Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp.
ISSN:2089-3205
Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp. Maya Ekaningtias
Intisari : Nyamuk Culex sp. merupakan vektor penyakit filariasis yang memiliki periodisistas nocturnal. Penyakit filariasis merupakan masalah kesehatan yangs sampai saat ini masih terjadi pada kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia. Pemberantasan filariasis masih ditujukan pada pengobatan penderita, bukan pada pengendalian vektornya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang lebih serius dalam usaha untuk mengobati penyakit tersebut maupun dalam usaha pencegahannya. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan memutus siklus hidupnya dengan pemberian insektisida alami. Axinella sp. merupakan sponge laut yang menjanjikan mampu menghasilkan senyawa bioaktif alami. Berbagai cara telah dilakukan untuk mendapatkan ekstrak sponge yang dimanfaatkan sebagai sumber senyawa bioinsekta. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari toksisitas ekstrak sponge Axinella sp. terhadap mortalitas larva Culex sp. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah larva yang mati yang dibiakkan pada konsentrasi ekstrak spons 20 %, 40%, 60%, 80%, 100% dan kontrol setelah masa inkubasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak sponge secara signifikan mampu menghambat perkembangan larva Culex sp. Konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian separuh kematian hewan uji (LC 50) larva Culex sp. instar III pada 48 jam adalah sebesar 49,32 %. Berarti ekstrak sponge Axinella sp. mempunyai potensi sebagai sumber substansi bioinsektisida alami yang dapat menyebabkan kematian larva Culex sp. Kata Kunci: Axinella sp., Culex sp., bioinsektisida.
1990). Jenis nyamuk yang biasa menggigit
PENDAHULUAN Nyamuk (familia Culicidae) adalah jenis serangga yang penyebarannya sangat luas dan merata mulai dari pantai sampai daerah pegunungan dengan suhu udara sangat dingin (Azwar, 1981). Nyamuk merupakan kelompok serangga yang banyak menimbukan gangguan pada
manusia.
Nyamuk
tidak
hanya
mengganggu dengan suara mendengung dan menggigit, tetapi dapat berperan sebagai vektor penyakit pada manusia, seperti malaria,
manusia saat tidur di malam hari adalah nyamuk Culex sp. Pada beberapa spesies merupakan vektor penyakit filariasis. Penyakit filariasis merupakan masalah kesehatan yang sampai saat ini masih terjadi pada kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi,
pemberantasan
filariasis
ditujukan pada pengobatan penderita, bukan pada pengendalian vektornya (Munif dkk, 1994).
demam berdarah dan filariasis (Soedarto, 1 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
masih
Volume 5 Nomor 1 April 2016
Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp. Umumnya usaha pemberantasan nyamuk menggunakan
insektisida
kimia,
namun,
ISSN:2089-3205
mengetahui toksisitas ekstrak sponge Axinella sp. terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp.
penggunaannya sering tanpa perhitungan, mengakibatkan terganggunya keseimbangan
METODE
ekologis, bahkan nyamuk yang rentan terhadap
Jenis sponge yang digunakan adalah
insektisida ini berangsur-angsur menjadi kebal
Axinella sp. yang tumbuh di pantai selatan
(Haryono, 1985). Selain karena harganya
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sponge
semakin mahal, penggunaan insektisida kimia
diambil sebanyak ±500 gram berat basah.
dapat berbahaya bagi jasad lain yang bukan
Sponge yang diambil dibuat awetan basah
sasaran, menimbulkan pencemaran lingkungan
dimasukkan ke dalam botol spesimen yang
dan beberapa efek negative lainnya. Oleh
telah berisi etanol 70%. Selanjutnya, sponge
karena itu, perlu dicari alternatif lain dengan
diekstraksi dengan sistem maserasi aseton dan
memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di
dipartisi dengan sistem partisi cair-cair dengan
alam.
menggunakan kloroform. Penelitian bahan bioaktif dari organism
Pembiakan nyamuk dari tahapan telur
laut beberapa tahun terakhir sangat gencar
sampai
dilakukan, baik di dalam maupun di luar
menghasilkan telur. Telur nyamuk dipelihara
negeri. Substansi bioaktif terutama terdapat
sampai instar III untuk uji toksisitas senyawa
pada biota laut yang tidak bertulang belakang
bioaktif sponge Axinella sp. Dalam pengujian
(invertebrata) seperti sponge, koral, dan tuikat.
