TUGAS BIOFARMASI INTRANASAL DRUG DELIVERY SYSTEM
DISUSUN OLEH: MUTIA ZAHARA : 14334716 ENDANG WULAN SARI : 14334711 NUR ARINI : 14334712
KELAS : K
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2014
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan ridhoNyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Biofarmasi yang membahas tentang “ Drug Delivery System Intranasal”. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Rachmi Hutabarat, S.Si, M.Si. Apt selaku dosen mata kuliah Biofarmasi serta rekan-rekan yang memberikan masukan dan saran kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini asih jauh dari kata sempurna serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat dinantikan guna penyempurnaan makalah ini di masa mendatang. Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kami maupun pembaca. Semoga Tuhan senantiasa membrikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua.
Jakarta, November 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB II
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drug Delivery System Intranasal 2.2 Anatomi dan Fisiologi Hidung 2.3 Biofarmasi Drug Delivery System Intranasal................................... 2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi Absorpsi DDS Intranasal......... 2.5 Perbedaan Intranasal DDS dengan Konvensional........................... 2.6 Pemberian Sediaan Intranasal Drug Delivery System..................... 2.7 Keuntungan dan Keterbatasan Intranasal Drug Delivery System...
3 5 7 11 13 15 17
BAB III
PRODUK OBAT INTRANASAL................................................
18
BAB IV
KESIMPULAN...............................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan
semakin
berkembangnya
sains
dan
teknologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul dan perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Selain memodifikasi senyawa obat, upaya yang banyak dilakukan adalah memodifikasi bentuk sediaan dan sistem penghantaran obat. Bermacam sistem mucosal dalam tubuh manusia (nasal, pulmonal, rectal dan vaginal) dapat dimanfaatkan untuk titik masuk sistem penghantaran obat. DDS Nasal adalah metode pengiriman obat yang aktif dalam dosis rendah dan tidak menunjukan bioavailabilitas oral yang minimal. Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang lalu, dimana penderita batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19 ditemukan metode nebulisasi cairan, suatu pengembangan baru metode dalam farmakoterapi. Pemberian obat secara intranasal merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem penghantaran obat sistemik parenteral. Keuntungan pemberian obat secara nasal ini meliputi pencegahan eliminasi lintas pertama hepatic, metabolisme dinding sel saluran cerna atau destruksi obat saluran cerna, kecepatan dan jumlah absorpsi, serta profil konsentrasi obat versus waktu relative sebanding dengan pengobatan intarvena, keberadaan vaskulator yang besar dan struktur yang sangat permeabel mukosa nasal ideal untuk absorpsi sistemik, dan kemudian pemberian serta kenyamanan obat secara intranasal untuk pasien. Pemberian obat menurut rute nasal merupakan sistem penghantaran obat yang menarik, seperti terbukti dengan introduksi bentuk sediaan yang dapat diterima misal kalsitonin untuk osteoporosis dan analog dari luteinizing harmone-relasing harmone untuk endometrosis. Selain itu telah diteliti pula semacam obat untuk diberikan secara intranasal (misal kortikostreoid, antibiotika, kardiovaskular, histamine dan anti histamin dan lain sebagainya).
1.2 Rumusan Masalah 1. Suatu sediaan dalam bentuk Drug Delivery System memiliki bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan konvensional. 2. Mekanisme penyerapan dan faktor yang mempengaruhi penyerapan Intranasal.
3. Keuntungan dan keterbatasan pemberian obat melalui Intranasal Drug Delivery System. 1.3 Tujuan Penulisan 1. Memahami mekanisme kerja Drug Delivery System Intranasal 2. Memahami mekanisme penyerapan dan faktor apa saja yang mempengaruhi penyarapan intranasal. 3. Memahami berbagai bentuk sediaan obat intranasal serta keuntungan dan keterbatasan pemberian obat melalui Intranasal Drug Delivery System.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drug Delivery System (DDS) Intranasal Drug Delivery System Intranasal (DDS Intranasal) merupakan sistem penghantaran obat melalui hidung. Mukosa hidung telah dianggap sebagai rute pemberian obat untuk mencapai absorpsi yang lebih cepat dan lebih tinggi
karena dapat mengurangi aktivitas dari saluran pencernaan, mengurangi aktivitas pankreas dan aktivitas enzimatik lambung, pH netral pada mukus hidung akan mengurangi aktivitas gastrointestinal (Krishnamoorthy R et al, 1998; Kisan R et al, 2007 dalam Alagusundaram: 2010). Dalam beberapa tahun terakhir banyak obat telah terbukti mencapai bioavailabilitas yang lebih baik ke sistemik melalui rute pemberian hidung dibandingkan dengan rute pemberian oral. Pengobatan melalui hidung, telah diakui dalam sistem Ayurvedic obat India, yang disebut dengan “NASAYA KARMA” (Chien YW et al.,1989 dalam Alagusundaram: 2010). Konsep Dasar Penghantaran Obat. Ketika obat digunakan oleh pasien, obat akan menghasilkan efek tertentu yang disebut efek biologis. Efek biologis ini merupakan hasil interaksi obat dengan reseptor tertentu dari obat, dimana obat yang dihantarkan ke tempat kerja di atas pada kecepatan dan konsentrasi tertentu diharapkan dapat memberikan efek terapeutik yang maksimal dan dengan
efek
samping
yang
seminimal
