UJI KEMAMPUAN ISOLAT LOKAL JAMUR LIGNINOLITIK DALAM MENDEGRADASI HIDROKARBON MINYAK BUMI Edlyn Shella Jadmika1, Atria Martina2, Rodesia Mustika Roza2 1
Mahasiswa Program S1 Biologi
2
Dosen Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus BinaWidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to test the ability of 14 indigenous fungi in Riau Province in degrading the hydrocarbon of petroleum. The isolates have been known to have ligninolytic activity. The fungi were tested for their ability to grow on Bushnell Haasagar supplemented with crude oil. Five isolates with the highest ligninolityc activities were culturedin 50 ml of Bushnell Haas broth containing10 ml of crude oil for biodegradibility test. Then, the cultureswere incubated for 25 days. The ability of isolate in degrading crude oil was defined using gravimetric analysis. The result of the growth test, showed that Trichoderma PNE4 had the largest diameter (8.16 cm). Biodegradability test showed that Penicillium PN6 had the highest ability to degrade the crude oil (89%), followed by Aspergillus sp.2 (82%), Aspergillus fumigatus KP (73%), Aspergillus fumigatus KK (69%), and Trichoderma PNE4 (20%). Keywords
:
Biodegradation, indigenous fungi, petroleum Penicillium PN6, Trichoderma PNE4.
hydrocarbon,
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan 14 isolat jamur indigenus Riau dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Empat belas isolat ini telah diketahui aktifitas ligninolitiknya. Tahap uji pertumbuhan,isolat jamur ditumbuhkan ke dalam medium agar Bushnell Haas yang mengandung minyak bumi. Lima isolat yang diketahui memiliki aktifitas ligninolitik tertinggi ditumbuhkan pada 50 ml medium cair Bushnell Haas dan ditambahkan 10 ml minyak bumi untuk uji degradasi. Selanjutnya isolat diinkubasi selama 25 hari. Kemampuan degradasi isolat ditentukan dengan analisis gravimetri. Dari hasil uji pertumbuhan menunjukkan bahwa Trichoderma PNE4 menghasilkan diameter koloni tertinggi (8,16 cm). Untuk uji degradasi, isolat Penicillium PN6 menunjukkan degradasi tertinggi (89%), diikuti oleh Aspergillus sp.2 (82%), Aspergillus fumigatus KP (73%), Aspergillus fumigatus KK yaitu (69%), dan Trichoderma PNE4 (20%).
Repository FMIPA
1
Kata kunci: Biodegradasi, jamur isolat lokal, hidrokarbon minyak bumi, Penicillium PN6, Trichoderma PNE4 PENDAHULUAN Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh industri menjadi berbagai sumber energi, diantaranya sebagai bahan bakar gas, bensin, dan lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat akan bahan bakar semakin meningkat, yang diiringi dengan peningkatan produksi minyak bumi. Minyak bumi tersusun dari campuran senyawa organik yang terdiri dari senyawa hidrokarbon dan bukan hidrokarbon. Minyak bumi dapat di kategorikan menjadi empat fraksi, yaitu saturasi, aromatik, asphaltenes, dan resin. Fraksi saturasi terdiri dari rantai lurus alkana, alkana bercabang (isoalkana) dan sikloalkana (naphthenes). Fraksi aromatik terdiri dari monoaromatik hidrokarbon (benzene, toluen, dan xylen), poliaromatik hidrokarbon. Fraksi asphaltenes (fenol, asam lemak, keton, ester, dan porifirin), dan resin (piridins, quinolin, karbazol, sulfosida, dan amida) (Singh 2006). Menurut Hu Guangji (2013) minyak bumi terdiri dari 4052% alkana, 28-31% aromatik, 810% asphaltenes, dan 7-22,4% resin. Tumpahan minyak bumi yang terjadi pada saat proses pengeboran, transportasi, ataupun pengilangan dapat menyebabkan terakumulasinya senyawa hidrokarbon yang bersifat toksik dan susah untuk diuraikan ke lingkungan. Efek toksik yang ada pada senyawa tersebut akan memberikan dampak negatif pada Repository FMIPA
