UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI FARMASI DEPOK DESEMBER 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 7 JULI – 22 AGUSTUS 2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI FARMASI DEPOK DESEMBER 2014
ii
Universitas Indonesia
iii Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
iv Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
v Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
vi Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli – 22 Agustus 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini. Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dian Eka Permata, S.Farm., Apt selaku pembimbing I yang telah mengarahkan, berbagi ilmu, dan membimbing selama pelaksanaan PKPA di RSCM maupun penulisan laporan ini; 2. Dr. Fadlina Chany S, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan laporan ini; 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia; 4. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi Universitas Indonesia dan selama melaksanakan PKPA; 5. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA serta menggali ilmu sebanyakbanyaknya selama melaksanakan PKPA di RSCM; 6. Seluruh apoteker dan staf Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis menjalani PKPA di RSCM; 7. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas ilmu, dukungan, dan bantuan vii Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh program studi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia; 8. Keluarga tercinta dan orang-orang terdekat yang tidak pernah lelah memberikan dukungan secara moril dan materil; 9. Seluruh rekan sejawat Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas kerja sama, dukungan, semangat, kekompakkan, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini.
Jakarta,
Desember 2014
Penulis
viii Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
ABSTRAK
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan untuk memahami peran, fungsi, serta tanggung jawab apoteker dalam kegatan manajerial dan pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus yang diberikan adalah pembuatan leaflet cara menggunakan heparin dan cara menggunakan dan membersihkan rotahaler di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo.
Kata Kunci: Apoteker, Leaflet Heparin, Leaflet Rotahaler, Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo.
ix Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
The aim of Pharmacist Internship Program at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo is to understand the role, functions, and
reponsibilites
of
pharmacist
in
pharmaceutical
management
and
pharmaceutical care practice. Spesific task that given in pharmacist internship program is making flyer about the way of using heparin and the way of using and cleaning rotahaler in Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo.
Keywords: Pharmacist, Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo., Heparin Flyer, Rotahaler Flyer.
x Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................………….……………………….. KATA PENGANTAR………………………………………………………. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… DAFTAR ISI ………………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... DAFTAR TABEL ………...………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...
i ii iv v vi vii viii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………… 1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1.2 Tujuan ................……………………………………………..
1 1 3
BAB 2 TINJAUAN UMUM .....……………………………………………. 2.1 Rumah Sakit ............................……………………………… Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)..……....................…... 2.2 2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (TFT)…………………….......…. 2.4 Formularium Rumah Sakit…………………............….......…. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan 2.5 Medis Habis Pakai……............................................................ 2.6 Pelayanan Farmasi Klinik (Permenkes No. 58 Tahun 2014)....
4 4 8 11 12
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS......…...……………………………………… 3.1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ……..........……………… 3.2 Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo............... 3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ............
32 32 34 37
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................. 4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ………........................................…………… 4.2 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.. 4.3 Sub Instalasi Produksi............................................................... 4.4 Satelit Farmasi Kirana............................................................... 4.5 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat.................................... 4.6 Satelit Farmasi Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)......... 4.7 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)................................ 4.8 Satelit Farmasi Pusat................................................................. 4.9 Pelayanan Farmasi Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo…..........................………...............................
42 41 47 52 57 62 70 75 77
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN……………....................................... 5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 5.2 Saran ………………………………………………………….
92 92 92
DAFTAR ACUAN …………………………………………………………..
97
xi Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
14 23
82
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3.
Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan ....................................... Struktur Organisasi IAL RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ........... Struktur Organisasi ISP............................. ........................................ Skema Pembagian Penyimpanan Perbekalan Farmasi......................
vii Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
32 42 49 72
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3.
Aturan Pengiriman Obat di Satelit Farmasi IGD RSCM .................. 66 Pembagian Ruang Rawat Inap Tiap Lantai Gedung A ..................... 70 Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi yang Diterima Satelit ...... 81
viii Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ...................... 98 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ...................... ....................... ..... 99 Lampiran 3. Struktur Koordinasi Administrasi dan Keuangan............................... 100 Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang ................ 101 Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi ......................... 102 Lampiran 6. Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSCM .............................. 103 Lampiran 7. Denah Gudang Farmasi I .................................................................... 104 Lampiran 8. Contoh Etiket Print ............................................................................. 105 Lampiran 9. Contoh Etiket Manual......................................................................... 106 Lampiran 10. Contoh Klip Plastik Obat untuk Unit Dose ....................................... 107 Lampiran 11. Contoh Stiker Obat ............................................................................. 108 Lampiran 12. Contoh Blanko Kartu Stok ................................................................. 109 Lampiran 13. Contoh Formulir Medication History Taking ..................................... 110 Lampiran 14. Lembar Pemantauan Terapi Obat untuk Pasien Rawat Inap .............. 111 Lampiran 15. Formulir Informasi Obat Pulang ........................................................ 112 Lampiran 16. Lembar Checklist Review Resep Obat Pasien .................................... 113 Lampiran 17 . Lembar Formulir Serah Terima Barang.............................................. 114 Lampiran 18. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium Nasional ........ 115
ix Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang bermutu bukan hanya merupakan harapan bagi masyarakat, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sekaligus menjadi tujuan Departemen Kesehatan yang harus diwujudkan dengan berbagai upaya. Adapun upaya yang dilakukan antara lain dengan mendekatkan dan memperluas pelayanan kesehatan kepada para masyarakat yang sifatnya menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima dengan mutu yang baik dan biaya yang relatif terjangkau. Upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif atau menyeluruh meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rebilitatif. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Paradigma lama telah bergeser menjadi paradigma baru yang ditandai dengan pengelolaan suatu organisasi yang menerapkan pola manajemen kualitas mutu dan pelayanan yang handal dalam menghadapi persaingan dan dinamika kerja yang meng-global, tak terkecuali pada sektor kesehatan. Kepuasan pasien menjadi tolak ukur tingkat kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu, kepuasan pasien merupakan satu elemen yang penting dalam mengevaluasi kualitas layanan 1
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dengan mengukur sejauh mana respon pasien setelah menerima jasa. Perbaikan kualitas jasa pelayanan kesehatan dapat dimulai dengan mengevaluasi setiap unsur-unsur yang berperan dalam membentuk kepuasan pasien. Sistem kepedulian kesehatan dapat diperbaiki melalui jalur klinis, layanan, termasuk perspektif pasien seperti seberapa baik jasa pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang sebelumnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut juga terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Anonim, 2006). Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan farmasi yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004). Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua pasien dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal. Jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan perbekalan farmasi yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
3
Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab
untuk
melaksanakan
pekerjaan
kefarmasian.
Seiring
perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin diperlukan karena pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk semata (product oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik. Salah satu upaya untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama 2 bulan.
1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini adalah untuk memberikan pemahaman serta pengalaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit 2.1.1
Definisi Rumah Sakit Rumah
sakit
merupakan
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan berupa rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Menteri Kesehatan, 2009).
2.1.2
Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud fungsi rumah sakit adalah : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
5
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3
Klasifikasi Rumah Sakit Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberikan
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilik, serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi: 1. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi: a. Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain, dan tiga belas pelayanan medik subspesialis. b. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya, dan dua pelayanan medik subspesialis dasar. c. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat pelayanan spesialis penunjang medik. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
6
d. Rumah Sakit Umum Kelas D Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi: a. Rumah Sakit Khusus Kelas A b. Rumah Sakit Khusus Kelas B c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi : a. Rumah Sakit Publik Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Rumah Sakit Privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
7
2.1.4
Organisasi Rumah Sakit Organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang dibangun oleh rumah
sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan tugas masing-masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi tersebut dapat berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit yang tidak berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit swasta. Mereka berdiri dari orang yang memiliki rumah sakit tersebut. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.
2.1.5 Tenaga Kesehatan Menurut UU No. 36 Tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi masing-masing. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu: 1. Tenaga medis yang meliputi dokter dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. 2. Tenaga psikologi klinis. 3. Tenaga keperawatan. 4. Tenaga kebidanan. 5. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
8
6. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga. 7. Tenaga kesehatan lingkungan yang meliputi tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan. 8. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisien. 9. Tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur. 10. Tenaga keteknisian medis yang meliputi perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, serta audiologis. 11. Tenaga teknik biomedika yang meliputi radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik. 12. Tenaga kesehatan tradisional yang meliputi tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan. 13. Tenaga kesehatan lain.
2.2
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
2.2.1
Definisi IFRS Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas di
rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004). Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
9
bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, distribusi, dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004).
2.2.2
Tugas dan Fungsi IFRS Berdasarkan Permenkes No.58 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit mempunyai: Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi. b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien. c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko. d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien. e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi. f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian. g. Memfasilitasi
dan
mendorong
tersusunnya
standar
pengobatan
dan
formularium Rumah Sakit. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi : a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit. b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien, dan optimal. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
10
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit. h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu. i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”atau dosis sehari. j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan). k. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan. m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan Farmasi Klinik a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat. b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat. c. Melaksanakan rekonsiliasi obat. d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat, baik berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
11
e. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain. g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya. h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO): Pemantauan efek terapi obat., Pemantauan efek samping obat, Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). j. Melaksanakan dispensing sediaan steril: Melakukan pencampuran obat suntik, Menyiapkan nutrisi parenteral, Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik, Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil. k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat, dan institusi di luar Rumah Sakit. l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
2.3
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2014
dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
12
memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT. Tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) meliputi: a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit. b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit. c. Mengembangkan standar terapi. d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat. e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional. f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki. g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error. h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.
2.4 Formularium Rumah Sakit Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan
dan
revisi
Formularium
Rumah
Sakit
dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit: a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik. b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
13
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar. d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik. e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF. f. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit. g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi. h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan monitoring. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit: a. Mengutamakan penggunaan obat generik. b. Memiliki
rasio
manfaat-risiko
(benefit-risk
ratio)
yang
paling
menguntungkan penderita. c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas, dan bioavailabilitas. d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan. e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan. f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien. g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung. h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Menurut Permenkes No 58 Tahun 2014 terbaru yang telah ditetapkan pada bulan Agustus 2014, Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
14
serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai
penerimaan,
dari
pemilihan,
penyimpanan,
perencanaan
pendistribusian,
kebutuhan,
pemusnahan
dan
pengadaan, penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Permenkes No 58 Tahun 2014 meliputi: A. Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi. b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan. c. Pola penyakit. d. Efektifitas dan keamanan. e. Pengobatan berbasis bukti. f. Mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
15
g. Harga. h. Ketersediaan di pasaran. B. Perencanaan Kebutuhan Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi, serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. Anggaran yang tersedia. b. Penetapan prioritas. c. Sisa persediaan. d. Data pemakaian periode yang lalu. e. Waktu tunggu pemesanan. f. Rencana pengembangan.
C. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain: a. Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
16
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS). c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar. d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Pengadaan dapat dilakukan melalui: a.
Pembelian Untuk Rumah Sakit Pemerintah, pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
b. Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri. Sediaan Farmasi dengan formula khusus. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking. Sediaan Farmasi untuk penelitian. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut.
c. Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
17
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat
memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit untuk
mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
d. Penerimaan Penerimaan merupakan
kegiatan untuk
menjamin
kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus diperhatikan antara lain: a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa, dan peringatan khusus. b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting. c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
18
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu: a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya. b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
f. Pendistribusian Distribusi
merupakan
suatu
rangkaian
kegiatan
dalam
rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
19
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara: Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Floor Stock) 1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. 2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. 3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan. 4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan. 5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan, dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock. a. Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi. b. Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. c. Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.
g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
20
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila: a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu. b. Telah kadaluwarsa. c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan obat terdiri dari: a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan. b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan. c. Mengoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait. d. Menyiapkan tempat pemusnahan. e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan. h. Pengendalian Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
21
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk: a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit. b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi. c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving). b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock). c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
i. Administrasi Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari: a. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
22
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk: a. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM. b. Dasar akreditasi Rumah Sakit. c. Dasar audit Rumah Sakit. d. Dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai: a. Komunikasi antara level manajemen. b. Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi Farmasi. c. Laporan tahunan. b. Administrasi Keuangan Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan
administrasi
keuangan.
Administrasi
keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c. Administrasi Penghapusan Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2.6
Pelayanan Farmasi Klinik (Permenkes No.58 Tahun 2014) Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
23
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
2.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi: a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan pasien. b. Nama, nomor izin, alamat, dan paraf dokter. c. Tanggal resep. d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi: a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan. b. Dosis dan jumlah obat. c. Stabilitas. d. Aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi: a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat. b. Duplikasi pengobatan. c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
24
d. Kontraindikasi. e. Interaksi obat.
2.6.2
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat Penelusuran
riwayat
penggunaan
obat
merupakan
proses
untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara, atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat: a. Membandingkan
riwayat
penggunaan
obat
dengan
data
rekam
medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat. b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan. c. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat. e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. f. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan. g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan. h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat. i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat. j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obat (concordance aids). k. Mendokumentasikan
obat
yang
digunakan
pasien
sendiri
tanpa
sepengetahuan dokter. l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
25
2.6.3 Rekonsiliasi Obat Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah: a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien. b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter. c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
2.6.4
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. PIO bertujuan untuk: a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit. b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi. c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi: a. Menjawab pertanyaan. b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
26
c. Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. d. Bersama dengan tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya. f. Melakukan penelitian.
2.6.5
Konseling Obat Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus konseling obat ditujukan untuk: a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien. b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien. c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat. d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya. e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat. g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi. h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
27
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling obat meliputi: a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien. b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions. c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah pengunaan obat. e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien. f. Dokumentasi.
2.6.6
Visite Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain. 2.6.7
Pemantauan Terapi Obat (PTO) Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
28
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan dalam PTO meliputi: a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan PTO: a. Pengumpulan data pasien. b. Identifikasi masalah terkait obat. c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. d. Pemantauan. e. Tindak lanjut.
2.6.8
Monitoring Efek Samping Obat Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. MESO bertujuan: a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang. b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan. c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO. d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
29
2.6.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu: a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat. b. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat. d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. 2.6.10 Dispensing Sediaan Steril Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan steril bertujuan: a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk. c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya. d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi : A. Pencampuran Obat Suntik Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan: a. Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus. b. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai. c. Mengemas menjadi sediaan siap pakai.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
30
B. Penyiapan Nutrisi Parenteral Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar, dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus: a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan. b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
C. Penanganan Sediaan Sitostatik Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas, maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi: a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat. b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai. c. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan. d. Mengemas dalam kemasan tertentu. e. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
2.6.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan: a. Mengetahui Kadar Obat dalam Darah. b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
31
Kegiatan PKOD meliputi: a. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). b. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). c. Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan memberikan rekomendasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 3.1.1
Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke Ziekenhuis. Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) menjadi rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin) pada bulan Maret 1942 di masa pendudukan Jepang di Indonesia. CBZ berubah nama menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) dan dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan kemudian dipimpin oleh Prof. Tamija pada tahun 1945. RSON berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) pada tahun 1950. Selanjutnya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM) pada tanggal 17 Agustus 1964 oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, yaitu Prof. Dr. Satrio. RSTM diubah menjadi RSCM seiring dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia. Sesuai dengan SK Menkes nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah sakit ini berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 13 Juni 1994 hingga saat ini.
