ULLEN SENTANU, RUMAH BUDAYA TEMBI MERUPAKAN CERMIN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PENGUATAN PRIBADI BANGSA DALAM MEMBANGUN CENTER OF EXCELLENT Oleh: Supriyono
Abstrak Dari hasil pengamatan di Musium Ullen Sentanu dan Musium Rumah Tembi dipahami telah melakukan kegiatan pelestarian kearifan budaya lokal kegiatan ini perlu dilestarikan dan, juga memvisualisasikan berbagai warisan intangible dari Dinasti Mataram adalah dengan memanfaatkan media interpretasi dalam bentuk Conceptual and Imaginary Narrative Paintings. Kecenderungan ini berawal dari suatu kondisi dimana Dinasti Mataram Islam cenderung menghasilkan budaya yang sifatnya intangible dibanding warisan budaya tangible yang lebih pada kebendaan. Sementara kearifan lokal adalah warisan masa lalu yang berasal dari leluhur, yang tidak hanya terdapat dalam sastra tradisional (sastra lisan atau sastra tulis) sebagai refleksi masyarakat penuturnya, tetapi terdapat dalam berbagai bidang kehidupan nyata, seperti filosofi dan pandangan hidup, kesehatan, dan arsitektur. Seperti Ungkapan Jawa tradisional mangan ora mangan waton kumpul (‘biar tidak makan yang penting berkumpul [dengan keluarga] sekarang pun makin kehilangan maknanya: banyak perempuan di pedesaan yang berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk bekerja di mancanegara dengan risiko terpisah dari keluarga daripada hidup menanggung kemiskinan dan kelaparan Kata kunci : Kearifan budaya lokal, Rumah budaya, Center of Excellen
A. PENDAHULUAN
Koleksi langka memiliki nilai informasi sangat berharga baik di tinjau dari naskah kuno sendiri maupun informasi yang tertulis di naskah itu.Koleksi langka selain dari kandungan informasi dijadikan koleksi budaya lokal yang harus memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi. Untuk itu mensosialisasikan keragaman budaya lokal perlu menggali keunikan – keunikan yang ada dalam dirinya agar bisa menjadi ikon koleksi langka.Agar Perpustakaan menerapkan standar kinerja yang tinggi dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan dan informasi harus memenuhi kebutuhan pemustaka akan informasi budaya lokal dengan menyediakan berbagai sumber informasi bernilai tinggi tentang kebutuhan masyarakat dilingkup wilayah NKRI, disamping juga menggali dan mengumpulkan warisan budaya lokal untuk memperkaya budaya bangsa. Menurut Suyono Suyatno kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal1
Indonesia yang kita kenal sebagai Nusantara kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Adapun layanan Perpustakaan dan Informasi berbudaya kearifan lokal adalah: 1) Layanan perpustakaan dilaksanakan secara prima dan berorientasi kepada pemustaka serta berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. 2) Layanan perpustakaan yang dilaksanakan secara terpadu melalui jejaring telematika 3) Layanan perpustakaan dilaksanakan berdasarkan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka. Sementara Jaringan Center of Exellent adalah jaringan kerja sama 6 Perpustakaan dan perpustakaan yang ada dilingkupnya yang beranggotakan berbagai jenis perpustakaan di Indonesia yang bekerja sama untuk menyediakan berbagai bahan pustaka bernilai budaya tinggi berbagai bahasa daerah Indonesia yang dapat diakses publik melalui internet. Perpustakaan koleksi langka dalam pengelolaannya koleksi ini mengelola berbagai koleksi yang mempunyai makna budaya kearifan lokal juga mengadakan simbol jati diri bangsa Indonesia yang bermanfaat. Tujuan dan Maksud Kegiatan : 1) Memenuhi kebutuhan pemustaka terhadap informasi tentang budaya - budaya yang ada di wilayah yang telah ditetapkan. 2) Mempromosikan pemahaman dan kesadaran antar budaya dalam lingkup nasional menyediakan sumber belajar nasional menyediakan sumber belajar mendorong ketersediaan bahan pustaka dan informasi yang mengandung nilai budaya setempat dan mendukung penelitian ilmiah. 3) Menyediakan kebutuhan pemustaka terhadap informasi tentang budaya yang ada di wilayah yang telah ditetapkan dengan standard kinerja yang tinggi. VISI
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal2
1) Melestarikan koleksi hasil budaya bangsa yang terkait budaya lokal 2) Menyajikan berbagai jenis perpustakaan di Indonesia yang bekerja sama untuk menyediakan berbagai bahan pustaka bernilai budaya tinggi dalam berbagai bahasa daerah dan Indonesia yang diakses publik melalui jaringan internet. Misi 1) Menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian hasil kearifan lokal budaya bangsa dengan menyediakan layanan jaringan digital naskah langka nusantara.
