TUGAS AKHIR
KAMPUNG RHIZOMA Konsep Implantasi Biophilia sebagai Konektor di Konteks Pertumbuhan Inkremental Desakota Yogyakarta
KAMPUNG RHIZOMA The Concept of Biophilic Implantation as Connector of Incremental Development Desakota Yogyakarta
Disusun Oleh: Arini Yuliandari W 08 512 113 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ilya Fadjar Maharika, IAI. Dosen Penguji: Arman Yulianta, MUP.
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2012
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh. Bismillahirahmanirahim, Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala karunia yang senantiasa diciptakan untuk semesta alam. Puji syukur penulis panjatkan pula kepada Allah SWT karena limpahan rizeki, anugrah dan kesehatan sehingga dapat menghasilkan Tugas Akhir Kampung Rhizoma untuk kemudian dapat digunakan sebagai pembelajaran bersama. Salawat serta salam dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tugas Akhir Kampung Rhizoma merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan strata satu dari Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia. Dalam setiap fase yang dilewati, dukungan, doa dan support dari berbagai pihak turut berperan penting dalam kelancaran proses pembuatan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ing. Ilya Fadjar Maharika, IAI selaku ketua Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia yang telah bekerja sama dengan segenap keluarga Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia untuk senantiasa melakukan peningkatan mutu pendidikan menjadi out of the box. 2. Dr. Ing. Ilya Fadjar Maharika, IAI selaku dosen pembimbing yang tidak hentinya memberikan variasi ilmu yang sangat bermanfaat dan menantang untuk terus dikaji secara mendalam. Terima kasih pula atas ketekunan dan kesabaran dalam proses pembimbingan hingga dapat membantu penulis dalam ‘memecahkan’ batasbatas pikiran sebelumnya. U can do that for sure ! Danke Schoen, Herr Maharika J 3. Ir. Arman Yulianta MUP selaku dosen penguji yang selalu mendorong penulis untuk dapat menciptakan arsitektur yang memberikan kemanfaatan bersama utamanya bagi alam.
Terima kasih telah menyadarkan pentingnya memahami
intuisi untuk menciptakan arsitektur sesuai karakter yang lekat dengan diri. “Karyamu adalah rekaman perasaanmu” Terima Kasih Guru. 4. Dr. Ir. Y. Djarot Purbadi, MT selaku dosen penguji tamu yang telah bersedia
VII
bertukar pikiran untuk membangun karya Tugas Akhir ini menjadi lebih baik. 5. Tim Tugas Akhir JARS, Bu Rere dan Pak Sardjiman serta Pak Deni dan Mbak Sri. 6. My Greatest Mom Tati Tri Elyati Elfa Rusdianingsih, many thanks for every pray, love, and everything that you given to me. 7. Hutan Bakau, Kak Niki yang menciptakan atmosfer ‘hijau’ dalam proses perancangan Tugas Akhir ini meskipun cahayanya ungu… 8. Keluarga kesayangan, Mbak Aswitha, Mas Arie, Mbak Anitha, Mas Ardi, Mbak Ambar , Mas Dodik, Papa, Ibu, Bapak, Mbak Menik, Mas Totok dan Bang Oi. Terima kasih atas semangat dan doa yang dipanjatkan tanpa henti. 9. Kakak Andra, Adek Pelangi, Dasta, dan Acha Lala, keponakan-keponakan tante yang terlucu dan selalu menghibur dengan tingkahnya. 10. Teman-teman penyemangat layaknya tim sukses Tugas Akhir, Yudha, Izen, Lina Hanifah, Aziz, Mas Galih, Mas Abimanyu, Mas Padang, Bombom, Mbak Ana, Mbak Lina, Mbak Apro, Mbak Desy, Nani, Anggita, Amal, Subha, Vana, Dina dan temanteman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas sharing, kerjasama, kesediaan menemani setiap tahapan proses Tugas Akhir. 11. Sahabat-sahabat
pamungkas
“belajar
bersama”,
Rahmi
Yulviastari,
Intan
Ayuningtyas, Dina Novita, Norma Ayu, Nila, Tisna, Fakhturiza, Bhe, Salman, Lilik, Syaiful, Abi, Tama, Jimi dkk. 12. Kaum Indian dan Eywa yang telah memberikan salah satu contoh kehidupan yang menghargai peran alam untuk kestabilan dunia. 13. Keluarga besar arsitektur 2008 dan teman-teman arsitektur di angkatan 2010, 2011, 2012. Mari berkarya ! Semoga karya Tugas Akhir Kampung Rhizoma dapat memberikan paradigma baru bagi dunia arsitektur yang terus dalam gerakan dinamisnya mencapai pemroduksian solusi-solusi alternatif dan responsif. Yogyakarta, 23 Januari 2013.