Gambar 3.1. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo 32
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
33
\RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta berdasarkan pada PP No. 116 Tahun 2000 dan dalam perkembangan berikutnya, status Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan pada PP No. 23 Tahun 2005, dengan harapan RSCM dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal penyediaan barang dan jasa tanpa mengutamakan keuntungan, serta kegiatan yang dilakukan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
3.1.2 Visi RSCM memiliki visi “Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014”.
3.1.3
Misi
RSCM memiliki misi, yaitu: 1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. 3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel.
3.1.4
Klasifikasi RSCM adalah rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A dan merupakan
pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit pendidikan yang bekerja sama dengan banyak pihak, salah satunya adalah Universitas Indonesia dalam rangka melaksanakan program pendidikan pada bidang kesehatan. Sebagai contoh, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis serta Fakultas Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
34
3.1.5 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.6
Nilai Budaya Lima nilai budaya yang dimiliki RSCM yaitu Profesionalisme, Integritas,
Kepedulian, Penyempurnaan Berkesinambungan, serta Belajar dan Mendidik.
3.2 Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional yang berperan sebagai pusat pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.
3.2.1 Visi Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi penyelenggara pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melakukan peningkatan berkesinambungan.”
3.2.2 Misi Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi, yaitu: 1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan. 2. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien. 3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinis untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal. 4. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
35
5. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai persyaratan mutu. 6. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit. 7. Berperan serta dalam
program
pendidikan dan pelatihan (Diklat), serta
penelitian dan pengembangan (Litbang) farmasi.
3.2.3 Tujuan Umum Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan pada prosedur kefarmasian dan etika profesi, bekerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
3.2.4 Tujuan Khusus 1. Aspek Manajemen Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem informasi yang tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi. 2. Aspek Klinik Mengkaji
instruksi
pengobatan,
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi tenaga kesehatan, pasien/keluarga, dan masyarakat, melaksanakan konseling pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat–obat
kanker,
melakukan perencanaan, penerapan, dan evaluasi obat, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), serta Pelaksana Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
36
3.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bertugas melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinis sesuai dengan prosedur kefarmasian dan etika profesi. Instalasi Farmasi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di bidang farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM berfungsi dalam: 1. Penyusunan standar, kriteria, prosedur, dan indikator kinerja pelayanan kefarmasian. 2. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi. 3. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 4. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 5. Penyelenggaran pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien. 6. Pengidentifikasian masalah dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 7. Pencegahan dan penanganan masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan terhadap efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan. 8. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau keluarga. 9. Pemberian konseling kepada pasien atau keluarga. 10. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dan dosis unit. 11. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi. 12. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu pengelolaan pelayanan kefarmasian. 13. Pengembangan profesi SDM kefarmasian. 14. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
3.2.6 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
37
Unit (CMU 2) lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi RSCM yang membawahi : 1. Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu) Mempunyai tugas melaksanakan pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengawasan perbekalan farmasi sesuai prosedur. 2.
Koordinator Produksi dan Diklitbang Mempunyai tugas dalam melaksanakan kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM.
3. Koordinator Pelayanan Farmasi Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSCM dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit 3.3.1 Pelaksana Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk oleh rumah sakit untuk tujuan: 1. Tercapainya peningkatan mutu dalam penggunaan antibiotik di rumah sakit melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim Mikrobiologi Klinik, dan Tim Farmasi Klinik. 2. Terlaksananya
pengawasan,
pemantauan,
dan
pengendalian
prosedur
penggunaan antibiotik pada masing-masing unit agar tidak menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan. 3. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotic. 4. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian resistensi antimikroba. Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, dan kenyamanan) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tim PPRA terdiri dari:
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
38
1. Tim inti yaitu: a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi. b. PPIRS. c. Spesialis Mikrobiologi Klinik. 2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik. 3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan Bidang Keperawatan. Organisasi PPRA terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait), perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik, spesialis Farmakologi Klinik, dan konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Tim PPRA dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai departemen/UPT/instalasi yang melaksanakan pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan antimikroba. Pokja departemen terdiri dari ketua yang merangkap sebagai anggota Tim PPRA dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat
departemen/instalasi/UPT
termasuk
di
dalamnya
adalah
(SK
No.10281/TU.K/34/VI/2011): 1.
Departemen Penyakit Dalam
2.
Departemen Bedah
3.
Departemen IKA
4.
Departemen Obstetri dan Ginekologi
5.
Departemen Kulit dan Kelamin
6.
Departemen Gigi dan Mulut
7.
Departemen Bedah Syaraf
8.
Departemen Mata
9.
Departemen Neurologi
10. Departemen Urologi 11. Departemen THT 12. ICU 13. Unit Pelayanan Luka Bakar Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
39
14. Pelayanan Jantung Terpadu 15. Instalasi Gawat Darurat Tugas pokok dari Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba. Fungsi lain dari PPRA adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik. 2. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui koordinasi empat pilar. 3. Menyusun
program
kerja
Tim
PPRA
dan
Pokja
PPRA
departemen/UPT/instalasi. 4. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan antibiotik secara bijak. 5. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini ke-3. 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi kuman, dan insiden MRSA. Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan berkala secara terencana minimal satu bulan sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA). Empat pilar yang berkoordinasi dengan Tim PPRA antara lain Tim Mikrobiologi Klinik yang berkoordinasi dengan Departemen Patologi Klinik, Panitia Farmasi Terapi, Tim Farmasi Klinik, dan Tim Panitia Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS). 3.3.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli yang berada di bawah Komite Medik dan bertugas membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) didasarkan atas usulan dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
40
oleh Direktur Utama. Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua, sekretaris, dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun untuk mendukung program kerjanya. Tugas PFT mencakup : 1. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua masalah yang berkaitan dengan perbekalan farmasi. 2. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM. 3. Menyusun formularium obat, daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas, dan harga. PFT harus mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat yang indikasinya sama. 4. Memantapkan dan melaksanakan program serta agenda kegiatan yang menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman, dan hemat biaya. 5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan serta penyebaran informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan, dan penggunaan obat kepada staf medis RSCM. 6. Berperan aktif dalam menjamin mutu pemilihan, pengadaan, dan penggunaan perbekalan farmasi. 7. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi di RSCM. 8. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan melakukan umpan-balik hasil tinjauan tersebut ke seluruh staf medis. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PFT perlu mengadakan rapat rutin sekurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi kebijakan dan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
41
peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Jika musyawarah tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT yang ikut serta dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok dan semata-mata untuk kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2014).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Gudang perbekalan farmasi merupakan sarana penting dalam proses pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM dan dalam struktur organisasi saat ini gudang perbekalan farmasi berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL). Adapun Struktur Organisasi Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL) dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi IAL RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM terdiri dari Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis. Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00 sampai dengan 18.00 yang terbagi dalam 2 shift. Setelah Juli 2013, pengelolaan perbekalan farmasi berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL), dimana sebelumnya berada di bawah Instalasi Farmasi. Alur pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM dapat dilihat pada Lampiran 3. Kegiatan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat saat ini berfokus pada pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan, dan 42
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
43
pelaporan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Pemesanan dilakukan berdasarkan pada Surat Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP). Pemesanan perbekalan farmasi ke distributor dilakukan berdasarkan pada permintaan (defekta) perbekalan farmasi dari setiap unit kerja dan satelit farmasi yang dilakukan secara rutin dua kali dalam seminggu, dan dari permintaan mendesak (sito) yang dapat dilakukan setiap hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu dengan persediaan buffer 6 hari. Perencanaan yang telah dibuat oleh petugas Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke koordinator logistik. Jika permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik, maka petugas pemesanan akan membuat surat pesanan ke distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang Pusat. Setelah perbekalan farmasi diterima di Gudang Pusat, selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan jumlah pesanan, serta penyesuaian dengan faktur penjualan melalui komputer. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama perbekalan farmasi, dan tanggal kadaluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Jika terdapat kemasan yang telah rusak atau perbekalan farmasi tidak sesuai, maka dapat dilakukan penggantian barang ke distributor. Tetapi, jika barang sudah sesuai dengan permintaan dan telah lulus dalam pemeriksaan, barang tersebut disimpan sesuai dengan tempat penyimpanannya. Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi, yaitu dalam perjalanan distribusi perbekalan farmasi dari distributor ke Gudang Pusat harus disimpan di dalam cool box yang dilengkapi dengan termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi, misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan memberikan tanda tangan, nama jelas dan stempel gudang farmasi, serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan faktur. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
44
Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah, dan waktu kadaluwarsa. Namun, jika terdapat perbekalan farmasi yang tidak sesuai dan tidak lulus pemeriksaan, maka dapat dilakukan pengembalian atau penggantian barang ke distributor. Perbekalan Farmasi yang telah diterima kemudian disimpan di Gudang Pusat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi adalah menempatkan perbekalan farmasi yang diterima dengan aman dan sesuai aturan kefarmasian agar terjamin kualitas dan kuantitasnya. Penyimpanan yang sesuai dapat memudahkan kegiatan pencarian barang untuk mempercepat pelayanan serta memudahkan pengawasan dan operasional penyimpanan. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Selain itu, penyimpanan juga disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat kesehatan diletakkan di ruang Alkes I, II, dan III pada Gudang Farmasi I; obat (oral atau injeksi) diletakkan di ruang penyimpanan obat pada Gudang Farmasi I; bahan berbahaya dan beracun (B3) diletakkan di ruang tahan api pada Gudang Farmasi I; cairan dan hemodialisa diletakkan di Gudang Farmasi II, dan gas medis diletakkan di Gudang Gas Medis. Denah gedung Farmasi 1 dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain berdasarkan pada jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high alert atau sitostatika), rute pemberian obat, obat produksi RSCM, serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan obat di Gudang Pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan penyusunan obat yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip sehingga penyimpanannya dipisah dengan satu atau dua obat lain, dan pada wadah penyimpanan diberi penandaan dengan stiker LASA berwarna hijau. Obat-obat mahal, obat-obat high alert, dan obat-obat sitostatika disimpan pada lemari khusus. Tempat penyimpanan obat high alert ditandai Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
45
dengan lakban berwarna merah pada bagian tepi pintu tempat penyimpanan dan diberi label high alert pada tiap kemasan primer dan sekunder obat. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi label berwarna ungu “Obat Kanker, Tangani dengan Hati-hati” pada kemasan sekunder obat. Penyimpanan obat yang sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok obat akan memudahkan dispensing obat, mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi di rumah sakit sangat besar. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Obat narkotika disimpan dalam lemari berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten Apoteker yang bertugas pada tiap shift. Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, serta berdasarkan kelompok departemen pengguna, misalnya Departemen Bedah, Departemen Mata, dan Departemen Pelayanan Jantung Terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengambilan barang. Agar akuntabilitas perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan pengawasan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT serta untuk mengetahui nilai aset RSCM. Kegiatan stock opname juga dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap perbekalan farmasi yang mendekati waktu kadaluwarsa. Produk yang akan kadaluwarsa dalam waktu enam bulan ke depan akan
diberi
label
berwarna
kuning
yang
dilengkapi
dengan
waktu
kadaluwarsanya. Mutu perbekalan farmasi yang disimpan juga dijaga dengan melakukan pemantauan suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari. Pemantauan suhu lemari pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 14.00, dan 20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB. Gudang Pusat merupakan pusat pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh satelit dan unit kerja. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
46
Permintaan perbekalan farmasi ke Gudang Pusat dapat dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing satelit dan unit kerja atau permintaan sito setiap hari. Permintaan ke Gudang Pusat dilakukan secara online melalui sistem Electronic Health Record (EHR) untuk satelit farmasi dan unit kerja. Permintaan yang diajukan secara online akan langsung dicetak oleh Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang. Defekta terhadap obat-obat narkotika dibuat dalam surat permintaan tersendiri. Petugas Gudang Pusat akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada surat permintaan. Petugas administrasi akan memproses surat permintaan tersebut untuk mendapatkan Form Penerimaan
Barang
bagi
tiap
satelit/unit/departemen
terkait.
Penyiapan
perbekalan farmasi oleh petugas gudang biasanya dilakukan dalam waktu maksimal satu hari sebelum pengambilan barang oleh satelit atau unit kerja. Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan. Setelah dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan permintaan, kemudian dilakukan penandatanganan bersama Form Penerimaan Barang oleh petugas gudang dan petugas satelit atau unit kerja. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja. Gudang Pusat juga melayani permintaan mendesak/sito setiap hari. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggung jawab Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang dengan didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang untuk kemudian keesokan harinya membuat permintaan ke EHR. Gudang Pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan farmasi yang telah kadaluwarsa maupun yang rusak. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, terkontaminasi, sudah kadaluwarsa, atau rusak diretur kembali ke gudang dari satelit-satelit dan unit kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai perintah direktur dan dilakukan oleh Panitia Pemusnahan dan dibuat berita acara pemusnahan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
47
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: 1. Masih terdapat ketidaksesuaian jumlah data barang pada kartu stok dengan jumlah fisik atau jumlah barang di IT. 2. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan petugas baru yang akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi. Saran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: 1. Ketidaksesuaian antara kartu stok dengan jumlah fisik Dilakukan sampling stok dan fisik sebanyak 10 item per hari dan jika terjadi ketidaksesuaian, maka petugas harus langsung menelusuri penyebab ketidaksesuaian. 2. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya.
4.2 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Kondisi alat kesehatan yang steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Tujuan sterilisasi adalah untuk terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus yang memiliki keterampilan khusus sebagai first step to quality. Oleh karena itu, Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) menjadi unit yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan barang-barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
48
4.2.1. Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat Instalasi Sterilisasi Pusat merupakan unit kerja yang bertugas menyediakan barang-barang dan peralatan steril yang dibutuhkan oleh departemen/instalasi/unit kerja lainnya di RSCM.
4.2.2. Visi dan Misi ISP RSCM Visi dari ISP RSCM adalah menjadi ISP yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dari ISP RSCM adalah: a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu. b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan. c. Meningkatkan kompetensi SDM di bidang sterilisasi. d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal. e. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian/pengembangan di bidang sterilisasi.
4.2.3. Tujuan dan Strategi ISP RSCM Tujuan dari ISP RSCM adalah tercapainya pelayanan pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang digagas antara lain: a. Meningkatkan efisiensi produktivitas. b. Meningkatkan profesionalisme. c. Menciptakan restrukturisasi. d. Menerapkan sistem managemen keuangan. e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost. f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.
