TUMBANG DALAM ROH Ayub E. Lande1
Abstraksi Perihal Pentakostalisme merupakan fenomena yang terus menyita perhatian banyak kalangan gerejawi, baik kubu Pentakosta/Karismatika maupun dari luar. Salah satu yang cukup sering terjadi dalam kebaktian Karismatik adalah orang-orang yang tumbang ketika mereka didoakan. Istilah yang umum digunakan adalah, tumbang dalam roh. Penelitian ini akan memaparkan fenomena pentakostalisme tumbang dalam roh, baik tinjauan secara Alkitabiah, maupun perilaku dalam gereja modern saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptis-eksplanatif, untuk menggambarkan dan sekaligus menjelaskan apa yang dimaksud dengan fenomena tumbang dalam roh. Untuk menilai fenomena tersebut, digunakan metode analisis-teologis, dengan Alkitab sebagai norma penilaiannya, mencari referensi dan penjelasan berdasarkan Alkitab. Sehingga, pada akhirnya, dapat diperoleh kesimpulan yang umum dengan menggunakan metode induktif.
Falling in Spirit Abstract Pentacostalism constituted the phenomenon which took attention of many churches, both within pentacostal/charismatics or outsiders. One of the phenomenons which always occurrs in charismatic service is people will fall down when they are prayed for. Generally, they call it falling in Spirit. This paper will explain this pentacostal phenomenon of people falling in Spirit, either in biblical perspective or the attitude of recent modern churches. It will use a descriptive-explainative method, for describing and explaining what is the meaning about falling in spirit phenomenon. For judging the phenomenon, will employ theological analysis method, with Bible as the judgment norm, searching some references of biblical explaination. And, eventually, the inductive method will be used to conclude this research. Keywords: power, kuasa, manifestation, manifestasi, pentacost, pentakosta
1
STT “Intheos” Surakarta.
1
tumbang dalam roh ini karena ada
PENDAHULUAN Fenomena rebah atau tumbang pada
sesuatu yang membuat mereka tidak
saat ibadah atau Kebaktian Kebangunan
tahan berdiri saat berdoa atau didoakan.
Rohani (KKR) sudah menjadi hal yang
Tetapi tidak sedikit juga yang merasa
biasa
bahwa mereka didorong oleh hamba
dalam
sejarah
pergerakan
Pentakosta atau Karismatik. Fenomena
Tuhan
ini tumbuh menjadi sebuah tradisi bagi
Bahkan, ada juga yang tidak mengerti
gereja-gereja
apa-apa,
tersebut,
bahkan
yang
mendoakan
dan
akhirnya
mereka.
ikut-ikutan
fenomena ini dianggap sangat penting
rebah; mungkin itu fenomena rohani
bagi jemaat, sehingga menjadi suatu
dan
kebanggaan apabila dalam suatu altar
dampaknya,
call mereka dapat tumbang, lepas
bahwa mereka merasakan sukacita yang
daribanyaknyaorang yang berpura-pura
luar biasa, merasa bebas dari semua
atau
tekanan atau kesulitan yang selama ini
hanya
sekedar
tumbang.Pemahaman mengakar
mengenai
terkadang
membuat
ikut-ikutan
memiliki
mereka
nilai
ada
alami,
rohani.
yang
Lalu,
mengatakan
walaupun
tidak
yang
kurang
hal
tersebut
ketinggalan sekelompok orang yang
syak
beberapa
tetap saja tidak mengerti dan tidak merasakan apa pun yang menimpanya.
kalangan. Gereja pun kurang serius
Beberapa
mengadakan kajian yang mendalam
pendapat
mengatakan
untuk memperoleh pemahaman yang
bahwa tumbang dalam roh merupakan
Alkitabiah,
dapat
peristiwa dimana seseorang menerima
dipertanggungjawabkan. Kendalanya—
baptisan Roh Kudus, seperti yang
menjadi
ditulis dalam sebuah bulletin,
sehingga
stigma
pentakosta
atau
karismatik—pemahaman
…hal 'tumbang dalam Roh', yang terjadi pada saat seseorang itu menerima baptisan/pengurapan Roh Kudus, baik orang percaya tersebut menerimanya melalui penumpangan tangan dari seorang hamba Tuhan ataupun tidak ... terjadi bisa dalam suatu kelompok (orang banyak) di dalam kebaktian persekutuan umum atau pada kebaktian di gereja, juga pada pelayanan-pelayanan pribadi.2
yang
diajarkan
kebanyakan
pengalaman
pribadi.
bersifat
Sekali
lagi,
paramater yang digunakan pun akhirnya kurang jelas, berorientasi pada faktor manusia
belaka
dengan
segala
kelebihan dimensi roh yang dimiliki. Ada banyak kesaksian yang muncul mewarnai paradigma teologi pentakosta berkaitan
dengan
pengalaman
ini.
