Menyembah Dalam “roh” Dan “kebenaran” NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
“Alaha itu ROH dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yokhanan 4:24)
Ayat Yokhanan 4:24 merupakan satu topik pembicaraan yang sangat banyak diangkat oleh para pengkotbah Kristen dengan persfektif tafsirnya masing-masing sehingga menimbulkan banyak sekali persepsi terhadap ayat ini dan membuat banyak orang tidak bisa memastikan apa maksud konteks pembicaraan Maran Yeshua dengan wanita Samaria ini.
Bila kita melihat keseluruhan kitab Injil Mar Yokhanan ini jelas terlihat bahwa seluruhnya membicarakan sosok Yeshua sang Miltha yang adalah Alaha itu sendiri turun ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa. Penegasan karya tulis ini ditujukan melawan keyakinan Gnostikisme di Efesus, Shliak Mar Yokhanan meyakini bahwa Anak Alaha yang menjelma menjadi Anak manusia itu sesungguhnya adalah Alaha Sejati yang sehakikat dengan sang Bapa dan sang Roh Kudus, sebab Anak Alaha (Miltha) itu keluar dari Bapa (Yokhanan 1:18) dan Roh Kudus juga keluar dari Bapa (Yokhanan 15:26). Alaha Tiga Aspek Kudus dan Tak Terbagi itu jelas disebutkan korelasinya satu sama lain sehingga ini juga melawan keyakinan konsep Unitarianisme yang melihat hanya Sosok Alaha sang Bapa saja yang adalah Adonai dan Alaha, sementara Yeshua dilihat hanya sebagai d’Panim (wajah-wajah Elohim, yaitu berbagai perwujudan Ilahi dalam berbagai sosok penampakan sementara) dan Roh Kudus dilihat hanya sebagai daya aktif Ilahi saja. Itulah sebabnya penulis Injil Yokhanan menyebut posisi Keilahian Yeshua dari atas turun ke bawah (konsep teologi sekolah pemikiran Alexandria) bahwa Yeshua adalah Alaha sang “Ehyeh Asher Ehyeh” (YHWH) itu sendiri dengan menyebutkan ucapan
Page 2- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Yeshua: “Akulah ada . . .” atau “Aku adalah . . .” (Yunani: “Ego Eimi . . .”). Yeshua adalah Yah itu sendiri, sebagai Yahweh yang dikenal dan disembah bangsa Israel. Itulah sebabnya Yeshua berkata “Aku dan Bapa adalah SATU” (Yokhanan 10:30). Begitu juga, Roh Kudus itu keluar dari sang Bapa (Yokhanan 15:26) yang sehakikat dengan sang Bapa itu sendiri dalam Keilahian-Nya.
Konteks inilah yang menjiwai pembicaraan antara Maran Yeshua dengan wanita Samaria saat mereka berdialog di sumur Ya’akov di daerah Sikhar kota orang Samaria. Samaria adalah ibu kota Kerajaan Israel Utara sejak raja Omri (1 Raja – raja 16:24) yang tahun 722 SM ditaklukkan kerajaan Asyur (2 Raja-raja 17:5), akibatnya penduduk bercampur dengan Bangsa-bangsa lain dan ini mempengaruhi keagamaan mereka (2 Raja-raja 17:24-41). Lokasi populasi mereka ini ada di Galilea Utara dan Yudea bagian Selatan. Pusat penyembahan orang Samaria di gunung Gerizim (Yoshua 8:33) sesuai pertama kali Mezbah Batu dibuat oleh Yoshua setelah mereka tiba di tanah Perjanjian. Orang Samaria tidak mengakui Yerusalem sebagai tempat beribadah utama, mereka mendirikan pusat peribadtan di Gunung Gerizim atau wilayah Sikhem dan tempat ibadah ini dibangun sebelum tahun 128 M., ketika dihancurkan oleh Yokhanan Hirkanus dari dinasti Hasmonean. Dalam kisah perjumpaan Yeshua dengan perempuan Samaria, Yokhanan membubuhkan catatan, "Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria." Ternyata perseteruan mereka ini punya sejarah yang panjang.
Samaria mengacu pada nama ibukota Kerajaan-Utara Israel sejak zaman Omri (1 Raj. 16:24). Kota ini diduduki pasukan Asyur pada 721 SM, dan sekitar 27 ribu orang dari golongan penguasa dan tukang yang cakap diangkut dari Asyur untuk tinggal di situ (2 Raj. 17:24). Pendatang baru inilah yang diangkat sebagai pemimpin. Mereka diharapkan akan loyal karena merasa berutang budi, sehingga tercipta situasi yang stabil dan damai. Jelasnya Orang Samaria adalah kaum Yahudi campuran di mata orang Yahudi Pembuangan, kendatipun Yahudi di Yerusalem juga banyak yang kawin campur dengan suku bangsa lain juga saat di Pembuangan. Persoalannya, orang-orang dari Pembuangan sudah menerima pendidikan khusus dari para Rabbi dan berusaha menguasai keagamaan Israel. Saat wanita Samaria bertemu dengan Yeshua ditegaskan beberapa poin sebagai berikut:
1. Penyembahan tidak lagi dipusatkan di gunung Gerizim yang dianggap sakral bagi kaum Yahudi Samaria, dan juga tidak lagi di Yerusalem. (Ayat 21) 2. Keselamatan datang dari kaum Yahudi. (Ayat 22) 3. Menyembah Alaha dengan ‘roh’ dan ‘kebenaran.’
Page 3- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Tiga poin ini menjelaskan bahwa Dispensasi Israel Lama telah berakhir dengan Kedatangan ha–Mashiakh yang ditunggu-tunggu bangsa Israel (Israel Utara dan Yehuda di Selatan). Penyembahan tidak lagi dilakukan melalui persembahan primitif melalui korban-korban binatang yang dipersembahkan di mezbah oleh Iman Harun-Lewi.
Persembahan Dispensasi Perjanjian Baru dilakukan satu kali untuk semuanya, yakni melalui Anak Alaha yang menjadi “Anak Domba yang menghapus dosa semua umat manusia” (Yokhanan 1:29), yang sekaligus dilayankan oleh Kohen Ha-Gaddol (Imam Besar) yang benar, yakni Yeshua ha-Mashiakh ben Elohim yang adalah Imam Melkisedek yang bertemu dengan Abraham (Kejadian 14:18). Dia menggantikan Imam Jahat Bait Suci Ke-2 (Kohen Harasha) sebagai Imam Melkisedek (Ibrani, pasal 7 & 8). Itulah sebabnya Maran Yeshua berkata: “Rombak Bait Alaha ini, dalam Tiga Hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yokhanan 2:10). Kenyataannya secara fisik dan historis, Bait Suci Herodes ini dihancurkan oleh jenderal Titus pada tahun 70 M., sesuai dengan nubuatan Yeshua “…semuanya akan diruntuhkan.” (Mattai 24:1-2). Dalam misi Perjanjian Baru Bait Suci tidak lagi difokuskan kepada Bait Suci yang terbuat dari batu, logam, tanah, kayu, dll., tetapi dalam Tubuh Kemanusiaan Yeshua dan kita semua umat manusia yang tak bisa lagi menjadi sarang kejahatan dan tidak bisa dihancurkan oleh tangan manusia. Rasul Yokhanan mencatat:
“…Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Alaha ialah Tubuh-Nya sendiri.”(Yokhanan 2:21).
Kemudian pernyataan ini diteguhkan kembali dalam Kitab Wahyu yang dilihat oleh Shliakh Mar Yokhanan: “Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Alaha, Maran Maha Kuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu.” (Wahyu 21:22). Shliakh Mar Saul juga menegaskan:
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Alaha dan bawah Roh Alaha diam di dalam kamu.” (1 Korintus 3:16)
Dengan demikian tegas kita tahu bahwa pusat Ibadat Israel telah dipindahkan semuanya, tidak lagi di gunung Gerizim bagi Yahudi Samaria, tidak juga di Yerusalem bagi Yahudi Yehuda Pembuangan Babilonia, TETAPI dalam diri Yeshua sebagai Alaha itu sendiri dalam Kemanusiaan-Nya yang mengambil kemanusiaan melalui Miriam yang juga adalah kemanusiaan semua umat manusia.