4.2.4. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia ISP RSCM diketuai oleh Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional. Kepala Instalasi Pusat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
49
Sterilisasi membawahi dua kepala bagian yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Adapun Struktur Organisasi Instalasi ISP dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Direktur Umum dan Operasional
Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat
Kepala Sub Instalasi Operasional
Kepala Sub Instalasi Mutu
Logistik dan Inventory
Produksi BMHP Steril
SDM dan Diklat
Administrasi dan Pelaporan
Pre-Cleaning/ Cleaning
Pengemasan/ Penandaan
Penyimpanan dan Distribusi
Quality Control
Proses Sterilisasi
Quality Control
Gambar 4.2. Struktur Organisasi ISP 4.2.5. Ruang dan Sarana ISP RSCM Ruang ISP RSCM memiliki suhu 180̊-220C dan kelembaban 35-75%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/hepafilter. Alat yang digunakan untuk membantu
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
50
sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. ISP RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:
a. Area Unclean Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi. b. Area Clean Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi. c. Area Steril Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan distribusi barang steril.
4.2.6. Sistem Pelayanan Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup hal khusus, seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, peralatan operasi, dot botol bayi, dan baju operasi. Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di ISP. Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya: a. Peningkatan efisiensi ruangan, SDM, peralatan, dan waktu. b. Mutu dari alat kesehatan steril terjamin karena adanya prosedur indikator mutu. c. Pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pengguna perbekalan farmasi steril. d. Pengawasan dan pengendalian proses sterilisasi menjadi lebih mudah. e. Mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.
4.2.7. Kegiatan ISP Kegiatan yang dilakukan di ISP adalah sebagai berikut: 1. Alur Perpindahan Barang Satu Arah ISP RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang. Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke area steril. Di area Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
51
kotor, barang non steril diterima dan dipilih, kemudian, barang direndam, dibersihkan/disikat, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area bersih. Di area bersih, barang diterima, dikelompokkan sesuai unit kerja yang melakukan permintaan sterilisasi dan dilakukan uji kelayakan barang sesuai dengan yang tercantum dalam formulir permintaan sterilisasi, dan dikemas. Barang yang dikemas kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, kemudian barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk ke area steril dan disimpan. 2. Alur Aktivitas Fungsional Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer. Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi (fisika atau kimia) lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan dan pemberian label, petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi, barang yang tidak berhasil disterilisasi akan dilakukan proses sterilisasi ulang dengan cara mengulang proses sterilisasi dari awal, sedangkan barang yang kondisinya telah memenuhi persyaratan akan
dilakukan uji visual kemudian ditempatkan di
penyimpanan barang steril. Barang-barang di area penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer atau supplier.
3. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan dan labeling. Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi. Sterilisasi menggunakan suhu tinggi (autoklaf 1340̊C) atau suhu rendah (50-560̊C).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
52
Setelah proses sterilisasi, barang akan melalui uji visual dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan.
4. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui proses dekontaminasi terlebih dahulu dan sebelumnya lolos uji mekanik, kimia, dan biologi. Barang yang telah didekontaminasi kemudian dikeringkan dan dilakukan kontrol spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling, dan penyusunan. Setelah penyusunan, barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah sesuai dengan informasi yang tertera pada formulir permintaan sterilisasi. Setelah melewati tahap sterilisasi, barang selanjutnya diuji secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di ISP, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: 1. Proses pencucian alkes (botol susu bayi) hanya direndam & dibilas saja bagian luarnya (bagian dalam tetap disikat bersih), kurang dibersihkan hingga benarbenar bersih. 2. Kedua pintu Pass box di loket kotor dan loket bersih terbuka saat terjadi proses serah terima alkes. 3. Masih terdapat material kecil pada bagian dalam kassa produksi BMHP.
4.3
Sub Instalasi Produksi Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi di RSCM. Adapun fungsi dari sub instalasi produksi adalah untuk membantu menunjang fungsi Instalasi Farmasi dalam hal penyiapan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. Sumber daya manusia yang terdapat di Sub Instalasi Produksi, terdiri dari 3 Apoteker, 24 asisten apoteker, dan 4 pekarya.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
53
4.3.1 Sub Instalasi Produksi melayani antara lain : 1.
Produksi sediaan farmasi, yaitu produksi sediaan farmasi untuk keperluan internal RSCM. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non-steril. Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi antara lain:
a. Sediaan dengan formula khusus. b. Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (re-packing). c. Sediaan yang tidak ada di pasaran. d. Sediaan dengan harga yang lebih murah. e. Produk yang harus selalu dibuat segar. f. Sediaan untuk keperluan penelitian.
2.
Pelayanan aseptic dispensing, ada beberapa lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM, antara lain terdapat di :
a. Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture), pencampuran obat sitostatik, dan re-packing sediaan serbuk steril. b. Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN. c. Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat sitostatik. d. Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat kemoterapi. Sub Instalasi Produksi CMU 2 lantai 3 dan Perinatologi beroperasi dalam 2 shift yaitu pada pukul 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A lantai 8 beroperasi dalam 2 shift yaitu pukul 08.00 - 19.30 WIB untuk hari Senin hingga Jumat sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu hanya 1 shift mulai pukul 09.00 – 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift pada pukul 08.00 – 15.30 WIB dari hari Senin hingga Jumat. Selain itu, sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu : Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
54
a. Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat dan bahan yang baru masuk sebelum digunakan pada proses produksi. b. Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang akan digunakan dalam proses produksi. c. Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan obat luar. d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar. e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril dan repacking. f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas produk yang dihasilkan. g. Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari: 1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang terhindar dari efek paparan obat sitostatika. 2) Ruang Pencampuran Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibanding luar ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari partikel yang terdapat di luar ruangan. Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi menghasilkan sekitar 146 jenis sediaan dengan berbagai konsentrasi dan volume yang bermacam – macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 108 item, dan obat steril 9 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
55
kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus, sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, hand rub, alkohol 70%, dan povidone iodine. 4.3.2 Kegiatan PKPA di Sub Instalasi Produksi PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati dan diikuti mahasiswa, antara lain : a.
Mengamati Kegiatan Rekonstitusi Obat Sitostatika Pasien Rawat Jalan Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub Instalasi
Produksi dimulai dari penerimaan resep berupa formulir pelayanan pencampuran obat sitostatika dari pihak satelit farmasi pusat oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis oleh dokter. Petugas yang akan melakukan rekonstitusi kemudian melakukan skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak jadi atau berhalangan melakukan kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Sitostatika sebagai obat titipan pasien. Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik (NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kadaluwarsa. Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum masuk ke ruangan steril dan melakukan rekonstitusi, petugas terlebih dahulu menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai ketentuan yang berlaku untuk keamanan bagi petugas sendiri dan menjamin sterilitas produk yang dihasilkan. Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
56
dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril. Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses rekonstitusi, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alkohol 70% dan gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alkohol 70%. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Adapun rekonstitusi obat sitostatika yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dilakukan di ruang steril dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti. Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika diberikan etiket dan label obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box dan dikemas ke dalam plastik klip per pasien. b. Mengamati Proses Aseptic Dispensing Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral berupa premixed KCl dan kegiatan re-packing sediaan serbuk steril. Alur yang dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptik dengan tekanan udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan alkohol 70%. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
57
etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut. c. Re-packing Pembuatan Sediaan Povidone Iodine
Proses re-packing dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi kemasan yang lebih kecil dan ekonomis, meliputi kemasan 10 cc, 30 cc, dan 60 cc. d. Pembuatan Sirup Omeprazole
Sirup omeprazole merupakan sediaan sirup yang tidak tersedia di pasaran sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM. Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga. e. Pengisian Kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul NaCl. Sebelum pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluwarsa. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi Produksi, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan maksimal. Hanya saja, terdapat beberapa masalah yang ditemukan, antara lain : 1. Terjadinya kekosongan bahan baku yang menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan dengan baik. 2. Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari. 3. Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana. 4. Adanya petugas yang tidak menggunakan APD pada saat proses pembuatan kapsul natrium bicarbonate.
4.4
Satelit Farmasi Kirana Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan
khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata yang memiliki tiga depo Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
58
farmasi, yaitu depo farmasi lantai 1, lantai 3, dan lantai 4. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan, depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan operasi mata, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien rawat inap. Depo lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan jadwal dua shift, yakni shift pertama mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB dan shift kedua mulai pukul 10.0018.00 WIB, sedangkan depo farmasi lantai 3 dan 4 memiliki jadwal satu shift, yaitu mulai pukul 08.00 hingga 15.30 WIB atau biasa sampai long shift.
4.4.1
Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di Satelit Kirana berjumlah 9 orang,
terdiri dari satu orang apoteker penanggungjawab dan 5 orang Asisten apoteker, 2 orang porter, dan 1 orang administrasi (staff kirana). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obat-obat lain, berupa obat oral, injeksi, B3, psikotropika, dan narkotika sebagai terapi penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana. Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan, depo farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien rawat inap. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Pada depo lantai 3 pendokumentasian permintaan paket dilakukan melalui pencatatan pada lembar formulir serah terima barang (lampiran 17) yang berisi data pasien, unit, No.regis, Rekam Medik (RM), Hari/tanggal, dan jenis tindakan, sedangkan untuk verbal order yang ada pada Lt. 3 dan 4 dilakukan juga pencatatan meliputi nama pasien, nama barang, jumlah yang diminta, dokter yang meminta, dan paraf. Kedua pencatatan tersebut nantinya akan diinput ke sistem EHR.
4.4.2 Kegiatan Satelit Kirana Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan, Pengadaan, dan Penerimaan Perbekalan Farmasi Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan 6 bulan sekali yaitu periode Januari-Juni dan Juli-Desember dimana metode yang digunakan berdasarkan metode permintaan resep dan metode Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
59
konsumsi. Data perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan pengadaannya. Depo lantai 3 dan 4 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan dikirimkan ke depo lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu, sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki pekarya, maka perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang Pusat. Pada hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan pengecekan kesesuaian barang, jumlah barang, kualitas barang dan ED barang yang diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannya pada kartu stok. Khusus
untuk
pengadaan barang konsinyasi,
seperti
lensa mata,
perencanaan dibuat oleh departemen kirana ke instalasi farmasi kemudian dilanjutkan ke Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani barang konsinyasi atau dilakukan penunjukkan vendor langsung, setelah itu Unit Kerja Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang. Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Koordinator Pelayanan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar penagihan pembayaran bagi vendor.
b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
60
berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan jenisnya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi penyimpanan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, penyimpanan B3, dan obat termolabil. Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap kemasan sekunder dan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari terpisah yang diberi stiker ungu. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin. Pengecekan suhu lemari pendingin dilakukan tiap pagi, siang, dan sore serta suhu ruangan penyimpanan Satelit Kirana dilakukan tiap pagi.
c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang ada, dilakukan SO di Satelit Kirana 3 bulan sekali. Barang-barang yang diketahui telah mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat untuk dimusnahkan. Serta dilakukan sistem sampling stok yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya dengan pembagian berdasarkan rak.
d. Distribusi Perbekalan Farmasi Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan tiga cara, yaitu sistem peresepan individual untuk pasien rawat jalan dan paket operasi per pasien, unit dose untuk pasien rawat inap, dan sistem floor stock berupa BMHP. Resep yang diterima di satelit ini adalah resep manual. Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut: Pasien Umum (Resep Tunai) Pasien umum datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
61
kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing obat, dan penyerahan obat. Pasien jaminan Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Petugas satelit memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat dalam Fornas. Jika obat diluar fornas maka dokter mengisi formulir obat non fornas dimana hanya untuk obat yang mahal saja diatas lima ratus ribu rupiah. Setelah itu dilakukan verifikasi dan petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat.
4.4.3 Kegiatan Satelit Kirana Mahasiswa bertugas di satelit Kirana selama 2 hari. Selama berada di satelit Kirana, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : 1. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada. 2. Membantu proses penyetokan obat. 3. Melakukan monitoring resep manual. 4. Melakukan sampling resep dan etiket. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana, terdapat beberapa hal kendala yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara lain : a. Ada Obat LASA yang tidak ditempel stiker LASA (ada 1 item obat yang tidak ditempel stiker LASA), yaitu obat : Vitrolenta MD dan Vitrolenta ED. b. Diperlukan adanya pengeras suara untuk memanggil pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
62
c. Belum adanya saluran telepon (SIEMENS) yang menghubungkan satelit kirana dengan unit lain di luar KIRANA. d. Sistem EHR yang belum terintegrasi di satelit KIRANA (lantai 1). e. Tidak adanya loket yang digunakan untuk penerimaan dan penyerahan resep.
4.5 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat Satelit Farmasi IGD RSCM merupakan unit kerja yang melayani perbekalan farmasi untuk pasien setiap harinya selama 24 jam dan hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di ruang IGD RSCM saja, tidak menerima resep dari unit lain di RSCM. Satelit farmasi IGD RSCM mempunyai satu satelit di lantai 1 dan satu satelit di lantai 4. Satelit lantai 1 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk lantai 1 (ruang rertiase, imet, rhesus, urgent, perinatologi dan anak), lantai 2 (ruang ICU, PICU, hemodialisa anak, dan hemodialisa dewasa), dan lantai 3 untuk ruang kebidanan, sedangkan satelit lantai 4 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang OK IGD dan OK urologi.