Foto 1 Gerbang : Museum Ullen Sentanu
Foto 2 : Gerbang Selamat Datang
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal3
Foto 3 : Lukisan Putri Raja
B. Pembahasan Museum Ullen Sentalu Terletak di kawasan wisata Kaliurang tepatnya di dalam Taman Kaswargan dengan luas tanah 11.990 m2. Secara filosofis, nama Kaswargan dipilih karena terletak di ketinggian lereng Gunung Merapi, di mana kultur masyarakat Jawa menganggap Gunung Merapi sebagai tempat sakral. Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret 1997, yang merupakan tanggal bersejarah bagi kota Yogyakarta. Peresmian museum dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur DIY pada waktu itu. Secara kepemilikan, museum swasta ini diprakarsai keluarga Haryono dari Yogyakarta dan berada di bawah payung Yayasan Ulating Blencong. Taman Kaswargan berada dalam suatu “historical district” yaitu kawasan bersejarah seperti Pesanggrahan Ngeksigondo dan Wisma Kaliurang. Pesanggrahan Ngeksigondo dibangun atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII sebagai tempat peristirahatan keluarga Kasultanan Ngayogyakarta. Kaliurang merupakan kawasan wisata gunung dengan jarak 25 km dari pusat kota Yogyakarta, sehingga merupakan tujuan wisata yang sangat menarik dan potensial. Selain itu, terletak pada jalur wisata strategis yang menghubungkan obyek wisata Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dalam perkembangannya, Museum Ullen Sentalu berpijak pada paradigma baru yang cenderung memaknai warisan budaya berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage). Kecenderungan ini berawal dari suatu kondisi dimana Dinasti Mataram Islam cenderung menghasilkan budaya yang sifatnya intangible dibanding warisan budaya tangible yang lebih pada kebendaan. Padahal intangible heritage yang mencakup semua ekspresi, pengetahuan, representasi, praktek, ketrampilan yang dikenali sebagai bagian warisan budaya lebih rentan untuk pudar dan punah, apalagi dengan perkembangan arus globalisasi yang semakin tak terelakkan. Bertolak dari kondisi tersebut, maka Museum Ullen Sentalu berupaya mengembangkan paradigma baru sebagai suatu terobosan yaitu dengan pemilihan lokasi yang berada di daerah pegunungan (resort), dan bukan di downtown; tidak menempati bangunan cagar budaya, tapi bangunan baru pada landscape kosong; dikelola sebagai private corporation dan bukan state institution; bersifat eclectic (carefully selected) collection dan tidak mengandalkan jumlah koleksi massive; lebih banyak memaknai warisan budaya berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage) dan tidak selalu mengandalkan
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal4
warisan budaya kebendaan (tangible heritage); tidak semua koleksi terdiri dari artefak dan benda memorabilia tetapi sebagian terdiri dari ambiance kebudayaan materi masa kini; tidak menggunakan label pada koleksi yang dipamerkan tetapi mengandalkan tour guide berifat movement dan bukan monument sebagai a-muse-ment dan bukan museum dan saat ini tengah dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan “dead” museum. Salah satu upaya Museum Ullen Sentalu dalam memvisualisasikan berbagai warisan intangible dari Dinasti Mataram adalah dengan memanfaatkan media interpretasi dalam bentuk Conceptual and Imaginary Narrative Paintings. Profil per Ruang hingga saat ini Museum Ullen Sentalu sudah memiliki beberapa ruang, yaitu: a) Ruang Selamat Datang Ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukkan wayang orang dan pagelaran tari di kraton Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari. b) Ruang Seni Tari dan Gamelan Ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah dari salah seorang pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukkan wayang orang dan pagelaran tari di kraton Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat beberapa lukisan tari. c) Guwa Sela Giri, di ruang di Kampung Kambang Suatu ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena menyesuaikan dengan kontruksi tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong panjang yang merupakan perpaduan Sumur Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic. Arsitektur Guwa Sela Giri didominasi dengan penggunaan material bangunan dari batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 kraton Dinasti Mataram. Melalui karya-karya lukis dokumentasi para tokoh yang dikemas dalam karya fine arts serta didukung kelengkapan data sejarah yang berkaitan, maka suatu interaksi antara karya seni, pengungkapan data-data seni budaya dan sejarah dari suatu peradaban yang intangible dapat terkomunikasikan secara kaya dan bebas. Merupakan areal yang berdiri di atas
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal5
kolam air dengan bangunan berupa ruang-ruang di atasnya. Konsep areal ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Kampung Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: d) Ruang Syair untuk Tineke Ruang yang menampilkan syair-syair yang diambil dari buku kecil GRAj Koes Sapariyam (putri Sunan PB XI, Surakarta) dan ditemukan di suatu ruang di dalam Kaputren Kasunanan Surakarta. Syair-syair itu ditulis dari tahun 1939-1947, oleh para kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam yang akrab dipanggil Tineke sebagai puisi-puisi kenangan. Melalui syair-syair tersebut terungkap kemampuan intelektual dalam seni sastra para putri dibalik tembok Kraton. e) Royal Room Ratoe Mas Suatu ruang yang khusus dipersembahkan bagi Ratu Mas, permaisuri Sunan Paku Buwana X. Di ruang ini dipamerkan lukisan Ratu Mas, foto-foto beliau bersama Sunan serta putrinya, serta pernak-pernik kelengkapan beliau, seperti topi, kain batik, dodot pengantin, dodot putri, asesori, dll f) Ruang Batik Vorstendlanden Dua ruangan ini menampilkan koleksi batik dari era Sultan HB VII - Sultan HB VIII dari Kraton Yogyakarta serta Sunan PB X hingga Sunan PB XII dari Surakarta. Melalui koleksi tersebut terlihat suatu proses seni dan daya kreasi masyarakat Jawa dalam menuangkan filosofi yang dianutnya melalui corak motif batik. Perpaduan keindahan seni batik dan makna-makna filosofis yang dikandungnya menguak suatu warisan budaya intangible yang sangat kaya. g) Ruang Batik Pesisiran Ruang ini berisi berbagai macam batik yang sering digunakan kerabat radja Sebagai bangsa yang mewarisi batik dari nenek moyang tidak ada salahnya untuk mengetahui asal – usulnya Batik dan motifnya Batik tradisional beserta filosofinya yang terkandung didalamnya Sebenarnya dari selembar kain batik lebih berharga dari busana yang terbuat dari kain Batik karena merupakan identitas bangsa Indonesia. Berikut ini beberapa motif batik beserta motifnya:
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal6
1
Parang Garuda Parang Garuda biasa disebut Parang Gurdha merupakan motif Parang Barong dengan hiasan garudha atau gurdha. Secara Harfiah, garudha dan gardha berbeda, tetapi dalam mitologi mempunyai arti sama, yaitu berkaitan dengan kekuatan, kekuasaan dan pimpinan. Motif ini termasuk motif untuk busana raja. Dalam Mitologi, garudha adalah burung pembawa air/amarta kehidupan melambangkan penguasa/pimpinan yang membawa kehidupan.Sedangkan gurdha adalah pohon kalpataru atau pohon waringin, merupakan pohon kehidupan untuk menghidupi bumi. Raja harus memiliki karakteristik: mampu membawa kehidupan seperti garudha dan harus member kehidupan kepada rakyatnya seperti pohon gurdha. Dengan kata lain, raja harus menguasai “Bapa angkasa dan ibu Pertiwi” member penghidupan, perlindungan dan memelihara urip(hidup), serta mampu (nguripi) rakyatnya.
2
Parang Barong Motif Parang Barong dikenakan oleh R. Wijaya saat upacara penobatannya pada awal masa Majapahit. Motif ini juga di aplikasikan dalam pembuatan kain tenun.Disebutkan bahwa tenun berasal dari daerah Keling di Sumedang Melayu.Parang secara linguistic berarti batuan.Dalam Mitologi, batuan gunung melambangkan kekuatan Dewa syiwa,raja dari semua dewa tertinggi dalam masyarakat pertanian, khususnya di jawa. Barong sebenarnya adalah singa. Oleh karena di Jawa tidak diketemukan keberadaab singa, maka barong adalah macan Jawa yang terbesar, yakni macan gembong atau macan loreng paling besar. Dalam motih batik, parang merupakan motif geometris dengan kemiringan 45 derajat. Masing – masing ornament memiliki cirri dan makna khas. Ornamen utama berupa lidah api berukuran lebih dari 8 cm, merupakan gambaran kekuatan dan gerak dinamis. Lidah api memiliki makna pensucian atau dapat pula berarti nafsu amarah, sedangkan ornament pengisi berupa mlinjon atau blumbangan, menggambarkan air sebagai symbol nafsu sufiah.Parang Baron melambangkan penguasa alam semesta yang tinggi
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal7
kedudukannya didunia dan itu adalah raja. Raja tidak saja harus bertindak tegas, kuat dan dinamis, tetapi juga harus mampu mengendalikan nafsu amarah dan sufiah. Oleh karena itu, batik parang Barong pada saat ini hanya dikenakan oleh raja.
3
Sidomukti. Motif batik Sidomukti gagrak Yogyakarta merupakan motif bercorak semen.Secara linguistic, sida(siddha) dari asal kata sidth (sudah mencapai) berarti telah mencapai atau sudah sampai pada tahapan tertentu dalam hal ini tahapan sempurna. Sedangkan mukti/muc berate lepas. Motif ini menggambarkan rangkaian kehidupan manusia yang terdiri dari”catur asrama” tingkatan pertama”brachmacari” saat manusia sedang mencari ilmu atau berperan sebagai murid. Diikuti dengan tahapan”gerhasta” saat manusia membangun rumah atau membangun kehidupan.Seterusnya adalah tahapan’Wanaprastha” ketika manusia sudah meninggalkan kehidupan
untuk
pergi
mensucikan
diri.
Terakhir
adalah
tahapan’Syamsaysin” yaitu ketika manusia menanti siap melepaskan raganya untuk muksa.Motif ini dipakai oleh orang tua pada waktu menikahkan anaknya karena dengan melepaskan/menikahkan anaknya berarti ia telah sampai pada tahapan”wanaprashta” seperti yang terdapat pada motif semen dalam batik sidomukti. 4
Purbanegara Secara linguistik, puba adalah purwa (awal atau timur).Sedangkan nagara adalah kota.Terdapat dan tingkatan yang disebut Negara, yaitu: a. Kuthanegara (njeron beteng) b. Negara Agung (Njeron Beteng ditambah kabupaten) c. Manca Negara (daerah diluar a dan b) Dalam hal Yogyakarta, Mancanegara
berarti
tanah
Wesi/Banjarnegara,Purbalingga
perdikan dan
seperti
Kedu,Rajeg
lain-lain.Raja
saat
menjalankan fungsi sebagai fungsionaris kerajaan,salah satunya pada saat Pisowanan Ageng.
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal8
5
Wahyu Tumurun Wahyu adalah terbukanya tabir Ilahi bagi mereka yang beruntung akan/telah mendapatkannya. Terbukanya/terjadinya alam semesta dimulai dari tumbuhan, hewan dan seterusnya, termasuk manusia. Motif ini berpola semen yang berarti semi, muncul tunas baru dari kehidupan yang dibuka tabir ilahi. Wahyu Tumurun merupakan doa atau harapan bagi terwujudnya kehidupan yang berkelanjutan secara sempurna sesuai tahapan atau kodratnya masing-masing makluk agar dapat mencapai kehidupan yang tenang, berhasil dan tentram.Motif Wahyu Tumurun sebaiknya dipakai pada acara berkaitan dengan kemunculan kehidupan, kelahiran atau memelihara sesuatu. Tepat dipakai pada waktu acara tujuh bulan kehamilan calon ibu, mitoni atau tingkiben dan dipakai pada urutan pertama kali.
6
Godhek Secara harfiah,godhek adalah rambut laki-laki yang tumbuh di depan telinga, biasanya berbentuk lengkungan mengarah ke telinga. Dari pandangan mitologi, rambut untuk laki-laki adalah api. Dalam hal ini, api dari Syiwa ada tiga yaitu mata kanan, mata kiri, dan tengah antara dua alis. Sedangkan untuk wanita simbolnya adalah bumi (putrid).Zaman dahulu laki –laki juga berambut panjang dan selalu dikonde kecil, lalu ditutup dengan udheng atau iket untuk menyamar api. Udheng selalu bermotif parang atau kawung sebagai symbol pemberi kuasa (parang) dan penguasa kehidupan (kawung). Waktu upacara penyucian, udheng dilepas dan rambut digerai,tutup kepala diganti dengan blangkon. Bagi seorang pria, api muncul.Oleh karena itu, diharapkan bagi seorang pria yang sudah kawin dapat menguasai 3 api yaitu alam atas, alam tengah, alam bawah. Kain batik motif Godheg tepat tepat digunakan oleh calon pengantin pria pada waktu upacara akad nikah sebagai simbolisasi penguasaan atau aktualisasi ketiga api syiwa. Dapat ditambahkan bahwa pada waktu upacara perkawinan, penguasaan akan api selalu didampingi dengan kembar mayang yang terdiri dari tiga unsure, yaitu bunga, jamur, dan
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal9
daun. Untuk laki – laki yang meninggal dan belum nikah (masih lajang) maka pada waktu pengebumian juga diberikan gagar mayang sebagai api penyuci.