mungkin.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi absorpsi obat : a. Kelarutan obat Agar dapat diabsorpsi obat harus dalam bentuk larutan. Obat yang diberikan dalam bentuk larutan akan mudah diabsorpsi dibandingkan obat yang harus larut dahulu dalam cairan badan sebelum diabsoprsi. b. Kemampuan obat difusi melintasi membran sel Obat yang berdifusi melintasi pori-pori membran lipid kebanyakan obat di absorpsi dengan pasif. c. Kadar Obat Semakin tinggi kadar obat dalam larutan semakin cepat obat diabsorpsi. d. Sirkulasi darah pada tempat absorpsi Semakin cepat sirkulasi darah maka obat yang diabsorpsi akan semakin besar. e. Luas permukaan kontak obat Untuk mempercepat absoprsi dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel obat. f. Bentuk sediaan obat Untuk memperlambat absorpsi obat dapat dilakukan dengan penggunaan obat bentuk kerja panjang. g. Rute penggunaan obat Rute pemakaian obat dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi obat. Perkembangan obat akhir-akhir ini diarahkan pada bentuk sediaan obat alternatif dari parenteral dimana obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik melalui
rute bukal, sublingual, nasal, pulmonary dan vaginal. Rute ini juga digunakan untuk pengobatan lokal dimana dosis obat dapat dikurangi dan juga mengurangi efek samping sistemik. Untuk memahami teknologi penghantar obat terdapat beberapa hal yang harus dimengerti, antara lain : 1. Konsep Biovailabilitas 2. Proses absorpsi obat 3. Proses farmakokinetik 4. Waktu untuk terapi yang optimal 5. Penghantaran obat yang cocok untuk “New Biotherapeutis” 6. Keterbatasan dari terapi konvensional Dari berbagai hal di atas, tiga hal yang merupakan unsur terpenting diantaranya bioavaibilitas, penghantaran obat dan pencegahan serta pelepasan obat terkontrol. A. Proses Penggunaan Obat Intranasal Proses penggunaan DDS Intranasal dapat melalui penghantaran dua arah dengan laju nafas sebagai berikut : 1. Ketika nafas dikeluarkan ke dalam alat,langit-langit lunak secara otomatis menutup rongga hidung. 2. Nafas memasuki satu lubang hidung lewat mulut pipa yang menyegel. 3. Memicu pengeluaran partikel de dalam aliran, memajukan partikel melewati klep hidung untuk menuju tempat sasaran. 4. Aliran udara melewati communication posterior ke sekat hidung dan keluar melalui bagian hidung yang lain di jurusan berlawanan. Sehingga proses tersebut akan menghasilkan : a. > 90% dosis obat didepositkan melalui katup nasal b. > 70% dosis didepositkan di bawah posterior 2/3 rongga nasal c. Reproducibility tinggi dari pendepositan melalui katup nasal d. Tidak ada endapan pada paru-paru 2.2 Anatomi dan Fisiologi hidung A. Anatomi Hidung Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diingat kembali tentang anatomi hidung. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologis yang dapat berlanjut menjadi suatu penyakit atau kelainan. Pada manusia dan jenis hewan lainnya yang utama fungsi rongga hidung sebagai alat bernapas dan penciuman. Selain itu fungsi rongga hidung sebagai pelindung, menyaring panas yang penting dan melembabkan udara yang dihirup sebelum mencapai saluran udara terendah.
B. Embriologi Hidung Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan anatomis intranasal dapat dibagi menjadi dua proses. Pertama embrional bagian kepala berkembang membentuk dua bgian rongga hidung yang berbeda, kedua adalah bagian dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat yang dikenal dengan konka (turbinate), dan membentuk rongga-rongga yang disebut sebagai sinus (Walsh WE, 2002). C. Anatomi Hidung Luar Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas, struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian, yang paling atas : kubah tulang yang tidak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling bawah adalah lobus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah adalah pangkal hidung, batang hidung, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung. D. Anatomi Hidung dalam Bagian hidung dalam terdiri dari atas struktur yang membentang dari os. Internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus superior. (Ballenger JJ, 1994 ; Dhingra PL, 2007; Hilger PA, 1997).
Gambar 1. Anatomi Hidung Dalam E. Fungsi dari hidung Fungsi dari hidung adalah untuk menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara yang anda napas serta membantu anda untuk membaui dan mencicipi. Seorang yang normal akan menghasilkan kira-kira dua quarts (1 quart =0,9 liter) cairan setiap hari (lendir), yang membantu dalam mempertahankan saluran pernapasan bersih dan lembab. Rambut-rambut mikroskopisyang kecil (cilia) melapisi permukaan-permukaan dari rongga hidung, membantu menghapus partikel-partikel. Akhirnya lapisan lendir digerakkan ke belakang tenggorokan dimana ia secara tidak sadar ditelan. Seluruh proses ini diatur secara ketat oleh beberapa sistem-sistem tubuh. Rongga hidung ditutupi dengan selaput lendir yang dapat dibagi menjadi dua wilayah, nonolfactory dan penciuman epitel, di daerah ini non penciuman mencakup ruang depan hidung yang ditutupi dengan kulit seperti stratifikasi sel epitel skuamosa, dimana sebagai daerah pernapasan, yang memiliki saluran udara epitel khas ditutupi dengan banyak mikrofili, sehingga luas permukaan besar yang tersedia untuk penyerapan obat dan transportasi. Dengan cara ini lapisan lendir dalam di dorong dari anterior ke bangsal bagian posterior rongga hidung. Sel-sel goblet yang hadir dalam selaput lendir yang mempunyai konka hidung dan atrium, melainkan mengeluarkan mucus sebagai butiran lendir yang bengkak pada cairan hidung untuk berkontribusi pada lapisan lendir.
Sekresi lendir terdiri dari sekitar 95% air, Mucin 2%, 1% garam, 1% protein lain seperti albumin, imunoglobulin, lisozim dan laktoferin, dan 1 % lipid (Kaliner M et al., 1984 dalam Alagusundaram: 2010).
