DASAR PEMELIHARAAN ULAT SUTERA Persiapan Pemeliharaan 1.
Sebelurn dilakukan pemeliharaan, terlebih dahulu harus diperhatikan halhal berikut:. Ruangan dan peralatan yang diperlukan harus sudah dipersiapkan sesuai dengan rencana perneliharaan. 2. Telah dilakukan desinfeksi, baik terhadap ruangan maupun peralatan untuk pemeliharaan ulat sutera. Cara melakukan desinfeksi: a. Penyemprotan dengan larutan formalin 2-3%. Semprotkan sehingga basahnya merata. Setelah dilakukan penyemprotan, ruatigan dituttip selama 24 jam. Ruangan baru dibuka lebar-lebar 24 jam sebeium dimulai pemelibaraan. b. Fumigasi dengan cara memanaskan neo-PPS yang diletakkan di piring kateng di atas anglo dengan api yang membara. Asap akan memenuhi ruangan, dan biarkan sekurang-kurangnya selania 6 jam. Dosis yang diperlukan adalah 60 gram untuk ruangan seluas 10 m2. 3.
jangan terialu banyak orang yang masuk dalam ruangan pemeliharaan. Sebelum masuk ruangan, sepatu atau sandal yang dipakai harus dilepas, dan diganti dengan sandal yang disediakan khusus dalam ruangan pemeliharaan. Sandal yang telah disediakan itu adalah sandal yang telah didesinfeksi sebelumnya. 4. Dilarang makan, rninum, merokok, memakai parfum atau wangi-wangian yang berlebihan dalam ruangan pemeliharaan. Penetasan atau Inkubasi Persiapan penetasan (inkubasi) membutuhkan ruangan untuk menyimpan dan menetaskan telur ulat sutera yang memenuhi persyaratan, yakni bersih, kelembaban antara 7580% dan temperatur 25 oC. Pada masa penetasan, penerangan jangan terlalu kuat atau lemah (secukupnya saja) selama 16 jam, dan 8 jam lagi agar gelap. Keadaan ini dilakukan sampai dengan fase bintik bitam pada telur terlihat jelas (akan terlihat jelas 2 hari sebelum telur menetas). Pada saat bintik hitam terlihat jelas, Ialu telur dimasukkan pada tempat telur dan dibungkus dengan kain hitam (black box). Ruangan harus dibuat gelap total. Pada pagi hari 3 jam sebelum telur diperkirakan menetas perlu diperiksa: 1.
Bila baru sedikit sekali yang menetas, agar segera ditutup lagi sampai besok pagi berikutnya, agar penetasan seragam.
2.
Kalau sudah banyak yang menetas, tutup hitam dapat dibuka dan diberi penerangan secukupnya, yaitu untuk merangsang anak-anak ulat keluar dari telurnya. Korden-korden jendela semuanya dibuka sehingga keadaan menjadi terang.
Pemeliharaan Ulat-Kecil Pemeliharaan ulat dibagi dalam dua perlakuan, yaitu ulat-kecil (UK) dan ulat-besar (UB). Yang disebut ulat-kecil adalah ulat stadia 1 s/d 3, dan ulat-besar adalah stadia 4 dan 5.
