Gita Astika, begitulah nama yang ia sanding setelah tujuh hari kelahirannya. Tujuh hari sudah lama, kini Gita sudah nangkring di bangku SMP. Dasar anak sekarang, lebih cepat dewasa sebelum waktunya. Lihat saja sekarang, Gita sudah pandai memilah-milah tipe cowo yang bakal jadi gebetannya. Padahal belum lama Gita make toga pas waktu lulus TK. Masalah bawel, mungkin Gita belum ada tandingannya. Dimana dia berada, dia bakalan nyerocos ini itu, komen ini itu dan segala macem yang diliat bakal di komentarin. Tapi dibalik kecerewatannya itu Gita adalah sosok sentimentil, Gita mudah terbalik dalam urusan emosinya. Dalam dua detik Gita bisa berubah dari sedih jadi gembira atau sebaliknya. Belakangan ini Gita sering bercerita tentang sosok laki-laki yang digandrunginya. Gita sedang jatuh cinta. “Ka Vina, aku tadi liat dia jalan di taman, ganteng banget !!!” Vina adalah kakak ipar Gita. Dan Vina adalah korban dari cerita-cerita aneh dari Gita yang dibawa dari sekolah. Termasuk siang itu, Gita membawa awal dari perjalanan salah satu cintanya. Hanya Vina yang setia menjadi patung untuk mendengarkan cerita Gita, kakaknya sendiri Reno malahan tak mau urusan dengan adik bawelnya itu. “Baru liat doang kan ?”Seloroh Vina pada Gita yang muka berseri-seri kaya abis liat malaikat yang gantengnya nggak ketulungan. “Liat aja juga udah seneng banget Ka !” Mata Gita berbinar, senyumnya tak kunjung hilang, pikirannya melayang jauh pada sosok yang barusan diceritakannya. “Gantengan mana sama Bejo ?”Vina melayangkan pandanganya pada Gita, menunggu respon. “Bejo ? Ih amit-amit deh. Bejo itu item, jelek, kucel dan primitif. Revan itu beda, dia itu modis dan cool abis.” “Oh, namanya Revan toh !” “Ups...”Gita membungkam mulutnya rapat-rapat, sadar bahwa ia telah keceplosan menyebutkan nama pangeran yang selalu ia rahasiakan setiap ia bercerita kepada kakak iparnya itu. Ia malu kalau kakanya tahu siapa pangeran yang dimaksud itu. Pasti Ka Vina bakalan menjelek-jelekan lagi seperti menjelek-jelekan Bejo, cintanya pada masa lalu. “Iyah, namanya Revan....”Suara Gita lirih, lesu. “Kenapa ? Malu ketahuan siapa yang ditaksir ?” Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
1
Gita tak menjawab, muka merah meredam malu.”Pasti Ka Vina mau jelekjelekin kan ?” “Ya nggak, Vina takut aja kamu salah lagi nunjuk pangeran. Dulu waktu kamu suka sama Bejo juga begitu. Kamu bilang dia itu pangeran yang nyasar ke sekolah kamu. Nyatanya Bejo cuma anak keluarga nggak genah yang doyan nongkrong tiap malem di perempatan jalan.” “Itu kan dulu Ka, waktu Gita masih kecil, waktu masih doyan ngupil. Sekarang kan Gita udah gede.” “Emang sekarang udah nggak ngupil lagi ?” Gita cengar-cengir,”Masih sih...” “Udah deh, sana ganti baju trus makan !” Vina kembali meneruskan menyetrika bajunya yang terpotong oleh cerita Gita barusan. Mulai hari ini dan seterusnya bakalan banyak cerita-cerita tentang Revan dari adiknya itu, sama ketika Gita jatuh cinta kepada Bejo. Yang namanya anak muda jatuh cinta, pasti semangatnya luar biasa, belum merasakan realitas sebenarnya dari apa yang namanya