2
Beberapa orang mengalami peristiwa 2
“Warta Bethany” edisi no. 30, hlm. 3
ikut-ikutan arus yang tidak berdasarkan Berdasarkan
anggapan
tersebut,
Alkitab. Penyelidikan tersebut harus
maka bukanlah hal yang mengherankan
mampu mengabaikan variabel yang
apabila banyak orang awam yang berpikir
bahwa,
‘apabila
mengandung
sering
bentuk
ia dilawat oleh Allah atau menerima
Ini
praduga
yang
tendensius.Sebagai sebuah pengalaman
urapan dari Allah, dan itu berarti ia rohani.’
pengalaman
pribadi, di samping membuang segala
tumbang dalam roh, artinya sering pula
semakin
muatan
rohani, peristiwa tumbang dalam roh
fenomena
dapatkah
pentakostalisme yang harus dijelaskan
ditelusuri
berdasarkan
keabsahan sebuah pengalaman untuk
secara Alkitabiah.
dijadikan teologi yang Alkitabiah.
Berdasarkan uraian diatas, dimana peristiwa yang sama dapat atau bahkan
KEABSAHAN SEBUAH PENGALAMAN ROHANI
harus terjadi lebih dari satu kali, maka masing-masing orang akan mengalami
Pengalaman rohani merupakan hal
peristiwa ini dengan intensitas yang
yang
berbeda.
ini,
kerohanian seseorang, karena tanpanya
peristiwa tumbang dalam roh dapat
seseorang akan menjalani kehidupan
dikatakan sebuah pengalaman rohani;
iman Kristenyang kaku. Pengalaman
tentu saja dengan mengesampingkan
rohani tidak harus dipahami sebagai
orang-orang yang hanya berpura-pura
ekspresi dari pemaksaan paradigma
atau ikut-ikutan tumbang dan anggapan
masa purba dalam Alkitab kepada
negatif tentang tumbang dalam roh.
kehidupan
Sampai
pada
titik
penting
masa
bagi
kini.
pertumbuhan
Pengalaman
Hal yang perlu digali lebih dalam
rohani juga tidak seharusnya dianggap
adalah apakah tumbang dalam roh
sebagai idealisasi terhadap pengalaman
merupakan hal yang Alkitabiah, atau
para tokoh Alkitab, atau bahkan sesuatu
setidaknya jika benar-benar terjadi oleh
yang di luar Alkitab. Walaupun tidak
karena kuasa Roh Kudus; apakah hal ini
memungkiri kemungkinan seperti itu,
harus dialami oleh setiap orang. Hal ini
namun pengalaman rohani adalah pola
menjadi pekerjaan rumah bagi gereja
hidup yang tidak berhenti pada tokoh
untuk memberi penjelasan yang benar
Alkitab saja, dan terus berkembang
kepada
mereka
hingga zaman kini. Pengalaman rohani
bertumbuh dengan benar dan tetap
adalah pengalaman bersama Tuhan
hidup dalam kebenaran, bukan hanya
yang sifatnya sangat subyektif hingga
jemaat,
sehingga
3
tidak boleh digeneralisir, namun harus
pengalaman rohani dalam ibadah masih
berdasarkan teologi yang Alkitabiah.
terus
dipertahankan
atas
dasar
pemahaman yang fundamental terhadap
Ada banyak peristiwa ajaib dalam Alkitab yang ketika dibaca pada zaman
fenomena
kini hanya meninggalkan sederet cerita
Lama maupun Perjanjian Baru. Apa
yang menggetarkan jiwa saja. Atau
yang terjadi dalam konteks ibadah atau
tidak sedikit di beberapa kalangan,
kebaktian
pada
dengan warna teologi yang rasional, hal
seringkali
menjadi
tersebut
diteruskan pada masa kini. Ada yang
sekadar
menjadi
dongeng
Alkitab,
baik
masa
Perjanjian
para
nabi
prototipe
yang
pengantar tidur anak-anak. Gereja tidak
mencontoh
mau
melihat sebuah
tidak menutup kemungkinan bahwa ada
bentangan sejarah yang sama dan tidak
yang memang tulus sebuah fenomena
terputus, di mana Allah masih terus
dari Allah.
belajar, atau
secara subyektif,
Pengalaman-pengalaman
bekerja dengan nuansa yang sama pada
tetapi
rohani
gerejaNya. Pekerjaan Allah di zaman
tidak harus dipatenkan dalam fenomena
Alkitab
menghasilkan
atau manifestasinya, karena itu semua
pengalaman-pengalaman rohani bagi
adalah pekerjaan Allah Roh Kudus
para tokoh yang dipanggil dalam
yang tidak terbatas dalam ide-ide luhur
anugerahNya pada zaman itu. Dan,
manusia. Bahkan polanya pun tidaklah
pengalaman itu pun yang akan terus
harus sama persis dengan fenomena
berlanjut oleh karena pekerjaan Allah
yang terjadi pada zaman para nabi,
yang akan terus terjadi dari dulu hingga
karena Allah dinamis dan kreatif.
sekarang, khususnya dalam rangka
Pengalaman
memelihara gerejaNya.
