leksem terucap adalah ide mengenai
'menghilang'.
Kedua kata tersebut meskipun berasal dari kata asal yang sama, yaitu hilang, tetapi maknanya menjadi berbeda setelah melalui proses morfologis. Kata menghilang berarti kegiatan melenyapkan diri atau membuat dirinya tidak ada lagi. Biasanya dalam sintaksis kata menghilang disebut sebagai kata kerja intransitif karena tidak perlu diikuti dengan objek. Berbalikan dari sifat tersebut, kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
menghilangkan bermakna kegiatan yang membuat atau menyebabkan benda lain lenyap atau tidak ada lagi. Berdasarkan logika tersebut, kata menghilangkan merupakan kata kerja transitif karena harus diikuti objek. Antonimi yang terdapat dalam bentuk ini disebut khas karena antonimi ini muncul secara morfologis walaupun bentuk dasarya sama (Parera, 1990: 56-57). Berdasarkan sifat kedua kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa menghilang dan
menghilangkan memiliki hubungan antonimi yang secara spesifik digolongkan oleh Parera sebagai pertentangan khas.
3.3 Plesetan Homonimi
Plesetan homonimi juga mencakup homografi dan homofoni. Beberapa ahli meletakkan homografi dan homofoni dalam satu poin bersama homonimi. Chaer (1990: 97) mengutip perkataan Edi Subroto bahwa homonimi, homografi, homofoni sebenarnya tidak terlalu tepat dibicarakan di bawah judul 'relasi makna'. Alasannya karena di antara leksem-leksem yang dibicarakan di sini tidak terdapat relasi makna. Namun demikian, istilah-istilah itu secara tradisional dibicarakan bersama dengan polisemi, antonimi, hiponimi. Chaer (1990: 97) mendefinisikan homonimi sebagai ungkapan yang bentuk bentuknya sama dengan ungkapan lain. Hubungan antara leksem-leksem yang ditemui dalam contoh-contoh yang terdapat di buku Plesetan Republik Indonesia juga bukan merupakan hubungan makna, melainkan berupa hubungan bentuk. Namun, dalam konteks hubungan makna, secara turun-temurun, hingga sekarang, homonimi yang juga mencakup homografi dan homofoni tetap manjadi sentral dalam pembahasan mengenai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
hubungan makna. Berikut adalah beberapa contoh plesetan yang mengandung hubungan homonimi, baik itu homografi, homofoni, maupun homonimi sendiri: (32) Dewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorang penyanyi Indonesia yang suka menggunakan 2 nama untuk dijadikan satu. Seperti misalnya: Nia dan Niati, Ham dan ATT, serta tak mau ketinggalan penyanyi yang cukup beken di kalangan remaja yaitu, Ahmad dan I. (33) Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Di antaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina. (34) Binatang apa yang paling kaya? Beruang (35) Makanan yang paling seram? Terancam (36) Cara menutup obat yang benar: Bagaimana menutup obat yang benar dan aman? Carannya sangat mudah. Pertama-tama buatlah undangan rapat di rumah Anda sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan sodara-sodara lainnya. Kedua ajaklah mereka rapat di rumah Anda untuk membahas tentang cara menutup obat yang benar dan aman, karena sesuai dengan anjuran dokter yang tertulis pada kemasan obat yang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!"
Pada contoh (32), penutur menggelincirkan beberapa nama orang. Secara auditori, plesetan tersebut tidak akan dengan mudah ditangkap mitra bicara. Melalui tulisanlah plesetan itu lebih mudah ditangkap. Dalam wacana tersebut, dapat diketahui beberapa leksem yang menjadi kunci dari plesetan yang ingin disampaikan penutur. Kunci tersebut adalah Nia Daniati, Hamdan ATT, dan
Ahmad Dani. Ketiga leksem tersebut merupakan leksem terucap. Berhubungan ketiga leksem tersebut adalah nama, tentu saja tidak dapat diketahui arti dari ketiganya, maka ketiga leksem tersebut cukup dipahami sebagai nama. Mitra bicara atau pembaca yang mengenali bunyi yang ditimbulkan dari leksem tersebut jika dibaca atau dibacakan akan mudah menangkap leksem yang dimaksud oleh penutur. Leksem termaksud penutur adalah Nia dan Niati, Ham dan ATT, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Ahmad dan I. Wacana tersebut berbicara mengenai nama artis yang menggabungkan dua nama menjadi satu. Nama-nama tersebut dituliskan kembali menjadi sebuah frasa yang terdiri atas dua nama yang mengapit kata "dan". Pembicaraan tidak akan terlalu membahas menganai makna dan, tetapi sebagai pemahaman bersama, bunyi dan yang secara kebetulan terdapat pada ketiga nama tersebut dianggap sebagai kata. Antara Nia Daniati dengan Nia dan Niati, Hamdan ATT dengan Ham dan
ATT, Ahmad Dani dengan Ahmad dan I, terdapat kesamaan bunyi. Secara bentuk, hal ketiga pasang tersebut dapat digolongkan dalam hubungan homofoni. Suku kata pertama dan kedua pada Hamdan dipisahkan menjadi dua. Pembagian suku kata juga terjadi pada kata Ahmad dan Daniati. Hanya Daniati yang mengalami penambahan huruf n sebelum huruf i pada kata baru iati. Meskipun secara tertulis ketiga pasang leksem tersebut berbeda, tetapi karena ketiganya memiliki kesamaan bunyi, ketiga pasang leksem tersebut memiliki hubungan homofoni. Seperti yang terjadi pada contoh (32), contoh (33) juga melibatkan beberapa nama orang. Wacana pada contoh (33) membicarakan beberapa artis yang, dinarasikan, bersenjata. Leksem termaksud dalam plesetan tersebut sekaligus berkedudukan sebagai leksem terucap, hanya saja leksem termaksud adalah salah sebagian dari kelompok kata yang tersusun sebagai nama. Pada nama Krisdayanti yang dalam buku dituliskan dengan Keris Dayanti, dua suku pertama dari nama tersebut memiliki kesamaan bunyi dengan keris yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
bermakna 'senjata tajam'. Karena adanya kemiripan bunyi yang terdapat pada dua suku kata pertama pada leksem termaksud (Krisdayanti) dengan leksem terucap (kata Keris pada Keris Dayanti), kedua leksem tersebut memiliki hubungan homofoni. Berbeda dengan kasus pada nama Krisdayanti, pada nama Broery Peso Lima terdapat kata Peso yang bunyi dan (terlepas dengan keberadaan huruf kapital) tulisannya sama dengan kata peso dalam bahasa Jawa yang berarti 'pisau' dalam bahasa Indonesia. Secara kebetulan kedua leksem tersebut memiliki susunan huruf dan bunyi yang sama. Oleh sebab itu, leksem Peso memiliki hubungan homonimi dengan kata peso (Jawa). Masih berbicara soal homonimi, secara kebetulan kata Paku pada nama Tio Paku Sadewa memiliki kesamaan baik bunyi maupun susunan huruf terhadap kata
paku dalam bahasa Indonesia yang bermakna 'benda bulat tajam yang terbuat dari logam dan memiliki ujung runcing'. Karena kesamaan bunyi dan susunan huruf tersebut, kedua leksem tersebut memiliki hubungan homonimi. Berbeda dari ketiga nama yang telah dibahas pada contoh (33), kata meriam pada nama Meriam Belina secara tidak sengaja memiliki kesamaan huruf dengan kata meriam dalam bahasa Indonesia yang bermakna 'senjata api yang berat, berlaras panjang, dan pelurunya besar'. Yang berbeda antara kedua leksem tersebut adalah bunyi pengucapannya. Jika huruf e Meriam pada nama Meriam Belina diucapkan dengan bunyi /é/. Huruf e pada kata meriam yang bermakna 'senjata api' diucapkan dengan bunyi /ə/. Oleh sebab itu, kedua leksem tersebut memiliki hubungan homografi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Pada contoh (34) dan (35) terdapat kasus yang serupa. Keduanya memiliki pasangan leksem yang memiliki kesamaan baik bunyi maupun susunan hurufnya. Secara kebetulan, leksem terucap berupa kata beruang pada contoh (34) memiliki susunan huruf dan bunyi yang sama dengan leksem yang dimaksud oleh penutur, yaitu kata beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Pada awalnya, pembaca atau mitra bicara akan menangkap leksem terucap tersebut sebagai kata beruang yang bermakna 'binatang' karena kata beruang yang bermakna 'memiliki uang' jarang digunakan dalam kegiatan sehari-hari; yang lebih sering digunakan adalah frasa "punya uang" atau "memunyai uang" atau "memiliki uang". Kesamaan bentuk dan bunyi tersebut terjadi karena adanya proses morfologi pada kata uang yang mengalami afiksasi dengan awalan ber-, yang menghasilkan kata turunan berupa beruang. Bunyi dari kedua leksem tersebut juga sama. Keduanya dibaca dengan bunyi /b/. Sama dengan kasus pada contoh (34), pada contoh (35) juga dijumpai kesamaan bunyi dan kesamaan susunan huruf pada leksem terucap dan leksem termaksud. Kedua leksem tersebut adalah terancam yang bermakna 'salah satu jenis sayur' dan terancam yang bermakna 'diancam oleh'. Kedua leksem tersebut menjadi dua kata yang memiliki bentuk dan bunyi yang sama. Kesamaan bentuk dan bnyi tersebut terjadi karena adanya proses morfologi pada kata ancam yang mendapat awalan ter- menjadi kata turunan terancam. Oleh sebab itu, contoh (34) dan contoh (35) sama-sama memiliki hubungan homonimi. Pada contoh (36) ditemukan sebuah kasus yang cukup unik. Contoh tersebut merupakan sebuah wacana yang memunculkan leksem terucap dan leksem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
termaksud penutur dalam tuturan. Leksem terucap dalam wacana tersebut berupa kata rapat yang bermakna 'sidang atau pertemuan untuk membahas sesuatu', sedangkan leksem termaksud penutur adalah 'hampir tidak berantara atau derap sekali'. Uniknya, dalam wacana tersebut penutur memunculkan leksem terucap hingga tiga kali. Dua kemunculan yang pertama, yaitu pada "Pertama-tama
buatlah undangan rapat di rumah Anda ..." dan "Kedua ajaklah mereka rapat di rumah Anda ...", belum memunculkan kelucuan karena kata tersebut digunakan pada konteks yang tepat. Namun, pada akhir wacana, leksem tersebut muncul untuk yang ketiga kalinya sebagai penggelinciran penggunaan sebuah ekspresi "Tutuplah obat ini dengan rapat rapat!". Hubungan kedua leksem tersebut bisa dibilang agak rumit karena leksem tersebut tidak berdiri sebagai kata yang disandingkan begitu saja dengan leksem dimaksud oleh penutur. Namun, kedua leksem tersebut terdapat dalam dua wacana terpisah yang dijadikan satu. Wacana pertama membahas tentang cara mengadakan rapat yang bermakna 'pertemuan', sedangkan wacana kedua, yang berupa ekspresi atau kalimat perintah "Tutuplah obat ini dengan rapat!" pada kemasan obat. Karena adanya hubungan sintagmatik yang dialami kedua kata tersebut dalam jajaran rantai kalimat masing-masing, kedua kata tersebut memiliki dua makna yang berbeda. Kata rapat yang muncul dua kali pada konteks kemunculan pertama bermakna 'sidang atau pertemuan untuk membahas sesuatu', sedangkan kata rapat pada ekspresi mengenai cara menutup obat bermakna 'hampir tidak berantara atau derap sekali'. Kedua kata berbeda makna tersebut memiliki susunan huruf yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Keduanya juga diucapkan dengan bunyi yang sama. Oleh sebab itu, kedua leksem tersebut memiliki hubungan homonimi.
3.4 Plesetan Polisemi Seperti yang telah dibahas pada landasan teori, polisemi merupakan satuan kebahasaan yang memiliki makna lebih dari satu. Suatu kata dapat memiliki makna ganda karena biasanya bergabung dengan kata lain menjadi frasa atau satuan kebahasaan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Kata tersebut selalu memiliki beberapa unsur atau komponen makna. Komponen makna tersebut yang nantinya akan menjadi benang merah satuan kebahasaan turunannya karena makna-makna tersebutlah yang menjadi dasar pemaknaan satuan kebahasaan turunannya. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pembahasan mengenai komponen makna dari beberapa contoh yang ditemukan dalam buku Plesetan
Republik Indonesia berikut untuk meengetahui hubungan makna antara leksem yang terucap dengan leksem termaksud: (37) Buah apa yang selalu melambai-lambai? Buah dada (38) Setelah diadakan lomba debat dengan para pejabat ternyata yang dinobatkan sebagai pemenang adalah atlit silat. Terbukti selain pandai bersilat ia juga lihai bersilat lidah. (39) Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telah mengeluarkan keputusan baru, bahwasanya bagi para pelajar Jogja mulai sekarang ini dilarang menonton bioskop memakai seragam sekolah, melainkan diwajibkan memakai duit! Sayangnya tidak dapat dijumpai lebih banyak contoh lagi untuk membahas polisemi dalam buku Plesetan Republik Indonesia. Pada contoh (37) dijumpai frasa buah dada yang menjadi jawaban atas sebuah pertanyaan mengenai salah satu jenis buah. Pertanyaan tersebut sebenarnya bertanya mengenai salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
jenis buah, tetapi jawabannya merupakan leksem terucap berupa buah dada. Frasa
buah dada tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada contoh ini leksem termaksud masih bersifat abstrak dan tidak dapat ditentukan. Namun, dapat diketahui bahwa leksem termaksud dalam contoh ini merupakan buah yang jenisnya tidak disebutkan secara spesifik. Jika dilihat dari bentuk wacana yang ada, penutur bermaksud menyebut buah
dada untuk mengatakan sesuatu yang memiliki sifat melambai-lambai; sifat melambai-lambai mengacu pada sifat feminin dari manusia, hal ini merujuk pada perempuan. Sifat tersebut berkaitan dengan kata buah yang nantinya akan diturunkan menjadi frasa buah dada. Kata buah di sini memiliki komponen makna yang mangikat hubungan kata
