11
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pengembangan pariwisata yang digunakan manusia sebagai alat
menjalankan kewajiban-Nya haruslah selaras dengan perintah Allah SWT, yaitu berfungsi secara baik dengan memperhatikan fisik alamiah, lingkungan dan tidak mengundang kemungkaran dan kemudaratan. Allah SWT berfirman dalam AlQur’an surat Luqman ayat 27 :
$¨Β 9çtø2r& èπyèö7y™ Íνω÷èt/ .ÏΒ …ç푉ßϑtƒ ãóst7ø9$#uρ ÒΟ≈n=ø%r& >οtyfx© ÏΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû $yϑ‾Ρr& öθs9uρ ∩⊄∠∪ ÒΟŠÅ3ym ̓tã ©!$# ¨βÎ) 3 «!$# àM≈yϑÎ=x. ôNy‰ÏΡt Terjemahan : Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah[1183]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dari kutipan firman Allah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi berupa lautan, gunung-gunung, pohonpohon,
hewan-hewan
sampai kepada diri manusia,
dapat
diolah dan
dimanfaatkan untuk kepentingan kelangsungan hidup manusia, hanyalah orang berilmu yang mau melakukan penyelidikan dan penelitian serta memperhatikan kejadian alam ini. Berdasarkan hal tersebut, maka menjadi tanggung jawab dan kewajiban manusia untuk memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya agar tetap lestari. Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi sumber daya alam dan budaya serta sejarah yang sangat menarik. Potensi-potensi tersebut sangat berguna bagi kehidupan masyarakat di berbagai tempat untuk dijadikan sebagai sarana pariwisata maupun tempat berekreasi. Potensi ini juga
1
repository.unisba.ac.id
2
diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk menciptakan peluang dan kesempatan kerja baru dalam kegiatan ekonomi di sekitarnya. Pengembangan potensi pariwisata pada daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau lingkup nasional pada suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian Negara tersebut. Dalam tingkat lokal, sektor pariwisata harus mampu memberikan hasil bagi kesejahteraan masyarakat sekitar serta memberikan alternatif lain sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah, terlebih lagi jika sektor pariwisata tersebut dijadikan sebagai sektor andalan dalam penerimaan pendapatan daerah. Secara umum terdapat empat permasalahan utama yang tidak kunjung terselesaikan dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia (LIPI, 2008), yaitu: •
Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) ataupun kawasan wisata di Indonesia masih sangat sedikit yang dikembangkan melalui suatu perencanaan yang komprehensif dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lain, dan sebagian besar lainnya tumbuh dan berkembang secara alamiah mengikuti perkembangan keinginan pasar / pengunjung.
•
Pengembangan yang dilakukan sifatnya cenderung kepada perbaikan yang terbatas, dengan fokus pada pembenahan terhadap apa yang menjadi daya tarik utama ataupun fasilitas utama objek wisata itu sendiri, sedangkan keterkaitannya dengan sektor lain seringkali diabaikan.
•
Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata yang menjadi tulang punggung pelaksanaan kegiatan ini dari sisi kualitas dan kuantitas masih kurang memadai untuk menjadikan sektor ini sebagai pesaing minyak dan gas bumi dalam penerimaan devisa negara. Banyak aparat instansi pariwisata maupun kalangan usaha pariwisata yang tidak memiliki latar belakang pariwisata atau memiliki cukup pengalaman di dunia pariwisata.
•
Dana pengelolaan yang minim, baik di tingkat pusat maupun daerah. Persoalan ini sering kali dijadikan alasan apabila target yang telah ditetapkan tidak tercapai. Dengan adanya Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi, berdampak kepada kebebasan yang dimiliki oleh setiap daerah untuk mengatur daerahnya sendiri. Dengan otonomi daerah, kedudukan sektor pariwisata semakin penting karena setiap
repository.unisba.ac.id
3
daerah dipacu untuk mencari sumber-sumber pendapatan yang dianggap potensial
untuk
dikembangkan
sebagai
tulang
punggung
daerah
yang
bersangkutan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah di sektor pariwisata harus bersifat kontekstual. Artinya daerah otonom adalah daerah yang bisa mengambil keputusan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai visi dan misi pengembangan pariwisata daerahnya tersebut. Pemerintah lokal berkewajiban menyesuaikan diri, memfasilitasi dan mengelola sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya dalam rangka pembangunan yang terpadu dan menyeluruh untuk pelestarian budaya serta optimasi pengembangan pariwisata. Pengembangan kepariwisataan di daerah sangat berpengaruh bagi perekonomian suatu daerah. Bukan hanya berpengaruh pada perekonomian tetapi dengan adanya pariwisata di suatu daerah dapat menciptakan karakter tersendiri dari daerah tersebut, sehingga daerah tersebut memiliki keunikan tersendiri dan untuk mengembangkan potensi-potensi alam yang ada. Kota Tasikmalaya mempunyai beberapa objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dikategorikan dalam dua bagian yaitu objek wisata alam dan objek wisata
binaan.