pengalaman yang nyata, berada dalam
telah
bersama
Allah
adalah
dimensi manusia yang nyata. Theodore
Pengalaman rohani sangat penting membangun
H. Epp mengatakan, “It is true not
keyakinan bahwa Allah tetap sama dari
because we felt differently or passed
dulu, sekarang, dan sampai selama-
through some great emotional upheaval,
lamanya. Demikian pula dengan segala
but because the Word of God tells us it
apa yang pernah diperbuat-Nya pada
took place the moment we believed.”3
masa lampau masih dapat juga dan akan
Artinya, bahwa segala pengalaman
bagi
gereja
untuk
tetap dapat Dia lakukan kapan saja. Di beberapa Karismatik
gereja
Pentakosta
beberapa
3 Theodore H. Epp.The Other Comforter; Practical Studies on The Holy Spirit (Nebraska: Back to the Bible Broadcast, 1966.), p.111
atau bentuk 4
mengenai kuasa Roh Kudus merupakan
speaking in tongues, and a whole
sesuatu yang seharusnya berlandaskan
panoply of gifts of Spirit—oncelargely
firman
the province alone of Pentecosta—now
Allah
bukan
semata-mata
pengalaman emosional yang berlebihan.
became more widely-practised.”4
Pada
Artinya,
titik
menjadi
ini
pengalaman
sesuatu
rohani
yang
dapat
saat
ini
fenomena
pentakostalisme tidak saja menjadi
mengembangkan kehidupan rohani.
bagian dari teritorial gereja Pentakosta
Roh Kudus merupakan kenyataan
saja,
melainkan telah
dipraktekkan
yang harus dapat dialami oleh setiap
secara luas. Pengalaman yang unik pun
orang
terjadi di abad ke-20 ini, di mana
percaya,
tetapi
bagaimana
pengalaman itu akan mengubah sudut
fenomena
pandang dan gaya hidup seseorang,
menjadi satu ikon gerakan karismatik
sehingga
hidup
modern. Ini pun harus ditanggapi secara
hal tersebut
konteks peristiwa itu terjadi, sehingga
tidak didasari atas pemahaman akan
sekali lagi tidak terjadi subyektivasi
Firman
pengalaman
orang
tersebut
berkemenangan.Apabila
Tuhan
yang
benar,
maka
“holy
laughter”
dalam
pernah
pemahaman
kecenderungan subyektivasi terhadap
teologis. Gereja pun harus mempertegas
pengalaman
dasar pneumatologi jemaat agar dapat
menjadi
norma
akan
berpeluang besar. Hal inilah yang harus
menanggapi
dipertimbangkan
oleh
fenomena yang berlangsung.
Tuhan
pelayanan
dalam
para
hamba
Donald
mereka.
secara
bijak
setiap
G.
Bloeschpernah
agar
semua
Pelayanan kuasa yang memungkinkan
mengingatkan
setiap
Tuhan
Pentakosta berhati-hati terhadap segala
manifestasi
keinginan atau kecenderungan untuk
tumbang dalam roh bukanlah sesuatu
melakukanpowershowberkaitan dengan
yang salah secara pribadi, karena
karunia dan kuasa yang termanifestasi
pengalaman itu tidak akan dijadikan
dalam
norma dalam setiap lawatan.
demikian, maka “kekudusan” karunia
orang
dengan
yang
dilawat
menghadirkan
banyak
Pentakosta
yang
keinginan-keinginan
orang-orang
ia
menjelaskan,
jika
daging
untuk
menyukai
pengalaman-pengalaman rohani. Lebih lanjut
Karena
Roh Kudus itu akan dicemarkan oleh
Roger Stronstad mengatakan bahwa semakin
kelompoknya.
orang
4
Roger Stronstad,Spirit Scripture and Theology; A Pentecostal Perspective(Baguio, Philippines: Asia Pasific Theological Seminary Press, 1995), p. iii
“Spiritual
phenomena, such as divine healing, 5
melakukan
power
show
tersebut.
dianggap
Bloesch mengatakan:
lebih
pemberitaan
Pentecostalism also needs to be wary of spiritual sensualism, the search for higher experiences of the divine. When signs and wonders become the principal focus of ministry, faith begins to erode. Although faith involves feeling, our mandate is not to cultivate feelings but to grow in faith. Faith itself is an experience but one that is not accessible to psychological observation.5
penting
Firman
daripada
Tuhan,
maka
sesungguhnya iman yang sejati sudah tidak ada lagi. Segala bentuk fenomena atau perilaku dalam lawatan ilahi tersebut hanya dapat menjadi parameter iman secara pribadi. Parameter itu tidak dapat digunakan kepada orang lain, atau bahkan
untuk
memotivasi
orang
tersebut. Pemikiran dasarnya adalah, bahwa pengalaman rohani hanya untuk
Pentakostalisme
harusmewaspadai
menstimulasi kehidupan rohani orang
terjadinya sensaional rohani, pencarian
yang mengalaminya.
pengalaman yang lebih tinggi secara
Sementara itu, David du Plessis,
supranatural. Ketika bukti dan tanda-
seperti yang dikutip oleh Donald G.
tanda ajaib menjadi fokus utama dari pelayanan,
iman
menjadi
Bloesch mengatakan:
terkikis.