1
Perneliharaan ulat kecil lebih susah dan lebih membutuhkan perhatian yang lebih banyak. Sukses tidaknya pemeliharaan ulat sangat ditentukan dari keberhasilan pemeliharaan saat ulat kecil. Sifat Ulat-Kecil Ulat-kecil mempunyai sifat-sifat: 1) Tumbuhnya sangat cepat. 2) Tahan terhadap kelembaban yang tinggi. 3) Mudah terserang penyakit. Bila temperatur di atas 300C ulat akan mudah diserang virus. Suhu yarig dibutuhkan adalah 26-280C, sedang kelembabannya 80-90%. Hakitate Hakitate adalah masa pengurusan ulat-ulat yang baru menetas hingga pertama kalinya ulat diberi makanan. Waktu hakitate biasanya jam 9.00-10.00, pada kurun waktu itu ulat banyak yang bergerak-gerak dan timbul nafsu makannya. Pekerjaan hakitate metiputi: 1) Kotak telur yang penuh ulat yang baru menetas diletakkan di atas sasak (anyaman bilah bambu) yang telah diberi alas dengan kertas parafin. 2) Sebelum diberi makan, taburkan serbuk kapur atau kaporit, tipis dan merata pada ulat-ulat tersebut. Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit. 3) Berikan makanan berupa daun murbei muda yang telah diiris halus secara merata. Pemberian makanan harus merata sehingga kepadatan ulat dapat diatur. 4) Kemudian tutup dengan k-ain basah, atau sekelilingnya diberi busa yang telah dibasahi agar kelembaban tinggi. Setelah itu baru ditutup dengan kertas parafin. Pemberian Makanan Daun murbei yang diberikan adalah daun-daun muda yang telah diiris kecil-kecil. Sebaiknya daun yang bermutu tinggi dan segar. Daun-daun yang dipilih untuk ulat kecil adalah. 1) Stadia 1: 4-5 daun dihitung dari kuncup daun yang terbesar. 2) Stadia 2. 6-7 daun dihitung dari kuncup daun yang terbesar. 3) Stadia 3: 7-8 daun dihitung dari kuncup daun yang terbesar. Moulting Moulting adalah ulat memasuki masa tidur atau istiraliat. Ulat tidur selama 20-48 jam, namun pada saat stadia 1 s/d 3 ulat rata-rata tidur selama 20 jam. Pada saat ulat memasuki masa moulting, maka: 1) Nafsu makannya berkurang. 2) Bagian mulut atau kepala nampak mengecil. 3) Berat badan agak berkurang. 4) Ruangan harus kering agar pergantian kulitnya sempurna. 5) Tutup kertas parafin dibuka. 6) Pemberian makanan pertama pada stadia berikutnya dilakukan setelah ulat sekurang kurangnya 80% telah selesai ganti kulit. Sebelum diberikan makanan, taburkan dulu kapur kaporit dan pasang jaring untuk memudahkan perluasan dan pembersihan kotoran dan sisa daun. Peralatan yang Diperlukan Peralatan yang diperlukan dalam pemeliharaan ulat kecil (stadia 1 s/d 3):
2
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bangunan ulat-kecil (UK). Untuk satu box ulat kecil diperlukan bangunan seluas 0,77 m2 netto atau 1 m2 bruto. Bangunan ulat kecil harus terpisah dari bangunan ulat-besar (UB). Sasak ukuran 70 x 110 cm; untuk satu box diperlukan 8 sarang. Rak untuk rnenaruh sasak-sasak tersebut; rak dapat dibuat dalam 8 susun dengan jarak tiap susun 15 cm. Bulu ayam untuk mengatur ulat-kecil. Ulat sebaiknya jangan dipegang oleh tangan manusia. Kertas parafin, jika pemakaian rapi, kertas dapat dipakai selama 2-3 kali pemeliharaan. Jaring untuk ulat-kecil. Meja untuk memudahkan pemberian makanan daun murbei yang telah diiris-iris.
Pemeliharaan Ulat-Besar Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ulat-besar meliputi ulat stadia 4 dan 5. Sifat ulat besar antara lain : 1. Tidak tahan terhadap suhu dan kelembaban tinggi. Pada suhu dan kelembaban Yang tinggi ulat mudah terserang penyakit dan hasil kokonpun akan kurang baik. 2. Karena tingkat pertumbuhannya yang semakin tinggi, dibutuhkan ruangan pemeliharaan yang makin luas serta jumiah daun yang tinggi pula. Ruang Pemeliharaan Setelah ulat stadia 4, pemeliharaan sudah tidak mernerlukan kertas parafin dalam sasaksasak, tetapi ulat ditempatkan pada bangku-bangku ukuran 1,2 x 2 meter. Rata-rata satu box ulat memerlukan 12 bangku. Bangku-bangku ini dapat ditempatkan dalam 2 atau 3 susun sehingga bangunan pemeliharaan dapat lebih efisien. Untuk satu box ulat-besar luas bangunan yang diperlukan adalah 14 m2. Bangunan ulat-besar harus terpisah dari bangunan yang digunakan untuk ulat-kecil. Pemberian Makanait Untuk ulat mulai stadia 4, daun diberikan berikut dengan rantingnya. Sebenamya mulai stadia 3 hari ke-2 pun sudah dapat diberikan dengan rantingnya. Berikut ini diberikan ratarata konsumsi daun untuk ulat stadia 1 s/d 5, diperhitungkan daun adalah termasuk ranting, dengan persentase ranting 50 persen Tabel 6. Rata-Rata Bahan Makanan Daun Termasuk Ranting yang Diberikan untuk Ulat Stadia 1 s/d 5 Stadia
Banyak daun plus ranting 1 7.50 2 31.50 3 40.00 4 235.00 5 936.00 Total 1,250.00 Daun yang diberikan harus benar-benar bersih. Jangan diberikan makanan ulat yang rnasih basah, karena akan mengundang berbagai penyakit. Setiap pagi hari sebelum diberi makan, ulat ditaburi dengan kapur kaporit secara merata. Tujuan dari periakuan ini adalah: 1) Untuk mengeringkan.
