UNIVERSITAS INDONESIA
DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI DI MUSEUM NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana humaniora
FENNY MEGA VANANI 0706279326
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK DESEMBER 2011
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, 2 Desember 2011
Fenny Mega Vanani
ii
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Fenny Mega Vanani
NPM
: 0706279326
Tanda Tangan: Tanggal
: 2 Desember 2011
iii
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi yang diajukan oleh Nama
: Fenny Mega Vanani
NPM
: 0706279326
Program Studi
: Arkeologi
Judul
: Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional
ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi Penguji
: Dr. Kresno Yulianto
Penguji
: Dr. Ali Akbar
Ditetapkan di Tanggal oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Dr. Bambang Wibawarta ~IP.
196510231990031002) iv Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Saya menyadari dalam proses penulisan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga pada penyusunan skripsi ini. Tanpa bantuan dan bimbingan tersebut sangat sulit bagi saya menghadapi kendala-kendala yang merintang datang silih berganti. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan materil dan moril. Skripsi ini saya dedikasikan untuk Mama dan Papa yang tidak pernah lelah mendoakan dan menyemangati saya, serta tidak pernah meninggalkan saya saat berada dalam kesulitan; 2. Dr. Kresno Yulianto, selaku Ketua Departemen Arkeologi FIB UI yang banyak memberikan pinjaman buku-buku dan masukkan demi kelancaran penelitian saya; 3. Dr. Ninie Susanti, selaku Koordinator Program Studi S1 Arkeologi yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan; 4. Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi, selaku pembimbing skripsi saya yang dengan kesabarannya meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya; 5. Prof. Dr. Agus Aris Munandar, selaku pembimbing akademis selama ±4 tahun masa perkuliahan, dan semua pihak pengajar: Dr. Ali Akbar, Dr. R. Cecep Eka Permana, Ingrid Harriet E. P, M.Si., Dr. Heriyanti Ongkodharma Untoro, Dr. Irmawati Johan, Karina Arifin, Ph.D., Agi Ginanjar, M.Si., Dian Sulistyowati, M.Hum., Ajeng Ayu Arainikasih, M.Arts., dan semua nama
v
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kesabaran dan semua ilmu yang telah diberikan kepada saya semasa kuliah; 6. Ibu Ekowati Sundari, M.Hum., selaku Kepala Bidang Koleksi Museum Nasional yang tanpa bantuannya saya pasti tidak bisa melanjutkan penelitian saya; 7. Bapak Trigangga, S.S., selaku Kepala Bidang Registrasi Museum Nasional; Mas Gunawan, M.Hum, selaku staf Bidang Registrasi Museum Nasional yang pertolongannya tidak terkira untuk mendapatkan data-data penelitian dan semua pihak lainnya dari Museum Nasional saya ucapakan terima kasih; 8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, SEMUANYA, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan, terlebih atas penerimaan dan pengertiaannya pada saya secara pribadi. Selalu berjuang dan tetap menjadi diri kita sendiri! Akan sangat merindukan kalian; 9. Listya Desti Utami dan Huda Hafida, S.IKom., kalian pelengkap yang Tuhan berikan sejak 10 tahun yang lalu. Terima kasih, kita akan terus bersama selamanya; 10. Eka Vandesmar Prasetya Utama, S.T., mentor dan sahabat, untuk semua suka dan duka, untuk semua kebersamaan dan pengorbanan, terima kasih. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Tangerang, 2 Desember 2011 Fenny Mega Vanani
vi
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Fenny Mega Vanani
NPM
: 0706279326
Program Studi : Arkeologi Departemen
: Arkeologi
Fakultas
: Ilmu Pengetahuan Budaya
Jenis karya
: Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Tangerang, 2 Desember 2011 Yang menyatakan,
(Fenny Mega Vanani) vii
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
ABSTRAK
Nama : Fenny Mega Vanani Program Studi : Arkeologi Judul : Dokumentasi Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional
Skripsi ini merupakan penelitian mengenai sistem dokumentasi pada koleksi arkeologi di Museum Nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan sistem dokumentasi yang telah dilakukan oleh Museum Nasional dalam memenuhi salah satu perannya sebagai lembaga yang berorientasi pada pengembangan edukasi masyarakat. Penelitian mengacu pada pengelolaan koleksi (management collection) berdasarkan prinsip dokumentasi dalam arkeologi. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa perbaikkan dokumentasi koleksi arkeologi perlu dilakukan dalam rangka memenuhi prinsip dokumentasi dalam arkeologi secara optimal dan memberikan starting point yang informatif sebagai bekal dalam melakukan penelitian koleksi lebih lanjut. Kata kunci: Dokumentasi koleksi, management collection, dokumentasi dalam arkeologi
viii Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
ABSTRACT
Name : Fenny Mega Vanani Study Program : Archaeology Title : Documentation of Archaeology Collection in National Museum of Indonesia
This graduate thesis is a study about documentation system of archaeology collection conducted in the National Museum of Indonesia. The purpose of this study is to examine the application of documentation system which has done by National Museum in order to meets one of its basic role as an institution concerned in public education development. The study referred to management collection in the term of documentation in archaeology. This research is qualitative method with descriptive explanation. The result of this study suggests that the development documentation of archaeology collection is needed in order to optimally apply documentation principal in archaeology and provide an informative provision as a starting point for further collection research. Key words: Documentation of collection, management collection, documentation in archaeology
ix Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ………………………. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………… LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… KATA PENGANTAR……………………………………………………… LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………… ABSTRAK………………………………………………………………….. ABSTRACT……………………………………………………………….... DAFTAR ISI………………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. DAFTAR FOTO……………………………………………………………. DAFTAR TABEL…………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
i ii iii iv v vii viii ix x xii xiii xiv xv
1. PENDAHULUAN……………………………………………………. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1.2 Perumusan Masalah……………………………………………..... 1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………. 1.4 Metode Penelitian…………………………………………………. 1.4.1 Pengumpulan Data……………………………………....... 1.4.2 Pengolahan Data……………………………………........... 1.4.3 Sintesis dan Penyimpulan………………………………..... 1.5 Sistematika Penulisan………………………………………...........
1 1 6 7 8 8 9 10 11
2. DOKUMENTASI DALAM ARKEOLOGI……….………………….. 2.1 Hakikat Data Arkeologi….………………………………………….. 2.2 Dimensi Arkeologi……….………………………………………….. 2.3 Manfaat Dokumentasi……………………………………………...... 2.3.1 Dokumentasi Untuk Preservsi.………………………………. 2.3.2 Dokumentasi Untuk Penelitian..……………………………... 2.3.3 Dokumentasi Untuk Komunikasi…………………………….
13 13 19 22 25 26 27
3. KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL…………………… 3.1 Keberadaan Koleksi Arkeologi………………………………………. 3.2 Keberagaman Koleksi Arkeologi Di Museum Nasional…………….. 3.2.1 Arca………………………………...………………………… 3.2.2 Prasasti……………………………………………………….. 3.2.3 Alat Upacara…………………………………………………. 3.2.4 Perhiasan…………………………………………………….. 3.2.5 Alat Rumah Tangga………………………………………….
29 29 30 33 38 39 40 42
x Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Bagian Bangunan……………………………………………...
42
4. DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI……………………..…… 4.1 Sistem Dokumentasi………………………………………………….. 4.2 Penerapan Sistem Dokumentasi……………………………………… 4.3 Hasil Dokumentasi…………………………………………………… 4.3.1 Dokumentasi Manual……………………………………..….. 4.3.2 Dokumentasi Digital……………………………………..…... 4.4 Tinjauan……………………………………………………………….
46 46 50 51 56 74 79
5. PENUTUP…………………………………………………………........... 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 5.2 Saran…………………………………………………………………..
87 87 90
DAFTAR REFERENSI……………………………………………………..
91
3.2.6
xi Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Perhitungan Atribut Bentuk ………...................................... 20
Gambar 2.2
Tahap Penelitian Arkeologi………...……………………… 22
Gambar 2.3
Fungsi Dasar Museum……………..…………...………….. 24
Gambar 2.4
Hakikat Data Arkeologi……………………….…………… 26
Gambar 3.1
Pembagian Bidang Koleksi………………………………… 31
Gambar 3.2
Pengelompokkan Koleksi………………………………….. 32
Gambar 4.1
Alur Penanganan Koleksi………………………………….. 51
Gambar 4.2
Database Koleksi………………………………………….. 53
Gambar 4.3
Kelompok Koleksi Berdasarkan Jenis……………………... 75
Gambar 4.4
Kelompok Koleksi Berdasarkan Bahan……………………. 76
Gambar 4.5
Diagram Persentase Dokumentasi Koleksi………………… 80
Gambar 4.6
Perbandingan Koleksi Dan Dokumentasi………………….. 81
xii Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
DAFTAR FOTO
Foto 3.1
Arca Parvati……………………………………………….. 34
Foto 3.2
Arca Bhrkuti………………………………………………. 35
Foto 3.3
Arca Harihara……………………………………………… 36
Foto 3.4
Arca Nandi…………………………………………. ……... 37
Foto 3.5
Arca Manusia………………………………………………. 37
Foto 3.6
Prasasti Nomor Inventaris D175………………………….. 38
Foto 3.7
Alat Upacara: Mangkuk…………………………………… 40
Foto 3.8
Perhiasan: Hiasan Ikat Pinggang…………………………. 41
Foto 3.9
Bagian Bangunan: Relief Nomor Inventaris 433………….. 43
Foto 3.10
Bagian Bangunan: Relief Kancil Nomor Inventaris 422….. 44
Foto 3.11
Bagian Bangunan: Makara………………………………… 45
Foto 4.1
Lembar Inventaris Koleksi Halaman 1…………………….. 54
Foto 4.2
Lembar Inventaris Koleksi Halaman 2…………………….. 55
Foto 4.3
Informasi Pada Lembar Inventaris Koleksi……………….. 58
xiii Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kelompok Koleksi Arca…………………………………… 36
Tabel 3.2
Kelompok Koleksi Prasasti………………………………… 39
Tabel 3.3
Kelompok Koleksi Alat Upacara…………………………... 39
Tabel 3.4
Kelompok Koleksi Perhiasan……………………………….41
Tabel 3.5
Kelompok Koleksi Alat Rumah Tangga…………………… 42
Tabel 3.6
Kelompok Koleksi Bagian Bangunan……………………... 44
Tabel 4.1
Tingkat Informasi Terisi…………………………………… 61
Tabel 4.2
Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi…………….. 62
Tabel 4.3
Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi (Setelah Eleminasi)………………………………………… 68
Tabel 4.4
Kelompok Koleksi Tanah Liat……………………………... 77
Tabel 4.5
Kelompok Koleksi Batu…………………………….………77
Tabel 4.6
Kelompok Koleksi Logam…………………......................... 78
xiv Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Informasi Terisi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo)
Lampiran 2
Tabel Persentase Tingkat Informasi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo)
xv Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dokumentasi secara umum berasal dari kata document (Inggris) dan documentum (Latin) yang berarti informasi atau data yang terekam atau dimuat dalam suatu media yang digunakan untuk belajar, kesaksian, penelitian dan lainlain. Dokumentasi juga berarti mengumpulkan semua keterangan baik yang berupa tulisan, foto, gambar, rekaman video, sketsa, peta atau karya-karya monumental lain untuk kemudian disimpan dan digunakan bila diperlukan.1 Masih secara umum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokumentasi berarti pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan, pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (gambar, kutipan, guntingan koran dan bahan referensi lain). Dokumentasi juga memiliki fungsi sebagai suatu usaha untuk mengawetkan informasi-informasi agar dapat dipergunakan lagi di masa mendatang sebagai bahan untuk belajar, penyelidikan atau penelitian. Dokumentasi (dokumen) dalam ilmu sejarah memiliki dua pengertian sebagaimana yang dikutip dalam Buku Understanding History: A Primer Historical Method, Louis Gottschalk menjabarkan pengertian pertama yang berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah yang merupakan kebalikan dari informasi lisan, artefak dan peninggalan arkeologi lainnya. Pengertian kedua dari dokumentasi (dokumen) adalah dikaitkan dengan surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi dan lain-lainnya. Gottschalk menambahkan secara lebih luas adalah berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik bersifat tulisan, lisan, ataupun gambar (Gottschalk, 1986).
1
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Halaman 338. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
2
Dalam
ilmu
kebudayaan,
dokumentasi
merupakan
usaha
untuk
merekonstruksi proses kebudayaan yang terwakili oleh suatu benda budaya. Konsep
kebudayaan
inilah
yang
perlu
untuk
dilestarikan.
Menurut
Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan tindakan manusia yang kemudian menghasilkan suatu karya dalam kehidupan manusia dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2001: 72). Manusia memiliki gagasan dan dengan bertindak manusia dapat menghasilkan karya. Karya manusia tersebut merupakan benda budaya (material culture). Dokumentasi penting dilakukan pada benda-benda budaya yang dihasilkan oleh manusia sebagai upaya untuk merekonstruksi konsep kebudayaan yang terwakili oleh suatu benda budaya. Konsep kebudayaan tersebut perlu untuk dilestarikan. Arkeologi yang merupakan disiplin ilmu yang mempelajari mengenai kebudayaan manusia masa lampau melalui peninggalannya juga menekankan pentingnya dokumentasi. Dokumentasi dalam arkeologi berarti merekam data arkeologi dalam dimensi bentuk, ruang dan waktu, serta merekam hubungan fungsional antara benda dengan hubungan temporalnya. Dokumentasi tersebut dilakukan pada data arkeologi berupa benda-benda hasil modifikasi manusia yang pada hakikatnya terbatas karena sebagian besar terkubur di tanah dan ditemukan dalam keadaan tidak utuh. Keberadaan benda yang terkubur tersebut mengharuskan para arkeolog untuk melakukan ekskavasi yang terbatas secara ruang dan waktu. Dokumentasi dilakukan dengan merekam konteks benda tersebut saat ditemukan dengan melakukan perkaman verbal maupun piktorial. Dokumentasi dalam arkeologi juga bermanfaat untuk memahami terjadinya proses formasi pada benda, seperti terjadinya proses tingkah laku dan proses transformasi (Sharer dan Ashmore, 2003: 127−128). Dalam arkeologi, data arkeologi tersebut sebagian besar merupakan bendabenda budaya yang tidak utuh dan berada di bawah tanah. Keberadaan benda yang di bawah tanah tersebut mengharuskan para arkeolog untuk melakukan ekskavasi yang tidak dapat diulang, sehingga dokumentasi perlu dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
3
perkaman verbal dan piktorial. Dengan demikian, dokumentasi merupakan tahap penting dalam proses pengumpulan data. Dokumentasi dalam penelitian ini terkait dengan dokumentasi dalam museum, yaitu dokumentasi benda-benda budaya yang ada di museum. Dokumentasi dalam museum berarti meregistrasi dan mengkatalogisasi setiap benda yang masuk ke museum. Tujuannya adalah untuk memastikan benda tersebut merupakan milik museum dan memudahkan pegawai museum untuk dapat menanganinya secara efektif dan efisien serta memudahkan dalam mengidentifikasi benda-benda bila ada kemungkinan terburuk terjadi pada benda yang merupakan koleksi museum tersebut (Burcaw, 1997). Dalam Buku Collection Management (1995), disebutkan hal yang sama mengenai pentingnya melakukan dokumentasi koleksi bahwa dokumentasi dilakukan untuk dapat memudahkan pegawai museum menemukan lokasi penyimpanan koleksi dan memudahkan pengunjung ataupun peneliti mendapatkan informasi terkait dengan koleksi tersebut. Koleksi harus didokumentasikan sesuai dengan ketentuan tertentu sehingga museum dapat menghitung, melokasikan dan menyediakan informasi mengenainya. Informasi tersebut kemudian dapat diakses melalui pameran umum atau pelayanan informasi (Fahy, 1995: 2). Di lain sisi, dokumentasi memiliki fungsi untuk menunjukkan makna pada koleksi dan menunjukkan asosiasi serta konteks pada koleksi yang telah kehilangan hubungan tersebut. Dokumentasi berfungsi mengembalikan konteks dan menjadikannya bermakna. Dengan demikian dokumentasi koleksi dapat menampilkan keterkaitan koleksi dengan konteks dan asosiasi dengan koleksi lainnya.2 Dalam penelitian ini menggunakan definisi dokumentasi sebagaimana yang dipaparkan oleh Burcaw, bahwa dokumentasi diperlukan untuk dapat menangani koleksi secara efisien dan efektif. Sehingga pembatasan dalam penelitian ini hanya menitikberatkan pada bentuk registrasi, inventarisasi dan katalogisasi yang sudah ada di Museum Nasional.
2
Presentasi Guru Besar Universitas Indonesia Noerhadi Magetsari dalam forum diskusi “Pemaknaan Museum untuk Masa Kini”, seperti yang dikutip dari Kompas, Selasa 5 Mei 2009. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
4
Konteks yang dikembalikan dapat menciptakan makna melalui interpretasi dari koleksi yang dipamerkan dan hasil interpretasi tersebut berguna untuk memahami masa lampau serta sebagai bukti telah dilakukannya pelestarian bagi kepentingan generasi masa mendatang melalui dokumentasi. Mengetahui makna tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh museum sebagai usaha untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan dan dengan demikian dapat juga menjelaskan mengenai jati diri bangsa (Magetsari, 2008: 14). Pada bagian ini terlihat bahwa melalui dokumentasi yang dilakukan oleh museum sebagai lembaga yang menyimpan dan merawat benda-benda budaya dapat memudahkan proses rekonstruksi kebudayaan. Hal tersebut tercermin dalam fungsi museum sebagai tempat mengumpulkan, mendokumentasikan, merawat dan menyediakan akses untuk melakukan penelitian (Fahy, 1995: 2). Berbicara mengenai museum, International Council of Museum (ICOM) mendefinisikan museum sebagai lembaga non-profit untuk kepentingan dan pembangunan masyarakat yang terbuka untuk umum (ICOM, 1986)3. Banyak fungsi museum lainnya lebih lanjut dijelaskan oleh lembaga-lembaga yang menaungi museum. Museum Association mendefinisikan museum sebagai tempat untuk memamerkan koleksi dan interpretasi yang berkaitan dengan benda-benda budaya untuk kepentingan masyarakat (Fahy, 1995: 2). American Association of Museum mendefinisikan fungsi museum adalah untuk menyimpan koleksi demi kepentingan pendidikan dan bertujuan untuk memberi keindahan bagi manusia dan kesejahteraan manusia di masa depan (Kotler, 2008: 7). United Kingdom Museums Association menjelaskan fungsi museum untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan keuntungan publik (McLean, 1997: 9). Dilihat dari definisi museum tersebut, jika dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat lebih luas lagi dijelaskan. Museum merupakan tempat untuk menyimpan koleksi yang merupakan objek penelitian ilmiah 3
The ICOM Code of Professional Ethics disahkan dengan kesepakatan bersama pada General Assimbly ke‐15 di Buenos Aires, Argentina pada 4 November 1986. Kemudian diamandemen pada pertemuan ke‐20 di Barcelona, Spanyol pada 6 Juli 2001, mengganti judul menjadi ICOM Code of Ethics for Museums dan direvisi pada pertemuan ke‐21 di Seoul, Korea Selatan pada 8 Oktober 2004. Versi yang beredar di Indonesia merupakan cetakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat Museum, 2008. Cetakan tersebut yang digunakan penulis sebagai kutipan. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
5
bertugas untuk mengadakan, melengkapi dan mengembangkan tersedianya objek penelitian ilmiah bagi siapapun yang membutuhkan. Selain itu museum juga bertugas untuk menyediakan sarana untuk kegiatan penelitian, selain museum bertugas melaksanakan kegiatan penelitian itu sendiri dan menyebarluaskan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan umumnya.4 Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa peran utama museum
dapat
diintisarikan
berkaitan
dengan
kepentingan
masyarakat.