Pentecostals that we are in dangerous heresy when we speak of “shaking, trembling, falling, dancing, clapping, shouting, and such actions as manifestations of the Holy Spirit. These are purely human reactions to the power of the Holy Spirit and frequently hinder more than help to bring forth genuine manifestations.6
Meskipun iman melibatkan perasaan, mandat
kita
bukan
untuk
mengembangbiakkan perasaan tetapi menumbuhkan iman. Iman itu sendiri adalah pengalaman tetapi tidak bisa dikaitkan dengan pengamatan secara psikologis. Pengalaman bentuknya, pengalaman
rohani,
adalah rohani
Pernyataan
apapun
penting.
pengalaman
dengan
Sang
Pemberi
itu
sendiri
melalui
oleh seseorang yang dilawat oleh Roh Kudus seperti yang disebutkannya, tidak dapat dikatakan sebagai bidat, akan tetapi jangan sampai emosi yang
pengenalan dan pemahaman Alkitab. Karena
ketika
pengalaman
Plessis
benar, dalam arti ciri-ciri yang dialami
tidak
boleh (bisa) menggantikan pengenalan seseorang
du
memang tidalk sepenuhnya dianggap
Tetapi
sejatinya
David
muncul dalam diri seseorang justru
rohani
menghalangi manifestasi Roh Kudus 5
Donald G. Bloesch.The Holy Spirit; Works and Gifts. (Illinois: Inter-Varsity Press, 2000), p.200.
6
6
Ibid., p.202
yang sesungguhnya. Sehingga orang
Jadi,harus ada sebuah pijakan
percaya harus dapat memahami dan
yang jelas dalam kerangka teologi
membedakan
dan
Pentakosta, sekalipun itu berorientasi
pengalaman rohani adalah dua hal yang
pada pengalaman karismatik, untuk
berbeda, sekalipun keduanya berkaitan
tidak
dengan keadaan jiwa seseorang.
stigma fenomena emosional belaka.
bahwa
emosi
menggeneralisirnya
pengalaman
dengan
Stronstad lebih lanjut mengatakan:
Lewat
rohani
sebuah
To include charismatic experience as one element in Pentecostal hermeneutics is not to open a Pandora’s box of subjectivism or emotionalism. On the one hand, the objective reality of the Bible remains inviolate. On the other hand, though they are in one sense inseparable, experience and emotion are not identical. Though it may or may not be expressed in emotional terms, charismatic experience is a spiritual reality and not an emotion. The fact that some Pentecostals have sometimes sought the experience for the sake of the emotion and that some nonPentecostals have rejected the experience because of the emotionalism must not be allowed to prejudice anyone against this spiritual experience.7
teologi terbentuk oleh para penulis Alkitab. Karena melalui pengalamanlah para
penulis
pengenalan
tersebut
terhadap
memiliki
Allah
yang
menyatakan diriNya kepada mereka. Dan lewat pengalaman mereka berbagai konsep tentang Allah dirumuskan, yang dalam
bentuk
selanjutnya
dikenal
dengan istilah teologi. Ini seharusnya menjadi landasan berpikir, bahwa Allah sebagai pemikir utama dari seluruh konsep teologi yang muncul dalam Alkitab, yang menyatakan kuasaNya secara dinamis. DASAR ALKITABIAH
Stronstad
melihat
pengalaman Perkara lawatan Allah yang disertai
karismatis yang disertakan dalam pola
dengan fenomena tumbang dalam roh,
hermeneutik kaum Pentakosta akan membawa subyektivisme
tendensi atau
ke
yang seharusnya dipahami, merupakan
arah
pengalaman orisinil yang dikerjakan
emosionalisme.
oleh kuasa Allah. Tumbang dalam roh
Namun perlu digarisbawahi, bahwa
merupakan efek dari penyataan atau
pengalaman dan emosi tidaklah identik,
kehadiran serta lawatan Allah pada
sehingga sebuah pengalaman karismatis
seseorang
tidaklah harus diartikan sebagai sebuah
atau
kelompok
pada
zamannya. Perkara itu tentunya bersifat
perihal emosional.
subyektif, sebuah pengalaman yang 7
tidak bisa begitu saja dijadikan norma,
Stronstad, Op.cit., ps. 72-73
7
untuk mencari titik aktual pada zaman
kini berkaitan dengan tumbang dalam
gereja masa kini. Namun, yang harus
roh. Biasanya perkara itu dikaitkan
diperjelas di sini adalah, teologi tidak
dengan beberapa sikap yang dilakukan
hanya sekadar mencontoh secara kaku
oleh
setiap perkara dalam Alkitab untuk
lawatan Allah, atau bertemu dengan
mendapatkan “berkat” yang sama pada
Tuhan secara adi kodrati. Sikap tersebut
masa
beragam,
itu,
melainkan
memahami
orang-orang
ada
yang
yang
mendapat
sujud,
jatuh
substansi dari peristiwa itu dalam
tergeletak, bahkan hingga pingsan. Ada
bingkai Alkitab sebagai firman Allah.