cinta. Biarkan saja, nanti kalau patah hati
ceritanya juga bakalan berakhir. Keesokan harinya, Gita membawa muka lebih berseri-seri dari kemarin. “Ka Vina.......” Masih juga di ambang pintu, Gita sudah memanggil namanya. “Ketemu Revan lagi ?” Gita menggeleng, namun senyumnya tak kunjung ilang. Malah semakin menjadi-jadi. “Nggak cuma ketemu, tapi dia liatin aku Ka, deket banget.” Vina mendengar cerita Gita dengan serius,”Gimana bisa ?” Gita duduk dan memasang posisi paling manis untuk memulai ceritanya. “Jadi waktu istirahat Gita kan liat-liat papan Majalah Dinding di sekolah. Eh, nggak tahunya Revan lewat trus nanyain ke aku Ka. Nanyanya gini, “Ada info baru ya ?”. Sontak aja Gita kaget Ka, untung aja Gita bisa jawab. Tahu nggak sih Ka, Gita nggak bisa nafas, dada Gita sesek waktu di deket Revan. Gita juga sempet mikir, jangan-jangan Gita mau pingsan.” Vina cuma nyengir mendengar curhat kacangan Gita. “Trus kamu ngobrolin apa lagi sama dia?” Gita langsung serius, matanya melotot tajam,”Ngobrol ? Bisa-bisa Gita jadi mahluk paling gagu di depan Revan.” Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
2
“Trus bagaimana cara kamu nunjukin perasaanmu sama dia?” “Itu dia Ka, Gita nggak berani ngungkapin cinta Gita sama dia. Gita takut, dia nolak cinta Gita. Lagian Gita perempuan, mana ada perempuan yang bilang cinta duluan?” “Gita ! Gita !”Vina menepuk pundak Gita,”Cinta itu milik laki-laki dan perempuan. Nggak mesti yang laki-laki yang bilang duluan, perempuan juga bisa kog. Nggak selamanya perempuan itu menunggu, seperti dalam khayalanmu itu. Menjadi seorang putri dan menunggu pangeran datang. Nyampe ubanan juga pangeran nggak bakalan dateng.” Tiga tahun sudah berlalu, Gita sudah masuk ke SMA. Gita sudah menanggalkan pakaian SMP, tapi Revan masih sama, masih melekat dalam ceritacerita hariannya. “Sudah lebih dari tiga tahun kamu mengagumi Revan, mau nunggu sampai kapan lagi ? Dia satu sekolah kan sama kamu ?” Gita mengangguk pelan,”Nggak cuma satu sekolah, satu kelas malahan.” “Kog lesu gitu jawabnya ?” “Makin deket sama Revan, malah makin terasa sulit segalanya.” Gita tertunduk lesu. Ceritanya yang dulu berapi-api tentang Revan, kini mulai surut. “Gita, harusnya kamu tuh seneng bisa satu kelas dengan Revan. Kamu bisa mengenalnya lebih dekat. Bisa ngobrol tiap hari.” “Ka Vina.....!!! Gita kan udah bilang sama Kaka, Gita itu nggak bisa ngomong kalau sama Revan. Ngobrol sama Revan itu kaya ngobrol dengan Presiden, takut salah ngomong lalu dipenjara.” Gita memeluk boneka dolpin biru erat-erat. Mukanya kusut dan masam. “Nggak seserem itu kali ngobrol sama presiden.” “Pokoknya serem.” Vina nyerah, ia tak lagi melanjutkan misinya lagi. Gita sudah gede, sudah punya pendirian dan pemikiran sendiri. Ia membiarkan Gita memilih caranya sendiri, barangkali lebih baik. Tapi Vina sendiri merasa kasihan dengan Gita, sudah lebih dari tiga tahun Gita mengagumi Revan tapi satu pun ia berani menunjukan perasaannya. “Gita akan nunggu waktu yang tepat Ka, Gita nunggu siap dulu.”Ucap Gita suatu ketika.
Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
3
“Kamu yakin akan menunggu ?”Vina mendekat,”Nggak takut dia jadi milik orang lain?” Gita menoleh, memandang Ka Vina dengan tatapan serius. Namun sejurus kemudian Gita kembali memangku dagu dalam dekapan lututnya. “Jika memang Revan memilih orang lain. Mungkin Gita bukan orang yang tepat buat dia Ka.” Vina menaik nafasnya dalam,”Gita...yang namanya membina hubungan cinta itu bukan masalah mencari atau memilih orang yang tepat tapi menjadi orang yang tepat buat pasangannya. Nggak orang yang pas atau cocok sepenuhnya, yang ada itu ngepasin atao mencocokan.” “Tapi Gita nggak bisa,”Balas Gita setengah malas,”Revan terlalu sempurna buat Gita.” Esoknya lagi Gita tak lagi langsung bercerita. Wajahnya lelah dan lusuh, pasti kegiatan sekolah menguras semua tenaga dan pikirannya. “Gimana Revan-nya ?”Vina memulai duluan, Gita masih meneguk minuman dingin yang diambil dari kulkas. Gita nyengir,”Revan perhatian Ka sama Gita.” “Perhatian?”Vina menangkap kata aneh dalam jawaban Gita. “Ceritanya gini Ka,”Gita meletakan gelas itu di atas meja, duduk dengan santai,”Pagi tadi Gita lupa ada PR padahal pelajaran itu pelajaran pertama. Untung aja masih ada waktu lima belas menit. Revan nanya ke Gita,”Udah ngerjain PR belom?”. Gita cuma bisa gelengin kepala. Spontan aja Revan merebut buku PR yang lagi dipinjem sama temennya dan langsung di kasih ke Gita. Gita seneng banget, saking senengnya Gita nggak bisa nulis. Jadi Gita di hukum deh gara-gara nggak ngerjain PR. Tapi Gita seneng kog.” “Emang hukumannya apa ?” “Keliling lapangan tujuh kali !” “Hah !”Gantian Vina yang terkejut sedangkan Gita tetep nyengir. Mulai kesini Gita mulai jarang cerita, sibuk dengan PR dan tugas-tugas yang numpuk dari sekolah. Gita yang dulu nyebelin dan cerewet kini berubah jadi Gita yang rajin dan pendiem. Paling-paling Gita ngeluh,”Tugas sekolah banyak banget, ampun deh !” “Revan ?” Gita hanya tersenyum kecil, “Ganteng seperti hari biasanya.”
Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
4
Melihat Revan setiap hari mungkin membuat Gita bosan. Tak ada lagi cerita tentangnya yang dibawa sepulang sekolah. “Kenapa kamu cengar-cengir ?” Vina melihat reaksi tak biasa dari adiknya itu. Ia cengengesan. “Revan bilang kalau aku sahabat terbaiknya Ka !” Akhirnya setelah lama terdiam, sifat lama Gita kembali lagi. “Tadi waktu Bimbingan Konseling, setiap murid disuruh menuliskan sahabat terbaiknya. Nggak nyangka Revan nulis Gita jadi sahabat terbaiknya Ka.” “Alasannya apa Revan nulis kamu jadi sahabat terbaiknya ?” “Gita itu baik dan nyenengin.” “Hanya itu ?” “Emang apalagi ? Cantik ? Kalau Gita cantik udah dari dulu kali Ka Revan melirik Gita.” “Yang namanya cantik kan relatif, cantik itu bukan ukuran buat menarik perhatian seseorang,”Vina mencoba menyemangati adiknya itu. “Cantik emang relatif Ka, tapi yang namanye jelek itu mutlak. Jelek ya jelek !” Vina melonggo. Adiknya sekarang sudah pintar, pintar membantah petuahnya. Vina masih berada di beranda teras depan rumahnya mengenakan singlet warna krem sambil mengipas-ipaskan lembaran kertas. Panas siang itu benar-benar membuat dirinya kegerahan. “Gita ? Kamu kenapa ?”Vina kaget dengan muka Gita yang murung dan matanya memerah. “Ka Vina