Diantaranya adalah sebagai penyediainformasi edukatif mengenai pengetahuan kebudayaan kepada masyarakat pada umumnya melalui sistem dan tata penyajian koleksi yang dapat menarik minat tertentu (Ambrose dan Paine, 2006). Serangkaian kegiatan yang menyangkut dengan sistem dan tata penyajian koleksi tersebut dimulai dari menyimpan, merawat, melakukan penelitian sampai publikasi hasil penelitian tersebut tercakup dalam pengelolaan koleksi (Keene, 2002: 19). Setelah memahami definisi museum sebagaimana yang telah dijabarkan pada paragraf sebelumnya, maka disadari bahwa kegiatan museum berpusat pada pengembangan koleksi, baik untuk pengembangan pengetahuan masyarakat ataupun sebagai penyedia objek penelitian ilmiah. Sehingga untuk dapat mengembangkan koleksi tersebut, museum perlu melakukan dokumentasi koleksi, karena dokumentasi koleksi bertujuan untuk merekam kegiatan penelitian, perawatan ataupun penyajian koleksi. Perlu dipahami bahwa pemahaman mengenai dokumentasi koleksi tersebut merupakan permasalahan krusial dan mendasar untuk dikembangkan pada museum saat ini. Tanpa pengetahuan mengenai dokumentasi koleksi dan pengembangan material budaya mustahil dapat merekonstruksi makna koleksi dan memahami peran museum dalam masyarakat kontemporer (Fahy, 1995: 10). Untuk itu, penerapan dokumentasi koleksi sangat menarik untuk dikaji karena merupakan aspek terpenting dalam berlangsungnya kegiatan museum dan lebih dari pada itu jika ditarik dari sudut pandang ilmu pengetahuan, maka dokumentasi penting untuk melestarikan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam 4
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Pengelolaan Koleksi Direktorat Museum (2007) yang dikeluarkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
6
kaitan dokumentasi museologi dengan arkeologi, sebagaimana yang dikutip dari Brian Fagan bahwa arkeologi memiliki tujuan dan satu prioritas utama, yaitu untuk menjaga dan merawat peninggalan-peninggalan yang tersisa untuk generasi seterusnya (Fagan, 2006: 63). Konsep dokumentasi koleksi yang melatarbelakangi penelitian ini dapat dilihat pada koleksi arkeologi di Museum Nasional. Diketahui bahwa koleksi arkeologi di Museum Nasional sangat beragam dengan kuantitas yang banyak, maka menarik untuk dikaji bagaimana penerapan sistem dokumentasi koleksi arkeologi di museum tersebut berdasarkan prinsip dokumentasi dalam arkeologi. Selain itu, Museum Nasional merupakan museum pusat yang sepatutnya telah memiliki sistem dokumentasi yang dapat menjadi acuan bagi museum lainnya. Dengan demikian, penelitian mengenai dokumentasi koleksi arkeologi ini menjadi semakin menarik karena merupakan hal yang paling penting dalam pengelolaan koleksi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, timbul pertanyan mengenai sistem dokumentasi yang diterapkan di Museum Nasional dalam menangani dokumentasi koleksi arkeologi. Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimana sistem dokumentasi koleksi arkeologi diterapkan di Museum Nasional dan apakah sudah keseluruhan koleksi arkeologi Museum Nasional didokumentasikan? Mengingat koleksi tersebut adalah koleksi arkeologi yang merupakan benda-benda arkeologi untuk itu dokumentasinya harus sesuai dengan prinsipprinsip dokumentasi dalam arkeologi. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah apakah sistem dokumentasi yang telah diterapkan selama ini di Museum Nasional telah memenuhi prinsip-prinsip perekaman dalam arkeologi? Berdasarkan alasan-alasan pada latar belakang dan pertanyaan yang timbul pada paragraf sebelumnya, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah
bagaimana
sistem
dokumentasi
koleksi
yang
cocok
untuk
diimplementasikan agar dokumentasi tersebut dapat menjadi sumber informasi yang digunakan sebagai titik awal melakukan penelitian lebih lanjut. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
7
Mengingat informasi yang terdokumentasi tersebut adalah hal yang penting,
maka
hendaknya
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Dokumentasi tersebut juga merupakan upaya untuk melestarikan koleksi itu sendiri.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang dimaksudkan untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai dokumentasi koleksi. Terutama mengenai dokumentasi koleksi arkeologi yang berada di Museum Nasional. Dengan melihat permasalahan yang terdapat pada penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah menelusuri keterkaitan antara koleksi dengan dokumentasinya, memahami sistem dokumentasi yang diterapkan di Museum Nasional dan mengetahui sistem dokumentasi yang cocok untuk diterapkan pada koleksi arkeologi di Museum Nasional. Selain itu, tujuan lainnya adalah memberikan rekomendasi dalam bentuk deskripsi secara menyeluruh mengenai katalog koleksi sebagai output dari dokumentasi
koleksi.
Dengan
demikian
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya dalam upaya penambahan kualitas sistem penyediaan informasi ketika akan disampaikan dalam pameran. Manfaat yang dapat timbul dari penelitian ini adalah rekomendasi yang akan diberikan nantinya diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam perbaikan sistem dokumentasi koleksi arkeologi di Museum Nasional. Sehingga dapat mengakomodir informasi-informasi arkeologi dalam dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional dan dapat dengan mudah diakses demi kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu arkeologi secara khusus. Dilihat dari segi keilmuan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi titik awal ketertarikan penelitian mengenai arkeologi dan museologi serta menimbulkan kerjasama yang baik antara arkeolog dengan praktisi museum untuk berkolaborasi dalam memajukan ilmu pengetahuan. Secara keseluruhan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu awal yang baik dalam praktek permuseuman agar museum di Indonesia bisa menjadi jauh lebih baik lagi. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
8
1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap pengumpulan data, pengolahan data, sintesis dan penyimpulan. 1.4.1
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada dua kategori, yaitu data kepustakaan
dan data lapangan. Data kepustakaan dikumpulkan terkait dengan sistem dokumentasi dan koleksi. Data yang dikumpulkan tersebut berupa buku, artikel ataupun jurnal. Pengumpulan data kepustakaan tersebut terutama berkaitan dengan ruang lingkup dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional dan termasuk di dalamnya mengenai koleksi yang ada pada dokumen tersebut. Hasil pengumpulan data kepustakaan diketahui bahwa museum nasional memiliki 9020 koleksi arkeologi yang terdiri dari beragam jenis dan masanya, tetapi belum diketahui secara pasti berapa koleksi yang sudah didokumentasikan. Setelah pengumpulan data kepustakaan tersebut, kemudian dilakukan observasi dengan menghitung koleksi arkeologi Museum Nasional. Perhitungan ini dibatasi hanya pada koleksi arkeologi yang dipamerkan, karena sebagian besar koleksi arkeologi memang berada di ruang pameran. Data lapangan juga di dapat dengan melakukan pengumpulan lembar inventaris yang merupakan output dari kegiatan dokumentasi koleksi yang dilakukan oleh pihak Museum Nasional. Lembar inventaris tersebut kemudian dibukukan (dijilid) dan disebut oleh pihak Museum Nasional sebagai buku katalog koleksi manual. Dalam setiap buku katalog koleksi berisikan sebanyak 100 lembar inventaris yang masing-masing lembar inventaris terdiri dari 1 koleksi. Selain itu, diketahui juga bahwa selain lembar inventaris tersebut ternyata juga ada database koleksi yang oleh pihak Museum Nasional disebut sebagai
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
9
katalog koleksi digital5. Hasil observasi juga ditemukan ada 202 buku katalog koleksi arkeologi di Museum Nasional. Pengumpulan buku katalog koleksi tersebut dimaksudkan sebagai efisiensi cara kerja dalam penelitian ini untuk mengetahui jumlah koleksi arkeologi. Sehingga data yang dikumpulkan adalah isi dan jumlah koleksi arkeologi dari katalog baik yang manual ataupun digital. 1.4.2
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis buku katalog koleksi
manual yang telah dikumpulkan dan memasukkan setiap informasi koleksi yang ada di dalam buku katalog ke dalam tabel. Tabulasi dilakukan dengan melakukan klasifikasi informasi koleksi yang terisi dan tidak terisi di dalam konten yang ada di buku katalog. Pada tahap tabulasi yang bertujuan untuk melihat informasi terisi ini, digunakan satu buku katalog yang dianggap mewakili buku katalog lainnya. Hal tersebut dilakukan mengingat konten pada setiap buku katalog adalah sama. Sehingga satu buku katalog tersebut mewakili katalog lainnya dalam perihal konten yang digunakan.6 Buku katalog koleksi yang dianggap mewakili itu berasal dari koleksi emas Museum Nasional. Diketahui bahwa koleksi emas tersebut berasal dari penggalian arkeologi di situs Wonoboyo yang oleh pemerintah diserahkan kepada Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan disimpan di Museum Nasional sejak 18 Januari 1991. Karena koleksi tersebut merupakan koleksi emas yang dianggap prestisius dan juga merupakan hadiah dari pemerintah, maka
5
Pihak Museum Nasional memiliki katalog koleksi yang dicetak dalam bentuk lembar inventaris koleksi yang kemudian dibukukan (dalam penelitian ini digunakan istilah “katalog manual”) dan katalog koleksi dengan mengunakan sistem komputer sebagai database (dalam penelitian ini digunakan istilah “katalog digital”). Diketahui juga bahwa katalog digital tersebut diisi berdasarkan informasi yang terdapat di dalam katalog manual. 6 Konten yang dimaksud dianataranya, jenis/nama benda, nomor registrasi, nomor inventaris, deskripisi benda, riwayat benda, dll. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
10
sebagai bentuk pertanggungjawaban katalog koleksi tersebut dibuat sebaik dan selengkap7 mungkin setelah koleksi tersebut masuk ke Museum Nasional. Setelah tabulasi tersebut selesai selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai informasi yang ada pada buku katalog koleksi arkeologi tersebut untuk menunjukkan kadar informasi yang disajikan apakah sudah informatif atau belum berdasarkan terisi atau tidaknya informasi dalam masing-masing konten. Perhitungan ini disajikan dalam bentuk persentase menggunakan diagram batang supaya terlihat jelas tingkat informasi yang tersaji pada masing-masing konten. Tabulasi selanjutnya dilakukan untuk mengetahui jumlah koleksi arkeologi. Hal ini dilakukan dengan perhitungan 202 buku katalog koleksi arkeologi berdasarkan nomor registrasi dan nomor inventarisnya. Sehingga akan terlihat berapa banyak buku yang akan dieleminasi berdasarkan kesamaan nomor registrasi atau nomor inventaris (akibat cetak ganda/duplikasi). Setelah tahap eleminasi tersebut, maka didapat hanya ada 167 buku katalog. Dengan demikian akan didapat jumlah koleksi arkeologi berdasarkan perhitungan jumlah lembar inventaris yang diketahui bahwa satu lembar inventaris koleksi mewakili satu koleksi arkeologi. Perhitungan mengenai jumlah selanjutnya juga dilakukan terhadap katalog koleksi yang ada pada database (katalog digital). Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa dokumentasi yang dilakukan berjalan dengan sinkron. Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa database tersebut diisi berdasarkan buku-buku katalog manual. 1.4.3
Sintesis dan Penyimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan setelah tabulasi selesai dilakukan
sehingga dapat menunjukkan jumlah koleksi arkeologi yang terdokumentasi berdasarkan katalog manual dan digital. Kesimpulan juga dilakukan dari hasil
7
Sebagaimana yang diketahui penulis dari hasil perbincangan dengan Ibu Ekowati selaku Kepala Divisi Koleksi Prasejarah dan Arkeologi Museum Nasional pada bulan Mei 2011. Setelah dilakukan observasi dan mengamati keseluruhan buku katalog koleksi arkeologi Museum Nasional ternyata benar bahwa hanya buku katalog koleksi emas Wonoboyo yang dapat dikategorikan lebih baik dan lengkap daripada buku katalog koleksi arkeologi lainnya. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
11
tabulasi informasi yang tersaji dalam konten yang terdapat pada buku katalog koleksi manual dengan melihat persentase tertinggi dan terendah. Kemudian dalam penelitian ini, hasil akhir penelitian berisi kesimpulan dan saran yang disampaikan dalam bentuk rekomendasi atau usulan. Rekomendasi didapat dari hasil mensintesiskan keseluruhan komponen penelitian (teori dan data lapangan) untuk mendapatkan suatu sistem dokumentasi yang baru, yang mencakup prinsip dokumentasi dalam arkeologi dan dapat diimplementasikan pada dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional. Penelitian ini bersifat ilmiah dengan demikian hasil yang dijelaskan akan mendahulukan kenyataan hasil penelitian daripada mempertahankan pendirian awal. Hasil akhirnya akan memberikan rekomendasi sistemdokumentasi yang lebih efektif dan efisien untuk memberikan informasi yang berkualitas sesuai dengan teori dan standar yang telah dijelaskan sebelumnya untuk bisa diimplementasikan menjadi katalog koleksi arkeologi Museum Nasional yang dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
1.5 Sistematika Penulisan Kerangka penulisan penelitian berdasarkan proses dan tahapan pekerjaan yang dilakukan: Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi mengenai 1) latar belakang penelitian yang berisi mengenai definisi dokumentasi secara umum dan kaitannya dengan keilmuan, cakupan dan pentingnya melakukan dokumentasi; 2) rumusan permasalahan penelitian; 3) tujuan dan manfaat; 4) metode penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan data, pengolahan data, sintesis dan penyimpulan; 5) sistematika penulisan. Bab 2 merupakan bab teori penunjang yang memaparkan teori berkaitan dengan 1) dokumentasi dalam arkeologi yang mencangkup mengenai hakikat data arkeologi, dimensi arkeologi dan konsep atribut. Bab 3 merupakan uraian deskriptif mengenai 1) keberadaan koleksi arkeologi di Museum Nasional; dan 2) keberagaman koleksi arkeologi dan
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
12
pengelompokan koleksi arkeologi yang telah dilakukan oleh pihak Museum Nasional. Bab 4 berisi mengenai deskripsi penerapan dokumentasi koleksi yang telah dilakukan oleh Museum Nasional diantaranya dalam bentuk lembar inventaris koleksi yang dibukukan menjadi buku katalog koleksi. Selanjutnya adalah pengolahan data yang dilakukan dengan membuat tabel analisis. Analisis dilakukan pada data dokumentasi manual, yaitu dokumentasi yang dilakukan tanpa menggunakan teknologi komputer (berupa katalog manual) dan pada data dokumentasi digital, yaitu dokumentasi yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer (berupa katalog digital atau database). Bab 5 merupakan bagian penutup berupa kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
13
BAB 2 DOKUMENTASI DALAM ARKEOLOGI
2.1 Hakikat Data Arkeologi Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia masa lalu melalui benda-benda peninggalannya. Dalam kajian kepurbakalaan Indonesia, benda-benda peninggalan itu dikategorikan berasal dari periode prasejarah, klasik, islam dan kolonial. Melalui benda-benda peninggalan tersebut arkeologi berusaha merekonstruksi sejarah dan perilaku manusia masa lalu. Benda-benda peninggalan tersebut dimodifikasi sedemikian rupa oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Benda-benda tersebut merupakan benda-benda budaya atau material culture. Dalam perjalanannya benda-benda tersebut mengalami proses yang panjang, baik yang mengalami proses pembuatan, penggunaan, tidak digunakan lagi dan kemudian dibuang oleh penggunanya. Sharer dan Ashmore dalam Buku Archaeology: Discovering Our Past menjabarkan bahwa pada dasarnya arkeologi mempelajari peninggalanpeninggalan masa lalu yang sudah berlangsung hingga ratusan abad lalu. Dengan adanya aktivitas alam, maka peninggalan tersebut sebagian besar terpendam di dalam tanah atau di dalam air dan ditemukan dalam keadaan tidak utuh. Dari yang ditemukan hanya sebagian kecil yang dapat di rekonstruksi sebagai data arkeologi, baik bentuk, ruang atau waktu. Dari yang direkonstruksi tersebut hanya sebagian kecil yang dapat ditafsirkan. Bentuk-bentuk data arkeologi, sebagaimana yang dijelaskan oleh SharerAshmore (2003: 120−124), terdiri dari: a. Artefak: semua benda yang dibuat atau diubah oleh manusia dan dapat berpindah. b. Ekofak: benda-benda berbahan dasar dari lingkungan hidup yang berperan dalam kehidupan masyarakat di masa lampau terdiri dari abiota dan biota.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
14
c. Fitur: artefak yang tidak dapat berpindah tanpa merusak tempat kedudukannya (matriks). Misal, bangunan, lubang bekas tiang, dll. d. Situs: sebidang tanah yang mengandung tinggalan-tinggalan kebudayaan manusia masa lalu yang pernah berlangsung di suatu tempat dan dilakukan oleh sekumpulan masyarakat. e. Wilayah: sekumpulan situs atau data arkeologi yang cakupannya lebih luas. Sedangkan menurut Brian Fagan (2005: 120), data arkeologi adalah material yang diakui oleh arkeolog memiliki nilai penting, semuanya dikumpulkan dan direkam di dalam suatu penelitian. Bentuk data arkeologi menurut Fagan, antara lain: a. Artefak: benda yang dibuat dan dimodifikasi oleh manusia, benda keras. b. Fitur: artefak dan asosiasi artefak yang tidak dapat dipindahkan dari matriksnya, seperti postholes atau selokan/parit. c. Struktur: rumah, lumbung, kuil, dan bangunan-bangunan lainnya yang dapat diidentifikasi sebagai sisa-sisa yang masih berdiri, pola postholes, dan bangunan lainnya yang berdiri di atas tanah. d. Ekofak: seperti sisa-sisa makanan, misalkan tulang, bibit, atau lainnya yang ditemukan dan dinyatakan sebagai akibat dari aktivitas manusia. e. Subassemblages : sekumpulan artefak yang ditemukan di suatu asosiasi yang berpola sehingga mencerminkan adanya pembagian perilaku budaya suatu kelompok kecil (Fagan, 2005: 129). f. Assemblages : sekumpulan subassemblages yang ditemukan di dalam asosiasi kontemporer yang mencerminkan pola aktivitas semua komunitas (Fagan, 2005: 129). Bentuk data arkeologi tidak hanya empat data yang disebutkan diatas, tetapi juga termasuk konteks ruang dan waktunya (Fagan, 2005: 120). Data arkeologi dapat diidentifikasikan menjadi empat dimensi variabilitas di dalam perilaku manusia yang ditunjukkan di dalam konteks ruang, antara lain:
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
15
a. Artefak: aktivitas individu manusia b. Struktur: aktivitas kelompok atau aktivitas rumah tangga c. Site: aktivitas komunitas, kelompok kontemporer dapat berupa rumah, toko, kuil, dan struktur lainnya. d. Wilayah: aktivitas kelompok manusia yang direfleksikan dengan persebaran situs di suatu lanskap. Keempat level konteks ruang tersebut mencerminkan perilaku budaya manusia (Fagan, 2005: 126). Pada tahap pengumpulan data, semua bentuk data arkeologi yang ditemukan tersebut tidak bisa lepas dari konteksnya. Fagan menjelaskan lebih lanjut mengenai penentu data arkeologi yang kemudian dapat memudahkan peneliti
dalam
mengidentifikasi
benda-benda
temuan
(dimensi
bentuk),
meletakkanya dalam suatu tempat tertentu dan menghubungkannya dengan bendabenda temuan lainnya (dimensi ruang) dan memahami asal benda tersebut di masa lampau (dimensi waktu). Menurut Fagan (2005: 120−127) dan Sharer-Ashmore (2003: 132), faktorfaktor penentu data arkeologi ada yang memiliki kesamaan definisi, antara lain: a. Matriks, adalah fisik yang mencakup benda-benda yang berasosiasi di dalamnya, contohnya batu kerikil, pasir, lumpur, dan banyak lainnya. b. Provenience, adalah keletakan benda diukur tiga dimensinya secara geografis. Horizontal, yaitu keletakannya dalam lintang dan bujur; vertikal, yaitu kedalaman benda dari permukaan laut. c. Asosiasi, adalah beberapa benda yang dianggap memiliki hubungan fisik satu sama lain, berasal dari matriks yang sama. Asosiasi ini dapat dilihat berdasarkan keterkaitan dengan permukaan dan stratigrafi. d. Konteks, adalah seperangkat asosiasi data arkeologi, terutama berkaitan dengan keadaan deposisinya. Konteks merupakan interpretasi hubungan antara matriks, provenience dan asosiasi. Sharer dan Ashmore menjelaskan konteks terbagi menjadi dua: a. Konteks primer
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
16
Konteks primer adalah kondisi matriks dan provenience belum mendapat gangguan dari proses transformasi, baik oleh alam atau manusia sejak pengendapannya yang pertama dibuat oleh pembuatnya atau pemakainya. -
Use Related Primary Context Artefak belum pernah dipindah oleh si pembuat, diendapkan di tempat di mana benda itu dibuat oleh masyarakat masa lalu dan digunakan. Contoh, benda di ruang tamu.
-
Transposed Primary Context Artefak yang dibuat dan digunakan oleh si pembuat mengalami perpindahan. Contoh, benda di gudang atau di tempat sampah.
b. Konteks sekunder Konteks sekunder adalah kondisi matriks, provenience dan asosiasi telah diubah sebagian atau seluruhnya oleh proses transformasi. Asosiasi data dihasilkan dari proses transformasi. -
Use Related Secondary Context Artefak yang dibuat oleh pembuatnya kemudian diambil dan digunakan kembali dengan fungsi lain.
