TRIAL APLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE TEAM GAMES TOURNAMENT ON THE DEVERSITY OF LIVING THINGS CONCEPT IN CLASS VII SMP PLUS QURROTA A’YUN LEUWISARI SUB-DISTRICT TASIKMALAYA DISTRICT Usep Abdul, Hernawan ABSTRACT Learning activities are the principal activities in the educational process at the school. One way to improve the quality of education at the school is the use of a suitable learning model in the learning activities. Cooperative learning type team games tournament is a learning model that invites students to be more active in the learning activities and strive to create a pleasant atmosphere. These learning activities will go to improved student achievement to achieve KKM at he school. Key words: Cooperative learning type team games tournament, student achievement.
UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BROKEN SQUARE PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN DI KELAS XI IPA MAN SUKAMANAH KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA Usep Abdul Wahab, Hernawan ABSTRAK Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah penggunaan model pembelajaran yang cocok dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament merupakan model pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta berusaha untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di dalamnya. Kegiatan pembelajaran seperti ini akan berujung pada peningkatan hasil belajar peserta didik hingga mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament, hasil belajar peserta didik.
1
2 Pendahuluan A. Latar Belakang Pendidikan dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam perkembangan suatu negara. Apabila pendidikan di suatu negara mengalami perubahan yang sangat pesat maka akan membantu dan memberikan efek yang sangat baik terhadap perkembangan dan kemajuan negara tersebut. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia pemerintah terus memperbaiki kurikulum pendidikan yang sudah ada, sehingga dalam beberapa tahun ini terus terjadi perubahan kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia mulai dari kurikulum 1984, kemudian Kurikulum Berbasis Kompetensi sampai sekarang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pendidikan pada seorang anak sudah dimulai dari sejak dia bayi, yaitu dengan pendidikan yang dilakukan oleh orang tuanya dan kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal. Secara formal, dunia pendidikan meliputi pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Keberhasilan anak dalam jenjang pendidikan formal di pengaruhi oleh beberapa faktor di antanranya, guru dan intelegensi peserta didik. Guru merupakan ujung tombak dalam keberhasilan pendidikan karena guru mempunyai peranan yang sangat dominan dalam proses belajar. Cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran akan mempengaruhi siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan, sehingga guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode dan model pembelajaran. Intelegensi siswa dapat mempengaruhi cepat lambatnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Bagi siswa yang mempunyai integensi kurang atau kemampuan untuk memahami pelajaran kurang maka ketika dia belajar cenderung akan lebih pasif, maka guru dituntut untuk menggunakan motode pembelajaran yang lebih komunikatif sehingga siswa akan ikut aktif dalam proses pembelajran. Keberhasilan belajar dalam pendidikan formal dapat diukur dengan nilai akhir dari hasil belajar peserta didik. Semakin bagus nilai yang didapatkan oleh peserta didik maka dapat dianggap bahwa proses belajar mangajar sukses atau berhasil. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi diduga karena guru secara aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan latihan. Pembelajaran seperti ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran seperti itu kurang menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Selain itu, kecil kemungkinan terjadi proses sosial antara peserta didik dengan peserta didik yang lain dalam membangun pengetahuan dan pemahaman bersama.
3 Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang merangsang siswa untuk belajar lebih aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, menemukan dan membentuk pengetahuan sendiri, serta berinteraksi sosial dengan siswa yang lainnya. Pada pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja sama dengan teman sekelompoknya dan bertanggung jawab atas keberhasilan diri dan anggota kelompoknya. Mereka harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada kelompoknya sehingga siswa akan mencapai potensi optimal yang mungkin diraihnya. Teams games tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam teams games tournament yaitu mengajar, belajar kelompok, turnamen atau perlombaan, dan penghargaan kelompok. Hal yang menarik dari teams games tournament dan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen, siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Hal ini tentu akan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “apakah model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup di kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya?” C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kecocokan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament jika diterapkan pada proses pembelajaran konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup di kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
4 D. Manfaat 1. Kegunaan Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan, khususnya tentang penggunaan tipe pembelajaran dari model pembelajaran kooperatif. 2. Kegunaan Praktis a. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan atau memilih model pembelajaran yang tepat dalam setiap materi pembelajaran khususnya pada pelajaran biologi. b. Dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kebijakan penerapan kurikulum dimasa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan. c. Dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa secara maksimal sehingga belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan. d. Dapat meningkatkan motivasi dan potensi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran biologi. Pembahasan 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Broken Square Menurut Slavin, E Robert (2005:13) “Teams-Games-Tornament” pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. Masih menurut Slavin, E Robert (2005:13) “Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnament mingguan.” Menurut Huda, Miftahul (2011:116) “Teams Games Tournament dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya, penerapan teams games tournament mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format intruksional, dan lembar kerjanya”. Menurut Slavin, E Robert (2005:166) deskripsi dari komponenkomponen teams games tournament adalah sebagai berikut. a. Presentasi di kelas Materi dalam teams games tournament pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi audiovisual. Bedanya persentasi kelas dengan pengajaran biasa hanayalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit teams games tournament. b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benarbenar belajar, dan lebih khusunya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-
5 kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan megoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. c. Game Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari persentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masingmasing mewakili tim berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomornomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan persentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen-tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, sperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi. e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif disusun dalam dua tahap, yaitu persiapan dan kegiatan inti. Persiapan mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Menurut Slavin, E Robert (2005:169) langkah-langkah pembelajaran teams games tournament akan diuraikan sebagai berikut: a. Persiapan 1) Materi Materi kurikulum untuk teams games tournament sama saja dengan STAD, kecuali bahwa anda juga perlu menyiapkan kartu-kartu bernomor dari nomor satu sampai tiga puluh untuk tiap tiga orang anak dalam kelas terbesar anda. 2) Menempatkan para siswa ke dalam tim
6 Penempatan siswa pada teams games tournaments sama denga STAD, jika dalam kelas yang terdiri dari separuh laki-laki, separuh perempuan, tiga perempat kulit putih, dan seperempat minoritas boleh saja membentuk tim yang terdiri dari empat orang yang terdiri dari dua lakilaki dan dua perempuan, tiga siswa kulit putih serta satu minoritas. Tim tersebut juga harus terdiri dari satu siswa berprestasi tinggi, seorang siswa berprestasi rendah, dan dua orang lainnya yang berprestasi sedang. 3) Menempatkan para siswa ke dalam meja turnament pertama 4) Hitunglah jumlah siswa di dalam kelas. Jika jumlahnya habis dibagi tiga, semua meja turnamen akan terisi tiga peserta, tunjuklah tiga siswa pertama dari daftar tadi untuk menempati meja 1, berikutnya meja 2 dan seterusnya. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi tiga, satu atau dua dari meja turnamen pertama akan beranggotakan empat peserta. Berikut gambaran penempatan meja turnamen. b. Kegiatan inti 1) Pengajaran Tiap pelajaran dalam teams games tournment dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran anda; kegiatan-kegaiatan tim dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut. 2) Belajar Tim Selama belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang anda sampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembarkegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya. Hanya dua kopian dari lembar-kegiatan dan lembar jawaban yang diberikan kepada tiap tim tetapi bila ada siswa yang ingin punya kopian sendiri, bisa menyediakan kopian tambahan. 3) Turnamen Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja “atas” dan yang “bawah. Mintalah salah satu siswa yang anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal hubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda.
