ANALISA TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK MINIMALISASI PENGGUNAAN MATERIAL HANDLING PT. WIJAYA TRIUTAMA PLYWOOD INDUSTRI UNIT GREEN CLIPPER
TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN HMKK538 Untuk memenuhi persyaratan Lulus mata kuliah metode penelitian
Oleh:
NAMA : MUHAMMAD WIRANATA NIM
: H1F113228
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2016 i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkah, rahmat, hidayah dan karunia-nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga penyusunan laporan Kerja Praktek ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Adapun judul laporan Kerja Praktek ini adalah “Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Minimalisasi Penggunaan Material Handling PT. Wijaya Triutama Plywood Industri Unit Green Clipper”. Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini sesuai dengan kemampuan yang telah penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Universitas Lambung Mangkurat. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Dr. H. Sutarto Hadi Msc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia. 2. Dr.Yuliansyah Firmana ST. M.Eng
selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat. 3. Ach. Kusairi S,.MT, MM. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 4. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc selaku Dosen Pengampu mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang telah diberikan.
ii
5. Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc. selaku Dosen Pengampu mata kuliah teknik industri yang sudah memberikan saran, dan ilmu yang telah diberikan. 6. Bapak serta Ibu yang telah memberikan dorongan yang tidak terhingga baik moril maupun materil kepada penulis yang diberikan dengan tanpa pamrih, dan untuk adik-adikku tercinta. 7. Teman- teman Teknik Mesin 2016, terima kasih atas dukungan serta kerjasama yang dijalin selama ini baik dikampus maupun ditempat kerja praktek dan teruslah berinspirasi.
iii
Ucapan Terimakasih Kepada: Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor 1
Wakil Rektor 2
Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
Wakil Rektor 3
Wakil Rektor 4
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Dekan Fakultas Teknik
Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T
iv
Ketua Prodi Teknik Mesin
Ach. Kusairi S,.MT, MM
Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik Industri
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., S.T., M.Kes Agustina Hotma Uli Tumanggor ST.,MM, M.Sc
Terakhir penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berharga, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi kemajuan Ilmu Teknik Mesin Industri.
Banjarbaru, 31 Desember 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman COVER DAPAN.............…………………………………………….
i
KATA PENGANTAR dan Ucapan Terimakasih……………….....
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………
vi
ABSTRAK.... …………………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN.…………………………………………....
1
1.1
Latar Belakang ......................………………………………….
1
1.2
Perumusan Masalah ………..................................…………….
3
1.3
Tujuan Kerja Praktek…………………………………………..
3
1.4
Batasan Masalah………………………….......………………...
3
1.5
Manfaat Penelitian........…………………………………………
4
1.6
Sistematika penulisan...…………………………………………
4
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................
6
2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri........................................
6
2.2 Divinisi perancangan Tata Letak Pasilitas....................................
8
2.3 Tujuan perancangan Tata Letak Pasilitas.....................................
9
2.4 Perinsip Dasar Tata Letak.............................................................
11
2.5 Manfaat Tata Letak...…..............………………………………..
11
2.6 Tipe Tata Letak................…….......……………………………..
12
2.7 Ukuran Jarak......................................….………………………..
13
2.8 Analisa Kuanntitatif Aliran Bahan..............……………………..
20
2.9 Pengertian Materiaal Handling..........…..………………………..
23
2.10 Materiaal Handling........…........………………………………..
26
2.11 TujuanMateriaal Handling........………………………………..
28
2.10 Biaya Materiaal Handling.........………………………………..
29
vi
BAB III METODE PENELITIAN..................................................
31
3.1 Objek Dan Lokasi Penelitian........……………….……………...
31
3.2 Alat dan Bahan........................………....………………………..
31
3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................………………..
31
3.4 PenelitianDiagram Alir..........………....………………………..
33
3.5 Tahap Pengolahan Data..........………....………………………..
34
3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data…....………………………..
36
3.7 Kesimpulan dan Saran.............………....………………………..
36
3.8 Jadwal Penelitian.....................………....………………………..
36
vii
Abstrak Kelancaran aliran produksi salah satunya sangat ditentukan oleh adanya tata cara pengaturan fasilitas–fasilitas produksi, dengan tujuan untuk mengatur area lantai kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi sehingga dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Pada PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industri untuk aliran bahan terlihat masih terdapat kegiatan yang bolak-balik. Hal ini mengakibatkan proses produksi terganggu atau terhenti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian untuk meningkatkan kelancaran proses produksi dengan menelaah tata letak fasilitas.
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Definisi Tata letak pabrik adalah suatu rancangan fasilitas, menganalisis, membentuk konsep, dan mewujudkan sistem pembuatan barang atau jasa. Rancangan ini pada umumnya digambarakan sebagai rancangan lantai, yaitu satu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mecapai tujuan secara ekonomis dan aman (Apple, 1990, p2) Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan perlengkapan untuk operasi, dan semua peralatan yang digunakan dalam proses operasi. Salah satu tujuan dari perancangan tata letak fasilitas produksi adalah penggunaan ruangan yang lebih efektif. Penggunaan
ruangan akan efektif jika mesin-mesin atau fasilitas pabrik
lainnya disusun atau diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan jarak minimal antar mesin atau fasilitas produksi, dan aliran perpindahan material. Tata letak fasilitas produksi yang baik sangat berperan dalam kegiatan proses produksi karena berpengaruh langsung kepada kelancaran jalannya proses produksi,
dapat
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dapat
memberikan kenyamanan dan keleluasaan gerak kepada para pekerja. Perusahaan Plywood merupakan suatu perusahaan skala besar yang
1
bergerak di bidang industri kayu lapis yang berlokasi di kota banjarmasin, kalimantan selatan . Kekurangan dari tata letak pabrik yang sekarang adalah pengaturan tata
letak
tiap
stasiun
kerja
yang belum
sesuai,
karena
belum
memperhitungkan derajat tingkat kedekatan antar stasiun kerja. Hal ini terlihat pada stasiun pembubutan dan stasiun kerja pencetakan yang ditempatkan berjauhan padahal langkah proses operasi tersebut berurutan. Luas area kerja tidak standar, perbandingan luas area stasiun 4:1 dari luas mesin ( Sritomo, 1996 ) sehingga mengganggu keleluasaan gerak dan kenyamanan pekerja. Untuk itu dibutuhkan perencanaan tata letak fasilitas yang baik untuk memperpendek jarak antar stasiun produksi tanpa mengabaikan faktor kenyamanan pekerja. Apabila masalah itu dapat terpenuhi maka biaya material handling dapat diminimalisasikan. Dari hasil uraian diatas maka penulis mengambil judul Analisa tata letak unit green cliper dijadikan objek pada penelitian di PT. Wijaya Triutama plywood industri karena unit ini mempunyai peran tersendiri dalam pengolahan kayu lapis yaitu berfungsi untuk memotong dan meratakan sisi-sisi dari material sort core kayu. Unit mesin mempengaruhi struktur susunan pabrik karena aliran bahan dari mesin rotary dan press dryer yang kalau tidak tersusun dengan baik maka akan memerlukan terlalu banyak material handling yang digunakan dan membuat tata letak pabrik menjadi tidak efisien dan boros biaya produksi. “Analisa Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Minimalisasi Penggunaan Material Handling PT. Wijaya Triutama Plywood Industri Unit Green Clipper.
2
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan permasalahannya adalah “ Bagaimana merancang ulang tata letak fasilitas produksi green clipper pada Pabrik Plywood “PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry” untuk memperbaiki tata letak fasilitas produksi awal sehingga dapat meminimalkan material handling ".
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang ulang tata letak fasilitas unit Green Cliper“PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan sehingga dapat meminimalkan biaya Material Handling.