Alaha tidak lagi bershekinah (hadir) dalam Ruangan Maha Suci dari Bait Suci yang terbuat dari benda-benda logam, batu, pasir, tanah dll., tetapi dalam diri Kemanusiaan Page 4- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Yeshua yang dipenuh dengan kehadiran Alaha sepenuhnya. (Yokhanan 3:34) Kehadiran Alaha ini juga dihadirkan oleh Roh Kudus dalam diri manusia yang percayat kepada-Nya (1 Korintus 6:19). Alaha tidak lagi dibatasi oleh wilayah geografis, tetapi sebagaimana dikatakan dalam Injil Thomas:
Yeshua berkata, “Inilah Aku yang adalah Terang yang berada di atas segalanya. Inilah Aku yang adalah Segalanya. Dari-Ku Semua berasal, dan kepada-Ku Semua tersebar. Belahlah kayu, dan Aku ada di sana. Angkatlah batu, dan kamu akan menemukan-Ku di sana.” (Injil Thomas logia 36) Di sini kita jelas mengetahui bahwa Kehadiran Alaha itu di mana saja (tetapi bukan berarti Alaha ada dalam segala sesuatu seperti keyakinan Pantheisme, tetapi Kemahahadiran Alaha tidak bisa dibatasi oleh apapun!). Itulah sebabnya dikatakan oleh Nabi Malekahi:
Sebab dari terbitnya sampai terbenamnya matahari Nama-Ku besar di antara bangsabangsa, dan di setiap tempat persembahan-persembahan dipersembahkan bagi NamaKu dan juga korban-korban hunjukan yang tahir; sebab nama-Ku besar diantara bangsabangsa, sabda Mar-Yah Alaha semesta Alam. “(Malaekahi 1:11). Di sini disebutkan DI SETIAP TEMPAT sehingga tidak ada lagi pembatasan LOKASI PERIBADATAN seperti dalam sistem Torah keimamatan Harun yang menetapkan Yerusalem sebagai pusat tempat peribadatan kepada Alaha atau gunung Gerizim dalam pandangan kaum Yahudi Samaria.
Selanjutnya Maran Yeshua menegaskan kepada Murid-murid-Nya pada waktu itu yang membentuk Jemaat Rasuli, dikatakan: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mattai 18:20).
Penegasan Maran Yeshua kepada wanita Samaria secara implisit menjelaskan kepadanya bahwa sistem Keimamatan Harun-Lewi menurut Torah Musa segera akan berakhir di tangan Yeshua menggantikan Keimamatan Lewi – Harun dengan Keimamatan Melkisedek dalam diri-Nya sendiri sehingga “Jika Imamat berubah, dengan sendirinya berubah pula Torah itu.” (Ibrani 7:12). Yeshua bukan keturunan Harun-Lewi, melainkan dari suku Yehuda, sedangnkan dalam Torah Musa tidak disebutkan tentang keimamatan Yehuda, tetapi Alaha sendiri telah bersumpah bahwa keturunan Daud akan menjadi Imam Melkisedek selama-lamanya (Mazmur 110:4; Ibrani 7:17), maka Torah Musa dalam Perjanjian Sinai telah menjadi tua, dan apa yang telah menjadi tua dan usang (kadaluarsa), telah dekat kepada kemusnahannya. (Ibrani 8:13) Dan setelah Yeshua disalibkan, mati dan bangkit pada hari ketiga. Torah Musa – Perjanjian Sinai dimusnahkan. Page 5- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Itulah sebabnya Shliakh Mar Saul berkata:
2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 2:15 sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah mebghapuskan Torah (Torah Keimamatan bukan Torah Moral) dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Alaha oleh SALIB (“Salib” menunjuk sistem keimamatan yang terkait kepada korbankorban di bait Suci dalam keimamatan tribalisme Israel yang dipusatkan di Yerusalem ataupun di Gerizim), dengan melenyapkan perseteruan pada SALIB itu.
