UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 03 JULI – 30AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEWI SANTY LOPA, S.Farm. 1206329493
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 03 JULI – 30 AGUSTUS 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarApoteker
DEWI SANTY LOPA, S.Farm. 1206329493
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Dewi Santy Lopa, S. Farm : 1206329493 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat Periode 03 Juli – 30 Agustus 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung kegiatan kefarmasian yang berlangsung dalam suatu rumah sakit, memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di rumah sakit terutama dalam hal manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, serta dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit. Tugas khusus yang diberikan berjudul Estimasi Kebutuhan Obat Kemoterapi pada Pasien Kanker yang Mendapat Kemoterapi di Poli Hematologi dan Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui dan memprediksi jumlah penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan di poli hematologi dan onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan siklus kemoterapi yang dijalani pasien pada periode Agustus 2013 – Januari 2014.
Kata kunci : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, IFRS, PFT, Kemoterapi Tugas umum : xii + 104 halaman; 4 tabel; 12 lampiran Tugas khusus : iii + 40 halaman; 2 tabel; 1 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2004 - 2009) Daftar Acuan Tugas Khusus : 32 (1995 - 2013)
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Dewi Santy Lopa, S. Farm :1206329493 : Apothecary Profession : Report of the Working Practice Pharmacist at General Hospital National Center (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat Period 3 July – 30 August 2013
Practice Pharmacist held at the General Hospital National Center ( RSUPN ) Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro No. 71 Central Jakarta. PKPA activity is intended that students can see first hand the pharmacist profession of pharmacy activities that take place in a hospital, gain knowledge and insight into everything related aspects in the hospital, especially in terms of managerial and clinical pharmacy services in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, and can have a deep understanding of the roles and main duties of a pharmacist in a hospital. Given a special task entitled Estimating Drug Requirements Chemotherapy in Patients who Received Chemotherapy in Cancer Hematology and Oncology RSUPN Poly Dr. Cipto Mangunkusumo. This particular task aims to identify and predict the amount of use of chemotherapy drugs that cancer patients receive the service assurance in hematology and oncology poly RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo based on cycles of chemotherapy that the patients in the period August 2013 January 2014. Keywords : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, IFRS, PFT, Chemotherapy General Assignment : xii + 104 pages, 4 tables; 12 appendices Specific Assignment : iii + 40 pages, 2 tables; 1 appendices Bibliography of General Assignment : 5 (2004 - 2009) Bibliography of Specific Assignment : 32 (1995 - 2013)
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulishaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esaatassegala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal03 Juli – 30 Agustus 2013, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Apt., selaku PJ.S Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20 Desember 2013.
3.
Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, serta pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
4.
Yustika Novianti, S.Si., Apt. dan Fitria Wresdiningtyas, S.Si., Apt. selaku pembimbing luar yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan selama penyusunan laporan ini.
5.
Fauzan Arafat, S.Si., Apt, selaku pembimbing tugas khusus yang telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan tugas khusus.
6.
Santi Purnasari, M.Si., Apt. selaku pembimbing dalam yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama penyusunan laporan ini.
7.
Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA.
viii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
8.
Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis menjalani PKPA di sana.
9.
Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
10. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa. 11. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 77 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis
menyadari
bahwa
masih
terdapat
kekurangan
dan
ketidaksempurnaan di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki penulisan laporan penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini.
Penulis
2014
ix
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii 1PENDAHULUAN ................................................................................................ 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1.2 Tujuan ......................................................................................................
1 1 2
2TINJAUAN UMUM ............................................................................................ 3 2.1 Rumah Sakit .............................................................................................. 3 2.2 Tenaga Kesehatan ..................................................................................... 6 2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.................................................................. 7 2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ............................................................. 10 2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit .................................... 12 2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ..................................... 21 3 TINJAUAN KHUSUS....................................................................................... 3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................................................ 3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................... 3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ............................ 3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ..................
26 26 27 30 34
4 PEMBAHASAN ................................................................................................ 4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat ............................................................ 4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ......................................... 4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) ................................................... 4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) .............................................................. 4.5 Satelit Kirana ............................................................................................. 4.6 Satelit Farmasi Pusat ................................................................................. 4.7 Sub Instalasi Produksi ...............................................................................
39 39 44 54 64 69 74 80
5KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 87 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 87 5.2 Saran ......................................................................................................... 88 DAFTAR ACUAN................................................................................................. 92
x
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............... 93 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ............................................ 94 Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan ...... 95 Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang............ 96 Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi .................... 97 Lampiran 6. Contoh Etiket ................................................................................. 98 Lampiran 7. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose.............................................. 99 Lampiran 8. Contoh Stiker Obat ........................................................................ 100 Lampiran 9. Contoh Blanko Kartu Stok ............................................................. 101 Lampiran 10.Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ....................................... 102 Lampiran 11.Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap ..................... 103 Lampiran 12.Formulir Medication History TakingPasien .................................. 104
xi
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel4.2 Tabel 4.3 Tabel4.4
Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo ......... 45 Aturan Pengiriman Obat di IGD ........................................................... 50 Pembagian Ruang Rawat Gedung A .................................................... 54 Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat ...... 77
xii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui fasilitas pelayanan kesehatan (Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009). Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit yang
merupakan sarana kesehatan dan rujukan pelayanan kesehatan dengan
fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Peraturan Pemerintah RI, 2009). Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Apoteker di rumah sakit adalah salah satu pelaksana pelayanan kefarmasian yang memegang peranan penting. Apoteker harus memilki
1
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin dan tenaga fungsional dalam menjalankan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes RI, 2004).
Apabila
apoteker melakukan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar yang berlaku, maka pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik. Apoteker di rumah sakit memiliki peran dalam manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan farmasi klinis.Dalam menjalankan peran tersebut, apoteker tidak hanya memerlukan ilmu pengetahuan farmasi namun juga keterampilan dan kemampuan komunikasi yang baik. Oleh karena itu Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang berlangsung selama dua bulan.
1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
3
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Dewan Perwakilan Rakyat RI, 2009a).
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, 3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
4
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3
Klasifikasi Rumah Sakit Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberi
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilikserta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi: 1.
Rumah sakit umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan,rumah sakit umum digolongkan menjadi: a.
Rumah sakit umum kelas A Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, limapelayanan spesialis penunjang medik, duabelaspelayanan medik spesialis lain, dan tigabelas pelayanan medik subspesialis. b.
Rumah sakit umum kelas B Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya, dan dua pelayanan medik subspesialis dasar. c.
Rumah sakit umum kelas C Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat pelayanan spesialis penunjang medik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
5
d.
Rumah sakit umum kelas D Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar. 2.
Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan,rumah sakit khusus digolongkan menjadi: a.
Rumah Sakit khusus kelas A
b.
Rumah Sakit khusus kelas B
c.
Rumah Sakit khusus kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi : 1.
Rumah sakit publik Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.Rumah sakit publikyang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.
Rumah sakit privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
6
2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44 tahun 2009tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.
2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Indikator berguna untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit, antara lain : 1.
Bed Occupancy Ratio (BOR): persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
2.
Length of Stay (LOS): rata-rata lama rawat pasien.
3.
Bed Turn Over (BTO): frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
4.
Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
2.2 Tenaga Kesehatan Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi masing-masing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
7
Menurut Peraturan Pemerintah
RI No.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari: 1.
Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
2.
Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
3.
Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker;
4.
Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan,
mikrobiolog
kesehatan,
penyuluh
kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian; 5.
Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;
6.
Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapi wicara; dan
7.
Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit 2.3.1 Definisi IFRS Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan rumah sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).
2.3.2 Tujuan IFRS Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004, tujuan pelayanan farmasi ialah:
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
8
1.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia;
2.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi;
3.
Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat;
4.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
5.
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan evaluasi pelayanan;
6.
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan evaluasi pelayanan; serta
7.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan biaya minimal.IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik (Siregar, 2004).
2.3.4 Ruang Lingkup Fungsi IFRS IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi klinik dan non-klinik. Fungsi non-klinik meliputi perencanaan, penetapan spesifikasi
produk
dan
pemasok,
pengadaan,
pengendalian,
produksi,
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
9
penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004). Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program rumah sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit, sentra informasi obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi „in-service‟ bagi Apoteker, dokter, dan perawat, serta investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah, ronde/visite pasien, pengkajian resep, dan penggunaan obat (Siregar, 2004 dan Departemen Kesehatan RI,2004).
2.3.5 Struktur Organisasi IFRS Berdasarkan
keputusan
Menteri
Kesehatan
RINo.
1197/Menkes/SK/X/2004,pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi
pelayanan
kefarmasian.
Bagan
organisasi
adalah
bagan
yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak, tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitasfungsi dari sistem mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka, dampaknya pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
10
pelayanan, dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk dan pelayanan (Siregar, 2004).
2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)(Departemen Kesehatan RI, 2004). 2.4.1 Definisi PFT Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
2.4.2 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu: 1.
Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat yang sama;
2.
Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis;
3.
Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus;
4.
Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;
5.
Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional;
6.
Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
11
7.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.
2.4.3 Struktur Organisasi PFT Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat. 1.
PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, Apoteker, dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;
2.
Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau Apoteker yang ditunjuk;
3.
PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;
4.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFTdiatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan
5.
Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.4.4 Tugas Apoteker Dalam Panitia Farmasi dan Terapi Apoteker dalam panitia farmasi dan terapi memili tugas antara lain: 1.
Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
2.
Menetapkan jadwal pertemuan;
3.
Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
4.
Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan;
5.
Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinanrumah sakit;
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
12
6.
Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait;
7.
Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
8.
Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;
9.
Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;
10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan; 11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan 12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak terkait.
2.4.5 Formularium Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2004) Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi, informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang diterima untuk digunakan, dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
2.5 Pengelolaan
Perbekalan
Farmasi
di
Rumah
Sakit(Departemen
Kesehatan RI, 2008) Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
13
2.5.1 Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasidi rumah sakit. Tujuan perencanaan perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan perencanaan kebutuhan farmasi meliputi: 1.
Pemilihan Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
2.
Kompilasi Penggunaan Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
3.
Perhitungan Kebutuhan Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, antara lain : a.
Metode Konsumsi Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. b.
Metode Morbiditas Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
14
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan.Metode morbiditas membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada Praktek rata-rata atau pedoman pengobatan). c.
Metode Kombinasi Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,
selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan menggunakan metode konsumsi.
4.
Evaluasi Perencanaan Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.
2.5.2 Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga layak, mutu yang baik, serta pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancer, dan tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebihan. 1.
Pembelian Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu :
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
15
a.
Pelelangan (tender) Terbuka Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengankriteria
yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebihmenguntungkan. Pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktulama, dan perhatian penuh. b.
Tender Terbatas Tender terbatas sering disebut juga sebagai lelang tertutup. Hanya
dilakukan pada rekanantertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik. Harga masihdapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkandengan lelang terbuka. c.
Pembelian dengan Tawar-menawar Metode
dilakukan
bila
item
tidak
penting,
tidak
banyak
dan
biasanyadilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu. d.
Pembelian Langsung Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil untuk item yang perlu segera
tersedia. Harga untuk item tertentu relatif lebih mahal dibanding pada pembelian dengan metode lain.
2.
Produksi Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.Kriteria obat yang diproduksi adalah : a.
Sediaan Farmasi dengan Formula Khusus;
b.
Sediaan Farmasi dengan Harga Murah;
c.
Sediaan Farmasi dengan Kemasan yang Lebih Kecil;
d.
Sediaan Farmasi yang Tidak Tersedia di Pasaran;
e.
Sediaan Farmasi untuk Penelitian;
f.
Sediaan Nutrisi Parenteral;
g.
Rekonstruksi Sediaan Obat Kanker; dan
h.
Sediaan Farmasi yang Harus Dibuat Baru.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
16
Jenis sediaan farmasi yang diproduksi : a.
Produksi Steril Persyaratan teknis untuk produksi steril, antara lain :
1) Ruangan aseptis; 2) Peralatan, contohnya laminar air flow (horizontal dan vertikal),autoclave, oven, cytoguard, dan alat pelindung diri; serta 3) Sumber daya manusia merupakan petugas yang terlatih.
Kegiatan produksi steril meliputi : 1) Nutrisi (TPN) TPN adalah nutrisi dasar untuk pemberian secara intravena yang diperlukan bagi penderita yang kebutuhan nutrisinya tidak dapat terpenuhi secara enteral.Contoh TPN adalah campuran sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, dan mineral untuk kebutuhan individual dan dikemas kedalam kantong khusus untuk nutrisi. 2) Pencampuran Obat Suntik / Sediaan Intravena (IV admixture) IV admixture adalah pencampuran sediaan steril kedalam larutan intravena secara aseptis untuk menghasilkan suatu sediaan steril.Contoh kegiatan IV admixture adalah mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus dan melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai. 3) Pengemasan kembali (re-packing) 4) Rekonstitusi sediaan sitostatika
b. Produksi Non-Steril Kegiatan produksi non-steril meliputi : 1) Pembuatan sirup Contoh sirup yang umum dibuat di rumah sakit adalah OBH (Obat Batuk Hitam). 2) Pembuatan salep Contoh : salep AAV.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
17
3) Pembuatan puyer Contoh : obat racikan 4) Pengemasan kembali (re-packing) Contoh : Alkohol, Povidon Iodine 5) Pengenceran Contoh : H2O2 3%. Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas, kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk).
3.
Sumbangan/droping/hibah Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat situasi normal.
2.5.3 Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi : 1.
Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai certificate of analysis (CA);
2.
Barang harus bersumber dari distributor utama;
3.
Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahanbahan berbahaya;
4.
Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of origin(CO); dan
5.
Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
18
2.5.4 Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan, antara lain: 1.
Memelihara mutu sediaan farmasi;
2.
Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
3.
Menjaga ketersediaan; dan
4.
Memudahkan pencarian dan pengawasan Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dengan pemakai agar efisien.
2.5.5
Pendistribusian Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan dijangkau pasien dengan mempertimbangkan (Departemen Kesehatan, 2004): 1.
Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
2.
Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan
3.
Sistem totalfloor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi. Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :
1.
Sistem Persediaan Lengkap Di Ruangan (Total Floor Stock) Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian perbekalan farmasi menjadi tanggungjawab perawat ruangan. Perbekalan yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
19
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2004). Sistem distribusi ini hanya digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai (Departemen Kesehatan RI, 2008). Beberapa keuntungan dari sistem total floor stock adalah : a.
Obat yang dibutuhkan cepat tersedia;
b.
Meniadakan retur obat;
c.
Pasien tidak harus membayar obat berlebih; dan
d.
Mengurangi jumlah personil farmasi. Beberapa kelemahan dari sistem total floor stock adalah :
a.
Kesalahan Obat Tinggi (Salah Order Dari Dokter, Salah Peracikan Oleh Perawat, Atau Salah Etiket Obat);
b.
Persediaan Obat Di Ruangan Menjadi Banyak;
c.
Kemungkinan Kehilangan Dan Kerusakan Obat Lebih Besar; Dan
d.
Menambah beban kerja bagi perawat.
2.
Sistem Resep Perorangan (Resep Individual) Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi
disiapkan dan didistribusikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep. Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan melalui instalasi farmasi (Departmen Kesehatan, 2004). Beberapa keuntungan dari sistem ini adalah : a.
Resep dapat dikaji dulu oleh Apoteker;
b.
Ada interaksi antara Apoteker, dokter, dan perawat; dan
c.
Ada pengendalian persediaan. Kelemahan dari sistem ini adalah :
a. Bila obat berlebih, pasien tetap harus membayar; b. Obat dapat terlambat sampai ke pasien; c. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan ke pasien; dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
20
d. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak adanya proses pengawasan ganda.
3. Sistem Unit Dosis Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep perorangan yang disiapkan, diberikan atau digunakan, dan dibayar dalam unit untuk penggunaan satu kali dosis (Departemen Kesehatan, 2004).Penyiapan dan pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk tiap waktu penggunaan dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada perawat untuk diberikan ke pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk pasien rawat inap, bukan untuk pasien rawat jalan. Keuntungan dari sistem distribusi unit dosis, antara lain : a.
Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya;
b.
Tidak ada kelebihan obat atau obat yang tidak terpakai di ruang perawatan;
c.
Semua obat dipersiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu yang lebih untuk merawat pasien;
d.
Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien. Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error);
e.
Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat, dan dokter serta pasien;
f.
Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan untuk drug use review (pengkajian penggunan obat); dan
g.
Memudahkan pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi. Kelemahan dari sistem distribusi unit dosis adalah :
a.
Membutuhkan banyak tenaga farmasi;
b.
Harus segera siap sebelum jam makan pasien; dan
c.
Menggunakan lebih banyak bungkus obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
21
2.6
Standar
Pelayanan
Kefarmasian
di
Rumah
Sakit(Departemen
Kesehatan RI, 2004) 2.6.1
Pengkajian Resep Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Persyaratan administrasi meliputi : a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan pasien; b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter; c. Tanggal resep; dan d. Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi : a. Bentuk dan kekuatan sediaan; b. Dosis dan jumlah obat; c. Stabilitas dan ketersediaan; dan d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan. Pertimbangan klinis meliputi : a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat; b. Duplikasi pengobatan; c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat; d. Kontraindikasi; dan e. Efek aditif.
2.6.2
Pelayanan Informasi Obat (PIO) PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi : 1.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit;
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
22
2.
Menyediakan
informasi
untuk
membuat
kebijakan-kebijakan
yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi (PFT); 3.
Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan
4.
Menunjang terapi obat yang rasional. Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
1.
Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif;
2.
Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat, atau tatap muka;
3.
Membuat buletin, leaflet, dan label obat;
4.
Menyediakan
informasi
bagi
PFT
sehubungan
dengan
penyusunan
formularium rumah sakit; 5.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya; dan
6.
Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
2.6.3
Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO) Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin (terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan ataumempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi: 1.
Menganalisa laporan ESO;
2.
Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO;
3.
Mengisi formulir ESO; dan
4.
Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
23
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat individu, dan surveilans unit pasien.