2.3 Biofarmasi Drug deliverys System Intranasal A. Mekanisme Absorpsi Obat Intranasal Obat yang diserap dari rongga hidung harus melewati lapisan lendir, ini adalah langkah pertama dalam absorpsi. Obat kecil dengan mudah melewati lapisan ini tetapi obat besar tidak mudah atau sulit dikenakan untuk menyebrang lapisan tersebut. Prinsip protein lendir adalah musin, yangmemiliki kecenderungan untuk mengikat zat terlarut, menghambat difusi. Selain itu, perubahan struktural dalam lapisan lendir yang mungkin sebagai akibat dari perubahan lingkungan (yaitu pH, suhu, dan lain-lain) (Illum L et al., 1999dalam Kushwara: 2011). Begitu banyak mekanisme yang telah diusulkan
tetapi ada 2 mekanisme penyerapan obat yang
digunakan : a. Mekanisme pertama Mekanisme pertama Melibatkan rute berair transportasi, yang juga dikenal sebagai rute paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada korelasi log-log terbalik antara intranasal penyerapan dan berat molekul senyawa larut dalam air. Kurang bioavailabilitas diamati untuk obat dengan berat molekul lebih besar dari 1000 Dalton (Aurora J et al., 2002 dalam Kushwara: 2011). b. Mekanisme kedua Mekanisme kedua Melibatkan transportasi melalui rute lipoidal juga dikenal sebagai proses transelular dan
bertanggung jawab untuk
pengangkutan lipofilik obat yang menunjukkan tingkat ketergantungan
pada lipofilisitas mereka. Obat juga melintasi membran sel dengan rute transpor aktif melalui carrier-dimediasi berarti atau transportasi melalui pembukaan persimpangan ketat (Aurora J et al., 2002). Sebagai contoh, kitosan, suatu biopolimer alami dari kerang, membuka sambungan yang erat antara epitel sel untuk memfasilitasi transportasi obat (Remo et al, 1998 dalam Kushwara: 2011). B. Perjalanan Obat Intranasal Adapun perjalanan sistem pengahantaran obat (Drug Delivery System) Intranasal dalam tubuh adalah sebagai berikut : a. Bentuk sediaan obat nasal dengan zat aktif Sediaan nasal diformulasikan atau dirancang dengan sedemikian rupa untuk penggunaan efek lokal. b. Fase biofarmasetik → obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. c. Ketersediaan farmasi → obat siap untuk diabsorpsi Obat dalam bentuk zat aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang selanjutnya zat aktif akan didistribusikan keseluruh tubuh (sistemik). d. Fase farmakokinetik → tidak terjadi ADME Fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. e. Ketersediaan hayati → obat untuk memberi efek Pada tahap ini obat mulai memberikan efek pada pasien dengan cara berikatan dengan reseptor-reseptor yang ada pada tubuh. f. Fase farmakodinamik → interaksi dengan reseptor di tempat kerja Bila obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya protein membran akan menimbulkan respon biologik. Tujuan utama fase ini adalah optimisasi dari efek bilogik. g. Efek terapi → obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan
pada
pasien.
Yang
diharapkan
dapat
memberikan
kesembuhan pada pasien. Adapun alur absorpsi dari jalur rute nasal yaitu sebagai berikut: Obat dihirup melalui rongga hidung partikel obat masuk melalui vestibula hidung, melewati palatum (langit-langit mulut), masuk ke turbinat inferior, kemudian masuk ke turbinat tengah hingga ke turbinat superior (mukosa olfactory), menuju ke nasofaring kemudian masuk ke faring melalui glotis masuk ke dalam trakea partikel tersuspensi dalam
aliran gas di di bronkus, selanjutnya partikel aliran gas tersuspensi di bronkiolus partikel terdisfusi
ke dalam alveoli, di dalam alveoli ini
terdapat banyak sekali pembuluh darah kapiler, di mana partikel zat masuk ke dalam kapiler-kapiler pembuluh darah berdifusi ke saluran darah (masuk ke dalam pmbuluh darah), di dalam pembuluh darah ini, partikel zat akan berikatan bersama reseptor, selanjutnya obat akan terabsorpsi melalui neuron olfactory menyerap melalui sel-sel pendukung dan kapiler sekitarnya hingga terabsorpsi ke dalam cairan serebrospinal dan akan memberikan efek sistemik yang diharapkan.
2.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi Absorpsi DDS Intranasal Ada berbagai faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas sistemik dari obat yang diberikan melalui rute hidung. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi terhadap sifat physiochemical dari obat, sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung dan jenis dan karakteristik dari sistem penghantar obat yang dipilih hidung. Faktor-faktor ini memainkan peran kunci untuk sebagian besar obat mencapai tingkat darah terapi efektif setelah pemberian hidung. Faktor yang mempengaruhi
penyerapan
obat
hidung
dijelaskan
sebagai
berikut
(Alagusundaram: 2010). 1. Sifat fisiko kimia obat a. Ukuran partikel Penyerapan obat melalui rute hidung dipengaruhi oleh ukuran molekul. Obat lipofilik memiliki hubungan langsung antara MW dan permeasi
obat
sedangkan
senyawa
yang
larut
dalam
air
menggambarkan hubungan terbalik. Tingkat permeasi sangat sensitif terhadap ukuran molekul untuk senyawa dengan MW ≥ 300 Dalton (Corbo DC et al.,1990 dalam Alagusundaram: 2010). b. Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik Sifat HLB dari obat mempengaruhi proses penyerapan. Dengan meningkatkan lipofilisitas, permeasi senyawa biasanya meningkat
melalui
mukosa
hidung.Meskipun
mukosa
hidung
ditemukan memiliki beberapa karakter hidrofilik, tampak bahwa mukosa ini terutama lipofilik di alam dan domain lipid memainkan
peran penting dalam fungsi penghalang membran ini.Obat lipofilik seperti nalokson, buprenorfin, testosteron dan etinilestradiol hampir sepenuhnya diserap bila diberikan rute intranasal (Bawarshi RN et al 1989; Hussain A et al ., 1991 dalam Alagusundaram: 2010). c. Degradasi enzimatik dalam rongga hidung Obat seperti peptida dan protein memilikibioavailabilitas yang rendah di rongga hidung, sehingga obat ini mungkin memiliki kemungkinan untuk mengalami degradasi enzimatik dari molekul obat dalam lumen rongga hidung atau sewaktu melewati penghalang epitel (Alagusundaram: 2010). 2. Efek faktor pada hidung (sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung) a. Permeabilitas membrane Permeabilitas membran hidung adalah faktor yang paling penting, yang mempengaruhi penyerapan obat melalui rute hidung. Obat larut dalam air dan berat molekul obat sangat besar seperti peptida dan protein mengalami permeabilitas membran rendah. Jadi senyawa seperti peptida dan protein yang utama diserap melalui proses transportasi endocytotic dalam jumlah rendah (Inagaki M et al., 1985 dalam Alagusundaram: 2010). Obat dengan berat molekul tinggi yang larut dalam air melintasi mukosa hidung terutama oleh difusi pasif melalui pori-pori berair (yaitu persimpangan ketat) (Alagusundaram: 2010). b. Lingkungan Ph pH lingkungan memainkan peran penting dalam efisiensi penyerapan obat hidung. Senyawa kecil larut dalam air seperti asam benzoat, asam salisilat, dan asam alkaloid menunjukkan penyerapan hidung dalam tikus terjadi secara lebih luas di mana nilai-nilai pH senyawa ini dalam bentuk terion. Namun, pada pH di mana senyawa ini sebagian terionisasi, penyerapan substansial ditemukan. Ini berarti bahwa bentuk lipofilik non terionisasi melintasi penghalang epitel hidung melalui transelular rute, sedangkan bentuk terionisasi lebih lipofilik melewati paracellular rute berair (Alagusundaram: 2010). c. Pembersihan Mukosiliar Pembersihan mukosiliar merupakan salah satu fungsi dari saluran pernapasan bagian atas adalah untuk mencegah zat berbahaya sikap (alergen, bakteri, virus, racun dan lain-lain) mencapai paru-paru.
