UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI SINERGI MUDA DALAM UPAYA PENGEMBANGAN DIRI PEMUDA (Studi Deskriptif Kepanitiaan Indonesian Youth Conference)
SKRIPSI THAIF ALVIAN 1006664621
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JULI 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI SINERGI MUDA DALAM UPAYA PENGEMBANGAN DIRI PEMUDA (Studi Deskriptif Kepanitiaan Indonesian Youth Conference)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial
THAIF ALVIAN 1006664621
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JULI 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur tiada hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan curahan kasih dan sayangnya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Indonesia. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi pula oleh partisipasi penulis yang berkunjung pada pelaksanaan program Indonesian Youth Conference 2011. Pada saat itu, penulis melihat bahwa IYC merupakan program menarik yang diadakan dari dan diperuntukan pula untuk anak muda sebagai wujud kontribusinya untuk kemajuan bangsa. Tidak mudah tentunya bagi mereka para anak muda yang terlibat dalam kepanitiaan IYC untuk melaksanakan sebuah program, terlebih lagi pada saat itu IYC belum memiliki badan legalitas. Kini, IYC telah berada dibawah naungan Sinergi Muda, penulis yang berkesempatan pula turut berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC 2014 merasa bahwa strategi yang dilakukan oleh Sinergi Muda dalam membangun tim dan mengembangkan diri anak muda merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Penulis memahami bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berharap bahwa dengan adanya penelitian ini, maka peneliti dapat memperkaya pengetahuan dalam Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, sebagai bahan kajian pula dalam penelitian-penelitian selanjutnya dan juga bermanfaat bagi masyarakat. “The young do not know enough to be prudent, and therefore they attempt the impossible – and achieve it, generation after generation” (Pearl S. Buck)
Depok, 25 Juni 2014
Thaif Alvian
iv Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmanirrahim, Dengan segala kerendahan hati saya mengucap syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolongan Allah SWT sehingga skripsi ini pada akhirnya dapat selesai pada waktunya. Karena jikalay bukan karena pertolongan dan rahmat-Nya, tidaklah mungkin skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik meski masih jauh dari kata sempurna. Saya tentunya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini jika tidak ada pihak-pihak yang senantiasa membantu serta dengan tulus mendoakan. Oleh karena itu, saya juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Ucapan tersebut saya berikan persembahkan kepada: 1. Kania Saraswati, S.Sos., M. Kesos (Mbak Kania) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah senantiasa menyediakan waktu, tenaga, perhatian, masukan, pemikiran dan diskusi untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
2. Dra. Fitriyah, M.Si (Mbak Fitri) sebagai Ketua Sidang dan Ketua Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan bantuan, masukan dan motivasi bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini;
3. Prof. Bambang S. Laksmono, M.Sc selaku penguji ahli saat sidang skripsi, terima kasih atas segala masukan, bantuan, diskusi serta apresiasi yang diberikan sehingga membuka mata saya lebih lebar dalam meningkatkan kualitas skripsi ini. Suatu kehormatan dapat diuji oleh Mas Bambang, terima kasih mas! 4. Sofyan Cholid, S.Sos., M.Si selaku sekretaris sidang skripsi atas segala masukan, kritik dan kejelian dalam mengoreksi letak berbagai kesalahan teknis penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya sehingga memudahkan saya dalam merevisi bagian-bagian tersebut 5. Skripsi ini saya dedikasikan untuk kedua orangtua ku, Ayah dan Ibunda yang senantiasa selalu ada dan mengirimkan doa-doanya demi kemudahan dan perlindungan untuk ku. You’re all my angels! Terima kasih untuk selalu mengajarkan kebaikan dan ketulusan
v Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
6. Untuk kakak ku tercinta, Riadini Zainurani, meskipun jarang berjumpa.. but, thanks for all your pray and supports. Semoga Allah senantiasa memberkati 7. Skripsi ini ku dedikasikan pula tentunya untuk teman-teman Sinergi Muda dan IYC! Agrita Widiasari, Alanda Kariza, Dey Ainiswari, Dhimas Ibnu, Rifat Najmi dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-per-satu; Such an honor to be a part of your team!. Terima kasih atas segala cerita, dukungan, bantuan serta semangat yang tak henti-hentinya diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga semakin banyak anak muda seperti kalian untuk memajukan Indonesia 8. Sahabat-sahabat setia dari SMA yang selalu memberikan kecerian; Puput, Genie, Keshia, Mashita, Indra, Nanda, Firman, Mbak Desky dan masih banyak yang tidak bisa disebutkan; terima kasih untuk selalu menyediakan waktunya untuk sekedar berbagi dan berkeluh kesah. Kelak, kita akan meraih impian kita masing-masing ya. May God Always Bless You All.. 9. Teman-teman Marching Band Madah Bahana Universitas Indonesia, terkhusus section ku, Mellophone; dari Cadets 2010 hingga Pasukan TIMBC 2011-2012! Oh, Lots of moment there... Terima kasih atas segala pelajaran, kerja tim, kenangan dan kekeluargaan yang hangat. Terima kasih untuk selalu mengajarkan ketangguhan, kedisiplinan – meski tetap saja kadang sulit untuk melakukannya – dan untuk tidak pantang menyerah dalam masa-masa sulit kala itu. Terima kasih untuk selalu memberikan energi positif. I love you, guys. 10. Teruntuk seluruh teman-teman KESSOS UI 2010 yang sangat ku sayangi yang tidak bisa disebutkan satu-satu.. aku bersyukur bisa dipertemukan dengan kalian. Terima kasih atas kebersamaannya, pengalaman serta ilmuilmu yang dibagikan. Semoga kekeluargaan kita tidak hanya sampai di tahun 2014 ini saja. See you on top! 11. Rekan-rekan pemagang di Lazada Indonesia; Mira, Kak Ester, Tami, Kak Wulan, Mr. Kunal, Kak Dimas, terima kasih atas kerja tim dan pengalaman yang diberikan. Meskipun hanya singkat, senang bisa bekerja dengan kalian membangun Lazada hingga akhirnya berkembang pesat seperti sekarang
vi Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
12. Rekan praktikum di Mien R. Uno Foundation; Yossita dan Yudha Eka. Terima kasih untuk selalu membantu dan berbagi. Begitu juga dengan Pak Nanang, Pak Haris dan Mbak Nunik yang sudah memberikan kesempatan dan pelajaran berharga 13. Untuk seluruh Dosen, Staff dan pegawai FISIP UI khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terima kasih atas segala ilmu dan kebaikan yang diberikan. Mbak Iyen, Mbak Valen, Mas Cece, Mas Tinton terima kasih! Tanpa kalian, saya dan teman-teman Kessos tentu akan kesulitan dalam proses kegaitan perkuliahan hingga akhirnya penyelesaian skripsi. Semoga Allah membalas segala jasa kalian 14. Untuk semua sahabat, rekan dan pihak-pihak yang tidak dapat (atau mungkin lupa) saya sebutkan, saya mohon maaf. Terima kasih banyak atas segalanya
Akhir kata, saya berharap Allah SWT yang membalas segala kebaikan seluruh pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat ataupun berguna baik bagi pihak-pihak yang membutuhkannya di lain waktu serta bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Wassalamualaikum Wr.Wb Depok, 25 Juni 2014
Thaif Alvian
vii Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
ABSTRAK Nama
: Thaif Alvian
Program Studi
: Ilmu Kesejaheteraan Sosial
Judul Skripsi
: Strategi Sinergi Muda Dalam Upaya Pengembangan Diri Pemuda (Studi Deskriptif Kepanitiaan Indonesian Youth Conference)
Skripsi ini membahas mengenai strategi yang dilakukan oleh Sinergi Muda guna mengembangkan diri anak muda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan Indoensian Youth Conference. Partisipasi pemuda dalam organisasi kepemudaan merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri pemuda. Dalam prosesnya, hambatan yang dihadapi oleh panitia IYC juga melatih diri untuk mengambil sikap dan membentuk karakter . Upaya team building dan capacity building yang dirancang juga memberi dampak pada kinerja tim dan juga membangun potensi diri. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa karakter dan potensi yang terbentuk dalam diri pemuda yang mengikuti kegiatan organisasi adalah pribadi yang kreatif dan memiliki semangat untuk mencapai cita-cita atau tujuannya. Kata kunci: Strategi, Pengembangan Diri Pemuda, Organisasi Kepemudaan, Partisipasi, Team building dan Capacity building
ix
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
ABSTRACT Nama
: Thaif Alvian
Program Studi
: Social Welfare
Judul Skripsi
: The Strategy of Sinergi Muda on Developing YouthSelf Development (Descriptive Study on The Organizing Committee of Indonesian Youth Conference Programme)
This thesis discusses about the strategy which conducted by Sinergi Muda to develop youth who participated in the committee of Indonesian Youth Conference. Youth participation in organizational acitivities is a form of self-actualization on youth itself. In the process, the barriers faced by IYC’s committee also train themselves to take a stand and shaping character. Team building and capacity building also give any impacts on the performance of the team and also build their (youth) potential. The research shows that the character and the potential that is formed within the youth who participated in organization's activities is creative and has a strong motivation to achieve their goals. Keywords: Strategy, Youth Development, Youth Organization, Participation, Team building, Capacity Building
x
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. ........................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... KATA PENGANTAR. ........................................................................................ UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ ABSTRAK ............................................................................................................ DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
i ii iii iv v viii ix xi xiv xv xvi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. ................................................................... 1.2 Rumusan Permasalahan...................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 1.4 Manfaat Penelitiaan ............................................................................ 1.5 Metode Penelitiaan ............................................................................. 1.5.1 Pendekatan Penelitian ............................................................... 1.5.2 Jenis Penelitian .......................................................................... 1.5.3 Lokasi Penelitian ....................................................................... 1.5.4 Teknik Pemilihan Informan ...................................................... 1.5.5 Teknik dan Waktu Pengumpulan Data...................................... 1.5.5.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................ 1.5.5.2 Waktu Pengumpulan Data ............................................ 1.5.6 Teknik Analisa Data ................................................................. 1.5.7 Teknik Untuk Meningkatkan Kualitas Penelitian..................... 1.6 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 1.7 Sistematika Penulisan.........................................................................
1 8 10 10 11 11 12 12 13 17 15 19 19 21 21 22
1.
2
PENGEMBANGAN DIRI PEMUDA DAN STRATEGI ORGANISASI KEPEMUDAAN 2.1 Teori Dewasa Awal .............................................................................. 2.1.1 Periode Generasi Muda dan Dewasa Awal .............................. 2.1.2 Kondisi Psikososial Pemuda ..................................................... 2.1.3 Pengembangan Diri dan Kaitannya dengan Teori Motivasi Pertumbuhan .............................................................. 2.2 Organisasi sebagai Sarana Pengembangan Diri Pemuda ................... 2.2.1 Organisasi Kepemudaan ........................................................... 2.2.2 Program Pengembangan Pemuda ............................................. 2.3 Gambaran Anak Muda Indoensia ....................................................... 2.4 Strategi 2.4.1 Konsep Strategi ......................................................................... 2.4.2 Bentuk Strategi ......................................................................... 2.5 Membangun Kekompakan Tim (Team Building)
xi
23 26 27 29 32 36 36 38 40 40
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
2.5.1 Tujuan Team Building ............................................................ 2.5.2 Proses Team Building .............................................................. 2.6 Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) .................................. 3.
4.
PERKUMPULAN SINERGI MUDA 3. 1 Profil Organisasi 3.1.1 Latar Belakang Beridirnya Organisasi .................................. 3.1.2 Visi dan Misi Organisasi ........................................................ 3.1.3 Struktrur Organisasi ............................................................... 3.1.3.1 Deskripsi Pembagian Kerja ...................................... 3.2 Program Indonesian Youth Conference 3.2.1 Gambaran Umum Program IYC............................................. 3.2.2 Visi dan Misi IYC .................................................................. 3.2.3 Bentuk dan Kegiatan IYC ...................................................... 3.2.4 Kepanitiaan dalam IYC .......................................................... 3.3 Program Ngobrolin Ide....................................................................... 3.4 Program PetaMuda ............................................................................. 3.5 Program MuaZine .............................................................................. 3.6 Pola Pendanaan .................................................................................. 3.7 Proyek Sosial Duta Forum IYC 3.7.1 Forum 2010 ............................................................................ 3.7.2 Forum 2012 ............................................................................ HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Proses Pembentukan Organisasi Sinergi Muda ................ 4.1.1 Proses Pembentukan Organisasi Sinergi Muda ........................ 4.1.2 Hambatan dalam Proses Pembentukan Sinergi Muda dan Sikap Individu dalam Tim Saat Menghadapi Masalah ........................................................ 4.2 Strategi Sinergi Muda Dalam Upaya Pengembangan Diri Pemuda ...... 4.2.1 Hambatan dalam Membangun Tim dan Pengembangan Kapasitas ......................................................... 4.2.1.1 Sikap dan Solusi yang Dilakukan Terhadap Masalah .................................................... 4.2.2 Manfaat Membangun Tim dan Pengembangan Kapasitas Terhadap Kinerja Tim .............................................. 4.2.3 Partisipasi Pemuda yang Berpartisipasi dalam Kepanitiaan IYC .......................................................................................... 4.2.3.1 Pengembangan Diri Pemuda yang Berpartisipasi di IYC ....................................................................... 4.2.3.2 Upaya Pengembangan Diri....................................... 4.3.3.3 Hambatan Dalam Kepanitiaan dan Sikap yang Dilakukan ........................................................ 4.1.2.4 Potensi Pemuda yang Berkembang dalam Partisipasinya Di Kepanitiaan IYC .......................... 4.3 Analisis ............................................................................................... 4.3.1 Strategi Sinergi Muda dalam Upaya Pengembangan Diri Panitia IYC ............................................
xii
40 41 44
47 50 51 52 55 55 55 60 78 79 80 80 81 82
88 89
94 98 112 115 116 117 123 127 129 130 133 133
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
4.3.1.1 Membangun Kekompakan Tim ................................ 4.3.1.3 Partisipasi Pemuda dalam Kepanitiaan IYC ............ 4.3.2 Pengembangan Diri Dikaitkan dengan Teori Motivasi Pertumbuhan. ................................................ 4.3.3 Hambatan dalam Proses Pengembangan Diri ........................ 4.3.4 Pengembangan Diri Pemuda yang Berpartisipasi dalam Kepanitiaan IYC. ........................................................ 5.
136 137 138 140 140
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan......................................................................................... 5.2 Saran ...................................................................................................
148
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
157
xiii
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
DAFTAR GRAFIK DAN TABEL
Grafik 1.1 Meningkatnya Pemuda yang Mengikuti Kegiatan Organisasi ...... Tabel 1.1 Kerangka Informan ....................................................................... Tabel 1.2 Tabel Waktu Pengumpulan Data...................................................
xiv
6 16 19
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR BAGAN Bagan 3.1 Bagan 4.1 Bagan 4.2 Bagan 4.3 Bagan 4.4
Bagan Struktur Kepengurusan Sinergi Muda Periode 2012 - 2014.................................................................. Bagan Ringkasan Proses Pembentukan Sinergi Muda ............. Bagan Strategi yang Dilakukan Sinergi Muda Dalam Kepanitiaan IYC ........................................................... Bagan Pengembangan Diri Pemuda dalam Kepanitiaan Program IYC ............................................................................ Bagan Ringkasan Hasil Penelitian............................................
GAMBAR Gambar 2.1 Profil Anak Muda Indonesia .................................................... Gambar 2.2 Alur Beripikir Penelitian .......................................................... Gambar 3.1 Logo Organisasi Sinergi Muda ................................................. Gambar 3.2 Skema Visi dan Misi Sinergi Muda.......................................... Gambar 3.3 Skema Nilai-nilai Sinergi Muda ............................................... Gambar 3.4 Logo Program IYC ................................................................... Gambar 3.5 Suasana Workshop pada Forum IYC 2012 .............................. Gambar 3.6 Duta dan Delegasi IYC 2012 pada Forum IYC 2012............... Gambar 3.7 Suasana dalam Salah Satu Sesi Seminar IYC 2011 ................. Gambar 3.8 Pengunjung pada Expo Komunitas IYC 2013.......................... Gambar 3.9 & Gambar 3.10 Suasana dalam Malam Malam Pertunjukan IYC 2012. ............................................... Gambar 3.11 Logo Program Ngobrolin Ide. ................................................. Gambar 3.12 Logo Program PetaMuda .......................................................... Gambar 3.13 Logo Program MudaZine ........................................................ Gambar 3.14 & Gambar 3.15 Kegiatan dalam Sekolah Bersama Yuk ............ Gambar 3.16 & Gambar 3.17 Suasana Forum JMM ....................................... Gambar 3.18 & Gambar 3.19 Suasana Mini Festival ‘Aku dan Mimpiku’ .......................................... Gambar 4.1 Salah Satu Calon Panitia IYC 2013 Hendak Melakukan Wawancara ............................................... Gambar 4.2 Suasana Rapat Internal ............................................................. Gambar 4.3 Acara Kumpul Keberamaan sebagai Sarana Membangun Kekompakan Tim ................................................ Gambar 4.4 & Gambar 4.5 Suasana Kegiatan IYC Camp ...............................
xv
51 97 116 133 149
35 46 49 50 54 55 57 57 58 59 60 79 79 80 83 83 84 101 104 107 108
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Bagan Taksonomi Struktur Organisasi Fact Sheet Sinergi Muda dan IYC Pedoman Wawancara
xvi
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemuda merupakan aset besar bangsa karena kelompok pemuda lah yang nantinya akan meneruskan perjuangan dan menjadi penentu arah masa depan menuju kehidupan yang lebih baik. Pemuda dapat menjadi energi pembaharuan yang kritis dalam menghadapi tantangan kehidupan bangsa. Potensi yang dimiliki oleh pemuda menjadi kekuatan yang berperaan strategis dalam pembangunan nasional. Bappenas (2009) mengemukakan bahwa pemuda dapat dikatakan menempati posisi puncak bagi perkembangan individu. Beberapa potensi yang dimiliki oleh pemuda diantaranya: potensi spiritual yang komitmen untuk memberikan apapun yang dibutuhkan secara ikhlas dan tanpa pamrih. Selanjutnya, potensi intelektual yaitu daya analisis yang kuat didukung oleh spesialisasi kelimuwan menjadikan pemuda kritis dan inovatif. Potensi fisik juga dimiliki oleh pemuda yaitu pemuda berada pada puncak kekuatan fisiknya. Pemuda Indonesia tidak luput dari perspektif demografi dimana tersimpan potensi yang besar dari segi kuantitas kategori umur usia muda (16-30 Tahun). Jumlah pemuda Indonesia diperkirakan mencapai 27.31% dari jumlah penduduk Indonesia (Data BPS, 2009). Potensi ini akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan bangsa jika dikelola dan diberdayakan secara maksimal. Pemuda sekaligus pula dikenal sebagai agen perubahan (agent of change) memiliki beban bera untuk menanggapi perubahan, mendobrak ketidakberesan, serta berbuat tindakan nyata yang kongkrit dalam rangka penyelamatan generasinya untuk menghadapi tantangan global yang lebih luas di masa depan. Pemuda yang identik dengan agen perubahan tersebut juga merupakan salah satu golongan yang mengendalikan urusan masyarakat (social control), kekuatan perubahan politik (political force) dan yang paling utama adalah sebagai kekuatan moral (moral force) (Setiawan, 2009). 23
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Pemuda Indonesia merupakan sosok yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa. Sejak awal pembentukan bangsa Indonesia sampai masa reformasi, pemuda telah memberikan kontribusinya yang besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Pada era kebangkitan nasional tahun 1908 pemuda berperan besar dalam membangun tonggak kebangkitan nasional. Pada era tersebut sejumlah pemuda mahasiswa STOVIA membentuk organisasi kepemudaan yang diberi nama Boedi Oetomo. Pada tahun-tahun berikutnya kemudian muncullah bibit-bibit politik kebangsaan yang kemudian melahirkan organisasi-organisasi pergerakan nasional. Dalam pertempuran fisik maupun non-fisik tahun 1945 pemuda Indonesia berperan besar dalam menghantakan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan. Peranan pemuda pada masa itu menempati posisi yang menentukan dalam negara dan masyarakat. Mereka begitu tegar dalam memperjuangkan kemerdekaan mengusir kolonialisme baik secara fisik maupun pemikiran (Anderson: 1997). Pada tahun 1998, pemuda terutama elemen mahasiswa telah berhasil mendobrak kekuasaan rezim orde baru yang telah merugikan rakyat selama 32 tahun dan berkomitmen mewujudkan reformasi di segala bidang. Kejatuhan Presiden Soeharto dengan orde baru-nya diikuti dengan transisi menuju demokrasi yang telah membawa begitu banyak perubahan di Indonesia, termasuk pertumbuhan masyarakat sipil yang sangat luar biasa (Antlov, 2009: 244). Masyarakat sipil dalam hal ini sering kita kenal dengan sebutan civil society, dan organisasi kepemudaan termasuk didalamnya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tonggak penting peran pemuda dalam perjalan sejarah bangsa yaitu peran sebagai pemersatu, sebagai pejuang dan peran sebagai social control pada tahun-tahun setelah dalam mengisi pembangunan di segala bidang yang sedang berjalan disamping sebagai social control. Dalam menjalankan perannya, mereka mengorganisasikan diri mereka dalam suatu wadah perjuangan. Wadah tersebut dikenal sebagai organisasi kepemudaan. Boedi Oetomo adalah contoh paling mudah untuk mengidentifikasi bahwa berhimpun dan mengorganisasikan diri sangat penting dalam setiap
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
25
gerakan pemuda. Masa sekarang, berbagai organisasi, perkumpulan dan club adalah salah satu ekspresi pemuda dalam menunjukkan eksistensinya Keniston (1997) menyatakan bahwa pemuda berada dalam masa transisi dimana masa transisi merupakan suatu tahap kehidupan baru dalam perjalanan kehidupan manusia. Karakteristik dari kelompok usia yang berada dalam masa transisi ini adalah, adanya rasa ketidaksesuaian dan ketegangan dengan lingkungan masyarakat, keinginan untuk mencoba sesuatu dan mendapat pengalaman baru, rasa keterasingan dil lingkungan sendiri, perasaan memiliki, potensi besar untuk melakukan banyak hal, rasa ingin melawan arus dan merubah tatanan yang sudah mapan, menempatkan diri dalam kultur yang bertentangan dengan kultur orang dewasa, dan sebagainya. (Adelson, 1980, hlm. 256) Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa begitu sulit dikarenakan mereka kurang memiliki persiapan dalam menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa, selain itu mereka juga mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan dan peran secara serempak dan biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil, serta di dalam menghadapi dan memecahkan masalah tersebut mereka tidak memperoleh bantuan dari orang lain, tidak seperti saat mereka dianggap belum dewasa. (Hurlock, 1997) Masalah-masalah diatas merupakan salah satu faktor yang pengambat bagi pemuda untuk senantiasa mengembangkan dirinya. Sejauh mana pemuda dapat mengembangkan dirinya dapat dilihat dari beberapa besar potensial yang dapat mereka bangun dalam rangka pengembangan diri. Pengembangan diri bagi mereka yang sedang mengalami masa transisi ini memang penting untuk dilakukan, mengingat pada masa tersebut individu sedang mengalami suatu penyesuaian terhadap kehidupan bermasyarakat yang lebih luas. Pemuda setidaknya memiliki persiapan yang baik di dalam menghadapi masa transisinya. Bila tidak ada persiapan yang baik di dalam masa transisi ini, maka mereka akan merasa ada sesuatu yang salah atau kurang pada diri mereka. Dalam transisi ini mereka tidak hanya menjadi dewasa tetapi ada proses yang berkembang didalamnya. Seperti yang diutarakan Alicia Skinner Cook (1983, hlm. 4-5), bahwa bila masa transisi ini tidak dihadapi dengan persiapan yang matang, maka individu akan merasa bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Pembinaan dan pemberdayaan diri pada pemuda pada dasarnya merupakan gagasan, konsep pemikiran, upaya, tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, terarah, teratur, berkesinambungan dan bertanggung jawab, untuk mendukung menumbuhkembangkan, memfasilitasi, mengakomodasi, mendayagunakan serta menyalurkan dan memotivasi seluruh aspirasi, apresiasi, partisipasi, kepentingan dan dedikasi generasi muda dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bidang penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia (1995) menyatakan bahwa organisasi kepemudaan merupakan salah satu kegiatan bagi pemuda yang dapat memberikan nilai tambah, kegiatan-kegiatan yang ditujukan bagi pemuda juga dapat menjadi salah satu alternatif solusi agar mereka dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma dan hukum agama. Oleh karena hal tersebut, dalam rangka pemberdayaan serta pembangunan pemuda, salah satu aspek utama yang perlu mendapat perhatian pula adalah keberadaan Organisasi Kepemudaan (OK) yang juga merupakan salah satu sarana penting guna menyadarkan, mewadahi dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh pemuda. Organisasi kepemudaan pada saat ini di Indonesia semakin banyak bermunculan dan membawa pengaruh perubahan positif baik bagi kalangannya sendiri maupun bagi masyrakat luas sehingga mereka tidak lagi dipandang sebelah mata. Dewasa ini organisasi sosial kepemudaan telah membuat perubahaan yang cukup signifikan pada beberapa bidang, seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya. Sudah banyak pula organisasi ini telah membawa berbagai prestasi di dalam pelaksanaannya (Kemenpora, 2012). Pembangunan kepemudaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 bertujuan untuk mewujudkan pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing serta memiliki kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
27
Undang-Undang tersenut juga secara khusus mengatur organisasi kepemudaan dari Pasal 40-46 Bab XI yang memuat tentang bentuk, jenis, stanar organisasi, kewajiban pemerintah dalam memfasilitasi serta diperblehkannya membentuk forum komunikasi atau berhimpun dalam suatu wadah organisasi kepemudaan. Secara umum, klasifikasi organisasi kepemudaan dapat dibedakan sebagai organisasi pemuda, organisasi mahasiswa, organisasi pelajar, organisasi pemuda kedaerahan, organisasi pemuda profesi, lembaga swadaya masyarakat pemuda, lembaha sosial pemuda/yayasan. Jenis organisasi kepemudaan di Indonesia dapat digolongkan menurut afiliasi menjadi 3 jenis: organisasi kepemudaan sayap partai politik, organisasi kepemudaan sayap oraganisasi kemasyarakatan tertentu, organisasi kepemudaan yang berdiri atas inisiatif pemuda sendiri dan tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu dan atau organisasi kemasyarkatan tertentu. Menurut keanggotaannya,
organisasi kepemudaan dikategorisasikan
menjadi 3 jenis. Organisasi yang anggotana hanya dibatasi pelajar saja, masuk dalam organisasi kepelajaran. Organisasi kepemudaan yang anggotanya mahasiswa dikategorikan sebagai organisasi kemahasiswaan. Adapun organisasi kepemudaan yang keanggotaannya terbuka untuk kategori pemuda (umur 16-30 Tahun) disebut sebagai organisasi kepemudaan Berbagai kemajuan juga telah dicapai di bidang pemuda, diantaranya adalah meningkatnya peran dan partisipasi pemuda di berbabagai bidang pembangunan. Salah satunya keterlibatan pemuda dalam aktivitas organisasi. Meningkatnya pemuda yang mengikuti kegiatan organisasi, yaitu dari 51,1% pada 2003 menjadi 69,09% pada 2006 (Susenas, 2006).
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Grafik 1.1 Meningkatnya Pemuda yang Mengikuti Kegiatan Organisasi
(Sumber: BPS, Susenas 2003 dan 2006)
1. Meningkatnya kepemimpinan dan kepeloporan pemuda; dan 2. Disahkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan
sebagai
landasan
utama
dalam
pembangunan
kepemudaan
Dengan demikian, pemuda dalam berbagai aspek kehidupan bangsa telah ikut memainkan peran dalam proses pembangunan dan tidak statis dalam menghadapi perubahan arus global yang berdampak pada bangsanya. Namun, belum semua pemuda menyadari akan hal tersebut. Tidak sedikit pemuda yang enggan berbuat banyak kemajuan bangsa karena mereka tidak menyadari potensi maupun kekuatan positif yang mereka miliki untuk membuat perubahan. Perlu adanya penyadaran dan startegi bagi mereka agar mereka memahami sebenarnya peran mereka dalam proses pembangunan negara. Jumlah presentase pemuda sebesar 36,75% dari total penduduk Indonesia secara keseluruan, perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat dalam
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
29
pengembangan potensi mereka (Susenas, 2006). Untuk itu, menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) handal khususnya SDM pemuda merupakan hal yang harus diperhatikan pula strategi dalam aspek pemberdayaan dan pembangunan kepemudaan tersebut. Strategi pembangunan kepemudaan khusunya di dalam organisasi kepemudaan adalah proses memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan kepemudaan. Strategi organisasi kepemudaan kepemudaan bertujuan agar prestasi atau pencapaian mereka baik secara individu maupun kelompok organisasi meningkat dan tiap-tiap anggota mampu berperan aktif dalam berbagai bidang. Pembangunan kepemudaan dilakukan melalui proses fasilitasi segala hal yang berkaitan dengan pelayanan kepemudaan, menitikberatkan pada proses penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan kapasitas dalam diri pemuda. Geni (2000) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa partisipasi pemuda di dalam organisasi kepemudaan merupakan salah satu upaya di dalam pembinaan dan pengembangan diri pemuda. Selain sebagai sarana pengembangan diri, kegiatan sosial juga diharapkan dapat menjadi alternatif bagi pemuda agar terhindar dari pengaruh negatif dalam kehidupan sehari-hari. Organisasi Kepemudaan akan banyak memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan pemuda. Terlebih bagi berbagai Organisasi Kepemudaan yang aktif melaksanakan program kerja yang telah mereka laksanakan secara rutin dan berkelanjutan. Melalui Organisasi Kepemudaan, pemuda dapat lebih secara bebas mengeksplorasi sejauh mana potensi yang dimilikinya serta dapat menjadi proses pembelajaran baru dan pemahamannya tentang nilai-nilai keorganisasian. Dengan turut aktif dalam Organisasi Kepemudaan, pemuda juga dapat belajar bermacam karakter
pemuda
maupun
manusia
lainnya
sehingga
pemuda
dapat
mengembangkan lagi potensi sekaligus sarana pemberdayaan diri. Salah satu organisasi kepemudaan yang tengah berkembang di kalangan pemuda dan bergerak dalam program-program pengembangan diri pemuda melalui berbagai minat pada isu-isu sosial saat ini adalah Perkumpulan Sinergi Indonesia Muda atau lebih dikenal dengan nama Sinergi Muda. Sinergi Muda merupakan organisasi atau perkumuplan yang baru dibentuk pada Desember 2012. Meskipun baru dibentuk, pada dasarnya sekelompok pemuda yang ada dalam Sinergi Muda adalah mereka para penggagas dan panitia program tahunan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Indonesian Youth Conference (IYC) yang pertama kali diadakan pada Juli 2010. Pada pelaksanaan program tersebut, belum ada wadah atau organisasi yang menaungi program IYC, hanya mereka sekumpulan pemuda yang secara sukarela ingin melaksanakan program tersebut untuk memberikan kontribusi positif kepada para pemuda Indonesia. Pada tahun ketiga pengagas dan pelaksanaan program IYC (panitia) merasa perlu membentuk suatu badan atau organisasi sebagai wadah dan sarana dalam kemudahan berkomunikasi dan proses administratif sehingga pelaksanaan program IYC semakin berkembang, maka para pelaksana program yang belum memiliki badan organisasi yang menanungi tersebut kemudian meggagaskan untuk membuat badan organisasi resmi agar Program IYC dapat lebih memilki sistem manajemen organisasi yang baik dengan membentuk Sinergi Muda sebagai wadah atau organisasinya. Sinergi Muda bertujuan pula untuk lebih mengenalkan pemuda dengan isu sekitar yang sesuai dengan minat mereka, mengubungkan pemuda dengan berbagai pihak maupun komunitas yang dapat bersinergi dengan mereka serta membantu pemuda dalam mewujudkan ide perubahan postitf untuk Indonesia melalui kegiatan mereka baik secara interal organisasi maupun secara eksternal melalui program-program yang mereka rancang untuk pemuda. 1.2 Rumusan Permasalahan Najmi (2011) dalam penelitiannya mengenai perancangan kampanye dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung IYC 2011 menunjukan bahwa tingginya minat anak muda Indonesia untuk berpartisipasi dalam program Indonesian Youth Conference. Kampanye dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan media yang sesuai dengan kelompok sasaran, yaitu media internet. Penggunaan media konvensional bertujuan untuk mengarahkan audiens ke media internet yang digunakan dalam kampanye, yaitu jejaring sosial Facebook dan Twitter. Selain mengatur penggunaan media, kampanye juga dirancang dengan fusion marketing. Dengan menggunakan fusion marketing, promosi IYC bisa bersifat tidak terbatas tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Dengan diadakannya kegiatan kampanye tersebut peningkatan jumlah partisipan IYC 2011 meningkat sebesar 200%, dan peningkatan jumlah jaringan sosial IYC sebesar 100%.
Pada tahun kedua pelaksanaan program tersebut,
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
31
terjadi peningkatan partisipan yang dikarenakan oleh permintaan dari kalangan anak muda itu sendiri. dari hanya 396 partisipan dalam IYC 2010, menjadi kurang lebih 1047 partisipan di tahun 2011. Dalam organisasi kepemudaan yang bergerak pada pengembangan kapasitas dan memberikan wadah penanaman pemahaman tentang peran mereka sebagai agen perubahan, Sinergi Muda melalui program IYC secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat muda yang berusia rata-rata 16-30 tahun sebagai pelaksana program atau panitia. Setiap tahunnya, ratusan anak muda Jabodetabek melalui tahapan seleksi untuk dapat berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC. Hal ini pula yang menjadikan IYC sebagai program tahunan dengan bentuk struktur dan anggota kepanitiaan yang selalu berubah-ubah. Struktur kepanitiaan yang terus berubah dan berkembang itu lah yang mendorong Sinergi Muda untuk berupaya merancang strategi demi tercapainya kinerja tim yang baik meskipun terjadi perubahan keanggoatan dalam struktur kepanitaan IYC setiap tahunnya. Saat ini, dengan berbagai kemunculan organisasi kepemudaan lainnya yang berkembang khususnya di Jabodetabek, mereka yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program IYC rata-rata adalah pemuda dengan latar belakang pendidikan yang beragam (SMA sederajat dan Perguruan tinggi). Tingginya minat anak muda untuk terus ingin berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC turut pula mendorong pengurus Sinergi Muda untuk terus mengembangkan strategi agar tercipta inovasi pada pelaksanaan program IYC. Selain sebagai wadah untuk pengembangan diri, strategi yang dilakukan Sinergi Muda melalui program IYC bertujuan pula untuk melihat karakteristik para anak muda yang turut berpartisipasi dalam kepanitiaan program IYC. Tidak hanya berfokus pada kelangsungan program, Sinergi Muda juga memiliki fokus pada proses perancangan pelaksanaan program dimana para anak muda yang tergabung dalam kepanitiaan bersama-sama dalam berupaya mengembangkan diri mereka demi mencapai keberhasilan program IYC. Hal tersebutlah kemudian yang mendasari peneliti untuk melihat bagaimana strategi yang dilakukan organisasi dapat membentuk pula karakter dan potensi para pemuda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Dalam penelitian ini, yang menjadi rumusan permasalahan adalah: 1. Bagaimana strategi yang dilakukan Sinergi Muda dalam upaya pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan program Indonesian Youth Conference (IYC)? 2. Bagaimana
karakter
dan
potensi
pemuda
yang
muncul
dalam
partisipasinya melalui kepanitiaan program IYC?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan akhir yang diharapkan tercapai adalah: 1. Menggambarkan bagaimana strategi yang dilakukan Sinergi Muda dalam proses pelaksanaan program IYC sebagai upaya pengembangan diri pemuda 2. Memberikan gambaran tentang karakter dan potensi pemuda yang muncul ketika mengembangkan dirinya dengan berpartisipasi dalam kepanitiaan program IYC 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis: a. Untuk memperluas wawasan, memperkaya
dan memperdalam
pengetahuan dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial. Khususnya dalam bidang kajian yang berkaitan dengan pelaksanaan program suatu organisasi, pembangunan serta partisipasi masyarakat khususnya pemuda dalam mengembangkan kapasitas diri. b. Penelitian
ini
juga
diharapkan
dapat
menyumbangkan
dan
memperkaya suatu pemikiran tentang strategi organisasi kepemudaan dan kaitannya dengan pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi dalam proses pelaksanaan program organisasi. 2. Manfaat praktis: Memberikan gambaran tentang karakter serta potensi pemuda didalam program IYC. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi Sinergi Muda sebagai lembaga yang mewadahi berjalannya program guna perbaikan dan perkembangan strategi yang dilakukan agar program IYC dapat terus berkembang. Dengan demikian dapat digunakan sebagai
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
33
pijakan ataupun masukan bagi berbagai organisasi sosial lainnya yang bergerak pada fokus yang sama atau memiliki visi misi yang sejenis.
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan dalam rangka proses pelaksanaan program serta peran organisasi sebagai medium bagi pemuda dalam mengembangkan diri mereka. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini diperlukan pengumpulan datadata seperti pernyataan atau informasi dari informan, gambaran aktivitas organisasi kepemudaan dan pelaksanaan program IYC yang semua hal tersebut tentunya merupakan bentuk data yang tidak dapat diperoleh dengan hanya menyelidiki secara langsung. Untuk memperoleh gambaran tersebut pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metodologi kualitatif dapat dikatakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Basrowi & Suwandi, 2008). Selain itu, pendekatakan kualitatif juga merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Tidak seperti data-data yang bisa diukur secara langsung dan bisa dihitung dengan memakai alat ukur sederhana. Hal ini karena penelitian ini berusaha untuk menangkap aspek dalam dunia sosial yang sulit untuk ditangkap melalui angka (Neuman, 2006). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam untuk menjelaskan secara akurat tentang peran organisasi sosial kepemudaan yakni Sinergi Muda dalam rangka mewadahi para pemuda untuk mengembangkan dirinya sekaligus berkontribusi dalam hal positif bagi bangsanya. Oleh karena itu, cara yang dirasa lebih tepat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
1.5.2 Jenis Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran strategi apa yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan Sinergi Muda dalam upaya pengembangan diri para panitia program Indonesian Youth Conference dan karakter serta potensi apa yang muncul dari para panitia tersebut. Dari tujuan tersebut, maka penelitian ini digolongkan kedalam jenis penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman suara, dan doukmentasi resmi lainnya. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci apa yang sudah diteliti (Moleong, 2005: 11) Penelitian mengenai strategi Sinergi Muda dalam upayanya bagi para pemuda yang tergabung dalam kepanitiaan program IYC ini ingin menghasilkan gambaran suatu proses organisasi untuk merancang dan melakukan strategi untuk pencapaian tujuan program. Data yang dihasilkan juga berupa kata-kata dari wawancara terhadap para pengurus Sinergi Muda dan beberapa panitia IYC. Kemudian gambar dari foto-foto di lokasi penelitian dan juga diadapat dari dokumentasi remi Sinergi Muda, serta kutipan dan teori dari beberapa buku sehingga penelitian ini sesuai dengan tujuan dari penelitian deskriptif. Dengan menggunakan penelitian deskriptif, maka diharapkan dapat ditampilkan gambaran situasi, setting sosial, atau hubungan yang lebih rinci (Neuman, 2006: 34)
1.5.3 Lokasi Penelitian Berdasaarkan data yang diperoleh dari Pusat Penyajian Data dan Informasi Kementrian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2009, hasil proyeksi pemuda memperlihatkan bahwa kepadatan pemuda tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yakni sebesar 4.060 pemuda per kilometer persegi. Tentunya dengan jumlah yang terbilang banyak ini dapat mengindikasikan banyaknya pula pemuda yang bisa turut berperan serta dalam proses pembangunan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh para pemuda dalam organisasi Sinergi Muda. Oleh karena hal tersebut pula, Sinergi Muda dipilih sebagai objek penelitian.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
35
Sinergi Muda memiliki perbedaan yang mendasar yang menjadi keunikan organisasi ini dibanding organisasi kepemudaan lainnya. Sinergi Muda dibentuk setelah kesuksesan program yang telah berjalan sebelumnya. Sistem manjemen organisasi dibentuk dan dirumuskan justru mengikuti nilai-nilai yang telah diangkat pada program IYC. Anak muda di dalam organisasi ini bersama-sama membangun sistem dan telah memiliki banyak jaringan anak muda yang tidak hanya dari wilayah Jabodetabek saja, namun hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sinergi Muda memiliki kematangan konsep program tahunan yang berjalan secara meningkat baik dari segi isi maupun statistik partisipan . Sinergi Muda dengan Program IYC-nya menempatkan sekretariat kegiatan aktivitas mereka di wilayah Jakarta. Aktivitas pertemuan rutin mingguan dilakukan di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Lokasi tersebut pula yang dijadikan penelitian tempat melakukan observasi, wawacara serta ikut serta dalam proses perancangan pelaksaan program organsasi.
1.5.4 Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi di latar penelitian, sehingga informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal (Moleong, 2005: 132). Pengambilan beberapa informan yang dipilih tidak diharuskan dalam jumlah besar, tetapi hanya pada kasus-kasus tertentu dengan kriteria dan kategori atau sifat tertentu yang tentunya sesuai dengan masalah penelitian yang dicari serta memberikan gambaran mengenai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Terkait dengan tujuan penelitian yaitu ingin menggambarkan strategi pelaksanaan program Sinegi Muda sebagai wadah bagi pengembangan diri pemuda, maka informan dipilih berdasarkan kompetensi informan yang berhubungan dengan pengurus serta pelaksana porgram yakni panitia IYC yang terbentuk berdasarkan proses rekrtutmen. Informan yang dipilih adalah informan yang mengetahui dan memiliki pemahaman kuat mengenai organisasi Sinergi Muda dalam hal ini para pendiri Sinergi Muda. Sementara informan yang dipilih dari sisi pemuda yang Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
berpartisipasi adalah mereka yang telah dan sedang mengikuti kepanitiaan program IYC yang dilakukan dibawah naungan Sinergi Muda. Para informan berperan untuk memberikan gambaran lebih rinci mengenai segala bentuk kegiatan maupun strategi yang dilakukan dalam proses pelaksanaan program. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling digunakan untuk menyeleksi kasus dengan tujuan tertentu yang sudah direncanakan (Neuman, 2006: 142). Teknik purposive sampling digunakan karena informan telah ditentukan yaitu informan-informan kunci yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi atu aktivitas organiasi Sinergi Muda dalam proses pelaksanaan program Indonesian Youth Conference. Kriteria-kriteria
dari teknik purposive sampling sendiri adalah sampel
diambil untuk tujuan yang spesifik, sampel dapat memberikan deskripsi dan penjelasan yang sesuai dengan isu dari penelitian, jumlah sampel ditentukan dari topik penelitian dan sampel ditentukan dengan tujuan tertentu (Alston & Bowles, 2003) Dibawah ini merupakan penjelasan mengenai informan: Organisasi/Pengurus Lembaga 1. Dewan Pengurus. Dewan Pengurus Sinergi Muda adalah mereka yang berada dibalik pendirian organisasi Sinergi Muda. Dalam penelitian ini, informan dari Pengurus Sinergi Muda yang dipilih adalah Co-Founder IYC, Ketua Umum Sinergi Muda, Sekretaris, dan Manajer Program Sinergi Muda. Ke-empat infoman tersebut merupakan pula pihak yang merancang pelaksanaan program IYC dari tahun ke tahun dan membuka perekrutan terbuka untuk panitia baru pelaksanaan program IYC dengan kriteria penerimaan panitia yang telah mereka tentukan. Melalui Dewan Pengurus, peneliti bertujuan untuk mendapatkan informasi berupa: Latar belakang berdirinya organisasi, visi dan misi dari program-program organisasi Strategi atau taktik yang mereka jalankan dalam proses pelaksanaan program Bagaimana proses perumusan atau perancangan sebuah program dan pelaksanaannya
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
37
2. Panitia Program Indonesian Youth Conference Panitia Program IYC adalah pemuda berusia 16 s.d 30 tahun yang menjadi supporting system dalam pelaksanaan program IYC. Mereka adalah para pemuda yang telah lolos melalui tahap rekrutmen terbuka yang dilakukan oleh para pengurus Sinergi Muda pada sebelum berjalannya tahap persiapan pelaksanaan program. Sejak awal pelaksanaan program pada 2010 hingga 2014, panitia program IYC selalu berubah, namun sebagai kontrol jalannya program, beberapa pengurus dari Sinergi Muda tetap terlibat sebagai Board of Directors dimana bertindak sebagai Manajer atau penasihat jalannya program. Informan panitia adalah mereka yang telah mengikuti kepanitiaan IYC dari 2010 sampai 2013 dan yang sedang mengikuti kepanitiaan program IYC pada tahun 2014, masing-masing 1 (satu) orang Informan Panitia IYC 2010 adalah seorang yang turut andil pula dalam proses pelaksanaan IYC untuk pertama kalinya di tahun 2010 serta berpartisipasi pula dalam pembentukan Sinergi Muda. Pada tahun 2010 ia bertindak sebagai Koordinator Kepesertaan Forum dimana tugasnya adalah merancang kegiatan sesi loka karya selama Forum dan menjaring anak-anak muda dari berbagai provinsi di Indonesia. Hingga kini, Ia masih aktif dalam membantu kepanitiaan baru di IYC tiap tahunnya sebagai pembimbing bagi koordinator yang baru Informan Panitia IYC 2011 merupakan orang yang menjabat sebagai Koordinator Malam Pertunjukan pada sesi Festival IYC 2011 setelah sebelumnya pada tahun 2010 ia telah memiliki pengalaman sebagai staff dari divisi yang sama yakni, Staff Malam Pertunjukan pada sesi Festival Informan Panitia IYC 2012 adalah mantan Ketua Pelaksana IYC 2012 dan hingga saat ini masih turut aktif dalam kepanitiaan IYC dengan menjabat sebagai Board of Directors Divisi Acara Informan Panitia IYC 2013 merupakan Koordiantor Divisi Logistik pada tahun teresbut. Ia juga menjabat sebagai staff pada divisi yang sama pada tahun sebelumnya yakni 2012
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Informan Panitia IYC 2014 merupakan seorang siswi lulusan SMA yang baru bergabung dalam IYC namun Ia selalu rajin menghadiri rangkaian kegiatan program IYC sejak 2011 Dengan mengacu pada kriteria informan diatas, maka Theoritical Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Tabel Kerangka Informan No. 1.
Informasi yang dibutuhkan
Sinergi Muda Kegiatan Program IYC
3.
Proses perekrutan panitia IYC Strategi yang dilakukan oleh Sinergi Muda dalam progam IYC
Pengurus: a. Co-Founder
3 orang
b. Ketua c. Manajer
Hambatan dalam merancang 5.
Jumlah
Proses pembentukan organisasi
2.
4.
Informan
Program
strategi dan menjalankan program Karakteristik pemuda yang
6.
berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC Latar belakang panitia
7.
berpartisipasi dalam proses pelaksanaan IYC program Pandangan panitia terhadap
8.
Sinergi Muda melalui program IYC sebagai upaya pengembangan diri anak muda
Panitia: a. Panitia 2010 b. Panitia 2011 c. Panitia 2012 d. Panitia
9.
Manfaat berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC
2013 e. Panitia 2014
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
5 orang
39
1.5.5 Teknik dan Waktu Pengumpulan Data 1.5.5.1 Teknik Pengumpulan Data Ada pun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara: a) Studi Kepustakaan (Literature) Menurut Alston & Bowles (2003: 64) menyatakan studi literatur memungkinkan peneliti untuk memperoleh pengetahuan yang sudah ada sebelumnya mengenai permasalahan yang akan diteliti, untuk mengetahui bagai dimana penelitian yang akan dilakukan berbeda dari penelitian sebelumnya dan menambah pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian yang
akan
dilakukan,
serta
memungkinkan
peneliti
untuk
mengkonseptualisasikan kerangka penelitiannya. Studi kepustakaan didalam penelitian ini digunakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi sekunder dari bukubuku,
laporan-laporan,
jurnal-jurnal,
maupun
penelitian-penelitian
sebelumnya yang digunakan untuk memperkuat temuan lapangan. Teknik ini akan sangat berguna dan membantu dalam mendapatkan informasi yang mungkin tidak dapat ditemui melalui obeservasi dan wawancara mendalam. b) Wawancara mendalam Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada 4 (empat) orang informan yang merupakan pengurus Sinergi Muda guna mendapatkan informasi
seputar
bagaimana
organisasi
dalam
merancang
dan
menjalankan strategi untuk mencapai keberhasilan program dan juga sebagai bentuk upaya pengembangan diri para panitia program IYC. Wawancara adalah percaakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi & Suwandi, 2008: 127). Wawancara mendalam dengan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggali informasi secara luas dan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
mendalam dari para informan mengenai organisasi kepemudaan Siergi Muda. Dalam konteks ini, peneliti mewawancara para pengurus dan juga panitia pelaksana (relawan) Indonesian Youth Conference. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Untuk itu, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada 5 orang informan yang merupakan panitia program IYC dari tahun 2010 hingga 2014, hal ini untuk melihat pula bagaimana pengalaman-pengalaman yang telah mereka rasakan dan tanggapan mereka terhadap kinerjanya dalam program IYC. Keseluruhan rangkaian wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa butir pertanyaan yang sama kemudian dicatat dan juga direkam menggunakan smartphone. c) Observasi Peneliti turut terlibat dalam proses kepanitiaan IYC tahun 2014. Namun, observasi sesungguhnya sudah dilakukan sejak Juli 2013 saat pelaksanaan Festival IYC di Wisma Nusantara, Jakarta. Observasi awal adalah melihat teknis berlangsungnya program dan bagaimana ritmik kerja para panitia pada hari pelaksanaan. Observasi lanjutan dilakukan sejak Februari pada saat dimulainya pertemuan rutin kepanitiaan IYC. Teknik observasi atau pengamatan memungkinkan peneliti melengkapi keterbatasan dari teknik-teknik lainnya. Observasi merupakan kegiatan yang cukup sederhana adalah proses mengamati tingkah laku atau tindakan (Alston & Bowles, 2003: 194). Dengan adanya observasi, data yang didapat adalah data primer, selain itu peneliti juga dapat mengeek kebenaran suatu inormasi dari audio visual. Dengan adanya observasi, akan dapat dilihat hal-hal yang bersifat detil dan kecil. Hal yang diobservasi antara lain: proses penjalinan relasi yang kuat dalam sistem kepengurusan, bagaimana organisasi menghadapi berbagai masalah kecil yang timbul dalam tim atau kepengurusan serta
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
41
kondisi dan juga sifat para panitia atau relawan dalam proses pelaksanaan program.
1.5.5.2 Waktu Pengumpulan Data Saat ini Sinergi Muda tengah mempersiapkan pelaksanaan Program IYC 2014. Tahap organisasi dalam mempersiapkan pelaksanaan program dimulai sejak Januari 2014. Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pra-event dan terjun sebagai salah satu tim pelaksana program. Hal ini dimanfaatkan sebagai waktu pengumpulan data yang merupakan periode waktu yang kontinu, dimana selalu bergerak dinamis terhadap setiap perubahan maupun pengembangan taktik dan strategi organisasi dalam meningkatkan pelaksanaan program. Peneliti juga melakukan pengamatan pada hasil pencapaian pelaksanaan program di tahuntahun sebelumnya sebagai referensi.
Tabel 1.2 Tabel Waktu Pengumpulan Data
1.5.6 Teknik Analisa Data Neuman (2006: 418-419) menjelaskan bahwa teknik analisa data dalam penelitian kualitatif bersidat induktif. Analisa induktif berguna untuk melihat pola hubungan dari data-data yang dikumpulkan, namun demikian dalam analisa kualitatif ini tidak menggambarkan secara luas berdasarkan data statistik. Analisa data kualitatif dimulai dari langkah pertama, yaitu menelaah data-data yang diperoleh di lapangan dari berbagai sumber baik melalui wawancara, observasi, maupun studi kepustakaan. Data-data tersebut kemudian dibaca, ditelaah dan dianalisa isi dan ekspresinya baik secara verbal maupun nonverbal sehingga dapat ditemukan maksud atau ungkapan yang dapat menjelaskan informasi yang berada dibalik suatu fenomena atau ucapan. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Untuk memperkecil bias kesalahan yang mungkin terjadi, maka dilakukan metode triangulasi (pemeriksaan silang) terhadap informan yang bertujuan untuk melakukan cek dan recek terhadap informan atas suatu informasi. Secara rinci teknik analisi yang dilakukan adalah sebagai berikut (Neuman, 2006: 468): 1. Mengorganisasikan Data Data yang terkumpul dari obyek penelitian merupakan data mentah yang jumlahnya tidak sedikit, terdiri dari catatan lapangan, gambar dan dokumen-dokumen lainnya. Pengumpulan data tidak hanya dilakukan dengan cara wawancara, tetapi juga dengan mengamati atu observasi lokasi penelitian. Data yang terhimpun kemudian diorganisasikan dan diseleksi berdasarkan kebutuhan dari penelitian itu sendiri. Dalam hal ini penelitian diarahkan kepada pengumpulan data sebanyakbanyaknya dari sumber informasi yang telah ditentukan, kemudian disusun dan diseleksi berdasarkan fokus kajian. Adapun data yang akan diorganisasikan adalah data mentah seperti catatan lapangan, hasil rekaman, data yang sudah ditandai, dan lain-lain. 2. Pengelolaan Data Langkah selanjutnya yang ditempuh dalam pengelolaan data meliputi me-review data, menyatukan data, memformulasikan kategori dan mengorganisasikan menjadi kategori yang sama atau coding serta menhubungkan informasi dari data non interview. 3. Verifikasi dan Penafsiran Data Langkah ini merupakan satu upaya untuk mencari suatu hubungan, persamaan atau kesimpulan yang muncul seiring dengan semakin banyaknya dukungan data yang diperoleh, termasuk didalamnya adalah mengidentifikasi pola-pola kecenderungan dan penjelasan yang dibutuhkan dalam pembahasan, kemudian ditafsirkan sesuai dengan pola yang ditemukan. Langkah ini meupakan kelanjutan dari pengelolaan data berupa penjelasan yang rinci berdasarkan teori dari berbagai literatur dengan data yang diperoleh dari lapangan.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
43
4. Pengambilan Kesimpulan Setelah melalui tahap verifikasi dan penafsiran data, maka langkah akhir adalah melakukan generalisasi sebagai dasar unuk pengambilan kesimpulan.
1.5.7
Teknik Untuk Meningkatkan Kualitas Penelitian Untuk menjamin kepercayaan hasil penelitian dan menetapkan keabsahan
dari hasil penelitian, teknik triangulasi dilakukan untuk meningkatkan kelayakan penelitian ini. Alston dan Bowles (2003: 50) menjelaskan lebih lanjut bahwa triangulasi merupakan penggabungan keberagaman metode-metode dan kadang peneliti-peneliti, teori-teori, teknologi-teknologi pengumpulan data ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut. Adapun triangluasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan membuat beberapa buah pertanyaan yang sama untuk beberapa informan yang berbeda. Dalam hal ini, yang menjadi pokok atau dasar triangulasi adalah pemusatan beberapa persepktif yang bertujuan untuk mengkonfirmasi, serta memastikan apakah segala aspek yang telah ditelusuri dengan baik atau sebaliknya. Data yang telah ditriangulasi kemudian dipastikan satu dengan yang lainnya guna mengecek ulang kebenaran intrepretasinya. Dengan menggunakan strategi ini, maka dapat meminimalisasi penyimpangan yang kerap terjadi jika hanya berpatokan pada sumber data saja.
1.6 Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, hambatan atau keterbatasan yang dihadapi oleh penulis adalah pengaturan jadwal antara penulis dengan beberapa informan dikarenakan ketersediaan waktu mereka untuk melakukan wawancara. Seluruh pengurus Sinergi Muda yang dijadikan informan oleh penulis memiliki jadwal kerja yang sangat padat sehingga butuh waktu yang lama dalam penggalian informasi dari informan. Meskipun peneliti juga tergabung dalam proses kepanitiaan IYC, tugas yang harus dijalankan dalam memperisapkan pelaksanaan IYC 2014 juga sempat menyita banyak waktu peneliti untuk melakukan wawancara dengan informan sesama panitia lain yang memiliki kesibukan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
lainnya. Hal ini menjadi keterbatasan dalam penelitian sehingga beberapa informasi dari sudut pandangan peneliti sendiri belum tergali secara dalam, namun dari data yang diperoleh dan berdasarkan observasi langsung yang dilakukan selama proses pertemuan rutin, peneliti cukup terbantu dalam hal-hal yang ditemukan di lapangan.
1.7 Sistematika Penulisan Bab I didalam penelitian ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta metode penelitian yang digunakan didalam penelitian ini. Bab II membahas tentang kerangka pemikiran dan definisi konseptual tentang masa dewasa awal (pemuda), konsep organisasi kepemudaan, pengembangan diri, partisipasi dan hal-hal yang terkait aktivitas pemuda dalam organisasi kepemudaan, serta strategi organisasi dalam rangka pengembangan diri pemuda Bab III membahas tentang gambaran umum organisasi Sinergi Muda sebagai penyelenggara program, serta gambaran proses perekrutan anggota, pelaksanaan program dan kebermanfaatan lembaga. Bab VI membahas tentang temuan lapangan yang didapat dari startegi dan proses pelaksanaan program-program lembaga yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Temuan lapangan ini nantinya akan dibagi kedalam beberapa sub-bab pembahasan. Bab V merupakan bab terakhir dalam penelitian ini yang membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga dituliskan saran dan rekomendasi baik bagi lembaga maupun penelitian.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
45
BAB 2 PENGEMBANGAN DIRI PEMUDA DAN STRATEGI ORGANISASI KEPEMUDAAN Guna mencapai
tujuan
yang diinginkan,
maka penelitian ini
menggunakan beberapa konsep ataupun teori untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mempermudah proses analisis data yang dilakukan. Adapun konsep-konsep yang dibahas dalam bab ini diantara adalah konsep-konsep mengenai masa dewasa awal (pemuda), kondisi psikosoisal pemuda, organisasi kepemudaan, pengembangan diri pemuda, konsep strategi team building dan capacity building yang dilakukan. Pada konsep dewasa awal akan dibahas mengenai apa saja yang tejadi dalam kondisi masa muda terkait sikap serta perilaku pemuda sehingga mereka memiliki keharusan untuk membentuk dan mengembangkan dirinya melalui berbagai kegiatan positif salah satunya melalui kegiatan dalam organisasi kepemudaan. Konsep organisasi kepemudaan sebagai sarana pengembangan diri juga digunakan agar memperluas pengetahuan serta mendukung dalam analisis data. Konsep team buliding dan capacity building merupakan konsep inti yang akan mendukung analisis penelitian ini guna melihat manfaat yang diperoleh bagi para pemuda yang berpartisipasi dalam aktivitas organisasi kepemudaan Sinergi Muda melalui program Indonesian Youth Conference. 2.1 Teori Dewasa Awal 2.1.1. Periode Generasi Muda dan Dewasa Awal Generasi muda adalah masa transisi dari periode remaja menuju ke periode dewasa awal. Dalam masa ini seseorang akan mengalami perjuangan hidup untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dalam menjalankan kehidupannya di segala bidang tanpa menggantungkan diri lagi pada individu lain. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Kenniston sebagai berikut : “Youth is sociologist Kenneth Kenniston’s term for the transitional period between adolescence and adulthood that is a time of extended economic Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
and personal temporariness. Kenniston (1970) argues that youth has not settled the questions whose answers once defined adulthood. These questions focus on such matters as vocational roles and lifestyles. Youth differs matters as vocational roles and lifestyles. Youth differs from adolescence because of youth’s struggle between developing an autonomous self and becoming socially involved in contrast to adolescence’s struggle for self-definition. (Santrock, 1999, hal. 387).” “Sosiolog Kenneth Kenniston mengistilahkan generasi muda sebagai periode transisi antara masa remaja menuju ke masa dewasa yang merupakan perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Kenneth Kenniston (1987) berpendapat bahwa generasi muda tidak menetapkan pertanyaan yang jawabannya akan menentukan masa dewasanya nanti. Generasi muda menjadi masa yang berbeda dengan remaja karena adanya perjuangan untuk membangun pribadi yang lebih mandiri dan lebih melibatkan diri secara sosial, berlawanan dengan bagaimana remaja yang mencoba berjuang untuk mendefinisikan dirinya. (Santrock, 1999, hal.387).” Santrock kemudian juga mengemukakan didalam bukunya “Life-Span Development” bahwa tidak ada kesepakatan mengenai kapan seorang remaja mulai memasuki masa dewasa awal. Namun ada dua kriteria yang diajukan untuk menunjukan akhir masa muda dan permulaan masa dewasa awal, yaitu kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Kemandirian ekonomi adalah ketika seseorang mulai mendapatkan pekerjaan dan lepas dari tanggung jawab orangtuanya. Sementara yang dimaksud kemampuan dalam membuat keputusan adalah kemampuan yang secara luas mengenai karir, nilainilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. Papalia (2007, hal.8) dalam tulisannya mengenai perode masa dewasa menyatakan bahwa “most research divides adulthood into three periods: young adulthood (approximately ages 20 to 40), middle age (ages 40 to 65), and late, or older, adulthood (age 65 or more)”. Dengan demikian periode dewasa awal akan
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
47
dialami oleh seseorang pada usia sekitar 20 hingga 40 tahun. Menurutnya, pada masa ini umumnya seseorang akan mengalami puncaknya baik dari segi kekuatan fisik maupun kekuatan intelektual mereka. Dalam periode tersebut mereka akan membuat pilihan karir dan mungkin akan menemukan pasangan hidup. Para panitia pelaksana atau tim program Indonesian Youth Conference oleh Sinergi Muda yang telah berjalan sejak 2010 melibatkan anak muda yang berusia antara 20 hingga 27 tahun. Dengan demikian mereka tergolong ke dalam periode dewasa awal sebagai tahap awal menuju kemandirian. Pada masa ini mereka akan mengalami rasa lebih bertanggungjawab dan memiliki hak penuh dalam menentukan pilihan hidup atas dirinya sendiri. Pada masa muda juga terjadi perubahan yang mencakup aspek biologis, kognitif dan sosioemosional. Perubahan tersebut salah satunya terjadi melalui kelompok teman sebaya atau wadah yang kondusif bagi mereka untuk berekspresi karena kelompok sebaya dapat memberikan dukungan, semangat, rasa aman dan pengertian (Papalia, 2001). Dari sini dapat diketahui bahwa para panitia pelaksana program IYC pada dasarnya memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan dirinya meraih pencapaian hidup sebaik mungkin melalui berbagai macam cara salah satunya melalui kegaiatan IYC yang diorganisir oleh organisasi kepemudaan Sinergi Muda.
2.1.2 Kondisi Psikososial Pemuda Ada beberapa ciri menonjol pada pemuda yang timbul karena secara psikologis masa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru sehingga menjadikan periode ini menjadi suatu periode yang khusus dan sulit dari rentang kehidupan seseorang. Ciri-ciri tersebut antara lain: (Hurlock 1997) 1. Masa pengaturan, yaitu masa dimana seseorang menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa, seperti menentukan bidang pekerjaan dan perannya dalam rumah tangga 2. Masa reproduktif, yaitu masa dimana sesorang mulai membentuk suatu keluarga
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
3. Masa bermasalah, yaitu masa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa dini. Masa transisi untuk menjadi dewasa sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa 4. Masa kematangan emosional, dimana mereka tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka terganggu secara emosional 5. Masa keterasingan sosial, dimana orang muda mulai menghilangkan ketergantungan pada persahabatan dalam kelompok mereka 6. Masa komitmen, yaitu perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi dewasa mandiri, dimana mereka mulai menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru 7. Masa ketergantungan yaitu masa dimana pemuda masih memiliki ketergantungan di dalam keuangan dan pendidikan 8. Masa dwasa dini sebagai masa perubahan nilai, dimana nilai pada masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia dan karena nilainilai baru itu kini dilihat dari kaca mata orang dewasa 9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru 10. Masa kreatif, hal ini disebabkan karena sebagai orang dewasa yang telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan orang tua maupun guru-gurunya. Lepas dari belenggu ikatan ini, mereka bebas untuk berbuat apa yang mereka inginkan Erikson menambahkan, masa dewasa dini merupakan “krisis keterpencilan” dimana dalam masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Kesepian yang dialami pria dewasa yang belum menikah dikarenakan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang sedangkan bagi wanita yang belum menikah kesepian lebih disebabkan karena teman-teman lama mereka sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga mereka tidak bersama-sama lagi. Hampir senada dengan Erickson, Havighurst (dalam Hurlock, 1997, hlm.275) menjelaskan bahwa rasa kesepian pada masa dewasa dini terjadi karena
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
49
masa ini merupakan “periode yang relatif kurang terorganisir dalam kehidupan seseorang, yang menandai transisi dari lingkungan yang terbagi menurut status sosial” Karena peasaan terpencil tersebut dan kesepian itulah maka muncul keinginan dari para pemuda untuk menghilangkan perasaan itu dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan, mulai dari menjalankan dan memprakarsai, sampai dengan mengambil keputusan dalam kegiatan tersebut (Kemenpora RI, 2000). Keterlibatan pemuda dalam beberapa organisasi sukarela baik dalam bidang keagamaan, kelompok profesi atau organisasi yang bertujuan mengadakan aktivitas sosial adalah karena bagaimanapun juga manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan dari segi sosial, ciri-ciri yang terdapat pada orang muda atau yang disebut juga dengan youth culture menurut Coleman (dalam Joseph, 1980, hlm.203) melalui penelitiannya antara lain: (1) secara psikis mereka cenderung terikat dan memiliki hubungan yang erat dengan teman sebayanya, hal ini dikarenakan adanya peningkatan kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman dan dukungan, (2) bila mereka bertentangan dengan orang yang lebih dewasa maka akan ada sesuatu tekanan baik dalam hal kewenangan maupun kehormatan, (3) kecenderungan memihak kepada golongan yang lemah dan tertindas dan mecoba mencari jalan keluar seperti melalui political support, (5) memiliki minat yang besar pada perubahan yang terjadi di sekitar masyarakat dan siap menerima konsekuensi baik berupa tekanan di dalam melakukan perubahan tersebut.
2.1.3 Pengembangan Diri dan Kaitannya dengan Teori Motivasi Pertumbuhan Seperti yang telah diungkapkan dalam sub bab sebelumnya, bahwa menurut Rogers, pengembangan diri terjadi karena tindakan manusia yang didasari pada motif tunggal yaitu kecenderungan atau tendensi untuk aktualisasi, dan
dengan
kecenderungan
tersebut
maka
manusia
berusaha
untuk
mengembangkan kapasitas atau potensi yang dimilikinya secara total agar dapat meningkatkan dirinya. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Motif-motif manusia memenuhi kebutuhannya menurut Rogers bersumber dari tendensi pengaktualisasian yang menjadi penggerak bagi setiap individu untuk aktif, berkreasi, mengungkapkan segenap potensi, dan berusaha ke arah pengembangan diri yang optimal dan menjadikan orang berfungsi penuh (fully functioning), dengan cirinya yaitu (Helms 1995): 1. Keterbukaan pada pengalaman Mereka tidak pernah berusaha memasang tameng pertahanan terhadap pengalaman-pengalaman, karenanya mereka memiliki persepsi yang cermat dan jujur atas pengalaman-pengalaman atau kejadian-kejadian yang mereka hadapi 2. Kehidupan eksistensial Mereka menjalani setiap momen kehidupan secara penuh dan tidak pernah terpaku pada masa lampau maupun pada masa yang akan datang 3. Percaya pada diri sendiri Dalam membuat keputusan-keputusan atau penilaian-penilaian, mereka sepenuhnya percaya atas diri sendiri dan tidak menggantungkan keputusan-keputusan atau penilaian-penilaiannya kepada orang lain 4. Rasa kebebasan Hal ini mengandung arti bahwa orang-orang seperti mereka memiliki kebebasan yang subjektif dalam memilih atau menentukan tindakan. Tapi walaupun demikian mereka tidaklah bebas dari pengaruh ketentuanketentuan sosial dan kultural lingkungannya, karena mereka menyadari adanya ketentuan-ketentuan yang berasal dari luar dirinya 5. Kreativitas Kreativitas yang tinggi dari orang berfungsi penuh menjadi tanda dari kesanggupan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dan kemampuan untuk bertahan. Kreativitas tersebut menghasilkan gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang berguna bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan Selain Rogers, ahli psikologi lainnya yakni Maslow (dalam Helms, 1995, hlm. 223-234) menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan dan bukan secara sebagian, sehingga dapat mempengaruhi
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
51
perkembangan diri manusia. Di dalam diri manusia terdapat satu ciri umum, yakni potensi kreatif. Potensi kreatif menurut Maslow adalah ciri yang inheren dan mendorong manusia untuk tumbuh atau berubah. Sementara itu, Maslow (dalam Koeswara 1995, 230-231) memandang manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kemungkinan, bisa bergerak, tumbuh dan berubah melalui pengungkapan segenap potensi-potensi yang dimilikinya. Namun, di lain pihak Maslow tidak mengingkari fakta bahwa upaya untuk mencapai taraf tersebut memang banyak hambatannya. Hambatan pertama adalah hambatan yang datag dari diri sendiri berupa ketidaktahuan dan keraguan indvidu akan potensi yang dimilikinya sehingga menyebabkan potensi-potensi tersebut tetap laten. Hambatan selanjutnya dari lingkungkan berupa kecenderungan masyarakat untuk mendepersonalisasikan individu-individu yang menjadi warganya, dan kecenderungan masyarakat untuk menenkan pengungkapan potensi-potensi para warganya. Serta hambatan terakhir adalah pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman. Pengembangan diri tidak selamanya membuat individu menjadi sempurna, karena bagaimanapun juga setiap manusia memiliki kekurangan. Namun setidaknya dengan pengembangan diri tersebut manusia dapat berusaha untuk tampil lebih baik dalam hidup bermasyarakat serta lebih bijkasana di dalam bertindak dan bertingkah laku. Pada pemuda, dengan pengembangan diri diharapkan mereka dapat mengatasi masalah baik pada diri sendiri maupun di dalam lingkungan sosial dengan lebih baik. Selain itu, mereka dapat memberdayakan potensi yang ada pada dirinya dengan terlibat secara aktif di dalam kegiatan-kegiatan sosial, sehingga masalah-masalah sosial pada pemuda dapat teratasi. Namun yang perlu ditekankan adalah bukan berarti pemuda yang tidak terlibat dalam organisasi dan kegiatan-kegiatan sosial tidak dapat mengembangkan diri, karena pengembangan diri juga dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dialami oleh individu dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Penekanan informan pada mereka yang berpartisipasi dalam organisasi kepemudaan dikarenakan organisasi dan kegiatan sosial kepemudaan merupakan salah satu saran usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan pengembangan diri serta menjadi salah satu alternatif pencegahan masalah-masalah psikosial pada pemuda. Sehingga diharapkan melalui penelitian ini tidak hanya dari segi individu saja, yakni pemuda akan tetapi juga bagaimana strategi organisasi kepemudaan itu sendiri. 2.2 Organisasi sebagai Sarana Pengembangan Diri Pemuda Sumber utama yang mempengaruhi perkembangan orang muda adalah keluarga, orang tua dan pekerjaan. Sedangkan sumber lainnya adalah kegiatan kemasyarakatan/komunitas atau afiliasi (Germain 1991). Ketika seorang anak beranjak dewasa, orang tua pada umumnya mulai membebaskan mereka untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Termasuk aspirasi di dalam lingkungan ketetanggaan, tempat-tempat ibadah, organisasi atau klub pelayanan, dan sebagai sukarelawan dalam kelompok kepemudaan (youth groups) atau community-based organizations. Dweck (2000) mengemukakan pengembangan diri merpakan proses penting karena akan berefek positif bagi diri seseorang. pengembangan diri dapat dilakukan salah satunya melalui berorganisasi, karena dengan mengikuti organisasi seseorang dapat lebih mudah mendapat informasi yang cepat, bersosialisasi, berkomunikasi dengan yang orang lain serta berbagi pengetahuan. Larson
dkk
(2004),
mengungkapkan
manfaat
organisasi
bagi
pengembangan diri anggotanya: 1. Mengembangkan inisiatif menunjukkan bahwa keterampilan inisiatif para anggota tumbuh melalui tantangan yang mereka hadapai dalam mencapai suatu tujuan. Pada mulanya para anggota ”sekadar melakukan”, tetapi setelah beberapa minggu kemudian mereka mulai tampak mengembangkan strategi untuk menghadapi suatu tantangan (tugas), dan lebih memobilisasi waktu dan usaha. Beberapa anggota tampak menunjukkan peningkatan dalam strategi berpikir. Mereka menemukan pencerahan (insight) dalam hal memecahkan
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
53
masalah,
mengorganisasi
langkah-langkah
pekerjaan,
dsb,
agar
penyelesaian tugas dapat lebih efektif. Sebagian anggota malah dapat mentransfer peningkatan kemampuan inisiatifnya ke dalam sisi lain kehidupannya, yaitu dalam perencanaan karier. 2. Transformasi dalam motivasi Dengan adanya perkembangan keterampilan inisiatif, motivasi para anggota juga berubah. Larson dkk menemukan, dalam tiga organisasi yang diteliti banyak anggota yang awalnya bergabung dengan alasan ekstrinsik: untuk memuaskan orangtua, mengisi waktu luang bersama teman sebaya, menjadi prasyarat lulus sekolah, atau karena ada honor. Namun, sebagian besar kemudian menunjukkan perubahan. Motivasi mereka menjadi lebih intrinsik (adanya minat pribadi terhadap program), dengan alasan dapat terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang baru, segar, dan menarik secara pribadi. 3. Memperoleh modal sosial Perkembangan remaja, selain berupa perkembangan karakter dan penguasaan keterampilan baru, juga perkembangan dalam pembentukan relasi pribadi, termasuk relasi dengan orang dewasa. Untuk itu, orang muda butuh relasi dengan orang dewasa yang dapat memberi modal sosial, yakni yang memberi informasi dan sumber daya yang menghubungkan mereka dengan dunia orang dewasa. Modal sosial selain baik untuk individu
juga
baik
untuk
komunitas
karena
adanya
pertukaran
pengetahuan, sumber daya, dan kepercayaan, sehingga membentuk keadaan masyarakat yang sehat. Keterlibatan dalam program-program kepemudaan merupakan kesempatan untuk membangun modal sosial dan berkembang menjadi orang-orang dewasa yang berkeahlian tinggi. 4. Menjembatani perbedaan Bentuk lain modal sosial/interpersonal diperoleh melalui teman-teman sebaya, yakni dengan mengembangkan hubungan dan pemahaman terhadap berbagai aspek perbedaan manusia (etnis, agama, gender, status sosial-ekonomi, tujuan, dsb). Hasil penelitian Larson dkk menunjukkan melalui program-program pada tiga organisasi yang diteliti, para anggota Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
mengalami perkembangan kompetensi untuk memahami dan menghargai keanekaragaman manusia. 5. Menemukan tanggung jawab baru Tanggung jawab merupakan kualitas yang diharapkan dimiliki orang yang berkembang
menuju
kedewasaan.
Hasil
penelitian
Larson
dkk
menunjukkan, banyak anggota mengakui adanya proses menjadi lebih bertanggung jawab dalam perasaan maupun dalam bertindak, sepanjang keikutsertaannya dalam program Partisipasi pemuda di dalam organisasi dan kegiatan sosial merupakan salah satu upaya di dalam pembinaan dan pengembangan diri pemuda (Kemenproa RI, 2010). Evans and Poole secara ekplisit memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara kegiatan senggang orang muda dengan pengembangan diri. Ia membagi kegiatan orang muda menjadi dua jenis kegiatan. Pertama, kegiatan yang menuntut usaha aktif, seperti keikutsertaan dalam tim olahraga, kelompok musik dan seni, atau melakukan kegiatan menyalurkan hobi yang bersifat kreatif. Kegiatan semacam ini dapat memberi kemungkinan lebih besar bagi orang muda untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan diri. Kegiatan kedua lebih bersifat pasif atau rileks, seperti socializing atau kumpul-kumpul, menonton, mendengarkan musik dan membaca bacaa ringan, dan bersifat maintenance atau pemeliharaan seperti makan dan istirahat. Kegiatan yang bersifat santai ini memberikan kenikmatan tanpa menuntut banyak tenaga, tetapi tidak berdampak pengembangan dalam arti kata menghasilkan suatu kemahiran tertentu serta peningkatan pengetahuan keterampilan baru. Lebih lanjut menurut Rogers (dalam Helms, 1995) pengembangan diri merupakan suatu proses yang mengarahkan manusia agar dapat berfungsi penuh. Manusia yang berfungsi secara penuh memiliki motif-motif untuk memenuhi kebutuhannya yang bersumber dari tendensi pengaktualisasian untuk mencapai pengembangan diri yang optimal. Bermanfaat atau tidaknya organisasi bagi pemuda dalam upaya pengembangan diri sangat bergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan. Ada kegiatan yang dapat memebrikan manfaat dan nilai tambah yang tinggi di dalam
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
55
kegiatan pengembangan diri dan juga ada sebaliknya ada pula kegiatan yang tidak membawa manfaat apapun. Selain itu, ironisnya ketika banyak pemuda yang berkeinginan untuk menggunakan waktu senggangnya untuk melakukan kegiatankegiatan yang memberi nilai tambah yang besar, keinginan tersebut seringkali tidak dapat terlaksana antara lain karena tidak memadainya sarana untuk kegiatan yang dimaksudkan. Kurang tersedianya sarana dan kesempatan tersebut bagi para pemuda untuk mengembangkan melalui kegiatan-kegiatan waktu senggang bisa jadi telah menyebabkan sebagian dari mereka tidak terlalu memikirkan kualitas hidup masa depan yang lebih baik (Syahra, 1997). Dalam kehidupan sehari-hari, pola interaksi yang dijalankan pemuda menurut kelompok usianya terbagi atas dua kategori. Kategori pertama adalah mereka yang tidak terorganisir yang berarti tidak memasuki organisasi kepemudaan dan terlibat di dalam kelompok-kelompok informal (informal groups). Kelompok informal terdiri atas dua bentuk yaitu crowds dan cliques. Corwds merupakan suatu peer group relatioships dimana para anggota yang tergabung dalam kelompok tersebut memiliki minat dalam aktivitas yang sama, seperti pada kelompok atlit, pecinta otomotif dan lain-lain, berbeda dengan cliques dimana ketertarikan antar mereka didasarkan atas dasar persamaan minat dan social ideals (Santrock dan Yussen, 1984) Kelompok pemuda yang terorganisir menurut Evans dan Poole dalam Santrock dan Yussen (1984: 370) melalui hasil penelitiannya di Australia lebih jauh membagi kegiatan aktif orang muda ke dalam enam kelompok. Kelompok pertama ialah kegiatan budaya seperti klub kesenian, kedua adalah kegiatan fisik seperti tim olah raga, ketiga adalah kegiatan pelayanan, keempat adalah kegiatan dan rekreasi di dalam rumah dan ruangan seperti pembuatan program komputer, kelima adalah kegiatan pergaulan seperti travelling, dan kelompok terakhir adalah kegiatan belajar yang dilakukan atas inisiatif sendiri atau independent study. Dalam kajian Proyek DPKK Kantor Menpora RI tahun 2000 yakni “Pemberdayaan Generasi Muda Indonesia di Abad 21 – Membangun Manusia Indonesia Baru” menyatakan pula bahwa organisasi pemuda jelas berbeda jenisnya dengan organisasi non pemuda, karena organisasi pemuda dibentuk, Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
dipimpin dan dikelola oleh mereka yang berada pada usia muda seperti halnya Sinergi Muda. Organisasi pemuda tersebut merupakan salah satu bentuk sarana pengisian waktu luang yang juga dapat menanggulangi masalah-masalah generasi muda sekaligus memberdayakan para pemuda. 2.2.1 Organisasi Kepemudaan Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Organom” yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) organisasi adalah kesatuan (susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang) dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu; kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan yang dikategorikan sebagai pemuda, sesuai dengan UU No. 40 tahun 2009, bahwa pemuda adalah orang yang berumur antara 15 sampai 30 tahun. Menurut UU No.40 tahun 2009 BAB XI yaitu tentang Organisasi Kepemudaan atau disingkat menjadi OK, mengatakan bahwa Organisasi Kepemudaan dibentuk oleh pemuda berdasarkan kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan. Organisasi kepemudaan juga dapat dibentuk dalam ruang lingkup kepelajaran dan kemahasiswaan. Organisasi kepemudaan berfungsi untuk mendukung
kepentingan
nasional,
memberdayakan
potensi,
serta
mengembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan. Organisasi kepelajaran dan kemahasiswaan dibentuk dengan maksud untuk mendukung kesempurnaan pendidikan dan memperkaya kebudayaan nasional. Organisasi kepelajaran merupakan organisasi ekstra satuan pendidikan menengah. Sedangkan organisasi kemahasiswaan terdiri atas organisasi intra satuan dan ekstra satuan pendidikan tinggi. Secara umum, Organisasi kepelajaran dan kemahasiswaan ditujukan untuk:
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
57
a. Mengasah kematangan intelektual; b. Meningkatkan kreativitas; c. Menumbuhkan rasa percaya diri; d. Meningkatkan daya inovasi; e. Menyalurkan minat dan bakat; dan/atau f. Menumbuhkan semangat kesetiakawanan sosial dan pengabdian kepada masyarakat. Organisasi kepemudaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 sekurangkurangnya memiliki; a. Keanggotaan; b. Kepengurusan; c. Tata laksana kesekretariatan dan keuangan; dan d. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Organisasi kepemudaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang dapat berbentuk struktural atau nonstruktural, baik berjenjang maupun tidak berjenjang, dapat membentuk forum komunikasi kepemudaan atau berhimpun dalam satu wadah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi organisasi kepemudaan, organisasi kepelajaran, dan organisasi kemahasiswaan. Satuan pendidikan dan penyelenggara pendidikan wajib memfasilitasi organisasi kepelajaran dan kemahasiswaan sesuai dengan ruang lingkupnya. Organisasi Kepemudaan Menurut UU No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menyangkut aspek-aspek berikut: 1. Organisasi kepemudaan dibentuk oleh pemuda 2. Organisasi kepemudaan dapat dibentuk berdasarkan kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3. Organisasi kepemudaan juga dapat dibentuk dalam ruang lingkup kepelajaran dan kemahasiswaan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
4. Organisasi kepemudaan berfungsi untuk mendukung kepentingan nasional,
memberdayakan
potensi,
serta
mengembangkan
kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan.
2.2.2 Program Pembangunan Pemuda Program Pembangunan Pemuda (Youth Development Program) menurut National Youth Development (National Youth Development, 2004), didefinisikan sebagai program yang mempersiapkan generasi muda untuk memnuhi tantangan dari usia muda dan usia dewasa melalui sebuah struktur, aktifitas yang progresif dan pengalaman, yang membantu mereka memperoleh kompetensi sosial, emosi, fisik dan kognitif. Program Pembangunan Pemuda yang positif memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Youth Centered Aktivitas dan personel melibatkan pemuda dari berbagai talenta, keahlian, dan minat. Hal tersebut membangun kekuatan mereka dan melibatkan pemuda dalam perencanaan dan pengambilan keputusan 2. Knowledge Centered Aktivitas yang menunjukan kepada pemuda bahwa “learning” adalah satu alasan keterlibatan mereka, dan menyediakan kesempatan antara menghubungkan antara pemuda dengan mentor atau orang dewasa. Aktivitas tersebut dapat berupa perkumpulan olahraga, seni atau komunitas pelayanan lainnya. 3. Care Centered Program tersebut harus menyediakan lingkungan yang menyerupai “keluarga”, sehingga pemuda merasa nyaman, aman dan terbangun kepercayaannya
Tujuan dari Program Pembangunan Pemuda menurut The Youth Development Institute dalam bukunya A Guided Tour of Youth Development (National Youth Development, 2004), adalah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan manusia khususnya pemuda dan untuk membangun sekelompok asset inti dan kompetensi yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara baik di
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
59
kehidupan pemuda dan orang dewasa kelak. Masih menurut The Youth Development Institute, dalam bukunya The Handbook of Positive Youth Outcomes,
Program
Pembangunan
Pemuda
membantu
pemuda
untuk
mengembangkan kompetensi yang akan mendukung pertumbuhan mereka, membangun
keahlian
mereka
dan
menjadikan
mereka
lebih
sehat,
bertanggungjawab serta peduli terhadap pemuda serta orang dewasa. Salah satu bentuk program pembangunan pemuda yang diusulkan oleh Carniege Council on Adolescent Development dalam A Matter of Time (1992) (National Youth Development, 2004) adalah Program Pembangunan Pemuda Berbasis Komunitas (P3BK). Implementasi P3BK yaitu dengan mendesain intervensi untuk membantu pemuda dalam membangun ketahanan personal. Ketahan personal tersebut memiliki 4 elemen, yaitu: 1. Kompetensi Sosial 2. Keahlian Pemecahan Masalah 3. Otonomi (mampu bertindak secara independen dan dapat mengontrol lingkungannya) 4. Percaya Diri dan Visioner
P3BK bekerja dalam 3 tingkat yaitu (1) membantu individu pemuda membangun empat karakteristik diatas, (2) adanya minimal satu orang dewasa yang
konsisten
dalam
masing-masing
kehidupan
pribadi
pemuda,
(3)
membangkitkakn kesadaran atas pentingnya keamanan (sense of security) dalam kehidupan seluruh pemuda.
2.3 Gambaran Anak Muda Indonesia Tipe dan kondisi pemuda Indonesia pun beragam. Hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight (2011) terhadap anak muda usia 16 hingga 35 tahun, mengemukakan bahwa di enam kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang dan Makassar) terdapat empat segmen besar kelompok profil anak muda dari kelass sosial A dan B, MarkPlus Insight menyebutnya dengan Macro Communities. Adapun empat Macro Communities tersebut adalah Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Gambar 2.1. Profil Anak Muda di Indonesia (Sumber: MarkPlus Insight)
a) Patriot Tipe ini berjumlah kurang lebih 25,7%. Mereka mempunyai idealisme dan rasa nasionalisme yang tinggi, berani, dan cenderung menjadi pemimpin. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi, selalu berpikir untuk orang lain, dan sangat loyal. b) Buddy Tipe ini berjumlah 24.8%. Mereka cukup santai, memiliki banyak teman, sangat toleran, dan peduli orang lain. c) Fighter Tipe ini berjumlah 24.3%. Mereka anak muda yang keras, punya banyak kegelisahan, outspoken, dan kadangkala sedikit egois. d) Star Tipe ini berjumlah 25,2%. Mereka cenderung idealis dan populer, mempunyai pengaruh yang besar buat peer group-nya, mempunyai tujuan hidup yang jelas bagi masa depannya, namun cenderung fokus pada diri sendiri. Berdasarkan tipe profil pemuda tersebut, para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan perlu terus berusaha keras untuk memberikan pemahaman atau penyadaran kepada komunitas sesamanya (pemuda) akan pentingnya peran mereka sebagai agent of change dan seberapa besar pengaruh mereka dalam proses pembangunan bangsanya demi menghadapi tantangan global.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
61
2.4 Strategi 2.4.1 Konsep Strategi Quinn (1998) mendefinisikan strategi sebagai pola atau perencanaan yang terintergrasi oleh tujuan organisasi, kebijakan dan pelaksanaan. Sementara Andrews (1998) menyatakan bahwa strategi adalah pola dari keputusan suatu organisasi yang menentukan arah menuju tujuan organisasi dan menghasilkan prinsip kebijakan serta perencanaan dan pengelolaan sumber daya. Lykke dalam Bartholomees (2008) juga memberikan penyimpulan yang lebih komperhensif mengenai strategi sebagai hasil kumulatif dari tujuan ditambah dengan cara ditambah dengan alat atau sumber dayanya (ends + ways + means). Lebih lanjut, Lykke menjelaskan konsep tujuan (ends), cara (ways), sumberdaya (means) dan resiko (risk) sebagai berikut; Ends (tujuan) menjelaskan “apa” yang akan dicapai. Tujuan ini mengisyaratkan penggunaan cara dan analisis strategi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Ways (cara) adalah konsep strategi yaitu bagaiamana tujuan itu dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Konsep strategi sebagai cara pencapaian tujuan harus jelas dan eksplisit menjelaskan perencanaan pencapaian tujuan. Means adalah segala sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan dengan cara yang telah ditentukan. Sumber daya ini dapat berupa tangible dan non-tangible. Sumber daya tangible dapat berupa teknologi, fasilitas, personil dan lain-lain. Sedangkan non-tangible lebih pada keterampilan, motivasi personil serta daya intelektual personil. Risk menjelaskan kesenjangan antara tujuan yang akan dicapai dengan konsep serta sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Strategi yang dimaksudkan sebagai instrumen untuk mempersempit risk dan sebagai penyeimbang antara sumber daya, konsep dan tujuan. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi mensyaratkan relasi dan sinergi antara
pencapaian, tujuan, cara, sumber daya dan
memperhatikan resiko. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
2.4.2 Bentuk Strategi Strategi yang secara riil dilakukan oleh organisasi merupakan gabungan dari dua jenis strategi yang dibuat secara sederhana (deliberate) dan strategi yang muncul secara spontan (Supratikno, 2005:6). Strategi yang dibuat terencana mengandalkan aspek pengendalian, sedangkan strategi spontan menyandarkan diri pada aspek belajar (learning). Yang terpenting dalam organisasi adalah momentum atau timing penggunaan strategi yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan strategis. 2.5 Membangun Kekompakan Tim (Team Building) Mustafa (2010) menyebutkan melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta keterampilan, sebuah tim seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif dibandingkan dengan dilakukan oleh seorang individu. Tim merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Seperti halnya dalam proses pelaksanaan IYC. Team Building yang diperuntukan kepada para panitia pelaksana IYC pertama kali digagas pada tahun kedua pelaksanaan yakni di tahun 2011. Tujuan team building itu sendiri adalah agar tim dapat bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan dan produktivitas. (Buchroth dan Parkin 2010) 2.5.1 Tujuan Team Building Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan antar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum tentu menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan. Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan komunikasi dan produktivitas. 1. Semangat
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
63
Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik 2. Saling percaya Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara aktif 3. Kedekatan Kedekatan
antar
anggota
merupakan
perasaan
yang
mampu
menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiapa anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif. 4. Komunikasi Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada dan secara bersama menghadapi masalah 5. Produktivitas Tim sudah sepatutnya dapat menyelesaikan yang tidak mungkin dilaksanakan perseorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, keterampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan
2.5.2 Proses Team Building Tujuan membangun tim kerja yang bersemangat, memiliki kedekatan, saling percaya dan produktif dapat dilakukan dengan banyak cara dan tidak ada cara khusus yang dipakai untuk membangun sebuah tim (Chang 2002). Adapun caranya menurut Patten dan Thomas (1981) hal yang penting diingat adalah itu sendiri harus mengembangkan kemampuan mengidentifikasikan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
persoalan kerja mereka dan sekaligus juga memecahkannya. Lima tahap yang dilakukan pada umumnya dalam membangun sebuah tim diuraikan oleh Patten dan Thomas: 1. Membentuk struktur tim Setiap tim harus bekerja dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berar dan memecahkan permasalahan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara organisasi satu dengan organisasi lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi: a. Tim pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas b. Perancang Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota
dari
semuan
jenjang
dan
fungsi
organisasi.
Anggotana terdiri atas staf dan para manajer c. Pemimpin, merupakan unsur penting dalam keberhasilan tim. d. Rapat, merupakan akivitas atau agenda penting yang harus difasilitasi dan dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangusung pimpinan rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggotanya untuk mengeluarkan gagasannya,
mengatasi
pertentangan
akibat
adanya
perbedaan
pendapat, menangani anggota yang sulit beradaptasi dan menciptakan suasana rapat yang dinamis. e. Proses Konsultasi, kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu menyelesaikan konflik, terkadang diperlukan. Oleh seorang konsultan, atau jika dalam Sinergi Muda melalui mentor, mereka (mentor) bisa dapat lebih objektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika membantu tim. Konsultan atau mentor juga dapat membangun aturan-aturan dan cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik anggota tim dalam menggunakan peralatan, metode kerja dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih produktif.
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
65
2. Mengumpulkan informasi Membangun tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (self-assesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan data yang diperoleh dari survei tentang sikap, wawancara dengan anggota tim dan pengamatan atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya, motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsesus dan nilai kelompok 3. Membicarakan Kebutuhan Informasi yang diperoleh dalam langkah 2, harus dirangkum dan diumpanbalikan kepada anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbukam dan mencoba menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan
sejumlah
kebutuhan:
kekuatan
yang
harus
dicoba
dipertahankan dan dikembangkan sedangkan kelemahan harus segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat dibutuhkan. Proses ini penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui pemahaman atas kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan keluarnya. 4. Merencanakan sasaran menetapkan cara pencapaiannya. Begitu isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta menetapkan prioritas kegitan. Hal yang paling utama dilakukan oleh tim adalah bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan agenda yang ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada proses pelaksanaan dan pengembangannya. Kelompok harus mengembangkan jadwal yang bersifat tentatif (sementara) dan rencana tindakan dalam mencapai tujuan. Konsultan atau mentor akan sangat membantu dengan cara memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan dalam upaya mencpai tujuan. 5. Mengembangkan keterampilan Sebagian besar proses team building akan memusatkan kegiatannya pada Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
pengembangan keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi. Soenarno (2006) mengemukakan beberapa jenis keterampilan yang sangat diperlukan dalam membangun tim yang baik adalah: 1. Kesadaran untuk mengembangkan kelompok 2. Klarifikasi Peran 3. Pemecahan Masalah 4. Konsesus dalam mengambil keputusan 5. Mengatasi konflik 6. Evaluasi Hasil
2.6 Pengembangan Kapasitas (Capacity Building) Pengembangan kapasitas atau capacity building sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan, Brown (2001:25) . Sedangkan Morison (2001:42) berpendapat bahwa capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada Morison (2001:42) African Capacity Building Foundation (ACBF) (2001:9-12) menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi, komunitas atau masyarakat
untuk menganalisa
lingkungannya; mengidentifikasi
masalah-
masalah, kebutuhan-kebutuhan, isu-isu dan peluang-peluang; memformulasi strategi-strategi untuk mengatasi masalah-masalah, isu-isu dan kebutuhankebutuhan tersebut, dan memanfaatkan peluaang yang relevan. merancang sebuah rencana aksi, serta mengumpulkan dan menggunakan secara efektif, dan atas dasar sumber daya yang berkesinambungan untuk mengimplementasikan,
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
67
memonitor, dan mengevaluasi rencana aksi tersebut, serta memanfaatkan umpan balik sebagai pelajaran. Soeprapto (2010) juga mengemukakan bahwa World Bank menekankan perhatian capacity building pada: 1. Pengembangan sumber daya manusia; training, rekruitmen dan pemutusan pegawai profesional, manajerial dan teknis, 2. Keorganisasian, yaitu pengaturan struktur, proses, sumber daya dan gaya manajemen, 3. Jaringan kerja (network), berupa koordinasi, aktifitas organisasi, fungsi network, serta interaksi formal dan informal, 4. Lingkungan
organisasi,
yaitu
aturan
(rule)
dan
undang-
undang (legislation) yang mengatur pelayanan publik, tanggung jawab dan kekuasaan antara lembaga, kebijakan yang menjadi hambatan bagi development tasks, serta dukungan keuangan dan anggaran. 5. Lingkungan kegiatan lebih luas lainnya, meliputi faktor-faktor politik, ekonomi dan situasi-kondisi yang mempengaruhi kinerja. Soeprapto kemudian juga menjelaskan upaya tingkatan pengembangan kapasitas terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu: 1. Tingkatan
sistem
dengan pengaturan,
berupa
kerangka
kebijakan-kebijakan
kerja dan
yang kondisi
berhubungan dasar
yang
mendukung pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu 2. Tingkatan institusional seperti pembentukan struktur organisasi, proses pengambilan keputusan di dalam organisasi-organisasi, prosedur dan mekanisme-mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana, hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi 3. Tingkatan individual, contohnya ketrampilan-ketrampilan individu dan persyaratan-persyaratan,
pengetahuan,
tingkah
laku, pengelompokan
pekerjaan dan motivasi-motivasi dari pekerjaan orang-orang di dalam organisasi-organisasi. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Pemuda
Masa Dewasa awal Masa keterpencilan
Team Building
Pembinaan dan pemberdayaan diri Kondisi Psikososial Pemuda
Membentuk struktur; Mengumpulkan informasi; Membicarakan kebutuhan; Merencanakan sasaran; Mengembangkan keterampilan
Org. Kepemudaan sebagai Sarana Pengembangan Diri Pemuda
Partisipasi
Sinergi Muda dalam Program IYC
Strategi Sinergi Muda dalam Upaya Pengembangan Diri Pemuda
Pengembangan Diri
Karakter
Capacity Buliding
Pengembangan SDM; Keorganisasian; Jaringan; Lingkungan organisasi; lingkungan; Lingkungan kegiatan
Potensi
46
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Alur Berpikir Penelitian
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
BAB 3 GAMBARAN UMUM LEMBAGA 3.1 Profil Organisasi 3.1.1
Latar Belakang Berdirinya Organisasi
Persiapan pendirian Sinergi Muda dimulai sejak November 2011 dengan dibentuknya panitia kecil berjumlah 8 orang, yaitu Agrita Widiasari, Alanda Kariza, Chandraditya Kusuma, Citra Natasya, Dey Ainiswari, M Umar Sahid, Rifat Najmi, dan Rizki Rinandi. Mereka adalah para pendiri Sinergi Muda dimana sebelumnya bertindak sebagai panitia pelaksana Indonesian Youth Conference di tahun 2010. Indonesian Youth Conference (IYC) lahir dari gagasan seorang anak muda bernama Alanda Kariza yang merupakan perwakilan Indonesia dalam kegiatan Global Changemakers
yang diadakan di
London, Juni 2009.
Global
Changemakers adalah sebuah komunitas yang terdiri dari aktivis muda, relawan, dan social entrepreneur. Setiap tahunnya Global Changemakers mengundang para agen perubahan dari 100 negara untuk berbagi pengalaman, membangun keahlian, dan mengembangkan ide. Setelah mengikuti kegiatan Global Changemakers, para agen perubahan diharapkan untuk melaksanakan ide yang telah mereka buat. Salah satu bentuk programnya adalah Community Action Projects (CAPs). Sepulangnya dari kegiatan Global Changemakers, Alanda diminta untuk membuat proyek komunitas di Indonesia sebagai bentuk kontribusi dan implementasiya setelah mengikuti Global Changemakers teserbut. Dengan bantuan
teman-temannya,
Alanda
kemudian
menggagas
IYC.
Alanda
mengundang teman-teman dekatnya dan juga membuat pesan berantai di media sosial Facebook. Saat itu, Facebook masih menjadi media sosial nomor satu di dunia sehingga Alanda dengan mudah mendapat jejaring baru. Kegiatan IYC yang pertama terbagi menjadi dua sub-acara; Forum dan Festival. Forum IYC (1-3 Juli 2010 di Wisma 678, Kemang, Jakarta Selatan) 47 Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
48
dimana bertujuan untuk mengumpulkan anak muda perwakilan provinsi di Indonesia untuk membuat solusi atas permasalahan yang terjadi di provinsi mereka masing-masing. Perwakilan tersebut kemudian disebut dengan Duta dan Delegasi. Sedangkan Festival IYC yang diadakan sehari kemudian di Komunitas Salihara, merupakan acara yang terbuka untuk umum dan terdiri dari serangkaian seminar dengan pilihan isu-isu sosial. Festival IYC 2010 berlangsung sukses karena panitia berhasil menjual 396 tiket dari 350 kapasitas kursi yang tersedia. Karena kesuksesan yang didapatkan dari tahun 2010, maka kegiatan ini akan kembali diadakan pada tahun 2011, namun hanya terdiri dari Festival IYC saja, sedangkan Forum diputuskan untuk diadakan dua tahun sekali agar proyek sosial yang dilakukan oleh duta provinsi bisa terlihat perkembangannya melalui laporan yang mereka berikan kepada IYC. Muncul permasalahan dan kegelisahan diantara para panitia pelaksana IYC 2010 dimana mereka menemukan berbagai hambatan ketika hendak mulai merancang IYC pada tahun berikutnya. Animo anak muda yang tinggi yang didapat dari testimoni pengunjung sebelumnya dan lingkungan pertemanan masing-masing panitia membuat sekelompok anak muda tersebut perlu membuat strategi agar IYC lebih memiliki dampak luas bagi anak muda dan lebih banyak lagi anak muda yang berpartisipasi dalam kegiatan IYC sebagai bentuk kontribusi dan saran pengembangan diri (AW, 23th, 7 Mei 2014) Permasalahan tersebut diantaranya seperti kesulitan dalam mencari dana, penjalinan relasi dengan media, pihak pemerintah, pihak swasta. Pihak-pihak tersebut cenderung kritis dan mempertanyakan organisasi atau badan apa yang membawahi IYC, karena melihat IYC merupakan program, bukan perkumpulan. Tidak adanya akte perkumpulan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta pola pendanaan yang terstruktur semakin menyulitkan mereka untuk berkembang. Untuk itu, kemudian para panitia memutuskan untuk membuat suatu badan organisasi yang akan mempermudah akses mereka dalam melakukan penjalinan relasi dengan berbagai pihak demi memaksimalkan tujuan dari program IYC. Tercetuslah nama Sinergi Indonesia Muda, atau lebih dikenal dengan Sinergi Muda. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
49
Perkumpulan Sinergi Indonesia Muda (Sinergi Muda) hadir sebagai sebuah wadah bagi anak muda untuk mengaktualisasikan dirinya dan turut berkontribusi untuk kemajuan Indonesia dengan minat mereka masing-masing. Dengan berbekal berjejaring dengan komunitas anak muda lintas isu, kreativitas, serta memaksimalkan potensi sumber daya anak muda di Indonesia, Sinergi Muda berusaha membuka kesempatan dan akses bagi anak muda untuk berkembang. Berbagai program baru dari Sinergi Muda pun kemudian muncul agar organisasi bertanggung jawab atas visi dan misi yang telah mereka susun. Berbagai program tersebut juga sebagai pengembangan dari program IYC yang hanya setahun sekali. Organisasi perlu terus berkembang dengan tidak hanya memiliki program sekali dalam setahun (IYC) jika ingin lebih berperan dalam pengembangan diri pemuda, maka dari itu program-program turunan seperti Ngobrolin Ide, Peta Muda dan Mudazine dirancang.
Gambar 3.1 Logo Organisasi Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
50
3.1.2 Visi dan Misi Organisasi 3.1.2.1 Visi Memberdayakan potensi anak muda untuk berkontribusi secara positif di Indonesia 3.1.2.2 Misi (1) Mengenalkan anak muda dengan isu sekitar yang sesuai dengan minat mereka (2) Menghubungkan anak muda dengan dan atau melalui pihak yang dapat bersinergi dengan minat mereka (3) Membantu anak muda dalam mewujudkan ide perubahan positif di Indonesia
Gambar 3.2 Skema Visi dan Misi Organisasi Sinergi Muda Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
3.1.3
Struktur Organisasi Board of Supervisor
Ketua
Board of Executive Sekretaris
Manajer Program
Manajer SDM
Bendahara
Manajer Sponsorship
Fundraising
Manajer Riset
Manajer Operasional
Manajer Kreatif Manajer Media dan Relasi Publik
Manajer Relasi Komunitas
51 Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
51
Universitas Indonesia
Bagan 3.1 Struktur Kepengurusan Sinergi Muda periode 2012 - 2014
52
3.1.3.1 Deskripsi Pembagian Kerja 1. Board of Supervisor (Dewan Pengawas) Memonitor kinerja para pengurus Sinergi Muda Mengetahui progres dan pencapaian keseluruhan program maupun hal-hal lain terkait Sinergi Muda Menegevaluasi Program-program Sinergi Muda secara umum 2. Board of Executive (Dewan Eksekutif) -
Chairman (Ketua) Turut serta dalam merancang strategi perumusan program dan memastikan bahwa seluruh aktivitas atau kegiatan program tersebut berjalan sesuai dengan Misi yang akan dibawa oleh Sinegi Muda Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi kepada organisasi Sinergi Muda Bertindak sebagai representatif Sinergi Muda publik, termasuk kepada sponsor, komunitas dan berbagai tokoh lainnya Memfasilitasi dan mengkoordinir jalannya pertemuan bulanan dan juga evaluasi ruitn berkala
-
Secretary (Sekretaris) Memastikan jalannya pertemuan rutin berjalan efektif dan tepat waktu Mengurus segala hal yang bersifat administratif dan pengorganisiran data termasuk didalamnya surat atau dokumen terkait kesahan organisasi Membuat laporan pertemuan kegiatan Sinergi Muda (dari laporan pertemuan rutin hingga laporan tahunan; laporan pertanggungjawaban) Memfasilitasi seluruh pengurus Sinergi Muda yang membutuhkan surat
-
Treasurer (Bendahara) Membuat rencana keuangan dan pola pendanaan (bulan dan tahunan) Memastikan penggunaan dana dari donor dikondisikan dengan kebutuhan dari divisi Fundrasing Membuat laporan keuangan Menyusun dan merapikan pencatatan keuangan
3. Manajer Program Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
53
Merumuskan program jangka panjang Sinergi Muda yang diformulasikan dengan alur kerja, linimasa kerja, dan strategi pelaksanaannya sesuai dengan target pasar dan kebutuhan regenerasi Merumuskan struktur organisasi dengan masing-masing pembagian kerja dan program Mengontrol progres pencapaian program, dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga masa setelah pelaksanaan program (report) 4. Fundraising (Dana Usaha) Membuat perencanaan untuk meningkatkan aset keuangan, dana operasional Sinergi Muda Membuat strategi untuk membangun dan mengembangkan pendanaan Sinergi Muda 5. Riset Mengarsipkan keseluruhan data dan statistik dari semua program Sinergi Muda\ Menghimpun riset yang sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh Sinergi Muda 6. Komunikasi Media dan Relasi Publik Membangun relasi yang baik dengan rekan media yang telah berkolaborasi dengan Program Sinergi Muda Memahami dengan baik secara penuh segala hal tentang Sinergi Muda beserta program-program yang ada Mengupulkan seluruh cakupan media (cetak, siar, maupun digital) Menjalankan aktivitas media sosial Sinergi Muda Menjembatani informasi yang ada pada Sinergi Muda ke publik, termasuk melalui media sosial Relasi Komunitas Membangun relasi yang baik dengan komunitas-komunitas anak muda Bertanggung jawab untuk menghadiri undangan dari berbagai organisasi maupun komunitas lain untuk memperluas jaringan Sinergi Muda Berbagi informasi seputar Sinergi Muda dengan komunitas anak muda lainnya
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
54
7. Sponsorship Membangun dan menjaga hubungan baik dengan berbagai lembaga atau perusahaan yang telah bekerjasama dengan Sinergi Muda Mengetahui segala hal tentang Sinergi Muda dan program-program yang dijalankan 8. Pengembangan Sumber Daya Manusia Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rekrutmen, mengontrol dan mengevaluasi pegembangan diri pengurus Merancang team building atau pelatihan untuk pengurus Sinergi Muda 9. Tim Kreatif Bertanggung jawab atas segala keperluan kreatif dalam perancangan promosi Sinergi Muda termasuk teknis produksi (cetak, audio-visual, atau digital) 10. Operasional Bertanggung jawab dalam merawat dan peremajaan inventaris Sinergi Muda Bertanggung jawab atas kebutuhan akomodasi dan mobilisasi Sinergi Muda
3.1.4 Nilai Organisasi
Gambar 3.3 Skema Nilai-nilai Sinergi Muda Sumber: Olahan Penelitian
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
55
3.2 Prorgam Indonesian Youth Conference (IYC) 3.2.1 Gambaran Umum Program IYC IYC merupakan acara tahunan yang terdiri dari dua sub program, Forum dan Festival. Forum IYC adalah acara dua tahunan dimana IYC mengundang aktivis muda dari seluruh provinsi di Indonesia untuk datang ke Jakarta, mengikuti serangkaian lokakarya, dan merancang-merealisasikan proyek untuk mengatasi masalah di provinsi masing-masing.
Gambar 3.4 Logo Program IYC
Berbeda dengan Forum IYC dimana keikutsertaannya melalui proses seleksi, Festival IYC terbuka untuk umum, terdiri dari serangkaian topik seminar dan talkshow, pertunjukan musik, pameran kebudayaan, dan expo komunitas.
3.2.2
Visi dan Misi IYC IYC diadakan untuk meningkatkan kepedulian anak muda terhadap
lingkungannya. Tujuan diadakannya IYC adalah untuk pembangunan kapasitas, pemberdayaan anak muda, dan pendidikan; sedangkan ruang lingkupnya adalah anak muda di Indonesia. Selain itu, IYC ingin memberikan inspirasi bagi pemuda Indonesia agar mereka yakin dan percaya untuk membuat mimpi membangun Indonesia menjadi nyata.
3.2.3
Bentuk Kegiatan IYC a. Forum Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
56
Forum IYC mengumpulkan anak muda berusia 15-24 tahun yang menjadi perwakilan provinsi dari seluruh Indonesia. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah proyek memperbaiki permasalahan yang ada di dalam provinsi masing-masing. Keikutsertaan dalam Forum IYC didasarkan pada seleksi yang dilakukan oleh panitia. Pada penyelenggaraan pertamanya di tahun 2010, panitia mendapatkan 500 surat lamaran dari 31 provinsi. Panitia menyeleksi lamaran hingga terpilih sejumlah 33 peserta dari 31 provinsi. Kemudian, peserta yang terpilih berkumpul di Jakarta pada tanggal 1-3 Juli 2010 untuk mengikuti seminar, loka karya, pelatihan dan diskusi selama 4 (empat) hari bersama para tokoh ahli yang mengenalkan mereka pada dunia seputar pengembangan komunitas. Selama mengikuti Forum IYC, peserta merancang proyek atas permasalahan yang terjadi di provinsi masing-masing. Setiap peserta diharapkan untuk merealisasikan proyek tersebut dimana panitia mendampingi dalam pelaksanaannya. Tahun berikutnya pada 2011, panitia memutuskan untuk kemudian mengadakan kegiatan Forum setiap 2 (dua) tahun sekali saja mengingat proyek sosial yang harus dijalankan memerlukan waktu untuk tahap pengerjaan dan evaluasi yang akan dilaporkan. Pada tahun 2012, Forum IYC kembali dibuka untuk anak muda berusia 15-24 tahun. Pada penyelenggaraan 2012, muncul kemudian istilah Duta dan juga Delegasi dalam kegiatan Forum IYC. Duta adalah anak muda yang mewakili provinsi dari daerah dimana ia berdomisili. Duta akan dipilih dan diberangkatkan ke Jakarta secara gratis untuk mengikuti rangkaian Forum IYC. Duta akan mendapatkan materi dan memperoleh pembinaan
dalam
mempersiapkan
proyek
sosial
sebagai
bentuk
kontribusinya untuk provinsi yang ia wakilkan, dimana proyek yang telah ia gagas wajib dilaksanakan.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
57
Gambar 3.5 Suasana Workshop pada Forum IYC 2012 Sumber: Dokumentasi IYC 2012
Sedangkan Delegasi adalah anak muda perwakilan daerah yang datang mewakilkan provinsi-nya dengan biaya membayar biaya pendaftaran yang telah ditentukan untuk keperluan akomodasi, penginapan dan makan selama ia berada di Jakarta. Namun, berbeda dengan Duta yang wajib melaksanakan proyek sosialnya, Delegasi tidak secara khusus diwajibkan melaksanakan proyek bagi daerah nya setelah Forum IYC, namun ia tetap mendapatkan materi pelatihan yang sama untuk mempersiapkan dirinya untuk berkontribusi bagi daerahnya.
Gambar 3.6 Duta dan Delegasi IYC 2012 pada Forum IYC 2012 Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
58
b. Festival Festival merupakan rangkaian kegiatan berisi seminar, expo komunitas dan malam pertunjukan yang kesemuanya terubuka untuk publik dengan membayar tiket masuk Festival. -
Seminar Seminar terdiri dari 14 topik dimana 10 di antaranya merupakan
pengembangan dari topik seminar pada Festival IYC 2010, yaitu pendidikan, diplomasi, sudut pembaharuan, media, anti-korupsi, gerakan pemuda, lingkungan, kewirausahaan, dan politik. Empat topik yang baru adalah kreativitas, teknologi, olahraga, dan surprise session. Pada seminar, pengunjung bebas memilih sesi seminar mana yang ingin mereka ikuti dengan membeli tiket masuk, apakah ia ingin mengikuti salah satu sesi saja atau lebih dari satu sesi sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh panitia.
Gambar 3.7 Suasana dalam salah satu sesi Seminar IYC 2011 Sumber: Dokumentasi IYC 2011
-
Expo Komunitas Merupakan kegiatan bazaar dari beragam komunitas dari pelosok
Indonesia. Expo komunitas juga berujuan untuk mengenalkan dan saling menghubungkan antara komunitas satu dengan lainnya sehingga dari mereka yang tadinya tidak saling mengetahui aktivitas komunitas X di daerah misalnya, menjadi tahu bentuk aktivitas komunitas tersebut seperti apa dan bagaimana jika ingin bersinergi bersama. Pada komunitas mereka Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
59
juga bebas untuk mengkampanyekan gerakannya, berjualan merchandise dan menjaring anggota baru dari pengunjung IYC.
Gambar 3.8 Pengunjung pada Expo Komunitas IYC 2013 Sumber: Dokumentasi IYC 2013
-
Malam Pertunjukan Sesi seminar berjalan seharian penuh sejak pukul 10.00 WIB hingga
pukul 18.00 yang keseluruhannya terpecah menjadi berbagai sesi seminar tersebut. Setelah seharian penuh mereka beraktivitas di dalam ruangan, berdiskusi dan mendapat penglaman serta pemahaman mengenai minatnya, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan malam pertunjukan sebagai penghubung pada acara puncak, yakni malam penutupan IYC. Malam pertunjukan diisi dengan berbagai pertunjukan seni baik tradisional maupun modern yang dipersembahkan oleh berbagai komunitas maupun penggiat seni di tanah air. Malam pertunjukan juga bertujuan untuk mengingatkan dan memperkaya pengetahuan kepada para pengunjung, yakni anak muda untuk mencintai budaya dan seni Indonesia namun tetap dapat seimbang dengan berdampingan bersama kesenian di era modern saat ini. Festival IYC memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Berperan sebagai wadah bagi anak muda Indonesia untuk
memperluas wawasan dan menginspirasi mereka.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
60
2. Berperan sebagai sekolah, yaitu dengan menyelenggarakan
seminar, lokakarya, dan sesi diskusi mengenai isu-isu terkini melalui sudut pandang yang berbeda. 3. Berperan sebagai jembatan yang menghubungkan anak muda dari
berbagai penjuru negeri untuk memperkuat simpati dan empati mereka, yang penting dalam menciptakan kepekaan dan hasil yang positif. 4. Berperan sebagai megaphone, yaitu memperbesar informasi
mengenai prestasi anak muda dengan menghubungkannya kepada media.
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Suasana dalam Malam Pertunjukan IYC 2012 Sumber: Dokumentasi IYC 2012
3.2.4 Kepanitiaan dalam IYC 1. Divisi Seminar Divisi Seminar adalah suatu tim khusus dari kepanitian Festival Indonesian Youth Conference yang berfokus pada pelaksanaan sesi seminar. Divisi Seminar berisi pemuda dan pemudi warga negara Indonesia yang berusia antara 15-24 tahun dan rata-rata masih merupakan siswa SMA ataupun mahasiswa perguruan tinggi. Divisi Seminar terbagi menjadi dua tim, yaitu tim inti divisi Seminar dan tim relawan. Tim inti divisi Seminar adalah sekelompok orang yang secara sukarela dan berkesinambungan bekerja dari masa persiapan hingga selesainya semua rangkaian acara Festival Indonesian Youth Conference, dari rapat rutin kepanitian, Pre-Event PITSTOP, IYC Camp, hingga acara puncak Festival Indonesian Youth Conference. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
61
Sedangkan tim relawan adalah sekelompok orang yang secara sukarela bekerja hanya pada hari pelaksanaan Festival Indonesian Youth Conference, karena memang dibutuhkan cukup banyak sumber daya manusia pada hari pelaksanaan. Tim relawan ini terbagi lagi menjadi Liaison Officer (LO), Person In Command (PIC) Ruangan, dan notulen. Secara garis besar, masa kerja divisi Seminar terbagi menjadi dua, yaitu: masa persiapan dan masa pelaksanaan. Pada masa persiapan, divisi Seminar pertama-tama menentukan tema-tema apa saja yang akan diangkat, setelah memperoleh tema tersebut, kemudian divisi Seminar mengumpulkan data-data mengenai orang-orang yang mempunyai kompetensi dalam tema yang akan diangkat itu. Setelah mendapatkan nama-nama orang yang memenuhi kompetensi tadi, barulah divisi Seminar mengundang orang tersebut untuk menjadi pembicara ataupun moderator. Selain itu pada masa persiapan ini, divisi Seminar juga menyiapkan dokumendokumen dan fasilitas-fasilitas yang nantinya akan dipergunakan saat sesi seminar pada hari pelaksanaan. Kemudian pada masa pelaksanaan, tim inti divisi Seminar yang dibantu tim relawan melaksanakan masing-masing tugasnya agar sesi seminar dapat terlaksana tepat waktu dan sesuai dengan rencana-rencana yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam upaya melaksanakan sesi seminar ini, banyak hal yang harus diperhatikan dan banyak pertimbangan yang harus dilakukan agar sesi seminar yang akan diadakan ini dapat terbebas dari kepentingan pribadi maupun golongan-golongan di luar tujuan dan dasar-dasar pemikiran diadakannya acara ini. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Seminar bertanggung jawab langsung kepada Project Officer (PO) Indonesian Youth Conference (IYC). Selain itu divisi Seminar pun juga berkaitan dengan divisi-divisi lain di dalam kepanitiaan IYC ini, seperti divisi: 1) Konsumsi, dalam hal pengadaan konsumsi untuk pembicara dan moderator.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
62
2) Transportasi, dalam hal pengaturan jadwal antar-jemput pembicara dan moderator (jika pembicara dan moderator membutuhkan). 3) Akomodasi, dalam hal penempatan ruang tunggu, ruang makan, parkir kendaraan, serta jalur masuk mana yang digunakan oleh pembicara dan moderator. 4) Logistik, dalam hal pengadaan barang-barang yang dibutuhkan pada sesi seminar. 5) Komunikasi, dalam hal materi-materi publikasi yang dibutuhkan dari divisi Seminar. 6) Dokumentasi, dalam hal pendokumentasian setiap sesi seminar dan pembuatan video testimoni dari para pembicara. 7) Sponsor, dalam hal pengalokasian waktu dan tempat sesi sponsor dalam Rundown acara. 8) Artistik, dalam hal pemberian materi yang dibutuhkan untuk pembuatan Program Book IYC dan materi seminar yang ditampilkan di situs www.indonesianyouth.org 9) Pertiketan, dalam hal pengaturan kuota ruangan untuk setiap sesi seminar. B. Wewenang Wewenang dari divisi seminar adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tema dan topik seminar 2) Menentukan format seminar 3) Menentukan durasi seminar 4) Menentukan jumlah sesi seminar 5) Menentukan pembicara dan moderator seminar 6) Mengumpulkan profil pembicara dan moderator seminar 7) Mengumpulkan materi pembicara seminar 8) Mengumpulkan testimoni dari pembicara dan moderator seminar 9) Mengumpulkan hasil notulensi tiap sesi seminar
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
63
C. Tugas Tugas utama dari divisi Seminar adalah mendesain dan merealisasikan sesi-sesi seminar dalam Festival IYC, dimana dalam sesi seminar tersebut pembahasan atau isu-isu yang diangkat harus sesuai dengan isu-isu yang berkembang di Indonesia khususnya di kalangan pemuda. Dan, pembicara-pembicara yang mengisi dalam sesi seminar tersebut harus mempunyai kompentesi pada bidangnya masing-masing dan dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi anak-anak muda Indonesia untuk beraksi positif bagi bangsa dan negaranya. 2. Divisi Sponsorship Divisi Sponsorship merupakan divisi yang bertanggung jawab atas pendanaan sepanjang rangkaian Indonesian Youth Conference, dimulai dari roadshow¸ pitstop, hingga IYC. Pada IYC, divisi sponsorship bertanggung jawab atas hak para sponsor yang tercantum pada kontraprestasi. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Sponsorship berada sejajar dengan divisi lainnya dalam struktur kepanitiaan IYC. Divisi sponsorship bertanggung jawab dalam hal pendanaan di sepanjang rangkaian acara IYC, mulai dari roadshow, pitstop hingga hari H IYC. Divisi Sponsorship berhubungan langsung dengan seluruh divisi. B. Wewenang Wewenang divisi sponsorship adalah melakukan pengajuan kepada calon sponsor pelaksanaan festival IYC. Wewenang mengatur masuk dan keluarnya uang terkait sponsor IYC. C. Tugas Divisi sponsorship bertanggung jawab untuk pendanaan sepanjang rangkaian acara Festival IYC. Pada Festival, bertanggung jawab atas hak para perusahaan/sponsor yang tercantum di kontraprestasi. Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Divisi Sponsor 1) Membuat sistematika pengajuan kerja sama calon sponsor IYC Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
64
2) Menentukan budgeting divisi Sponsorship 3) Melakukan koordinasi dengan divisi lain terkait pendaan kegiatan Festival IYC B. Job Description Anggota Divisi Sponsor Melakukan pengajuan kerja sama calon sponsor IYC hingga akhirnya sepakat antara kedua belah pihak 3. Divisi Komunikasi Divisi Komunikasi adalah salah satu tim dari kepanitiaan Indonesian Youth Conference yang memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian acara. Divisi Komunikasi terdiri dari beberapa anak muda Indonesia yang berusia antara 17-25 tahun yang masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa perguruan tinggi. Divisi Komunikasi terbagi menjadi tim, yaitu tim inti Divisi Komunikasi dan tim relawan. Tim inti Divisi Komunikasi adalah sekeompok anak muda yang dengan sukarela dan berkesinambungan bekerja dari masa persiapan hingga hari penyelenggaraan Indonesian Youth Conference. Sedangkan tim relawan adalah sekelompok anak muda yang dengan sukarela memberikan tenaganya untuk membantu pelaksanaan Festival Indonesian Youth Conference. Secara garis besar, pekerjaan Divisi Komunikasi adalah menyebarluaskan seluruh informasi pelaksanaan Indonesian Youth Conference. Pekerjaan ini terbagi menjadi
dua
masa,
yaitu
masa
penyebarluasan
informasi,
dan
masa
pendokumentasian langsung saat pelaksanaan Festival Indonesian Youth Conference. Pada masa penyebarluasan informasi atau promosi, Divisi Komunikasi berusaha untuk menyampaikan berbagai informasi mengenai penyelenggaraan Festival Indonesian Youth Conference, informasi yang disebarluaskan dilakukan secara berkala, dan jenis informasi yang disebarluaskan juga berbeda-beda. Setiap periode tertentu dalam kepengurusan, Divisi Komunikasi
membuat
rancangan
konten
penyebarluasan
informasi.
