Aksara, Vol. 1 No. 1
January 2016
Tuhan, Jatuh Cinta ini Maha Nikmatnya Hasanuddin WS
apa yang telah terucapkan pada setiap kali jantung ber tiktak tiktak ketika pagi pecah siang mengalir ketika hari pecah pekan mengalir ketika bulan demi bulan pecah dan tahun pun mengalir dengan bergegas untuk menyelinap lihatlah di atas langit menganga betapa luasnya dan aku bertanya tanya diam inikah yang telah menjemput rindu dan cinta padamu apa yang telah disebut pada setiap kali nadi kencang berdenyut yang sebabkan darah berlalu hanyut dan kau mengalir sampai ke usia lanjut sampai terkapar dalam dampar yang melelahkan dengarlah ketika petang beringsut dan malam menggulung sepekik gaung membahana ia memanggil manggil datang untuk sajadah nyatalah di sana rindu dan cinta tercipta ya rabbi padamu rindu membubung mengoyak langit yang tujuh membakar hangus raga nan fana telah kujalani jatuh cinta ini maha nikmatnya maka mabukkanlah aku dengan anggur berkah cintamu biar aku berteriak dalam kalimat biar aku berwasiat dalam ayat sampai terpancang aku dalam selimut ketegaran janjiku laut yang ombak labuhkan rindu pada pantai landaimu sungai yang alir iringi rindu sampai batas hilirmu danau yang terbentang hamparkan rindu pada riak jejakmu biar rindu semakin membubung dan aku semakin mabuk sampai lamat lamat kudengar tiktak tiktak tiktak jantungku ketika salam waktu salat selesai dan nafasku memburu berpacu dengan lidah dalam tasbih yang bersahut sahut riuh rendah turun dan naik dalam satu denyut dan kemudian mengkristal dalam embun yang menyejukkan jadi satu sembah sujud ya rabbi
ISSN - 2206-0596 (Online)
89
Hasanuddin WS – Tuhan, Jatuh Cinta Ini Maha Nikmatnya dll
Sihir Usia usia memberikan pengalaman lihatlah karenanya kau menyaksikan bersilihnya hari kau temukan rumus demi rumus bagaimana seharusnya hidup dalam damai dan berdamai dalam hidupmu usia menyisipkan kenyataan kau pun ikut bersaksi dan menjadi paham benar kadang kala mereka yang berdiri dan berteriak di mimbar mimbar mihrab tak lebih baik dari si buruk hati yang dilaknatnya, dan karena itu kau juga bahkan tak sempat mengelakkan wajah menatap penyair yang sekedar menyair sekedar membual menjaja berbaris baris kata kebajikan tapi menafikannya dengan fiil sendiri berteriak ukhuwah selalu lantang tetapi tetap saja menohok kawan seiiring usia menghadiahkan kearifan bukankah ia yang telah mengajarkanmu untuk bersikap santun lihatlah kau buru buru melepaskan topi menundukkan kepala sementara bibirmu bergerak gerak refleks melafaskan kalimat pasrah tawakal juga larik larik doa yang kau kenal jika di depanmu ada jenazah lewat sisa aroma kembang yang masih sempat tercium mengajarkanmu juga bagaimana seharusnya kau menghormati kekalahanmu sendiri usia menganugrahkan makna memberimu mimpi yang melintas lintas sampai di sela sela rambut perakmu usia juga yang menghadiahkanmu kacamata yang kini semakin tebal dan terasa selalu buram dan semakin buram saja ISSN - 2206-0596 (Online)
90
Aksara, Vol. 1 No. 1
January 2016
meski begitu, usia juga yang mengantarkanmu untuk tetap berjalan meski nafasmu kembang dan kempis sementara fatwamu masih terus beredar kuncup dan mekar sesekali kau terkejut dan juga takjub sendiri dengan ucapanmu yang kadang terasa begitu mengagumkan yang memecah lalu mengalir jadi warna dan warni yang menyejukkan hatimu usia telah memberimu kenangan adakah kau bersyukur atau berseranah karenanya?