Masing-masing
mempunyai
status
berkembang,
sedang
berkembang dan berpotensi dimana mempunyai level berbeda antara tingkat internasional, nasional dan lokal. Jenis ODTW ini dikelompokkan berdasarkan kategori wisata alam, sejarah dan budaya, wisata buatan dan kehidupan sosial masyarakat. Adapun objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Objek Wisata Yang Ada Di Kota Tasikmalaya Status Luas Obyek Wisata Pengelola Lahan
No 1
2
Situ Gede
Taman Rekreasi Mangkubumi
Pemkot
Swasta
470.000 m
50.000 m
Fasilitas 2
2
Gazebo, Rakit, Parkir, Perahu Bermotor Kolam Renang, Taman Bermain, Cafetaria, Mushola, Gazebo, Sepeda Air.
repository.unisba.ac.id
4
No
3
Obyek Wisata
Taman Rekreasi Mutiara Sukamulya
Status Pengelola
Swasta
Luas Lahan
Fasilitas
7.864 m
2
Kolam Renang, Taman, Mainan Anak-anak, Sepeda Air, Cafetaria, Mushola, Locker, R. Tunggu Kolam Renang, Taman Gazebo, Sepeda Air, Mushola.
4
Taman Rekreasi Karang Resik
Swasta
40.000 m
2
5
Makam Syeh Abdul Ghorib
Pemkot
20.000 m
2
6 7
Makam Pubadilaya Dalem Sakarembong
Pemkot Pemkot
70 m
2
8
Patilasan Purbasari
Pemkot
140 m
2
-
169 m
2
-
9
Lingga Yoni Ket : - Tidak Ada Informasi Sumber : www.kotatasikmalaya.go.id
Pemkot
Saung -
Perkembangan pariwisata Kota Tasikmalaya saat ini memiliki peranan yang berarti bagi perkembangan Kota Tasikmalaya, salah satunya yaitu adanya wisata alam Situ Gede yang terletak di Kelurahan Linggajaya dan Kelurahan Mangkubumi Kecamatan Mangkubumi. Meski berstatus sebagai obyek wisata alam, perkembangan Situ Gede sebagai sarana irigasi untuk pertanian tidak lepas dari peran pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1932, pemerintah kolonial mengembangkan danau alami ini untuk menampung air dari sumber mata air Cikunten yang berhulu di Gunung Galunggung. Air yang ditampung itu kemudian dimanfaatkan untuk mengairi sekitar 4.000 hektar sawah yang terdapat di Kecamatan Kawalu, Mangkubumi, Indihiang, dan Cibeureum. Danau Situ Gede juga berperan sebagai hutan penyeimbang ekosistem dimana banyak tanaman tropis yang mengelilingi danau ini. Situ Gede menjadi tempat tujuan wisata favorit karena danau ini merupakan obyek wisata satu-satunya yang ada di wilayah Pemerintah Kota Tasikmalaya dan dekat dengan pusat kota. Danau ini juga merupakan salah satu obyek wisata air yang paling potensial di wilayah Priangan Timur dan dikunjungi oleh banyak pelancong dari dalam maupun luar kota, bahkan dari luar daerah. Berdasarkan data dari situs resmi Pemerintah Kota Tasikmalaya, rata-rata tingkat kunjungan wisatawan ke obyek Wisata Situ Gede mencapai 9.950 orang/tahun (www.tasikmalayakota.go.id).
repository.unisba.ac.id
5
Ciri khas yang menjadi daya tarik Situ Gede adalah sebuah pulau yang terdapat di tengah-tengah danau, pulau dengan luas ±1 Ha, di pulau ini dimakamkan Eyang Prabudilaya yang legendanya berkembang di masyarakat Kota Tasikmalaya. Makam Eyang Prabudilaya hingga kini masih dikeramatkan oleh masyarakat sekitar danau. Maka dari itu, selain sebagai obyek wisata alam, Situ Gede juga bisa dijadikan wisata sejarah dan Situ Gede juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air mengairi persawahan penduduk di sekitar Kota Tasikmalaya.