Penyebarluasan informasi dilakukan melalui media sosial, dan pre-event Festival Indonesian Youth Conference yang berupa IYC Pitstop dan IYC Roadshow. Dalam melaksanakan pekerjaan Divisi Komunikasi, diperlukan konsistensi dan kegigihan untuk secara terus menerus menyampaikan informasi mengenai Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
65
Festival Indonesian Youth Conference dari waktu ke waktu dengan berbagai jenis konten, dan kemudian memenuhi kebutuhan audience terhadap informasi mengenai Indonesian Youth Conference. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Komunikasi bertanggungjawab atas seluruh media sosial IYC beserta kontennya. dan berkaitan dengan divisi: 1) Media: bekerjasama terhadap konten dari media maupun konten kerjasama yang masu ke iyc untuk dipublikasikan ke social media iyc, dan bertanggungjawab terhadap konten iyc yang masuk ke media. 2) Akomodasi: bekerjasama dalam menentukan venue pitstop & roadshow 3) Logistik: kerjasama pitstop & roadshow, dan alat hari-H festival 4) Konsumsi: Pitstop 5) Artistik: bekerjasama dalam menyediakan desain visual untuk materi promosi 6) Pertunjukan: bekerjasama dalam mencari pengisi acara pitstop 7) Transportas: Pitstop 8) Seminar: mencari pembicara pitstop, bekerjasama dalam merumuskan konten materi, topik, dan pebicara seminar IYC B. Wewenang 1) Divisi Komunikasi memiliki wewenang terhadap penyelenggaraan preevent IYC dan seluruh konten media sosial IYC. C. Tugas 1) Menyelenggarakan pre-event menuju IYC. a) Penanggung jawab IYC Pitstop Vol. 4 b) Penanggung jawab IYC Ptstop Vol. 5 c) Penanggung jawab IYC Roadshow ke Sekolah d) Divisi Komunikasi bertanggung jawab untuk membuat konsep Pitstop, mencari dan
membuat
kerjasama
dengan venue,
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
66
menentukan tanggal, mengundang dan membuat kerjasama dengan pengisi acara Pitstop. 2) Bertanggung jawab terhadap seluruh media sosial IYC a) Admin akun Twitter @IndonesianYouth b) Admin Facebook resmi Indonesian Youth Conference (IYC) c) Admin Google+ resmi IYC d) Admin Tumblr resmi IYC e) Admin mindtalk resmi IYC f) Admin website IYC (www.indonesianyouth.org) g) Membalas email yang masuk dari website IYC h) Promosi Festival IYC i) Promosi direct selling tiket Festival IYC 4. Divisi Relasi Media Divisi Relasi media adalah divisi yang bertugas untuk menyampaikan atau mempublikasikan segala macam bentuk informasi terkait dengan penyelenggaraan acara Indonesian Youth Conference melalui media massa. Adapun ranah pekerjaan divisi media adalah mengajak kerjasama dengan media berita yang dapat mengamplifikasi berita atau pesan dari acara Indonesian Youth Conference. Selain itu dari divisi Relasi media juga memiliki inisiatif untuk menyebarkan Rilis Pres ke semua kontak media yang kami miliki, baik yang memiliki ikatan kerjasama maupun yang tidak. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Media Relasi bertanggung jawab atas segala bentuk kerjasama dengan pihak ketiga yakni media massa, yang akan membantu acara Indonesian Youth Conference untuk menyebarkan segala informasi terkait dengan penyelenggaraan acara tersebut. B. Wewenang Wewenang yang diberikan kepada seluruh anggota Divisi Media Relasi Indonesian Youth Conference adalah kuasa untuk mebuat perjanjian kerjasama yang sah dimata hukum dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
67
menyebarkan informasi dalam bentuk apapun yang ditujukan kepada masyarakat khalayak luas. Tidak ada batasan pihak manapun yang dapat atau tidak dapat melakukan kerjasama dengan pihak Indonesian Youth Conference, selama berdasarkan pandangan dan pertimbangan dari seluruh anggota divisi relasi media masih bisa di pertanggungjawabkan maka keputusan tersebut masih valid. C. Tugas Tugas-tugas dari seluruh anggota divisi Relasi Media adalah membuat kesepakatan kerjasama dengan pihak-pihak terkait yakni media massa untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat luas agar tercapainya target-target dan tujuan yang dinginkan oleh pihak Indonesian Youth Conference sebelumnya. 5. Divisi Pertunjukan Divisi Pertunjukan memiliki tujuan sebagai gambaran umum divisi, yaitu : 1. Memfasilitasi jalannya rangkaian acara,mulai dari mencari venue, pengisi acara, dan MC. 2. Mengemas acara semenarik mungkin agar memenuhi ekspektasi penonton, serta menciptakan sebuah acara musik yang berkualitas dan memorable. 3. Mengatur jalannya acara agar acara sesuai dengan ide dan tema. 4. Membuat rundown acara yang jelas, yang berfungsi sebagai gambaran rangkaian acara. 5. Segala kemajuan yang dicapai, serta halangan halangan yang akan ditemui akan dilaporkan kepada Project Officer.
6.
Divisi Logistik Divisi Logistik adalah suatu tim khusus dari kepanitian Festival Indonesian Youth
Conference yang berfokus pada perlengkapan dan segala hal yang bersifat teknis pada hari pelaksaan. Divisi Logisitk berisi pemuda warga negara Indonesia yang berusia antara 17-24 tahun dan rata-rata masih merupakan siswa SMA ataupun mahasiswa perguruan tinggi. Divisi Logistik terbagi menjadi dua tim, yaitu tim inti divisi Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
68
Logistik dan tim relawan. Tim inti divisi Logistik adalah sekelompok orang yang secara sukarela dan berkesinambungan bekerja dari masa persiapan hingga selesainya semua rangkaian acara Festival Indonesian Youth Conference, dari rapat rutin kepanitian, Pre-Event PITSTOP, IYC Camp, hingga acara puncak Festival Indonesian Youth Conference. Sedangkan tim relawan adalah sekelompok orang yang secara sukarela bekerja hanya pada hari pelaksanaan Festival Indonesian Youth Conference, karena memang dibutuhkan cukup banyak sumber daya manusia pada hari pelaksanaan ini. Secara garis besar, masa kerja divisi Logistik terbagi menjadi dua, yaitu: masa persiapan dan masa pelaksanaan. Pada masa persiapan, divisi Logistik pertama-tama melakuakan pendataan semua kebutuhan kebutuhan yang diperlukan pada hari pelaksanaan. Setelah itu, divisi Logistik melakuakn persiapan apa yang dibutuhkan, misalnya, pembagian ruangan, alur peserta, alur pengisi acara, kebutuhan panitia dan keamanan. Kemudian pada masa pelaksanaan, tim inti divisi Logistik yang dibantu tim relawan melaksanakan masing-masing tugasnya agar kegiatan berlangsung sesuai dengan apa yang telah dipersiapkan sebelumnya. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Logistik bertanggung jawab langsung kepada Project Officer (PO) Festival Indonesian Youth Conference (IYC). Selain itu divisi Logistik pun juga berkaitan dengan divisi-divisi lain di dalam kepanitiaan IYC ini, seperti divisi: 1) Konsumsi, dalam hal penyediaan tempat makan peserta, pengisi acara dan panitia. 2) Transportasi, dalam hal penyediaan ruang atau tempat naik/ turunnya pengisi acara. 3) Akomodasi, dalam hal penempatan ruang tunggu, ruang makan, parkir kendaraan, serta jalur masuk mana yang digunakan oleh pembicara dan moderator. 4) Seminar, dalam hal penempatan ruang seminar, pengadaan barangbarang yang dibutuhkan pada sesi Logistik. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
69
5) Komunikasi, dalam hal penempatan registrasi media 6) Dokumentasi, penempatan ruang pengambilan gambar. 7) Sponsor, dalam hal pengalokasian apa yang telah menjadi kesepakatan antara Divisi Sponsor dengan pihak Sponsor, semisal pengadaan barang dan sejenisnya 8) Artistik, dalam hal merubah materi yang telah di desigm oleh divisi Artisktik dalam bentuk soft copy kedalam bentuk fisik, misalkan sertifikat, banner, dan sejenisnya 9) Pertiketan, dalam hal pengaturan kuota pengaturan alur peserta dan kapasitas setiap ruangan yang akan digunakan dalam sesi seminar. 10) Expo, dalam halam pembagian jumlah booth dan kelistrikan yang akan digunakan pada hari pelaksanaan. Pertunjukan, dalam hal pembagian ruangan artis, tata panggung, kelistrikan, tata cahaya, tata suara. B. Wewenang Wewenang dari divisi logistic adalah sebagai berikut: 1) Menentukan vendor mana yang akan dipilih. 2) Menentukan bahan apa yang akan dipakai dalam produksi barang. C. Tugas Tugas utama dari divisi Logistik adalah merealisasikan seluruh kebutuhan kebutuhan yang bersifat teknis di lapangan dalam Festival IYC, dimana kebutuhan kebutuhan teknis tersebut adalah seperti, pembagian ruangan, alur peseta, kebutuhan berupa barang barang yang dibutuhkan selama kegiatan berlangsung, baik kebutuhan panitia, peserta dan pengisi acara. Tetapi, pada dasarnya, karena Divisi Logistik itu sendiri adalah yang bertanggung jawab terhadap hal hal teknis yang terjadi dilapangan, bisa dikatakan tidak ada jobdesk khusus yang harus dikerjakan oleh anggota tertentu, tanpa harus menunggu orang lain untuk mengerjakan Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Divisi Logistik 1)
Bertanggungjawab atas terlaksananya kinerja Logistik dari masa persiapan sampai berakhirnya acara IYC Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
70
2) Membuat pembagian kerja kepada anggotanya. 3)
Melakukan perekrutan setiap anggota divisi Logistik.
4) Bertanggungjawab atas absensi dan kinerja setiap anggota divisi Logistik. B. Job Description Anggota Divisi Logistik 1) Melengkapi seluruh kebutuhan yang akan dibutuhkan pada hari pelaksanaan. 2) Koordinasi dengan Divisi lain perihal kebutuhan itu. C. Tahapan-tahapan kerja logistik 1. Tahapan Perencanaan a) Membuat Job description untuk seluruh anggota divisi b) Mempersiapkan pitstop dan roadshow c) Melakukan pendataan barang/ kebutuhan yang diperlukan d) Mencari vendor e) Memproduksi barang f) Melakukan seleksi anggota voulunteer 2. H-1 Festival IYC : a) Memastikan seluruh ruang sudah terbagi sebagaimana mestinya. b) Memastikan seluruh kelengkapan sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan c) Memastikan seluruh kelengkapan dari divisi lain sudah lengkap d) Memastikan seluruh ruangan dalam kondisi siap digunakan e) Memastikan seluruh lokasi acara dalam kondisi siap digunakan f)
Memastikan alur peserta siap digunakan
3. Hari H Festival IYC: a) Mengontrol seluruh hal yang berhubungan dengan divisi logistic berjalan dengan baik b) Selalu siap dalam kondisi apapun terhadap apapun yang dibutuhkan dalam pengadaan kelengkapan pendukung acara c) Mengatur alur peserta d) Memeriksa barang bawaan peserta e) Bekerja sama dengan pihak keamanan setempat dalam proses pengamanan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
71
f)
Memastikan seluruh kelengkapan berjalan dengan baik sebagai mana mestinya
7. Divisi Artistik Divisi Artistik merupakan divisi yang bertanggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan desain dalam rangkaian acara Festival Indonesian Youth Conference, dimulai dari roadshow, pitstop, hingga Festival IYC. Divisi Artistik lebih banyak berkerja sebelum hari H Festival IYC, dimana Divisi Artistik menyiapkan segala pernak-pernik desain yang dibutuhkan, seperti Desain Proposal, Poster, Banner, Program Book, Sertifikat, ID Card, Blogtools, Merchandise, dan masih banyak lagi. Disamping itu, Divisi Artistik juga bertanggung jawab atas desain yang dibutuhkan oleh media yang bekerja sama dengan IYC seperti Web Banner. A. Status Divisi Artistik berada sejajar dengan divisi lainnya dalam struktur kepanitiaan IYC. Divisi Artistik bertangung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan desain dalam rangkaian acara Indonesian Youth Conference, dimulai dari roadshow, pitstop, hingga IYC. Dalam masa kerjanya, divisi artistik berhubungan langsung dengan Ketua, Divisi Seminar, Divisi Sponsorship, Divisi Logistik, Divisi Expo, Divisi Media, Divisi Pertunjukan dan Divisi Dokumentasi. B. Wewenang Wewenang divisi artistik adalah menentukan desain apa saja yang akan dikeluarkan dan dibutuhkan dalam serangkaian acara IYC (termasuk roadshow dan IYC PITSTOP). Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Artistik 1) Membuat sistematika pembagian tugas Divisi Artistik 2) Membuat timeline kerja 3) Mengawasi flow tugas Divisi Artistik B. Job Description Anggota Divisi Artistik Membantu menjalankan tugas desain Divisi Artistik
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
72
8. Divisi Ticketing Divisi tiket adalah salah satu bagian dari kepanitiaan Indonesian Youth Conference yang memiliki tugas antara lain; sebelum acara : mendata pembeli tiket (selanjutnya peserta); saat acara : bertanggung jawab saat penukaran tiket dan pembagian goodie bag, doorcheck, dan pembagian sertifikat kepada peserta. Deskripsi Kerja A. Status Dalam prosesnya menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepada divisi tiket, koordinator dan staff di dalam divisi ini bekerja sama dengan berbagai divisi, antara lain: 1) Divisi komunikasi Divisi tiket membuat materi publikasi yang kemudian disempurnakan dan dipublikasikan melalui media sosial dan website oleh divisi komunikasi 2) Divisi artistik Divisi tiket membuat diagram alur pembelian tiket yang kemudian di desain secara menarik oleh divisi artistik. 3) Divisi logistik Berkoordinasi terkait dengan produksi goodiebag dan sertifikat. 4) Divisi seminar dan akomodasi Bekerjasama dalam penentuan penempatan ruangan seminar, pembicara, dan jumlah peserta. 5) Divisi Konsumsi Berkoordinasi terkait dengan banyaknya makanan yang disediakan dengan jumlah peserta yang hadir. B. Wewenang Divisi tiket memiliki wewenang penuh terhadap hal-hal yang terkait dengan persiapan, penjualan, hingga pendistribusian tiket kepada masingmasing peserta. C. Tugas 1) Sebagai contact person tiket 2) Mendata data diri peserta beserta sesi pilihannya Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
73
3) Membuat artikel publikasi terkait dengan tiket 4) Membuat diagram alur pembelian tiket 5) Menentukan dan bertanggung jawab pada proses penukaran tiket 6) Mendistribusi sertifikat kepada peserta Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Kordinator Divisi Ticketing 1) Mengkoordinir dan bertanggung jawab akan segala hal yang terkait langsung dan tidak langsung dengan tiket dan peserta seperti : a) Menyediakan sarana bagi peserta untuk bertanya mengenai tiket dan hal-hal yang terkait dengan Indonesian Youth Conference melalui twitter, SMS, telepon, dan email. b) Menentukan alur penjualan tiket hingga peserta mendapatkan tiket fisik. c) Mengevaluasi proses penjualan tiket setiap minggunya. B. Job Description Anggota Divisi Ticketing 1) Mendata peserta baik data diri hingga penempatan peserta dalam sesisesi yang dipilih 2) Mengkoordinir volunteer 9. Divisi Dokumentasi Tugas pokok dari Divisi Dokumentasi yaitu adalah mendokumentasikan serangkaian kegiatan IYC dalam bentuk foto dan video, dimulai dari terbentuknya kepanitiaan IYC sampai acara hari H selesai dilaksanakan. Disamping itu, Divisi Dokumentasi juga membantu IYC untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan sebelum hari H dan juga kegiatan hari H demi membantu penjualan tiket IYC, juga sebagai branding dari IYC itu sendiri. Deskripsi Kerja A. Status Divisi
Dokumentasi
bertanggung
jawab
pada
Divisi
Media
(mendokumentasikan kerjasama media), Divisi Komunikasi (mengatur jadwal peluncuran setiap hasil dokumentasi pada akun sosial media), dan Ketua IYC.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
74
B. Wewenang Divisi Dokumentasi berhak menggunakan perlengkapan atau peralatan apa saja yang dapat menghasilkan dokumentasi yang memuaskan. C. Tugas Mendokumentasikan
kegiataan
dan
kepanitiaan
IYC
juga
mempromosikan IYC. 10. Divisi Expo dan Artspace Divisi Expo adalah divisi yang bertanggung jawab atas urusan IYC dalam masalah expo komunitas, expo sponsorship, expo media dan juga expo tenant makanan. Selain masalah expo, divisi expo juga bertanggung jawab atas pameran seni Artspace yang diadakan di Festival IYC sama seperti dengan tahun 2012. Sehingga mulai dari pengumpulan karya sampai dengan akhirnya mendapatkan karya yang siap dipajang untuk pameran seni Artspace adalah tanggung jawab divisi expo. Deskripsi Kerja A. Koordinator Expo 1) Menentukan SDM untuk dijadikan staf divisi expo. 2) Menentukan job descricption untuk coordinator. 3) Menentukan job descricption untuk staff. 4) Memastikan pekerjaan kordinator dan staf supaya tidak telat deadline 5) Mengkoreksi pekerjaan kordinator dan staf agar tidak salah. 6) Menentukan SDM untuk dijadikan volunteer divisi expo. 7) Menentukan jobdesc untuk volunteer di hari H. B. Staf Expo 1) Mengerjakan job descricption yang sudah ditentukan oleh koordinator. 2) Mengkoreksi pekerjaan kordinator dan staf agar tidak salah. C. Volunteer Expo 1) Mengerjakan job descricption yang sudah ditentukan kordinator saat hari H. 2) Membantu volunteer lain apabila dibutuhkan. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
75
Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Divisi Expo dan Artspace 1) Menentukan area expo di venue festival IYC. 2) Menentukan jumlah booth untuk expo festival IYC 3) Membantu staff expo untuk menentukan komunitas yang diundang. 4) Memastikan staff expo mendapatkan komunitas yang diundang. 5) Menentukan area artspace di venue festival IYC. 6) Menentukan jumlah karya yang akan dipasang pada artspace. 7) Membuka pendaftaran „Open Submission‟ artspace 8) Melakukan kurasi kepada seluruh peserta „Open Submission‟ artspace. 9) Melakukan pemasangan ke 32 karya yang telah lolos kurasi (list karya terlampir). 10) Memonitor area expo dan artspace saat hari H agar berjalan dengan lancar. B. Job Description Staff Divisi Expo dan Artspace 1) Mengumpulkan contact person komunitas untuk diapproach. 2) Melakukan pendekatan ke komunitas melalui email dan telfon 3) Follow up komunitas yang sudah dikontak 4) Melakukan MoU dengan komunitas yang sudah deal 5) Melakukan plotting booth untuk expo. 6) Memonitor area expo dan artspace saat hari H agar berjalan dengan lancar. C. Job Description Volunteer Expo dan Artspace 1) Membantu loading in dan out barang untuk kebutuhan booth (komunitas, sponsorship, media dan konsumsi). 2) Memastikan semua logistic yang dibutuhkan booth. 3) Menjaga expo booth saat festival IYC sedang berlangsung. 4) Membantu loading in dan out panel yang akan digunakan artspace. 5) Memastikan logistik yang dibutuhkan untuk artspace. 6) Membantu artis untuk memajang karya artspace. 7) Menjaga area artspace saat festival IYC sedang berlangsung. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
76
11. Divisi Transportasi Divisi Transportasi merupakan divisi yang bertanggung jawab atas tranportasi bagi pembicara dan performer sepanjang rangkaian acara Indonesian Youth Conference, dimulai dari roadshow¸ pitstop, hingga hari H IYC. Pada hari pelaksanaan, divisi transportasi bertugas untuk melakukan antar jemput bagi pembicara, moderator dan performer. Deskripsi Kerja A. Status Divisi Transportasi berada sejajar dengan divisi lainnya dalam struktur kepanitiaan IYC . Divisi transportsi bertanggung jawab dalam hal antar jemput pembicara, moderator dan performer di sepanjang rangkaian acara IYC, mulai dari roadshow, pitstop hingga IYC. Divisi Transportasi berhubungan langsung dengan ketua, bendahara, divisi pertunjukan, divisi seminar. B. Wewenang Wewenang divisi transportasi adalah melakukan antar jemput dan menolak apabila tidak ada kepastian ataupun jarak yang terlalu jauh sehingga mengganggu time schedule divisi transportasi. C. Tugas Divisi transportasi bertanggung jawab untuk antar jemput pembicara, moderator dan performer di sepanjang rangkaian acara IYC, mulai dari roadshow, pitstop hingga hari H.
Pada hari H, divisi transportasi
bertugas untuk antar jemput pembicara, moderator dan performer Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Divisi Transportasi 1) Membuat sistematika antar jemput pembicara, moderator dan performer 2) Menentukan budgeting divisi Transportasi 3) Melakukan antar jemput pembicara, moderator dan performer B. Job Description Anggota Divisi Transportasi Melakukan antar jemput pembicara, moderator dan performer. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
77
12. Divisi Akomodasi Bertanggung jawab terhadap tempat acara baik Main Event maupun Pre Event IYC. Deskripsi Kerja A. Status Berkaitan dengan divisi Eksekutif, Komunikasi, dan Transportasi. B. Tugas 1) Bertanggung jawab terhadap tempat acara baik Main Event maupun Pre Event IYC. Mencari tempat acara yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan berikut: a) Tanggal dan waktu acara b) Kapasitas tempat c) Harga (free untuk Pre event) d) Konsumsi e) Sound f) Listrik g) Kursi dan meja 2) Approaching ke venue acara (Upper Room) via email, via telepon yang dilakukan oleh Staf 3) Follow up venue yang dilakukan oleh Koordinator bersama staf. 13. Divisi Konsumsi Divisi Konsumsi merupakan divisi yang bertanggung jawab atas sistem konsumsi dan mekanisme penyediaan konsumsi sepanjang rangkaian acara Festival Indonesian Youth Conference, dimulai dari roadshow¸ pitstop, hingga IYC. Pada IYC, divisi konsumsi bertugas untuk mengatur flow pembagian konsumsi kepada peserta, pembicara, moderator, MC, pengisi acara, peserta Artspace, peserta Expo, panitia, volunteer dan crew yang bertugas. Deskripsi Kerja A. Status Divisi konsumsi berada sejajar dengan divisi lainnya dalam struktur kepanitiaan IYC. Divisi konsumsi bertanggung jawab dalam penyediaan kebutuhan konsumsi di sepanjang rangkaian acara IYC, mulai dari Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
78
roadshow, pitstop hingga hari pelaksanaan. Divisi konsumsi berhubungan langsung dengan ketua, bendahara, divisi pertunjukan, divisi Expo dan divisi artistik. B. Wewenang Wewenang divisi konsumsi adalah menentukan apa saja dan dari mana saja supply konsumsi bagi para divisi yang membutuhkan C. Tugas Divisi konsumsi bertanggung jawab dalam penyediaan kebutuhan konsumsi di sepanjang rangkaian acara IYC, mulai dari roadshow, pitstop hingga hari pelaksanaan.
Pada IYC, divisi konsumsi bertugas untuk
mengatur flow pembagian konsumsi kepada peserta, pembicara, moderator, MC, pengisi acara, peserta Artspace, peserta Expo, panitia, volunteer dan crew yang bertugas. Pembagian Sistem Kerja A. Job Description Koordinator Divisi Konsumsi 1) Membuat sistematika pembagian konsumsi. 2) Menentukan daftar konsumsi bagi peserta, pembicara, MC, moderator, pengisi acara, peserta Expo, peserta Artspace, panitia, vounteer dan crew. 3) Mengawasi flow sistematika konsumi sepanjang rangkaian acara 4) Membuat arus keuangan dalam divisi konsumsi. B. Job Description Anggota Divisi Konsumsi 1) Membantu operasional sistematika konsumsi pada acara IYC, seperti supply makanan untuk peserta, pembicara, MC, moderator, pengisi acara, peserta Expo, peserta Artspace, panitia, vounteer dan crew. 2) Membantu pembelian konsumsi untuk panitia, crew dan volunteer. 3) Membantu pembelian riders untuk pengisi acara.
3.3
Program Ngobrolin Ide Ngobrolin Ide atau yang disingkat Ngode adalah sebuah program dari Sinergi Muda yang dilaksanakan setiap bulan. Ngode merupakan diskusi publik yang Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
79
akan mengangkat topik-topik hangat dari kalangan anak muda. Ngode terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya.
Gambar 3.11 Logo Program Ngobrolin Ide Program ini bertujuan untuk meningkatkan kepekaan anak muda terhadap isuisu hangat di Indonesia dan mengajak anak muda Indonesia untuk berdiskusi dan berpikir kritis. Ngobrolin Ide juga merupakan program pengembangan dari sesi seminar IYC. Diadakan tiap 2 (dua) bulan sekali dan tidak dibatasi durasi diskusi. 3.4
Program Peta Muda Peta Muda adalah kumpulan basis data gerakan dan komunitas anak muda di Indonesia yang dikurasi oleh tim Sinergi Muda. Selain database, Peta Muda juga memiliki informasi terbaru mengenai acara anak muda dan artikel perkembangan anak muda terkini di Indonesia.
Gambar 3.12 Logo Program Petamuda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
80
3.5
Program Mudazine Untuk mengenalkan tagline IYC 2010, “Saatnya Suara Kita Didengar!”, pada Agustus 2009 IYC membuat sebuah community blogging bernama Shout!. Shout! bertujuan untuk membantu anak muda dalam menyuarakan aspirasinya melalui penulisan artikel, pengiriman karya seni dan desain, dan diskusi bersama anak muda lainnya. Dalam dua tahun Shout! mendapat lebih dari 600 kiriman artikel/karya dan sekitar 350 di antaranya diterima. Pengguna Shout! juga mencapai lebih dari 2000 anak muda. Shout! di-nonaktif-kan pada awal 2012 untuk mempersiapkan kelahiran Perkumpulan Sinergi Indonesia Muda.
Gambar 3.13 Logo Program Mudazine Pada awal 2014 Shout! dihidupkan kembali, terpisah dari IYC, dan diberi nama MUDAzine. “Mengenalkan anak muda dengan isu sekitar yang sesuai dengan minat mereka” adalah salah satu misi yang diusung Sinergi Muda. MUDAzine dapat diakses dengan mudah dan diharapkan dapat menjadi media anak muda dalam mempelajari isu yang sedang berkembang di Indonesia. Ada dua berbagai macam tipe anak muda, salah satunya adalah yang kurang cakap dalam mengemukakan gagasannya secara langsung namun mereka dapat mengungkapkannya melalui tulisan. Untuk itu, MUDAZine hadir sebagai medium bagi anak muda golongan tersebut (Agrita, 2014)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
81
3.6
Pola Pendanaan Sinergi Muda sebagai organisasi yang baru berdiri saat ini masih terus melakukan usaha dalam pencarian donor bagi pendanaan program-program yang mereka jalani. Terhitung sejak Desember 2012, Sinergi Muda mendapat dana bantuan melalui HiVos,
sebuah
lembaga
donor
untuk
kegiatan-kegiatan
kemanusiaan
dan
pengembangan kapasitas yang berbasis di Belanda. HiVos Indonesia sendiri bermarkas di Kemang, Jakarta Selatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Sinergi Muda periode 2012 – 2014 berikut: “...kebetulan banget sebenarnya waktu itu awal tau HiVos pas panitia IYC 2011 lagi nyari sponsor, tapi HiVos gak mau karna dia gak mau biayain program.. karena emang fokusnya pemberian donor pada organisasi yang concern sama masalah sosial. Ngobrol sana-sini akhirnya, mas Aquino juga akhirnya nanyain juga.. “lo bukannya lagi pada ngurus bikin organisasi? Yaudah nanti kasih ke gue proposalnya, mudah-mudahan bisa dikasih dana buat progam-programnya. Tapi yang bagus ya..” gitu. Yaudah bikin bikin bikin... jadi, presentasi ke HiVos sama mas Aquino, eh goal deh. Kita dapet dana 80 euro buat jalanin program. Karena program baru 1 (IYC) dari situ juga kita „dipaksa‟ untuk merancang program-program lain yang bermanfaat dan ada benang merahnya sama visi-misi IYC” (AW, 24, Mei 2014)
Dana
yang
diberikan
HiVos
tentunya
kemudian
dialokasikan
untuk
pengembangan program-program baru yang dibuat seperti yang telah dijabarkan pada sub bab diatas. Untuk program IYC sendiri, tidak seluruhnya menggunakan dana HiVos, karena program IYC sendiri membentuk kepanitiaan lagi yang didalamnya akan ada divisi yang bertugas mencari dana dan mitra kerjasama. Untuk itu, dana HiVos yang dialokasikan ke program IYC merupakan dana untuk aktivitas pendukung program IYC seperti team-building dan kegiatan pelatihan untuk panitia.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
82
Sinergi Muda melaporkan dana yang terpakai kepada pihak HiVos maksimal 3 (tiga) bulan setelah selesainya berjalannya program melalui laporan pertanggung jawaban dan presentasi pengurus kepada pihak HiVos. 3.7
Proyek Sosial Duta Forum IYC 3.7.1
Forum 2010 1. Sanggar Juara (Valentina Sokoastri Duta Lampung 2010) Sanggar Juara berawal dari sebuah PKM M bidang Pengabdian Masyarakat yang diusung oleh Yuris Aprilia Setiawan, Faris Prianto, Adelia Ruspita, M. Ashraf Asmat, dan Valentina Sokoastri dengan judul “Sanggar Juara untuk Anak-Anak Lingkar Kampus IPB dengan Metode Pendekatan Lingkungan Hidup”. Selama satu tahun lebih program ini berlangsung dengan bantuan dana dari DIKTI sebesar Rp 7.000.000,00 Lepas dari DIKTI, pada tahun 2010, Valentina dkk merasa sayang jika program ini tidak dilanjutkan. Akhirnya Valentina bersama Adelia Ruspita dan Nurul Agmar mengusahakan agar Sanggar Juara tetap berjalan walaupun tidak ada bantuan dana dari donatur. Dengan dibantu oleh HIMASIERA (Himpunan Mahasiwa Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat), Valentina, Nurul, dan Adelia merekrut teman-teman mahasiswa untuk menjadi kakak asuh. Dari 70 orang yang mendaftar, terseleksi sebanyak kurang lebih 40 orang kakak asuh untuk berkontribusi langsung turun mengajar adik-adik.
2. Sekolah Bersama Yuk (Adiyat Yori Rambe, Duta Sulawesi Tenggara 2010) Merupakan program pendidikan-sosial bagi anak-anak kurang mampu yang ada di kota bogor. Kegiatan Sekolah Bersama Yuk terbagi atas 5 (lima) kegiatan pembelajar yaitu; 1.
Pembelajaran Formal yang didalamnya ada matematika, bahasa Inggris, Pendidikan Lingkungan Hidup dan Softskill
2.
Bisnis Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
83
3.
Kepemimpinan
4.
Rekreasi, dan
5.
Peningkatan Nutrisi dan Kesehatan
Gambar 3.14
Gambar 3.15
Kegiatan dalam Sekolah Bersama Yuk Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda
3.7.2
Forum 2012 1. Jakarta Moral Movement (Nadia Ismi Prameswari (19th) delegasi Jakarta 2012) Jakarta Moral Movement (JMM) adalah kegiatan yang mendiskusikan mengenai pentingnya moralitas dari perilaku anak muda bersama dengan generasi muda Jakarta lainnya. Dari pergerakan ini, diharapkan adanya penanaman moralitas dalam individu masing-masing anak muda.
Gambar 3.16
Gambar 3.17
Suasana Froum JMM pada 29 Juni 2013, di Galeri Hadiprana, Kemang Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
84
Roadshow JMM dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2013 pada 10 sekolah terpilih. Terdapat beberapa kota yang ingin bekerja sama dengan Jakarta Moral Movement seperti Jogja, Bandung, Solo, Depok, dan Bekasi. Terdapat beberapa komunitas yang ingin berkolaborasi dengan JMM, contoh : Psikologi Sehat Jakarta, Rumah Bentala, ORCID
2. Rumah Cahaya (Meriny Christina (22 th) Duta Bangka Belitung 2012) Rumah Cahaya adalah wadah dimana pendiri ingin mengajarkan anak muda terutama siswa SMA untuk lebih peduli kepada sekelilingnya sehingga kami menjadikan mereka sebagai kakak cahaya. Untuk adik cahaya, mereka lebih mementingkan anak SD karena masih bisa dididik dari dini mengenai karakter mereka masing-masing. Tujuan awal dari Rumah
Cahaya
sebagai
taman
baca
berubah
menjadi
sekolah
pengembangan diri dengan penggodokan kurikulum yang kami lakukan bersama anggota Babel Bright Future 3. Mini Festival “Aku dan Mimpiku” (Muhammad Ami (21th), Delegasi Kalimantan Timur Mini festival „Aku dan Mimpiku‟ yang mereka angkat sebagai tema acara karena acara yang seperti ini sangat kurang di Kaltim khususnya di Kota Balikpapan. Mereka juga merangkaikan acara dengan menampilkan Art Expo sebagai wadah kreativitas anak muda Kaltim, entertainment (live acoustic), Seminar dan surprise session oleh Pengajar Muda agar impact dari acara ini semakin kena untuk peserta dan semakin memicu mereka untuk meraih mimpi mereka.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
85
Gambar 3.18
Gambar 3.19
Suasana Mini Festival „Aku dan Mimpiku‟ pada 10 September 2012 di Kota Balikpapan Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda
4. Bunga Youth Ambassador (Ari Wirya Dinata Syargawi (19 th) Duta Jambi 2012) Proyek ini bertujuan untuk mensosialisasikan gerakan anti korupsi disekolah-sekolah dan membentuk komunitas anti korupsi yang digalang oleh siswa/i sebagai wahana pendidik anti korupsi dan membuat setiap orang peduli permasalahan sosial yaitu bahaya laten korupsi yang tengah dihadapi bangsa ini. Program pelatihan ini diisi dengan acara diskusi, materi serta nonton bareng film-film anti korupsi yang digarap oleh siswa/I di Kota padang yaitu: SMA Don Bosco, SMAN 3 Kota Padang, SMAN 10 Kota Padang serta film yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi yang berjudul “ Kita Vs Korupsi” (K Vs K)
5. Tahun Iman Paroki (Charles Octoriano (19 th) Duta NTT 2012) Melihat perkembangan lingkungan yang semakin tidak tertata dengan baik, maka dengan inisiatif anak-anak muda kupang, kita sepakat mengadakan
acara
yang bertepatan
dengan
hari
gerejawi
untuk
menjalankan sedikit tindakan mengubah dalam bidang lingkungan hidup. Masyarakat di ajak untuk menanam bibit tanaman di rumah mereka dan di lingkungan gereja memiliki maksud agar umat manusia dapat menjaga dan melestarikan alam yang semakin menjadi tua untuk tetap asri dan nyaman. Bekerjasama dengan Kelompok Kategorial Paroki Santo Yoseph Naikoten sebagai penggerak utama. Pastor Paroki, para Pastor Rekan, Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
86
Dewan Pastoral beserta seluruh umat Paroki Santo Yoseph Naikoten. Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang, Muder dan para suster Congregatio Sancto Volto Gua Lourdes Kupang, Kepala beserta staf Kantor Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Organisasi Himpunan Remaja Mengembangkat Bakat Kota Kupang dan Komunitas Volunter Muda Kota Kupang. Kegiatan berlangsung di Taman Paroki Santo Joseph Naikoten II, Kupang.