Ketika bahan tersebut mematuhi, atau larut dalam, lapisan lendir dari rongga hidung, mereka diangkut menuju nasofaring untuk akhirnya dibuang ke saluran pencernaan (Armengot M et al., 1990 dalam Alagusundaram: 2010). Pembersihan lendir ini dan terserap / zat terlarut ke dalam GIT disebut MCC (Mucociliary clearance) (Alagusundaram: 2010). d. Rhinitis Rhinitis adalah penyakit umum yang paling sering dikaitkan pada pengobatan intranasal, penyakit ini akan mempengaruhi bioavailabilitas obat. Hal ini terutama diklasifikasikan ke dalam rhinitis alergi dan umum, gejalanya adalah hipersekresi, gatal dan bersin terutama disebabkan oleh virus, bakteri atau iritan. Alergi rhinitis adalah penyakit alergi saluran napas, yang mempengaruhi 10% dari populasi. Hal ini disebabkan oleh peradangan kronis atau akut selaput lendir hidung. Kondisi ini mempengaruhi penyerapan obat melalui selaput lendir akibat peradangan (Alagusundaram: 2010). 3. Faktor yang memberikan efek penghantar Faktor-faktor yang mempengaruhi penghantar obat di mukosa hidung seperti surfaktan, apakah pH, osmolaritas, viskositas, ukuran partikel dan hidung clearance, struktur obat dapat digunakan untuk keuntungan untuk meningkatkan penyerapan. a. Formulasi (Osmolaritas, pH, Konsentrasi) pH sediaan obat dan permukaan hidung dapat mempengaruhi permeasi obat ini. Untuk menghindari iritasi hidung, pH sediaan obat harus disesuaikan dengan pH 4,5-6,5 karena lisozim ditemukan di sekret hidung, yang bertanggung jawab untuk menghancurkan bakteri tertentu pada pH asam. Dalam kondisi basa, lisozim tidak aktif dan jaringan yang rentan terhadap infeksi mikroba. Selain menghindari iritasi, itu menghasilkan memperoleh permeasi obat efisien dan mencegah
pertumbuhan bakteri (Arora P et al., 2002 dalam
Alagusundaram: 2010). b. Gradien konsentrasi memainkan peran yang sangat penting dalam proses
penyerapan/permeasi obat melalui membran hidung karena
kerusakan mukosa hidung. Contoh untuk ini adalah penyerapan LTirosin, dimana konsentrasi obat dalam percobaan perfusi hidung.
Sedangkan pada absorpsi asam salisilat konsentrasi obatnya menurun. Penurunan ini kemungkinan karena kerusakan mukosa hidung yang permanen (Satish BB et al., 2008 dalam Alagusundaram: 2010). c. Osmolaritas bentuk sediaan mempengaruhi penyerapan obat di hidung. Sebagai contoh ialah natrium klorida yang mempengaruhi penyerapan hidung. Penyerapan maksimum dicapai dengan konsentrasi natrium klorida 0.462 M, konsentrasi yang lebih tinggi tidak hanya menyebabkan bioavailabilitas meningkat tetapi juga mengarah pada toksisitas pada epitel hidung (Ohwaki K et al., 1985 dalam Alagusundaram: 2010). d. Distribusi Obat dan deposisi Distribusi obat dalam rongga hidung merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi efisiensi penyerapan hidung. Modus pemberian obat dapat mempengaruhi distribusi obat di rongga hidung yang pada gilirannya akan menentukan efisiensi penyerapan obat. Penyerapan dan bioavailabilitas bentuk sediaan hidung terutama tergantung pada lokasi disposisi. Bagian anterior hidung menyediakan waktu perumahan berkepanjangan hidung untuk disposisi dari formulasi, hal ini akanmeningkatkan penyerapan obat. Dan ruang posterior dari rongga hidung akan digunakan untuk pengendapan bentuk sediaan, melainkan dihilangkan oleh proses pembersihan mukosiliar dan karenanya menunjukkan bioavailabilitas rendah. Situs disposisi dan distribusi bentuk sediaan terutama tergantung pada penghantar perangkat, cara pemberian, sifat fisikokimia molekul obat (Alagusundaram: 2010). e. Viskositas Viskositas yang lebih tinggi dari formulasi meningkatkan waktu kontak antara obat dan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu untuk permeasi. namun, formulasi sangat kental akan mengganggu fungsi normal seperti pergerakan silia atau clearance mukosiliar dan dengan demikian mengubah permeabilitas obat (Alagusundaram: 2010). 2.5 Perbedaan Intranasal DDS dengan Konvensional Pemberian obat secara nasal sekarang ini adalah cara yang popular untuk menangani penyakit pernafasan dan juga mengatur pemberian obat-obatan bebas
(OTC) Pada kondisi sinus, seperti hidung mampet atau alergi. Semprotan nasal, botol tekan, atau obat tetes hidung adalah sebagai dari metode pemberian obat langsung yang umum dan biasanya dipilih oleh konsumen pada swamedikasi ataupun pada obat resep untuk pilek atau alergi. Untuk pasien yang tidak menyukai cara spray/ semprot ke dalam hidung atau bagi pasien yang tidak memungkinkan adanya terapi nebulisasi, dapat digunakan cara oles/swab. Beberapa pabrik obat sedang mengembangkan cara penggunaan aplikator dosis tunggal, yang dapat melapisi lubang hidung dengan cairan atau gel. Pada pilek, selain untuk mengobati, swab juga dapat terserap oleh saluran hidung. Pada intinya, pemberian obat langsung ke hidung/daerah nasal adalah dosis yang digunakan seminimal mungkin, karena tidak seperti oral, yang harus memperhatikan metabolisme lintas pertama di hati. Alat penyemprot/ sprayer juga memiliki peranan penting. Penggunaan sprayer tradisional akan memilikim perbedaan jika digunakan oleh remaja dan orang tua, karena kekuatan penyemprotan yang berbeda. Untuk itu, banyak perusahaan farmasi yang mengembangkan alat yang dapat mengukur jumlah obat yang dikeluarkan secara simultan. NDA (New Drug Application) menentukan bahwa pemberian obat nasal untuk gejala ataupun penyakit radang selaput lendir, hanya untuk pasien 12 tahun ke atas. Pada pemberian obat nasal menggunakan spray yang biasa, cairan berfungsi sebagai pembawa, obat/zat aktif hanya sebagian kecil dari total keseluruhan cairan tersebut. Tantangan formulasinya adalah mencari formula yang tidak akan merugikan pasien dan dapat diabsorpsi dengan baik oleh hidung, tetapi secara efektif dapat dipompa oleh pompa mekanik reguler. Tantangan selanjutnya adalah membuat sediaan nasal yang juga dapat melewati sawar darah otak. Umumnya, tradisional spray nasal, hanya mencapai sepertiga mukosal nasal, untuk itu banyak perusahaan farmasi yang mengembangkan sistem dispersi yang dapat memungkinkan obat dapat mencapai seluruh permukaan mukosanasal hingga paranasal. Teknologi seperti ini juga dapat digunakan untuk obat topikal agar dapat berpenetrasi lebih dalam dan obat oral agar dapat diabsorpsi lebih baik lagi. Saat ini banyak dikembangkan nasal tanpa pengawet, yang dapat mengiritasi hidung dan mukosa. Selain itu, dikembangkan juga alat yang dapat mengirimkan obat