Gambar 1.1 Situ Gede di Kota Tasikmalaya (Sumber : Observasi Lapangan, 2012)
Selain sebagai salah satu objek pariwisata di Kota Tasikmalaya, Situ Gede juga memiliki berbagai pertimbangan untuk dikembangkan di antaranya adanya situs bersejarah peninggalan penjajahan Belanda dan hutan kota yang menimbulkan situ gede banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar Kota Tasikmalaya.
repository.unisba.ac.id
6
(a)
(b) Gambar 1.2 a.Pulau di Tengah Situ Gede b.Foto Udara Situ Gede
Sebagai upaya pemerintah dalam pengembangan Kawasan Wisata Situ Gede, telah disusun berbagai rencana salah satu diantaranya adalah RTBL Situ Gede (2012). Menurut Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Situ Gede) tahun 2012 objek wisata Situ Gede dibagi menjadi 7 blok dengan rencana yang sesuai dengan masing-masing blok. Peruntukan masing-masing Blok Kawasan Wisata Situ Gede meliputi: •
Blok A diperuntukkan untuk kawasan Koridor permukiman padat yang akan dikembangkan konsep desa wisata, dengan mengembangkan potensi yang ada dan menata kembali koridor jalan yang digunakan untuk akses masuk ke kawasan Wisata Alam Situ Gede.
•
Blok B diperuntukkan untuk pusat kebudayaan dari Kawasan Wisata Alam Situ Gede dengan mengembangkan fasilitas permukiman budaya, pusat craft, RTH, home stay.
•
Blok C diperuntukkan untuk penataaan sarana rekreasi utama dengan mengembangkan fasilitas galery & workshop, bangunan komersil, Play Ground, plaza, area pengelola, ampitheter, cafe& resto, parkir dll.
•
Blok D diperuntukkan untuk koridor kendaraan wisata yang ditunjang dengan fasilitas parkir, gerbang, delman station, kios-kios, sport area outdor, dermaga, pintu air, dan juga cafe & resto.
•
Blok E diperuntukan untuk fasilitas penunjang Wisata Situ Gede yaitu RTH dan cootage
•
Block F diperuntukan untuk kegiatan penataan permukiman baru
repository.unisba.ac.id
7
•
Blok G diperuntukan untuk kawasan penunjang kegiatan wisata Situ Gede, yang juga merupakan lahan konservasi, maka fasilitas yang dikembangkan merupakan kegiatan wisata yang berbasis alam yaitu camping groun area dan juga Mini Train Station
Gambar 1.3 Blok Peruntukan Situ Gede Sumber : RTBL Situ Gede
Selain fungsi per blok peruntukan, secara umum Situ Gede juga memiliki fungsi sebagai berikut : 1.
Point of view kawasan Situ Gede berpotensi dikembangkan menjadi kawasan wisata air dan wisata agraris.
2.
Potensi dalam memberikan suplly air untuk kebutuhan persawahan.
3.
Dapat memberikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan memberikan pendapatan jika pengembangan wisatanya lebih lanjut.
repository.unisba.ac.id
8
Gambar 1.4 Kondisi Objek Wisata Situ Gede (Sumber : Observasi Lapangan, 2012)
Dalam upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Situ Gede ada beberapa faktor diantaranya faktor sarana, faktor prasarana, faktor objek daya tarik wisata, faktor pelayanan dan faktor aksesibilitas yang mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Objek Wisata Situ Gede. Oleh karena itu penelitian tentang faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi tingkat kunjungan ini sangatlah perlu dilakukan sebagai upaya mengoptimalkan pengelolaan Objek Wisata Situ Gede.
1.2
Rumusan Masalah Sebagai salah satu langkah agar pengembangan objek wisata Situ Gede
ini berjalan dengan baik dan optimal,maka perlu dikaji tentang variable-variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan agar dalam pelaksanaannya dapat diperoleh strategi yang tepat dengan hasil yang optimal. Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam studi ini adalah bagaimana strategi pengembangan objek wisata Situ Gede di Kota Tasikmalaya.