benar, cinta emang nggak bisa nunggu Ka,”Gita berkata masih dengan nada sesegukan,”Revan sudah memilih orang lain Ka, anak OSIS cantik yang doyan nge-band. Revan nggak memilih Gita Ka...” Tanpa menjawab lagi Vina langsung memeluk Gita erat. Hati Vina ikut tersentuh, jika bukan karena emosinya yang ia redam pasti ia ikut menangis. Revan pasti bahagia sekarang dengan pacar barunya dan melihat orang yang dicintai bahagia dengan orang lain itu lebih menyakitkan dari sakit apapun. Mengapa bukan kita yang menjadi sumber kebahagiaan buat orang yang kita cintai ? “Jika kereta tidak berhenti di stastiunmu, berarti itu bukan keretamu sayang. Sama dengan Revan, dia bukan pangeranmu. Pangeranmu masih disana, menunggumu. Jadi jangan sedih ya ?” Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
5
Gita mendongak, buru-buru ia memasang muka tegar tapi tetap saja mata bengkak itu menunjukan kelemahannya. “Emang masih ada pangeran Ka di era gini?” “Masih dong...”Vina menjawab dengan tenang,”Makanya sekarang nggak usah nangis. Ganti baju trus makan, abis itu nyariin pangeranmu.” “Dimana Ka nyarinya ?”Tanya Gita polos. “Dimana aja, di taman atau diseberang jalan. Siapa tahu pangeranmu itu nyangkut di pohon. Sana buruan !” Gita senyum, cerita tentang pangeran sedikit membalikan istana impiannya yang hilang hanya karena satu orang. Untung belum terlalu jauh Gita cinta pada Revan meskipun sudah hampir empat tahun perasaan itu ia jaga buat Revan seorang. Hari-hari kembali seperti biasa, Gita masih pulang dengan senyum riang di bibirnya. Vina nggak tahu obat apa yang dipakai Gita buat ngilangin rasa sakit melihat Revan bergandengan dengan orang lain. “Ka Vina ! Gita nemu pangeranya !” Setengah berlari Gita menuju Vina disamping rumah yang tengah menjemur cuciannya. Vina seneng, adiknya sudah lupa kejadian kemarin. “Siapa emang pangerannya ?” “Bang Riko,”Jawab Gita entang. “Bang ? Dia kakak kelas Gita ?”Vina menyelidiki. “Bukan Ka, dia itu tukang somay yang jualan di sekolahannya Gita !” “Hah ? Riko si Tukang Somay ?” Vina terkejut bukan kepalang, Gita mengangguk. “Dia baik banget Ka sama Gita. Gita juga nggak perlu bayar kalau mau makan somay Bang Riko.” Vina tersenyum miris membayangkan Bang Riko si Tukang Somay yang dulu mangkal di perempatan pasar. Tak bisa terbayangkan oleh Vina sosok si Riko itu. Item, memakai topi yang terbalik, kaos dari seragam partai yang jarang ganti, dan senyumnya yang membuatnya pingsan. Tiga gigi bagian depan atas sudah hilang. Sungguh lucu bila melihat Riko tersenyum pada pelanggannya. Vina tak lagi harus berbuat apa dengan cinta Gita yang satu ini. Revan emang ganteng, Bejo mendingan lah tapi Riko ? Mengapa harus Riko ? Manusia ompong yang kelayaban di sekolahan dengan somay-nya ?
Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
6
Mengapa harus dia yang jadi pangerannya Gita sekarang ? Bagaimana mungkin Vina bisa mendengarkan curhat pangeran ala Gita jika pangerannya sendiri adalah Riko ? Vina sempoyongan mencari-cari pegangan. Gita masih tersenyum riang dengan polosnya. Mendadak dunia terasa gelap dan sempit, dalam hati Vina ingin berteriak “Gita yang jatuh cinta mengapa gue yang harus tersiksa ?” The End Sumpiuh, 19 Januari 2014
Sugito Kronjot – The Legend of Gita Jatuh Cinta
7