yang sadar, ada pula yang tidak
Harus diakui, tidak ada ayat primer
sadarkan diri hingga ia terbangun.
yang menjelaskan fenomena tumbang
Namun semua keadaan tersebut terjadi
dalam roh sebagai bentuk gamblang
dalam narasi Alkitab yang tidak bisa
merefleksikan lawatan Allah. Namun,
serta-merta digeneralisir dengan situasi
bukan berarti pendekatan yang tersisa
sekarang ini.
adalah
pendekatan
belaka,
Dalam 2 Tawarikh 5:14, “Sehingga
sehingga mengecap pantas jika terjadi
imam-imam itu tidak tahan berdiri
banyak
untuk
perdebatan
filosofi
di
sana-sini.
menyelenggarakan
kebaktian
Memang, idealnya teologi dibangun
oleh karena awan itu, sebab kemuliaan
atas dasar teks-teks yang primer, bukan
TUHAN memenuhi rumah Allah.”
yang
karenamembuka
Peristiwa ini terjadi ketika kemuliaan
pemahaman yang multi-tafsir. Ketika
Tuhan memenuhi bait Allah yang baru
pemahaman dengan dasar teks sekunder
saja
digunakan,
nuansa
dahsayat itu mengakibatkan orang-
dogmatif akan jauh lebih lebar terjadi
orang yang hadir tidak mampu berdiri
dibandingkan
lagi
sekunder
membangun
maka
peluang
dengan asas
teologis.
usaha
ditahbiskan.
di
hadapan
Kemuliaan
Tuhan
yang
Allah.
Pengertian frasa “tidak tahan berdiri
Tetapi,
sekali lagi harus ditekankan, bahwa
lagi”
teologi tidak hanya terpaku pada teks-
“tumbang” oleh kehadiran kuasa Allah.
teks primer, karena dengan demikian
Tidak dijelaskan lebih lanjut apa yang
tidak lagi membutuhkan sebuah kajian
mereka
dan investigasi yang mendalam.
hadirat Allah memenuhi tempat itu.
Ada
beberapa
seringkalidigunakan
dipandang
lakukan
sebagai
ketika
indikasi
kehebatan
nats
yang
Namun, hal tersebut dipandang sebagai
sebagai
dasar,
paradigma, di mana mereka telah
bahkan pijakan argumentatifpada masa 8
memiliki pemahaman yang mendasar
digeneralisir
atas kehadiran Allah.
Mungkin kutipan dari ucapan Yesus
dari buahnya seseorang itu dikenal.
dalam Daniel 10:7-9, Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi; demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. Lalu kudengar suara ucapannya, dan ketika aku mendengar suara ucapannya itu, jatuh pingsanlah aku tertelungkup dengan mukaku ke tanah.
Orang yang mengalami kehadiran Allah secara
kekuatan,
adalah
sehingga
19:23-24, Lalu pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. Iapun menanggalkan pakaiannya, dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang berkata: "Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?
kehilangan
Daniel terjatuh
Saul pun menjadi saksi kehebatan
fenomena tumbang dalam roh.
hadirat Allah, yang mengakibatkan ia
Pengertian “tumbang dalam roh”
rebah sepanjang hari dan malam. Pola
peristiwa
ini setidaknya bukan terjadi pada
karena
kesempatan yang sama, sehingga yang
pengaruh rohani, yaitu kehadiran Allah,
satu hanya mengikuti tren yang lainnya.
atau
Namun, peristiwa itu semua terjadi
jatuhnya
sebagai
akan
adalah kepenuhan Saul dalam 1 Samuel
tidak perlu diragukan lagi sebagai
dipahami
tentunya
Peristiwa lain yang dijadikan dasar
pingsan akibatnya. Kejadian tersebut
harus
manifestasi
berdampak dalam kehidupannya.
Efek yang nyata dari kehadiran tersebut
formulatif.
masih relevan dalam kasus ini, bahwa
Hal yang lebih dahsyat terjadi
Allah
secara
seseorang
oleh
manifestasi
kemuliaanNya
kuasa yang
dan dahsyat.
bukan
karena
sebuah
Bagaimana dengan pengaruh psikologis
melainkan
seseorang? Kita tidak berkompetensi
kedahsyatan hadirat Allah.
efek
paradigma,
langsung
dari
untuk menghakimi setiap peristiwa
Beberapa ayat yang ditunjukkan
subyektif yang terjadi sebagai akibat
merupakan ekspresi dari kesadaran
dari pekerjaan Roh Allah yang unik dan
akan
beragam,
sehingga
serta
tidak
mampu 9
dampak
dari
mereka
hadirat
Allah,
berinisiatif untuk
menundukkan
diri.
dalam
tersebut, entah dalam kesadaran atau
Yehezkiel 1:28, di mana Yehezkiel
tidak, sebagai dampak atas kehadiran
secara sadar melakukan sujud demi
kuasa yang lebih besar atas dirinya.
melihat
Tuhan.