Arini Yuliandari W
VIII
DESAIN PREMIS Pada konteks urbanisme di Indonesia, perencanaan permukiman bergerak dalam dua skala yaitu permukiman industrial (skala besar) dan incremental development (skala kecil). Perencanaan permukiman industrial berskala besar direncanakan
pemerintah
dan
diimplementasikan
oleh
pengembang.
Sedangkan dalam skala yang jauh lebih kecil, permukiman yang tumbuh secara incremental digawangi para pioneer. Kini keduanya lekat dengan para pemrakarsa didirikannya hunian diatas ruang yang dinaungi sistem ekologi. Kampung Rhizoma melalui arsitektur berusaha menerjemahkan kembali paradigma perencanaan permukiman yang telah ada melalui sudut pandang rhizomatik. Arsitektur yang menjadi aspek utama dalam perencanaan diintegrasikan dengan displin ilmu sosial dan ekologi untuk mendapatkan paradigma baru sebagai kesadaran spiritual akan afinitas integratif ekologi dengan kehidupan manusia. Jika
perencanaan
permukiman
industrial
bermula
dari
upaya
pentransformasian ruang ekologi sebagai lahan pembangunan, Kampung Rhizoma justru menciptakan ruang ekologi sebagai titik mula sekaligus landasan utama perencanaan permukiman. Ruang ekologi diwujudkan pada tahap awal perencanaan permukiman melalui perancangan hutan kota dengan menerapkan konsep biophilia guna membangun kembali afinitas manusia dengan alam. Permukiman dirancang sebagai ruang diantara tumbuhnya ruangruang organik pepohonan dan dalam proses pembangunan hunian disusun pula urban design guideline untuk mengatur kelestarian dari sistem ekologi. Urban design guideline dirumuskan untuk memberikan pedoman masyarakat dalam berkehidupan toleransi dengan alam demi tercapainya kota layak huni. Kata kunci: Perencanaan permukiman, Biophilia, Degradasi Lingkungan, Ekologi, Incremental Development, Rhizoma.
IV
PREMIS DESIGN Toward into urbanism of Indonesia context, settlement planning was moving in two scales, industrial scale (large scale) and incremental development (small scale). Industrial settlement planning are planned by the government and implemented by the developer while the pioneer became a development initiator in incremental development context. Today, both of them to be identic with effort to built in ecological land. Kampung Rhizoma through architecture is trying to re-interpret the settlement planning paradigm based on rhizomatic paradigm. The architecture is a major aspect of design planning that integrated with social and ecological disciplines to obtain a new paradigm as a spiritual awareness (integrative ecological affinity to human life). If industrial settlement planning started from an effort transforming the ecological space as land development, Kampung Rhizoma creates ecology space as a starting point as well as the main foundation of settlement planning. Ecological space manifested in early phase of planning through designing the urban forest by applying the concept of Biophilia to rebuild the human affinity with nature. The settlement is designed as a space between growth trees and also implemented the urban design guidelines to regulate the sustainability of ecological systems. Urban design guidelines are formulated to guide the community tolerant with nature to achieve a livable city. Keywords: Settlement Planning, Biophilia, Environmental Degradation, Ecology, Incremental Development, Rhizoma.
V