1.3
Tujuan, Sasaran dan Manfaat Dari latar belakang pendahuluan dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan dari studi ini adalah Untuk mengetahui besarannya variabel-variabel secara bersama-sama (simultan) terhadap jumlah kunjungan wisatawan di Objek Wisata Situ Gede
repository.unisba.ac.id
9
Untuk mengetahui variabel mana di antara variable-variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap jumlah kunjungan wisata di Situ Gede. Untuk mengetahui strategi yang tepat untuk perkembangan kawasan wisata Situ Gede. Adapun sasaran dari studi ini adalah diketahuinya variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan di Objek Wisata Situ Gede, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Situ Gede. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut : Menjadikan objek wisata Situ Gede sebagai salah satu objek wisata alam yang potensial tidak hanya skala Priangan Timur tetapi di Jawa Barat. Mejadikan objek wisata Situ Gede menjadi icon pariwisata di Kota Tasikmalaya. Dengan berkembangnya objek wisata Situ Gede diharapkan bisa menambah pendapatan daerah kota Tasikmalaya dan mensejahterakan masyarakat sekitar objek wisata.
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1
Ruang lingkup Makro Sesuai
dengan
Undang-Undang
No.
10
Tahun
2001
tentang
pembentukan Kota Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya memiliki wilayah seluas 17.156,20 Ha atau 171,56 km2 yang meliputi wilayah 8 Kecamatan, yaitu Kec. Cipedes, Cihideung, Tawang, Tamansari, Mangkubumi, Kawalu, Indihiang dan Cibeureum. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 1.2
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 1.2 Luas Wilayah Administratif Kecamatan di Kota Tasikmalaya Kecamatan Luas (km²) Jumlah Kelurahan Cihideung 5,30 6 Cipedes 8,10 4 Tawang 5,33 5 Indihiang 30,10 13 Kawalu 41,12 10 Cibeureum 29,41 15 Tamansari 28,52 8 Mangkubumi 23,68 8 Jumlah 171,56 69 Sumber : www.tasikmalayakota.go.id
repository.unisba.ac.id
10
Kota Tasikmalaya secara geografis memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada 108o 08' 38" - 108o 24' 02" BT dan 7o 10' - 7o 26' 32" LS di bagian Tenggara wilayah Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kota Tasikmalaya berbatasan dengan : •
Sebelah Utara
:
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis
(dengan batas sungai Citanduy) •
Sebelah Barat
: Kabupaten Tasikmalaya
•
Sebelah Timur
: Kabupaten Tasikmalaya dan Kab. Ciamis
•
Sebelah Selatan : Kabupaten Tasikmalaya (batas sungai Ciwulan) Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.5 (peta administrasi
Kota Tasikmalaya) 1.4.2
Ruang Lingkup Mikro Situ Gede merupakan objek wisata alam yang berada di Kecamatan
mangkubumi Kota Tasikmalaya, Kecamatan Mangkubumi berbatasan dengan : •
Sebelah Utara
: Kecamatan Indihiang
•
Sebelah Barat
:
Kabupaten Tasikmalaya (Kecamatan Singaparna)
•
Sebelah Timur
:
Kecamatan Cihideung
•
Sebelah Selatan :
Kecamatan Kawalu
Untuk lebih jelasnya bisadilihat pada gambar 1.6 (peta orientasi wilayah Studi Kecamatan Mangkubumi) dan gambar 1.7 (Objek Wisata Sittu Gede) 1.4.3
Ruang Lingkup Materi Dalam studi ini ada beberapa faktor yang harus dikaji dan dianalisa dalam
upaya strategi pengembangan objek wisata Situ Gede, untuk studi ini akan dibatasi lingkup kajiannya yaitu : 1.
Analisis Supply dan Demand
2.
Studi literatur terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisata.
3.
Analisis korelasi antara faktor-faktor terkait menggunakan regresi linier berganda.
4.
Analisis Comperable dengan objek wisata sejenis (Situ Lengkog, Panjalu Kabupaten Ciamis)
5.
Analisis SWOT
repository.unisba.ac.id
1111
11
repository.unisba.ac.id
12
repository.unisba.ac.id
1313
1.5
Metodologi Penelitian Berdasarkan manfaat dan tujuan yang ingin dicapai yang menjadi dasar
prioritas dalam studi ini maka diperlukan suatu metodologi yang menjadi penunjang kegiatan studi sehingga tujuan dan manfaat tersebut dapat tercapai. Metodologi ini akan dijelaskan dalam rincian berikut yaitu metodologi pendekatan metodologi pengumpulan data, dan metoda analisi yang akan dipakai dalam penyusunan laporan ini. 1.5.1
Metode Pendekatan Studi Pendekatan studi ini didasarkan pada aspek-aspek yang berpengaruh
dan menjadi bahan untuk melakukan analisis dan perumusan hasil studi. Adapun yang menjadi dasar dalam melaksanakan studi ini adalah meliputi beberapa hal : 1.
Melakukan studi literature yang berhubungan dengan studi
2.
Studi lapangan, peninjauan langsung ke daerah studi untuk mengetahui gambaran secara nyata tentang kondisi di sekitar objek wisata Situ Gede, wawancara dan penyebaran kuisioner kepada pihak-pihak terkait.
3.
Analisis Regresi Majemuk
4.
Analisis SWOT
5.
Menyusun strategi pengembangan kawasan wisata Situ Gede.
1.5.2 Metode Pengumpulan data Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan, dengan mengamati dan meneliti objek yang menjadi sasaran penelitian. Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati kondisi di lapangan atau wilayah studi. Selain itu observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan
seluruh
alat
indera
penglihatan,
penciuman,
pendengaran, peraba dan pemngecap secara langsung melalui rekaman gambar, suara dan teks (Arikunto, Suharsini, 1993), melalui :
A. Data Primer Data primer adalah data-data yang diperoleh pada saat melakukan survei di lapangan dengan menggunakan beberapa alat survei yang diantaranya, adalah observasi lapangan, yaitu pemeriksaan keadaan lapangan yang
repository.unisba.ac.id
14
selanjutnya dituangkan pada laporan, grafik statistik, atau peta. Cara pengambilan data primer adalah : 1. Wawancara Wawancara
menurut
(Nasir,
2010)
adalah
proses
memperoleh
keterangan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (Djumhur dan Surya, 1985). 2. Kuisioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto,1999). Kuesioner Terstruktur Yang Terbuka Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana pertanyaan-pertanyaan diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semua responden ketika mengumpulkan data. Kuesioner Tak Terstruktur Yang Terbuka Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Menurut Nasir (2010) kuesioner alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum adalah kuesioner. Keusioner dibedakan menjadi dua yaitu : •
Pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja ataupun kepada satu jawaban saja. Jawaban
repository.unisba.ac.id
15
yang paling mudah terhadap pertanyaan berstruktur adalah "Ya" atau "Tidak". •
.Pertanyaan terbuka atau pertanyaan tidak berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa dan jawabannya serta cara pengungkapannya dapa: bermacam-macam. Bentuk pertanyaan ini jarang digunakan dalam schedule atau kuesioner, tetapi banyak digunakan dalam interview guide. Responder mempunyai kebebasan dalam menjawab pertanyaan terbuka. Dalam pertanyaan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
terbuka atau pertanyaan tidak struktur. Penyebaran kuesioner jenis ini diharapkan responden dapat menjawab pertanyaan tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden. Fakta dalam hal ini ini dalah fakta yang berkaitan dengan pengembangan Situ Gede sebagai obyek wisata. 3. Cheklist lsian Cheklist lsian adalah daftar yang dibuat untuk mengetahui apa saja yang sudah didapat atau data apa saja yang belum didapatkan 4. Visualisasi/pemotretan Pemotretan dilakukan terhadap beberapa objek di wilayah studi yang dianggap dapat menunjang argumentasi lapangan. 5. Teknik Sampling Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam studi ini yaitu metode pengambilan sampel Accidental Sampling untuk responden wisatawan dan metode Purposive Sampling untuk responden para ahli. Metode Accidental Sampling ini digunakan untuk populasi yang memiliki sifat berubah-ubah atau dinamis seperti wisatawan karena jumlah wisatawan yang datang ke obyek wisata setiap hari sulit untuk diperkirakan terlebih dahulu. Accidental Sampling adalah metode pengambilan sampel dimana tidak
semua
subyek
atau
individu
dari
populasi
mendapatkan
probabilitas atau kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Accidental Sampling ini dikenakan pada pengunjung yang dijumpai di wilayah studi, sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Sampling ini memberikan taraf keyakinan yang tinggi pada populasi sampel yang sifatnya relatif homogen (Kartini, 1996).
repository.unisba.ac.id
16
Adapun data-data yang diperoleh dengan menggunakan kuisioner diantaranya sebagai berikut : •
Pola pergerakan Wisatawan
•
Supply
(penawaran)
objek
wisata
Situ
Gede
(atraksi
wisata,
transportasi, informasi dan promosi, sarana, prasarana, dan persepsi masyarakat) •
Demand (permintaan) objek wisata Situ Gede (karakteristik wisatawan, motivasi perjalanan, aksesibilitas, objek daya tarik wisata, dasilitas, utilitas, dan presepsi pelaku wisata)
•
Persepsi masyarakat
•
Sampel analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata.