Jika Ada jika ada anugrah yang begitu maha, maka anugrah itu adalah kesempatan dapat menghitung almanak yang tanggal helai demi helai yang lalu membimbing usia larut masa demi masa jika ada kebahagiaan yang begitu alangkah, maka bahagia itu adalah hidup dimana kebersamaan tak sekedar dihitung hitung harga melainkan keikhlasan jika ada kebodohan yang begitu sangat, maka bodoh itu adalah kepongahan dalam hidup kebendaan dunia adalah cinta diri berperi peri tanpa batas tanpa akhir adalah sombong bagai tak pernah diintai intai liang nan lahat adalah tuli tak hendak membuka telinga bagi nurani adalah bebal hingga Tuhan pun hendak ditipuculasi maka jika ada harap yang begitu mohon segeralah membasuh tangan, muka, dan kaki, ISSN - 2206-0596 (Online)
91
Hasanuddin WS – Tuhan, Jatuh Cinta Ini Maha Nikmatnya dll
lalu tengadahlah dan rasakan kepasrahan tafakur bersahabatlah dengan bumimu tempat berpijak selama selalu bukankah kelak di perutnya semua berkubur jika ada air yang begitu titik pastilah air mata mahasyukur yang ruah dari kedalaman menikmati berkah dan selalu terus berharap harap cemas kemurahan dari-Nya Allah, maha dari segala Kemahaan
Perjalanan, 1 kami hanya berbincang sepanjang perjalanan. Malam dan renyai hujan yang tampak jelas di kaca jendela ikut menertawakan beberapa kata yang tiba tiba memberontak dan melompat mengikuti kegelisahan yang entah kami hanya berbincang sepanjang perjalanan. Mungkin hanya kitab nasib yang telah ditetapkan sebelumnya begitulah, kami hanya berbincang sepanjang perjalanan. Persimpangan tak begitu jelas garis garisnya. Tetapi, kami tahu ada yang terperanjat, mungkin angin, ketika beberapa kata menyelinap di balik aroma rambut kami
ISSN - 2206-0596 (Online)
92
Aksara, Vol. 1 No. 1
January 2016
Perjalanan, 2 Adakah yang tersisa dari perjalanan? Percakapan yang tak juga usai.Rekah dan pecah lalu mengalir jadi cerita tak bernama. Kebijakan adalah sihir kata yang membekukan Dengarlah suara tik tak gerimis di antara Gelisah deru roda bergulir. Bukankah Tingkahnya seirama juga dengan denyut darah yang kini Menebar ke hamparan wajah Adakah yang didapat dari perjalanan ini? Lelah, mungkin Ketika membilang satu demi satu lalu berusaha untuk Mengingat kata kata yang mengalir begitu derasnya, tetapi selalu saja ada yang terlepas hanyut Adakah jejak pesona dari perjalanan ini? Kaca buram Yang tak juga terserpih menebarkan bayang Sejauh perjalanan Sejauh bekas terus menjejak
Langit Kita Kepada ck
Langit yang memayungimu langit yang itu juga Biru dan bersih melingkupi, sementara gelas-gelas waktu kau kosongkan tentu saja waktu ke waktu. Garis-garis lengkung yang kau ukir itu, lihatlah semakin tegas mengikuti gurat musimnya Langit yang memayungimu langit yang itu juga Langit kita. Langit dimana aku juga bernaung di bawahnya
Hasanuddin WS, Profesor Ilmu Sastra pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Menyelesaikan Program Doktor (S3) pada PPs Universitas Padjadjaran Bandung dengan disertasi berjudul ”Anggun Nan Tungga Magek Jabang: Transformasi dan Produksi Sosial Teks Melalui Tanggapan dan Penciptaan Karya Sastra”. Disertasi ini kemudian diterbitkan oleh ISSN - 2206-0596 (Online)
93
Hasanuddin WS – Tuhan, Jatuh Cinta Ini Maha Nikmatnya dll
Penerbit Dian Aksara Press, Bandung tahun 2003 dan Penerbit Angkasa Bandung pada tahun 2015. Menerbitkan buku kumpulan puisi, berjudul Nyanyian Langit, Nyanyian Bumi (Penerbit Sarana Grafika Padang, 1987) dan yang kedua berjudul Laut Tak Berbatas (Penerbit Angkasa Bandung, 1997). Sebagai pemimpin redaksi menulis dan menerbitkan Ensiklopedi Sastra Indonesia (Penerbit Titian Ilmu, Bandung, 2004 dan 2009). Menulis dan menerbitkan Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia, 4 jilid (Penerbit Angkasa Bandung, 2009).
ISSN - 2206-0596 (Online)
94