-
Natural Secondary Context Artefak sudah tidak ada lagi hubungannya dengan si pembuat, sudah ditinggalkan.
Faktor-faktor penentu data arkeologi sebagaimana yang dituliskan dalam Archaeology: Discovering Our Past, ada dua faktor penentu data arkeologi. Pertama adalah behavioral processes dan transformational processes. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mundardjito, bahwa dalam teori arkeologi terdapat diskusi dan studi mendalam mengenai proses-proses budaya dan bukanbudaya yang bertanggung jawab atas terbentukknya data arkeologi. Dijelaskan oleh Schiffer, terdapat satu perjalanan panjang dari sebuah artefak, mulai dari saat dibuat, dipakai dan dibuang, sampai kepada saat tidak berperan lagi dalam sistem tingkah laku masyarakat masa lalu, untuk selanjutnya terbenam atau terendapkan
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
17
dalam tanah sampai akhirnya ditemukan oleh arkeolog (Mundardjito, 1982: 498– 509). Dalam perjalanan panjang tersebut terdapat faktor-faktor dan prosesproses yang mengakibatkan terjadinya transformasi data arkeologi, yaitu artefak mengalami
perpindahan
tempat,
perubahan
bentuk,
pengurangan
atau
penambahan jumlah dan pertukaran hubungan satu dengan yang lainnya. Sedangkan faktor lainnya adalah proses tingkah laku dan proses transformasi yang dinyatakan menurut Sharer-Ashmore, yaitu: proses tingkah laku merupakan langkah pertama didalam formasi data arkeologi, setelah sisa-sisa material tersebut terpendam, maka terjadi proses deposisi yang merupakan proses transformasi. Proses transformasi ini ada yang terjadi secara natural dan ada yang merupakan transformasi budaya. Contoh dari transformasi natural adalah pembusukan material organik, atau terkubur oleh sisa-sisa erupsi vulkanik. Sedangkan contoh transformasi budaya (akibat aktivitas manusia) adalah pemakaian kembali artefak-artefak, pembajakan tanah, penyimpanan artefak sebagai benda pusaka, dan pengrusakan gedung. Proses tingkah laku manusia adalah aktivitas manusia yang menghasilkan peninggalan materi. Proses ini ada empat tahap, yaitu: a. Acquisition, perolehan bahan baku untuk membuat alat atau suatu benda. b. Manufacture, proses pembuatan alat atau benda. c. Use, penggunaan. d. Deposition, dibuang. Proses formasi adalah proses, peristiwa apapun yang menghasilkan atau mengubah data arkeologi. Proses formasi ada dua, yaitu: a. Behavioral, aktivitas manusia yang menghasilkan peninggalan materi. b. Transformational, baik manusia (budaya), maupun proses alamiah yang mengubah peninggalan yang dihasilkan oleh tingkah laku (SharerAshmore, 2003: 127−128).
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
18
Faktor-faktor dan proses yang mengakibatkan terjadinya transformasi data arkeologi adalah artefak mengalami: a. Perpindahan tempat, b. Perubahan bentuk, c. Pengurangan/penambahan jumlah, d. Pertukaran hubungan satu dengan yang lain (Sharer-Ashmore, 2003: 128). Proses Pembentukan Budaya (Yang Mempengaruhi Data) a. Cultural Formation Processes (Proses-Proses Pembentukan Budaya), adalah proses-proses budaya yang mempengaruhi pembentukan data arkeologi. b. c-Transform (Cultural Transform), adalah prinsip atau hukum yang digunakan untuk menangani masalah perubahan data arkeologi yang dilakukan terutama oleh kegiatan manusia. c. n-Transform (non-Transform), adalah transformasi bukan budaya, prinsip atau hukum yang menggarap masalah perubahan yang disebabkan oleh alam (Sharer, 2003: 128).
Menurut Fagan, semua itu terbagi dalam konsep dibawah ini: a. Diawali dengan tingkah laku manusia tidak semuanya menghasilkan kebudayaan materi b. Kemudian kebudayaan materi ada yang bertahan dan ada yang tidak bertahan c. Kebudayaan materi yang masih bertahan lama d. Kebudayaan materi yang ditemukan e. Kebudayaan yang tahan lama dan dapat dianalisis/gejalanya dapat dimengerti (Fagan, 2005: 120)
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
19
2.2 Dimensi Arkeologi Arkeolog menekankan perhatian pada penjelasan mengenai tiga dimensi arkeologi, yaitu bentuk, ruang dan waktu. Dengan mengetahui ketiga dimensi tersebut dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas menuju tahap penafsiran. Dengan memperhatikan ketiga dimensi tersebut, menurut Spaulding dalam The Dimensions of Archaeology8, secara implisit juga dapat dijelaskan hubungan antar dimensi (interrelationship).
a. Bentuk (form) Fisik benda, keseluruhan ciri yang terlihat secara langsung pada benda tersebut dan dapat dilakukan pengukuran. Untuk menganalisis bentuk dapat dilihat dari atribut yang menempel pada benda tersebut. Atribut yang dimaksud adalah ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada setiap benda yang memungkinkannya menjadi dasar untuk dikelompokkan. Atribut terdiri dari bentuk (ukuran), teknologi (bahan baku yang digunakan) dan stilistik (gaya, ciri-ciri fisik seperti warna, tekstur dan hiasan) (Fagan, 2005: 252). Atribut terbagi menjadi dua jenis, yaitu atribut kuantitatif dan atribut kualitatif (Spaulding, 1971: 25−30). Atribut kuantitatif adalah perhitungan atribut dengan mengunakan skala matematis dan alat pengukur satuan. Misal, panjang, tinggi, lebar dan berat. Sedangkan kualitatif atribut biasanya menggunakan penilaian personal yang memungkinkannya terbagi dalam rasio tertentu. Misal, benda digolongkan ke dalam kategori “besar”, “kecil” atau “sedang”. Atribut membantu peneliti untuk melakukan klasifikasi yang berguna dalam penyusunan data yang acak menjadi teratur, menyederhanakan ciri-ciri yang bermacam-macam dari sekumpulan artefak,
dan
memudahkan
pemahaman
hubungan
kronologis
dengan
membandingkan kelompok atribut yang lain.
8
Tulisan Albert C. Spaulding dalam Buku Man’s Imprint From The Past oleh James Deetz, 1971. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
20
Gambar 2.1 Perhitungan Atribut Bentuk
Ilustrasi: Vanani
b. Ruang (space) Posisi artefak secara tiga dimensi geografis diukur berdasarkan bujur, lintang dan kedalaman benda saat ditemukan. Perhitungan tersebut dilakukan saat posisi benda masih in situ yang didokumentasikan dengan memperhatikan asosiasi dengan temuan disekitarnya. Pengukuran ruang yang juga menghasilkan titik koordinat temuan. Dalam beberapa kasus, perhitungan ruang ini memiliki informasi yang istimewa dengan asosiasinya, seperti bekal kubur, diketahui karena ditemukan dekat dengan tulang manusia dan artefak lain yang dikuburkan dalam posisi yang dekat dengan tulang-tulang tersebut ditemukan. Tentunya perhitungan tersebut sangatlah penting untuk dapat melakukan interpretasi berdasarkan hubungan
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
21
vertikal (perbedaan stratigrafi) dan horizontal (persebaran artefak dalam satu stratigrafi). Perhitungan tersebut juga tidak lepas dari hukum superposisi yang harus selalu disadari saat melakukan penggalian arkeologi. c. Waktu (time) Dimensi waktu berbeda dengan dimensi bentuk dan dimensi ruang yang dapat melakukan pengukuran langsung saat ditemukan. Perhitungan waktu didapat setelah perhitungan bentuk dan ruang telah didapat untuk memastikannya secara kronologis dan mengetahui waktu artefak itu berasal, waktu dibuat hingga tidak digunakan lagi lalu terdeposisi. Perhitungan dimensi waktu terbagi menjadi dua tipe, yaitu perhitungan waktu relatif dan perhitungan waktu absolut. Untuk perhitungan waktu relatif bisa dilakukan dengan mengkaitkan temuan dengan suatu kejadian tertentu yang pernah berlangsung di lokasi tersebut. Tentunya harus memperhatikan asosiasi, stratigrafi dan memperhatikan hukum superposisi serta faktor formasi yang bisa saja mempengaruhi keberadaan artefak. Perhitungan waktu absolut dapat dipastikan melalui sistem pertanggalan, misal candrasangkala atau angka tahun dan temuan-temuan yang berasal dari masa prasejarah bisa dipastikan masuk dalam skala waktu prasejarah. Perhitungan absolut juga dapat dilakukan dengan carbon dating, geochronology, dan hidrasi obsidian. Ketiga dimensi tersebut dapat juga dilihat sebagai hubungan antar dimensi, seperti bentuk-ruang, bentuk-waktu, ruang-waktu dan bentuk-ruang-waktu. Dengan memahami dimensi arkeologi, diharapkan pada akhirnya dapat memahami mental template kebudayaan tertentu. Mental template adalah gagasan atau ide tentang suatu benda yang diekspresikan pada benda tersebut. Mental template dipengaruhi oleh teknologi, fungsi, tradisi dan inovasi. Mengetahui gagasan tersebut merupakan salah satu tujuan arkeologi, yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan, cara-cara hidup dan memahami proses budaya. Dimensi-dimensi merupakan langkah awal dalam mencapai rekonstruksi tersebut, sehingga penting untuk dipahami dan direkam (didokumentasikan) untuk dapat menghasilkan interpretasi yang sesuai dengan data arkeologi.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
22
2.3 Manfaaat Dokum mentasi Sebbagaimana yang telah disinggung pada bab seebelumnya dan seperti yang telah dijellaskan padaa subbab di d atas, dok kumentasi arkeologi a ddilakukan karena k pada hakikatnya dataa arkeologi terbatas. Proses P penguumpulan daata tersebutt juga dibatasi ruang r dan waktu, seehingga do okumentasi penting ddilakukan untuk u membantuu berjalannyya proses penelitian p arkeologi. a Sama seperrti disiplin ilmu lainnya yang y memiiliki tahapan penelitiian, arkeollogi juga memiliki tahap penelitian observasi, deskripsi daan eksplanaasi (Deetz, 1967). 1
Eksplanasi Deskrip psi Observasi
Gambar 2.22 Tahap Pen nelitian Arkkeologi Ilustrasi: Vanani V
Paada tahap observasi (ppengumpulaan data) dipperlukan keecermatan dalam d dokumenttasi (perekaaman) dataa yang diitemukan di d lapangann. Dokumeentasi tersebut dapat mennunjukkan matriks, proveniencce, asosiassi dan ko onteks mentasi terseebut dilaku ukan secaraa verbal daan piktorial agar keseluruhaan. Dokum semua asppek yang berhubunga b an dengan benda b terseebut tidak ttertinggal dalam d pengamataan.
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
23
Dokumentasi bertujuan untuk dapat merekam ketiga dimensi pada benda yang akan mempengaruhi proses deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Ketiga dimensi tersebut adalah bentuk, ruang dan waktu. Dalam tahap deskripsi, yaitu integrasi data bertujuan untuk meletakkan data tersebut dalam konteks suatu tempat tertentu dan hubungannya dengan data lain yang ditemukan (dimensi ruang) dan meletakkannya dalam kronologi kejadian di masa lampau (dimensi waktu) dan kemudian mengidentifikasinya kedalam beberapa tipe berdasarkan atribut yang terlihat (dimensi bentuk). Dokumentasi arkeologi dapat dilakukan dengan cara penggambaran, pemetaan dan fotografi. Penggambaran artefak dengan menggunakan pengukuran panjang, lebar dan tinggi. Penggambaran ditunjukkan dari berbagai sisi (misal tampak depan dan tampak samping, tampak atas atau bawah). Penggambaran wilayah dilakukan dengan terlebih dahulu membagi wilayah menggunakan garis imajiner axis dan ordinat (garis x dan y) untuk memudahkan pengukuran. Pemetaan wilayah juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu, seperti teodolit. Dalam membuat peta yang harus diperhatikan diantaranya, arah, ukuran dan ketinggian (kontur). Peta sederhana biasanya digambarkan dengan denah. Dalam pemetaan skala besar arkeologi dibantu dengan teknologi GPS (Geographical Positioning System) atau GIS (Geographical Information System) yang memungkinkan perekaman data spasial. Dokumentasi arkeologi harus merekam keadaan dan kondisi benda atau wilayah sebagaimana adanya tanpa ada yang terlewatkan. Setiap detail yang ada pada wilayah harus terekam, seperti vegetasi atau rumah penduduk, sedangkan pada artefak, seperti patahan atau retakan. Fotografi arkeologi juga digunakan karena dapat memberikan data apa adanya dengan objektif dan ringkas. Artinya fotografi tidak mengubah secara visual benda yang terekam menurut besar, dimensi, jumlah dan warna sesuai dengan data sebenarnya. Fotografi melengkapi data verbal dan piktorial yang mengurangi sedikitnya keaslian data karena baik atau buruk penggambaran dan penulisan bahasa tergantung pada kemahiran si penulis atau si penggambar. Fotografi memiliki keunggulan lain, yaitu mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
24
perekaman dan daya penglihatan lebih baik dari mata sehingga cahaya yang tidak terlihat oleh mata bisa ikut terekam. Namun demikian, fotografi juga memiliki kekurangan seperti sifatnya yang sekali kerja, artinya jika perekaman itu gagal maka kemungkinan data yang terekam tidak bisa dipakai sama sekali dan tidak mungkin bisa diulang lagi. Selain itu, secara teknis dapat terjadi distorsi, misalnya sebuah kotak akan terlihat trapesium karena perekaman dari sudut yang salah, parallax atau garis lurus akan terlihat melengkung (asimatis) dan kerumitan dalam pencahayaan. Dalam
manfaatnya
bagi
museum,
dokumentasi
merupakan
alat
penghubung antara peran museum sebagai lembaga yang bertugas dalam pengembangan koleksi yang dimiliki. Pengembangan koleksi dapat dilakukan dengan preservasi, penelitian koleksi dan komunikasi.
Gambar 2.3 Fungsi Dasar Museum Sumber: van Mensch, 2003
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Peter van Mensch, seorang pakar museologi dari Reindwardt Academie Amsterdam dalam presentasinya yang disampaikan sebagai keynote speech dalam konferensi Japanese Museum
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
25
Management Academy pada tanggal 7 Desember 2003 di Tokyo9, bahwa museum memiliki suatu konsep manajemen memori kultural yang merupakan kunci dalam pengaktualisasian peran museum. Dari Gambar 2.3 diketahui bahwa konsep kunci yang dimaksud oleh van Mensch adalah penelitian, preservasi dan komunikasi. Preservasi mencakup pengertian pemeliharaan fisik ataupun administrasi koleksi, termasuk di dalamnya masalah manajemen koleksi yang terdiri dari pengumpulan, pendokumentasian, konservasi dan restorasi koleksi. Penelitian mengacu pada penelitian terhadap koleksi dan berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu dan komunikasi mencakup kegiatan penyebaran hasil penelitian berupa pengetahuan atau informasi yang berkaitan dengan koleksi dalam bentuk pameran, program-program pendidikan dan publikasi (Magetsari, 2008: 13). 2.3.1
Dokumentasi Untuk Preservasi Koleksi Preservasi berarti melakukan perwatan dan pemeliharan pada koleksi agar
koleksi tersebut tetap awet hingga masa mendatang. Dalam kaitannya dengan perawatan tersebut terdapat sistem dokumentasi yang diterapkan agar segala sesuatu yang ada pada koleksi tersebut dapat dipergunakan sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Preservasi dalam hal ini berarti juga pemeliharaan dan pelestarian koleksi museum dan berhubungan dengan penelitian dan komunikasi. Dengan melakukan perawatan yang berkelanjutan dapat menjamin ketersediaan objek untuk penelitian
selanjutnya
dan
pengembangan
pengetahuan
yang
dapat
dikomunikasikan. Dalam pengertian tersebut, maka preservasi memiliki hubungan yang terkait erat dan berkelanjutan dengan penelitian koleksi dan komunikasi (van Mensch, 2003).
9
Keynote address, konferensi Japanese Museum Management Academy ke‐4 (4th annual conference Japanese Museum Management Academy (JMMA)), Tokyo, 7 Desember 2003. Dipublikasi oleh E. Mizushima (ed.), Museum management in the 21st century (Museum Management Academy, Tokyo 2004) 3‐19. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
26
2.3.2
Dookumentasi Untuk Peneelitian Koleeksi Unntuk dapat menghasilk m kan informaasi yang dappat dipertannggungjawaabkan
perannya dalam d kronnologi sejaraah kebudayaaan, harus dilakukan d peenelitian terrlebih yang berssifat ilmiah.. Dalam peenelitian inii arkeologi merupakann subject matter m yang mennentukan ruaang liingkuup penelitian n koleksi, memiliki m tahapan peneelitian sebagaimaana yang dittunjukkan pada p bagan 2.2. Arrkeolog melakukan m penelitian yang sisstematis ddari data yang fragmentaaris dan terppendam di bawah tanaah atau di dalam d air, sedikit darii data fragmentaaris itu yangg kemudian dapat ditem mukan dan dibina ulanng untuk meenjadi data yang potensial dan d lebih seedikit lagi yang y dapat di rekonstruuksi untuk dapat mengetahuui kebudayaaan masa laampau. dalam merrekam Prooses penelittian yang paanjang mem mbutuhkan kecermatan k gejala-gejaala yang tim mbul selam ma proses penelitian p teersebut berllangsung. Untuk U itulah dokkumentasi arkeologi a peerlu dilakuk kan untuk dapat d merekkam semua jejak yang timbbul dari penngumpulann data, peng golahan datta hingga iinterpretasi data. Dokumenttasi berperran pentingg untuk menghasilka m an informaasi yang dapat dipertangggungjawabkkan.
interpretassi
reko onstruksi beentuk
datta yang terkkubur
2 Hakikat Data Arkeoologi Gambar 2.4 Sumber: Deettz, 1967
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
27
Penelitian arkeologi juga seringkali dilakukan pada benda-benda arkeologi yang menjadi koleksi museum sebagai objek penelitian. Hasil penelitian arkeologi tersebut memaparkan pengetahuan atau informasi yang terkandung dalam suatu objek dan menjadikannya bermakna. Informasi tersebut kemudian dapat direntangkan dalam kronologi sejarah untuk melengkapi penelitian sebelumnya atau membuka peluang dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait topik tertentu. Sekali lagi, dokumentasi bertugas untuk merekam informasi dari setiap penelitian tersebut. Dokumentasi koleksi bertujuan untuk mengumpulkan informasi fisik dan informasi lain yang mungkin diperlukan dalam penelitian lebih lanjut. Dengan demikian dokumentasi juga berperan sebagai titik awal dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai nilai atau makna lain dari objek yang berguna untuk menampilkan berbagai sisi nilai dan makna yang sebelumnya tidak diketahui. Delibas ić10 menjelaskan, “…dalam proses untuk memastikan makna dari suatu objek museum faktor terpenting yang timbul adalah makna objek tersebut secara individual dan kolektif, sama pentingnya dengan hubungan (asosiasi) objek tersebut dengan objek lain dan dengan ruang objek tersebut pernah ditempatkan.” (Maroević, 1995: 24). Dengan demikian setiap kali dilakukan pemastian terhadap makna benda tersebut melalui penelitian, peneliti harus melihatnya dari berbagai aspek yang bisa ditimbulkan oleh benda itu sendiri dari hasil penelitian sebelumnya mengenai objek yang sama. Di bagian ini penting sekali untuk merekam setiap hasil penelitian sebelumnya agar dapat terlihat perkembangan makna yang telah tercapai pada suatu objek museum. 2.3.3
Dokumentasi Untuk Komunikasi Sebuah koleksi museum adalah suatu setting yang memiliki banyak sisi
sebagai objek museum yang dihasilkan melalui interpretasi yang dilatarbelakangi subject matter peneliti. Koleksi tersebut bertindak sebagai suatu unit objek individual yang tidak digunakan lagi dan dengan demikian mengandung lebih 10
Maroević mengutipnya dari Delibas ić, E. 1991. Znak I Muzej (Sign and museum). Diploma thesis, Faculty of Philosophy, University of Zagreb. Halaman 34. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
28
banyak kisah yang terakumulasi dan tertransfer menjadi nilai yang lebih tinggi lagi. Melalui interpretasi penelitian sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya,
maka
kisah-kisah
yang
terakumulasi
tersebut
merupakan
pengetahuan atau informasi yang harus dikomunikasikan. Pengetahuan atau informasi tersebut dapat berupa data sebuah objek, fisik dan strukturnya, sejarah dan lingkungannya, atau makna dan spesifikasinya yang dapat dipindahkan ke dalam media tulisan, kertas, ilustrasi, film atau rekaman lainnya, sebagai suatu upaya untuk mengkomunikasikannya (Maroević, 1995: 26). Komunikasi tersebut juga dapat diakses melalui pameran atau penyajian objek penelitian yang merupakan koleksi museum. Penyajian objek yang disertai dengan hasil interpretasinya menyampaikan pesan yang dapat merangsang pengunjung untuk melihat objek bukan sebagai benda mati (Magetsari, 2008: 13). Sebagaimana yang dijelaskan Delibas ić, bahwa museum merupakan institusi yang memungkinkan informasi-informasi dari hasil interpretasi penelitian tesebut tercipta dan kemudian merepresentasikan informasi-informasi dan gagasan-gagasan kebudayaan tertentu dengan berbagai macam cara penyajian atau pameran. Penyajian atau pameran tersebut dapat berupa berbagai macam jaringan yang berkelanjutan dan interaktif melalui simbol-simbol atau sistem simbol yang dimengerti oleh pengakses informasi untuk dapat diserap, yaitu masyarakat (Maroevic, 1995: 28). Mengingat informasi yang akan disajikan tersebut adalah hal yang sangat fundamental, maka dibutuhkan kecermatan dan keteraturan dalam proses dokumentasi. Dengan adanya dokumentasi tersebut kegiatan museum seperti pengumpulan, preservasi dan konservasi, serta komunikasi ini akan dapat berjalan berkesinambungan jika tidak dapat dikatakan saling ketergantungan (Magetsari, 2008: 13).