B. Data Sekunder Data
sekunder
adalah
data
yang
diperoleh berdasarkan survei
intansional, studi literatur dan internet. studi literatur yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari buku-buku maupun artikel yang terkait dengan studi. Dan Internet yaitu pengumpulan informasi yang sesuai dengan penelitian
dengan
menggunakan
internet. Literatur-literatur tersebut
diantaranya : • RTRW ( Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Tasikmalaya Tahun 2010-2030 • RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) Kawasan Situ Gede Tahun 2013 • Literatur yang mendukung studi (hasil-hasil penelitian) Sedangkan survei instansi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi instansi-instansi terkait. Adapun instansi-instansi yang dituju adalah : • Kantor Kecamatan Mangkubumi • Bappeda Kota Tasikmalaya • Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga kota Tasikmalaya 1.5.3
Metode Analisis Metode analisi yang digunakan merupakan penjabaran dari pendekatan
yang digunakan dalam studi, tahapan kegiatan yang akan dicapai, berdasarkan variable dan kriteria-kriteria dalam usaha pencapaian pengembangan wisata Situ Gede. Adapun metoda analisis yang digunakan adalah. Sebagai berikut :
repository.unisba.ac.id
17
1.5.3.1 Analisis Kualitatif Dalam tahap analisis kualitatif yaitu metode dengan menggunakan uraian-uraian
atau
deskriptif
dari
analisis
kuantitatif
dan
juga
untuk
menghaluskan dari hasil analisis kuantitatif yang telah dilakukan. Aspek yang akan di analisis secara kultitafif berupa deskriptif saja yaitu aspek sosial budaya masyarakat Kawasan Wisata Situ Gede. Adapun cara yang dilakukan dalam analisis kualitatif ini yaitu dengan melakukan wawancara. 1.5.3.2 Analisis Kuantitatif Analisis
kuantitatif
yaitu
suatu
analisis
yang
dilakukan
dengan
menggunakan model matematika. Dalam metode ini elemen dan faktor-faktor yang ada diformulasikan ke dalam bentuk besaran yang akan memberikan nilai atas kondisi wilayah studi. Metode ini dipergunakan untuk memprediksi kondisi sekarang dan kondisi yang akan datang, sehingga dapat disimpulkan perkembangan dan kebutuhan dimasa yang akan datang. Metode tersebut diantaranya : A.
Analisis Regresi Majemuk Analisis Regresi Majemuk (Multiple Regression Analysis) adalah salah
satu teknik multivariat yang digunakan untuk mengestimasi hubungan antara satu variabel dependen metrik (kuantitatif) dengan satu himpunan variabel independen metrik (kuantitatif). Analisis regresi majemuk dapat digunakan untuk : 1.
Memprediksi nilai dari suatu variabel dependen berdasarkan nilai-nilai variabel independen.
2.
Menjelaskan bagaimana tingkat dan karakteristik hubungan antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen.
•
Model Dasar Analisis regresi merupakan teknik untuk menurunkan kombinasi linear dari
dua atau lebih variable independen untuk memprediksi nilai variable dependen.
Y
= b0 + b1V1 + b2V2
+ ………………………. + bnVn
Di mana :
repository.unisba.ac.id
18
Y
= prediksi nilai variabel dependen
b0 = konstanta bn = bobot (koefisien) regresi untuk variabel independen ke-n Vn = variabel independen ke-n
•
Asumsi Dasar Dalam membentuk model regresi, artinya dalam hal menentukan koefisien regresi-peneliti dituntut untuk dapat meminimasi jumlah total kuadrat error (residu). Error ini merupakan selisih antara nilai variabel dependen actual dengan nilai variabel dependen yang diprediksi melalui model regresi. Metode minimasi kuadrat error ini dikenal sebagai least square method.
1.5.3.3 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisis yang mengidentifikasikan berbagai faktor sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Metode ini digunakan untuk mengetahui masalah, kendala dan peluang dari daya tarik obyek wisata, sarana dan prasarana, pelayanan, pengelolaan, serta pemasaran yang mendukung kegiatan. Untuk menggunakan analisis SWOT ini diperlukan penelitian secara langsung di lapangan dengan berbagai macam pertimbangan, baik teknis maupun non teknis. Langkah-Iangkah yang digunakan dalam proses penyusunan analisis SWOT melalui tahapan sebagai berikut : 1.