1.4 Batasan Masalah Agar lebih fokus dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini, maka dilakukan pembatasan pokok permasalahan, yaitu : 1. Perancangan tata letak hanya dilakukan di bagian fasilitas produksi. 2. Tidak ada penambahan / perubahan fasilitas - fasilitas produksi yang sudah ada selama penelitian 3. Tidak melakukan perubahan sistem produksi maupun urutan proses produksi dari perusahaan yang sudah ada. 4. Biaya yang akan dibahas hanya biaya operasional dari material handling. 5. Menggunakan 1 jenis produk acuan yaitu produk yang sering diproduksi dengan jumlah permintaan yang terbesar dalam tiap bulan. 3
1.5 Manfaat Penelitian Laporan ini memiliki maafaat bagi beberapa pihak yang terkait di dalamnya, yaitu sebagai berikut: a. Bagi Mahasiswa: Laporan ini bermaafaat bagi Mahasiswa mengetahui cara merancang tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. b. Bagi Program Studi Teknik Mesin: Hasil laporan ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi civitas akademik Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan dalam hal merancang tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. c. Bagi Perusahaan: Laporan tentang rancangan tata letak fasilitas produksi untuk minimalisasi matrial handling di PT. Wijaya Tri Utama Plywood Industry Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. dapat dijadikan bahan pertimbangan atas masukan-masukan tentang hal di atas.
1.6 Sistematika penulisan Sistematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi eman ( 6 ) bab, yang pada masing-masing bab telah dirancang tujuan tertentu. Berikut penjelasan secara detail dari masing-masing bab :
4
1. Bab I. Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II. Landasan Teori Bagian ini berisi uraian tentang tori-teori yang digunakan untuk membahas hal-hal yang menunjang dalam pengolaha data yaitu diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi perancangan tata letak dan jenis atau tipe tata letak yang ada. 3. Bab III. Metodologi Penelitian. Pada Bab III dilakukan pembahasan tentang objek penelitian dan tahapan-tahapan dalam proses penelitian, dari mulai tahapan studi pendahuluan hingga sampai pada tahapan penarikan hasil dan kesimpulan penelitian. 4. Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Untuk Bab IV berisi tentang data-data yang diproleh selama proses penelitian, dan dilakukan proses pengolahan data berdasarkan data yang diperoleh. 5. Bab V. Analisis Data. Pada bab ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, untik mendapatkan hasil output yang sesuai dengan metode yang digunakan
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 PT. Wijaya Triutama Plywood Industri PT. Wijaya Triutama Plywood Industri (PT. WTUPI), yang selanjutnya di sebut PT. WTUPI adalah merupakan perusahaan industry kayu lapis dan pembangkit listrik tenaga uap. PT. WTUPI terletak di Jln. Trisakti komplek UKA kelurahan Basirih kecamatan Banjarmasin barat kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan. Berdiri sejak 24 Januari tahun 1980 dan mulai produksi secara komersial pertama pada bulan Agustus tahun 1982 berupa Veneer basah (green Veneer) sejumlah 3.000 m3. Pada tahun yang sama tepatnya tanggal 20 Juni 1982 PT. WTUPI mulai mempublikasikan proses produksinya kepada pengusaha atau konsumen di Banjarmasin. Pemerintah Republik Indonesia memberikan persetujuan terhadap proses produksi komersial kepada PT. WTUPI pada tanggal 1 Agustus 1982. Dengan persetujuan tersebut perusahaan melakukan ekspor perdana hasil produksi plywood pada bulan Agustus 1982 sebanyak 2.000 m3. Negara pertama tujuan ekspornya adalah Hongkong. Sejalan dengan perkembangan usaha dan bahan baku log PT. WTUPI dapat mengembangkan usahanya dengan memproduksi Plywood, Block Board, dan Laminated Board. PT. WTUPI sampai sekarang (2015) sudah mempunyai 9 line pengupas bahan baku. Pemasaran produk yang dihasilkan sudah mencakup negara di Asia, Eropa dan Amerika. Negara-negara tersebut
6