3
2) Desinfektan, sehingga tubuh ulat tidak dihinggapi jarnur. Pemberian campuran kaporit untuk ulat maksimal 5%, kalau lebih dari 10% ulat akan terbakar. Untuk waktu pernberian makanan, menurut literatur lama, cukup 3 kali sehari sebanyak 600 kg daun per box. Dengan cara demikian, walaupun standar konsumsi daun yang diberikan telah sesuai, ternyata kokon yang dihasilkan tidak begitu bagus. Sebab, daun yang diberikan menumpuk tebal sehingga akhirnya layu (tidak segar), yang membuat ulat malas mernakannya. Daun-daun itu hanya diinjak-injak saja, tanpa dimakan. Menurut pengalaman peternak, cara yang terbaik adalah pemberian makan terus menerus, tanpa ada jadwal yang tetap. Begitu isi bangku telah berwarma putih (menandakan tidak ada daun lagi, hanya ulat), maka harus diberikan daun murbei lagi. Dengan demikian daun yang diberikan tetap segar dan akan merangsang ulat tintuk memakannya. Namun karena keterbatasan waktu, pemberian makan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali sehari. Pada waktu makan terakhir pada malam hari, daun diperbanyak mengingat jangka waktu kekosongan makanan lebih lama. Pemberian makan yang dilakukan di Garut adalah 5 kali sehari. Temperatur dan Kelembaban Untuk ulat-besar, temperatur dan kelembaban yang sesuai dicantumkan dalarn Tabel berikut Tabel 7. Temperatur dan Kelembaban untuk Pertumbuhan Ulat Besar
Stadia 4 5 Saat tidur
Temperatur (OC) 24-25 23-24 23-24
Kelembaban (%) 75 70 70
Perluasan dan Pembersihan Kotoran Untuk perluasan dan pembersihan kotoran dipergunakan caring untuk ulat-besar. Caranya sama dengan penggunaan pada ulat-kecil, perbedaan hanya lubang jaringriya agak besar. Moulting Setiap pergantian stadia ulat akan memasuki masa istirahat. Bila pada stadia sebelumnya rata-rata ulat tidur selama 20 jam, maka pada saat moulting ke-4 (dari stadia 4 ke stadia 5), ulat tidur lebih lama lagi, yaitu selama 48 jam. Begitu bangun tidur, maka akan tampak tubuh ulat beserta moncongnya yang demikian besar. Ulat pada stadia ke-5 adalah saat-saat ulat yang paling rakus.
Peralalatan yang Diperlukan Peralatan yang diperlukan untuk pemeliharaan ulat-besar, stadia 4 dan 5, meliputi: 1. Bangunan untuk ulat-besar (UB); untuk satu box ulat-besar dibutuhkan ruangan pemeliharaan seluas 14 m2 bruto. 2. Bangku ukuran 1,2 x 2 m; untuk satu box diperlukan 12 bangku. Sebetulnya panjang
4
3.
bangku bebas, disesuaikan de'ngan panjang ruangan. Namun untuk kepraktisan pembersihan ruangan, ukuran panjang bangku adatah 2 m. Bangku-bangku ini dapat disusun 2-3 susun, sehingga bangunan yang diperlukan lebih efisien. Jaring untuk ulat-besar (lubang jaring lebih besar) yang digunakan untuk mempermudah perluasan dan pembersihan (bed cleaning).
Pengokonan Setelah ulat memasuki akhir stadia ke-5, ulat akan memasuki masa pengokonan, dan tanda-tandanya adalah: 1. Tubuh ulat menjadi bening dan transparan. 2. Tubuh mengecil. 3. Nafsu makan berkurang, bahkan akhirnya sama sekali tidak mau makan. 4. Kotoran yarg dikeluarkan wamanya hijau, menandakan bahwa makanan sudah tidak dicerna lagi. 5. Dari mulutnya keluar serat-serat sutera (fibroin). Ulat dalam keadaan ini dapat disebut sebagai ulat matang, dan harus dipindahkan ke tempat pengokonan.
Alat Pengokonan Berdasarkan riwayatnya, ada beberapa aiat pengokonan: 1) Twig Encabanage, yaitu alat pengqkonan secara alami, yang dibuat dari ranting-ranting serta cabang-cabang pohon sebagai alat pengokonan. 2) Straw Bush Encabanage, terbuat dari jerami yang dibengkokkan, dan merupakan alat pengokonan yaiig pertama kali diciptakan. 3) Improved Hanging Made of Bamboo, yailu alat pengokonan yang terbuat dari bambu belahan. Ulat-ulat yang telah matang diletakkan pada alat tersebut, dan kemudian digantung secara tegak lurus. 4) Rotary Cocooning Frame, yaitu alat pengokonan yang berputar, terbuat dari karton, bentuk kotak-kotak. Berdasarkan pengalarnan, alat pengokonan ini yang terbaik, karena: a. Kokon yang dihasilkan bermutu tinggi dan bersih. b. Kotoran ulat sangat mudah dibersihkan. c. Persentase kokon kembar (double cocoon) sangat kecil. Ukuran tiap kotak adalah 3 x 4 cm, dan satu rotari (rotari terdiri atas 13 x 16 kotak 208 kotak. Satu set rotari terdiri atas 10 satuan rotari. Untuk satu box ulat (isi 20.000 telur) membutuhkan 10-11 set rotari. Idealnya rotari hanya diisi 90% dari kapasitas. Bila mengharapkan diisi 100%, ulat yang ditaruh di rotari akan lebih banyak, yang mengakibatkan double cocoons yang banyak pula.
Ruangan Pengokonan Untuk alat pengokonan sistem rotari diperlukan ruangan pengokonan yang terpisah dari ruangan yang digunakan uhtuk pemeliharaan ulat. Ruangan pengokonan harus mempunyai ventilasi yang baik, temperatur 250C dan kelembaban antara 60-70%. Ulat sebelum menutup dirinya, terlebih dahulu akan mengeluarkan cairan yang mengandung zat amonia. Urin ini harus segera dibersihkan karena akan mempengaruhi
5
kelembaban dan pencemaran udara. Bila dibiarkan akan mempengaruhi mutu kokon yang dihasilkan. Cara untuk rnembersihkan urin tersebut yaitu dengan menaruh alas koran di bawah rotari tersebut. Bila koran sudah basah dengan urin, harus segera dikeluarkan dan diganti yang baru. Cara yang lebih baik lagi (yang dipraktekkan di Jepang) adalah dengan membuat tempat penampungan urin dari plastik. Plastik tersebut dibuat dua bagian. Bagian atas adalah jaring dengan lubang-lubang kecil, tetapi lebih besar dari kotoran ulat, sedang bagian bawah adalah plastik sebagai tempat penampungan urin dan kotoran ulat. Tujuan dari jaring bagian atas adalah untuk menangkap ulat yang jatuh dari rotari, saat rotari berputar akibat gerakan-gerakan ulat yang mencari tempat pengokonannya. Jika tanpa jaring ini ulat akan jatuh di lantai. Akibatnya ulat akan pecah, isi perut atau kepalanya, atau ulat mati akibat tergenang dengan air kencing ulat. Cara Jepang ini lebih efisien, selain itu ruangan tetap bersih dan udara tidak tercemar akibat zat amonia. Masa Panen Ulat akan membungkus dirinya di dalam kokon atau kepompong dan berubah menjadi pupa. Setelah 6-7 hari maka kokon telah siap untuk dipanen. Kokon ini (fresh cocoon) dapat langsung dijual atau dikirim ke tempat reeling, proses pembuatan benang sutera, yaitu dengan cara menarik filamen sutera dari kokon. Namun yang harus diingat, pupa akan berubah menjadi ngengat 12 hari setelah panen, atau kira-kira 20 hari dihitung dari saat pembuatan kokon pertama kalinya. Dengan mengeluarkan cairan dari mulutnya, ngengat akan keluar dari kokon. Akibatnya kokon menjadi tak laku dijual. Untuk menghindari hal ini, pupa dalam kokon tersebut harus dimatikan, yaitu dengan cara pengovenan. Cara membunuh pupa dergan oven adalah yang terbaik. Pengovenan dilakukan dengan suhu terendah 30 oC sampai tertinggi 105-110 oC selama 67 jam. Dengan tingkat kekeringan 40%, kokon akan kering (dry coroon) dapat disimpan selama satu tahun.
.
6