PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROGRAM KAMPUNG RAMAH ANAK “KAMBOJO” DI KAMPUNG TEGALREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Erma Kusumawardani NIM 12102244018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016 i
ii
iii
iv
MOTTO Kita tidak akan pernah tahu usaha ke berapa yang akan berhasil, seperti kita tidak pernah tahu do’a mana yang akan dikabulkan. Keduanya sama : perbanyaklah (Penulis) Hanya diri kita sendirilah yang dapat menjadi motivasi terbesar, bangkit dan berjuanglah mewujudkan impian terbesarmu (Penulis) Negeri ini butuh banyak pemuda pencari solusi, bukan pemuda pemaki – maki (Ridwan Kamil)
v
PERSEMBAHAN Atas Karunia Allah SWT Karya ini akan saya persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta do’a yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROGRAM KAMPUNG RAMAH ANAK “KAMBOJO” DI KAMPUNG TEGAREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KOTA YOGYAKARTA Oleh Erma Kusumawardani NIM 12102244018 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda (2) pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setting penelitian yaitu aktivitas pemuda di RW 05. Informan dalam penelitian ini adalah pemuda-pemudi dan tokoh masyarakat. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, display data, dan penarikan kesimpulan. Triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) bentuk kegiatan dalam program meliputi a) program kampung ramah anak “Kambojo” b) penyelenggaraan kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan c) faktor pendukung penyelenggaraan kegiatan, adanya dukungan dari masyarakat, sarana dan prasarana yang memadai serta ide kreatif dari penggurus. Sedangkan faktor penghambat, banyaknya kegiatan anak di luar kampung. (2) Pemberdayaan pemuda meliputi a) alasan keterlibatan pemuda yaitu kesamaan hobi, kepedulian terhadap masyarakat, kesadaran diri, batu loncatan ke jenjang pendidikan, kesiapan kerja, dan sebagai bentuk ibadah b) pemberdayaan pemuda dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pengembangan c) faktor pendukung keterlibatan pemuda, adanya kesadaran diri dan dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. Sedangkan faktor penghambat, perbedaan waktu luang para pemuda d) dampak dari pemberdayaan pemuda ini dilihat dari kecakapan personal, kecakapan akademik, kecakapan vokasional dan kecakapan sosial. Kata kunci: Pemberdayaan, Keterlibatan Pemuda, Kampung Ramah Anak
vii
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
2.
Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
3.
Ibu Serafin Wisni Septiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi.
4.
Ibu Widyaningsih, M.Si, selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.
6.
Bapak Camat Tegalrejo, Ibu Lurah Tegalrejo, Bapak Mulyanto selaku ketua RW 05 Tegalrejo dan Bapak Atri selaku ketua KRA “Kambojo” yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.
7.
Pemuda, Penggurus RW dan Tokoh Masyarakat RW 05 Tegalrejo yang telah membantu kelancaran penelitian dan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Bapak, Ibuk, dan Adik Ku atas do’a, perhatian, kasih sayang dan segala dukungannya. viii
ix
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vi
ABSTRAK .....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xvi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................
12
C. Batasan Masalah ........................................................................................
13
D. Rumusan Masalah .....................................................................................
13
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................
14
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ..........................................................................................
15
1. Tinjauan Pemuda .................................................................................
15
x
a. Pengertian Pemuda ..........................................................................
15
b. Komponen – Komponen Program yang Berhasil Mencegah atau Mengurangi Masalah Pemuda ........................................................
17
c. Pendidikan Kepemudaan dalam Memberdayakan Pemuda ............
17
d. Pembangunan Pemuda ....................................................................
19
2. Tinjauan Pemberdayaan ......................................................................
22
a. Pengertian Pemberdayaan ...............................................................
22
b. Tujuan Pemberdayaan ....................................................................
24
c. Karakteristik Pemberdayaan ...........................................................
24
d. Pengertian Pemberdayaan Pemuda .................................................
26
e. Indikator Keberdayaan Pemuda ......................................................
27
3. Tinjauan Kampung Ramah Anak ........................................................
32
a. Pengertian Program Kampung Ramah Anak ..................................
32
b. Tujuan Program Kampung Ramah Anak .......................................
33
c. Prinsip Program Kampung Ramah Anak ........................................
34
d. Strategi Program Kampung Ramah Anak ........................................
35
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................
36
C. Kerangka Berfikir .....................................................................................
37
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ..............................................................................
41
B. Setting Penelitian .......................................................................................
42
C. Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................
43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................
44
E. Instrumen Penelitian .................................................................................
47
xi
F. Teknik Analisis Data..................................................................................
48
G. Keabsahan Data ........................................................................................
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................
52
1. Gambaran Umum RW 05 Kampung Tegalrejo ...................................
52
2. Gambaran Umum Kampung Ramah Anak “Kambojo” ......................
57
a. Sejarah Berdirinya ..........................................................................
57
b. Visi Misi .........................................................................................
59
c. Sasaran ............................................................................................
60
d. Budaya Kampung .............................................................................
61
e. Sarana dan Prasarana ........................................................................
64
f. Struktur Kepenggurusan ....................................................................
66
B. Gambaran Subyek Penelitian ....................................................................
68
C. Hasil Penelitian..........................................................................................
69
1. Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda .................................................
69
a. Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” .................................
69
b. Penyelenggaraan Kegiatan...............................................................
72
1) Perencanaan ................................................................................
76
a) Analisis Kebutuhan ................................................................
76
b) Penyusunan Rencana Kegiatan ..............................................
77
c) Sosialisasi Rencana Kegiatan .................................................
79
2) Pelaksanaan ................................................................................
81
a) Klaster Perlindungan Khusus .................................................
81
b) Klaster Pendidikan dan Pemanfaatan Waktu Luang ..............
85
xii
c) Klaster Hak Sipil dan Kebebasan ...........................................
91
d) Klaster Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan..........................
93
e) Klaster Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif .....
96
f) Kegiatan Outdoor ...................................................................
97
3) Evaluasi ......................................................................................
105
4) Pendampingan ............................................................................
106
a) Konsultasi ...............................................................................
106
b) Fasilitasi .................................................................................
108
c) Koordinasi ..............................................................................
109
d) Pengawasan ............................................................................
110
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Penyelenggaraan Kegiatan .....
112
2. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” ............................................................................................
115
a. Alasan Keterlibatan Pemuda ............................................................
115
1) Kesadaran Diri ............................................................................
115
2) Kesamaan Hobi...........................................................................
116
3) Kepedulian terhadap Masyarakat ...............................................
117
4) Batu Loncatan untuk Melanjutkan Pendidikan ..........................
118
5) Kesiapan Kerja ..........................................................................
119
6) Sebagai Bentuk Ibadah ...............................................................
121
b. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” .........................................................................................
122
1) Analisis Kebutuhan dan Penyusunan Rencana Kegiatan ...........
123
2) Motor Penggerak dalam Pelaksanaan Kegiatan .........................
125
3) Evaluasi Kegiatan .......................................................................
128
4) Pengembangan Kegiatan ............................................................
129
xiii
c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keterlibatan Pemuda ..
132
d. Dampak Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” .............................................................................. 135 1) Kecakapan Personal ....................................................................
135
2) Kecakapan Akademik .................................................................
137
3) Kecakapan Vokasional ...............................................................
139
4) Kecakapan Sosial ........................................................................
141
D. Pembahasan ...............................................................................................
145
1. Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda .................................................
145
2. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” ..................................................................................
153
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................................
161
B. Saran ..........................................................................................................
163
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
165
LAMPIRAN ...................................................................................................
168
xiv
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Data Jumlah Siswa Berdasarkan Rentang Usia Tahun 2013/2014 ..
5
Tabel 2. Susunan Kepenggurusan Tim Gugus Tugas KRA “Kambojo” .......
66
Tabel 3. Susunan Kepenggurusan Forum Anak KRA “Kambojo” ................
67
Tabel 4. Data Anak RW 05 Berdasarkan Rentang Usia ................................
67
Tabel 5. Profil Subyek – Subyek Penelitian...................................................
68
Tabel 6. Kegiatan-kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” ..............................................................................
104
Tabel 7. Dampak Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” ................................................................
144
xv
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Peta Wilayah RW 05 Kampung Tegalrejo ...................................
52
Gambar 2. Leaflet Sosialisasi KRA “Kambojo” ............................................
82
Gambar 3. Kegiatan Belajar Bersama ............................................................
86
Gambar 4. Kegiatan Pembuatan Mading .......................................................
87
Gambar 5. Pelatihan Tari KRA “Kambojo” ..................................................
89
Gambar 6. Tim Jumantik Anak – Anak ........................................................
95
Gambar 7. Launching KRA Se-Kota Yogya..................................................
98
Gambar 8. Kegiatan Wajib Kunjung Museum ...............................................
102
xvi
DAFTAR BAGAN Hal Bagan 1. Kerangka Berpikir ...........................................................................
39
Bagan 2. Alur dalam Perencanaan Kegiatan Kampung Ramah Anak “Kambojo” .......................................................................................
80
Bagan 3. Bentuk Pendampingan Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” ........................................................................................
112
Bagan 4. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” .......................................................................................
131
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Instrumen Penelitian ..................................................................
168
Lampiran 2. Catatan Lapangan ......................................................................
179
Lampiran 3. Reduksi, Display, dan Penarikan Kesimpulan ..........................
206
Lampiran 4. Hasil Dokumentasi ....................................................................
225
Lampiran 5. Surat Perijinan Penelitian ..........................................................
228
Lampiran 6. Surat Keterangan .......................................................................
230
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sejarah perjuangan yang panjang, di mulai dari peristiwa kebangkitan nasional, sumpah pemuda yang menjadi tonggak persatuan Indonesia, perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan hingga tumbangnya orde baru serta lahirnya orde reformasi. Perjuangan panjang Bangsa Indonesia tidak terlepas dari perjuangan para pemuda. Pemuda menjadi sosok penggerak seluruh rangkaian peristiwa historis Bangsa Indonesia. Pemuda adalah aktor utama setiap peristiwa penting di Indonesia. Bahkan salah satu indonesianis terkemuka, Benedict Anderson (1991:26) pernah mengatakan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarahnya pemuda. Pernyataan yang dikemukakan Anderson rasanya memang tepat. Karena jika tidak ada campur tangan pemuda dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, saat ini bangsa Indonesia masih terkekang oleh penjajahan dan kediktaktoran serta ketidakadilan penguasa negeri lain. Pemuda adalah insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi suatu bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Pemuda bertindak berdasarkan atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang ada demi tercapainya kesejahteraan suatu bangsa. Potensi pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan. Meskipun pemuda bukan merupakan satu-satunya agen perubahan, namun pemuda selalu berada pada garda terdepan proses perubahan. Pemuda memiliki peran yang sangat sentral 1
dan strategis dalam setiap gerak perubahan zaman. Maka tidak heran apabila Presiden pertama Bangsa Indonesia, Bapak Ir. Soekarno berkata : “....berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010 dikutip dari Kemenpora (2010: 22) jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau 25,04 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 230,87 juta jiwa. Persentase pemuda paling kecil dibandingkan penduduk usia di bawah 16 tahun (30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen). Persentase pemuda yang tinggal di perkotaan (26,68 persen), lebih besar dibandingkan di perdesaan (23,50 persen). Rasio jenis kelamin pemuda tercatat sebesar 98,00. Hal ini berarti secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 98 pemuda laki-laki. Struktur umur pemuda menunjukan bahwa kelompok umur 16-20 tahun merupakan komponen terbesar pemuda dengan persentase sebesar 34,56 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun (34,00 persen), dan kelompok umur 21-25 tahun (31,44 persen). Keseluruhan data diatas dapat dilihat bahwa persentase pemuda lebih rendah dibanding kelompok usia lainnya, namun di tangan kaum mudalah alur peradaban bergerak, menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Pemuda adalah sebagai aset ekonomi dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia, hal ini terkait dengan usia, tenaga, dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh pemuda. Kelompok pemuda tergolong usia
2
produktif, berpotensi untuk memasuki dunia kerja dibandingkan kelompok penduduk lainnya. Di samping potensi yang dimiliki para pemuda, pemuda yang merupakan bagian dari masyarakat tidak dapat terlepas dari permasalahan. Masalah di masa muda merupakan isu sekaligus probematika global karena menyentuh tataran nilai sosial dan budaya masyarakat di seluruh belahan bumi ini. Permasalahan pemuda yang muncul di Indonesia mulai dari pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi hingga dekadansi moral (kompasiana, 2015). Krisis moral yang melanda para pemuda Indonesia menjadi penghambat kemajuan bangsa Indonesia, karena pemuda memiliki peran sentral dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Krisis moral pemuda terlihat dari semakin maraknya kegiatan pemuda yang mengarah ke kegiatan negatif dan kriminal. Seperti aksi vandalisme, tawuran, pesta narkoba hingga tindak asusila. Pemuda masa kini telah kehilangan arah, jauh melesat dari apa yang diharapkan para pendiri bangsa dengan tujuan dan cita-citanya yang mulia. Pemuda yang disematkan pada bahunya tampuk kepemimpinan, kini tidak berdaya, tidak sehebat dulu, tidak sehebat burung garuda yang mencengkeram asas-asas bangsa. Di era globalisasi ini, perubahan dalam teknologi informasi dan budaya asing menjadi salah satu pemicu timbulnya permasalahan pemuda di Indonesia. Teknologi komunikasi yang semakin canggih merubah perilaku pemuda di lingkungan masyarakat. Adanya teknologi komunikasi tersebut, jarak sudah tidak menjadi masalah dalam bersosialisasi bagi para pemuda. 3
Sehingga terjadi perubahan bentuk sosialisasi dari yang tadinya mencari teman-teman sebaya yang berada di sekitar tempat tinggal, digantikan dengan mencari orang-orang yang memiliki minat dan hobi yang sama di dunia maya. Budaya permisif dan pragmatism yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme
sehingga
cenderung
menjadi
manusia
yang
anti
sosial
(kemenpora.go.id). Budaya tersebut seakan mendoktrin pemuda untuk menjauh dari kebudayaan di Indonesia. Gaya hidup seperti orang barat yang sudah tidak tabu lagi di Indonesia. Aktivitas dan kegiatan pemuda cenderung berkiblat ke budaya barat. Dari kecenderungan itu, banyak kasus kenakalan pemuda yang semakin merebak di media massa baik cetak maupun elektronik. Dilihat dari kasus yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, seperti putus sekolah, aksi vandalisme, tindak asusila, tawuran antar pelajar, bahkan tawuran antar suporter yang mayoritas masanya adalah pemuda yang berlabel generasi penerus bangsa. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan kota pendidikan sering juga disebut sebagai kota pelajar. Dari pernyataan itu menunjukan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah pemuda yang lebih banyak dari kota lain di Indonesia. Menurut Hj. Ciptaningsih Utaryo dari Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta saat menyampaikan paparannya dalam acara Sosialisasi Kabupaten Layak Anak (2012), kasus kenakalan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah sangat parah, seperti tawuran anak sekolah, 4
tawuran remaja antar kampung, mabuk-mabukan, narkoba, ugal-ugalan, anak sekolah hamil diluar nikah dan sebagainya. Sehingga kasus tawuran seolaholah sudah menjadi budaya yang dilakukan secara rutin di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan satu-satunya daerah yang berstatus kota diantara empat daerah yang berstatus kabupaten. Selain kaya akan budaya dan keseniannya, Kota Yogyakarta memiliki beragam lembaga pendidikan baik di sektor formal maupun nonformal. Ribuan siswa dan mahasiswa dari daerah maupun luar jawa berdatangan ke Kota Yogyakarta untuk menempuh pendidikan. Berdasarkan rangkuman data dikpora DIY tahun 2013/2014, jumlah lembaga pendidikan formal yang berada di Kota Yogyakarta yaitu 538 sekolah dengan total keseluruhan siswa sebanyak 118.386. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 1. Data Jumlah Siswa Berdasarkan Rentang Usia Tahun 2013/2014 No
1
Lembaga Pendidikan Formal TK/RA Negeri + Swasta
Jumlah
Jumlah siswa berdasarkan rentang usia (th) ≤3 4 5 6 ≥7
Total
218
162
4288
5439
2229
37
12155
2
SD/MI Negeri + Swasta
170
≤6 4400
7–8 14440
9 – 10 14772
11– 12 10371
≥ 13 696
44849
3
SMP/MTS Negeri + Swasta
67
≤ 12 6379
13 – 15 18361
16 – 18 725
19 – 21 1
≥ 21 1
25467
4
SMA/MA & SMK Negeri + Swasta
83
≤ 12 23
13 – 15 8693
16 – 18 26417
19 – 21 782
≥ 21 0
35915
5
Berdasarkan penyajian data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kota Yogyakarta memiliki angkatan pelajar yang cukup tinggi. Data di atas masih belum tercantum jumlah siswa di lembaga non formal dan mahasiswa yang berada di Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, banyaknya jumlah angkatan pelajar yang menuntut ilmu di Kota Yogyakarta, maka jumlah penduduk semakin bertambah, terutama pada rentang usia 15-24 tahun. Diperkuat data dari hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Yogyakarta dengan rentang usia 15-19 berjumlah 18.542 orang. Sedangkan penduduk dengan rentang usia 20-24 berjumlah 24.146 orang. Jumlah penduduk dengan rentang usia 20-24 dan 15-19 menduduki peringkat pertama dan kedua penduduk di Yogyakarta menurut kelompok umur. Dengan demikian, jumlah penduduk terbanyak di Kota Yogyakarta adalah penduduk dengan rentang usia 15-19 dan 20-24 , hal ini semakin menguatkan julukan Yogyakarta sebagai kota pelajar yang memiliki banyak pemuda (jogjakota.bps.go.id). Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa pemuda tidak dapat terlepas dari pemasalahan. Banyaknya pemuda di Kota Yogyakarta bukannya tidak menimbulkan masalah sama sekali, namun justru sebaliknya. Banyaknya jumlah pemuda di wilayah Kota Yogyakarta, tidak membuat heran apabila sering terjadi tawuran. Berdasarkan data dari Polresta Yogyakarta (republika.co.id, 2013), menunjukan bahwa angka kekerasan pelajar di Kota Yogyakarta semakin meningkat. Kasus kekerasan yang melibatkan pelajar pada 2011 tercatat sembilan kasus dan sudah ada tiga 6
kasus yang dilimpahkan ke kejaksaan dan enam kasus lainnya berakhir damai. Sedangkan pada 2012 tercatat sebanyak lima kasus dengan dua kasus dilimpahkan ke kejaksaan sedangkan sisanya berakhir damai. Sementara itu, lima kasus kekerasan yang melibatkan pelajar sepanjang 2013 hingga Mei terjadi di lima kecamatan di Kota Yogyakarta yaitu :
1.