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
29
BAB 3 KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL
3.1 Keberadaan Koleksi Arkeologi Koleksi arkeologi yang merupakan milik Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Sekarang Genootschap van Kunsten en Wetenschappen bernama Museum Nasional berada di Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta 10110. Pada abad ke-18 di Eropa berkembang kegiatan intelektual yang menghasilkan kemajuan pengetahuan ilmiah. Salah satu perkumpulan ilmiah adalah De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda) yang didirikan di Haarlem tahun 1752. Berdasarkan pada perkumpulan tersebut, maka di Batavia didirikan pula perkumpulan ilmiah yang sifatnya independen pada 1778 yang disebut Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang mempunyai semboyan Ten Nutte van het Gemeen.11 Salah seorang pendirinya yang bernama J. C. M. Radermacher menyumbangkan salah satu rumah di Kalibesar sebagai markas perkumpulan tersebut. Selama masa pendudukan Inggris (1811−1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi ketua perkumpulan ilmiah tersebut. Karena ketertarikannya
pada
sejarah,
antropologi
dan
arkeologi
dan
semakin
bertambahnya jumlah koleksi perkumpulan tersebut, Raffles memerintahkan pembangunan baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society.12 11
Rufaedah, Dedah., dkk., 2006., hlm. 1‐3. Arti semboyan Ten Nutte van het Gemeen adalah untuk kepentingan masyarakat umum. Karena gagasan pendirian lembaga ilmiah ini adalah independen, maka tujuan lembaga ini juga bersifat luas, yaitu memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan dan menerbitkan hasil penelitian. Mengingat jasa perkumpulan tersebut yang besar bagi kemajuan bidang ilmiah, maka pada tahun 1933 perkumpulan tersebut memperoleh gelar Koninklijk dan berubah nama dari Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. 12 Idem. Literary Society dulu disebut Socièteit de Harmonie, berlokasi di Jalan Majapahit no.3. Sekarang tempat tersebut berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara RI. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
30
Jumlah koleksi milik perkumpulan ilmiah tersebut terus meningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung. Pada tahun 1862 pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di Koningsplein (sekarang jalan Medan Merdeka) dan baru dibuka untuk umum pada 1868. Museum ini sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia sebagai Museum Gajah atau Gedung gajah, karena pada bagian depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia, maka sejak 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerah museum kepeda pemerintah Indonesia menjadi Museum Pusat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/O/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional dan berada dibawah Direktorat Jenderal Kebudayan. Sistem pedokumentasian koleksi sudah dilakukan sejak Museum Nasional ditangani oleh bangsa Belanda. Buku registrasi yang pertama kali dibuat oleh pengurus Museum Nasional adalah TBG13. 3.2 Keberagaman Koleksi Arkeologi Dalam katalog terbitan Museum Nasional tahun 2004 dikatakan bahwa koleksi arkeologi di Museum Nasional mencapai 9020 benda. Setengah dari jumlah tersebut dipamerkan di ruang pamer gedung arca Museum Nasional dan setengahnya lagi disimpan dan hanya dipamerkan di waktu-waktu tertentu (Soemadio, 2004: 5). Di dalam penyusunan koleksi arkeologi yang beragam tersebut, Museum Nasional telah membatasi ruang lingkup koleksi arkeologi. Koleksi arkeologi yang dimaksud tidak mengacu pada keilmuan arkeologi yang ruang lingkupnya termasuk dari masa prasejarah. Di Museum Nasional koleksi arkeologi yang dimaksud adalah yang berasal dari masa klasik di Indonesia 13
Tijdscrift voor Indische Taal, Land‐en Volkenkunde Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
31
Beenda-benda yang termaasuk ke dallam koleksi arkeologi adalah praasasti, arca, alat upacara, alat rumah taangga, perhiasan dan bagian b banggunan, baik yang terbuat daari emas, perunggu, p tanah liat, dan batu (Gambar 33.2). Pemb bagian tersebut didasarkan d p pada pembaagian bidan ng koleksi yang y diterappkan di Mu useum Nasional sebagaiman s na yang di illustrasikan oleh o gambaar 3.1. Di dalam ruanng pamer, koleksi k arkeeologi tidakk di kelomppokkan terseendiri ma dari pam meran terseb but. Di ruanng pamerann pada bang gunan karena meengikuti tem tambahan,,
tema
p pameran
disesuaikan n
dengan
tujuh
uunsur
univ versal
Koentjaranningrat, tappi hanya teerbagi berd dasarkan em mpat tema besar, yaiitu 1) Manusia dan d Lingkuungan; 2) Ilmu I Pengeetahuan dann Teknologgi; 3) Organ nisasi Sosial dann Pola Pemuukiman dan 4) Khasanaah dan Keraamik.
Bidaang Prasejaarah & Arkeo ologi
Seksi Praasejarah
Seksi Arkkeologi
Seksi Num mismatik & Keraamik
Gambar 3.1 Pembag gian Bidangg Koleksi S Sumber: Museum Nasionall
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
32
Kolekssi Arkeologi Berdasaarkan Bentu uk • Arca manusia • Arca dewaa & dewi • Arca binattang • Prasasti • Alat upacaara • Perhiasan n • Alat rumaah tangga • Bagian baangunan
Koleksi Arkeologgi Berdaasarkan Bahan • Batu • Terakotaa • Kayu • Emas • Perak • Perunggu • Campuraan logam lain
Gambar 3..2 Pengelom mpokkan Koleksi K Suumber: Soemaadio, 2004
onesia Kooleksi arkeoologi seluruuhnya berassal dari berrbagai temppat di Indo dan telah dikumpulkaan sejak akkhir abad XV VIII. Kolekksi arkeologgi sebagian besar dikumpulkkan dari Puulau Jawa, karena pad da masa pem merintahan Hindia-Beelanda kegiatan pengumpul p an benda terutama t dilakukan d d Pulau Jaawa. Pada masa di tersebut teerdapat keteertarikan khhusus meng genai hubunngan antaraa seni dan religi, r karena ituu banyak sekkali benda--benda yang g dikumpulkkan memiliiki nilai sen ni dan nilai religgi yang keental mewaakili ciri kh has masyarrakat pengaanut Hindu u dan Buddha. Beenda-benda seni tersebbut banyak menunjukkkan pengarruh agama yang kuat dan demikian juuga pada benda-benda b a religi yanng memilikii nilai seni yang tinggi unttuk menyennangkan dewa-dewi yaang dijunjuung. Sehinggga tidak seedikit arca dewaa-dewi Hinddu-Buddha yang mend dominasi seebagian bessar jenis ko oleksi arkeologi di Museum m Nasional. Leebih lanjut, masa kllasik secarra umum merupakann masa seetelah prasejarahh, yaitu massa sejarah yang y telah mengenal m tuulisan. Masaa klasik dittandai dengan munculnya m k kerajaan-ker rajaan yang menganut sistem religgi tertentu, misal
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
33
Hindu dan Buddha. Dalam sejarah kebudayaan diketahui bahwa masa klasik berkembang antara abad ke-4 sampai abad ke-15 (Poesponegoro, 2008: 3). Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid II menjelaskan bahwa karakteristik masa klasik dipengaruhi oleh unsur kebudayaan india yang sangat kental dengan unsur-unsur seni. Dengan ditemukannya prasasti-prasasti batu yang menceritakan kejadian-kejadian tertentu dan perintah-perintah sang raja yang harus dituangkan dalam nasakah-naskah kuno yang juga berisi mengenai keadaan alam saat itu. Adapun pengaruh yang sangat kental terlihat pada masa awal perkembangan kerajaan Hindu terpengaruh oleh India dikuatkan dalam tulisan Edi Sedyawati dalam artikel “The Making of Indonesian Art”. Sumber yang banyak digunakan dari masa klasik adalah naskah yang banyak menggunakan bahasa Sanskerta aksara Pallava, arca-arca batu, arsitektur batu dan prasasti batu. Kesemua sumber tersebut menunjukkan adanya suatu keterdesakan untuk menghasilkan suatu bentuk gaya baru di Indonesia sebagai hasil persentuhan dengan kebudayaan India. Menurut Sedyawati sebagaimana mengaci pada pernyataan F. D. K. Bosc yang berjasa dalam pengembangan koleksi arkeologi Museum Nasional, terlihat bahwa dalam penggunaan gaya naturalistik tersebut terdapat suatu hubungan yang berjalan beriringan antara penggambaran tubuh manusia dengan tumbuhan yang ada pada arca-arca klasik. Contohnya adalah banyaknya penggambaran tumbuhan teratai pada relief-relief candi yang memiliki makna filosofis kehidupan yang tercipta dari air sebagai hal yang dianggap suci dan membawa kebaikan dari Brahma (dewa pencipta) (Sedyawati, 1999: 99). Untuk menjelaskan lebih lanjut, seperti yang digambarkan pada Gambar 3.2, maka koleksi arkeologi diuraikan berdasarkan klasifikasi bentuk dan bahan. 3.2.1
Arca Keberagaman koleksi arkeologi ini juga dapat dilihat dari ragam hias yang
digunakan pada pemahatan arca batu sebagai contoh. Lihat pada arca Parvati dengan nomor inventaris 256a/103b, tinggi 2 meter terbuat dari batu dan berasal dari Candi Rimbi, Jombang, Jawa Timur abad ke-13 dan arca Harihara (Foto 3.3). Arca Parvati yang terletak di ruang pamer bangunan induk Museum Nasional. Ciri Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
34
khas masaa Majapahiit terlihat dari d hiasan teratai yanng keluar dari jambaangan, sehingga menurut m Keempers di dalam d Ancieent Indonessian Art arcca ini merup pakan perwujudaan Tribhuwaana, yaitu ibbu dari Hay yam Wuruk (Soemadio, 2004: 67)..
Foto 3.1 Arcca Parvati Foto: Vaanani
Arrca lain yang y juga menjadi bagian b dari koleksi arkeologi yang dipamerkaan permaneen adalah arrca Bhrkuti dengan noomor inventtaris 112a, tinggi t 138 cm dan d berasal dari Canddi Jago, Maalang, Jawaa Timur abbad ke-13. Arca Bhrkuti inni memiliki ciri kerajaaan Singasaari, yaitu hiiasan terataai yang lang gsung terlihat daari akarnyaa. Pada baggian kepalaa arca terdaapat tulisann yang berb bunyi bharali bhhrkuti (Soem madio, 20044: 75).
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
35
F Foto 3.2 Arcca Bhrkuti Foto: Vaanani
g berasal daari Candi Boorobudur deengan Adda pula arcaa Dhyani Buuddha yang nomor invventaris 2266, 227, 225, 224 yang terletak di aula pintu masuk Mu useum Nasional. Ada pula arca Ganessha dari Candi Banonn dengan nnomor inven ntaris 186b, arcaa Bhairawa yang menarrik perhatiaan karena ukkurannya yaang sangat tinggi t berasal daari abad kee-14 ditemuukan di Paadang, Sum matera Baratt dengan nomor n inventaris 49150, arcaa Nandi (Footo 3.4) yan ng berada di d tengah tam man ruang pamer p bangunan induk denggan nomor inventaris 324d, nanddi merupkan wahana Dewa D Siva. Beerdasarkan Tabel 3.1, diketahuii bahwa jumlah kolleksi arca yang dipamerkaan keseluruhhan berjumlah 535. Teerdiri dari arrca dewa hiindu dan Bu uddha yang berjuumlah 278, arca dew wi 72, arca manusia yang termassuk di dalam mnya
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
36
adalah arca perwujuudan raja/raatu dan peendeta berjumlah 1222, arca bin natang berjumlahh 32. Taabel 3.1 Kellompok Kolleksi Arca Hindu Arcaa Dewa Dewi Manusiia Binatanng Lingga Yoni
Tanaah Liatt 0 0 0 0 0
Buddha
Batuu
Logam
182 65 122 32
22 0 0 0
Tanah Liat 0 0 0 0
29
2
0
Ju umlah
Batu
L Logam
45 6 0 0
29 1 0 0
278 2 72 122 1 32
0
0
31
F Foto 3.3 Arrca Hariharaa Foto: Vanani V
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
37
Foto 3..4 Arca Nanndi Fo oto: Vanani
Foto 3.5 3 Arca Manusia (Perempuan) Foto: Vanani Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
38
3.2.2 Praasasti Praasasti jugaa merupakaan bagian dari koleksi arkeologgi yang baanyak menjadi objek o peneelitian. Prassasti batu tulis sebaggai contoh dengan nomor n inventaris D 16 yang terdapat di beranda tim mur dan praasasti bernom mor inventaaris D 175. Prasaasti dibuat dengan d alassan khusus seperti s pem mbebasan paajak suatu daerah d untuk menngurus banggunan keagaamaan yang g disebut praasasti sima.
F Foto 3.6 Praasasti Nomo or Inventariss D175 Foto: Van nani
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
39
Prasasti yang dipamerkan sebagaimana yang terdapat di dalam Tabel 3.2 keseluruhan berjumlah 161, terdiri dari prasasti dengan Bahasa Sansekerta berjumlah 17, Bahasa Jawa Kuno berjumlah 125, Bahasa Sunda kuno berjumlah 5 yang terdiri dari lempengan perunggu, Bahasa Melayu Kuno berjumlah 3 dan Bahasa Jawa Modern berjumlah 2. Prasasti yang tidak terbaca karena hurufnya yang terpahat tidak terlihat lagi sehingga tidak dapat diidentifikasikan bahasa yang digunakan sejumlah 10 prasasti.
Tabel 3.2 Kelompok Koleksi Prasasti
Prasasti Bahasa Sansekerta Bahasa Jawa Kuno Bahasa Sunda Kuno Bahasa Melayu Kuno Bahasa Jawa Modern Tidak Teridentifikasi
3.2.3
Tanah Liat
Batu
Logam
Jumlah
0 0 0 0 0 0
17 87 0 3 2 10
0 37 5 0 0 0
17 124 5 3 2 10
Alat Upacara Kelompok koleksi alat upacara kebanyakan merupakan koleksi yang
berbahan logam, yaitu emas dan perunggu berjumlah keseluruhan 67. Di antaranya adalah tasbih, mangkuk upacara, jimat/amulet, piring upacara, wadah jimat, peripih, cepuk, genta (lonceng) dan tempat air suci.
Tabel 3.3 Kelompok Koleksi Alat Upacara Alat Upacara Tasbih Mangkuk
Tanah Liat 0 0
Batu 0 0
Logam 2 27
Jumlah 2 27
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
40
Jimat/A Amulet Piring Wadahh Jimat Peripihh Cepuk Genta Tempaat Air Suci
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
2 10 1 16 3 3 2
2 10 1 16 3 3 2
Foto 3.77 Alat Upaccara: Mangkkuk Foto: Van nani
3.2.4 Perhiasan m Nasional termasuk juuga di dalamnya Di antara koleeksi arkeoloogi Museum koleksi peerhiasan yaang terbuat dari emas yang dipaamerkan di ruang khassanah emas berjuumlah keselluruhan 2833.
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
41
Tabel 3.4 Kelompok K Koleksi K Perhhiasan P Perhiasan Cincin Hiasan Telinga T Gelang Kelat Bahhu Hiasan Ikkat Pingganng Mahkota Hiasan Rambut R Hiasan Dada D Bandul Tali T Kasta Bagian Kalung K Hiasan Penutup Kemaluan
Emas E 57 88 26 18 9 12 23 19 7 13
Perak P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perrunggu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C Campuran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 57 88 26 18 9 12 23 19 7 13
11
0
0
0
11
Foto 3.88 Perhiasan: Hiasan Ikaat Pinggangg Foto o: Vanani
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
42
3.2.5
Alat Rumah Tangga Seperti yang terlihat pada Gambar 3.2, maka yang termasuk ke dalam
kelompok koleksi Alat Rumah Tangga adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.5. Kelompok koleksi Alat Rumah Tangga keseluruhan berjumlah 46. Perhitungan tersebut mengacu hanya pada koleksi yang dipamerkan dan bersifat utuh. Tabel 3.5 Kelompok Koleksi Alat Rumah Tangga
Alat Rumah Tangga Lumpang Cepuk Wadah Kendi Piring Cermin Mangkuk Nampan
Tanah Liat
Batu
Logam
Jumlah
0 0 3 2 1 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0
0 19 10 0 4 1 1 2
3 19 13 2 5 1 1 2
3.2.6 Bagian Bangunan Keberagaman koleksi arkeologi lainnya juga terlihat dari benda-benda yang berasal dari bagian-bagian bangunan, seperti relief, antefix, lingga yoni, makara, kepala kala dan chaitya. Bermacam-macam relief dipajang di dinding utara ruang pamer bangunan induk. Di antaranya relief-relief yang berasal dari masa Majapahit dengan nomer inventaris, 396a, 429 dan 433.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
43
Foto 3.99 Bagian Baangunan: Reelief Nomorr Inventaris 433 Foto: Vaanani
Reelief dengann nomor invventaris 431 1 menceritaakan kisah P Panji. Relieef lain yang terbbuat dari teerakota14 menggambar m rkan bentukk flora ataau fauna seeperti burung kaancil dan buurung kakakk tua yang berasal b dari Sumatera S Selatan abad d ke-8 dengan noomor inventtaris 422 dann 440. Adda pula makkara sepertii yang ditun njukkan padda Foto 3.11 terletak di d sisi tangga meenuju tamann bangunan induk deng gan nomor inventaris i 4410d berasaal dari dataran tiinggi Diengg, Jawa Teengah. Ragam hias makara m datanng di Indo onesia bersama dengan d kebuudayaan Hiindu. Makaara adalah semacam s biinatang don ngeng yang rupaanya sepertii ikan berbbelalai gajah h dan serinngkali dihubbungkan deengan kala-makaara yang terrdapat di bangunan-ba b angunan caandi (Van D Der Hoop, 1949: 160–162)..
14
Keseluruh han benda yan ng terbuat darri tanah liat olleh Museum N Nasional diseb but terakota. Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
44
Fotto 3.10 Bagiian Bangunnan: Relief Kancil K Nom mor Inventarris 422 Foto: Vanan ni
Keeseluruhan kelompok koleksi k Bag gian Banguunan berjum mlah 118 seeperti yang ditunnjukkan di Tabel T 3.6. Tabbel 3.6 Keloompok Koleeksi Bagian Bangunan
Bagian Bangunan B Relief Antefiks Makara Umpak Medalionn Menara Sudut S Kotak Peeripih Kemuncaak
Tanah Liaat
Battu
Loogam
Jumlah
7 27 2 0 0 0 0 3
37 7 5 21 5 3 2 5 1
0 0 0 0 0 0 0 0
44 32 23 5 3 2 5 4
ersitas Indo onesia Unive
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
45
Foto 3.11 Bagian Bangunan: B M Makara Foto: Vanani V
Keeseluruhan koleksi arkkeologi dik kumpulkan dengan carra membelii dari pedagang,, hibah darii pemilik yang y sebenaarnya dan juuga titipan dari peroraangan atau kelom mpok. Ada juga yang dikumpulkaan dari hasiil penelitiann dan diberii oleh Pusat Pennelitian Arkkeologi Naasional dan Direktoratt Peninggallan Sejarah h dan Purbakalaa (Soemadioo, 2004: 7).
ersitas Indo onesia Unive
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
46
BAB 4 DOKUMENTASI KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL
Setelah menguraikan keberagaman koleksi arkeologi yang ada di Museum Nasional, maka tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah menguraikan sistem dokumentasi yang digunakan di Museum Nasional.
4.1 Sistem Dokumentasi Kegiatan dokumentasi koleksi Museum Nasional terdiri dari registrasi, inventarisasi dan katalogisasi. Pengertian registrasi, inventarisasi dan katalogisasi adalah suatu kegiatan pencatatan mengenai keadaan koleksi (keluar-masuknya koleksi) serta pendeskripsian koleksi secara verbal (tertulis) dan piktorial (foto atau gambar) yang diuraikan secara singkat dan jelas.15 Registrasi adalah kegiatan pencatatan suatu benda, setelah benda tersebut ditentukan secara resmi menjadi koleksi museum ke dalam buku induk registrasi. Pencatatan dilakukan pula terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan koleksi tersebut, seperti berita acara, surat wasiat, dsb. Hasil pencatatan ini sangat diperlukan untuk penelitian koleksi lebih lanjut, karena merupakan sumber informasi awal dari koleksi tersebut. Registrasi diperlukan dalam proses pinjam-meminjam koleksi atau koleksi yang untuk sementara meninggalkan pengawasan museum, untuk beberapa maksud, misalya untuk pengujian atau identifikasi. Registrasi sebaiknya disusun untuk membantu menginspeksi secara periodik terhadap koleksi untuk terjaminnya ketepatan dalam menangani koleksi, serta untuk mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki, titipan, atau yang dikeluarkan. Sehingga dapat dicegah adanya penipuan atau pengakuan dari seseorang atas kepemilikan koleksi tersebut, dan dapat membantu peneliti dalam penelitian. Data koleksi yang dicatat dalam lembar registrasi dalam format sebagai berikut:
15
Pengelolaan Koleksi Museum, Direktorat Museum, Direktorat Jenderal Sejarah dan Kepurbakalaan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, diterbitkan tahun 2007. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
47
1. nomor registrasi 2. nomor invetarisasi 3. nama koleksi (umum atau khusus) 4. uraian singkat 5. tempat pembuatan 6. tempat perolehan 7. cara perolehan 8. ukuran 9. tanggal/tahun masuk 10. harga 11. keterangan Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan pencatatan benda-benda yang dijadikan koleksi museum ke dalam buku inventarisasi koleksi. Data dari buku registrasi sebagian besar dimasukan ke dalam buku inventarisasi. Selain dicatat dalam buku inventarisasi, setiap koleksi juga harus dibuatkan kartu inventarisasi. Kegiatan inventarisasi koleksi meliputi: a. pemberian nomor; b. klasifikasi berdasarkan jenis, bahan, nama benda, fungsi, periode, dan teknik pembuatan; c. identifikasi yang meliputi: tempat asal dibuat, tempat asal ditemukan, tempat penyimpanan, cara didapat, tanggal masuk, keadaan benda, keterangan singkat, tanggal dikerjakan, dikerjakan oleh dan keterangan lainnya. Koleksi yang telah diinventarisir dibuatkan katalog koleksi untuk memberikan informasi lengkap. Data koleksi yang dicatat dalam kartu inventarisasi meliputi:
1. Nomor registrasi 2. Nomor inventarisasi 3. Nama koleksi 4. Uraian singkat 5. Tempat pembuatan Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
48
6. Tempat perolehan 7. Cara perolehan 8. Ukuran 9. Tanggal/tahun masuk 10. keterangan Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Keterangan tentang data koleksi yang dicatat dalam buku dan kartu inventarisasi berbeda dengan data koleksi yang ditulis dalam buku dan kartu registrasi, yaitu tidak mencantumkan harga, tetapi uraian koleksi lebih lengkap dari buku registrasi. Dalam kegiatan registrasi dan inventarisasi dilakukan hal-hal sebagai berikut: a.
Penomoran Koleksi yang diregistrasi dan diinventarisasi diberi nomor registrasi dan
inventarisasi. Penomoran ini untuk mengamankan dan mempermudah dalam pengelolaan koleksi. Penomoran pada registrasi koleksi adalah penomoran kepada seluruh koleksi museum secara berurutan, berdasarkan masuknya koleksi ke museum. Sedangkan penomoran inventarisasi koleksi didasarkan kepada jenis klasifikasi dan jumlah koleksi dalam satu jenis klasifikasi koleksi, kemudian diikuti oleh nomor urut koleksi dalam satu jenis klasifikasi. b.
Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokan koleksi berdasarkan kriteria
tertentu, yaitu menurut disiplin ilmu, subdisiplin ilmu, serta berdasarkan jenis, bahan, asal daerah, dan kronologi. Tujuan klasifikasi adalah untuk menciptakan pengelompokkan dan mempermudah dalam pengelolaan dan penelitian koleksi sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pendidikan, studi dan rekreasi.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
49
c.
Katalogisasi Koleksi Katalogisasi koleksi merupakan suatu kegiatan merekam, baik secara
verbal maupun visual, serta menguraikan identifikasi koleksi pada lembaran kerja yang mempunyai format tertentu. Katalogisasi bertujuan untuk menghasilkan kartu katalog koleksi yang berisi bahan informasi tentang koleksi dan latar belakangnya secara lengkap serta dapat dijadikan sumber penelitan dan bahan publikasi. Setiap katalog hanya mencatat satu benda atau satu kelompok kesatuan kecil saja. Daftar informasi yang tercantum di dalam kartu katalog koleksi, antara lain: 1. Nama dan alamat museum 2. Nomor inventaris/katalog 3. Nama benda 4. Deskripsi, disusun sesingkat mungkin dan sejelas mungkin 5. Ukuran dan timbangan 6. Tempat asal 7. Kurun waktu/zaman 8. Cara mendapatkannya/pengadaannya 9. Tanggal pengadaannya 10. Lokasi penyimpanan di museum 11. Referensi publikasi/informasi 12. Keterangan lain-lain. Sumber: Direktorat Permuseuman, 2002
Katalog ini sebaiknya dibuat dalam rangkap ganda. Satu set disusun secara berurutan dan disimpan dalam buku jepitan yang mudah memasang dan membongkarnya, sebab kemungkinan perlu penambahan data informasi di kemudian hari. Satu set lagi disimpan dalam filing cabinet untuk katalog subjek. Katalog subjek adalah setiap koleksi menurut identitasnya dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok koleksi lainnya dalam satu unit tertentu. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
50
Dengan mengelompokkan variabel informasi yang tercantum dalam katalog koleksi akan dapat dilihat keterangan yang tercantum terisi lengkap atau tidak. Sehingga akan didapat kelompok katalog yang informatif atau kurang informatif.
4.2 Penerapan Sistem Dokumentasi Dokumentasi koleksi oleh Museum Nasional secara umum sudah dilakukan sejak perkumpulan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen di akhir abad ke-18. Dokumentasi tersebut tercatat dalam buku induk registrasi yang masih berbahasa Belanda, yaitu TBG, KBG dan NBG16. Ketika bangunan tersebut resmi menjadi milik pemerintahan Indonesia dilakukan kegiatan dokumentasi ulang yang merujuk pada catatan berbahasa Belanda tersebut. Akhir tahun 1990-an dokumentasi telah dilakukan merujuk pada teori yang dikeluarkan oleh ICOM dan diadaptasi oleh Direktorat Permuseuman Republik Indonesia. Dokumentasi koleksi dibagi dalam dua kategori umum: a. Pertama, termasuk dokumentasi yang biasanya disertai fungsi registrasi. Dokumen utama ini merupakan status legal dari sebuah objek atau pada pinjam-meminjam di museum, serta objek yang berpindah-pindah dan dijaga di bawah pengawasan museum. Dokumentasi registrasi yang baik memasukan pula catatan dari dokumen resmi, seperti bukti legal kepemilikan atau pemilik objek. Sistem dokumentasi berhubungan antara objek dengan nomor khusus, misalnya nomor inventaris dan nomor pinjam-meminjam, dan memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi objek atau lokasi yang terakhir, dokumentasi objek dalam pinjam-meminjam sebaiknya menunjukkan semua aktivitas objek tersebut sewaktu di bawah pengawasan museum. b. Kedua, termasuk dokumentasi yang disertai dengan fungsi kuratorial, yang memberikan informasi yang lebih luas mengenai sebuah objek dan 16
Jenis buku registrasi yang dibuat oleh pengelola perkumpulan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
51
meenempatkann objek paada tempatt yang teppat dan peenting di dalam d kebbudayaan dan d ilmu penngetahuan. Dokumentaasi koleksi ssebaiknya dibuat d teppat pada waaktunya, disiimpan di lo okasi yang aman a dan terpelihara deengan pennerangan yang y tepat, disertai den ngan metodde penyimppanan yang baik, dann bila perluu dibuat dupplikat dokum mentasi yang disimpan di luar musseum. Pendokumenttasian yang umum dilaakukan di museum m addalah pemb buatan karrtu tik.
Gambaar 4.1 Alur Penanganan P n Koleksi Sumbber: Direktoratt Permuseumaan, 2002
4.3 Hasil Dokumenttasi m perbaikan-pperbaikan seejak tahun 19901 Muuseum Nasiional terus melakukan an mulai dilakukan perhitungan p n koleksi deengan mengggunakan leembar inven ntaris koleksi. Lembar-lemb L bar inventaaris koleksi tersebut keemudian dibbukukan deengan sistem berrurutan sesuuai dengan nomor n regisstrasi dan noomor inventtarisasi. Maasing-masinng buku terrdiri dari seratus halam man yang beerarti dalam m satu buku menndokumentaasikan serattus benda. Buku B tersebbut oleh M Museum Nassional dikenal dengan d istillah katalogg manual (merupakan katalog yyang terdirii dari lembar-lem mbar invenntaris kolekssi yang dik kerjakan tannpa mengguunakan tekn nologi komputer)). Paada tahun 2005, 2 Museeum Nasio onal mulai merintis ddatabase ko oleksi dengan komputerisa k asi. Pekerjjaan terseb but memakkan waktuu lama karena k Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
52
mengharuskan dilakukannya perhitungan ulang dan pemberian nomor registrasi serta nomor inventaris ulang (reregistrasi dan reinventarisasi) berdasarkan lembarlembar inventarisasi yang telah dibukukan. Program komputer untuk menghasilkan database tersebut terus diperbarui untuk mendapatkan sistem dokumentasi koleksi yang akurat dan efisien. Hingga kini, secara umum dokumentasi dengan komputerisasi tersebut masih terus dilakukan. Jenis yang kedua ini oleh Museum Nasional dikenal dengan istilah katalog digital, yaitu katalogisasi dengan menggunakan program komputer.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
53
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Sumber: Museum Nasional,, 2011
Gambar 4.2 Database Koleksi
54
Footo 4.1 Lem mbar Inventaaris Koleksi Halaman 1 Foto: Vanani
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
55
Footo 4.2 Lem mbar Inventaaris Koleksii Halaman 2 Foto: Vanani V
ersitas Indo onesia Unive
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
56
4.3.1
Dokumentasi Manual Dokumentasi manual dilakukan dengan cara diketik menggunakan mesin
tik elektrik atau komputer, kemudian dicetak menjadi lembar Inventaris Koleksi. Lembar-lembar tersebut kemudian dijilid atau dibukukan sebanyak 202 buku katalog koleksi arkeologi. Masing-masing buku berisikan Lembar Inventaris Koleksi yang memiliki konten sebagai berikut: a. Nomor: Nomor inventaris dan nomor registrasi. b. Jenis/nama benda. c. Asal ditemukan benda. d. Tempat penyimpanan. e. Piktorial: nomor foto, nomor negatif film, nomor slide, nomor gambar dan lain-lain. f. Deskripsi benda: bentuk, ukuran (dalam cm), bahan (media, jenis cat, dll), warna, motif/gambar/gaya, teknik pembuatan, judul dan lain-lain. g. Riwayat benda: asal benda (desa, kecamatan,
kabupaten, propinsi,
negara), latar belakang (artis/pembuat), kegunaan/fungsi benda, tanggal perolehan (tgl/bln/thn), cara perolehan benda, tahun pembuatan benda dan umur benda/zaman. h. kondisi benda. i. keterangan (cara perolehan, rujukan ke hasil penelitian/interpretasi, referensi, nomor inventaris lama, dll.). j. deskripsi.
Konten tersebut merupakan hal penting yang menentukan ketersediaan informasi berkaitan dengan koleksi. Semua buku katalog memiliki konten yang sama dan masing-masing buku berisi 100 halaman Lembar Inventaris Koleksi yang berarti terdapat 100 koleksi terdokumentasi dalam setiap buku. Lembar
Inventaris
Koleksi
menjadi
satu-satunya
produk
dalam
dokumentasi koleksi Museum Nasional dan tidak dibedakan prakteknya dengan katalog lain atau lembar registrasi lainnya. Kegiatan dokumentasi semuanya Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
57
bermuara pada Lembar Inventaris Koleksi yang dibukukan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, berikut adalah contoh satu Lembar Koleksi Arkeologi pada buku katalog koleksi arkeologi yang memiliki dua halaman seperti yang ditunjukkan Foto 4.1 dan Foto 4.2. Pada Lembar Inventaris Koleksi tersebut saat dianalisis ternyata terlihat beberapa informasi yang juga lazim dijumpai pada Lembar Inventaris Koleksi lainnya. Informasi tersebut ditunjukkan dengan angka 1-5 sebagaimana yang terlihat pada Gambar 4.3. Nomor 1 terlihat bahwa keterangan piktorial tidak terisi, sama dengan nomor 3 diberi tanda garis pendek atau strip (−) yang berarti tidak terisi. Pada nomor 2 didapat dengan jelas bahwa keterangan terisi. Pada nomor 4 menunjukkan ada coretan pada isi sebelumnya tetapi tidak diketahui dengan pasti apa maksud dari coretan tersebut, tidak ada keterangan lain yang menyertainya, jika merupakan kesalahan tetapi tidak ditemui koreksi terhadap kesalahan tersebut. Hal ini juga sama seperti yang ditunjukkan nomor 5, yaitu keterangan sebelumnya diberi tanda tanya (?) tanpa diketahui pasti artinya. Sehingga informasi pada nomor 4 dan nomor 5 dianggap tidak terisi. Pada informasi nomor 4 dan nomor 5, tidak diketahui sebab yang pasti mengapa informasi sebelumnya yang terisi dicoret atau diberi tanda tanya karena tidak diikuti dengan perbaikan atau keterangan lain yang menyertainya. Sebagai akibatnya, maka pembaca atau pengguna Lembar Inventaris Koleksi tersebut akan kebingungan mengenai masih berlaku atau tidaknya keterangan yang terisi sebelumnya.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
58
Fotto 4.3 Inform masi Pada Lembar L Invventaris Koleeksi Foto: Vanani V
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
59
Sebagai akibat lain, informasi nomor 4 dan 5 yang relatif tinggi frekuensinya dapat menimbulkan kebimbangan bagi pembaca atau pengguna Lembar Inventaris Koleksi mengenai kesahihan isi dari Lembar Inventaris Koleksi itu sendiri. Dengan demikian, Lembar Inventaris Koleksi tersebut memberikan asumsi
bahwa
keterangan
yang
diberikan
belum
tentu
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Setelah pengamatan dilakukan terhadap Lembar Inventaris Koleksi, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap keseluruhan informasi yang ada pada buku katalog koleksi emas Wonoboyo yang dijadikan contoh17 dengan memperhatikan uraian sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Hasilnya adalah Tabel Informasi Terisi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo).18 Analisis dilakukan dengan melihat informasi seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 4.3. Informasi-informasi tersebut dinilai sebagai berikut: a. untuk informasi yang ditunjukan oleh nomor 2, menunjukkan bahwa keterangan tersebut terisi, maka pada kolom konten tersebut diberi tanda (√), b. untuk informasi yang ditunjukkan nomor 1 dan nomor 3, menunjukkan bahwa keterangan tersebut tidak terisi sama sekali ataupun diberi tanda garis pendek atau strip (−), maka pada kolom konten tersebut diberi tanda (−), c. untuk informasi yang ditunjukkan nomor 4 dan 5, menunjukkan bahwa informasi tersebut terisi, namun diberi tanda tanya (?) ataupun dicoret, maka konten tersebut dimasukkan ke dalam kategori tidak terisi dengan alasan yang telah dijelaskan sebelumnya dan diberi tanda (−).