6. Sosialisasi Gemar Membaca (Tatianan Dasmasela (16 th) Duta Maluku 2012) Proyek yang saya garap ini mengusung tema Sosialisasi gemar membaca yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca di kalangan anak muda khusunya pelajar di tingkat SMP dan SMA yang sudah mulai memudar akibat pengaruh teknologi informasi dan komunikasi. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi pentingnya membaca kepada peserta sosialisasi serta dampaknya. Lokasi proyek: 1. Nama Gedung : Aula SMA Negeri 5 AMBON Alamat : JL.Wolter Monginsidi , Kelurahan Lateri-AMBON 2. Nama Gedung : Aula SMK-SPP Provinsi MALUKU Alamat : Jl.Wolter Monginsidi ,Desa Passo , Ambon 3. Nama Gedung : Aula SMP NEGERI 1 SALAHUTU Alamat : Desa Waai , Kab.Maluku Tengah,Ambon 4. Nama Gedung: Aula SMA Negeri 14 Ambon. Alamat: Jl.Wolter Monginsidi , Lorong Pertanian Passo-Ambon
7. Pengembangan Tambang Rakyat Pangalengan (Harisma Andhikagumi (21 th) Duta Jawa Barat 2012) Kegiatan tambang rakyat di Desa Bunikasih dilakukan dengan cara yang sederhana, namun menggunakan merkuri dalam pengolahan bahan galiannya. Penggunaan merkuri ini dapat menimbulkan dampak berbahaya, baik bagi para penambang maupun lingkungan. Penggunaan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
87
merkuri ini seharusnya dilarang, namun untuk meniadakan penggunaan merkuri harus dimulai dengan meningkatkan kesadaran akan bahaya merkuri itu sendiri baik pada para penambang, maupun seluruh masyarakat desa pada umumnya. Sehingga diharapkan pengelolaan tambang rakyat dapat menjadi baik, dan masyarakat Desa Bunikasih dapat menyadari bahwa kegiatan tambang rakyat harus terkelola dengan baik. Bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Tambang (HMT) ITB dan Himpunan Mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (HIMASITH) Nymphaea ITB, program ini berlokasi di Desa Bunikasih, Pangalengan, Kabupaten Bandung.
8. Sosialisasi Environmental Education Programme (Ni Gusti Ayu L.Iga Ambarawati (16 th) Duta NTB 2012) Ayu mengajak para remaja di daerah Sumbawa untuk berpartisipasi dalam memelihara kesehatan diri sendiri dan lingkungannya dengan menerapkan pertanian organik. Berlokasi di SMA N 1 Sumbawa Besar, NTB serta bekerja sama dengan Club Biologi Smanika, Karya Ilmiah, Remaja Garuda dan Smanika English Club, Buddies of Marine Life (BML) atau disebut juga Komunitas Penjaga Pulau, program ini diisi dengan kegiatan: 1. Memberikan pengetahuan kepada para remaja mengenai system pertanian organic (organic farming) 2. Memotivasi pelajar didaerah Sumbawa khususnya, agar menjadi remaja yang cerdas dan cinta terhadap lingkungan disekitarnya 3. Mengadakan praktek pembuatan beberapa jenis pupuk, seperti pupuk kompos dan takakura, yang dilakukan dalam bentuk kelompok kerja 4. Mengadakan games edukatif yang berbasis “organic farming” 5. Mengadakan diskusi kelompok yang membahas masalah-masalah kesehatan dan sistem pertanian yang berkembang di Sumbawa saat ini, serta menempatkan organic farming sebagai solusinya.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
88
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab empat ini akan dikemukakan hal-hal yang menjadi temuan lapangan sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian ini diperoleh melalui proses pengumpulan data dengan studi wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap empat informan utama dan lima informan tambahan, melalui profil organisasi yang telah dikemukakan pada bab tiga, serta melalui hasil observasi. Hasil penelitian tersebut selanjutnya akan dianalisa pada sub bab pembahasan dengan menggunakan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan pada bab dua serta profil program organisasi pada bab tiga. 4.1 Gambaran Proses Pembentukan Sinergi Muda Sinergi Muda sebagai organisasi kepemudaan yang baru berjalan satu periode kepengurusan masih terus berkembang dan selalu berusaha menjadikan organisasinya sebagai wadah pengembangan minat dan potensi anak muda untuk belajar berorganisasi dan seacara aktif berpartisipasi mengeluarkan segenap gagasan, ide dan kreativitas dalam rangka menciptakan inovasi pelaksanaan program-program yang telah disusun. Seperti yang sudah diungkapkan pada rumusan penelitian bahwa Sinergi Muda merupakan organisasi kepemudaan yang justru baru dibentuk setelah hampir dua tahun pelaksanaan programnya yaitu IYC. Hal ini yang menjadikan pengurus organisasi bekerja secara keras dalam pembentukan sistem, pengembangan prgoram, pencarian dana, penguatan struktur kepengurusan dan penyatuan visi-misi hingga menyikapi masalah yang muncul dalam dinamika organisas. Hal-hal tersebut kemudian menjadi proses bagi para pengurus dan juga panitia pelaksana IYC sebagai sarana mereka mengembangkan diri. Sub bab ini menjabarkan data temuan lapangan yang diolah agar mendapat gambaran strategi apa saja yang dilakukan pengurus organisasi dalam upaya mengembangkan diri pemuda yang turut berpartisipasi dalam pendirian SM, kepanitiaan IYC dan juga upaya mereka membentuk program-program baru. 4.1.1 Proses Pembentukan Organisasi Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
89
Keempat informan yang merupakan pengurus SM mengakui bahwa masa-masa proses pendirian organisasi sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran tiap-tiap pengurus. Program IYC yang tergolong sukses dan adanya permintaan dari banyak pegunjung pada 2010 untuk diadakannya IYC lanjutan membuat para sekelompok anak muda yang tadinya hanya bertindak sebagai panitia penyelenggara dan tidak terpikir untuk membuat IYC selanjutnya, merasa perlu mengurus badan perkumpulan yang profesional dan serius agar program IYC dapat berkembang dan dapat lebih mudah ketika harus berhadapan denan calon mitra kerjasama. Seperti yang diungkapkan informan AK “sebenernya ekspektasi kita ini gak akan jadi event tahunan sih awalnya, tapi ternyata minat anak muda buat ada IYC lagi cukup besar” Hal hampir senada juga dikatakan oleh AW seperti berikut: “Awalnya tuh bener-bener gak kepikiran kalo IYC akan ada lagi. Tadinya kan AK ya cuma sekedar implementasiin gagasannya dia sepulang dari Global Changemaker untuk bikin program buat anak muda di Indonesia. Ternyata animo masyarakat khususnya anak muda positif banget ke IYC dan minta untuk jadi acara rutin tahunan buat anak muda. Tapi untuk itu semua, kita gak bisa kalo gak punya legalitas. Akan susah menarik partner untuk diajak kerjasama kayak untuk sponsor dan media...” (AW, Ketua Sinergi Muda, 17 Mei 2014) 1. Proses Perumusan Akta dan Kebijakan Sinergi Muda Tidak adanya akta perkumpulan yang melegalkan sebuah perkumpulan atau badan organisasi tentu akan menyulitkan organisasi untuk berkembang dan khususnya dalam pencarian dana terlebih dalam urusan yang bersifat administratif.
Seperti yang diungkapkan informan DA: “untuk urusan surat menyurat jelas suka pada nanyain kalo kita lagi mau cari mitra kerjasama, „ini perkumpulan apa?‟ „dibawah nanungan siapa?‟ “donornya siapa?‟ yang kayak gitu-gitu bikin kita jadi gerah dan memutuskan harus bikin akte, bikin anggaran dasar, nyiapin semua persiapannya. Berhubung gue sekretaris ya.. kena Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
90
getah ribet-ribetnya haha. Tapi gak apa-apa sih, gue jadi belajar banyak banget hal” (DA, Sekretaris Sinergi Muda, 17 Mei 2014) Dalam mencapai tujuan organisasi yang telah dibicarakan, tentunya para pengagas Sinergi Muda juga berusaha merancang kebijakan dan tata aturan bagaimana organisasi berjalan dan agar dapat mengembangkan kerja sama dengan berbagai organisasi baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, hubungan dengan calon penyumbang dana dan bagaiman struktur kepengurusan berjalan. Informan DA kemudian memberikan penjelasan bahwa proses pembentukan kebijakan dan aturan dalam organisasi dikerjakan secara penuh bersama-sama, satu sama lain saling menyikapi gagasan yang diberikan sehingga hasil yang ditetapkan murni hasil diskusi berdasarkan kesepakatan bersama. Setelah aturan inti dihasilkan, baru lah kemudian para manajer divisi yang akan menentukan arah pembagian alur kerja staff yang akan membantu masing-masing manajer: “stuktur, pola kerja semua kita kerjain bareng-bareng. Kita tetapin bareng-bareng, ketika udah saklek, baru para manajer yang ambil kuasa atas jalannya pembagian kerja antar divisi” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
2. Mengadakan Konsultasi dan Mentoring Para penggagas Sinergi Muda kemudian berusaha mengembangkan inisiatif mereka untuk bersiap diri menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai tujuan organisasi. Seperti penuturan informan AW, Ia yang yang ditunjuk sebagai Ketua Umum Sinergi Muda menjelaskan bahwa dirinya dan tim turut melakukan konsultasi dan bimbingan kepada mentor-nya, yaitu Mas Aquino yang merupakan aktivis pemuda serta bekerja pada salah satu lembaga donor Internasional yang berbasis di Belanda. Berikut penuturannya: “segala bentuk aturan dan tata cara kita untuk bikin AD dan ART gue pribadi khususin waktu buat ada sesi konsultasi dan sharing sama mentor gue namanya mas Aquino yang juga kerja di HiVos..” (AW, Ketua Sinergi Muda, 17 Mei 2014) AW menejelaskan bahwa tujuan tim melakukan bimbingan dan konsultasi kepada pihak luar merupakan sarana baginya dan tim dalam merancang berbagai strategi dan program apa yang nantinya dapat dikembangkan berdasarkan visi dan misi. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
91
Penturan informan GPP kemudian menjelaskan hasil dari pembahasan mentoring yang dilakukan berkala hampir seminggu satu kali pada saat persiapan pendirian organisasi dan pembuatan akta. Informan GPP menyimpulkan bahwa keunikan Sinergi Muda yang pada dasarnya telah memiliki program terlebih dahulu ternyata mempermudah tim untuk menyusun dan hanya mengembangkannya saja ke dalam bentuk program-program pendukung baru yang sejalan dengan visi misi dan juga nilai yang dibawa dari IYC: “bikin kebijakan-kebijakan apalagi organisasi yang kebentuk dari adanya program yang udah jalan sebenernya gak terlalu ribet jadinya, karena tinggal kembangin sana-sini aja apa yang mau diperdalam jadi aturan main plus program yang mau diangkat” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
3. Mengadakan rapat atau diskusi Proses pembentukan peraturan dan kebijakan organisasi tentunya juga membutuhkan partisipasi aktif dari para tim penggagas, untuk itu sebagai tim mereka terus berupaya mengadakan diskusi baik secara tatap muka langsung maupun hanya melalui messenger. Hal ini bertujuan agar proses komunikasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi kesalah dalam penentuan arah kebijakan yang akan dibuat. Informan AK menuturkan: “yang paling penting kita ngadain pertemuan (rapat) untuk saling tau dan cari kelemahan dan kekurangan baik masing-masing individu kita dan pada akhirnya berujung sama kelangsungan organisasi yang mau kita bangun” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014)
Dari diskusi maupun rapat tersebut, masing-masing individu dalam tim selalu mengemukakan ide, pendapat, dan berbagai pengalaman yang telah mereka dapatkan dalam kegiatan berorganisasi untuk bisa saja diterpkan dalam Sinergi Muda sebgai acuan. Dengan mengetahui baik-buruk, kelebihan-kekurangan dari masing-masing individu dalam tim, diharapkan nantinya organisasi dapat berjalan dengan baik.
Terkait tujuan SM dan IYC itu sendiri, para pendiri sejak awal sepakat memang pembentukan organisasi SM merupakan organisasi yang bertujuan menjadi wadah bagi seluruh anak muda dengan beragam ketertarikan mereka terhadap berbagai macam isu sosial, jadi tidak memfokuskan diri pada isu-isu tertentu seperti misal pendidikan, anti korupsi maupun ekonomi. Tetapi SM melalui IYC juga, ingin menagkomodir anak-anak muda dari Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
92
beragam minat tersebut untuk bisa saling berbagi ketertarikannya dan mendapat pemahaman melalui IYC. Kebijakan dalam hal target audiens juga merupakan hal yang sempat menimbulkan diskusi panjang oleh tim. Hingga pada akhirnya, tim membuat keputusan bahwa SM membuat program IYC adalah difokuskan pada mereka anak muda dari kalangan menengah keatas. Seperti yang diungkapkan oleh AW: “kita sebenernya pengen IYC itu lebih „menyentil‟ dulu lah kasarnya mereka-mereka (anak muda middle class) kepada isu-isu sosial yang ada di sekitar mereka. Thats why kita selalu ngadain IYC di gedung-gedung berkapasitas besar, nyaman, adem, aksesnya mudah. Karena kita mau menjangkau mereka biar dateng dan setelah ia dateng IYC diharapkan mereka mendapatkan pelajaran baru dari ketemu orang-orang inspiratif pada sesi seminar dan ngeliat apa aja yang udah anak muda di luar sana lakuin buat lingkungan sekitar. Anak muda dari kalangan menengah akan lebih mudah menjalankan apa yang bisa ia lakukan untuk bikin misalnya kegiatan sosial karena mereka punya dana, fasilitas yang memadai. Paling kan yang mereka butuhkan adalah jaringan dan pemahaman gimana caranya bikin kegiatan yang bermanfaat buat banyak orang” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014) Keseluruhan kesepakatan yang telah ditetapkan kemudian di rangkum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi sebagai pedoman jalannya organisasi dan sebagai acuan untuk kepengurusan yang akan datang. Segala macam aturan tersebut dikatakan oleh mereka masih bersifat dinamis dan sesuai kebutuhan organisasi dapat saja diubah. Untuk itu, jika dalam berjalannya kepengurusan dirasa ada hal-hal yang menyangkut kelangsungan organisasi namun tidak sesuai dengan aturan yang ada, pengurus kemudian akan mengadakan rapat pleno untuk mengarahkan perbaikan pada aturan yang ada untuk disesuaikan dengan kondisi atau permasalahan yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan jalannya organisasi tersebut. 4. Menambah SDM dengan closed-recruitment Keadaan jumlah SDM sangat minim, yakni hanya 8 orang. Pasca pelaksanaan program IYC 2010, banyak dari panitia yang kemudian memilih tidak turut berpartisipasi Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
93
dalam persiapan pendirian Sinergi Muda dikarenakan beragam alasan dan kondisi seperti yang diutarakan AK: “hmm jadi sebenernya memang sifatnya sukarela sih siapa aja yang mau bantu-bantu bikin persiapan pendirian Sinergi Muda (SM) pada waktu itu. Eh dari sekitar 20-an orang malah cuma nyisa berdelapan. Mereka bukannya gak mau sih, apalagi kapok capek, tapi lebih memilih untuk fokus ke kerjaan dan kuliah, soalnya beberapa banyak yang lagi skripsi juga” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014) Hal tersebut kemudian memaksa 8 orang anak muda tersebut mencari solusi untuk mendapatkan siapa yang bisa mengisi jabatan-jabatan krusial dan membantu pendirian SM disebabkan 8 orang dari mereka juga tidak selalu memiliki ketersediaan waktu luang untuk banyak membantu. Seperti penuturan informan AW: “kita langsung adain pertemuan hampir tiap hari waktu itu sampe begadang-begadang mikirin siapa yang bisa bantu. Karena keterbatasan waktu dan kesibukan masingmasing, sempet rapat cuma lewat skype dan google docs. Akhirnya nemu-nemu soslusi, kita tetapin masing-masing dari kita berdelapan sebut nama-nama rekomendasi entah itu temen deket, keluarga yang jelas masing-masing yakin kapabilitas anak itu kayak gimana. Semua nya biar kita kerja enak dan meminimalisir resiko nama IYC malah jadi jelek kalo kita kerja sama orang yang baru kita kenal untuk develop SM. Jadi kita sepakat untuk kepengurusan SM gak pake open recruitment” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014) 4.1.2 Hambatan dalam Proses Pembentukan Sinergi Muda dan Sikap Individu dalam Tim Saat Menghadapi Masalah 1. Kesulitan Mengembangkan Visi dan Misi Dalam proses pembentukan organisasi, tentunya para sekelompok anak muda mantan panitia IYC 2010 ini dihadapkan pada berbagai persoalan dan tantangan dalam mendirikan Sinergi Muda. Peneliti juga menjadikan hal tersebut sebagai konteks yang harus diteliti kepada informan karena dari cara mereka menhadapai hambatan tersebut diharapkan dapat terlihat juga cara mereka menghadapi situasi, konflik dan mengembangkan kapasitas diri
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
94
mereka agar menjadi pribadi yang penuh motivasi, inisiatif dan mampu menjembatani perbedaan serta menjalankan tanggung jawab baru. Persoalan yang muncul pertama adalah ketika penggodokan visi dan misi apa yang akan dibawa oleh SM sebagai organisasi yang menaungi IYC sebagai program yang sudah ada lebih dulu dan juga, IYC juga memiliki nilai-nilai yang dibawa. Hal ini menjadikan tim harus bersama-sama merumuskan visi-misi organisasi yang kelak akan menjadi payung organisasi. Seperti yang diutarakan oleh informan GPP: “IYC udah punya nama yang bagus dimata anak muda dengan mengangkat tema-tema isu sosial menjadi menyenangkan buat mereka untuk mau dateng ke acara IYC. Disini kita bareng-bareng berusaha membangun visi misi apa yang tepat buat SM tanpa bersinggungan dengan nilai yang dibawa IYC. Akhirnya kepilih kata kunci Kenalkan – Hubungkan – Wujudkan sebagai pesan inti dari SM untuk dikembangin jadi visi dan misi” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
Kemudian informasi lainnya diungkapkan oleh AK terkait penentuan visi dan misi: “Dengan rencana pendirian SMM pun, menjadikan kita harus bertanggung jawab atas visi misi yang udah kita buat dengan poin pesannya yaitu Kenalkan – Hubungkan – Wujudkan. SM ingin membawa misi jadi organisasi yang gak hanya mempersiapkan program IYC aja tapi dari IYC itu kita kembangin lagi apa yang harus dan bisa kita lakukan untuk menjadi medium anak muda mengembangkan diri dan menyalurkan minat mereka ke mana, ke isu sosial apa dan juga apa yang bisa mereka kerjakan lagi buat lingkungan sekitar” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014) 2. Pencarian Dana untuk Aktivitas Program Hambatan atau persoalan berikutnya yang paling dirasakan sulit oleh para tim adalah ketika mencari donor untuk keperluan pengembangan organisasi dan pengembangan program-program baru. Beruntungnya, kesuskesan IYC pada tahun 2010 dan 2011 telah sedikit banyak membuka jalan bagi para pendiri SM untuk melakukan pendekatan dengan berbagai institusi pemberi donor bagi aktivitas sosial seperti mereka. Hingga pada akhirnya, bantuan donor datang dari pihak mentor AW yang tanpa sengaja dapat menghubungkan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
95
mereka dengan pihak HiVos, sebuah lembaga donor dari Belanda yang di Indonesia sendiri memiliki kantor di Kemang, Jakarta Selatan. Infroman AW mengungkapkan: “soal siapa yang mau jadi donor buat danain program kita awalnya juga bingung. Tapi alhamdulillah mentor gue, Mas Aquino yang dia juga kerja di HiVos, HiVos itu lembaga donor dari Belanda yang emang mendanai organisasi-organisasi sosial.. Mas Aquino akhirnya mau ngasih bantuan buat goal-in dana untuk SM melalui HiVos. Kebetulan banget sebenarnya waktu itu awal tau HiVos pas panitia IYC 2011 lagi nyari sponsor, tapi HiVos gak mau karna dia gak mau biayain program.. karena emang mereka fokusnya pada organisasi yang concern sama masalah sosial. Ngobrol sanasini akhirnya, mas Aquino juga akhirnya nanyain juga.. “lo bukannya lagi pada ngurus bikin organisasi? Yaudah nanti kasih ke gue proposalnya, mudah-mudahan bisa dikasih dana buat progam-programnya..” gitu. Yaudah bikin bikin bikin... jadi. Terus presentasi ke HiVos sama mas Aquino, eh goal deh. Kita dapet dana 80 euro buat jalanin program. Karena program baru 1 (IYC) dari situ juga kita „dipaksa‟ untuk merancang program-program lain yang bermanfaat dan ada benang merahnya sama visi-misi IYC” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014) Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses pembentukan SM secara tidak langsung menuntut mereka untuk berpikir cepat dan mengembangkan kreativitas mereka meski sering pula terjadi konflik-konflik kecil namun dapat segera diselesaikan. Informan AW mengungkapkan: “jujur ya ribet banget emang dan nguras tenaga. Tapi disatu sisi kita malah jadi sering komunikasi dan tukar pendapat. Beda pendapat pasti banget ada dan itu yang bikin tambah pusing. Semua pada keukeuh sama pendapat masing-masing buat bikin konsep baru IYC dan bikin program-program baru. Tapi enaknya kita langsung bisa selesaikan bareng-bareng. Ngambek-ngambek sebentar wajar lah ya anak muda...” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014) Informan DA kemudian menambahkan bahwa proses yang ia rasakan justru melatih kesabaran dan menjadikannya pribadi yang perlahan dapat membagi waktunya secara bijak, kapan ia harus memprioritaskan tugas kuliah, kapan ia harus bertanggung jawab terhadap
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
96
proses pembentukan SM: “jadi lebih bisa sadar diri dan membagi porsi mana waktu buat tugas kuliah, mana buat SM” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014) Lebih lanjut mengenai hambatan yang terjadi dalam organisasi, dikarenakan peneliti memfokuskan penelitian pada aktivitas dalam prgogram IYC, maka peneliti akan akan membahasnya lebih fokus pada hambatan yang dihadapi para pengurus SM dan panitia IYC dalam rangka mempersiapkan program, serta bagaimana mereka dalam menyikapi hal tersebut.
Program IYC 2010
Hambatanhambatan
Mengembangkan Visi dan Misi
Pencarian Dana untuk Aktivitas Program
Proses „‟‟
Perumusan Akta dan kebijakan
Mengadakan Konsultasi dan Mentoring
Mengadakan Rapat dan Diskusi
Mencari Sumber Daya Manusia
Sinergi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
97
Bagan 4.1 Bagan Ringkasan Proses Pembentukan Sinergi Muda Sumber: Olahan Penelitian
4.2 Strategi Sinergi Muda dalam Upaya Pengembagan Diri Pemuda Sinergi Muda sebagai organisasi yang baru berdiri tentunya mereka merasa perlu untuk merancang berbagai strategi untuk mencapai tujuan program-program yang mereka buat, dalam penelitian ini dikhususkan adalah pada program IYC. Program IYC yang terus menjadi agenda tahunan diharapkan oleh panitia tidak sekedar memiliki fokus pada tujuan pencapaian partisipan pada acara hari pelaksanaan, melainkan bertujuan pula bagi proses pengembangan dan sarana diri bagi pemuda yang bertindak di kepanitiaan. Dalam upaya pengembangan diri pemuda, Sinergi Muda kemudian menggunakan dua strategi yang dijalankan guna mencapai tujuan yang tidak hanya berfokus pada keberhasilan program tetapi juga pada keberhasilan para panitia dalam mengembangkan potensi dan minat mereka dalam proses pengembangan diri. Sinergi Muda menjalankan proses membangun tim (team building) dan pengembangan kapasitas (capacity building). Hal ini berdasarkan pernyataan informan AW: “....gue mencoba menerapkan apa yang dilakukan oleh kantor gue dalam proses membangun ritmik kerja, pola pikir dan membina komunikasi, yaitu itu..team building dan juga capacity building” (AW, Ketua Sinergi Muda, Mei 2014) -
Strategi 1: Membangun Tim Kerja dalam Program IYC Seperti yang telah dibahas bahwa IYC merupakan program yang menjadi latar
belakang bagi pendirian Sinergi Muda, IYC kini telah berkembang menjadi program tahunan anak muda yang banyak menjaring perhatian anak muda untuk datang dan mengikuti rangkaian program IYC, yakni Festival dan Forum. Untuk menjalankan program IYC, tentunya tim yang kini sudah memiliki badan organisasi, yaitu Sinergi Muda dituntut untuk semakin terus memiliki inovasi dalam pelaksanaan program IYC tersebut agar para pemuda yang datang menghadiri IYC bisa mendapatkan pengalaman dan kesan berbeda di tiap tahunnya. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
98
Strategi yang dilakukan oleh tim pengurus SM pada tahap awal membangun tim yakni membentuk struktur kepanitiaan dengan menunjuk dan menentukan salah seorang untuk menjadi Ketua Pelaksana atau Project Officer IYC. Ketua Pelaksana adalah seseorang yang telah memilki pengalaman dalam kepanitiaan IYC sebelumnya 1. Membentuk Struktur Tim Kepanitiaan Menunjuk dan Menentukan Ketua Pelaksana Ketua pelaksana merupakan sosok yang akan menjadi pemimpin dan merupakan unsur terpenting dalam tim. Ketua pelaksana pula lah akhirnya yang akan mengarahkan jalannya program IYC pada tahun tersebut. Informan AK mengungkapkan kondisi yang dilakukan pada saat penentuan ketua pelaksana IYC di tiap tahunnya. Penentuan ketua tidak berdasarkan hasil rekrutmen terbuka dan pada dasarnya tidak ada sistem penilaian bagi siapapun yang ditunjuk menjadi ketua pelaksana IYC. “kita biasanya malah main tunjuk-tunjukan haha.. tapi bukan bercanda dan asal tunjuk sih. Tetap serius karena demi kemajuan IYC juga. Meskipun menunjuk satu pihak, biasanya dia emang udah dilihat dari awal kinerjanya di IYC seperti apa. Iya, sang ketua itu pasti dan harus mau tidak mau adalah dia yang sudah mengikuti kepanitiaan IYC tahun sebelumnya. Kalo merasa pada sreg atas hasil tunjuk-tunjukan ya jadilah dia ketua.” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014) 2. Proses Rekrutmen Terbuka (Open Recruitment) Kedua adalah proses rekrutmen terbuka bagi anak muda yang akan menjadi panitia pelaksana program IYC. Akan tetapi hal ini khusu diperuntukan bagi anak muda Jabodetabek terkait fleksibilitas dan akses dalam persiapan pelaksanaan seperti rapat dan kunjungan ke berbagai calon mitra kerja sama. Rekrutmen juga berfungsi sebagai sarana penunjang regenerasi bagi panitia IYC sebelumnya, seperti penuturan informan AK berikut: “rekrutmen panitia wajib dilakuin sebenernya untuk menunjang regenerasi sih, gak mungkin kan orangnya itu-itu lagi. Mau kasih kesempatan buat anak muda biar bisa nyalurin kegiatan positif” (AK, Co-Founder IYC, 21 Mei 2014) Setelah ketua pelaksana terpilih, proses rekrtutmen kemudian dibuka untuk umum oleh Bidang SDM Sinergi Muda dengan menginformasikannya melalui sosial media, dan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
99
para calon panitia yang ingin melamar menjadi panitia diharuskan untuk mendaftarnya secara online. Seperti penuturan GPP: “semua kita lakuin secara digital sih, mulai dari konsep publikasi adanya rekrtumen sampe nanti informasi terpilihnya panitia, kita pake sistem online. Akan tetapi, pada tahap wawancara, mereka tetap diwajibkan hadir untuk bertatap muka langsung kepada Board of Directors dari masing-masing divisi yang ia lamar” (GPP, Program Manajer SM, 14 Mei 2014) Informan AW kemudian memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai proses rekrutmen panitia IYC: “konsep digital dengan informasi melalui kanal YouTube, Twitter dan Facebook sebenranya juga kita melihat potensi yang cukup besar dari peran media sosial saat ini. banyak anak muda sekarang gak ada satu hari pun gak buka sosial medianya, bahkan mungkin ada yang tiap 10 menit sekali ngecek akun sosial media. Nah, dari situ juga kita mau menjaring anak muda tentang adanya pembukaan rekrutmen panitia IYC biar penyebarannya makin gampang” (AW, Ketua Umum SM, 17 Mei 2014) Tahapan membangun ritmik kerja dalam organisasi dimulai dengan membetuk strukur kepanitiaan beradarkan hasil perekrutan tersebut menjadi pondasi bagi organisasi dalam menjalankan prgoram mereka. Berbeda dengan proses pembentukan kepengurusan dalam Sinergi Muda yang berasaskan saling mengenal, proses pembentukan struktur kepanitiaan dalam program IYC dilakukan mealui tahapan open recruitment setiap tahunnya. Seperti yang diutarakan oleh informan AW terkait alasan mengapa rekrutmen terbuka selalu diadakan: “alasan kenapa kita selalu ngadain operec (open recruitment) tiap tahunnya untuk program IYC karena kita pengen ngasih kesempat buat anak muda lain untuk bisa mengembangkan potensinya dengan gabung di IYC sebagai panitia pelaksana. Itu juga buat persiapan kedepannya sih, proses regenerasi. Kedepannya bisa aja anakanak yang dulunya panitia IYC bisa meneruskan kepengurusan SM yang periodenya selama 3 tahun.” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
100
Hal senada juga diungkapkan oleh informan GPP terkait perihal oprec kepanitiaan IYC yang diadakan pada masa awal persiapan pelaksanaan program: “balik lagi IYC itu kan memang acara tahunan ya.. jadi memang sudah seharusnya sih ada pergantian orang di dalam strukur kepanitiaan. Beda sama organisasi yang memiliki masa periode tertentu. Hanya saja, beberapa panitia IYC pada tahun sebelumnya memang selalu ada yang ditunjuk untuk jadi Ketua Pelaksana ataupun koordinator biar ada yang udah paham soal pengalaman ngurus IYC dan nantinya dibagikan ke anak-anak baru” (GPP, Manajer Program, 24 mei 2014) Proses rekrutmen merupakan strategi pada tahapan awal dalam membangun tim pada program IYC sebagai bentuk sarana bagi anak muda untuk dapat mengembangkan diri melalui kepanitiaan IYC. Sumber daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk menjalankan program menjadi pondasi bagi organisasi tersebut mempersiapkan segala proses dan merancang segala ide dan gagasan demi tercapainya tujuan program. Sumber daya manusia yang terampil dan memiliki motivasi kuat adalah mereka yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan dirinya. Kriteria Anak Muda yang Diterima dalam Kepanitiaan IYC Dalam IYC, sebagai program yang memang menjadi sarana bagi anak muda untuk mengembangkan diri, pengurus SM tidak atau mungkin belum memiliki standar tertentu bagi mereka yang akan diterima menjadi panitia IYC, syarat mutlak selain mereka harus berdomisili di Jabodetabek, adalah paling tidak ia memiliki komitmen tinggi dan mau belajar bersama-sama di IYC. Seperti penuturan DA: “gak ada kriteria khusus sebenernya buat mereka-mereka yang jadi panitia. Kuncinya ada pada diri mereka sendiri, mereka mau komitmen gak kerja bareng, capek bareng dan sama-sama belajar hal apapun di IYC. Masing-masing dari Board of Directors biasanya sih udah bisa ngebaca siapa-siapa aja calon panitia yang „oh.. ini dia oke nih, bisa diandalkan‟ meskipun pada saat diwawancara, calon panitia tersebut belum punya motivasi yang kuat untuk gabung di IYC” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
101
Hal hampir serupa juga diungkapkan oleh AW, yang mengemukakan bahwa bukan motivasi kuat mereka yang dilihat, tetapi cara dia membawa diri dan mau belajar itu yang terpenting: “banyak kok yang motivasinya cuma buat nyari temen baru lah... nyari pacar, temen curhat segala macem, kan itu standar banget yah.. haha bahkan ada yang gak ada tujuan sama sekali, buat iseng-iseng aja. tapi balik lagi dari kemauan dia untuk mau daftar dan dateng wawancara aja udah keliatan kalo dia emang serius. Beda sama yang udah daftar tapi gak mau usaha dateng wawancara. Dari sesi wawancara ini juga kita bisa liat „oh ini anak punya potensi‟ gitu” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014) Kemudian DA menambahi bahwa dengan antusiasme yang terjadi pada jumlah pendaftar panitia IYC tiap tahunnya, hal tersebut juga menunjukan bahwa ada banyak anak muda yang ingin mengembangkan dirinya dengan mengikuti kegiatan yang positif salah satunya dengan tergabung dalam kepanitiaan IYC ini: “rekrutmen pasti selalu dapet antusias yang bikin terharu..banyak banget yang daftar online. Itu juga nunjukin kalo anak muda Jabodetabek sekarang banyak juga lho yang pengen berkontribusi ribet-ribet bikin acara yang bermanfaat” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
Gambar 4.1 Salah Satu Calon Panitia IYC 2013 Hendak Melakukan Wawancara Kepanitiaan IYC Sumber: Dokumentasi Sinegi Muda
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
102
Alasan Rekrutmen Hanya Terbuka Bagi Anak Muda Jabodetabek Rekrutmen yang terbuka hanya diperuntukan bagi anak muda Jabodetabek juga beralasan. Para pengurus SM bertujuan agar proses pelaksanaan berjalan efektif dan seefisien mungkin. Terlalu besar resiko apabila untuk pelaksanaan program IYC yang bertujuan menjaring anak muda seluruh Indonesia juga dikerjakan oleh mereka-mereka yang berasal dari berbagai macam daerah. Maka dari itu, fokus pemilihan sumber daya manusia pada panitia IYC hanya untuk mereka anak muda Jabodetabek. Seperti yang dituturkan oleh AW berikut: “panitia IYC selalu khusus untuk mereka yang domisilinya di Jabodetabek, karena kepanitiaan ini riskan banget, kita bisa aja rapat sampe malem banget dan membutuhkan kehadiran, akses gampang juga buat dateng rapat rutinnya” (AW, Ketua SM, 17 mei 2014)” Hal senada juga diungkapkan oleh GPP: “kenapa selalu untuk anak muda Jabodetabek karena gak mungkin kita nerima mereka-mereka yang dari luar jabodetabek, misalnya aja Semarang, kasian juga nantinya kalo nerima orang dari banyak daerah kalo rapat dan basecamp kita aja selalu di Jakarta. Apalagi rapat nya emang mulai malam hari after office hour” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
Anak muda Jabodetabek kerap dinilai sebagai anak muda yang hanya doyan hurahura dan menghabiskan waktu dengan berpergian ke pusat perbelanjaan atau kegiatan bercitra negatif lainnya, untuk itu Sinergi Muda juga bertujuan untuk menghimpun dan berupaya memberikan wadah bagi mereka yang ingin mengisi waktu dengan berkegiatan yang bermanfaat dengan menjadi panitia penyelenggara IYC. AK kemudian juga menambahkan informasi bahwa mengikuti kepanitiaan IYC membutuhkan mobilitas yang tinggi dan kesigapan dalam soal waktu. Untuk itu, pemilihan kategori anak muda yang terpilih untuk bergabung di kepanitiaan IYC adalah mereka yang berdomisili di Jabodetabek adalah mutlak:
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
103
“kita membutuhkan komitmen dan mobilitas tingkat tinggi buat yang mau gabung jadi panitia. Alasan-alasan kayak rumah jauh, berat diongkos dan lain-lain itu adalah excuse berbahaya yang akan bikin kacau. Jadi kita ketat membuka rekrutmen hanya untuk yang di Jabodetabek aja, toh IYC memang diadakan di Jakarta” (AK, Cofounder IYC, 24 Mei 2014) Setelah keseluruhan anak muda yang mendaftar kemudian diproses melalui tahapan wawancara, Pengurus SM biasanya membutuhkan waktu paling lama 7 (tujuh) hari untuk meproses hasil yang akan diumumkan melalui alamat e-mail masing-masing calon panitia. Koordinator yang telah terbentuk yang merupakan panitia IYC tahun sebelumnya juga terlibat dalam proses penyeleksian panitia baru yang terpilih. Kemudian, komunikasi pertama yang terjalin antar panitia adalah melalui jaringan surat elektronik (milis). 3. Rapat (Pertemuan Rutin) Rapat merupakan kegiatan wajin yang dilakukan oleh panitia yang telah terbentuk untuk mempersiapkan pelaksanaan IYC. Rapat terbagi menjadi rapat pleno mingguan yang mewajibkan seluruh anggota divisi hadir untuk melakukan laporan perkembangan kinerja yang telah dilakukan. Selain rapat pleno, diadakan pula rapat internal, rapat tersebut dilakukan oleh masing-masing divisi bertujuan untuk membicarakan hal-hal lebih mendalam dan segala hal yang bersifat mendesak untuk segera dilakukan. Seperti penuturan AK berikut: “rapat! Haha ini agenda penting banget. Rapat untuk persiapan IYC juga ada jenisnya. Rapat internal divisi, itu biasanya bisa sampe seminggu 3x kalo lagi ada yang penting buat diomongin. Karena hal yang sifatnya urgent gak bisa kalo cuma lewat messenger-an aja atau milis aja, harus ketemuan. Terus ada rapat pleno, itu biasanya seminggu sekali atau bahkan 2 minggu sekali. Rapat besar semua divisi laporin perkembangan kinerja masing-masing dan apa yang perlu dicapai segera. Rapat kayak gini-gini juga biar mereka makin semangat buat terus gerak kerja dan ngasah kemampuan mereka di masing-masing divisi...” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
104
Gambar 4.2 Suasana Rapat Internal Sumber: Dokumentasi Penelitian
4. Konsultasi dan Mentoring Selain rapat, dalam proses membangun tim dalam kepanitiaan yang tentunya akan dihadapkan dengan berbagai konflik dan hambatan, maka pengurus SM pun juga melakukan upaya konsultasi dengan mentor organisasi yang telah disepakati bersama. Seperti penuturan DA berikut: “karena SM sebagai wadah baru untuk IYC, kita masih harus terus belajar dan banyak nanya sama orang-orang yang berpengalaman di organisasi. Dalam hal ini ke mentornya AW salah satunya, yakni mas Aquino, biasanya lebih ke soal bikin aturan, menyelesaikan konflik, merancang action plan yang mau dieksekusi, kebutuhankebutuhan untuk bertahannya program dan pengembangannya. Bikin pusing sih kadang...haha. Selalu ada sesi khusus mentoring bareng dia, itung-itung konsultasi gratis gitu” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014) 5. Kumpul Bersama Kegiatan kumpul bersama atau disebut Kumps Kebs dalam IYC adalah sesi obrolan santai para panitia IYC. Pada kegiatan ini, nantinya juga diharapkan terlontar gagasangagasan yang ringan untuk kegiatan-kegiatan pra-IYC , karena jika dalam rapat sesuai dengan penuturan GPP bahwa “..rapat biasanya malah pada kaku, mungkin pada udah capek juga abis pada balik ngantor” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014) maka kegiatan Kumps Kebs juga bertujuan untuk mengakrabkan sesama panitia agar tidak kaku. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
105
Seperti yang diungkapkan oleh DA: “biasanya lebih kegiatan ningkatan kebersamaan.. ada namanaya Kumps Kebs (Kumpul Kebersamaan) ini team building kecil-kecilan gitu, makan-makan bareng dimana gitu, atau bikin layar tancepan. Biar pada gak kaku..nah dari obrolan-obrolan santai justru kadang muncul tuh ide-ide bagus” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
Gambar 4.3 Acara Kumpul Kebersamaan sebagai Sarana Membangun Kekompakan Tim Sumber: Dokumentasi Penelitian
Kumpul kebersamaan yang dilakukan sekedar untuk ngobrol santai antar sesama anggota panitia tentunya merupakan kegiatan dengan tujuan lebih saling mengenal secara personal dan sifatnya tentatif, tidak rutin namun sesuai kesepakatan dari keseluruhan panitia terutama ketersediaan waktu.