komponen biotik maupun abiotik yang ada di lingkungan. Satu organisme yang mengandung senyawa hidrokarbon ditubuhnya, dapat menyebarkan senyawa hidrokarbon tersebut pada organisme lain melalui proses rantai makanan. Melalui peristiwa tersebut, akan semakin luas dampak yang diberikan oleh tumpahnya minyak bumi di lingkungan (Karwati 2009). Jamur dikenal kemampuannya dalam mendegradasi berbagai macam senyawa polutan. Salah satunya hidrokarbon pada minyak bumi.Menurut Dible dan Bartha (1997) toleransi jamur terhadap toksisitas hidrokarbon lebih tinggi. Jamur lebih mampu beradaptasi di lingkungan yang bervariasi serta memiliki mekanisme untuk eliminasi tumpahan minyak bumi dari lingkungan.Berdasarkan penelitian Al-nasrawi (2012), beberapa jamur seperti Aspergillus niger, Penicillium documbens dan Cochliobolus lunatus yang diisolasi dari daerah yang tercemar tumpahan minyak bumi memiliki kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi. Senyawa hidrokarbon yang ada pada minyak bumi dapat dimanfaatkan oleh fungi sebagai sumber nutrisinya dengan cara merubah bentuknya menjadi senyawa yang lebih sederhana. Jamur yang mampu mensintesis enzim yang terlibat dalam penguraian lignin akan mampu mendegradasi senyawa dengan berat molekul tinggi, kompleks atau rekalsitran seperti yang berstruktur aromatis (Potin et 2
al. 2004). Menurut Cajthaml et al. (2008) jamur ligninolitik dapat mendegradasi senyawa yang berstruktur aromatis dibantu dengan tiga enzim utama, yaitu LiP (lignin perooksidase), MnP (mangan perooksidase), dan Lac (lakase). Enzim tersebut merupakan enzim ekstraseluler yang dapat berdifusi kedalam tanah atau mineral sehingga dapat mendegradasi senyawa aromatik yang bersifat rekalsitran. Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) merupakan senyawa dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari gabungan senyawa aromatik, dan kelarutannya yang rendah membuat senyawa ini sukar terdegradasi (Arun 2011). Menurut penelitian Balaji (2013) jamur non ligninolitik seperti Aspergillus fumigatus, Penicillium chrysogenum, Alternaria alternata, Aspergillus niger, dan Fusarium oxysporum dapat memproduksi enzim lipase, lakase, perooksidase, dan protease yang dapat digunakan untuk mendegradasi senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) pada minyak bumi. Di dalam penelitian ini akan digunakan isolat jamur indigenus Riau bersifat termotoleran yang diisolasi dari lahan gambut yang telah diketahui memiliki aktivitas ligninolitik yang cukup tinggi, namun kemampuannya dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon belum diketahui, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menguji kemampuan isolat tersebut dalam mendegradasi hidrokarbon pada minyak bumi.
Repository FMIPA
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (FMIPA). Sumber isolat yang digunakan merupakan koleksi Laboratorium Mikrobiologi yaitu (Aspergillus fumigatus KK, Aspergillus fumigatus TT, Aspergillus sp.2 TT, Aspergillus fumigatus KP, Aspergillus sp.2, AcremoniumPN6, Acremonium PNE10, Penicillium PNE, Trichoderma PNE4, Penicillium PNE7, Penicillium PNE17, Penicillium PNE11, Penicillium PN6, dan Trichoderma sp.) Minyak bumi yang digunakan berasal dari salah satu sumur minyak bumi yang berada di Minas. a.
Pembuatan Medium Bushnell Haas
Medium Bushnel Haas padat dibuat dengan melarutkan 0,2 g MgSO4, 0,02 g CaCl2, 1 g KH2PO4, 1 g K2HPO4, 0,05 g FeCl3, 1 g NH4NO3 dan 0,1% tween 80 ke dalam 1000 ml akuades. Setelah homogen ditambahkan 15 g agar dan dipanaskan hingga larut. Medium yang sudah larut ditambahkan 50 ml minyak bumi. Medium disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC tekanan 15 psi selama 15 menit. Pembuatan medium Bushnel Haas cair dilakukan dengan cara yang sama dalam penjelasan yang diatas tanpa penambahan agar (Al-Nasrawi 2012).