antara lain Jepang, Korea, RRC, Hongkong, Mexico, Jerman, Belgia, Taiwan, Singapura, Malaysia, USA, Filipina dan Vietnam. Untuk menjamin kualitas produk pada Konsumen PT. WTUPI juga mempunyai beberapa sertifikat yang telah diakui dunia, antara lain: 1. JAS Ordinary Panel 2. California Air Resources Base (CARB) Selain sertifikat tersebut, PT. WTUPI juga menjalankan sistem manajemen mutu ISO 9002 pada tahun 1997 dan Sistem manajemen lingkungan 14001 mulai tahun 1999. Seiring berjalannya waktu, PT. WTUPI berkeinginan untuk tetap eksis di industri kayu lapis yang kemudian terhambat persoalan pasokan energy listrik dari PT. PLN yang kurang stabil. Persoalan ini mengakibatkan kualitas hasil produksi tidak stabil pula. Sehingga pada tahun 1995 PT. WTUPI membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap unit 1 dengan total kapasitas 15 MW yang dibangun bertahap. Bulan Agustus 1996 PLTU dengan kapasitas 1x6 MW mulai beroperasi dan pada tahun 1998 dibangun lagi dengan kapasitas 1x6 MW. Kemudian pada tahun 2002 PLTU dengan kapasitas 1x3 MW juga didirikan. Pembangkit listrik ini terletak di Jln. Trisakti Komplek UKA – Flamboyan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1998 PT.WTUPI mulai bekerja sama dengan PT. Perusahaan Listrik Negara (PT.PLN) dan group dari PT.WTUPI yaitu PT. Basirih Industrial dan PT. Intan Wijaya International dalam memanfaatkan exess power dari pembangkit listrik tersebut. Kerjasama jual beli ini di karenakan kurangnya pasokan listrik di wilayah Kalimantan Selatan untuk memenuhi
7
kebutuhan masyarakat dan industri. Izin usaha tetap kelistrikan untuk umum dari Kementrian Badan Penanaman Modal Dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara juga sudah didapat. Dengan Nomor izin : 371/T/industri/2000 yang dikeluarkan pada 19 Juni 2000 dan berlaku selama perusahaan masih beroperasi. Melihat hal itu, pada tahun 2016 PT. WTUPI membangun PLTU unit 2 dengan kapasitas 1x30 MW. Serta berencana untuk membangun unit 3 dengan kapasitas 1x30 MW. PLTU unit 2 sekarang sudah beroperasi dengan beban minimal untuk PT. PLN adalah sebesar 27 MW yang disalurkan melalui Gardu Induk (GI) Mantuil. Sehingga, total rata-rata yang disalurkan ke PT. PLN dari unit 1 dan 2 adalah sebesar 30 MW.
2.2 Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasifitas, peralatan phisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisensi produksi dan sistem pelayanan. (Purnomo, 2004). Sedangkan (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata
8
letak pabrik yang terencana dengan baik ikut menentukan efisiensi dan menjaga kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri. Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik (Tompkins, J.A., 1996)
2.3 Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas Secara garis besar tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dan fasililtas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok produksi secara efektif dan efisien. Selain itu terdapat tujuan perencanaan tata letak pabrik yaitu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan antara lain :
9
1. Memudahkan proses manufaktur. Penyusunan mesin, peralatan, dan ruang kerja yang baik menghasilkan kemudahan proses produksi 2. Meminimumkan pemindahan barang. Pengaruh jarak terhadap material handling akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Selain itu pemindahan barang yang semakin dekat akan berdampak pada pengurangan waktu produksi. 3. Menjaga fleksibilitas (keluwesan) Ada kalanya suatu pabrik menuntut adanya perubahan tata letak akibat adanya perubahan (penambahan/pengurangan fasilitas. Keadaan ini menuntut adanya fleksibilitas dalam melakukan proses produksi. 4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi Kelancaran aktivitas material handling mengurangi terjadinya penumpukan barang di stasiun kerja. Waktu peredaran total yang kecil akan mengurangi jumlah barang setengah jadi yang berakibat pula menurunnya biaya produksi. 5. Menurunkan cost of capital Suatu penggunaan fasilitas produksi yang tepat akan mengurangi biaya pemakaian fasilitas yang kurang perlu serta menghindarkan adanya duplikasi peralatan. 6. Menghemat pemakaian ruang Ketepatan dalam hal tata letak peralatan yang digunakan akan menghemat (efisisensi) ruangan yang dipakai 7. Memudahkan pengawasan Dengan tata letak yang baik akan memudahkan 10
dalam hal pengawasan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan. 8. Meningkatkan safety bagi produk maupun karyawan Mesin dan peralatan yang diletakkan pada tempat yang tepat akan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja maupun keru
2.4 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut: 1. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi 2. Perpindahan jarak yang minimal 3. Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik 4. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien 5. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara 6. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel. Tujuan tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.