4.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik, 23 orang Asisten Apoteker, 4 orang porter, dan 1 orang pekarya. Pelayanan farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam. 4.5.2 Kegiatan Satelit Farmasi IGD Kegiatan Manajemen Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM adalah : a. Perencanaan, Pengadaan, dan Penerimaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan satelit lantai 4 dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi menggunakan perbandingan metode permintaan dan metode konsumsi dimana semakin banyak barang yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Perencanaan perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
63
dilakukan 6 bulan sekali yaitu periode Januari - Juni dan Juli - Desember. Pengadaan perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD RSCM dilakukan melalui sistem defekta yang dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis secara online melalui HER. Pengambilan barang ke gudang pusat dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat. Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat kesehatan, dan narkotika. Selain itu juga ada defecta cito. Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan satelit lantai 4. Sistem pengadaan barang di satelit lantai 4 dilakukan dengan mengajukan defekta ke satelit lantai 1. Satelit farmasi lantai 4 mengajukan defekta ke satelit farmasi lt.1 dalam waktu 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Pelaksanaan defekta pada hari Senin dan Kamis oleh pihak satelit dengan memasukkan data defekta yang akan di-posting melalui sistem EHR ke gudang. Selanjutnya pihak gudang menyiapkan terlebih dahulu barang yang diminta oleh pihak satelit farmasi IGD. Keesokan harinya pada hari pengambilan barang, pekarya dan AA dari satelit farmasi IGD akan datang ke gudang pusat untuk mengurus pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan pengecekan kembali untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari gudang pusat dengan data defekta dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem EHR. Hal yang juga perlu diperhatikan pada saat serah terima perbekalan farmasi adalah pengecekan tanggal kadaluarsa. Setelah data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak satelit farmasi IGD). Pihak satelit farmasi IGD akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencatat penambahan perbekalan farmasi di kartu stok dan memasukan data ke sistem EHR yang ada. Selanjutnya dilakukan penambahan stok barang di satelit farmasi IGD. b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
64
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat berdasarkan pembagian berikut : 1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi a) Obat Penyimpanan obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan tablet, sediaan sirup, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus. b) Alat kesehatan Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. 2) Suhu penyimpanan dan stabilitas Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2°– 8°C) disimpan pada kulkas terpisah 3) Susunan alfabetis Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya. 4) Sifat bahan Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan yang sukar terbakar, serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan. 5) Sistem FIFO dan FEFO Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali masuk atau barang dengan tanggal kadaluwarsa paling dekat terletak di bagian depan sehingga dapat agar mudah dikeluarkan lebih dulu. Obat-obat yang mendekati kadaluwarsa dalam jangka waktu 3 bulan, dimasukkan ke dalam plastik kuning dan diberi label bewarna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut pada kemasan plastik dan wadah penyimpanan. Pada sistem FIFO, perbekalan farmasi yang baru datang dari gudang ditempatkan pada kontainer besar terlebih dahulu sebelum dimasukkan di tempat penyimpanannya. Setelah obat yang berada pada tempat penyimpanannya habis, baru diisi ulang dengan obat yang berada di dalam kontainer. Hal ini dapat memudahkan dalam membedakan mana obat yang pertama kali masuk dengan obat yang terakhir masuk. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
65
6) Obat high alert dan LASA Obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA di Satelit Farmasi IGD disimpan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, Obat high alert disimpan dalam lemari tertentu, ditandai dengan plester berwarna merah pada bagian tepinya dan terpisah dari sediaanlainnya. Sedangkan obat LASA diletakkan tidak bersebelahan dengan obat pasangannya (diberi jarak) dan diberi stiker LASA pada tempat penyimpanannya. 7) Sediaan narkotika dan psikotropika Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari sediaan lainnya di dalam lemari khusus yang terletak di bagian belakang satelit. Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika, dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan meninggalkan area kerja.
c. Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM Sistem disribusi di satelit farmasi IGD RSCM ada tiga, yaitu sistem distribusi resep individu, paket, serta floor stock. 1) Sistem peresepan individu Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan pemberian atau resep untuk 1 hari pemberian. Peresepan untuk ruang triase dan imet
diberikan untuk 1 kali pemberian,
sedangkan untuk ruangan rhesus, urgent dan boarding diberikan untuk 1 hari pemberian. Alur pelayanan resep individu adalah resep dari dokter di HER akan diverifikasi oleh apoteker atau asisten apoteker. Verifikasi resep yang dilakukan meliputi skrining pertimbangan klinis. Khusus untuk resep yang di dalamnya terdapat sediaan narkotika harus ada nama dokter, SIP, nomor telpon, dan alamat rumah doker bersangkutan yang menulis resep. Jika persyaratan tersebut tidak ada atau tidak lengkap, maka resep tidak dapat diproses dan petugas farmasi harus melakukan konfirmasi dahulu kepada dokter yang bersangkutan. Setelah dilakukan verifikasi, maka petugas farmasi akan mencetak etiket dan resep dari Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
66
HER. Selanjutnya petugas farmasi akan menyiapkan perbekalan farmasi sesuai yang diminta di dalam resep. Setiap pengambilan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanannya, petugas farmasi harus mencatatnya di buku/kartu stok. Setelah barang diambil, kemudian dimasukkan ke dalam plastic sesuai masing-masing obatnya dan diberi etiket. Setelah itu, semua obat dalam resep akan dimasukkan ke dalam kantung plastik beserta resepnya. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit farmasi lantai 1. Terdapat ketentuan pengiriman obat di IGD yaitu: a. Bila Cito Maka harus diselesaikan < 15 menit. b. Apabila Tidak Cito, maka mengikuti aturan pengiriman obat yang tercantum pada tabel 4.1.
No.
Jam Antar Resep Dari Ruangan
Jam Resep Selesai dan Diantar
Jam Penyuntikan di Ruangan
1.
05.00 – 11.00
Max 11.00 siang
12.00 – 13.00
2.
13.00 – 17.00
Max 17.00 sore
18.00 – 19.00
3.
18.30 – 23.00
Max 23.00
24.00 – 01.00
Max 05.00
06.00 – 07.00
Max 20.00
21.00 – 22.00
4. 5.
01.00 (dini hari) – 05.00 (subuh) Untuk simvastatin dan simarc Untuk antibiotika disesuaikan
6.
dengan jam masuk awal penyuntikan Tabel 4.1 Aturan Pengiriman Obat di Satelit Farmasi IGD RSCM
c. Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 12.00 dan jam 18.00 (jika resep sudah datang). Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam 18.00. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
67
d. Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, Resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 24.00 dan 06.00 pagi. e. Untuk resep boarding diberikan untuk satu hari. f. Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari. g. Untuk ruang ICU dikirimkan jam 14.00. 2) Sistem Distribusi Paket Sistem paket tujuanya adalah untuk memudahkan pelayanan. Jenis-jenis paket yang ada di satelit farmasi IGD RSCM adalah : a. Satelit farmasi IGD lantai 1 Paket akut IGD, paket antisipasi HD IGD, paket catheter IGD, paket kondom catheter IGD, paket infuse lantai 3 IGD, paket partus IGD, paket PEB IGB, paket tokolitik IGD. b. Satelit farmasi IGD lantai 4 Paket bedah plastic lantai 4 IGD, paket anestesi CVC lantai 4 IGD, paket anestesi epidural, paket blok lantai 4 IGD, paket GA, paket laparatomi anak IGD, paket laparatomi dewasa IGD, paket operasi appendiktomi/herniotomi lantai 4 IGD, paket operasi bedah vaskular IGD, paket operasi craniotomi IGD, paket operasi debriedement IGD, paket operasi laparotomi bayi IGD, paket operasi orif/bedah orthopedic lantai 4 IGD, paket operasi thorakotomi lantai 4 IGD, paket operasi WSD lantai 4 IGD, paket sectio (tanpa antibiotika) paket sectio dengan antibiotika, paket spinal, paket tambahan OK IGD lantai 4, dan paket urologi lantai 4.
3) Sistem Distribusi Floor Stock Sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan BMHP dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi. BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) BMHP merupakan perbekalan farmasi dasar yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat. Defekta BMHP disalurkan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
68
setiap 1 minggu sekali ke satelit farmasi IGD lantai 1, yaitu pada hari jumat, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh pihak farmasi. Trolley Emergency Tersedia 7 buah troli emergensi yang masing masing terdapat di lantai 1 (urgent), lantai 2 (ICU, PICU, hemodialisa anak dan dewasa), lantai 3 (kebidanan), dan lantai 4 (OK). Isi trolley emergency adalah life saving drugs, alat untuk membuka jalan napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah (circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Barang-barang di dalam troli emergensi di IGD diisi oleh pihak Satelit Farmasi lantai 1 IGD, sedangkan troli di lantai 4 diisi oleh satelit farmasi IGD lt.4. ED obat dan alkes yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli dan menandatanganinya serta mencatat nomor kuncinya. Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti terjadikondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan, dokteratau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1 dengan batas maksimal 1x24 jam. Resep dibuat atas nama pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut. Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama pembuka troli, tanggal Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
69
pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat sebagai saksi.
4) Monitoring dan Evaluasi Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM Monitoring dan evaluasi perbekalan farmasi yang dilakukan meliputi: a.
Monitoring stock opname Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai salah satu langkah untuk monitoring stok perbekalan farmasi yang terdapat di Satelit Farmasi IGD.
b. Pemisahan penyimpanan obat mahal. c. Pengecekan suhu ruangan dan suhu di dalam kulkas. Pengecekan suhu ruangan dilakukan setiap 1 kali dalam sehrai sedangkan untuk pengecekan suhu kulkas di IGD yang buka selama 24 jam, makan pengecekannya dilakukan 3 kali dalam sehari setiap pergantian shift. d. Pengecekan rutin stok narkotika setiap 2 x seminggu. e. Penerapan sistem sampling (dilakukan oleh AA) untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik perbekalan farmasi di satelit IGD. f. Monitoring obat yang dekat ED yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa 6 bulan ke depan dihitung mulai dari stock opname, dimasukkan ke dalam kantung dan diberi label ED pada kantung dan tempat penyimpannya. g. Monitoring distribusi BMHP, floor stock dan laporan narkotika.
4.5.3 Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi IGD Mahasiswa berkesempatan melaksanakan PKPA di satelit farmasi IGD selama 2 hari yaitu untuk melihat mempelajari manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di IGD dan kegiatan farmasi klink di IGD. Kegiatan yang dilakukan antara lain : 1.
Melihat cara verifikasi resep melalui EHR oleh asisten apoteker. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
70
2.
Membantu melakukan penyiapan dan pengemasan obat.
3.
Menyusun kartu stok berdasarkan abjad.
4.
Mendapatkan pengarahan kegiatan farkasi klinik di ruang ICU IGD, IGD, ruang hemodialisa anak.
5.
Mendapatkan pengarahan mengenai manajemen perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain: 1) Terdapat selisih stok obat termasuk obat mahal di kartu stok dengan jumlah fisik obat. 2) Penulisan tanggal pada kartu stok yang tidak lengkap. 3) Terdapat penyusunan obat yang tidak alfabetis pada rak penyimpanan 4) Terdapat penyususnan obat LASA yang tidak sesuai prosedur (disimpan secara berdampingan).
4.6 Satelit Farmasi Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) Gedung A merupakan unit rawat inap terpadu RS Dr. Cipto Mangunkusumo yang terdiri dari 8 lantai dan basement. Perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap pada gedung A dikelola oleh Satelit farmasi Gedung A yang terdiri dari satelit farmasi yang terletak di basement dan depo farmasi pada setiap lantai. Sistem
managemen
desentralisasi
perbekalan
yang terpusat
farmasi
pada
Gedung
satelit
farmasi
A
merupakan
Basement
dan
sistem akan
didistribusikan pada depo – depo tiap lantai.
Lantai
Ruang Rawat
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3
Anak dan VIP Obgyn dan Boarding Penyakit Dalam dan Kelas Khusus Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
71
Lantai 4 Bedah Lantai 5 Stroke Unit, Bedah Saraf dan Neurologi Lantai 6 HCU dan Kardiovaskular Lantai 7 IPD, THT dan Kulit Kelamin Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Inap Tiap Lantai Gedung A
Sumber daya manusia satelit farmasi manajemen gedung A terdiri dari 74 tenaga, yang terdiri dari 2 orang tenaga apoteker, 59 asisten apoteker (D3), 11 orang pekarya dan porter, serta 2 orang administrasi yang terdiri dari asisten apoteker dan pekarya. Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani kelengkapan berkas-berkas penagihan obat bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke pihak penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement Gedung A. Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24 jam yang terbagi menjadi tiga shift yaitu pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul 14.00 – 21.00 WIB yang dilayani langsung oleh depo farmasi setiap lantai dan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB yang pelayanannya langsung Satelit Farmasi Basement Gedung A. Fungsi satelit farmasi sendiri antara lain manyediakan kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien, bertanggung jawab dalam penggunaan perbekalan farmasi dan menjamin perbekalan farmasi baik secara kimia maupun fisika. Sedangkan untuk depo farmasi tiap lantai gedung A memiliki tugas tambahan yaitu menyiapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan pasien yang sedang dirawat tiap lantai. Sedangkan kegiatan farmasi manajemen basement Gedung A yaitu mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta monitoring. Perencanaan satelit farmasi basement berdasarkan kebutuhan depo farmasi tiap lantai yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Untuk periode Januari – Juni perencanaan dilakukan pada bulan Agustus, sedangkan periode Juli – Agustus dilakukan perencanaan pada bulan Februari. Untuk pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara defecta ke gudang pusat yang dilakukan 3 kali dalam seminggu yaitu pad hari Senin, Rabu, dan Jumat. Pengadaan dilakukan juga berdasarkan kebutuhan depo farmasi tiap lantai. Proses pengadaan dilakukan menggunakan sistem online yaitu melalui Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
72
EHR ( Electronic Health Record ). Setelah dilakukan pemesanan dan penyiapan perbekalan farmasi oleh petugas gudang pusat, petugas farmasi dari satelit farmasi basement Gedung A akan mengambil dan mengecek kesesuaian jenis dan jumlah yang diminta, serta dilakukan pengecekan juga terhadap kondisi dan tanggal kadaluwarsa dari perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang diterima dan diperiksa dibawa ke Satelit Basement dan dicatat pada kartu stock serta datanya dimasukkan ke dalam IT. Sedangkan untuk pengadaan kebutuhan cito dapat dilakukan kapan saja dengan alur yang sama. Penyimapanan perbekalan farmasi berdasarkan bentuk, sifat dan jenisnya. Pembagian penyimpanan perbekalan farmasi di satelit farmasi basement gedung A dapat dilihat pada gambar. Sedangkan penyusunan berdasarkan alfabetis dan secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
Perbekalan Farmasi
Alat Kesehatan
Obat
Stabilitas
Lemari pendingin
Oral
Tablet
Generik
Ruangan
Infus
Sirup
Injeksi
Generik
Topikal
Nama dagang
Nama dagang
Gambar 4.3 Skema Pembagian Penyimpanan Perbekalan Farmasi. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan oleh Satelit Farmasi Basement ke depo farmasi setiap lantai sesuai dengan defecta yang diminta oleh tiap depo berdasarkan kebutuhan pasien rawat inap pada tiap lantai setiap harinya. Selain itu Satelit Famasi Basement juga melakukan pendistribusian dengan cara floor stock Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
73
untuk perbekalan farmasi Barang Medis Habis Pakai (BMHP) ke tiap ruangan yang membutuhkan BMHP yang sudah disetujui oleh manager penunjang medik dan juga trolley emergency. Trolley emergency merupakan persediaan perbekalan farmasi pada keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation). Untuk pendistribusian floor stock mulai hari Senin hingga Jumat sesuai dengan jadwal tiap lantai yang telah disusun. Sedangkan untuk trolley emergency pengisian pertama dilakukan oleh Satelit Farmasi Basement Gedung A sedangkan untuk pengecekan dan pengisian jika ada yang
kurang akan dilakukan oleh depo
farmasi pada tiap lantai. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Satelit Farmasi Basement akan dikirimkan ke depo farmasi, sedangkan BMHP akan diambil oleh petugas dari tiap ruangan. Setelah perbekalan farmasi diterima, selanjutnya depo farmasi tersebut yang akan mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien melalui perawat setiap harinya. Pelayanan yang dilakukan oleh depo farmasi di tiap lantai adalah penyiapan obat untuk pasien rawat inap tiap lantai yang diresepkan oleh dokter tiap hari Senin dan Kamis. Dokter mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep, sehingga kesalahan dalam pemberian obat juga berkurang. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi, sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Akan tetapi, selain kelebihan juga terdapat kekurangan pada sistem ini antara lain jika terjadi gangguan pada jaringan internet sehingga menjadi lama, jika terjadi kesalahan pada saat dokter salah memilih obat yang diresepkan. Setelah dokter meresepkan kemudian dilakukan verifikasi resep dan pencetakan etiket. Selanjutnya obat akan disiapkan oleh farmasi di depo sedangkan obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang tersedia di Satelit Farmasi Basement dan selanjutnya didistribusikan ke pasien melalui perawat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
74
Sistem distribusi yang digunakan, yaitu daily dose, unit dose, dan peresepan individual. Sistem resep harian, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari, untuk obat oral akan dikemas berdasarkan unit dose. Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat selama 24 jam, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya. Obat dimasukkan dalam kemasan sesuai waktu pemberian yang dapat dilihat pada lampiran. Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk obat pasien yang akan pulang. Monitoring yang dilakukan antara lain stock opname untuk semua perbekalan farmasi yang dilakukan setiap 3 bulan sekali yang bertujuan sebagai salah satu langkah monitoring stok perbekalan farmasi yang terdapat pada Satelit farmasi Gedung A. Monitoring lain yang dilakukan yaitu melakukan sampling terhadap kesesuaian antara kartu stock dengan jumlah barang yang ada dilakukan setiap harinya, monitoring terhadap perbekalan farmasi yang dekat ED ( 6 bulan ke depan). Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang telah dilakukan harus disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Satelit Farmasi Basement Gedung A antara lain: laporan mutasi, laporan pendapatan, laporan pemakaian antibiotik, laporan IKI pegawai, laporan barang kadaluwarsa, laporan stock opname, laporan narkotik. Laporan tersebut dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tangal 10 setiap bulannya ke Koordinator Perbekalan Farmasi, Koordinator Adminkeu, dan Koordinator Pelayanan Farmasi. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit ruang rawat inap terpadu gedung A, terdapat beberapa hal masalah yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit ruang rawat inab terpadu gedung A, antara lain : 1. Belum terdapat daftar nama – nama obat yang disimpan dalam lemari pendingin sehingga jika mencari obat yang disimpan pada lemari pendingin harus mencari satu – satu dalam lemri pendingin. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
75
2. Pengambilan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan menggunakan tangan langsung. 3. Banyaknya intrupsi di depo farmasi sehingga mengizinkan untuk mengambil barang sendiri. 4. Tempat penyimpanan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan rawan terhadap debu.