6. Penilaian Diri Anggota Panitia melalui SWOT Dalam membangun tim, proses saling mengenal dan pengumpulkan informasi antara panitia satu dengan lainnya adalah hal penting yang harus diketahui satu sama lain dalam rangka mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap panitia. GPP sebagai manajer program juga menambahkan bahwa strategi yang dilakukan oleh organisasi dalam membangun tim juga dilakukan analisa SWOT yang dijadikan agenda bulanan untuk melihat perkembangan dan pencapaian tim dalam proses pelaksanaan program IYC, ia menjelaskan:
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
106
“hmm oh ya, dari SDM sih biasanya suka adain kuisioner bulanan. Itu juga buat ngukur SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) masing-masing inidivu dalam panitia. Udah sejauh mana kinerja nya. Ini juga survei yang berfungsi sebagai pengukuran tentang sikap dan tindakan individu ketika menghadapi masalah dalam kepanitiaan. Anak-anak SDM juga open banget kalo pada ada yang mau curhatcurhatan, tujuannya biar sama-sama saling tahu aja kalo ada masalah, gak dipendem sendiri. Kayak nongkrong-nongkrong setelah rapat itu juga sebenarnya bagian dari proses pengembangan tim sih, biar pada akur dan berbagi cerita aja” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
-
Strategi 2: Membangun Kapasitas Tim dan Individu (Panitia) Proses pengembangan kapasitas baik tim maupun masing-masing individu yang
terlibat dalam kepanitaan IYC tentunya bertujuan untuk memingkatkan kemampuan baik perseorangan maupun keseluruhan tim dalam mencapai tujuan-tujuannya dalam mewujudkan keberhasilan IYC. Upaya yang dilakukan oleh Sinergi Muda kepda para panitia IYC adalah dengan mengadakan pelatihan (training) yang diberi nama IYC Camp 1. Training (IYC Camp) Informan AW kemudian menjelaskan perihal tujuan adanya kegiatan-kegiatan lain di luar rapat kepanitiaan yang tujuannya bukan hanya membangun kekompakan dalam kinerja tim, tetapi juga berusaha mengasah kemampuan masing-masing indvidu untuk berkembang dalam mengembangkan potensi dan kreativitas mereka masing-masing, seperti penuturannya berikut: “biar panitia bisa pada saling kenal intinya. Kenal gak sekedar kenal say Hi aja tapi bener-bener personal kayak „gimana nih ya gue kalo lagi ngomong sama dia harus gimana.. sikap gue harus gimana..‟ semacam itu. Makanya, IYC Camp diusahakan selalu dilaksanakan nginep di lokasi tertentu, biasanya sih puncak. Udah sih intinya bangun kekaraban..” (AW, 24)
Informan GPP menjelaskan kembali bahwa kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk membangun kekompakan tim pada dasarnya juga ingin memunculkan sifat saling percaya kepada masing-masing individu dalam tim. Hal tersebut juga yang ingin dicapai bagi Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
107
pengurus untuk membangun sifat saling percaya agar komunikasi berjalan baik, GPP menuturkan: “pada dasarnya kekuatan tim itu kan dateng gak hanya dari masing-masing individu kerja sendiri-sendiri. Dalam kerja tim dibutuhkan sifat saling percaya dan bentuk komunikasi yang sehat. Nah dari team building ini lah hal-hal yang seperti itu yang mau di bangun” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
Untuk itu, pengurus SM kemudian merancang kegiatan yang dirasa perlu bagi para panitia baru untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan baik itu tentang IYC maupun tentang bagaimana bekerja dalam sebuah tim. IYC Camp, sebuah bentuk pelatihan bagi para panitia baru dan juga panitia lama dilakukan sebagai bentuk organisasi dalam memberikan sarana untuk mereka lebih memahami diri dan juga memahami bagaimana bekerja untuk mempersiapkan IYC. Seperti yang diungkapkan GPP: “Agenda terpenting tentunya sih IYC Camp ya. Disitu pengenalan pemahaman banget ke para panitia baru tentang apa itu IYC, gimana sejarahnya, apa yang harus dilakuin sebagai panitia, apa yang gak boleh dilakuin..etika, sama pemahaman tentang masalah sosial” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014) Dari IYC Camp, panitia biasanya akan lebih berbaur dan lebih saling mengenal kepribadian satu sama lain. Hal ini tentunya akan meningkatkan kinerja tim untuk mencapai tujuan bersama. Terkait IYC Camp, AW kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa program IYC Camp dilakukan juga untuk lebih mengenalkan para panitia baru dengan ritmik kerja IYC, seperti penuturannya: “IYC Camp ini sebenarnya terobosan baru kita dari IYC 2012, pas lagi SM benerbener persiapan mau jadi. Kita ngerasa bahwa pemahaman mereka panitia yang baru gabung di IYC perlu untuk ngerti gimana cara kerja di IYC. Banyak dari mereka yang ikutan IYC tapi belum tau bener IYC itu ngapain aja. Atau ada yang udah ngerti tapi mungkin ekspektasi dia untuk jadi panitia adalah kerja yang sama aja kayak kepanitiaan yang udah-udah mereka ikutin. Nah, di IYC Camp ini, mereka dikasih workshop gimana cara kerja dalam tim yang dikemas dengan games dan diskusi yang santai” (AW, 24)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
108
Gambar 4.4 Gambar 4.5 Suasana Kegiatan dalam IYC Camp; games kekompakan (kiri) dan materi problem solving (kanan) Sumber: Dokumentasi Sinergi Muda, April 2014
GPP juga menambahkan, diadakannya IYC Camp yang juga merupakan proses sosialisasi kepada para panitia baru mengenai program IYC itu sendiri, berikut penuturannya: “...IYC Camp ya. Disitu pengenalan pemahaman banget ke para panitia baru tentang apa itu IYC, gimana sejarahnya, apa yang harus dilakuin sebagai panitia, apa yang gak boleh dilakuin..etika, sama pemahaman tentang masalah sosial” (GPP, 26)
2. Membangun Jaringan (Networking) Sebagai program yang independen dan tidak memihak pada satu golongan, partai maupun lembaga kepemerintahan tertentu, IYC juga dituntut untuk dapat mengembangkan cakupan mitra kerjasama dan membina hubungan baik secara informal maupun non informal dengan berbagai lembaga maupun perusahaan sebagai bentuk eksistensi dan keberlanjutan organisasi. Melalui kegiatan pre-event IYC seperti Pitstop dan Roadshow, IYC selalu berkesempatan untuk mengisi seminar maupun topik terakit isu kepemudaan. Hal inilah yang dimanfaatkan pula oleh SM untuk mebangun jaringan. Seperti penuturan AW berikut: “Sinergi Muda dan IYC juga sering diundang untuk menjadi pemateri dan mengisi sesi training di berbagai acara, baik di Jalarta maupun di luar Jakarta. Kami juga bekerjasama dengan NGO lain dalam beberapa kegiatan dan training untuk anak muda” (AW, 24)
Pada Februari 2014, Sinergi Muda juga mendapatkan kesempatan untuk menjadi representatif anak muda pada program riset mereka dan membawa Sinergi Muda sebagai
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
109
satu-satunya perwakilan dari Organisasi Anak Muda untuk mengikuti penelitian dan pelatihan di Papua. “karena nama IYC yang udah cukup bagus juga dimata masyarakat mungkin ya.. tibatiba kita dikontak oleh UNICEF sebagai representatif anak muda dalam acara-nya mereka, tentang pemberdayaan anak muda gitu. Barengan sama 2 komunitas anak muda lain. Tapi akhirnya, IYC melalui SM yang dipilih untuk melanjutkan projek kerjasama bareng UNICEF di Papua. Kontraknya 3 bulan, baru selesai Mei ini” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
3. Pengelolaan Dana dan Keuangan Sinergi Muda sebagai organisasi yang baru berdiri saat ini masih terus melakukan usaha dalam pencarian donor bagi pendanaan program-program yang mereka jalani. Terhitung sejak Desember 2012, Sinergi Muda mendapat dana bantuan melalui HiVos, sebuah lembaga donor untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan pengembangan kapasitas yang berbasis di Belanda. HiVos Indonesia sendiri bermarkas di Kemang, Jakarta Selatan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh AW berikut: “...kebetulan banget sebenarnya waktu itu awal tau HiVos pas panitia IYC 2011 lagi nyari sponsor, tapi HiVos gak mau karna dia gak mau biayain program.. karena emang fokusnya pemberian donor pada organisasi yang concern sama masalah sosial. Ngobrol sana-sini akhirnya, mas Aquino juga akhirnya nanyain juga.. “lo bukannya lagi pada ngurus bikin organisasi? Yaudah nanti kasih ke gue proposalnya, mudah-mudahan bisa dikasih dana buat progam-programnya. Tapi yang bagus ya..” gitu. Yaudah bikin bikin bikin... jadi, presentasi ke HiVos sama mas Aquino, eh goal deh. Kita dapet dana 80 euro buat jalanin program. Karena program baru 1 (IYC) dari situ juga kita „dipaksa‟ untuk merancang program-program lain yang bermanfaat dan ada benang merahnya sama visi-misi IYC” (AW, Ketua Sinergi Muda, 24 Mei 2014) Dana
yang
diberikan
HiVos
tentunya
kemudian
dialokasikan
untuk
pengembangan program-program baru yang dibuat seperti yang telah dijabarkan pada sub bab diatas. Untuk program IYC sendiri, tidak seluruhnya menggunakan dana HiVos, Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
110
karena program IYC sendiri membentuk kepanitiaan lagi yang didalamnya akan ada divisi yang bertugas mencari dana dan mitra kerjasama. Untuk itu, dana HiVos yang dialokasikan ke program IYC merupakan dana untuk aktivitas pendukung program IYC seperti team-building dan kegiatan pelatihan untuk panitia. Sinergi Muda melaporkan dana yang terpakai kepada pihak HiVos maksimal 3 (tiga) bulan setelah selesainya berjalannya program melalui laporan pertanggung jawaban dan presentasi pengurus kepada pihak HiVos. 4.2.1 Hambatan dalam Membangun Tim dan Pengembangan Kapasitas Perancangan strategi yang dilakukan oleh pengurus SM tidak berjalan mulus. Berbagai hambatan juga konflik kerap terjadi diantara pengurus dan juga panitia IYC. Dari berbagai informasi yang didapat, berikut penuturan para Informan terkait berbagai masalah yang muncul dan juga bagaimana sikap mereka dalam menghadapai serta menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut sebagai wujud pengembangan diri mereka berpartisipasi dalam organisasi. 1. Manajemen Waktu antar Panitia Informan DA mengungkapkan bahwa kendala utama yang kerap dihadapi tiap tahun adalah masalah manajemen waktu masing-masing panitia, berikut penjelasannya: “kita banyak banget yang udah kerja dan juga rata-rata emang pada mahasiswa super sibuk gitu kan ya anak-anaknya, jadi itu hambatan utamanya. Masalah waktu. rapat awal-awal sih pada rame tapi kadang ada aja masanya pada bosen kali ya jadi yang dateng dikit. Terus soal merespon e-mail yang kadang suka pada lama...padahal sifatnya mendesak” (DA, 24)
2. Pelaksanaan Rapat di Malam Hari GPP menambahkan hal lain bahwa hambatan yang juga sering terjadi adalah agenda rapat yang dilakukan malam hari dan berdampak pada agenda rapat yang molor: “karena kita ngadain rapatnya keseringan after office hour jadi agenda rapat suka kelewat malem. Pernah sampe jam 11 kita belum kelar sementara gak enak sama yang punya rumah kan sebenarnya... hal-hal kayak pada dateng terlambat karena jalanan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
111
macet, ada yang lembut itu yang bikin molor.. tapi mau gak mau selalu ditunggu, karena rapat pleno besar kan ya seminggu sekali, jadi harus banget pada ketemu buat lihat progress..” (GPP, 26)
Hal hampir senada juga dikemukakan oleh AW yang menyinggung masalah waktu rapat yang lebih diutamakan dilakukan tidak pada akhir pekan: “hambatannya itu lebih ke soal bagi-bagi waktu sih ya.. terlebih soal meeting. Kita agak gak tega juga kalo netepin meeting setiap weekend aja misalnya, karena kasihan juga mereka-mereka yang kerja atau di kampus juga padet jadwal, terus weekendweekend malah dipake rapat. Sebenernya ada yang bilang gak apa-apa kalo sekalikali, tapi peraturan dari kita sepakat untuk gak mengadakan rapat pleno di weekend kecuali udah mau hari H aja. Lain hal kalo rapat internal divisi ya, itu sebebasbebasnya kebijakan divisi masing-masing. Karena paling kan tiap divisi gak lebih dari 15 orang, dan gak harus dateng semua, jadi pun rapat kapan pun asal ada perwakilannya, tetep jalan. Beda hal dengan rapat pleno yang semua harus dateng” (AW, 24)
3. Pencarian Dana dan Sponsorship Berbeda dengan 3 informan sebelumnya, AK lebih menjelaskan bahwa hambatan utama yang dirasa oleh para panitia adalah masalah mitra kerja sama terutama sponsorship. Karena IYC merupakan kegiatan non-profit dan juga dikerjakan secara independen, tidak bernanung pada organisasi pemerintah atau lembaga asing, maka program berjalan secara mandiri dan panitia berupaya secara mandiri pula dalam hal pencarian dana dan mitra kerja sama. Hal ini berdampak pada proses rekrutmen terbuka yang dilakukan untuk memilih tim pada divisi fundraising agar anak muda yang mengisi divisi tersebut paling tidak sudah ada yang memiliki pengalaman lebih terkait sponsorship dan pendanaan. Berikut penuturannya: “lebih ke masalah nyari dana sih... hahah ini yang paling krusial! Urusan duit emang dari dulu gak pernah ada yang gampang. Maka dari itu, SM juga selalu gak mau sembarangan kalo mau ngerekrut orang yang akan ngisi di divisi fundraising & sponsorship. Paling gak, ada yang udah pengalaman, selebihnya bisa saling ngajari satu sama lain.” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014) Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
112
4. Pelaksanaan IYC Camp Pelaksanaan IYC Camp juga tidak semulus yang mereka bayangkan, pada eksekusinya, pelaksanaan IYC Camp sempat dirasa kurang memuaskan ketika materi yang diberikan kepada para panitia tidak diberikan secara maksimal karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan terkait kondisi lapangan dan juga waktu pelaksanaan. Berikut penuturan AK terkait hambatan yang sempat terjadi pada saat IYC Camp: “waktu 2013 IYC Camp sempet rada failed karena banyak panitia yang gak bisa untuk menginap. Sementara, kuncinya IYC Camp itu adalah menjalin keakraban selama 2 hari 1 malam. Karena banyak yang gak bisa menginap itu pula, akhirnya IYC Camp diadain cuma di rumah salah satu panitia selama seharian penuh dan sangat ga efektif. Dari situ kita akhirnya belajar kalo IYC Camp memang dirancang untuk workshop selama dua hari berturut-turut dengan mengusahakan mendatangkan pemateri handal di bidang keorganisasian” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014)
4.2.1.1 Sikap dan Solusi yang Dilakukan terhadap Masalah Hambatan-hambatan yang teradi tersebut kemudian turut menjadi pelajaran bagi para pengurus SM untuk mengambil sikap dan solusi apa yang paling memungkinkan dilakukan agar tidak terjadi hambatan-hambatan baru. Hal tersebut juga melatih para pengurus untuk dapat saling menjembatani perbedaan yang terjadi dan belajar untuk berpikir kritis atas suatu kondisi yang tidak diinginkan.
1. Diskusi dan Win-win Solution Informan GPP mengungkapkan beberapa sikap yang dilakukan oleh pengurus dalam menyikapi berbagai hambatan dalam kepanitiaan IYC: “di IYC juga sempat ada panitia yang mengundurkan diri dan ada juga yang dikeluarkan.. tiap tahun pasti ada. Ini dikarenakan berbagai macem hal. Ya....kayak misalnya mereka lebih memilih kepanitiaan lain, gak sanggup menjalani pembagian kerja yang udah ditentukan, gak boleh keseringan rapat.. macem-macem deh. Tentuntya pihak SM melakukan review terhadap pihak yang bermasalah tersebut, tapi Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
113
SM tidak berusaha memaksa untuk menahan mereka. Semua dikembalikan kepada keputusan pihak tersebut sih.. cuma lebih ke win-win solution aja” (GPP, 26)
2. Saling bertemu dan bicara Sedikit berbeda dengan GPP, AW beranggapan bahwa kondisi konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dan kepanitiaan adalah hal yang wajar, apalagi terjadi pada organisasi yang beranggotakan anak muda, dimana masa tersebut memang masa-masa dimana anak muda lebih sering mengungkapkan apa yang dirasa tidak cocok dengannya (kritis), namun kondisi tersebut juga merupakan hal yang positif karena dengan adanya berbagai hambatan, masing-masing anggota belajar bagaimana untuk menghadapinya secara kekeluargaan. Berikut penuturan AW: “paling sering dilakuin ketika ada masalah ya.. langusng ketemuan, diskusi dan diomongin hari itu juga. Mau berantem, berantem aja sekalian gak apa-apa terserah.. yang penting ketemu dulu. Biasanya sih setelah itu yaudah pada kayak biasa lagi.. masalah yang biasanya kejadian itu gak jauh-jauh dari perbedaan pendapat dan itu wajar kan” (AW, 24) Berikut bagan ringkasan strategi yang dilakukan oleh Sinergi Muda dalam upaya pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
114
Bagan 4.2 Bagan Strategi yang Dilakukan Sinergi Muda dalam Kepanitiaan IYC Sumber: Olahan Penelitian
4.2.2 Manfaat Membangun Tim dan Pengembangan Kapasitas Terhadap Kinerja Tim 1. Rasa nyaman Para informan juga mengemukakan bahwa strategi-strategi yang dilakukan organisasi Sinergi Muda terhadap pengembangan program IYC itu sendiri dan juga untuk tujuan pengembangan diri anak muda yang menjadi panitia cukup berdampak pada jalannya program. Seperti yang diungkapkan pada keempat informan berikut; informan AW mengemukakan bahwa IYC Camp memiliki manfaat bagi proses penjalinan keakraban antar panitia dan juga pengurus: “...IYC Camp ngefek banget, anak-anak setelah itu biasanya jadi makin pada keseringan jalan bareng sana-sini. Udah ada yang jadi temen curhatan segala. Yang kayak gitu-gitu akan berdampak juga ke kinerjanya dia di IYC sih menurut gue. Karena mereka udah ngerasa nyaman sama sesama panitia” (AW, 24)
2. Keakraban
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
115
Sementara DA juga mengungkapkan bahwa strategi yang dilakukan Sinergi Muda dalam upaya pengembangan kekompakan tim juga berdampak pada keakraban yang terjalin diantara panitia: “makin pada akrab, bercandaan kadang sampe kelewat bates sih tapi malah pada enjoy-enjoy aja... kayak misal kalo di acara kumpul kebersamaan itu isinya emang bercandaan-bercandaan
seru
aja
kan
ya..
efeknya
besok-besokannya
ya
bercandaannya masih tetep dipake. Nah, yang kayak gitu bisa bikin jadi tambah akrab dan saling ngerti aja. Berharap aja justru kalo ada konflik mereka akan lebih menghadapinya dengan gak emosional dan saling sensian” (DA, 24) 3. Kinerja tim meningkat
Informan GPP mengungkapkan pula bahwa manfaat membangun kekompakan tim melalui strategi-strategi seperti pergantian badan kepanitiaan melalui perekrutan yang diadakan tiap tahun dan juga pengadaan training IYC Camp berdampak cukup signifikan pada ritmik kerja panitia: “kerjaan makin pada beres! Hahah karena mereka jadi udah pada tau kan ritmik dan alur kerjanya gimana... kalo divisi A butuh sesuatu ya berari ke divisi B. Begitu juga sebaliknya... jadi pada ngerti kemana harus nanya, dan gimana harus ngerespon kalo ada masalah urgent” (GPP. 26)
4.2.3 Partisipasi Pemuda yang Berpartisipasi dalam Kepanitiaan IYC Indonesian Youth Conference sebagai program tahunan yang kini bernaung dibawah nama organisasi Sinergi Muda akan memasuki tahun ke lima. Alasan pemilihan program IYC dari Sinergi Muda sebagai objek penelitian dikarenakan konsistensi dan inovasi yang terus dikembangkan oleh sekelompok anak muda di dalamnya sejak pertama diselenggarakan pada 2010. IYC telah sudah cukup dikenal dikalangan anak muda serta menjadi program unggulan yang kemudian mendorong Sinergi Muda melahirkan pogram-program baru pengembangan dari IYC. Partisipasi pemuda sangat diharapkan dalam proses pelaksanaan program IYC setiap tahunnya. Partisipasi disini diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan,
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
116
mulai dari menjalankan, memprakarsai sampai dengan mengambil keputusan dalam kegiatan tersebut. 1. Beragam Karakter Anak Muda yang Bergabung dalam Kepanitiaan IYC Panitia teripilih yang merupakan anak muda dari Jabodetabek yang tiap tahunnya berganti juga menunjukan kepada pengurus SM bahwa terdapat beragam potensi yang dimiliki anak muda itupun hanya dari wilayah Jabodetabek. Informan AK mengemukakan berbagai karakter anak muda yang tergabung dalam kepanitiaan IYC setiap tahunnya: “tiap tahun pastinya beragam banget..tapi kebanyakan sih mereka udah pada pengalaman berorganisasi dan ikut kepanitiaan macem-macem, mereka punya semangat tinggi buat membawa perubahan baik untuk dirinya sendiri, orang lain, dan juga untuk bangsanya...” (AK, Co-founder IYC, 24 Mei 2014) Informan DA mengungkapkan pula hal hampir serupa terkiat karakter anak muda yang tergabung dalam kepanitiaan IYC: “rata-rata pada bawel ya.. hahah, tapi bawelnya berisi kok. Banyak yang
udah
ngeluarin ide tuh sampe gak inget budget haha. Tapi seneng banget liat anak muda yang pada punya antusiasme tinggi. Kalo ada yang aneh-aneh ya wajar sih ya.. kayak misal ada yang rada jarang ikut rapat, kurang aktif bahkan sampe ada yang lucu banget kayak pelawak juga ada. Itu semua emang dinamika yang biasa terjadi dalam organisasi manapun dan kita sangat wajar sama hal kayak gitu.. dijadiin sebagai „warna‟ organisasi aja... ya nggak” (DA, Sekretaris SM, 17 Mei 2014)
Terkait masalah motivasi yang dibawa oleh para calon panitia, GPP mengemukakan: “macem-macem sih.. ada yang motivasinya tinggi... ada yang Cuma ikut-ikutan temen, bahkan ada yang disuruh ikutan aktif di organisasi sama orang tuanya. Yang motivasinya tinggi keliatan dari keaktifannya di milis misalnya, kalo respon apa-apa cepet. Biasanya mereka yang semangat gitu cepet tanggap dan banyak idenya (kreatif)” (GPP, Manajer Program, 24 Mei 2014)
AW kemudian menambahkan bahwa anak-anak muda yang tergabung dalam kepanitiaan IYC tidak seluruhnya mereka-mereka berasal dari kalangan aktivis yang sudah Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
117
terbiasa bergabung dalam acara kepanitiaan kampus maupun organisasi lainnya. AW mengungkapkan: “...Oh ya, IYC juga isinya bukan anak-anak yang adem-adem gitu semua loh. Lumayan banyak juga anak-anak yang doyan dugem gitu, bahkan mereka kadang jadi suka „ngeracunin‟ anak-anak yang masih „polos‟ buat ikutan dugem haha.. tapi ya selama ga membahayakan citra IYC dan dirinya sendiri sih gak masalah mereka yang seperti itu. Pada dasarnya rata-rata mereka yang gabung di IYC masih pada ngerti batasan. Yang terpenting, gak ada yang terlibat sama obat-obatan terlarang” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014)
2. Latar belakang Anak Muda Berpartisipasi dalam Kepanitiaan IYC Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan mereka turut berpartisipasi dalam program IYC yang dilaksanakan oleh Sinergi Muda yaitu karena adanya dorongan dari diri sendiri (motivasi dalam diri), disarankan atau diajak oleh teman, dan ada pula yang tidak memiliki motivasi atau sekedar iseng
1. Diajak oleh teman Tujuan mereka berpartisipasi adalah untuk mencari kegiatan yang bermanfaat, menguji kemampuan dalam berorganisasi dan menambah jejaring pertemanan. Namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa ada dari mereka yang tergabung dalam panitia penyelenggara IYC tidak memiliki motivasi atau tujuan apapun dalam mengikuti kepanitiaan. RR, 23 tahun misalnya, ia tidak memiliki motivasi ketika memutuskan untuk bergabung kedalam IYC. Partisipasinya dalam IYC semata-mata karen ajakan temannya. Seperti penuturannya: “...pertama ikut di 2011 gue Cuma diajak-ajakin sama AW yang di 2010 udah ikut ngurus IYC, gue denger sih seru-seru dan lumayan juga lah udah bosen juga sama acara kampus yang gitu-gitu aja” (RR, 23 th) 2. Motivasi dalam diri Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
118
Berbeda dengan LZK yang masih berusia 16 tahun dan memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan IYC, ia bergabung dalam IYC karena memiliki tujuan agar kemampuannya dalam bersosialisasi dapat semakin berkembang. Ia menuturkan: “..emang untuk belajar dan mengembangkan diri sih, dari jaman SMP udah seneng ikutan kepanitiaan macem-macem. Ngisi waktu luang juga nunggu masa sekolah lagi” (LZK, 16 tahun) Hampir serupa dengan LZK, RK ingin belajar mengembangkan kemampuannya dengan berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC. LZK mengungkapkan: “...nambah temen dan ngasah kemampuan sama belajar gimana kerja sama orang dengan berbagai macem latar belakang aja sih, itung-itung latihan kalo kerja nanti” (RK, 22) Sedangkan IMS, ia termotivasi bergabung dalam kepanitiaan IYC adalah agar ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan lingkungan dan kegiatan yang positif karena lingkungan pertemanannya yang terbilang „tidak sehat‟. IMS menuturkan: “gue pengen cari kegiatan yang lebih positif aja sih bro, lingkungan pergaulan gue cukup bahaya sih makanya cari alternatif juga biar ada alesan ga terlalu sering main-main sama mereka. pas tau tentang IYC, gue langsung tertarik mau coba ikutan sibuk di kepanitiaan ginian” (IMS, 23) 3. Tidak memiliki motivasi Berbeda dengan 4 (empat) informan lainnya, DNC tidak memiliki motivasi yang kuat untuk turut bergabung dalam kepanitiaan IYC. Terlebih lagi, ia hanya iseng untuk mendaftarkan diri dalam kepanitiaan. Seperti penuturannya: “jujur gue malah ga ada motivasi tertentu ikutan kepanitiaan. Iseng aja.. dibilang ngisi waktu juga sebenarnya gak juga, ya mungkin motivasi paling standar adalah pengen nambah temen aja” (DNC, 24 tahun) 3. Terbentuknya peer-group dalam Kepanitiaan IYC Beragamnya motivasi, menimbulkan pula kelompok-kelompok pertemanan di dalam partisipasi anak muda dalam kepanitiaan IYC, dimana individu cenderung untuk mencari teman yang memiliki tujuan yang sama. Persamaan motivasi dalam suatu kelompok mempermudah mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Ada hal lain yang diungkapkan IMS, ada dua golongan panitia IYC yakni terbagi atas “anak lama” dan “anak baru”. Hal ini terjadi karena dalam kepanitiaan IYC memang memiliki kebijakan bahwa harus ada panitia yang sudah mejalani kepanitiaan di tahun Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
119
sebelumnya agar kinerja panitia baru memiliki sosok yang dapat memberinya masukan. Namun hal tersebut, justru pernah berdampak pada munculnya kelompok anak lama dan anak baru: “di IYC ini sebenernya mulai kelihatan semenjak tahun ketiga di 2012. Keliatan banget gap antar panitia yang udah gabung dari 2010 sama yang baru gabung. Kumpul nya jadi sama yang itu-itu aja dan kalo abis rapat biasanya lebih keliatan lagi, mana yang masih kuat main samepe malem, mana yang langsung balik (pulang)” (IMS, 23 tahun) Meskipun Sinergi Muda dengan program IYC yang terus berkembang tiap tahunnya dimana individu-individu didalamnya terbentuk menjadi kelompok formal, namun berdasakan observasi penulis pengelompokan memang terjadi diantara para pengurus dan panitia pelaksana. Seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (1993), bahwa terdapat suatu gejala dimana dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan aturannya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Kelompok informal yang terdapat di IYC secara garis besar terbagi atas dua kelompok. Mereka dikenal dengan “panitia lama” dan “panitia baru”. Panitia lama adalah mereka yang sudah ikut tergabung dalam kepanitiaan IYC sejak 2010 dan karena kapabilitasnya yang masih dibutuhkan dalam proses pelaksanaan IYC, maka posisi dan pembagian tugasnya masih ia pegang atau berganti jabatan mengisi divisi yang lain. Mereka juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkumpul dan nongkrong bareng setelah rapat yang biasanya dilakukan pada malam hari setelah jam kerja, sedangkan anak baru adalah mereka yang baru masuk kedalam kepanitiaan dan cenderung tidak bisa lama-lama berkumpul sehabis rapat. Seperti yang dituturkan oleh AW, bahwa anak lama sering pula mendapat predikat “night people”. Predikat tersebut menurut informan lainnya pula muncul dikarenakan tingkah laku mereka yang sering nongkrong hingga larut malam. Seperti penuturan RR berikut: “...beberapa yang udah lama memang biasanya sering main-main sampe malem, entah makan, nonton tapi tetep ya gak macem-macem. Justru kadang-kadang ide-ide bagus buat pelaksanaan IYC bisa muncul dari nongrkong-nongkrong gitu” (RR, 23 tahun)
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
120
Pendapat lain dituturkan oleh AW dimana munculnya kelompok-kelompok “anak lama” dan “anak baru” juga dicerminkan dari motivasi mereka ketika memutuskan untuk bergabung menjadi panitia IYC “yang motivasinya aneh-aneh nih kayak yang nyari pasangan atau bahkan saking gak ada kerjaannya, ya pada masih betah di IYC buat bantu-bantu panitia-panitia baru. Anak lama gitu biasanya juga karena ada pacarnya yang juga masih ngurus IYC dan ada juga yang beneran mau nyari jodoh haha makanya sebelum ada dapet beneran ya masih betah di IYC” (AW, Ketua SM, 17 Mei 2014)
4.2.3.1 Pengembangan Diri Pemuda yang berpartisipasi di IYC Dasar dari aktualisasi diri adalah motivasi, yaitu motivasi seseorang untuk senantiasa mengembangkan potensinya. Bila seseorang tidak memiliki motivasi, maka besar kemungkinan pula potensi yang ada di dalam dirinya sulit untuk diketahui, sehingga berdampak pada dirinya yang sulit untuk berkembang. Untuk mengembangkan potensi, selain dari pihak organisasi yang melakukan upaya pengembangan diri melalui team builiding dan capacity building, diperlukan upaya-upaya dari individu itu sendiri. Informan DNC pada awalnya tidak menyadari motivasi dan potensinya, maka ia tidak memiliki upaya apapun untuk berkembang. Berbeda dengan RR, LZK, IMS dan RK dimana mereka mengupayakan agar potensinya senantiasa berkembang. Harapan dan motif mereka dalam mengikuti kepanitiaan pun menjadi dasar yang memotivasi diri mereka untuk terus berkembang. Hal tersebut pula yang kemudian memunculkan pengembangan diri yang ada pada diri mereka. Individu yang senantiasa aktif, berkreasi mengungkapkan segenap potensi dan berusaha ke arah pengembangan diri yang optimal, dapat menjadikan orang berfungsi penuh (fully functioning) 1. Terus mencari pengalaman Orang yang ingin selalu mengembangkan dirinya senantiasa haus akan pengalaman. Hal ini yang terjadi pada LZK dimana ia juga telah mengikuti banyak kegiatan dalam aktivitas
kepemudaan
lainnya
untuk
menambah
pengalamannya.
Seperti
penuturannya: Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
121
“...gue kebetulan juga udah terbiasa ikut kegiatan sosial bareng organisasi kepemudaan lain sejak masih SMA juga, selain OSIS yah. Dari situ banyak banget kesempatan dateng acara dan ketemu banyak orang dengan pemikiran yang out of the box sih menurut gue. Dari situ juga nambah ilmu, pergaulan dan macem-macem deh. Motivasi ikut organisasi-organisasi lain setelah lulus SMA jadi makin tinggi lagi. Ya akhirnya ikutan IYC deh” Begitu juga dengan RR yang sejak SMP sudah menambah pengalamanpengalamannya dengan mengikuti kegiatan dalam organisasi: “dari SMP sampai SMA gue sering terjun ke organisasi baik di sekolah maupun di luar sekolah, jadi gue merasa potensi diri gue cukup besar. Misalnya gue ikut kegiatan karang taruna, di sekolah juga sempet ikutan pramuka dan OSIS gue ikutin semua. Alhamdulillah dari potensi yang gue coba kembangkan di situ sering mendapat penghargaan dan sering menang kayak misal di Pramuka. Nah seiring dengan umur dan jalan pikiran juga kali yah...sekarang-sekarang pengen cari yang lebih luas lagi, masih butuh tempat untuk mengembangkan potensi gue, dan IYC salah satu jalan menuju kesana sih. Setelah ikutan IYC, ya emang bener disini gue jadi semakin banyak berkembang” Kegiatan yang diikuti oleh LZK dan RR berdampak positif bagi pengembangan diri mereka, baik di bidang akademis maupun bidang non akademis. Dengan adanya dampak tersebut maka mereka semakin terbuka akan kegiatan-kegiatan yang menambah pengalaman mereka. Informan LZK mengungkapkan: “...di SMA gue gak menemukan organisasi yang bikin acara se-complicated IYC. Jarang yang mau dan bisa mendengar saran macem-macem. Di IYC Anak-anaknya open minded jadi gue gak perlu jaim-jaim-an Di IYC juga banyak yang udah dewasadewasa jadi gue sih berharap gue semakin bisa berkembang dan menjadi diri gue sendiri..” (LZK, 16) Hal hampir serupa juga diungkapkan oleh IMS yang berharap dengan partisipasinya di kepanitiaan dapat melatih dirinya untuk lebih percaya diri: “...lebih ngelatih diri dalam Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
122
bertemu banyak orang sih. Biar lebih percaya diri dalam kehidupan sehari-hari juga mungkin ya..” (IMS, 23) 2. Kehidupan eksistensial Upaya pengembangan diri dapat dilakukan dari hal-hal paling sederhana seperti yang dilakukan RR, dengan menunjukkan bahwa ia bisa mengerahkan segala kemampuannya ketika diberi tanggung jawab menjadi Ketua Pelaksana IYC 2013, seperti yang diutarakannya: “..gue ditunjuk sebagai PO itu juga karena pada main tunjuk-tunjukan, gue yang kena deh. Ya tapi gue sih jalanin aja. Ibaratnya ‟siapa takut‟ gitu. Justru jadi ajang pembuktian juga sih sebenernya gue bisa gak ngurus acara yang terbilang gede gini. Gue mulai cari-cari ilmu dari yang udah pengalaman tahun-tahun sebelumnya dan korek informasi sedalam mungkin tentang kelebihan dan kekurangan acara tahun sebelumnya” (RR, 23 tahun) 3. Rasa kebebasan Upaya lain juga dilakukan oleh IMS dimana ia berusaha untuk menjalankan secara maksimal pembagian tugas yang dipercayakan kepadanya “pertama gabung, jujur gue nekat kan ya masuk divisi multimedia which is gue harusnya paham lah soal dunia videografi. Gue sama sekali gak paham. Tapi gue suka hal-hal itu. Makanya gue pengen terus belajar dari RN dan SD. Kalo udah suka kan apapun enak aja dijalanin kan yah..” Penjelasan LZK tidak jauh berbeda dengan RR dan IMS, dimana ia selalu berupaya mencari sisi positif untuk mengembangkan potensi dirinya yang setidaknya dapat menambah pengalamannya dalam pergaulan sehari-hari. Bedanya dengan RR dan IMS yang akan mengambil semua kesempatan yang ditawarkan kepadanya, LZK cenderung lebih memilih kesempatan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalnya, potensi yang dimilikinya adalah kemampuan untuk bertemu orang banyak, maka LZK lebih memilih untuk diberi kesempatan untuk mengadakan rapat dengan calon pembicara, humas terkait komunitas maupun organisasi lain dan hal-hal yang bersifat komunikasi langsung. LZK akan menghindari bidang-bidang yang menuntutnya untuk dibalik layar seperti perbendaharaan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
123
dan pengarsipan, karena ia tahu potensi yang ada pada dirinya akan sulit berkembang di bidang tersebut. Seperti yang ia ungkapkan: “jujur gue agak gatel kalo lebih banyak berkutat sama laptop atau hal-hal yang bersifat non-teknis, lebih seneng aja langsung ketemu sama orang, ngobrol banyak, tukar ide-pikiran jadi dapet pengetahuan baru macem-macem” 4. Percaya diri Keempat infoman diatas tidak memungkiri bahwa keterlibatannya dalam kepanitiaan IYC membuat potensi yang ada dalam diri mereka keluar. IMS merasa apabila tidak terlibat dalam kegiatan program IYC, maka potensi dirinya akan terpendam walaupun tidak seluruhnya. Di IYC, IMS menjadi lebih merasa berani dan percaya diri serta mampu mengasah kreativitasnya. Demikian pula dengan LZK yang merasa lebih berani lagi dalam mengemukakan pendapatnya. Sikap beraninya itu diimbangi pula dengan berani mengakui kesalahan bila ia melakukan sesuatu yang tidak sesuai. Ia juga meyakini bahwa perasaan berani yang muncul merupakan suatu potensi bagi dirinya karena sudah merasa nyaman bergabung dalam kepanitiaan IYC dan bertemu dengan berbagai macam anak muda lain dari berbagai latar belakang yang berbeda pula. Rasa percaya diri dirasakan oleh RR: “..semenjak ikutan IYC, emang berasa sih sikap gue ke orang-orang jadi lebih terbuka dan percaya diri nambah...percaya dirinya bertambah banget. Kalo dulu kurang, dengan gabung ke IYC jadi tambah percaya diri. Mungkin karena terlalu sering bertatap muka dengan orang banyak. Karena dipaksa keadaam, kalau ngga ada paksaan itu nggak mungkin juga kali ya bisa hehe. Karena dengan paksaan itu jadi bisa ini bisa itu dan jadi biasa ngelakuinnya. Kayak misal, “kamu harus cari dana ya” “kamu harus ngadepin masalah kayak gini...cari solusi” yang kayak gitu yang bikin kita terpaksa tapi dalam hal positif” (RR, 23) 5. Kreativitas Terkait dalam hal motivasi, seperti yang telah dijelaskan pada temuan lapangan diatas bahwa motivasi yang ada pada masing-masing informan mengikuti kepanitiaan IYC beragam. Motivasi yang kuat dapat membentuk potensi diri secara cepat karena kemauan keras dari dalam individu tersebut, namun bukan berarti individu dengan motivasi yang Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
124
lemah atau bahkan tidak memiliki potensi tidak akan terlihat potensinya. DNC yang tidak memiliki motivasi justru mengakui bahwa dirinya belajar banyak hal dari beragam panitia di IYC. Lingkungan yang positif dan kegiatan yang memaksanya untuk bertindak kreatif berpengaruh pula pada kebiasaannya menjadi tidak lagi malas dan justru membangkitkan motivasi bagi dirinya untuk berkembang “...gue mungkin termasuk orang yang tadinya pemales. Tapi gue di IYC jadi belajar banyak juga dari yang lain. Gue jadi punya ambisi besar, ada cita-cita someday karya gue bisa ditampilin di festival film-film luar. Punya cita-cita tinggi tapi agak males kan susah ya.. nah itu yang harus gue lawan. Gue sadar potensi gue lumayan lah buat bikin film” (DNC, 24) Berbeda kondisi, RR menambahkan bahwa ia mengakui tidak hanya rasa percaya diri yang terus meningkat, ia juga merasa dirinya menjadi pribadi yang jauh lebih kreatif dan berpikir bahwa mungkin saja potensi dirinya akan berkembang lagi jika ia berada pada dunia indsutri kreatif nantinya: “hmm gue jadi lebih kreatif sih... haha pede banget ya. Tapi beneran deh, gue jadi lebih punya banyak ide-ide karna keadaan di IYC yang memaksa harus berpikir cepet dan bisa berguna bagi banyak orang” (RR, 23) 4.2.3.2 Upaya Pengembangan Diri Masing-masing individu tentu memiliki bentuk serta upaya tersendiri yang dilakukan sebagai sarana mereka untuk mengembangkan diri dan potensinya. Hal-hal yang mereka lakukan tentunya agar partisipasi mereka dalam kepanitiaan juga tidak sia-sia dan memiliki manfaat bagi jalannya program. 1. Kumpul bersama dan diskusi Informan RR mengungkapkan cara ia dalam mengembangkan diri dan mengakrabkan dirinya dengan panitia lain: “...beberapa yang udah lama memang biasanya sering main-main sampe malem, entah makan, nonton tapi tetep ya gak macem-macem. Justru kadang-kadang ide-ide bagus buat pelaksanaan IYC bisa muncul dari nongrkong-nongkrong gitu” (RR, 23 tahun) Sedangkan LZK lebih kepada sarana diskusi dengan panitia lain: “gue jatohnya jadi sering banget diskusi sama sesama panitia lain yang umurnya lebih tua dari gue. Ya pengen tau Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
125
pandangan-pandangan lain aja terhadap isu yang pengen gue tahu dari sudut pandang berbebda.. sering browsing hal-hal unik juga sih buat acara IYC” (LZK, 16 tahun) 2. Rajin mengikuti pertemuan rutin (rapat) Sedangkan IMS dan RK lebih kepada sering mengikuti pertemuan rutin dan bertemu dengan para calon mitra kerjasama sebagai sarana melatih kemampuan komunikasi mereka. IMS menuturkan: “hmm rajin ikut rapat, cepat tanggap di milis, responsif sama informasi yang urgent, itu menurut gue hal yang gue lakuin supaya gue makin ngerti ritmik kerja di IYC dan melatih diri juga untuk bisa cepat adaptasi sama orang-orang yang baru dikenal” (IMS, 23). Sedangkan RK mengungkapkan sebagai berikut: “...kalo ada meeting sama pihakpihak calon sponsor gue selalu pengen ikut, karena pengen belajar juga gimana caranya approaching sponsor gitu. Lebih aktif pas rapat dan banyak nanya aja sih gue paling biar gak kurang update juga” (RK, 22 tahun) 4.3.3.3 Hambatan Dalam Kepanitiaan dan Sikap yang Dilakukan Selain adanya gap yang terjadi antara panitia baru dan panitia lama yang sudah diungkapkan diatas, hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan program IYC juga berasal dari dalam diri individu panitia itu sendiri 1.
