37 4.3.2. Pokok Bahasan 2: Persiapan Lahan Tujuan Intruksional Khusus: Setelah mengikuti course content ini mahasiswa dapat menjelaskan dan melaksanakan persiapan lahan untuk penanaman yang meliputi pengukuran luas lahan, pengolahan tanah, pembuatan petak percobaan, pembuatan lubang tanam, dan pemupukkan dasar. A.
Pengukuran Luas Lahan
Untuk merencanakan kebutuhan sarana produksi, penggunaan tenaga kerja, target produk yang diinginkan, lahan untuk penanaman perlu diukur secara tepat. Peralatan pengukuran lahan adalah berupa meteran, tali, dan ajir. Terdapat perbedaan cara dalam mengukur dan menghitung luas lahan yang datar dan yang miring. Untuk lahan datar, luas lahan sebagai bidang tanam dapat diukur langsung dari panjang dan lebar. Untuk lahan miring, selain panjang dan lebar dalam penentuan luas bidang tanam juga harus memperhatikan kemiringan lereng atau perbedaan tinggi.
(1) Pengukuran luas lahan datar Permukaan bidang tanam pada lahan yang datar (Gambar 1). Langkah-langkah pengukuran luas bidang tanam untuk lahan datar adalah sebagai berikut: - Ambil suatu titik awal dan tandai dengan ajir induk. - Dari titik ajir induk tersebut rentangkan tali untuk mengukur panjang lahan, - Dari titik yang sama rentangkan juga tali untuk mengukur lebar lahan. - Kedua tali pada titik ajir induk usahakan membentuk sudut 90o agar diperoleh lahan dengan bentuk pesegi. - Hitung luas bidang tanam dengan cara mengalikan nilai panjang lahan (p) dengan nilai lebar lahan (l) untuk memperoleh luas lahan (Animasi 1), dengan rumus: L = p * l dalam satuan m2 atau ha.
Gambar 1. Lahan datar
38 ► Animasi 1 (pengukuran lahan datar)
Contoh: Pengukuran pada lahan datar mengahsilkan panjang 70 m dan lebar 50 m, berapa luas bidang tanam lahan tersebut dalam hektar (ha). Diketahui: p = 70 m l = 50 m 1 ha = 10 000 m2 Jawab: L = p x l = 70 m x 50 m = 3 500 m2 = 3 500 m2/10 000 m2 x 1 ha = 0.35 ha
(2) Pengukuran luas lahan miring Bidang tanam pada lahan miring adalah pada permukaan yang miring (Gambar 2). Langkah-langkah pengukuran luas bidang tanam untuk lahan miring adalah sebagai berikut: - Ambil suatu titik awal dan tandai dengan ajir induk di lahan yang tinggi. - Dari titik ajir induk tersebut rentangkan tali untuk mengukur panjang lahan (p) secara mendatar ke lahan yang lebih rendah, - Dengan bantuan ajir lain yang telah diberi tanda, ukur beda tinggi (h) antara lahan yang rendah dan yang tinggi. - Hitung panjang lahan yang miring (r) dengan rumus r = √ (p2+h2). - Dari ajir induk di lahan bagian atas dan lahan di bagian bawah, ukurlah lebar lahan (l). - Hitung luas bidang tanam dengan cara mengalikan nilai panjang lahan miring (r) dengan nilai lebar lahan (l) untuk memperoleh luas lahan (Animasi 2), dengan rumus: L=r*l = (√ (p2+h2))* l
39
Gambar 2 Lahan miring
► Animasi 2 (pengukuran lahan miring)
p h r
Contoh: Pengukuran pada lahan miring menghasilkan panjang 70 m dan lebar 50 m dengan beda ketinggian lahan 10 m. Tentukan luas bidang tanam lahan pada lahan miring tersebut dalam hektar (ha). Diketahui: p = 70 m l = 50 m h = 10 m Jawab: L = (√ (p2+h2))* l = (√ (702+102))* 50 = 70.7 * 50 = 3 535.5 m2 = 0.3535 ha
40
B.
Pengolahan tanah
Tanah sebagai media tanam harus gembur agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu tanah perlu diolah sebelum penanaman dilakukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cangkul atau traktor. Pada pengolahan dengan traktor, pada tahap awal, tanah diolah dengan bajak singkal untuk membelah dan membalik tanah (video 1, dengan bajak singkal yang ditarik hewan). Selanjutnya, dengan bajak rotary atau dengan garu untuk menghancurkan bongkahan tanah dan meratakannya (video 2,). Setelah diolah dengan traktor selanjutnya dapat dibuat petakan atau plot dengan ukuran sesuai kebutuhan dan jenis tanaman yang akan ditanam. Pinggiran lahan yang tidak bisa diolah dengan traktor biasanya digemburkan dengan cangkul oleh tenaga manusia. Tergantung kebutuhan tanaman, tanah diolah dalam bentuk dilumpurkan dan diratakan seperti untuk tanaman padi sawah (Gambar 3 ) atau dalam bentuk bedengan untuk tanaman lain seperti ubijalar, kacang panjang, tomat, cabe, dan lain-lain (Gambar 4). Setelah tanah diolah untuk keperluan penanaman komoditas hortikultur, seringkali bedengan ditutup dengan mulsa plastik (Gambar 5).
►Video 1 (pembajakan tanah dengan singkal untuk padi)
►Video 3 (penggaruan/perataan tanah untuk padi)
41
Gambar 3. Lahan untuk padi sawah
Gambar 4. Lahan untuk palawija dan hortikultura
Gambar 5. Lahan ditutup mulsa plastik hitam perak Pada saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang dan pengapuran juga mungkin diperlukan terutama untuk lahan dengan tingkat kemasaman tinggi atau pH rendah. Kapur dapat ditebarkan dalam alur atau ditebar merata dicampur tanah (Gambar 6).
42
Gambar 6
C.
Pembuatan petak percobaan: Untuk keperluan percobaan, seringkali perlu dibuat petakan atau plot percobaan dengan ukuran tertentu. Sebagai contoh dalam praktikum Dasar-dasar Agronomi, tiap petak percobaan yang dikelola oleh satu kelompok kecil adalah berukuran 10 m x 7.5 m dan untuk satu percobaan dengan 4 perlakuan dibutuhkan 4 buah petak percobaan. Petak percobaan tersebut biasanya dibuat setelah tanah diolah (Gambar 7) dengan langkahlangkah sebagai berikut:
Gambar 7. Tanah setelah diolah
-
Pada satu titik tertentu, biasanya di batas pinggir lahan, tancapkan ajir induk (I0) sebagai titik awal pengukuran Pada titik ajir induk (I0) tersebut, ikatkan tali rafia dan panjangkan tali tersebut ke arah timur atau barat sampai 21 m Pada ajir induk yang sama, ikatkan juga tali rafia dan panjangkan tali tersebut ke arah utara atau selatan sampai 16 m Pada arah timur-barat berikan tanda dengan ajir bantu pada titik 10 m dari ajir induk sebagai ajir a1, selanjutnya pada jarak 0.5 m kemudian berikan tanda ajir b2 sebagai jarak antar petak, dari ajir b2 tarik lagi tali sepanjang 10 m Dan pada titik ini tancapkan ajir induk pertama (I1)
43 Lakukan hal yang sama pada arah utara-selatan, tetapi dengan jarak ajir induk (I0) ke ajir s1 sepanjang 7.5 m, jarak s1 ke s2 adalah 0.5 m, dan dari s2 ke ajir induk kedua (I2) 7.5 m. Selanjutnya lakukan pengukuran yang sama pada sisi-sisi yang sejajar arah timur-barat dan arah utara-selatan, setelah itu hubungkan dengan tali semua titik yang telah ditentukan sehingga akan terbentuk 4 petak percobaan berukuran 10 m x 7.5 m (animasi 3).
-
-
► Animasi 3 (pembuatan petak percobaan)
7.5 m (KEL. 1)
(KEL. 2) 10 m
(KEL. 3)
(KEL. 4)
UTARA
Petak percobaan
D.
Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam yang perlu dibuat tergantung dari jenis tanaman, cara tanam, bahan tanam. Lubang tanam untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan dapat dibuat langsung dengan tugal pada jarak tanam (Tabel 1) dan kedalaman yang telah ditentukan. No
Komoditas
1
Padi Sawah
Jarak Tanam (m x m) 0.25 x 0.25
Lubang Tanam Dibuat langsung dengan tangan saat menanam (Gambar 8)
44 2
Jagung
0.80 x 0.20
3
0.50 x 0.20
4
Kacang Tanah Kedelai
5
Kacang hijau
0.40 x 0.20
6
Ubijalar
1.00 x 0.25
7
Ubikayu
1.00 x 1.00
0.40 x 0.10
Dibuat dengan tugal pada kedalaman 3 – 4 cm (Gambar 9) Dibuat dengan tugal pada kedalaman 3 – 4 cm (Gambar 9) Dibuat dengan tugal dengan kedalaman 2 – 3 cm (Gambar 9) Dibuat dengan tugal dengan kedalaman 2 – 3 cm (Gambar 9) Dibuat pada tengah bedengan dengan cangkul (Gambar 10). Stek langsung ditanam dengan menancapkan pangkal stek di tengah bedengan (Gambar 11)
Gambar 8 Lubang tanam penanaman padi
Gambar 9 Lubang tanam penanaman kedelai, kacang tanah, jagung, kacang hijau
45
Gambar 10 Lubang tanam pada penanaman ubijalar
Gambar 11. Lubang tanam pada penanaman ubikayu Lubang tanam pada tanaman tahunan dibuat dengan ukuran berkisar antara 40 cm x 40 cm x 40 cm (untuk teh, kakao, dan kopi) sampai 60 cm x 60 cm x 60 cm tergantug jenis tanaman (untuk kelapa, kelapa sawit, dan karet), Gambar 12.
Gambar 12 Pembuatan lubang tanam tanaman tahunan