TUGAS LINGKUNGAN BISNIS “USAHA ROTI KERING PINISI”
DISUSUN OLEH:
SRI WINA 10.12.4745 S1-SI-2F
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
A. ABSTRAK Tulisan ini sekedar torehan untuk berbagi bagaimana mengawali berbisnis kue kering.Hal utama dalam setiap kegiatan akan lebih baik bila dimulai dari sesuatu yang kita sukai/hobi,karena hal itu sudah merupakan suatu modal untuk melakukan seuatu kegiatan yang bisa dijadikan usaha yang serius. Banyak sekali orang yang terbius akan kesuksesan dalam menjalani bisnis, namun hanya sedikit yang benar-benar dapat berhasil menjalankannya. Hal ini, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena bagaimanapun usaha dan kerja keras adalah kata kunci yang harus diterjemahkan dalam praktek yang nyata, bukan sekedar teori dan sebatas konsep. Bisnis roti kering pinisi ini menjadi lahan baru untuk mencari penghasilan tambahan (bahkan dijadikan penghasilan tetap) untuk melahirkan banyak pelaku marketing di Indonesia. Sudah cukup banyak yang berhasil, namun lebih banyak pula yang menemui jalan buntu dan dapat dikategorikan gagal.
B. ISI Peluang usaha bisnis makanan kering dalam kemasan kecil sebetulnya sudah sejak lama ada. Tapi akhir-akhir ini saya melihat bisnis makanan kering dalam kemasan kecil ini mulai banyak digemari lagi. Dari hitung-hitungan, dengan harga jual konsumen yang masih sangat terjangkau, keuntungan yang bisa didapatkan dari bisnis makanan kering ini cukup lumayan. Apakah keuntungan sebagai produsennya atau sebagai agen penjual saja.Banyak merek makanan kering di pasarkan, misal saja “gurih renyah, kering nikmat, dan lain-lain”, tapi apa kira-kira faktor yang bisa menjadi unggulan agar makanan kering ini bisa saling bersaing dipasaran? Berikut diantara yang terpikirkan: 1. Kering Renyahnya terjaga Yaa, besar kemasan boleh jadi sama, harga juga boleh jadi tak jauh beda, tapi soal rasa? Pasti sudah maklum ya. Eits! Tunggu dulu! Kalau rasa sudah pasti mutlak sarat utama, tapi pendukung agar rasa itu terjaga tak lupa adalah kerenyahannya.
2. Kemasan dan Harga yang terjangkau Besar kemasan harus seimbang dengan harga yang ditawarkan. Bahkan mungkin bisa lebih bagus lagi bila dengan harga yang terjangkau konsumen masih bisa merasakan untung. 3. Nama yang menjual Tidak
dipungkiri
sekarang
jamannya
jual
nama.
Meskipun
kelihatannya ini hanya makanan kering biasa, akan tetapi branding kemasan tetap diperlukan. Berbagai Jenis roti yang ditawarkan oleh Pinisi adalah ada 25 macam jenis, yang paling banyak dipesan adalah castengel dan nastar. Maka dari itulah untuk dua kue tersebut lebih banyak dibuat variasi rasa dan bentuk. Untuk castengel ada 3 jenis yakni castengel biasa dengan harga 30.000 rupiah, spesial 40.000 rupiah dan super 50.000 rupiah. Perbedaannya terletak pada komposisi bahan didalamnya dan banyaknya keju yang digunakan. Untuk nastar dibuat lebih banyak variasi lagi yaitu sebanyak 10 jenis. Diantara adalah nastar colakta, spesial, kuning, mete, keju, glasur, coklat, nastar bentuk buah, ceri, dan kerang. Harga masing masing adalah 30.000 rupiah kecualai untuk colakca dan spesial yakni 35.000 rupiah. Roti kering lainnya adalah kue salju, coco crunch, corn flakes, kenari keju, popy shape, coklat kacang. Harga dari masing-masing kue tersebut adalah 30.000 rupiah dan untuk sprite keju, coklat mete, brownies kering, serta kue cafetaria seharga 40.000 rupiah. Masing-masing roti dikemas dalam toples bening bundar seberat 500 gr.
PROSES PEMBUATAN Hampir semua adonan roti Pinisi diolah atau dibentuk menggunakan tangan manusia, cuma untuk nastar spesial, kerang dan sprite keju saja dibentuk menggunakan cetakan. Bahan baku yang digunakannya-pun diibuat dari bahan pilihan dengan mutu yang bagus karena ibu Nurhani sangat menjaga mutu kualitas hasil yang diperoleh. Semua roti bisa bertahan selama 10 bulan walau dalam proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet makanan. Khusus untuk nastar, karena ada bahan isian yaitu selai nanas, hanya bisa
bertahan dalam waktu 6 bulan. Kunci rahasia ini terdapat pada teknik pembakaran yang tanak. Bahan bahan dalam proses pembuatan roti adalah mentega, terigu, gula halus, room butter, sagu, corn flakes, coco crunch, susu kental, susu bubuk, telur dan selai nanas yang dibuatnya sendiri. Sedangkan alat utama yang digunakan adalah mixer untuk mengaduk bahan-bahan adonan roti dan 3 buah open besar yang dulunya dipesan khusus oleh ibu St. Nurhani ini. Untuk open bisa menampung 4 rak besar yakni 1 adonan roti dengan hasil sebanyak 6 toples roti. Untuk satu jenis roti diolah oleh satu orang pekerja. Setiap harinya, satu orang pekerja bertanggung jawab untuk membuat 1 adonan roti, mengolah, membentuk sampai roti matang dan siap di tempatkan ke dalam toples untuk dipasarkan. Hanya ada beberapa orang saja yang mampu membuat 2 adonan roti dalam satu hari. Pada proses pemanggangan untuk masing masing open ada tenaga khusus yang dipekerjakan. Dalam membuat roti seperti nastar misalnya bahan yang digunakan adalah mentega dicampur dengan gula halus, telur, baking powder dan vanili dikocok menjadi satu. Jika ingin timbul rasa bisa diberi essence sesuai selera. Setelah itu barulah terigu dimasukkan sambil terus diaduk sampai adonan dapat dibentuk sesuai keinginan. Sebelum dibentuk adonan diberi isi selai nanas dan diberi olesan kuning telur sebelum masuk kedalam open. Setelah itu adonan dipanggang hingga matang dan setelah dingin roti siap dimasukkan ke dalam toples.
PEMASARAN Roti Pinisi sangat memperhatikan kebersihan dalam proses pembuatan rotinya. Diantaranya adalah kebersihan bahan baku dan adonan yang dibuat, kebersihan tempat pada saat membuat roti, kebersihan si pengolah roti hingga kebersihan kemasan roti untuk siap dipasarkan. Produk roti Pinisi hampir mengisi seluruh supermarket di daerah Jogja. Pelanggannya juga ada di daerah Wates, Bantul, Sleman, Wonosari, Klaten,
Delanggu, Kartasura, Solo, Salatiga, Malang, Ambarawa, Secang, Ungaran dan hampir seluruh supermarket besar di daerah Semarang. Selain itu ada juga satu orang yang mengambil produknya untuk di pasarkan didaerah Tegal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes juga sampai Jakarta. Untuk pemesanan di rumah produksi, roti Pinisi selalu menggunakan sistem pembayaran cash. Dan untuk supermarket, sistem yang digunakan adalah konsinyasi (titip jual) sehingga pembayaran dilakukan dan diterima saat barang habis terjual. Banyaknya produk dari Pinisi ini mengisi tiap supermarket tergantung dari besar kecilnya supermarket. Untuk supermarket kecil biasanya sekitar 50 toples, sdangkan untuk supermarket besar seperti Carefour, Ada Setia Budi Semarang, biasanya hampir diisi produknya sebanyak 500 toples. Omset penjualannya bisa mencapai 200 juta terlebih puasa menjelang hari raya Idul Fitri.
SIMULASI KEUNTUNGAN Pemasukan Asumsi 1 hari produksi 150 toples @ Rp 30.000 Pemasukan = 150 x Rp 30.000= Rp 4.500.000 Pengeluaran Per adonan per hari Bahan baku = Rp 45.000 Toples : 6 x Rp 3.000 = Rp 18.000 Bahan bakar = Rp 5.000 Listrik dll = Rp 5.000 Tenaga = Rp 17.000 Pengeluaran per adonan =Rp 90.000 Total pengeluaran per hari = Rp 90.000 x 25 = Rp 2.250.000 Keuntungan perhari Rp 4.500.000 – Rp 2.250.000 = Rp 2.250.000
REFERENSI ¾ google Wikipedia ¾ http://bisnisukm.com