Kasus pertama terjadi di Kecamatan Gondokusuman yang melibatkan geng pelajar dari dua sekolah, dan kini kasus tersebut masih dalam proses penyidikan.
2.
Kasus kedua terjadi di Kecamatan Umbulharjo yang melibatkan pelajar dari dua sekolah swasta dan kasus tersebut berakhir damai.
3.
Kasus berikutnya terjadi di Kecamatan Jetis yaitu pelemparan bom molotov ke pos satpam sebuah sekolah menengah kejuruan. Dalam kasus tersebut, Polresta Yogyakarta menangkap 21 orang, namun yang terbukti melakukan pelemparan bom molotov dan kemudian ditetapkan sebagai tersangka adalah empat orang.
4.
Kasus kekerasan yang melibatkan pelajar juga terjadi di Kecamatan Mantrijeron. Polsek setempat masih terus memproses kasus itu.
5.
Dan kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Tegalrejo. Kepolisian masih terus memburu pelaku aksi kekerasan. Masalah serupa yang terjadi beberapa tahun terakhir di Kota Yogyakarta
yaitu aksi vandalisme. Para pelaku aksi vandalisme ini tidak lain adalah kaum muda. Aksi coret-coret dan penempelan brosur sembarang ini banyak ditemui di sudut Kota Yogyakarta baik di pinggir jalan maupun pusat keramaian. Aksi 7
vandalisme kerap ditemui di dinding dan pintu toko, tempat-tempat umum, tempat wisata bahkan di transportasi umum. Seperti yang dapat di lihat di sepanjang jalan gejayan dan jalan malioboro. Bahkan hingga di pusat keramaian seperti titik nol yang sampai saat ini masih ditemukan coretancoretan dari para pemuda. Pada bulan juni 2014, Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Yogyakarta berhasil menangkap 19 pelaku vandalisme. Sembilan belas pelaku vandalisme itu dua diantaranya diproses di pengadilan dan dikenakan tindak pidana ringan. Sedangkan 17 lainnya masih di bawah umur (tujuh belas
tahun
ke
bawah)
sehingga
hanya
dilakukan
pembinaan
(jogja.tribunnews, 2014) Dalam pasal 16 undang-undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional”. Pemuda merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan dan calon-calon pemimpin masa depan. Pemuda tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah ataupun masyarakat saja, namun tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah. Sehingga sudah semestinya pembangunan kepemudaan menjadi suatu keharusan guna mendukung pencapaian pembangunan sumber daya manusia. Pemuda menjadi daya tarik pemerintah untuk membantu upaya pembangunan. Pengembangan berbagai potensi yang dimiliki para pemuda seperti bakat, kemampuan dan minat sangat diperlukan supaya lebih bermanfaat
bagi
dirinya
maupun 8
lingkungan
sekitarnya.
Kegiatan
pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat, termasuk pemuda. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat (Totok dan Purwoko, 2013: 28). Sehingga kegiatan pemberdayaan memberikan kesempatan untuk individu berproses untuk mengembangkan kemampuannya supaya lebih berdaya. Upaya pemberdayaan pun menjadi salah satu langkah yang tepat untuk diberikan kepada kaum muda. Mengingat potensi yang dimiliki pemuda, maka pemuda perlu ikut diberdayakan agar lebih mampu dan mandiri mengembangkan dirinya. Guna menurunkan kasus-kasus kekerasan dan vandalisme oleh kaum muda, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta membentuk wadah untuk pemuda yaitu organisasi kepemudaan. Dengan adanya organisasi kepemudaan, diharapkan remaja tidak akan mudah terjerumus dalam pengaruh negatif yang dapat memicu hal-hal negatif. Namun realitanya, karena pengaruh IPTEK yang begitu cepat terhadap kaum pemuda, kini jarang ditemui organisasi kepemudaan di lingkungan masyarakat khususnya di perkotaan. Mengatasi hal tersebut upaya pemerintah tidak hanya sekedar melalui organisasi kepemudaan saja. Pemerintah daerah memiliki beberapa program yang tidak menutup kemungkinan melibatkan pemuda. Pada tahun 2010, pemerintah Kota Yogyakarta melalui peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan No. 2 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak merintis program Kampung Ramah Anak. Program kampung ramah anak 9
hingga saat ini masih hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Program tersebut dapat dijadikan wadah untuk para pemuda menyalurkan potensi dan meminimalisir dari kegiatan negatif yang mengarah ke kenakalan hingga tindak kriminalitas. Selain itu, program ini dapat menjadi batu loncatan para pemuda untuk menata masa depan. Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 13 Tahun 2010 tentang petunjuk teknis Kabupaten/Kota Layak Anak dijelaskan bahwa dalam pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak adalah pembentukan tim kerja atau gugus tugas. Tim kerja atau gugus tugas yaitu terdiri atas aparat desa/kelurahan, pengurus RT/RW, guru, tenaga kesehatan, tim penggerak PKK desa/kelurahan, aparat keamanan, tokoh pemuda, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama, dunia usaha dan perwakilan anak, serta pihak lain yang dianggap perlu. Dari peraturan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa program kampung ramah anak sangat memungkinkan menjadi wadah untuk pemuda karena pemuda dapat terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak. Dalam hal ini, program kampung ramah anak sudah dikembangkan hingga dua wilayah di Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta yaitu di RW 05 dan RW 09 Kampung Tegalrejo. Dua wilayah ini memiliki perbedaan baik dari segi sosiologis maupun demografis. Dari segi sosiologis, RW 09 merupakan kawasan yang jarang penduduk dan jauh dari bantaran sungai. Sedangkan RW 05, merupakan kawasan padat penduduk. Wilayah RW 05 memiliki posisi geografis berada di dekat bantaran sungai dan berbatasan dengan rel 10
kereta api. Umumnya kawasan yang terletak di bantaran sungai, mayoritas warganya adalah mereka kaum urban yang bermigrasi ke wilayah. Sehingga mayoritas masyarakat bekerja di sektor informal perkotaan. Kategori penghasilan masyarakat RW 05 tergolong menengah ke bawah. RW 05 Kampung Tegalrejo berbatasan dengan sungai dan rel kereta api sehingga rawan akan hal-hal yang dapat membahayakan warga khususnya para pemuda. Masa muda merupakan masa pencarian identitas. Sehingga lingkungan dapat dengan mudah mempengaruhi para pemuda. Seperti, meniru para bonex yang kerap melakukan aksi nekat mereka di atas kereta maupun di lintasan rel kereta api tersebut. Selain itu, sungai yang identik dengan tempat persembunyian saat melakukan aksi nekat seperti mencopet, tawuran, dan tindak kejahatan lainnya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dalam studi pendahuluan, masih ada beberapa pemuda di RW 05 yang melakukan kenakalan di wilayah kampung. Selain itu, ada beberapa pemuda yang mengalami putus sekolah. Hal itu menjadi keprihatinan masyarakat terhadap pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Kampung Ramah Anak “Kambojo” RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Program kampung ramah anak ini sebagai wadah para pemuda wilayah RW 05 untuk mengali dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” ini melibatkan partisipasi pemuda. Sehingga tujuan program kampung ramah anak ini selain
11
untuk memenuhi hak-hak anak yaitu sebagai upaya pengurus RW 05 untuk memberdayakan pemuda di Kampung Tegalrejo. Program kampung ramah anak “Kambojo” di wilayah RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta ini merupakan perwujudan dari kebijakan kota layak anak yang mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, salah satunya para pemuda. Program kampung ramah anak “Kambojo” ini memiliki beberapa prestasi skala daerah maupun nasional, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti. Menilik dari berbagai permasalahan
yang telah diuraikan, maka peneliti ingin mengkaji
pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” yang ada di RW 05 Kampung Tegalrejo. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta”. Dengan judul ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang muncul di dunia pemuda Indonesia. B. Identifikasi Masalah Dari uraian dalam latar belakang masalah, maka ditemukan beberapa masalah di dalam masyarakat khususnya untuk golongan pemudanya, antara lain: 1. Krisis moral yang di alami oleh pemuda menjadi penghambat kemajuan Bangsa Indonesia 2. Kuatnya pengaruh budaya permisif dan pragmatis sehingga terjadi perubahan bentuk sosialisasi dan budaya yang di anut oleh para pemuda 12
3. Pemuda merupakan salah satu pelaku tindak kriminalitas di Kota Yogyakarta 4. Banyaknya kasus kekerasan dan aksi vandalisme di Kota Yogyakarta 5. Belum maksimalnya peran pemuda dalam organisasi masyarakat yang berada di wilayah perkotaan 6. Masih ditemuinya kenakalan para pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta 7. Belum diketahuinya bentuk keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan kampung ramah anak di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada penyelenggaraan dan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”. Maka penelitian ini berjudul “Pemberdayaan
Pemuda
melalui
Program
Kampung
Ramah
Anak
“Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1.
Apa saja bentuk kegiatan program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta?
13
2.
Bagaimana pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta?
E. Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah yang ada diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mendeskripsikan bentuk kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
2.
Mendeskripsikan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, harapan – harapan itu sebagai berikut : 1.
Secara teoritis, hasil penelitian digunakan untuk menambah kajian mengenai pemberdayaan di ranah kepemudaan jurusan pendidikan luar sekolah.
2.
Secara praktis, memberikan gambaran tentang implementasi dan keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak sehingga dapat menjadi salah satu acuan dalam merencanakan program pemberdayaan bagi pemuda.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Pemuda a. Pengertian Pemuda Pemuda sebagai agen perubahan memiliki peran aktif dalam pembangunan suatu bangsa. Pemuda menjadi salah satu penentu pergerakan suatu bangsa, maju atau mundurnya suatu bangsa. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang pemuda. Pengertian pemuda dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. The word “adolence” is derrived from the latin adolescere, which means “to grow into maturity”. Since reference to growth is non spesific, it could apply to pshysichological, or social growth. It is therefore necesarry toagree on a more specific meaning. Adolence in the sociological sense refers to the experience of passing through a phase that lies between childhood and adulthood (sebald, 1984: 3) Pendapat sebald, masa muda merupakan proses tumbuh menjadi dewasa. Karena mengacu pada pertumbuhan spesifik. Hal ini bisa berlaku untuk pertumbuhan secara fisiologis maupun sosial. Oleh karena itu, perlu disepakati arti yang lebih khusus. Masa muda dalam arti sosiologis mengacu pada pengalaman melewati suatu fase yang terletak diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
15
Sedangkan konsep pemuda menurut Taufik Abdullah yaitu pemuda tidak begitu terikat dengan persyaratan biologis diatas. Yang menjadi titik berat disini adalah terpeliharanya semangat kolektif tertentu meskipun usia sudah menanjak jauh diatas batas rentang biologis. Semangat yang menjauh dari kriteria biologi yang ketat itu maka konsep pemuda dan kepemudaan lebih mendekati konteks sosial budaya, identitas, dan politik identitas. Konsep pemuda menjadi lebih longgar, fleksibel, dan kontekstual tergantung pada kondisi kondisi lokal, nasional hingga global (Abdullah Taufik,dkk, 1974 : 49) Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemuda secara biologis ialah mereka yang berada pada fase masa kanak kanak dan dewasa (16-30 tahun) dan memiliki kesamaan pengalaman historis dalam suatu masyarakat. Youth groups tend to develop in all societies in which such a division of labor exist. Youth’s tendency to coalase in such groups is rooted in the fact that participation in the family became insufficient for developong full identify or full social maturity. And that the roles learned in the family did not constituate an adequate basis for developing such identity and participation (Manning, 1972: 21) Menurut
manning,
kelompok
pemuda
cenderung
untuk
berkembang dalam masyarakat dimana terdapat pembagian kerja. Kecenderungan anak muda untuk menyatu dalam kelompok tersebut berakar pada kenyataan bahwa partisipasi dalam keluarga menjadi tidak cukup atau kurang untuk dapat mengembangkan identitas lengkap kematangan sosialnya, bahwa mempelajari peran dalam keluarga tidak merupakan dasar untuk berpartisipasi mengembangkan identitas tersebut. Dari berbagai definisi di atas dapat dipahami bahwa pemuda yang telah memasuki fasenya secara biologis, tidak akan berkembang 16
apabila berada pada situasi yang penuh dengan belajar dan situasi yang tertekan. Pemuda membutuhkan peran serta aktif elemen masyarakat baik lingkungan, organisasi, dan stakeholder yang mendukung dalam pengembangan identitasnya. b. Komponen-komponen dalam Program yang Berhasil Mencegah atau Mengurangi Masalah Pemuda Menurut Joy Dryfoos (dalam Santrock, 2003: 534) menjelaskan bahwa ada sebelas komponen umum dalam mencapai keberhasilan dalam mencegah atau mengurangi masalah pemuda, yaitu (1) Perhatian individual yang intensif, (2) Pendekatan kolaboratif dengan berbagai perantara dalam masyarakat luas, (3) Identifikasi dan interval awal, (4) Bertempat di sekolah, (5) Pelaksana program sekolah dengan perantara di luar sekolah, (6) Lokasi program di luar sekolah, (7) Perencanaan pelaksanaan pelatihan, (8) Pelatihan ketrampilan hidup, (9) Penggunaan teman sebaya dalan intervensi, (10) Penggunaan orang tua dalam intervensi, (11) Keterlibatan dunia kerja. Dari kesebelas komponen diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemuda memerlukan perhatian dan pendampingan dari orang dewasa dalam pembentukan kepribadiannya dan orang dewasa hendaknya menfasilitasi dengan berbagai pelayanan untuk pemuda. Pelayanan yang berdasarkan atas analisis kebutuhan pemuda, baik dengan cara pendekatan personal dengan pemuda, pemahaman terhadap latar belakang keluarga, dan melakukan sharing dan problem solving. c. Pendidikan Kepemudaan dalam Memberdayakan Pemuda Menurut
Undang-undang
No.