buah sendiri dengan buah dada. Kata buah pada umumnya bersifat menggantung pada pohon, bentuknya dominan bulat atau tidak kubistis. Komponen makna tersebut juga berlaku pada frasa buah dada meskipun tidak seratis persen persis. Sifat-sifat tersebutlah yang membuat ide mengenai buah dalam pertanyaan pada contoh (37) berpolisemi dengan frasa buah dada. Contoh (38) juga merupakan plesetan wacana yang memanfaatkan hubungan polisemi. Hubungan tersebut terdapat pada kata bersilat, kegiatan yang dilakukan oleh seorang pesilat, yang disandingkan dengan frasa bersilat lidah. Penggelinciran pada plesetan ini sebenarnya bukan pada kata bersilat, melainkan penggunaan frasa bersilat lidah pada konteks wacana tersebut yang menyatakan bahwa pemenang lomba debat adalah seorang atlet silat karena atlet silat dalam wacana tersebut ahli dalam bersilat lidah. Dapat dilihat bahwa frasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
bersilat lidah yang berkedudukan sebagai leksem terucap memiliki hubungan dengan kata silat dan kegiatan debat yang berkedudukan sebagai leksem termaksud. Kegiatan debat memiliki keterkaitan makna dengan kegiatan yang mengandalkan serangan dan juga pertahanan. Kegiatan debat tersebut memiliki kemiripan dengam kegiatan silat, hanya saja silat merupakan salah satu cabang olahraga. Dari situ dapat ditemui sebuah komponen makna dari kata silat, yaitu silat merupakan sebuah kegiatan, silat mengandung unsur menyerang dan bertahan. Kata silat tersebut berkembang menjadi frasa bersliat lidah yang kurang lebih mengandung komponen makna yang serupa dengan komponen makna yang dimiliki kata silat, yaitu bersilat lidah bermakna bersilat kata atau beradu mulut. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kata silat berpolisemi dengan frasa bersilat
lidah. Contoh (39) sedikit berbeda dengan kedua contoh yang lain. Dalam wacana tersebut dapat ditemui gabungan kata memakai seragam dan gabungan kata
memakai duit. Sebenarnya kata memakai tersebut masih bersifat umum. Kata memakai bisa bermakna mengenakan atau mempergunakan. Karena faktor sintagmatis yang dialami masing-masing kata tersebut, makna memakai pada masing-masing leksem menjadi lebih spesifik. Kata memakai yang pertama menjadi bermakna mengenakan karena diikuti oleh objek seragam sekolah, sedangkan kata memakai yang kedua menjadi bermakna memakai karena diikuti oleh objek duit atau uang. Oleh sebab itu leksem terucap bukan frasa memakai
duit, melainkan kata memakai yang diikuti kata duit, sedangkan leksem termaksud adalah kata memakai yang diikuti kata seragam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Pada kasus ini tidak dapat dikatakan bahwa kata memakai dan memakai berhubungan homonimi karena keduanya adalah kata yang sama, bukan kata yang sama tetapi maknanya berbeda. Kata tersebut secara unik, setelah diikuti objek yang
berbeda,
menjadi
memiliki
maknanya
sendiri-sendiri.
Sebenarnya
mempergunakan dan mengenakan memiliki kemiripan dari segi penggunaan barang. Keduanya merupakan tindakan yang dilakukan terhadap suatu objek tertentu, tetapi caranya yang berbeda. Maka, dapat disimpulkan bahwa kata
memakai dalam contoh (39) dapat bermakna mempergunakan atau mengenakan.
3.5 Plesetan Hiponimi Pada poin ini, selain membicarakan hubungan hiponimi, akan dibahas pula hipernimi dan kohiponim untuk memperluas cakupan dalam pembahasan beberapa contoh plesetan yang akan dibahas. Verhaar (1978: 137) dalam Chaer (1990: 102) menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Kebalikan dari hiponimi, hipernimi merupakan ungkapan yang maknanya dianggap merangkul ungkapan-ungkapan lain di bawahnya. Hubungan antara ungkapan yang sama-sama merupakan bagian dari ungkapan lain disebut kohiponim. Berikut akan dibahas beberapa contoh plesetan yang memiliki leksem terucap dan leksem termaksud yang berhubungan baik homonimi, hipernimi, maupun kohiponim: (40) Tabrakan Medali: Tabrakan segitiga yang terjadi di Jalan Tol Jagorawi kemaren, antara mobil angkot, sedan dan metromini cukup banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
memakan korban. Diantaranya: 7 Tewas, 4 Perak dan 3 Perunggu. (41) Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya, soto... campur koyok, terus bakso campur rheumason, dll. (42) Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung minyak. Misalnya, Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh, tho! (43) Banyak penyanyi kondang Indonesia yang membubuhkan merk kendaraan baik di depan maupun di belakang namanya untuk meraih popularitasnya. Misalnya, Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa.
Contoh (40) adalah sebuah wacana yang berupa paragraf. Wacana tersebut bercerita tentang adanya kecelakaan antara angkot, sedan, dan metromini yang terjadi di jalan tol Jagorawi. Diceritakan dalam wacana teresebut bahwa kecelakaan tersebut memakan beberapa korban. Hingga bagian ini, pembaca atau mitra bicara diajak menyimak sebuah berita. Biasanya, ketika mendengar soal kecelakaan dan korban, akan muncul beberapa kata yang secara kolokatif menjelaskan kondisi dari korban tersebut. Keadaan tersebut biasanya adalah
meninggal, luka parah, luka ringan, terkadang ada juga belum ditemukan. Ungkapan tersebut sebenarnya tidak tertulis dalam wacana, tetapi pada wacana yang lebih luas biasanya ungkapan tersebut muncul. Sebelum membahas mengenai keadaan korban, penutur menggelincirkan kelompok kata tersebut dengan kelompok kata "7 Tewas, 4 Perak dan 3
Perunggu". Pada ungkapan tersebut, hanya disebut bahwa ada nominal 7 yang menunjukkan jumlah korban dalam keadaan tewas, sedangkan dua nominal lainnya, digelincirkan sedemikian rupa sehingga bukannya membicarakan keadaan korban, melainkan membicarakan jenis medali. Untuk mempermudah melihat hubungan antara tewas, perak, dan perunggu, lupakan angka-angka yang diikuti ketiga kata tersebut. Jika mengacu pada judul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
wacana "Tabrakan Medali", kata perak dan perunggu saling berkohiponim, sedangkan tewas tidak berkohiponim dengan perak dan perunggu, bahkan tidak berhubungan sama sekali. Leksem tewas sebenarnya menggantikan kata emas dalam ungkapan "7 Tewas,
4 Perak dan 3 Perunggu". Seharusnya leksem tewas berkohiponim dengan kondisi atau keadaan korban seperti "luka ringan" atau "luka parah". Sedangkan
perak dan perunggu berkohiponim dengan emas yang sengaja tidak dihadirkan oleh penutur. Jadi, dalam contoh plesetan (40) terdapat penggelinciran yang menukar posisi leksem yang tidak hadir, yaitu emas, dengan leksem yang hadir, yaitu tewas. Perspektif dapat juga dibalik, jika pembaca menganggap wacana tersebut sebagai kabar atau berita tentang kecelakaan yang memakan korban, leksem perak dan perunggu lah yang menukar leksem lain berupa keadaan korban yang entah itu luka ringan atau luka parah yang tidak hadir dalam wacana. Contoh (41) merupakan sebuah ekspresi atau lebih tepatnya perintah bagi pembaca untuk tidak terlalu banyak memakan makanan yang pedas. Namun, terjadi penggelinciran pada penyebutan makanan-makanan yang pedas. Yang dihadirkan dalam wacana tersebut justru penambahan benda pedas (bukan makanan) pada beberapa makanan. Pada contoh tersebut, disebutkan dua leksem, yaitu soto dan bakso, yang merupakan hiponim dari jenis-jenis makanan. Dalam hal ini dapat dibenarkan bahwa kedua leksem tersebut merupakan makanan. Namun makanan tersebut masih bersifat netral atau tidak pedas karena sebenarnya yang memberikan rasa pedas adalah bahan lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Pada wacana tersebut, seperti yang telah disinggung tadi, muncul benda pedas yang bukan merupakan makanan menjadi campuran dari makanan tadi sebagai pemberi rasa pedas. Benda-benda tersebut diwakili oleh leksem rheumason dan
koyok yang memang bersifat pedas, tetapi pedas yang dirasakan kulit, bukan indera pencecap. Oleh sebab itu, terdapat hubungan hiponimi dan hipernimi secara sintagmatik antara sifat pedas dengan leksem rheumason dan koyok. Hubungan hipernimi juga dimiliki leksem soto dan bakso terhadap ungkapan jenis-jenis makanan yang secara eksplisit diungkapkan penutur. Jadi, boleh dikatakan bahwa hubungan, baik hiponimi, hipernimi, maupun kohiponim dalam contoh (41) tidak bersifat paradigmatis. Yang jelas hubungan hiponimi, hipernimi, dan kohiponim muncul akibat faktor sintagmatik dalam contoh plesetan (14). Tidak jauh berbeda dari contoh (41), contoh (42) juga merupakan sebuah
plesetan wacana yang berupa larangan bagi pembaca untuk tidak memakan makanan yang mengandung minyak. Namun, terdapat penggelinciran pada penyebutan makanan yang mengandung minyak. Bukannya jenis-jenis makanan yang disebut dalam ungkapan tersebut, melainkan jenis-jenis minyak. Leksem yang hadir adalah Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng,
Minyak Jinggo. Dalam pembahasan kali ini lupakan leksem minyak jinggo karena leksem tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali baik terhadap minyak, maupun makanan. Leksem minyak tanah, minyak wangi, dan minyak goreng merupakan kelompok leksem yang merupakan bagian (dalam hal ini jenis) minyak. Oleh sebab itu, seperti pada kasus-kasus sebelumnya, hubungan hiponimi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
hipernimi, maupun kohiponim dalam contoh ini lebih bersifat sintagmatik. Yang jelas, sebenarnya terdapat kelompok leksem lain yang tidak dihadirkan oleh penutur yaitu jenis-jenis makanan mengandung minyak yang keberadaannya telah digantikan oleh kelompok leksem jenis-jenis minyak tadi. Contoh (43) sebenarnya juga mengalami kasus yang tidak jauh berbeda dengan contoh lainnya. Contoh (43) merupakan plesetan wacana yang membahas soal nama artis yang mencantumkan merk kendaraan. Sebenarnya contoh plesetan ini tergolong plesetan homonimi karena antara beberapa leksem termaksud dengan leksem terucap memiliki bentuk atau susunan huruf berbeda dan tersusun atas deretan bunyi yang sama. Namun, berhubung poin ini membahas mengenai hiponimi, hipernimi, dan kohiponim, yang disoroti pada contoh ini adalah hubungan antara nama-nama artis dengan leksem Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa. Leksem-leksem tersebut
juga
memiliki
hubungan
dengan
merk-merk
kendaraan.
Hubungan-hubungan tersebut merupakan hubungan sintagmatik dalam sebuah wacana. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Titik Vespa adalah plesetan dari nama Titik Puspa. Selain nama itu, Atik CB dan Nicky Astrea memang merupakan nama artis di Indonesia, maka jelas bahwa ada hubungan kohiponim di antara ketiga leksem tersebut. Mereka berhiponim dengan ungkapan nama-nama artis Indonesia yang tidak hadir dalam wacana. Selain nama-nama artis tersebut, ada bagian-bagian dari leksem-leksem tersebut yang berhiponim dengan merk kendaraan. CB pada leksem Atik CB,
Astrea pada leksem Nicky Astrea, dan Vespa pada Titik Vespa, saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
berkohiponim dan sekaligus berhiponim dengan ungkapan merk kendaraan yang tidak hadir dalam wacana. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa contoh di atas, hiponimi, hipernimi, kohiponim tidak dijumpai dalam hubungan paradigmatis yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia. Hubungan-hubungan tersebut terdapat pada ranah sintagmatis dalam suatu deret kata, frasa, dan kalimat-kalimat pada beberapa contoh yang telah dibahas.
3.6 Plesetan Metonimi Perlu dikatahui bahwa tidak semua plesetan yang memiliki hubungan metonimi antara leksem terucap dengan leksem termaksud dapat digolongkan ke dalam plesetan metonimi. Dalam hubungan metonimi, sebutan atau satuan kebahasaan lain merujuk secara langsung kepada referen yang sama. Jadi, asosiasi yang merujuk pada referen yang berbeda tidak dapat digolongkan ke dalam metonimia. Untuk lebih jelasnya, telah ditemukan beberapa contoh plesetan yang memiliki hubungan metonimi antara leksem terucap dengan leksem termaksud dalam buku Republik Plesetan Indonesia. Berikut ada contoh-contoh plesetan metonimi: (44) Andaikata celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangi penampilan Anda. Nah, untuk menghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudah untuk mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlah celana Anda pada air hangat selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama 24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempel pada celana Anda akan hilang seketika, berikut celananya. (45) Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya berita tentang Polisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Jogja yang kini telah mendapat penghargaan dari MURI alias Museum Rekor Indonesia. Adapun penghargaan tersebut diterima, karena terbukti bahwa Polisi di kota Jogja ternyata postur tubuhnya paling tinggi di dunia. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan terpampang di dekat kantor-kantor Polisi yang menyebutkan: "Polisi 100 meter." (46) Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanya berita bahwa Sate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja. Maka tak heran apabila salah satu warung sate di kota Jogja juga mendapat penghargaan dari MURI atau Museum Rekor Indonesia. Hal ini juga terbukti dengan adanya tulisan yang terpampang di dekat warung sate tersebut, yang menyebutkan: "Sate 50 meter."
