TUGAS SAINTIFIKASI JAMU ROLE PLAY KASUS RESEP JAMU
Disusun oleh: Kelompok 01 1. Putu Setia Pratama 2. Mayasari Kurnia Nur D. 3. Putri Ayu A. 4. Zahrotul Hikmah 5. Vita Ariati 6. Rifka Agistarini D. P. 7. Asharul Fahrizi 8. Sakinah Rahmah 9. Oktavia Catur X. 10. Arwindo Ibnu Hajar
152211101001 152211101007 152211101013 152211101019 152211101025 152211101031 152211101037 152211101043 152211101049 152211101055
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2015 I. RESEP
R/
Berikut adalah resep standar untuk pemakaian jamu dalam sehari: Orthosiphoni Folium 5g Foeniculi Fructus 2g Equiseti Herba 7g Mfla inf. Ad 140 ml s2dd @ 70 ml
II. TINJAUAN RESEP Penggunaan obat berbasis bahan alam untuk mengobati penyakit sudah ribuan tahun diterapkan oleh masyarakat luas khususnya di Indonesia. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang merupakan warisan turun temurun sehingga memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan obat tradisional asing yang lain. Jamu memiliki dasar filosofi pendekatan holistik dalam penyusunan formulanya. Kendala utama edukasi dan pemanfaatan jamu dalam pengobatan adalah bukti ilmiah yang terkumpul terbatas. Bukti empiris belum cukup kuat untuk menjadikan jamu sebagai rekomendasi pengobatan dan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Untuk menjamin tersedianya Jamu yang aman, berkhasiat dan bermutu, Pemerintah Indonesia melakukan langkah dan upaya untuk menjamin keamanan Jamu. Untuk memperkuat data dan informasi ilmiah tentang Jamu. Pemerintah Indonesia melaksanakan Program Saintifikasi Jamu atau Scientific Based Jamu Development, yaitu penelitian berbasis pelayanan yang mencakup Pengembangan Tanaman Obat menjadi Jamu Saintifik, meliputi tahap-tahap : 1. Studi etnofarmakologi untuk mendapatkan base-line data terkait penggunaan tanaman obat secara tradisional. 2. Seleksi formula jamu yang potensial untuk terapi alternatif/komplementer. 3. Studi klinik untuk mendapatkan bukti terkait manfaat dan keamanan. 4. Jamu yang terbukti berkhasiat dan aman dapat digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan formal (Aditama, 2015). Salah satu formula jamu yang tersaintifikasi adalah sebagai berikut: R/
Orthosiphoni Folium 5g Foeniculi Fructus 2g Equiseti Herba 7g Mfla inf. Ad 140 ml s2dd @ 70 ml
Pada formula jamu di atas, digunakan tiga simplisia yang berasal dari tumbuhan, yaitu: 1. Orthosiphon stamineus a. Klasifikasi Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Lamiales
Suku
: Lamiaceae (Labiatae)
Marga
: Orthosiphon
Jenis
: Orthosiphon stamineus
b. Nama umum : Kumis kucing c. Nama simplisia : Orthosiphoni Herba d. Deskripsi Habitus berupa semak, tahunan, tinggi 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, hijau.. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang, kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, hijau, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih. Buah kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat. Biji kecil, masih muda hijau setelah tua hitam. Akar tunggang, putih kotor. e. Kandungan kimia Daun mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan
kandungan
utama
sinensetin,
eupatorin,
skutellarein,
tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat ), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1benzopiran]-il),
saponin
serta
garam
kalsium
(3%)
dan
myoinositol.4,9,13). Hasil ekstraksi daun dan bunga Orthosiphon stamineus
ditemukan
metilripariokromen
A
atau
6-(7,8-
dimetoksietanon). Juga ditemukan 9 macam golongan senyawa flavon dalam bentuk aglikon, 2 macam glikosida flavonol, 1 macam senyawa kumarin, asam kafeat dan 7 macam senyawa depsida turunan asam kafeat, skutellarein, 6-hidroksiluteolin, sinensetin. f. Manfaat tanaman Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis. g. Cara pemakaian di masyarakat Mengobati amandel: Daun kumis kucing ¾ genggam, dicuci dan direbus dengan air bersih 3 gelas minum sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum ( 3 x sehari ¾ gelas minum). Mengobati encok: Daun kumis kucing ¾ genggam, dicuci lalu direbus dengan air bersih 4 gelas sehingga hanya tinggal kira-kira ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 x sehari ¾ gelas).