40
tahun
2009
tentang
kepemudaan, “kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan 17
potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda”. Dijelaskan pula tentang makna pemberdayaan, “pemberdayaan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan untuk meningkatkan potensi dan kualitas jasmani, mental spiritual, pengetahuan, serta ketrampilan diri dan organisasi menuju kemandirian pemuda”. Masyarakat Indonesia pada umumnya menginginkan pemuda yang tidak berdaya lalu menjadi orang dewasa yang produktif dan sukses. Untuk mencapai kesuksesan itu pendidikan merupakan langkah tepat untuk mencapainya. Pendidikan dituntut memiliki keterkaitan dengan kebutuhan serta menghadapi perkembangan, sehingga mampu memberi bekal kehidupan dalam hidup bermasyarakat. “Pendidikan merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan pemuda mengingat usia muda merupakan usia sekolah” (Tirtosudarmo, 1994: 20). Pendidikan kepemudaan mampu menganalisis kebutuhan dan merumuskan serta merencanakan program pendidikan yang sasarannya untuk pemuda itu sendiri. Dalam pendidikan kepemudaan terdapat pembangunan pemuda yang merupakan proses memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan kepemudaan dan pelayanan kepemudaan. Dalam
pelayanan
kepemudaan
terdapat
penyadaran
dan
pemberdayaan. Penyadaran merupakan kegiatan yang digunakan untuk memahami perubahan lingkungan. Pemberdayaan merupakan kegiatan membangkitkan
potensi
dan 18
peran
aktif
pemuda.
Melalui
pengembangan kepemimpinan yang diarahkan untuk mengembangkan potensi teladan dan kemitraan untuk mengembangkan ketrampilan dan kemandirian pemuda. Dalam
mengembangkan
pemuda
yang
positif
perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya yaitu : 1) Pemuda membutuhkan rasa aman, pemuda yang berada dalam keadaan
tertekan
tidak
akan
berkembang
dan
pemuda
membutuhkan sesuatu agar dapat memenuhi kebutuhannya 2) Pemuda membutuhkan jaminan berkembang dan kemampuan untuk mempersiapkan diri mereka untuk bekerja dan menjadi orang dewasa 3) Pemuda membutuhkan rasa kebersamaan 4) Pemuda membutuhkan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan
yang
bertanggung
bermakna,
jawab
atas
memiliki aksi
hak
mereka
untuk dan
bersuara,
secara
aktif
berpartisipasi dalam kebijakan Dengan demikian pendidikan tidak hanya memperlakukan pemuda sebagai obyek, namun juga sebagai subyek melihat bahwa pemuda memiliki potensi yang besar dalam perubahan. d. Pembangunan Pemuda Menurut Roth & Brooks-Gunn (dalam Robert J. Barcelona and William Quinn, 2011) mendefinisikan bahwa: Youth development encompasses a specific set of principles and practices that help to mold and shape the developmental process. 19
These principles generally include a focus on the assets and strengths of young people, as opposed to a focus on understanding problems or deficits Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pembangunan pemuda merupakan serangkaian prinsip dan praktek yang membantu mencetak dan membentuk proses perkembangan pemuda. Prinsip-prinsip ini umumnya termasuk fokus pada potensi dan kekuatan dari orang-orang muda, sebagai lawan fokus pada pemahaman masalah atau kelemahannya. Pendapat lain dari Hamilton & Pittman (dalam Robert J. Barcelona and William Quinn, 2011) bahwa : Youth development principles also focus on supportive adult relationships, healthy and stimulating environments conducive to learning and skill attainment, formation and availability of challenging programs and activities, and recognition of the important role that youth themselves play in the process of their own well-being. Definisi menurut Hamilton dan Pittman menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pembangunan pemuda terfokus pada dukungan dari orang dewasa, rasa nyaman dan lingkungan yang kondusif untuk belajar agar dapat memiliki ketrampilan serta ketersediaan program dan kegiatan yang menantang. Selain itu pengakuan dari peran penting bahwa pemuda dapat berproses untuk mensejahterakan kehidupannya. Karena pemuda memiliki potensi positif disamping potensi negatifnya. Memperkuat definisi diatas, Jutta Doterwich menjelaskan mengenai definisi pembangunan pemuda positif (Positif Youth Development) bahwa positive youth development can be described as 20
a philosophy or approach promoting a set of guidelines on how a community can support its young people so that they can grow up competent and healthy and develop to their full potential. Sehingga pembangunan pemuda positif sebagai filsafat atau pendekatan yang menjadi pendukung seperangkat pedoman tentang bagaimana sebuah komunitas dapat mendukung orang-orang muda sehingga mereka dapat tumbuh, berkembang baik dan mengembangkan potensi mereka. Dari beberapa definisi di atas, menjelaskan bahwa pembangunan pemuda baik secara teori maupun praktek sangat mendukung dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat dalam suatu komunitas maupun organisasi masyarakat. Pembangunan pemuda menjadi salah satu pengaruh positif disamping adanya pendidikan kepemudaan. Kunci pembangunan pemuda yaitu suara pemuda atau aspirasi pemuda dan keterlibatan pemuda dalam mempengaruhi setiap proses, keputusan dan kegiatan yang berpengaruh terhadap kehidupannya. Pembangunan pemuda sebagai suatu pendekatan, menjelaskan bagaimana masyarakat dapat mendukung kaum muda agar mereka dapat bersaing dengan sehat mengembangkan potensi mereka. Di bawah ini merupakan strategi untuk pemuda agar merasa didukung dan diberdayakan, yaitu : 1)
Melibatkan pemuda untuk senantiasa berpartisipasi
2)
Memberikan peran dan tanggungjawab
3)
Mendampingi dan memberikan arahan 21
Dalam
kehidupan
sehari-hari
pemuda
perlu
ditingkatkan
keterlibatannya dalam pembangunan di suatu negara Indonesia pada khususnya. Peningkatan keterlibatan itu mempunyai tujuan agar pemuda : 1) Dapat meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan aktualisasi dirinya sebagai pemuda yang penuh dengan semangat juang 2) Pemuda akan memiliki peran yang berharga dan bermakna sebagai generasi penerus 3) Meningkatkan hubungan kerjasama pemuda dengan berbagai pihak 2. Tinjauan Pemberdayaan Pemuda a.
Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan (empowering) berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004: 77). Pihak yang belum berdaya tidak sematamata diberdayakan namun dalam konteks pemberdayaan, pihak tersebut memperoleh serangkaian proses belajar menuju berdaya. Menurut Parson (dalam Edi Suharto, 2010: 58), pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk 22
berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,
kejadian-kejadian
serta
lembaga-lembaga
yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Sedangkan
menurut
Suparjan
dan
Hempri
(2003:
43)
pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan
dan
ketrampilan
masyarakat
untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Winarni (dalam Ambar 2004: 79) mengungkapkan bahwa inti dalam pemberdayaan meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering) dan terciptanya kemandirian. Beberapa pengertian pemberdayaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
merupakan
kegiatan
aktualisasi
diri
untuk
memberdayakan kelompok atau individu dalam masyarakat yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk pada hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi dan sosial. 23
b. Tujuan Pemberdayaan Pemberdayaan tidak dapat terlepas dari pembangunan yang merujuk pada tujuan dan perbaikan. Menurut Ambar (2004: 80), tujuan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi
mandiri.
Kemandirian
tersebut
meliputi
kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Selain itu, tujuan pemberdayaan seperti yang dijelaskan oleh World
Bank
(dalam
Totok
dan
Poerwoko,
2013:
27-28),
pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara atau menyuarakan pendapat, ide atau gagasangagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih sesuatu (konsep, metode, produk, tindakan, dll) yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Dengan demikian, pemberdayaan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada individu atau kelompok untuk membentuk dirinya sendiri maupun masyarakat menjadi lebih berdaya, mandiri, dan berani
melalui
proses
belajar
sehingga
dapat
memperbaiki
kehidupannya. c. Karakteristik Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan suatu proses belajar yang berada di lingkup pendidikan non formal dan informal, sehingga pemberdayaan 24
memiliki karakteristik yang berbeda dengan proses belajar yang berada di lembaga pendidikan formal (sekolah konvensional). Karakteristik pemberdayaan dijabarkan oleh Mustofa Kamil (2011: 56-57) sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
Pengorganisasian masyarakat, ialah karakteristik yang mengarah pada tujuan untuk mengatifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka. Kolaborasi dan pengelolaan diri yaitu pendekatan dengan sistem penyamarataan atau pembagian wewenang di dalam hubungan kerja atau di dalam kegiatan. Pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan yang menekankan pada keterlibatan setiap anggota (warga belajar) dalam keseluruhan kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin serta tenaga-tenaga ahli setempat Pendekatan yang menekankan terciptanya situasi yang memungkinkan warga belajar tumbuh dan berkembang analisisnya serta memiliki motivasi untuk ikut berperan. Menurut Anwar (2007: 80) proses pemberdayaan pada dasarnya
memiliki empat karakteristik, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Organisasi sosial masyarakat Manajemen dan kolaborasi pekerja Pendekatan partisipasi dalam pendidikan orang dewasa, riset dan pembangunan desa Pendidikan terutama ditujukan untuk melawan kejanggalan dan ketidakadilan yang dialami individu atau kelompok tertentu. Pemberdayaan seringkali diwujudkan melalui organisasi sosial
kemasyarakatan. Oleh karena itu, dari beberapa karakteristik pemberdayaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pemberdayaan dilihat dari adanya pengorganisasian masyarakat melalui organisasi sosial masyarakat dan adanya pendekatan yang partisipatif.
25
d. Pengertian Pemberdayaan Pemuda Berdasarkan pemahaman pemuda yang telah dipaparkan diatas bahwa secara biologis ialah mereka yang berada pada fase masa kanak kanak dan dewasa (16-30 tahun) dan memiliki kesamaan pengalaman historis dalam suatu masyarakat. Pemuda yang telah memasuki fasenya secara biologis, tidak akan berkembang apabila berada pada situasi yang penuh dengan belajar dan situasi yang tertekan. Pemuda membutuhkan peran serta aktif elemen masyarakat baik lingkungan, organisasi, dan stakeholder yang mendukung dalam pengembangan identitasnya. Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan menjelaskan pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Pemuda yang memiliki posisi generasi penerus bangsa di anggap sebagai kelompok yang strategis untuk menanamkan jiwa revolusioner, kompetitif, optimis, bermoral dan berbudaya. Dengan segudang potensi yang dimiliki, pemuda mulai perlu diberdayakan dalam berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat. Dapat ditarik kesimpulan pemberdayaan pemuda adalah proses meningkatkan, mengembangkan serta memperkuat kemampuan atau daya yang dimiliki para pemuda dalam rangka pencapaian kemandirian.
Sehingga
pemberdayaan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiki pemuda.
26
e. Indikator Keberdayaan Pemuda Pemberdayaan pemuda merupakan salah satu upaya terencana dan sistematis untuk peningkatan potensi dan kualitas kemandirian pemuda.
Pemberdayaan
pemuda
memiliki
beberapa
indikator
pemberdayaan. Menurut Ayusia (2011) berdasarkan perspektif kritis mengenai pemberdayaan pemuda memiliki enam dimensi keberhasilan proses pemberdayaan pemuda yaitu 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Lingkungan yang ramah dan aman Keterlibatan dan komitmen Distribusi kuasa yang adil Keterlibatan terhadap refleksi dalam proses interpersonal dan sosial politik Keterlibatan secara sosial politik untuk melakukan perubahan Terintegrasi dalam pemberdayaan di level individual dan masyarakat (sosbud.kompasiana.com) Oleh karena itu, syarat keberhasilan dari adanya pemberdayaan
pemuda yaitu dapat menciptakan lingkungan ramah dan aman serta dapat melibatkan partisipasi aktif para pemuda dalam segala bidang serta meningkatkan level maupun kemampuan secara individual maupun kelompok. Pemberdayaan pemuda erat kaitannya dengan kegiatan kecakapan hidup (life skills). Menurut Broling (dalam Anwar,2006: 20) life skillsconstituate a continum of knowledge and aptitude that are necesary for a person to function effectively and to avoid interupptions of employment experience. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kecakapan hidup merupakan serangkaian pengetahuan dan bakat yang diperlukan bagi seseorang yang dapat berfungsi secara efektif dan untuk 27
menghindari hambatan-hambatan dalam bekerja. Selain itu menurut Slamet (2009), kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan dan ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. (www.infodiknas.com). Sedangkan pendapat lain dari Tim Broad Based Education (2002:10) menyatakan bahwa : “Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari ketrampilan untuk bekerja. Orang yang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan orang sudah menempuh pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup karena mereka tentu juga memiliki permasalahannya sendiri” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa kecakapan hidup tidak sekedar ketrampilan untuk bekerja saja namun ketrampilan yang digunakan untuk kehidupan termasuk dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Konsep kecakapan hidup menurut Ditjen Diklusepa (2003: 7) mengelompokan kecakapan hidup menjadi empat yaitu a) Kecakapan Personal (Personal skills), b) Kecakapan Sosial (Social skills), c) Kecakapan Akademik (Academic skills) dan d) Kecakapan Vokasional (vocational skills). Sedangkan konsep kecakapan hidup menurut Tim Broad Based Education (2002: 10) membagi kecakapan menjadi dua yaitu kecakapan hidup generik dan kecakapan hidup spesifik. Kecakapan hidup generik yaitu kecakapan personal dan kecakapan sosial. Sedangkan kecakapan hidup spesifik yaitu kecakapan akademik 28
dan kecakapan vokasional. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup terdiri dari dua kategori yaitu kecakapan hidup generik yang meliputi kecakapan personal dan kecakapan sosial sedangkan kecakapan hidup spesifik meliputi kecakapan akdemik dan kecakapan vokasional. Berikut merupakan penjelasan dari masing masing kecakapan : 1)
Kecakapan Personal Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami dan mengenal diri (self awarness skill) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill). Menurut Tim Broad Based Education (2002:10), kecakapan mengenal diri merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara serta menyadari dan mensyukuri segala
kelebihan
dan
kekurangan
sebagai
modal
dalam
meningkatkan kualitas dirinya. Sedangkan kecakapan berpikir mencakup kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah dan mengambil keputusan serta memecahkan masalah secara kreatif. Oleh karena itu, kecakapan personal merupakan kecakapan untuk memahami diri sendiri, kemampuan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuan dalam mencari, mengelola serta memecahkan masalah yang dihadapi.
29
2)
Kecakapan Sosial Kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. Menurut Anwar (2006 : 30), kecakapan berkomunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, namun menyampaikan empati. Artinya tidak hanya sekedar informasi tersebut tersampaikan namun dapat dipahami oleh orang lain sesuai dengan pemahaman penyampai pesan. Sedangkan kecakapan bekerjasama merupakan kemampuan kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu (Tim Broad Based Education, 2002: 11) Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kecakapan sosial menekankan pada kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Kecakapan berkomunikasi digunakan dalam menjalin hubungan dan saat menyampaikan informasi antar individu di masyarakat. Sedangkan kecakapan bekerjasama diperlukan dalam melakukan kerjasama antar individu untuk mencapai tujuan bersama.
3) Kecakapan Akademik Kecakapan
akademik
pada
dasarnya
merupakan
pengembangan dari berpikir rasional. Seperti yang dijelaskan menurut Anwar (2006: 30) bahwa kecakapan akademik mencakup kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap
suatu
rangkaian 30
kejadian
serta
merancang
dan
melaksanakan penelitian untu membuktikan suatu gagasan atau suatu keingintahuan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kecakapan akademik merupakan
pengembangan
mengidentifikasi
berpikir
variabel-variabel
rasional menjadi
yang satu
mampu
fenomena,
kecakapan berpikir ilmiah, melakukan penelitian dan percobaan dengan pendekatan ilmiah. 4) Kecakapan Vokasional Kecakapan vokasional berkaitan dengan kemampuan motorik individu. Kecakapan ini sering dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat (Tim Broad Based Education, 2002:12). Kecakapan vokasional disesuaikan dengan peluang yang tersedia di masyarakat. Selain itu kecakapan vokasional menjadi upaya untuk mengoptimalkan potensi lokal yang tersedia. Berdasarkan penjelasan mengenai kecakapan vokasional di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan vokasional berkaitan dengan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan individu yang berhubungan dengan bidang pekerjaannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup meliputi empat kecakapan yaitu kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Kecakapan personal terdiri dari kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir rasional. Kecakapan sosial meliputi kecakapan berkomunikasi dan kecakapan 31
bekerjasama.
Kecakapan
akademik
mencakup
kecakapan
mengidentifikasi variabel dan menghubungkan dengan fenomena tertentu.
Sedangkan
kecakapan
vokasional
berkaitan
dengan
ketrampilan yang disesuaikan dengan bidang pekerjaan. 3. Tinjauan Kampung Ramah Anak a. Pengertian Program Kampung Ramah Anak Definisi program kampung ramah anak dapat ditinjau dari definisi kota layak anak terlebih dahulu. Kota layak anak menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 4 tahun 2011, Kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana dan menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak. Sedangkan menurut laporan akhir kajian pengembangan kota layak anak Kota Yogyakarta (dalam Ika pasca, 2013) menjelaskan bahwa : Kampung ramah anak adalah satuan program yang dilakukan warga yang tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak sipil anak untuk memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi realistik menuju kampung yang mampu memberi kenyamanan, layak huni dan layak kembang dengan dasar kesehatan, pendidikan serta perlindungan hukum berdasarkan inisiatif mandiri. Program ini dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan rukun wilayah dan rukun tetangga sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup.