Paulus tumbang dalam roh, sebagai
Begitu pula yang ditunjukkan dalam
efek langsung dari perjumpaan pribadi
Matius 17:5-6, ketika Yesus selesai
dengan Tuhan Yesus, yang nota bene
dibaptis, dan terdengar suara dari balik
adalah Allah yang Maha Kuasa.
gambar
Seperti
kemuliaan
awan, maka mereka menjadi ketakutan
Beberapa
peristiwa
yang
dan tersungkurlah. Tindakan sekadar
ditunjukkan lewat nats-nats di atas
bersujud
menunjukkan bahwa peristiwa tumbang
atau
mengagungkan
tersungkur kebesaran
demi Tuhan
dalam
roh
merupakan
salah
satu
belumlah bisa dikategorikan dalam
manifestasi yang terjadi kala seseorang
peristiwa tumbang dalam roh. Karena
memperoleh lawatan Allah. Kita tidak
dalam
tersungkur,
sedang membuat pemindahan kasus,
seseorang memiliki tingkat kesadaran
dari Alkitab ke pada kehidupan gereja
dalam melakukan apa yang sepatutnya
saat ini tanpa alasan yang bersifat
dilakukan. Tentunya, hal ini berbeda
teologis.
dengan konsep seorang yang tumbang
teks
dalam roh.
terhadap fenomena tumbang dalam roh
hal
sujud
dan
Alasan-alasan
tersebut
sebagai
penggunaan dukungan
Di dalam Perjanjian Baru ada satu
bukanlah untuk melegalisasi fenomena
peristiwa yang terjadi mengenai hal
itu sendiri. Pencarian teks-teks yang
tumbang dalam roh ini. Kisah itu adalah
menunjukkan perilaku atau fenomena
mengenai perjumpaan Paulus dengan
tumbang
Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik
menunjukkan esensi dari kehadiran
(Kis 9:4). Di kisah ini dijelaskan Paulus
Allah yang bersifat mutlak dalam
“rebah ke tanah” ketika mengalami
Alkitab. Pekerjaan Allah tidak bisa
perjumpaan
Dalam
dibatasi oleh konteks zaman dalam
Alkitab terjemahan New International
Alkitab yang seakan sudah usang,
Version (NIV) dan New American
namun bertumpu pada sifat Alkitab
Standard (NAS), keduanya sama-sama
yang senantiasa aktual dalam segala
menggunakan istilah “He fell to the
zaman.
dengan
Yesus.
dalam
roh
semata-mata
yang
Penekanannya di sini bukanlah pada
terjadi atas Paulus saat itu. Artinya,
bagaimana peristiwa atau fenomena
Paulus memang mengalami manifestasi
tersebut harus terjadi pada zaman
ground”
untuk
menunjukkan
10
sekarang ini, melainkan pada kenyataan
yang terjadi di dunia modern adalah
bahwa
pemutar-balikkan
kehadiran
Allah
senantiasa
nilai.
Pendekatan
membawa efek dan dampak kepada
yang digunakan menjadi bias. Tidak
umatNya. Manifestasi kehadiran Allah
sedikit
yang penuh dengan atribusi keilahian
tumbang dalam roh, atau berbagai
tidak akan mampu membuat manusia
ekspresi lainnya, merupakan legalitas
bertahan dalam posisinya. Efeknya, ada
rohani.
yang terjatuh, tergeletak, dan pingsan
penekanan pada makna biblikal dari
oleh karena kedahsyatan Allah. Jadi,
setiap fenomena yang muncul dalam
kita tidak akan ikut-ikutan terjatuh
Alkitab.
seperti yang terjadi dalam Alkitab,
pengalaman
namun memberikan ruang bagi Allah
menggairahkan, sehingga setiap kali
untuk bermanifestasi seperti apa pun
muncul harus ditentukan polanya.
yang
dapat
diekspresikan
gereja
Gereja
berpikir
fenomena
kurang
memberi
Dianggapnya,
inilah
kerohanian
yang
Yang terjadi adalah, orang lebih
orang
menganggap mereka yang seringkali
tersebut. Tumbang dalam roh merupakan
bermanifestasi dan mengalami lawatan
fenomena yang biasa dan wajar terjadi
Allah berada pada tingkat kerohanian
dalam konteks Perjanjian Lama ketika
yang jauh lebih dari yang tidak
mereka
bukan
bermanifestasi. Memperoleh lawatan
disebabkan oleh faktor-faktor manusia
Allah pada akhirnya menjadi stigma
ataupun psikologis, melainkan efek dari
yang tidak mencerminkan esensi dari
kedahsyatan atau kemuliaan kehadiran
lawatan Allah itu sendiri. Orang lebih
Allah. Tumbang dalam roh tidak harus
suka
dimaknai seperti apa seharusnya terjadi,
rohani, sehingga mengejar berbagai
melainkan semata-mata ekspresi dari
fenomena tanpa mengalami Allah. Ini
keterbatasan secara manusia, yang tidak
ironi yang terjadi dalam gereja masa
lepas dari pembawaan psikologis orang
kini, bahwa orang jauh lebih ingin
tersebut.
memiliki
beribadah.