Contoh (44) merupakan sebuah wacana yang membahas mengenai cara menghilangkan noda pada celana. Wacana eksposisi tersebut menggiring pemahaman pembaca atau mitra bicara untuk percaya bahwa nantinya noda pada celana akan benar-benar hilang. Namun, terdapat penggelinciran ide pada wacana tersebut. Noda pada celana itu benar-benar hilang, tetapi disebutkan pula oleh penutur bahwa yang hilang bukan hanya nodanya saja, melainkan berikut celananya. Dalam hubungan metonimi, dikenal adanya penyebutan salah satu bagian dari suatu ungkapan untuk menyatakan keseluruhan referen yang diacu. Hal tersebut biasa disebut dengan pars pro toto. Pada contoh (44), wacana tersebut berbicara bahwa untuk menghilangkan noda pada celana perlu dilakukan pencucian celana tersebut, lalu celana dijemur hingga nodanya hilang. Dari awal hingga menjelang akhir, pembaca digiring untuk memahami bahwa yang akan hilang adalah salah satu bagian dari celana yang dicuci, yaitu noda. Namun, pada akhir paragraf, disebutkan bahwa ternyata cara yang dianjurkan oleh penutur tersebut mencoba menghilangkan celana secara keseluruhan. Dari kasus tersebut, dapat diidentifikasi bahwa leksem noda pada celana adalah leksem yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
terucap, sedangkan leksem yang dimaksudkan oleh penutur adalah celana secara keseluruhan yang dihadirkan pula pada akhir wacana. Karena leksem noda pada celana pada wacana tersebut sebenarnya merujuk pada referen berupa celana pada utuhnya, dapat ditentukan bahwa ada hubungan metonimi berupa penyebuan sebagian untuk mengacu pada keseluruhan objek. Pada contoh (45), terdapat sebuah wacana yang sebenarnya menceritakan bahwa postur tubuh polisi di Jogja paling tinggi di seluruh dunia. Yang menjadi alasan penutur menyatakan berita tersebut karena tinggi polisi di Jogja mencapai 100 meter. Hal ini tentu saja tidak mungkin karena sebenarnya terjadi sebuah penggelinciran tentang leksem termaksud dengan kehadiran leksem terucap. Leksem Polisi 100 meter berkedudukan sebagai leksem terucap. Leksem tersebut sebenarnya merupakan sebutan bagi keseluruhan suatu benda yang lebih utuh, yaitu sebuah papan petunjuk yang mengandung informasi berupa tulisan "Polisi
100 meter" yang biasanya dilengkapi dengan tanda panah. Makna 100 meter pada tersebut sebenarnya mengacu pada jarak papan hingga kantor polisi terdekat. Bentuk papan secara utuh beserta informasi tersebut memang tidak hadir dalam wacana, tetapi ia berkududkan sebagai leksem termaksud. Karena leksem terucap "Polisi 100 meter" merupakan salah satu bagian dari keseluruhan benda lain, yaitu leksem termaksud dalam wacana tersebut, contoh
plesetan metonimi penyebutan sebagian dari keseluruhan. Hampir sama dengan contoh (45), contoh (46) juga dapat digolongkan dalam
plesetan metonimi. Wacana pada contoh (46) bercerita bahwa warung sate terpanjang di dunia terdapat di Jogja. Hal tersebut ditandai dengan munculnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
leksem terucap, yaitu Sate 50 meter. Leksem tersebut sebenarnya juga merupakan sebuah penggelinciran. Sebenarnya Sate 50 meter tersebut tidak menunjuk pada warung sate yang panjangnya mencapai 50 meter. Sate 50 meter tersebut hanyalah bagian dari sebuah papan petunjuk yang mengandung informasi berupa tulisan
Sate 50 meter. Sebenarnya Sate 50 meter bermakna jarak menuju warung sate terdekat. Oleh sebab itu, karena leksem Sate 50 meter merupakan bagian dari keseluruhan papan pentunjuk warung sate, ada hubungan metonimi penyebutan bagian dari keseluruhan.
3.7 Plesetan Asosiatif Dari contoh-contoh yang telah dibahas dalam beberapa poin mengenai hubungan metonimi, masih ada hubungan yang bersifat asosiatif yang tidak dapat digolongkan ke dalam hubungan metonimi atas berbagai pertimbangan. Terlepas dari jenis hubungan yang seperti apa, hubungan asosiatif itu ada dalam setiap rangkaian wicara. Berikut adalah kutipan dari sebuah pengantar berjudul "MONGIN-FERDINAND DE SAUSSURE (1857-1913) BAPAK LINGUISTIK MODERN DAN PELOPOR STRUKTURALISME" oleh Harimurti Kridalaksana dalam buku Pengantar Linguistik Umum karya Ferdinand de Saussure: Setiap mata rantai dalam rangkaian wicara mengingatkan orang pada satuan bahasa lain karena satuan itu serupa atau berbeda dari yang lain dalam bentuk dan makna. Inilah yang disebutnya hubungan-hubungan asosiatif. Hubungan ini disebut hubungan in absentia kaerna butir-butir yang dihubungan itu ada yang muncul, ada yang tidak tidak ada dalam ujaran (Saussure 1988: 16). Berdasarkan pemahaman di atas, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Bentuk ungkapan, baik itu kata, frasa, kalimat, hingga wacana, pada kondisi tertentu akan mengingatkan seseorang pada ungkapan lain yang memiliki bentuk atau makna yang sama atau berbeda. Apa yang diingat orang ketika berhadapan pada suatu ungkapan biasanya tidak hadir dalam tuturan atau ujaran. Hal tersebut memiliki formula yang serupa dengan plesetan pada umumnya. Dalam kutipan tersebut yang menjadi kunci suatu ungkapan mengasosiasikan kepada hal lain adalah bentuk atau makna yang sama atau berbeda. Itulah yang telah ditemui dari beberapa poin yang telah dibahas sebelumnya. Namun, ditemui beberapa contoh yang memiliki hubungan, tetapi tidak tergolong ke dalam jenis-jenis plesetan yang telah dibahas sebelumnya. Itu sebabnya dibuatlah poin ini (plesetan asosiasi). Berikut adalah beberapa contoh
plesetan yang dimaksud: (47)Berikut ini akan disampaikan mengenai harga-harga sembako alias sembilan bahan pokok. Untuk harga susu makin hari makin menonjol. Dikarenakan susu makin menonjol, maka mengakibatkan untuk harga pisang naik turun. Sementara untuk kacang hingga kini masih menjepit. (48)STPDN: Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan)
Pada contoh (47) terdapat tiga leksem yang berpotensi berhubungan asosiasi dengan hal lain. Leksem tersebut adalah susu, pisang, dan kacang. Pada wacana tersebut, kata susu dirangkaikan dengan kata menonjol. Konteksnya, wacana tersebut membicarakan harga sembilan bahan pokok. Tentu saja harusnya kata
susu bermakna 'bahan minuman yang berupa cairan atau bubuk'. Namun, karena adanya faktor sintagmatis, yaitu kata susu yang disandingkan dengan kata
menonjol, pembaca dapat mengasosiasikan susu tersebut sebagai 'organ tubuh yang menempel di dada'. Hubungan leksem susu dan susu dapat diterima juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