32
Dengan demikian, kampung ramah anak adalah realisasi program sebagai perwujudan dari kabupaten atau kota layak anak. Program kampung ramah anak ini merupakan program dalam lingkup wilayah di masyarakat yang mempunyai tujuan untuk memenuhi hak-hak anak melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. b. Tujuan Program Kampung Ramah Anak Berdasarkan petunjuk pelaksanaan kebijakan partisipasi anak dalam pembangunan dalam UU No.40 tahun 2011 dijelaskan beberapa tujuan dari pelaksanaan program kampung ramah anak antara lain: 1) Untuk membangun inisiatif pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam merespon aspirasi anak 2) Untuk meningkatkan pemahaman bagi pemangku kepentingan anak di bidang pemenuhan hak partisipasi anak 3) Untuk memberikan ruang dan peluang bagi anak-anak dalam menyampaikan aspirasi, kebutuhan dan keinginannya dalam pembangunan yang berhubungan dengan anak dan lingkungannya 4) Untuk
membangun
sarana
dan
prasarana
pengembangan
kemampuan, minat dan bakat serta potensi anak 5) Untuk
mempercepat
proses
pembangunan
kesejahteraan,
perlindungan dan tumbuh kembang anak 6) Untuk mendorong peningkatan potensi sumber daya manusia, keuangan, sarana prasarana, metoda dan teknologi dalam
33
melibatkan anak-anak pada setiap tahapan pembangunan yang terkait dengan kebutuhan dan kepentingan serta keinginan anak c. Prinsip Program Kampung Ramah Anak Agar program kampung ramah anak berjalan sesuai dengan tujuan, maka beberapa prinsip perlu dipahami dalam pelaksanaan program. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut : 1) Sukarela Merupakan prinsip utama dalam partisipasi anak, kualitas partisipasi ditentukan seberapa jauh kebutuhan , kepentingan dan keinginan
anak
tersebut
terwakili
dalam
suatu
proses
pengambilan suatu keputusan maupun suatu kegiatan. 2) Non diskriminasi Tidak membeda-bedakan anak berdasarkan kelas, kelompok dominan dan minoritas, kecerdasan, status sosial dan ekonomi termasuk anak yang memerlukan perlindungan khusus. 3) Hak anak Dalam pelaksanaan kegiatan di kampung ramah anak bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak. Dalam setiap kegiatan atau pengambilan keputusan yang berhubungan dengan anak harus disediakan kesempatan, peluang dan ruang bagi anak untuk berpartisipasi. Aspirasi anak merupakan kebutuhan dasar untuk menjamin kepentingan anak terlindungi dari bias orang dewasa yang bisa jadi merugikan dalam pemenuhan hak-hak anak. 34
4) Kepentingan terbaik bagi anak Apapun yang dihasilkan dari proses partisipasi, prinsip utamanya adalah yang menjamin kepentingan terbaik bagi anak, sehingga mempertimbangankan perkembangan dan kematangan anak demi menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang yang optimal. d. Strategi Program Kampung Ramah Anak Adapun strategi dalam pelaksanaan program kampung ramah anak antara lain : 1) Menciptakan ruang partisipasi Menciptakan ruang atau wadah dan kesempatan bagi anak untuk berpartisipasi lebih aktif, berbasis minat, bakat dan kemampuan anak 2) Mendorong anak-anak menjadi warga negara aktif Anak-anak perlu didorong dan dimotivasi untuk menjadi warga negara yang aktif melalui berbagai wadah partisipasi anak sesuai dengan kemauan dan minat 3) Menfasilitasi pembentukan dan kegiatan forum anak Forum anak sebagai media untuk menyalurkan aspirasi, keinginan dan kebutuhan anak. Pada umumnya, forum anak ini sebagai wadah penyampaian aspirasi anak-anak. Sehingga dari forum anak ini dapat mengetahui kebutuhan yang sesuai dengan keinginan anak-anak dan tentu memenuhi hak anak. 35
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian berikut ini adalah penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah antara lain: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Tri Trisnani tahun 2014 jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta ini mengenai Pemberdayaan Pemuda melalui Program Usaha Ekonomi Produktif oleh Karang Taruna Jayakusuma di Desa Singosaren, Banguntapan, Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pemberdayaan pemuda melalui program usaha ekonomi produktif dan faktor pendorong dan penghambat dalam pemberdayaan pemuda melalui program tersebut.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Rofiq tahun 2013 jurusan Pendidikan Luar Sekolah mengenai Peran Karang Taruna Dalam Membentuk Karakter Pemuda di Karang Taruna Bukit Putra Mandiri di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran karang taruna dalam membentuk
karakter
pemuda,
kontribusi
karang
taruna
dalam
memberikan pemberdayaan dan pembinaan pemuda serta faktor pendukung dan penghambat proses pendidikan karakter di karang taruna. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Arini Desi Saraswati tahun 2013 jurusan Pendidikan
Luar
Sekolah
mengenai
implementasi
pendidikan
kepemudaan berbasis kecakapan hidup di Lembaga Permasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
implementasi 36
pendidikan
kepemudaan
berbasis
kecakapan hidup, faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pendidikan kepemudaan berbasis kecakapan hidup di Lembaga Permasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta. 4.
Penelitian yang dilakukan jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada mengenai Konstruksi Sosial Kampung Ramah Anak: (Studi Fenomologi Atas Implementasi Kampung Ramah Anak di RW 11 Kampung Badran, Yogyakarta). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi sosial yang dibangun warga RW 11 mengenai program kampung ramah anak dan memaknai kampung ramah anak yang diimplementasikan di RW 11 Badran, Yogyakarta.
C. Kerangka Berpikir Krisis moral para pemuda menjadi penghambat kemajuan Bangsa Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya yaitu perkembangan IPTEK dan kuatnya pengaruh budaya permisif dan pragmatis. Sehingga masih banyak tindak kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda Indonesia. Padahal pemuda memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan. Karena pemuda adalah agen perubahan dalam pembangunan suatu bangsa. Pelibatan pemuda dalam organisasi masyarakat menjadi penting sebagai wadah pemberdayaan bagi pemuda untuk mengurangi tindak kriminalitas. Namun kenyataanya, masih jarang ditemui organisasi kepemudaan di wilayah perkotaan. Salah satu program dari pemerintah yang dapat melibatkan pemuda yaitu program kampung ramah anak. Program kampung ramah anak ini dapat bertujuan untuk wadah pengembangan potensi para pemuda. Di samping 37
kenakalan pemuda, banyak potensi positif pemuda di RW 05 yang belum digali dan dikembangkan. Kegiatan-kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” ini tidak lepas dari partisipasi para pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Sehingga penelitian ini mengkaji mengenai pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji mengenai bentuk kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda dan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”. Bahkan dalam penelitian ini akan mengkaji pula dampak dari adanya pemberdayaan pemuda melalui kampung ramah anak. Perubahan yang diharapkan bagi pemuda melalui penyelenggaraan program kampung ramah anak sebagai berikut : 1.
Dengan adanya wadah untuk para pemuda dapat mengurangi kenakalan para pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta
2.
Dapat mendukung program pemerintah daerah dalam mewujudkan kabupaten/kota layak anak khususnya Kota Yogyakarta
3.
Potensi yang dimiliki para pemuda RW 05 dapat berkembang melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat positif
4.
Terciptanya pemuda yang mempunyai kemandirian dan bertambah kemampuan serta pengetahuannya
5.
Dapat menjadi batu loncatan para pemuda dalam melanjutkan pendidikan maupun dalam menghadapi dunia kerja
38
Secara ringkas kerangka berfikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan yang ada di bawah ini : Pemuda
Potensi Negatif
Potensi Positif
Program Kampung Ramah Anak (KRA)
Faktor Penghambat
Bentuk kegiatan program KRA melalui kegiatan partisipatif pemuda Pemberdayaan pemuda melalui KRA
Faktor Pendukung
Dampak
Bagan 1. Kerangka Berpikir D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pendekatan
kualitatif,
berikut
beberapa
pertanyaan
penelitian yaitu: 1.
Apa saja bentuk kegiatan program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta : a) Apa saja macam-macam kegiatan yang ada dalam program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta 39
b) Bagaimana penyelenggaraan kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta c) Apa
saja
faktor
pendukung
dan
faktor
penghambat
dalam
penyelenggaraan kegiatan program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta 2.
Bagaimana pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta: a) Apa alasan pemuda terlibat dalam penyelenggraan program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta b) Bagaimana bentuk pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta c) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat pemuda terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta d) Apa dampak pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2013: 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Sedangkan menurut Moleong (2012: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Nurul Zuriah (2007: 47) mengungkapkan bahwa pendekatan deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi maupun daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendalami suatu fenomena dalam masyarakat dengan menggunakan metode alamiah untuk disajikan secara holistik maupun deskripsi
tanpa
menguji
hipotesis,
sebenarnya suatu variabel. 41
namun
menggambarkan
kondisi
Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berupa katakata baik secara lisan maupun tulisan serta tidak berkenaan dengan angkaangka seperti pada penelitian kuantitatif. Sehingga peneliti mendeskripsikan bagaimana pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini semua data yang diperoleh dan terkumpul kemudian di analisis yang selanjutnya digunakan
untuk menarik kesimpulan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif ini diharapkan mampu mengetahui dan mendeskripsikan bentuk kegiatan dari program kampung ramah anak “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda dan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RW 05 Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Alasan pemilihan tempat lokasi penelitian dikarenakan adanya fenomena keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program Kampung Ramah Anak. Selain itu tempat penelitian ini terintegrasi dengan program-program RW 05. Dalam penelitian ini, aktivitas – aktivitas pemuda dalam kampung ramah anak “Kambojo” menjadi setting penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember – Februari.
42
C. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Sumber data (informan) bisa berupa orang, dokumentasi (arsip), atau berupa kegiatan. Subyek penelitian diperlukan sebagai pemberi keterangan mengenai informasi-informasi atau data-data yang menjadi sasaran penelitian dalam penelitian (Siti Septyany Dewi,dkk,2012: 9). Oleh karena itu pengambilan data atau subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive dengan cara melakukan penentuan sumber data dengan memilih orang yang akan diwawancarai menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 300). Menurut Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2013: 301) ciri ciri khusus sampel purposive yaitu emergent sampling
design/sementara,
serial
selection
of
sample
of
units/menggelinding seperti bola salju (snow ball), continous adjusment or focusing of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan, selection of the point of redundancy/dipilih sampai jenuh. Berdasarkan hal di atas untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak, maka yang menjadi sumber data utama dari penelitian ini adalah para pemuda dan pemudi di RW 05 yang menjadi penggurus program kampung ramah anak. Pengurus RW, tokoh masyarakat dan data-data arsip lain menjadi pengayaan sumber data utama. Informan dalam penelitian ini yaitu anak-anak yang berada di wilayah RW 05 Kampung Tegalrejo.
43
2. Objek Penelitian Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2013: 297-298) Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui objek penelitian ini adalah pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. D. Teknik Pengumpulan Data Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Penelitian kualitatif instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti akan turun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2013: 307) Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi
44
(Sugiyono, 2013: 309). Peneliti menggunakan pengumpulan data sebagai berikut dalam penelitian ini : 1. Observasi Nasution (dalam Sugiyono, 2013: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Selain itu observasi juga diartikan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199). Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada kegiatan kampung ramah anak. Dari observasi yang dilakukan akan menghasilkan pengamatan mengenai aktivitas-aktivitas yang relevan dan akan terlihat dari pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak. 2. Wawancara Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2013: 317) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan
ide
melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian 45
kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang di dalamnya (Sugiyono, 2013: 319). Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur. Hal ini dikarenakan wawancara tersebut sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Selain itu dalam wawancara ini pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ideidenya. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelititan kualitatif (Sugiyono, 2013: 329). Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti foto, arsip-arsip, serta laporan kegiatan. Informasi yang bersifat dokumentatif sangat bermanfaat guna pemberian gambaran secara
46
keseluruhan dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai lembaga serta kegiatannya. E. Instrumen Penelitian Instumen pengumpulan data menurut Suharsimi Arikunto (dalam Siti Septyany Dewi,dkk, 2012: 13) adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam keterkaitannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih
informan
sebagai
sumber
data,
melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013: 306). Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen peneliti sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection,
melakukan
pengumpulan
data,
analisis
dan
membuat
kesimpulan (Sugiyono, 2013: 307). Berdasarkan pendapat di atas maka instrumen dalam penelitian ini merupakan pedoman sederhana berupa pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dimana pedoman-pedoman tersebut akan digunakan
47
sebagai alat untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. F. Teknik Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitatif untuk diambil kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh
dari
berbagai
sumber,
dengan
menggunakan
teknik
pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2013: 333) Adapun tahap teknis analisis data yang digunakan meliputi : 1.
Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2013: 338). Selain itu disajikan secara sistematik agar mudah dibaca maupun dipahami sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas. Reduksi data didalam penelitian ini dimaksudkan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok, diusun secara sistematik sehingga memberikan gambaran secara jelas terkait dengan hasil pengamatan. Kemudian peneliti membuat ringkasan terhadap data yang telah diperoleh dan dikumpulkan agar peneliti mudah dalam mengendalikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian. 48
2.
Display data Setelah
data
direduksi
maka
tahap
selanjutnya
yaitu
mendisplaykan data. Data yang diperoleh di lapangan berupa uraian deskriptif kemudian disajikan secara sederhana untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2013: 341). Penyajian data dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah didapatkan. Sehingga peneliti dapat mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. 3.
Penarikan kesimpulan Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Habermas adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2013: 345). Pada tahap ketiga ini merupakan tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan
49
dengan yang lainnya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada. Dari hasil studi tersebut dilakukan pembahasan dari analisis serta evaluasi sesuai dengan kriteria yang ada. Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dan dianalisis. Berangkat dari analisis ini kemudian diajukan beberapa rekomendasi yang dipandang penting dan bermanfaat. G. Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif terdapat uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas, uji validitas eksternal, uji reliabilitas, dan uji obyektivitas. Namun yang utama dilakukan adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas diantaranya ada perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, member check. Dalam penelitian ini keabsahan data yang digunakan triagulasi dimana pengecekan data melalui ini diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2013: 372). Sehingga terdapat trianggulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. 1.
Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2.
Triangulasi Teknik
50
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3.
Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Dimana data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel (Sugiyono, 2013: 374). Peneliti dalam memperoleh data berdasarkan sumber yang berbeda-
beda. Sehingga keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber karena menggunakan teknik yang sama pada sumber yang berbeda-beda.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Deskripsi Umum RW 05 Kampung Tegalrejo Kampung Tegalrejo terletak di pinggiran Kota Yogyakarta bagian barat, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bantul. Kampung Tegalrejo berada 3 Km sebelah barat laut Kraton Yogyakarta, sebelah timur dibatasi Jalan HOS Cokroaminoto, sebelah barat dibatasi Sungai Widuri dan sebelah utara dibatasi oleh Jalan Godean. Kampung Tegalrejo terbagi menjadi tiga RW yaitu RW 04, 05 dan 06. Gambar 1. Peta Wilayah RW 05 Kampung Tegalrejo
Sumber : Arsip Kampung Ramah Anak “Kambojo” tahun 2015
52
Kampung Tegalrejo khususnya RW 05 secara geografis terletak di pinggiran Sungai Widuri dan menjadi wilayah paling barat Kota Yogyakarta, RW 05 berada 3 Km sebelah barat laut Kraton Yogyakarta. Berikut ini merupakan batas wilayah RW 05 Kampung Tegalrejo : a.
Sebelah timur
: Museum Pangeran Diponegoro
b.
Sebelah barat
: Sungai Widuri
c.
Sebelah utara
: RW 04 Tegalrejo
d.
Sebelah selatan
: Rel Kereta Api
Secara administratif, RW 05 Kampung Tegalrejo terdiri atas 4 RT yaitu RT 15, RT 16, RT 17, RT 18. Berdasarkan data penduduk tahun 2014 jumlah kepala keluarga 224 KK dengan jumlah penduduk 671 jiwa. Jumlah tersebut terdapat ± 90 lansia, jumlah pasangan usia subur 120, 57 anak usia dini dan anak usia 6 s/d 18 th berjumlah 110 anak. Berikut ini data jumlah kepala keluarga di tiap RT : a.