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa melalui korban Yeshua sebagai Anak Domba Alaha di mezbah Salib di Golgota akan mengakhiri PERSETERUAN antara Yahudi Babiblonia dan Yahudi Samaria, kedua tempat peribadatan itu dilenyapkan selamalamanya. Bahkan tidak hanya kedua kelompok Yahudi dipersatukan tetapi juga kaum Goyim seluruh dunia sama sejajar dengan kaum Yehudim di mata Alaha. SALIB meruntuhkan keimamatan Torah Musa yang mengkotak-kotakkan antara Yehudim dan Bangsa-bangsa, pada hal semua manusia adalah keturunan Adam-Hawa, dan seterusnya Nuh melalui keturunan Shem, Ham dan Yafet. Keimamatan Musa adalah Keimamatan TRIBALISME (Kesukuan) sekarang dalam sistem keimamatan Melkisedek merupakan Keimamatan Sejagat (Universal = Katolik) tidak ada lagi perbedaan Yehudim dan Goyim semua satu dalam Mshikha. (Roma 10:12) Dan juga Maran Yeshua menegaskan bahwa:
… Keselamatan (Hidup) itu datang dari bangsa Yahudi.” (Yokhanan 4:22) Di sini Ia tidak membedakan antara Yehudim Babilonia dan Yehudim Samaria, di sini Ia menyatakan bahwa Keselamatan itu adalah melalui diri-Nya sendiri sebagai sang Juruselamat itu (Juruselamat = Yahweh atau YAH), yang disebutkan dalam Yokhanan 14:6 bahwa Yeshua adalah Jalan Kebenaran dan Hidup …
Oleh karena itu, pada kesimpulan pembicaraan Yeshua dengan wanita Samaria dikatakan: “Alaha itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh, dan kebenaran.” (Yokhanan 4:24).
Arti dari ayat ini, bukan lagi di Bait Suci yang terbuat dari batu, logam, kayu di mana umat datang menyembah-Nya dan tidak ada lagi pembatasa lokasi entahkah itu di Yerusalem maupun di Gerizim, di mana saja Nama Alaha dipanggil di situ Dia hadir. Mengapa Yeshua menolak kehadiran-Nya dalam Bait Suci bangunan fisik? Page 6- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Dalam sejarah kita tahu bahwa Bait Suci seringkali dirusak dan dinajiskan oleh umat Alaha sendiri dan juga oleh bangsa-bangsa lain. Seringkali tempat peribadatan ini bukan lagi menjadi “Rumah Doa tetapi berubah menjadi Sarang Penyamun.” (Mattai 21;13).
Namun, Bait Suci yang dibangun dalam kemanusiaan-Nya tidak bisa dinajiskan oleh manusia yang juga diperpanjang semua umat percaya yang telah dibaptis dalam Dia mengenakan Mshikha. (Galatia 3:26-27) Mereka orang percaya yang dimikveh oleh para Rasul dan para Pengganti Rasul disebut Mshikhanim (Kristen) yang sudah dicangkokkan kepada Cabang Pohon Anggur Benar dalam Yeshua. (Yokhanan 15:6). Rasul Paulus menjelaskan mereka yang menjadi Mshikhanim ini adalah:
2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat ", 2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. 2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggotaanggota keluarga Alaha, 2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Mshikha Yeshua sebagai batu penjuru. 2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Alaha yang kudus, di dalam Maran. 2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Alaha, di dalam Roh. (Efesus 2:14-22) Kalau begitu mereka yang telah percaya kepada Yeshua, dicangkokkan kepada-Nya melalui para pelayan tertahbis rasuliah menjadi Bait Alaha dan tempat tinggal Roh Alaha. Sehingga saat kita berdoa, cukup dalam diri kita sendiri sebab kita adalah Bait Alaha itu sendiri di mana Roh Alaha tinggal dalam kita sehingga Rasul Paulus mengatakan:
8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita 16 kepada Alaha dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. 8:27 Dan Alaha yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Alaha, berdoa untuk orang-orang kudus.” – Roma 8:26-27.
Tiap individu adalah bagian dari Bait Alaha, secara komunitas kita semua adalah bagian-bagian yang tersusun rapi bangunan Bait Alaha yang tak terpisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, kita tidak beribadah sendirian tapi komunitas yang terdiri dari individu-individu yang bersatu dalam kesatuan Tubuh Mshikha yang Kepalanya adalah Yeshua Mshikha sendiri. (Efesus 1:22-23), kita semua satu dalam Yeshua yang diam dalam kita (Yokhanan 17:23 a) sebagai Bait Alaha. Oleh karena itu, yang dimaksud menyembah dalam “roh” adalah dalam HATI NURANI dimana roh kita akan dibantu Roh Kudus yang tinggal dalam kita saat kita berdoa atau beribadah. Di manapun kita berada Bait Suci hadir di situ karena kita bagian dari Bait Suci itu sendiri. Itulah sebabnya anda dan saya tidak perlu lagi ke Tanah Suci – Page 7- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Yerusalem untuk melakukan Aliyah Hagg (naik haji) ke Tanah Suci ke Bait Suci di Yerusalem ataupun ke Gerizim sebab Tanah Suci – Yerusalem tempat Bait Suci itu ada dalam HATI NURANI kita masing-masing. Ada sekelompok sekte – sekte Kristen Protestan Radikal yang mengajarkan bahwa “menyembah Alaha itu dalam roh adalah dengan ditandai ekstasi bahasa Lidah (glossolalia) seperti peribadatan di kuil dewi Aprodite Korintus dengan ekstasi bahasa lidah.” Ini adalah keliru besar sekali karena tidak ada hubungan konteks Injil Yokhanan dengan 1 Korintus 14. Kemudian menyembah Alaha dalam “kebenaran,” apa maksudnya?
Kebenaran hakikatnya hanya satu, dan kebenaran itu mutlak hanya Alaha saja. Sumber Kebenaran adalah Alaha dan Alaha adalah Kebenaran.
Saat Maran Yeshua menyatakan menyembah dalam roh dan kebenaran kepada wanita Samaria; Dia menegaskan menyembah Alaha tidak lagi dibatasi dalam lokasi dan tempat dan penyembahan yang benar haruslah MELALUI Yeshua seperi yang Dia katakan: “Aku adalah Jalan Kebenara dan Hidup tidak seorangpun datang kepada Bapa jika tidak melalui Aku.” (Yokhanan 14:6). Inilah Kebenaran itu adalah Yeshua itu sendiri sebab Yeshua adalah Alaha dan Tuhan. (Yokhanan 20:28). Sejak awal penulis Injil Yokhanan sudah menegaskan bahwa: Pada mulanya adalah Miltha, Miltha itu bersama-sama dengan Alaha dan Miltha itu adalah Alaha. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (Yokhanan 1;13). Yeshua dalam wujud Kemanusiaan-Nya yang berhadapan dengan wanita Samaria adalah sang Imanuel (Alaha berada di tengah-tengah kita dalam wujud Manusia) itu sendiri. (Mattai 1:23) Inilah fakta kebenaran yang disampaikan Yeshua kepada wanita Samaria itu bahwa sang YHWH yang mereka sembah dalam Bait Suci itu hadir di depan wanita Samaria itu. Sehingga penyembahan yang benar atau dalam Kebenaran haruslah dalam Yeshua sang Anak Alaha. Di dalam Yeshua melalui Roh Kudus bagi kemuliaan Bapa, Alaha sang Tlithayutha Ehad Sejati selama-lamanya. Amin. Apapun agama seseorang di bumi ini, pada suatu saat, di suatu tempat, entah di bumi ini atau di alam lain akan mengaku:
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yeshua Mshikha adalah Tuhan," bagi kemuliaan Alaha, Bapa! – Igeret Filipi 2:10-11 Kesimpulan:
Menyembah dalam roh dan kebenaran, adalah menyembah Alaha di mana saja dan dalam Yeshua ha-Mashiakh ben Elohim. Penyembahan yang rohaniah dan benar Page 8- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
NO: 04/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
tentunya mengikuti pengajaran-pengajaran di sampaikan-Nya melalui Para Rasul yang diteruskan kepada Jemaat Awal yang tidak pernah putus sepanjang masa yang kita sebut Gereja-gereja Rasuli yang Katolik Ortodoks yang lahir dari Jemaat Nasrani Yerusalem abad pertama.
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected] 0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
Page 9- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015