sebagai hubungan homonimi, hanya saja fokus pembicaraan pada poin ini adalah asosiasinya. Dalam wacana yang sama, muncul leksem pisang yang disandingkan dengan frasa naik turun. Inilah yang sebenarnya menjadi inti pembicaraan mengapa hubungan pada leksem pisang ini tidak dapat digolongkan ke dalam jenis plesetan yang lainnya. Kata pisang tentu saja bermakna 'jenis tanaman' atau 'jenis buah'. Namun, dalam wacana tersebut, terdapat penggelinciran yang dilakukan penutur dengan cara meletakkan kata pisang dengan menyandingkannya dengan frasa naik turun dan sebelumnya telah dibahas mengenai susu. Setelah berada pada konteks tersebut, leksem pisang dapat berasosiasi ke hal lain, yaitu bagian tubuh laki-laki yang dianggap tabu. Antara bagian tubuh laki-laki dengan pisang sebenarnya tidak ada hubungan . Namun, perlu diketahui bahwa ada hubungan asosiasi pada kedua leksem tersebut. Jika digolongkan dalam plesetan metonimi, tentu saja leksem pisang tidak memenuhi syarat karena asosiasi pisang tidak mengacu benda yang sama, melainkan referen lain yang memiliki bentuk serupa. Begitu pula dengan leksem kacang pada wacana mengenai harga sembako. Karena sebelumnya telah dibahas mengenai susu dan pisang, pembaca akan lebih mudah menangkap bahwa pembicaraan menjurus ke arah pembicaraan tabu. Hampir sama dengan asosiasi yang terjadi pada leksem pisang, leksem kacang mengasosiasikan pembaca kepada organ tubuh wanita yang dianggap tabu. Tentu saja tidak ada hubungan antara keduanya. Namun, kacang dapat menimbulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
asosiasi bagi pembaca. Karena pisang dan kacang tidak mengacu pada referen yang sama, itu sebabnya plesetan ini tidak dapat digolongkan dalam plesetan metonimi. Pada contoh (48), asosiasi muncul karena adanya penggelinciran leksem STPDN yang dianggap merupakan singkatan dari Sekolah Tanpa Peraturan Dan
Norma (perikemanusiaan). Munculnya leksem norma (perikemanusiaan) tersebut menyebabkan asosiasi mengarah ke kasus yang pernah dialami oleh Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), yaitu adanya kejadian yang memakan korban jiwa atas cara senior memperlakakukan juniornya. Secara bentuk Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan) tidak beruhungan dengan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, tetapi pada konteks tertenu, leksem Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan) dapat menimbulkan asosiasi mengenai kejadian seputar STPDN yang tidak hadir dalam tuturan. Hubungan juga terdapat pada unsur pokok pada pembentuk frasa kedua leksem, yaitu sekolah. Kata sekolah pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri dan kata sekolah pada Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan).menunjuk pada referen yang sama, yaitu bangunan atau gedung yang digunakan untuk menuntut ilmu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak semua plesetan memiliki hubungan makna. Pada bab II, berdasarkan jenis-jenis plesetan menurut Sibarani, dalam buku
Plesetan Republik Indonesia ditemui jenis plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan morfemis, plesetan frasal, plesetan ekspresi, plesetan ideologi, dan plesetan diskursi. Namun, tidak semua jenis plesetan tersebut memiliki hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud, meskipun sebenarnya semuanya berpotensi menjadi plesetan yang memiliki hubungan makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua contoh dari setiap jenis
plesetan merupakan plesetan yang berhubungan makna. Pada bab III, berdasarkan jenis hubungan makna plesetan yang terdapat dalam buku Plesetan Republik Indonesia dapat digolongkan menjadi plesetan antonimi, plesetan homonimi, plesetan polisemi, plesetan hiponimi, plesetan metonimi, dan plesetan asosiatif. Dari penelitian ini, dapat diperoleh juga sebuah fakta bahwa plesetan secara lebih luas dapat dibedakan menjadi plesetan yang mengandung hubungan makna dan plesetan yang tidak mengandung hubungan makna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
4.2 Saran
Plesetan sudah cukup banyak diteliti. Telah banyak penelitian yang mengangkat plesetan sebagai objek kajiannya. Banyak yang menggunakan pendekata pragmatik. Banyak pula yang menggunakan pendekatan morfologis untuk menganalisis bentuk-bentuk plesetan. Namun, jarang sekali peneliti yang meneliti hubungan makna yang terdapat di dalam suatu plesetan. Hubungan makna dalam plesetan merupakan cerminan dari kreatifitas dan kompleksitas manusia dalam menggunakan bahasa. Plesetan dapat dikatakan produktif dalam pengembangan manusia dalam hal berbahasa. Plesetan, terlepas dari adanya hubungan makna yang terkandung di dalamnya, mampu memancing tawa bagi pendengarnya. Adanya hubungan makna di dalam plesetan, tentu akan menambah rasa lucu bagi pendengarnya. Oleh sebab itu, hubungan makna dalam
plesetan menjadi sangat penting baik untuk diteliti maupun untuk diterapkan. Penelitian ini sangat jauh dari sempurna. Data yang diperoleh penulis masih sangat terbatas. Masih ada buku dan pelawak lain yang mampu melahirkan
plesetan-plesetan yang lebih beragam lagi yang belum diteliti. Dapat didalami pula hubungan-hubungan makna yang terdapat di dalamnya yang sampai sekarang belum diteliti. Masih ada jenis-jenis hubungan makna yang lain yang belum dapat ditemukan oleh penulis. Oleh sebab itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai hubungan makna dalam plesetan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA Baryadi, I. Praptomo. 2003. "Plesetan: Gejala Dekonstruksi Berbahasa?" Dalam Jurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis, Vol.1, No.1, Oktober 2003, hlm. 37-51. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dhianari, Ni Made. 2011. "Ragam Bahasa Kaskus". Thesis. Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar. Heryanto, Ariel. 1996. "Pelecehan dan Kesewenang-wenangan Berbahasa: Plesetan dalam Kajian Berbahasa dan Politik Indonesia". Dalam PELLBA 9: Linguistik Lapangan. Yogyakarta: Kanisius. Parera, Jos Daniel. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga Purwanti. 2006. "Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokja (Kajian Pragmatik)." Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pusta Pelajar. Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Verhaar, J. W. M. 1998. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Widodo, Rachmat. 2011. "Proses Pembentukan dan Jenis-Jenis Plesetan Satuan Lingual". Skripsi. Program Studi Sastra Indoensia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Semantik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Lampiran 1: Keberadaan Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
Plesetan fonologis: Plesetan Swedia payung sebelum hujan
Leksem
Leksem
Terucap
Termaksud
swedia
Hubungan
sedia _
Makanan apa yang disukai anak-anak? (Jawab: Donat. Donat Bebek)
donat
Binatang apa yang paling kaya? (Jawab: Beruang)
beruang 'binatang'
Burung yang paling kaya? (Jawab: Belibis)
belibis 'burung'
Makanan yang paling seram? Terancam
donal _
terancam 'sayur'
Burung apa yang menakutkan? Camar. Camar Mayat
camar
Buah yang tak pernah dingin? Nanas
nanas
beruang 'memiliki uang' beli (membeli) bus terancam 'mendapat ancaman' kamar
+
_
+
_ panas _
Ikan yang pinter masak? Koki
Ikan yang kalo dipencet berhenti? Pause
koki 'ikan'
pause
koki 'juru masak'
+
paus +
Negara yang paling sukses? Brasil
brasil
berhasil _
Buah apa yang selalu melambai-lambai? Buah dada Plesetan Grafis Plesetan STPDN
Leksem Terucap Sekolah Tanpa Peraturan Dan Norma (perikemanusiaan)
SARS Sakit Akibat Rindu Seks
buah dada
buah? +
Leksem Termaksud Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri
Severe Acute Respiratory Syndrome
Hubungan +
+
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Plesetan TVRI
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
69
Hubungan
Televisi Verlu Raih Iklan
Televisi Republik Indonesia
+
Institut Pertanian, Bog!