2.6.4 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review) Pengkajian
penggunaan obat
adalah
alat
untuk
mengidentifikasi
permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan dalam penyiapan dan pemberian obat (Quick, 1997). Pengkajian penggunaan obat merupakan
program
evaluasi
penggunaan
obat
yang
terstruktur
dan
berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat adalah (Departemen Kesehatan, 2004) : 1.
Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
2.
Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain;
3.
Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
4.
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah (Quick, 1997) 1.
2.
Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut : a.
Rata-rata jumlah obat per pasien;
b.
Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
c.
Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;
d.
Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan
e.
Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut : a. Rata-rata waktu konsultasi;
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
24
b. Rata-rata waktu dispensing; c. Persentase obat aktual yang disiapkan; d. Persentase pelabelan yang benar; dan e. Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat. 3.
Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut : a. Ketersediaan daftar obat-obat esensial b. Ketersediaan obat-obat esensial.
2.6.5 Konseling Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien dengan kriteria sebagai berikut : 1.
Pasien rujukan dokter,
2.
Pasien dengan penyakit kronis,
3.
Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
4.
Pasien geriatrik, dan
5.
Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas. Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :
1.
Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2.
Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup: a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat b. Bagaimana cara pemakaiannya c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut
3.
Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
25
4.
Melakukan
verifikasi
akhir
yaitu
mengecek
pemahaman
pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
2.6.6
Ronde/visite pasien Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk : 1. Pemilihan obat, 2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik, 3. Menilai kemajuan pasien, dan 4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut : 1.
Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan tersebut kepada pasien;
2.
untuk pasien yang baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
3.
Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan obat yang benar; dan
4.
melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk pemberian obat. Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1 3.1.1
Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan namaCentrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ).Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, Prof. Dr. Satrio, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1964.Sejalan dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah menjadi RSCM.Pada tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini. Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr, Cipto Mangunkusumo Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005, dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
3.1.2 Visi RSCM memiliki visi “Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014”.
26
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
27
3.1.3 Misi RSCM memiliki misi antara lain: 1.
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2.
Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
3.
Menyelenggarakan
penelitian
dan
pengembangan
dalam
rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang mandiri.
3.1.4
Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima
direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasionalyang terkait dengan pelayanan rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada Lampiran 1.
3.1.5
Klasifikasi RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan nasional.RSCM juga merupakan rumah sakit pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang kesehatan.Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi Apoteker.
3.2
Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat
pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan.Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
28
3.2.1 Visi Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi penyelenggara pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014”.
3.2.2
Misi Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
1.
Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
2.
Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
3.
Menyelenggarakan
pelayanan
farmasi
klinik
untuk
meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal. 4.
Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
5.
Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai persyaratan mutu.
6.
Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
7.
Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan,penelitian dan pengembangan farmasi.
3.2.3 Nilai Budaya Instalasi Farmasi RSCM memiliki 5 nilai budaya Profesionalisme, Integritas, Kepedulian, Penyempurnaan Berkesinambungan serta Belajar dan mendidik.
3.2.4
Tujuan Umum Menyelenggarakan kebijakan obat di rumah sakit melalui pelayanan
farmasi satu pintu, profesional, berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
29
3.2.5 Tujuan Khusus 1.
Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.
2.
Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).
3.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas melaksanakan
pengelolaan
perbekalan
farmasi
yang
optimal,
meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang Farmasi.Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM berfungsi dalam: 1.
Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan kefarmasian
2.
Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi
3.
Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
4.
Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
30
5.
Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.
6.
Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
7.
Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat kesehatan.
8.
Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
9.
Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.
10. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit. 11. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi. 12. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu pengelolaan pelayanan kefarmasian. 13. Pengembangan profesi SDM kefarmasian. 14. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
3.2.7 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSCM bertanggungjawab langsung kepada Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3 dandipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi RSCM yang membawahi: 1.
Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);
2.
Koordinator Produksi dan Diklitbang; dan
3.
Koordinator Pelayanan Farmasi
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit 3.3.1
Pelaksana pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan
tujuan: 1.
Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan Terapi,
Panitia
Pengendalian
Infeksi
Rumah
Sakit
(PPIRS),
Tim
Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
31
2.
Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.
3.
Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.
4.
Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian resistensi antimikroba. Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan
antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan) di RSUPN. Tim PPRA terdiri dari: 1. Tim inti yaitu: a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi. b. PPIRS. c. Spesialis Farmasi Klinik. d. Spesialis Mikrobiologi Klinik. 2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik. 3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam. 5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait), perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik, spesialisFarmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam melaksanakantugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011): 1.
Departemen Penyakit Dalam.
2.
Departemen Bedah.
3.
Departemen IKA.
4.
Departemen Obstetri dan Ginekologi. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
32
5.
Departemen Kulit dan Kelamin.
6.
Departemen Gigi dan Mulut.
7.
Departemen Bedah Syaraf.
8.
Departemen Mata.
9.
Departemen Neurologi.
10. Departemen Urologi. 11. Departemen THT. 12. ICU. 13. Unit Pelayanan Luka Bakar. 14. Pelayanan Jantung terpadu. 15. Instalasi Gawat Darurat. Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba PPRA memilki fungsi, antara lain: 1.
Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.
2.
Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui koordinasi empat pilar.
3.
Menyusun
Program
Kerja
Tim
PPRA
dan
Pokja
PPRA
Departemen/UPT/Instalasi. 4.
Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan antibiotik secara bijak.
5.
Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.
6.
Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi kuman, insiden MRSA. Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan
berkala secara terencana minimal satu bulan sekali untuk membahas program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
33
3.3.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali.Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun.Ketua, sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian.Setiap departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris dan 2-3 orang anggota.Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio PFT tingkat RSCM.PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan penyusunan formularium.PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna mendukung program kerjanya. Tugas PFT mencakup : 1.
Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.
2.
Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
3.
Menyusun formularium obat, dan daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat yang indikasinya sama.
4.
Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat biaya.
5.
Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan penggunaan obat kepada staf medis RSCM.
6.
Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan penggunaan perbekalan farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
34
7.
Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi di RSCM.
8.
Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat
rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan penggunaan perbekalan farmasi.Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah.Bila musyawarah tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemungutan suara.Setiap anggota PFT dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata adalah untuk kepentingan pasien. (Formularium RSCM, 2012)
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah terjadinya
infeksinosokomial.Sterilisasi
menjadi
langkah
awal
untuk
terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran mikroorganisme.Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus sebagai first step to quality.Oleh karena itu, instalasi sterilisasi pusat menjadi unit yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barangbarang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.Alat kesehatan steril menjadi produk akhir sterilisasi di instalasi sterilisasi pusat.
3.4.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat Instalasi sterilisasi pusat merupakan suatu unit kerja yang bertugas menyediakan barang-barang dan peralatan steril, seperti perbekalan farmasi dasar, instrumen steril, linen steril, dan lain-lain, yang dibutuhkan oleh departemen, instalasi atau unit kerja lainnya di RSCM.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
35
3.4.2 Visi dan Misi Instalasi Sterilisasi PusatRSCM Visi dari instalasi sterilisasi pusatadalah menjadi instalasi sterilisasi pusat yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dariinstalasi sterilisasi pusat adalah: 1.
Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu;
2.
Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan;
3.
Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi;
4.
Menyedikan sarana dan prasarana yang handal; dan
5.
Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di bidang sterilisasi.
3.4.3 Tujuan dan Strategi Instalasi Sterilisasi PusatRSCM Tujuan dari instalasi sterilisasi pusat RSCM adalah tercapainya pelayanan pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang digagas adalah: 1.
Meningkatkan efisiensi produktivitas;
2.
Meningkatkan profesionalisme;
3.
Menciptakan restrukturisasi;
4.
Menerapkan sistem managemen keuangan;
5.
Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost; dan
6.
Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.
3.4.4 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM Instalasi sterilisasi pusatRSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum danOperasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi membawahi empat Penanggungjawabsebagai berikut: a. Penanggungjawab SDM & Keuangan; b. Penanggungjawab Peralatan & Pelayanan; c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
36
d. Penanggungjawab Logistik dan Inventaris. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian, yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggungjawab yang menjadi pelaksana
kegiatan.
Kepala
Sub
Instalasi
Operasional
membawahi
Penanggungjawab Dekontaminasi, PenanggungjawabPengemasan &Labeling, dan PenanggungjawabProses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu membawahi
PenanggungjawabPenyimpanan
dan
Distribusi,
PenanggungjawabQuality Control, dan Penanggungjawab Audit Mutu. Sumber daya manusiainstalasi sterilisasi pusat RSCM harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti terlatih, tidak mempunyai luka terbuka, tidak mempunyai penyakit yang menular, disiplin memakai alat pelindung diri dalam tugas operasional dan mematuhi aturan sterilisasi.
3.4.5 Ruang dan Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM Ruang instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki suhu 18-220C dan kelembaban 35-72%.Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/hepafilter.Alat yang digunakan untuk membantu sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator.Instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu: 1.
Area unclean Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.
2.
Area clean Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.
3.
Area steril Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan distribusi barang steril.
3.4.6 Sistem Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang tersentralisasi dan desentralisasi.Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
37
hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi perbekalan farmasi dasar steril.Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup dalam hal khusus seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain. Pelaksanaansterilisasi di RSCM tersentralisasi di instalasi sterilisasi pusat.Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya yaitu peningkatan efisiensi ruangan,SDM, peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin karena adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu, instalasi sterilisasi pusatjuga akan lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali serta dapat mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.
3.4.7
Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instalasi sterilisasi pusat, yaitu:
1.
Alur perpindahan barang satu arah Instalasi sterilisasi pusatRSCM memiliki alur dalam perpindahan barang.
Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke area steril.Pada area kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir.Barang direndam, dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area bersih.Pada area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk ke area steril dan disimpan. 2. Alur Aktivitas Fungsional Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih ISP.Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan melalui loket barang kotor.Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan & pemberian label, petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
38
ulang dengan mengulang proses sterilisasi dari awal.sedangkan barang yang kondisinya memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer. 3.
Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan
dan labeling Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi.Setelah dikemas
dan
diberi
label,
barang
disusun
dengan
baik
sebelum
sterilisasi.Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi, barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan. 4.
Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui
proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi sebelumnya.Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan.Setelah penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah.Barang diuji secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat Gudang Perbekalan Farmasi RSCM saat ini sudah berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL). Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM terdiri atas Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis.Gudang Farmasi I merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan alat-alat kesehatan, obat-obat oral dan injeksi, serta Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).Gudang Farmasi II digunakan untuk menyimpan perbekalan farmasi yang berupa cairan dan hemodialisa, sedangkan Gudang Gas Medis digunakan untuk menyimpan gas-gas medis. Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00 hingga 21.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang terdapat di gudang pusat, yaitu sebanyak 18 orang yang terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang Asisten Apoteker (AA) Penanggungjawab,5 orang AA Bidang Pelaksana Obat, 3 orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang AA Bidang Pelaksana Administrasi, dan 4 orang Pekarya. Kegiatan utama yang dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat terdiri atas pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan, dan pengendalian perbekalan farmasi di rumah sakit. Jenis perbekalan farmasi yang diadakan yaitu obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmaka dan gas medis. Dalam rangka menjaga ketersediaan perbekalan farmasi di RSCM, Gudang
Pusat
melakukan
permintaan
perbekalan
farmasi
yang
dibutuhkan.Pengadaan dilakukan berdasarkan permintaan (defekta) perbekalan farmasi yang dilakukan rutin dua kali dalam seminggu, serta dari permintaan mendesak/cito yang dapat dilakukan setiap hari.Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu hingga satu bulan. Defekta yang telah dibuat oleh pihak Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke koordinator logistik, jika permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik
39
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
40
maka petugas pemesanan akan menghubungi distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang Pusat. Setelah perbekalan farmasi dikirim di Gudang Pusat oleh distributor, selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan jumlah pesanan, pada komputer yang disesuaikan dengan faktur penjualan. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama perbekalan farmasi dan tanggal kedaluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Apabila terdapat kemasan yang telah rusak atau ketidaksesuaian nama, maka dapat dilakukan penggantian barang ke distributor. Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi, misalnya dengan melihat proses penyimpanan perbekalan farmasi tersebut selama proses distribusi dari distributor ke Gudang Pusat, yaitu dengan menyimpan perbekalan farmasi tersebut di dalam cool box yang dilengkapi dengan termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai (2o – 8oC). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi, misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama jelas, dan stempel serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan faktur. Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah, dan waktu kedaluwarsa. Perbekalan Farmasi yang telah diterima disimpan di Gudang Pusat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi yaitu: a. Menjaga mutu perbekalan farmasi b. Menjaga ketersediaan perbekalan farmasi c. Memudahkan pengawasan & operasional penyiapan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
41
d. Menghindari penyalahgunaan Penyimpanan disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat kesehatan, obat (oral atau injeksi), B3, cairan, hemodialisa, dan gas medis, sedangkan perbekalan farmasi yang berupa reagensia, bahan baku, dan radiofarmaka akan disimpan langsung di unit kerja yang terkait dengan penggunaannya. Selain berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high alertatau sitostatika),perbekalan farmasi Askes dan Non-Askes,rute pemberian obat, obat produksi RSCM serta nama generik dan nama dagang.Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang sesuai dengan prinsip First In First Out (FIFO) danFirst Expired First Out (FEFO).Penyimpanan obat di gudang pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan penyusunan untuk obat yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk menghindari kesalahan dispensing.Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip.Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat-obat mahal,obat-obat High Alert dan obat-obat sitostatikadisimpan pada lemari yang khusus. Obat High Alert adalah obat yang perlu perhatian khusus dalam penggunaannya karena jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya dapat menyebabkan akibat yang fatal. Untuk obat high alert, tempat penyimpanan ditandai dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert pada tiap kemasan terkecil obat. Penyimpanan obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi label berwarna ungu “Obat Kanker, Tangani dengan Hati-hati”.Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok obat. Hal ini memudahkandispensing obat mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang banyak. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terpisah dari penyimpanan obat lainnya.Narkotika disimpan dalam lemari berpintu dua dengankunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegangoleh Asisten Apoteker yang bertugas pada tiap shift. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
42
Penyimpanan
alat
kesehatan
di
Gudang
Pusat
terpisah
dengan
penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, dan kelompok departemen pengguna, misalnya bedah, departemen mata serta pelayanan jantung terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengambilan barang. Agar mutu perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang melakukan stock opname(SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan pengontrolan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT serta mudah mengetahui perbekalan farmasi yang mendekati kadaluwarsa. Produk yang akankadaluwarsadalam waktu tiga bulan ke depanakan diberi label berwarna kuning yang dilengkapi denganwaktu kadaluwarsanya. Selain itu, dilakukan pula pemantauan suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari.Pemantauan suhu lemari pendingindilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 14.00, dan 20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB. Gudang Pusat merupakan pusat distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit.Gudang melayani permintaan dari seluruh satelit dan unit kerja.Permintaan perbekalan farmasi keGudang Pusat dapat dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing satelit dan unit kerja ataupun permintaan cito setiap hari.Permintaan ke Gudang Pusat dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem online untuk satelit farmasi dan sistem manual untuk unit kerja. Permintaan yang diajukan oleh satelit farmasi akan langsung dicetak oleh Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang, sedangkan unit kerja yang melakukan permintaan manual menggunakan formulir permintaan barang farmasi harus mengantarkan formulir tersebut ke gudang dua hari sebelum pengambilan barang. Untuk defekta obat-obat narkotika dibuat dalam formulir khusus. Petugas Gudang Pusat akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada formulir permintaan. Petugas administrasi akan memproses formulir permintaan tersebut
untuk
mendapatkan
Form
Distribusi
Obat/Alkes
bagi
tiap
satelit/unit/departemen terkait. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
43
gudang akan menghubungi satelit atau unit kerja terkait untuk memberitahukan bahwa perbekalan farmasi sudah siap diambil. Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta melakukan pencatatan pada buku serah terima yang terdapat di ruang pendistribusian Gudang Pusat.Setelah dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan permintaannya, lalu dilakukan penandatanganan bersama Form Distribusi Obat/Alkes. Lembarform yang asli disimpanoleh pihak gudang, sedangkan lembar copydiberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja. Untuk satelit atau unit kerja yang tidak memiliki petugas untuk mengambil perbekalan farmasi, maka petugas gudang yang akan mengantarkannya. Gudang Pusat melayani permintaan mendesak/cito setiap hari.Perbekalan farmasi yang diambil untuk melayani kebutuhan cito dicatat pada buku cito di gudang dan unit terkait. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggungjawab Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang dengan didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang. Gudang pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan farmasi yang kadarluarsa maupun yang rusak. Untuk perbekalan farmasi yang hampir kadarluarsa maupun yang sudah kadarluarsa ataupun rusak diretur kembali ke gudang dari satelit-satelit dan unit kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai perintah direktur dan dilakukan oleh panitia pemusnahan dan dibuat berita acara pemusnahan. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: a.
Masih terdapat data kartu stok yang selisih dengan jumlah fisik dan jumlah barang di IT dan urutan tanggal yang masih berantakan.
b.
Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan staf atau pegawai baru yang akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
44
c.
Masih banyak stok barang yang kosong yang dapat menghambat pelayanan kesehatan di RSCM.
d.
Masih terlihat orang-orang luar selain petugas yang masuk ke dalam gudang, hal ini tentunya beresiko terhadap kehilangan barang.
e.
Masih terlihat debu di ruang penyimpanan alat kesehatan
f.
Masih ada obat-obat LASA yang penyimpanannya tidak sesuai
g.
Kurangnya label kadarluarsa Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas, maka saran
yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: a.
Sebaiknya menyediakan kartu stok dalam bentuk buku dan menyediakan kalkulator untuk mempermudah perhitungan dan sebaiknya melakukan sampling stock setiap hari.
b.
Sebaiknya membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masingmasing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya.
c.
Untuk masalah barang kosong sebaiknya dikomunikasikan secara intensif dengan pimpinan rumah sakit.
d.
Sebaiknya memperketat keamanan di gudang dengan cara penggunaan pintu dengan akses sidik jari dan bila ada pihak luar yang memang harus masuk sebaiknya didampingi oleh petugas dan petugas disosialisasikan kembali kepada petugas tentang pentingnya prosedur tersebut.
e.
Sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan di tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan.
f.
Perlu pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam pelayanan.
g.
Perlu penambahan stock label kadarluarsa.
4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Satelit Farmasi IGD hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di IGD saja dan tidak menerima resep dari unit lain di RSCM.Satelit Farmasi IGD terdiri Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
45
atas satu satelit di lantai 1 dan satu depo di lantai 4. Depo lantai 1 melayani kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga lantai 3 IGD, sementara lantai 4 hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang operasi di lantai 4.
4.2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik, 21 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang pekarya. Pelayanan farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam sehingga dapat selalu mengantisipasi kebutuhan pasien IGD yang kondisinya dapat berubah-ubah setiap saat. Pembagian jumlah AA yang bertugas di kedua depo pada masing-masing shift adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo Pagi
Siang
Malam
(07.30 –14.30
(14.00–21.00
(21.00 –08.00
WIB)
WIB)
WIB)
Satelit lantai1
4 orang
3 orang
3 orang
Depo lantai 4
1 orang
1 orang
1 orang
Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1 orang pekarya dan 1 orang Asisten Apoteker bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari Senin hingga Jumat dari pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal pemesanan barang ke Gudang Pusat. Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang Asisten Apoteker yang bertugas di satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di depo lantai 4.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
46
4.2.2 Kegiatan Satelit Farmasi IGD 4.2.2.1 Pengelolaan perbekalan farmasi a.
Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan depo lantai 4
dilakukan secara terpisah.Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi didasarkan pada pola dan jumlah pemakaiannya di IGD.Semakin banyak barang yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar.Perencanaan di IGD dilakukan setiap 6 bulan sekali mengikuti jadwal perencanaan di RSCM. Satelit lantai 1 melakukan defekta besar ke bagian gudang pusat RSCM dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelaksanaan defekta adalah sebagai berikut : Satu hari sebelum hari defekta besar, yaitu pada hari Senin dan Kamis, pihak satelit akan membuat entry datadefekta yang akan di-posting melalui sistem IT ke Gudang Pusat. Tujuannya adalah agar pihak gudang menyiapkan terlebih dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD.Keesokan harinya pada hari defekta besar, pekarya dan AA dari IGD datang ke Gudang Pusat untuk mengurus pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan pengecekan untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan data defekta dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya. Setelah data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD akan
mendapat
satu
copy
lembar
defekta
tersebut.
Apoteker
PenanggungjawabSatelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data dari lembar defekta dengan barang yang diterima. Apabila telah sesuai, penambahan stok barang di satelit IGD akan diproses melalui sistem IT yang ada. Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat kesehatan, dan narkotika.Maksud pemisahan tersebut adalah untuk mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang.Permasalahan terkait defekta yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Pusat.Hal tersebut Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
47
menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di luar hari defekta besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi tersebut. Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan depo lantai 4.Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan mengajukan defekta ke depo lantai 1.Defekta besar dari depo lantai 4 juga dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.
b.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur
sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat berdasarkan pembagian berikut : 1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi a) Obat Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan tablet, sediaan cair, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus. b) Alat kesehatan Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya. 2) Suhu penyimpanan dan stabilitas Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2° – 8°C) disimpan pada kulkas terpisah. 3) Susunan alfabetis Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya. 4) Sifat bahan Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan tahan api, serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan. 5) Sistem FIFO dan FEFO Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali masuk atau barang dengan tanggal kedaluwarsa paling dekat terletak di bagian depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
48
Penyimpanan di Satelit Farmasi IGD juga menerapkan pengaturan khusus untuk obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terletak di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain. Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika, dilengkapi dengan pintu ganda.Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan bepergian.
c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali.Pelaksanaan SO bertujuan sebagai salah satu langkah untuk mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di Satelit Farmasi IGD. Selain SO, langkah pengontrolan lainnya yang juga dilakukan adalah dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal untuk memudahkan pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu sekali, pengecekan stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, serta penerapan sistem sampling yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang di satelit.
d. Distribusi perbekalan farmasi Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem floor
stock.Sistem
peresepan
individu
adalah
sistem
penyiapan
dan
pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien.Sistem peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual.Akan tetapi, saat ini telah dilakukan uji coba penggunaan peresepan online menggunakan sistem Electronic Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3 IGD.Penggunaan sistem tersebut masih perlu dievaluasi dan disempurnakan kembali, sebelum
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
49
nantinya diberlakukan pada bagian lainnya di IGD. Selama masa uji coba, penerapan sistem EHR masih mengalami beberapa masalah, yaitu : 1) resep seringkali salah terkirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan sistem peresepan secara online; 2) belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan; 3) dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta 4) sistembed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan resep tidak jelas. Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut : Resep dari dokter akan diserahkan ke nurse station. Di nurse station masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang Sakit (POS) yang akan mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai 1. Resep kemudian diverifikasi oleh Asisten Apoteker.Verifikasi yang dilakukan meliputi skrining kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter, ruangan asal resep, nama pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien.IGD sudah menerapkan sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar data pasien sudah tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep. Dengan demikian, kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca oleh petugas farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang dilihat dari kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan. Apabila terdapat ketidaklengkapan dari kedua aspek tersebut, petugas farmasi yang melakukan verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar checklist review resep obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat. Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat tersedia di depo, data dari resep akan di-input ke dalam database komputer dan diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
50
sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama pasien, nomor rekam medis, dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit farmasi lantai 1. Terdapat Ketentuan Pengiriman Obat di IGD yaitu: a. Bila Cito Maka harus diselesaikan < 15 menit b. Apabila Tidak CITO, maka mengikuti aturan pengiriman Obat sebagai berikut:
Tabel 4.2Aturan Pengiriman Obat di IGD Jam Antar Resep dari
No.
ruangan
Jam Resep Selesai dan diantar
Jam Penyuntikan di Ruangan
1
05.00-11.00
Max 11.00 siang
12.00-13.00
2
13.00-17.00
Max 17.00 sore
18.00-19.00
3
18.00-23.00
Max 23.00
24.00-01.00
4
01.00 (dini hari)-05.00(subuh)
Max 05.00
06.00-07.00
5
Untuk simvastatin dan simarc
Max 20.00
21.00-22.00
6
Untuk antibiotika disesuaikan jam masuk awal penyuntikan
c. Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 12.00 dan jam 18.00 (jika resep sudah datang) d. Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam 18.00 e. Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, Resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 24.00 dan 06.00 pagi f. Untuk resep boarding diberikan untuk satu hari Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
51
g. Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari h. Untuk ruang ICU dikirimkan jam 14.00 Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan paket tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi. 1) Paket tindakan Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu paket yang termasuk dalam cost unit pasien dan paket yang tidak termasuk dalam cost unit pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian urgent lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang termasuk dalam cost unit pasien sehingga setiap pasien pastiakan dibebani biaya yang sama untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD) serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang digunakan saja. 2) BMHP BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat. Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh pihak farmasi. 3) Troli emergensi Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masingmasing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan Intermediate Ward (IW), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah (circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit Farmasi lantai 1 IGD.Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat kesehatan ABC dari unit di mana troli tersebut berada.Tanggal kedaluwarsa Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
52
obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli dan menandatanganinya. Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di tiap lantai akan mengecek kondisi dan nomor seri kunci disposable troli emergensi untuk memastikan bahwa troli masih terkunci. Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti terjadi kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan, dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut. Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru.Nomor seri kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci.Selanjutnya seperti pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara penutupan troli.Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat sebagai saksi. Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan kembali oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter, maka pihak farmasi
akan
mengonfirmasi
kepada
dokter
yang
bersangkutan
untuk
membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika ditemui peresepan barangfloor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam lembar checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
53
4.2.2.2 Pelayanan farmasi klinik Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang Apoteker klinis.Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk melayani kebutuhan pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah dilakukan, antara lain: a.
Verifikasi resep : Apoteker klinis akan melakukan verifikasi resep sebelum obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit, proses verifikasi dilakukan oleh AA;
b.
Monitoring penggunaan obat : dilakukan dengan cara menyesuaikan antara obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;
c.
Pemberian informasi obat pulang : dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien yang akan pulang. Pemberian informasi obat pulang di IGD diutamakan untuk pasien dengan penggunaan obat khusus dan berkelanjutan.
4.2.3
Kegiatan PKPA di satelit IGD Mahasiswa bertugas di satelit IGD selama 3 hari.Selama berada di satelit
IGD, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : a. Melakukan evalusi penggunaan troli emergency b. Melakukan respon time di IGD c. Membenahi kartu stok barang, dan d. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD, terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain : a. Terdapat selisih stok obat di kartu stok dengan jumlah fisik obat b. Etiket masih ditulis manual,kadang-kadang ada tulisan yang tidak jelas dan memperlama respon time pelayanan kepada pasien c. Troli emergensi sering terbuka dengan alasan tidak jelas seperti tersenggol
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
54
Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain : a. Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat, setiap rak obat dan alkes ada penanggung jawab yang menghitung stok obat setiap hari dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa b. Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah petugas dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien juga lebih cepat dan informasi obat yang benar dan jelas dapat diperoleh pasien. c. Melakukan pengecekan secara rutin untuk memastikan troli emergensi masih terkunci,meningkatkan
komunikasi
farmasi,perawat
dan
dokter
serta
melakukan evaluasi terhadap terbukanya troli untuk disampaikan kepada kepala unit.
4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang pada setiap lantainya terdiri dari dua zona, yaitu zona A dan zona B. Tabel 4.3Pembagian Ruang Rawat Gedung A Lantai
Ruang Rawat Zona A
Ruang Rawat Zona B
1
Anak
Kelas khusus dewasa
2
Kebidanan
Kebidanan
3
Kelas khusus
Kelas khusus
4
Bedah
Bedah
5
Syaraf dan stroke
Bedah syaraf, HCU
6
Kelas khusus dewasa
HCU dewasa, ICU anak, penyakit dalam
7
Penyakit dalam dewasa
Penyakit dalam dewasa, THT, mata
8
Hematologi dewasa, geriatri
Hematologi dewasa
Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu manajemen perbekalan farmasiserta pelayanan farmasi klinik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
55
4.3.1 Manajemen Perbekalan Farmasi di Gedung A Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri dari depo farmasi di setiap lantai dan Gudang Farmasi Basement Gedung A. Depo farmasi bertugas melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk
pasien yang
menginap di lantai tersebut, sedangkan Gudang Farmasi Basement berfungsi menyediakan kebutuhan perbekalan farmasi bagi semua depo farmasi di Gedung A dan pasien Gedung A pada malam hari. Gudang Farmasi Basement akan mendistribusikan perbekalan farmasi ke setiap depo farmasi, kemudian depo farmasi tersebut yang akan mendistribusikannya ke pasien melalui perawat. Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24 jam yang terbagi menjadi dua shift (pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul 14.00 – 21.00 WIB), dilayani di depo farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan penambahan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan pelayanan dari depo tiap lantai ke Gudang Farmasi Basement Gedung A. Jumlah SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Juni) terdiri dari 2 orang Apoteker,55 orang AA dan 12 orang pekarya. Pengelolaan perbekalan farmasi di Gudang Basement sama seperti pengelolaan perbekalan farmasi di satelit farmasi lain, yaitu mulai dari perencanaan
perbekalana farmasi yang dibutuhkan hingga distribusinya ke
pasien. Perencanaan Gudang Farmasi Basement berdasarkan pada kebutuhan depo farmasi setiap lantai, setelah pihak Gudang Basement mengetahui jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan, maka akan dilakukan pengadaan melalui defekta ke Gudang Pusat setiap tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat menggunakan sistem online. Setelah dilakukan pemesanan dan penyiapan barang oleh petugas Gudang Pusat, pekarya dari Gudang Farmasi Basement Gedung A akan melakukan penerimaan perbekalan farmasi di Gudang Pusat. Perbekalan farmasiyang telah diterima dan diperiksa disimpan di Gudang Basement. Sediaan farmasi disusun berdasarkan sistem alfabetis, bentuk sediaan, generik/non-generik, kestabilan (obat termolabil), dan FEFO/FIFO, sedangkan alat kesehatan disusun berdasarkan fungsinya. Beberapa sediaan farmasi harus disimpan secara khusus atau terpisah dari sediaan lainnya antara lain: Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
56
a.
Narkotika: disimpan di lemari khusus yang berpintu dan berkunci ganda. Lemari tersebut harus selalu dikunci dan kuncinya digantungkan pada leher petugas farmasi yang bertanggung jawab pada saat itu.
b.
Psikotropika: disimpan di lemari khusus yang berpintu. Lemari tersebut juga harus selalu terkunci dan kuncinya digantungkan pada leher petugas farmasi yang bertanggungjawab pada saat itu. Kunci lemari psikotropika biasanya akan digabung dengan kunci lemari narkotika.
c.
Obat mahal: disimpan di lemari terpisah dengan sediaan lainnya agar dapat memudahkan pengontrolan penggunaan obat tersebut.
d.
Obat LASA,penyimpanan obat LASA sama dengan di satelit-satelit lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e.
Obat High Alert, penyimpanan obat High Alert sama dengan di satelit-satelit lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.
f.
Obat sitostatika, yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari.
g.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): disimpan di lemari besi yang tertutup rapat karena sifatnya yang korosif, mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya lainnya. Di bagian depan pintu harus tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS yang merupakan pedoman penanganan untuk masing-masing B3 di dalam lemari tersebut.
h.
Obat yang memiliki waktu kadaluwarsa tiga bulan ke depan akan dimasukkan ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning yang berisi informasi bulan dan tahun kedaluwarsa. Untuk
memenuhi
kebutuhan
pasien,
Gudang
Farmasi
Basement
mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai berdasarkan defekta dari depo. Depo di setiap lantai biasanya melakukan defekta ke Gudang Farmasi Basement setiap hari sesuai dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
57
farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke depo farmasi. Obat-obat yang perlu diracik, disiapkan di ruang peracikan khusus yang tersedia di Gudang Farmasi Basement. Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian obat. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Dokter biasanya mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa dokter yang melakukan peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang menangani pasien kelas khusus di lantai 1, 3, dan 6. Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di depo dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan, yaitu resep unit dose danperesepan individu. Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya. Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan selama satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan untuk obat oral, kecuali di depo farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem unit dose untuk obat-obat parenteral. Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk penyiapan obat bagi pasien yang akan pulang. Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga menerapkan sistem distribusi floor stock. Obat dan alkes yang didistribusikan dengan metode floor stock, yaitu obat dan alkes yang diberikan tanpa melalui verifikasi petugas farmasi. Obat dan alkes ini meliputi bahan medik habis pakai dan troli emergensi. Troli emergensi merupakan persediaan obat dan alkes pada
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
58
keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup dan alat-alat kesehatan penyelamat hidup. Setiap kegiatan manajemen obat dan alkes yang dilakukan harus disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke Koordinator Adminkeudan Koordinator Pelayanan Farmasi. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu : a.
Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement.
b.
Membantu memeriksa kesesuaian penempelan stiker LASA pada rak obat yang tergolong ke dalam obat LASA.
c.
Melakukan pengamatan terhadap alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh juru racik hingga alat-alat yang digunakan selama proses peracikan.
d.
Memahami proses dispensing obat di depo farmasi Gedung A dengan ikut serta membantu proses dispensing obat dan berdiskusi bersama AA yang bertugas di depo tersebut. Pada saat PKPA di gudang farmasi basement gedung A, terlihat ruangan
gudang ada yang bocor dibagian langit-langit yang dikhawatirkan dapat merusak obat bila terkena air bocoran tersebut dan menghalangi kegiatan pengambilan obat karena adanya tampungan ember untuk menampung air bocoran tersebut. Disarankan untuk segera dilakukan perbaikan ruangan sebelum kerusakan menjadi semakin parah. Selain itu, berdasarkan pengamatan ada tenaga farmasi yang kurang disiplin di gudang karena ditemukan peletakan barang yang bukan pada tempatnya seperti MSDS setelah digunakan tidak diletakkan kembali disamping lemari B3. Sehingga petugas lain dapat mengalami kesulitan saat mencari perbekalan farmasi tersebut. Masih ada kartu stok yang tidak diletakkan disamping obat serta masih adanya petugas yang tidak mengikuti briefing di pagi hari. Oleh karena itu, disarankan untuk mensosialisasikan kembali pentingnya Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
59
briefingdi pagi hari danditegaskan kembali kepada para tenaga farmasi agar tetap disiplin kembali dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu jumlah retur obat di tiap depo farmasi gedung A masih tinggi, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat dan farmasis, selain itu juga kurangnya ketelitian dari tenaga farmasi dalam melakukan verifikasi resep sehingga jumlah obat yang diberikanberlebih. Disarankan untuk meningkatkan koordinasi antara dokter, perawat dan farmasis dengan lebih meningkatkan komunikasi dalam menyiapkan obat dan alkes untuk pasien.Juga bagi farmasis yang melakukan verifikasi resep disarankan lebih teliti lagi. Jika ditemukan adanya peresepan obat yang jumlahnya lebih banyak dari yang biasa diresepkan maka harus melakukan konfirmasi kepada dokter sehingga dapat meminimalkan retur obat.
4.3.2
Farmasi Klinik Gedung A Kegiatan farmasi klinik di Gedung A RSCM berjalan cukup baik. Farmasi
klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara pemberian, tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pengobatan, visite, pelayanan konseling, pelayanan informasi obat, dan pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking). a.
Verifikasi resep Hal-hal yang dilakukan oleh Apoteker selama verifikasi resep meliputi
pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah menggunakan sistem EHR sehingga kelengkapan administrasi resep telah lengkap secara otomatis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
60
b.
Monitoring pengobatan Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring pengobatan pasien meliputi : 1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical Record). 2) Kesesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien. 3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan. 4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.
c.
Visite Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk : 1) meningkatkan
pemahaman
mengenai
riwayat
pengobatan
pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif; 2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan 3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal pemilihan terapi dan monitoring terapi. Visite
dapat
dilakukan
oleh
Apoteker
secara
mandiri
maupun
berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta kemungkinan terjadinya interaksi obat.
d.
Pelayanan konseling Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut ≥ 60 tahun), pediatri
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
61
(anak-anak <18 tahun), pasien yang akan pulang, pasien dengan obat polifarmasi, pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit. Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif. Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi. Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian obat, serta informasi khusus.Fungsi formulir konseling ini untuk memudahkan pasien dalam pemakaian obat di rumah sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat di rumah meliputi dosis maupun aturan pakai obat. Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam penggunaan obat.
e.
Pelayanan informasi obat (PIO) PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh Apoteker selama 24
jam. PIO terdiri dari: 1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan yang berasal dari tenaga kesehatan di lingkungan RSCM. Saat ini kegiatan PIO pasif baru terlaksana bagi tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM dan juga pertanyaan yang berasal dari luar RSCM. 2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti membuat buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
62
Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa ditanyakan kembali di lain waktu. PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan PIO aktif yang telah dilakukan antara lain: 1) Pembuatan leaflet penggunaan obat khusus, seperti tetes hidung, salep dan tetes mata, suppositoria, dan sebagainya; 2) Pembuatan buku panduan NGT, stabilitas obat, dan high-alert; 3) Pembuatan buku saku untuk penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes melitus, tuberkulosis, HIV, dan sebagainya; serta
Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang berisi informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari HIV sedunia.
f.
Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking) Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru
dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya, dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM. Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu 48 jam saat pertama pasien datang. Ketika melakukan pengambilan riwayat pengobatan, Apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan dan menanyakan tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi: nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
63
non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan (dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat, dan jumlah obat tersisa. Selain itu, Apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan efek samping obat yang pernah dialami pasien. Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan mahasiswa PKPA di Gedung A antara lain: a.
Melakukan monitoring dan pengambilan riwayat pengobatan pada formulir yang tersedia, serta berdiskusi bersama Apoteker klinik mengenai data yang didapatkan.
b.
Mengikuti diskusi kasus HIV di Unit Pelayanan Terpadu HIV.
c.
Menyiapkan obat, menulis informasi obat pulang pada formulir yang telah disediakan dan memberikan konseling obat untuk pasien yang akan pulang.
d.
Melakukan pelayanan informasi obat dengan menjawab pertanyaan yang diajukan melalui telepon yang masuk ke unit PIO. Mahasiswa mendapatkan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh petugas farmasi di depo dan dokter. Dalam menjawab pertanyaan yang diterima, mahasiswa mencari informasi dari literatur yang telah tersedia di ruangan, yaitu Drug Information Handbookdanliteratur lain, seperti MIMS serta literatur dari internet.
Sewaktu pelaksanaan PKPA dibagian farmasi klinik ditemukan kendala yaitu adanya telepon yang tidak khusus untuk pelayanan PIO sehingga sedikit mengganggu jika ada telepon untuk ke PIO tetapi tidak bisa cepat tersambung karena sedang digunakan untuk bagian lain dan masih sering ruangan PIO tidak ada apoteker yang berjaga sehingga jika ada pertanyaan, penanya harus menunggu atau menelepon ketempat lain untuk mencari apoteker. Disarankan untuk menambah telepon khusus untuk PIO dan dibuat jadwal bergilir untuk apoteker dalam menjaga ruang PIO sehingga memudahkan pelayanan dan juga bisa dengan penambahan jumlah apoteker di bagian farmasi klinik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
64
4.4 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU) Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani pasien selama 24 jam setiap hari. Setelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk shift pertama, dari pukul 14.00 – 21.00 untuk shift kedua, dan dari pukul 21.00 – 08.00 untuk shift ketiga.Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun pasien umum yang membayar secara tunai.Satelit ini melayani resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi. Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang Apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang Apoteker klinis, dibantu oleh delapanorang Asisten Apoteker. Apoteker manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab atas ketersediaan perbekalan farmasi sedangkan Apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas perkembangan pasien secara klinis. Kedua apoteker tersebut berada dibawah tanggungjawab Koordinator Pelayanan Farmasi. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi pengelolaan perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi parade pagi, visite pasien, pengkajian resep, monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi obat.
4.4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU Perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU dilakukan 2 kali dalam satu tahun berdasarkan pemeriksaan pada kartu stok dan banyaknya kebutuhan perbekalan farmasi dari resep. Pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU
menggunakan
defektaonline ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukanpada hari Selasa dan Jumat.Sama halnya dengan satelit-satelit lain, satelit farmasi ICU melakukan pengadaan perbekalan farmasi sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku. Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, generik atau nama dagang. Untuk alat kesehatan, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
65
penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Sama halnya dengan satelit-satelit lain, penyimpanan perbekalan farmasi sudah dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, termasuk obatobat narkotika dan psikotropika, obat-obathigh alert, obat-obat sitostatika serta obat-obat termolabil. Di Satelit Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan obatyaitu obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal kadarluasa. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mncantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut. Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi peresepan individual dan floor stock. Pada sistem distribusi peresepan individual, dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep biasanya diantar ke satelit oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT dan diberi harga.Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit.Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, petugas ruangan diinformasikan oleh pertugas Satelit Farmasi ICU untuk mengambilnya di Satelit Farmasi ICU. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang telah menyerahkan resep cito ke Satelit ICUakan menunggu obat yang didispensing untuk segera dibawa ke ruang rawat. Untuk sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa troli emergensi. Prosedur penggunaan barang pada troli emergensi sudah dilakukan sesuai dengan standar prosedur Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
66
operasional yang telah ditetapkan. Yang bertanggungjawab atas troli emergensi adalah farmasi dan perawat.Farmasi bertanggungjawab dalam hal perbekalan farmasi,
sedangkan
perawat
bertanggungjawab
dalam
halpengontrolan
kelengkapan dan penggunaan alat kedokteran di dalam troli. Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Prosedur retur obat tidak dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan. Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU yaitu perawat mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur dan menyerahkan ke satelit, petugas satelit mengecek kembali baik jenis maupun jumlah perbekalan farmasi tanpa didampingi dengan perawat dan selanjutnya petugas satelit mengembalikan perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu stok.
4.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik di Satelit Farmasi ICU Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi parade pagi, visite pasien, pengkajian resep, monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi obat. Apoteker klinis di Satelit Farmasi ICU melakukan parade pagi setiap pukul 08.00 – 10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Parade ini bertujuan untuk membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien, dan rencana tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang sesuai indikasinya, dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien juga disesuaikan dengan hasil laboratorium pasien. Setelah parade pagi, Apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter, perawat, dan dietisian. Melalui kegiatanvisite, tim tersebut dapat mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi perubahan terapi ataupun tindakan. PeranApoteker pada saat itu adalah memberikan rekomendasi dan berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi atau tindakan yang akan diterapkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
67
Selain itu, Apoteker klinis juga melakukan pengkajian resep. Apoteker mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan oleh dokter.Jika terdapat terapi yang kurang sesuai, Apoteker meminta konfirmasi kepada dokter yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan.Monitoring obat dilakukan oleh Apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks, dan status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan terapi yang diperoleh. Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnyaakan dipindahkan ke ruang rawat inap diGedung A, sedangkan pasien ICCU yang kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan kegiatan farmasi klinis di ICCU,salah satunya adalah memberikan informasi obat pada pasien yang akanpulang dengan melampirkan form informasi obat pulang yang berisikan mengenai informasi obat-obat yang diberikan disertai dengan indikasi, jumlah obat maupun aturan pemakaian. Apoteker juga mencantumkan nomor telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien dapat menanyakan hal-hal yang kurang jelas terkait dengan terapi pengobatan pasien kepada apoteker di rumah. Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU : a.
Resep-resep yang diterima di Satelit ICU terkadang tidak memenuhi kelengkapan syarat penulisan resep. Contohnya, seringkali ditemukan tidak ada nama dokter, riwayat alergi, jenis sediaan, kekuatan sediaan, nomor rekam medis (NRM) pasien, serta tanggal lahir pasien. Hal ini mungkin disebabkan karena dokter lupa menulis, terburu-buru, atau karena dokter menganggap bahwa petugas farmasi telah mengetahui obat ataupun data administrasi yang dimaksud. Ketidaklengkapanan syarat penulisan resep ini dapat
berpotensi
menyebabkan
terjadinya
medication
error.
Ketidaklengkapan ini dapat diatasi dengan penerapan sistem peresepan online karena dengan sistem tersebut, data administratif pasien pada resep dapat dilengkapi secara otomatis, mencegah terjadinya medication error serta mempercepat pelayanan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
68
b.
Petugas Satelit Farmasi ICU harus menuliskan etiket manual dengan jumlah yang sangat banyak dari setiap resep dan pengerjaanya dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kendala tersebut dapat diatasi dengan pengadaan printer etiket agar mempercepat pelayanan dan data yang terdapat pada etiket terisi lengkap.
c.
Pengaturan jadwal kerja di Satelit Farmasi ICU sebaiknya harus diatur kembali karena pelayanan masih kurang optimal akibat beban kerja yang cukup tinggi dengan jumlah asisten apoteker yang terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dilakukan pengaturan jadwal kerja petugas yakni sebaiknya asisten apoteker untuk shift sore sebanyak 2 orang dan shift malam sebanyak 1 orang. Hal itu karena beban kerja pada shift sore lebih berat dibandingkan pada shift malam.
d.
Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.
e.
Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat atau administrasi pasien. Oleh karena
itu,
dibutuhkan
pengadaan
alat
pengeras
suara
untuk
memudahkanpetugas dalam melakukan pemanggilan tersebut. f.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat tablet yang disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko menimbulkan
kesalahan
dan
menyulitkan
pencarian
obat
saat
prosesdispensing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat atau pemberian sekat pada wadah tersebut untuk membatasi penyimpanan antara satu produk obat dengan produk obat lain dengan pemantauan rutin Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
69
dilakukan setiap harinya agar produk obat tersebut disimpan sesuai dengan letak penyimpanannya. g.
Prosedur retur obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan tidak sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan yakni petugas satelit tidak langsung memeriksa jumlah dan jenis obat yang telah diretur oleh perawat. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya asisten apoteker memeriksa jumlah dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung dikonfirmasi kepada perawat tersebut.
h.
Pelayanan farmasi klinik berupa konseling pasien pulang masih terdapat sedikit kekurangan yakni pasien yang akan pulang harus menunggu cukup lama untuk menerima konseling dari apoteker. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dibuat jadwal untuk konseling pasien pulang. Apabila apoteker tidak dapat memberikan konseling, formulir informasi obat sebaiknya diisi terlebih dahulu dengan lengkap dan mendelegasikan kepada asisten apoteker untuk melakukan konseling.
4.5 Satelit Farmasi Kirana Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata. Satelit yang terletak di gedung Kirana, Jl. Kimia No.8, Jakarta Pusat ini memiliki dua depo farmasi, yaitu depo farmasi lantai 1 dan lantai 3. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan, sementara depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan operasi mata. Depo lantai 1beroperasi setiap hari Senin hinggaJumat dengan jadwal satu shift, yakni mulai pukul 08.00– 15.30 WIB, sedangkan depo farmasi lantai 3juga memiliki jadwal satushift, yaitu mulai pukul 08.00 hingga semua tindakan operasi selesai dilakukan.
4.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM) SDM di Satelit Kirana berjumlah 6 orang, terdiri dari satu orang Apoteker Penanggungjawab dan tiga orang AA yang bertugas melayani pasien jaminan dan pasien umum (bayar tunai). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obatUniversitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
70
obat lain,berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana. Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat jalan dari bagian VIP (Citra), dan pasien pulang pasca-operasi, sedangkan depo farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya.Pada depo lantai 3 pendokumentasian dilakukan melalui pencatatan pada kertas khusus yang berisi nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang menggunakan baru setelah itu dicatat di kartu stok. Hal ini disebabkan arus permintaanbarang yang cepat.
4.5.2
Kegiatan Satelit Kirana
4.5.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir.Data perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan pengadaannya. Depo lantai 3 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan dikirimkan ke depo lantai 1.Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu, sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki pekarya, maka perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang Pusat.Pada hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian perbekalan farmasi yang diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Satelit Kirana.Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannyapada kartu stok. Untuk kebutuhan perbekalan farmasi depo lantai 3, barang akan diantarkan dari depo lantai 1 ke depo lantai 3 dengan memanfaatkan jasa petugas cleaning service Satelit Kirana setiap hari Kamis. Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata, perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
71
vendorterbaik yang dipilihsecara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP)akan melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang. Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar penagihan pembayaran bagi vendor.
b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis.Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat kesehatan,
dan
penyimpanan
obat
khusus.Penyimpanan
obat
dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan fungsi atau penggunaannya.Penyimpanan
obat
khusus
di
Satelit
Kirana,
meliputi
penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat termolabil, dan kit emergensi. Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada wadah obat-obat tersebut.Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap kemasan primer obat diberi stiker High Alert.Obat kanker disimpan di lemari terpisah yang diberi stiker ungu.Narkotika disimpan di lemari khusus yang berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
72
dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa obat
tersebut.
Obat-obat
termolabil
disimpan
di
dalam
lemari
pendingin.Pengecekan suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan Satelit Kirana dilakukan tiap pagi dan sore hari.
c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang ada, dilakukan kegiatan SO di Satelit Kirana sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Barang-barang yang diketahui telah mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat untuk dimusnahkan. Serta dilakukan sistem sampling stok yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya
d. Distribusi Perbekalan Farmasi Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock.Resep yang diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi beberapa dokter di ruang OK VIP telah menggunakan sistem online.Resep yang masuk per hari dapat mencapai 120 hingga160 lembar.Resep tersebut akan disimpan di Satelit Kirana selama tiga tahun, begitu juga dengan resep narkotika. Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut: a. Pasien umum (resep tunai) Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing obat, dan penyerahan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
73
b. Pasien jaminan Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika obat yang akan ditebus
tidak
terdapat
dalam
DPHO
Askes,
maka
petugas
harus
menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan oleh Askes dan menjadi tanggungan pasien.
4.5.3 Kegiatan PKPA di Satelit Kirana Mahasiswa bertugas di satelit Kirana selama 3 hari.Selama berada di satelit Kirana, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : 1. Membuat data perbekalan farmasi berdasarkan tempat penyimpanan di depo lantai 1 dan depo lantai 3 untuk memudahkan dalam melakukan stok opname. 2. Mengecek dan mencatat perbekalan farmasi yang akan ED 3. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana, terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara lain : a. Tidak menginformasikan kepada pasien mengenai batas penyimpanan sediaan tetes mata setelah dibuka b. Retur perbekalan farmasi masih tinggi menambah beban pekerjaan petugas farmasi c. Tidak Ada Pekarya di Kirana untuk mengambil stok obat di gudang sehingga menambah beban kerja Assisten Apoteker d. Tidak ada pintu akses yang terkunci untuk memisahkan petugas farmasi dengan petugas lain di lantai 3 OK ,sehingga petugas lain bebas keluar masuk ruangan mengambil obat dan alkes e. Terdapat selisih stok obat di kartu stok dengan jumlah fisik obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
74
Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain : a. Sosialisasikan kepada Asisten Apoteker secara lisan untuk menginformasikan batas penyimpanan sediaan tetes mata setelah dibuka. Jika tidak bisa dilakukan, informasi dapat ditambahkan di etiket obat. b. Melakukan evaluasi paket yang benar-benar terpakai dan meningkatkan komunikasi apoteker, perawat dan dokter c. Dilakukan penambahan pekarya untuk mengambil stok obat di gudang d. Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi untuk menghindari adanya perbekalan farmasi yang hilang e. Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa.
4.6 Satelit Farmasi Pusat Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam pada hari Senin hingga Minggu yang masing-masing terbagi ke dalam tiga shift kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift kedua dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul 21.00 – 08.00 WIB. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 Apoteker, 9 Asisten Apoteker, dan 2 juru resep dengan pembagian dalam satu shift adalah 2 Asisten Apoteker dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore. Sementara untuk shift malam, terdapat 2 Asisten Apoteker yang bertugas. Satelit ini melayani pasien kredit / jaminan berupa pasien Jamkesmas, Jamkesda, KJS Dinkes DKI Jakarta, Jampeltas,Jampersaldan jaminan perusahaan dan pasien cash.Resep yang dilayani meliputi pasien rawat inap yang tidak memiliki satelit farmasi ataupun satelit farmasi yang tidak buka 24 jam dan juga resep pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik. Resep rawat inap yang dilayani berasal dari rawat inap Bedah Anak (BCH), Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL, PKW, PKA) dan Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep pasien rawat jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa (pasien HD yang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
75
menggunakan cairan dianeal),poliklinik bedah (bedah tumor,bedah toraks, dan bedah digestif),poliklinik hematologi-onkologi (anak dan dewasa) dan poliklinik thalasemia. Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, serta pendistribusian.Perencanaan perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke Gudang Pusat dilakukan dua kali dalam satu tahun dan dilihat berdasarkan pemeriksaan pada kartu stok dan banyaknya kebutuhan perbekalan farmasi dan resep di Satelit Farmasi Pusat. Pada proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Petugas akan memesan defekta ke Gudang Pusat secara online sehari sebelum hari defekta. Selanjutnya, petugas gudang memeriksa ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Petugas Satelit Farnasi Pusat akan datang ke Gudang Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan farmasi. Setelah melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit Farmasi Pusat akan menandatangani fomulir defekta barang. Selanjutnya, petugas Satelit Farmasi akan mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang di satelit dan menyusun perbekalan farmasi di tempat yang telah disediakan. Beberapa jenis perbekalan farmasi disimpan di lemari terpisah sebagai buffer stock. Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan farmasi yang tidak terduga.Petugas tetap melakukan defekta secara online dan akan datang langsung ke gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan. Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun secara alfabetis dengan sistem First Expired First Out(FEFO) atau First In First Out (FIFO) dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan adalah 15-25oC dilakukan satu kali sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
76
antara lain oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop serta obat luar. Di Satelit Farmasi Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi : 1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2°-8°C. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga melalui pengecekan lemari pendingin sebanyak tiga kali sehari 2) Obat sitostatika, ditempeli stiker ungu untuk obat kanker 3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan ditempeli stikerHigh Alert hingga kemasan primer obat 4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus terdiri dari 2 sekatdengan kunci ganda 5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus 6) Sediaan nutrisi 7) Obat ASKES Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan alat kesehatan. PenyimpananB3dilakukandalam lemari tahan api. Selain itu, terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat antara lain pelabelan obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal kadarluasa. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan ketentuan yang berlaku yakni dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan terdapat stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Untuk obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut. Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual.Resep yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online.Resep online diperoleh dari rawat inap Bedah Anak (BCH), Unit Luka Bakar (ULB) dan Psikiatri (PKL, PKW, PKA).Resep manual diperoleh dari Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU)dan Pelayanan Jantung Terpadu
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
77
(pada shift kedua dan ketiga).Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing-masing unit kerja. Berikut jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat : Tabel 4.4Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat Jam Resep Datang ≤ 09.00
Jam Pengambilan Perbekalan Farmasi 11.00 15.00 (untuk Psikiatri dan Unit Luka Bakar)
>09.00
19.00
19.00
09.00
Resep Cito
< 15 menit
Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat dan perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi serta gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi pasien mengembalikan bon ambil ke Satelit Farmasi Pusat. Pada pasien rawat jalan diharuskan menggunakan resep dari dokter dan hanya berlaku untuk 1 hari sesuai dengan tanggal SJP (Surat Jaminan Pelayanan) yang berlaku. Apabila resep tidak sesuai dengan tanggal yang berlaku, maka resep tersebut tidak akan dilayani. Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan, akan diverifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif, farmasetik, dan kelengkapan lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien jaminan pemerintah, kuitansi untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus untuk pasien kemoterapi, dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3.Pada pasien tunai, setelah verifikasijumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT sedangkan untuk pasien jaminan, input ke dalam sistem IT tidak langsung dilakukan dan perbekalan farmasi langsung di-dispense. Setelah dimasukkan dan diberi harga pada pasien tunai, resep diberikan kepada petugas satelit lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara tunai, dapat langsung membayar kepada petugas satelit, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
78
sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit. Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat, Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Obat diberikan kepada pasien disertai pemberian informasi tentang penggunaan obat. Pendistribusian obat pada pasien rawat inap diberikan untuk pemakaian per hari, pengecualian untuk psikiatri yakni untuk pemakaian selama 3 hari (untuk obat oral) dan pemakaian per hari (untuk injeksi). Untuk pasien yang akan pulang, diberikan untuk pemakaian selama 1 minggu, pengecualian untuk pasien ASKES diberikan untuk pemakaian selama 3 hari. Pada pasien rawat jalan, jumlah obat yang diberikan sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep. Pasien hemodialisa yang menggunakan cairan dianeal, diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan, sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan dianeal, cukup diberikan obat untuk keperluan satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian. Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi Pusat. Prosedur retur obat tidak dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan. Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat yaitu perawat mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur dan menyerahkan ke satelit, petugas satelit mengecek kembali baik jenis maupun jumlah perbekalan farmasi tanpa didampingi dengan perawat dan selanjutnya petugas satelit mengembalikan perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu stok. Kendala-kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat antara lain : a. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat berasal dari banyak unit, baik resep pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan dengan rata-rata 250 lembar resep per harinya. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
79
memfokuskan pelayanan yang dilakukan hanya untuk unit-unit yang belum memiliki satelit sehingga pelayanan dapat dilakukan secara optimal. b. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat setelah diverifikasi tidak langsung diinput ke dalam sistem IT menyebabkan data respon time tidak valid. Oleh karena itu, diharapkan petugas langsung melakukan input ke dalam sistem IT setelah melakukan verifikasi agar tertib administrasi dan data respon time yang diperoleh akurat c. Resep-resep manual yang diterima di Satelit Farmasi Pusat terkadang tidak memenuhi
kelengkapan
syarat
penulisan
resep
sehingga
berpotensi
menyebabkan terjadinya medication error. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan penggunaan sistem peresepan online untuk layanan yang belum menjalankan sehingga mencegah terjadinya medication error, mempercepat pelayanan dan data administratif pasien pada resep terisi dengan lengkap. d. Petugas harus menuliskan etiket manual dengan jumlah yang sangat banyak dari setiap resep dan pengerjaanya terburu-buru sehingga beberapa etiket kurang begitu jelas dan tidak terisi dengan lengkap. Oleh karena itu, pengadaan printer etiket dapat membantu mempercepat pelayanan dan etiket dapat terbaca dan terisi dengan lengkap. e. Ada beberapa obat lepasan (tidak pada kemasan aslinya) yang tidak dicantumkan tanggal kadarluasa di etiket (untuk pemakaian obat lebih dari 3 hari). Untuk mengatasinya, perlu dilakukan sosialisasi kembali pada petugas agar sesuai dengan prosedur. f. Pada saat retur obat, Asisten apoteker tidak langsung memeriksa jumlah atau jenis obat yang telah diretur oleh perawat. Oleh karena itu, sebaiknya asisten apoteker memeriksa jumlah dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung dikonfirmasi kepada perawat tersebut. g. Terdapat selisih antara jumlah pada kartu stok dengan jumlah fisik. Untuk mengatasinya, dilakukan pengadaan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara rak-rak obat untuk mempermudah dalam perhitungan stok dan memastikan kalkulator tersebut tidak berpindah tempat dan mudah dicari.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
80
h. Pengisian kartu stok masih ada yang sampai melewati batas bawah kartu stok dan penulisannya kurang rapi. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengadaan buku stok sehingga penulisan stok lebih teratur, rapi dan tidak ditulis bertumpuk-tumpuk hingga batas bawah yang telah ada dan mensosialisasikan kepada seluruh petugas di Satelit Farmasi Pusat untuk menuliskan data di kartu stok dengan rapi sehingga mempermudah pada saat penelusuran. i. Frekuensi untuk mengambil barang atau defekta ke Gudang lebih sering dikarenakan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi lebih lanjut dan komunikasi dengan petugas Gudang tentang pemenuhan kebutuhan perbekalan farmasi. j. Penyimpanan obat termolabil di lemari pendingin masih kurang rapi dan beberapa obat LASA tercampur. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikomunikasikan kepada seluruh petugas mengenai kerapihan dalam penyimpanan dan penempatan obat-obat LASA. Penyimpanan obat termolabil sebaiknya dialasi dengan wadah terlebih dahulu. k. Briefing yang dilakukan setiap pagi tidak begitu fokus karena disertai dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh asisten apoteker. Oleh karena itu, sosialisasikan kepada seluruh petugas untuk fokus pada saat briefing sehingga informasi-informasi dapat diperoleh dengan tepat dan jelas. l. Pasien berulangkali
bertanya
kepada petugas
mengenai
kelengkapan
administrasi yang harus dilengkapi sehingga mengganggu pelayanan yang dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dibuat daftar administrasi yang harus dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan atau dinding ruang tunggu di Satelit Farmasi Pusat.
4.7 Sub Instalasi Produksi Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. Perlunya diadakan kegiatan produksi ini adalah untuk memenuhi permintaan sediaan di RSCM yang memiliki kriteria, antara lain: a.
Sediaan dengan formula khusus, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
81
b.
Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking),
c.
Sediaan yang tidak ada di pasaran,
d.
Sediaan dengan harga yang lebih murah,
e.
Produk yang harus selalu dibuat segar, dan
f.
Sediaan untuk keperluan penelitian. Sub Instalasi Produksi melayani produksi sediaan farmasi dan pelayanan
aseptic dispensing. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non-steril. Lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM, antara lainterdapatdi : a.
Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture), pencampuran obat kemoterapi, dan repackingsediaan serbuk steril.
b.
Perinatologi :melakukanpencampuran obat suntik (IVadmixture) dan TPN.
c.
Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi.
d.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat kemoterapi. Asisten apoteker (AA) yang terdapat di Sub Instalasi Produksi, terdiri dari
2 Apoteker, 21 asisten apoteker, dan 4 pekarya. Sub Instalasi Produksi dan Perinatologi beroperasi dalam 2 shiftyaitu jam 08.00–20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A lantai 8 beroperasi dalam 2 shift yaitu jam 08.00 - 19.30 WIB untuk hari senin hingga jumat sedangkan untuk hari sabtu dan minggu hanya 1 shift mulai dari jam 09.00 – 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift dari jam 08.00 – 15.30 WIB dari hari senin hingga jumat. Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya,yaitu : a.
Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat yang baru masuk sebelum digunakan pada proses produksi.
b.
Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkanalat dan kemasan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
82
c.
Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan bakudisimpan berdasarkan rute penggunaannya, yaitubahan bakuuntuk sediaan oral dan obat luar.
d.
Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.
e.
Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril dan repacking.
f.
Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas produk yang dihasilkan.
g.
Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari: 1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang ini terhindar dari efek paparan obat sitostatika. 2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar disbanding luar ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari partikel yang terdapat di luar ruangan. Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi
menghasilkan sekitar 142 jenis sediaan dengan berbagai konsentarasi dan volume yang bermacam – macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 105 item dan obat steril 8 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus, sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, handrub, alkohol 70%, dan povidone iodin. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
83
PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati dan diikuti mahasiswa, antara lain : c.
Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika pasien rawat jalan Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub
Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan formulir pelayanan pencampuran obat sitostatika dan obat kemoterapi dari pihak satelit farmasi oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika.Untuk menghindari terjadinya kesalahandispensing, formulir juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi
yang ditulis
oleh
dokter.Petugas di Depo Sitostatika melakukan skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan rekonstitusi.Apabila pasien tidak segera melakukan kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Stostatika sebagai obat titipan pasien. Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, Nomor Rekam Medik (NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa. Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat penyiapan obat secara aseptis.Sebelum dilakukan pencampuran, petugas harus menggunakan APD terlebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku untuk menjamin sterilitas produk yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas sendiri.Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup kaki.Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
84
Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang merupakan Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses pencampuran, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC denganalcohol 70% dan gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alcohol 70%. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pencampuran obat sitostatika dilakukan di ruang steril dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti. Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label obat sitostatika.Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang steril.Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box dan dikemas kedalam plastik klip per pasien.
d.
Mengamati proses aseptic dispensing Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral
berupa KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan secara online.Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisianform permintaan yang telah disediakan.
Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang akan
digunakan. Prosesdispensing dilakukan di ruang aseptic dengan tekanan udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan alcohol70%.Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian etiket pada sediaan yang telah siap.Obat yang telah siap akandiantarkan oleh pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.
e.
Mencari MSDS dari Isoflurane Pencarian MSDS isoflurane ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme
kerja, sifat fisik dan kimia, efek samping, penyimpanan, serta penanganan bila Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
85
terjadi hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dari bahan tersebut, dikarenakan ada permintaan penelitian mengenai isoflurane tersebut.
f.
QC (quality control) pada proses pembuatan handrub Proses QC dilakukan untuk mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai
dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP). Mahasiswa ikut melakukan QC pada proses pembuatan handrub sesuai dengan prosedur yang terdapat pada formulir QC. Proses pembuatan handrubyang teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. e.Repacking pembuatan sediaan povidone iodin
Proses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi kemasan yang lebih kecil dan ekonomis. f.
Pembuatan sirup omeprazole
Sirup omeprazole merupakan sediaan yang waktu kestabilan sediaannya pendek.Selain itu, sediaan sirup ini tidak tersedian dipasaran sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM.Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga. g.
Pengisian kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul CaCO3. Sebelum pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisinama obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa.Selain itu, dilakukan juga uji mutu terhadap kapsul yang diperoleh, antara lain melalui uji visual dan pengujian keseragaman bobot kapsul.
h.
Mengemas serbuk KCl Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang nantinya
akan ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan, harus Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
86
diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas. Proses pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan petugas sehingga dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.
Secara keseluruhan, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan maksimal.Meskipun demikian, masih ditemui adanya beberapa kendala, seperti kurangnya tenaga AA untuk melakukan proses produksi nonsteril sehingga beberapa proses pembuatan dibantu pelaksanaannya oleh pekarya di bawah pengawasan AA yang ada.Selain itu,AA yang ada terkadang diperbantukan juga ke lokasi aseptic dispensing lain yang sedang membutuhkan sehinggaAA yang bertugas di instalasi produksi CMU 2 semakin berkurang. Proses pengawasan mutu juga belum dapat dilakukan dengan maksimal pada semua proses produksi karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk itu. Oleh karena itu, perlu diadakan penambahan AA untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu juga mungkin perlu diadakan mesin pengisi kapsul agar dapat mempermudah proses pengerjaan kapsul, serta menghemat waktu dan tenaga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
87
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Instalasi farmasi di rumah sakit berperan sebagai bagian fungsional dari organisasi rumah sakit yang menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang komprehensif. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan manajemen yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima oleh pasien tepat dan aman.Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi internasional dari Joint Commission International.Akan tetapi, masih ditemui adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang. Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian.Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di rumah sakit selalu tersedia.Dari segi klinis, Apoteker bertugas untuk memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient safety.Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta berkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit. Pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh RSCM mengutamakan kepuasan pasien.Untuk mendukung hal tersebut, dilakukan pemantauan terhadap resep yang diberikan oleh dokter, etiket obat serta respond time sehingga dapat mengetahui serta menilai kinerja tenaga farmasi di RSCM dalam melakukan pelayanan kefarmasian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
88
5.2 Saran Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa saran yang dapat kami sampaikan: a.
Gudang Perbekalan Farmasi Pusat 1) Sebaiknya menyediakan kartu stok dalam bentuk buku dan menyediakan kalkulator untuk mempermudah perhitungan dan melakukan sampling stock setiap hari. 2) Sebaiknya membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya. 3) Untuk masalah barang kosong sebaiknya dikomunikasikan secara intensif dengan pimpinan rumah sakit. 4) Sebaiknya memperketat keamanan di gudang dengan cara penggunaan pintu dengan akses sidik jari dan bila ada pihak luar yang memang harus masuk sebaiknya didampingi oleh petugas dan petugas disosialisasikan kembali tentang pentingnya prosedur tersebut. 5) Sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan di tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan. 6) Perlu pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam pelayanan. 7) Perlu penambahan stock label kadarluarsa.
b.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) 1) Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat, setiap rak obat dan alkes ada penanggung jawab yang menghitung stok obat setiap hari dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa. 2) Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah petugas dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
89
juga lebih cepat dan informasi obat yang benar dan jelas dapat diperoleh pasien. 3) Melakukan pengecekan secara rutin untuk memastikan troli emergency masih terkunci,meningkatkan komunikasi farmasi,perawat dan dokter serta melakukan evaluasi terhadap terbukanya troli untuk disampaikan kepada kepala unit. . c.
Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) 1) Segera dilakukan perbaikan ruangan yang bocor di Gudang basement sebelum kerusakan menjadi semakin parah. 2) Sosialisasikan kepada tenaga farmasi untuk meletakkan barang seperti MSDS kembali di tempatnya setelah digunakan. 3) Mensosialisasikan kembali kepada asisten apoteker untuk selalu mengikuti briefing di pagi hari dan selama briefing ditegaskan kembali kepada para tenaga farmasi agar tetap disiplin kembali dalam melakukan pekerjaannya. 4) Komunikasikan antar tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat dan farmasis terkait dengan masalah retur obat. 5) Peningkatanketelitian dari tenaga farmasi dalam verifikasi resep sehingga jumlah obat yang diberikan secara berlebih dapat dikendalikan. 6) Penambahan telepon khusus untuk PIO dan dibuat jadwal bergilir untuk apoteker dalam menjaga ruang PIO sehingga memudahkan pelayanan dan juga bisa dengan penambahan jumlah apoteker di bagian farmasi klinik.
d.
Satelit Intensive Care Unit (ICU) 1) Penggunaan peresepan online untuk mencegah terjadinya medication error, mempercepat pelayanan dan data administratif pasien pada resep dapat terisi dengan lengkap. 2) Pengadaan printer etiket agar mempercepat pelayanan kefarmasian dan data pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas. 3) Pengaturan kembali jadwal kerja petugas agar pelayanan dapat dilakukan secara optimal. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
90
4) Penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. 5) Pengadaan pengeras suara dibutuhkan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pemanggilan keluarga pasien. 6) Penambahan wadah obat atau pemberian sekat pada wadah tersebut disertai dengan pemantauan setiap harinya agar obat sesuai dengan letak penyimpanannya. 7) Pelaksanaan prosedur retur obat sebaiknya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan. 8) Pembuatan jadwal konseling pasien pulang di ICCU.
e.
Satelit Kirana 1) Sosialisasikan
kepada
Asisten
Apoteker
secara
lisan
untuk
menginformasikan batas penyimpanan sediaan tetes mata setelah dibuka. Jika tidak bisa dilakukan, informasi dapat ditambahkan di etiket obat. 2) Melakukan evaluasi paket yang benar-benar terpakai dan meningkatkan komunikasi apoteker, perawat dan dokter. 3) Dilakukan penambahan pekarya untuk mengambil stok obat di gudang. 4) Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi untuk menghindari adanya perbekalan farmasi yang hilang. 5) Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa.
f.