menggunakan akuator samping (side actuator), bukan melalui bagian atas alat tersebut. Drug Delivery System Intranasal atau sistem penghantaran obat intranasal adalah suatu teknologi penyampaian obat yang khas, diciptakan agar obat dapat mencapai tempat kerja di intranasal lebih optimal. Perbedaan DDS Intranasal dengan sediaan oral untuk penyakit nasal adalah tanpa proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi), sehingga efek obat akan cepat tercapai, karena pemberiannya yang langsung mencapai tempat kerjanya. 2.6 Pemberian Sediaan Intranasal Drug Delivery System Ada beberapa jenis system pengiriman obat, yang telah lama digunakan untuk pengiriman obat untuk rongga hidung, sepertisemprot hidung, tetes hidung,semprot aerosol dan insufflators. Tabel1, diberikan daftar obat yang telah diberikan intranasal untuk pengobatan sistemik dan jenis obat pengiriman perangkat yang digunakan Sarana pengiriman dan perangkat untuk administrasi intranasal obat (Putheti dkk : 2009). Tabel 1. alat dan cara pemberian obat intranasal
Pemilihan bentuk sediaan tergantung pada obat yang digunakan, indikasi, pasien dan pemeriksaan terakhir. Empat formulasi dasar yang harus dipertimbangkan yaitu larutan, emulsi, dan bubuk kering. Sistem penghantar sediaan untuk obat pemberian intranasal yaitu:
a. Semprot hidung Ketersediaan pompa dosis terukur pada nasal spray dapat memberikan dosis yang tepat dari 25-200 μm. Ukuran partikel dan morfologi dari obat dan viskositas formulasi menentukan pilihan pompa dan perakitan (Kushwara: 2011). b. Tetes hidung Tetes hidung adalah salah satu yang paling sederhana dan nyaman dikembangkan untuk penghantaran. Kerugian utama dari ini adalah kurangnya presisi dosis tetes hidung mungkin tidak cocok untuk produk resep (Kushwara: 2011). c. Nasal gel Keuntungan dari nasal gel yaitu pengurangan dampak rasa karena mengurangi
menelan,
pengurangan
kebocoran
anterior
formulasi,
pengurangan iritasi dengan menggunakan eksipien menenangkan/emolien dan sasaran pengiriman ke mukosa untuk penyerapan lebih baik (Kushwara: 2011). d. Nasal bubuk Keuntungan untuk bentuk sediaan serbuk hidung adalah tidak adanya bahan pengawet dan stabilitas superior formulasi. Namun, kesesuaian bubuk formulasi tergantung pada kelarutan, ukuran partike, sifat aerodinamis dan iritasi hidung obat aktif dan/ atau bahan pembantu. Tetapi iritasi mukosa hidung dan pengiriman dosis terukur adalah beberapa tantangan formulasi. Umumnya, penyerapan bertindak melalui salah satu dari mekanisme berikut antara lain menghambat aktivitas enzim, mengurangi kekentalan lendir atau elastisitas, penurunan pembersihan mukosiliar, dan melarutkan atau menstabilkan obat (Kushwara: 2011). e. Intranasal mikroemulsi Intranasal mikroemulsi merupakan salah satu pengiriman obat non-invasif untuk sirkulasi sitemik. Vyas (2006) telah melaporkan bahwa formulasi mikroemulsi
clonazepam
digabungkan
dengan
agen
mukoadhesif
dipamerkan timbulnya status epileptikus. Dalam penelitian lain, Vyas dkk dilaporkan cepat dan tingkat yang lebih besar dari transportasi obat ke dalam otak tikus setelah pemberian intranasal mukoadhesif mikroemulsi zolmitriptan dan sumatriptan. Mukesh dkk (2008) mempelajari pengiriman intranasal risperidone dan menyimpulkan bahwa jumlah yang signifikan dari risperidone dengan cepat dan efektid disampaikn ke otak dengan
pemberian intranasal nanoemulsion mukoadhesif risperidone (Kushwara: 2011). 2.7 Keuntungan dan Keterbatasan Intranasal Drug Delivery System a. Keuntungan dari Intranasal Drug Delivery System 1. Obat dengan stabilitas yang rendah di dalam cairan gastrointestinal bisa diberikan dengan rute nasal. 2. Area permukaan untuk absorpsi luas (160 cm3) 3. Senyawa polar yang menunjukan absorpsi oral yang rendah mungkin bisa ditukar untuk rute ini. 4. Penyerapan obat sangatkah cepat melalui mucosa vaskular, onset of action yang cepat serta aktivitas metabolisme yang rendah dibandingkan dengan peroral, menghindari reaksi saluran cerna dan metabolisme hati. 5. Kenyamanan dan kepatuhan meningkat, penggunaan yang mudah. b. Keterbatasan dari Intranasal Drug Delivery System 1. Ada resiko efek samping setempat dan menyebabkan kerusakan pada cilia dari mukosa hidung, keduanya dari bahan aktif dan bahan tambahan yang ditambahkan ke formulasi obat. 2. Volume yang dapat dihantarkan ke rongga hidung terbatas dari 25-200µl, tidak layak untuk bobot molekul yang tingginya lebih dari 1 k Da. 3. Permeabilitas obat dapat terbatas, karena penghambatan enzim, dan bila terdapat iritasi pada hidung, obat tidak dapat diberikan. 4. Surfaktan tertentu digunakan senyawa kimia yang bisa menggangu dan kadang melarutkan membrane dalam konsentrasi yang tinggi. 5. Keadaan dingin atau kondisi patologik lain termasuk disfungsi cilia mukosa, bisa sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi di hidung. 6. Bisa menjadi kehilangan mekanik dari bentuk dosis kebagian lain di jalur pernapasan seperti paru-paru karena teknik pemberian yang tidak benar.