3
b.
Pembuatan Medium Potato Dextrosa Agar (PDA)
Medium PDA dibuat dengan komposisi : 250 ml ekstrak kentang, 20g dekstrosadilarutkan ke dalam 1000 ml aquades kemudian ditambahkan 15 g agar dipanaskan hingga larut. Medium disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC tekanan 15 psi selama 15 menit. c.
Peremajaan Isolat Jamur
Sebanyak 14 isolat jamur uji ditumbuhkan dan disimpan ke dalam tabung reaksi yangberisi medium PDA agar miring dengan menggunakan metode streak, kultur diinkubasi pada suhu ruang selama 5-7 hari. Isolat tersebut selanjutnya digunakan sebagai inokulum. d.
Uji Pertumbuhan Jamur pada Medium Bushnell Haas Padat
Uji pertumbuhan dilakukan untuk melihat pertumbuhan isolat jamur ligninolitik didalam medium Bushnell Haas yang mengandung minyak bumi. Masing-masing isolat ditotolkan ke dalam medium padat Bushnell Haas kemudian diinkubasi selama 5 hari. Sebagai kontrol, isolat diinokulasikan dengan cara ditotol ke dalam medium Bushnell Haas tanpa penambahan minyak bumi. Pertumbuhan diamati dengan mengukur diameter koloni isolat menggunakan jangka sorong. e.
Uji Daya Degradasi Minyak Bumi
Isolatjamuryang sudah ditumbuhkan selama 4 hari di dalam medium PDA, diambil pada bagian Repository FMIPA
pinggirnya dengan diameter 5mm. Empat potongan kultur diinokulasikan ke dalam 50 ml Bushnell Haas cair.Kemudian ditambahkan 0,1% tween 80, dan 10 ml minyak bumi.Untuk kontrol dilakukan dengan cara yang sama namun tanpa penambahan isolat jamur, kemudian diinkubasi pada suhu ruangan dengan menggunakan shaker orbital dengan kecepatan 180 rpm selama 25 hari. Kemampuan degradasi jamur terhadap minyak bumi dilihat melalui penghitungan total hidrokarbon. f.
Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
Pengukuran kecepatan biodegradasi dilakukan dengan cara ekstraksi dan gravimetri berdasarkan metode 1664 EPA (2007) dan Latha et al. (2012). Setelah 7 hari interval dari masa berakhirnya inkubasi, aktivitas isolat dihentikan dengan penambahan 1% HCl 1N. Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan 5 ml n-heksan ke kultur. Kultur dipindahkan ke funnel pemisah dan diekstraksi. Funnel dikocok sehingga akan terbentuk fase air dan fase organik. Fase organik yang terdapat dilapisan atas digunakan untuk tahap selanjutnya. Ekstrak ditambahkan 0,4 g natrium sulfat untuk mengeluarkan kelembaban dan dievaporasi hingga kering.Analisis gravimetri dilakukan untuk mengukur residu minyak bumi yang terdapat setelah ekstraksi minyak dari medium dan dievaporator supaya kering. Residu minyak yang tinggal setelah degradasi diketahui dengan menimbang jumlah minyak yang terdapat beaker yang telah diketahui 4
beratnya. Persentase degradasi dihitung dengan rumus menurut AlJawhari (2014) % degradasi = a-b / a x 100 dimana : a = berat minyak pada kontrol, b = berat minyak pada perlakuan. g.
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil kemampuan degradasi dianalisis dengan ANOVA, jika terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test). HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Uji Pertumbuhan Jamur pada Medium Bushnell Haas Padat
Berdasarkan hasil uji pertumbuhan dapat dilihat bahwa adanya variasi besar koloni jamur pada medium Bushnell Haas yang mengandung minyak bumi dan tanpa 12 10 8 6 4 2 0
minyak bumi. Pada hari ke-5, isolat yang memiliki diameter koloni tertinggi pada medium yang mengandung minyak bumi adalah, Trichoderma PNE4. Menurut Saravanan (2013), pertumbuhan diameter koloni yang berbeda-beda dikarenakan perbedaan kemampuan jamur dalam memanfaatkan hidrokarbon pada minyak bumi juga berbeda-beda. Enzim hidrolitik yang dihasilkan oleh jamur dapat membantu mencerna hidrokarbon kompleks yang terdapat pada minyak bumi. Diameter koloni Trichoderma PNE4 pada medium yang mengandung minyak bumi pada hari ke 5 adalah 8,16 cm, sedangkan koloni Trichoderma PNE4 pada medium tanpa minyak bumi adalah 8,75 cm. Hasil yang didapat tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan penelitian Delira (2012),
Bushnell Haas mengandung minyak bumi Bushnell Haas tanpa minyak bumi
Gambar 1. Rerata diameter koloni isolat pada medium Bushnell Haas waktu inkubasi 5 hari.
