P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan Aedes sp Dari Ekstrak Daun Alpukat (Larvacidal Extract)
Activity Test for Larvae of Culex sp and Aedes sp of Avocado Leaf
Lili Andriani*; Yulianis; Nela Sukmawati Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia *Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Demam Berdarah Dengue dan Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya pemberantasan DBD dan Filariasis yaitu dengan memutus mata rantai larva Culex sp dan Aedes sp. Ekstrak daun alpukat berpotensi sebagai larvasida alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak daun alpukat sebagai larvasida. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak 1% dan 5%, 1 kontrol negatif, 1 kontrol positif. Kemudian dihitung kematian larva setelah 24 jam. Data dianalisis dengan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat efektif terhadap kematian larva 100% dengan waktu yang berbeda, nilai signifikan p = 0,000 (p ≤ 0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan dari konsentrasi ekstrak daun alpukat terhadap kematian larva Culex sp dan Aedes sp. Kata Kunci: Persea americana Mill, larva Culex sp, larva Aedes sp, larvasida PENDAHULUAN
beberapa penyakit yang sangat penting dengan
Indonesia merupakan salah satu negara tropis di
tingginya tingkat kesakitan dan kematian yang
dunia dan memiliki kelembaban suhu optimal
ditimbulkannya. Penyebab utama munculnya
yang mendukung bagi kelangsungan hidup
epidemi
serangga. Nyamuk merupakan salah satu jenis
perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk
serangga yang dapat merugikan manusia karena
sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali.
penyakit
tersebut
adalah
perannya sebagai vektor penyakit. Beberapa
Sebagai salah satu upaya memutus mata
jenis penyakit yang disebabkan oleh nyamuk,
rantai penyebaran nyamuk tersebut adalah
seperti filariasis yang ditularkan melalui nyamuk
dengan
Culex sp, serta penyakit demam berdarah dengue
menggunakan larvasida. Dimana saat ini telah
(DBD) yang ditularkan melalui nyamuk Aedes sp
banyak
(Hairani, 2014).
masyarakat, tetapi larvasida tersebut membawa
Keberadaan nyamuk yang berdekatan
dampak
cara
pengendalian
larvasida negatif
yang pada
vektor digunakan
lingkungan
dengan oleh karena
dengan kehidupan manusia dan hewan dapat
mengandung senyawa-senyawa kimia yang
menimbulkan masalah
serius
berbahaya, baik terhadap manusia maupun
dikarenakan nyamuk bertindak sebagai vektor
lingkungan. Maka dari itu perlu pengembangan
yang cukup
97
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
larvasida baru yang tidak berbahaya dan ramah
pipet tetes, spatel, corong, kertas saring,
lingkungan,
erlenmeyer, blender.
melalui
penggunaan
larvasida
hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Larvasida dari tanaman lebih selektif dan aman,
Bahan Bahan yang digunakan daun daun
karena mudah terdegradasi di alam (Lestari, et
alpukat dan bahan lain yang digunakan adalah
al., 2014) . Hasil penelitian mengenai biokontrol larva nyamuk Aedes aegypti dari tumbuhan endemik Dieng, Jawa Tengah sudah pernah dilaporkan oleh Supono dkk (2015), dimana ekstrak limbah biji karika berpotensi digunakan untuk biokontrol larva nyamuk Aedes aegypti. Selain itu ekstrak etanol limbah penyulingan minyak akar wangi juga dapat digunakan sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles sundaicus. (Lailatul, et al., 2010) Salah
satu
tumbuhan
yang
dapat
bahan-bahan proabsolut, yaitu HCl pa, H2SO4 pa, sedangkan
alpukat termasuk dalam famili Lauraceae. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa
reagennya
sendiri
menggunakan reagent Meyer, kloroform, dan kalium ferosianid, larutan Na-CMC 1%. Dan bahan-bahan seperti logam, yaitu FeCl3, logam magnesium, asam asetat glasial, NaCl, NH4OH, etanol 70%. Hewan uji Hewan uji yang digunakan adalah larva Culex sp dan Aedes sp. Penyiapan ekstrak
dimanfaatkan sebagai larvasida botani yakni daun alpukat (Persea americana Mill). Daun
untuk
Daun alpukat sebanyak 2 kilogram dibersihkan,
ditiriskan,
dikering
anginkan
dengan sinar matahari secara tidak langsung sampai berat konstan. Setelah itu timbang daun
daun alpukat mengandung berbagai metabolit
alpukat 200 gram, kemudian diblender hingga
sekunder antara lain flavonoid, tanin, kuinon,
berbentuk serbuk. Masukkan serbuk kedalam
saponin, alkaloid, fenol, steroid dan terpenoid
botol gelap dan tambahkan etanol 70% hingga
(Surya, 2013; Arukwe, et al., 2012). Daun alpukat
serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24
mempunyai
aktivitas
antiinflamatori,
sebagai
antikonvulsan,
analgesik, hipoglisemia
jam setelah itu disaring. Perendaman dilakukan 3 kali pengulangan.
