UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI PERSEPSI RISIKO IBU RUMAH TANGGA TERHADAP GEMPA BUMI DI RW. 02 KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN TAHUN 2011
SKRIPSI
IFFA AFIFAH NPM: 0806386303
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DEPOK, DESEMBER 2011
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI PERSEPSI RISIKO IBU RUMAH TANGGA TERHADAP GEMPA BUMI DI RW. 02 KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT (SKM)
IFFA AFIFAH NPM: 0806386303
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DEPOK, DESEMBER 2011
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Iffa Afifah
Program Studi
: S1-Ekstensi
Judul
: Studi Persepsi Risiko Ibu Rumah Tangga Terhadap Gempa Bumi Berdasarkan Pendekatan Psikometrik di RW. 02 Kelurahan Mentang Atas Jakarta Selatan Tahun 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi risiko ibu rumah tangga di RW. 02 kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan mengenai risiko dair bahaya gempa bumi tahun 2011. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Melalui pendekatan psikometrik diperoleh hasil penelitian bahwa pendekatan psikometrik berhubungan dengan pembentukan persepsi risiko seseorang yang dalam hal ini adalah Ibu Rumah Tangga. Artinya, faktor-faktor dalam pendekatan psikometrik tersebut mempengaruhi persepsi individu terhadap risiko. Dan berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan perlu adanya pengembangan informasi mengenai gempa bumi untuk edukasi masyarakat pada umumnya. Serta mengembangkan kesiapsiagaan darurat tidak hanya di daerah rawan bencana. Kata kunci : Persepsi Risiko, Gempa Bumi, Psikometrik
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmannirrohiim… Assalamualaikum wr.wb,
Alhamdulillah, dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Sholawat dan salam kami limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta pengikutnya samapi akhir zaman. Dan dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil kepada :
1. Allah.SWT Yang Maha Berkehendak, yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan. 2. Kedua orang tua dan juga kakak beserta kakak ipar yang telah memberikan do’a dan dukungan. 3. Bapak Bambang Wispriyono, drs.Apt, PhD selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok. 4. Bapak Adang Bachtiar, dr, MPH, DrPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
5. Bapak Dadan Erwandi, S.Psi, M.Psi selaku pembimbing akademis. Terima kasih atas bimbingan, dorongan, saran dan kritiknya serta kesabarannya sehingga skripsi ini dapat selesai. 6. DR. Fatma Lestari, M.Si, PhD selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menguji peneliti. Terima kasih banyak peneliti ucapkan. 7. Izza, terima kasih untuk mata kuliah singkat metodologi penelitian dan analisa data serta waktu untuk mengajarna. 8. Ikhwan, terima kasih untuk waktu menemaninya, dilla juga nurul. Semoga kita tetap menjadi keluarga dalam sahabat. 9. Ria Maria, “akhirnya saya menyusul juga”. Terima kasih untuk kata-kata pahitnya. Dan Andre Bayu, terima kasih selalu menjaga Ree, semoga kalian cepat menikah.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
10. Sahabat seperjuangan, Indra Bramantara untuk koreksiannya. Esther Basaria
untuk
“jam
wekernya”,
Risda
Diana
untuk
“tempat
bermalamnya” , Efri Meikel untuk persiapan sidangku, Noerdin dan Bona untuk “hiburannya”. Dan teman K3 2008 & 2009 lainya yang selalu menyayangiku. 11. Dudi Yudanto, terima kasih untuk support yang tak terlihat. 12. Serta para pihak yang telah membantu baik langsung ataupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.Terima Kasih.
Penulis menyadari bahwa Laporan Prakesmas ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum, wr,wb.
Depok, Desember 2011
Penulis
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI Judul
Halaman
HALAMAN JUDUL ABSTRAK DAFTAR RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
i ii iv v vi vii viii ix xi xiv xv
BAB I 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.4.1. 1.4.2. 1.5. 1.5.1. 1.5.2. 1.5.3. 1.6. BAB II 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. BAB III 3.1. 3.2. 3.3. 3.4.
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bagi Mahasiswa Bagi Peneliti Bagi Penliti Lain Ruang Lingkup
1 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA Bencana Gempa Bumi Persepsi Persepsi Risiko Rumah Tahan Gempa
8 11 12 15 25
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis Definisi Operasional
25 27 27 29
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB IV 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.5.1 4.5.2
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Pengumpulan Data Proses Pengolahan Data Pengolahan Data Analisis Data
31 31 31 33 34 34 35
BAB V 5.1. 5.2. 5.3. 5.4.
GAMBARAN UMUM Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Keadaan Demografis Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Pekerjaan
36 37 37 37
BAB 6 6.1 6.1.1 6.1.2 6.1.3 6.1.4 6.1.5 6.1.6 6.1.7 6.1.8 6.1.9
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Persepsi Risiko Pengalaman Menghadapi Gempa Bumi Pengetahuan Terhadap Gempa Bumi Kesukarelaan (Voluntariness of Risk) Ketakutan Responden Menghadapi Gempa Bumi Tingkat Pengendaian Terhadap Gempa Bumi Potensi Dampak Kekinian Risiko (Newness of Risk Kondisi Lingkungan 43
38 38 38 40 40 40 41 42 42 43
Analisa Bivariat Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko Hubungan Kesukarelaan dengan Persepsi Risiko Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko Hubungan Tingkat Pengendalian dengan Persepsi Risiko Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko Hubungan Kekinian (Newness) dengan Persepsi Risiko Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Persepsi Risiko
44 44 45 46 46 47 47 48 48
PEMBAHASAN Gambaran Persepsi Risiko Ibu Rumah Tangga Terhadap 7.1 Gempa Bumi
49
6.2. 6.2.1 6.2.2 6.2.3 6.2.4 6.2.5 6.2.6 6.2.7 6.2.8
BAB 7
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17
Gambaran Pengalaman Responden Terhadap Gempa Bumi Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Gempa Bumi Gambaran Kesukarelaan Responden Terhadap Gempa Bumi Gambaran Ketakutan Responden Terhadap Gempa Bumi Gambaran Tingkat Pengendalian Responden Terhadap Gempa Bumi Gambaran Persepsi Responden Terhadap Potensi Dampak Gempa Bumi Gambaran Persepsi Responden Terhadap Kekinian (Newness) Gempa Bumi Gambaran Persepsi Responden Terhadap Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko Hubungan Kesukarelaan (Voluntariness Of Risk) dengan Persepsi risko Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko Hubungan Tingkat Pengendalian dengan Persepsi Risiko Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko Hubungan Kekinian (Newness) dengan Persepsi Risiko Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Persepsi Risiko
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 8.2. Saran
49 49 50 50 50 50 51 51 52 53 54 55 56 57 58 59
60 61
DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Jumlah Kejadian Bencana dan Korban Meninggal di Indonesia 26 Tahun 2010 53 Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Jumlah Penduduk per RT (Rukun Tetangga)
37
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk per RT (Rukun Tetangga)
37
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Risiko Responden Terhadap Gempa Bumi
38
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Menghadapi Gempa Bumi
39
Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Gempa Bumi
39
Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Kesukarelaan Menghadapi Gempa bumi
40
Tabel 6.5 Distribusi Frekuensi Ketakutan Responden Menghadapi Gempa Bumi
41
Tabel 6.6 Tindakan Pengendalian Responden Terhadap Bahaya Gempa Bumi
41
Tabel 6.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Mengenai Potensi Dampak Gempa Bumi
42
Tabel 6.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden terhadap Kekinian Bahaya
42
Tabel 6.9 Distribusi Frekuensi Responden
43
Kondisi
Lingkungan
Tempat
Tinggal
Tabel 6.10 Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko
44
Tabel 6.11 Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko
44
Tabel 6.12 Hubungan Kesukarelaan dengan Persepsi Risiko
45
Tabel 6.13 Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko
46
Tabel 6.14 Hubungan Pengendalian dengan Persepsi Risiko
46
Tabel 6.15 Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko
47
Tabel 6.16 Hubungan Kekinian Bahaya dengan Persepsi Risiko
47
Tabel 6.17 Hubungan Kondisi Linglungan Tempat Tinggal dengan Persepsi Risiko
48
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Kerangka Teori Faktor Pembentuk Persepsi Risiko
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Halaman 27 28
Universitas Indonesia
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Hari-hari ini Indonesia berduka dengan musibah bencana alam yang terjadi berganti dan bersamaan. Belum pulih dan tertangani bencana banjir Wasior, Papua, tanah air kita sudah didera bencana alam tsunami Mentawai dan letusan Merapi. Masih disusul lagi dengan gejala 22 (dua puluh dua) gunung berapi yang tersebar di kepulauan Nusantara kita yang menunjukkan peningkatan aktivitas. Tanah air kita sungguh-sungguh dihadapkan pada risiko bencana alam yang meningkat dalam waktu bersamaan (Wiwan. K, 2010). Indonesia secara geografis dengan kepulauan Nusantaranya yang terdiri dari sekitar 13 ribu pulau memanjang di garis katulistiwa. Nusantara kita terletak pada pertemuan tiga lempeng benua dunia, dan dua samudera dunia. Ini membuat kepulauan Nusantara kita sangat rawan pada gempa tektonik akibat pergeseran lempeng bumi. Bila pusat gempa terjadi di lautan, maka potensi bencana menjadi semakin besar dengan risiko tsunami. Jalur gunung api yang tidak kurang sekitar 300 (tiga ratus) gunung api di kepulauan Nusantara membuat potensi bencana vulkanik juga tinggi. Alam katulistiwa dengan tingkat curah hujan tropis yang tinggi dan sungai-sungai yang banyak dan besar membuat Indonesia juga rawan bencana banjir (BNPB, 2010). Indonesia sebagai negara dengan potensi dan riwayat bencana alam yang tinggi seharusnya memiliki pengalaman belajar dan mengatasi bencana alam. berbagai sejarah bencana alam yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa sebanyak 14 (empat belas) kejadian bencana di Indonesia dalam Tahun 2010, berikut adalah tabel jumlah kejadian bencana menurut BNPB tahun 2010 :
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
2
Tabel 1.1. Jumlah Kejadian Bencana dan Korban Meninggal di Indonesia Tahun 2010
Sumber : Badan Penanggulangan Nasional Bencana (BNPB) Tahun 2010
Pelajaran yang senantiasa dipetik dari kejadian bencana alam adalah bagaimana
kita
mempersepsi
peristiwa
bencana
alam.
Bagaimana
kemungkinan terjadinya bencana alam itu dan bagaimana keparahan yang mungkin terjadi, serta bagaimana upaya antisipasi dan respon mengatasinya. Pengetahuan tentang gejala-gejala bencana alam dan kesiapan perilaku yang perlu dilakukan ketika terjadi bencana, perlu menjadi perhatian bagi kita semua, terutama masyarakat yang tinggal di daerah rawan (Wiwan. K, 2010). Bahaya gempa bumi berasal pada getaran atau guncangan yang ditimbulkannya, getaran atau guncangan tersebut mempengaruhi tingkat bahaya terhadap kerentanan suatu bangunan. Dan setiap penghuni rumah berisiko terhadap bahaya yang ditimbulkan dari gempa bumi, namun setiap penghuni rumah mempunyai waktu tinggal yang berbeda-beda. Misalnya seorang kepala rumah tangga yang bekerja dari jam 8 (delapan) pagi hingga 5 (lima) sore, waktu tinggal dia dirumah kurang lebih 12 (dua belas) jam. Berbeda dengan seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah, waktu tinggal di dalam rumah lebih lama dibanding anggota keluarga lainnya. Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
3
Isu yang terjadi belakangan ini di wilayah DKI Jakarta adalah gempa bumi dengan kekuatan 8,7 skala richter akan terjadi. Dan harian kompas tanggal 1 Juni 2010 menuliskan bahwa Dr. P.J. Prih Rahardi Deputi Bidang Geofisika Badan
Meteorologi,
Klimatologi
dan
Geofisika (BMKG)
berpendapat bahwa Dari analisa, kalau gempa berkekuatan 8,7 skala richter terjadi (sumbernya dari aktivitas seismik Selat Sunda), maka Jakarta akan menerima goncangan sekitar 6 - 7 MMI. Kalau sumbernya di Kemuring, potensi gempanya 7,6, maka goncangannya di Jakarta lebih rendah, sekitar 4 MMI (Kompas, Juni 2011). Berdasar latar belakang tersebut, maka disimpulkan bahwa keilmuan atau pengetahuan mengenai kebencanaan yang baik dari diri sendiri mengenali ancaman risiko akibat gempa bumi selain manajemen bencana dan keadaan darurat. Persepsi setiap manusia dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya, walaupun terhadap hal yang sama. Termasuk pula dalam hal risiko gempa bumi. Persepsi risiko bencana menjadi hal yang kompleks. Bagi seseorang, kondisi dapat dianggap sudah berbahaya, namun bagi orang lain, kondisi yang sama dapat dianggap masih belum berbahaya. Faktor-faktor psikologis, seperti pengetahuan dan keyakinan tradisional, keyakinan diri mampu mengatasi bencana, dan kekeliruan persepsi yang mungkin terjadi, dapat membuat persepsi risiko menjadi fatal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana persepsi ibu rumah tangga terhadap risiko terjadinya gempa bumi di RW. 02 kelurahan Menteng Atas Jakarta Tahun 2011.
1.2.
Rumusan Masalah Banyaknya bencana alam yang terjadi di indonesia selama beberapa periode ini mengakibatkan banyak korban jiwa yang terkena dampak dari
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
4
bencana tersebut. Sebut saja bencana gempa bumi, dampak yang terjadi dari risiko terhadap gempa bumi adalah tertimpa reruntuhan bangunan serta rusaknya infrastuktur karena guncangan tanah. Penelitian menyebutkan kecelakaan yang terjadi saat gempa bumi adalah disaat seseorang berusaha berpindah posisi menyelamatkan diri. Perkampungan
padat
penduduk,
bangunan
tanpa
perkuatan,
bangunan dengan atap yang berat, dan bangunan tua dengan kekuatan lateral merupakan kondisi rentan terhadap bahaya gempa bumi yang dapat memberikan risiko terhadap penghuninya. Dan risiko tersebut dapat dikurangi dengan cara mengenali fenomena alam dari gempa bumi itu sendiri, mengetahui apa yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi merupakan ancaman bahaya dari risiko itu sendiri. Cara sesorang mengenali atau mengetahui suatu kejadian tergantung dari setiap individu mempersepsikannya. Dengan dimilikinya persepsi yang baik terhadap suatu kejadian maka diharapkan dapat meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan akibat gempa bumi.
1.3.
Petanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana gambaran persepsi risiko ibu rumah tangga terhadap gempa bumi pada tahun 2011 ? 1.3.2. Bagaimana gambaran pengalaman ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 1.3.3. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang gempa bumi ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 1.3.4. Bagaimana gambaran kesukarelaan ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ?
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
5
1.3.5. Bagaimana gambaran ketakutan ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 1.3.6. Bagaimana gambaran pengendalian ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 1.3.7. Bagaimana gambaran persepsi potensi dampak gempa bumi ibu rumah tangga dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 1.3.8. Bagaimana gambaran keadaan lingkungan tempat tinggal ibu rumah tangga yang dapat mempengaruhi persepsi risiko terhadap gempa bumi yang akan terjadi pada tahun 2011 ?
1.4.
Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara persepsi risiko ibu rumah tangga dengan faktor-faktor pendekatan psikometrik di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan terhadap gempa bumi tahun 2011.