4.7 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU) Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani perbekalan farmasi untuk pasien selama 24 jam setiap hari. Jam pelayanan setelit ini dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pertama dilakukan pada pukul 07.30 – 14.30 WIB, shift kedua dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul 21.00 – 08.00 WIB. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun pasien umum. Satelit ini melayani resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi. Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang apoteker klinis, dibantu oleh delapan orang asisten apoteker dan dua orang pekarya. Apoteker manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab atas pengelolaan perbekalan farmasi sedangkan apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas pengobatan pasien secara rasional.
4.7.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU Terdapat dua macam perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU yaitu perencanaan yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan perencanaan rutin (defekta rutin). Periode perencanaan yang di lakukaan duaa kali dalam setahun dilakukan pada bulan Januari – Juni (Jan-Jun) dan Juli – Desember (JulDes). Perencanaan untuk bulan Januari – Juni (Jan-Jun) dilakukan penyusunan pada bulan September pada tahun sebelumnya, sedangkan perencanaan untuk bulan Juli – Desember (Jul-Des) dilakukan penyusunan pada bulan Maret pada tahun yang sama. Perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data pemakaian barang yang dilihat dari rekap laporan mutasi barang serta laporan pemenuhan permintaan perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
76
farmasi yang rutin di Satelit Farmasi ICU menggunakan defekta online ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelayanan resep di satelit farmasi ICU yaitu dokter akan menuliskan resep obat secara online melalui EHR petugas satelit akan melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil pemeriksaan laboratorium untuk penggunaan obat – obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT (EHR) dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit ICU. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, pertugas Satelit Farmasi ICU (asisten apoteker) akan mengantarkan perbekalan farmasi tersebut ke ruangan. Namun untuk resep cito maka petugas ruangan yang akan datang untuk mengambilnya di Satelit Farmasi ICU. Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi peresepan unit dose, floor stock dan resep individual. Pada sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa BMHP (Bahan Medik Habis Pakai) dan troli emergensi.. Farmasi dan perawat bertanggung jawab atas troli emergensi. Farmasi bertanggung jawab dalam hal perbekalan farmasi,
sedangkan perawat
bertanggung jawab dalam
pengontrolan kelengkapan dan penggunaan alat di dalam troli.
hal
Pada sistem
distribusi unit dose pemberian obat pada pasien rawat inap dalam kemasan sekali pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Obat disiapkan untuk sore, pagi, siang, dan malam. Sedangkan resep individual diberikan untuk peresepan obat pasien pulang dan peresepan paket endoskopi. Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, generic, atau nama dagang. Untuk alat kesehatan, penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Di Satelit Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
77
Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan obat yaitu obat – obat LASA, obat high alert, obat yang mendekati waktu kadaluwasa, obat sitostatik dan obat yang disimpan dalam kulkas. Penyimpanan obat high alert pada tempat tersendiri diberikan stiker merah bertuliskan high alert berwarna putih yang di tempel dari kemasan sekunder hingga kemasan primer obat. Penyimpanan obatobat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu kadaluwarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa obat tersebut. Penyimpanan untuk obat sitostatika yaitu tempat penyimpanan obat sitostatika diberi lakban merah dan diberi stiker ungu. Sedangkan untuk obat yang disimpan dalam kulkas diberi label kuning yang bertuliskan disimpan pada suhu 2-80C. 4.7.2 Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi ICU Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi ICU selama 3 hari. Selama berada di Satelit Farmasi ICU, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan kegiatan farmasi klinik. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain: 1. Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi ICU. 2. Membuat daftar kesesuaian obat dalam lemari dengan dafatar obat yang ditempel. 3. Membantu membereskan obat LASA. 4. Memverifikasi resep pasien di ICU dewasa. 5. Monitoring pengobatan pasien ICU dewasa. 6. Mengikuti Parade dan Visite pasien di ICU dewasa.
4.8 Satelit Farmasi Pusat Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam setiap hari yang masing – masing terbagi ke dalam tiga shift kerja mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk shift pertama, pukul 14.00 – 21.00 untuk shift kedua, dan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
78
pukul 21.00 – 08.00 untuk shift ketiga. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 apoteker manajemen perbekalan farmasi, 10 asisten apoteker, dan 2 pekarya. Pembagian dalam satu shift terdiri dari 2 atau 3 asisten apoteker dan 1 pekarya untuk shift pertama dan kedua. Sementara untuk shift ketiga, terdapat 2 asisten apoteker yang bertugas. Selain itu, pada hari-hari pelayanan yang ramai (Selasa, Rabu, Jum’at) ditempatkan 3 asisten apoteker dan 2 pekarya untuk shift pertama, 3 asisten apoteker untuk shift kedua, dan 2 asisten apoteker untuk shift ketiga. Satelit farmasi pusat melayani pasien jaminan dan pasien umum. Resep yang dilayani meliputi resep dari ruang rawat inap yang tidak memiliki satelit farmasi dan resep pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik serta menjadi tempat peralihan resep dari ruang rawat inap yang satelit farmasi yang belum buka 24 jam. Resep rawat inap berasal dari rawat inap Bedah Anak (BCh), Perinatalogi (PICU dan NICU), dan Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep pasien rawat jalan melayani 3 poli yaitu yang berasal dari semua Poliklinik yang memiliki divisi hematoonkologi (ipd, obgyn, bedah), poli lain yg membutuhkan obat kemoterapi dan poliklinik Thalasemia. Dua macam perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat yaitu perencanaan yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan perencanaan rutin (defekta rutin). Periode perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun dilakukan pada bulan Januari – Juni (Jan-Jun) dan Juli – Desember (Jul-Des). Perencanaan untuk bulan Januari – Juni (Jan-Jun) dilakukan penyusunan pada bulan September pada tahun sebelumnya, sedangkan pernecanaan untuk bulan Juli – Desember (Jul-Des) dilakukan penyusunan pada bulan Maret pada tahun yang sama. Perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data pemakaian barang yang dilihat dari rekap laporan mutasi barang serta laporan pemenuhan permintaan perbekalan farmasi. Pada proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam seminggu. Hari defekta yaitu pada hari selasa dan jumat. Permintaan barang ke gudang dilakukan minimal 1 hari sebelum hari defekta. Selanjutnya petugas gudang menyiapkan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Pada pagi hari selasa dan jumat dilakukan serah terima perbekalan farmasi. (di cek Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
79
kesesuaian barang, jumlah, dan tanggal kadaluwarsa). Setelah dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan yang diberikan petugas Satelit Farmasi Pusat akan menandatangani fomulir defekta barang. Petugas satelit farmasi akan mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang dan memasukkan ke sistem EHR Satelit Farmasi. Selanjutnya perbekalan farmasi disusun pada tempat yang telah disediakan dan buffer stock perbekalan farmasi disimpan di tempat terpisah. Selain melakukan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan akan datang langsung ke Gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, Satelit Farmasi Pusat dapat meminjam obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan tersebut ke satelit farmasi yang lain. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Pusat disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO) dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan 15 sampai 25oC yang dilakukan satu kali sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat antara lain oral, injeksi, cairan infus, nutrisi parenteral, sirup/drop, serta obat luar. Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan alat kesehatan. Di Satelit Farmasi Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi: 1) Termolabil Obat yang bersifat termolabil disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2° sampai 8° C. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu melalui pengecekan suhu pada lemari pendingin yang dilakukan sebanyak tiga kali sehari. 2) Obat sitostatika Penyimpanan obat sitostatika diberi stiker ungu. 3) High Alert Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
80
Obat High Alert disimpan dalam tempat tersendiri yang dibatasi dengan lakban merah dan ditempel stiker High Alert pada kemasan primer obat. 4) Narkotika Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terdiri dari 2 sekat dengan kunci ganda. 5) Obat dengan penyimpanan terpisah, seperti sediaan nutrisi, dan obat mahal. 6) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Penyimpanan B3 secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan tahan api (terbuat dari besi), serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS). Selain itu, terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat antara lain obat – obat LASA, obat high alert, obat yang mendekati waktu kedaluwasa, obat sitostatik dan obat yang disimpan dalam kulkas.Penyimpanan obat high alert pada tempat tersendiri diberikan stiker merah bertuliskan high alert berwarna putih yang di tempel dari kemasan sekunder hingga kemasan primer obat. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu kadaluwarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa obat tersebut. Penyimpanan untuk obat sitostatika yaitu tempat penyimpanan obat sitostatika diberi lakban merah dan diberi stiker ungu. Sedangkan untuk obat yang disimpan dalam kulkas diberi label kuning yang bertuliskan disimpan pada suhu 2-80C. Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing – masing Unit Kerja. Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat dan obat kemoterapi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
81
atau gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi baru dilakukan pencampuran. Jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Waktu Pengambilan Perbekalan Waktu Resep Datang
Farmasi 11.00
Sebelum pkl 09.00
Untuk Psikiatri jam 15.00
09.00 -17.00
19.00
19.00
11.00
Resep Cito
≤ 15 menit
Tabel 4.3. Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi yang Diterima Satelit Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi Pusat selama 2 hari. Selama berada di Satelit Farmasi Pusat, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : a. Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi Pusat. b. Membantu membereskan daftar obat di lemari. c. Menelusuri obat dengan membandingkan jumlah fisik dengan jumlah yang tertulis pada kartu stok dan melengkapi kartu stok.
a. Satelit Paviliun Tumbuh Kembang (PTK) Satelit PTK melakukan pelayanan mulai dari pukul 08.00-15.30. Diluar dari jam pelayanan pelayanan dialihkan ke satelit pusat. Tenaga SDM yang ada terdiri dari 1 asisten apoteker dan 1 pekarya. Resep yang dilayani adalah resep yang Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
82
berasal dari paviliun tumbuh kembang saja. Resep yang dilayani sudah merupakan resep online (EHR) semua. Perencanaan dilakukan harian tergantung pemakaian. Satelit PTK melakukan defecta rutin ke satelit pusat bukan ke gudang langsung pada hari senin dan jumat. Resep yang diterima oleh Satelit PTK (resep online) selanjutnya akan disiapkan (Resep tidak di print kecuali resep yang dialihkan ke pusat, namun obat yang digunakan dicatat di formulir pengobatan, tiap 1 pasien memiliki satu lembar formulir pengobatan) diambil oleh petugas ruang untuk digunakan. Penyimpanan obat di satelit PTK yaitu didalam dua lemari yang terdapat dalam satelit ini. Terdapat satu lemari yang terkunci tempat menyimpan stock barang dan satu lemari lainnya yang tidak terkunci. Lemari yang tidak terkunci digunakan untuk melayani resep cito. Didepan lemari terdapat daftar nama obat dan jumlah barang yang distok di dalam lemari tersebut. Setiap barang diambil dicatat mutasi barangnya di laporan pemakaian obat. Di dalam satelit juga terdapat satu kulkas yang merupakan kulkas bersama yang digunakan oleh perawat dan farmasi. Didalamnya terdapat obat yang sudah dan belum digunakan termasuk juga obat sitotoksik. Sistem distribusi obat satelit ini menggunakan sistem unit dose yang disiapkan untuk sore, pagi, dan siang selama satu hari, kecuali hari jumat disiapkan untuk 3 hari.
4.9 Pelayanan Farmasi Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Pelayanan farmasi dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan prilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tidak terpisahkan dari kegiatan farmasi klinik yang berorientasi kepada pasien dan bertujuan untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara pemberian, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
83
tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi klinik yang di RSCM meliputi beberapa kegiatan, antara lain : a.
Medication History Taking (Pengambilan Riwayat Pengobatan) Pengambilan riwayat pengobatan bertujan untuk melihat pengobatan pasien
terdahulu yang dicurigai dapat menimbulkan efek samping obat, melihat ada tidaknya alergi, dan untuk menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan pasien di RSCM. Pasien yang datang berobat ke RSCM tidak semuanya diambil data tentang riwayat pengobatan. Pasien yang diambil datanya tentang riwayat pengobatan adalah pasien yang telah dirawat selama 48 jam. Apoteker melakukan pengambilan riwayat pengobatan dengan cara menanyakan langsung ke pasien terkait riwayat penggunaan obat. Selain itu apoteker juga dapat melihat formulir pengkajian awal medik pasien yang ada di status pasien untuk mendapatkan informasi riwayat pengobatan pasien. Untuk melakukan pengambilan riwayat pengobatan, apoteker menyiapkan terlebih dahulu lembar daftar obat sebelum perawatan meliputi: nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep, non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan (dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat, dan jumlah obat tersisa. Setelah menandapatkan informasi mengenai riwayat pengobatan pasien, riwayat alergi dan efek samping obat yang pernah dialami pasien yang kemudian dicatat pada formulir medication history taking yang dapat dilihat pada Lampiran 13.
b.