Pengumpulan data Adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1998:221) data yang terhubung erat dengan studi dan obyek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun data sekunder. Metode pengumpulan data primer antara lain : a. Metode Pengamatan Langsung Metode ini cara pengambilan datanya dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Cara mencatat pengamatan tidak mempunyai standar tertentu yang penting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat diketahui
repository.unisba.ac.id
19
dengan jelas. b. Metode dengan menggunakan pertanyaan, antara lain : Ω Kuesioner. Ω Wawancara. 2.
Analisis Tahapan analisis SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi dalam model kuantitatif perumusan strategi (Freddy Rangkuti, 2006:30). Analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan yang pada dasarnya merupakan pendataan dan pengidentifikasian sebagai pra analisis. Model-model yang digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut : a.
EFAS-IFAS (Faktor-faktor strategis internal dan eksternal).
b.
Matrik Space.
c.
Matrik SWOT.
Dengan menggunakan beberapa analisis akan lebih lengkap dan akurat sehingga
menghasilkan
rumusan
strategi
yang
dapat
menyelesaikan
permasalahan dan strategi yang terbentuk sesuai dengan tujuan dan lingkungan yang dihadapi. A.
Analisis Faktor-Faktor Strategis Internal dan Eksternal (IFAS – EFAS) Analisis faktor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan faktor-
faktor strategis pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis. Menganalisis lingkungan internal (IFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan. Masalah strategi yang akan dimonitor harus ditentukan karena masalah ini mungkin dapat mempengaruhi pariwisata dimasa yang akan datang. Menganalisis
lingkungan
eksternal
(EFAS)
untuk
mengetahui
berbagai
kemungkinan peluang dan ancaman. Adapun langkah-langkah penyusunannya sebagai berikut : 1. Berdasarkan tata cara yang ada (Freddy Rangkuti, 2009), maka penerapan pembuatan tabel IFAS untuk lokasi studi dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : Disusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 kekuatan dan kelemahan). Diberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom-kolom, dengan skala 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)
repository.unisba.ac.id
20
semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor total 1,00. Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi strategi. Diberi rating (pada kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (outstanding)
sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi kawasan pariwisata yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan terhadap rata-rata pesaing
utama.
Sedangkan
varibael
yang
berdifat
negatif
kebalikkannya jika kelemahan besar sekali (dibandingkan dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah atau di bawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya adalah 4. Melakukan Pengalian bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor
pembobotan
dalam
kolom
4.
Hasilnya
berupa
skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan pariwisata di wilayah studi. Nilai total ini menunjukan bagaimana kawasan pariwisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan kawasan pariwisata ini dengan obyek wisata lainnya dalam kelompok wisata yang sama. Tabel model analisis faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 1.3 dibawah ini. Tabel 1.3 Model Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS) No 1
Faktor-faktor Strategis Kekuatan (faktor-faktor yang menjadi kekuatan)
Jumlah
2
Kelemahan faktor yang kelemahan)
(faktormenjadi
Jumlah
Bobot
Nilai
Bobot x Nilai
(Proporsional Judgement)
(Proporsional Judgement)
(jumlah perkalian bobot dengan nilai pada setiap faktor dari kekuatan)
Jumlah bobot kekuatan
Jumlah nilai kekuatan
Jumlah bobot x nilai kekuatan
(Proporsional Judgement)
(Proporsional Judgement)
(jumlah perkalian bobot dengan nilai pada setiap faktor dari kelemahan)
Jumlah bobot kelemahan
Jumlah nilai kelemahan
Jumlah bobot x nilai kelemahan
Sumber : Freddy Rangkuti, 2009
repository.unisba.ac.id
21
2. Berdasarkan tata cara yang ada (Freddy Rangkuti, 2009), maka penerapan pembuatan tabel EFAS untuk lokasi studi dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : Disusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman). Diberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom-kolom, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor total 1,00. Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi strategi. Diberi rating (pada kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (outstanding)
sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi kawasan pariwisata yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 dengan membandingkan terhadap rata-rata pesaing utama. Sedangkan varibael yang berdifat negatif kebalikkannya jika kelemahan besar sekali (dibandingkan dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah atau di bawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya adalah 4. Melakukan pengalian bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor
pembobotan
dalam
kolom
4.