Repository FMIPA
5
yang ditumbuhkan pada medium PDA yang mengandung minyak bumi berkisar 8 cm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma sp. dapat tumbuh dengan baik pada medium padat yang mengandung minyak bumi. Hal ini menandakan bahwa Trichoderma sp mampu beradaptasi pada medium padat yang mengandung minyak bumi. Jamur yang memiliki diameter koloni yang tinggi mampu beradaptasi dan memanfaatkan sumber karbon pada minyak bumi, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan miselia jamur (Mohsenzadeh 2012). b.
Penicillium PN6, Aspergillus sp.2, Aspergillus fumigatus KP, dan Aspergillus fumigatus KK, diuji kemampuannya dalam mendegradasi minyak bumi. Kemampuan degradasi isolat dapat dilihat melalui Gambar 2. Dari hasil analisis sidik ragam, diperoleh bahwa pemberian isolat berpengaruh terhadap degradasi hidrokarbon pada minyak bumi secara signifikan (p<5%). Isolat yang memiliki kemampuan degradasi minyak bumi tertinggi adalah Penicillium PN6, yaitu sebesar 89%. Kemampuan degradasi hidrokarbon minyak bumi terendah terdapat pada Trichoderma PNE4 yaitu sebesar 20%. Pada penelitian ini, kemampuan degradasi minyak bumi oleh Aspergillus fumigatus KP adalah 73%, sementara penelitian AlJawhari (2015), mendapatkan bahwa
Uji Daya Degradasi
Lima isolat yang sebelumnya telah diketahui aktivitas ligninolitiknya melalu penelitian yang telah dilakukan oleh Febriani (2013), yaitu Trichoderma PNE4,
Kemampuan degradasi (%)
120
c bc
100
b
b
80 60
a
40 20 0 Penicillium PN6
Aspergillus sp.2
Aspergillus Aspergillus Trichoderma fumigatus KP fumigatus KK PNE4 Isolat
Gambar 2. Kemampuan degradasi isolat pada medium cair Bushnell Haas mengandung 10 ml minyak bumi dalam 25 hari waktu inkubasi.
Repository FMIPA
6
kemampuan degradasi minyak bumi oleh Aspergillus fumigatus pada medium Mineral Salt yang ditambahkan 2 ml minyak bumi adalah 75%. Kemampuan degradasi isolat dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi diperoleh hasil yang berbeda dengan uji pertumbuhan isolat pada medium Bushnell Haas padat. Dari hasil uji pertumbuhan isolat Trichoderma PNE4 menghasilkan diameter tertinggi, yaitu 8,16 cm, namun dari hasil uji degradasi, isolat Trichoderma PNE4 menghasilkan kemampuan degradasi terendah, yaitu 20%. Hal ini menandakan bahwa isolat yang menghasilkan diameter koloni yang besar, belum tentu memiliki kemampuan degradasi yang tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh April (1999), isolat yang menghasilkan diameter koloni yang kecil, berkemungkinan untuk memiliki kemampuan degradasi yang tinggi, namun isolat yang menghasilkan diamater koloni yang besar hanya menunjukkan uji pertumbuhan yang cepat, dan belum tentu isolat tersebut memiliki kemampuan degradasi yang tinggi. Penurunan berat minyak bumi dapat dikarenakan jamur memanfaatkan sumber karbon yang ada pada minyak bumi dengan bantuan enzim ekstraseluler, sehingga dapat memutuskan rantai molekul hidrokarbon (Al-Nasrawi 2012). Semakin banyak fraksi ringan yang dihasilkan, maka nilai viskositas minyak bumi juga semakin kecil. Adanya aktivitas jamur juga menyebabkan berkurangnya Repository FMIPA