1.4.2. Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya gambaran persepsi risiko ibu rumah tangga terhadap gempa bumi yang akan terjadi pada tahun 2011 ?
2.
Diketahuinya
gambaran pengalaman ibu rumah tangga terhadap
gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 3.
Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang gempa bumi ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ?
4.
Diketahuinya
gambaran kesukarelaan ibu rumah tangga terhadap
gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 5.
Diketahuinya gambaran ketakutan ibu rumah tangga terhadap gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ?
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
6
6.
Diketahuinya
gambaran pengendalian ibu rumah tangga terhadap
gempa bumi dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ? 7.
Diketahuinya gambaran persepsi potensi dampak gempa bumi ibu rumah tangga dan hubungannya dengan persepsi risiko tahun 2011 ?
8.
Diketahuinya gambaran keadaan lingkungan tempat tinggal ibu rumah tangga yang dapat mempengaruhi persepsi risiko terhadap gempa bumi yang akan terjadi pada tahun 2011 ?
1.6.
Manfaat 1.
Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sumber informasi mengenai tindakan yang selamat yang sebaiknya dilakukan ketika menghadapi kejadian gempa bumi. 2. Sebagai sumber informasi mengenai hal-hal yang sebaiknya dan tidak dianjurkan ketika menghadapi kejadian gempa bumi.
2.
Bagi Peneliti
1. Mengetahui gambaran persepsi risiko ibu rumah tangga terhadap gempa bumi yang akan terjadi pada tahun 2011. 2. Mengaplikasikan keilmuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
3.
Bagi Peneliti Lain Sebagai sumber informasi berupa data sekunder untuk penelitian yang
lebih lanjut. 1.7.
Ruang Lingkup Penelitian ini dikhususkan untuk menjelaskan persepsi risiko yang merupakan penilaian subjektif seseorang dalam menilai risiko, yang dalam hal ini adalah ibu rumah tangga. Dimana persepsi risiko tersebut dapat diteliti melalui pendekatan psikometrik. Jadi, penelitian ini meneliti persepsi risiko
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
7
ibu rumah tangga terhadap gempa bumi yang merupakan suatu bahaya yang dapat menimbulkan suatu risiko. Penelitian ini dilaksanakan di RW. 02 kelurahan menteng atas jakarta selatan, pada bulan juni 2011. Dikarenakan gempa bumi merupakan suatu bahaya yang menyebabkan bencana bagi manusia juga lingkungan. Bukan hanya bahaya fisik yang dapat ditimbulkan gempa bumi, namun juga dapat menimbulkan bahaya psikologis terhadap seorang individu. Persespsi risiko merupakan penilaian subjektif seseorang dalam menilai suatu risiko, dan gempa bumi merupakan bencana yang menimbulkan bahaya pada perkampungan padat penduduk yang rentan terhadap bahaya gempa bumi dan dapat memberikan risiko terhadap penghuninya, khususnya ibu rumah tangga tidak bekerja yang hampir satu hari menghabiskan waktu di rumah.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Myers (1977) dari Universitas British Columbia merumuskan definisi bencana
(disaster) dengan memperhatikan tiga hal pertama, bencana
dipertentangkan darurat (emergency). Bencana tidak sama dengan keadaan darurat. Istilah keadaan darurat biasanya dikaitkan dengan bencana mini, seperti kebakaran, robohnya sebuah rumah, dan sejenisnya. Sedangkan bencana dikaitkan dengan kejadian yang tidak biasa, sulit direspon, dan dampaknya bisa sampai beberapa generasi. Kedua, bencana dikaitkan dengan kemampuan mereka yang mengalami bencana untuk mengatasinya. Sesuatu disebut bencana bila yang mengalami masalah atau masyarakat lokal tidak mampu menanganinya. Oleh karena itu, perlu keterlibatan masyarakat secara regional atau nasional, bahkan internasional. Ketiga, bencana berkaitan dengan isu yang luas, bukan saja masalah ekonomi, tetapi masalah sosial, ekologi, ahkan merambah ke wilayah politik. Ketidakmampuan menangani bencana bisa berakibat fatal terhadap kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Jika dilihat dari sifatnya, bencana dikategorikan menjadi dua. Pertama bencana alam dan kedua bencana akibat teknologi. Bencana alam berupa kondisi alam yang berubah dengan dampak merusak. Dalam kasus ini bisa berwujudbanjir, kebakaran, badai, pasang laut, gempa bumi, tsunami, gelombang panas/dingin, dan letusan gunung berapi. Bencana akbat teknologi dilihat sebagai bencana hasil perbuatan manusia (Gifford, 1997). Bentuk dari bencana akibat teknologi bentuknya berupa kebocoran nuklir, hancurnya bangunan, kebocoran bahan-bahan kimia, bom nuklir, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
9
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain : 1.
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (manmade hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi
(geological
hazards),
bahaya
hidrometeorologi
(hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation). 2.
Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana
3.
Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa - Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
10
mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600–2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulaupulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600–2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut. Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
11
ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana. Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konfl ik dalam masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional. 2.2. Gempa bumi Gempa Bumi adalah getaran di tanah yang disebabkan oleh pergerakan permukaan bumi. Episentrum adalah titik di permukaan bumi, tepat ditas pusat gempa. Hiposentrum
berada jauh dalam tanah ditempat batuan pecah 7
bergeser untuk pertama kali.Gempa Bumi yang kuat dapat menyebabkan kerusakan besar bagi gedung, jembatan dan bangunan lain, termasuk juga korban nyawa. Berikut ini adalah jenis-jenis gempa bumi :
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
12
a. Gempa bumi vulkanik, adalah getaran kuat akibat kegiatan gunung berapi. b. Gempa bumi tektonik, adalah getaran kuat yang diakibatkan oleh patahan bumi karena pergesekan lempeng samudera atau lempeng bumi. Kebanyakan gempa bumi berasal dari kerak bumi yang tidak jauh dari bawah tanah. Kadang gempa juga bisa terjadi sangat jauh dibawah permukaan bumi. Pada dasarnya bisa dilihat beberapa tanda-tanda terjadinya gempa bumi, yakni : i.
Jika Sedang Berada Di Dalam Bangunan Semua benda yang tergantung bergoyang dan berjatuhan, misalnya : lampu gantung, pigura, jam dinding, lukisan dan lai-lain. Semua benda yang berdiri atau terletak diatas meja bergeser dan berjatuhan, misalnya : TV, radio, jam, alat makan, kompor dll.
ii.
Jika Sedang Berada Di Luar Bangunan Pohon, tiang listrik dan lampu jalan, jembatan serta gedung bergetar, bahkan jika terjadi getaran sangat kuat akan mengakibatkan tumbang dan roboh. Retakan/rekahan akan terlihat jelas pada permukaan tanah, dinding bangunan, dan jembatan.
2.3. Persepsi Persepsi merupakan proses pemahaman dan pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus di dapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi (Wikipedia). Sedangkan menurut Dember (1960) dalam bukunya Psychology of Perception menyatakan bahwa persepsi sulit di definisikan karena persepsi
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
13
bukan hanya proses ilmiah sederhana akan tetapi merupakan sebuah proses yag rumit yang berfungsi mengorganisaiskan pengetahuan yang didapat. Proses utama yang harus dilakukan dalam mempersepsikan suatu objek adalah perhatian, tanpa memutuskan perhatian pada suatu objek, maka seseorang tidak dapat mempersepsikannnya. Pemusatna perhatian adalah suatu usaha dari manusia untuk masuk dalam pengalaman kesadaran dalam rentang waktu tertentu (Notoatmodjo, 2003). Secara umum, persepsi merupakan hasil dari pengalaman yang didapat dari proses melihat, mendengar, mencium, dan sebagainya. Kemudian informasi-informasi tersebut (proses dari mengamati, mendengar, mencium, dan sebagainya) diinterpretasikan dan kemudian dikelompokkan ke dalam ruang lingkup pengetahuan sehingga dapat mempunyai makna dan dapat dimengerti. Persepsi merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri. (Robbins, Stephen. P 1996 :124). Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan) yang mencakup penafsiran objek, tanda dan porang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986:54 dalam sarmi, 2007). Menurut David Krech (1962) dalam Salihat (2007), persepsi seseorang dipengaruhi oleh : a. Frame of Reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dan lainnya. b. Frame of Experience, yaitu pengalaman yang telah dialaminya dan hal tersebut tidak terlepas dari kondisi lngkungannya.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
14
2.3.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalu mata dan telnga (Notoatmodjo, 1993). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 1. Pendidikan, adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. 2. Media, secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. 3. Informasi, pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
15
2.3.2. Pengalaman Menurut Welly dan Kelly (1999) dalam Williamson dan Weymen (2005), menyatakan bahwa bagi orang yan tidak familiar dengan sebuah risiko maka mereka akan cenderung menganggap remeh risiko lebih besar daripada yang sesungguhnya. Aspek sensasional dari risiko bisa berkontribusi untuk memudahkan penilaian yang berlebihan terhadap risiko. (Salihat, 2009). Individu yang tidak pernah mengalami injury atau near miss akan mengangap bahwa bahaya tidak akan terjadi pada dirinya. Orang cenderung untuk menilai berlebihan kejadian yang jarang terjadi, dan menilai remeh kejadian yang sering terjadi. Pengalaman memberikan informasi yang memberikan gambaran baru mengenai risiko terhadap individu, sehingga mempengaruhi individu dalam menginterpretasikan suatu risiko. Pada kasus dimaana individu memiliki informasi yang sedikit mengenai pengalaman yang dialami oleh dirinya sendiri terhadap suatu risiko. Pada kasus dimana individu memiliki informasi yang diterima dari berbagai sumber memainkan peranna penting dalam persepsi seseorang (Geller,2001). Pembentukan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informan yang pertama kali diterima (Feldman, 1985), oleh karena itu pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Dan pengalaman masa lalu sebagai hasil dari proses belajar, maka pengalaman
akan
sangat
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
mempersepsikan sesuatu.
2.4. PERSEPSI RISIKO Persepsi adalah proses meninterpretasikan dan memahami informasi sensoris (Aschraft, 1993). Levine & Shafner (1981, dalam Aschraft 1993) menambahkan
bahwa
persepsi
sebagai
suatu
cara
seseorang
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
16
menginterpretasikan informasi yang diapatkan oleh alat-alat indra. Jadi, persepsi menggambarkan bagaimana otak menerima, memproses, dan menginterpretasikan informasi-informasi dari mata, telinga, hidungm dan organ-organ sensoris lainnya. Sedangkan risiko dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang, namun sepertinya risiko ini memiliki unsur kemungkinan seseoranh mengalami akibat dari suatu bahaya (Short Jr, dalam Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004). Menurut Rayner dan cantor (1987), pendapat tersebut meliputi risiko keteknikan, tidak meliputi risiko sosial. Satu kesamaan mengenai konsep risiko, yaitu adanya perbedaan antara kenyataan dan kemungkinan. Rosa (dalam Sjoberg, Moen, Rundmo, 2004), mendefinisikan risiko sebagai suatu situasi atau oeristiwa dimana sesuatu dari nilai kemanusiaan (termasuk manusia sendiri) berada dalam taruhan dan dimana hasilnyatidak pasti. Tingkat ketidakpastian ini tentunya bervariasi antar individu dan dapat memunculkan reaksi yang berbeda satu dengan lainnya. Karena Brun (1994) berpendapat bahwa risiko terkadang didefinisikan sebagai kekurangan dari kegiatan pengontrolan. Dengan demikian, besar kecilnya suatu risiko sangat tergantung dari persepsi masingmasing individu. Persepsi risiko adalah penilaian subjektif dari probabilitas dari jenis tertentu terjadi kecelakaan dan seberapa peduli kita dengan konsekuensi. Untuk melihat risiko mencakup evaluasi probabilitas serta konsekuensi dari hasil negatif. Ini juga dapat dikatakan bahwa sebagai mempengaruhi terkait dengan kegiatan merupakan elemen persepsi risiko. Persepsi risiko melampaui individu, dan itu adalah konstruksi sosial dan budaya mencerminkan nilai-nilai, simbol, sejarah, dan ideologi (Weinstein, 1989). Persepsi risiko datang untuk dilihat sebagai hambatan untuk membuat keputusan yang rasional, karena orang cenderung untuk melihat risiko di mana ada ada, menurut para ahli. Konflik antara ahli dan persepsi risiko
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
17
publik pada dasar dilema sosial manajemen risiko dan pemahaman dianggap risiko. Dua teori yang berbeda saat ini mendominasi bidang persepsi risiko. Salah satunya adalah 'paradigma psikometri', berakar dalam disiplin psikologi dan keputusan ilmu, sedangkan lainnya berasal dari 'teori budaya', dikembangkan oleh sosiolog dan antropolog. Salah satu asumsi yang paling penting dalam pendekatan psikometri adalah bahwa risiko inheren subjektif. "Risiko tidak ada diluar sana”, independen dari pikiran dan budaya kita, menunggu untuk diukur" (Slovic, 1992). takut adalah proses kognitif individu seperti persepsi ancaman terhadap kesehatan atau perasaan yang tidak terkontrol. 2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Risiko Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi masing-masing individu terhadap suatu risiko, maka diharapkan seorang individu dapat menjadi lebih peka dan toleran terhadap individu sebagai penyebab suatu insiden atau kejadian yang tidak diinginkan sebelum melakukan tindakan perbaikan atau rekomendasi. Seperti yang telah dikutip oleh Linda Botterill dan Nicole Mazur dalam jurnalnya yang berjudul Risk and Risk Perception : A literature review (a report for rural indutries research and development corporation). Sprangler (1984:7) dan Garvin (2001:450) menyatakan bahwa pengalaman pribadi, ingatan, dan faktor-faktor lainnya mempengaruhi cara masyarakat mempersepsikan risiko dan hal ini dapat mengacuhkan probabilitas atau peluang terjadinya dampak. Faktor penyesuaian lain dari persepsi risiko menurut Covello dan Merkhofer (1994), antara lain : 1. Potensi dampak, seseorang akan lebih memperhatikan kecelakaan fatal dan cidera dalam skala besar seperti kecelakaan pesawat dibandingkan dengan kecelakaan fatal dan cidera salam skala kecil misalnya kecelakaan mobil.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
18
2. Kelaziman, orang akan lebih memperhatikan risiko yang tidak lazim seperti kebocoran ozon daripada risiko yang lazim terjadi seperti kecelakaan dalam rumah tangga. 3. Kesularelaan terhadap paparan, yakni orang akan lebih rela terpapar risiko yang menyenangkan daripada risiko yang membawa kesengsaraan. 4. Tidak menentunya keilmuan, artinya orang akan lebih memperhatikan risiko yang secara keilmuan tidak dapat dimengerti. 5. Dapat dimengerti, orang akan lebih memperhatikan pada kegiatan yang kurang dimengerti seperti terpapar radiasi daripada kegiatan yang dapat dimengerti seperti terpeleset pada lantai yang licin. 6. Dapat dikontrol, orang akan lebih memperhatikan kejadian yang sulit dikendalikan secara personal dibandingkan kegiatan. 2.4.2. Paradigma Psikometrik Salah satu strategi yang luas untuk mempelajari resiko yang dirasakan adalah untuk mengembangkan sebuah taksonomi untuk bahaya yang dapat digunakan untuk memahami dan memprediksi tanggapan terhadap risiko mereka. Sebuah skema taksonomi mungkin menjelaskan, untuk Misalnya, keengganan orang ekstrim untuk beberapa bahaya, ketidakpedulian mereka kepada orang lain, dan perbedaan antara reaksi dan pendapat para ahli. Pendekatan yang paling umum untuk hal ini Tujuan telah mempekerjakan paradigma psikometri (Fischhoff, Slovic, Lichtenstein, Baca, & Combs, 1978; Slovic, Fischhoff, & Lichtenstein, 1984), yang menggunakan skala psikofisik dan multivariate teknik analisis untuk menghasilkan representasi kuantitatif sikap dan persepsi risiko. Beberapa dekade terakhir, pendekatan secara psikologis dicurahkan untuk memahami konsep persepsi risiko. Salah satu teori yang mendominasi adalah paradigma psikometrik yang berakar dari disiplin ilmu psikologi dan idesicion sciences. Paradigma ini dipublikasikan pada tahun 1978 oleh
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
19
Fischhoff et al (Fishhoff, Slovic, Lichtenstein, Read & Combs, 1977). Salah satu asumsi terpenting dalam pendekatan psikometrik ini adalah bahwa risiko terdapat subjektifitas “sesuatu yang harus ditakuti” merupakan proses kognitiif individu yang terkait dengan persepsi akan adanya ancaman terhadap kesehatan atau perasaan tidak terlindungi atau terkontrol. Dalam paradigma psikometri, orang membuat penilaian kuantitatif tentang saat ini dan yang diinginkan keberisikoan bahaya beragam dan tingkat yang diinginkan regulasi masing-masing. Penilaian ini kemudian terkait dengan penilaian tentang sifat-sifat lainnya, seperti (i) status bahaya pada karakteristik yang telah dihipotesiskan untuk memperhitungkan persepsi risiko dan sikap (misalnya, sukarela, takut, pengetahuan, pengendalian), (ii) manfaat yang bahaya masing-masing memberikan kepada masyarakat, (iii) jumlah kematian yang disebabkan oleh bahaya di tahun rata-rata, (iv) jumlah kematian yang disebabkan oleh bahaya dalam satu tahun bencana, dan (v) keseriusan kematian masing-masing dari bahaya tertentu relatif terhadap kematian akibat penyebab lain. Paradigma psikometrik berfokus bahwa persepsi risiko merupakan proses kognitif seseorang terhadap risiko yang dihadapinya. Setiap aktifitas dan
teknologi
mempunyai
hallmark
sehingga
masayarakat
dapat
mengkategorikannya sebagai sesuatu yang berisiko atau tidak berisiko. Menurut Fishhoff, dkk (1978) terdapat beberapa karakteristik aktifitas teknologi yang penting dalam penilaian risiko subjektif, yaitu : 1. Faktor Kesukarelaan Risiko (Voluntariness of Risk) Faktor ini mencakup pertanyaan apakah individu menghadapi risiko tersebut secara sukarela atau tidak. Sesuatu yang dikerjakan oleh seorang individu berdasarkan prinsip sukarela sesuai dengan pikirannya tanpa paksaan.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
20
2. Faktor Ketakutan Fakor ini adalah bagaimana individu mempersepsikan risiko yang dihadapi, apakah risiko tersebut dianggap biasa atau familiar karena telah terbiasa dihadapi. Atau, apakah indiidu menganggap risiko tersebut menimbulkan ketakutan besar pada individu. 3. Faktor Pengetahuan Faktor ini mencakup sejauh mana indivisu yang berisiko tahu bahwa dirinya berisiko terhadap suatu bahaya. Contohnya adalah suatu penerimaan informasi melalui panca inderanya mengenai risiko dan konsekuensi yang akan diterima individu akibat dari pekerjaannya. Faktor ini juga mencakup persepsi individu tersebut di bidang keilmuan. Apakah individu tersebut mengetahui perkembangan informasi mengenai suatu risiko, baik dari segi pengendalian dampak atau pengetahuan mengenai risiko tersebut di bidang keilmuan atau para ahli. 4. Faktor Pengendalian Risiko Faktor ini mencakup persepsi individu mengenai faktor pengendali atau perlindungan risiko yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya. Tingkat dimana seseorang mau melakukan sesuatu karena dai telah mengetahui bahwa ada pengendalian bahaya terhadap risiko yang akan diterimanya. 5. Faktor Kekinian Risiko (Newness Of Risk) Faktor ini merupakan dimensi waktu terhadap risiko yang ada. Apakah risiko yang individu hadapi tersebut merupakan risiko lama atau risiko baru. 6. Faktor Potensi Dampak Yaitu, efek terburuk yang mungkin timbul dari suatu aktifitas mengenai risiko apa yang akan diterima dan konsekuensinya. Faktor ini mencakup pertanyaan apakah risiko yang akan diterima nantinya memberikan efek kronik yang hanya mengancam satu (1) jiwa sewaktu-waktu, atau efek katastropik yang dalam hal ini efek yang dapat membunuh banyak jiwa dalam satu (1) waktu.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
21
7. Keparahan akibat Konsekuensi Risiko Faktor ini mencakup persepsi individu terhadap konsekuensi dari risiko tersebut. Apakah risiko tersebut dapat berakibat fatal teradap individu atau tidak berakibat fatal.
Paradigma psikometrik mengasumsikan bahwa dengan instrumen penilaian (survey) yang memadai dapat menghitung faktor-faktor yang terkait dengan persepsi risiko (Slovic, 1992). Pegujian terhadap kelompok yang berbeda menunjukkan bahwa skala psikometrik dapat mengidentifikasi dan mengukur persamaan persepsi risiko dan sikap diantara kelompok. (Slovic, et al, 1985). Singkatnya, paradigma psikometrik meliputi sebuah kerangka teoritis yang mengasumsikan risiko secara subjektif didefinisikan oleh individu yang bisa jadi telah dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, institusional, dan budaya (Sjoberg : 2004). 2.5.
Rumah Tahan Gempa Sekitar 71 % (tujuh puluh satu persen) wilayah bumi kita ini terdiri atas laut dan samudera, atau dengan kata lain berupa air. Lempeng-lempeng bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi. Kekuatan suatu gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi pergeseran dan tumbukan. Pergeseran tersebut memang memungkinkan
terjadinya
tumbukan.
Ada
kalanya
pergeseran
itu
menyebabkan perubahan bentuk yang tiba-tiba, sehingga terjadi ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat yang disebut sebagai gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari karena memang bagian dari evolusi bumi.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
22
Meskipun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah tahan gempa. Ketika gempa dan tsunami melanda Aceh tahun 2004 lalu, sebagian besar rumah tradisional (berbahan kayu) masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di negara jepang yang sering terjadi ratusan gempa, bahan dasar rumah mereka (Jepang, red) terbuat dari kayu dan kertas ditambah lagi dengan pintu yang digeser kesamping, serta meja ala jepangnya yang hampir menyentuh lantai. Bangunan yang rentan teradap getaran/guncangan gempa bumi dapat memberikan risiko terhadap penghuninya. Perkampungan padat penduduk, bangunan tanpa perkuatan, bangunan dengan atap yang berat, dan bangunan tua dengan kekuatan lateral merupakan kondisi rentan terhadap bahaya gempa bumi yang dapat memberikan risiko terhadap penghuninya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan tempat tinggal menjadi konsen terhadap kerentanan bahaya gempa bumi. Rumah tahan gempa menjadi salah satu alternatif menghindari kerentana tersebut, berdasarkan analisa data dari http://www.ristek.go.id rumah tahan gempa bumi dapat dibangun berdasarkan kriteria berikut : 1.
Konsep Dasar Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat. Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
23
material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan. 2.
Pondasi Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara ponadsi dengan sloof tidak lepas.
3.
Dinding Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel disatukan dengan kayu kusen atas.
4.
Kolom Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolomdipasang plat berbentu U yang ditanam dalam adukan beton sloof. Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kudakuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
24
5.
Atap Kuda-kuda
menggunakan
material
kayu
dengan
atap
menggunakan seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa disebut dengan batang lintel Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan tarik dan sambungan tekan. Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini dikamsudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
25
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Teori Persepsi risiko adalah hasil dari proses yang ada di dalam diri setiap individu melalui proses kognitif serta dipengaruhi oleh faktor sosial dimana seseorang berada. Dimana terjadi kemampuan untuk mengenali dan merespon suatu kejadian. Persepsi risiko didefinisikan juga sebagai keputusan pribadi dari proses pemilihan secara psikologis, sosial, institusional dan faktor sosial (Swedish Rescue Service Agency, 2003). Yang tidak hanya disebabkan oleh kemungkinan dan penilaian terhadap keparahan, tetapi juga peka terhadap kesukarelaan, pengetahuan terhadap keilmuan risiko dan potensi yang mengancam pada masa yang akan datang. Teori persepsi terhadap risiko terus berkembang sehingga pada saat ini terdapat 2 (dua) pendekatan besar dalam terbentuknya sebagai faktor terbentuknya persepsi risiko. Yakni, pendekatan psikometrik dan pendekatan kultural. Dimana pendekatan psikometrik digunakan untuk melihat terbentuknya persepsi risiko di dalam diri seseorang, sedangkan pendekatan kultural melihat terbentuknya persepsi risiko karena adanya faktor eksternal lain yang memberikan pengaruh terhadap seseorang. Berikut adalah kerangka teori tersebut :
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
26
Pendekatan Psikometrik : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Faktor Sukarela Faktor Ketakutan Faktor Pengendalian Faktor Pengetahuan Potensi Dampak Kekinian/Baru
Persepsi Resiko Pendekatan Kultural : 1. 2. 3. 4.
Hirarki Egalitarian Individualistis Fatalis
1. Pengetahuan 2. Pengalaman
Gambar 3.1. Kerangka Teori Faktor Pembentuk Persepsi Risiko
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
27
3.2. Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan melalui pendekatan psikometrik dan beberapa variabel penelitian yang dapat melihat persepsi risiko terhadap gempa bumi. Pendekatan psikometrik dipilih sebagai konsep dari penelitian ini, dikarenakan pendekatan psikometrik merupakan cara penilaian terbentuknya persepsi risiko dari seseorang berdasarkan faktor internal individu tersebut. Sedangkan pendekatan kultural melihat terbentuknya persepsi risiko individu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal lain. Penelitian pada pendekatan psikometrik ini difokuskan pada beberapa variabel, yakni pengalaman menghadapi gempa bumi, pengetahuan tentang gempa bumi, kesukarelaan menghadapi gempa bumi, ketakutan menghadapi gempa bumi, pengendalian terhadap risiko, potensi dampak, kekinian risiko, dan kondisi lingkungan tempat tinggal responden. Dan dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pengalaman Menghadapi Gempa Bumi 2. Pengetahuan Tentang Gempa bumi 3. Kesukarelaan 4. Ketakutan 5. Pengendalian 6. Potensi Dampak
Persepsi Risiko Terhadap Gempa Bumi
7. Kekinian risiko 8. Kondisi Lingkungan Tempat tinggal
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian 3.3. Hipotesis 1. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Pengalaman menghadapi gempa bumi dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
28
tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 2. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Pengetahuan Tentang Gempa Bumi dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 3. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Kesukarelaan dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 4. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Ketakutan dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 5. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Pengendalian dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 6. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Potensi Dampak dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 7. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Kekinian Bahaya dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi. 8. Ada hubungan yang bermakna yang bermakna antara Keadaan Lingkungan Tempat tinggal dengan persepsi risiko ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan terhadap gempa bumi.
Universitas Indonesia
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
29
3.4. Definisi Operasional Tabel 3.4.1 DEFINISI OPERASIONAL ALAT NO
VARIABEL
1. Persepsi risiko
DEFINISI
CARA UKUR
Hasil interpretasi subjektif individu terhadap
Pengisian
suatu kejadian yang dihadapi
kuisioner
SKALA
UKUR
HASIL UKUR
UKUR
Kuisioner
1. Persepsi Baik, jika nilai median <
Ordinal
248 2. Persepsi Kurang Baik, jika nilai median ≥ 248
2. Pengalaman
Informasi yang diperoleh responden tentang
Pengisian
menghadapi gempa
kejadian gempa bumi melalui kajian keilmuan
kuisioner
bumi
yang pernah dibaca atau didengar
Kuisioner
1. Berpengalaman, jika nilai median
Nominal
< 4 2. Kurang Berpegalaman, jika nilai median ≥ 4
3. Pengetahuan Tentang Gempa Bumi
Pengetahuan responden tentang gempa bumi
Pengisian
secara keilmuan
kuisioner
Kuisioner
1. Pengetahuan Baik, jika nilai
Ordinal
median < 11 2. Pengetahuan Kurang Baik, jika nilai median ≥ 11
4. Kesukarelaan
Bentuk tidakan yang dilakukan responden
Pengisian
terhadap kejadian gempa bumi yang mungkin
kuisioner
Kuisioner
1. Sukarela, jika nilai median < 32
Ordinal
2. Terpaksa, jika nilai median ≥ 32
terjadi sesuai dengan pikirannya dan tanpa
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
30
paksaan 5. Ketakutan
Penilaian responden terhadap kejadian gempa
Pengisian
bumi yang mungkin terjadi
kuisioner
Kuisioner
1. Menakutkan, jika nilai median <
Ordinal
34 2. Kurang Menakutkan, jika nilai median ≥ 34
6. Pengendalian
Tidakan yang dilakukan responden untuk
Pengisian
mengantisipasi kejadian gempa bumi yang
kuisioner
Kuisioner
8. Kekinian Bahaya
median ≥ 33
Dampak yang akan diterima responden dari
Pengisian
kejadian gempa bumi yang mungkin terjadi
kuisioner
Penilaian responden berdasarkan aktualitas
Pengisian
(dimensi waktu) bahaya gempa bumi yang
kuisioner
Kuisioner
Tempat Tinggal
1. Katastropik, jika nilai median < 34
Ordinal
2. Kronik, jika nilai median ≥ 34 Kuisioner
1. Bahaya baru, jika nilai median < 34 Ordinal 2. Bahaya Lama, jika nilai median ≥
mungkin terjadi 9. Kondisi Lingkungan
Ordinal
2. Kurang Terkontrol, jika nilai
mungkin terjadi 7. Potensi Dampak
1. Terkontrol, jika nilai median < 33
34
Informasi yang diperoleh responden mengenai
Pengisian
Kondisi lingkungan tempat tinggal.
kuisioner
Kuisioner
1. Lingkungan Baik, jika nilai median
Ordinal
< 62 2. Lingkungan Kurang Baik, jika nilai median ≥ 62
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
31
BAB 4 METODE PENELITIAN
4. 1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif untuk melihat gambaran persepsi ibu rumah tangga terhadap gempa bumi yang mungkin terjadi. Metode yang digunakan adalah cross sectional survey, dimana informasi data yang akan dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu, dan ingin menggambarkan persepsi ibu rumah tangga dilihat dari beberapa faktor dalam variabel dependen. Analisis data di dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Dimana
analisis
menggambarkan
univariat karakteristik
bertujuan
untuk
masing-masing
menjelaskan variabel
atau
dependen.
Sedangkan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan mulai Juni 2011.
4.3.
Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Dalam menentukan populasi penelitian harus mempertimbangkan keterkaitan subjek dalam populasi dengan permasalahan penelitian dan mempertimbangkan prosedur dan jenis penelitian yang dilakukan. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh warga RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan, sebanyak 138 (seratus tiga puluh delapan) orang.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012Universitas Indonesia
32
4.3.2.
Sampel
4.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel Dengan menggunakan purposive sampling sebagai teknik sampling dalam penelitian ini, pemilihan sampel ini berdasarkan pada karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Yakni penelitian ditujukan pada ibu rumah tangga sebagai fokus penelitian untuk melihat persepsi terhadap gempa bumi. 4.3.2.2. Besar Sampel Sampel dalam penelitain ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan. Jumlah sampel tersebut sebanyak 87 (delapan puluh tujuh) responden. 4.3.2.3. Instrumen Penelitian dan Skala Ukur Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah kuisioner tertutup yang berisi pertanyaan dan pernyataanyang terkait dengan variabel dependen penelitian ini : 1. Variabel Pengalaman, 10 (sepuluh) pertanyaan. 2. Variabel Pengetahuan Tentang Gempa bumi, 20 (dua puluh) pertanyaan. 3. Variabel Kesukarelaan, 10 (sepuluh) pernyataan.. 4. Variabel Ketakutan, 10 (sepuluh) pernyataan. 5. Variabel Pengendalian, 10 (sepuluh) pernyataan. 6. Variabel Potensi Dampak, 10 (sepuluh) pernyataan. 7. Variabel Kekinian Bahaya, 10 (sepuluh) pernyataan. 8. Variabel Keadaan Lingkungan Tempat tinggal, 20 (dua puluh) pernyataan.
Skala pengukuran adalah acuan untuk menentukan panjang atau pendenknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012Universitas Indonesia
33
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2008 :133).
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yakni : 1. Skala
nominal
untuk
instrument
berbentuk
pertanyaan
langsung, dengan skoring sebagai berikut : i. Jawaban (a) bernilai 1 (dua) ii. Jawaban (b) bernilai 0 (satu)
2. Skala likert untuk instrumen berbentuk pernyataan, dimana skala likert ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan atau persepsi seseorang atau kelompok orang dengan gradasi pengukuran dari sangat positif sampai sangat negatif. (Sugiyono, 2008 :134). Dimana dalam penelitian ini pernyataan responden dinilai dalam skala 1 (satu) sampai 5 (lima), yakni 1 (satu) untuk pernyataan paling tidak sesuai dan 5 (lima) untuk pernyataan yang sesuai dengan responden. Berikut skala-nya : a. Nilai satu (1) untuk pernyataan sangat tidak setuju b. Nilai satu (2) untuk pernyataan tidak setuju c. Nilai satu (3) untuk pernyataan kurang setuju d. Nilai satu (4) untuk pernyataan setuju e. Nilai satu (5) untuk pernyataan sangat setuju
4.4. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder : 4.4.1. Data Primer Data primer diperoleh dari responden warga yang tinggal di wilayah RW.02, dengan melakukan observasi langsung ke lapangan dengan
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012Universitas Indonesia
34
menggunakan kusioner tertutup yang bersifat langsung, yang diharapkan agar responden lebih mudah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
4.4.2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara penulusuran kepustakaan, data-data dan dokumen yang relevan dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa data kependudukan di wilayah tersebut.
4.5. Proses Pengolahan Data dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan secara lengkap barulah dilaksanakan pengolahan data dengan menggunakan langkah-langkah berikut :
1. Mengkoding Data (Coding Data) Adalah kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode untuk masing-masing kelas secara mutuall exclusive. 2. Menyunting Data (Data Editing) Penyuntingan data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan pengisan kuisioner. 3. Memasukkan Data (Data Entry) Data dimasukkan ke dalam sebuah file data dengan menggunakan komputer. 4. Membersihkan Data (Data Cleaning) Melakukan pembersihan data untuk melihat ada tidaknya data yang tidak logis.
4.5.2. Analisis Data Setelah data diolah, data dianalisis dengan menggunakan progran software pengolahan data. Analisis yang dilakukan terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu analisis univariat dan Analisis bivariat yakni :
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012Universitas Indonesia
35
a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi dari variabel yang diteliti. Penyajian analisis tersebut dalam bentuk 2x2.
b. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square atau Kai-kuadrat karena variabel dependen dan variabel independen yang diteliti merupakan data kategorik. Berikut adalah rumus untuk uji Chi-square : X² =
(O - E ) E
Keterangan : X² = NilI Chi-square O = Nilai hasil observasi untuk setiap kategori E = Nilai yang diharapkan atau baku mutu setiap kategori Dari hasil perhitungan analisisi bivariat tersebut dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan, apabila nilai p lebih kecil dari nilai (0,05) maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan atau hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan apabila nilai p (P value )lebih besar dari nilai (0,05), maka Ho gagal ditolak atau tidak terdapat perbedaan atau hubungan yang bermakna diantara kedua variabel yang diteliti.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012Universitas Indonesia
36
BAB V GAMBARAN UMUM
5.1.
Pelaksanaan Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di RW. 02, kelurahan Menteng Atas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Gambar 5.1.1. Lokasi Penelitian 5.2.
Gambaran Umum RW. 02 merupakan salah satu dari 14 RW di kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
5.3.
a. Sebelah Utara
: Jalan Menteng Atas Selatan
b. Sebelah Timur
: Jalan Dr. Saharjo
c. Sebelah Selatan
: Jalan Casablanca
d. Sebelah Barat
: Kali Cideng, Karet Kuningan
Keadaan Demografis
Jumlah penduduk di kelurahan Menteng Atas tercatat 1958 jiwa yang terdiri dari 11 RT, berikut rincian berdasarkan jumlah penduduk per RT (Rukun Tetangga) :
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
37
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk per RT (Rukun Tetangga) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11.
5.4.
Rukun Tetangga (RT) RT. 01 RT.02 RT. 03 RT.04 RT.05 RT.06 RT.07 RT.08 RT.09 RT.10 RT.11 Total
KK 11 15 14 11 12 11 10 10 17 15 12 138 KK
Ibu Rumah Tangga Berdasakan Pekerjaan
Dari jumlah KK yang terdiri dari 11 RT di RW.02, maka jumlah ibu rumah tangga di RW. 02 ini adalah sebanyak 138 (seratus tiga puluh delapan) ibu rumah tangga dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk per RT (Rukun Tetangga) NO Rukun Tetangga (RT) 1. RT. 01 2. RT.02 3. RT. 03 4. RT.04 5. RT.05 6. RT.06 7. RT.07 8. RT.08 9. RT.09 10 RT.10 Total
IRT Bekerja (Karyawan) 8 5 4 6 2 3 0 1 2 3 34
IRT Tidak Bekerja 4 8 9 7 11 8 13 10 9 8 87
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Meninggal 4 0 2 1 0 0 3 0 7 0 17
Universitas Indonesia
38
BAB VI HASIL PENELITIAN
6.1.
Analisis Univariat Melalui uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0 terhadap variabel total nilai dan persentase total nilai. Didapatkan nilai signifikan yakni 0.2 dimana bila nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0.05 maka yang digunakan adalah nilai median. Berikut penjabaran masing-masing variabelnya :
6.1.1. Persepsi Risiko Persepsi risiko merupakan kumulatif dari variabel independen sehingga dapat disimpulkan mengenai persepsi risiko responden. Dari hasil uji normalitas pada variabel “Persepsi Risko” didapat nilai signifikan 0.00, maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 248. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total
> 248
dikategorikan persepsi baik. Sedangkan. jika persentase nilai total < 248 maka dikategorikan persepsi kurang baik. Berikut tabel frekuensinya : Tabel 6.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Risiko Responden Terhadap Gempa Bumi
No
Persepsi Risiko
Jumlah
Persen ( % )
1
Kurang Baik
42
48,3
2
Baik
45
51,7
87
100
Total
6.1.2. Pengalaman Menghadapi Gempa Bumi Dari hasil uji normalitas pada variabel “Pengalaman” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 4.00. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 4
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
39
dikategorikan Berpengalaman. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 4 maka dikategorikan Kurang berpengalaman. Tabel 6.2. Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Menghadapi Gempa Bumi
Pengalaman
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Berpengalaman
11
12,6
2
Kurang Berpengalaman
76
87,4
87
100
Total
Dan berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden. diketahui bahwa 11 Responden (12.6 %) berpengalaman menghadapi gempa bumi. Sedangkan, 76 responden (87.4 %) di wilayah tersebut kurang berpengalaman menghadapi gempa bumi.
6.1.3. Pengetahuan Terhadap Gempa Bumi Dari hasil uji normalitas pada variabel “Pengetahuan” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini
digunakan nilai median yakni 11. Maka kategori dalam
variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 11 dikategorikan Baik. Sedangkan, jika persentase nilai total ≥ 11 maka dikategorikan Kurang Baik. Dan berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden. diketahui bahwa 31 Responden (35.6 %) berpengetahuan kurang baik mengenai gempa bumi. Sedangkan, 56 responden (64.4 %) berpegetahuan baik mengenai gempa bumi. Tabel 6.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Gempa Bumi
Pengetahuan
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Kurang Baik
31
35,6
2
Baik
56
64,4
87
100
Total
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
40
6.1.4. Kesukarelaan Responden Menghadapi Gempa Bumi Dari hasil uji normalitas pada variabel “voluntariness of risk” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 32. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 32 dikategorikan Sukarela. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 32 maka dikategorikan terpaksa. Tabel 6.4. Distribusi Frekuensi Kesukarelaan Menghadapi Gempa bumi
Kesukarelaan
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Terpaksa
40
46
2
Sukarela
47
54
87
100
Total
Diketahui bahwa sebanyak 47 responden (54 %) sukarela menerima risiko gempa bumi. dan sisanya 40 Responden (46 %) terpaksa menerima risiko apapun dari gempa bumi.
6.1.5. Ketakutan Responden Menghadapi Gempa Bumi Dari hasil uji normalitas pada variabel “Ketakutan” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 34. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total
< 34
dikategorikan Sukarela. Sedangkan jika persentase nilai total ≥ 34 maka dikategorikan terpaksa. Dan berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden. diketahui bahwa 37 responden (42,5 %) ketakutan menghadapi gempa bumi. Sedangkan. 50 responden (57,5 %) di wilayah tersebut kurang takut menghadapi gempa bumi. Berikut tabe frekuensinya :
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
41
Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Ketakutan Responden Menghadapi Gempa Bumi
Kesukarelaan
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Ketakutan
37
42,5
2
Kurang Takut
50
57,5
87
100
Total
6.1.6. Tingkat Pengendaian Terhadap Gempa Bumi Dari hasil uji normalitas pada variabel “Kontrol” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 33. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 33 dikategorikan terkontrol. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 33 maka dikategorikan kurang terkontrol. Dan berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden, diketahui bahwa tindakan 38 responden (43.7 %) kurang terkontrol menghadapi gempa bumi. dan tindakan 49 responden (56.3 %) kurang terkontrol terhadap gempa bumi. Tabel 6.6. Tindakan Pengendalian Responden Terhadap Bahaya Gempa Bumi
Pengendalian
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Kurang Terkontrol
38
43,7
2
Terkontrol
49
56,3
87
100
Total 6.1.7. Potensi Dampak
Dari hasil uji normalitas pada variabel “Potensi Dampak” didapat nilai signifikan 0.00, maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini
digunakan nilai median yakni 34. Maka kategori dalam
variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 34 dikategorikan Bencana. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 34 maka dikategorikan bahaya.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
42
Tabel 6.7. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Mengenai Potensi Dampak Gempa Bumi Potensi Dampak
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Kronik
36
41,4
2
Katastropik
51
58,6
87
100
Total
Sebanyak 51 responden (58.5 %) mempunyai persepsi bahwa gempa bumi adalah bahaya catastrophic. Sedangkan sisanya 36 responden mempersepsikan gempa bumi sebagai bahaya chronic.
6.1.8. Kekinian Risiko (Newness of Risk) Dari hasil uji normalitas pada variabel “Potensi Dampak” didapat nilai signifikan 0.00. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini
digunakan nilai median yakni 34. Maka kategori dalam
variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 34 dikategorikan Bencana. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 34 maka dikategorikan bahaya. Berikut tabel frekuensinya : Tabel 6.8. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden terhadap Kekinian Bahaya Kekinian Bahaya
No
Jumlah
Persen ( % )
1
Lama
42
48,3
2
Baru
45
51,7
87
100
Total
45 responden (51.7 %) dari 87 responden yang diteliti mempunyai persepsi bahwa bahaya baru lebih berbahaya daripada bahaya lama. Namun sebaliknya. 42 responden (48.3 %) berpersepsi bahwa bahaya lama lebih berbahaya.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
43
6.1.9. Kondisi Lingkungan Dari hasil uji normalitas pada variabel “Kondisi Lingkungan” didapat nilai signifikan 0.01. maka untuk melihat distribusi frekuensi terhadap variabel ini digunakan nilai median yakni 62. Maka kategori dalam variabel ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu apabila persentase nilai total < 62 dikategorikan Baik. Sedangkan. jika persentase nilai total ≥ 62 maka dikategorikan kurang baik. Berikut tabel frekuensinya : Tabel 6.9. Distribusi Frekuensi Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Responden No Kondisi Lingkungan Jumlah Persen ( % ) Tempat Tinggal 1
Kurang Baik
41
47,1
2
Baik
46
52,9
87
100
Total
Sebanyak 46 responden (52.9 %) mempunyai persepsi bahwa Kondisi Lingkungan yang baik lebih safety daripada Kondisi Lingkungan yang kurang baik (41 responden). 6.2.
Analisa Bivariat Analisa bivariat menggunakan software SPSS 17.0 dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen pada penelitian ini. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang bermakna apabila Pvalue < α = 0.05. Namun. jika Pvalue ≥ α = 0.05. maka kedua variabel dikatakan tidak memiliki hubungan yang bermakna.
6.2.1. Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 ibu rumah tangga. diperoleh data seperti yang telah diuraikan pada analisa univariat. yang kemudian dilakukan uji kai kuadrat (Chi-Square) untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel. Dan didapat hasil Pvalue sebesar 0.01.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
44
Maka, disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengalaman dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,452, artinya responden berpengalaman mempunyai peluang 2,4 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan dengan responden kurang berpengalaman. Berikut tabel hubungannya : Tabel 6.10. Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Pengalaman
Kurang Baik
Baik
Total
OR
Responden
N
%
N
%
N
%
95% CI
Pvalue
Berpengalaman
11
12.6
0
0
11
100
2.452
0.01
Kurang
31
40.8
45
59.2
76
100
1.87-3.21
42
48.3
45
51.7
87
100
Berpengalaman Jumlah
6.2.2. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko Hasil analisa hubungan menunjukkan bahwa 38 ibu rumah tangga berpengetahuan baik juga memiliki persepsi risiko yang baik dan 7 ibu rumah tangga berpengetahuan kurang baik memiliki persepsi risiko baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.00 disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 7,238, artinya responden berpengetahuan kurang baik mempunyai peluang 7,2 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan dengan responden berpengetahuan baik. Berikut tabelnya : Tabel 6.11. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Pengetahuan
Kurang Baik
Baik
Total
OR
N
%
N
%
N
%
Kurang Baik
24
77.4
7
22.6
31
100
Baik
18
32.1
38
67.9
56
100
7.238
42
48.3
45
51.7
87
100
2.6-19.9
Responden
Jumlah
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
95% CI
P value
0.00
Universitas Indonesia
45
6.2.3. Hubungan Kesukarelaan dengan Persepsi Risiko Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.00 disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko. Sebanyak 42 ibu rumah tangga sukarela menghadapi gempa bumi berpersepsi baik. dan 5 ibu rumah tangga terpaksa menghadapi gempa bumi berpersepsi baik. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 103,6, artinya responden terpaksa mempunyai peluang 103,6 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan dengan responden yang sukarela. Berikut tabel hubungannya : Tabel 6.12. Hubungan Kesukarelaan dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Kesukarelaan
Kurang Baik
Baik
Total
OR
N
%
N
%
N
%
Terpaksa
37
92,5
3
7,5
40
100
Sukarela
5
10,6
42
89,4
47
100
103,6
42
48,3
45
51,7
87
100
3,7 – 20,0
Responden
Jumlah
95% CI
P value
0.00
6.2.4. Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko Uji statistik pada hubungan variabel ini menujukkan bahwa adanya hubungan antara ketakutan dengan persepsi risiko. dimana nilai p=0.00 yang berarti bahwa Pvalue < α=0.05. Pada analisa bivariat ini. disimpulkan bahwa sebanyak 35 ibu rumah tangga berpersepsi baik kurang takut menghadapi gempa bumi. sedangkan 10 ibu rumah tangga berpersepsi baik takut menghadapi gempa bumi. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 6,3, artinya responden ketakutan mempunyai peluang 6,3 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan dengan responden yang kurang takut. Berikut tabel hubungannya :
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
46
Tabel 6.13. Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Kurang Baik
Ketakutan
Baik
Total
OR
N
%
N
%
N
%
Ketakutan
27
73.0
10
27.0
37
100
Kurang Takut
15
30
35
70
50
100
6,3
Jumlah
42
48,3
45
51,7
87
100
2,45 – 16,2
Responden
95% CI
P value
0.00
6.2.5. Hubungan Tingkat Pengendalian dengan Persepsi Risiko Tabel 6.14. Hubungan Pengendalian dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Kurang Baik
Tingkat
Baik
Total
OR
Pengendalian
N
%
N
%
N
%
Kurang Terkontrol
24
63,2
14
36,8
38
100
Terkontrol
18
36,7
31
63,6
49
100
2,952
42
48,3
45
51,7
87
100
1,7 – 7,1
Jumlah
95% CI
Pvalue
0.026
Dari tabel diatas sebanyak 31 ibu rumah tangga mempunyai kontrol terhadap bahaya gempa bumi berpersepsi baik. sedangkan 24 ibu rumah tangga yang tidak mengkontrol bahaya berpersepsi kurang baik. Uji statistik menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna dalam variabel ini. nilai p=0.026. dimana Pvalue < α=0.05. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,952, artinya responden dengan pengendalian kurang terkontrol mempunyai peluang 2,9 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan dengan responden dengan pengendalian terkontrol.
6.2.6. Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko Analisa
bivariat
dalam
hubungan
2
(dua)
variabel
ini
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara potensi dampak dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. terlihat dari hasil uji statistik
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
47
p=0.008 > α=0.05. Dimana 33 ibu rumah tangga yang beranggapan bahwa gempa bumi adalah bencana berpersepsi baik. Sedangkan 24 ibu rumah tangga yang beranggapan bahwa gempa bumi adalah bahaya kronis. berpersepsi kurang baik. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,667, artinya responden yang mempersepsikan gempa bumi sebagai dampak kronis mempunyai peluang 3,6 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan responden yang mempersepsikan gempa bumi sebagai dampak katastropik. Berikut tabel hubungannya : Tabel 6.15. Hubungan Persspsi Responden mengenai Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko Persepsi Risiko Kurang Baik
Baik
Total
OR
P value
Potensi Dampak
N
%
N
%
N
%
95% CI
Kronis
24
66,7
12
33,3
36
100
3,667
Katastropik
18
35,3
33
64,7
51
100
1,5 – 9,02
Jumlah
42
48,3
45
51,7
87
100
0.008
6.2.7. Hubungan Kekinian Bahaya dengan Persepsi Risiko Tabel 6.16. Hubungan Kekinian Bahaya dengan Persepsi Risiko Kekinian Bahaya Baru Lama Jumlah
Persepsi Risiko Kurang Baik Baik N % N % 32 76,2 10 23,8 10 22,2 35 77,8 42 48,3 45 51,7
Total N % 42 100 45 100 87 100
OR 95% CI 11,2 4,1 – 30,4
Pvalue 0.00
Sebanyak 35 ibu rumah tangga berpersepsi baik beranggapan bahwa bahaya baru lebih berbahaya. namun 10 ibu rumah tangga berpersepsi baik beranggapan bahwa bahaya lama lebih berbahaya. Uji statistik menunjukkan bahwa niliai p=0.00 < α=0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel ini. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 11,2, artinya responden yang mempersepsikan
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
48
gempa bumi sebagai bahaya baru mempunyai peluang 11,2 kali berpersepsi
risiko
kurang
baik
dibandingkan
responden
yang
mempersepsikan gempa bumi sebagai bahaya lama.
6.2.8. Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Persepsi Risiko Analisa bivariat pada kedua variabel ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Dilihat dari uji statistik yakni niliai p=0.00 < α=0.05. Kondisi lingkungan yang baik dapat mendorong ibu rumah tangga berpersepsi baik terhadap bahaya gempa bumi. dan ada 43 ibu rumah tangga dalam penelitian ini. Namun. ada 3 ibu rumah tangga berpersepsi baik tetapi kondisi lingkungannya kurang baik. Berikut tabel hubungannya : Tabel 6.17. Hubungan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Persepsi Risiko
Kondisi Lingkungan Kurang Baik Baik Jumlah
Persepsi Risiko Kurang Baik Baik N % N % 39 95,1 2 4,9 3 6,5 43 93,5 42 48,3 45 51,7
Total N % 41 100 46 100 87 100
OR 95% CI 279,5 44,38 1761.53
Pvalue
0.000
Dari hasil analisis juga diperoleh pula nilai OR = 279,5, artinya responden kondisi lingkungan tempat tinggal kurang baik mempunyai peluang 279,5 kali berpersepsi risiko kurang baik dibandingkan responden dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang baik.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
49
BAB VII PEMBAHASAN
Paradigma psikometrik meliputi kerangka teoritis yang mengasumsikan resiko yang akan didefinisikan secara subyektif oleh individu yang mungkin dipengaruhi oleh beragam psikologis, faktor sosial, kelembagaan, dan budaya. 7.1.
Gambaran Persepsi Risiko Ibu Rumah Tangga Terhadap Gempa Bumi Persepsi
risiko
merupakan
kalkulasi
faktor
kemungkinan
(probability) dan konsekuensi (consequnces) dari risiko sehingga menghasilkan nilai risiko aktual (actual risk). Sedangkan masyarakat kebanyakan menilai dan menginterpretasikan risiko sebagai proses penilaian terhadap karakteristik-karakteristik risiko seperti familiary of risk, keparahan konsekuensi dan lain-lain. Dengan menggunakan pendekatan psychometric, diperoleh gambaran dari ibu rumah tangga di RW. 02 terhadap kejadian gempa bumi yaitu persentase ibu rumah tangga dengan persepsi risiko baik lebih tinggi daripada ibu rumah tangga dengan persentase risiko kurang baik. 7.2.
Gambaran Pengalaman Menghadapi Gempa Bumi Pengalaman seseorang dalam menghadapi gempa bumi dapat meperlihatkan konsekuensi sesungguhnya dari suatu peristiwa tersebut. Suatu peristiwa traumatik akan menghasilkan suatu persepsi yang berbeda antara individu satu dan yang lainnya (Morgan, 1975). Dalam penelitian di RW. 02 ini didapat gambaran ibu rumah tangga berpengalaman menghadapi gempa bumi lebih sedikit daripada ibu rumah tangga yang kurang berpengalaman.
7.3.
Gambaran Pengetahuan Terhadap Gempa Bumi Dari hasil penelitian terhadap pengetahuan responden terhadap gempa bumi, maka diketahui bahwa kebanyakan responden 56 responden (64.4 %) berpegetahuan baik mengenai gempa bumi, sedangkan sisanya 31
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
50
Responden (35.6 %) berpengetahuan kurang baik mengenai gempa bumi. Meskipun dalam kenyataannya responden mengaku informasi mengenai gempa bumi belum cukup, kebanyakan responden menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi hanya dari media yang berkembang. 7.4.
Gambaran Kesukarelaan Responden Menghadapi Gempa Bumi Gambaran kesukarelaan (voluntariness of risk) dalam penelitian ini adalah ketidakterpaksaan dan ketodakpasrahan responden menerima risiko serta bahaya apapun selama tinggal di daerah tersebut, khususnya bahaya dan risiko gempa bumi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa lebih banyak responden yang sukarela menerima risiko gempa bumi (54 %). daripada 40 Responden (46 %) terpaksa menerima risiko apapun dari gempa bumi. Meskipun dalam observasi yang berlangsung kebanyakan responden yang dengan sukarela menerima risiko gempa bumi identik dengan kepasrahan tinggal di daerah tersebut, kebanyakan responden memilih tetap tingal di daerah ini adalah pasrah karena tidak ada pilihan lain dan karena jarak rumah lebih dekat dengan pekerjaan mereka.
7.5.
Gambaran Ketakutan Responden Menghadapi Gempa Bumi Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden, diketahui bahwa lebih banyak responden atau sekitar 50 responden (57,5 %) di wilayah tersebut kurang takut menghadapi gempa bumi, da sisanya 37 responden (42,5 %) ketakutan menghadapi gempa bumi. kebanyakan responden mengaku tidak terlalu takut menghadapi gempa bumi karena berdasarkan pengalaman mereka gempa bumi di wilayah tersebut tidak cukup besar.
7.6.
Gambaran Tingkat Pengendaian Terhadap Gempa Bumi Tingkat pengendalian dalam variabel ini dikategorikan dalam menjadi 2 (dua) yaitu terkontrol dan kurang terkontrol. Pengendalian yang
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
51
dimaksud adalah menilai tindakan responden mengatisipasi dan atau meminimalkan bahaya serta risiko dari gempa bumi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 orang responden, diketahui bahwa lebih banyak tindakan responden (56.3 %) terkontrol terhadap gempa bumi daripada sisanya (43.7 %) kurang terkontrol menghadapi gempa bumi.
7.7.
Gambaran Persepi Potensi Dampak Variabel ini menilai persepsi responden terhadap potensi dampak bahaya yang dihasilkan dari suatu kejadian gempa bumi, dikategorikan menjadi 2 (dua) bagian yakni kronik dan katastropik. Dari penelitian yang sudah dilakukan didapat bahwa kebanyakan responden (51 responden) mempunyai persepsi bahwa gempa bumi adalah bahaya catastrophic. Sedangkan sisanya 36 responden mempersepsikan gempa bumi sebagai bahaya chronic.
7.8.
Gambaran Persepsi Kekinian Risiko (Newness of Risk) Kekinian risiko yang dimaksud adalah untuk menilai persepsi responden terhadap kekinian risiko gempa bumi, apakah kejadian gempa tersebut merupakan bahaya lama atau bahaya baru. Maka diketahui bahwa kebanyakan responden (51.7 %) dari 87 responden yang diteliti mempunyai persepsi bahwa bahaya baru lebih berbahaya daripada bahaya lama. Namun sebaliknya. 42 responden (48.3 %) berpersepsi bahwa bahaya lama lebih berbahaya.
7.9.
Gambaran Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Responden Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah gambaran keadaan tempat tinggal responden
termasuk aspek fisik dari kerentanan terhadap gempa
bumi, meskipun terus-menerus meluas cakupannya terutama yang mengacu pada pertimbangan lokasi dan kerentanan lingkungan yang dibangun seperti tingkat kepadatan, keterpencilan suatu penyelesaian, tapak, desain dan bahan
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
52
yang digunakan untuk infrastruktur perumahan, dan juga terkait sistem tanggap darurat di wilayah tersebut. Didapat bahwa kebanyakan 46 responden (52.9 %) mempunyai persepsi bahwa kondisi lingkungan tempat tinggal mereka dalam kategori baik dan sisanya 41 responden termasuk dalam kategori kondisi lingkungan yang kurang baik. Meskipun dalam observasi dan tanya jawab langsung, wilayah tersebut tidak memiliki sistem tanggap darurat serta rata-rata responden kurang memahami sistem tangga darurat tersebut. Selain itu, dalam observasi ditemukan kebanyakan infrastruktur rumah responden rentan bahaya gempa bumi seperti rangka atap terbuat dari kayu, banyaknya pajangan dinding, serta plafon rumah yang tidak segeran diperbaiki. Dan juga wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk.
7.10. Hubungan Pengalaman dengan Persepsi Risiko Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengalaman dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. Bahwa, semakin berpengalaman seorang individu menghadapi gempa bumi, maka semakin baik individu tersebut mempersepsikan suatu risiko. Dengan kata lain, persepsi risiko terhadap gempa bumi semakin baik. Pengalaman seseorang menghadapi suatu kejadian juga dapat dijadikan sebagai dasar pengetahuan sesorang menghadapi suatu kejadian yang dalam hal ini adalah gempa bumi, karena biasanya seseorang akan mengingat kembali kejadian di masa lampau sebagai acuan bahkan dasar tindakan serta perilaku terhadap suatu kejadian yang akan atau sedang dialami. Msekipun pada penelitian lain terkait persepsi pekerja terhadap risiko kebakaran berdasarkan paradigma psychometric yang diteliti oleh Galih Ditya di kantor head office tahun 2008, menyimpulkan bawha tidak ada hubungan bermakna antara pengalaman menghadapi kebakaran dengan persepsi pekerja. Namun menurut teori Geller (2000: 73) yang menyatakan bahwa kumulatif persepsi lampau membias akan persepsi baru dan hal tersebut yang
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
53
menyebabkan sulitnya untuk mengubah persepsi lama. Dan pengalaman di masa lampau memberikan persepsi saat ini, maka pengalaman lampau menyaring seluruh proses evaluasi personal yang meliputi persepsi lampau. Pengalaman seseorang dalam menghadapi gempa bumi juga dapat memperlihatkan konsekuensi yang sesungguhnya dari suatu peristiwa gempa bumi yang dapat mempengaruhi persepsi risiko. Morgan (1975) mengatakan bahwa suatu peristiwa yang traumatik akan menghasilkan suatu persepsi yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Beberapa penelitian mengenai hubungan antara pengalaman dan persepsi risiko diidentifikasi sebagai faktor yang menentukan seberapa sensitif individu terhadap risiko. Bukti lainnya menyebutkan bahwa individu yang memiliki pengalaman berhubungan dengan risiko extreme secara konstan mempunyai tingkat kepedulian yang kurang terhadap risiko Mun, 2004). Meskipun dalam penelitian ini kebanyakan responden jarang atau kurang berpengalaman menghadapi gempa bumi, namun pesepsi risiko mereka terhadap gempa bumi tetap baik. Dapat dikatakan bahwa responden akan tetap waspada menghadapi gempa bumi yang akan terjadi berdasarkan pengalaman mereka dalam menghadapi gempa bumi. 7.11. Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi Risiko Uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. Dapat dikatakan bahwa baik atau kurangnya seorang individu mempersepsikan sebuah risiko, secara tidak langsung terbentuk dari proses kognisi yang berdasar pada pengetahuan individu tersebut. Dimana, Pengetahuan merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman yang dialami individu, yang diperolehnya melalui penginderaan. Dengan penginderaan, pengalaman diperoleh melalui cara membaca, melihat, mendengar, bahkan merasakan berbagai objek sosial yang terjadi di sepanjang hidupnya. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan manusia tidak hadir
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
54
begitu saja, tetapi diperoleh melalui proses belajar dalam pola-pola hubungan, baik interaksi sosial maupun interelasi fisik. Karena persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan dan pengetahuan seseorang mempengaruhi mereka dalam mempersepsikan sesuatu. (Gibson, 1986:54). Meskipun beberapa responden mengaku kurangnya informasi yang didapat
mengenai
gempa
bumi,
namun
kebanyakan
responden
berpengetahuan baik. Responden mengaku bahwa pengetahuan mengenai gempa bumi lebih banyak didapat dari informasi yang berkembang di media serta pengalaman yang pernah dialami oleh responden.
7.12. Hubungan Kesukarelaan (Voluntariness Of Risk) dengan Persepsi Risiko Kesukarelaan disini didefinisikan sebagai ketidakterpaksaan atau ketidakpasrahan responden dalam menerima risiko yang dalam hal ini adalah gempa bumi. Kesukarelaan seorang individu dalam menerima risiko erat kaitannya dengan sikap individu tersebut, yang akan mendorong seseorang mempersepsikan suatu hal, dalam hal ini adalah bahaya gempa bumi. Dalam konteks ini, diasumsikan bahwa sesorang yang “sukarela” telah mengerti konsekuensi dari bahaya yang ditimbulkan, sehingga yang dihasilkan adalah pesrepsi risiko baik. Hasil uji statistik penelitian pada faktor ini disimpulkan bahwa adanya hubungan antara kesukarelaan dengan persepsi risiko. Meskipun pada kenyataannya, kebanyakan responden yang sukarela identik dengan kepasrahan (tidak ada pilihan lain) daripada kesukarelaan. Rata-rata responden yang sukarela menerima risiko dengan tetap tinggal di daerah tersebut adalah pasrah karena tidak ada pilihan lain. Namun ada juga responden yang sukarela menerima risiko dengan tetap bertahan di daerah
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
55
tersebut dengan alasan lain, salah satu alasannya adalah jarak rumah lebih dekat dengan pekerjaan mereka. Penelitian
lain
mengenai
persepsi
risiko
kebakaran
melalui
pendekatan psikometrik menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kesukarelaan
dengan
risiko
kebakaran.
Ketika
seseorang
mempersepsikan perintah di atas paparan risiko, risiko dikatakan sukarela, seperti menggambarkan apakah risiko adalah salah satu yang sukarela orang dapat terhindar. Kemauan seseorang mencerminkan sifat partisipasi (keikutsertaan) akan suatu risiko, baik sukarela dipilih atau dipaksakan. Meskipun risiko yang mungkin mirip, risiko yang dipilih secara sukarela lebih diterima daripada yang dipaksakan. Oleh karena itu, orang cenderung untuk menerima risiko yang dipilih secara sukarela bahkan jika risiko-risiko tersebut adalah sekitar 1000 kali lebih berisiko sebagai risiko disengaja diterima. Karena hal ini melibatkan kebebasan memilih dan persepsi dan tanggung jawab individu sendiri. Persepsi risiko dilemahkan jika risiko yang dipilih secara sukarela, namun diperkuat jika itu dipaksakan (Renn 1992, Jungermann & Slovic 1993). 7.13. Hubungan Ketakutan dengan Persepsi Risiko Adanya hubungan antara ketakutan dengan persepsi risiko, yang berarti bahwa seorang individu akan semakin baik mempersepsikan risiko jika tidak mengalami suatu ketakutan. Pada dasarnya faktor ketakutan didasari oleh faktor pengalaman, pengendalian, kondisi lingkungan, keakraban akan suatu risiko, dan potensi risiko. Semakin tinggi sumber risiko maka semakin tinggi ketakutan akan risiko dirasakan. Sejumlah hal yang dapat mempengaruhi persepsi
risiko antara lain
ketakutan (dread), kontrol, sumber
usia, proses adaptasi,
risiko, pilihan, baru tidaknya risiko
tersebut, kewaspadaan, dampak yang akan terjadi pada diri sendiri atau pada orang banyak, pertukaran risiko-keuntungan, dan kepercayaan (Ropeik& Slovic, 2003).
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
56
Meskipun belum ada penelitian lain menyebutkan adanya hubungan antara ketakutan dengan persepsi risiko. Namun dalam penelitian ini, sebagian besar dari responden yang kurang takut menghadapi gempa bumi memiliki persepsi risiko yang baik. Disimpulkan bahwa, semakin seseorang takut akan suatu bahaya serta risiko yang akan terjadi, persepsi terhadap suatu risiko akan berkurang, artinya persepsi risiko kurang baik. Meskipun seseorang mempunyai pengetahuan yang baik dalam menghadapi suatu bahaya dan atau sudah berpengalaman menghadapi suatu bahaya, jika terlampau takut menghadapi bahaya tersebut kemungkinan akan menjadi sulit selamat (safety) dari suatu bahaya. 7.14. Hubungan Tingkat Pengendalian dengan Persepsi Risiko Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara keduanya. Persepsi pengendalian merupakan hal mendasar dalam penelitian tentang perilaku mengambil risiko. Hal ini telah ditunjukkan, bahwa orang cenderung meremehkan risiko yang berada di bawah kendali mereka. Dalam penelitian ini, kebanyakan responden mempersepsikan bahwa mereka telah melakukan tindakan pengendalian dari bahaya-bahaya yang dapat memicu risiko jika gempa bumi terjadi. Serta berpersepsi bahwa rumah yang mereka tinggali saat ini berkonstruksi baik. Meskipun pada kenyataannya, rumah dari kebanyakan responden dapat dikatakan rentan gempa bumi. Misalnya, kebanyakan rangka atap dari rumah responden terbuat dari kayu. Padahal, sebaiknya rangka atap rumah terbuat dari baja ringan. Dan juga kebanyakan responden tidak segera memperbaiki konstruksi rumahnya yang rusak. Sejumlah teori telah menekankan pentingnya persepsi kontrol dan telah menyarankan bahwa pengaruh pada lingkungan merupakan preferensi universal (Langer & Rodin, 1976). Dalam konteks penerimaan risiko, orang cenderung memilih risiko yang dapat dikendalikan daripada yang tidak
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
57
terkendali, karena mereka melihat adanya potensi berbahaya kurang berisiko jika mereka memiliki ukuran kontrol atas risiko. Penelitian persepsi risiko
lain terkait pengendalian risiko
menyimpulkan bahwa orang lebih memilih risiko terkendali yang menimbulkan resiko tinggi atas resiko yang kurang berisiko tetapi tidak terkendali (Klein & Kunda, 1994). Weinstein (1984) meyakini bahwa mereka lebih aman daripada yang lain ketika risiko yang terkendali, dan bertaruh uang lebih banyak pada permainan keterampilan dari pada permainan kesempatan, bahkan ketika beberapa permainan ini ditawarkan dengan kemungkinan keberhasilan yang serupa (Cohen & Hansel, 1959). Jadi, dapat dikatakan bahwa persepsi risiko akan terbentuk baik jika dilakukan pengendalian yang baik terhadap suatu risiko. Begitu juga sebaliknya, kurang terkontrolnnya risiko dapat mempengaruhi persepsi risiko akan suatu bahaya, dalam hal ini adalah gempa bumi. 7.15. Hubungan Potensi Dampak dengan Persepsi Risiko Secara umum, bahaya yang berdampak katastropik dipersepsikan lebih beresiko daripada bahaya yang berdampak kronis (Rimer, 1977) hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa seseorang cenderung lebih takut terhadap bahaya yang mengancam banyak jiwa dalam satu waktu daripada bahaya yang hanya berdampak individu sewaktu-waktu. Begitu juga pada penelitian ini menyimpulkan bahwa potensi dampak mempengaruhi persepsi seseorang, terlihat dari hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara potensi dampak dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. Artinya meskipun gempa bumi berdampak katastropik, responden tetap mempersepsikannya baik, dengan kata lain dampak dari kejadian gempa bumi tetap berbahaya. Dan kenyataannya, dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan persepsi risiko baik meskipun gempa bumi berdampak katastropik.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
58
Meskipun logikanya seseorang harus mengharapkan besarnya risiko bagi masyarakat secara umum terhadap bahaya yang menimpa mereka dan jumlah orang sebenarnya terkena risiko. Karena, terkadang seseorang cenderung menyimpulkan untuk melebih-lebihkan risiko dimana semua orang memiliki kesempatan (meskipun kecil) yang sama menjadi akan risiko yang fatal melanda (Bastide, Moatti, Fegnani, 1989; Farago, Slovic & Fischhoff, 1986; Goszczynska, Tyszka & Slovic, 1991). Singkatnya, seseorang yang tinggal berdekatan dengan sumber bahaya akan cenderung kurang peduli terhadap risiko dibandingkan dengan individu yang tinggal berjauhan dengan sumber bahaya. 7.16. Hubungan Kekinian (Newness) dengan Persepsi Risiko Adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel ini, menunjukkan bahwa kekinian/kebaruan risiko mempengaruhi persepsi risiko seorangan individu. Apabila individu menemui suatu situasi berisiko yang baru, maka individu akan mempersepsi risiko tinggi pada situasi baru tersebut. Sebaliknya, bila menemui situasi yang telah lama dikenali, maka risiko yang dipersepsikan individu kurang baik. Contoh saja pada penelitian yang dilakukan oleh Ropeik dan Slovic pada tahun 2003, ketika melewati suatu persimpangan yang belum pernah dilewati, seorang pengendara akan lebih berhati-hati karena mempersepsi risiko tabrakan yang cukup tinggi pada persimpangan tersebut. Akan tetapi, ketika pengendara yang sama melewati persimpangan yang sudah sering dilewati, maka pengendara akan lebih ceroboh, sebab ia mempersepsi risiko yang rendah. Seseorang cenderung menjadi kurang hati-hati terhadap bahaya lama, karena pada dasarnya mereka sudah paham risikonya. Namun sebaliknya, bahaya baru yang belum pernah diketahui risikonya cenderung membuat seseorang berhati-hati. Begitu juga dalam penelitian ini, meskipun kebanyakan responden menganggap bahwa gempa bumi adalah bahaya lama, namun mereka tetap mempersepsikan baik terhadap risiko gema bumi tersebut.. tidak sedikit juga yang menganggap bahwa gempa bumi merupakan
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
59
bahaya yang baru sehingga persepsi mereka terhadap risiko tersebut kurang baik. 7.17. Hubungan Kondisi Lingkungan dengan Persepsi Risiko Adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel ini menunjukkan
bahwa
kondisi
lingkungan
(perumahan)
responden
mempengaruhi persepsi risiko terhadap gempa bumi. Kondisi lingkungan, termasuk di dalamnya kepadatan rumah antar rumah, struktur bangunan, serta konstruksi bangunan yang memungkinkan adannya kerentanan risiko terhadap gempa. Dimana hal tersebut merupakan aspek fisik dari kerentanan terhadap gempa bumi, meskipun terus-menerus meluas cakupannya terutama yang mengacu pada pertimbangan lokasi dan kerentanan lingkungan yang dibangun. Ini mungkin digambarkan sebagai paparan bahaya kerentanan fisik yang mungkin ditentukan oleh aspek seperti tingkat kepadatan, keterpencilan suatu penyelesaian, tapak, desain dan bahan yang digunakan untuk infrastruktur perumahan. Juga terkait konsentrasi penduduk perkotaan, potensi terbesar bagi bencana ada di seratus kota yang paling padat penduduknya. Selama ini dalam tiga kuarter setidaknya terkena satu bahaya alam. Tidak kurang dari tujuh puluh kota-kota dapat mengharapkan, rata-rata, mengalami gempa yang kuat setidaknya setiap lima puluh tahun sekali. (ADRC, ISDR, PBB, WMO, 2002; 384). Oleh karena itu, kondisi lingkungan menjadi salah satu aspek suatu kerentanan risko bencana alam, dan dapat mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan suatu risiko. Karena terkait dengan perlindungan (keselamatan) dan juga kerentanan risiko bahaya tersebut. Meskipun banyak dari responden mempersepsikan kondisi lingkungan mereka baik, padahal dalam kenyataannya banyak dari kondisi lingkungan tempat tinggal mereka rentan terhadap bahaya gempa bumi. Seperti rumah yang terlalu rapat satu sama lain. Rumah dihiasi dengan banyak pajangan dinding, dan pengaturan barang-barang yang tidak teratur. Selain itu,
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
60
kebanyakan responden yang belum memahami kesiapsiagaan darurat juga mitigasi bencana serta ketidaktersediaan perlengkapan P3K di dalam rumah.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
57
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan penulis tentang persepsi risiko ibu rumah tangga terhadap bahaya gempa bumi di RW. 02 Kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan tahun 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Persepsi risiko responden mengenai gempa bumi, secara rata-rata (51,7 % responden) menunjukkan persepsi risiko yang baik. Persepsi responden dikatakan baik dikarenakan rata-rata pesentase total nila keseluruhan responden diatas 248 (dari nilai median total keseluruhan). Hali tersebut menggambarkan bahwa responden mempersepsikan bahaya gempa bumi secara baik. 2. Hasil uji hubungan pengalaman dengan persepsi risiko,, diperoleh hasil Pvalue sebesar 0,01. Maka, disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengalaman dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi. 3. Hasil
hubungan
pengetahuan
dengan
persepsi
risiko,
hubungan
menunjukkan bahwa 38 ibu rumah tangga berpengetahuan baik juga memiliki persepsi risiko yang baik dan 7 ibu rumah tangga berpengetahuan kurang baik memiliki persepsi risiko baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,00 disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko. 4. Hasil uji hubungan kesukarelaan dengan persepsi risiko, diperoleh nilai p=0,00 disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan persepsi risiko. Sebanyak 42 ibu rumah tangga sukarela menghadapi gempa bumi berpersepsi baik, dan 5 ibu rumah tangga terpaksa menghadapi gempa bumi berpersepsi baik. 5. Hasil Uji hubungan ketakutan dengan persepsi risiko, menujukkan bahwa adanya hubungan antara ketakutan dengan persepsi risiko, dimana nilai p=0,00 yang berarti bahwa Pvalue < α=0,05. Pada analisa bivariat ini,
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
58
disimpulkan bahwa sebanyak 35 ibu rumah tangga berpersepsi baik kurang takut menghadapi gempa bumi, sedangkan 10 ibu rumah tangga berpersepsi baik takut menghadapi gempa bumi.Sebanyak 31 ibu rumah tangga mempunyai kontrol terhadap bahaya gempa bumi berpersepsi baik, sedangkan 24 ibu rumah tangga yang tidak mengkontrol bahaya berpersepsi kurang baik. Uji hubungan tingkat pengendalian dengan persepsi risiko, menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna dalam variabel ini, nilai p=0,026, dimana Pvalue < α=0,05. 6. Analisa hubungan dalam hubungan 2 (dua) variabel potensi dampak dengan persepsi risiko, menyimpulkan bahwa
ada hubungan antara
potensi dampak dengan persepsi risiko terhadap gempa bumi, terlihat dari hasil uji statistik p=0,008 < α=0,05. Dimana 33 ibu rumah tangga yang beranggapan bahwa gempa bumi adalah bencana berpersepsi baik. Sedangkan 24 ibu rumah tangga yang beranggapa bahwa gempa bumi adalah bahaya kronis, berpersepsi kurang baik. 7. Sebanyak 35 ibu rumah tangga berpersepsi baik beranggapan bahwa bahaya baru lebih berbahaya, namun 10 ibu rumah tangga berpersepsi baik beranggapan bahwa bahaya lama lebih berbahaya. Uji hubungan kekinian (newness) dengan persepsi risiko, menunjukkan bahwa niliai p=0,00 < α=0,05, yang mengartikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel ini. 8. Kondisi lingkungan yang baik dapat mendorong ibu rumah tangga berpersepsi baik terhadap bahaya gempa bumi, dan ada 43 ibu rumah tangga dalam penelitian ini. Namun, ada 3 ibu rumah tangga berpersepsi baik tetapi kondisi lingkungannya kurang baik. Analisa hubungan kondisi lingkungan dengan persepsi risiko menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Dilihat dari uji statistik yakni niliai p=0,00 < α=0,05
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
59
8.2. SARAN 8.2.1. Saran Untuk Ibu Rumah Tangga 1. Membantu kepala rumah tangga mengontrol keadaan konstruksi rumah yang rusak agar segera diperbaiki, hal tersebut merupakan cara meminimalkan risiko. 2. Melakukan tindakan kontrol dan atau pencegahan risiko bahaya, dalam hal
mengatur tata rumah dari risiko bahaya jika gempa terjadi.
Contohnya, mengatur letak pajangan dinding, mengatur rak barangbarang, penyimpanan bahan kimia berbahaya dari sumber api, dan lainnya 3. Mempersiapkan peralatan dan kebutuhan yang digunakan jika tejadi gempa bumi, seperti kelengkapan P3K, senter, dan lainnya. 4. Bersama kepala keluarga, mengedukasi anggota keluarga akan pengetahuan mengenai bahaya gempa bumi serta kesiapsiagaan darurat. 8.2.2. Saran Untuk Perangkat Desa (Pemerintah Kota) 1. Meninjau ulang serta mengkaji lebih dalam daerah potensi bahaya gempa bumi, yang selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat Indonesia. 2. Perlu adanya penerapan dan edukasi mitigasi bencana serta kesiapsiagaan darurat di setiap wilayah berdasarkan tingkat risiko suatu bencana maupun bahaya. 3. Membuat sistem tanggap darurat yang terintegerasi, sehingga masyarakat paham akan penanganan bencana alam (tidak hanya gempa bumi saja). 4. Memberikan edukasi seluas-luasnya lewat media, dan atau membuat buku panduan mengenai tanggap darurat bencana alam untuk seluruh masyarakat.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI Armas¸ Iuliana. 2006. Earthquake Risk Perception in Bucharest, Romania. Journal Publications Risk Analysis, Vol. 26, No. 5,
Ditya, Galih. 2008. Skripsi. Analisis Persepsi Pekerja Terhadap Risiko Kebakaran Berdasarkan Konsep Paradigma Psycometric di Head Office PT. Saptaindra Sejati Universitas Indonesia Kampus Depok, Depok: FKM-UI
F. White (Ed.), Natural Hazards, Local, National, Global (pp. 187–205). New York: Oxford University Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perikalu Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Rachmawati, Annisa. 2009. Skripsi. Studi Persepsi Mahasiswa/i UI Ketika Menghadapi Gempa Bumi Universitas Indonesia Kampus Depok, Depok: FKM-UI
Sjöberg, Lennart., Elin Moen, Bjørg., and Rundmo, Torbjørn Explaining risk perception. 2004. An evaluation of the psychometric paradigm in risk perception research.. Rotunde Norwegian University of Science and Technology, Department of Psychology: Trondheim, Norway
Slovic, P. 1987. Perceptions of risk. Science, 236, 280–285.
Slovic, P. 2000. The Perception of Risk. London, UK: Earthscan Publications.
Slovic, P., Fischhoff, B., & Lichtenstein, S. 1977. Cognitive processes and societal risk taking. In H. Jungermann & G. De Zeeuw (Eds.), Decision Making and Change in Human Affairs (pp. 7–36), Dordrecht: Riedel.
Slovic, P., Fischhoff, B., & Lichtenstein, S. 1980. Facts and fears: Understanding perceived risk. In R.C. Schwing&W.A.Albers (Eds.), Societal Risk Assessment: How Safe is Safe Enough? (pp. 181–214). New York: Plenum Press.
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Slovic, P., Kunreuther, H., & White, G. F. 1974. Decision processes, rationality and adjustment to natural hazards. In G.
Suwarton,o Christiany. And Meinarno, Eko A. 2009. Gambaran Persepsi Risiko Terhadap Bencana Pada Remaja Di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal publikasi UNIKA ATMAJAYA,
Syukri Sahab M.S. 1997. Teknik Manajemen k-3. PT. Bina Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama: Jakarta.
Wahono, Tri. Prediksi Gempa 8 SR di Jakarta Hari Ini Hanya Gosip. Diakses tanggal 11 Juni 2011 di http://www.kompas.com/ prediksi.gempa.8.sr.di.jakarta.hari.ini.hanya.gosip.html
Wiwan Koban, Antonius. Persepsi Risiko Dan Kesiapan Bencana Alam. Diakses tanggal 05 Juni 2011 di http://www.theindonesianinstitute.com/persepsi-risiko-dan-kesiapan-bencanaalam.html
_____________, National Action Plan for Disaster risk reduction 2010 – 2012. 2011. BAPPENAS: Jakarta
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
LAMPIRAN
Studi persepsi risiko terhadap gempa bumi pada ibu rumah tangga berdasarkan pendekatan psikometrik di rw. 02 kelurahan menteng atas jakarta selatan tahun 2011
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN STUDI PERSEPSI RISIKO TERHADAP GEMPA BUMI PADA IBU RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENDEKATAN PSIKOMETRIK DI RW. 02 KELURAHAN MENTENG ATAS JAKARTA SELATAN TAHUN 2011
Kepada Yth, Responden Perkenalkan saya Iffa Afifah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia peminatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang sedang mengumpulkan data melalui kuisoner ini untuk penelitian saya mengenai “Studi Persepsi Risiko Terhadap Gempa Bumi Pada Ibu Rumah Tangga Berdasarkan Pendekatan Psychometric di RW. 02 kelurahan Menteng Atas Jakarta Selatan Tahun 2011”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studi program sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuisioner ini. Atas kerjasama dan kesediaannya saya ucaptak terima kasih.
Terima Kasih, Iffa afifah
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER 1. Jangan lupa untuk mengisi data diri anda 2. Jawablah pertanyaan BAGIAN I dengan memberi tanda silang (x) pada pilihan jawaban anda. 3. Dan isilah pernyataan pada BAGIAN II dengan memberi tanda silang (x) pada kolom jawaban yang tersedia. Silanglah (x) pada : a. Kolom jawaban (1) jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut b.
Kolom jawaban (2) jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
c.
Kolom jawaban (3) jika anda Kurang Setuju dengan pernyataan tersebut
d.
Kolom jawaban (4) jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut
e.
Kolom jawaban (5) jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ____________________________
RT/RW
: ____________________________
BAGIAN I A. Pengalaman 1. Pernahkah anda menghadapi gempa bumi di tempat tinggal anda ? a. Pernah b. Tidak 2. Jika pernah, seberapa sering anda menghadapi gempa bumi di tempat tinggal anda ? a. 4-6 kali selama tinggal rumah anda b. 1-3 kali selama tinggal di rumah anda 3. Jika pernah, kapan gempa bumi tersebut terjadi ? a. Enam bulan sampai satu tahun terakhir b. Lebih dari satu tahun lalu 4. Berapa skala intensitas gempa yang anda rasakan ? a. Besar, Getaran terasa dahsyat; dinding rumah bergeser pondasinya; tanah terbelah; b. Kecil, getaran dirasakan di dalam rumah ; benda ringan yang bergantung bergoyang 5. Pernahkah anda terjebak dalam situasi gempa bumi di tempat tinggal anda ? a. Pernah b. Tidak 6. Menurut anda, dampak yang langsung dirasakan dari gempa bumi tersebut ? a. Sangat besar sampai meninggalkan trauma tersendiri dan Ketakutan yang cukup besar b. Biasa saja, karena dampaknya tidak dirasakan langsung Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
7. Menurut anda, apakah pengalaman menghadapi gempa bumi memberikan informasi tersendiri bagi anda? a. Ya b. Tidak 8. Pernahkah anda tertimpa benda/reruntuhan saat evakuasi diri ? a. Ya b. Tidak 9. Kejadian gempa yang pernah anda rasakan, membuat anda selalu bersikap waspada dimanapun anda berada ? a. Ya b. Tidak 10. Gempa bumi yang pernah anda alami di tempat tinggal anda membuat anda takut untuk tinggal di tempat tinggal anda sekarang ? a. Ya b. Tidak B. Pengetahuan 1. Apa yang dimaksud dengan gempa bumi ? a. Gempa bumi adalah getaran di tanah yang disebabkan oleh pergerakan permukaan bumi b. Bencana alam 2. Menurut anda, apa yang menyebabkan gempa bumi terjadi ? a. Proses tektonik, vulkanik, aktifitaas nuklir b. Letusan gunung berapi 3. Benar atau tidak, gempa bumi dapat disertai Tsunami ? a. Benar b. Tidak benar 4. Menurut anda, adakah potensi gempa bumi di wilayah yang anda tinggali sat ini ? a. Ada b. Tidak ada 5. Apa tanda-tanda terjadi gempa bumi jika anda sedang berada di dalam rumah/ruangan ? a. Semua benda yang tergantung bergoyang dan berjatuhan b. Tubuh terasa bergoyang 6. Apa yang akan anda lakukan ketika gempa bumi berlangsung dan posisi anda berada dalam ruangan ? a. Tetap di dalam ruangan dan bersembunyi di bawah meja / tempat tidur yang kokoh sampai goncangan berhenti dan kondisi aman b. Berlari keluar ruangan 7. Jika posisi anda berada di dalam tingkat kedua rumah anda saat gempa bumi berlangsung, maka yang anda lakukan adalah ? a. Mencari tempat perlindungan di bawah benda yang kokoh seperti meja sampai kondisi aman dan goncangan berhenti b. Berlari keluar rumah danmenuruni tangga Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
8. Menurut anda, benda apa yang dapat melindungi anda dari reruntuhan saat gempa bumi terjadi ? a. Bantal atau benda lunak sejenisnya b. Topi 9. Dari mana anda mengetahui informasi tentang tanda-tanda tersebut ? a. Pelatihan/sosialisasi dan sejenisnya b. Media informasi 10. Dibawah ini, manakah menurut anda upaya meminimalkan pengurangan resiko dari bencana gempa bumi ? a. Dari mana anda mengetahui informasi tentang tanda-tanda tersebut ? b. Mengikuti pelatihan dan sosialisasi penanggulangan bencana 11. Apa tanda-tanda alam terjadinya gempa bumi ? a. Hewan peliharaan gelisah, awan-awan muncul berbentuk lonjong vertical b. Perlatan elektronik terganggu 12. Menurut anda, apakah gempa bumi bisa diprediksi ? a. Tidak b. Ya 13. Menurut anda, bagaimana cara meminimalisir bahaya gema bumi ? a. Memahami cara penanganan dan pencegahan bahaya gempa bumi dengan benar b. Membuat rumah tahan gempa bumi 14. Apa nama alat system monitoring bencana ? a. Seismograph b. Seismometer 15. Pada skala rcihter berapa gempa bumi dapat memicu tsunami ? a. > 5 Skala Richter b. > 4 Skla Richter 16. Menurut anda, benarkah gempa bumi mempunyai siklus ? a. Ya, namun hanya gempa tektonik saja b. Tidak, karena gempa bumi tidak dapat diprediksi 17. Menurut anda, rumah seperti apa yang rentan terhadap bahaya gempa bumi ? a. Rumah dengan atap berat, padat penduduk, dan berdinding bata b. Rumah tua yang sudah rapuh 18. Apa yang tidak diperbolehkan jika anda terperangkap dibawah reruntuhan ? a. Menyalakan korek api sebagai alat bantu penerangan b. Cepat bergerak menyelamatkan diri (evakuasi diri) 19. Gerakan tiba-tiba di dalam kerak bumi atau mantel bumi bagian atas, disebut ? a. Gempa b. Gempa bumi 20. Proses gesekan dan tunjaman dari kerak bumi, disebut ? a. Gempa tektonik b. Gempa bumi
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
BAGIAN II A. Kesukarelaan PERNYATAAN
NO
1 2 3 4 5
1 Gempa bumi merupakan salah satu resiko yang harus saya terima ketika tinggal di rumah ini, maka saya bersedia menghadapi risiko tersebut dengan sukarela 2 Saya akan tetap tinggal di rumah saya saat ini, meskipun wilayah ini adalah wilayah rawan gempa bumi 3 Saya tidak peduli dengan adanya isu gempa bumi yang akan melanda wilayah DKI Jakarta 4 Saya terpaksa tinggal di rumah saya saat ini, karena rumah ini adalah satu-satunya tempat tinggal saya 5 saya merasa aman dan nyaman tinggal dirumah ini apapun isu bahaya nya 6 Saya tidak peduli apa yang akan menimpa rumah ini, saya akan tetap tingal disini 7 Saya akan membangun kembali rumah ini, jika nanti nya terjadi gempa bumi dan menghancurkan rumah saya 8 Risiko apapun akan saya terima, yang terpenting saya tetap tinggal disini 9 Rumah ini dibangun dan saya tempati karena memang pilihan saya 10 Saya memustuskan untuk tinggal dirumah ini dengan banyak pertimbangan B. Ketakutan NO
PERNYATAAN
1
Saya takut ketika akan menyelamatkan diri tertimpa benda berjatuhan
2
Saya merasa takut mendengar teriakan dan melihat orang-orang panik berlarian
3
Saya panik dan sangat takut untuk menyelamatkan diri
4
Saya paham cara evakuasi diri saat terjadi gempa bumi, namun guncangan dan keadaan sekitar saat gempa bumi membuat saya panik
5
Saya tetap merasa takut dan panik meskipun sudah berlindung di bawah meja/tempat tidur yan kokoh
6
Saya akan berlari keluar rumah apapun bahayanya karena saya takut jika berlindung dibawah meja saya tidak dapat keluar dan dievakuasi
7
Karena saya panik dan takut akan gempa bumi susulan terjadi, saya kebingungan mencari jalan keluar
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
1 2 3 4 5
8
Isu gempa bumi yang saat ini banyak dibicarakan membuat saya takut berada di dalam rumah sendiri
9
Saya langsung panik jika sedikit saja merasakan getaran dan suara gemuruh yang keras
10
Dampak terjadinya gempa bumi menempatkan gempa bumi sebagai salah satu kejadian yang menakutkan bagi saya
C. Pengendalian NO PERNYATAAN
1 2 3 4 5
1 Rumah saya dibangun dengan konstruksi yang baik, struktur dan dengan bahan yang berkualitas 2 Rumah saya di-desain tahan gempa hingga 10 Skala Richter 3 Saya dapat terhindar dari resiko gempa bumi karena para ahli telah menciptakan sistem pencegahan dan perlindungan gempa bumi 4 rangka atap rumah saya terbuat dari baja ringan untuk mengurangi risiko runtuhnya rangka atap plafon 5 Saya selalu menempatkan barang-barang berat di rak/lemari paling bawah 6 Bahan/barang mudah terbakar seperti minyak tanah, bensin, kaleng aerosol selalu saya tempatkan jauh dari sumber api 7 Tempat tidur di setiap kamar di rumah ini terletak jauh dari jendela kaca 8 Saya tidak memenuhi rumah saya dengan benda-benda menggantung seperti lampu gantung, frame foto, lukisan, dll 9 Selalu menyegerakan memperbaiki konstruksi rumah yang rusak, seperti plafon rumah;pintu;jendela kaca 10 Saya membekali keluarga dengan pendidikan dan pengetahuan menghadapi bencana (termasuk gempa bumi) dan juga simulasi bencana dan cara penanganan keadaaan darurat D. Persepsi terhadap Potensi Dampak NO
PERNYATAAN
1 Dampak dari terjadinya suatu bencana gempa bumi dapat segera terlihat 2 Gempa bumi dapat sangat merugikan saya secara moril dan materil 3 Gempa bumi dapat berdampak pada banyak orang daripada bahaya yang berdampak pada diri sendiri/individual 4 Saya selalu waspada terhadap dampak bahaya yang langsung terlihat dari dampak bahaya yang belum terlihat Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
1 2 3 4 5
5 Saya selalu waspada terhadap bahaya apapun meskipun dampaknya belum terlihat 6 Konsekuensi terjadinya gempa bumi tidak besar 7 Gempa bumi adalah bahaya besar yang dapat membunuh banyak orang dalam satu waktu 8 Gempa bumi hanya berdampak pada individu 9 Plafon rumah yang rusak dapat membahayakan keselamatan jika gempa bumi terjadi 10 Jika dampak negatif dari suatu bahaya tidak langsung terlihat, saya seringkali mengacuhkan / tidak mempedulikan bahaya tersebut
E. Kekinian Bahaya NO
PERNYATAAN
1 2 3 4 5
1 Gempa bumi merupakan bahaya baru yang belum terlihat di tempat tinggal anda 2 Gempa bumi bukan hal yang baru buat anda dan menurut anda tidak berbahaya 3 Saya akan selalu waspada untuk menghindari bahaya yang terjadi dan belum pernah saya rasakan 4 Saya paham cara menghadapi situasi tersebut (gempa bumi) karena gempa bumi bukan hal yang baru buat saya 5 Belum terbayang oleh saya apa yang harus saya lakukan jika gempa bumi benar-benar menimpa saya 6 Saya tahu apa yang akan saya lakukan jika gempa bumi tersebut menimpa saya 7 Meski belum pernah menghadapi situasi tersebut (gempa bumi), saya pastikan saya bisa menghadapinya dengan tenang 8 Membayangkan nya saja mengerikan, apalagi saya benar-benar mengalaminya/menghadapinya 9 Mengerikan rasanya jika harus terjebak dalam reruntuhan 10 Tidak perlu terlalu panik, cemas dan waspada. Karena bukan pertama kali gempa bumi terjadi
E.Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal NO
PERNYATAAN
1 Rumah yang saya tinggali saat inidibuat dengan atap yang berat
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
1 2 3 4 5
2 Rumah yang saya tinggali merupakan bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas rendah 3 Rumah yang saya tinggali saat inidibangun di atas lereng 4 Rumah yang saya tinggali saat inimempunyai deain buruk tanpa tembok perkuatan 5 Tempat tinggal saya saat ini saat inimerupakan perumahan padat penduduk 6 Rumah yang saya tinggali saat inidilengkapi dengan halaman 7 Rumah yang saya tinggali saat inimempunyai 2 (dua) pintu / jalur keluar masuk 8 Rumah yang saya tinggali saat ini belum pernah di renovasi selama dibangun 9 Rumah yang saya tinggali mempunyai lebih dari 1 (satu) jendela 10 Rumah saya dipenuhi dengan beberapa lukisan yang menggantung 11 Saya terbiasa meletakkan barang-barang berat di rak-rak atas maupun di atas lemari 12 Saya membiarkan dan tidak memperbaiki kondisi rangka atap/plafon rumah yang rusak 13 Rumah yang saya tinggali saat ini dilengkapi dengan kotak P3K lengkap 14 Saya mempunyai senter dan diletakkan di tempat yang terjangkau jika dibutuhkan sewaktu-waktu 15 Tempat tinggal saya saat in dekat dengan klinik/rumah sakit 16 Rumah saya dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran ringan 17 Lingkungan tempat tinggal saya mempunyai satuan aksi penyelamatan dan kewaspadaan bencana 18 Lingkungan tempat tinggal saya dilengkapi dengan halaman terbuka yang cukup luas 19 Lingkungan tempat tinggal saya saat ini mempunyai titik berkumpul yang digunakan untuk evakuasi dalam keadaan darurat 20 Lingkungan tempat tinggal saya merupakan daerah zonasi rawan gempa bumi
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
LAMPIRAN 2 1. Analisa Univariat Descriptives Statistic Pengalaman 95% Confidence Interval for Mean
Mean
4.31
Lower Bound
4.15
Upper Bound
4.47
5% Trimmed Mean
4.29
Median
4.00
Variance
.589
Std. Deviation
.767
Minimum
3
Maximum
6
Range
3
Interquartile Range
1
Skewness Pengetahuan 95% Confidence Interval for Mean
.192
.258
-.232
.511
Mean
10.99
.151
Lower Bound
10.69
Upper Bound
11.29
5% Trimmed Mean
11.06
Median
11.00
Variance
1.988
Std. Deviation
1.410
Minimum
4
Maximum
16
Range
12
Skewness
95% Confidence Interval for Mean
.082
Kurtosis
Interquartile Range
Voluntary
Std. Error
2 -1.125
.258
Kurtosis
7.196
.511
Mean
30.37
.909
Lower Bound
28.56
Upper Bound
32.17
5% Trimmed Mean
30.16
Median
32.00
Variance Std. Deviation Minimum
71.886 8.479 19
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Maximum
49
Range
30
Interquartile Range
18
Skewness
.009
.258
-1.306
.511
Mean
30.00
.853
Lower Bound
28.30
Upper Bound
31.70
5% Trimmed Mean
30.28
Median
34.00
Kurtosis Takut 95% Confidence Interval for Mean
Variance Std. Deviation
Control 95% Confidence Interval for Mean
17
Maximum
38
Range
21
Interquartile Range
16
Skewness
-.915
.258
Kurtosis
-.975
.511
Mean
29.36
.920
Lower Bound
27.53
Upper Bound
31.18
5% Trimmed Mean
29.58
Median
33.00
Std. Deviation
95% Confidence Interval for Mean
7.956
Minimum
Variance
Dampak
63.302
73.604 8.579
Minimum
15
Maximum
46
Range
31
Interquartile Range
17
Skewness
-.932
.258
Kurtosis
-.698
.511
Mean
32.79
.460
Lower Bound
31.88
Upper Bound
33.71
5% Trimmed Mean
32.90
Median
34.00
Variance Std. Deviation
18.445 4.295
Minimum
20
Maximum
39
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Range Interquartile Range Skewness New 95% Confidence Interval for Mean
.258
Kurtosis
-.771
.511
Mean
30.89
.790
Lower Bound
29.31
Upper Bound
32.46
5% Trimmed Mean
31.08
Median
34.00
Std. Deviation
Maximum
40
Range
21
Interquartile Range
17 -.799
.258
Kurtosis
-.954
.511
Mean
61.91
.757
Lower Bound
60.40
Upper Bound
63.41
5% Trimmed Mean
61.94
Median
62.00
Std. Deviation
49.875 7.062
Minimum
49
Maximum
79
Range
30
Interquartile Range
14
Skewness
95% Confidence Interval for Mean
7.368 19
Variance
PR
54.289
Minimum
Skewness
95% Confidence Interval for Mean
9 -.549
Variance
KL
19
.071
.258
Kurtosis
-1.057
.511
Mean
230.61
4.249
Lower Bound
222.16
Upper Bound
239.06
5% Trimmed Mean
232.24
Median
248.00
Variance Std. Deviation
1570.729 39.632
Minimum
160
Maximum
279
Range
119
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Interquartile Range
93
Skewness
-.948
.258
Kurtosis
-.831
.511
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic Pengalaman Pengetahuan Voluntary Takut Control Dampak New KL PR
df
.278 .214 .177 .314 .323 .197 .204 .132 .268
a
Shapiro-Wilk
Sig. 87 87 87 87 87 87 87 87 87
Statistic
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
df
.850 .807 .875 .727 .738 .880 .796 .945 .753
Sig. 87 87 87 87 87 87 87 87 87
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
2. Analisa Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N Pengalaman Responden * Persepsi Risiko
Missing
Percent 87
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 87
100.0%
Pengalaman Responden * Persepsi Risiko Crosstabulation Persepsi Risiko Kurang Baik Pengalaman Responden
Berpengalaman
Count % within Pengalaman Responden
Kurang Berpengalaman
Count % within Pengalaman Responden
Total
Count % within Pengalaman Responden
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
11 100.0% 31 40.8% 42 48.3%
Pengalaman Responden * Persepsi Risiko Crosstabulation Persepsi Risiko Baik Pengalaman Responden
Berpengalaman
Total
Count % within Pengalaman Responden
Kurang Berpengalaman
Count % within Pengalaman Responden
Total
Count % within Pengalaman Responden
0
11
.0%
100.0%
45
76
59.2%
100.0%
45
87
51.7%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
11.224
1
.001
17.740
1
.000
13.492 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1sided)
.000
Linear-by-Linear Association
13.336
N of Valid Cases
1
.000
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.394
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.394 87
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik N of Valid Cases
Lower
2.452
1.870
Upper 3.214
87
Pengetahuan Responden * Persepsi Risiko Persepsi Risiko Kurang Baik Pengetahuan Responden
Kurang Baik
Count % within Pengetahuan Responden
Baik
Count % within Pengetahuan Responden
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Baik
24
7
77.4%
22.6%
18
38
32.1%
67.9%
Total
Count % within Pengetahuan Responden
42
45
48.3%
51.7%
Crosstab
Total Pengetahuan Responden
Kurang Baik
Count
31
% within Pengetahuan Responden Baik
100.0%
Count
56
% within Pengetahuan Responden Total
100.0%
Count
87
% within Pengetahuan Responden
100.0%
chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
14.618
1
.000
17.057
1
.000
16.381 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
16.193
N of Valid Cases
1
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,97. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.434
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.434 87
.000
isk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengetahuan Responden (Kurang Baik / Baik) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
7.238
2.632
19.905
2.409
1.574
3.686
.333
.169
.654
87
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Kesukarelaan Responden * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Kesukarelaan Responden
Terpaksa
Count % within Kesukarelaan Responden
Sukarela
37
3
92.5%
7.5%
5
42
10.6%
89.4%
42
45
48.3%
51.7%
Count % within Kesukarelaan Responden
Total
Count % within Kesukarelaan Responden
Baik
Crosstab
Total Kesukarelaan Responden
Terpaksa
Count
40
% within Kesukarelaan Responden Sukarela
100.0%
Count
47
% within Kesukarelaan Responden Total
100.0%
Count
87
% within Kesukarelaan Responden
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
54.761
1
.000
67.338
1
.000
57.993 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
57.327
1
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,31. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.816
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.816 87
.000
Risk Estimate
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kesukarelaan Responden (Terpaksa / Sukarela) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
103.600
23.162
463.385
8.695
3.779
20.006
.084
.028
.250
87
Tingkat Ketakutan Responden * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Tingkat Ketakutan Responden
Ketakutan
Count % within Tingkat Ketakutan Responden
Kurang Takut
Total
27
10
73.0%
27.0%
15
35
30.0%
70.0%
42
45
48.3%
51.7%
Count % within Tingkat Ketakutan Responden Count % within Tingkat Ketakutan Responden
Baik
Crosstab
Total Tingkat Ketakutan Responden
Ketakutan
Count
37
% within Tingkat Ketakutan Responden Kurang Takut
Count
50
% within Tingkat Ketakutan Responden Total
100.0%
100.0%
Count
87
% within Tingkat Ketakutan Responden
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
14.052
1
.000
16.237
1
.000
15.726 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
15.545
1
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,86. b. Computed only for a 2x2 table
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.425
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.425 87
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Ketakutan Responden (Ketakutan / Kurang Takut) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
6.300
2.450
16.202
2.432
1.525
3.879
.386
.221
.676
87
Pengendalian * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Pengendalian
Kurang Terkontrol
Count % within Pengendalian
Terkontrol
Count % within Pengendalian
Total
Count % within Pengendalian
Baik
Total
24
14
38
63.2%
36.8%
100.0%
18
31
49
36.7%
63.3%
100.0%
42
45
87
48.3%
51.7%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.014
4.973
1
.026
6.050
1
.014
5.984 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.018
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
5.915
1
.015
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,34. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.262
.014
Cramer's V N of Valid Cases
.262 87
.014
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.013
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengendalian (Kurang Terkontrol / Terkontrol) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
2.952
1.226
7.107
1.719
1.107
2.671
.582
.365
.930
87
Potensi Dampak * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Potensi Dampak
Kronis
Count % within Potensi Dampak
Bencana Total
12
36
66.7%
33.3%
100.0%
18
33
51
35.3%
64.7%
100.0%
Count % within Potensi Dampak
Total
24
Count % within Potensi Dampak
Baik
42
45
87
48.3%
51.7%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.004
7.109
1
.008
8.452
1
.004
8.318 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.005
Linear-by-Linear Association
8.223
N of Valid Cases
1
.004
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,38. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.309
.004
Cramer's V N of Valid Cases
.309 87
.004
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Potensi Dampak (Kronis / Bencana) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik
Lower
Upper
3.667
1.491
9.019
1.889
1.220
2.926
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.004
For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
.515
.311
.853
87
Kekinian Bahaya * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Kekinian Bahaya
Baru
Count % within Kekinian Bahaya
Lama
% within Kekinian Bahaya
10
42
76.2%
23.8%
100.0%
10
35
45
22.2%
77.8%
100.0%
42
45
87
48.3%
51.7%
100.0%
Count % within Kekinian Bahaya
Total
32
Count
Total
Baik
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
23.224
1
.000
26.725
1
.000
25.339 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
25.048
N of Valid Cases
1
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,28. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.540
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.540 87
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kekinian Bahaya (Baru / Lama) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
11.200
4.124
30.416
3.429
1.935
6.076
.306
.174
.538
87
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000
Kondisi Lingkungan * Persepsi Risiko Crosstab Persepsi Risiko Kurang Baik Kondisi Lingkungan
Kurang Baik
Count % within Kondisi Lingkungan
Baik
% within Kondisi Lingkungan Count % within Kondisi Lingkungan
Total
39
2
41
95.1%
4.9%
100.0%
3
43
46
6.5%
93.5%
100.0%
42
45
87
48.3%
51.7%
100.0%
Count
Total
Baik
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
64.648
1
.000
82.342
1
.000
68.150 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
67.367
N of Valid Cases
1
.000
87
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,79. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Nominal by Nominal
Approx. Sig.
Phi
.885
.000
Cramer's V N of Valid Cases
.885 87
.000
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kondisi Lingkungan (Kurang Baik / Baik) For cohort Persepsi Risiko = Kurang Baik For cohort Persepsi Risiko = Baik N of Valid Cases
Lower
Upper
279.500
44.348
1761.533
14.585
4.873
43.653
.052
.013
.202
87
Studi persepsi ..., Iffa Afifah, FKM UI, 2012
Exact Sig. (1sided)
.000