Hasilnya
berupa
skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). Jumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan pariwisata di wilayah studi. Nilai total ini menunjukan bagaimana kawasan pariwisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan kawasan pariwisata ini dengan obyek wisata lainnya dalam kelompok wisata yang sama. Tabel model analisis faktor strategi eksternal dapat dilihat pada Tabel 1.4 dibawah ini. Tabel 1.4 Model Analisis Faktor Strategis Eksternal (EFAS) No
Faktor-faktor Strategis
Bobot
Nilai
1
Peluang (faktor-faktor yang menjadi peluang)
(Proporsional Judgement)
(Proporsional Judgement)
Jumlah bobot kekuatan (Proporsional
Jumlah nilai kekuatan (Proporsional
Jumlah 2
Ancaman
(faktor-faktor
Bobot x Nilai (jumlah perkalian bobot dengan nilai pada setiap faktor dari peluang) Jumlah bobot x nilai peluang (jumlah perkalian bobot
repository.unisba.ac.id
22
No
Faktor-faktor Strategis yang menjadi kelemahan)
Jumlah
Bobot Judgement)
Jumlah bobot kelemahan
Nilai Judgement)
Jumlah nilai kelemahan
Bobot x Nilai dengan nilai pada setiap faktor dari ancaman) Jumlah bobot x nilai ancaman
Sumber : Freddy Rangkuti, 2009
1.6
Kerangka Pemikiran Di bawah ini merupakan bagan kerangka pemikiran dalam Hubungan
Variabel-Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Kunjungan Wisatawan di Objek Wisata Situ Gede di Kota Tasikmalaya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.8
1.7
Sistematika Penyajian Dalam penulisan proposal tugas akhir terdapat sistematika penyajian,
adapun sistematika yang disajikan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Ruang lingkup, Kerangka Pemikiran, Metodologi, dan Sistematika Penyajian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang teori – teori yang digunakan di dalam proses penyusunan rencana serta Kebijaksanaan.
BAB III
GAMBARAN UMUM Bab ini berisikan tentang kebijakan mengenai Situ Gede dan Gambaran Umum daerah studi
BAB IV
ANALISIS Bab ini berisi Analisi regresi majemuk, analisis proyeksi jumlah kunjungan wisatawan di Objek Wisata Situ Gede dan analisis swot.
BAB V
STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA SITU GEDE Bab ini berisi strategi pengembangan kawasan wisata Situ Gede dari apa yg telah dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini.
repository.unisba.ac.id
23
Latar Belakang Situ Gede merupakan objek wisata alam yang ada di Kota Tasikmalaya. Objek wisata ini memiliki daya tarik yang cukup baik maka dari itu pemerintah daerah Kota Tasikmalaya membuat peraturan mengenai Situ Gede tersebut, akan tetapi objek wisata Situ Gede ini belum dikelola dengan baik.
Al-Qur’an surat Luqman ayat 27
Kebijakan: 1. RTRW Kota Tasikmalaya 2. RTBL Situ Gede
Rumusan Masalah
Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata Situ Gede berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan dan ident ifikasi dari ojek wisata Situ Gede?
Tujuan Untuk mengetahui besarnya variabel-variabel secara bersama-sama (simultan) terhadap jumlah kunjungan wisatawan di Objek Wisata Situ Gede Untuk mengetahui variabel mana di antara variabel-variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap jumlah kunjungan wisata di Situ Gede. Menyusun strategi pengembangan kawasan wisata Situ Gede
Metode Pendekatan Studi
Metode Pengumpulan Data
Kajian Teoritis
1.
∗ Teori Pariwisata ∗ Teori Korelasi
2.
Analisis
• • • • •
Analisis Supply Analisis Deman Analisis Preferensi Masyarakat Analisis Regresi Majemuk berpengaruh) Analisis SWOT
(analisis
variabel
yang
Survei Primer • Wawancara • Kuisioner Survei Sekunder • Studi literatur • Instansi
Hasil Keluaran Analisis • Penawaran terhadap objek wisata Situ Gede • Permintaan terhadap objek Wisata Situ Gede • Mengetahui peran serta masyarakat dalam pengembangan objek wisata Situ Gede • Mengetahui faktor paling berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata Situ Gede • Mengetahui Strategi yang tepat untuk mengembangkan objek wisat Situ Gede.
Strategi Pengembangan Objek Wisata Situ Gede Di Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya
Gambar 1.8 Kerangka Berpikir
repository.unisba.ac.id