Hal
itu
teridentifikasi
“baik”
bentuk-bentuk
secara
legalisme
secara rohani dibandingkan mengalami FENOMENA DALAM GEREJA SAAT INI
kehadiran itu sendiri. Dalam sebuah altar call acara
Tumbang dalam roh seringkali
gerejawi, pada saat sesi mendoakan
dimaknai berbeda dari konteks asal dan
(didoakan) ada banyak orang yang akan
awalnya di zaman Alkitab. Seringkali
tumbang. 11
Fenomena
atau
perilaku
tersebut bisa saja tidak memiliki dasar
tinggi. Tentunya, perilaku seperti itu
bangunan
akan
yang
kuat,
tetapi
yang
memunculkan
stigma
penting bagi seseorang adalah kesan
pentakostalisme yang tidak memiliki
yang ditinggalkannya. Ada banyak
dasar kajian teologi yang sehat. Munculnya
faktor yang terjadi ketika mendoakan
reaksi
atau
respon
sebuah altar call sebagian besar mereka
terhadap fenomena tumbang dalam roh
tumbang. Tidak menutup kemungkinan
banyak bersifat negatif. Hal tersebut
di
sunguh-sungguh
tidak bisa dipungkiri karena rendahnya
mengalami lawatan Allah. Namun ada
rekonstruksi teologi Pentakosta yang
juga yang tumbang oleh karena ikut-
jelas dan ilmiah. Tidak sedikit yang
ikutan, demi sebuah legalitas rohani.
menganggapnya
antara
Atau,
mereka
tidak
“nyaman”
sedikit
dengan
yang dorongan
sebagai
bentuk
penyesatan di akhir zaman.
merasa yang
8
Bahkan
minimnya pembahasan tumbang dalam
membuatnya terjatuh. Yang terpenting
roh
adalah, bagaimana caranya bisa jatuh,
kesalahan dalam memahami konteks
karena ada nilai atau kesan rohani
Alkitab
dalam
Alih-alih
peristiwa
seseorang
yang
“jatuh.” Pemberian kesan rohani seringkali
seringkali
atau
dianggap
kesalahan
tumbang
penafsiran.
dalam
kepenuhan
Roh
Kudus
seharusnya
memberikan
terjadi pada fenomena pentakostalisme.
penguasaan diri yang kuat.
Bukan
diungkapkan
berarti
apa
yang
terjadi
karena
sebagai
roh, justru dampak
9
Hal ini
menganggap
merupakan ekses yang tanpa dasar
tumbang dalam roh sebagai ekses dari
teologis. Hanya saja, harus disadari
kepenuhan Roh Kudus yang membuat
munculnya keinginan-keinginan daging
orang tersebut kehilangan kendali, atau
yang dibalut oleh euforia nilai-nilai
di luar kesadaran. Istilah yang kerap
rohani
digunakan adalah trance atau ecstasy.
terhadap
diri.
Pengetahuan
jemaat yang kurang mendalam, atau pengajaran
yang
memang
Fenomena yang kerap kali terjadi
kurang
pada orang yang kepenuhan roh adalah
mendasar kerap membuat jemaat Tuhan
terjadinya ekstasis (Inggris: trance).
melakukan fenomena dalam Alkitab
Perilaku ini sepertinya mirip dengan
bukan pada porsi yang Alkitabiah.
kebiasaan agama penyembah berhala,
Mereka melakukannya hanya pada taraf keinginan-keinginan
daging
8
semata,
www.gotquestions.org/Indonesia www.golgothaministry.org/kharismatik/ kharismatik_09.htm 9
agar memperoleh penilaian rohani yang 12
yang kental dengan berbagai ritual
dimana
dengan nuansa trance. Istilah trance
seseorang terhadap hal- hal lain, supaya
dalam bahasa Inggris berarti“keadaan
orang itu bisa berkonsentrasi secara
yang tidak sadarkan diri”, sementara
khusus hanya terhadap diri Allah dan
dalam Yunani kata yang digunakan
apa yang akan Allah berikan kepadanya
adalah ekstasis, yang selanjutnya dalam
entah dalam bentuk penyataan firman,
bahasa
atau pengelihatan.
Inggris
muncul
ecstasy.
terjadi
Pentakosta
dalam atau
menutup
kesadaran
Jadi, pemahaman yang benar atas
Sepertinya, kepenuhan Roh Kudus yang sering
Allah
perilaku
kalangan
yang
manifestasi
Karismatik
muncul
pekerjaan
sebagai
Roh
Kudus
menunjukkan perilaku yang di luar
dalam hidup orang percaya tidak dapat
kesadaran manusia. Hal ini akan sangat
dibatasi
berbahaya, di mana iblis akan dengan
Pemahaman itu harus muncul dari
mudah merasuk dan mengambil kontrol
konteks dan perspektif Alkitab sehingga
atas manusia yang telah kehilangan
tidak melihat pekerjaan Tuhan dalam
kontrol atas dirinya sendiri.
nuansa
oleh
pemahaman
yang
sempit
sepihak.
dan
picik.
Namun, tidak demikian pengertian
Pemahaman ekstasis dalam konteks
ecstasy dalam konteks Alkitab. W.E.
kepenuhan Roh Kudus akan dimengerti
Vine dalam An Expository Dictionary
sebagai cara Allah untuk menyatakan
of
Words
sesuatu kepada orang tersebut, agar
mengartikannya: "a condition in which
orang yang mengalami ekstasis hanya
ordinary
terkonsentrasi kepada Allah saja.
New
Testament
consciousness
and
the
Berbagai pengalaman rohani yang
perception of natural circumstances were withheld, and the soul was
muncul
susceptible only to the vision imparted
pekerjaan Roh Kudus harus terlebih
by
dahulu diuji oleh kebenaran firman
God.”
Artinya,
suatu
dalam
kaitannya
kondisi/keadaan di mana kesadaran dan
Tuhan,
pengelihatan/daya
memahami
yang
rohani hendaknya tidak menggantikan
normal
keadaan
alamiah
kedudukan Alkitab dalam kehidupan
terhadap
yaitu
dengan
Alkitab.Pengalaman
ditahan atau disembunyikan, dan jiwa
sehari-hari, juga
orang itu hanya terbuka dan bisa
sebuah
menerima pengelihatan yang diberikan
sebuah keharusan yang pada akhirnya
oleh Allah.Dengan kata lain, ecstasy
justru akan menjadi sebuah berhala
hanya
baru
merupakan
suatu
keadaan 13
kebutuhan
dalam
bukan
merupakan
bahkan
kekristenan.
menjadi
Namun,
hendaknya orang percaya bertumbuh
bahwa Alkitab adalah kebenaran yang
dalam kebenaran Firman Tuhan dan
mutlak dan berlaku sepanjang zaman,
mengijinkan
yang
maka fenomena apa pun yang terjadi
menentukan apa yang harus dinikmati
dalam konteks lawatan Allah tidak
sebagai sebuah pengalaman rohani
harus diabaikan begitu saja. Sekalipun
sesuai dengan tingkat kematangan iman
muncul kecenderungan negatif dari
masing-masing orang tersebut, tanpa
beberapa kalangan atau pribadi, bukan
harus menggenalisir pengalaman itu
berarti keabsahan fenomena itu harus
pada tataran dogmatika yang mutlak.
dianulir oleh karena ekses subyektif
Tuhan
sendiri
yang dilakukan oleh orang-orang yang KESIMPULAN Peristiwa
tumbang
tidak bertanggung jawab. Sejatinya, apa
dalam
roh
pun bentuk dari manifestasi yang Allah
bukanlah sesuatu yang mengingkari
lakukan,
perilaku Alkitabiah pada hakikatnya. Peristiwa
tumbang
merupakan dipahami
perilaku secara
dalam
harus
subyektif
tanpa
yang
kontra
kebenaran
Alkitab.
Dengan
terhadap kesungguhan perilaku dari sungguhnya seseorang yang mengalami pengalaman lawatan Allah tersebut.
terhadap
Orang yang sungguh mengalami
hanya
lawatan
melihat atau memiliki data sejarah sebagai fenomena
data
sekunder
kepenuhan
Roh,
dalam
ikutan tidak harus menjadi parameter
pengajaran-pengajaran produktif
sahih
pada orang yang meniru atau ikut-
melakukan upaya generalisasi, sehingga memunculkan
selalu
penilaian Allah. Kesalahan yang terjadi
roh
yang
itu
Allah
dengan
manifestasi
tumbang dalam roh idealnya harus
terhadap
mengalami
bukan
perubahan
di dalam hidupnya. Hal ini didorong
berarti gereja tidak dapat melakukan
oleh karena pertobatan sejati kepada
aktualisasi teologis terhadap perilaku
Allah. Lawatan Allah tidak hanya untuk
yang muncul pada masa kini. Sejarah
kepuasan daging semata, sekalipun
dalam Alkitab bisa merupakan preseden
terjadi dalam kemasan yang sepertinya
bagi fenomena di zaman kontemporer.
rohani. Inti dan esensi dari sebuah
Kepenuhan Roh Kudus dengan
lawatan adalah pekerjaan Allah dalam
manfestasi tumbang bukanlah sesuatu
diri orang tersebut, agar dapat mencapai
yang harus ditinggalkan pada masa
kepenuhan secara utuh dalam Tuhan.
Alkitab saja. Dengan kerangka berpikir
14
Bibliography Bloesch, Donald G.The Holy Spirit; Works and Gifts, Illinois: Inter-Varsity Press, 2000 Epp, Theodore H.The Other Comforter; Practical Studies on The Holy Spirit, Nebraska: Back to the Bible Broadcast, 1966 Stronstad,Roger.Spirit Scripture and Theology; A Pentecostal Perspective (Baguio, Philippines: Asia Pasific Theological Seminary Press, 1995), p. iii “Warta Bethany” edisi no. 30 www.gotquestions.org/Indonesia http://www.golgothaministry.org/kharismatik/kharismatik_09.htm
15