7 4) Rekognisi Tim (a) Menentukan skor tim Setelah turnamen selesai, tentukanlah skor tim dan persiapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi (b) Merekognisi tim berprestasi Seperti dalam STAD, di sini juga di berikan tiga tingkatan penghargaan, yang didasarkan pada skor rata-rata tim. 2. Kecocokan Hasil belajar peserta didik setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament pada konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup di kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya lebih besar dari pada hasil belajar peserta didik sebelum proses pembelajaran. Skor rata-rata yang diperoleh peserta didik sebelum proses pembelajaran adalah 14,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh peserta didik setelah proses pembelajaran adalah 29,5. Jadi, hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament mengalami peningkatan sebesar 14,75. Selain itu, untuk melihat perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament dilakukan uji t. Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil yang menyatakan bahwa t hitung terdapat di daerah penolakan Ho yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model permbelajaran kooperatif tipe team games tournament. Hasil ini menunjukan keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup. Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament efektif digunakan pada proses pembelajaran biologi konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup karena model ini menarik peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama teman sekelompoknya dan memicu peserta didik untuk bersaing dengan kelompok lain sehingga peserta didik menjadi termotivasi untuk segera memahami materi yang diberikan. Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament adalah sulitnya mengondusifkan kondisi peserta didik saat pembelajaran berlangsung sehingga dituntut bimbingan yang kuat dari guru, karena kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament ini bersifat dinamis. Jadi dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya terpaku untuk ceramah menyampaikan materi dan peserta didik hanya mendengarkan, mencatat dan mengerjakan latihan dengan perasaan tegang atau jenuh. Guru harus bisa membuat lingkungan yang nyaman bagi peserta didik untuk belajar, yaitu dengan menerapkan model-model pembelajaran yang
8 mendorong motivasi peserta didik dalam memahami dan menggali materimateri yang dipelajarinya sehingga peserta didik bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament ini belum bisa dinyatakan cocok diterapkan pada konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup di kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya hanya dengan melihat peningkatan rata-rata nilai peserta didik sebelum dan sesudah proses pembelajaran atau dengan melihat kesimpulan dari hasil uji t. Oleh karena itu dilakukan pengujian hipotesis deskriptif dengan menggunakan uji t untuk melihat apakah peningkatan hasil belajar peserta didik itu sudah mencapai KKM yang ditentukan sekolah atau belum. Hasil analisis dari uji t menyatakan bahwa t hitung berada pada daerah penerimaan Ho yang artinya hasil belajar peserta didik sudah mencapai KKM yang ditentukan. Selain itu, jika kita melihat hasil belajar rata-rata peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran yaitu sebesar 29,5 sedangkan nilai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 28, sehingga nilai rata-rata peserta didik setelah proses pembelajaran lebih besar 1,5 poin dari pada nilai KKM yang ditentukan sekolah. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya pada konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup hingga mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup di kelas VII SMP Plus Qurrota A’yun Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Saran 1. Proses belajar mengajar hendaknya lebih bervariasi, terutama dalam penggunaan model pembelajaran, sehingga siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar. 2. Sebelum melakukan proses pembelajaran, maka di perlukan persiapan yang matang sehingga dapat mengeluarkan semua potensi yang dimilki oleh peserta didik. 3. Pada penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament untuk menyampaikan konsep Keanekaragaman makhluk hidup, untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk mencoba penggunaan model pembelajaran yang lain. 4. Pada penelitian ini, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament hanya pada konsep Keanekaragaman makhluk hidup, untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk mencobanya pada konsep lain.
9 5. Pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament diterapkan terhadap peserta didik kelas VII, untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk mencoba penerapan model pembelajaran ini pada peserta didik yang jenjang pendidikannya lebih rendah. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Hamdani. (2011) . strategi belajar mengajar. Bandung : Pustaka Setia Huda, Miftahul. (2011). Cooperatif learning. Metode, teknik, struktur, dan model penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Takari, Enjah dan Bahrudin. (2009). IPA untuk SMP dan MTS Kelas VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Riwayat Penulis Usep abdul Wahab, adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya.