EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN MIMBA (AZADIRACHTA INDICA A. JUSS) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA AEDES AEGYPTI Nuraeni Dwi Susanti, Tri Wahyuni Sukesi, Soeyoko INTISARI Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan Nyamuk Aedes aegypti. Sampai saat ini vaksin utnuk DBD belum ditemukan sehingga menghambat penanggulangan DBD. Salah satu cara penagguangan yang digunakan adalah dengan larvasida sintetik namun berdampak buruk bagi lingkungan. Sehingga larvasida yang ramah lingkungan sangat diperlukan, salah satunya adalah mimba (Azadirachta indica A.Juss) dengan kandungan azadirachtin mampu membunuh larva Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian iini dalh untuk mengetahui daya bunuh ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A.Juss) terhadap larva Aedes aegypti yang diihat dari nilai LC50 dan LT50 serta peningkatan ekstrak dan jumlah kematian larva. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murnilaboratorium dengan objek penelitan larva Aedes aegypti instar III. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.25%; 0.5%; 1%; 1.5%; 2%; dan 2.5% ditambah pembanding berupa kontrol positif (temefos 0,01%) dan kontrol negatif (air sumusr) dengan total volume 100ml.Larva yang digunakan tiap uji sebanyak 25 ekor dengan total larva uji 600 ekor. Waktu pengamatan selama 48 jam dan penghitungan kematian larva dlam waktu 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam, 30 jam, 42 jam dan 48 jam setelah perlakuan. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh diolah dengan analisis probit untuk memperoleh nilai LC50 dan LT50. Hasil: Nilai Lethal Concentration (LC50) ulangan I 1.561%, ulangan II 1.686%, ulangan III 1.501% sehingga diperoleh rata- rata LC50 sebesar 1.52%. Nilai LT50 pada ulangan I 36.359 jam, ulangan II 37.788 jam, ulangan III 36.879 jam dan rata-rata LT50 37.009 jam. Berdasarkan uji normalitas dengan Saphiro Wilk diperoleh nilai signifikansi 0.004<0.05 artinya data tersebut tidak terdistribusi normal. Dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai 0.002<0.05 artinya terdapat perbedaan rata- rata jumlah kumulatif kematian larva Aedes aegypti antara konsentrasi ekstrak etanol daun mimba terhadap kontrol positif dan kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A.Juss) berpengaruh terhadap kematian larva Aedes aegypti denga nilai LC50 1.582% dan nilai LT50 37.009 jam. Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue ( DBD), larvasida, Aedes aegypti, mimba ((Azadirachta indica A. Juss).
PENDAHULUAN Penyakit menular yang menjadi masalah
lingkungan, demografi, sosial, ekonomi dan
kesehatan masyarakat yang berdampak sosial
perilaku(1)
dan ekonomi adalah demam berdarah dengue
Data dari Kemenkes pada tahun 2012
(DBD)khususnya di daerah tropis. Wilayah
jumlah penderita DBD sebanyak 90.245 kasus
Indonesia merupakan daerah endemis DBD
dengan kematian 816 orang. Angka Kesakitan
yang sering terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa)
(IR) sebesar 37,11 per 100.000 penduduk dan
yang berakibat pada kematian. Penyakit DBD
CFR 0,90%. Jumlah kasus DBD pada tahun
ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan
2012 meningkat dibandingkan pada tahun 2011
dipengaruhi
dimana jumlah kasus sebesar 65.725 dengan IR
oleh
berbagai
faktor
yaitu
27,57. Angka kesakitan DBD yang meningkat
46
juga diiringi dengan meningkatnya jumlah
sebagai
kabupaten/kota yang terjangkit DBD dari 374
akarisida dan antivirus(6).Kandungan senyawa
kabupaten/kota
kimia
(75,25%)
menjadi
417
fungisida,
pada
nematisida,
mimba
bakterisida,
dintaranya
kelompok
kabupaten/kota (83,90%). Hal ini menunjukkan
diterpena, triterpena dan flavonid. Kandungan
bahwa penyebaran DBD semakin meluas karena
mimba
selama periode tahun 2005 sampai 2012 jumlah
meliantriol, nimbin dan nimbidin. Mekanisme
kabupaten/kota yang terjangkit DBD semakin
mimba sebagai pembunuh hama adalah dengan
bertambah(2)
menurunkan nafsu makan, mengganggu proses
Temefos sudah dipakai sejak tahun 1976.
antara
lain
azadirachtin,
salanin,
metamorfose, menghambat pertumbuhan dan
Pada 1980 temefos 1% ditetapkan untutk
reproduksi
sehingga
menjadi salah satu bagian dari pemberantasan
perlahan(8).
hama
mati
secara
nyamuk Aedes egypti di Indonesia. Metode
Efek utama dari azadirachtin adalah
temefos sudah menjadi agenda nasional namun
sebagai antifeedan yang meghasilkan stimulan
populasi nyamuk Aedes aegypti masih tinggi
penolak
sehingga angka kesakitan DBD masih ada.
(chemoreseptor) di bagian mulut yang bekerja
Penggunaan
satu
dengan reseptor kimia lain yang mengganggu
pemberantas nyamuk sudah digunakan selama
persepsi rangsangan untuk makan. Efek lain
30 tahun namun penggunaan temefos yang
dari azadirachtin adalah gangguan pengaturan
terlalu lama dapat mengakibatkan dampak
perkembangan reproduksi, efek langsung pada
berupa resistensi pada serangga (3). Contohnya
sel somatik dan jaringan reproduksi dan efek
ada di Kecamatan Banjarmasin Barat, nyamuk
tidak langsungnya akan menggaggu proses
Aedes
terhadap
neurendocrine. Azadirachtin befungsi sebagai
temefos(4).Resistensi nyamuk terhadap temefos
insektisida beberapa jenis serangga. Stadium
juga terjadi di beberapa negara seperti Brazil,
dan sikus hidup serangga akan mempengaruhi
Bolivia, Argrntina, Venezuela, Kuba, French
cepat
Polynesia, Karibia dan Thailand (3). Insektisida
Azadirachtin yang dimakan serangga meskipun
kimiawi yang digunakan sebagian besar berhasil
dalam
mengendalikan serangga, hama dan vektor
serangga tidak dapat bergerak dan berhenti
penyakit misalnya nyamuk. Namun penggunaan
makan (9).
temefos
aegypti
sudah
sebagai
salah
resisten
makan
atau
berupa
lambatnya
jumlah
kecil
reseptor
kematian
akan
kimia
serangga.
mengakibatkan
terus menerus dapat berakibat pada resistensi serangga dan kerusakan lingkungan sehingga
METODE
dampak negatif tersebut harus dikurangi dengan
Jenis
memilih pengendalian secara hayati (alami) (5).
penelitian ini adalah eksperimen dengan desain
Salah satu tanaman yang mampu bekerja
rancangan eksperimen murni (True experiment
sebagai insektisida adalah mimba (Azadirachta
design). Jumlah larva per perlakuan adalah 25
indica A.Juss). Tanaman mimba selain mampu
ekor terdiri dari 3 perlakuan dan 2 kontrol
bekerja sebagai insektisida juga mampu bekerja
positif dan negatif. Bahan dalam penelitian ini
47
penelitian
yang
digunakan
dalam
adalah daun mimba (Azadirachta indica A.
homogen atau tidak menggunakan uji Levene
Juss), larva Aedes aegypti istra III, larutan
statistik. Apbila data terdistribusi normal dan
ethanol 70%, temephos 0.01%, aquadest dan
variannya homogen maka dilanjutkan dengan
dogfood untuk memberi makanan larva.
metode analisis ststistik yaitu dengan analisis
Subjek penelitian ini ada 8 kelompok perlakuan
varian (one way anova) dilanjutkan dengan uji
yang tiap perlakuan diisi 25 ekor larva yang
Turkey dan uji LSD. Namun,jika data tiak
dimasukkan ke dalam gelas uji sebanyak 100 ml
terdistibusi secara normal dan varian data tidak
yang dengan komposisi ekstrak etanol daun
homogn maka analisis dengan metode statistik
miba yang diencerkan dengan air. Kelompok
non parametrik
perlakuan I dengan air sumur, kelompok
dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Data
perlakuan II diisi ekstrak etanol daun mimba
kemudian
konsentrasi 0.25%, kelompok perlakuan III diisi
anlisis probit untuk memperoleh nilai LC50 dan
ekstrak etanol daun mimba konsentrasi 0.50%,
LT50. Tujuan dari analisi probit dalah untuk
kelompok perlakuan IV diisi ekstrak etanol
mengetahui
daun
dibutuhkan ekstrak etanol daun mimba untuk
mimba
konsentrasi
1%,
kelompok
perlakuan V diisi ekstrak etanol daun mimba
yaitu
dianalisis
uji
Kruskal
dengan
konsentrasi
dan
wallis
menggunakan
waktu
yang
membunuh 50% larva uji.
konsentrasi 1.5%, kelompok perlakuan VI diisi ekstrak etanol daun mimba konsentrasi 1.5%,
HASIL
kelompok perlakuan VI diisi ekstrak etanol
1) Analisis data secara deskriptif
daun
kelompok
Hasil pengamatan pada uji sesungguhnya
perlakuan VII diisi ekstrak etanol daun mimba
diperoleh rata-rat jumlah kematian larva Aedes
konsentrasi 2,5% dan kelompok perlakuan VIII
aegypti instar III tiap perlakuan setelah 24 jam
yang diisi dengan kontrol positif (temefos
dan 48 jam. Bersarkan tabel 1 diketahui bahwa
0.01%). Lama pengujian selama 48 jam dengan
presentase kematian larva uji tertinggi setelah
interval waktu pengamatan 2jam, 4jam,6jam,
24 jam pada perlakuan dengan kontrol positif
12jam, 16jam, 20jam, 24 jam, 30jam, 42jam
(temefos 0,01%) dengan kematian 100%.
dan 48jam. Pengamatan dengan menghitung
Kematian teringgi setelah kontrol positif adalah
jumlah larva yang mati tiap erlakuan.
perlakuan dengan ekstrak etanol daun mimba
Data hasil pengamtan dianalisis menggunakan
konsentrasi 2,5% dan presentase kematian
program spss 17.0 dengan uji Kolmogorov
terendah adalah pada perlakuan dengan kontrol
smirnov atau Saphiro Wilk untuk uji normalitas
negatif (air sumur) yaitu 0% atau tidak ada
data. Selanjutnya untuk mengetahui varian dat
kematian.
mimba
konsentrasi
2%,
48
Tabel 1. Rata-rata Kematian Larva Aedes aegypti yang Diuji dengan Ekstrak Etanol (Azadirachta Indica A. Juss) Pada Pemaparan Jam ke-48 Jumlah kumulatif kematian Konsentrasi larva (ekor) Rata-Rata Ulangan (Ekor) I 9 11 19 21 23 25 0 25
C1 C2 C3 C4 C5 C6 KK+
II 7 14 17 20 22 25 0 25
III 8 14 19 20 21 24 0 25
Daun Mimba Persentase Kematian Larva (%)
8 13 18,33 20,33 22 24,67 0 25
32,00 52,00 73,33 81,33 88,00 98,67 0,00 100,00
Keterangan: C1: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 0,25% C2: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 0,5% C3: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 1,0% K+: Kontrol positif (Temefos 0,01% SG)
C4: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 1,5% C5: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 2,0% C6: Konsentrasi ekstrak etanol daun mimba 2,5% K-: Kontrol negatif (Air Sumur)
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa presentse
Hasil uji regresi diperoleh nilai R Square 0,844
kematian tertinggi dari larva Aedes aegypti pada
artinya kontribusi pemberian ekstrak etanol
jam
(konsentrasi
daun mimba dalam membunuh larva Aedes
2,5)dengan resentase kematian 98,67%. Angka
aegypti sebesar 84%. Hasil uji regersi diperoleh
tersebut hampir mendekati hasil dari kontrol
nilai
positif (temefos 0.01) yaitu 100%. Pada
pengaruh pemebrian ekstrak etanol daun mimba
konsentrasi
0,25%
terhadap kematian larva Aedes aegypti. Hasil
mengalami
uji Saphiro wilk diperoleh nilai probabilitas
ke
48.
presentase
2%
Perlakuan
C6
sampai
kematian
kosnetrasi larva
signifikansi
penurunan, hal ini adalah bukti bahwa semakin
0.004<0.05
rendah
data
tida
ada
terdistribusi
maka
normal. Hasil uji levene statistik diperoleh nilai
uji
juga
akan
0.012<0.05 artinya varian data tidak homogen.
kmatian
pada
kontrol
Karena syarat untuk uji anova tidak terpenuhi
negatif (air sumur) pada jam ke 48 adalah 0%
maka analisis yang digunakan adalah dengan
atau tidak ada kematian, oleh karena itu kontrol
statistik nonparametrik yaitu uji Kruskall wallis.
negatif tidak perlu dikoreksi dengan Abbot's
Uji Kruskal wallis digunakan sebagai alternatif
formula. Abbots formula digunakan apabila
dari uji anova untuk mengetahui perbedaan
pada kontrol negatif terdapat kematian 10% dari
antar
total populasi hewan uji. Pengamatan jam ke 48
kumulatif kematian larva. Hasil dari uji Kruskal
terjadi peningkatan kematian larva uji jika
wallis adalah 0.002<0.05 artinya terdapat
dibandingkan dengan jam ke 24.
perbedaan rata-rata jumlah kumulatif kematian
larva
menurun.Presentase
yang
artinya
artinya
diberikan
keamtian
konsentrasi
0.000<0.05
perlakuan
dengan
rata-rata
jumlah
larva Aedes aegypti dengan menggunakan
49
ekstrak etanol daun mimba, temefos dan air
mengetahui perbedaan yang signifikan antara
sumur. Dilanjutkan dengan dengan uji Mann
perlakuan
Whitney sebagai alternatif uji T serta untuk Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Mimba K(-) Air 0.25 0.5% 1.0% 1.5% Sumur % K(-) Air Sumur .037 .034 .034 .034 0.25% .047 .046 .046 0.5% .043 .043 1.0% .043 1.5% 2.0% 2.5% Temefos 0.01%
2.0%
2.5%
.037 .050 .046 .046 .072 -
.034 .046 .043 .043 .043 .046 -
Temefos 0.01% .025 .037 .034 .034 .034 .037 .317 -
Analisis selanjutnya adalah analisis probit untuk
ekstrak etanol daun mimba yang mampu 50%
mengetahui nilai LC50 dan LT50. Lethal
dari keseluruhan larva uji.
Consentration 50 (LC50) adalah konsentrasi Tabel 3. Hasil analisi probit Lethal Concentration (LC50) uji ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap larva Aedes aegypti. Persentase Mortalitas 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Rata-rata
.122 .292 .550 .943 1.561 2.585 4.434 8.339 20.020
.183 .392 .679 1.087 1.686 2.616 4.184 7.252 15.547
.180 .373 .631 .987 1.501 2.282 3.572 6.036 12.492
.161 .352 .620 1.005 1.582 2.492 4.063 7.209 16.019
Lethal Time 50 (LT50) adalah waktu yang
membunuh 50% larva uji. Hasil LT50 dapat
dibutuhkan ekstrak etanol daun mimba untuk
dilihat tabel 4.
Tabel 4. Hasil analisi probit Lethal Time (LT50) uji ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap larva Aedes aegypti. Persentase Mortalitas Ulangan I Ulangan II Ulangan III Rata-rata 10 20 30 40 50 60 70 80 90
18.255 23.126 27.426 31.729 36.359 41.665 48.201 57.165 72.419
19.141 24.175 28.608 33.034 37.788 43.226 49.913 59.065 74.599
50
17.397 22.516 27.118 31.789 36.879 42.785 50.154 60.405 78.178
18.264 23.272 27.717 32.184 37.009 42.558 49.422 58.878 75.065
PEMBAHASAN
larva adalah 25 C-30C. Faktor suhu sangat
Pada penelitian ini larvasida alami yang
mempengaruhi perkembangan larva nyamuk.
digunakan adalah daun mimba (Azadirachta
Suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
Indica A.Juss). Untuk mengurangi bias pada
akan
penelitian maka peneliti menggunakan daun
berkembang. Dalam penelitian ini suhu tidak
mimba yang diperoleh dari tempat yang sama
berpengaruh terhadap kematian larva karena
karena perbedaan iklim, curah hujan, intensitas
pada kontrol negatif tidak terdapat kematian
cahaya, keadaan tanah dan ketinggian tempat
(0%) artinya kematian larva Aedes aegypti
akan mempengaruhi kandungan kimia pada
hanya disebabkan oleh pemebrian ekstrak etanol
tumbuhan.
daun mimba (Azadirachta Indica A. Juss) dan
Daun
mimba
selanjutnya
menyebabkan
larva
nyamuk
tidak
dikeringkan menggunakan oven. Tujuan dari
kontrol positif (temefos).
pengeringan
untuk
Dalam penelitian ini peneliti memilih larva
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
instar III sebagai obyek penelitian. Apabila
enzimatik yang berpengaruh pada perubahan
peneliti salah memilih instar larva maka
komponen kimia simplisia.
kematian larva akan semakin cepat sehingga
Setelah daun mimba dikeringkan selanjutnya
nilai LC yang diperoleh tidak akan sesuai
dihaluskan agar ukuran partikelnya lebih kecil
dengan target larvasida. Larva instar II dan III
agar proses penyairan sempurna. Selain itu agar
memiliki
permukaan partikel menjadi lebih luas dan
terhadap larvasida (10).
kontak antar serbuk dengan penyari dan zat
Larva instar III memiliki kemampuan yang
aktif semakin banyak sehingga diharapkan
lebih baik dalam menetralisir senyawa toksik
ekstraksi
yang
dibandingkan larva instar II. Selain itu, larva
digunakan dalam pembuatan ekstrak etanol
instar III juga tidak cepat berubah menjadi pupa
daun mimba adalah etanol. Alasan peneliti
sehingga diperoleh LC yang bisa membunuh
menggunakan etanol adalah bahwa etanol
semua larva. Larva instar II sudah memiliki
mampu menyari zat yang memiliki kepolaran
struktur tubuh yang terbentuk sempurna.
daun
berjalan
mimba
adalah
optimal.
Pelarut
tingkat
Penelitian
rendah sampai tinggi karena etanol merupakan
sensitivitas
ini
dengan
uji
dengan
uji
pendahuluan
bahan aktif yang optimal dan tidak beracun.
sebenarnya. Tujuan dari uji pendahuluan sendiri
Untuk mengurangi bias penelitian maka sisa-
adalah untuk mengetahui kisaran konsentrasi
sisa etanol ekstrak diuapkan. Hasil dari ekstrak
tertinggi dan terendah saat uji sebenarnya. Pada
etanol daun mimba ditutup rapat di dalam botol
uji sebenarnya pengamatan dilakukan setiap 2
dan disimpan di lemari es.
jam selama 8 jam, setiap 4 jam selama 24 jam
ini
dilakukan
di
dilanjutkan
tinggi
pealrut yang universal, efektif menghasilkan
Penelitian
dan
dimulai
yang
dan setiap 6 jam selama 48 jam. Dalam
Laboratorium penelitian
penelitian ini dilakukan 3 kali replikasi untuk
berlangsung, suhu ruangan diatur menjadi 27C
mengurangi bias dalam penelitian sehingga
karena suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
hasil penelitian benar- benar valid.
Parasitologi
FKM
UAD.
Saat
51
Presentase kematian larva Aedes aegypti setelah
membunuh 50% larva Aedes aegypti. Nilai
48 jam perlakuan (Tabel 1) pada kontrol positif
LT50 yang diperoleh adalah 49.061 jam.
(temefos)
pada
Artinya, pada jam ke 49.061 ekstrak etanol daun
konsentrasi 2,5% adalah 98,67 dan presentase
mimba dapat membunuh 50% larva Aedes
kematian terendah pemberian ekstrak etanol
aegypti.
daun mimba pada konsentrasi 0.25% yaitu 32%
Pemberian ekstrak etanol tidak hanya mampu
dan kontrol negatif dengan hasil tidak terdapat
membunuh larva Aedes aegypti namun juga
kematian (0%). Hasil dari analisis regresi
menghambat
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mimba
dibuktikan pada pengamatan antara kontrol
berpengaruh terhadap kematian larva Aedes
negatif dan kontrol positif. Hormon edikson
aegypti.
dalam
pada serangga mengatur proses metamorfosis
berbagai konsentrasi mempengaruhi jumlah
serangga.Ekdison teletak pada copus cardiacum
kematian larva. Semakin tinggi konsentrasi
yang mengontrol sekresi dari beberapa hormon.
yang diberikan maka semaki tinggi pula jumlah
Mekanisme kerjanya pada perubahan fisiologis
kematian larva. Penelitian ini dilakukan dalam 3
tubuh larva akibat kerja dari berbagai hormon.
replikasi,
menunjukkan
Azadirachtin pada mimba akan menghambat
perbedaan jumlah kematian larva yang berbeda
produksi hormon ekdison sehingga serangga
meskipun konsentrasi yang digunakan sama.
tidak akan mampu berganti kulit (moulting).
Hal ini dipengaruhi oleh faktor biologis dan
Sehingga apabila ada serangga yang terpapar
individual larva yaitu ketahanan terhadap zat
maka zat ini akan menghambat bagian otak
toksik yang berbeda. Uji Kruskal wallis
untuk menghasilkan hormon yang penting bagi
menunjukkan ada perbedaan rata-rata jumlah
pertumbuhan
kematian larva Aedes aegypti antara pemberian
Padahal tubuh serangga sudah siap untuk
ekstrak etanol daun mimba, temefos dan air
berubah namun hormon untuk moulting tidak
sumur. Dilanjutkan dengan uji Mann Whitney
terbentuk akhirnya
untuk melihat perbedaan yang signifikan di
terganggu.
setiap perlakuan. Hasil yang diperoleh dari uji
mempengaruhi pembentukan hormon ekdison
Mann Whitney menujukkan bahwa antara
dan juvenile pada serangga. Mekanisme kerja
ekstrak etanol daun mimba konsentrasi 2,5%
dari azadirachtin adalah menghambat protein
tidak
yang menghasilkan membran vitelin pada telur
adalah
100%,
Pemberian
dan
memiliki
ekstrak
ketiganya
perbedaan
kematian
etanol
yangsignifikan
pertumbuhan
dan
perkembangan
siklus
Hormon
serangga.
hidup
serangga
azadirachtin
sehingga
akan
serangga
jumlah kematian larva Aedes aegypti jam ke 48
serangga menjadi steril. Selain itu, azadirachtin
dalam 3 replikasi tidak jauh berbeda.
berperan sebagai pengatur pertumbuhan dan
Berdasarkan analisis probit diperoleh nilai
perkembangan serangga dengan menghambat
LC50 sebesar 6.096%. Artinya pada konsentrasi
proses
6.096% ekstrak etanol daun mimba dapat
moulting tetap terjadi (11).
metamorfosis
akan
yang
dengan temefos. Hal ini disebabkan karena
52
betina
larva
serangga
berakibat
meskipun
KESIMPULAN
Natur Indonesia 14(2), Februari 2012: 126-
Berdasarkan hasil penelitian efektivitas ekstrak
130. ISSN 1410-9379.
etanol daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
6. Kardinan, A., dan Ruhnayat, A., 2003,
sebagai larvasida terhadap Larva Aedes aegypti
Mimba Budi Daya Dan Pemanfaatan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Penebar Swadaya, Jakarta. Hal. 8-9, 12.
1. Ekstrak etanol daun mimba (Azadirachta
7. Rukmana, R., dan Oesman, Y., Y., 2002,
indica A. Juss) efektif sebagai larvasida
Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami,
terhadap larva Aedes aegypti.
Kanisius, Yogyakarta. Hal. 13, 15, 19, 27-
2.
LC50
ekstrak
etanol
daun
29.
mimba
(Azadirachta indica A. Juss) adlah 1.583%.
8. Kardinan, A., 2006, Mimba (Azadirachta
Artinya pada konsentrasi 1.582% ekstrak etanol
indica) Bisa Merubah Perilaku Hama, Sinar
daun mimba mampu membunuh 50% larva
Tani, Edisi 29 Maret – 4 April 2006 9. Samsudin, 2011, Biosintesa Dan Cara Kerja
Aedes aegypti. 3.
LT50
ekstrak
etanol
daun
Azadirachtin
mimba
Sebagai Nabati,
Bahan Balai
Aktif
(Azadirachta indica A. Juss) adlah 37.009 JAM.
Insektisida
Penelitian
Artinya pada jam ke 37.009 ekstrak etanol daun
Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
mimba mampu membunuh 50% larva Aedes
Industri, Sukabumi. 10. Setiawati, R., 2012, Efektivitas Ekstrak
aegypti.
Etanol
Daun
Jeruk
Nipis
(Citrus
DAFTAR PUSTAKA
aurantifolia) sebagai Larvasida Terhadap
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Larva Nyamuk Aedes aegypti, Skripsi,
2006,
“Laporan
Kajian
Fakultas
Kebijakan
Kesehatan
Masyarakat,
UAD
Yogyakarta.
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
11. Ambarwati,
(Studi Kasus DBD)”.
2011,
Mimba
Sebagai
Antibakteri, Antifungi dan Biopestisida,
2. Kemenkes RI., 2012, Profil Kesehatan
prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Indonesia 2012. 3. Ridha, M. R., dan Nisa, K., 2011, Larva
Kesehatan Masyarakat UMS, Surakarta.
Aedes aegypti Sudah Toleran Terhadap
ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2. Desember
Temepos Di Kota Banjarbaru, Kalimantan
2011. Hal. 154-163.
Selatan. Jurnal Vektora Vol. III No. 2 4. Istiana, Heriyani, F., dan Isnaini, 2012, Status kerentanan larva Aedes aegypti terhadap temefos di Banjarmasin Barat, Vol. 4, No. 2, Desember 2012. Hal. 53 – 58 5. Yasmin, Y., Fitri, L., dan Bustam, B. M., 2012, Analisis Efektifitas Tepung Jamur sebagai Larvasida Aedes aegypti. Jurnal
53