17
Lihat halaman 9. Pada proses pengumpulan data telah dipilih satu contoh buku katalog yang diperlakukan paling baik sebagaimana nilai dari koleksi itu sendiri. Buku katalog yang dipilih berasal dari koleksi arkeologi berbahan emas, yaitu temuan‐temuan dari situs Wonoboyo. 18 Lampiran 1. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
60
Hasil dari proses analisis tersebut diketahui bahwa dalam buku katalog koleksi emas Wonoboyo yang digunakan sebagai contoh terdapat 97 koleksi arkeologi dan dimulai dengan nomor inventaris 8833–8865 q dan nomor registrasi dengan 6 digit angka dimulai dari 29651–29747. Dengan jumlah keseluruhan informasi yang teranalisis sebanyak 2716, jumlah terisi termasuk juga yang ditandai dengan tanda (√) sebanyak 1811, dengan tanda (–) sebanyak 905. Dengan hasil perhitungan tersebut kemudian dapat diketahui tingkat informasi berdasarkan informasi yang terisi dan tidak terisi pada konten buku katalog koleksi emas Wonoboyo tersebut. Perhitungannya adalah dengan mengganti tanda (√) menjadi angka pembobotnya. Angka pembobot adalah nilai yang diberikan bagi informasi yang terisi berdasarkan urutan kontennya. Angka pembobot ini bertujuan untuk membedakan informasi yang terisi dengan tidak terisi secara matematis. Sehingga dapat mempermudah perhitungan persentase tingkat informasi yang tersaji berdasarkan terisi atau tidaknya informasi dalam buku katalog. Pada konten Nomor Registrasi, Nomor Inventaris dan Jenis/Nama Benda yang sudah pasti terisi dijadikan sebagai acuan, sehingga tidak perlu diberikan angka pembobot. Angka pembobot diberikan mulai dari konten Asal Ditemukan Benda sampai konten Deskripsi, yang berarti angka pembobotnya berkisar dari 1 sampai 25 mengikuti urutan konten pada Lembar Inventaris Koleksi. Sebagai contoh, pada konten Asal Ditemukan Benda untuk informasi yang terisi diberikan angka pembobot 1 karena informasi Asal Ditemukan Benda berada pada konten urutan pertama (urutan ke-1 setelah Nomor Registrasi, Nomor Inventaris dan Jenis/Nama Benda). Pada konten Tempat Penyimpanan informasi yang terisi diberikan angka pembobot 2 karena informasi Tempat Penyimpanan berada pada konten urutan kedua, sedangkan pada konten Deskripsi diberikan angka pembobot 25 yang berarti informasi Deskripsi berada pada konten urutan ke-25. Setelah pemberian nilai berdasarkan angka pembobot tadi, maka perhitungan dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai dalam satu konten untuk mendapatkan jumlah pembobotan. Jumlah pembobotan dibagi dengan angka pembobotnya untuk mendapatkan jumlah informasi terisi. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
61
Setelah jumlah informasi terisi diketahui kemudian dijadikan kedalam bentuk persen dengan cara jumlah informasi terisi dibagi jumlah koleksi yang ada pada buku katalog koleksi emas Wonoboyo. Persentase ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel Persentase Tingkat Informasi Pada Satu Buku Katalog Koleksi Arkeologi Museum Nasional (Koleksi Emas Wonoboyo). Hasil yang didapat adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 dengan rata-rata tingkat informasi pada buku katalog koleksi arkeologi (koleksi emas Wonoboyo adalah 62.7% terisi. Tabel 4.1 Tingkat Informasi Terisi Konten Teranalisis
Informasi Terisi
Asal Ditemukan Benda
100%
Tempat Penyimpanan
100%
Piktorial: Nomor Foto
0%
Piktorial: Nomor Negatif Film
0%
Piktorial: Nomor Slide
0%
Piktorial: Nomor Gambar
0%
Piktorial: Lain-lain
0%
Deskripsi: Bentuk
99%
Deskripsi: Ukuran
99%
Deskripsi: Bahan
100%
Deskripsi: Warna
100%
Deskripsi: Motif/Gambar/Gaya
2%
Deskripsi: Teknik Pembuatan
98%
Deskripsi: Judul
0%
Deskripsi: Lain-lain
1%
Riwayat: Asal Benda
100%
Riwayat: Latar Belakang
1%
Riwayat: Kegunaan/Fungsi
100%
Riwayat: Tanggal Peroleh
94%
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
62
Riwayat: Cara Perolehan
100%
Riwayat: Tahun Pembuatan Benda
99%
Riwayat: Umur Benda/Zaman
100%
Kondisi Benda
100%
Keterangan
93%
Deskripsi
81%
Setelah analisis mengenai tingkat informasi terisi tersebut, selanjutnya analisis dilakukan pada keseluruhan buku katalog koleksi arkeologi yang berjumlah 202 buku untuk mengetahui jumlah koleksi arkeologi yang terekam. Dengan mempertimbangkan kekurangan teknis, yaitu penjilidan yang dilakukan sekedarnya terlihat dari rapuhnya penampang buku yang dapat memungkinkan Lembar Inventaris Koleksi terpisah dari buku, maka analisis dilakukan dengan melihat pada nomor registrasi dan nomor inventaris awal dan akhir. Tabel 4.2 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi19
Buku 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
No. Inventaris (awal-akhir) 856-935a 6245-4207 (125b) 6626-480b a-d 5366 (D.205-E.23) E24a-b-18f/4897 E.24 a-b - E.87 a-b E.88a-c -8740 8741-7731/C.95 6585/C87-558b 559-31a 32-71 72-171 172-271 272-371 372-471
No. Registrasi 8541 8600 10201 10301 10342 10342 10401 10501 10601 10701 10801 10901 11001 11101 11201
8599 8700 10300 10341 10441 10400 10500 10600 10700 10800 10900 11000 11100 11200 11300
Lembar
Keterangan
59 101 100 41 100 59 100 100 100 100 100 100 100 100 100
kurang dari 100
kurang dari 100 kurang dari 100
19
Sumber: Museum Nasional. Dengan modifikasi pada baris Keterangan. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
63
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
472-571 572-671 672-771 772-871 872-971 972-1071 1072-1171 1172-1271 1272-1371 1372-1471 1472-1571 1572-1671 1613-1712 1672-1771 1713-1812 1772-1871 1813-1912 1872-1971 1972-2012 2013-2112 2113-2212 2213-2312 2313-2412 2372-2471 2413-2512 2513-2612 2613-2712 2972-3071 3951-4050 4072-4171 4208-4307 4326-4425 3472-5371 3572-3671 4641-4740 4741-4840 4841-4940 3972-4071 5401-5500 5441-5540 12371-12620 12371-12620 9014-9113
11301 11401 11501 11601 11701 11801 11901 12001 12101 12201 12301 12401 12442 12501 12542 12601 12642 12701 12801 12842 12942 13042 13142 13201 13242 13342 13442 13801 13901 14001 14101 14200 14301 14401 14501 14600 14700 14801 14901 14941 23049 23049 24351
11400 11500 11600 11700 11800 11900 12000 12100 12200 12300 12400 12500 12541 12600 12641 12700 12741 12800 12841 12941 13041 13141 13241 13300 13341 13441 13541 13900 14000 14100 14199 14299 14400 14500 14599 14699 14800 14900 15000 15040 23148 23148 24450
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 41 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99 100 100 100 99 100 101 100 100 100 100 100 100
kurang dari 100
kurang dari 100
kurang dari 100
ganda ganda Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
64
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
9014-9113 9114-9213 9114-9213 9614-9313 9214-9313 9414-9513 9414-9513 9514-9613 9614-9713 9714-9813 9814-9913 9814-9913 9714-9813 9914-10013 9914-10013 10014-10113 10014-10107 8877h-8923 8877-8923 8833-8865 8833-8865 13114-13213 13114-13213 13214-13314 13214-13313 13314-13413 13314-13413 13414-13513 13414-13513 13514-13613 13514-13613 13614-13713 13614-13713 13714-13813 13814-13913 13814-13913 13914-14013 14014-14113 14014-14113 10114-10213 10114-10213 10214-10313 10214-10313
24351 24451 24451 24551 24551 24751 24751 24851 29051 29151 29151 29251 29251 29351 29351 29451 29451 29550 29550 29651 29651 29952 29952 30252 30252 30352 30352 30452 30452 30552 30552 30652 30652 30752 30852 30852 30952 31052 31052 32448 32448 32548 32548
24450 24550 24550 24650 24650 24850 24850 24950 29150 29250 29250 29350 29350 29450 29450 29549 29543 29650 29650 29747 29747 30051 30051 30351 30351 30451 30451 30551 30551 30651 30651 30751 30751 30851 30951 30951 31051 31151 31151 32547 32547 32647 32647
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99 93 101 101 97 97 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ganda
ganda
ganda kurang dari 100 kurang dari 100
kurang dari 100 ganda ganda
ganda ganda ganda
ganda
ganda
ganda ganda ganda Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
65
102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144
10314-10413 10314-10413 10414-10513 10414-10513 10514-10613 10514-10613 10614-10713 10614-10713 10714-10813 10714-10813 10814-10913 10814-10913 341-JR88/15730 341-JR88/15730 682 s/4608-15722 11114-11213 11214-11313 11214-11313 11314-11413 11314-11413 11414-11513 11414-11513 11514-11613 11514-11613 11614-11713 11614-11713 11714-11813 11714-11813 11814-11913 11914-12013 11914-12013 12014-12113 12014-12113 14114-14213 14114-14213 14214-14313 14214-14313 14314-14414 14314-14413 14414-14513 14414-14513 14514-14613 14514-14613
32648 32648 32748 32748 32848 32848 32948 32948 33048 33048 33148 33148 33248 33248 33347 37199 37299 37299 37399 37399 37499 37499 37599 37599 37699 37699 37799 37799 37899 37999 37999 38099 38099 43565 43565 43665 43665 43765 43765 43865 43865 43965 43965
32747 32747 32847 32847 32947 32947 33047 33047 33147 33147 33247 33247 33348 33346 33446 37298 37398 37398 37498 37498 37598 37598 37698 37698 37798 37798 37898 37898 37998 38098 38098 38198 38198 43664 43664 43764 43764 43864 43864 43964 43964 44064 44064
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 101 99 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
ganda ganda ganda
ganda ganda
ganda kurang dari 100
ganda ganda
ganda ganda
ganda ganda
ganda ganda
ganda ganda
ganda ganda Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
66
145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184
14614-14713 14614-14713 14714-14813 14814-14913 14914-15013 15014-15113 12314-12412 15114-15213 12414-12513 15214-15313 15314-15413 12114-12213 12214-12313 12514-12613 12614-12713 12714-12813 12814-12913 12914-13013 13014-13113 15414-15513 15514-15613 15614-15721 8878a-9009 8865 r-8850 7305-7329 7202-16125 16126-16232 16233-16464 16465-16564 16565-16599 16765-16799 820-1194 11997921g61/16907 1195-7921 L8/17190 1195-7921 L8/17190 7921d17/1719117290 17291-17391 7921D179/17392 17492-17591 17592-17701
44065 44065 44165 44265 44365 44465 44534 44565 44634 44665 44764 46334 46434 46734 46834 46934 47034 47134 47234 50570 50668 50768 50867 53842 55960 56060 56161 56261 56361 56461 56561 59545
44164 44164 44264 44364 44464 44564 46632 44664 46733 44763 44863 46433 46533 46833 46933 47033 47133 47233 47333 50667 50767 50866 50965 53941 56059 56160 56260 56360 56460 56560 56585 59644
100 100 100 100 100 100 2099 100 2100 99 100 100 100 100 100 100 100 100 100 98 100 99 99 100 100 101 100 100 100 100 25 100
59645
59744
100
59745
59844
100
59745
59844
100
59845
59944
100
59945 60045 60145 60245
60044 60144 60244 60344
100 100 100 100
ganda
dikoreksi dikoreksi kurang dari 100
kurang dari 100 kurang dari 100 kurang dari 100
kurang dari 100
ganda
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
67
185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196
8576-17702/17765 3002-3100 5541-5640 6001-6100 6201-6300 111k/8527-753 754-985 L/17958 985m/17962-1539d 1570-4141 8374-6196 6198-6643 6676-7956b
60345 61606 61705 61805 61905 65877 65977 66077 66177 66277 66377 66487
60394 61704 61804 61904 62004 65975 66076 66176 66276 66376 66476 66576
50 99 100 100 100 99 100 100 100 100 100 90
197
7958-6673
66577
66676
100
198 199 200 201 202
17941-18107 18108-18215 18216-18316 18317-18416 18417-18516
66677 66777 66877 66977 67077
66776 66876 66976 67076 67176
100 100 100 100 100
kurang dari 100 kurang dari 100
kurang dari 100
kurang dari 100 Lemb inv. Lebih 66477-66486
Hasil yang didapat adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. dengan mengurutkan nomor registrasi dan nomor inventaris diketahui bahwa ternyata ada buku yang ganda. Menurut informasi yang didapat saat analisis ini dilakukan, ternyata pada saat dilakukan pendokumentasian koleksi Museum Nasional melakukan penjilidan rangkap. Satu jilid diberikan sebagai pertanggungjawaban pada pemerintah dan satu jilid lainnya disimpan oleh pihak Museum Nasional. Namun demikian, ada 35 jilid ganda yang masih disimpan oleh pihak Museum Nasional. Dengan memperhitungan alasan tersebut, maka dilakukan penyusunan ulang dengan mengeleminasi satu buku yang ganda. Hasilnya didapat dari 202 buku katalog koleksi arkeologi yang dikumpulkan hanya ada 167 buku katalog koleksi arkeologi sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 4.3.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
68
Tabel 4.3 Perhitungan Buku Katalog Koleksi Arkeologi (Setelah Eleminasi)
Buku 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
No. Inventaris (awalakhir) 856-935a 6245-4207 (125b) 6626-480b a-d 5366 (D.205-E.23) E24a-b-18f/4897 E.24 a-b - E.87 a-b E.88a-c -8740 8741-7731/C.95 6585/C87-558b 559-31a 32-71 72-171 172-271 272-371 372-471 472-571 572-671 672-771 772-871 872-971 972-1071 1072-1171 1172-1271 1272-1371 1372-1471 1472-1571 1572-1671 1613-1712 1672-1771 1713-1812 1772-1871 1813-1912 1872-1971 1972-2012 2013-2112 2113-2212 2213-2312
No. Registrasi 8541 8600 10201 10301 10342 10342 10401 10501 10601 10701 10801 10901 11001 11101 11201 11301 11401 11501 11601 11701 11801 11901 12001 12101 12201 12301 12401 12442 12501 12542 12601 12642 12701 12801 12842 12942 13042
8599 8700 10300 10341 10441 10400 10500 10600 10700 10800 10900 11000 11100 11200 11300 11400 11500 11600 11700 11800 11900 12000 12100 12200 12300 12400 12500 12541 12600 12641 12700 12741 12800 12841 12941 13041 13141
Lembar 59 101 100 41 100 59 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 41 100 100 100
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
69
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
2313-2412 2372-2471 2413-2512 2513-2612 2613-2712 2972-3071 3951-4050 4072-4171 4208-4307 4326-4425 3472-5371 3572-3671 4641-4740 4741-4840 4841-4940 3972-4071 5401-5500 5441-5540 12371-12620 9014-9113 9114-9213 9614-9313 9214-9313 9414-9513 9514-9613 9614-9713 9714-9813 9814-9913 9814-9913 9714-9813 9914-10013 10014-10113 10014-10107 8877h-8923 8877-8923 8833-8865 13114-13213 13214-13314 13214-13313 13314-13413 13414-13513 13514-13613 13614-13713
13142 13201 13242 13342 13442 13801 13901 14001 14101 14200 14301 14401 14501 14600 14700 14801 14901 14941 23049 24351 24451 24551 24551 24751 24851 29051 29151 29151 29251 29251 29351 29451 29451 29550 29550 29651 29952 30252 30252 30352 30452 30552 30652
13241 13300 13341 13441 13541 13900 14000 14100 14199 14299 14400 14500 14599 14699 14800 14900 15000 15040 23148 24450 24550 24650 24650 24850 24950 29150 29250 29250 29350 29350 29450 29549 29543 29650 29650 29747 30051 30351 30351 30451 30551 30651 30751
100 100 100 100 100 100 100 100 99 100 100 100 99 100 101 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99 93 101 101 97 100 100 100 100 100 100 100
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
70
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123
13714-13813 13814-13913 13914-14013 14014-14113 10114-10213 10214-10313 10314-10413 10414-10513 10514-10613 10614-10713 10714-10813 10814-10913 341-JR88/15730 341-JR88/15730 682 s/4608-15722 11114-11213 11214-11313 11314-11413 11414-11513 11514-11613 11614-11713 11714-11813 11814-11913 11914-12013 12014-12113 14114-14213 14214-14313 14314-14414 14314-14413 14414-14513 14514-14613 14614-14713 14714-14813 14814-14913 14914-15013 15014-15113 12314-12412 15114-15213 12414-12513 15214-15313 15314-15413 12114-12213 12214-12313
30752 30852 30952 31052 32448 32548 32648 32748 32848 32948 33048 33148 33248 33248 33347 37199 37299 37399 37499 37599 37699 37799 37899 37999 38099 43565 43665 43765 43765 43865 43965 44065 44165 44265 44365 44465 44534 44565 44634 44665 44764 46334 46434
30851 30951 31051 31151 32547 32647 32747 32847 32947 33047 33147 33247 33348 33346 33446 37298 37398 37498 37598 37698 37798 37898 37998 38098 38198 43664 43764 43864 43864 43964 44064 44164 44264 44364 44464 44564 46632 44664 46733 44763 44863 46433 46533
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 101 99 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2099 100 2100 99 100 100 100
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
71
124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166
12514-12613 12614-12713 12714-12813 12814-12913 12914-13013 13014-13113 15414-15513 15514-15613 15614-15721 8878a-9009 8865 r-8850 7305-7329 7202-16125 16126-16232 16233-16464 16465-16564 16565-16599 16765-16799 820-1194 1199-7921g61/16907 1195-7921 L8/17190 7921d17/17191-17290 17291-17391 7921D179/17392 17492-17591 17592-17701 8576-17702/17765 3002-3100 5541-5640 6001-6100 6201-6300 111k/8527-753 754-985 L/17958 985m/17962-1539d 1570-4141 8374-6196 6198-6643 6676-7956b 7958-6673 17941-18107 18108-18215 18216-18316 18317-18416
46734 46834 46934 47034 47134 47234 50570 50668 50768 50867 53842 55960 56060 56161 56261 56361 56461 56561 59545 59645 59745 59845 59945 60045 60145 60245 60345 61606 61705 61805 61905 65877 65977 66077 66177 66277 66377 66487 66577 66677 66777 66877 66977
46833 46933 47033 47133 47233 47333 50667 50767 50866 50965 53941 56059 56160 56260 56360 56460 56560 56585 59644 59744 59844 59944 60044 60144 60244 60344 60394 61704 61804 61904 62004 65975 66076 66176 66276 66376 66476 66576 66676 66776 66876 66976 67076
100 100 100 100 100 100 98 100 99 99 100 100 101 100 100 100 100 25 100 100 100 100 100 100 100 100 50 99 100 100 100 99 100 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
72
167
18417-18516
67077
67176 Total
100 16150
Sumber: Museum Nasional20
Diketahui bahwa dari perhitungan jumlah koleksi per buku berdasarkan range nomor registrasi serta nomor inventarisasi awal dan akhir, maka ditemukan bahwa ada buku yang tidak tepat 100 lembar, berarti juga tidak tepat 100 koleksi yang terdokumentasi. Sebagai contoh, seperti yang ditunjukkan pada kolom nomor 1, 4 dan 6 (Tabel 4.3) jumlah lembar hanya mencapai 59, 41 dan 59, berarti juga bahwa sejumlah tersebut koleksi yang terdokumentasi. Hal lain yang didapat adalah bahwa penyusunan pada buku-buku tersebut tidak sistematis yang berarti terdapat pengulangan nomor registrasi. Sehingga dari range nomor registrasi didapat kelebihan lembar, padahal kenyataannya tidak ada buku yang dijilid mencapai lebih dari 100 lembar. Sebagai contoh, pada kolom 151 dan 153 yang menunjukkan 2099 dan 2100 lembar. Penyusunan buku tersebut juga tidak kronologis, artinya terdapat koleksi etnografi yang terjilid dalam koleksi arkeologi. Pada nomor registrasi dan nomor inventaris juga ditemukan pengulangan nomor. Nomor registrasi dan nomor inventaris pada koleksi yang sebelumnya sudah terjilid terulang masuk ke dalam jilid yang lain. Hal lain yang didapat adalah bahwa terjadi dua kali penomoran registrasi atau penomoran inventaris pada koleksi yang sama. Hal ini tentu akan menyebabkan kesalahan pada perhitungan jumlah koleksi. Jika jumlah koleksi keseluruhan dihitung berdasarkan nomor registrasi, maka akan terjadi kesalahan perhitungan, karena nomor registrasi yang berbeda diterapkan pada koleksi yang sama. Pada Tabel 4.3 juga dapat dilihat bahwa berdasarkan urutan nomor registrasi dan nomor inventaris terdapat beberapa buku yang nomor registrasinya terpaut jauh dari seharusnya (sebagai contoh lihat kolom 42−43; 55−56; 62−63). 20
Dimodifikasi dengan menghilangkan buku yang tercatat ganda. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
73
Diketahui bahwa nomor registrasi diberikan dengan berurutan dan teratur dari nomor terkecil ke nomor terbesar. Ambil contoh yang terjadi pada buku dengan nomor inventaris 2613−2712, nomor registrasi 13442−13541 (Tabel 4.3 kolom 42) dan sandingkan dengan buku bernomor inventaris 2972−3071, nomor registrasi 13801−13900. Jika didasarkan pada fakta bahwa nomor registrasi diberikan berurutan dan teratur, maka range kedua buku tersebut terpaut 261. Hal tersebut bisa berarti bahwa ada 261 koleksi pada 261 lembar inventaris yang dibukukan. Pada kolom 55 dan 56 terpaut 8010 nomor registrasi dan pada kolom 62 dan 63 terpaut 4102 nomor registrasi. Dari hasil analisis tidak diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan keterpautan sebesar jumlah tersebut. Untuk memperhitungkan jumlah koleksi berdasarkan katalog manual tersebut tidak mungkin didapat jumlah yang pasti mengingat kekurangankekurangan yang telah diuraikan dalam proses analisis ini. Untuk mendapatkan jumlah taksiran koleksi arkeologi yang dimiliki oleh Museum Nasional dan sudah terdokumentasi, maka dapat dilakukan pendaftaran nomor registrasi dan nomor inventaris dengan berurutan dan menjumlah Lembar Inventaris yang terjilid dalam setiap buku. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa buku ganda yang ada di Tabel 4.2 telah dihilangkan, dengan demikian tidak terjadi perhitungan ganda juga. Untuk mendapatkan jumlah taksiran bisa dilihat lembar koleksi yang terjilid dalam buku katalog lalu dijumlahkan keseluruhan dan dikurangi dengan jumlah lembar yang mencapai 2099 dan 2100. Hasilnya didapat jumlah 16150 Lembar Inventaris Koleksi yang berarti terdapat 16150 koleksi. Tentu
saja
jumlah
tersebut
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya jika dijadikan jumlah nyata kesuluruhan jumlah koleksi arkeologi Museum Nasional. Mengingat kekurangan-kekurangan seperti terjadinya tumpang tindih kelompok koleksi etnografi dan arkeologi, serta terjadinya pengulangan nomor registrasi dan nomor inventaris pada beberapa koleksi. Sehingga jumlah tersebut bisa saja jauh dari kenyataan sebenarnya. Namun, dari hasil pengurutan ini didapat jumlah pembanding. Pada awal bab telah disinggung bahwa berdasarkan keterangan yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
74
Museum Nasional tahun 200421 jumlah koleksi arkeologi yang ada di Museum Nasional adalah 9020 koleksi. sedangkan dari jumlah yang didapat dari Tabel 4.3 adalah 16150 koleksi. Tentunya dengan segala kekurangan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, jumlah tersebut masih terpaut sangat banyak.
4.3.2
Dokumentasi Digital Sebagaimana telah ditunjukkan pada Gambar 4.2 bahwa Museum Nasional
telah melakukan dokumentasi secara komputerisasi untuk mendapatkan database koleksi. Database tersebut didapat dari data Lembar Inventaris Koleksi yang telah dibukukan kemudian di input ke dalam program komputer. Dengan
sistem
komputer
yang
digunakan
tersebut,
kekurangan-
kekurangan seperti penjilidan tidak sistematis yang menyebabkan terulangnya nomor registrasi (nomor registrasi ganda) dapat ditanggulangi agar tidak terjadi. Begitu juga dengan sistem penjilidan yang tidak kronologis, seperti masuknya koleksi etnografi ke kelompok koleksi arkeologi juga dapat ditanggulangi. Pengamatan dilakukan dengan mencocokkan konten database dan konten yang ada pada buku katalog koleksi manual. Hasilnya didapat bahwa baik database ataupun buku katalog koleksi manual memiliki konten yang sama. Adapun perbedaannya hanya terletak pada klasifikasi koleksi, pada database klasifikasi koleksi dikelompokkan berdasarkan jenisnya (lihat Gambar 4.3). Database koleksi Museum Nasional dapat ditelusuri dengan mengetahui terlebih dahulu kelompok jenis dari koleksi tersebut, dalam hal ini kelompok jenis koleksi tersebut adalah koleksi arkeologi. Dengan menggunakan kata kunci “arkeologi” maka akan didapat kelompok database koleksi arkeologi.
21
Bambang Soemadio dalam Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional, tahun 2004. Halaman 5. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
75
Prassejarah Arkkeologi Num mismatik Jenis Ko oleksi
Keramik Geografi Etn nografi Sejarah
Gam mbar 4.3 Klaasifikasi Koleksi Berdaasarkan Jeniis Suumber: Museu um Nasional
d adalah tercatatt di dalam database tersebut ko oleksi Haasil yang didapat arkeologi sebanyak 7126 7 kolekssi. Namun demikian tiidak diketahhui dengan pasti y termasuuk ke dalam m jumlah tersebut. Denngan kata laain tidak terrdapat apa saja yang daftar koleeksi arkeoloogi yang meenyertai jum mlah yang didapat d terseebut.
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
76
Unntuk mengeetahui koleeksi apa saaja yang teermasuk kee dalam ju umlah tersebut, maka m perluu dilakukann penelusurran kata kuunci lain ssetelah dikeetahui kelompokk koleksinyya adalah arkeologi. Dalam proosedur ini,, awalnya telah ditetapkann klasifikassi koleksi yang y ingin n diketahui informasinnya berdasarkan bahan sessuai dengann keilmuann arkeologi, yaitu berrdasarkan kkelompok bahan b 2 tanah liat22 , batu dan logam23:
Tanah h Liat • Wadaah • Relieef • Arca
Battu • • • •
Arca Prasaasti Relief Makaara
Logaam • • • •
Arca Prasaasti Perhiasan Wadaah
Gam mbar 4.4 Klaasifikasi Koleksi Berdaasarkan Bahhan Ilustrasi: Vanani V
Selanjutnya, penelusuraan dilakukaan dengan mengetikkkan kata kunci k y jenis koleksi k arkeeologi. Pada database ketik “arkeeologi” dan pada pertama, yaitu kolom bahhan lalu keetik “tanah liat” dan kemudian k m mencari satuu per satu sesuai s dengan klaasifikasi pada Gambar 4.4. Haasilnya adallah tidak ditemukan d klasifikasi k t tersebut. Hasil penelu usuran menunjukkkan bahwaa kebanyakkan koleksi tidak dikeelompokkann lagi ke dalam d jenisnya. Database hanya h menggelompokkaan koleksi pada dua kkelompok besar, b
22 23
Museum Nasional men nggunakan isttilah terakota untuk bahan tanah liat. Soemadio membagi lo ogam ke dalaam emas, peraak, perunggu dan campuraan logam lain n. Lihat Gambar 3.2, halaman 39. Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
77
yaitu kelompok koleksi arkeologi dan bahan yang digunakan pada koleksi tersebut. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, seluruh koleksi arkeologi berbahan tanah liat dinamakan terakota dan dikelompokkan berdasarkan fungsi, yaitu sebagai alat rumah tangga dan tidak diketahui fungsinya. Sedangkan untuk membagi lagi kelompok alat rumah tangga yang sebanyak 909 tersebut ke dalam klasifikasi berdasarkan bentuknya tidak dapat ditelusuri.
Tabel 4.4 Kelompok Koleksi Terakota (Tanah Liat)
No.
Fungsi
Jumlah
1.
Alat Rumah Tangga
909
2.
Tidak Diketahui
19
Berbeda dengan kelompok tanah liat, kelompok bahan batu lebih tidak memungkinkan untuk dilakukan penelusuran berdasarkan klasifikasi bentuknya. Karena koleksi batu tidak terdaftar secara keseluruhan untuk bisa dibagi lagi, yang bisa didapat adalah jumlah arca batu sebanyak 230 dan pelandas sebanyak 2. Hasilnya adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kelompok Koleksi Batu No.
Bentuk
1.
Arca
2.
Pelandas
Jumlah 230 2
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
78
Hal yang sama juga terjadi pada koleksi berbahan logam. Berdasarkan penelusuran dengan menggunakan database tidak didapat penggolongan berdasarkan bentuk. Hasil penelusuran hanya memperlihatkan kelompok koleksi berdasarkan unsur bahan logam tersebut, seperti emas, perunggu, perak ataupun campuran seperti yang di perlihatkan Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kelompok Koleksi Logam
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bahan
Jumlah
Emas Perunggu Perak Logam Lapis Emas Kuningan Besi Tembaga Tembaga Campur Kuningan Campur Emas dan Perak Besi dan Tembaga
1253 1281 1314 11 46 86 113 5 10 2 3
Dari hasil penelusuran didapat jumlah koleksi arkeologi, yaitu sebanyak 7126. Jumlah tersebut secara otomatis keluar ketika mengetikkan kelompok koleksi arkeologi. Kemudian dari jumlah tersebut dicoba untuk ditelusuri pembagiannya seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan didapat bahwa koleksi berbahan tanah liat berjumlah 928, berbahan batu berjumlah 851 dan berbahan logam berjumlah 4124. Namun, dari jumlah ketiga kelompok bahan tersebut tidak tepat 7126 sebagaimana yang didapat dari jumlah keseluruhan kelompok koleksi arkeologi di database, melainkan hanya berjumlah 5903.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
79
Perincian lain yang didapat adalah pada koleksi berbahan logam, yaitu mata uang perak sebanyak 91224, cermin perunggu sebanyak 154 dan arca perunggu sebanyak 376. Lainnya adalah campuran tembaga dengan perunggu sebanyak 8 yang merupakan rantai genta. Selain hal tersebut tidak dapat ditelusuri lagi mengenai jumlah koleksi dan klasifikasinya melalui database. Dari hasil penelusuran tersebut, dapat disimpulkan bahwa baik katalog koleksi manual (buku katalog) dengan database tidak data jumlah koleksi yang sama. Sedangkan jumlah awal yang didapat dari Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional yang diterbitkan tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah koleksi arkeologi Museum Nasional adalah 9020 koleksi. Dengan dilakukannya penelusuran pada sistem dokumentasi yang diterapkan oleh Museum Nasional ternyata jumlah tersebut tidak ditemukan.
4.4 Tinjauan Berdasarkan hasil penelusuran mengenai dokumentasi koleksi arkeologi yang diterapkan di Museum Nasional diketahui bahwa sistem dokumentasi yang diterapkan merupakan suatu kesatuan. Hal tersebut dapat dilihat, pertama, tidak ada pemisahan antara registrasi dan inventarisasi yang keseluruhan bermuara pada buku katalog koleksi; kedua, buku katalog koleksi tersebut merupakan acuan dalam membuat database katalog koleksi. Akibat yang timbul dari sistem yang terhubung tersebut, maka tidak bisa dipastikan apakah database telah mencukupi dalam menyediakan keterangan terkait koleksi arkeologi, baik dari segi jumlah, kondisi ataupun keterangan lain yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian terkait koleksi tersebut. Hal tersebut dikarenakan kondisi buku katalog koleksi arkeologi masih kurang informatif dan tidak bisa dipastikan kesahihannya. Seperti yang diketahui dari hasil perhitungan Lembar Inventaris Koleksi yang terjilid dalam 167 buku koleksi arkeologi dengan segala kekurangan yang telah diuraikan sebelumnya, didapat jumlah koleksi arkeologi adalah 16150 24
Berdasarkan Gambar 4.3, maka seharusnya mata uang ini masuk ke dalam kelompok jenis koleksi Numismatik. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
80
koleksi. Sementara S yang dilannsir oleh piihak Museum Nasionnal dalam Buku Petunjuk Koleksi Arrkeologi Museum M Nassional padaa tahun 2004 adalah 9020 koleksi. sedangkan s dari hasil penelusuraan databasee koleksi aarkeologi hanya h ditemukann sebanyak 5903. Deengan mengggunakan daata jumlah koleksi k yangg muncul daari penelitiaan ini, didapat diagram persentase dokuumentasi un ntuk menunjjukkan jum mlah koleksi yang j ko oleksi yangg belum terdokumeentasi. sudah terdokumentaasi dan jumlah Penyimpuulan ini mennggunakan data jumlaah koleksi yang y dilanssir oleh Mu useum Nasional pada p tahun 2004, yaituu sebanyak 9020 dan membandin m ngkannya deengan menggunaakan data juumlah kolekksi dari hassil penelusuuran katalogg digital25, yaitu 5903, makka didapat persentase p seperti yang tunjukkan pada p Gambbar 4.5.
P Persenta ase Dokumentaasi Kolekksi
Jumlah Kolleksi Sudah Terdokumeentasi
4 43% 57 7%
Jumlah Kolleksi Belum Terdokumeentasi
Gaambar 4.5 Diagram D Perrsentase Dokkumentasi K Koleksi Ilustraasi: Vanani
25
Dengan pertimbangan n bahwa kataalog digital dibuat d untuk meminimalissir kekurangan dari manual. katalog m ersitas Indo onesia Unive
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
81
Haasilnya adaalah kolekssi arkeologi di Museeum Nasionnal dari ju umlah koleksi yaang dilansirr oleh Museeum Nasion nal pada tahhun 2004 hhanya 57% yang sudah terddokumentassi dan sisanyya 43% bellum terdokuumentasi. D Dengan dem mikian persentse tersebut dapat d mennjawab perrtanyaan penelitian m mengenai sudah s terdokumeentasi selurruhnya atauu belum kolleksi arkeollogi yang aada, yaitu bahwa b dokumenttasi belum dilakukan seluruhnyaa pada kolleksi arkeoologi, baik bagi koleksi yaang dipamerrkan ataupuun koleksi yaang tidak diipamerkan.
Koleksii Arkeo ologi Mu useum Nasional Kolleksi Arke eologi yaang dipam merkan
Koleksi Arkeeologi yang ssudah terdo okumentasi
Gam mbar 4.6 Perrbandingan Koleksi Daan Dokumenntasi Ilustrasi:: Vanani
Unive ersitas Indo onesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
82
Dilihat dari segi kualitas informasi yang disajikan dalam buku katalog koleksi arkeologi, dengan mengacu pada buku katalog koleksi emas Wonoboyo, hanya didapat perhitungan tingkat informasi, yaitu 62.7% informatif berdasarkan terisi atau tidaknya keterangan pada konten katalog. Jika pada buku katalog koleksi emas yang dianggap prestisius saja hanya menghasil 62.7% informatif, lalu bagaimana dengan katalog koleksi lain. Selain itu, diketahui bahwa hasil penelitian terkini terkait dengan koleksi museum tidak pernah direvisi atau ditambahkan, sehingga tidak pernah ada pembaruan atau penambahan informasi dalam dokumentasinya. Deskripsi, referensi dan riwayat koleksi dilakukan pada tahun 1980-an. Dari kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian ini bahwa: a. koleksi arkeologi belum seluruhnya terdokumentasi, jika dilihat dari jumlah koleksi yang dipamerkan dan perbedaan jumlah koleksi arkeologi yang terpaut banyak berdasarkan data katalog koleksi manual ataupun digital, b. sudah ada koleksi arkeologi yang terdokumentasi, namun masih belum terisi kontennya, c. adapun yang sudah terisi tetapi belum memenuhi prinsip dokumentasi dalam arkeologi.
Oleh karena itu, untuk dapat mendokumentasikan keseluruahan koleksi arekologi pertama yang harus dipertegas adalah ruang lingkup koleksi arkeologi itu sendiri. Benda arekologi apa saja yang termasuk kedalam koleksi arkeologi. Pengelompokkan dan pendefinisian yang tepat mengenai koleksi arkeologi harus jelas. Misal, gerabah yang termasuk kedalam koleksi arkeologi adalah gerabah yang berbahan tanah liat dan pasti berasal dari antara abad ke-4 hingga ke-15. Hal tersebut harus dipertegas lagi dalam menangani koleksi arkeologi. sehingga dapat memudahkan dokumentasi selanjutnya, dengan cara memastikannya melalui
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
83
referensi yang sudah pasti dan untuk itu diperlukan konteks lainnya untuk mempertegas. Untuk melengkapi konten informasi yang ada pada setiap dokumentasi koleksi (dalam hal ini dalam katalog koleksi yang merupakan produk dari dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional), maka setiap dan keseluruhan konten informasi harus bersifat “wajib isi”. Dalam pengertian ini, konten informasi yang tidak terisi akan mempengaruhi input informasi lainnya, sehingga setiap konten informasi wajib terisi untuk memastikan konten informasi lainnya juga terisi. Lalu bagaimana dengan penerapan prinsip dokumentasi dalam arkeologi pada sistem dokumentasi koleksi arkeologi? dengan menimbang keseluruhan data dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka pada tahap akhir penelitian ini didapat sebuah sintesis antara prinsip-prinsip dokumentasi dalam arkeologi yang harus terpenuhi dalam dokumentasi koleksi arkeologi dengan sistem dokumentasi yang telah diterapkan selama ini pada koleksi arkeologi Museum Nasional. Hasilnya adalah sebuah output penelitian yang dapat dijadikan rekomendasi dalam perbaikan sistem yang ada sekarang guna mengakomodir informasi-informasi arkeologi di dalam dokumentasi koleksi arkeologi. Sebelum benda arkeologi yang masuk ke dalam museum lalu didokumentasikan, benda arkeologi tersebut memiliki konteks yang terkandung didalamnya, yaitu matriks, provienience dan asosiasi. Matriks berkaitan dengan lapisan tanah atau lingkungan ketika benda tersebut ditemukan, provienience berkaitan dengan keletakannya secara geografis dalam koordinat garis lintang dan bujur dan wilayah mulai dari skala besar ke skala kecil, serta asosiasi yang merupakan keterkaitan benda tersebut dengan benda lainnya yang ditemukan (dapat dicantumkan daftar benda lain yang berelasi). Pada matriks dapat diberi keterangan yang lebih umum mengenai lingkungan saat benda tersebut ditemukan, karena tidak semua benda-benda tesebut didapat dari penggalian arkeologi yang jelas dokumentasinya. Misal, pada benda yang ditemukan oleh masyarakat dan diberikan ke museum tanpa diketahui dengan pasti pada lapisan mana ditemukannya karena merupakan area persawahan, maka pada matriks dapat diisi area persawahan sebagai lingkungan Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
84
asal. Bentuk lingkungan umum lainnya, seperti lingkungan pantai dan linkgungan pegunungan. Setelah benda tersebut ditemukan tentunya benda tersebut harus dijelaskan berdasarkan dimensinya, dimensi bentuk, ruang dan waktu. Dimensi bentuk menitikberatkan pada atribut benda, yaitu atribut bentuk (ukuran dalam panjang, tinggi, lebar dan berat), atribut teknologi (bahan baku yang digunakan dan cara buat) dan atribut stilistik (gaya atau ciri-ciri fisik seperti warna, tekstur dan hiasan).26 Pada dimensi bentuk, dengan mengetahui atribut dari benda tersebut, maka benda dapat digolongkan berdasarkan bagian-bagian bentuk dari benda tersebut. Misal, gerabah, pada bagian bentuk terdapat dikelompokkan lagi ke dalam cerat, tutup, dasar, badan, dll. Dimensi ruang diketahui berdasarkan konteks dan penjelasan mengenai dimensi waktu akan menempatkan benda tersebut ke dalam zaman atau masa benda tersebut berasal. Di dalam dokumentasi koleksi juga diperlukan deskripsi yang jelas dan sesuai dengan fakta mengenai benda tersebut. Deskripsi dilakukan dengan dua cara, yaitu deskripsi verbal dan piktorial. Deskripsi piktorial dimaksudkan untuk melengkapi dan mempertegas deskripsi verbalnya. Deskripsi piktorial dilakukan dengan gambar (sketsa benda) dan foto. Pada dokumentasi koleksi juga diperlukan keterangan lain seperti cara perolehan. Jika diperoleh melalui hibah atau hadiah harus mencantukan nama individu atau institusi yang memberi. Jika diperoleh melalui ekskavasi, maka harus disertakan laporan ekskavasinya. Selanjutnya ketika benda tersebut masuk ke museum, maka pihak museum akan menempatkannya di tempat koleksi, baik di ruang pameran ataupun di ruang penyimpanan (gudang). Tempat penyimpanan harus dicantumkan dalam dokumentasi dan harus menghadirkan keterangan yang aktual dan akurat. Dalam pengertian jika di simpan di ruang pameran, maka dicantumkan nomor fitrin atau jika disimpan di gudang, maka dicantumkan posisinya dan perlakuan preservasi
26
Albert C. Spaulding, The Dimension of Archaeology, tahun 1971. Halaman 25−30. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
85
yang didapat benda tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan mengelola atau menemukan koleksi tersebut apabila diperlukan sewaktu-waktu. Selain keterangan tempat penyimpanan juga diberikan keterangan mengenai penelitian terkait dengan benda tersebut (siapa penelitinya dan hasil penelitiannya) dan riwayat mengenai pameran yang pernah menyertakan benda tersebut. Hal ini bertujuan agar informasi terkait dengan benda tersebut bersifat aktual. Keseluruhan uraian tersebut digunakan sebagai konten dalam sistem dokumentasi digital yang sudah ada di Museum Nasional. Tujuannya adalah agar dapat menghasilkan database koleksi arkeologi yang memuat informasi-informasi arkeologi sebagai titik awal dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan benda tersebut. Misalkan, pada kelompok kolesi arca, setelah mengelompokkannya berdasarkan bahan, maka perlu ditambahkan subkelompok, yaitu arca dewa, dewi, manusia atau binatang. Contoh pada prasasti dapat dikelompokkan berdasarkan bahan, yaitu batu atau logam dan pada subkelompok dapat ditambahkan pilihan bahasa yang digunakan pada prasasti tersebut, seperti bahasa sansekerta, bahasa jawa kuno, bahasa melayu kuno atau bahasa sunda kuno. Demikian pula pada alat upacara dan alat rumah tangga, misalkan gerabah, setelah dikelompokkan berdasarkan bahan, tanah liat, logam atau batu, maka pada subkelompok ditambahkan pilihan seperti bagian bentuknya, yaitu cerat, badan, bagian dasar, tutup dan pegangan. Semua konten informasi bersifat wajib isi, sehingga keseluruhan informasi pada benda tersebut terekam dalam sistem dokumentasi ini. Pengisian dokumentasi koleksi arekologi juga harus diisi oleh orang yang berasal dari disiplin ilmu arkeologi, sehingga dapat memudahkan pengisian keseluruhan sistem dokumentasi koleksi arkeologi. Konten informasi yang digunakan baik pada sistem dokumentasi manual ataupun sistem dokumentasi digital harus diselaraskan. Maksudnya adalah bahwa jika database koleksi diisi berdasarkan apa yang disediakan pada lembar inventaris koleksi secara manual dan lembar inventaris koleksi secara manual tersebut diisi oleh orang yang berlatarbelakang ilmu Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
86
arkeologi, maka isi dari subkelompok tersebut harus sesuai dengan yang ada pada pilihan subkelompok di database koleksi. Dengan demikian terlihat bahwa sistem dokumentasi tersebut memiliki kesamaan informasi. Dengan menerapkan rekomendasi ini dalam katalog koleksi arkeologi, maka museum telah melakukan pendekatan yang signifikan dalam memudahkan para peneliti, khususnya arkeolog, dalam melakukan interpretasi melalui rekonstruksi sejarah kebudayaan, rekonstruksi cara-cara hidup dan pemahaman proses budaya.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
87