RT 15 terdiri dari 44 Kepala Keluarga dan 143 jiwa
b.
RT 16 terdiri dari 81 Kepala Keluarga dan 233 jiwa
c.
RT 17 terdiri dari 48 Kepala Keluarga dan 145 jiwa
d.
RT 18 terdiri dari 51 Kepala Keluarga dan 150 jiwa Dari
segi
pendidikan
terakhir,
mayoritas
penduduk
yaitu
SLTA/Sederajat. Sehingga penduduk sedikit yang bekerja di sektor formal. Banyak penduduk yang bekerja di sektor informal seperti menjadi wiraswasta. Sehingga kondisi ekonomi penduduk tergolong ke dalam menengah ke bawah. Namun kondisi ekonomi penduduk tidak menjadi 53
masalah dalam penyelenggaraan kegiatan di tingkat, karena tingkat kepedulian penduduk yang sangat tinggi. Kepedulian masyarakat dapat dilihat dari bentuk dukungan material di setiap penyelenggaraan kegiatankegiatan di RW 05. RW 05 memiliki banyak organisasi dan kegiatan kemasyarakatan, mulai dari tingkat RT hingga RW. Kegiatan dan organisasi yang ada di Kampung Tegalrejo khususnya RW 05 saat ini adalah : Karang Taruna, PKK, PAUD, POSYANDU lansia maupun balita, pemberian pinjaman untuk modal usaha, TBM, TPA, TK, kelompok senam kebugaran, dan kelompok futsal. Dalam melaksanakan beberapa kegiatan, penggurus RW memiliki dua slogan. Slogan yang pertama yaitu RW 05 BERTUAH (Bersih Ramah Taqwa Unggul Aman dan Hijau). Artinya, penggurus RW bersama masyarakat ingin mewujudkan lingkungan yang bersih, ramah, bertaqwa, unggul, aman dan hijau. Slogan kedua yaitu satu kata dan perbuatan. Artinya
masyarakat
dalam
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
dalam
mewujudkan slogan pertama sesuai dengan perkataannya. Sehingga tidak hanya mampu mengeluarkan aspirasi tetapi mempunyai tindakan nyata untuk mewujudkan aspirasi. Selain kegiatan di atas, RW 05 merupakan kampung hijau yang memiliki beberapa komponen yaitu : a. Komponen Fisik 1) Ruang publik
3) Sungai
2) Sarana olahraga
4) Ketersediaan air bersih 54
5) Ketersediaan
sarana
10) Tempat ibadah
sanitasi
11) Sarana pendidikan
6) Konservasi
sumber
12) Perpustakaan
daya air
13) Sarana kesehatan
7) Ruang terbuka hijau
14) Pos serbaguna
8) Jalan
15) Pengelolaan
9) SAH
(Saluran
Air
mandiri
Hujan)
16) Bank sampah
b. Komponen Manajemen 1) Kelembagaan a) RW b) RT c) PKK d) Dasa wisma 2) Peraturan a) Himbauan tata tertib di jalan b) Peraturan dari kelurahan c) Peraturan atas dasar kesepakatan warga 3) Komunikasi a) Papan informasi RW dan RT b) Pertemuan warga c) Sarana pengaduan, saran dan masukan warga
55
sampah
c. Komponen Peran Masyarakat 1) Peran Warga Masyarakat dalam Bidang Lingkungan a) Pemanfaatan lingkungan b) Pengelolaan sampah 2) Peran Warga Masyarakat dalam Bidang Pendidikan a) PAUD b) Perpustakaan c) Gerakan belajar di lingkungan masyarakat d) Jam belajar 3) Peran Warga dalam Bidang Kesehatan a) Posyandu balita b) Posyandu lansia c) BKB d) Sanitasi e) Kegiatan olahraga 4) Peran Warga dalam Bidang Ekonomi a) Jimpitan b) Keamanan lingkungan c) Gotong royong 5) Peran Warga dalam Bidang Pemerintahan a) Menyusun pengurus RW b) Menyusun pengurus RT c) Menyusun pengurus PKK 56
2. Deskripsi Umum Kampung Ramah Anak “Kambojo” a. Sejarah Berdirinya Kampung Ramah Anak “Kambojo” Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh pengurus RW dan tokoh masyarakat masih adanya permasalahan di RW 05 diantaranya : kasus kenakalan pemuda, Dropout (DO) SD, SMP dan SMA, masa tunggu kerja, kesehatan reproduksi, masalah lingkungan, kurangnya sarana dan prasarana untuk bermain dan belajar, dll. Sehingga dari berbagai masalah diatas, pengurus dan tokoh masyarakat berinisiatif untuk bekerjasama membangun kampung melalui program dari pemerintah yaitu program kampung ramah anak. Inisiatif para pengurus dan tokoh masyarakat mendapat tanggapan dan dukungan yang positif dari warga masyarakat RW 05, Kampung Tegalrejo. Penggurus RW dan tokoh masyarakat berharap dengan adanya program kampung ramah anak, pemuda dapat terlibat di dalam penyelenggaraan program tersebut. Sehingga program kampung ramah anak dapat pula menjadi wadah untuk para pemuda di RW 05. Wadah untuk pemuda mengali potensi maupun mengembangkan potensi yang mereka miliki. Program kampung ramah anak “Kambojo” berdiri pada tanggal 06 November bersamaan dengan dikeluarkannya Legalitas Surat Keputusan Lurah
Tegalrejo
dengan
No.08/KPTS/TR/XI/2012
dan
09/KPTS/TR/XI/2012. Kampung ramah anak di RW 05 ini bernama “Kambojo”. “Kambojo” merupakan singkatan dari Kampung Ramah Bocah Tegalrejo. “Kambojo” merupakan istilah yang mempunyai filosofi 57
seperti bunga kambojo yang bisa tumbuh dimanapun. Sehingga harapan dari KRA “Kambojo” yaitu agar KRA “Kambojo” dapat mengharumkan RW 05 dan dapat dikenang oleh semua orang dimanapun mereka berada. Program kampung ramah anak “Kambojo” ini memiliki motto yaitu bersama
meraih
bintang.
Artinya
masyarakat
bersama-sama
mengharumkan RW 05 melalui kegiatan-kegiatan program kampung ramah anak “Kambojo”. Langkah awal dalam kegiatan rintisan kampung ramah anak di RW 05 yaitu dengan melakukan penguatan sumber daya manusia (SDM) dikalangan pemuda agar pemuda dapat memiliki mimpi dan tujuan yang sama. Penguatan SDM dengan melakukan kegiatan outbound. Kegiatan outbound ini tidak hanya diikuti oleh para calon pengurus kampung ramah anak, namun para orang tua dari pemuda juga ikut mendampingi saat pelaksanaan kegiatan outbound. Pendampingan tersebut merupakan salah satu wujud dukungan orangtua terhadap anak. Tahap selanjutnya untuk perkembangan kampung ramah anak adalah pembentukan
kepenggurusan
dan
penyusunan
kegiatan-kegiatan
kampung ramah anak. Kepenggurusan awal program kampung ramah anak “Kambojo” ini di koordinator i oleh Bapak Mulyanto dan di ketua i oleh Bapak Atri Iman Santoso. Penggurus kampung ramah anak memiliki slogan yaitu satu kata, satu perbuatan. Artinya bahwa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak baik penggurus maupun masyarakat harus sama antara apa yang di aspirasikan dengan 58
tindakan untuk mewujudkan aspirasi tersebut. Kegiatan dalam program kampung ramah anak berupa kegiatan fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, tujuan program kampung ramah anak “Kambojo” secara luas yaitu membantu pemerintah Kota Yogyakarta mewujudkan kota layak anak. Sedangkan tujuan yang lebih sempit yaitu terwujudnya lingkungan RW 05 Kampung Tegalrejo yang ramah terhadap anak dengan kegiatankegiatan yang dapat memenuhi hak anak melalui kegiatan partisipastif pemuda RW 05. b. Visi dan Misi 1) Visi “Kampung Dinamis, Serasi, Selaras dan Seimbang” 2) Misi a) Mewujudkan anak yang beriman, berjiwa sosial dan berbudaya. b) Menjadikan tunas bangsa yang berkualitas. c) Menumbuhkan kesadaran anak akan lingkungan hijau, sehat dan bersih. d) Mengembangkan potensi dan bakat anak. e) Menanamkan kesadaran anak akan bahaya NAPZA. c. Sasaran 1) Pemenuhan hak-hak anak RW 05 Kampung Tegalrejo Sasaran pertama kampung ramah anak “Kambojo” sesuai dengan tujuan utamanya yaitu untuk memenuhi hak anak. Berdasarkan Undang-undang mengenai perlindungan anak yang dikeluarkan oleh 59
KPMP, hak anak terbagi menjadi empat yaitu hak hidup anak, hak tumbuh kembang anak, hak perlindungan anak dan hak partisipasi anak 2) Penyadaran kewajiban orangtua terhadap anak Sasaran program kampung ramah anak “Kambojo” tidak hanya untuk anak-anak saja namun juga untuk orangtua. Sasaran kedua dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu menyadarkan kewajiban orangtua terhadap anak. Kewajiban orangtua terhadap anak adalah dengan memenuhi hak-hak anak di lingkup keluarga. Sehingga dalam pemenuhan hak-hak anak tidak hanya dilakukan oleh penggurus kampung ramah anak “Kambojo”, tetapi diharapkan dari orangtua dapat mendukung kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” dalam memenuhi hak-hak anak di lingkungan keluarga. 3) Lingkungan Sasaran ketiga dalam program kampung ramah anak “Kambojo” ini yaitu lingkungan. Artinya semua kegiatan dalam pemenuhan hakhak anak di dukung oleh lingkungan yang ramah terhadap anak. Sehingga anak-anak merasa aman dan nyaman berada di lingkungan tempat tinggal yang menjadi tempat tumbuh kembangnya. Selain itu terciptanya lingkungan yang ramah terhadap anak dapat memudahkan penggurus dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk anak.
60
d. Budaya Kampung Kampung ramah anak “Kambojo” memiliki ciri khas yang membedakan dengan kampung ramah anak yang lain. Kekhasan kampung ramah anak “Kambojo” ini yaitu memiliki budaya kampung. Budaya kampung di KRA “Kambojo” terbagi menjadi empat. Empat budaya kampung itu kerap disebut dengan empat pilar budaya kampung. Selain memiliki empat pilar budaya kampung, kampung ramah anak “Kambojo” memiliki lima perilaku ramah anak. Jumlah pilar budaya tersebut menyesuaikan dengan Jumlah Rukun Tetangga (RT) yang berada di RW 05. Sedangkan lima yang menjadi perilaku ramah anak di ambil dari nama Rukun Warga (RW) yaitu RW 05. Keempat pilar budaya dan kelima perilaku ramah anak itu merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan lingkungan RW 05 yang ramah terhadap anak. Keempat pilar budaya itu diharapkan menjadi ciri khas dari kampung ramah anak RW 05. Sedangkan, kelima perilaku ramah anak diharapkan dapat membentuk karakter anak-anak. Sehingga antara perilaku dan budaya ramah anak saling bersinergi yaitu dari terciptanya perilaku-perilaku ramah anak itu nantinya akan membentuk pilar-pilar budaya kampung. Dari perilaku anak-anak itu menciptakan budaya yang ramah terhadap anak. Budaya dan perilaku anak saling berkaitan menjadi satu kesatuan yang utuh dan sehingga menjadi ciri khas dari kampung ramah anak “Kambojo”.
61
Berikut penjelasan dari masing masing pilar budaya dan lima perilaku ramah anak: a. Empat pilar budaya kampung 1. Taat menjalankan ibadah sesuai agamanya Budaya yang paling utama yaitu terciptanya anak-anak yang taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang di anut. Sesuai pula dengan pengamalan pancasila sila pertama, bahwa sebagai makhluk ciptaan-Nya haruslah taat kepada sang pencipta. 2. Berbakti kepada kedua orang tuanya Warga Negara Indonesia (WNI) memiliki hak dan kewajiban. Begitu pula anak-anak di samping memiliki hak mereka juga mempunyai kewajiban. Salah satu kewajiban anak yaitu berbakti kepada kedua orang tuanya. Oleh karena itu, kampung ramah anak “Kambojo” ingin menciptakan anak-anak yang berbakti pada kedua orang tuanya. 3. Rajin menggapai ilmu demi prestasi Budaya ketiga yang ingin tercipta di kampung ramah anak “Kambojo” yaitu anak-anak yang rajin dalam menggapai ilmu. Sehingga anak-anak di RW 05 mempunyai banyak prestasi baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik. Maka secara tidak langsung, anak-anak ikut mengharumkan nama kampung. Selain itu, KRA “Kambojo” berhasil dalam mewujudkan budaya yang telah di tetapkan. 62
4. Sopan dalam pergaulan Budaya yang terakhir yang tidak kalah penting yaitu menciptakan anak-anak yang sopan dalam pergaulan. Pergaulan di lingkungan keluarga, sekolah bahkan lingkungan masyarakat. Anak-anak diharapkan memiliki sopan santun kepada semua orang. Sopan terhadap teman sebayanya maupun orang-orang yang lebih muda ataupun tua. Sopan dalam berbicara maupun berperilaku dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. b. Lima perilaku ramah anak 1. Sapa setiap bertemu Perilaku pertama yaitu membiasakan menyapa saat bertemu. Anakanak akan dibiasakan dengan lingkungan yang saling sapa. Sehingga mereka akan terbiasa untuk saling menyapa antar teman, tetangga bahkan orang yang belum mereka kenal sekalipun. Karena dengan saling menyapa akan lebih mengakrabkan anak-anak kepada masyarakat di lingkungan RW 05. 2. Salam setiap berjumpa Perilaku kedua yaitu membiasakan mengucap salam ketika berjumpa. Setelah anak-anak terbiasa menyapa, anak-anak akan dibiasakan memberikan salam kepada semua orang yang mereka jumpai. 3. Senyum setiap berbicara
63
Perilaku ketiga yaitu membiasakan anak-anak untuk selalu senyum setiap kali berbicara. Karena senyum saat berbicara akan mendapat respon yang positif kepada lawan bicara. 4. Santun setiap percakapan Perilaku keempat yaitu santun setiap percakapan. Anak-anak akan membiasakan selalu santun kepada siapapun yang sedang berbicara dengan mereka. Perilaku yang santun setiap percakapan akan menjadikan orang yang sedang diajak berbicara segan dan menghargai meski itu seorang anak-anak. 5. Semangat setiap kegiatan Perilaku yang terakhir yaitu sikap anak yang menunjukan semangat ditiap kegiatan. Dari semangat anak-anak yang terlihat di tiap kegiatan, secara tidak langsung akan menumbuhkan semangat masyarakat RW 05. e. Sarana dan Prasarana 1) Kantor Sekretariat Lokasi kantor sekretariat KRA “Kambojo” berada di RT 17 RW 05 Kampung Tegalrejo. Kantor sekretariat KRA “Kambojo” merupakan rumah Bapak “AT” yang digunakan sebagai pusat informasi dan kegiatan KRA “Kambojo”. Di awal berdirinya KRA “Kambojo”, pusat informasi dan kegiatan berada di RT 15. Karena letak RT 15 yang tidak strategis maka kantor sekretariat di pindah ke RT 17. Karena letak RT 17 berada di tengah-tengah RW 05. 64
Anak-anak selalu mengunjungi kantor ini walaupun tidak ada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Karena di kantor ini terdapat taman bacaan sehingga tidak heran apabila anak-anak sering berkunjung untuk meminjam buku. Selain itu, di kantor sekretariat KRA “Kambojo” terdapat fasilitas Wifi. Sehingga banyak anak-anak yang memanfaatkan Wifi untuk keperluan sekolah. Keberadaan kantor sekretariat ini membantu penggurus untuk menerima tamu-tamu dari berbagai daerah yang ingin belajar banyak mengenai KRA “Kambojo”. 2) Ketersediaan Fasilitas Adapun fasilitas yang dimiliki KRA “Kambojo” cukup lengkap yaitu : 1) Buku
8) Komputer dan internet
2) Papan tulis
9) LCD + Screen LCD
3) Crayon
10) Kamera + handycam
4) Rak Buku
11) Meja pingpong
5) Almari
12) Meja Administrasi
6) Meja tulis
13) Meja lipat
7) Printer
14) Laptop
f. Struktur Kepengurusan Struktur kepenggurusan kampung ramah anak terbagi menjadi dua yaitu tim gugus tugas KRA dan penggurus forum anak. Kedua pengurus ini saling bersinergi dalam penyelenggaraan kegiatan KRA. Selain itu, 65
kedua kepenggurusan ini dibawah binaan Lurah Tegalrejo. Tim gugus tugas kampung ramah anak tidak dibatasi oleh usia. Tugas dari tim gugus tugas yaitu menyaring aspirasi dari anak-anak maupun masyarakat RW 05. Tim gugus tugas ini melingkupi 5 kluster hak yaitu: Kluster hak sipil dan kebebasan, kluster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, kluster hak kesehatan dan kesejahteraan, kluster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, dan kluster perlindungan khusus. Adapaun struktur kepengurusan kampung ramah anak adalah sebagai berikut: Tabel 2. Susunan kepengurusan tim gugus tugas KRA Kambojo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Lurah Tegalrejo Atri Imam Santoso Kushadiyanto Anita Rizky Wibowo Erwin Fajar Saputra Balinda Kumalasari Poniyo Teguh Suroyo Dyah Wahyuningsih
Peran Pembina Ketua Wakil Ketua Sekretaris I Sekretaris II Bendahara I Bendahara II Kluster Hak Sipil dan Kebebasan Kluster Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif 10 Hikmah Okta Sari Kluster Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan 11 Dimas Tri Suryono Kluster Pendidikan dan Pemanfaatan Waktu Luang 12 Suraji Kluster Perlindungan Khusus Sumber : Arsip kampung ramah anak “Kambojo” Penggurus forum anak dibatasi oleh usia yaitu di bawah 18 tahun. Penggurus forum anak terbagi menjadi lima yaitu Komisi Pendidikan & Sosbud, Komisi Partisipasi Anak, Komisi Perlindungan Anak, Komisi Kesehatan dan Lingkungan dan Komisi Humas & Jaringan.