kerapatan molekul-molekul senyawa penyusun minyak bumi sehingga minyak bumi menjadi encer. Proses agitasi juga dapat memecah ikatan hidrokarbon pada minyak bumi, sehingga dapat memperluas daerah permukaan dan mempermudah jamur dalam degradasi. Minyak bumi dapat lebih mudah dicerna oleh jamur dikarenakan adanya pergerakan antara air, oksigen dan nutrisi (Al-Ghamdi 2011). Struktur hifa dan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur berperan penting dalam penetrasi minyak bumi, sehingga memudahkan jamur dalam melakukan pengambilan atau penyerapan terhadap minyak bumi. Senyawa ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dapat mengemulsifikasi hidrokarbon sehingga memudahkan penyerapan hidrokarbon. Alkana merupakan hidrokarbon alifatik yang paling mudah untuk didegradasi. Ada tiga cara dalam memetabolisme senyawa alkana oleh jamur, yang pertama adalah penyerapan senyawa alkana ke dalam sel, diikuti dengan pergerakan senyawa melalui dinding sel, dan yang terakhir terjadinya reaksi oksidasi (Singh 2006). Pada penelitian ini, beberapa mekanisme jamur dalam mendegradasi minyak bumi adalah dengan membentuk hifa pelet dan hifa filamen.Menurut Saraswathy (2005), jamur Penicillium ochrochloron dapat mendegradasi senyawa pyrene yang terdapat dalam minyak bumi dengan membentuk hifa pelet. Perubahan morfologi hifa dapat disebabkan oleh 7
A
B
C
Gambar 3. Biodegradasi minyak bumi pada medium Bushnell Haas (A) kontrol, (B) isolat Penicillium PN 6 dengan hifa pelet, (C) isolat Aspergillus fumigatus KK dengan hifa filamen. faktor, antara lain adanya proses aerasi, perubahan pH, proses agitasi, kandungan medium, dan karakteristik oleh hifa jamur tersebut. Isolat Penicillium PN6 akan membentuk hifa pelet sedangkan isolat Aspergillus fumigatus KK membentuk hifa filamen yang kemudian akan menyelubungi minyak bumi. Umumnya jamur non-ligninolitik mengoksidasi senyawa hidrokarbon melalui pemberian satu molekul oksigen untuk membentuk senyawa oksida yang selanjutnya akan dikatalisis oleh sitokrom P-450 monooksigenase. Cincin benzen yang sudah terlepas dari senyawa hidrokarbon akan dioksidasi menjadi molekul-molekul lain, dan selanjutnya akan digunakan oleh jamur sebagai sumber energi (Munir 2006).Jamur yang telah diketahuikemampuanligninolitiknya, menggunakan enzim ekstraseluler seperti lakase yang digunakan dalam proses degradasi. Jamur ligninolitik Repository FMIPA
akan memberikan elektron yang digunakan untuk mengoksidasi cincin dari senyawa hidrokarbon. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya kombinasi antara enzim ligninolitik dan sitokrom P450 monooksigenase dapat mempercepat proses degradasi (Bamforth 2005). KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah, dari 14 isolat yang di uji, isolat Trichoderma PNE4 mempunyai pertumbuhan dengan diameter koloni tertinggi yaitu 8,16 cm pada hari kelima, diikuti oleh Aspergillus fumigatus KK dengan diameter 5,16 cm dan Aspergillus fumigatus KP dengan diamater 4,70 cm. Untuk kemampuan degradasi, isolat Penicillium PN6 mempunyai kemampuan degradasi minyak bumi tertinggi yaitu 89%, diikuti oleh Aspergillus sp.2 dengan 82%, Aspergillus fumigatus KP 73%, Aspergillus fumigatus KK 69%, dan Trichoderma PNE4 dengan 20% . 8