7
Sekar Jagad Sekar adalah bunga, sedangkan jagad adalah alam semesta yaitu kumpulan makluk berupa tumbuhan, hewan, manusia dan makluk- makluk lain yang bergerak di alam semesta. Dalam motif Sekar Jagad segala isen –isen atau latar dapat dijumpai di setiap kolongan atau congkrongan nya. Isi dari setiap cengkrongan sangat beragam, tergantung dari pemahaman akan pengalaman hidup, kreativitas dan intelektualtas si pembuat. Dalam kosmologikehidupan berasal dari bunga padma (bunga teratai). Dalam konsep bunga padma inilah kehidupan alam semesta dimulai. Kehidupan berasal dari air. Ner (air), Nara (manusia). Sekar Jagad merupakan rentangan kehidupan yang terjadi. Inti dari motif ini adalah pernyataan syukur dan kekaguman kepada Sang Pencipta atas adanya kehidupan yang demikian indah dan beraneka ragam.
8
Ciptaning Motif batik Ciptaning berisi cerita tentang tokoh wayang Begawan ciptaning. Nama lengkapnya adalah Sucipta Wening. Begawan ini tidak lain adalah Arjuna saat bertapa di Goa Mintaraga untuk meminta kepada Hyang Widhi (Dewa) agar diberi kemenangan perang Bratayudha dan agar Pandawa tetap utuh. Mintaraga artinya menyiksa diri atau mesu budi dalam mencapai tujuan. Saat bertapa terdapat beberapa tahapan godaan yang mampu dikalahkan oleh arjuna. Oleh karena itu,baik Ciptaning memiliki beberapa macam motif. Misalnya motif yang menggambarkan Arjuna dikelilingi beberapa raksasa kecil sebagai penggambaran nafsu duniawi yang harus dikalahkan. Dalam versi Islam dikenal warna putih, merah, kuning dan hitam. Dalam versi hindu warnanya adalah putih, merah, kuning ,hitam dan biru. Dengan demikian, ada beberapa jenis motif Ciptaning dan motif tersebut biasanya berurutan seperti urutan yang
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal10
terdapat dalam cerita pewayangan. Motif Ramayana, dan lain – lain. Biasanya juga dipakai oleh paraga yang memimpin acara ruwatan, merti desa, tumplak apem,tumplak wajik dan lain-lain.
h) Ruang Putri Dambaan Ruang ini dikatakan sebagai album hidup GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, putri tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GKR Timur. Menampilkan dokumentasi foto pribadi dari masa kanak-kanak hingga pernikahannya (19211951). Melalui foto-foto tersebut tersaji muatan budaya yang bersifat intangible, seperti: ritual-ritual tahapan kehidupan seorang putri kraton beserta segala pernakperniknya yang merupakan kekayaan warisan budaya Jawa. Ruang ini sangat istimewa karena terasa kedekatannya dengan Sang Tokoh, yang meresmikan sendiri Ruang Putri Dambaan tersebut pada ulang tahun ke-81 pada tahun 2002. Seperti ada ikatan batin antara tokoh dan Ruang Putri Dambaan karena album perjalanan hidup putri Mangkunegaran ini dititipkan secara pribadi dalam ruang tersebut di Musium Ullan Sentanu. Gusti Nurul adalah putri Mangkunegaran yang memberi inspirasi para pangeran Mataram untuk tidak berpoligami. Beliau merupakan putri permaisuri yang gemar berkuda, yang tidak lazim pada era tersebut. i) Koridor Retja Landa Merupakan museum outdoor yang memamerkan arca-arca dewa-dewi dari abad VIII-IX M. pada masa itu berkembang agama dan budaya Hindu Budha, sehingga ada pemujaan pada dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk penyembahan pada arca-arca dewa tertentu j) Sasana Sekar Bawana Di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram, lukisan tari sakral Bedhaya Ketawang, serta lukisan dan patung dengan tata rias pengantin gaya Yogyakarta. Di akhir kunjungan semua tamu mendapat suguhan minuman special, resepnya merupakan warisan Gusti Kanjeng Ratoe Mas, putri Sultan HB VII yang disunting sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan PB X. Konon, minuman ini memberi kesehatan awet muda.
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal11
k) Sarana Pendukung yang lain Rancang bangun Taman Kaswargan sebagai obyek wisata budaya dan alam tak terelakkan harus dilengkapi dengan sarana pendukung lain, seperti restaurant. Restaurant Beukenhof diambil dari bahasa Belanda yang berarti bangunan yang dikelilingi pohon-pohon, seperti yang dapat pengunjung nikmati di restaurant dengan bangunan yang dirancang bergaya arsitektur kolonial. Selain bangunan fisik, areal Taman Kaswargan didominasi oleh hutan alami dan bagian-bagian taman yang menonjolkan atmosfer pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu terdapat patung-patung yang menjadi museum outdoor.
Foto 4 dan 5 : Patung museum outdoor C. Rumah Budaya Tembi
Foto 6 dan 7 : Penjelasan pengelola Musium Tembi
Sebagai salah satu soko guru kebudayaan jawa kota Yogyakarta dan sekitarnya banyak menyimpan jejak-jejak sejarah kebudayaan Jawa. Salah satunya adalah Desa Tembi, pada masa lalu, dusun Tembi merupakan tempat abdi dalem katemben yang tugasnya Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal12
menyusui anak-anak dari kerabat raja. Barangkali, itulah sebabnya desa ini disebut desa Tembi. Berkat latar belakang itu pula, hingga sekarang masih saja ada semacam kepercayaan bahwa dengan berkunjung ke Tembi, seseorang bisa mendapatkan kemuliaan bak keluarga raja tempo dulu. Kampung Tembi merupakan salah satu dari kawasan Kampoeng Kerajinan Gabusan-Manding-Tembi (GMT) Bantul yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 31 Agustus 2007. Sebagai kampung Wisata, selain menyediakan paket pembuatan aneka kerajinan; di kampung Tembi juga disediakan paket wisata kuliner tradisional; wisata keliling kawasan GMT (GabusanManding-Tembi) dengan mengendarai becak, andong, atau kereta mini; serta paket wisata bertani, termasuk memandikan kerbau; dan paket wisata outbound. Semua paket wisata ini bersifat fleksibel, misalnya bisa digabungkan dalam bentuk wisata seharian dan malamnya menginap di Omah Wirobrojo. Museum Rumah Budaya Tembi atau Tembi House of Culture, merupakan sebuah museum yang mengkhususkan pada kebudayaan jawa, khususnya kebudayaan jawa yang berada di desa Tembi. Museum ini buka setiap hari Senin-Jumat, pukul 09.00-16.00 WIB. Luas bangunan utama museum ini seluas 212m2, luas seluruh bangunan ini adalah 1057m2, dan menempati tanah seluas 3500m2. Museum Rumah Budaya Tembi memiliki koleksi yang cukup variatif, koleksi yang tedapat di museum ini yaitu, peralatan tradisional masyarakat jawa seperti peralatan dapur (tungku, dandang), persenjataan masyarakat jawa (keris, tombak), peralatan untuk bertani (bajak), peralatan seni (gamelan, batik). Tak ketinggalan pula koleksi peninggalan berupa foto-foto jaman dahulu, poster kuno, sepeda maupun sepeda motor kuno, bahkan perpustakaannya memiliki koleksi naskah hingga mencapai kurang lebih 5000 buah. Fasilitas lain yang tersedia di Museum Rumah Budaya Tembi, terdapat ruang pameran, meeting room, tempat penginapan, restauran, kolam renang, dan pendopo yang lengkap dengan satu set gamelan. Museum juga menyediakan jasa guide yang akan siap memandu dan juga menjawab setiap pertanyaan tentang Rumah Budaya Tembi. Tersedia juga fasilitas antar jemput bagi pengunjung yang menginap dari bandara atau malioboro ke Rumah Budaya Tembi. Untuk mengunjungi museum ini, tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Pendanaan museum ini diambil dari dana pribadi pemilik museum dan para kolektor yang menitipkan koleksinya di museum tersebut. Sumber dana yang lain didapat dari restaurant, penyewaan homestay, meeting room, galeri. Pendopo juga disewakan
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal13
untuk acara-acara khusus seperti ulang tahun dan pernikahan, yang dapat menjadi salah satu sumber dana yang lain. Di dalam pengurusan museum, dibagi dua manajemen antara museum dan penginapan. Namun, dalam pengelolaan segala fasilitas yang ada di Yayasan Rumah Budaya Tembi, tidak terjadi ketidakteraturan. Hal ini karena setiap divisi memiliki pengawasnya masing-masing. Jadi, pengurus museum berbeda dengan pengurus penginapan. Setiap pegawai maupun staf yang ada di Rumah Budaya Tembi sangat kompeten di bidangnya. Misalnya tour guide. Mereka tidak hanya tahu tentang Rumah Budaya Tembi, namun, benar-benar memahami seluk beluk kebudayaan jawa. Seperti cara berdiri, tutur kata, menyambut tamu, dll. Dalam kegiatan pemasaran, museum ini mempunyai kerjasama dengan sebuah instansi di Jakarta. Begitu pula di internet. Museum ini mempunyai domain sendiri dengan alamat www.tembi.org, yang tidak hanya memuat seputar museum saja, namun juga tentang segala aktifitas kebudayaan Jawa yang terjadi di sekitaran Jogjakarta. Museum ini juga pernah masuk ke dalam sebuah acara televisi, yang meliput tentang masakan khasnya, yaitu masakan Jawa yang mereka dapat dari sebuah tulisan Jawa Kuno, yaitu serat centini. Disamping itu masih banyak beberapa macam jenis upacara – upacara model Yogyakarta dari serangkaian tata upacara adat yang penting dalam masyarakat Jawa adalah Upacara Tingkeban. Upacara ini dilakukan pada saat wanita hamil yang pertama kali dan usia kandungannya mencapai usia tujuh bulan. Masyarakat Jawa beranggapan bahwa apabila Upacara Tingkeban ini tidak dilaksanakan, maka bayi dan ibu yang mengandungnya akan menemukan banyak kesulitan atau hambatan di dalam proses kelahirannya maupun selama mengandung. Di samping itu banyak juga yang beranggapan bahwa apabila orang tidak melaksanakan Upacara Tingkeban, maka orang yang bersangkutan dianggap ngebokake anak. Artinya, menyamakan anak yang dikandungnya itu dengan kerbau. Oleh karena itu pula meskipun secara sederhana.Upacara dianggap
tingkeban
penting
untuk
dilaksanakan Upacara tingkeban ini konon berasal dari zaman Kediri ketika Raja Jayabaya masih
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal14
Foto 8 : Gambar Kelapa Gading Arjuna dan Sembrada memerintah.Disebutkan dalam cerita tersebut bahwa pada suatu ketika ada seorang wanita bernama Niken Satingkeb. Ia kawin dengan seorang pujangga kerajaan yang bernama Sadiyo. Dari perkawinan tersebut lahirlah sembilan orang anak. Akan tetapi kesembilan anak mereka itu satu pun tidak ada yang hidup. Hal itu akhirnya diadukannya kepada Raja Jayabaya. Oleh Raja Jayabaya mereka diberi petunjuk agar setiap hari Rabu (Buda) dan Sabtu (Tumpak) Nyai Satingkep mandi dengan air suci. Untuk mengguyur tubuhnya disarankan menggunakan gayung yang terbuat dari batok kelapa. Ketika mandi air suci itu dilakukan, maka bersamaan dengan itu dibacakanlah mantra yang intinya berisi permohonan agar jabang bayi yang dikandung selamat serta menjadi manusia sempurna. Demikian pula ibu yang mengandungnya sehat serta selamat ketika melahirkan jabang bayinya. Usai mandi ia mengenakan pakaian yang serba putih. Lalu dijatuhkanlah dua butir kelapa gading melalui sela antara perut dengan pakaian. Kelapa gading tersebut digambari Batara Wisnu dan Dewi Sri atau Arjuna dan Sumbadra. Maksud dari gambar itu adalah supaya kelak kalau anak yang dikandung tersebut lahir maka akan mempunyai paras yang elok seperti yang dimaksud dalam gambar tersebut. Selanjutnya wanita yang hamil tersebut melilitkan daun tebu wulun Petunjuk atau petuah dari Raja Jayabaya ini dilaksanakan oleh Niken Satingkeb dan Sadiyo dengan baik. Ternyata setelah melaksanakan apa yang dianjurkan oleh Raja Jayabaya itu anak Niken Satingkeb yang ke sepuluh dapat lahir dengan selamat. Oleh karena peristiwa itulah, maka Niken Satingkeb dan suaminya menganjurkan agar anak keturunannya melaksanakan apa yang telah dilakukannya itug (hitam) pada perutnya yang kemudian dipotong dengan menggunakan keris oleh suaminya memudahkan ingatan orang akan peristiwa tersebut, maka untuk selanjutnya seorang wanita yang hamil tujuh bulan dan kemudian melaksanakan upacara tersebut disebut dengan tingkeban. Jadi, istilah tingkeban tersebut berasal dari nama Niken Satingkeb Sesaji untuk menyertai upacara ini banyak pula
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal15
macamnya antara lain sajian untuk selamatan dan sajian untuk melaksanakan upacara mandi (siraman). Sajian atau sajen untuk selamatan biasanya ditambah dengan sajen jenis lain seperti: apem kocor, jenang merah, jenang putih, jenang merah putih (slewah), jenang palang, dan jenang baro-baro, nasi tumpeng sebanyak tujuh buah dengan diberi gudangan (urap) dan lauk, takir pontang yang berisi nasi punar (kuning) serta tujuh buah telur ayam yang telah direbus, nasi wuduk (nasi gurih) dengan ingkung ayam, nasi golong, ketan manca warna, sriatan (semacam makanan ampyang) yang terbuat dari kacang tanah, kacang hijau, kedelai, wijen, dan sebagainya, penyon (makanan yang terbuat dari tepung beras yang dikukus dan dibentuk menyerupai penyu), sampora (makanan yang terbuat dari tepung beras yang diberi santan dan dibentuk seperti tempurung telungkup), pring sedhapur (makanan yang terbuat dari tepung beras dan dibentuk tumpeng kecil-kecil sebanyak 18 buah), tujuh macam rujak (rujak dheplok, rujak uleg, rujak crobo, rujak degan, rujak tape, rujak kembang), jajan pasar, kemenyan, empon-empon, ampo, pisang raja, gula kelapa, dan sebagainya
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal16
D. Penutup Dari hasil dari kesimpulan perpustakaan juga perlu melakukan rekayasa budaya dalam usahanya untuk melakukan perubahan dan perbaikan dengan memberi peluang perbaikan melalui pendekatan budaya pendekatan ini berasal dari usahanya untuk mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dan juga membangun minat baca bagian dari rekayasa budaya di perpustakaan. Koleksi bahan perpustakaan khususnya tentang budaya lokal harus memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi. Koleksi lokal yang berhubungan dengan budaya lokal dibangun secara bersama sebagai pusat dokumentasi, lembaga informasi. Maka Perpustakaan perlu menggali dan mengumpulkan warisan budaya lokal untuk memperkaya khasanah budaya bangsa. Adapun kandungan informasi budaya yang perlu dikoleksi diantara bahasa daerah, dimensi arkeologi, prehistory, sistem bercocok tanam, sistem berburu, sistem berdagang, organisasi adat, tatacara adat, upacara adat, ilmu pengobatan tradisionil, ilmu transformasi ajaran, sistem religi, ritual keagamaan, seni tradisionil, seni ukir, seni Arsitektur, seni tari, seni rias, seni suara tradisionil, seni drama tradisionil, seni beladiri, seni sastra.
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal17
E. Referensi
1
Budi Wibowo: Pengembangan Center Of Excellence, Disampaikan dalam seminar Center Exellence ,Kamis 21 Nopember 2013di Hotel Jayakarta Yogyakarta
2
Djumena,Nian S,1990. Batik dan Mitra Jakarta: Djambatan
3
Hamzun,1994 Batik klasik Jakarta: Djambatan
4
Koleksi Anggota PPBI (Paguyuban pecinta batik Indonesia) Bank BPD DIY
5
Musium Ullen Sentanu diskses melalui http://Ullen Sentanu.com pada tanggal 22 Nopember 2013
6
Musium Rumah Tembi diakses melalui http://kotajogja.com/wisata/index/MuseumRumah-Budaya-Tembipada tanggal 25 Nopember 2013
7
Oetari Siswamihardjo Prawirohardjo,2011 Pola batik Klasik pesan tersembunyi.Jakarta : Pustaka Pelajar
8
Sri Rohyati Zulaika,Layanan Perpustakaan dan Informasi Berbasis Budaya Lokal.Yogyakarta: Disampaikan dalam seminar Center of Excellence kamis 21 November 2013 di Hotel Jayakarta Yogyakarta.
9
Suwondo, Bambang, dkk. 1976/1977, Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, halaman 162-167
10 Suyono Suyatno, Revitalisasi kearifan lokal sebagai upaya penguatan identitas keindonesiaan. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa diakses pada tanggal:25 februari 2014 pada jam 15.00 11 Teguh Purwanto, Center Of Excellence:pengadaan,Pengolahan,Layanan & Preservasi serta pengembangan Jaringan Akses Bahan Perpustakaan & Informasi Pustaka disampaikan dalam seminar Center Of Excellence kams 21 Nopember 2013
Ullen Sentanu, Rumah budaya Tembi merupakan cermin kearifan lokal18