Pengkajian Resep Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian resep dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. 1.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, dan berat badan pasien untuk pasien anak-anak; b. Nama dokter; Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
84
c. Tanggal resep; dan d. Ruangan/ unit asal resep. 2.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama Obat; b. Bentuk dan kekuatan sediaan; c. Dosis dan jumlah obat; d. Stabilitas dan ketersediaan; dan e. Aturan, cara dan teknik penggunaan. 3.
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat; b. Duplikasi pengobatan; c. Alergi, interaksi dan efek samping obat; d. Kontra indikasi; Apoteker klinis akan melakukan pengkajian resep sebelum obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit, proses pengkajian dilakukan oleh AA. Dalam melaksanakan pengkajian resep, terdapat 10 indikator yang harus diperhatikan, yaitu: 1.
Resep tidak terbaca;
2.
Kesesuaian pasien;
3.
Dosis/ kekuatan/ frekuensi;
4.
Nama obat;
5.
Rute pemberian;
6.
Waktu pemberian;
7.
Interaksi obat;
8.
Duplikasi;
9.
Obat lebih dari 7 item; dan
10. Antibiotik lebih dari 3 item.
c.
Monitoring Pengobatan Monitoring
pengobatan
adalah
suatu
pemantauan
perkembangan
pengobatan pasien yang dapat dikaji dari jenis obat yang diberikan, dosis dan frekuensi penggunaannya, efek terapi yang dicapai, ada tidaknya interaksi, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
85
maupun kemungkinan timbulnya efek samping dari obat yang digunakan. Monitoring pengobatan ini tidak hanya melihat dari obat-obatan yang diberikan pada pasien saja, tetapi dapat juga dilihat dari hasil laboratorium pasien. Tujuan dilakukan monitoring pengobatan ini untuk memastikan kesesuaian pengobatan pasien dan mengetahui perkembangan pengobatan pasien. Data yang diperoleh dicatat pada formulir monitoring pasien rawat inap pada Lampiran 14. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring pengobatan pasien meliputi: 1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical Record). 2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien. 3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan. 4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi. 5) Melihat ada tidaknya efek samping dari obat yang diberikan.
d.
Konseling Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan dari pelaksanaan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, efek samping obat, tanda – tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat – obat lain. Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling diprioritaskan secara berurutan bagi: 1. Pasien geriatri (usia lanjut > 60 tahun), 2. Pediatrik (anak-anak < 18 tahun), 3. Pasien yang akan pulang, 4. Pasien yang mendapatkan lebih dari 7 rejimen obat, 5. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit. 6. Pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari penggunaan obatnya. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
86
Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang harus informatif karena pasien akan menggunakan obat sendiri di rumah tanpa didampingi oleh perawat seperti di rumah sakit. Namun karena kondisi pasien yang akut ataupun keadaan pasien yang ingin segera pulang sehingga informasi obat yang diberikan tidak terlalu mendetail. Akan tetapi, apoteker sebaiknya meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan sebagai proses evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi. Sebelum dilakukan kegiatan konseling untuk pasien pulang, apoteker terlebih dahulu menyiapkan formulir informasi obat pulang (Lampiran 12), sedangkan obatnya disiapkan oleh petugas satelit farmasi tiap lantai. Formulir tersebut dapat memudahkan pasien untuk menggunakan obatnya sendiri di rumah, karena sudah dilengkapi dengan waktu minum (pagi, siang atau sore, sesudah atau sebelum makan) dosis dan jumlah obat yang diminum. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi nama obat, khasiat obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian obat, serta informasi khusus.Walaupun pada saat konseling oleh apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Sehingga sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan).
e.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi panitia/ komite farmasi dan terapi; meningkatkan profesionalisme apoteker; serta menunjang terapi obat yang rasional. PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri maupun berkelompok. PIO terdiri dari: Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
87
1. PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan baik yang berasal dari tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Saat ini kegiatan PIO pasif sebagian besar berasal dari tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM. 2. PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya. Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa ditanyakan kembali di lain waktu.
f.
Parade/ Ronde/ Visite Parade/ ronde/ visite merupakan kunjungan ke pasien rawat inap bersama
tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan
pemilihan
obat,
menerapkan
secara
langsung
pengetahuan
farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, serta bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta kemungkinan terjadinya interaksi obat. g.
Diskusi Kasus Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam
sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat meliputi: Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
88
1.
Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.
2.
Ronde geriatri (geriatric meeting).
3. Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan sekali). h.
Monitoring Efek Samping Obat Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, dan ferkuensinya jarang; menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan; mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat. Kegiatan yang dilakukan selama melakukan monitoring efek samping obat antara lain: 1. Menganalisa laporan efek samping obat. 2. Mengidentifikasi obat – obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat. 3. Mengisi formulir efek samping obat. 4. Melaporkan ke panitia efek samping obat nasional. 4.9.1 Kegiatan PKPA Farmasi Klinik di RSCM Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di RSCM sudah diterapkan di beberapa divisi/ unit pelayanan antara lain: a.
Pelayanan Jantung Terpadu (PJT)
b.
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
c.
ICU & ICCU
d.
Perinatologi & PTK
e.
Rawat Inap Gedung A
f.
Kencana Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
89
Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di RSCM sudah berjalan cukup baik. Dari delapan kegiatan farmasi klinik yang ada, terdapat beberapa perbedaan metode pelaksanaan pada tiap divisi atau unit pelayanan, diantaranya adalah: 1. Pelayanan Farmasi Klinik di Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di gedung A rawat inap dilaksakan oleh tujuh orang apoteker, adapun beberapa kegiatan rutin farmasi klinik yang dilakukan di gedung A, yaitu: a.
Monitoring Pengobatan.
b.
Pelayanan Konseling (bed side pasien dan pasien pulang).
c.
Pelayanan Informasi Obat.
d.
Ronde/Visite.
e.
Pengambilan riwayat penggunaan obat (Medication History Taking).
f.
Verifikasi Resep.
g.
Diskusi Kasus.
h.
Monitoring Efek Samping Obat.
2. Pelayanan Farmasi Klinik di ICU & ICCU Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di ICU & ICCU dilaksanakan oleh 1 orang Apoteker, adapun beberapa kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di ICU dan ICCU, yaitu: a.
Parade/ ronde/ visite bersama dengan dokter dan perawat untuk membicarakan mengenai kondisi pasien yang sedang dirawat di ICU, tindakan medis yang akan dilakukan serta terapi pengobatan yang akan digunakan;
b.
Pengkajian resep;
c.
Monitoring pengobatan;
d.
Kegiatan konseling pasien pulang di ICCU, kegiatan konseling hampir tidak pernah dilaksanakan di ICU mengingat bahwa pasien yang dirawat di ICU rerata memiliki kondisi yang tidak stabil, sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan konseling;
e.
Pelayanan informasi obat; Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
90
f.
Kegiatan monitoring efek samping obat;
g.
Ronde
3. Pelayanan Farmasi Klinik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan oleh 1 orang Apoteker, adapun beberapa kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di IGD, yaitu: a.
Pengambilan riwayat pengobatan;
b.
Pengkajian resep;
c.
Monitoring pengobatan;
d.
Ronde mandiri;
e.
Konseling pasien pulang;
f.
Pelayanan informasi obat; dan
g.
Monitoring efek samping obat. Selama pelaksanaan PKPA dalam kegiatan farmasi klinik di gedung A
rawat inap, ICU & ICCU, serta di IGD terdapat beberapa masalah dan kendala yang ditemui, yaitu: 1. Pasien harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan informasi obat pulang oleh Apoteker. 2. Ruangan PIO terkadang kosong, kemungkinan adanya telpon mengenai PIO yang tidak terjawab. 3. Tidak ada catatan apoteker di status pasien. 4. PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum dapat dilakukan secara rutin. Adapun hasil dari PIO aktif yang sudah dilakukan antara lain: Buku Panduan Pencampuran Obat Suntik, Brosur Penggunaan Salep Mata, Suppositoria, dan Inhaler.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan manajemen dan farmasi klinik. Peran apoteker dalam menjalankan fungsinya di bidang manajemen adalah menjamin, menyediakan dan menyimpan ketersediaan perbekalan faremasi yang memenuhui kualitas, kuantitas dan keamanannya. Selain itu, apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, sertaberkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit. Peran apoteker dalam menjalankan fungsinya di bidang farmasi klinik yaitu Monitoring Pengobatan, konseling,
pelayanan informasi obat, ronde/visit,
pengambilan
riwayat penggunaan obat (Medication History Taking), pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat (MenKes RI No. 1197). Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi standar pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar dari Joint Commission International. Meskipun begitu masih ditemui adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM dan keterbatasan fasilitas penunjang pelayanan.
5.2 Saran Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, terdapat beberapa hal yang diamati oleh mahasiswa dalam kegiatan manajemen dan farmasi klinik. Beberapa hal yang bisa kami sarankan adalah: 5.2.1. Kegiatan Farmasi Klinik 1. Ada penambahan jumlah apoteker klinis untuk memaksimalkan kegiatan farmasi klinik. 2. Harus ada Apoteker yang selalu berada diruangan PIO.
91
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
92
3. Sebaiknya ada catatan apoteker di status pasien. 4. Apoteker farmasi klinik sebaiknya mengikuti ronde di IGD, agar dapat saling sharing mengenai pasien antar tenaga kesehatan lainnya. 5.2.2. Gudang Perbekalan Farmasi Pusat 1. Penambahan jumlah kalkulator; melakukan sampling stock dan fisik untuk beberapa jenis item setiap hari. 2. Membuat daftar nama obat dan menempelkannya di pintu lemari pendingin serta diperbaharui secara berkala. 5.2.3. Instalasi Sterilisasi Pusat 1. Dilakukan pencucian hingga kotoran benar-benar hilang pada saat proses Precleaning & Cleaning. 2. Pintu pass box diperbaiki atau ruangan tunggu di loket bersih harus berada dalam keadaan tertutup saat melakukan serah terima barang. 3. Dilakukan pemeriksaan kembali produk BMHP sebelum dilakukan proses pengemasan dan sterilisasi. 5.2.4. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 1. Petugas lebih cermat lagi dalam menulis kartu stok dan melakukan penelusuran terhadap selisih tersebut saat ditemukan. 2. Petugas diharapkan menulis tanggal pada kartu stok yang lengkap. 3. Petugas diharapkan dapat menyusun sediaan farmasi sesuai alfabetis. 4. Petugas lebih teliti lagi dalam menyimpan obat LASA. Penyimpanannya harus diberi label LASA pada tempat penyimpanan dan tidak diletakkan secara berdampingan. 5.2.5. Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) 1. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu atau samping lemari pendingin. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya. 2. Setiap pengambilan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan sebaiknya menggunakan sendok atau menggunakan hand rub terlebih dahulu. 3. Penyimpanan untuk tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan sebaiknya tetap berada pada plastiknya. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
93
4. Setiap perawat maupun dokter yang meminta perbekalan farmasi, sebaiknya petugas farmasi sendiri yang mengambilkanya. 5.2.6. Satelit Intensive Care Unit (ICU) 1. Lemari obat alkes merupakan lemari dengan pintu yang tertutup, maka sebaiknya diberikan daftar barang yang terdapat didalam pada tiap-tiap pintu lemari. 2. Daftar obat di lemari high alert, narkotik, psikotropik, belum ada daftar obat high alert di kulkas dan barang di dalam kulkas sebaiknya di cek lagi kesesuaian dengan barang di dalamnya sudah dibuatkan daftar barang. 3. Pada penyimpanan tablet dirapihkan daftarnya karena masih banyak yang ditulis tangan dan kurang rapi. 4. Kartu stock sebaiknya dilengkapi dan jangan hanya lembaran kertas karena rentan tercecer. 5.
Sebaiknya diberikan tangga untuk bisa menjangkau lemari di satelit farmasi ICU yang tinggi.