Satelit Farmasi Pusat 1) Fokus pada pelayanan yang diberikan hanya untuk unit-unit yang belu memiliki satelit sehingga pelayanan dilakukan secara optimal. 2) Petugas langsung melakukan input ke dalam komputer setelah verifikasi resep agar tertib administrasi. 3) Penggunaan
sistem
peresepan
onlineuntuk
layanan
yang beum
menjalankan agar mencegah terjadinya medication error, mempercepat pelayanan dan data administratif pasien terisi dengan lengkap. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
91
4) Pengadaan printer etiket untuk membantu mempercepat pelayanan dan data pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas. 5) Komunikasikan kembali kepada petugas untuk melengkapi etiket sesuai dengan prosedur. 6) Prosedur retur obat dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh RSCM. 7) Pengadaan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara rak-rak obat untuk mempermudah dalam perhitungan stok dan memastikan kalkulator memastikan kalkulator tersebut tidak berpindah tempat dan mudah dicari. 8) Pengadaan buku stok untuk penulisan stok yang lebih rapi dan terkendali. 9) Koordinasi dan komunikasikan lebih lanjut dengan petugas Instalasi Administrasi dan Logistik tentang pemenuhan kebutuhan perbekalan farmasi. 10) Penyusunan obat-obat termolabil dengan menggunakan wadah pada lemari pendingin
danpenempatanobat-obat
LASA
sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. 11) Sosialisasikan kepada seluruh petugas untuk fokus pada saat briefing berlangsung agar informasi diperoleh dengan tepat dan jelas. 12) Membuat daftar yang berisikan data-data administrasi yang harus dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan atau ruang tunggu pasien.
g.
Sub Instalasi Produksi 1) Perlu penambahan Asisten Apoteker pada Sub Instalasi Produksi untuk melakukan proses produksi non steril dan proses pengawasan mutu. 2) Pengadaan mesin pengisi kaspul dan sirup agar mempermudah proses produksi serta menghemat waktu dan tenaga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. DepartemenKesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. DepartemenKesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta. Peraturan Pemerintah RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51
Tahun
2009
tentang
Pekerjaan
92
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Kefarmasiaan.
Universitas Indonesia
93
Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Direktur Utama
Komite Medik, Komite Etik, PPIRS, Komite Mutu
Direktur Medik dan Keperawatan
Direktur Pengembangan dan Pemasaran
Direktur Keuangan
Direktur SDM dan Pendidikan
Direktur Umum dan Operasional
Departemen
Instalasi promkes
Bagian Anggaran
Bagian Diklat
Bagian Administrasi
Instalasi Farmasi
UPJM
Bagian Perbendaharaan
Bagian SDM
Bagian Aset dan Inventaris
Bagian Hukor
Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Instalasi Pendidikan
Instalasi Medik
UPT
Bagian Akuntansi
ULP
Unit Utilitas
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
94
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Direktorat Medik dan Keperawatan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Administrasi dan Keuangan
Koordinator Produksi dan Diklitbang
Koordinator Pelayanan Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
95
Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Administrasi dan Keuangan
Penanggung Jawab Keuangan
Penanggung Jawab Akuntansi dan IT
Penanggung Jawab SDM dan Administrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
96
Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Produksi dan Diklitbang
Penanggung Jawab Produksi Sediaan Farmasi
Pelaksana Produksi Non Steril
Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Serbuk
Penanggung Jawab Aseptik Dispensing
Pelaksana Pencampuran Obat Sitostatika
Pelaksana Pencampuran Obat Suntik
Penanggung Jawab Diklitbang
Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Cair
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
97
Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi Koordinator Pelayanan Farmasi
Penanggung Jawab Perencanaan Perbekalan Farmasi
Satelit IGD
Satelit ICU
Satelit Pusat
Penanggung Jawab Pelayanan Farmasi
Satelit Kirana
Satelit Gedung A
Penanggung Jawab Satelit
Satelit Poli di URJT
Satelit Radio terapi
Penanggung Jawab Farmasi Klinis
Satelit ULB
Satelit PJT
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Satelit IBP
98
Lampiran 6. Contoh Etiket
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
99
Lampiran 7. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
100
Lampiran 8. Contoh Stiker Obat
Stiker High Alert
Stiker LASA
Stiker Obat Termolabil
Stiker Obat Sitostatika
Stiker Obat yang Mendekati Tanggal Kadarluasa
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
101
Lampiran 9. Contoh Blanko Kartu Stok
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
102
Lampiran 10. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
103
Lampiran 11.Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
104
Lampiran 12. Formulir Medication History TakingPasien
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ESTIMASI KEBUTUHAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER YANG MENDAPAT KEMOTERAPI DI POLI HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI RSCM PERIODE 16 – 30 AGUSTUS 2013
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEWI SANTY LOPA, S. Farm. 1206329493
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................................. DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
i ii iii iii
BAB 1.
PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Tujuan.........................................................................................
1 1 3
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4 2.1. Kanker. ....................................................................................... 4 2.2 Kemoterapi ................................................................................. 11 2.3 Perencanaan................................................................................ 20
BAB 3.
METODE ............................................................................................ 3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 3.2 Metode Pengkajian ..................................................................... 3.3 Tahapan Pengkajian ...................................................................
BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 27 4.1 Hasil………………………………………………………….. 27 4.2 Pembahasan ................................................................................ 30
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 33 5.1. Kesimpulan................................................................................. 33 5.2. Saran ........................................................................................... 33
25 25 25 25
DAFTAR ACUAN ................................................................................................... 34
ii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Estimasi penggunaan obat kemoterapi pasien kanker jaminan berdasarkan siklus kemoterapi pada 16–30 Agustus 2013……………………. 28 Tabel 4.2 Estimasi penggunaan obat kemoterapi pasien kanker jaminan pada bulan September 2013–Januari 2014 dan jumlah total penggunaan pada bulan Agustus 2013–Januari 2014……………………………………………………. 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data pasien serta konversi dosis obat ke jenis sediaan yang ada berdasarkan formularium RSCM……………………………………………….. 37
iii
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, rumah sakit merupakan tempat dan tumpuan masyarakat umtuk memperoleh pelayanan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. Untuk itu, rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan dengan mutu yang terbaik dan berkualitas. Logistik merupakan salah satu penunjang mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Jika manajemen logistik di rumah sakit berjalan dengan baik, maka ketersediaan bahan dan barang di rumah sakit akan terjamin dan rumah sakit dapat melayani kebutuhan pasien dengan baik, tetapi sebaliknya jika rumah sakit tidak dapat menjaga ketersediaan bahan dan barang tersebut, maka pelayanannya akan dianggap tidak memuaskan (Donald J, 1995). Persediaan logistik di rumah sakit dapat dibagi menjadi tiga yaitu persediaan farmasi, persediaan makanan dan persediaan logistik lainnya. Diantara persediaan logistik yang dimiliki rumah sakit, obat dan alat kesehatan di farmasi umumnya merupakan salah satu yang memiliki porsi terbesar dalam hal pengadaan di rumah sakit. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 70% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan persediaan farmasi (Suci, 2006). Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan jaringan baru atau neoplasma yang timbul akibat adanya pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal (America Cancer Society (ACS), 2013). Kanker dapat tumbuh di bagian tubuh manapun dengan pesat dan mengilfiltrasi jaringan sekitarnya atau bermetastasis ke organ yang jauh dari sel asal sehingga dapat mengakibatkan kematian (Desen, 2008). Kanker dapat disebabkan oleh faktor eksternal (lingkungan, tembakau, bahan kimia, radiasi) dan faktor internal (mewarisi mutasi gen, hormon, kondisi kekebalan tubuh, mutasi yang terjadi dari metabolisme). Terapi yang diberikan pada pasien kanker pada umumnya adalah pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi (ACS, 2013). 1
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Kemoterapi adalah terapi sistemik dengan memberikan obat sitostatika dengan tujuan mengeliminasi sel kanker (Smeltzer & Bare, 2007). Kemoterapi dapat diberikan secara oral maupun injeksi. Kemoterapi dapat diberikan sebelum tindakan pembedahan atau disebut dengan kemoterapi neo-adjuvan, tujuannya adalah untuk memperkecil ukuran tumor, sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah tindakan pembedahan disebut dengan kemoterapi adjuvant, dimana tujuan pemberian kemoterapi ini adalah untuk mematikan sel-sel kanker yang mengalami metastase. Kemoterapi adjuvat selalu menggunakan obat kombinasi, karena hasilnya lebih efektif apabila dibandingkan dengan obat antikanker tunggal (Brundage D, 2008). Prinsipnya, dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap pemberian kemoterapi berikutnya, selain itu efek sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi mengeluarkan biaya yang besar. Efek lainnya adalah bisa saja kanker justru berkembang dan stadium kankernya meningkat, yang tadinya stadium dua menjadi stadium empat misalnya. Bisa juga kanker akan kambuh kembali di tempat semula dia tumbuh (Katzung, 2004). Oleh karena itu, kemoterapi harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh dokter dan yang paling penting adalah tersedianya obat kemoterapi yang dibutuhkan pasien yang harus selalu ada pada saat jadwal kemoterapi pasien agar kegiatan kemoterapi tidak terhambat. Hal ini tentunya sangat didukung oleh manajemen logistik farmasi yang baik dalam pengendalian persediaan obat kemoterapi agar pasien mendapatkan pelayanan yang berkualitas, bermutu dan memuaskan kebutuhan kesehatan pasien. Hal inilah yang mendasari pembuatan tugas khusus ini untuk mengetahui dan merencanakan ketersediaan obat kemoterapi berdasarkan metode komsumsi dengan data penggunaan obat kemoterapi pasien kanker jaminan pada periode sebelumnya (siklus kemoterapi yang sudah dijalani) sehingga dapat ditentukan penggunaan obat kemoterapi pasien kanker pada periode selanjutnya (siklus kemoterapi yang akan dijalani), perencanaan obat kemoterapi yang harus diadakan adalah obat yang sangat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
3
dibutuhkan karena penggunaannya banyak
sehingga
dapat
memberikan
pelayanan yang bermutu bagi pasien khususnya pasien kanker. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah untuk : 1. Mengetahui penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan di poli hematologi dan onkologi RSCM pada periode 16–30 Agustus 2013. 2. Memprediksi jumlah penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan
di poli hematologi dan onkologi RSCM
berdasarkan siklus kemoterapi pasien yang dijalani hingga selesai siklus kemoterapi yakni Agustus 2013–Januari 2014.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker 2.1.1 Definisi Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant, 2008). Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika klon dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman, 2007). Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal. Yang pertama klonalitas yakni kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas. Autonomi yaitu Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan. Anaplasia yaitu tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi. Metastasis yakni sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn, 2000).
4
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Kanker Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat-sifat; replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%, sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi, 2008). Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn, 2000 dan Duyff, 2006). Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari pertumbuhan tidak terkendali dari sel-sel yang abnormal. Perkembangannya kompleks melalui beberapa tahap yaitu; aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan). Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut (Krinke, 2005) : a. Aktivasi Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel.. b. Inisiasi DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi. c. Promosi Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
6
d. Progresi Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain. e. Pembalikan Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat tahap pertama. 2.1.3 Kategori Kanker Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker (Corwin, 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esofagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott, 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Myeloma merupakan kanker pada sum-sum tulang dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma. Melanoma merupakan kanker kulit, terdiri dari sel-sel pigmen yang dapat menyebar dengan pesat (Tjay dan Rahardja, 2002). 2.1.4 Stadium Kanker Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin, 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
7
observasi
selama
intervensi
pembedahan,
dan
hasil
laporan
patologis
(Nasca, 2008). Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel), penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca, 2008). 2.1.5 Faktor Resiko Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke (2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu : a. Faktor hormonal Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara. b. Faktor kejiwaan Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan system kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker tertentu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
8
c. Faktor riwayat keluarga Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis, adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim pengoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin, 2001). d. Faktor perilaku individu Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku antara lain adalah merokok, dan
konsumsi makanan yang banyak mengandung
lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti ganti pasangan, dan melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi virus papiloma pada manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin. Infeksi oleh virus herpes simpleks tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan seksual dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin, 2001). e. Faktor makanan Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker. Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara, kolon, paru-paru dan prostat (Krinke, 2005). 2.1.6 Terapi Kanker Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker dengan membunuhnya ataupun membuangnya (Uripi, 2002). Walaupun saat ini cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara umum tujuan terapi kanker adalah mengurangi masa sel kanker, memperbesar Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
9
angka harapan hidup dan mengatasi gejala yang berarti serta memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi untuk pasien kanker : a. Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan pertumbuhan yang cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan biasanya yang paling terpengaruh. Gejala
yang dialami akibat kemoterapi
meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah, konstipasi, diare, kehilangan nafsu makan, mukositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh (Grant, 2008). Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetik, antidiare, agen hematopoetik dan antibiotik, serta perubahan pola makan, sangat penting dalam mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping pengobatan (Grant, 2008). b. Radiasi Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit,
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
10
stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant, 2008). c. Operasi Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi diet
berdasarkan
kemampuan
atau
ketidakmampuan
seseorang
untuk
mengkonsumsi, dan mencerna makanan. Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum atau sesudah operasi dan terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh, 2010). d. Imunoterapi Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun yakni spesifitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespons secara lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang dibuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti; antibodi berlabel fluoresen, stimulan imunitas, dan antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin, 2001).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
11
2.2 Kemoterapi Kemoterapi atau pengobatan menggunakan agen kimia merupakan salah satu dari empat metode penatalaksanaan kanker selain pembedahan, terapi radiasi, dan
terapi
biologi/imunoterapi
(Corwin,
2008).
Berdasarkan
tujuan
penggunaannya, kemoterapi dibedakan menjadi kemoterapi neoadjuvant dan kemoterapi adjuvant. Kemoterapi neoadjuvant merupakan kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan yang bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor sementara kemoterapi adjuvant merupakan kemoterapi yang diberikan setelah pembedahan yang bertujuan untuk menghilangkan sisa sel kanker serta mencegah metastasis (Brundage, 2008). Pada umumnya, agen antikanker bekerja dengan cara mengganggu salah satu dari rangkaian proses selular yaitu proses replikasi DNA, sintesis protein, dan pembelahan sel. Namun beberapa agen antikanker juga dapat bekerja sebagai hormon atau antagonis hormon, antibodi monoklonal, dan interferon. Agen antikanker dapat diberikan secara tunggal, namun akan lebih baik jika diberikan secara kombinasi antara agen antikanker yang memiliki mekanisme dan tempat kerja yang berbeda sehingga akan timbul efek sinergis/potensiasi. Selain itu, pemberian secara kombinasi dapat membantu menghindari atau memperlambat resistensi sel terhadap agen antikanker (Finkel, Clark, & Cubeddu, 2009). Pemberian agen antikanker secara kombinasi selalu dirumuskan dalam suatu protokol yang di dalamnya mengatur mengenai jenis agen antikanker dan dosis yang digunakan, cara, serta waktu pemberian. Pemberian kemoterapi sebagian besar dilakukan dengan memberikan jarak waktu antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya. Hal tersebut dilakukan agar pasien dapat pulih dari efek toksisitas kemoterapi. Tiap periode kemoterapi disebut sebagai siklus yang terdiri dari 21-28 hari (Brundage, 2008) dan dalam satu set kemoterapi sebagian besar terdiri dari 6 siklus. Penerapan pengobatan dalam siklus ini juga berkaitan dengan kemampuan agen dalam mengurangi angka sel kanker. 2.2.1 Tujuan Pemberian Kemoterapi Tujuan pemberian kemoterapi yaitu pengobatan, mengurangi masa tumor selain pembedahan atau radiasi, meningkatkan kelangsungan hidup, dan memperbaiki kualitas hidup, mengurangi komplikasi akibat metastase. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
12
2.2.2 Prinsip Kemoterapi Suatu tumor ganas dianggap sebagai sejumlah sel yang seluruhnya harus dibasmi (total cell-killed). Perpanjangan hidup pasien berbanding langsung dengan jumlah
sel yang
berhasil dibasmi dengan pengobatan/kemoterapi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan/kemoterapi yaitu (Katzung, 2004) : a. Matinya sel tumor oleh antikanker mengikuti kinetik orde pertama artinya obat tersebut membasmi sel sebanyak presentase tertentu setiap kalinya. Misalnya pada pasien kanker metastatik baru dapat dideteksi bila jumlah sel kanker kira-kira 1012. Jumlah yang dapat dibasmi diperkirakan 99,9% jadi sel kanker yang tersisa sekurang-kurangnya 108 sel. Jelas sulit mencapai pembasmian total, karena itu diperlukan pengobatan jangka panjang. Sisa sel kanker yang tidak terbasmi ini tidak dapat diatasi oleh faktor pertahanan tubuh dan dapat menyebabkan relaps. b. Adanya hubungan dosis respon yang jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dengan dosis. Di lain pihak, efek non terapi juga berbanding lurus dengan dosis. Pertimbangan untung rugi harus dilakukan secara sangat cermat. c. Diperlukan jadwal kemoterapi yang tepat. Untuk dosis total yang sama, pemberian dosis besar secara intermiten memberikan hasil yang lebih baik dan imunosupresi yang lebih ringan, dibandingkan dengan pemberian dosis kecil setiap hari. Jaringan normal memiliki kapasitas pemulihan yang lebih besar dari pada jaringan tumor. Dengan dosis besar intermiten, dapat dibasmi sejumlah sel tertentu dengan pengaruh minimal terhadap jaringan sehat. Dosis ulang diberikan segera setelah terjadi pemulihan pasien dari etek samping kemoterapi. d. Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikil dan fraksi sel kanker yang dalam pertumbuhan (yang sensitif terhadap obat) lebih besar. Selain itu kemungkinan terdapatnya klonus resisten terhadap obat (drug resistant clonus) lebih kecil; obat lebih sukar mencapai bagian dalam tumor yang besar karena buruknya vaskularisasi, dan pasien Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
13
dengan tumor yang kecil umumnya masih berada dalam kondisi umum yang baik sehingga lebih tahan terhadap efek samping kemoterapi dan sistem pertahanan tubuhnya masih baik. e. Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringan normal. Obat kanker yang ada pada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel normal maupun sel kanker. Toksisitas terhadap sel normal selalu terjadi. Tetapi kenyataan bahwa kemoterapi dapat menghasilkan pemulihan jangka panjang pada leukemia limfositik akut membuktikan bahwa penyembuhan kanker dapat dicapai dengan kemoterapi. Sel-sel yang cepat berproliferasi peka terhadap pengobatan, tetapi kira-kira 15% sel sumsum tulang berada dalam keadaan istirahat sehingga tidak peka terhadap obat. f. Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan. Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat eksponensial kemudian bersifat lambat (banyak sel berada dalam fase Go). Apabila populasi tumor dikurangi misalnya dengan radiasi atau penyinaran maka sel sisa berkembang secara eksponensial kembali dan menjadi lebih peka terhadap kemoterapi. Protokol pengobatan atas dasar tersebut telah diterapkan pada pasien. g. Beberapa sitostatik dan hormon memperlihatkan efek selektif relatif terhadap sel dengan tipe histologik tertentu. Misalnya 5- fluorourasil lebih efektif terhadap tumor gastrointestinal dari pada terhadap tumor payudara, dan bleomisin terutama efektif terhadap kanker kulit. Hormon kelamin terutama efektif terhadap tumor payudara, tumor prostal dan tumor endometrium yang fisiologik dipengaruhi hormon tersebut, demikian juga kortikosteroid terhadap tumor limfoid. h. Terapi konbinasi. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker ialah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas. Selain meningkatkan indeks terapi, kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda terjadinya resistensi terhadap obat ini. Untuk mencapai hasil yang baik terapi kombinasi harus memenuhi syarat-syarat sbb : Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
14
1. Masing-masing obat harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda. 2. Efek toksik masing-masing obat harus berbeda, sehingga dapat digunakan dengan dosis maksimum yang masih dapat diterima pasien. 3. Masing-masing obat harus diberikan pada masa siklus sel, di mana obatnya paling efektif. 2.2.3 Cara Pemberian Kemoterapi Terdapat dua cara yang mendasar dalam pemberian kemoterapi yaitu oral dan injeksi. Pemilihan cara pemberian penting untuk diperhatikan. Pemberian kemoterapi secara oral maupun injeksi bertujuan untuk mencapai konsentrasi obat yang cukup pada efek sitotoksik yang diasumsikan atau diduga penyakit metastasi tanpa menyebabkan sitotoksik yang berlebihan pada sel normal. Kemoterapi injeksi dapat diberikan secara intravena, subkutan, dan intramuskular. Pemberian kemoterapi secara oral dapat digunakan untuk agen kemoterapi yang dapat diabsorbsi baik dan non iritasi saluran pencernaan (Bruner & Suddarth, 2005). Sebelum ditentukan kemoterapi secara oral, faktor yang harus dipertimbangkan antara lain ketersediaan obat dalam bentuk oral, fungsi saluran pencernaan, adanya rasa mual, muntah dan diare, pasien sadar penuh serta kemampuan dan kemauan pasien untuk mematuhi jadwal kemoterapi. Pemberian secara oral membutuhkan pengkajian yang lengkap dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga karena resiko adanya ketidakpatuhan. Dalam pengkajian termasuk kognitif pasien dan fungsi emosional, dukungan sosial, kemampuan fisik dan kesiapan untuk mengikuti rencana kemoterapi (Sherwood, 2001). Apabila pengobatan dilakukan secara intravena dapat dipertimbangkan diantaranya; obat yang dapat menyebabkan pembengkakan, potensial mengiritasi vena, potensial segera atau tertundanya komplikasi obat, seperti anafilaksis, hipertensi atau hipotensi, dan logistik dari pengobatan khusus (Sherwood, 2001). 2.2.4 Cara Kerja Kemoterapi Untuk memahami bagaimana kemoterapi bekerja, penting untuk mengetahui tentang siklus sel normal dan sel ganas. Siklus sel adalah urutan langkah-langkah yang sel lewati dalam rangka untuk menyalin materi genetik. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
15
Siklus sel ganas dibagi menjadi empat (4) fase yakni; fase G1 (pramitosis), S (sintesis DNA), G2 (pramitosis) dan M (mitosis). Kemoterapi yang hanya bekerja pada satu fase dari siklus disebut siklus spesifik sedangkan dalam semua fase disebut siklus non spesifik (Katzung, 2004). Fase G1 adalah fase yang paling aktif dalam sintesis protein. Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan saat terjadinya replikasi DNA. Setelah fase S berakhir sel masuk dalam fase pramitosis (G2) dimana sebagian besar RNA secara aktif diproduksi, ditandai dengan ciri sel berbentuk tetraploid, mengandung DNA dua kali lebih banyak dari pada fase lain dan masih berlangsungnya sintesis RNA dan protein. Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba, dan terjadi pembelahan menjadi dua sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi atau memasuki fase istirahat (Go). Sel dalam fase Go yang masih potensial untuk berproliferasi disebut sel klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker ialah sel yang dalam
siklus proliferasi dan dalam fase Go
(Katzung, 2004). Mayoritas sel-sel tubuh berada dalam keadaan istrahat, dan hanya membelah jika dibutuhkan untuk perbaikan sel yang rusak. Sebaliknya, sel-sel kanker senantiasa membelah yang merupakan salah satu sebab mengapa sela kanker menimbulkan begitu banyak kerusakan. Obat kemoterapi bertujuan untuk memanfaatkan keadaan tersebut, dengan menyerang sel-sel kanker saat sedang membelah. Beberapa obat berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel, sedang yang lain mengganggu fungsi normal DNA, sebagai upaya menghentikan pembelahan sel. Seringkali diberikan kombinasi obat kemoterapi yang menyerang tahapan yang berbeda pada proses pembelahan sel sehingga akan meningkatkan jumlah sel yang dibunuh. 2.2.5 Regimen Kemoterapi Kanker Payudara Kanker payudara adalah suatu keganasan yang terjadi pada payudara, yang dimulai ketika sel-sel yang terdapat pada payudara membelah dan mengalami pertumbuhan yang tidak normal melalui suatu siklus tertentu (ACS, 2013). Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak terjadi pada Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
16
kaum wanita dan merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker (Rasidji, 2012). Regimen kemoterapi yang biasa digunakan untuk kanker payudara adalah sebagai berikut (Michaud B. Laura et all, 2008) : a. AC (satu siklus 21 hari, terdiri dari 4 siklus) Adriamycin 60 mg/m2 IV, hari ke 1 Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV, hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 4 siklus b. FAC Fluorouracil 500 mg/m2 IV, hari ke 1 dan ke 4 Adriamycin 50 mg/m2 IV infus kontinyu selama 72 jam Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV, hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21–28, hari untuk 6 siklus c. TAC Docetaxel 75 mg/m2 IV, hari ke 1 Adryamicin 50 mg/m2 IV bolus, hari ke 1 Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV, hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 6 siklus d. CMF Cyclophosphamide 100 mg/m2 PO, hari ke 1–14 Methotrexate 40 mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8 Fluorouracil 600 mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 28 hari, untuk 6 siklus Atau Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV, hari ke 1 Methotrexate 40 mg/m2 IV, hari ke 1 Fluorouracil 600 mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 6 siklus e. CEF Cyclophosphamide 75 mg/m2 PO, hari ke 1–14 Epirubicin 60 mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8 Fluorouracil 600 mg/m2 IV, hari ke 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 6 siklus 2.2.6 Rgimen Kemoterapi Kanker Paru Kanker paru merupakan penyakit pertumbuhan sel jaringan paru yang tak terkontrol. Pertumbuhan ini dapat bermetastasis yang
menyebar kejaringan
sekitarnya serta kejaringan paru yang bersebelahan. Sebahagian besar kanker paru Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
17
berupa karsinoma paru yang berasal dari sel epitel. Kanker paru merupakan penyebab
kematian paling banyak pada pria dan kedua pada wanita setelah
kanker payudara (Zulkifli A, 2006). Kanker paru terdiri dari 2 jenis yaitu small cell dan non small cell lung cancer. Regimen kemoterapi kanker paru yang biasa digunakan untuk terapi kanker paru small cell dan non small cell yakni sebagai berikut (Mccune S. Jeannine, & Frieze A. Deborah, 2008) : Non–small cell lung carcinoma a. Cisplatin/Paclitaxel (CP) Cisplatin 75 mg/m2 IV hari ke 1 Paclitaxel 175 mg/m2 selama 24 jam IV hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 8 siklus atau Cisplatin 80 mg/m2 IV hari ke 1 Paclitaxel 175 mg/m2 IV selama 3 jam hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari b. Gemcitabine/Cisplatin (GCq21) Gemcitabine 1200 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8 Cisplatin 80 mg/m2 IV hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 8 siklus atau Gemcitabine 1250 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8 Cisplatin 80 mg/m2 IV hari ke 1 Ulangi siklus setiap 21 hari Small cell lung carcinoma a. Etoposide/Cisplatin (EP) Cisplatin 80 mg/m2 IV hari ke 1 Etoposide 100 mg/m2 IV hari ke 1, 2 dan 3 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 8 siklus atau Cisplatin 60 mg/m2 IV hari ke 1 Etoposide 120 mg/m2 IV hari ke 1, 2 dan 3 Ulangi siklus setiap 21 hari untuk 8 siklus b. Cisplatin/Irinotecan (IP) Cisplatin 30 mg/m2 IV hari ke 1 Irinotecan 65 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 8 siklus Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
18
2.2.7 Regimen Kemoterapi Kanker Kolorektal Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang
disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon
berada di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5–7 cm di atas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran gastrointestinal dimana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat–zat yang tidak berguna. Regimen kemoterapi yang sering digunakan untuk kanker kolorektal yaitu (Medina J. Patrick, Sun Weijing, & Davis E. Lisa, 2008) : Regimen Folfox Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari ke 1 Folinic acid 200 mg/m2 IV selama 2 jam hari ke 1 and 2 Fluorouracil 400 mg/m2 IV bolus, setelah folinic acid 600 mg/m2 CIV (continuous intravenous infusion) selama 22 jam hari 1 dan 2 Ulangi siklus setiap 14 hari, untuk 6 siklus atau Oxaliplatin 85 mg/m2 IV diberikan dalam minggu ke 1, 3, dan 5 Fluorouracil 500 mg/m2 IV bolus, minggu ke 6 Folinic acid 500 mg/m2 IV, minggu ke 6 Tiap siklus selesai 8 minggu dan ulangi untuk 3 siklus
2.2.8 Regimen Kemoterapi Limfoma Limfoma adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal menjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum tulang, darah maupun organ lainnya. Terdapat dua macam kanker sistem limfatik yaitu limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma non-hodgkin (LNH). LNH adalah sekelompok penyakit keganasan yang saling berkaitan yang mengenai sistem limfatik, dan LH adalah suatu jenis keganasan system kelenjar getah bening dengan gambaran histologist yang khas. Regimen kemoterapi yang sering digunakan untuk terapi limfoma Hodgkin yaitu (Adams R. Val & Yee C. Gary, 2008) : Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
19
Regimen ABVD Adriamycin (doxorubicin) 25 mg/m2 IV hari ke 1 dan 15 Bleomycin 10 mg/m2 IV hari ke 1 dan 15 Vinblastine 6 mg/m2 IV hari ke 1 dan 15 Dacarbazine 375 mg/m2 IV hari ke 1 dan 15 Ulangi siklus setiap 14 hari, untuk 12 siklus Untuk limfoma non Hodgkin digunakan : Regimen CHOP Cyclophosphamide 750 mg/m2 IV hari ke 1 Hydroxydaunorubicin (doxorubicin) 50 mg/m2 IV hari ke 1 Oncovine (vincristine) 1,4 mg/m2 IV hari ke 1 Prednisone 100 mg/m2 PO hari ke 1–5 Ulangi siklus setiap 21 hari, untuk 8 siklus
2.2.9 Regimen Kemoterapi Kanker Nasofaring Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang sering ditemukan di daerah kepala dan leher. Terapi yang diberikan umumnya berupa radiasi (radioterapi) yang
sampai sekarang masih sebagai terapi pilihan utama
untuk penderita KNF. Radioterapi merupakan gold standard untuk KNF. Respons tumor terhadap radiasi umumnya meningkat bila dikombinasi dengan kemoterapi. Banyak macam regimen kemoterapi yang dapat digunakan untuk mengobati tumor ganas didaerah kepala leher. Beberapa sitostatika telah mendapat rekomendasi dari FDA (Amerika) untuk digunakan pada keganasan didaerah kepala dan leher termasuk karsinoma nasofaring yaitu Cisplatin, Carboplatin,
5-Fluorouracil,
Bleomycin,
Hydroxyurea,
Doxorubicin,
Cyclophosphamide, Docetaxel, dan Paclitaxel (Fisher et al, 1997). Berikut ini beberapa contoh regimen kemoterapi (cisplatin base chemotherapy) yang dapat digunakan untuk keganasan didaerah kepala leher ( Fisher et al, 1997) : a. CF
Cisplatin 100 mg/m2, IV, hari ke 1.
5-FIuorouracil 1000 mg/m2 /hari, diberikan melalui infus kontinyu sampai 96 jam.
Ulangi siklus tiap 21 hari, untuk 7 siklus. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
20
b. CbF
Carboplatin 300 mg/m2, IV, hari ke 1.
5-Fluorouracil 1000 mg/m2/hari, diberikan melalui infus kontinyu sampai 96 jam.
Ulangi siklus tiap 28 hari, untuk 7 siklus.
Paclitaxel 200 mg/m2, diberikan IV lebih dari 3 jam pada hari ke 1
Cisplatin 75 atau 100 mg/m2, diberikan IV lebih dari 1 jam pada
c. PC
hari ke 1.
Ulangi siklus tiap 21 hari, untuk 7 siklus.
2.3 Perencanaan (Dirjen Binfar, 2008 dan Siregar C, 2004) 2.3.1 Definisi Perencanaan Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. 2.3.2 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 2.3.3 Manfaat Perencanaan Manfaat perencanaan obat terpadu : a. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran. b. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan. c. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran. d. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat. e. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat. f. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
21
2.3.4
Pedoman Perencanaan Berikut ini merupakan beberapa pedoman yang digunakan dalam proses
perencanaan perbekalan farmasi: a. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku. b. Data catatan medik c. Anggaran yang tersedia d. Penetapan prioritas e. Siklus penyakit f. Sisa persediaan g. Data pemakaian periode yang lalu h. Rencana pengembangan 2.3.5
Tahapan Perencanaan Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :
2.3.5.1 Pemilihan Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi: a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis. b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal. c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi. Selain itu, sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu : a. Obat yang merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit. b. Obat yang memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah. c. Obat yang memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
22
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun bioavailabilitasnya. e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik. f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang bserupa maka pilihan diberikan kepada obat yang : 1. Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah. 2. Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan. 3. Stabilitas yang paling baik. 4. Paling mudah diperoleh. g. Harga terjangkau. h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal. Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan : 1. Kontra Indikasi 2. Peringatan dan Perhatian 3. Efek Samping 4. Stabilitas Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat, daftar alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit. 2.3.5.2 Kompilasi Penggunaan Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah :
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
23
a. Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan. b. Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan. c. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi. 2.3.5.3 Perhitungan Kebutuhan Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga yang bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan. Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode, salah satunya yaitu metode konsumsi. Metode konsumsi merupakan pilihan pertama metode dalam perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi, karena lebih mudah dan cepat dalam perhitungan. Akan tetapi kekurangan dalam metode ini yaitu kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumlah serta ketidakrasionalan dalam penggunaan. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riil konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah : 1. Pengumpulan dan pengolahan data 2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi 3. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi 4. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode konsumsi : Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
24
1. Daftar obat 2. Stok awal 3. Penerimaan 4. Pengeluaran 5. Sisa stok 6. Obat hilang atau rusak atau kadaluarsa 7. Kekosongan obat 8. Pemakaian rata-rata atau pergerakan obat per tahun 9. Waktu tunggu 10. Stok pengaman 11. Perkembangan pola kunjungan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 3 METODE PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian dilakukan pada tanggal 19-30 Agustus 2013 yang bertempat di Poli Hematologi dan Onkologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat. 3.2 Metode Pengkajian Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui gambaran perencanaan pengadaan obat-obatan khususnya obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan (askes, jamsostek, dan kjs). Selanjutnya menghitung jumlah obat yang akan digunakan berdasarkan siklus kemoterapi pasien
pada periode 16-30 Agustus 2013 dengan
menggunakan data primer yang diperoleh dari buku jadwal kemoterapi pasien kanker poli hematologi dan onkologi serta data sekunder diperoleh dari formularium RSCM. 3.3 Tahapan Pengkajian 3.3.1 Tahapan Pengumpulan Data 1. Pengambilan data primer dari buku jadwal kemoterapi pasien kanker poli hematologi dan onkologi RSCM meliputi (nama pasien, NRM, diagnosa, obat/regimen kemoterapi, dosis, durasi kemoterapi serta siklus kemoterapi yang sudah dan belum dijalani pasien terhitung tanggal 16-30 Agustus 2013. 2. Pengambilan data sekunder dari formularium RSCM untuk mengetahui jenis/varian obat kenker yang ada di pasaran, serta melakukan studi literatur dari sumber tersier maupun sekunder. 3. Melakukan analisis serta pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft Excel.
25
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
26
3.3.2 Tahapan Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menulis nama pasien, diagnosis, jenis obat/rgimen kemoterapi serta dosis yang digunakan, durasi kemoterapi, siklus kemoterapi yang sudah dan yang belum dijalani pasien dimulai pada tanggal 16-30 Agustus 2013. 2. Mengkonversi jenis obat/regimen kemoterapi serta dosis yang digunakan ke sediaan obat yang ada di pasaran dalam hal ini varian obat dengan mengacu pada formularium RSCM dan ISO (Informasi Spesialite Obat). 3. Menghitung jumlah sediaan yang telah dikonversi untuk penggunaan pada siklus kemoterapi bulan-bulan berikutnya hingga siklus kemoterapi pasien selesai yakni September-Januari 2013, berdasarkan penggunaan pada bulan Agustus 2013.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 19–30 Agustus 2013 di Poli Hematologi dan Onkologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Pada uraian bab sebelumnya, telah dijelaskan metode dalam pengkajian ini, dimana proses pengumpulan data diambil dari data primer dan data sekunder. Data yang diambil merupakan data penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan (askes, jamsostek maupun kjs) meliputi diagnosa, regimen kemoterapi serta dosis yang digunakan, durasi kemoterapi, siklus kemoterapi yang sudah dan yang belum dijalani berdasarkan data pasien yang telah menjalani siklus kemoterapi pada periode 16–30 Agustus 2013, sehingga dari data tersebut dapat ditentukan penggunaan obat untuk siklus kemoterapi pada bulan–bulan berikutnya. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 37 pasien kanker dengan diagnosa kanker yang berbeda–beda yakni sebanyak 15 pasien menderita kanker nasofaring dengan menggunakan regimen kemoterapi cisplatin–5fu , dan dosis tunggal cisplatin, carboplatin, serta dosetaxel. Kemudian terdapat
9 pasien
menderita kanker limfoma non Hodgkin (LNH) dengan regimen kemoterapi CHOP dan dosis tunggal rituximab. Selanjutnya terdapat 3 pasien menderita kanker payudara dengan regimen kemoterapi gemcitabin–vinorelbin dan dosis tunggal herceptin. Selanjutnya terdapat 2 pasien menderita kanker limfoma Hodgkin dengan regimen kemoterapi ABVD. Selanjutnya terdapat pasien kanker paru, kolon, kandung kemih, laring, langerhans, sinonasal dan multiple mialoma masing–masing terdiri dari 1 pasien. Regimen kemoterapi dan dosis yang digunakan berbeda–beda tergantung pada kondisi pasien dan jenis kankernya masing–masing. Berdasarkan siklus kemoterapi yang harus dijalani pasien, ada yang terdiri dari 6,7,8, dan 12 siklus kemoterapi. Durasi kemoterapi antara satu siklus dengan siklus berikutnyapun berbeda-beda, ada yang 14 hari, 21 hari, dan 28 hari, semuanya itu tergantung pada kondisi pasien dan jenis kanker serta
27
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
28
obat/regimen kemoterapi yang digunakan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel. Regimen kemoterapi/obat serta dosis yang digunakan pasien pada siklus kemoterapi 16–30 Agustus 2013, kemudian dilakukan konversi atau penyesuaian jenis/varian sediaan yang ada di pasaran dengan mengacu pada formularium RSCM dan ISO. Setelah dikonversi, dilakukan perhitungan untuk mengetahui penggunaan keseluruhan pada pasien yang menjalani siklus kemoterapi terhitung 16–30 Agustus 2013. Hasil pengolahan data yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Estimasi penggunaan obat kemoterapi pasien kanker jaminan berdasarkan siklus kemoterapi pada 16–30 Agustus 2013 No
Nama Obat
Dosis (mg)
Sediaan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
5-FU Bleomycin Carboplatin Carboplatin Cisplatin Cisplatin Cyclophosphamid Cyclophosphamid Ciclo Dacarbazin Dacarbazin Docetaxel Docetaxel Doxorubicin Doxorubicin Etoposide Gemcitabin Gemcitabin Herceptin Oksaliplatin Paclitaxel Paclitaxel Rituximab
500 15 150 450 10 50 1000 200 500 200 600 20 80 10 50 100 1000 200 440 100 260 30 500
Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial
Penggunaan Agustus 2013 8 3 3 2 19 18 7 7 4 1 2 1 1 26 9 2 3 3 2 1 1 1 1 Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
29
24. Vinblastin 25. Vincristin 26. Vinorelbin 27. Xeloda Jumlah Total
10 2 50 500
Vial Vial Vial Tablet Vial Tablet
4 9 1 28 139 28
Setelah dilakukan konversi, perhitungan dan diketahui penggunaan obat kemoterapi pasien kanker pada 16–30 Agustus 2013, selanjutnya dihitung penggunaan obat/regimen kemoterapi untuk tiap siklus pada bulan–bulan berikutnya,
hingga
proses
siklus
kemoterapi
pasien
selesai
yakni
September 2013–Januari 2014. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Estimasi penggunaan obat kemoterapi pasien kanker jaminan pada bulan September 2013–Januari 2014 dan jumlah total penggunaan pada bulan Agustus 2013–Januari 2014 No
Nama Obat
Dosis (mg)
Sediaan Sep 2013
Okt 2013
Nov 2013
Des 2013
Jan 2014
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
5-FU Bleomycin Carboplatin Carboplatin Cisplatin Cisplatin Cyclophos Cyclophos Cyclophos Dacarbazin Dacarbazin Docetaxel Docetaxel Doxorubicin Doxorubicin Etoposide Gemcitabin Gemcitabin
500 15 150 450 10 50 1000 200 500 200 600 20 80 10 50 100 1000 200
Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial
8 2 3 2 30 25 11 10 8 0 2 1 1 35 13 2 3 3
16 1 4 2 16 21 8 5 4 0 1 2 2 19 7 4 4 6
3 0 1 0 3 4 6 3 2 0 0 1 1 12 6 2 1 3
3 0 1 0 3 2 9 3 2 0 0 1 1 15 9 0 1 3
8 4 3 2 19 18 8 8 4 2 2 1 1 28 11 2 3 3
Total Agus 2013–Jan 2014 46 10 15 8 90 88 49 36 24 3 7 7 7 135 55 12 15 21
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
30
19. Herceptin 20. Oksaliplatin 21. Paclitaxel 22. Paclitaxel 23. Rituximab 24. Vinblastin 25. Vincristin 26. Vinorelbin 27. Xeloda Jumlah Total
440 100 260 30 500 10 2 50 500
Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Vial Tablet Vial Tablet
2 2 1 1 1 6 10 1 48 151 48
3 1 1 1 1 2 15 1 28 184 28
3 1 0 0 2 1 8 1 28 138 28
2 1 0 0 1 0 6 0 28 58 28
0 0 0 0 1 0 9 0 0 63 0
12 6 3 3 7 13 57 4 160 733 160
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengolahan data seluruh pasien kanker yang berkaitan dengan penggunaan obat kemoterapi untuk tiap bulan sesuai dengan siklus kemoterapinya, dengan dosis yang digunakan dikonversi ke sediaan yang ada di pasaran maka diperoleh 27 item obat kanker, yang terdiri dari 26 item sediaan injeksi dan 1 item sediaan tablet untuk penggunaan kemoterapi pasien kanker pada bulan Agustus 2013–Januari 2014 dengan perolehan jumlah total sediaan injeksi 733 vial dan sediaan tablet 160 tablet. Adapun kendala yang terjadi dalam proses pengambilan data yaitu waktu yang sangat singkat menyebabkan hanya 37 pasien yang didata, tidak semua pasien kanker di poli hematologi onkologi RSCM terdata dengan baik secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh diatas hanya untuk kebutuhan penggunaan obat kemoterapi untuk 37 pasien kanker tersebut yang mendapat kemoterapi pada tanggal 16–30 Agustus 2013. 4.2 Pembahasan Perencanaan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di rumah sakit, sebab perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekosongan
yang akan
mempengaruhi pelayanan serta kenyamanan pasien di rumah sakit dalam hal ini khususnya pasien kanker yang harus mendapat pengobatan kemoterapi sesuai Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
31
jadwal kemoterapinya tidak boleh ditunda-tunda karena akan memperngaruhi perkembangan penyakitnya. Obat kemoterapi termasuk jenis obat yang memakan anggaran besar karena penggunaanya banyak serta harganya mahal. Sering terjadinya kekosongan obat kemoterapi dapat disebabkan perencanaan yang tidak tepat terhadap kebutuhan dan pengelolaan obat di rumah sakit. Dengan menggunakan metode konsumsi berdasarkan pemakaian periode sebelumnya dalam hal ini berdasarkan data pemakaian obat kemoterapi pasien kanker dengan siklus kemoterapi yang telah dijalani pasien, dapat membantu rumah sakit dalam merencanakan
pemakaian
obat
kemoterapi
pasien
kanker
dengan
mempertimbangkan jumlah pemakaian dari beberapa item obat, pengadaan obat dengan prioritas sesuai jadwal siklus kemoterapi pasien yang bertujuan untuk efisiensi penggunaan dana dan efektivitas efek terapi obat terhadap pasien. Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah “siklus kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4 minggu sekali, namun ada juga yang setiap minggu. Obat diberikan selama beberapa hari dan diselingi dengan istirahat beberapa minggu, untuk memberikan kesempatan bagi jaringan normal untuk tumbuh kembali. Sudah ditentukan untuk setiap jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan berapa interval waktu antar siklusnya. Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masing–masing kanker, ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dan sebagainya. Setiap jenis kanker sudah memiliki pedoman obat kemoterapi mana yang harus diberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara Internasional. Jumlah pemberian ini tidak boleh ditawar–tawar, misalkan hanya diberikan satu atau dua kali saja lalu berhenti. Prinsipnya, dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau resisten terhadap pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi mengeluarkan biaya yang besar. Efek lainnya adalah bisa saja kanker justru berkembang dan stadium kankernya meningkat, yang tadinya stadium dua
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
32
menjadi stadium empat misalnya. Bisa juga kanker akan kambuh kembali di tempat semula dia tumbuh. Mengingat
pemberian
kemoterapi
ini
sangatlah
bervariasi,
efek
sampingnya juga banyak dan berat, serta mengeluarkan biaya yang tidak sedkit karena seperti yang kita ketahui harga obat kanker sangat mahal, maka pemberian kemoterapi harus sesuai dengan aturan dan jadwal yang telah ditentukan oleh dokter. Untuk itu, sangat diperlukan manajemen perencanaan/pengendalian persediaan obat kanker yang baik di rumah sakit agar dapat memenuhi kebutuhan kegiatan kemoterapi pasien kanker, sehingga jadwal kemoterapi pasien tidak terhambat yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakitnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, agar pasien mendapatkan pelayanan dengan mutu terbaik dan berkualitas. Salah satu cara untuk dapat mengetahui kebutuhan obat kemoterapi pasien kanker yaitu dari siklus kemoterapi yang diterimanya misalnya 6, 9 atau 12 siklus. Siklus kemoterapi yang diterima berbeda untuk setiap pasien dan jenis kankernya. Hal ini dapat dilakukan apabila ketersediaan obat kemoterapi di rumah sakit sangat terbatas bahkan terjadi kekosongan obat serta dana dari rumah sakit tidak cukup untuk mengadakan atau membeli obat kemoterapi bagi seluruh pasien kanker secara langsung dan sekaligus karena keterbatasan dana yang ada, sehingga dapat dilakukan berdasarkan siklus kemoterapi pasien dan jadwal pemberian kemoterapi pasien, dengan cara pembelian obat kemoterapi dapat dicicil atau dibeli perbulan disesuaikan dengan dana yang ada serta jadwal kemoterapi pasien
dan
didahulukan untuk pasien yang jadwal kemoterapinya sudah dekat, sehingga kegiatan kemoterapi pasien kanker tidak terhambat.
.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Bardasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, dapat disimpulkan : 1. Penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan di poli hematologi dan onkologi RSCM periode 16–30 Agustus 2013 yakni terdapat 27 item obat kemoterapi secara keseluruhan. Dalam bentuk sediaan injeksi sebanyak 26 item dengan jumlah total penggunaan 139 vial dan 1 item sediaan tablet dengan jumlah total penggunaan 28 tablet. 2. Penggunaan obat kemoterapi pasien kanker yang mendapat pelayanan jaminan di poli hematologi dan onkologi RSCM berdasarkan siklus kemoterapi yang dijalani hingga selesai yakni pada bulan Agustus 2013–Januari 2014 adalah sebanyak 27 item obat kemoterapi, dalam bentuk sediaan injeksi sebanyak 26 item dengan jumlah total penggunaan 733 vial dan 1 item sediaan tablet dengan jumlah total penggunaan 160 tablet.
5.2 Saran 1. Perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit harus lebih tepat dan lebih baik lagi agar kekosongan obat tidak terjadi, khususnya obat kemoterapi untuk pasien kanker. 2. Data penggunaan obat kemoterapi pasien serta siklus kemoterapinya perlu dibuat
secara lengkap dan jelas agar mempermudah dalam perencanaan
kebutuhan obat. 3. Pencatatan jadwal kemoterapi pasien sebaiknya ditulis secara lengkap mengenai data pasien, diagnosa, regimen kemoterapi yang digunakan, dosis, siklus kemoterapi yang sudah maupun belum dijalani, dan durasi kemoterapi, serta terdokumentasi dengan baik..
33
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Adams R. Val & Yee C. Gary. (2008). Lymphoma. Dalam J. T. DiPiro, R. L. Talbert, & G. C. Yee (Penyunt.), Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach (7th ed., hal. 2219). New York: McGraw-Hill. American Cancer Society. (2013). Cancer Facts and Figure. Atlanta .Ga. American Cancer Society. Diunduh dari http: //www.cancer.org. Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. (Penerjemah : Asih, Julia, Karyasa, Kuncara, Waluyo). Jakarta : ECG Brundage, D. (2008). Cancer Chemotherapy and Treatment. Dalam M. A. Chisholm Burns (Penyunt.), Pharmacotherapy Principles & Practice. New York: McGraw-Hills. Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Kedokteran EGC. Corwin, E. J. (2008). Handbook of Pathophysiology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Damayanthi, Evy. (2008). Gizi dan Kanker dalam Indonesia Journal of Cancer (2008) vol 2 No 3. Jakarta: National Cancer Center. RSK Dharmais. Desen, W. (2008). Buku Ajar Onkology Klinis (ed 2). Jakarta: FK-UI. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Donald J. Bowerox, Manajemen Logistik terjemahan Drs. A. Hasyimi Ali. Jakarta: Bumi Aksara 1995. Hal. 13. Duyff, Roberta L. (2006). Complete Food and Nutrition Guide. USA: American Dietetic Association. Escott, Sylvia. (2008). Nutrition and Diagnosis-Related Care. USA: Saunder Company. Finkel, R., Clark, M. A., & Cubeddu, L. X. (Penyunt.). (2009). Lippincott's Illustrated Reviews: Pharmacology (4th ed.). Lipincott Williams & WIlkins. Fisher D, Knobf TM, Durivage HJ, (1997). Head and neck squamous cell carcinoma. Dalam : The cancer chemotherapy handbook. Fifth Ed St Louis Baltimore Boston: Mosby, 344-347. 34
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
35
Grant, Barbara. (2008). Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention,Treatment, and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Stump SE, editor. krause’s Food, Nutrition,& Diet Therapy. USA: Saunders Elsevier. Katzung BG.(2004). Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi.8. Jakarta: Salemba Medika, hal.297-332. Krinke UB. (2005). Nutrition Through The Life Cycle. USA : Thomson & Wadsworth. Mccune S. Jeannine, & Frieze A. Deborah. (2008). Lung Cancer. Dalam J. T. DiPiro, R. L. Talbert, & G. C. Yee (Penyunt.), Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach (7th ed., hal. 2157). New York: McGraw-Hill. Medelsohn, J. (2000). Prinsip Neoplasma. Di dalam: Horrison Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Jakarta : Kedokteran EGC. Medina J. Patrick, Sun Weijing, & Davis E. Lisa. (2008). Colorectal Cancer. Dalam J. T. DiPiro, R. L. Talbert, & G. C. Yee (Penyunt.), Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach (7th ed., hal. 2175). New York: McGraw-Hill. Michaud Boehnke Laura, Esperito L. Janet & J. Fransisco (2008). Breast Cancer. Dalam J. T. DiPiro, R. L. Talbert, & G. C. Yee (Penyunt.), Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach (7th ed., hal. 2121). New York: McGraw-Hill. Nasca, Philip C. (2008). Fundamentals Of Cancer Epidemiology. Canada : Jones and Bartlett Publishers. Peckenpaugh, Nancy J. (2010). Nutrition Essentials And Diet Therapy. USA : Saunders Elsevier. Rasidji, Imam. (2010). Epidemiologi kanker pada wanita. Jakarta: Sagung Seto. Siregar, C. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktersn EGC. Sherwood & Lauralee (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2007). Burnner & suddarth’s textbook of medical – surgical nursing (Vols. 3). Philadelphia: Lippincott-Reven Publisher. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
36
Suci Suciati, Wiku B. B. Adisasmito. Analisis Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 09 Maret 2006. Hal. 19. Tjay, T. H dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan Kedua. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo-Kelompok Gramedia. Uripi Vera. (2002). Menu Untuk Penderita Kanker. Jakarta : Puspa Swara. Wiseman M. (2007). Essential of Human Nutrition. New York : Oxford University Press. Zulkifli Amin. (2006). Kanker Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Hal 1005-1011.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
37
Lampiran 1. Data pasien serta konversi dosis obat ke jenis sediaan yang ada berdasarkan formularium RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
38
Lampiran 1 (Lanjutan). Data pasien serta konversi dosis obat ke jenis sediaan yang ada berdasarkan formularium RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
39
Lampiran 1 (Lanjutan). Data pasien serta konversi dosis obat ke jenis sediaan yang ada berdasarkan formularium RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014
40
Lampiran 1 (Lanjutan). Data pasien serta konversi dosis obat ke jenis sediaan yang ada berdasarkan formularium RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Dewi Santy, FFar UI, 2014