Institut Teknologi Bandung
+
Usaha Plat Nomor
Universitas Pembangunan Negeri
_
Badan Eksekusi Mahasiswa
Badan Eksekutif Mahasiswa
_
Semester Tiga Nekat Kawin
Surat Tanda Nomor Kendaraan
_
ITB
UPN
BEM
STNK
Plesetan Morfemis Plesetan HONDA SPRITE KAWASAKI FANTA JATAYU PUMA MENTARI SAGITARIUS
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Hubungan
Hobinya Nongkrongi Janda
HONDA
_
Sungguh Pribadinya Tenang
SPRITE
_
Suka Wanita, Sayang Ketahuan Istri
KAWASAKI
_
Fantasinya Tabu
FANTA
_
Jejaka Tampak Layu
JATAYU
_
Pujaan Mahasiswa
PUMA
_
Demen Tahan Sehari
MENTARI
_
Sayang Gigi Tak Terurus
SAGITARIUS
_
Plesetan Frasal Plesetan
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Hubungan
JARUM SUPER
Janda Rumantis Suka Pergi
JARUM SUPER:
_
GUDANG GARAM
Lugu, Sedang, tapi Garang dan Seram
GUDANG GARAM:
_
SUSUKI KATANA
Sungguh-sungguh Lelaki Kalem tapi mempesona
SUSUKI KATANA
_
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Plesetan
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Hubungan
SUPER KIJANG
Suka Perempuan Berkaki Panjang
SUPER KIJANG
_
SUSUKI VITARA
Sungguh-sungguh Lelaki Vitalitasnya Tiada Tara
SUSUKI VITARA
_
DERAP HUKUM
Demi Rayu Perempuan Hutangku Menumpuk
DERAP HUKUM
_
JEJAK KASUS
Jelajahi Aku Kalo Sudah Siap
JEJAK KASUS
_
Plesetan Ekspresi Leksem Terucap Lempar batu sembunyi di taman.
70
Leksem Termaksud Lempar batu sembunyi tangan
Hubungan _
Tong gosong terbukti garing. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mbangun tresno, Cut Wuri njaluk rabi.
Tong kosong berbunyi nyaring Ing ngarsa sung tuladha, in madya mangun karsa, tut wuri handhayani
_
Swedia Payung Sebelum Hujan
Sedia payung sebelum hujan
_
"Beruang kali, aku mebcoba" (lagu)
Berulang kali, aku mencoba
_
"Kaulah Serigalanya bagiku" (lagu)
Kaulah segalanya bagiku
_
Plesetan ideologi Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Meski sedikit uang, tapi penuh arti.
Meski sedikit uang, tapi penuh arti. Artinya, ya miskin!
Kamu bakal ketemu sama teman lama, ...
Kamu bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia.
Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi kalo dikeluarin malu-maluin. Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah...
Cinta itu ibarat kentut. Artinya kalo ditahan terasa sakit, tapi kalo dikeluarin malu-maluin. Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Hihihi!
Hubungan
+
+
+
+
_
Keterangan Ide sebagai leksem terucap berhubungan dengan ide leksem yang dimaksud Ide sebagai leksem terucap berhubungan dengan ide leksem yang dimaksud Ide sebagai leksem terucap berhubungan dengan ide leksem yang dimaksud Ide sebagai leksem terucap berhubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hihihi! Keuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek... Hek!
Keuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek... Hek!
+
Plesetan Diskursi Plesetan
Cara menutup obat yang benar: Bagaimana menutup obat yang benar dan aman? Carannya sangat mudah. Pertama-tama buatlah undangan rapat di rumah Anda sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan sodara-sodara lainnya. Kedua ajaklah mereka rapat di rumah Anda untuk membahas tentang cara menutup obat yang benar dan aman, karena sesuai dengan anjuran dokter yang tertulis pada kemasan obat yang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!" Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Diantaranya Keris Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina. Dewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorang penyanyi Indonesia yang suka menggunakan 2 nama untuk dijadikan satu. Seperti misalnya: Nia dan Niati, Ham dan ATT, serta tak mau ketinggalan penyanyi yang cukup beken di kalangan remaja yaitu, Ahmad dan I. Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handal Deddy Corbuzier, tahun lalu sempat menghebohkan warga Ibu Kota Jakarta, lantaran ia berhasil menghilangkan sebuah mobil saat mendemonstrasikan sulapnya. Namun itu belum seberapa dibandingkan dengan Edy Tanzil, yang hingga kini mampu menghilang dan tak kembali lagi. Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidak terjadinya kelangkaan beras di peredaran. Maka pemerintah telah melakukan operasi pasar, dengan menginstruksikan pedagang beras, agar penjualan beras tidak dijual perkilo melainkan per butir. Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telah mengeluarkan keputusan baru, bahwasanya bagi para pelajar Jogja mulai sekarang ini dilarang menonton bioskop memakai seragam sekolah, melainkan diwajibkan memakai duit! Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya berita tentang Polisi Jogja yang kini telah mendapat penghargaan dari MURI alias Museum Rekor Indonesia. Adapun penghargaan tersebut diterima, karena terbukti bahwa Polisi di kota Jogja
71
dengan ide leksem yang dimaksud Ide sebagai leksem terucap berhubungan dengan ide leksem yang dimaksud
Hubungan
+ (fonologis)
+ (fonologis)
+ (fonologis)
+
+
+
+
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Plesetan
ternyata postur tubuhnya paling tinggi di dunia. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan terpampang di dekat kantor-kantor Polisi yang menyebutkan: "Polisi 100 meter." Setelah diadakan lomba debat dengan para pejabat ternyata yang dinobatkan sebagai pemenang adalah atlit silat. Terbukti selain pandai bersilat ia juga lihai bersilat lidah. Nah, sekarang kalo Anda merasa terganggu dengan ulah kecoa-kecoa nakal di rumah Anda. Ada tips menarik untuk mengusirnya. Caranyya mudah, tunjuk salah satu kecoa yang Anda anggap paling senior, lalu jadikan beliau sebagai 'Kecoa Panitia' nya. So pasti kecoa tersebut bangga dengan jabatannya, kontan apa yang kita inginkan pasti akan disampaikan pada seluruh anggotanya. Apalagi cuma mengusir?! Seorang calon Atlit pembawa obor untuk PON (Pekan Olahraga Nih, yee...) mendatang yang diselenggarakan di kota Palembang, kini harus berurusan dengan pihak yang berwajib saat melakukan latihannya. Hal ini terjadi lantaraan saat melakukan latihan ternyata terbukti banyak rumah yang terbakar. Berikut ini akan disampaikan mengenai harga-harga sembako alias sembilan bahan pokok. Untuk harga susu makin hari makin menonjol. Dikarenakan susu makin menonjol, maka mengakibatkan untuk harga pisang naik turun. Sementara untuk kacang hingga kini masih menjepit. Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanya berita bahwa Sate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja. Maka tak heran apabila salah satu warung sate di kota Jogja juga mendapat penghargaan dari MURI atau Museum Rekor Indonesia. Hal ini juga terbukti dengan adanya tulisan yang terpampang di dekat warung sate tersebut, yang menyebutkan: "Sate 50 meter." Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung minyak. Misalnya, Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh, tho! Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya, soto... campur koyok, terus bakso campur rheumason, dll.