2.5 Manfaat Perencanaan Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi yang terencana akan memberikan : 11
1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan 2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu 3. Minimisasi pemakaian area tanah 4. Pola aliran produksi yang terbaik 5. Keseimbangan penggunaan area tanah 6. Keseimbangan di dalam lintasan Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang
2.6 Tipe-tipe Tata Letak Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology Layout (Purnomo, 2004).
2.6.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout) Jika suatu pabrik secara khusus akan memproduksi satu macam produk atau kelompok produk dalam jumlah/volume yang besar dan waktu produksi yang lama, maka segala fasilitas–fasilitas produksi dari pabrik tersebut haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan layout berdasarkan aliran produk, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan dapat diatur menurut prinsip “machine after machine” tidak perduli macam mesin yang digunakan. Dengan memakai tata letak tipe aliran produk (product
12
layout), maka segala fasilitas–fasilitas untuk proses produksi (baik pabrikasi maupun perakitan) akan diletakkan berdasarkan garis aliran (flow line) dari produk tersebut. Adapun tipe–tipe garis aliran produk (product flow line) yang mungkin diaplikasikan yaitu : a. Straight Line Pola aliran berdasarkan garis lurus atau straight line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen–komponen atau beberapa macam production equipment.
Gambar 2.2 Straight Line
Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan : 1. Jarak yang terpendek antara dua titik. 2. Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus yaitu dari mesin nomor satu sampai ke mesin yang terakhir. 3. Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena jarak antara masing–masing mesin adalah sependek-pendeknya b. Serpentine atau zig zag (S-Shaped). Pola aliran berdasarkan garis–garis patah ini sangat baik diterapkan
13
bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
Gambar 2.3 Serpentine/Zig Zag
c. U-Shaped Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis bahan relatif panjang, maka U-Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran bahan tipe zig zag.
14
Gambar 2.4 U-Shaped d. Circular. Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.
Gambar 2.5 Circular
e. Odd angle. Pola aliran berdasarkan odd-angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola–pola aliran yang lain. Pada dasarnya
15
pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti : 1. Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan. 2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis. 3. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan. 4. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas–fasilitas produksi yang ada. Odd-angle ini akan memberikan lintasan yang pendek dan terutama akan merasa kemanfaatannya untuk area yang kecil.
Gambar 2.6 Odd-Angle 2.6.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi/macam Proses Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen.
16
Karakteristik tipe tata letak ini atara lain: a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil b. Produksi berdasarkan job order c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mampu mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.
2.6.3 Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout) Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama. Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.
2.6.4 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group technology layout) Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau peralatan yang dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu 17
kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”. Kelebihan tata letak ini adalah dengan
adanya penge1ompokan
produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar dan jarak perpindahan material akan lebih
pendek. Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu
diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan sernua faau produksl yang ada. Kelancaran keja sangat tergantung produksl
khususnya
pada
kegiatan
peigendalian
dalam menjaga keseimbangan kerja yang
bergerak.
2.7 Ukuran Jarak Terdapat beberapa sistem yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain. Ukuran yang dipergunakan banyak tergantung dari adanya personil yang memenuhi syarat, waktu untuk mengumpulkan data, dan tipe-tipe sistem pemindahan material yang digunakan. a. Jarak Euclidean Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Untuk menentukan jarak euclidean
fasilitas
satu
dengan
fasilitas
lainnya
menggunakan formula sebagai berikut:
𝑑𝑖𝑗
=
2
2
[(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 ) + (𝑦𝑖 − 𝑦𝑗 ) ]
18
1⁄ 2
………….( 1)
Gambar 2.7Jarak Euclidean
Dimana :
𝑥𝑖 = koordinat x pada pusat fasilitas i 𝑦𝑖 = koordinat y pada pusat fasilitas i 𝑥𝑗 = koordinat x pada pusat fasilitas j 𝑦𝑗 = koordinat y pada pusat fasilitas j 𝑑𝑖𝑗 = jarak antara pusat fasilitas i dan j
b. Jarak Rectilinear Jarak rectilinear atau Jarak Manhattan merupakan jarak yang diukur mengikuti jalur tegak lurus. Dalam pengukuran jarak rectilinear digunakan formula sebagai berikut.