Untuk diuretikum: Dipakai kurang lebih 25 gram daun segar atau yang sudah dikeringkan, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, terhitung setelah air mendidih. Hasil rebusan diminum sehari dua kali 1/2 gelas pagi dan siang. 2. Foeniculi vulgare a. Klasifikasi Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Apiales
Suku
: Apiaceae
Marga
: Foeniculum
Jenis
: Foeniculum vulgare
b. Nama umum : Adas c. Nama simplisia : Foeniculi Fructus d. Deskripsi Terna berumur panjang, tinggi 50 cm - 2m, tumbuh merumpun. Satu rumpun biasanya terdiri dari 3 - 5 batang. Batang hijau kebiru- biruan, beralur, beruas, berlubang, bila memar baunya wangi. Letak daun berseling, majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip yang sempit, bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang warna putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk topi. Perbungaan tersusun sebagai bunga payung majemuk dengan 6 - 40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 - 1 0 em, panj' ang gagang bunga 2 - 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar dari ujung batang. Buah lonjong, berusuk, panjang 6 - 10 mm, lebar 3 - 4 mm, masih muda hijau setelah tua cokelatagak hijau atau cokelat agak kuning sampai sepenuhnya cokelat. Namun, warna buahnya ini berbeda-beda tergantung negara asalnya. Buah masak mempunyai bau khas aromatik, bila dicicipi rasanya relatif seperti kamfer. e. Kandungan kimia Adas menghasilkan minyak adas, yang merupakan basil sulingan serbuk buah adas yang masak dan kering. Ada dua macam minyak adas, manis dan pahit. Keduanya, digunakan dalam industri obat-obatan. Adas juga dipakai untuk bumbu, atau digunakan sebagai bahan
yang
memperbaiki
rasa
(corrigentia
saporis)
dan
mengharumkan ramuan obat. f. Manfaat tanaman Buah bermanfaat untuk mengatasi : sakit perut (mulas), perut kembung, rasa penuh di lambung, mual, muntah, diare, sakit kuning (jaundice), kurang nafsu makan, batuk berdahak, sesak napas (asma),
haid: nyeri haid, haid tidak teratur, air susu ibu (ASI) sedikit, susah tidur
(insomnia),
pembengkakan
saluran
sperma
(epididimis),
penimbunan cairan di dalam kantung buah zakar (hidrokel testis), mengurangi rasa sakit akibat batu dan membantu menghancurkannya, rematik gout, dan keracunan tumbuhan obat atau jamur. g. Cara pemakaian di masyarakat Batuk: Siapkan serbuk buah adas sebanyak 5 g disedub dengan 1/2 cangkir air mendidih. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk sampai merata, minum sekaligus. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh. Haid tidak teratur: Siapkan daun dan bunga srigading masing-masing.1/5 genggam, jinten hitam 3/4 sendok teh, adas 1/2 sendok teh, pulosari 1/2 jari, bunga kesumba keling 2 kuntum, jeruk nipis 2 buah, gula batu sebesar telur ayam, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Bahan-bahan tadi lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, minurn 3 kali sehari, masing-masing 3/4 gelas 3. Equisetum debile a. Klasifikasi Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Equisetinae
Bangsa
: Equisetales
Suku
: Equisetaceae
Marga
: Equisetum
Jenis
: Equisetum debile
b. Nama umum : Greges Otot c. Nama simplisia : Equiseti Herba d. Deskripsi Tumbuh ditempat terbuka atau sedikit ternaungi, berkumpul pada tanah lembah berpasir dan berbatu-batu yang banyak digenangi air, sepanjang aliran air di pegunungan, tepi sungai, selokan atau di rawa-rawa. Herba ini dapat ditemukan dari 300-2.700 m dpl. Tanaman pakuan yang tumbuh tegak atau tumbuh ke atas diantara tumbuhan lain,
tinggi sekitar 1 m. Pangkal kadang merayap, ujung berjuntai, batang agak lemas, berongga dengan diameter 2-10 mm, bergaris-garis, beruas panjang. Cabang-cabang berkarang keluar dari buku-bukunya, selalu hijau dengan akar rimpang yang merayap. Daun keluar di atas buku, tersusun berkarang, kecil, lancip, berbentuk sisik dan merupakan sebuah kelopak tipis. Kantong spora terletak di ujung batang, berupa bulir, panjang 1-2,5 cm bentuknya lonjong dengan ujung yang tajam. Daun spora berbentuk perisai segi enam, bertangkai, di tengah-tengah berangkai dan susunannya berkeliling. Perbanyakan dengan spora. e. Kandungan kimia Herba greges otot mengandung Asam kersik 5%-10%, asam oksalat, asam malat, asam akonitat (equisetic acid), asam tanat, kalium, natrium, thiaminase dan saponin.
f. Manfaat tanaman Radang mata, Influenza, demam, diare, radang usus, hepatitis, Kencing atau berak berdarah, bengkak, tulang patah, wasir, Rematik, nyeri persendian. g. Cara pemakaian di masyarakat Untuk nyeri sendi: 10-15 g herba kering, direbus dan diminum dua kali sehari. Hepatitis dan wasir: 30 g herba greges otot direbus, dan diminum sebagai teh. Rematik: 15 g herba kering dan sebutir asam (Tamarindus indica) direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum pagi dan sore hari, sampai sembuh. Berdasarkan tinjauan khasiat dan manfaat obat di atas, dapat diketahui bahwa
formula
Osteoarthritis.
jamu
tersebut
digunakan
untuk
pengobatan
penyakit
III. PERACIKAN RESEP Peracikan adalah proses meracik atau meramu jamu dengan komposisi tertentu dan berbeda sesuai dengan jenis dan macam jamu yang akan dibuat. Peracikan bahan baku dilakukan berdasarkan order dari bagian produksi sesuai perencanaan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula jamu yang akan dibuat. Order peracikan dilakukan seminggu sekali untuk memutar bahan baku yang masih tersedia dalam gudang. Sistem perputaran bahan baku yang diterapkan biasanya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yang artinya bahan yang pertama masuk gudang maka akan keluar pertama kali juga. Alur dalam proses peracikan bahan-bahan siap racik dari gudang bersih akan dilakukan penimbangan sesuai dengan order jamu yang diracik kemudian dilakukan penataan hasil racikan di gudang racik siap giling.
Peracikan adalah proses penakaran bahan-bahan jamu dimana komposisi dan jumlah yang diracik disesuaikan dengan penyakit apakah yang hendak diobati, pada resep ini jamu yang diracik digunakan untuk mengobati penyakit osteoartritis. Dalam perancanaan dan pembuatan peracikan jamu tradisional ini jumlah jamu yang akan diracik adalah sebanyak 1 resep dan jumlah bahan yang digunakan adalah 3 bahan. Simplisia diberikan untuk diminum selama satu minggu, sehingga resep yang ada penimbangannya dikalikan 7 kali pemakaian.
Alat a. Timbangan analitik b. Sendok porselin c. Wadah jamu racikan
Bahan a. Orthosiphoni Folium b. Foeniculi Fructus c. Equiseti Herba Tahapan peracikan : 1. Mempersiapkan alat (timbangan analitik) dan bahan (tanaman obat) yang akan digunakan. 2. Menimbang satu persatu tanaman obat yang ada dalam resep. a. Menimbang Orthosiphoni Folium 5 g (sebanyak 7x) b. Menimbang Foeniculi Fructus 2 g (sebanyak 7x) c. Menimbang Equiseti Herba 7 g (sebanyak 7x) 3. Semua bahan yang telah ditimbang kemudian dimasukkan dalam kemasan (satu kemasan terdiri dari 3 tanaman yaitu: Orthosiphoni Folium 5 g, Foeniculi Fructus 2 g, dan Equiseti Herba 7 g). 4. Tutup kemasan, tambahkan label dan etiket.
IV. CARA PEMAKAIAN Penyiapan : 1. Direbus satu bungkus dengan 3 gelas air. 2. Rebus hingga air yang tersisa kira-kira 1 gelas untuk diminum 2 kali sehari. Cara Pakai : 1. Sebelum diminum, diaduk dahulu. 2. Diminum 2 kali sehari, masing-masing setengah gelas. V. PENYERAHAN KEPADA PASIEN DAN KIE 1. Menjelaskan cara paenyiapan. 2. Saat merebus dalam panci keadaan tertutup, panci tidak terbuat dari besi atau alumunium. Panci yang bisa digunakan adalah yang terbuat dari stainless steel. 3. Cara penyimpanan, disimpan pada tempat yang kering, sejuk, dan terhindar dari sinar matahari. 4. Larutan diminum minimal 30 menit setelah makan. 5. Setelah minum larutan ini, kemungkan dapat terjadi diuresis pada pasien, sehingga pasien diberitahukan untuk mempesiapkan diri. 6. Dianjurkan mengurangi kacang-kacangan, susu, dan makanan lain yang memicu tingginya asam urat.
7. Setelah simplisia telah habis yaitu seminggu, pasien dianjurkan kembali lagi untuk cek up. 8. Kurangi berat badan dan istirahat cukup. VI. KESIMPULAN 1. Formulasi jamu dari tumbuhan Orthosiphon stamineus, Foeniculum vulgare dan Equisetum debile digunakan untuk mengobati penyakit osteoarthritis. 2. Cara penggunaan simplisia yaitu dengan direbus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas untuk diminum dalam dua kali dalam sehari. Masing-masing sebanyak setengah gelas. 3. Jamu harus disimpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya matahari. 4. Pasien dianjurkan untuk menjaga berat badan dan pola makan.
VII. PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga. 2015. Jamu dan Kesehatan Edisi II. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Ardiyanto, D., Ismoyo, S. P. T., 2013. Studi Klinis Formula Jamu untuk Osteoarthritis Sendi Lutut. Widyariset. 16: 02, 251-258. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Fujimoto, Takunori, Tsuda, Yoshisuke, 1972,"Isolation of myo-inositol from Kumis Kucing"., Yakugaku Zasshi, Vol. 92, N.8, p.1060-1061. Geurin J.C., Reveillere H.P., 1989, "Orthosiphone stamineus as a potent source of methylripario chromene A"., J.Nat.Prod., Vol 52, No. 1, p.171-173.
Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.45. Schneider, G; 1985, Parmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschafts-verlag Mannheim. Van Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora untuk anak sekolah Indonesia, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta.