TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR “Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan” Disusun Oleh: Ludfi Dwi
230110120120
Sofan Sidiq Pribadi
230110120136
Iman Baduzaman
230110120142
Irfan Permana
230110120148
Dicky Surya Putra
230110120154
Kelas: Perikanan B / Kelompok 5
PRODI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Esa, karena atas berkah, nikmat dan limpahan rahmat-Nyalah maka sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Analisis Usaha Jahit Aryan Tailor” Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan. Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau tidak berkenan di perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih kepada orang-orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga makalah ini selesai dibuat oleh penulis dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Jatinangor, 18 Mei 2014
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat, dengan
banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang saling bermunculan, sehingga mendorong perusahaan untuk lebih efisien dan lebih selektif dalam beroperasi sehingga sumber dari perusahaan dalam mencapai laba yang tinggi dalam jangka panjang bisa terwujud. Kondisi perusahaan yang harus selalu dipantau, dapat dilakukan dengan menganalisis finasial suatu perusahaan. Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biayabiaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”. Beberapa hal lain yang harus diperhatikan dalam analisis finansial ialah waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal. Melalui analisis finansial dapat diketahui keberhasilan tercapainya prestasi yang ditunjukkan oleh sehat tidaknya laporan keuangan tersebut, yang merupakan dasar penilaian prestasi / hasil kerja seluruh departemen atau bagian yang ada di perusahaan. Pada makalah ini kami akan membahas tentang analisis finansial sebuah jahit yaitu “aryan taylor” 1.2
Tujuan Mengamati dan menganalisis finansial pada perusahaan di bidang jahit
yaitu “ aryan taylor”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut
pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”. Analisis ekonomi adalah analisis usaha yang melihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisis ekonomi yang diperhatikan ialah hasil total, atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut “the social returns” atau “the economic returns” dari usaha tersebut. 2.2
Perbedaan Analisis Usaha dan Analisis Ekonomi Menurut Djamin (2003), Soetriono (2006) perbedaan antara keduanya
adalah: 1.
Harga Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market
price), sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas ekonomi akan digunakan harga bayangan. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2000), beberapa cara penggunaan harga bayangan antara lain sebagai berikut: A) Harga input output diperdagangkan Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar. Menurut Djamin (2003), border price yang relevan untuk input dan output impor adalah harga impor CIF lepas dari pelabuhan (dikurangi segala jenis bea masuk,
pajak impor, dan lain sebagainya), sedangkan pada input output yang merupakan barang ekspor maka border price yang relevan digunakan adalah harga FOB pada titik masuk pelabuhan ekspor. B) Harga input tidak diperdagangkan Harga bayangan dari input adalah consumer willingness to pay atau kesediaan konsumen untuk membayar dalam hal ini adalah kesediaan pihak yang berkepentingan dalam proyek untuk membayar. C) Biaya tenaga kerja Harga bayangan untuk biaya tenaga kerja adalah berapa sektor lain bersedia membayar untuk tenaga kerja tersebut apabila usahatani menarik tenaga kerja dari sektor lain. Kalau proyek tersebut menciptakan tenaga kerja, maka harga bayangan tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah yang dibayarkan perusahaan kepada mereka. D) Lahan Harga bayangan modal untuk lahan diperhitungkan dari biaya pengorbanan produksi (production foregone) yaitu hasil produksi dari tanah bila tidak digunakan untuk proyek, untuk tanah yang tidak menghasilkan maka harga bayangan dapat berupa harga sewa dari tanah tersebut. E) Nilai tukar valuta asing Harga bayangan untuk nilai valuta asing adalah nilai resmi yang ditentukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dikali dengan faktor konfersi.
2.
Pajak
Pembayaran pajak dalam analisis finansial akan dikurangkan pada manfaat proyek atau dianggap sebagai biaya. Sedangkan pada analisis ekonomi pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit proyek yang diserahkan pada pemerintah untuk kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, dan oleh karena itu dianggap sebagai biaya. 3.
Subsidi Didalam analisis finansial, subsidi (pengurangan pajak, pembatasan pajak
impor terhadap bahan baku, dapat pula berupa sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan proyek yang bersangkutan) akan mengurangi biaya proyek, jadi menambah benefit proyek, sedangkan pada analisis ekonomi subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab bertambahnya keuntungan oleh karena itu tidak dihitung. 2.3
Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini nantinya akan dianalisis secara
deskriptif dengan perhitungan menggunakan rumus-rumus ekonomi. Analisis Finansial : 1.
Biaya Produksi Biaya produksi merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya
variabel atau biaya tidak tetap, dihitung dengan menggunakan rumus: (Rasyaf, 1996). TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost atau total biaya (Rp/Tahun) FC = Fixed Cost atau biaya tetap (Rp/Tahun) VC = Variable Cost atau biaya variabel (Rp/Tahun)
2.
Penerimaan
Riyanto (2001), menyatakan bahwa jumlah penerimaan akan diperoleh dari suatu proses produksi dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk yang berlaku pada saat itu. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : TR = P x Q Keterangan: TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp/Tahun) P = Price of Quantity atau harga (Rp) Q = Quantity atau jumlah produk (Liter/Tahun) 3. Keuntungan Wasis (1997), menyatakan bahwa perhitungan keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: π = TR – TC Keterangan: π = Keuntungan (Rp/Tahun) TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp/Tahun) TC = Total Cost atau total biaya (Rp/Tahun) 4.
Net Present Value (NPV) Analisis NPV adalah analisis yang mempertimbangkan selisih antara
penerimaan dengan biaya terhadap besarnya bunga atau lebih dikenal dengan istilah yang mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu-waktu tertentu. Manalu (2007) menyatakan bahwa Net Present Value suatu usaha adalah selisih Present Value arus benefit (manfaat) dengan Present Value arus cost (biaya), yang dapat ditulis dengan rumus:
Keterangan: Bt = Economic Benefit pada tahun ke t Ct = Cost pada tahun ke t t = Tahun Investasi (Jangka Waktu) n = Umur Investasi (1,2,3,…,n) i = Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga) Kriteria nilai NPV: NPV > 0 Unit penampungan susu tersebut layak untuk dijalankan NPV = 0 Investasi dapat mengembalikan modal sebesar yang dikeluarkan NPV < 0 Unit penampungan susu tersebut tidak layak untuk dijalankan
5.
Internal Rate of Return (IRR) Analisis IRR digunakan untuk melihat kemampuan investasi yang
dikeluarkan pada keuntungan dalam kegiatan menyatakan bahwa cara untuk dapat memperoleh IRR yaitu:
Keterangan: i₁ = Nilai Social Discount Rate pertama i₂= Nilai Social Discount Rate kedua NPV1 = NPV dengan nilai Social Discount Rate I NPV2 = NPV dengan nilai Social Discount Rate II Kriteria nilai IRR: A) Bila IRR ≥ tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. B) Bila IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tersebut tidak
layak untuk dijalankan. 6.
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) B/C ratio merupakan ukuran berdiskonto manfaat proyek yang pertama
dikenal. Nilai mutlak B/C ratio akan berbeda tergantung pada tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah B/C ratio yang dihasilkan. Jika tingkat bunga yang dipilih cukup tinggi maka B/C ratio akan kurang dari satu (Adalina, 2008).
Keterangan: Bt = Economic Benefit (penerimaan)pada tahun ke t Ct = Cost (pengeluaran) pada tahun ke t t = Tahun Investasi (Jangka Waktu) n = Umur Investasi (1,2,3,…,n) i = Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga) Kriteria nilai B/C Ratio: B/C > 1 maka pengembalian investasi yang ditanamkan dapat kembali, dengan kata lain usaha tersebut layak untuk dilanjutkan.B/C < 1 maka pengembalian investasi yang ditanamkan tidak dapat kembali, dengan kata lain usaha tersebut tidak layak untuk
dilanjutkan. 7.
Pay Back Period (PBP) Masa pembayaran kembali atau payback period (PBP) dari suatu investasi
menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi menyatakan bahwa Payback Period (PBP) yang memiliki jumlah pendapatan (proceed) per tahunnya berbeda dapat dihitung menggunakan rumus: Keterangan: n = Tahun terakhir dimana jumlah pendapatan (proceed) masih belum bisa menutup investasi awal a = Jumlah investasi awal b = Jumlah kumulatif pendapatan (proceed) pada tahun ke-n c = Jumlah kumulatif pendapatan (proceed) pada tahun ke n + 1
Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan BAB III ANALISIS
No
Asumsi
Jumlah/Nilai
Satuan
1
Periode Proyek
10
Tahun
2
Jumlah Hari Kerja
25
Hari
3
Jumlah Bulan Kerja pertahun
11
Bulan
4
Rata rata produksi per minggu Jas
12
Potong
Kemeja
72
Potong
Celana
72
Potong
Dress
18
Potong
Jas
400.000
Rp/Ptg
Kemeja
100.000
Rp/Ptg
Celana
100.000
Rp/Ptg
Dress
300.000
Rp/Ptg
5
Harga Jual
Biaya Investasi Usaha Jahit (TFC) Jumlah
Harga Satuan
Umur Ekonomis
Mesin Jahit
10 Unit
1.500.000
10 Tahun
Mesin Obras
2 Unit
2.000.000
10 Tahun
Setrika
3 Unit
250.000
3 Tahun
Motor
2 Unit
15.000.000
5 Tahun
10.000.000
1 Tahun
Peralatan lainnya TOTAL
28.750.000
Biaya Variabel (TVC) Jumlah
Harga
Umur
Harga
Satuan
Ekonomis
dalam 1
Keterangan
Tahun Biaya Kredit Tempat Usaha
1 Unit
4.500.000
Perbulan
54.000.000
Selama 10 Tahun
Listrik dan
2.500.000
Perbulan
27.500.000
100.000
Perbulan
1.100.000
Oli Mesin
50.000
Perbulan
550.000
Perlengkapan
4.000.000
Perbulan
44.000.000
24.000.000
Perbulan
264.000.000
Air Perbaikan Mesin
Jahit Gaji Pegawai
12 orang
Selama 11 Bulan + THR 1 Bulan
Makan
10 orang
15.000
Perhari
TOTAL
41.250.000
432.400.000
TC=TFC+TVC Total Biaya : Rp 28.750.000 + Rp 432.400.000 = Rp 461.150.000
Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun No
Keterangan
Jumlah
Harga Jual
Produksi
Total dalam
Total dam 1
1 minggu
Tahun
dalam 1 Minggu Jas
8
300.000
2.400.000
108.000.000
Kemeja
60
100.000
6.000.000
270.000.000
Celana
60
100.000
6.000.000
270.000.000
Dress
15
300.000
4.500.000
202.500.000
18.900.000
850.500.000
Total Revenue (TR)
Proyeksi Laba dalam 10 tahun Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Pendapatan
850.500.000
850.500.000
850.500.000
850.500.000
850.500.000
TFC
28.750.000
10.000.000
10.000.000
10.750.000
10.000.000
TVC
432.400.000
432.400.000
432.400.000
432.400.000
432.400.000
Laba
389.350.000
408.100.000
408.100.000
407.450.000
408.100.000
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Pendapatan
850.500.000
850.500.000
850.500.000
850.500.000
850.500.000
TFC
25.000.000
10.750.000
10.000.000
10.000.000
10.750.000
TVC
432.400.000
432.400.000
432.400.000
432.400.000
432.400.000
Laba
393.100.000
407.450.000
408.100.000
408.100.000
407.450.000
Analisis Kelayakan Usaha Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
B/C
1,844302288
1,922468354
1,922468354
1,91921471
1,922468354
BEP
71662,78166
68749,02875
68749,02875
68865,5789
68749,02875
FRR
13,5426087
40,81
40,81
37,9023256
40,81
PPC
0,073841017
0,024503798
0,024503798
0,02638361
0,024503798
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
B/C
1,859422825
1,91921471
1,922468354
1,92246835
1,91921471
BEP
71080,03108
68865,5789
68749,02875
68749,0287
68865,5789
FRR
15,724
37,9023256
40,81
40,81
37,9023256
PPC
0,063597049
0,02638361
0,024503798
0,0245038
0,02638361
B/C > 1 , usaha dikatakan layak untuk dijalankan