Manajemen waktu Seperti penuturan RK yang dihadapkan masalah tentang manajemen waktu yang dimilikinya, namun kondisi tersebut kemudian melatihnya untuk memiliki kemampuan mengatur waktu lebih baik lagi: “hm.. palingan dituntut untuk siap siaga sih, terutama kerjaan gue kan meeting sama calon pembicara ya.. jadi kapan pun calon pembicara itu mendadak ngontak gue, ya gue harus sedia waktu padahal jadwal kuliah lumayan padet” (RK, 22 tahun)
2. Keragu-raguan dalam mengemukakan gagasan atau pendapat RR mengungkapkan hambatan yang ia rasakan lebih kepada keraguan dalam memberikan pendapatnya seperti berikut: “masih suka ragu-ragu sih kalo lagi rapat terus mau ngungkapin ide.. susah ngerangkai katanya gitu karena orang-orang di IYC kayaknya pada cerdas-cerdas kalo ngomong.. jadi guenya yang minder” (RR, 23 tahun) Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
126
3. Waktu pelaksanaan rapat Lebih lanjut, DNC mengutarakan bahwa hambatan juga terjadi dari karena waktu pelaksanaan rapat pleno rutin diadakan pada malam hari dan berdampak pula pada masalah pembagian waktunya mengerjakan tugas lain: “rapatnya suka selesainya kan malem ya... itu sih waktu gue buat kerjain kerjaan lain misalnya jadi suka molor juga. Ya konsekuensi sih itu sebenernya, gue juga sadar harusnya bagi-bagi waktu lagi” (DNC, 24) Berbagai hambatam dan juga konflik yang terjadi juga menuntut para panitia tersebut untuk bersikap dewasa dan tidak mementingkan dirinya sendiri terhadap keputusan yang akan dilakukan. Sikap diri anak muda dalam menghadapi masalah merupakan bagian dari proses pengembangan diri mereka agar dapat menjadi pribadi yang peka terhadap perbedaan Informan DNC menyatakan sikap yang ia lakukan saat menghadapi masalah dalam kepanitiaan: “...kalo menghadapi masalah yang ngga bisa gue selesein, yaudah biasanya gue diemin aja. Jadi ngga pernah sampe tuntas..hehe..daripada bikin pusing sendiri. Ga bagus sih sebenernya tapi gue emang ga mau ambli ribet” (DNC, 24) Hampir serupa dengan DNC, RR juga menganggap bahwa masalah merupakan hal yang wajar terjadi, untuk itu tidak perlu sikap yang gegabah dalam menghadapi suatu masalah: “..gak pernah terlalu menganggap tiap masalah itu berat. Jadi gue bersikap santai aja kalo lagi ada konflik atau gimana. Tapi bukan berarti santai masa bodo‟ gitu ya.. tetep gue mikir usaha cari solusi but not panic” (RR, 23) Berbeda dengan yang dialami oleh RK dan LZK, mereka lebih memilih mengambil sikap untuk introspeksi diri bahwa masalah atau konflik yang pernah ia dapati adalah sarana untuk terus belajar menjadi pribiadi yang lebih baik “pernah banget punya masalah sama sesama panitia, seseorang sih. Itu kan jadi beban ya ke gue sebenernya. Jadi ngga enak juga kalo lagi harus rapat dan ketemu. Jadi kayak ngerasa musuhan diem-dieman padahal sama-sama salah tapi gengsi buat minta maaf duluan. Tapi gue jadi ambil hikmah aja sih, dimana letak kekurangan gue...” (RK, 22) “hmm gue langsung introspeksi diri sih kenapa gini..kenapa gitu.. mungkin karna gue emang tipenya mikirin banget sesuatu kali ya jadi kebawa perasaan juga. Mending Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
127
introspeksi, daripada nyari kesalahan orang kan. Sukur-sukur ada yang bisa kasih masukan, saran. Mentok-mentok ya diem aja. Tapi ga gitu juga sih tetep harus cari solusi sebelum masalah makin besar. Biar jadi pelajaran juga gak keulang lagi” (LZK, 16) 4.2.3.4 Potensi Pemuda yang Berkembang dalam Partisipasinya di Kepanitiaan IYC Seperti yang telah dibahas pada hasil temuan lapangan sebelumnya bahwa Sinergi Muda sebagai organisasi yang menaungi jalannya pelaksanaan IYC, menjalankan berbagai strategi baik untuk pencapaian program IYC sendiri maupun bagi pengembangan diri anak muda yang berpartisipasi sebagai panitia hingga terbentuk pula potensi bagi para anak muda dalam kepanitiaan tersebut. Melalui IYC Camp, kegiatan rapat rutin dan kegiatan Kumpul Kebersamaan, para panitia mengakui bahwa kegiatan-kegiatan tersebut memiliki manfaat bagi diri mereka dalam menjalankan tugasnya di kepanitiaan IYC 1. Motivasi berkembang Dengan adanya pelatihan dan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pengurus, berdampak pula pada motivasi individu yang tadinya tidak memiliki motivasi, menjadi lebih tertarik pada program dengan alasan dapat terlibat dalam aktivitas positif yang mempengaruhi kepribadian serta memunculkan potensi diri: “jadi lebih tahu kepribadian masing-masing sih.. jadi bisa ngerti harus bersikap sama yang ini gimana.. sama yang itu gimana.. saling support, dan kasih motivasi. Punya cita-cita tinggi tapi agak males kan susah ya.. nah itu yang harus gue lawan” (DNC, 24)
2. Munculnya inisiatif Keterampilan dan potensi para panitia tumbuh melalui berbagai hambatan yang meraka hadapi dalam proses pelaksanaan program. Panitia menjadi lebih memahami satu sama lain bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan program: “gue jadi ngerti alur kerja.. misalnya kalo harus ngurus ini berarti gue harus ngobrol ke si A, ngurus itu berarti gue harus ngobrol ke si C. Dan gue juga jadi ngerti kapan harus bersikap responsif atas segala informasi yang diterima” (LZK, 16 tahun)
3. Relasi yang terjalin Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
128
Perkembangan dalam pembentukan relasi pribadi dengan antar panitia juga terbentuk dan merupakan kesempatan untuk membangun modal sosial bagi individu tersebut dan berdampak pula pada kinerja tim “jadi kenal satu sama lain, mana yang enak buat diajak curhat masalah personal, mana yang enak diajak bercanda, mana yang enak diajak serius. Karena di IYC semua kan beragam ya... agak beresiko juga kalo bersikap seenaknya yang seperti hari-hari gue lakuin. Gue juga jadi belajar cara kontrol diri sih akhirnya... lebih belajar etika dalam berorganisasi juga” (IMS, 23 tahun)
Program IYC menjadi wadah bagi anak muda untuk secara bebas mengeluarkan segala gagasan dan ide-ide postif merka. Bekerja dalam tim dengan anggota kerja yang berasal dari berbagai macam latar belakang juga menambah jaringan pertemanan mereka. Para informan juga mengaku bahwa diri mereka semakin terlatih untuk percaya diri dan mengemukakan pendapatnya sehingga berdampak pada kehidupan sehari-hari: “disini gue tuh merasa seperti keluarga jadinya satu sama lain. Banyak yang sering ngingetin, negur kalo salah-salah. Efeknya juga jadi kebawa sama pergaulan di kampus, jadi lebih aware sama tugas-tugas juga karena harus bagi waktu” (RK, 22)
RR kemudian juga mengungkapkan bahwa melalui partisipasinya dalam IYC, hal-hal positif tumbuh dalam dirinya terutama potensinya dalam hal menjalin komunikasi dengan orang lain: “banyak banget... satu yang paling gue rasain ya itu tadi percaya diri gue diasah banget di IYC. Ngomong yang tadinya ngelantur, ragu-ragu perlahan jadi teratur. Gitu deh..karna macem-macem orang jadi bisa nambah link pertemanan baru.” (RR, 23) Sikap dan perilaku mereka pun secara berposes mengalami perubahan dalam menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari. Mereka lebih mengedepankan kepentingan kelompok daripada pribadi ketika bekerja dalam tim misalnya. Rasa percaya diri yang terus meningkat merupakand dampak yang paling terbentuk oleh mereka dengan bergabung dalam kepanitiaan IYC dengan melalui serangkaian kegiatan yang telah dirancang oleh para pengurus Sinergi Muda. Berikut penuturan para informan:
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
129
“perubahannya ya gitu.. gue dulunya terbilang pendiem sih hehe sekarang ternyata malah jadi banyak ngomong karena dituntut juga kan untuk approaching pemateri sesi seminar. Jadi lebih PD, nggak minder karena semua open minded anak-anaknya. Semua juga saling dukung kalo lagi ada masalah personal. Banyak yang bisa dijadiin tempat curhat. Jadi enak aja mau ngomong sana-sini kadang sampe lupa waktu” (RK, 22)
Bagan 4.3 Bagan Pengembangan Diri Pemuda dalam Kepanitiaan Program IYC Sumber: Olahan Penelitian
4.3 Analisis 4.3.1 Strategi Sinergi Muda dalam Upaya Pengembangan Diri Panitia IYC Program Indonesian Youth Conference (IYC) yang telah berjalan sejak 2010 telah bertransformasi dari hanya sebuah kegiatan yang dibentuk oleh sekelompok anak muda dan untuk anak muda menjadi sebuah program tahunan yang diperhitungkan oleh banyak komunitas dan organisasi berbasis kepemudaan lain di Indonesia. Tidak sekedar program, IYC yang dahulu tidak memiliki badan legalitas yang mewadahinya, kini memiliki badan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
130
kelembagaan sebagai wadah aktivitas para pengurus dalam mengembangkan program dan mencapai tujuan-tujuan yang telah dibuat. Dengan membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Perkumpulan Sinergi Indonesia Muda atau dikenal dengan Sinergi Muda, Program IYC terus mengembangkan diri sebagai program unggulan tahunan yang tidak hanya berfokus pada pelaksanaan yang ditujukan kepada para partisipan, tetapi juga mementingkan faktor keberhasilan internal kepanitiaan dalam proses menuju pelaksanaan program IYC. Upaya capacity building (Lihat Bab 4, hal.108) dan juga team building (Bab 4, hal.97) yang dilakukan oleh organisasi menjadi basis bagi perkumpulan ini untuk menyalurkan dan mengembangkan diri bagi para anak muda yang berpartisipasi dalam proses pelaksanaan program IYC dengan menjadi panitia pelaksana. Sebagaimana yang diungkapkan Quinn (1998) bahwa strategi merupakan pola atau perencanaan yang terintegarasi oleh tujuan organisasi, kebijakan dan pelakasnaannya. Strategi yang dilakukan oleh organisasi Sinergi Muda adalah bentuk upaya organisasi dalam membentuk ritmik kerja yang baik sekaligus mengembangkan segala potensi anak muda untuk bebas berkreativitas dan berekspresi menuangkan segala ide bagi kesuksesan pada pelaksanaan program IYC itu sendiri. Lebih lanjut, menurut Andrews (1998) strategi organisasi juga berhubungan pula dengan pengelolaan sumber daya dalam organisasi. Seperti halnya IYC yang setiap tahunnya membuka proses rekrutmen yang dilakukan sebagai wujud organisasi membuka kesempatan bagi anak muda untuk bisa berpartisipasi dalam pelaksanaan program IYC serta proses regenerasi penerus berjalannya program. (Lihat Bab 4, hal.99) Pengurus Sinergi Muda juga terus mengembangkan dirinya dalam merancang strategi menuju pencapaian tujuan program. Dimulai dari proses rekrutmen khusus kepada anak muda wilayah Jabodetabek yang akan mengisi dalam kepanitiaan program IYC (bab 4, hal.107). Proses rekrutmen ini sendiri merupakan strategi bagi organisasi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam menjalankan program. Proses rekrutmen lebih jauh melihat bagaimana keterampilan yang dimiliki, motivasi dan juga intelektual calon panitia program IYC. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lykke dalam Bartholomees (2010) mengenai konsep tujuan, cara dan sumber daya organisasi dalam merancang strategi. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
131
Dari hasil seleksi rekrutmen tersebut, terpilih berbagai macam anak muda dari bermacam latar belakang pendidikan dan juga sifat, karakter kepribadian masing-masing individu (Bab 4, hal.118). Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut kemudian menjadi hal yang patut untuk menjadi perhatian para pengurus Sinergi Muda untuk kemudian membangun sebuah tim yang solid. Kegiatan-kegiatan dalam proses pelaksanaan program pun menjadi agenda diskusi dalam pertemuan rutin pengurus dalam rangka penguatan kapasitas baik tim maupun individu yang diharapkan akan berampak pula bagi pengembangan diri dari anak muda tersebut. Program IYC merupakan program yang tahap demi tahap pelaksanaannya dijalankan oleh anak muda dimana pada berbagai macam kondisi dituntut untuk cepat dalam mengambil keputusan dalam tim. Anak muda pada umumnya mengalami masa dimana ia menerima tanggung jawab sebagai orang yang mampu menentukan perannya dalam kehidupan sosial dan berorganisasi serta bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan yang baru (Hurlock, 1997). Seperti halnya mereka yang tergabung dalam kepanitiaan, mereka harus mampu menghadapi situasi bahkan konflik dimana hal tersebut akan menjadi proses yang mengarahkan mereka agar menjadi pribadi yang berfungsi secara penuh (fully functioning). (Helms, 1995) Perkembangan dalam masa muda selain berupa perkembangan karakter dan penguasaan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, juga termasuk didalamnya adalah perkembangan dalam pembentukan relasi pribadi dalam rangka membentuk jaringan sebagai bentuk pertukaran pengetahuan.
4.3.1.1 Membangun Kekompakan Tim Program IYC merupakan program yang sudah cukup dikenal oleh kalangan anak muda Indonesia sebagai salah satu program kreatif yang setiap tahunnya selalu dinantikan oleh anak muda untuk dapat hadir dalam IYC. Sebagaimana telah diketahui bahwa pada proses pelaksanaannya, IYC merupakan program yang dirancang oleh anak muda yang dihimpun melalui hasil seleksi oleh pengurus Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
132
Sinergi Muda untuk mempersiapkan pelaksanaannya. Dalam kurun waktu kurang lebih 7 (tujuh) bulan, panitia berusaha mempersiapkan IYC dengan konsep yang berbeda tiap tahunnya. Dibutuhkan kekompkan tim yang kuat untuk membangun ritmik kerja yang dinamis dan efektif. Sebelum Sinergi Muda terbentuk, proses membangun kekompakan tim dilakukan tidak secara sistematis oleh para panitia. Biasanya, kegiatan membangun kekompakan pada saat itu hanya diisi dengan „nongkrong bareng‟, menonton film bersama atau sekedar jalan (hangout) di akhir pekan atau malam hari sehabis rapat (Bab 4, hal.107). Ketika organisasi telah terbentuk, team building dikonsepkan secara serius dan terstruktur agar tim dapat bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan dan produktivitas Secara spesifik, Buchroth dan Parkin (2010) mengemukakan bahwa dalam membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi dan produktivitas. Hal yang dilakukan dalam kepanitiaan IYC untuk meningkatkan semangat dan juga rasa saling percaya adalah melalui hal-hal sederhana, seperti kegiatan disuksi ataupun sharing diantara anggotanya (Bab 4, hal.92). Sesi diskusi terbuka atau nongkrong bareng yang sering diadakan setelah rapat mingguan biasanya paling dinantikan bagi para panitia agar dapat meningkatkan semangat kerja dalam tim. Dalam hal pengembangan kapasitas masing-masing individu dalam tim, Sinergi Muda merancang kegiatan IYC Camp yang merupakan kegiatan pelatihan yang dikhususkan bagi mereka (para panitia) untuk membangun kekaraban sehingga berdampak para proses komunikasi yang baik dan produktivitas kinerja tim yang memuaskan (Bab 4, hal.106) Seperti yang telah dijabarkan, Program IYC merupakan program yang tahap demi tahap pelaksanaannya dijalankan oleh anak muda dimana pada berbagai macam kondisi dituntut untuk cepat dalam mengambil keputusan dalam tim. Proses pelaksanaan Program IYC oleh Sinergi Muda telah menjalankan berbagai upaya tingkatan dalam pengembangan kapasitas sepeti yang dikemukakan oleh Soeprapto (Bab 2, hal.43) 4.3.1.2 Partisipasi Pemuda dalam Kepanitiaan IYC
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
133
Partisipasi merupakan keterlibatan aktif individu dalam suatu kegiatan berorganisasi (Bab 2, hal.26). Keterlibatan aktif dalam hal ini tidak dilihat dari segi kuantitasnya, seperti jumlah kehadiran mereka dalam suatu kegiatan, namun lebih melihat dari segi kualitas yaitu keaktifannya di dalam memberdayakan dan mengembangkan dirinya untuk kegiatan (dalam hal ini program IYC) tersebut. Keterlibatan aktif panitia IYC juga dapat dinilai dari keaktifan mereka dalam berdiskusi secara virtual melalui fasilitas milis dimana para panitia saling bertukar informasi yang sifatnya mendesak dan penting untuk segera ditindaklanjuti (Bab 4, hal.126). Pasalnya, rapat mingguan rutin yang terkadang kurang berjalan efektif karena kehadiran panitia yang minim serta waktu yang sempit juga mempangaurhi keterlibatan aktif panitia pada saat pertemuan tatap muka langsung seperti rapat mingguan tersebut (Bab 4, hal.110). Untuk itu, komunikasi yang berjalan dilakukan melalui milis dan aplikasi messenger seperti Whatssapp atau Line. Dari berbagai temuan lapangan, terlihat masih ada anak muda yang tergabung dalam kepanitiaan IYC yang pada dasarnya belum memiliki tujuan dan motivasi yang jelas (Bab 4, hal.118). Sehingga upaya pengembangan diri atau bahkan pembentukan aktualisasi diri bagi mereka sulit untuk terjalin. Sedangkan dalam kegiatan berorganisasi diharapkan akan terjadi suatu proses belajar yang membuat seseorang mengubah perilaku dan orientasi terhadap tingkah laku, nilai dan kepercayaan pada diri dan orang lain yang mengarah pada perkembangan psikososial (Germain, 1991). Sehingga melalui partisipasinya tersebut, anak muda
dituntut
untuk
dapat
membangun
kegiatan-kegiatan
lain
dalam
rangkan
mengembangkan tujuannya serta membangun kepercayaan diri mereka. 4.3.2 Pengembangan Diri Dikaitkan dengan Teori Motivasi Pertumbuhan Seperti yang terlihat pada hasil temuan lapangan bahwa terdapat dua penggolongan anak muda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan program IYC (Bab 4, hal.117), yaitu anak muda dengan motivasi positif yang mengikuti kepanitiaan IYC dengan tujuan pengembangan diri dan anak muda yang tidak memiliki motivasi. Untuk mereka yang tidak memiliki motivasi terdapat dua pembagian yaitu mereka yang sama sekali tidak memiliki motivasi namun tidak terpengaruh pada stimulus-stimulus negatif dan bergabung karena diajak oleh teman (Informan RR), dan mereka yang tidak memiliki motivasi namun rentan terhadap pengaruh pergaulan negatif (Informan DNS, Informan IMS) Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
134
Pengembangan diri anak muda yang memiliki motivasi positif akan lebih mudah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki motivasi. Rogers dalam Helms (1995) menekankan bahwa pengembangan diri merupakan suatu proses yang mengarahkan manusia agar dapat berfungsi secara penuh, dan manusia yang berfungsi secara penuh memiliki motifmotif untuk memenuhi kebutuhannya yang bersumber dari tendensi pengaktualisasian untuk mencapai pengembangan diri yang optimal. Dalam kaitannya dengan kepanitiaan IYC, mereka yang memiliki motivasi positif ketika hendak bergabung menjadi kepanitiaan akan jauh lebih semangat dan memiliki inisiatif tinggi dalam memberikan respon dan pendapat ketika pertemuan rutin maupun aktivitas virtual melalui milis.(Bab 4, hal.116) Rogers juga menyatakan bahwa tingkah laku manusia dimotivasi oleh kecenderungan pengaktualisasian untuk mencapai perkembangan diri yang optimal melalui perluasan, pencarian stimulus, dan aktivitas lain yang bisa merangsang pengungkapan potensi-potensi. Begitupula dengan Maslow (1995) yang mengungkapkan bahwa motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi perkembangan diri manusia. Bila individu memiliki motivasi yang besar untuk senantiasa mengembangkan dirinya, maka ia akan terus berusaha menambah penglaman dan mencari aktivitas untuk merangsang potensipotensinya. Kecenderungan tersebut dapat terlihat pada apa yang dialami informan LZK. Ia yang aktif sejak SMA mengikuti kegiatan organisasi kepemudaan dan kemudian berlanjut berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC membuatnya terus termotivasi untuk menjadi pribadi yang cerdas tidak hanya intelektual tetapi juga kepekaan sosialnya. LZK yang dalam masa menunggu jadwal studi lanjutannya ke Inggris juga merasa perlu mengisi waktu luangnya dengan bergabung pada kegiatan-kegiatan organisasi, salah satunya program IYC. (Bab 4, hal.121) Pengembangan diri pada setiap individu dapat dilihat dari sejauh mana perubahan sikap dan perilaku kearah positif terlebih apabila bergabung pada organisasi (Dweck, 2000). IMS misalnya, setelah bergabung dalam kepanitiaan IYC ia merasakan banyak perubahan pada dirinya (Bab 4, hal.122). IMS yang sehari-harinya berada dalam lingkungan yang kurang kondusif untuk pengembangan diri. Baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya saat ini memberikan stimulus-stimulus negatif yang cukup sering ia terima. Peer-group-nya merupakan teman-teman yang cukup sering melakukan Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
135
keiatan amoral seperti tawuran, dan minum-minuman keras di lingkungan pertemanannya tersebut. Setelah bergabung dalam kepanitiaan IMS yang disibukan dengan pertemuan rutin, diskusi dan bertemu dengan banyak anak muda lainnya, IMS merasa cukup tertolong dengan aktivitas posititfnya dalam kepanitiaan IYC sehingga meminimalisir pertemuannya dengan teman-teman peer-group-nya. Informan IMS juga merasa dengan perubahan yang ada pada dirinya, maka ia memiliki suatu optimisme untuk senantiasa mencari pengalaman-pengalaman dan pelajaran baru dari berbagai teman barunya di kepanitiaan IYC. Dengan bergabung pada divisi yang pada dasarnya menuntutnya untuk bekerja kreatif dengan penggunaan alat-alat fotografi dan perangkat lunak lainnya, ia terus belajar dan berusaha memberikan hasil yang maksimal. Ia berharap dengan bergabungnya Ia dalam kepanitiaan IYC juga menjadikan potensi yang ada di dalam dirinya keluar dan semakin berkembang. (Bab 4, hal.123) Selain IMS, RK juga merasakan adanya perubahan atas perilakunya setelah ia bergabung dalam kepanitiaan di IYC dan mengikuti segala rangkaian team buliding dan juga capacity building di dalam kepanitiaan. Perubahan pada dirinya di dalam pergaulan membuatnya lebih semangat menggali pengetahuan baru melalui diskusi bersama temanteman di IYC bahkan hingga larut malam. RK merasa jauh lebih percaya diri dan tidak merasa rendah diri karena tuntuan perannya dalam kinerja tim IYC juga memotivasinya untuk mahir dalam berkomunikasi dan berjejaring dengan calon mitra kerjasama program IYC. (Bab 4, hal.126). Timbulnya rasa percaya diri juga dirasakan oleh RR. Ia merasa diterjukannya di dalam tugas kepanitiaan IYC sebagai Ketua Pelaksana “memaksa”nya untuk lebih berani bertemu dengan banyak orang. (Bab 4, hal.124) Pengembangan diri individu masing-masing informan tersebut menandakan adanya perubahan tingkah laku, dan memudahkannya untuk senantiasa mengungkapkan potensipotensi dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Maslow yang berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang penuh kemungkinan, dapat bergerak, tumbuh dan berubah melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya. Baik RK maupun RR menyadari bahwa rasa percaya diri yang dimilikinya tersebut merupakan potensi yang dapat ia gunakan untuk berkembang. Namun di satu sisi, Maslow juga tidak mengingkari fakta bahwa banyak hambatan dalam proses pengembangan diri. Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
136
4.3.3 Hambatan dalam Proses Pengembangan Diri Hambatan-hambatan dalam proses pengembangan diri juga terjadi pada informan yang sejak awal merasa tidak ada motivasi dalam berpartisipasi di kepanitiaan IYC (Bab 4, hal.118). Ketiadaan motivasi tersebut tentu mempengaruhi pertumbuhan diri dan mengambat pengaktualisasian dirinya. Persis seperti yang diungkapkan Maslow (dalam Koeswara 1995, 230-231), hambatan paling sering muncul adalah hambatan yang datang dari dalam individu itu sendiri, yakni berupa ketidaktahuan dan keraguan individu tersebut sendiri akan potensi dan kemampuan yang dimilikinya sehingga menyebabkan potensi tersebut sulit berkembang.
4.3.4 Pengembangan Diri Pemuda yang Berpartisipasi dalam Kepanitiaan IYC Dalam partisipasi melalui kepanitiaan IYC, dasar aktualisasi diri yang mempengaruhi kinerja masing-masing individu dalam tim adalah motivasi. Seperti yang telah dijelaskan pula bahwa motivasi pula yang mempengaruhi seseorang untuk senantiasa mengembangkan potensinya. Bila seseorang tidak memiliki motivasi, maka potensi yang ada dalam dirinya pun akan sulit untuk diketahui terlebih lagi untuk dikembangkan. Untuk mengembangkan potensi, diperlukan upaya-upaya dari individu itu sendiri. Seperti halnya DNC yang sejak awal tidak memiliki motivasi dan tidak menyadari potensi apa yang ia miliki. Berbeda dengan LZK, RK dan RR dimana mereka mengupayakan agar potensinya senantiasa berkembang. Upaya pengembangan diri dapat dilakukan dari hal yang paling sederhana seperti yang dilakukan oleh LZK yang selalu membuka diri pada kesempatan yang datang kepadanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bersifat kepemudaan, salah satunya IYC (bab 4, hal.122). Upaya ini juga dilakukan oleh RR dimana ia berusaha menjalankan secara maksimal tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya (Bab 4, hal.123). Penjelasan IMS juga serupa dengan LZK dan RR, dimana ia selalu berusaha mencari sisi positif untuk mengembangkan potensi dirinya yang setidaknya dapat menambah pengalamannya dalam pergaulan sehari-hari.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
137
Rogers juga menekankan bahwa untuk mencapai pengembangan diri bisa dilakukan melalui pengalaman-penglaman, pencarian stimulus dan aktivitas lain yang bisa merangsang pengungkapan potensi-potensi. Motif-motif manusia memenuhi kebutuhannya menurut Rogers bersumber dari tendensi pengaktualisasian yang menjadi penggerak bagi setiap individu untuk aktif, berkreasi, mengungkapkan segenap potensi, dan berusaha kearah pertumbuhan diri yang optimal. Seperti yang dilakukan oleh Sinergi Muda melalui Program IYC, Sinergi Muda mamfasilitasi para panitia dengan melakukan team building dimana tujuannya adalah agar tim dapat bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan dan produktivitas dalam bekerja (Buchroth dan Parkin, 2010). Ke-empat informan tidak memungkiri bahwa adanya team building yang dilaksanakan membentuk semangat, rasa saling percaya, kedekatan, kelancaran komunikasi serta produktivitasnya dalam bekerja dalam proses pelaksanaan IYC. Dari situ pula, potensi diri masing-masing mulai keluar. Selain team building, Sinergi Muda juga melakukan capacity building bagi mereka para panitia baru yang dikemas dengan nama IYC Camp. Kegiatan tersebut dikemas secara menyenangkan dengan diisi oleh serangkaian pelatihan dan games kekompakan tim yang menstimulus pemahaman mereka bekerja dalam sebuah tim (Bab 4, hal.108). RK merasa apabila ia tidak mengikuti IYC Camp, maka potensi yang ada dalam dirinya tidak akan secara sadar ia pahami dan potensinya mungkin akan terus terpendam. Membangun kekompakan dalam sebuah tim, menurut Buchroth dan Parkin (2010) artinya harus pula mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi dan produktivitas. Dalam IYC Camp tersebut, para panitia dapat merasa lebih berani, percaya diri dan mampu mengungkapkan segala ide, gagasan dan salin gmengenal satu dengan yang lain (Bab4, hal.110). Semua dapat dengan bebas mengeluarkan curahan hati masing-masing. Akan tetapi, tetap saja masih ada individu yang tidak secara aktif mengikuti jalannya IYC Camp sehingga beberapa individu tetap tidak merasa IYC Camp berdampak siginifikan terhadap alur kerjanya dalam proses pelaksanaan IYC. Selain melalui IYC Camp, Sinergi Muda juga berupaya memfasilitasi sarana komunikasi virtual bagi para panitia IYC melalui milis (Bab 4, hal.104). Milis adalah portal Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
138
penting bagi para panitia untuk memberikan dan juga mengakses informasi secara cepat dan tanggap dalam merespon segala sesuatu yang bersifat mendesak. Hal ini pula menyangkut tingkat keaktifan dan produktivitas masing-masing individu dalam bekerja tim, dimana kepekaan dan respon apabila ada suatu hal yang mendesak, maka mereka mampu menyelesaikannya dengan efektif dan efisien. Individu yang senantiasa aktif, berkreasi, mengungkapkan segenap potensi dan berusaha ke arah pengembangan diri yang optimal dapat menjadikannya pribadi yang berfungsi secara penuh (fully functioning) seperti yang dikemukakan oleh Helms (1995) 1. Keterbukaan pada pengalaman Orang yang ingin selalu mengembangkan dirinya senantiasa haus akan pengalaman. Hal ini seperti yang terjadi pada informan LZK, RR dan RK dimana mereka telah banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang sifatnya kepemudaan juga pada masa sebelum bergabung kepanitiaan IYC untuk menambah pengalaman-pengalaman mereka. Kegiatan yang mereka ikuti berdampak positif bagi pengembangan diri mereka, baik di bidang akademis maupun di bidang non-akademis. Dengan adanya dampak tersebut, maka mereka semakin terbuka akan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menambah pengalaman mereka, untuk itulah mereka mengikuti kepanitiaan IYC. (Bab 4, hal.124) 2. Kehidupan eksistensial Orang yang berfungsi secara penuh tidak pernah terpaku pada masa lampau dan masa yang akan datang. RR adalah salah satu contoh informan yang selalu berpikiran terbuka terhadap segala hal yang terjadi dalam dirinya, seperti ketika ia mendapatkan tugas dan kewajiban yang pada dasarnya tidak sesuai dengan tugas-tugasnya yang pernah ia jalani di organisasi maupun kepanitiaan sebelumnya dengan tugasnya sekarang di IYC. Tapi ia justru menganggapnya sebagai proses belajar. Begitupula dengan DNC yang tidak terlalu memusingkan terhadap apa yang harus ia kerjakan. Menurutnya yang terbaik yang dapat ia lakukan adalah membuktikan bahwa ia bisa melakukan pekerjaan tersebut serta tidak terlalu memperhatikan dampak apa yang akan timbul dari segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Dampak buruk merupakan proses belajar yang harus diambil pelajarannya agar tidak menjadi kesalahan yang sama. (Bab 4, hal.124) Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
139
Keterpakukan terhadap masa yang akan datang atau lebih tepat dalam hal ini dampakdampak negatif yang ditimbulkan dari tindakan yang telah dijalankan, justru akan membuat seseorang terhambat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu. 3. Percaya pada diri sendiri Dalam membuat keputusan-keputusan atau penilaian-penilaian, mereka para panitia IYC sepenuhnya percaya atas diri sendiri dan tidak menggantungkan keputusan atau penilaianpenilaiannya kepada orang lain. Hal ini terjadi pada ketiga informan. Seperti pada kasus RR ia merasa tidak memiliki ketergantungan dengan sesama panitia IYC sehingga dalam menghadapi masalah, ia cenderung untuk tidak melibatkan orang lain. Berbeda dengan kasus RK yang justru pengalaman tidak menyenangkannya dengan orang lain memberikannya pelajaran agar tidak memiliki ketergantungan pada teman sesama panitia di IYC. Pengalaman yang ia alami memberinya pelajaran untuk senantiasa berusaha dengan diri sendiri apabila ia mampu. Baik RR maupun RK lebih menempatkan orang lain sebagai pemberi saran atau pendapat ketika jalan keluar tidak ditemukan. Mereka mencoba mengatasi segala sesuatunya dengan diri sendiri, dan tidak melibatkan orang lain untuk turun tangan atas situasi atau masalah yang mereka hadapi. (Bab 4, hal.126) Apabila RR dan RK meyakini bahwa mereka tidak bergantung dengan siapapun, lain halnya dengan IMS dan LZK yang tidak menyangkal bahwa ketergantungan itu terjadi pada diri mereka. IMS mulai menyadari bahwa dirinya memiliki ketergantungan pada saat ia dituntut untuk mebuat daftar kelengkapan barang yang akan di produksi untuk jalannya kegiatan. Namun, perlahan ia terus mencoba untuk mengilangkan rasa ketergantungannya dan ia merasa sedikit demi sedikit hilang ketika telah mengikuti sesi mentoring dengan manajer program. Berbeda dengan LZK yang masih memiliki rasa ketergantungan cukup tinggi untuk memberinya reminder agar tidak lupa mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Seseorang yang telah mulai melatih diri untuk tidak selalu bergantung dengan orang lain, akan mempengaruhi pada bagaiamana cara ia menghadapai masalah dan mengambil keputusan. RK misalnya, dalam menghadapi konflik atau maslaah dengan orang lain ia mencoba mengorkesi diri (Bab 4, hal.128) dan melihat dimana kesalahan ataupun kekurangan dirinya. Seberat apapun masalah yang ia hadapi selama tergabung dalam kepanitiaan IYC, ia Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
140
akan berusaha berhubungan dengan baik dengan mereka yang terlibat dalam masalah tersebut, karena ia meresapi betul hasil materi yang didapat dari IYC Camp, bahwa faktor komunikasi adalah hal yang terpenting dalam suatu relasi apapun. LZK pun demikian, dalam mengatasi suatu situasi yang tidak sesuai dengan harapannya, ia mencoba mengintospeksi diri (Bab 4, hal.131) dan melihat segala sesuatu secara objektif dimana letak masalah serta kendalanya. Jika benar-benar tidak menemukan jalan keluar, barulah LZK menghampiri orang yang telah ia percaya dan merasa nyaman untuk dimintai pendapat dan saran. Pada saat itu kemudian terlihat bahwa pula peran teman di dalam memberikan saran sebelum mengambil keputusan sangat penting. Seperti istilah yang dikemukakan Coleman yakni youth culture, dimana pada pemuda secara psikis cenderung terikat dan memiliki hubungan yang erat dengan teman sebayanya, sehingga dalam beberapa hal mereka merujuk pada saran-saran yang diajukan oleh teman sebayanya tersebut (Adelson, 1980) 4. Rasa Kebebasan Rasa kebebasan memiliki arti bahwa individu bebas memilih atau menentukan tindakan. Meskipun demikian, mereka tidaklah bebas dari pengaruh ketentuan-ketentuan sosial dan kultural lingkungannya, karena mereka menyadari adanya ketentuan-ketentuan yang berasal dari luar dirinya. Pada dasarnya kelima informan yang merupakan panitia IYC dari tahun 2010 hingga 2014 memiliki kebebasan dalam memilih dan menentukan tindakan dalam partisipasinya sebagai panitia IYC. Namun, dengan berbekal pengetahuan keyakinan yang mereka miliki, mereka menyadari bahwa kebebasan tersebut harus dibatasi oleh ketentuan-ketentuan sosial dan kultural yang ada pada lingkungan kepanitiaan IYC itu sendiri. Munculnya peer-group dalam kepanitiaan IYC sendiri juga memberikan pilihan bagi mereka untuk masuk dalam peer-group yang mana atau bahkan menjadi pihak netral dengan tidak bergabung pada salah satu peer-group tertentu. Misalnya saja untuk memilih tidak mengikuti kebiasaan kumpul-kumpul pasca rapat rutin hingga larut malam yang lebih banyak diisi dengan obrolan-obrolan non-diskusi mengenai pelaksaan program IYC.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
141
Rasa kebebasan juga dapat diartikan bahwa dalam lingkungan sosial berarti tidak membatasi pergaulan dan bersosialisasi dengan siapa saja walaupun beda usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi. Kebebasan dalam pergaulan adalah menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Bila hubungan tersebut membawanya kepada perbuatan negatif, maka ia tetap berpegang pada pendiriannya untuk tidak ikut terpengaruh pada hal-hal tersebut. 5. Kreativitas Mengenai kreativitas, para informan yang merupakan individu-individu yang telah berkesempatan untuk berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC sepakat bahwa dalam mewujudkan kreativitas, diperlukan sarana yang memadai, dan Sinergi Muda melalui kesempatan yang diberikan melalui partisipasi anak muda dalam kepanitiaan IYC merupakan salah satu sarana dan wadah bagi anak muda untuk dapat menyalurkan serta mengasah kreativitas. Kreativitas terkadang muncul dalam diri mereka baik disadari maupun tidak. Salah satu wujud kreativitas adalah ketika mereka dituntut untuk membuat suatu rancangan dan juga konsep acara yang lebih inovatif dalam mempersiapkan program-program menyambut IYC. Hal-hal baru yang menuntut kreativitas yang telah mereka rasakan adalah dalam menyusun rancangan suatu konsep forum, festival yang berisi seminar dengan topik-topik isu sosial menarik, expo, malam pertunjukan hingga menyangkut hal-hal teknis seperti menghadapi public figure tertentu sebagai pembicara atau mentor dan juga kreativitas ketika dihadapkan pada suatu kondisi tertentu seperti misal mempersiapkan properti/perlengkapan untuk keperluan campaign atau peringatan hari tertentu. Sarana untuk menciptakan kreativitas telah difasilitasi Sinergi Muda melalui pelatihan dan mentoring yang menitikberatkan pada cara berpikir kritis guna mengubah sikap dan pandangan anak muda untuk bisa memiliki sifat yang terbuka (open minded) terhadap perkembangan terkini. Hal ini menjadi dasar kekuatan karena hasilnya akan menjadi sebuah „pegangan‟ bagi mereka untuk menjadi motor perubahan sosial secara umum untuk masyarakat khsusnya bagi anak muda. Walaupun sarana untuk berkreativitas telah terbuka lebar, terkadang individu tetap merasa sulit untuk mengembangkan kreativitasnya apalagi untuk mewujudkannya. KesulitanUniversitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
142
kesulitan tersebut yang akan menstimulus pihak yang merasa sulit untuk berkreativitas lebih memilih pasif dan menyerahkan segalanya kepada yang memang memiliki kapasitas dan standar kreatif yang tinggi (Bab 4, hal.130). Dalam kreativitas, tidak hanya sarana yang dibutuhkan, tetapi juga kesadaran akan potensi yang dimiliki, kesempatan untuk menjadi kreatif, serta pengetahuan agar tercipta suatu kreativitas. Kreativitas dapat membantu individu dalam hal ini para anak muda yang berpartisipasi sebagai panitia IYC untuk senantiasa mengembangkan dirinya. Karena pada dasarnya, pengembangan diri merupakan suatu bentuk kesadaran untuk menjadi sesuatu atau berbuat sesuatu. Melalui kreativitas pula, seseorang dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan, serta bagaimana cara individu tersebut mengamati dan juga berekasi terhadap suatu permasalahan. Maslow memang menegaskan tidak semua orang memiliki kesadaran untuk mengembangkan dirinya secara optimal, karena pengembangan diri tidak selamanya menjadi suatu kebutuhan setiap orang. Seseorang dapat berkembang bila ia dapat memenuhi seluruh kebutuhan-kebutuhan dasarnya, dan perlu ditekankan bahwa kebutuhan seseorang berbeda antara satu dengan lainnya. Seperti halnya yang dirasakan DNC. Pengembangan diri tidak begitu dirasakan olehnya, karena ia tidak menyadari akan potensi yang dimilikinya, maka menyulitkan dirinya untuk berkembang. Akibatnya, ia cenderung memiliki ketergantungan dengan orang lain, mendiamkan ataupun bahkan lari dari masalah, sulit melakukan kreativitas, dan kurang peka terhadap masalah-masalah yang muncul dalam sesama teman di kepanitiaan IYC. Ia merasa cukup melakukan apapun yang menurutnya tidak menanggung resiko (Bab 4, hal.130). Para panitia IYC ini pada dasarnya memahami bahwa melalui team building serta pengembangan kapasitas yang dilaksanakan oleh Sinergi Muda merupakan upaya organisasi dalam pengembangan diri anak muda yang berpartisipasi dalam proses pelaksanaan program IYC. Namun, pengembangan diri lebih dirasakan oleh keempat informan dimana mereka menyadari akan potensi dirinya dan melakukan upaya-upaya ke arah pengembangan potensi tersebut. Pelaksanaan team building memberikan pemahaman para panitia mengenai cara kerja tim semakin terbuka lebar. Mereka juga belajar untuk mengenal kepribadian satu sama lain. Sedangkan yang terjadi pada satu informan yakni DNC, ia memang tidak memiliki Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
143
motivasi pada saat pertama kali bergabung dalam kepanitiaan, akan tetapi dengan bergabung dalam kepanitaan IYC dan berada pada lingkungan organisasi yang sangat positif akhirnya membentuk motivasinya terhadap hal-hal yang akan ia lakukan di masa yang akan datang.