BAB III PRODUK OBAT INTRANASAL 3.1 Produk-produk intranasal yang beredar dipasaran diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Contoh produk nasal spray
Nama prod uk Pabrik Kemasan Komposisi Indikasi Mekanisme obat
Dosis
Pemberian Cara
: : : : : :
Nasacort AQ Nasal Spray Sanofi Aventis Semprot hidung 55 mcg/semprot x 120 dosis Triamcinolone acetonide Terapi simpatomatik rinitis alergi musiman dan menahun Termasuk golongan kortikosteroid hidung. Farmakologi:Farmakodinamik: Triamcinoloneasetonidini merupakan turunanyang lebih kuatdaritriamsinolondansekitar 8kali lebih efektif dibandingkanprednison. Kortikosteroidsangat efektif untukmengobati penyakitalergi padamanusia. NasacortAQtidakmemiliki efekadanya tandadan gejalaalerginya. Perbaikan dalambeberapa gejalapasien yangmungkin terlihatdalam hari pertamaterapi denganNasacortAQdanpemulihandapatdiperkirakandalam 3-4hari. KetikaNasacortAQdihentikan sebelum pada waktunya, gejala mungkinakan kambuhselama beberapa hari. Dalampenelitian klinisyang dilakukanpada orang dewasadan anak-anakdengan dosissampai dengan440mcg/hariintranasal, tidak adapenekananadrenal(HPA) aksis hipotalamus-hipofisis yang telah diamati. : Untuk dewasa dan anak ≥ 12 tahun : 220 mcg (2 semprotan tiap lubang hidung) 1 kali sehari. Untuk pemeliharaan : 110 mcg/hari (1 semprotan tiap lubang hidung) : Hanya untukpenggunaan hidung. : 1. Secara perlahanmeniuphidunguntuk membersihkanlubang hidung, jika diperlukan. 2. Letakkanujungsemprotke dalam1lubang hidung(ujung
tidakharus
mencapaijauhke
dalam
Men ggun akan
hidung)dengan
kepalamembungkuk
depanagarsemprotanakan
ke
berusahamenujuhidung
bagian belakang. 3. Arahkanujunglangsung kembalike dalam hidung. Menutuplubang
hidunglainnyadengan
Memompasemprotandengan
jari.
menekankuat
botolnyadanmenghirupperlahansekaligus. Ulangitata caralubang hidung bagianlain. 4. Ulangilangkah-langkahjika
diperintahkanuntuk
penggunaan>1semprotanperlubang hidung. 5. Hindarimeniuphidungselama 15menitsetelahpemberian dosis. Untukhasil terbaik, NasacortAQharus digunakansecara teratur.
Peringatan
Efek sam ping
Pasien yang mendapat terapi jangka panjang kortikosteroid sistemik. Infeksi TB aktif atau tenang, infeksi virus, bakterial, fungi sistemik atau herpes simplex okular yang tidak diterapi. Jangan untuk : penderita cacar air atau campak. Ulkus septum nasal yang baru, bedah atau trauma nasal. Hamil, laktasi. Rinitis, sakit kepala dan faringitis. Epistaksis, iritasi nasal, kekeringan pada mukosa, kongesti naso-sinus dan bersin-bersin. Jarang: perforasi septum nasal. Jarang: reaksi alergi termasuk ruam kulit, urtikaria, pruritus, dan : edema pada wajah.
2. Contoh produk nasal drops :
Nama p r o d u k Pabrik Kemasa n Kompo s i s i Indikasi
: : : : :
:
:
:
Mekani s m e o
Breathy Nasal Drops Novell Pharma tetes hidung, dus, botol @ 30 ml. NaCl Untuk melembabkan membran nasal yang kering dan meradang karena pilek, alergi, kelembaban yang rendah, perdarahan hidung minor dan iritasi hidung minor lainnya. Breathy nasal dropsberupa larutan isotonis setara dengan larutan isotonis Natrium Klorida 0,9%. Breathy bekerja memperkecil sekresi mukosa sehingga membantu membuang mukus dari hidung dan sinus. Breathy tetes hidung dapat digunakan untuk anak dan bayi 1 bulan ke atas. Teteskan 1–2 tetes Breathy pada masing-masing lubang hidung, atau sesuai dengan petunjuk dokter. Dapat diulang beberapa saat kemudian. Jangan digunakan untuk orang lain, untuk mencegah penyebaran infeksi. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b a t
Dosis d a n p e m b e r i a n
Peringa t a n
3. Contoh Produk Nasal gel :
Nama pr od uk Pabrik Kemasan Komposi si
Indikasi
Mekanis me ob at
: Ayr Saline Nasal Gel : B.F. Ascher & Co., Inc. Lenexa, KS 66219 800-324-1880 : Tube gel – 0.5 OZ / 14.1 g : Air, MethylGluceth-10, PropyleneGlycol, Glycerin, Gliserilpolymethacrylate, Triethanolamine, Aloe BarbadensisLeafJuice(Aloe VeraGel), PEG, PEG/PPG18/18, Dimethicone, Carbomer, Poloxamer184, Natrium Klorida, XanthanGum, Diazolidinylurea, Methylparaben, Propylparaben, GlycineSoja(Kedelai) Minyak, GeraniummaculatumOil, tokoferilasetat, Blue1. : Membantumelembabkandan menenangkanhidungkering karenapilek; mimisan; penerbangan; keringnyamusim dingin; sinusitiskronis; alergi; masa kehamilan; pernapasanmulut; Terapioksigen; kelembaban yang rendah. AyrSalineNasalGeldenganSoothingAloeadalahbantuannon-obat : untukkering, iritasisaluran hidung. Setiapsemprotanmengirimkankabutnatriumkloridagelke dalamlubang hidungAndauntuk melembabkanmereka danmenjaga agar terhidrasidannyamanselama berjam-jam. Karena tidak mengandungobat, jaditidakperlu khawatir tentangefek sampingsistemik.Ayraman digunakandengan obatdingin ataualergilainnya. Semprotan hidungsalineadalah salah satubentuk yangpalingumumdirekomendasikanalergi pelegaoleh dokterkarenaprofil keamananyang sangat baik. OleskanAyrGeldilubang hidungsaja bila dirasa perlu. Gunakanpada siang hari dansebelum tiduruntuk mencegahpengeringan : danpengerasan kulit. 1. Uleniujungbungkusuntuk memastikanjenuhgellidi kapas. 2. Sobekbungkusyang terbuka digaris putus-putusdan keluarkanlidi
kapas. 3. Oleskangeldalamlubang
hidungpertama.
Janganmasukkanlidi
kapassangat cukup untukmasuk keronggasinus. 4. Remoistenlidi kapasdalam kantongdan mengaplikasikangeldi dalamlubang hidungkedua. Membuang paketdanlidi kapassetelah
Dosis
dipakai.
da n pe m be ria n
Simpan pada suhu kamar(59-86 derajatF). Hanya untuk digunakanseperti yang diarahkan. Jauhkan dari jangkauananak-anak. Jangan gunakan jikabungkusdibukaatau rusak.
:
Peringata n 4. Contoh produk Nasal inhaler
Nama p r o d u k Pabrik Kemas a n Kompo s i s i Indikas i Dosis d a n p e m b e r
: : : : : :
:
Vicks Inhaler PT Daria-Varia Tube inhaler - 0,5 ml Menthol 197 mg, Kamper 197 mg,Metil salisilat & Fir Needle Minyak Siberia Melegakan hidung tersumbat karena pilek Gunakan hanya dalam posisi tegak. Hirup dalamdalam melalui tiap lubang hidung, membuat bernafas terasa lega dan sejuk. Gunakan tiap kali diperlukan. Bila sakit berlanjut, konsultasi ke dokter. Untuk obat luar.Jauhkan dari jangkauan anakanak. Bila sampai termakan, konsultasi ke dokter. Tidak dapat digunakan untuk bayi.
i a n
Peringa t a n 5. Contoh produk nasal powder :
Nama
: pr : od : uk :
AllergEeze Bluespring Dry powder spray - 2,5 mg/semprot x 200dosis(500mg) Bubukultra-halus terbuat dariKalibichoromicumdan Pabrik basisselulosamicronized. AllergEezebekerja dengan cepat, tidak akan Kemasan membahayakanhidungdan tidak ketergantungan.Kalibichromicum: Komposi bahanhomeopatiyang digunakan untuk meredakangejalabersin-bersin, si kongesti sinus, dan pilekyang berhubungan denganalergidanalergi serbuk be bunga. ser Selulosa: bagian utamadaridinding seltanaman, yang mana ta ketikadimikronisasimembentukserbuk halus (partikel-partikel In kecildasarselulosa). di Satupelepasanmenekansekitar 2,5mgpowderAllergEeze. Pemberianlebih ka : dari1kepulanke setiaplubang hidung sebelahdapat si mempercepatmenghilangkan gejala. Ulangisesuai kebutuhandan setelahsetiap kaliAnda meniuphidungAnda. 1. Tekanbotolsedikit menjauh. Testekananyang dibutuhkanuntuk mengaturdosisyang ideal, yakni sekiranyakepulanduaincipowder. 2. Secara perlahanmeniuphidungAnda.
3. Hembuskannapas. 4. Letakkansalah satu jari padasalah satu lubang hidunguntuk menutupnya. 5. LetakkanAllergEezebotolnozzledalamlubang hidung sebelahyang berlawanan 6. Perlahan
Dosis da n pe m be ria n
namunkuatpencetsisibotol
untuk
memberikansatukepulan/semprotanpowderAllergEezesambilmenghirupp erlahan. 7. Tungguduadetikdanlalu
perlahantarik
memungkinkanbubukAllergEezemenembuske
dalamsaluran
Ulangi langkah3-7padalubang hidung yang sebelahnya.
napasagar hidung.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Sistem penghantaran obat (Drug Delivery System) intranasal adalah suatu teknologi penyampaian obat alternatif yang diciptakan untuk mencapai tempat kerja yang optimal di intranasal. 2. Alur dari jalur rute nasal yaitu sebagai berikut: Obat dihirup melalui rongga hidung obat masuk melalui vestibula hidung, melewati
palatum (langit-langit mulut), masuk ke turbinat
inferior, kemudian masuk ke turbinat tengah hingga ke turbinat superior (mukosa olfactory), menuju ke nasofaring kemudian masuk ke faring melalui glotis masuk ke dalam trakea dan di distribusikan di bronkus sehingga dapat diserap oleh bronkiolus diserap oleh alveoli hingga berdifusi ke saluran darah. 3. Jalur absorpsi nasal yaitu sebagai berikut: Setelah berdifusi ke aliran darah, obat akan terabsorpsi melalui neuron olfactory menyerap melalui sel-sel pendukung dan kapiler sekitarnya hingga terabsorpsi ke dalam cairan serebrospinal dan akan memberikan efek sistemik yang diharapkan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi DDS Intranasal: a. Sifat fisiko kimia obat : lipofilik-hidrofilik keseimbangan, degradasi enzimatik dalam rongga hidung, ukuran molekul. b. Karateristik sediaan obat intranasal : formulasi (konsentrasi, pH,osmolaritas), obat didistribusi dan deposisi, viskositas. c. Sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung : mukosiliar, dingin, rhinitis, permeabilitas membran, pHlingkungan. 5. Sediaan intranasal dapat berupa semprot hidung, tetes hidung,nasal gel , nasal bubuk dan intranasal mikroemulsi.
JAWABAN PERTANYAAN PRESENTASE Jawaban pertanyaan no 1 untuk saudari Hasrinda Novita Sari 1. Bagaimana cara pemberian sediaan nasal bubuk ? Jawaban: Kami dari kelompok VIII akan memberikan contoh sediaan dari nasal powder, yaitu allergeeze.
Nama
: AllergEeze p : Bluespring r
: Dry powder spray - 2,5 mg/semprot x 200dosis (500mg)
o : Bubuk
ultra-halus
terbuat
dari
Kalibichoromicumdan
d
basisselulosamicronized.AllergEezebekerjadengancepat,
u
membahayakan
k
bahanhomeopatiyang digunakan untukmeredakangejalabersin-bersin, kongesti
Pabrik
sinus,
Kemasan
Selulosa:
hidung
danpilekyang
dan
tidak
ketergantungan.
s i
Kalibichromicum:
berhubungandenganalergidanalergiserbukbunga.
bagianutamadaridindingseltanaman,
manaketikadimikronisasimembentukserbukhalus Komposi
tidakakan
yang (partikel-partikel
kecildasarselulosa). Satupelepasanmenekansekitar2,5mgpowderAllergEeze.
Pemberianlebihdari1kepulankesetiaplubanghidungsebelahdapatmempercepatm b : enghilangkangejala. Ulangisesuaikebutuhandansetelahsetiap
e
kaliAndameniuphidungAnda.
s
8.
Tekan botol sedikit menjauh. Tes tekanan yang dibutuhkan untuk mengatur
9. 10. 11. 12.
dosis yang ideal, yakni sekiranya kepulan dua inci powder. Secara perlahan meniup hidung Anda. Hembuskan napas. Letakkan salah satu jari pada salah satulubang hidung untuk menutupnya. Letakkan AllergEeze botol nozzle dalam lubang hidung sebelah yang
e r t a I n
berlawanan 13. Perlahan namun kuat pencet sisi botol untuk memberikan satu
d
kepulan/semprotan powder AllergEezesambil menghirup perlahan. 14. Tungguduadetikdanlaluperlahantariknapasagar
i
memungkinkanbubukAllergEezemenembuskedalamsaluranhidung.
k
Ulangilangkah3-7padalubanghidungyang sebelahnya.
a s i
Dosis d a n p e m b e r i a n
Keuntungan untuk bentuk sediaan serbuk hidung adalah tidak adanya bahan pengawet dan stabilitas superior formulasi. Namun, kesesuaian bubuk formulasi tergantung pada kelarutan, ukuran partikel, sifat aerodinamis dan iritasi hidung obat aktif dan/ atau bahan pembantu. Tetapi iritasi mukosa hidung dan pengiriman dosis terukur adalah beberapa tantangan formulasi. Umumnya, penyerapan bertindak melalui salah satu dari mekanisme berikut antara lain menghambat aktivitas enzim, mengurangi kekentalan lendir atau elastisitas, penurunan pembersihan mukosiliar, dan melarutkan atau menstabilkan obat (Kushwara: 2011). 2. Kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari Hotris Br Hombing, NIM 14334735. Pertanyaan : Breathy Nasal dapat digunakan pada bayi tidak ? jika dapat, ada resiko penggunaannya tidak ? jawaban kami : Breathy nasal merupakan sediaan nasal drop, berasal dari produksi pabrik Novell Pharma dengan kemasan dus, botol @ 30 ml. Memiliki indikasi untuk melembabkan membran nasal yang kering dan meradang karena pilek, alergi, kelembaban yang rendah, pendarahan hidung minor dan iritasi hidung minor lainnya. Mekanisme kerja obat Breathy nasal drops berupa larutan isotonis setara dengan larutan isotonis Natrium Klorida 0,9%. Breathy bekerja memperkecil sekresi mukosa sehingga membantu membuang mukus dari hidung dan sinus. Dan dosis pemberian Breathy tetes hidung dapat digunakan untuk anak dan bayi 1 bulan ke atas. Teteskan 1–2 tetes Breathy pada masing-masing lubang hidung, atau sesuai dengan petunjuk dokter. Dapat diulang beberapa saat kemudian. Hanya saja disini terdapat peringatan Jangan digunakan untuk orang lain, untuk mencegah penyebaran infeksi. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Sehingga jika ingin digunakan untuk bayi harus seizin dokter yang menanganinya. Biasanya pada bayi hanya untuk obat yang mengandung larutan NaCL saja seperti Breathy, tidak untuk tetes hidung yang mengandung obat atau zat lain dan didiamkan selama 5 menit. 3. Apakah sama rute pemberian obat nasal secara lokal dengan sistemik ? Pertanyaan saudari Nova Elisabeth NIM : 08334054
JAWAB : Tidak Sama Rute intranasal menghasilkan efek langsung ke vascular. Adapun mekanisme intranasal absoprsi intranasal sebagai berikut : Mekanisme Absorpsi Obat Intranasal Obat yang diserap dari rongga hidung melewati lapisan lendir, ini adalah langkah pertama dalam absorpsi. Obat kecil dengan mudah melewati lapisan ini tetapi obat besar tidak mudah atau sulit dikenakan untuk menyebrang lapisan tersebut. ada 2 mekanisme penyerapan obat yang digunakan : a Mekanisme pertama Mekanisme pertama Melibatkan rute berair transportasi, yang juga dikenal sebagai rute paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada korelasi log-log terbalik antara intranasal penyerapan dan berat molekul senyawa larut dalam air. Kurang bioavailabilitas diamati untuk obat dengan berat molekul lebih besar dari 1000 Dalton (Aurora J et al., 2002 dalam b
Kushwara: 2011). Mekanisme kedua Mekanisme kedua Melibatkan transportasi melalui rute lipoidal juga dikenal sebagai proses transelular dan
bertanggung jawab untuk
pengangkutan lipofilik obat yang menunjukkan tingkat ketergantungan pada lipofilisitas mereka. Obat juga melintasi membran sel dengan rute transpor aktif melalui carrier-dimediasi berarti atau transportasi melalui pembukaan persimpangan ketat (Aurora J et al., 2002). Sebagai contoh, kitosan, suatu biopolimer alami dari kerang, membuka sambungan yang erat antara epitel sel untuk memfasilitasi transportasi obat (Remo et al, 1998 dalam Kushwara: 2011). Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna.
DAFTAR PUSTAKA Alagusundaram, M. Dkk. 2010. Nasal Drug Delivery System-an Overview. India: Pharmascope
Foundation
(www.pharmascope.org)
Int.
Journal
Res.
Pharmaceutical Science. Vol-1 Kushwara, Swatantra K.S dkk. 2011. Advances in Nasal Trans-Mucosal Drug Delivery. India: Journal of Applied Pharmaceutical Science 01 (07). Medidata. 2012. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 12 2012/2013. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Putheti, Rames R, Patih, Mahesh C, Obire,O. 2009. Nasal Drug Delivery in Pharmaceutical and Biotechnology : Present and Future. e-Journal of Science & Technology (e-JST) Video: youtube