𝑑𝑖𝑗 = (𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 ) + (𝑦𝑖 − 𝑦𝑗 )……………( 2 )
19
Gambar 2.8 Jarak Recitiliear c. Adjacency Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan. Kelemahan ukuran jarak Adjacency adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang fasilitas dimana satu dengan yang lainnya tidak berdekatan.
2.8 Analisa Kuantitatif Untuk Menganalisa Aliran Bahan Dalam melakukan analisa kuantitatif aliran bahan dapat mengunakan beberapa metode sebagai berikut : a. Peta Dari – Ke (From – To Chart) Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit dan satuan kuantitatif lainnya. Peta yang umum digunakan untuk
melakukan analisis kuantitatif ini adalah from to chart.
Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi di mana banyak items yang mengalir melalui suatu area. Angka - angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat 20
beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor ini Berikut ini adalah aplikasi from to chart untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan- mesin seperti pada tabel 1.1 sebangkan aliran komponen ditunjukan seperti pada gambar 2.5 Tabel 1.1 Kuantitas dan urutan produksi
Komponen 1 2 3
kuantitas produksi/hari 25 15 10
Urutan proses A-B-D-E A-C-D-B-E A-D-E
Gambar 2.9 Aliran komponen Pada gambar 2.6 adalah peta dari-ke yang menunjukkan jumlah material yang di pindahkan dari A ke B adalah komponen 1 dengan kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah komponen 1 dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total yang dipindahkan 35.
Tabel 1.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang Dipindahkan
21
Dari
A
B
C
D
25
15
10
E
Ke A B
25
C
15
D
15
E
b. Inflow dan Outflow Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien ongkos material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun kerja yang lain sedangkan outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain.
Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan ongkos
material handling dan From To Chart sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.10 Inflow dan Outflow Aliran Material
22
15
35
c. Tabel Skala Prioritas (TSP) Tabel skala prioritas menggambarkan urutan prioritas antara stasiun kerja dalam suatu layout produksi, sehingga diharapkan ongkos material handling menjadi minimum. Perhitungan inflow dan outflow menjadi dasar pertimbangan dalam pembuatan tabel skala prioritas, dimana prioritas tersebut diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya mulai dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Tujuan
pembuatan
TSP antara
lain
adalah
untuk
memperpendek jarak tempuh material handling, meminimasi ongkos material handling dan memperbaiki tata letak produksi menjadi lebih optimal.
2.9 Pengertian Material Handling Salah satu masalah penting dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling. Terdapat banyak definisi mengenai atau pengertian yang diberikan untuk material handling. Berikut ini ada dua definisi secara umum, yaitu : 1. Material Handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan, dan pengawasan material. a. Seni 23
Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena masalah-masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model matematika.
Material
handling
membutuhkan
sebuah
‘penilaian’ benar atau salah, dimana di perusahaanperusahaanbenar-benar berpengalaman di bidang material handling akan menilainya. b. Ilmu Pengetahuan Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuanb karena menyangkut
metode
engineering.
Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem. Analisis model matematis dan teknik–teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini. c. Perpindahan Perpindahan
material
membutuhkan
waktu
dan
memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran, bentuk, berat, dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis frekuensi gerakan.
24
d. Penyimpanan Penyimpanan
material
sebagai
penyangga
antar
operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan
material
antara lain adalah ukuran, berat, kondisi dankemampuan tumpukan
material,
keperluan
untuk
mengambil
dan
menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan tinggi bangunan. e. Perlindungan Yang termasuk dalm perlindungan material antara lain penmgawasan, pengepakan, dan pengelompokan material; untuk
melindungi
kerusakan dan kehilangan material.
Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan
terhadap material yang salah penanganan,
salah penempatan, salah pengambilan, dan urutan proses yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk meminimasi keperluan pengawasan, dan untuk menurunkan biaya. f. Pengawasan Pengawasan material terdirir dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada susunan dan jarak
25
penempatan antar material. Pengawasan status adalah pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian, dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan yang dilakukan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang tepat merupakan suatu tantangan, karena pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material. g. Material Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair, dan gas. Sistem penanganan diantara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda diantara bentuk material.
2. Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai dalam waktu yang baik pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya yang murah dengan menggunakan metode yang benar.
2.10 Aspek-aspek biaya pemindahan barang ( Material Handling ) Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga klasifikasi : a. Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke
26
konsumen yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya. b. In - Plant Receiving and Storage, yaitu biaya-biaya yang diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses berikutnya sampai ke pengiriman produk akhir. c. Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan. Dalam usaha menganalisa biaya material handling, maka faktor- faktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu : a. Material 1.
Harga pembelian dari mesin/peralatan
2.
Biaya seluruh material yang digunakan
3.
Maintenance cost dan repair – part inventory
4.
Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lain-lain)
5.
Biaya untuk oli
6.
Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap)
7.
Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.
b. Salary dan Wages 1.
Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam
27
pengoperasian peralatan-peralatan material handling) 2.
Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling tersebut.
3.
Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan lainlain.
c. Financial Charge 1.
Interest untuk investasi peralatan material handling
2.
Biaya asuransi, depresiasi dan lain-lain.
2.11 Tujuan Material Handling Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993) : a. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material. b. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja. c. Meningkatkan produktivitas : 1. Material akan mengalir pada garis lurus 2. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin 3. Perpindahan sejumlah material pada satu kali tertentu 4. Mekanisasi penanganan material 5. Otomasi penanganan material
28
d. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas 1. Meningkatkan penggunaan bangunan 2. Pengadaan peralatan serbaguna 3. Standardisasi peralatan material handling 4. Menjaga
dan
menempatkan
seluruh
peralatan
sesuai
kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan preventif 5. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem e. Mengurangi bobot mati f. Sebagai pengawasan persediaan
2.12 Biaya Material Handling Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Tujuan dari pemindahan bahan adalah sebagai berikut: 1.
Manaikkan kapasitas
2.
Memperbaiki kondisi kerja
3.
Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
4.
Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
5.
Mengurangi ongkos Beberapa
aktivitas
material
handling
yang
perlu
diperhitungkan adalah pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi serta pemindahan atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja.
Faktor - faktor
yang mempengaruhi
perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dan ongkos 29
pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka bngkos material handling dapat diketahui, dimana : Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi )……( 3 )
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Objek Dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah Rancangan pembangunan unit baru Green Clipper PT. Wijaya Triutama Plywoo Industry. Penelitian dilakukan di perusahaan berlokasi di Provinsi Kalimantan Selatan Banjarmasin PT. Wijaya Triutama Plywoo Industry.
3.2. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan penunjang penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Rancangan pembangunan unit baru Green Clipper tahun 2016. b. Kamera Samsung GT-B5330. c. Microsoft Excel 2016.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Setelah pengamatan awal, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data. Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: a. Observasi Pengumpulan data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di perusahaan seperti sejarah, misi dan tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain sebagainya.
31
b. Dokumentasi Pengumpulan data dari dokumen atau catatan-catatan yang ada di perusahaan seperti sejarah, misi dan tujuan perusahaan, struktur organisasi dan lain sebagainya. c. Wawancara Pengumpulan data diperoleh secara langsung, dengan jalan melakukan wawancara. Tipe wawancara yaitu studi kasus, metode yang digunakan adalah openended, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci yang berfungsi sebagai informan tentang fakta suatu peristiwa disamping opini mengenai peristiwa yang ada. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala bagian produksi, dan operator bagian produksi.
