0
Ulat Si Pencemburu Ulung Oleh: Kiki. A
Di sebuah hutan tampak seekor kupu-kupu, ia terbang dengan sayap indahnya. Terdapat garis putih, hijau di sayap hitamnya. Ia hinggap di beberapa pohon yang daunnya lebat. Sesekali melihat ke bawah memerhatikan sekumpulan ulat yang berpesta di atas daun hijau. "Mereka sungguh kompak dan bahagia," sang Kupu-Kupu memuji sekumpulan ulat itu. Ia melanjutkan perjalanan mencari kawannya. Mencari untuk ia singgahi, bermukim dan melepas lelah. Tampak cahaya di sudut yang tak lagi jauh, ia mempercepat kepakannya agar segera sampai. Sementara di sebuah pohon yang bercabang banyak, terlihat sehelai daun tengah didiami seekor ulat berkepala besar. Sebut saja si Helm. Ia sedang merenungi dirinya sambil memandang langit yang kian mendung. "Andai aku bersayap," ucap si Ulat Helm.
1
Kerjaannya hanya mengeluh dan lemas, tidak seperti kawan lainnya yang seakan ‘menari-nari’ di atas permukaan daun. Mereka memakan daun itu dengan santai dan riang. Dedaunan yang telah digerogoti oleh sekumpulan ulat sebagian berjatuhan. Ulat-ulat itu akan mencari daun berikutnya. Salah satu ulat menghampiri si Ulat Helm. "Kenapa diam dan tidak makan?" tanyanya pada Ulat Helm. "Tidak lapar," jawab Ulat Helm. Ulat itu enggan berkomentar lagi, ia pun pergi. Akhirnya Ulat Helm pun dibiarkan sendirian. Di pagi yang lain tampak semburat mentari memanggang bumi. Si Ulat Helm terlihat tidak bertenaga, ia merasa lemas dan tidak ingin beranjak dari tempatnya. Ia terus meratapi dirinya yang kian terpuruk oleh khayalannya sendiri. Seandainya ia bisa terbang, memiliki sayap cantik dan dipuja-puja. Dari arah selatan, seekor ulat menghampirinya, mengajaknya mencari daun segar untuk dimakan. Dengan gerakan lunglai, Ulat Helm ikut, pelan dan lambat. Sepanjang jalan ia mengamati seekor kupu-kupu yang melintas. Terpukau dan bergumam andaikan ia bisa terbang. Mereka berkumpul dengan yang lainnya di sebuah pohon rindang. Daun hijau begitu menggoda, ada yang langsung menggigit ada pula yang diam 2
sejenak lalu memakan daunnya. Ulat Helm pun memakan daunnya sambil pikirannya terus melayang ke alam impian. Selang dua hari berikutnya datanglah seekor kupu-kupu menghampirinya. Ia bertanya mengapa Ulat Helm diam saja tidak seperti kawannya yang lain, mereka berlomba menghabiskan daun. Sang Ulat Helm mengeluarkan keluhannya. Kupu-kupu tersenyum mendengar cerita Ulat Helm. "Ketahuilah Kawan, kita memiliki takdir berbeda. Aku yang hidup bebas melalangbuana dengan sayap ini belum tentu hidup panjang. Pun denganmu. Bukankah aku berasal dari dirimu? Apakah kamu tidak bangga? Jika aku menjadi kamu, aku akan sangat bangga." Ulat Helm mendengar dengan saksama. Ia merenung kembali. Tak lama senyum itu merekah, mereka tersenyum bersama. "Dan jangan membuang waktu serta tenagamu hanya untuk memikirkan hal tak pasti. Kita semua memiliki kodratnya masing-masing," kupu-kupu cantik itu menjelaskan dengan lugas. Membuat si Ulat Helm kagum akan kalimat bijak yang keluar dari mulut kupu-kupu. Ulat Helm mengucapkan terima kasih. Mereka pun berpisah menuju perjalanan masing-masing. Dalam perjalanan Ulat Helm bertemu dengan seekor ulat bulu. Ulat bulu itu sendirian menari-nari sambil bernyanyi. Ulat Helm bertanya mengapa ulat bulu tampak bahagia.
3
"Hidup sekali, jadi nikmati saja, hehehe. Setidaknya kita memiliki sejarah bahagia sebelum tidur panjang menjadi kepompong," jawab ulat bulu riang. Ulat Helm terkejut mendengar jawaban ulat bulu. Benar, hidup cuma sekali dan tidak sepantasnya aku membuang waktu dengan berandai yang sia-sia, belum waktunya. Pada masanya akan terlahir sejarah baru dari tubuhku.
Adik-adik, begitulah kisah Si Ulat Pencemburu Ulung. Kita harus menghargai diri kita sendiri, tidak boleh iri pada mereka yang lebih dari kita. Karena itu, rajinlah bersyukur.
Taipei, 26 Mei 2016
Kiki Amaliah adalah nama lengkap dari Kiki .A. Gadis kelahiran Kota Mangga itu gemar meluangkan waktu dengan menulis, membaca serta mendengarkan musik. Ia menyukai tantangan dan pantang menyerah. Penulis dapat dihubungi melalui: Twitter : @kyoungsaeng Facebook : Kikisaengi Chanbheje Eagle
4