5.2.7. Satelit Farmasi Pusat dan satelit PTK a) Satelit Farmasi Pusat 1. Sebaiknya terdapat seorang apoteker farmasi klinis yang dapat memberikan informasi/konseling kepada pasien rawat jalan. 2. Sebaiknya dilakukan pengecekan lagi pada kartu stock masih terdapat selisih antara jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah fisik. b) Satelit PTK 1. Sebaiknya diberikan kulkas mini untuk satelit ini agar kulkas di satelit PTK terpisah antara kulkas farmasi dan kulkas yang digunakan oleh perawat. 2. Pada pintu kulkas sebaiknya ditulis peringatan untuk tidak menyimpan makanan di dalam kulkas, karena sempat terlihat adanya makanan di dalam freezer. 3. Sebaiknya semua resep, baik yang dilayani langsung di satelit PTK atau pun yang dialihkan di print out. 4. Satelit PTK sebaiknya tidak melakukan peracikan obat karena diruang tersebut tidak dilengkapi meja/ruang khusus peracikan. 5.2.8. Satelit Kirana Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
94
1. Penempelan obat LASA pada kemasan sekunder obat untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat. 2. Disediakan alat pengeras suara di Satelit Kirana untuk memudahkan Asisten Apoteker dalam memanggil pasien. 3. Mengadakan telepon internal antar unit (siemens) RSCM, untuk memudahkan komunikasi antar unit RSCM terutama dengan gudang dan satelit lain. Tindak lanjut yang sudah dilakukan adalah sudah membuat surat ke bagian aset RSCM, dan sedang menunggu acc dari DirKeu. 4. Segera menyeragamkan sistem aplikasi peresepan di KIRANA agar mempermudah sistem peresepan di satelit kirana (terutama lantai 1). 5. Perlu dibuatkan loket untuk penerimaan resep dan penyerahan obat untuk pasien rawat jalan di depo lantai 1 kirana. Berikut contoh layout dari loket yang sebaiknya disediakan di satelit kirana:
5.2.9. Sub Instalasi Produksi 1. Kekosongan bahan baku dapat diatasi dengan menambah jumlah defecta bahan produksi untuk kebutuhan produksi, terutama untuk produksi yang rutin dilakukan. 2. Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari dapat diatasi dengan menugaskan seorang karyawan untuk mengambil obat titipan kemo di Satelit Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
95
Farmasi Pusat pada siang harinya agar dapat disiapkan oleh petugas sitostatika. Selain itu, dapat juga dengan memperbaiki LAF yang saat ini sedang rusak sehingga proses pelayanan penyiapan obat sitostatika dapat lebih cepat diselesaikan. 3. Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana dapat diatasi dengan adanya apoteker untuk mengembangkan formula sesuai permintaan. Sehingga dengan adanya jumlah apoteker yang memadai, permintaan terhadap suatu produk oleh dokter dapat dipenuhi. 4. Selama proses pembuatan kapsul Natrium bicarbonate, petugas harus menggunakan APD lengkap (Contoh : Masker) untuk mecegah adanya kemungkinan kontaminan yang berasal dari tubuh petugas (mulut, tangan, rambut).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
96
DAFTAR ACUAN
Menteri Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Menteri Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia. (2014). Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta Siregar, Lia Amalia. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
97
Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Direktur Utama
Komite Medik, Komite Etik, PPIRS, Komite Mutu Direktur Medik dan Keperawatan
Direktur Pengembangan dan Pemasaran
Direktur Keuangan
Direktur SDM dan Pendidikan
Direktur Umum dan Operasional
Departemen
Instalasi promkes
Bagian Anggaran
Bagian Diklat
Bagian Administrasi
Instalasi Farmasi
UPJM
Bagian Perbendaharaan
Bagian SDM
Bagian Aset dan Inventaris
Bagian Hukor
Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Instalasi Pendidikan
Instalasi Medik
UPT
Bagian Akuntansi
ULP
Unit Utilitas
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
98
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Direktorat Medik dan Keperawatan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Administrasi dan Keuangan
Koordinator Produksi dan Diklitbang
Koordinator Pelayanan Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
99
Lampiran 3. Struktur Koordinasi Administrasi dan Keuangan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
99
Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
100
Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
101
Lampiran 6. Alur Pengelolalaan Perbekalan Farmasi di RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 7. Denah Gudang Farmasi I
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 8. Contoh Etiket Print
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 9. Contoh Etiket Manual
Etiket biru untuk obat luar
Etiket hijau untuk alat kesehatan
Etiket putih untuk obat oral
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 10. Contoh Klip Plastik Obat untuk Unit Dose
Keterangan : Pink
: Pagi
Putih : Siang Biru
: Sore
Hijau : Malam
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 11. Contoh Stiker Obat
Stiker obat LASA
Stiker obat High Alert
Stiker obat sitostatika
Stiker obat termolabil
Stiker obat yang mendekati tanggal kadaluarsa
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 12. Contoh Blanko Kartu Stok
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 13. Contoh Formulir Medication History Taking
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
105
Lampiran 14. Lembar Pemantauan Terapi Obat untuk Pasien Rawat Inap
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 15. Formulir Informasi Obat Pulang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
104
Lampiran 16. Lembar Checklist Review Resep Obat Pasien
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
105
Lampiran 17. Lembar Formulir Serah Terima Barang
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
106
Lampiran 18. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium Nasional
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN LEAFLET “CARA MENGGUNAKAN HEPARIN” DAN “CARA MENGGUNAKAN DAN MEMBERSIHKAN ROTAHALER” DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO BULAN JULI-AGUSTUS 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
CICILIA MARINA, S. FARM 1306502333
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
i Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. DAFTAR ISI .......................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
i ii iii
1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1.3 Manfaat .....................................................................................................
1 1 2 2
2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3 2.1 Pelayanan Farmasi .................................................................................... 3 2.2 Pelayanan Informasi Obat ......................................................................... 4 2.3 Leaflet ....................................................................................................... 6 2.4 Heparin ...................................................................................................... 7 2.5 Rotahaler ................................................................................................... 11
3 METODE PENYUSUNAN .............................................................................. 13 3.1 Waktu dan Tempat Penyusunan................................................................ 13 3.2 Metode Penyusunan .................................................................................. 13 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 14 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 18 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 18 5.2 Saran ......................................................................................................... 18 DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 19
ii Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Leaflet Cara Menggunakan Heparin .............................................. 20 Lampiran 2. Leaflet Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler............. 21
iii Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut PP 51 tahun 2009, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan informasi obat merupakan bagian dari pelayanan farmasi di Rumah Sakit. Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi panitia/ komite farmasi dan terapi; meningkatkan profesionalisme apoteker; serta menunjang terapi obat yang rasional (DepKes, 2004). Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan informasi obat ini adalah menyebarkan dan memberikan informasi kepada konsumen secara pasif dan aktif. Informasi yang diberikan secara pasif berupa menjawab pertanyaan baik yang berasal dari tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Informasi yang diberikan secara aktif adalah informasi yang diberikan melalui buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya. Heparin merupakan obat antikoagulan dengan indeks terapi yang sempit. Heparin dapat diberikan secara intravena dan subkutan. Heparin dapat diberikan secara intrasubkutan dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Pemberian heparin secara subkutan harus dengan instruksi khusus. Efek samping yang dapat ditimbulkan akibat dari salah penyuntikkan heparin adalah pendarahan. Pembuatan leaflet heparin yang berjudul “Cara Menggunakan Heparin” merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi obat kepada pasien. Pembuatan leaflet ini sangat diperlukan di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional
1 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai bahan infomasi dan edukasi kepada pasien, sehingga dapat menghindari terjadinya pendarahan. Rotahaler merupakan alat yang digunakan untuk terapi obat secara inhalasi. Obat yang digunakan dalam bentuk kapsul yang dimasukkan kedalam rotahaler atau yang biasa disebut dengan istilah rotacaps. Penggunaan rotahaler sebagai terapi inhalasi diperlukan instruksi khusus. Penggunaan yang salah dapat menyebabkan obat tidak terhirup dengan sempurna, sehingga efek terapi yang diinginkan tidak tercapai. Pembuatan leaflet rotahaler yang berjudul “Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler” merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi obat kepada pasien. Pembuatan leaflet ini sangat diperlukan di RSCM sebagai bahan informasi dan edukasi kepada pasien, sehingga efek terapi yang diinginkan dapat tercapai.
1.2 Tujuan Membuat leaflet rotahaler yang berjudul “Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler” dan leaflet “Cara Menggunakan Heparin” ini sebagai media penunjang bagi Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo dalam pemberian informasi dan edukasi kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
1.3 Manfaat a.
Pedoman cara penyuntikan heparin secara subkutan ini diharapkan pasien
mengerti dan mampu melakukan penyuntikkan heparin dengan benar dan aman kepada pasien yang mendapatkan heparin secara subkutan. b.
Pedoman cara menggunakan rotahaler diharapkan pasien dapat menggunakan
rotahaler dengan benar, akhirnya efek terapi yang diinginkan tercapai.
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Farmasi 2.1.1 Pengertian Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya (DepKes, 2004). Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (MenKes, 2014).
2.1.2 Tujuan Pelayanan Farmasi Tujuan dari pelayanan farmasi ini adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit. b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat. c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi. d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
2.1.3 Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik Kegiatan-kegiatan yang mencakup kedalam pelayanan farmasi klinik sebagai berikut : a. Pengkajian dan pelayanan Resep; b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat; c. Rekonsiliasi Obat;
3 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); e. Konseling; f. Visite; g. Pemantauan Terapi Obat (PTO); h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO); i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. Dispensing sediaan steril; dan k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD); (MenKes, 2014).
2.2 Pelayanan Informasi Obat 2.2.1 Pengertian Pelayanan Informasi Obat Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (MenKes, 2014). Kegiatan yang dilakukan dalam Pelayanan Informasi Obat ini adalah menyebarkan dan memberikan informasi kepada konsumen secara pasif dan aktif.
2.2.2 Jenis Pelayanan Informasi Obat Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri maupun berkelompok. Pelayanan Informasi Obat Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo terdiri dari: a. Pelayanan Informasi Obat pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan baik yang berasal dari tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. b. Pelayanan Informasi Obat aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya. Kegiatan PIO yang dilakukan, Apoteker mencari informasi atau reverensi yang dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Menurut Lasa HS Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
5
(1998), kata referensi berasal dari bahasa inggris “reference” berarti menunjukkan kepada, menyebut. Referensi juga diartikan sebagai acuan, rujakan, koleksi yang sengaja dipersiapkan untuk memberikan informasi, penjelasan dalam hal-hal tertentu. Menurut Lasa HS (1998), ragam bahan pustaka referensi menurut isinya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Bahan perpustakaan primer, yaitu merupakan sumber informasi dari tangan pertama atau peneliti. Biasanya berupa hasil penelitian asli, penelitisn tentang penerapan teori baru, atau penjelasan mengenai gagasan dalam bidang ilmu tertentu. Bahan pustaka primer ini antara lain : 1) Buku teks 2) Laporan penelitian 3) Artikel jurnal 4) Tesis dan disertasi 5) Monograf 6) Makalah ilmiah 7) Standar dan paten 8) Peraturan perundang - undangan b. Bahan perpustakaan sekunder, yaitu sumber informasi yang menujukkan keberadaan bahan perpustakaan primer, atau bahan pustaka yang berisi informasi yang sering diperlukan dan disajikan secara ringkas. Bahan pustaka sekunder antara lain: 1) Kamus 2) Ensiklopedi 3) Sumber biografi 4) Sumber geografi 5) Buku tahunan dan almanak 6) Buku pegangan dan manual 7) Bibliografi 8) Indeks dan abstrak c. Bahan perpustakaan tersier, yaitu sumber informasi yang menunjukkan keberadaan bahan pustaka primer dan sekunder. Bahan pustaka tersier mengarahkan pengguna pada keberadaan berbagai bahan perpustakaan sekunder
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
6
biasanya disertai dengan telaah yang memeberikan evalusai. Yang dianggap sebagai bahan pustaka tersier yaitu: 1) Panduan bahan pustaka dalam bidang tertentu 2) Bibliografi 3) Direktori Pertanyaan yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa ditanyakan kembali di lain waktu.
2.2.3 Kegiatan Pelayanan Informasi Obat Menurut Menteri Kesehatan (2014), kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO), meliputi: a. menjawab pertanyaan; b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter; c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit; d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap; e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan f. melakukan penelitian.
2.3 Leaflet 2.3.1 Pengertian Leaflet Leaflet merupakan media komunikasi grafis yang dibuat dengan ukuran relatif kecil dan biasanya hanya satu lembar (Pujiriyanto,2009). Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa (Departemen Kesehatan RI, 2008a).
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
7
Leaflet adalah produk dokumentasi dan komunikasi yang menyediakan pengenalan dan gambaran mengenai sebuah organisasi atau kegiatan. Sebuah leaflet bisa digunakan untuk mempromosikan LSM/ organisasi berbasis masyarakat dengan kegiatannya, mempublikasikan layanan atau kegiatan, dan berkomunikasi dengan pesan; pesan yang spesifik Berisi laporan singkat dan informasi yang jelas untuk menyediakan gambaran yang jelas dan sederhana ketimbang deskripsi yang mendetail.
2.3.2 Keuntungan Leaflet Kegunaan dan keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat murah, orang dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman. Leaflet juga dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila disampaikan lisan (Departemen Kesehatan RI, 2008a).
2.3.3 Keterbatasan Leaflet Leaflet profesional sangat mahal, materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang, serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak tahan lama dan mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan menggunakan materi. Uji coba dengan sasaran sangat dianjurkan (Departemen Kesehatan RI, 2008a).
2.4 Heparin 2.4.1 Definisi Heparin Heparin merupakan suatu obat yang mencegah terjadinya pembekuan darah atau yang lebih dikenal dengan istilah antikoagulan. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembekuan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : heparin, antikoagulan oral dan antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, yang merupakan salah satu faktor pembekuan darah (Dewoto, 2009).
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
8
Gambar 2.1 Struktur Kimia Heparin 2.4.2 Farmakokinetik Heparin tidak diabsorbsi dengan baik oleh mukosa gastrointestinal, dan banyak yang dihancurkan oleh heparinase, suatu enzim hepar. Heparin diberikan secara parenteral, baik subkutan untuk mencegah antikoagulan atau secara intravena (bolus atau infus) untuk mendapatkan respon yang cepat. Waktu paruh heparin tergantung pada dosis, dosis tinggi memperpanjang waktu paruhnya. Penyakit ginjal dan hepar memperpanjang waktu paruh heparin (Perterson, Haeward, dan Lowson, 2009). Menurut Dewoto 2009, masa paruh heparin juga bergantung pada berat molekulnya. Heparin dengan berat molekul rendah mempunyai masa paruh yang lebih panjang dibandingkan dengan heparin standar. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Heparin di metabolisme menjadi metabolit inaktif yang dikeluarkan melalui ginjal dan empedu. Heparin memiliki ikatan dengan protein sangat tinggi. Distribusi heparin tidak melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin hanya bila digunakan dalam dosis besar IV. Pasien dengan emboli paru memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi karena klirens yang lebih cepat, sehingga terdapat variasi individual dalam efek antikoagulan yang ditimbulkan maupun dalam kecepatan klirens obat (Dewoto, 2009).
2.4.3 Indikasi Heparin diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli paru. Heparin digunakan untuk pengobatan trombosis vena dan
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
9
emboli paru karena mula kerjanya cepat (Dewoto, 2009). Menurut Hurley dan Berkshire 2013, fungsi heparin yaitu : a. Untuk membantu menghentikan pembekuan darah di pembuluh darah b. Untuk membantu menghentikan penggumpalan darah c. Untuk membantu menghentikan penggumpalan darah yang terbentuk di tubing mesin ginjal buatan selama melakukan dialisis ginjal (hemodialisis). Heparin merupakan obat plihan untuk wanita hamil yang membutuhkan antikoagulan, heparin tidak melalui plasenta dan tidak menimbulkan cacat bawaan. Heparin tidak meningkatkan insiden kematian janin atau menyebabkan lahir prematur (Dewoto, 2009).
2.4.4 Efek Samping Efek samping yang berbahaya yang dapat ditimbulkan oleh heparin adalah pendarahan. Pendarahan terjadi pada 1%-33% pasien yang mendapat heparin. Pendarahan dapat terjadi karena disebabkan oleh operasi baru, adanya trauma, penyakit tukak peptik, atau gangguan fungsi trombosit. Pendarahan ini dapat berupa pendarahan saluran cerna atau hematuria. Wanita usia lanjut dan pasien gagal ginjal umumnya lebih mudah mengalami komplikasi pendarahan (Dewoto, 2009). Efek samping serius dari heparin adalah Heparin Induced Trombositopenia (HIT). HIT disebabkan oleh reaksi imunologis yang membuat platelet target respon imunologi, mengakibatkan penurunan trombosit. Inilah yang menyebabkan trombositopenia. Kondisi ini biasanya diatasi dengan penghentian, dan secara umum dapat dihindari dengan penggunaan heparin sintetis. Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian heparin dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (Hurley dan Berkshire, 2013) : a. Efek samping yang umum (mungkin mempengaruhi sampai 1 dari 10 orang) : 1) Memar di tempat suntikan 2) Iritasi pada tempat suntikan 3) Perdarahan (pada dosis tinggi) 4) Perubahan hasil tes darah b.
Efek samping jarang (mungkin mempengaruhi kurang dari 1 dari 100 orang) :
1) Ruam
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
10
2) Gatal-gatal pada bagian ruam 3) Osteoporosis
2.4.5 Penggunaan Heparin secara Subkutan Heparin secara subkutan dapat diberikan bagi pasien yang memerlukan pengobatan antikoagulan jangka panjang ketika warfari tidak boleh untuk digunakan. Dosis heparin yang digunakan sekitar 35.000 U/hari yang diberikan sebagai dosis terbagi tiap 8 atau 12 jam (Dewoto, 2009). Prosedur dari penyuntikkan heparin secara subkutan adalah : a. Cuci tangan dengan menggunakan sabun b. Siapkan spuit dan jarum c. Tentukan lokasi injeksi 1) Injeksi subkutan dapat diberikan pada daerah lengan, paha atau perut. 2) Daerah paha ditentukan secara imajiner dengan meletakkan telapak tangan pada bagian teratas paha dan tarik garis imajiner di bawah telapak tangan, garis ini merupakan batas atas. Untuk batas bawah letakkan telapak tangan di atas lutut dan tarik garis imajiner di atas telapak tangan. 3) Daerah lengan batas atas ditentukan dengan meletakkan telapak tangan di sendi bahu dan tarik garis imajiner di bawahnya, sedang batas bawah letakkan telapak tangan di siku dan tarik garis imajiner di atas telapak tangan. 4) Daerah perut tarik garis imajiner di bawah telapak tangan yang diletakkan di bawah arcus costae, daerah di bawah garis imajiner dapat dipakai sebagai daerah injeksi, tetapi tidak boleh menggunakan daerah 1 inci di sekitar pusar. 5) Lokasi injeksi harus selalu dirubah, tidak boleh dilakukan pada satu tempat berkali-kali. Penyuntikan pada satu tempat yang sama beberapa kali akan dapat mengakibatkan terjadinya scar dan pengerasan jaringan lemak yang akan mempengaruhi absorbsi obat. d. Desinfeksi kulit dengan menggunakan kapas-alkohol dengan arah melingkar, dimulai dari bagian dalam menuju ke arah luar sehingga bakteri dapat ke luar daerah injeksi. Biarkan alkohol mengering beberapa saat. e. Pemberian injeksi 1) Lepaskan penutup jarum dengan hati-hati jangan sampai terkontaminasi
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
11
2) Keluarkan gelembung udara dari spuit 3) Pegang spuit pada satu tangan seperti memegang pensil 4) Genggam kulit pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk dari tangan yang tidak memegang spuit. 5) Arahkan jarum ke kulit dengan sudut 90o untuk memasikan bahwa jarum menapai lapisan subcutan, tetapi pada anak-anak atau orang dengan lapisan lemak tipis perlu dipertimbangkan arah 45o. 6) Dorong jarum menembus kulit, jangan didorong terlalu lambat juga tidak boleh dengan kekuatan terlalu besar. 7) Selama jarum didorong masuk kulit, ujung penghisap tidak boleh didorong. 8) Setelah jarum menembus kulit secara sempurna, lepaskan genggaman kulit dan stabilisasi spuit bagian dasar menggunakan tangan tersebut. 9) Tarik sedikit ujung penghisap dan lihat apakah ada dara yang masuk ke dalam spuit. Bila ada darah yang masuk spuit berarti injeksi kita mengenai pembuluh darah maka jarum harus ditarik lagi dari tempat tersebut dan lakukan lagi dari awal. 10) Bila tidak ada darah maka dorong ujung penghisap untuk memasukkan obat, secara perlahan dengan kecepatan yang tetap, dan obat harus dimasukkan dalam waktu 5 detik. 11) Setelah obat sudah masuk semua maka tarik jarum dari kulit disertai dengan menekan kulit menggunakan kasa steril. 12) Bekas tempat insersi jarum tetap ditekan dalam beberapa detik setelah jarum ditarik.
2.5 Rotahaler 2.5.1 Definisi Rotahaler Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi ((Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S, 2001). Menurut kamus Kedokteran Dorlan, terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahanperubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol. Rotahaler adalah salah satu alat yang digunakan untuk terapi inhalasi.
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
12
Gambar 2.2 Bentuk Rotahaler 2.5.2 Cara Menggunakan Rotahaler Menurut Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S (2001) cara menggunakan rotahaler adalah sebagai berikut : a. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuka. b. Masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang epat persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang. c. Pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacaps. d. Keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang. e. Hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. f. Keluarkan rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan.
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 3 METODE PEMBUATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Pembuatan leaflet “Cara menggunaan heparin” dan Cara menggunaan dan membersihkan rotahaler” dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2014 yang bertempat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.2 Metode Pembuatan Pengumpulan data dalam pembuatan leaflet ini menggunakan studi literatur dari berbagai referensi tersier terkait. Sumber-sumber yang digunakan antara lain
internet, buku, jurnal, serta brosur-brosur obat. Tahapan-tahapan dalam pembuatan leaflet ini sebagai tugas khusus adalah sebagai berikut : a.
Menentukan informasi-informasi apa saja yang akan dituliskan di dalam
leaflet. b.
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk membuat leaflet
sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, seperti data atau informasi mengenai cara menggunakan heparin dan data atau informasi mengenai cara menggunakan dan membersihkan rotahaler. c.
Data atau informasi yang telah diperoleh, selanjutnya diolah menjadi lebih
sederhana sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pasien. d.
Membuat leaflet dengan aplikasi Microsoft Office Publisher.
e.
Mencetak leaflet.
13 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Leaflet yang dibuat bertemakan tentang cara menggunakan heparin dan cara menggunakan rotahaler. Pemilihan tema dilatarbelakangi oleh efek samping heparin yang berbahaya jika digunakan dengan tidak tepat dan penggunanaan rotahaler yang memerlukan instruksi khusus. Pemberian edukasi tentang cara penggunaan heparin dan cara penggunaan rotahaler berupa leaflet dikalangan rumah sakit sangatlah penting. Leaflet ini juga merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi obat (PIO) secara aktif. Leaflet “Cara Menggunakan Heparin” terdiri dari dua sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Setiap sisi dari leaflet terdapat tiga kotak. Halaman depan pada kotak ketiga berisi judul pada leaflet, gambar sedian heparin, dan gambar struktur dari heparin. Judul dari leaflet ini adalah “Cara Menggunakan Heparin”. Sisi kedua kotak pertama sampai ketiga berisi tentang tahapan-tahapan cara menggunakan heparin secara subkutan. Instruksi-instruksinya dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat memudahkan pasien untuk memahami tulisan pada instruksi penggunaan heparin. Cara menggunakan heparin pada leaflet adalah sebagai berikut, : a. Bersihkan tangan dan keringkan. b. Posisikan tubuh dengan nyaman, bisa duduk atau berbaring. Pilih area penyuntikan sesuai dengan gambar. Jika penyuntikan di daerah perut, area penyuntikkan minimal 3 jari dari pusar. c. Bersihkan area penyuntikan dengan alkohol dan biarkan mengering. d. Lepaskan tutup jarum. Lalu ambil obat heparin menggunakan jarum suntik sesuai dengan dosis yang telah ditentukan oleh dokter. e. Cubit bagian kulit yang akan disuntik dengan tangan yang lain. Suntikkan perlahan-lahan tegak lurus dengan area penyuntikan (membentuk sudut 90°). f. Setelah disuntikkan, tunggu 6-10 detik, lalu tarik jarum suntik dan lepaskan lipatan kulit. Area yang telah disuntikkan seka dengan alkohol swab. g. Arahkan jarum ke bawah jauh dari tubuh dan orang lain. Kemudian tutup kembali ujung jarum dengan penutup jarum sebelumnya.
14 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
15
h. Buang jarum yang telah digunakan ke dalam tempat khusus (misal : toples kosong atau kotak khusus). Bagian depan kotak pertama berisi penanganan obat heparin yang digunakan lebih dari satu kali. Tahapan-tahapan dalam penanganan heparin yang digunakan lebih dari satu kali adalah sebagai berikut, : a. Pastikan tangan Anda bersih. b. Seka bagian atas atau penutup vial dengan alkohol swab. Bagian tutup vial yang telah diseka dengan alkohol swab, tidak boleh disentuh lagi. c. Tutup bagian atas vial dengan parafilm menggunakan pinset . d. Simpan heparin dalam suhu kamar dan hindari dari penyimpanan beku dan suhu >40° C. e. Sisa obat heparin, bisa digunakan lagi maksimal 28 hari setelah dibuka. Tahapan-tahapan penangan heparin perlu dicantumkan ke dalam leaflet karena heparin yang digunakan secara subkutan biasanya merupakan heparin multidose. Heparin multidose adalah heparin yang dapat digunakan lagi setelah satu kali penyuntikkan. Heparin multidose yang akan digunakan kembali harus dengan penanganan khusus. Hal ini bertujan agar stabilitas dari heparin tertap terjaga. Sisi depan kotak kedua berisi tentang peringatan-peringatan yang harus diperhatikan oleh pasien. Peringatan-peringatan yang dicantumkan pada leaflet adalah : a. Gunakan injeksi heparin sesuai aturan pakai. b. Jika terjadi pendarahan (seperti keluar darah dari hidung, telinga, dan memar pada tempat penyuntikan), segera hentikan penggunaan dan segera hubungi dokter. c. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak Peringatan-peringatan
bertujuan
agar
pasien
dapat
berhati-hati
dalam
menggunakan heparin. Peringatan yang menjadi perhatian khusus adalah efek samping yang dapat ditimbulkan heparin, yaitu pendarahan. Leaflet secara keseluruhan dari heparin dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembuatan
Leaflet
selanjutnya
adalah
“Cara
Menggunakan
dan
Membersihkan Rotahaler”. Leaflet terdiri dari dua sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Setiap sisi dari leaflet terdapat tiga kotak. Halaman depan pada kotak
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
16
ketiga berisi judul pada leaflet, gambar rotahaler, dan gambar rotacaps. Judul dari leaflet ini adalah “Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler”. Sisi kedua kotak pertama sampai ketiga berisi tentang tahapan-tahapan cara menggunakan rotahaler. Instruksi-instruksinya dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat memudahkan pasien untuk memahami tulisan pada instruksi penggunaan rotahaler. Cara menggunakan heparin pada leaflet adalah sebagai berikut, : a. Bersihkan tangan dan keringkan. b. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuka, sesuai dengan gambar di atas. c. Masukan rotacaps (bagian kapsul yang bening terlebih dahulu) dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang empat persegi, sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang. d. Pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacaps. e. Keluarkan nafas sepenuhnya melalui mulut. f. Masukkan moncong Rotahaler ke dalam mulut, kemudian rapatkan bibir. Posisikan Rotahaler dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang. Hirup dengan kuat dan dalam. g. Keluarkan rotahaler dari mulut. Tahan nafas kurang lebih 10 detik. Kemudian, keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui hidung. h. Buka rotahaler, buang ratacaps yang telah digunakan. Bagian depan kotak pertama berisi cara membersihkan rotahaler. Tahapan-tahapan dalam membersihkan rotahaler yang telah digunakan sebagai berikut : a. Pisahkan kedua bagian Rotohaler. b. Bilas kedua bagian dengan air bersih yang mengalir. c. Untuk membuang kelebihan air, dilakukan dengan cara membalikkan Rotahaler. d. Keringkan rotahaler dengan diangin-anginkan. Jangan menggunakan kain. e. Gabungkan kembali dua bagian Rotahaler.
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
17
Sisi depan kotak kedua berisi tentang peringatan-peringatan yang harus diperhatikan oleh pasien. Peringatan-peringatan yang dicantumkan pada leaflet adalah : a. Cuci Rotahaler setidaknya seminggu 1X b. Jangan biarkan Rotahaler terpapar panas. c. Tanyakan pada Apoteker atau dokter Anda, jika ada hal-hal yang tidak Anda pahami tentang cara penggunaan dan efek dari obat-obat Anda. Peringatan-peringatan bertujuan agar pasien dapat berhati-hati dalam menggunakan dan membersihkan rotahaler. Peringatan yang menjadi perhatian khusus adalah jangan membiarkan rotahaler terpapar panas karena dapat merusak rotahaler. Leaflet secara keseluruhan dari rotahaler dapat dilihat pada Lampiran 2. Ilustrasi gambar juga disertakan agar leaflet terlihat lebih atraktif dan dapat memperjelas penyampaian informasi. Keterpaduan informasi dengan ilustrasi harus diperhatikan agar informasi yang diterima pembaca tepat sasaran. Perpaduan warna tulisan dari leaflet tersebut dibuat warna yang kontras, sehingga diharapkan tulisan dapat jelas terbaca. Leaflet ini diharapkan dapat dimengerti dan diterima oleh berbagai kalangan di rumah sakit.
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembuatan leaflet rotahaler yang berjudul “Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler” dan leaflet “Cara Menggunakan Heparin” merupakan bentuk pelayanan informasi obat secara aktif yang digunakan sebagai media edukasi bagi sesama dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien untuk dapat mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai cara menggunakan heparin, serta cara menggunakan dan membersihkan rotahaler sehingga penggunaan obat yang rasional dapat tercapai.
5.2 Saran a.
Leaflet sebagai alat bantu media promosi dan edukasi kesehatan, sebaiknya
ditingkatkan khususnya pada saat penyampaian informasi obat atau konseling kepada pasien. b.
Dilakukannya pembuatan media promosi dan edukasi kesehatan dalam
bentuk yang lain, seperti poster, agar pasien mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.
18 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008a). Bagaimana Membuat Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008b). Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dewoto, Hadi R. (2009). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Hurley and Berkshire. (2013). Package Leaflet: Information For The User Heparin (mucous) Injection BP 1,000 and 5,000 Units/ml Heparin Sodium. Denmark : LEO Pharma A/S, DK 2750 Ballerup. Lasa, HS. (1998). Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peterson D, Haeward S, Lawson JH. Anticoagulation Strategies for Venous Thromboembolism. Perspect Vasc Surg Endovasc Ther 2009;21;125. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Sekretariat Negara. Pujiriyanto. (2005). Desain Grafis Komputer (Teori Grafis Komputer). Cetakan Pertama. Yogyakarta : CV. Andi Offset. Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. (2001). Prosedur Tindakan Bidang Paru dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
19 Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
20
Lampiran 1. Leaflet Cara Menggunakan Heparin
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014
21
Lampiran 2. Leaflet Cara Menggunakan dan Membersihkan Rotahaler
Universitas Indonesia Laporan praktik…, Cicilia Marina, FF UI, 2014