32
3.4 Diagram Alir Penelitian
Mulai Studi Lapangan
Studi Pustaka
Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Pengambilan Data dan Pengolahan Data Pengukuran Performansi Tata Letak Awal A
Pembuatan Tata Letak Usulan Pengukuran Performansi Tata Letak Usulan Analisa Hasil Kesimpulan dan Saran Diagram alur penyusunan Tugas akhir
33
3.5 Tahap Pengolahan Data Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : A. Penentuan Kapasitas Produksi Dalam menentukan kapasitas produksi menggunakan data produkyang sering di pesan dan diproduksi dalam jumlah yang besar (produk acuan). Dari data produksi, akan didapat produk yang paling sering di produksi, sehingga produk tersebut akan menjadi acuan dalam menghitung biaya material handling. B. Pengukuran Performansi Tata Letak Awal dan Penentuan Biaya Material Handling Awal. Dalam pengukuran performansi tata letak yang menjadi parameternya adalah Biaya Material Handling. Untuk mencari biaya total material handling adalah sebagai berikut : 1. Penentuan jarak antar fasilitas tata letak awal Jarak antar stasiun kerja dapat diketahui dengan melakukan menentukan pusat antara stasiun kerja. Jarak antar stasiun kerja dihitung dalam satuan meter. 2. Analisa Kuantitatif Pada Aliran Bahan Analisa ini menghasilkan frekwensi atau jumlah perpindahan barang dari setiap stasiun produksi yang ada pada layout awal. 3. Penentuan Biaya Material Handling Penentuan biaya material handilng terdiri dari
34
berbagai macam biaya yang berkaitan dengan perpindahan barang, antara lain biaya karyawan yang melakukan per[indahan barang, biaya perawatan alat angkut, harga beli alat angkut, perawatan, dan nilai ekonomis. 4. Biaya Total Material Handling Tata Letak Awal Parameter yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi layout adalah biaya total material handling. Biaya total material handling dapat dicari dengan rumus : Total BMH = ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi ) C. Pembuatan dan Pengukuran Performansi Layout Usulan Dalam pembuatan tata letak usulan, langkah-langkah yang dilakukan antara lain : a) Penentuan Tipe Tata Letak Dalam penentuan tipe tata letak yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan. 2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu. 3. Minimisasi pemakaian area tanah. 4. Pola aliran produksi yang terbaik. 5. Keseimbangan penggunaan area tanah. 6. Keseimbangan di dalam lintasan. 7. Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.
35
b) Penentuan Biaya Total Material Handling Variable yang dipakai dalam menentukan biaya total sama dengan layout awal, yaitu ( biaya per meter x jarak tempuh x Frekwensi ).
3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
analisis
dari
hasil
pengolahan data yang terdiri dari : 1) Analisis performansi tata letak awal. 2) Analisis hasil perancangan ulang tata letak produksi atau layout usulan 3) Perbandingan tata letak awal dengan tata letak usulan. 4) Interpretasi hasil.
3.7 Kesimpulan & Saran Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian serta memberikan saran pada perusahaan demi perkembangan penelitian ini lebih lanjut.
36
3.8 Jadwal Kegiatan Rencana pelaksanaan penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan pada Oktober 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Adapun rencana pelaksanaan tugas akhir ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah.
Rencana Kegiatan
Minggu ke 1
2
Pembuatan proposal Pengajuan proposal Mencari literatur Pengumpulan dan Pengolahan data Penyusunan Laporan Tugas Akhir Laporan selesai
37
3
4
5
6
7
8
Daftar Pustaka
Apple, J. M., 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Institut Teknologi Bandung. Francis, R.L., McGinnis, Jr. L.F., White, J.A., 1992, Facility Layout and Location: An Analytical Approach, edisi kedua, Prentice Hall, Inc., New Jersey
Hadiguna, R. A. dan Heri, S., 2008,Tata Letak Pabrik, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.
Purnomo, Hari (2004). Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta. Tompkins, J. A. et. al. 1996. Facilities Planning. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Wahyudi, ES.(2010). perancangan ulang tata letak fasilitas produksi di cv. dimas rotan gatak sukoharjo ( thesis ). UNS, Surakarta. Wignjosoebroto, Sritomo (1996). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan edisi ketiga. Guna Widya, Surabaya.
38