Bagan 4.4 Bagan Ringkasan Hasil Penelitian Sumber: Olahan Penelitian
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
144
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan strategi yang dilakukan Sinergi Muda dalam proses pelaksanaan program Indonesian Youth Conference (IYC) sebagai upaya pengembangan diri para pemuda yang bergabung dalam kepanitiaan program tersebut serta memberikan gambaran tentang karakter dan potensi pemuda yang muncul ketika mengembangkan dirinya dengan berpartisipasi dalam kepanitiaan program IYC. Selama 5 (lima tahun terakhir, IYC telah menjadi sebuah program tahunan bagi anak muda Indonesia untuk dapat saling berkumpul, mengenal dan berbagi pengalaman serta pengetahuan tentang bermacam topik yang menjadi minat mereka untuk berkontribusi bagi bangsa. Sejak 2012, IYC telah resmi memiliki badan organisasi yang menaungi yaitu Sinergi Muda. Perkumpulan yang dibentuk dan diprakarsai oleh sekelompok pemuda yang juga berpartisipasi menjadi panitia pada pelaksanaan IYC 2010. Proses dan tahapan yang mereka lalui untuk membentuk Sinergi Muda pun menjadi proses pembelajaran bagi mereka dalam mengembangkan diri serta mengenal potensi yang ada dalam diri mereka. Sinergi Muda pun kini telah berkembang menjadi organisasi yang tidak hanya berfokus pada pelaksanaan IYC tiap tahunnya, namun telah memiliki 3 (tiga) program baru yang juga ditujukan untuk anak muda Indonesia. Kemampuan Sinergi Muda sebagai organisasi yang baru untuk tetap dapat eksis dan konsisten bergerak dalam kegiatan yang berfokus pada pengembangan diri pemuda ditengah semakin maraknya organisasi maupun komunitas pemuda di Indonesia menjadi keunikan tersendiri. Terlebih lagi, organisasi ini lahir justru setelah adanya program IYC yang sebelumnya sudah berjalan dua kali (tahun 2010 dan 2011, Sinergi Muda resmi dibentuk pada Desember 2012) Seperti yang telah dijelaskan pula bahwa partisipasi pemuda dalam organisasi kepemudaan merupakan salah satu upaya dalam pembinaan dan pengembangan diri pemuda. Selain sebagai sarana pengembangan diri, organisasi kepemudaan melalui program yang Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
145
dijalankan juga diharapkan dapat menjadi kegiatan alternatif bagi para pemuda agar terhindar dari pengaruh serta kegiatan-kegiatan negatif di dalam pergaulan sehari-hari. Keterlibatan pemuda dalam organisasi kepemudaan tentunya harus didukung pula oleh sistem dan strategi yang dilakukan oleh organisasi tersebut dalam rangka upaya organisasi mengembangkan diri para pengurus dan kepanitiaan program. Sinergi Muda dengan program unggulannya yakni Indonesian Youth Conference (IYC) merupakan sarana bagi para anak muda khususnya daerah Jabodetabek untuk dapat mengembangkan dirinya melalui kesempatan menjadi panitia pelaksana program. Melalui IYC, para anak muda yang tergabung menjadi panitia pada proses pelaksanaan program IYC diberikan kegiatan-kegiatan yang menunjang mereka untuk bisa berpartisipasi aktif terhadap persiapan program dan juga menunjang mereka untuk mengembangkan diri dan potensi yang ada dalam diri mereka. Melalui kegiatan rapat rutin, pelatihan IYC Camp dan juga Kumpul Kebersamaan yang dilakukan, anak muda dalam kegiatan IYC diberikan kesempatan untuk secara bebas mengeluarkan pendapat, gagasan dan ide-ide mereka terkait inovasi dalam pelaksanaan IYC. Para panitia masing-masing diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan setiap hal yang menjadi target tim pada program IYC. Melalui hal tersebut pula lah, para anak muda yang terlibat diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga proses pengaktualisasian diri pada mereka tercipta. Beberapa hal yang mengambat proses pengembangan diri pada dasarnya adalah kurangnya motivasi senantiasa untuk berkembang. Seperti yang terjadi pada salah satu informan. Kondisi ini menyebabkan individu cepat merasa puas atas situasi yang ada dan tidak berusaha untuk mengembangkan diri kearah yang lebih optimal. Individu sulit untuk menyadari potensi yang ada dalam dirinya sehingga proses pengembangan diri dan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sulit untuk terwujud. Upaya yang telah dilakukan Sinergi Muda adalah menciptakan suasana yang menimbulkan minat, membangun rasa antusias, membuat inspirasi dan meningkatkan partisipasi. Dalam hal itu lah kemudian Sinergi Muda merancang IYC Camp Sedangkan para anak muda yang menyadari pentingnya pengembangan diri senantiasa mengembangkan potensinya dengan cara mencari kesempatan dalam setiap Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
146
kegiatan seperti pertemuan rutin (rapat) untuk mendorong tumbuhnya potensi mereka dengan turut aktif memberikan gagasan dan kritik terhadap kinerja panitia lain. Mereka mengerti betul apa yang menjadi motivasi, tujuan, harapan, serta hasil yang akan dicapai serta tidak merasa puas atas kondisi yang telah ada walaupun tujuan mereka telah tercapai. Bila satu tujuan telah tercapai, maka mereka akan menetapkan tujuan berikutnya ke arah yag lebih tinggi lagi agar diri mereka dapat terus berkembang. Seperti yang telah dikemukakan juga bahwa banyak hambatan yang mereka temukan baik dalam proses pembentukan organisasi, pengembangan program, pada saat proses pembentukan tim, proses membangun tim dan pada proses pelaksanaan program IYC. Namun, pada dasarnya pula hambatan tersebut timbul dari diri sendiri yaitu berupa ketidaktahuan akan potensi yang dimilikinya, juga hambatan yang datang dari lingkungan misalnya lingkungan pertemanan yang kurang mendukung individu tersebut mengikuti kegiatan organisasi. Hambatan lain adalah bagaimana cara masing-masing individu mengatur waktu mereka; kapan pada saat mereka harus fokus pada tugas dan kewajiban dalam kepanitiaan dan kapan mereka harus fokus pada tugas dan kewajiban mereka sebagai pegawai maupun mahasiswa.
5.2 Saran IYC telah menjadi salah satu program dan kegiatan tahunan bagi anak muda Indonesia. IYC juga telah menjadi sarana bagi para anak muda Jabodetabek untuk mengisi waktu luang dengan berpartisipasi menjadi panitia penyelenggara. Menginjak tahun ke-5 pelaksanaann IYC, Program ini tetap eksis berdiri dan menjadi minat bagi ribuan anak muda Indonesia untuk bisa menghadiri IYC dan menjadi minat bagi ratusan anak muda Jabodetabek untuk bisa bergabung kedalam kepanitiaan IYC. IYC juga telah menjadi salah satu kegiatan anak muda ternama yang juga dikenal oleh kalangan profesional melalui berbagai kerja sama yang telah dilakukannya.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
147
Dalam penelitian ini pada dasarnya mengharapkan agar Sinergi Muda melalui berbagai program yang ia jalankan, khususnya IYC dapat menciptakan generasi muda yang tanggap dimana mereka dapat mengatasi masalah baik pada diri sendiri maupun di dalam lingkungan sosial, serta dapat memberdayakan potensi yang ada pada dirinya dan mengaplikasikannya bagi masyarakat luas nantinya setelah menjadi panitia IYC. Sehingga Visi dan Misi Sinergi Muda dan juga Nilai-nilai yang ada pada IYC untuk saling Mengenal – Menghubungkan – Mewujudkan dapat terwujud. Namun, tentunya dibalik keberhasilannya sebagai salah satu wadah pengembangan diri pemuda. Ada beberapa hal yang patut dibenahi dan dikembangkan lagi oleh pengurus Sinergi Muda ke depannya agar IYC dan Sinergi Muda lebih baik lagi, yaitu:
5.2.1 Saran bagi Organisasi Sinergi Muda 1. Dari hasil penelitian yang didapat, tidak sedikit berbagai mitra kerja sama dari banyak media, perusahaan jasa maupun barang sudah menjalin relasi kerjasama yang baik dengan IYC. Sinergi Muda sebagai wadah IYC pun kini telah memiliki jaringan kerja sama yang cukup luas. Namun, Pelaksanaan capacity building khususnya IYC Camp, sebaiknya juga melibatkan mereka „mantan‟ para mitra kerjasama tersebut untuk mengisi materi dalam sesi IYC Camp agar para panitia dapat menambah pengetahuan panitia seputar aktivitas yang dilakukan oleh lembaga-lembaga mitra tersebut 2. Dari penelitian yang dilakukan menunjukan pula bahwa masih banyak jumlah para panitia yang belum memiliki motivasi yang kuat untuk dapat berperan aktif dalam selama proses kepanitiaan IYC. Untuk itu, pemberian motivasi secara lebih profesional oleh tokoh maupun dengan lembaga tertentu dirasa perlu bagi para panitia baru untuk diberikan dalam materi IYC Camp, sehingga mereka dapat lebih cepat menyadari potensi dan mengetahui apa yang menjadi tujuan akhir yang akan dicapai. Melalui hal tersebut, diharapkan para panitia yang tergabung berusaha untuk senantiasa mengaktualisasikan dirinya serta mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik 3. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dalam penelitian, terlihat pula bahwa proses kaderisasi yang berjalan belum terstruktur dengan matang. Untuk itu, diharapkan Sinergi Muda dapat merancang pula proses Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
148
kaderisasi. Khususnya saat penentuan Ketua Pelaksana maupun Badan Pengurus Harian dalam kepanitaan IYC. Tidak sekedar asal tunjuk, tetapi menetapkan pula standar karakter yang kelak akan megisi posisi jabatan krusial dalam kepanitiaan. Kaderisasi kepanitiaan yang potensial juga dapat diarahkan ke dalam kaderisasi untuk kepengurusan SM selanjutnya. 4. Dari hasil penelitian juga menunjukan bahwa pelaksanaan pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh Sinergi Muda sejauh ini baru hanya berjalan 1 kali pada saat awal kepanitiaan terbentuk. Dari hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan bahwa hal tersebut masih kurang berdampak pada sebagian besar panitia. Sinergi Muda perlu memiliki adanya dan inovasi terhadap upaya yang dalam kaitannya dengan tujuan pengembangan diri pemuda. Seperti misalnya kegiatan IYC Camp yang tidak hanya dilaksanakan 1 (satu) kali, lalu sesi rutin mentoring dan konsultasi (tidak hanya saat ada masalah atau konflik) 5. Berdasarkan penelitian, masalah utama yang terjadi pada proses pertemuan rutin adalah jadwal pelaksanaannya. Agenda rapat rutin yang berlangsung malam hari masih menjadi masalah tiap tahunnya. Untuk itu, alangkah lebih baik apabila dilakukan uji coba untuk rapat rutin pada siang hari di akhir pekan 6. Dari hasil penelitian, kepengurusan yang berjalan terlihat kurang berjalan efektif dikarenakan kesibukan masing-masing pengurus. Untuk itu, pada kepengurusan berikutnya diberlakukan kriteria pengurus dengan batas usia tertentu dan sebaiknya Sinergi Muda diorganisasikan oleh para anak muda yang belum memiliki profesi atau pekerjaan agar jalannya organisasi dapat efektif dan tidak terbatasi oleh minimnya waktu pengurus untuk melaksanakan rapat laporan bulanan dikarenakan faktor urusan bisnis maupun pekerjaan lain 7. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa selama berjalannya program sejak 2010, IYC selalu berfokus pada partisipan yang berasal dari golongan menengah keatas. Untuk itu, Sinergi Muda dapat lebih menjangkau anak muda dari berbagai kalangan maupun kelas sosial, tidak hanya berfokus pada progam yang dikhususkan bagi anak muda dari kalangan menengah keatas, melainkan dapat merancang program-program untuk para anak muda kalangan menengah bawah untuk dapat bersinergi 4.2.2
Saran Bagi Organisasi Kepemudaan Lain Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
149
Berdasarkan berbagai macam penelitian dan kajian literatur yang telah dibahas juga menunjukan bahwa hadirnya beragam organisasi kepemudaan di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terus tumbuh dan berkembang. Hal tersebut tentunya dapat menjadi pelajaran bagi berbagai organisasi kepemudaan lain dalam proses membangun tim dan juga membangun kapasitas seperti yang dilakukan oleh Sinergi Muda. Beragamnya organisasi kepemudaan dengan berbagai isu atau fokus masalah yang menjadi ciri masing-masing juga diharapkan dapat saling bersinergi dalam bekerja sama membangun jaringan organisasi kepemudaan di Indonesia sehingga bersama-sama merancang suatu agenda program besar yang diperuntukan untuk pemberdayaan pemuda di Indonesia, tentunya dengan turut mengajak pihak pemerintah sebagai rekan atau mitra kerjasama agar tercipta kesinambungan yang baik 5.2.2 Saran bagi Pemerintah Berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa masih kurangnya partisipasi dari pihak pemerintah dalam mendukung berbagai aktivitas organisasi kepemudaan di Indonesia. UU Kepemudaan pun bagi kebanyakan organisasi kepemudaan belum merepresentasikan sinergitas yang baik antara pihak pemerintah dengan pemuda itu sendiri. Untuk itu, pemerintah sebaiknya dapat lebih membangun mitra kerjasama yang baik dan menjadi medium bagi beragamnya organisasi kepemudaan yang semakin berkembang di Indonesia, salah satunya Sinergi Muda. Beragamnya organisasi kepemudaan serta program yang mereka jalankan perlu mendapat perhatian dan dukungan bagi pemerintah agar proses pembangunan kepemudaan antara pihak pemerintah dengan non-pemerintah juga terjadi kesinambungan. Bentuk dukungan pemerintah bukan berarti diberikan dalam bentuk dana, pemerintah dapat pula memberikan dukungannya dalam bentuk pengembangan sarana dan fasilitas publik yang ramah bagi para anak muda.
Pada intinya, agar pengembangan diri pemuda dapat tercapai, pihak pengurus dan pelaksana program saling dapat menjadi motivator bagi satu sama lain. Pemberian motivasi kepada anggota bertujuan untuk menegaskan kembali apa yang menjadi tujuan, harapan, serta hasil yang akan dicapai oleh mereka setelah mengikuti kepanitiaan IYC. Bila pemuda belum atau tidak memiliki motivasi dalam mengikuti Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
150
organisasi kepemudaan maupun kegiatan sosial lainnya, maka perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik akan lambat terbentuk. Bila motivasi pada diri mereka terbentuk maka mereka dapat menyalurkan gagasan dan aspirasi-aspirasi ke arah yang lebih psoitif dan terhindar dari pengaruh negatif. Dengan demikian potensi yang dimiliki oleh mereka dapat diaplikasikan tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan orang banyak.
Universitas Indonesia
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
157
Daftar Pustaka
Buku: Adelson, J. Handbook of Adolescent Psychology. New York: John Willey and Sons Inc., 1980 Alston, Margaret. Bowles, Wendy. Researches for Social Workers: An Introduction to Methods 2nd edition. Australia: Allen & Unwin, 2003 Anderson, Ben. Revolusi Pemoeda: Kedudukan Jepang dan Pelawanan di Jawa 1944-1946, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997. Andrews, Kenneth. The Concept of Corporate Strategy. University of Carolina: Dow Jones-Irwin, 1998 Antlov, Hans dkk. Akuntabilitas LSM Politik, Prinsip dan Inovasi. Jakarta: LP3ES, 2009 Basrowi, & Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Brown, Lisanne., LaFond Anne., Macintyre, Kate. Measuring Capacity Building. University of North Carolina: Carolina Population Centre, 2001 Buchroth, Ilona, dan Chris Parkin. Using Theory in Youth and Community Work Practice. Southern East: Learning Matters, 2010. Chang, Richard Y. Membangun Tim Dinamis. Jakarta : Penerbit PPM, 2002. Cook, A. S. Contemporary Perspectives on Develpomental and Aging. New York: McMillan Publishing Co.,Inc., 1983 Dweck, Carol S. Self-theories: Their role in motivation, personality and development. New York: Psychology Press., 2000 Germain, Carel Bailey. Human Behaviour in The Social Environment. New York: Columbia University Press, 1991. Harvey, Donald F. An Experimental Approach to Organizational Development. New Jersey: Prenctice-Hall, Inc., 1992. Helms, Jefrey S Turner & Donald B. Lifespan Development. Orlando: Holt, Reinhart and Winston, Inc., 1995.
Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
158
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan - Suatu Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga, 1997. Keniston, Kenneth. Youth and Dissent. New York: Harcout Brace and World Inc., 1997. Koeswara, E. Motivasi, Teori dan Penelitiannya. Bandung: Penerbit Angkasa, 1995. Krist-Ashman, Karen K, dan Jr.G.H Hull. Understanding Generalist Practnice 3rd Editio. USA: Nelson Hall, Inc., 2007. Maslow, Abraham H. Motivation and personality. New York: Harper and Row, 1987. Moleong J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005 Morrison, Terrence. Actionable Learning: A Handbook for Capacity Building Through Case Based Learning. Asian Development Bank Institute, 2001 Neuman, L. W. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches Sixth Edition. USA: Pearson Education, Inc., 2006 Papalia, DE., Olds, SW., & Feldman, Ruth D. Human Development. Boston: McGraw-Hill Higher Education, 2007 Patten, dan Jr. Thomas H. Organizational Development Through Team Building. Oxford: John Wiley, 1981. Quinn, James Brian. The Strategy Process: Concepts, Contexts, Cases. New Jersey: Prentice Hall, 1998 Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks, 2003. Santrock, John W., and Steven R. Yussen. Children and Adolescent – A Development Persepctives. Iowa: Wm. C Brown Publisher, 1999 Setiawan, M. B. Mozaik Gerakan Pemuda Kontemporer. Jakarta: Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2009 Soenarno, Adi. Team Building. Yogyakarta: Andi Offset, 2006 Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basic of Qualitative REsearch. California: Sage Publication, 1998
Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
159
Supratikno dkk. Advance Strategic Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005 Tamimi, Enna. Konsep Startegi Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 1985. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konesp Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press, 2009. Worley, Thomas G. Cummings & Christoper G. Organization Development & Change. Ohio: Thomson South-Western, 2005. Zastrow, Charles. Social Work wit Groups: A Comperhensive Workbook Sixth Edition. Belmont, CA: Thomas Brooks/Cole, 2006. Dokumen lainnya: African Capacity Building Foundation (ACBF). Capacity Needs Assesment a Conceptual Framework. ACBF Newsletter, 2001: 9-12. Bappenas. Data dan Informasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga: Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2005-2025. Jakarta: BPS, 2009 ________. Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bappenas: Kajian Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; Laporan Akhir 2009. Diakses dari situs http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/ pada 4 Maret 2014 pukul 16.25 WIB Bhartolomees, J. Boone, Jr. U.S Army War College Guide To National Security Issues Volume 1: Theory of War and Strategy 3rd Edition Revised and Expanded, 2008. Diakses dari situs http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/. Dikases pada 25 April 2014 pukul 19.40 Kemenpora. Rencana Strategis Kementrian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010 – 2014. Jakarta: Kemenpora RI, 2012. Diakses dari situs http://www.kemenpora.go.id/news/RENSTRA_KEMENPORA_20102014.pdf pada 11 Februari 2014 pukul 14.33 __________. Proyek DPKK Kantor Menpora: Pemberdayaan Generasi Muda Indonesia di Abad 21 - Membangun Mansusia Indonesia Baru. Jakarta: Kantor Menpora, 2000 __________. Proyek Pembinaan Pemuda: Master Plan Pemberdayaan Generasi Muda Indonesia 2000 - 2020. Jakarta: Kemenpora RI, 2000
Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
160
MarkPlus Insight. Gambaran Anak Muda Indonesia. Jakarta, 2011 Syahra, Rusdi. Kegiatan Waktu Senggang dan Pengembangan Diri Orang Muda. Seminar Sehari Kegiatan Waktu Senggang dan Pengembangan Sumber Daya Generasi Muda dalam Mengantisipasi Era Globalisasi. Jakarta, 16 Desember 1997 Sofyani, F. Outspoken youth demand to be heard, The Jakarta Post, July 11, 2011 Laporan Penelitian: Bidang Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Penelitian Kebijaksanaan Pola Pembinaan Karang Taruna dalam Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia, 1995 Larson, dkk. Observasi dan Wawancara Terhadap Para Anggota dan Pimpinan Tiga Organisasi yang Berbeda Basis Kegiatan (Pendidikan, seni, dan kemasyarakatan), 2004. Diakses dari situs http://female.kompas.com/read/2010/06/03/08215226/Rahasia.Mengemb angkan.Kepribadian pada 04 April 2014 pukul 13.22
Skripsi: Lenggo Geni. Pengembangan Diri Pemuda yang Berpartisipasi Dalam Kegiatan Sosial (Studi Deskriptif Pada Empat Peserta Aktif Kegiatan Sosial di RISKA). Depok, 2000 Najmi, Rifat. Perancangan Kampanye dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Pengunjung Festival IYC 2011. Jakarta, 2011
Undang-undang: Undang-undang RI No.40 tahun 2009 BAB XI tentang Organisasi Kepemudaan
Sumber Internet: http://sinergimuda.org Diakses pada 03 April 2014, Pukul 10.55 WIB http://forumfyi.org/files/QIS/Guide/Stageone/youthpyramid9%2026%2012.pdf Diakses pada 01 Juli 2014, Pukul 12.22 WIB
Universitas Indonesia Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 1
Bagan taksonomi Strategi Sinergi Muda dalam Upaya Pengembangan Diri Pemuda
Team Building
Pross membangun Tim
Strategi Sinergi Muda Dalam Upaya Pengembangan Diri Pemuda
-
yang Berpartisipasi dalam Program
-
Indonesian Youth Conference
- Menentukan Ketua Pelaksana - Rekrutmen Terbuka - Wawamcara Calon Panitia - Rapat Pertemuan - Diskusi, Konsultasi - Kumpul Bareng
Capacity Buliding
Karakter dan Potensi Pemuda yang Muncul dalam Partisipasinya mengikuti Kepanitiaan IYC
Karakter
Potensi
Mau maju kedepan; mandiril; percaya pada diri sendiri; bebas berekspresi; kreativitas
Inisiatif yang kuat; bermotivasi; membangun jaringan dan relasi; berjiwa pemimpin (bertanggung jawab)
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Pelatihan IYC Camp, Networking, Pengelolaan Dana dan Keuangan
Board of Supervisor Alanda Kariza & Citra Natasya
ORganizational structure
Board of Executive Chairman Agrita Widiasari
Secretary Dey Ainiswari
Program Manager Gilang Pratama (Coord.) Dani Dwi Saraswati Rizki Rinandi
Creative Rifat Najmi (Coord.)
Fundraising Adam Hulaimie (Coord.)
HRD Valentine Merrita Sari (Coord.)
Treasurer Briliani DH Putri
Research Chandraditya Kusuma (Coord.)
Sponsorhip Umar Sahid (Coord.)
Media & Public Relations Anna Aprita (Coord.) Nugraha Sang Surya
Community Relations Saskia Raishaputri (Coord.) Risyad Tri Setiaputra
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Operational Dhimas Ibnu Alfathan (Coord.)
Lampiran 3
FACT SHEET IYC : INDONESIAN YOUTH CONFERENCE (DENGAN HURUF “N” DI BELAKANG “INDONESIA”)
Indonesian Youth Conference (IYC) adalah sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Sinergi Muda, yang bertujuan untuk mengumpulkan anak muda Indonesia untuk berbagi masalah dan ide, meningkatkan kepedulian terhadap isu-isu terkini, sekaligus mendukung mereka mewujudkan ide perubahan positif untuk Indonesia.
FORUM IYC Forum adalah di mana IYC mengundang 66 aktivis muda dari 33 provinsi untuk datang ke Jakarta tanpa biaya dan mengembangkan potensinya melalui workshop yang IYC selenggarakan. 2 tahun sekali Tertutup, ada pendaftaran dan seleksi Jenis Peserta: o Duta Forum: Peserta dibatasi 1 orang tiap provinsi; Biaya ditanggung sepenuhnya oleh penyelenggara; Wajib mengadakan proyek perubahan di provinsi yang diwakilinya. o Delegasi Forum: Membayar biaya keikutsertaan (Rp. 500.000 pada 2012); Tidak wajib mengadakan proyek perubahan. Contoh proyek Peserta Forum yang sudah berjalan: o Sekolah Bersama Yuk! oleh Adiyat Yori Rambe Duta IYC 2010 (Sulawesi Tenggara) o Sanggar Juara oleh Valentina Sokoastri, Duta IYC 2010 (Lampung) o Seminar Aku dan Mimpiku oleh Muhammad Ami, Delegasi IYC 2012 (Kalimantan Timur)
FESTIVAL IYC Festival adalah sebuah acara yang terbuka untuk umum selama satu hari, terdiri dari berbagai seminar dan/atau lokakarya, pertunjukan musik, budaya, serta pameran komunitas anak muda. Setahun sekali Terbuka untuk umum dengan membeli tiket masuk.
1 Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 3
IYC 2010 Tagline: (ID) Saatnya Suara Kita Didengar! (EN) Make Your Voice Heard!
FORUM IYC 2010 o o o
o
Tanggal : 1-3 Juli 2010 Lokasi : Wisma 678, Kemang, Jakarta Selatan Pembicara : AIESEC Indonesia, Fajar Anugerah (British Council), Tambok ( BNI), Nina Moran (Gogirl! Magazine), Areng Zwartjes (US Embassy Jakarta), Anies Baswedan, Shanaz Haque, dan Gilang Ramadhan Peserta : 33 Duta dari 30 provinsi, berusia 15-21 tahun.
FESTIVAL IYC 2010 o o o o
Tanggal : 4 Juli 2010 Lokasi : Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Peserta : 392 orang Pengisi Acara :
Lingkungan Emil Salim Fitrian Ardiansyah Yadi Haryadi
Pendididikan Beben SM Arief Rachman Butet Manurung
Diplomasi Dino Patti Djalal Fariz Al Mehdawi
Anti Korupsi Club Speak
Kebudayaan Arswendo Atmowiloto Ayudya Soemawinata Didiet Maulana
Film-Musik-Fotografi Mira Lesmana Pandji Pragiwaksono Arseto Adiputra
Politik Bima Arya S Jerry Sambuaga
Kependudukan Global Citizenship Corps
Kesehatan Elsa Hayer YCAB Foundation
Aktivisme & Sukarelawan Coin A Chance Satoe Indonesia Karina Primadita
Sudut Pembaharu Guinandra Jatikusumo Duta Forum IYC 2010
Media Desi Anwar Armando Siahaan
Pluralisme LKIS Lola Amaria
Klinik Musik DREW
Ekonomi Firmanzah World Bank - Indonesia
Kewirausahaan Yoris Sebastian Sandiaga Uno Goris Mustaqim
Pertunjukan Musik DREW Saung Angklung Udjo Efek Rumah Kaca
2 Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 3
IYC 2011 Tagline: (ID) Masa Depan Dimulai Dari Sekarang. (EN) The Future is Now.
FESTIVAL IYC 2011 o o o o
Tanggal : 16 Juli 2011 Lokasi : Upper Room, Tanah Abang, Jakarta Pusat Peserta : 1057 orang Pengisi Acara :
Pendidikan Najeela Shihab Rumah Sokola
Media Najwa Shihab Putra Nababan
Gerakan Pemuda Ashoka YCM
Kewirausahaan Billy Boen Daniel Tumiwa
Lingkungan Bike To Campus KOPHI
Kreativitas Joko Anwar Mirwan Andan
Politik Teguh Juwarno Tere
Diplomasi US Embassy Jakarta UNIC Jakarta
Anti Korupsi Club SPEAK
Sudut Pembaharu Tri Mumpuni Budi Soehardi
Teknologi Informasi Donny BU Jonathan Pratama
Ekonomi Bappenas Rathoyo
Olahraga Andibachtiar Yusuf Denny Sumargo
Surprise Session Desi Anwar Jay Subiakto
Pertunjukan Musik ALEXA The Trees and The Wild Saratus Persen Mousseux
o
Komunitas : Sanggar Juara, Sekolah Bersama Yuk!, Wiser Earth Indonesia, Berbudaya Itu Seru (BERBURU), Forum For Indonesia, Indonesian Future Leaders, Khaf Wooden Toys
IYC 2012 Tagline: (ID) Kita Yang Menentukan! (EN) Now We Decide!
FORUM IYC 2012 o o o
Tanggal : 4-6 Juli 2012 Lokasi : House of Eva, Jagakarsa, Jakarta Selatan Pembicara : Pande Putu S (Anak Alam Bali), Mariski Nirwan, M Ichsan Nurbudi (UNDP Indonesia), Bambang Yoewono (Access 3 Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 3
o
One), Indah Soekotjo, Dondi Hananto, UNFPA Indonesia, Yoris Sebastian. Peserta : 33 Duta dan 29 Delegasi dari 33 provinsi, berusia 1524 tahun.
FESTIVAL IYC 2012 o o o o
Tanggal : 7 Juli 2012 Lokasi : Thamrin Nine Ballroom, Tanah Abang, Jakarta Pusat Peserta : 850 orang Pengisi Acara :
Forum IYC Adiyat Yori Rambe Peserta Forum IYC
Pendidikan Akademi Berbagi Indonesia Mengajar
Jurnalisme & Media Sosial Metta Dharmasaputra Enda Nasution
Hak Asasi Manusia KontraS
Anti Korupsi KPK Club SPEAK
Gerakan Pemuda Indonesian Future Leaders ASHOKA
Kreativitas Didi Petet Ade Darmawan
Olahraga Richard “Insane” Latunusa Pangeran SIahaan
Politik Plan Politika Indra J Piliang
Diplomasi Dita Kusuma L Disty Winata Bina Antarbudaya
Ekonomi & Kewirausahaan Ligwina Hananto Agus Hartono Wijaya
Sejarah JJ Rizal Bonnie Triyana
Sudut Pembaharu Ubeiillah Badrun Drs. Suyadi (Pak Raden)
Pertunjukan Musik 1 Atthira Fadya Talisha Amira
o
o o
Pertunjukan Musik 2 HIVI! Sanggar Tari Pregina Agung Raisa
Komunitas : Transmania, Garuda Youth Center, Card To Post, Hijauku, Kita Berkarya, Youth Right Festival, Gondangdia Afterwork, Kineforum Kurator Pameran : Rifat Najmi, Agung Pambudi, Andi “RHARHARHA” Riyanto, Ryan “Popo”, Tiavita Herdiana. Peserta Pameran : Undangan: Rifat Najmi, Satrya Damarjati N, Dwi Agung Pambudi, Aldella Diah K, Dhimas Ibnu A, Irma Fadhila Komunitas: Ruangrupa Umum: Adilla Dewi Arini, Ardyana Putri, Alice Angeline Ganda, Argi Tendo, Carrine Kezia Aulia, Fazhar Dwitiawan YP, Franciska Angelina, Indra Audipriatna, Rian Sunandri, Rizka Ayu Amalia
4 Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN
: PENGURUS SINERGI MUDA
Tanggal wawancara : Nama
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Pekerjaan
:
Jabatan di Sinergi Muda
:
No.
Pertanyaan Proses pembentukan organisasi Sinergi Muda 1.1 Apa yang meatar belakang terbentuknya organisasi 1.2 Apa saja yang dipersiapkan oleh para pendiri dalam proses
1.
pembentukan organisasi? 1.3 Bagaimana peraturan atau kebijakan organisasi dibuat dan ditetapkan oleh pengurus? 1.4 Hambatan apa saja yang muncul dalam proses pembentukan organisasi? Kegiatan Program IYC 2.1 Apa latar belakang diadakannya Program IYC? 2.2 Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam prorgam IYC?
2.
2.3 Hambatan apa saja yang terjadi dalam proses pelaksanaan program IYC? 2.4 Apa yang mendasari kegiatan IYC hanya dilakukan di Jakarta? 2.5 Bagaimana pencapaian program IYC yang telah berjalan? Strategi yang dilakukan oleh Sinergi Muda dalam progam IYC 3.1 Bagaimana upaya organisasi Sinergi Muda bertindak sebagai sarana
3.
untuk mengembangkan diri anak muda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC; Strategi apa saja yang dilakukan? 3.1.1
Team building
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 4
a. Apa tujuan dilakukannya team building? b. Bagaimana proses team building dilakukan? 3.1.2
Capacity Building
a. Bagaimana proses pengembangan kapasitas dilaksanakan? b. Apa bentuk pelatihan/training/mentoring yang dilakukan dalam upaya mengembangkan diri panitia? c. Bagaimana proses perekrutan panitia IYC? d. Apa alasan yang mendasari rekrutmen hanya terbuka bagi anak muda Jabodetabek? e. Apa kriteria anak muda yang diterima menjadi panitia IYC? f. Bagaimana relasi yang terjadi antar pengurus Sinergi Muda dengan para panitia IYC? 3.2 Bagaimana peran organisasi Sinergi Muda dalam mengembangkan jaringan kerja sama IYC dengan pihak-pihak pendukung program? (donatur, organisasi atau komunitas lain?) a.
Bagaimana relasi yang terjalin dengan pihak luar organisasi (donatur, komunitas lain)?
Hambatan dalam merancang strategi dan menjalankan program 4.1 Apa saja masalah yang muncul saat merancang strategi tersebut? 4.
4.2 Bagaimana pihak pengurus dan panitia dalam menyikapi masalah dan menyelesaikan masalah atau konflik? 4.2 Sejauh mana pencapaian strategi yang telah dilakukan berdampak pada jalannya kepanitiaan IYC? Karakteristik pemuda yang berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC 5.1 Apa ciri anak muda yang terlihat dalam partisipasinya di kepanitiaan IYC?
5
5.2 Perbedaan apa yang terdapat pada para pemuda yang berpartisipasi dalam program IYC dari tahun ke tahuns? 5.3 Bagaimana sikap para pemuda (panitia IYC) tersebut dalam menyikapi dinamika kerja tim?
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN
: PANITIA IYC
Tanggal wawancara : Nama
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Pekerjaan
:
Jabatan di Kepanitiaan IYC
:
No.
Pertanyaan Latar belakang panitia berpartisipasi dalam proses pelaksanaan IYC program 1.
1.1 Apa motivasi anda bergabung dalam kepanitiaan IYC? 1.2 Apa yang menjadi harapan dalam diri ketika dapat berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC? Sinergi Muda melalui program IYC sebagai upaya pengembangan diri 2.1 Bagaimana kegiatan dalam proses pelaksanaan IYC mempengaruhi aktivitas anda dalam kehidupan sehari-hari? 2.2 Bagaimana pembagian kerja dilakukan dalam struktur kepanitiaan? 2.3 Apa saja bentuk kegiatan dalam IYC yang membantu anda menilai potensi yang anda miliki setelah berpartisipasi dalam proses pelaksanaan IYC sebagai panitia?
2.
2.4 Bagaimana manfaat adanya team building terhadap ritmik kerja anda dalam kepanitiaan IYC? 2.5 Proses pengembangan kapasitas seperti apa yang menurut anda sangat penting untuk terus dikembangkan? 2.6 Apa saja hambatan yang muncul dan dirasakan ketika berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC? 2.7 Bagaimana sikap anda dalam menyikapi konflik atau masalah dalam kepanitiaan IYC?
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014
Lampiran 4
2.8 Bagaimana Sinergi Muda menyikapi permasalahan yang muncul pada kepanitiaan IYC? Manfaat berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC 3.1 Apa saja manfaat yang dirasakan muncul ketika anda telah bergabung dalam kepanitiaan IYC? 3.
3.2 Perubahan apa yang dirasakan berkaitan dengan kondisi psikososial (kematangan berpikir, sikap diri dan perilaku) anda setelah berpartisipasi dalam kepanitiaan IYC? 3.3 Menurut anda, apakah potensi dalam diri anda dapat berkembang bila anda tidak terlibat dalam organisasi kepemudaan? Mengapa?
Strategi sinergi muda dalam ..., Thaif Alvian, FISIP UI, 2014