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis mengenai koleksi arkeologi dan dengan mempertimbangkan teori yang telah diuraikan mengenai dokumentasi koleksi arkeologi, maka didapat dua poin utama kesimpulan. Poin pertama mengenai sistem dokumentasi yang selama ini diterapkan oleh pihak Museum Nasional dan poin kedua mengenai koleksi arkeologi yang disimpan di Museum Nasional. Pada Bab 4 telah diuraikan bagaimana sistem dokumentasi yang selama ini dipraktekkan oleh pihak Museum Nasional ternyata masih belum memenuhi kriteria dokumentasi arkeologi, mengingat penelitian ini terfokus pada penanganan dokumentasi koleksi arkeologi. Hingga proses analisis selesai dilakukan, tidak ditemukan adanya dokumentasi koleksi arkeologi yang memuat informasi arkeologi. Perangkat yang digunakan untuk bisa menghasilkan informasi arkeologi itu juga tidak terlihat selama proses pengumpulan data ataupun analisis data. Perangkat yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 2, mengenai dimensi bentuk, ruang dan waktu. Selain itu juga tidak ditemukan adanya informasi yang lengkap mengenai atribut koleksi itu sendiri yang merupakan inti dari dokumentasi. Kekurangan lain yang dapat disimpulkan adalah sistem dokumentasi yang dilakukan hingga saat ini dapat dikatakan tidak menghasilkan informasi apapun yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti misalnya, tidak ada pebaruan informasi mengenai koleksi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap koleksi tersebut. Hal ini terlihat dari buku katalog manual yang tidak terawat dengan baik dari sejak dijilid pada tahun 1990-an. Semua tanggal referensi yang dicantumkan dalam keterangan pada buku katalog tersebut juga berasal dari penelitian lama. Hingga saat ini, informasi yang tidak terisi saat buku katalog tersebut dibuat masih tetap tidak juga terisi. Hal
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
88
tersebut memberikan kesan bahwa, setelah dijilid tidak ada tindak lanjut lainnya yang terhadap dokumentasi tersebut. Sebagaimana juga yang terlihat pada proses analisis bahwa katalog manual tersebut memiliki kekurangan seperti penyusunan yang tidak sistematis dan tidak kronologis. Kekurangan tersebut tampaknya dicoba untuk diminimalisir dengan menggunakan sistem komputerisasi untuk menghasilkan database. Ternyata hasilnya pun masih jauh dari kriteria dokumentasi arkeologi dan dokumentasi museologi. Hal tersebut terlihat bahwa ketika dianalisis ternyata masih sulit untuk mendapatkan informasi mengenai koleksi yang tidak didapat pada dokumentasi manual dan masih juga tidak didapat di dokumentasi digital. Hal lain yang juga tidak dapat dikesampingkan adalah keterpautan jumlah yang cukup besar antara jumlah koleksi taksiran pada dokumentasi manual dengan dokumentasi digital. Pada
dokumentasi
manual
jumlah
taksiran
koleksi
arkeologi
terdokumentasi adalah sebesar 16150. Sedangkan jumlah yang terdapat pada dokumentasi digital yang secara otomatis diketahui hanya dengan mengetikkan koleksi arkeologi adalah sebanyak 7126, apabila ditelusuri lebih lanjut, maka jumlah tersebut berkurang menjadi 5903. Jumlah tersebut bahkan tidak mencapai setengah dari jumlah taksiran yang didapat dari penjumlahan Lembar Inventaris Koleksi yang diasumsikan bahwa satu Lembar Inventaris Koleksi mewakili satu koleksi arkeologi. Sementara itu, Buku Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional terbitan Museum Nasional tahun 2004 menyatakan bahwa jumlah koleksi arkeologi ada sebanyak 9020 tidak dapat dibuktikan kebenaranya pada penelitian ini. Terpaut kurang lebih 2000 koleksi jika dibandingkan dengan jumlah yang dihasilkan melalui perhitungan komputerisasi. Pada akhirnya, dari kekurangan tersebut terlihat bahwa antara jumlah koleksi yang dipamerkan dan tidak dipamerkan tidak memiliki sistem dokumentasi yang tepat. Dalam arti, jumlah koleksi yang dipamerkan sangat sedikit dari jumlah koleksi yang disimpan sehingga menimbulkan pertanyaan apakah selebihnya tersimpan di gudang saja. Data jumlah koleksi yang didapatkan
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
89
dari penelusuran katalog, baik katalog manual ataupun katalog digital jelas tidak sinkron. Dokumentasi
digital
yang
dilakukan
diharapkan
dapat
menutup
kekurangan besar seperti ketidaktahuan jumlah pasti dari koleksi Museum Nasional, dalam penelitian ini khususnya koleksi arkeologi, ternyata bahkan tidak dapat memberikan informasi arkeologis terkait dengan koleksi arkeologi tersebut. Lihat saja pada analisis yang dilakukan dengan menelusuri kelompok koleksi berdasarkan jenisnya. Kelompok koleksi tersebut memang memiliki jumlah yang secara otomatis muncul, namun saat ditelusuri lebih lanjut tidak mampu menampilkan daftar koleksi berdasarkan bahan dan bentuk. Sehingga informasi tersebut sulit diakses dan akhirnya terkesan sama saja tidak informatifnya dengan dokumentasi katalog manual. Pada kenyataannya dari hasil analisis juga dapat disimpulkan bahwa Museum Nasional tidak memiliki jumlah pasti mengenai koleksinya. Secara khusus dalam hal ini adalah jumlah pasti dari koleksi arkeologi. Sehingga menimbulkan pertanyaan lain, yaitu bagaimana Museum Nasional dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola, merawat dan melestarikan koleksi, sementara dokumetansi koleksi yang merupakan sentral dari kegiatan museum seperti, preservasi, penelitian dan komunikasi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara kualitas. Kualitas dokumentasi koleksi Museum Nasional dapat dilihat berdasarkan persentase informasi yang disajikan dalam satu buku katalog. Sebagaimana yang telah diuraikan pada proses analisis, didapat bahwa dalam satu buku katalog penyajian informasi hanya 62.7% yang tersaji. Jumlah tersebut tentu saja masih kurang jika pada prinsipnya museum juga berperan sebagai pelestari ilmu pengetahuan. Persentase tersebut tentu saja jauh dari yang diharapkan dapat dipenuhi oleh museum. Museum diharapkan untuk dapat menjadi lembaga yang menyajikan 100% informasi terkait dengan cabang ilmu. Karena fungsi dari museum yang juga merupakan lembaga pencerdas masyarakat melalui pameran yang dapat diakses oleh masyarakat secara umum. Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
90
Dengan kenyataan seperti yang didapat dari hasil analisis dalam penelitian ini secara garis besar Museum Nasional belum menjalankan dengan penuh perannya sebagai museum yang berorientasi pada koleksi dan pengembangan koleksi bagi ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat secara umum. Untuk itu diperlukan perbaikan mendasar dalam sistem dokumentasi koleksi Museum Nasional, dan khususnya dalam sistem dokumentasi koleksi arkeologi.
5.2 Saran
Untuk memperbaiki kualitas dokumentasi koleksi arkeologi agar dapat menyajikan informasi arkeologi, maka yang pertama harus diperbaiki adalah katalog koleksi mengikuti rekomendasi yang telah diberikan melalui penelitian ini. Penambahan yang diperlukan adalah keterangan dimensi bentuk, ruang dan waktu serta konteks koleksi saat ditemukan sebelum masuk ke museum. Sebagai contoh, benda-benda koleksi yang didapat dari hasil ekskavasi hendaknya menyertakan laporan ekskavasi. Sehingga asosiasi dan konteks dari benda tersebut masih melekat walaupun telah melalui proses museolisasi. Selanjutnya, dalam hal mengenai jumlah koleksi saran yang bisa diberikan sebagaimana mempertimbangan hasil dari analisis dalam penelitian ini adalah dengan melakukan perhitungan ulang berdasarkan pada benda koleksi (reaccount based on collection). Perhitungan langsung berdasarkan koleksi yang ada memungkinkan perekaman yang menyeluruh terhadap koleksi arkeologi Museum Nasional. Perhitungan tersebut tentunya dilakukan secara manual satu per satu merujuk pada koleksi arkeologi baik yang disimpan di gudang ataupun yang dipamerkan. Dengan perhitungan langsung tersebut, pihak museum juga dapat memastikan kondisi terkini koleksi. perhitungan langsung juga memiliki kelebihan bahwa tidak akan terjadinya tumpang tindih koleksi ataupun kesalahan tidak sistematis dan tidak kronologis dokumentasi yang dilakukakan. Dengan melakukan perhitungan tersebut, pihak museum juga dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya secara langsung. Untuk itu, Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
91
dokumentasi-dokumentasi yang telah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan sebagai referensi saja tapi sudah tidak perlu dijadikan acuan dalam sistem dokumentasi koleksi arkeologi Museum Nasional. Mengingat keberagaman koleksi arkeologi yang dimiliki oleh Museum Nasional tentunya perhitungan berdasarkan koleksi secara langsung tersebut akan memakan waktu yang tidak sebentar dan diperlukan tenaga yang berkualifikasi untuk dapat melakukan dokumentasi arkeologis. Maka, diperlukan metode dan teknik untuk dapat melakukan perhitungan yang efektif dan efisien.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
91
DAFTAR REFERENSI
Ambrose, Timothy. & Paine, Crispin. 2006. Museum Basics. London: Routledge. Attahiyyat, Candrian, (ed.). 1995. Bangunan Cagar Budaya di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Burcaw, G.E. 1997. Introduction to Museum Work. London: Atlamira. Deetz, James. 1967. Invitation to Archaeology. New York: National History Press. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2002. Pengelolaan Koleksi Museum. Jakarta: Direktorat Museum. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fagan, Brian. 2006. Archaeology: A Brief Introduction Ninth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Fahy, Anne, (ed.). 1995. Collections Management. London: Routledge. Gottschalk, Louis. 1986. Understanding History: A Primer of Historical Method. Terjemahan oleh Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press. Hodder, Ian. 1992. Theory and Practice in Archaeology. London: Routledge. International Council of Museums. 2006. ICOM Code of Ethics for Museums. Paris: Nory. Keene, Susan. 2002. Managing Conservation in Museum Second Edition. Oxford: Butterworth-Heinemann. Knell, Simon, (ed.). 1994. Care of Collections. London: Routledge. Kotler, Neil G., Philip dan Wendy I. 2008. Museum Marketing and Strategy: Designing Missions, Building Audiences, Generating Revenue and Resources. California: Jossey-Bass Aa Wiley Imprit. Magetsari, Noerhadi. 2008. “Filsafat Museologi”, Museografia, vol. II no. 2 halaman 5. Jakarta: Direktorat Museum. McLean, Fiona. 1989. Marketing The Museum. London: Routledge.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
92
Maroević, Ivo. 1995. “The Museum Message: Between The Document and Information” halaman 23–36, artikel dalam Eilean Hooper-Greenhill (ed.). Museum, Media, Message. London: Routledge. Pearce, Susan M. 1998. Interpreting Objects and Collections. London: Routledge. Poesponegoro, Marwati Djoened., dan Nugroho Notosusanto (ed.). 2008. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka. Rufaedah, Dedah., dkk. 2006. Pengembangan Museum Nasional. Jakarta: Museum Nasional. Sedyawati, Edi. 1999. The Making of Indonesian Art. Halaman 99. Sharer, Robert J. dan Wendy Ashmore. 2003. Archaeology: Discovering Our Past. New York: McGraw-Hill Higher Education. Soemadio, Bambang., dkk. 2004. Petunjuk Koleksi Arkeologi Museum Nasional. Jakarta: Museum Nasional. Sukendar, Haris. 1976. “Catatan Sementara Mengenai Pola Hias dan Fungsi Manik-manik Dari Prasejarah Di Indonesia” halaman 54–68, dalam Buletin Yaoerna: Berita Ilmu-Ilmu Sosial dan Kebudyaan. Jakarta: Yayasan Perpustakaan Nasional. Spaulding, Albert C. 1971. “The Dimension of Archaeology” halaman 23−39, artikel dalam James Deetz. Man’s Imprint From The Past. Kanada: Little, Brown and Company. Van Der Hoop. 1949. Indonesische Siermotieven Ragam-ragam Perhiasan Indonesia Indonesian Ornamental Design. Jakarta: Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen. Van Mensch, Peter. 2003. Museology And Management: Enemies Or Friends. Current Tendencies in Theoretical Museology and Museum Management in Europe. Makalah disampaikan dalam konferensi Japanese Museum Management Academy pada tanggal 7 Desember 2003, Tokyo.
Universitas Indonesia
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
LAMPIRAN 1. TABEL INFORMASI TERISI PADA SATU BUKU KATALOG KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL (KOLEKSI EMAS WONOBOYO) Nomor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97.
Inventaris 8833 8834 8835 8836 8837 8838 8839 8840 8841 8842 8843 8844 8845 8846 8847 8848 8849 8850 8851 8852 8853 8854 8855 8856 8857 8858 8859A 8859 B 1‐10 8859 C 1‐9 8859 D 1‐9 8859 E 1‐10 8859 F 1‐10 8859 G 1‐9 8859 H 1‐10 8859 I 1‐10 8859 J 1‐10 8859 K1‐10 8859 L 8860 a 8860 b 8860 c 8860 d 8860 e 8860 f 8860 g 8860 h 8890 i 8860 I 8860 m 8860 j 8860 k 8860 L 8860 M 8860 n 8860 O 8860 R 8860 S 8860 T 8860 u 8860 V 8860 w 8860 X 8860 Y 8860 Z 8860 aa 8860 bb 8860 cc 8860 dd 8860 EE 8860 ff 8860 gg 8860 hh 8860 ii 8860 jj 8860 kk 8860 LL 8861 8862 8863 8864 8865 a 8865 b 8865 c 8865 d 8865 e 8865 f 8865 g 8865 h 8865 i 8865 j 8865 k 8865 L 8865 m 8865 n 8865 o 8865 p 8865 q
Registrasi 29651 29652 29653 29654 29655 29656 29657 29658 29659 29660 29661 29662 29663 29664 29665 29666 29667 29668 29669 29670 29671 29672 29673 29674 29675 29676 29677 29678 29679 29680 29681 29682 29683 29684 29685 29686 29687 29688 29689 29690 29691 29692 29693 29694 29695 29696 29697 29698 29699 29700 29701 29702 29703 29704 29705 29706 29707 29708 29709 29710 29711 29712 29713 29714 29715 29716 29717 29718 29719 29720 29721 29722 29723 29724 29725 29726 29727 29728 29729 29730 29731 29732 29733 29734 29735 29736 29737 29738 29739 29740 29741 29742 29743 29744 29745 29746 29747
Piktorial Jenis/Nama Benda Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Hiasan Ikat Pinggang Cincin Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Arkeologi/Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Arkeologi/Bagian Kalung Arkeologi/Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Hiasan Kalung Hiasan Telinga Hiasan Telinga Hiasan Telinga Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung
Deskripsi Benda
Riwayat Benda
Asal Ditemukan Benda
Tempat Penyimpanan
No. Foto
No. Negatif Film
No. Slide
No. Gambar
Lain‐lain
Bentuk
Ukuran (cm)
Bahan (media, jenis cat, dll)
Warna
Motif/Gambar/G aya
Teknik Pembuatan
Judul
Lain‐lain
Asal Benda (Desa, Kec., Kab., Prop,. Negara)
Latar Belakang (artis/pembuat)
Tahun Pembuatan
Kegunaan/Fungsi Benda
Tanggal Peroleh
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
– √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
– – – – – – – – – √ – – – – – – – √ – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – ? ? – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
√ √ √ √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – √ – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
– – – – – – – – – – – – – – – – – √ – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ ? √ √ √ √ ? √ √ √ √ √ √ – √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – ? ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
Kondisi Benda Keterangan Umur Cara Perolehan Benda/Zaman √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ – √ – – – – – – √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Deskripsi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ? √ √ √ √ ? ? ? √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ? ? ? ? ? √ ? √ √ √ √ ? √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ ? √ ? ? √ ? √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
LAMPIRAN 2. TABEL PERSENTASE TINGKAT INFORMASI PADA SATU BUKU KATALOG KOLEKSI ARKEOLOGI MUSEUM NASIONAL (KOLEKSI EMAS WONOBOYO) 1 Nomor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92 92. 93. 94. 95. 96. 97.
Inventaris 8833 8834 8835 8836 8837 8838 8839 8840 8841 8842 8843 8844 8845 8846 8847 8848 8849 8850 8851 8852 8853 8854 8855 8856 8857 8858 8859A 8859 B 1‐10 8859 C 1‐9 8859 D 1‐9 8859 E 1‐10 8859 F 1‐10 8859 G 1‐9 8859 H 1‐10 8859 I 1‐10 8859 J 1‐10 8859 K1‐10 8859 L 8860 a 8860 b 8860 c 8860 d 8860 e 8860 f 8860 g 8860 h 8890 i 8860 I 8860 m 8860 j 8860 k 8860 L 8860 M 8860 n 8860 O 8860 R 8860 S 8860 T 8860 u 8860 V 8860 w 8860 X 8860 Y 8860 Z 8860 aa 8860 bb 8860 cc 8860 dd 8860 EE 8860 ff 8860 gg 8860 gg 8860 hh 8860 ii 8860 jj 8860 kk 8860 LL 8861 8862 8863 8864 8865 a 8865 b 8865 c 8865 d 8865 e 8865 f 8865 g 8865 h 8865 i 8865 j 8865 k 8865 L 8865 L 8865 m 8865 n 8865 o 8865 p 8865 q Jumlah Koleksi
Registrasi 29651 29652 29653 29654 29655 29656 29657 29658 29659 29660 29661 29662 29663 29664 29665 29666 29667 29668 29669 29670 29671 29672 29673 29674 29675 29676 29677 29678 29679 29680 29681 29682 29683 29684 29685 29686 29687 29688 29689 29690 29691 29692 29693 29694 29695 29696 29697 29698 29699 29700 29701 29702 29703 29704 29705 29706 29707 29708 29709 29710 29711 29712 29713 29714 29715 29716 29717 29718 29719 29720 29721 29722 29723 29724 29725 29726 29727 29728 29729 29730 29731 29732 29733 29734 29735 29736 29737 29738 29739 29740 29741 29742 29743 29744 29745 29746 29747
Jenis/Nama Benda Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Bandul Tali Kasta Arkeologi/Hiasan Ikat Pinggang Cincin Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Arkeologi/Cincin Arkeologi/Cincin Arkeologi/Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Cincin Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Arkeologi/Hiasan Telinga Gelang Piligre Gelang Piligre g g Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Gelang Piligre Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Arkeologi/Bagian Kalung Arkeologi/Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Fragmen Bagian Kalung Hiasan Kalung Hiasan Telinga Hiasan Telinga Hiasan Telinga Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung Bagian Kalung
2
Asal Ditemukan Tempat Benda Penyimpanan
3
4
5 Piktorial
No. Foto
No. Negatif Film
6
7
8
9
No. Slide
No. Gambar
Lain‐lain
Bentuk
Ukuran (cm)
10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 – 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
– 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Bahan (media, jenis cat, dll) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
97 97 100%
194 97 100%
0 0 0%
0 0 0%
0 0 0%
0 0 0%
0 0 0%
768 96 99%
864 96 99%
970 97 100%
11 12 Deskripsi Benda Motif/Gambar/ Warna Gaya 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 12 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 12 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – – 11 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 – 11 –
13 Teknik Pembuatan 13 13 13 13 ? 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 – 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
14
15
16
17
Judul
Lain‐lain – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – 15 – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
Asal Benda (Desa, Kec., Kab., Prop,. Negara) 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Latar Belakang (artis/pembuat) – – – – – – – – – – – – – – – – – 17 – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
– – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – – –
0 0 0%
15 1 1%
1552 97 100%
17 1 1%
18
19 Riwayat Benda Tahun Kegunaan/Fungsi Pembuatan Benda 18 19 18 19 18 19 18 19 18 – 18 19 18 19 18 19 18 19 18 – 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 – 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 – 18 – 18 – 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19 18 19
20
21
Tanggal Peroleh 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Umur Benda/Zaman 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 – 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
1940 97 100%
2016 96 99%
22 Cara Perolehan
23 Kondisi Benda
24
25
Keterangan
Deskripsi
22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23 23
24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 – 24 – – – – – – 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 – 25 25 25 25 – – – 25 – 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 – – – – – 25 – 25 25 25 25 – 25 – 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 ‐ 25 25 25 25 25 25 25 25 25 ‐ 25 ‐ ‐ 25 ‐ 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
2134 97 100%
2231 97 100%
2160 90 93%
1975 79 81%
97 Jumlah Pembobotan Jumlah Informasi Terisi Persentase Konten Terisi
1067 97 100%
24 2 2%
1235 95 98%
1746 97 100%
1729 91 94%
INFORMASI YANG TERSEDIA 100%
100%
100% 80% 60% 40% 20% 0% 1
2
99%
0%
0%
0%
0%
0%
3
4
5
6
7
99%
100%
100%
2% 8
9
10
11
100%
98%
12
0% 13
KONTEN
Dokumentasi koleksi..., Fenny Mega Vanani, FIB UI, 2011
14
1% 15
100%
94%
100%
99%
100%
100%
93%
81%
persentase
1% 16
17
18
19
20
21
22
23
24
25