Hubungan
+
- (asosiatif)
- (asosiatif)
+
+
+ +
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Lampiran 2: Jenis-Jenis Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
Plesetan
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Keuangan: Cukup. Maksudnya, cukup susah... Hihihi! Keuangan: Lumayan. Maksudnya, lumayan bokek... Hek! Beras Kasihan: Sementara untuk menyiasati agar tidak terjadinya kelangkaan beras di peredaran. Maka pemerintah telah melakukan operasi pasar, dengan menginstruksikan pedagang beras, agar penjualan beras tidak dijual perkilo melainkan per butir. Masih dari dunia hiburan. Seorang pesulap handal Deddy Corbuzier, tahun lalu sempat menghebohkan warga Ibu Kota Jakarta, lantaran ia berhasil menghilangkan sebuah mobil saat mendemonstrasikan sulapnya. Namun itu belum seberapa dibandingkan dengan Edy Tanzil, yang hingga kini mampu menghilang dan tak kembali lagi. Meski sedikit uang, tapi penuh arti. Artinya, ya miskin! Dewasa ini untuk meraih popularitas banyak seorang penyanyi Indonesia yang suka menggunakan 2 nama untuk dijadikan satu. Seperti misalnya: Nia dan Niati, Ham dan ATT, serta tak mau ketinggalan penyanyi yang cukup beken di kalangan remaja yaitu, Ahmad dan I.
cukup lumayan
cukup susah lumayan bokek
kilo
butir
antonimi hierarkial
menghilang
menghilangkan
antonimi khas
Penuh arti Nia dan Niati
Artinya, ya miskin! Nia Daniati
antonimi homofoni
Ham dan ATT
Hamdan ATT
homofoni
Ahmad dan I
Ahmad Dani
homofoni
Gara-gara makin maraknya televisi swasta bermunculan, maka banyak artis Indonesia yang menggunakan namanya dengan nama senjata. Diantaranya Keris
Keris Dayanti Broery Peso Lima Tio Paku Sadewa
Krisdayanti Broery Peso Lima Tio Paku Sadewa
homofoni homonimi homonimi
Jenis Hubungan Makna antonimi antonimi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Plesetan
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Dayanti, Broery Peso Lima (alm), Tio Paku Sadewa, dan Meriam Belina. Cara menutup obat yang benar: Bagaimana menutup obat yang benar dan aman? Carannya sangat mudah. Pertama-tama buatlah undangan rapat di rumah Anda sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan sodara-sodara lainnya. Kedua ajaklah mereka rapat di rumah Anda untuk membahas tentang cara menutup obat yang benar dan aman, karena sesuai dengan anjuran dokter yang tertulis pada kemasan obat yang berbunyi, "Tutuplah obat ini dengan rapat!"
Meriam Belina
Meriam Belina
Jenis Hubungan Makna homografi
rapat (sidang)
rapat (derap)
homonimi
Makanan yang paling seram? Terancam
terancam (sayur)
Ikan yang pinter masak? Koki Ikan yang kalo dipencet berhenti? Pause
koki 'ikan' pause Buah dada silat lidah
terancam (mendapat homonimi ancaman) koki 'juru masak' homonimi paus homofoni buah polisemi silat polisemi
memakai (mengenakan)
memakai (menggunakan)
polisemi
7 tewas, 4 perak, 3 perunggu
Keadaan korban tabrakan/jenis-jenis
hiponimi
Buah apa yang selalu melambai-lambai? Buah dada Setelah diadakan lomba debat dengan para pejabat ternyata yang dinobatkan sebagai pemenang adalah atlit silat. Terbukti selain pandai bersilat ia juga lihai bersilat lidah Pihak Pemda Jogjakarta baru-baru ini telah mengeluarkan keputusan baru, bahwasanya bagi para pelajar Jogja mulai sekarang ini dilarang menonton bioskop memakai seragam sekolah, melainkan diwajibkan memakai duit! Tabrakan Medali: Tabrakan segitiga yang terjadi di Jalan Tol Jagorawi kemaren, antara mobil angkot, sedan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Plesetan metromini cukup banyak memakan korban. Diantaranya: 7 Tewas, 4 Perak dan 3 Perunggu Hindari makan-makanan yang pedas-pedas. Seperti misalnya, soto... campur koyok, terus bakso campur rheumason, dll. Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung minyak. Misalnya, Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh, tho! Banyak penyanyi kondang Indonesia yang membubuhkan merk kendaraan baik di depan maupun di belakang namanya untuk meraih popularitasnya. Misalnya, Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa. Andaikata celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangi penampilan Anda. Nah, untuk menghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudah untuk mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlah celana Anda pada air hangat selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama 24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempel pada celana Anda akan hilang seketika, berikut celananya. Warga Jogja baru-baru ini dihebohkan oleh adanya berita tentang Polisi Jogja yang kini telah mendapat penghargaan dari MURI alias Museum Rekor Indonesia. Adapun penghargaan tersebut diterima, karena terbukti
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Jenis Hubungan Makna
medali Soto campur koyok, bakso campur rheumason
Makanan yang bersifat pedas
hiponimi
Minyak Tanah, Minyak Wangi, Minyak Goreng, apalagi Minyak Jinggo. Ho-oh, tho! Atik CB, Nicky Astrea, dan Titik Vespa.
Jenis-jenis minyak yang berbahaya bagi kesehatan
hiponimi
Honda CB, Astrea, Vespa
hiponimi
noda
noda beserta celananya
metonimia
Polisi 100 meter
Papan kantor polisi yang memuat tulisan "polisi 100 meter"
metonimia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Plesetan bahwa Polisi di kota Jogja ternyata postur tubuhnya paling tinggi di dunia. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan terpampang di dekat kantor-kantor Polisi yang menyebutkan: "Polisi 100 meter." Sementara di Jogja baru saja dihebohkan dengan adanya berita bahwa Sate Terpanjang di dunia ada di kota Jogja. Maka tak heran apabila salah satu warung sate di kota Jogja juga mendapat penghargaan dari MURI atau Museum Rekor Indonesia. Hal ini juga terbukti dengan adanya tulisan yang terpampang di dekat warung sate tersebut, yang menyebutkan: "Sate 50 meter."
Leksem Terucap
Leksem Termaksud
Jenis Hubungan Makna
Sate 50 meter
Spanduk atau papan yang memuat tulisan "sate 50 meter"
metonimia