(Adeyemi, et al.,2002; Ojewole, et al., 2006; Antia, et al., 2005), Untuk itu, dilakukan penelitian lebih
Pengujian fitokimia
lanjut mengenai aktivitas ekstrak daun alpukat
Terhadap ekstrak kental daun alpukat,
sebagai larvasida terutama bagi larva nyamuk
dilakukan uji fitokimia diantaranya adalah uji
Aedes sp dan Culex sp.
saponin, tanin, steroid, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.
METODE PENELITIAN Penyiapan sediaaan uji
Alat Alat-alat yang digunakan antara lain:
Konsentrasi ekstrak daun alpukat dibuat
timbangan analitik, botol gelap, pisau, aluminium
dengan konsentrasi 1% dan 5% dalam larutan
voil, wadah plastik, gelas ukur, pipet volume,
Na-CMC 1%, volume larutan di addkan sampai 100 ml. 98
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Penyiapan hewan uji Hewan
Uji aktivitas larvasida dari ekstrak daun
percobaan
digunakan
alpukat dilakukan dengan menguji ekstrak daun
adalah larva Culex sp dan Aedes sp yang telah
alpukat, perbedaan konsentrasi digunakan untuk
mengalami
yang
mendapatkan konsentrasi optimum. Variasi
diperoleh dari genangan air yang ada di Kota
konsentrasi yang digunakan adalah 1% dan 5%.
Jambi dan diidentifikasi di Laboratorium Klinik
Hasil
dan Kesehatan Masyarakat, Akademi Analisis
konsentrasi ekstrak daun alpukat 1% dan 5%
Kesehatan Jambi.
dapat menyebabkan kematian 100 % larva, akan
pertumbuhan
yang instar
III,
percobaan
membuktikan
bahwa
tetapi terdapat perbedaan waktu kematian Perlakuan terhadap hewan uji Pengujian
dilakukan
antara kedua konsentrasi. Konsentrasi ekstrak dengan
memasukkan 10 ekor larva Culex sp dan Aedes sp
5% dapat menyebabkan kematian larva Culex dan Aedes 100% lebih cepat.
kedalam 3 gelas plastik. Kemudian dimasukkan
Dari hasil pengujian larvasida ekstrak
larutan uji dengan masing-masing konsentrasi
daun alpukat terhadap kematian 100% larva
kedalam 10 ml media pengujian larvasida.
Culex sp dan Aedes sp, terlihat pada kontrol
Sebagai
abate.
negatif tidak mempunyai aktivitas membunuh
Dilakukan pengamatan terhatap kematian larva
larvasida, sedangkan pada kontrol positif waktu
dimulai dari 30 menit, 1 jam, 6 jam, 12 jam, 24
kematian larva Culex 100% diperoleh pada jam
jam sampai mati 100%.
ke 6 pengujian dan waktu kematian larva Aedes
kontrol
positif
digunakan
100% pada jam ke 12 pengujian. Pada sampel HASIL DAN DISKUSI
dengan variasi konsentrasi ekstrak daun alpukat,
Sampel daun alpukat yang masih segar
kematian larva 100% terjadi pada waktu 24 jam
dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran
pengujian. Kontrol positif mempunyai daya
yang melekat kemudian dilakukan proses
bunuh larvasida lebih cepat dibandingkan
perajangan.
ekstrak daun alpukat. Hal ini dapat dilihat pada
Perajangan
bertujuan
untuk
memperluas permukaan agar kontak antara pelarut dengan sampel semakin luas sehingga mempermudah
penetrasi
pelarut
Tabel 1, Gambar 1,2,3. Analisis statistik yang digunakan adalah
kedalam
uji Anova. Berdasarkan hasil uji normalitas data
membran sel dan proses pelarutan senyawa yang
larva Culex diperoleh nilai p = 0,316 (p>0,05) dan
terkandung didalam sampel semakin efektif
pada larva Aedes diperoleh nilai p = 0,424
(Jamal, 2000).
(p>0,05), sehingga data penelitian berdistribusi
Penelitian ini menggunaan ekstrak daun
normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas, pada
alpukat. Sampel daun alpukat didapat dari
larva Culex diperoleh nilai p = 0, 197 (p > 0,05)
Mendalo, Jambi. Dari proses ekstraksi 20 gram
dan pada larva Aedes diperoleh p =0,086 (p >
daun alpukat diperoleh ekstrak kental etanol
0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians
sebanyak 21,43 gram, dengan rendemen 10,71%.
kematian kedua kelompok data adalah sama,
Uji fitokimia membuktikan bahwa ekstrak daun
karena data normal dan homogen maka dapat
alpukat positif mengandung alkaloid, flavonoid,
dilanjutkan dengan uji Anova. Dari uji ANOVA
saponin, steroid, terpenoid, dan tannin.
didapat nilai signifikan pada larva Culex p = 0,020 (p ≤ 0,05) dan pada larva Aedes p = 0,000 (p ≤ 99
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
0,05), sehingga dapat di simpulkan bahwa ada
aktif dari temephos adalah tetramethyil thiodi. p-
pengaruh signifikan pemberian ekstrak daun
phenylene, phasphorothioate 1% dan inert
alpukat terhadap waktu kematian larva Culex
ingredient 99% (Ponlawat, et al., 2005).
dan Aedes.
Penggunaan
bubuk
abate
masih
memiliki
Dilihat dari segi aktivitas, tampak bahwa
berbagai macam kekurangan seperti distribusi
ekstrak etanol daun alpukat bisa dijadikan
bubuk abate yang tidak merata dan tidak selalu
sebagai
metabolit
tersedia dipasaran. Selain itu penggunaan
sekunder seperti alkaloid, saponin dan flavonoid
pestisida sintetik secara terus menerus dapat
yang ada didalam daun alpukat mempengaruhi
mencemari lingkungan dan dapat meningkatkan
sistem syaraf dan sistem pernafasan pada larva
resistensi larva terhadap insektisida.
larvasida.
Kandungan
sehingga menyebabkan kematian (Cania, et al.,
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
2013). Sedangkan tanin dapat menurunkan
aktivitas larvasida yang terbuat dari ekstrak
intensitas makan yang berakibat terganggunya
daun alpukat lebih rendah dalam membunuh
pertumbuhan serangga. (Hopkins, et al., 2004).
larva Culex dan Aedes jika dibandingkan dengan
Variasi
kontrol
memiliki
konsentrasi
ekstrak
aktifitas
membunuh
daun
alpukat
abate.
Penelitian
lain
yang
membuktikan bahwa abate sebagai larvasida
berbeda, hal ini dapat dilihat dari hasil uji ANOVA
sintetis tetap mempunyai efektifitas yang lebih
dan diperoleh nilai pvalue adalah 0.000 yang
baik dibandingkan dengan larvasida alami dari
berarti
waktu
serbuk serai (Nugroho, 2011). Sedangkan
masing
dengan menggunakan ekstrak daun legundi
kematian
ada
perbedaan
rayap
pada
larva
positif
signifikan masing
–
konsentrasi (Rianto, 2007).
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang
Uji aktivitas kontrol positif (bubuk abate) dalam
membunuh
larva
lebih
efektif
dibandingkan dengan ekstrak daun alpukat, hal ini disebabkan larvasida sintetis mengandung racun utama yaitu temephos. Temephos adalah larvasida yang paling banyak digunakan untuk membunuh larva A. aegypti. Kandungan bahan
bermakna dalam kemampuan membunuh larva Aedes aegepty antara sampel dengan konsentrasi ekstrak 1% dibandingkan dengan kontrol positif abate (Cania, et al., 2013). Penelitian mengenai larvasida
alami
terus
dikembangkan
dikarenakan larvasida ini mudah terurai di alam sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan tidak mencemari lingkungan.
Tabel 1. Hubungan waktu pengujian dengan kematian larva Culex sp dan Aedes sp.
100
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 1. Mortalitas kontrol positif (abate)
Gambar 2. Mortalitas larva Culex
Gambar 3. Mortalitas larva Aedes KESIMPULAN 1) Ekstrak
2) Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun daun
alpukat
mempunyai
aktivitas sebagai larvasida untuk larva
alpukat,
maka
aktivitas
sebagai
larvasida semakin besar.
Culex sp dan Aedes sp.
101
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DAFTAR PUSTAKA Adeyemi O.O, Okpo S.O, Ogunti O.O. (2002). Analgesic and Anti-Inflammatory Effects Of The Aqueous Extract Of Leaves of Persea americana Mill (Lauraceae). Fitoterapia, 73(5), 375–380. Antia, B.S. Okokon J.E., and Okon P.A. (2005). Hypoglycemic activity of aqueous leaf extract of Persea americana Mill . Indian J Pharmacol , 37(5), 325-326). Cania, E, Setyaningrum E.(2013). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) Terhadap Larva Aedes aegypti. Medical Journal of Lampung University, 2(4), 52–60. Hairani, S. (2014). Efektivitas Ekstrak Daun Mudu (Garcinia dulcis) Sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp dan Aedes aegypti. Skripsi Sarjana Kedokteran Hewan Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hopkins, WG & Honer. (2004). Introduction to Plant Physiology, John Wiley & Sons Inc., Ontario. Jamal, R. (2000). Prinsip Prinsip Dasar Bekerja Dalam Kimia Bahan Alam. FMIPA. Padang: Universitas Andalas. Lailatul, L, dkk. (2015). Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti , Culex sp, dan Anopheles sundaicus. J Sains Dan Teknol Kim, 1(1), 59–65. Lestari M, Yanti A. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak Metanol dan n-Heksan Daun Buas-Buas (Premna serratifolia
Linn) pada Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti Linn) Protobiont, 3(2), 247–51. Nugroho A. (2011). Kematian Larva Aedes aegypti Setelah Pemberian Abate Dibandingkan Dengan Pemberian Serbuk Serai. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 91–96. Ojewole, J.A., and Amabeoku, C.J. (2006). Anticonvulsant Effect of Persea Americana Mill (Lauraceae) (Avocado) Leaf Aqueous Extract in Mice. Phytother Res.20(8), 696-700. Ponlawat, A., Scott, J.G., Harrington, L.C. (2005). Insecticide Susceptibility of Aedes aegypti and Aedes albopictus across Thailand. Journal of Medical Entomology, 42, 821-825. Rianto, A. (2007). Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Supono, dkk. (2015). Biokontrol Larva Nyamuk Aedes aegypti Menggunakan Limbah Biji Karika (Vasconcellea pubescens). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5), 1127–1131. Surya, A. (2013). Uji Larvasida Ekstrak N-Heksana, Kloroform Dan Metanol Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb) Terhadap Larva Aedes Aegypti. Skripsi Sarjana Kedokteran Jember: Universitas Jember.
102