toksisitas tersebut digunakan 20 larva nyamuk
Biota-biota tersebut memiliki senyawa aktif
Culex sp. untuk setiap seri konsentrasi ekstrak
yang lebih banyak dibandingkan algae dan
sponge. Konsentrasi tersebut menggunakan
tumbuhan darat.
deret hitung, yaitu 20%, 40%, 60%, 80%,
invertebrata
Di antara biota laut
tersebut,
nyamuk
dewasa
dan
menduduki
100% dan 0% sebagai kontrol dan dilakukan
tempat teratas sebagai sumber substansi aktif
sebanyak 3 (tiga) kali ulangan. Jumlah
(Proksch,
sponge
kematian larva dihitung selama inkubasi jam
terkandung suatu metabolit sekunder yang
ke 24, 48, 72. Penentuan nilai LC50 untuk
dapat
antibakteri,
setiap ulangan percobaan dilakukan dengan
antivirus
membuat persamaan regresi pada grafik
(Murniasih, 2003). Berdasarkan kenyataan
hubungan antara nilai transformasi probit
tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
persentase mortalitas larva nyamuk (sumbu x)
1998).
digunakan
antifungal,
sponge
menjadi
Dalam
tubuh
sebagai
antikanker,
dan
dan nilai logaritma seri pengenceran (sumbu 2 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 5 Nomor 1 April 2016
Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp.
ISSN:2089-3205
y). Nilai LC50 teresebut diantilog untuk
kasar seperti amplas karena terdapat duri halus
mendapatkan nilai LC50 yang sebenarnya.
pada permukaannya. Hasil ekstraksi Axinella
Nilai LC50 yang diperoleh pada setiap ulangan
sp.
kemudian dihitung koefisien deviasinya. Jika
menggunakan
Koefisien deviasinya kurang dari 0,2 maka
pemisahan secara bertahap dengan beberapa
data tersebut diterima, sedangkan jika lebih
macam pelarut seperti kloroform dan metanol.
maka data tersebut ditolak (Dulmage dkk.,
Metode dengan pelarut kloroform dipilih
1990).
karena Analisis
data
untuk
menentukan
yang
dilakukan
secara
metode
sponge
mudah
bertahap
maserasi
yaitu
teroksidasi
dan
mengalami degradasi ketika diambil dari
adanya perbedaan respon antara perlakuan
habitatnya.
Untuk
mendapatkan
larva nyamuk terhadap nilai LC50 dengan
diperlukan pengolahan yang mudah dan cepat.
3(tiga) kali ulangan. Setelah dilakukan analisis
Hasil ekstraksi mengandung padatan terlarut
tersebut, apabila terdapat perbedaan nyata dari
yang bervariasi tergantung macam pelarut.
data tersebut maka dilakukan analisis lebih
Senyawa nonpolar akan terlarut ke dalam
lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata
pelarut
Terkecil (BNT) untuk menentukan kepekaan
mengandung senyawa yang bersifat nonpolar.
tiap instra larva nyamuk terhadap toksisitas
Pada penelitian ini digunakan larva Culex sp.
ekstrak sponge uji dengan α = 5%.
instar III karena daya tahan tubuhnya sudah
nonpolar.
Ekstrak
ekstrak
kloroform
terbentuk dan siap menghadapi cekaman ekstrem yang berasal dari lingkungan luar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sponge Axinella sp. merupakan anggota
Pada larva instar III tekstur tubuh lebih mudah
kelas Demospongia dan diambil dari daerah
diamati dan fisiologis tubuh lebih bagus. Hasil
intertidal pantai Sundak, Gunung Kidul, DIY.
pengujian
Sponge
konsentrasi uji menunjukkan angka mortalitas
tersebut
tumbuh
pada
faktor
lingkungan yang mempunyai temperatur, pH, salinitas,
kekeruhan,
ektrak
sponge
pada
yang berbeda (Tabel 1).
kekuatan arus, dan
cahaya tertentu. Karakteristik Axinella sp. adalah berwarna kuning kehijauan, berbau amis, konsistensi pejal, dan permukaan tubuh
3 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 5 Nomor 1 April 2016
setiap
Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp.
ISSN:2089-3205
Tabel 1. Pengaruh ekstrak sponge Axinella sp. terhadap mortalitas larva Culex sp. instar III dalam 20 ml air pada inkubasi 48 jam Konsentrasi (%)
Jumlah larva uji
0 (kontrol) 20 40 60 80 100
60 60 60 60 60 60
Jumlah larva yang mati 0 1 29 27 36 58
% mortalitas 0 1,67 48,33 45 60 96,67
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
larva mengalami kerusakan. Racun kontak
semakin tinggi konsentrasi perlakuan maka
bereaksi dengan larva melalui permukaan
semakin besar jumlah kematian larva uji.
tubuhnya khususnya bagian kutikula yang
Kematian terbanyak terjadi pada konsentrasi
tipis, misal pada bagian daerah antara segmen,
100% dan kematian terendah pada konsentrasi
lekukan yang terbentuk dari lempengan tubuh,
20%. Menurut Busvine and James (1971),
pada bagian pangkal rambut dan pada saluran
toksisitas suatu insektisida terhadap serangga
pernafasan (spirakulum). Kebanyakan racun
dapat dinyatakan dengan besarnya konsentrasi
kontak juga berperan sebagai racun perut
insektisida
menyebabkan
(Gandahusada dkk., 1998). Racun perut akan
mortalitas 50% serangga uji dalam waktu
menyebabkan larva mengalami keracunan jika
tertentu. Pemberian ekstrak sponge pada larva
larva melakukan aktivitas makan. Racun dapat
menyebabkan kematian separuh populasi larva
menyebabkan saluran pencernaan putus. Pada
(LC50) dalam waktu 48 jam pada konsentrasi
pengamatan larva yang mengalami kematian
49,32%. Berdasarkan perhitungan ANAVA
dapat dilihat saluran pencernaannya hampir
bahwa variasi konsentrasi ekstrak sponge
putus sehingga menyebabkan kematian pada
secara
menghambat
larva Culex sp. Ekstrak kloroform sponge
perkembangan larva Culex sp. Pengamatan
mampu mematikan larva nyamuk disebabkan
mortalitas larva dilakukan selama 3 hari
kandungan senyawa terpenoid dan saponin
dengan
bioaktif
(Motosoma, 1998) dengan cara menimbulkan
sponge lebih efektif pada tiga hari tersebut.
iritasi sel lapisan pencernaan dan inhibitor
Jika
enzim pencernaan.
yang
signifikan
asumsi
lebih
dari
dapat
mampu
bahwa
tiga
senyawa
hari
efektifitasnya
menurun. Pada larva yang mati akibat perlakuan ekstrak sponge dapat dilihat bahwa epidermis 4 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 5 Nomor 1 April 2016
Toksisitas Ekstrak Sponge Axinella sp. Terhadap Mortalitas Larva Culex sp.
sp. instar III pada 48 jam adalah sebesar
KESIMPULAN Berdasarkan dilakukan
dapat
ISSN:2089-3205
penelitian
yang
disimpulkan
telah
49,32% sehingga ekstrak kloroform sponge
bahwa
Axinella sp. dapat digunakan sebagai sumber
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian
bioinsektisida.
separuh kematian hewan uji (LC50) larva Culex DAFTAR PUSTAKA Azwar, A. 1981. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kedua. Penerbit Mutiara. Jakarta. Hal: 115-117 Gandahusada, S., Ilahude, H.H.D., Pribadi, W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. Hal: 220-222, 235-237 Motosoma, K. 1998. Search for Biologically Active Substances from Marine Sponges. In: Prosiding Seminar Bioteknologi I (R.R. eds), Puslit Oseanologi LIPI. Jakarta Murniasih, Tutik. 2003. Metabolit Sekunder dari Spons Sebagai Bahan Obatobatan. Volume XXXVIII, Nomor 3 Proksch, P. 1998. Pharmacologically Active Natural Product from Marine Invertebrates and Associated Microorganism. Prosiding Seminar Bioteknologi I, Rachmaniar dkk., Puslit Oseanologi LIPI. Jakarta
5 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 5 Nomor 1 April 2016