DAFTAR PUSTAKA Al-Ghamdi AZ. 2011. Investigating the Ability of Five Fungal Species to Utilize Gasoline as Sole Carbon Sources. Egypt Academic Journal Biology. Sciences. 3(1):7-12. Al-Jawhari I.F.H. 2015. Ability of Some Fungi Isolated from Sediment of Sug-Al Shykyukh Marshes on Biodegradation of Crude Oil. International Journal CurrentMicrobiologyApplied Sciences. 4(1): 19-22. Al-Jawhari I.F.H. 2014.Ability of Some Soil Fungi in Biodegradation ofPetroleum Hydrocarbon.Journal Applied Environmental. Microbiology.2(2): 46-52. Al-Nasrawi.H. 2012. Biodegradation of Crude Oil by Fungi Isolated from Gulf of Mexico.Journal of Bioremediation.Biodegradation.3 (4). 1000147. Arun K, Ashok M, Rajesh S. 2011. Crude oil PAH constitution, degradation pathway and assiciated bioremediation microflora: an overview. International Journal Environmental Sciences. 1(7): 1420-1439. April MT. 1999. Hydrocarbon Degrading Filamentous Fungi from Flarepit Soils of Northern and Western Canada. [Thesis]. Edmonton: Degree of Master of Science, University of Alberta. Alpentri. 2001. Evaluasi kemampuan isolat jamur dari salah satu sumur Repository FMIPA
minyak bumi minasdalam mendegradasi minyak bumi.Prosiding Simposium Nasional IATMI; Yogyakarta, 35 Oktober. Balaji V, Arulazhagan P, Ebenezer P. 2013. Enzymatic Bioremediations of Polyaromatic Hydrocarbons by Fungal Consortia Enriched from Petroleum Contaminated Soils and Oil Seeds. Journal of Environmental Biology. 35: 1-9. Bamforth SM, Singleton I. 2005. Review bioremediation of polycyclic aromatic hydrocarbons: current knowledge and future directions. Journal of Chemical Technology and Biotechnology. 80: 723-736. Cajthmal T. 2008. Degradation of PAHs by ligninolytic enzymes of Irpex lacteus. Folia Microbiology. 53(4): 289-294. Delira RA, Alarcon A, Ferrera Cerrato R, Jose J. 2012. Tolerance and Growth of 11 Trichoderma Strains to Crude Oil, Naphtalene, Phenanthrene and Benzo[a]pyrene. Journal of Environment Management. 95: 5291-5299. Dibble J.T, Bartha R.1979. The effect of environmental parameters on the biodegradation of oily sludge. Applied Environmental Microbiology. 37: 729-739. Febriani. 2013. Uji Aktivitas Ligninolitik Jamur Pektinolitik Termotoleran Indigenus Riau (Skripsi). Pekanbaru. Fakultas 9
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau. Latha R, Jalaivani R. 2012. Bacterial Degradation of Crude Oil by Gravimetric Analysis. Advances in Applied Science Research. 3(5):2789-2795. Munir E. 2006. Pemanfaatan mikroba dalam bioremediasi: suatu teknologi alternatif untuk pelestarian lingkungan. USU eRepository. Mohsenzadeh F, Rad AC, Akbari M. 2012. Evaluation of Oil Removal Efficiency and Enzymatic Activity in Some Fungal Strain for Bioremediation of PetroleumPolluted Soils. Iranian Journal of Environmental Health Sciences & Engineering. 9(26): 3-8. Potin O, Rafinc C, Veigner.2004.Bioremediation of an aged polyciclic aromatic hydrocarbon (PAH) contaminated soil by Filamentous Fungi Isolated from the soil. International Biodeterior Biodegradation.54:45-52.
Repository FMIPA
Saravanan R, Sivakumar T. 2013. Biodiversity and Biodegradation Potentials of Fungi Isolated from Marine System of East Coast of Tamil Nadu, India. International Journal Current Microbiology Applied Sciences. 2(7): 192-201. Singh H. 2006. MYCOREMEDIATION Fungal Bioremediation. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken. New Jersey. Steffen. 2007. Enhancement of bioconversion of high molecular mass polycyclic aromatic hydrocarbons in contaminated non-sterile soil by litterdecomposing fungi. Biodegradation. 18: 359-369. Thenmozhi R, Arumugam K, Nagasathya A, Thajuddin N, Paneerselvam A. 2013. Studies on mycoremediation of used engine oil contaminated soil samples. Advances in Applied Science Research. 4(2): 1
10