66
Tugas tiap komisi menyesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun susunan penggurus forum anak yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Susunan pengurus forum anak KRA “Kambojo” No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Bimo Septiawan Arif Cahya Purnama Prita Diwani Praja Winda Mareta Sari Yoga Eka Junianto Trifena Sarah Herliza Priska Rosalina Maidita Herawati Ayu Nur Widya Saputri Maharani Dyah Wulandari Indrawati Tabita
Peran Ketua Wakil Ketua Sekretaris I Sekretaris II Bendahara Wakil Bendahara Koordinator Komisi Komisi Pendidikan & Sosbud Komisi Partisipasi Anak Komisi Perlindungan Anak Komisi Kesehatan & Lingkungan Komisi Humas & Jaringan
Sumber : Arsip kampung ramah anak “Kambojo” Anggota dari kampung ramah anak “Kambojo” yaitu semua anakanak berusia 0-18 tahun di RW 05. Berdasarkan pendataan dari penggurus KRA, berikut data anak-anak di RW 05 tahun 2015: Tabel 4. Data anak RW 05 berdasarkan rentang usia No 1 2 3 4
Usia 00 S/D 05 tahun 06 S/D 12 tahun 13 S/D 16 tahun 17 S/D 18 tahun
Jumlah 57 anak 58 anak 34 anak 18 anak Jumlah 167 anak Sumber : Arsip kampung ramah anak “Kambojo” tahun 2015
67
B. Gambaran Umum Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan sumber data, arsip, maupun dokumentasi yang dapat memberikan informasi mengenai obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini obyek yang akan diteliti yaitu pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah “Kambojo”. Maka yang menjadi sumber data utama (primer) dari penelitian ini adalah para pemuda dan pemudi di RW 05 yang menjadi penggurus program kampung ramah anak “Kambojo”. Pengurus RW, tokoh masyarakat dan data - data arsip lain menjadi pengayaan sumber data utama atau data sekunder. Tabel 5. Profil subyek-subyek penelitian No 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14
Nama Yoga Eka Junianto Bimo Septiawan Anita Rizky W Priska Rosalina Arif Cahya P Dimas Tri Suryono Indrawati Maharani Dyah Atri Imam Santosa Mulyanto Agung Suraji Yanu Hariyadi
Usia 21 tahun 21 tahun 24 tahun 20 tahun 20 tahun 23 tahun 18 tahun 17 tahun 53 tahun 57 tahun 47 tahun 45 tahun 49 tahun
Pekerjaan Mahasiswa UAD Mahasiswa PGRI Mahasisiwi UST Mahasiswi UMY Swasta Belum bekerja Siswi MAN 1 Siswi SMK PNS PNS Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta
Sumber Data Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Berdasarkan data subyek diatas sumber data primer yaitu seseorang yang memberikan informasi atau data secara langsung. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu pemuda maupun pemudi yang menjadi penggurus kampung ramah anak “Kambojo”. Sedangkan sumber data sekunder menjadi pendukung data, yaitu informasi atau data yang didapatkan tidak secara langsung 68
didapatkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. C. Hasil Penelitian 1) Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda a. Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Secara umum, program kampung ramah anak merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Yogyakarta mewujudkan kota layak anak. Program kampung ramah anak sebagai bentuk kegiatan pemenuhan hak anak melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan perwujudan dari inisiatif salah satu warga masyarakat yang berada di wilayah RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” selaku tokoh masyarakat RW 05 bahwa : “Program kampung ramah anak itu merupakan program yang bertujuan untuk memenuhi hak anak mbak. Hak untuk hidup, hak untuk memberikan pendapat dan hak yang lain. Jadi kegiatankegiatannya ya mendukung terpenuhinya hak mereka. Nah, kegiatan kampung ramah anak itu masuk ke dalam program kegiatan di RW 05” Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan anak-anak. Setiap anak-anak di suatu lingkungan masyarakat tertentu memiliki karakteristik yang berbeda, tentu kebutuhan anak-anak akan berbeda pula. Oleh karena itu, antara kampung ramah anak yang satu dengan yang lain memiliki kegiatankegiatan yang berbeda. 69
Program kampung ramah anak “Kambojo” ini tidak hanya untuk memenuhi hak anak, namun program kampung ramah anak ini menjadi wadah untuk pengembangan potensi pemuda dan pemudi di RW 05, Kampung Tegalrejo. Di samping inisiatif salah seorang warga RW 05 program ini juga berdasarkan banyaknya jumlah anak dan kurangnya keterlibatan para pemuda-pemudi dalam organisasi masyarakat di RW 05. Sehingga program kampung ramah anak ini menjadi upaya penggurus RW untuk memberdayakan para pemuda dan pemudi di RW 05. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak “AT” selaku tokoh masyarakat, bahwa : “Program kampung ramah anak ini selain untuk memenuhi hak-hak anak di RW 05, juga diharapkan dapat menghidupkan kembali semangat pemuda maupun pemudi di RW 05 untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga mereka dapat menjadi lebih berdaya baik di bidang akdemik maupun non akademik. Sehingga dapat ikut mengharumkan nama RW 05, Kampung Tegalrejo” Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat diketahui tujuan dari kampung ramah anak “Kambojo”, yaitu untuk memberikan ruang aspirasi untuk anak agar hak-hak mereka dapat terpenuhi. Namun, tujuan yang tidak kalah penting yaitu menjadi upaya untuk mengembangkan potensi para pemuda dengan melibatkan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap pemuda akan kegiatan yang membahayakan diri mereka sendiri maupun orang disekitarnya. Semakin pesatnya IPTEK saat ini membawa pengaruh yang 70
negatif untuk pemuda ketika tidak di dukung oleh lingkungan yang baik dan di imbangi dengan wadah yang memiliki kegiatan positif. Seperti yang dikatakan oleh Bapak “AG” selaku tokoh masyarakat di RW 05, bahwa : “Pemuda sekarang tidak sungkan merokok di depan para orang tua. Ada beberapa pemuda yang masih belum dapat membedakan kegiatan yang berdampak baik dan berdampak buruk bagi mereka. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana mereka dapat terlihat keren di depan teman-teman mereka. Karena pemuda sekarang masih banyak yang labil, sehingga mereka harus diimbangi dengan kegiatan-kegiatan positif terlebih di lingkungan tempat tinggalnya” Hal ini juga diperkuat oleh Bapak “SR” selaku tokoh masyarakat RW 05 bahwa : “Pemuda zaman dulu dan sekarang beda,mbak. Dulu kalau di lepas selalu kembali ke “kandang” atau rumah. Kalau pemuda sekarang kalau di lepas begitu saja kembali nya ke “kandang” yang lain. Jadi ya, kegiatan positif di lingkungan nya sendiri harus banyak. Biar mereka selalu ingat dari mana mereka berasal dan kemana mereka harus pulang” Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kampung ramah anak “Kambojo” selain untuk memenuhi hak-hak anak yaitu untuk memberikan kegiatan yang positif pula untuk para pemuda agar mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Berdasarkan teknis pembentukan kampung ramah anak, salah satu yang terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak adalah para pemuda RW 05. Sehingga tidak salah apabila program kampung ramah anak “Kambojo” melibatkan pemuda dalam penyelenggaraan kegiatankegiatan.
71
Program kampung ramah anak mempunyai beberapa kegiatan yang terbagi dalam lima klaster. Lima klaster tersebut antara lain klaster perlindungan khusus, klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Di tiap klaster tersebut mempunyai kegiatan positif dalam pemenuhan hak anak. Kegiatan dalam program kampung ramah anak dapat berupa kegiatan fisik maupun non fisik. b. Penyelenggaraan Kegiatan Penyelenggaraan kegiatan dalam suatu program memiliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu dilaksanakan agar tercapai tujuan dari penyelenggaraan kegiatan. Selain itu, agar dapat meminimalisir resiko di setiap kegiatan. Dalam pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo”, terbagi menjadi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Salah satu tujuan dari penyelenggaraan program kampung ramah ini salah satunya yaitu untuk memberdayakan pemuda yang ada di lingkungan RW 05. Oleh karena itu, para penggurus RW dan tokoh masyarakat di lingkungan RW 05 melakukan tahapan pra- perencanaan program KRA. Tahapan ini dilakukan untuk melakukan penyadaran kepada pemuda akan kebermanfaatan dari keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan di RW 05. Sehingga dari tahap pra-perencanaan ini dapat menarik para pemuda 72
untuk ikut melibatkan diri dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Adapun kegiatan dalam tahapanan pra-perencanaan yaitu : 1.
Sosialisasi Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai program dari pemerintah kota Yogyakarta yaitu kampung ramah anak. Sosialisasi dilakukan bersamaan dengan acara perkumpulan pemuda di tiap RT. Penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05 memberikan pemahaman mulai dari pengertian, tujuan hingga manfaat dari program kampung ramah anak. Berdasarkan hasil wawancara Bapak “MY” mengungkapkan bahwa : “Langkah awal dalam pembentukan program KRA di RW 05 dengan memikirkan kepenggurusannya mbak. Nah, kami berpandangan bahwa pemuda lah yang kelak menjadi penerus kami. Jadi kami sepakat jika pemuda terlibat dalam kepenggurusan”. Selain itu, Bapak “AT” menambahkan informasi mengenai kegiatan sosialisasi. Beliau mengungkapkan bahwa : “....dari kesepakatan itu kami melakukan sosialisasi mengenai program kampung ramah anak kepada pemuda. Tujuannya agar mereka tahu mengenai program KRA dan menarik perhatian mereke untuk terlibat. Kami lakukan itu dengan memberikan informasi di kumpulan pemuda tiap RT. Selain itu, kami juga melakukan pendekatan personal dengan para pemuda” Bapak “AG” mengungkapkan pula bahwa : “Sosialisasi nya itu biar pemuda nya paham apa itu program kampung ramah anak mbak” 73
Dengan
demikian
dari
pernyataan
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada pemuda mengenai kampung ramah anak. Selain untuk pemberian informasi, tujuan sosialisasi ini untuk menarik minat pemuda untuk terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak yang nanti akan diselenggarakan di RW 05. Sosialisasi ini selain dilakukan di acara perkumpulan pemuda tiap RT juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan personal. 2.
Diskusi/sharing Kegiatan diskusi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan setelah melakukan sosialisasi kepada para pemuda. Kegiatan diskusi ini menjadi tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi. Para penggurus RW dan tokoh masyaraka mengadakan diskusi/sharing bersama pemuda. Kegiatan diskusi/sharing ini bertujuan untuk melakukan musyawarah mengenai rencana pelibatan pemuda ke dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Nah, setelah kami melakukan sosialisasi itu kami mengajak pemuda RW 05 semua untuk berkumpul dan membicarakan maksud dan tujuan kami untuk melibatkan mereka ke dalam penyelenggaraan program KRA nantinya. Diskusi itu jadi semacam ajakan halus dari kami untuk para pemuda mbak. Kami menjelaskan manfaat apabila ikut terlibat dalam program KRA yang akan diselenggarakan. Jadi biar kami dapat bermusyawarah bersama agar mencapai satu kesepakatan dari penyampaian maksud dan tujuan kami” 74
Hal itu senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Diskusi itu tujuannya untuk musyawarah mufakat sebenarnya mbak” Selain itu Bapak “YN” menambahkan bahwa : “ Ya betul mbak, biar dari diskusi itu terjadi kesepakatan antarpemuda dan kami para penggurus” Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan diskusi berbentuk penyampaian maksud dan tujuan para penggurus RW dan tokoh masyarakat serta ajakan untuk para pemuda. Maksud dan tujuan serta ajakan para penggurus dan tokoh masyarakat RW 05 yaitu untuk melibatkan para pemuda dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan. Penggurus RW melakukan musyawarah bersama pemuda dengan menyampaikan manfaat apabila terlibat dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan.
Berdasarkan hasil
wawancara, “BM” mengungkapkan bahwa : “Alasan saya ikut itu soalnya kayaknya kalau terlibat itu nanti banyak manfaat yang dapat saya ambil mbak. Pun saya mau juga karena ada dampingan dari para penggurus RW. Jadi para penggurus RW itu ngasih dukungan terus mbak nantinya” Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari diskusi tersebut terbentuk kesepakatan antara penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05. Bentuk kesepakatan itu yaitu pemuda menerima ajakan dari para penggurus RW dan tokoh masyarakat. Namun, para
75
pemuda mengingikan tetap ada pendampingan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. Setelah tahap pra-perencanaan, tahapan selanjutnya yaitu tahap perencanaan,
pelaksanaan,
evaluasi
dan
pendampingan.
Berikut
penjelasan dari masing-masing tahapan : 1) Perencanaan Kegiatan dalam program kampung ramah anak bertujuan untuk memenuhi hak anak. Sasaran kegiatan dalam program kampung ramah anak yaitu anak-anak berusia 0-18 tahun, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Terciptanya lingkungan RW 05 yang ramah anak dimulai dari terpenuhinya hak anak mulai dari penciptaan perilaku hingga pembiasaan budaya ramah anak. Semua kegiatan kampung ramah anak selalu beintegrasi dengan kegiatan RW sehingga kegiatan kampung ramah anak juga merupakan kegiatan RW. Ada beberapa tahapan dalam perencanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yaitu : a) Analisis Kebutuhan Langkah pertama dalam tahap perencanaan yaitu analisis kebutuhan. Cara mengetahui kebutuhan anak-anak yaitu dengan melakukan pengumpulan data anak. Pengumpulan data ini dilakukan oleh anak-anak dengan mengunjungi tiap rumah. Kegiatan pengumpulan data ini kemudian dijadikan salah satu kegiatan yang dilaksanakan rutin tiap 3 tahun sekali. Pembagian 76
pendataan anak ini dibagi menjadi empat yaitu pendataan anak di RT 15, RT 16, RT 17 dan RT 18. Hal itu seperti yang diungkapkan “AN” bahwa : “Sebelum menyusun kegiatan-kegiatan itu, kami melakukan pendataan anak di tiap RT. Data anak itu nanti dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin,mbak. Jadi kami lebih mudah ketika mengadakan kegiatan. Yang melakukan pendataan anak-anak di tiap RT itu mbak. Setelah itu nanti barulah diserahkan kepada penggurus KRA. Nah, selain berdasarkan usia, anak-anak juga mendata hobi dan minat mereka” Senada dengan yang diungkapkan oleh “DM” bahwa : “ Kita data anak anak di RW 05 dulu mbak. Nah dari situ kita bisa tau hobi nya anak anak itu apa” Selain itu “BM” juga mengungkapkan hal yang tidak berbeda bahwa : “Awalnya kita data anak anak di RW 05 mbak dari umur nya kelas sampai hobi anak itu. Jadi biar bisa tahu kegiatan apa yang cocok untuk anak anak di RW 05” Berdasarkan pernyataan di atas, kegiatan pengumpulan data anak dibedakan berdasarkan usia. Selain itu untuk memudahkan penyusunan kegiatan KRA, pendataan juga dilakukan dengan mengetahui minat dan hobi masing-masing anak di RW 05. b) Penyusunan rencana kegiatan Langkah selanjutnya dalam tahap perencanaan yaitu penyusunan rencana kegiatan. Kegiatan penyusunan rencana kegiatan dilakukan dengan menggunakan data anak-anak RW 05 terkumpul berdasarkan usia, jenis kelamin, minat dan hobi. Dari 77
data dan informasi anak, selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan anak dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman anak. Dengan demikian, penggurus KRA “Kambojo” dapat mengetahui kebutuhan anak-anak di RW 05. Rencana kegiatan dibagi menjadi lima klaster yang sudah disesuaikan dengan juknis pelaksanaan kota layak anak. Penyusunan rencana kegiatan dilakukan melalui kegiatan forum anak yang di damping i oleh penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Sehingga dalam penyusunan rencana kegiatan,
penggurus
dapat
meminta
pertimbangan
guna
penyelenggaraan kegiatan KRA. Selain penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat, kegiatan forum anak juga dihadiri oleh perwakilan anak-anak di tiap RT. Hal tersebut seperti yang diungkapkan “BM” bahwa “Jadi penyusunan rencana kegiatan itu melalui kegiatan forum anak,mbak. Kami mengundang anak – anak tiap RT, penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Agar kami dapat mengecek dari data yang telah terkumpul dan dapat mendengarkan aspirasi anak. Trus kami juga meminta pertimbangan kepada penggurus RT dan RW maupun tokoh masyarakat untuk kegiatan yang akan kami lakukan” Seperti yang diungkapkan oleh “PR”bahwa : “Dari data yang didapatkan itu kami menyusun kegiatan kegiatannya mbak. Nah setelah itu kami mengadakan forum anak”
78
Senada dengan yang diungkapkan oleh “AN” bahwa : “Penyusunan kegiatan nya berdasarkan kecenderungan hobi dan minat anak anak mbak. Tapi tidak menutup kemungkinan disesuaikan dengan budaya dan tren saat ini” Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa kehadiran anakanak dalam kegiatan forum anak yaitu untuk membantu penggurus
mengecek
data
yang
telah
terkumpul
dan
mendengarkan aspirasi anak-anak. Sehingga penggurus dapat menyusun kegiatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anakanak di RW 05. Penyusunan rencana kegiatan dilakukan secara rinci, mulai dari bentuk kegiatan, sasaran, waktu, tempat, hingga pendanaan. c) Sosialisasi rencana kegiatan Langkah terakhir dalam tahap perencanaan yaitu sosialisasi rencana kegiatan. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan setelah rencana kegiatan selesai disusun. Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu penyampaian saat pertemuan penggurus
RW
dan
mengunjungi
tiap
rumah
warga.
Berdasarkan hasil penelitian, para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” selalu di undang untuk menghadiri pertemuan RW. Semenjak itu, pertemuan RW menjadi salah satu
cara
para
penggurus
KRA
“Kambojo”
menyampaikan kegiatan-kegiatan KRA “Kambojo”.
79
untuk
Hal itu seperti yang diungkapkan “DM” bahwa : “Di tiap pertemuan RW kami penggurus KRA selalu diundang untuk menghadiri, mbak. Jadi itu menjadi kesempatan kami untuk menyampaikan kegiatan kegiatan di KRA “Kambojo” Selain itu, “IN” mengungkapkan hal yang sama bahwa : “Kalau ikut rapat sama penggurus RW itu kita nyampein kegiatan – kegiatan KRA yang mau diadakan mbak” Diperkuat oleh “BM” yang mengungapkan bahwa : “Di rapat RW itu jadi kita bisa dapet masukan kalau kita ada hambatan dalam penyelenggaraan kegiatannya. Misal kalau dana kita kurang, ya kita share mbak ke penggurus” Sehingga di pertemuan RW menjadi salah satu upaya para pemuda untuk menyampaikan aspirasi maupun hambatan dalam penyelenggaraan kampung ramah anak “Kambojo”. Secara singkat, tahapan dalam perencanaan dapat digambarkan dalam bagan alur di bawah ini : Bagan 2. Alur dalam perencanaan kegiatan KRA “Kambojo” Perencanaan Pra-perencanaan :
Analisis Kebutuhan
1. Sosialisasi 2. Diskusi/Sharing
Penyusunan Rencana Kegiatan
Sosialisasi Kegiatan
80
2) Pelaksanaan Di bawah ini merupakan pelaksanaan kegiatan - kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu : a) Klaster Perlindungan Khusus Kegiatan yang dilaksanakan oleh klaster perlindungan khusus bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Perlindungan itu dapat berupa melindungi anak dalam situasi darurat (anak pengungsian dan situasi konflik), anak berhadapan dengan hukum, anak dalam situasi eksploitasi, dan anak dari kalangan minoritas. Sehingga melalui kegiatan dalam klaster ini anak dapat merasa aman dan tenang tanpa tekanan dari berbagai pihak. Berikut ini kegiatan dalam klaster perlindungan khusus : (1) Sosialisasi Kampung Ramah Anak Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui kunjungan ke rumah-rumah. Kegiatan tersebut dilakukan oleh perwakilan anak-anak dari tiap RT. Kegiatan yang dilakukan oleh anakanak di damping i oleh penggurus KRA “Kambojo”. Selain menyampaikan kegiatan-kegiatan KRA “Kambojo”, kegiatan kunjungan dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada para orang tua mengenai program kampung ramah anak. Indikator dari rumah yang sudah mendapatkan sosialisasi yaitu dengan penempelan stiker “ramah anak”. Stiker tersebut menunjukan bahwa rumah tersebut sudah ramah anak. 81
Gambar 2. Leaflet Sosialisasi KRA “Kambojo”
Sumber: Arsip kampung ramah anak “Kambojo” Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dua kali, kegiatan pertama yaitu dengan pembagian leaflet dan penempelan sticker. Kegiatan sosialisasi yang kedua dilakukan di tahun kedua saat pengembangan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”.
Kegiatan
sosialisasi
dilakukan
dengan
membagikan kalender kampung ramah anak “Kambojo”. (2) Plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak Kegiatan plangisasi yaitu salah satu kegiatan fisik dari klaster perlindungan khusus. Kegiatan ini diadakan dalam bentuk pembuatan slogan-slogan mengenai kampung ramah anak. Selain itu, pembuatan lima pilar budaya dan empat perilaku ramah anak serta pembuatan gapura bertuliskan KRA “Kambojo” yang menjadi daya tarik tersendiri di RW 05. Pemuda mulai menyiapkan perlengkapan untuk slogan, pembuatan slogan hingga penempelan slogan dan budaya kampung ramah anak. Pemanfaatan tembok warga dengan 82
poster-poster kampung ramah anak juga menjadi salah satu kegiatan dalam plangisasi. Slogan, poster, serta empat budaya dan lima pilar perilaku ramah anak di letakkan di setiap sudut RT dan tempat-tempat strategis di RW 05. Penempelan poster kawasan bebas rokok juga menjadi salah satu bentuk kegiatan plangisasi. Walaupun slogan itu tidak tertuju untuk anakanak, namun poster kawasan bebas rokok menjadi salah satu upaya pencegahan anak-anak terhadap perilaku merokok. Sehingga orang tua maupun pemuda di sekitar RW 05 dilarang keras merokok di depan anak-anak. Kegiatan plangisasi ini dilakukan satu kali di tahun awal berdirinya KRA “Kambojo”. Namun perencanaan untuk kegiatan plangisasi ini dilakukan sejak penyusunan rencana kegiatan kampung ramah anak. (3) Perbaikan lingkungan Kegiatan
perbaikan
lingkungan
rumah
dilakukan
bersamaan dengan kegiatan rutin RW yaitu kerja bakti. Kegiatan ini dilakukan dengan menata lingkungan sekitar RW 05 agar ramah terhadap anak. Seperti pembuatan polisi tidur di tiap tikungan agar para pengendara lebih berhati-hati, penutupan lubang saluran air, dan penutupan selokan-selokan yang dalam dan terbuka. 83
Penggurus KRA “Kambojo” menganjurkan kepada warga yang memiliki rumah di pinggiran jalan untuk membuat pagar, agar dapat melindungi anak-anak dari kendaraan
yang
melintas.
Pembuatan
pagar
tersebut
dianjurkan dari tumbuhan yang tidak membahayakan anakanak. Selain itu, pengecekan tanaman di lingkungan sekitar yang dapat membahayakan anak-anak. Seperti tanaman yang mempunyai banyak duri dan getah. Penebangan pohon-pohon yang mulai rapuh dan tumbang juga dilakukan agar tidak membahayakan anak-anak di RW 05. (4) Penyuluhan NAPZA Kegiatan penyuluhan NAPZA ini dilakukan karena melihat
kekhawatiran
terhadap
remaja
di
RW
05.
Kekhawatiran itu datang karena melihat beberapa remaja ada yang sudah berani merokok. Penyuluhan NAPZA ini diberikan untuk memberikan pemahaman kepada remaja mengenai narkoba dan bahaya pemakaiannya. Sehingga remaja
di
RW
05
dapat
terhindar
dari
bahaya
penyalahgunaannya. Kegiatan penyuluhan ini mendatangkan pembicara dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Selama tiga tahun ini, penyuluhan NAPZA sudah diadakan selama dua kali. Sasaran dari kegiatan penyuluhan NAPZA yaitu anak-anak di RW 05 84
yang menginjak usia remaja. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, para remaja diberikan banyak pemahaman mengenai dampak dari penyalahgunaan NAPZA. Penggurus KRA “Kambojo” berharap tidak ada remaja di RW 05 yang tidak merokok hingga menggunakan Narkotika. b) Klaster Pendidikan dan Pemanfaatan Waktu Luang Kegiatan dalam klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang ini bertujuan untuk mendukung kegiatan di sekolah dan untuk memberikan kegiatan positif di sela-sela waktu luang anakanak RW 05. Kegiatan ini berupaya agar anak berhak untuk beristirahat, bersantai dan bermain. Selain itu anak berhak mendapatkan bimbingan maupun pelatihan di luar aktivitasnya di sekolah. Berikut kegiatan dalam klaster pendidikan dan pemanfataan waktu luang : (1) Belajar Bersama Kegiatan
belajar
bersama
merupakan
kegiatan
pemanfaatan waktu luang yang bertujuan untuk membantu anak-anak dalam memahami materi-materi yang diberikan di sekolah. Anak-anak saling bertukar informasi, berdiskusi dan saling membantu jika ada yang kesulitan memahami pekerjaan rumah dari sekolah. Pemuda menjadi pendamping dalam kegiatan belajar bersama. Kegiatan belajar bersama ini
85
dilakukan di kantor sekretariat KRA “Kambojo” yang menjadi salah satu pusat kegiatan KRA “Kambojo”. Selain anak-anak merasa nyaman di kantor sekretariat, adanya fasilitas wifi menjadi daya tarik anak-anak melakukan kegiatan belajar bersama. Dengan adanya wifi, memudahkan anak-anak
dalam
mencari
referensi
dan
menambah
pengetahuan. Setiap anak-anak mencari referensi dengan menggunakan wifi selalu di dampingi oleh para pemuda. Hal itu bertujuan agar anak-anak tidak membuka situs-situs yang tidak layak untuk anak-anak lihat. Di bawah ini salah satu gambaran kegiatan belajar bersama: Gambar 3. Kegiatan Belajar Bersama
Sumber: Arsip KRA “Kambojo” Kegiatan ini dilakukan kondisional, artinya belajar bersama akan dilakukan ketika anak-anak merasa kesulitan memahami materi di sekolah. Misalnya ketika anak-anak 86
kesulitan mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah, mereka dengan sendirinya mendatangi kantor sekretariat dengan saling mengajak satu sama lain. Dengan adanya kegiatan belajar bersama yang didukung fasilitas dan di dampingi oleh pemuda RW 05 sendiri dapat memberikan semangat kepada anak-anak untuk belajar. Dari kegiatan belajar bersama ini dapat menumbuhkan rasa kompetisi dan persaingan yang sehat kepada anak-anak dalam meraih prestasi. (2) Pembuatan Majalah Dinding (Mading) Kegiatan pembuatan mading ini menjadi salah satu kegiatan untuk mengali bakat dan kreativitas anak. Mading kampung ramah anak “Kambojo” ini berisi hasil karya anakanak RW 05. Bentuk karya anak-anak RW 05 diantaranya berupa gambar, puisi, cerita pendek (cerpen), dan poster. Gambar 4. Kegiatan Pembuatan Mading
Sumber : Arsip KRA “Kambojo”
87
Kegiatan mading ini dilakukan dengan mengumpulkan karya anak-anak terlebih dahulu, kemudian mengolah karya dan menempel karya karya tersebut. Semua karya anak RW 05 akan di tempel di mading tanpa adanya pembedaan tiap karya anak. Kegiatan mading ini menjadi salah satu cara untuk menunjukan karya anak-anak kepada orangtua, masyarakat RW 05 bahkan hingga masyarakat luar RW 05 yang berkunjung. Sehingga orangtua pun merasa bangga terhadap anaknya karena anaknya dapat menuangkan ide mereka dalam bentuk karya yang tertempel di mading. (3) Pelatihan Tari Menari merupakan salah satu kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan menari mempunyai tujuan untuk melestarikan budaya di samping mengisi waktu luang anakanak. Peminat dari kegiatan menari ini mayoritas adalah anak-anak perempuan di RW 05. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap satu minggu sekali. Setiap minggu sore, anak-anak dipandu oleh pelatih tari melakukan latihan di halaman pos serbaguna. Sehingga anak-anak sering melakukan pentas tari dalam berbagai
acara
maupun
88
perlombaan-perlombaan
yang
diadakan baik di lingkup RW, Kelurahan, Kecamatan hingga Kota. Gambar 5. Pelatihan Tari KRA “Kambojo”
Sumber : Arsip KRA “Kambojo” (4) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Pada usia 0-5 tahun merupakan masa golden age sehingga kegiatan PAUD sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anak usia dini di RW 05. PAUD di RW 05 bernama PAUD “Diponegoro”. PAUD Diponegoro merupakan PAUD SPS yaitu salah satu program yang berada di pendidikan non formal. Pelaksanaan kegiatan PAUD SPS “Diponegoro” satu minggu sekali, setiap hari selasa pukul 16.00 WIB. Kegiatan PAUD tidak hanya dilakukan di pos serbaguna dan setiap hari selasa. Namun, di kegiatan RW juga selalu melibatkan anak-anak usia dini seperti senam, pentas, lomba maupun kegiatan yang lain. 89
(5) Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non formal untuk anak-anak TK, SD dan SMP, yang mendidik santri agar mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. TPA memiliki beragam sub kegiatan. Kegiatan TPA tidak hanya membaca Al-Qur’an, namun juga ada kegiatan postif lain untuk anak-anak. Seperti taman gizi, pelatihanpelatihan, nonton bareng dan kegiatan lainnya. Kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari senin, rabu dan jumat pukul 16.00 WIB di Masjid Diponegoro. (6) Olahraga Kegiatan olahraga menjadi salah satu kegiatan pengisian waktu luang. Kegiatan ini dengan melakukan permainan ping pong di halaman pos serbaguna. Kegiatan olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dapat mempererat antar anak maupun masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa olahraga menjadi cara untuk mengakrabkan antar sesama disamping untuk mengisi waktu luang. Selain ping pong, kegiatan
90
renang menjadi salah satu olahraga untuk mengakrabkan satu sama lain. c) Klaster Hak Sipil dan Kebebasan Klaster Hak Sipil dan Kebebasan merupakan upaya pemenuhan hak anak-anak untuk mendapatkan pengakuan diri menurut hukum. Selain itu juga hak untuk menyatakan pendapat dan menyampaikan aspirasi. Selanjutnya mendapatkan hak untuk memperoleh informasi, tidak mendapatkan siksa atau perlakuan yang tidak manusiawi, mempunyai kemerdekaan berpikir dan berserikat serta mendapatkan perlindungan untuk kehidupan pribadinya. Berikut kegiatan dalam klaster hak sipil dan kebebasan : (1) Pendataan anak-anak Kegiatan pendataan ini bertujuan mengumpulkan datadata anak. Data-data tersebut diantaranya pendataan tentang pernikahan dini, anak bebas dari narkoba dan miras, pendataan anak yang mengalami masalah serta pendataan anak yang putus sekolah. Kegiatan pendataan ini dilakukan rutin setiap tiga tahun sekali. Kegiatan pendataan pertama dilakukan pada tahun 2012 di awal tahun pembentukan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan pendataan awal ini merupakan tahap perencanaan dalam pembentukan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan pendataan kedua 91
dilakukan pada tahun 2015. Pendataan kedua dilakukan untuk mengecek perubahan data dari pendataan sebelumnya. Sehingga kegiatan pendataan ini dilakukan oleh anakanak dengan mengunjungi tiap rumah warga. Dari hasil pendataan tersebut, kemudian direkap oleh penggurus KRA “Kambojo” untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. (2) Pengadaan Forum Anak Kegiatan forum anak ini bertujuan untuk memberikan kebebasan
kepada
anak-anak
untuk
menyampaikan
permasalahan dan kebutuhan mereka. Anak-anak di dalam forum ini bebas beraspirasi mengungkapkan pendapatpendapat mereka. Sehingga dari forum anak ini, penggurus dapat menganalisis kebutuhan anak-anak. Kegiatan forum anak dilakukan oleh penggurus forum anak didampingi penggurus gugus tugas. Oleh karena itu, kegiatan forum anak ini dilakukan rutin setiap satu bulan sekali. Hasil dari forum anak ini akan dianalisis untuk kemudian dijadikan beberapa kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak di RW 05. (3) Pertemuan Rutin Bersama Penggurus RW Sejak berdirinya kampung ramah anak “Kambojo”, pemuda dilibatkan dalam pertemuan bersama penggurus RW. 92
Kegiatan pertemuan bersama penggurus RW ini menjadi salah satu bentuk pengakraban pemuda dengan penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Dalam kegiatan ini, antar pemuda dan mengurus RW saling menyampaikan aspirasi untuk kegiatan-kegiatan RW. Karena pada dasarnya kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” termasuk kegiatan RW 05. Kegiatan pertemuan bersama penggurus RW 05 ini diadakan satu bulan sekali setiap tanggal 5. Kegiatan ini selain untuk menyampaikan aspirasi, memberikan masukanmasukan kegiatan pertemuan ini menjadi salah satu cara untuk mengevaluasi kegiatan- kegiatan di RW 05. d) Klaster Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan Kegiatan dalam klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan berkaitan dengan kelangsungan hidup dan pengembangan anak. Selain itu di dalam klaster ini juga memberikan hak setiap anak atas tingkat kehidupannya. Kegiatan dalam klaster ini berusaha untuk mengecek kesehatan anak di RW 05. Mulai dari anak usia dini hingga remaja. Adapun kegiatan dalam klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan yaitu : (1) Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing 93
petugas terkait. Adapun tujuan posyandu yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), menambah asupan gizi dan vitamin yang diperlukan oleh balita, memberikan penyuluhan tentang asupan gizi serta cara pemberian ASI yang baik, serta meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB. Beberapa kegiatan posyandu di RW 05 adalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana), Imunisasi, Gizi, Penanggulangan diare. Oleh karena itu, kegiatan posyandu ini salah satu kegiatan untuk anak-anak usia dini dengan cara pemenuhan hak kesehatan dasar melalui pemberian imunisasi hingga pemberian makanan bergizi. (2) Pengecekan Jentik Nyamuk Kegiatan pengecekan jentik nyamuk ini merupakan salah satu tugas para jumantik. Namun pada pelaksanaannya para jumantik ini meminta tolong anak-anak untuk melakukan penegecekan ke tiap-tiap rumah di RW 05. Kegiatan pengecekan jentik nyamuk ini dilakukan dengan melihat kondisi kamar mandi di tiap rumah, menutup lubang-lubang air yang menyebabkan sarang nyamuk dan membagikan ABATE di tiap rumah. Kegiatan pengecekan jentik ini menjadi salah satu kegiatan untuk melindungi warga RW 05 dari bahaya 94
penyakit
demam
berdarah.
Anak-anak
melakukan
penegecekan jentik ke tiap-tiap rumah setiap satu bulan sekali. Anak-anak melakukan kegiatan ini membantu tugas para jumantik di RW 05. Pemuda sebagai penggurus KRA dalam kegiatan ini menunjuk anak-anak di tiap RT dan mendampingi anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan pengecekan jentik-jentik di tiap rumah. Gambar 6. Tim Jumantik Anak – Anak
Sumber : Arsip KRA “Kambojo” (3) Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja Kegiatan sosialisasi reproduksi remaja ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang kesehatan reproduksi remaja mengajarkan anak remaja agar memanfaatkan masa pubertasnya dengan kegiatan positif, seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi dan pola hidup sehat agar pertumbuhannya optimal. Sasaran dari kegiatan sosialisasi ini 95
tidak lain yaitu remaja putra dan remaja putri di RW 05. Di mulai dari mereka yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga kuliah. Kegiatan
sosialisasi
reproduksi
remaja
ini
juga
menjelaskan dampak dari menjaga kesehatan reproduksi remaja. Agar remaja mau menjaga kesehatan reproduksinya, maka dampak yang dipaparkan dalam kegiatan sosialisasi lebih mengarah kepada dampak-dampak negatif apabila tidak memperhatikan
kesehatan
reproduksinya
di
masa
pubertasnya. Sehingga remaja takut untuk melakukan hal-hal yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksinya. e) Klaster Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif memiliki tujuan agar anak-anak di RW 05 berhak mendapatkan bimbingan dari orang tua, berhak mendapatkan dukungan dari lingkungan, mencegah adanya kasus penjualan anak dan penelantaran anak. Adapun kegiatan dalam klaster ini yaitu : (1) Bina Keluarga Balita (BKB) Bina keluarga balita ini merupakan salah satu kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di
96
tingkat RW. Dalam pembentukan BKB melalui beberapa tahapan dimulai dari pendataan hingga pengkaderan. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kegiatan BKB di RW 05 ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali di tanggal 2. Sasaran dari kegiatan BKB ini adalah para orang tua yang memiliki anak berusia balita. Pelaksanaan BKB di RW 05 yaitu dengan pemberian penyuluhan dan diskusi tentang kesehatan ibu dan bayi serta silahturahmi. Tujuan dari adanya BKB di RW 05 yaitu menambah wawasan tentang kesehatan ibu dan anak maupun bayi. Selain itu agar dapat memantau kesehatan ibu dan anak maupun bayi serta agar para orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat untuk anaknya. f) Kegiatan outdoor Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar klaster yang mendukung penyelenggaraan KRA “Kambojo” namun tidak masuk ke dalam kegiatan di tiap klaster. Mayoritas dari kegiatan ini diadakan di luar lingkungan RW 05. Kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi KRA “Kambojo” di tingkat RW, kelurahan, kecamatan maupun kota. Kegiatan ini seperti kegiatan perlombaan, perayaan hari nasional maupun peringatan yang dilakukan di tingkat RW, kelurahan, kecamatan hingga kota.
97
Di bawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing kegiatan : (1) Launching KRA Kegiatan launching KRA merupakan salah satu kegiatan yang
dilaksanakan
oleh
Pemerintah
Kota
Yogyakarta.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperkenalkan seluruh kampung ramah anak di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan di Balaikota Yogyakarta. Peserta dari kegiatan ini adalah KRA dari berbagai kecamatan di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan dari kegiatan launching ini yaitu dengan melakukan pawai budaya. Sehingga setiap KRA membuat kreasi sesuai dengan kreativitas masing-masing penggurusnya. Pawai tersebut tidak hanya di tampilkan namun juga menjadi penilaian awal dari pemerintah Kota Yogyakarta terhadap penyelenggaraan KRA di tiap kecamatan. Gambar 7. Launching KRA Se-Kota Yogya
Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 98
(2) Pentas Seni Kegiatan pentas seni ini diadakan oleh Kecamatan Tegalrejo. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin di setiap tahun. Kegiatan ini menampilkan kreasi anak-anak kampung ramah anak yang ada di lingkup Kecamatan Tegalrejo. Sehingga beberapa kegiatan KRA “Kambojo” yang mendukung dalam pelaksanaan pentas seni ditampilkan dalam pentas seni tersebut. Kegiatan pentas seni tersebut diawali dengan kirab kampung ramah anak yang berada di lingkungan kecamatan. Setelah kirab, pentas seni dilanjutkan dengan penampilan penampilan dari masing-masing KRA. KRA “Kambojo” menampilkan beberapa kreasi anak. Tujuan lain selain menampilkan kreasi anak-anak di RW 05 adalah untuk mengenalkan kampung ramah anak yang berada di Kecamatan Tegalrejo. (3) Mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan (Musrenbangkel) Kegiatan musrengbangkel merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Kelurahan Tegalrejo. Kegiatan ini merupakan musyawarah rencana pembangunan. Sehingga dalam kegiatan ini dilakukan diskusi-diskusi untuk merencanakan program maupun kegiatan yang berada di lingkup Kelurahan Tegalrejo. 99
Di tiap pelaksanaan kegiatan ini, penggurus KRA “Kambojo” selalu mendapatkan undangan untuk ikut memberikan aspirasiaspirasi dalam merencanakan pembangunan kelurahan. Program dan kegiatan yang telah disetujui oleh beberapa pemangku di kelurahan akan disampaikan kepada masing masing RW. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai sasaran masyarakat di lingkup RW akan dilaksanakan di lingkungan RW tersebut. (4) Peringatan Hari–hari Besar Nasional Kegiatan peringatan hari-hari besar yang dilaksanakan oleh KRA “Kambojo” antara lain peringatan sumpah pemuda, peringatan 17 Agustus (HUT RI) dan peringatan hari bebas asap rokok. Kegiatan peringatan hari besar dilakukan agar menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap tanah air Indonesia. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan di lingkungan RW 05. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan hari besar atau hari yang berdekatan dengan peringatan hari besar nasional. Bentuk kegiatan dari masing masing peringatan hari besar nasional sangat beragam. Saat peringatan sumpah pemuda, penggurus KRA “Kambojo” mengadakan pelatihan-pelatihan kepada
anak-anak.
pelatihan
tersebut
bertujuan
untuk
mengasah kreativitas anak-anak di RW 05. Peringatan 17 100
Agustus (HUT RI) diperingati dengan mengadakan lombalomba berdasarkan usia. Peringatan hari bebas asap rokok diperingati dengan mengadakan pentas seni di lingkungan RW 05. Pentas tersebut di awali dengan pembacaan deklarasi kawasan bebas asap rokok dan di isi oleh penampilanpenampilan dari anak-anak RW 05. Deklarasi bebas asap rokok itu juga akan dibacakan di setiap pertemuan dan kegiatan RW 05. (5) Perayaan Ulang Tahun KRA “Kambojo” Kegiatan perayaan ulang tahun KRA “Kambojo” sudah dilaksanakan selama tiga kali. Perayaan ulang tahun pertama yaitu dengan mengadakan pentas seni untuk masyarakat RW 05. Seperti kegiatan pentas seni lain, kegiatan ini dilakukan dengan menampilkan kreasi anak-anak. Namun tidak hanya anak-anak saja yang menampikan bakat-bakatnya. Para bapakbapak dan ibu-ibu juga menunjukan kreasi yaitu dengan macapatan dan bermain lesung. Konsep dari perayaan ulang tahun KRA “Kambojo” ini tidak terlepas dari budaya-budaya yang menjadi khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Ulang tahun kedua KRA “Kambojo” dengan mengadakan tasyakuran. Kegiatan tersebut diawali dengan pemotongan tumpeng oleh ketua KRA “Kambojo”. Setelah acara potong tumpeng dilakasankan dengan makan bersama anak-anak. 101
Setelah itu ulang tahun ketiga dengan mengadakan acara wajib kunjung museum. Kegiatan ini merupakan salah satu program dari pemerintah Kota Yogyakarta. Kegiatan wajib kunjung museum ini diawali dengan pengajuan proposal kegiatan ke Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Kegiatan wajib kunjung museum ini sama sekali tidak memungut biaya dari anak-anak. Fasilitas untuk kegiatan ini sudah disiapkan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Tiga museum yang dikunjungi dalam kegiatan tersebut yaitu museum diponegoro, museum gunung merapi dan museum jogja kembali. Kegiatan dalam perayaan ulang tahun ketiga ini dilakukan mulai dari pagi hingga sore hari. Kegiatan ini memberikan tugas kecil untuk anak-anak agar mereka dapat aktif saat kegiatan berlangsung. Gambar 8. Kegiatan Wajib Kunjung Museum
Sumber : Arsip KRA “Kambojo”
102
(6) Trainer Outbound Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa penggurus KRA “Kambojo”. Kegiatan ini diawali dengan adanya kunjungan dari penggurus RW di Kampung Bumijo ke kantor sekretariat KRA “Kambojo”. Mereka ingin mengetahui cara pembentukan kampung ramah anak. Kedatangan mereka ke kantor sekretariat KRA “Kambojo” berdasarkan rekomendasi dari KPMP (Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota Yogyakarta. Dari
kunjungan
itu,
penggurus
KRA
“Kambojo”
menawarkan diri untuk membantu dalam pembentukan KRA di
Kampung
Bumijo.
Penggurus
KRA
“Kambojo”
memberikan bantuan dalam bentuk pemberian outbound kepada anak-anak di Kampung Bumijo. Setelah berdiskusi bersama, pihak penggurus RW Kampung Bumijo menerima tawaran tersebut dengan baik. Akhirnya pada bulan Desember tepatnya tanggal 20 para pemuda menjadi trainer dalam kegiatan outbound anak-anak Kampung Bumijo di Minggiran, Kabupaten Kulonprogo. Sebelumnya pemuda telah berlatih bersama mempersiapkan konsep outbound untuk anak-anak Kampung Bumijo. Saat menjadi trainer outboud, pemuda di dampingi oleh beberapa penggurus RW dan tokoh masyarakat.
103
Selain itu, tokoh masyarakat memberikan motivasi agar para pemuda dapat percaya diri dalam memberikan outbound. Secara ringkas kegiatan-kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” dapat di lihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 6. Kegiatan-kegiatan dalam program KRA “Kambojo” No
Klaster
Sub Kegiatan
1
Klaster perlindungan khusus
2
Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang
3
Klaster hak sipil dan kebebasan
4
Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan
5
Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif Kegiatan outdoor
6
104
Sosialisasi kampung ramah anak Plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak Perbaikan lingkungan Penyuluhan NAPZA Belajar bersama Pembuatan mading Pelatihan Tari Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD) Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) Olahraga Pendataan anak Pengadaan forum anak Pertemuan rutin bersama penggurus RW. Posyandu Pengecekan jentik nyamuk Sosialisasi reproduksi untuk remaja. Bina Keluarga Balita (BKB)
Launching KRA Pentas seni Musrengbangkel Peringatan hari-hari besar nasional Perayaan ulang tahun KRA Trainer outbound.
3) Evaluasi Pemuda bersama penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05 mengadakan kegiatan evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan selesai. Kegiatan evaluasi mempunyai tujuan untuk saling memberikan masukan dari pelaksanaan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi kegiatan kampung ramah anak “kambojo” ini untuk melihat kekurangan saat pelaksanaan kegiatan. Kekurangan tersebut akan mendapatkan masukan-masukan dari sesama penggurus KRA maupun penggurus RW dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara “IN” mengatakan bahwa : “...nah biasanya habis pelaksanaan kegiatan itu kita evaluasi bareng-bareng mbak. Trus kita juga dapat masukan-masukan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi kesalahan yang sama saat melaksanakan suatu kegiatan”. Ungkapan senada dilontarkan oleh “BM” bahwa : “...kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana mbak. Jadi antara penggurus KRA dan penggurus RW saling memberi masukan satu sama lain”. Hal lain juga diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Salah satu tujuan kami mengundang pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” di pertemuan rutin itu selain menyampaikan aspirasi, ya untuk mengadakan evaluasi dari kegiatan yang telah selesai dilaksanakan mbak. Jadi bisa sama sama belajar memberikan masukan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, kegiatan evaluasi selain dilaksanakan langsung selesai kegiatan juga dilakukan di saat pertemuan rutin penggurus RW 05. Evaluasi ini dilakukan dengan 105
saling memberikan masukan-masukan untuk perbaikan di kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yang belum terlaksana. 4) Pendampingan Kegiatan pendampingan merupakan salah satu tahapan yang tidak
dapat
terlepas
dari
penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan
kampung ramah anak. Kegiatan pendampingan ini dilakukan oleh penggurus RW maupun tokoh masyarakat di RW 05. Penggurus RW maupun tokoh masyarakat melakukan beberapa hal dalam kegiatan pendampingan. Di mulai dari koordinasi di awal perencanaan kegiatan hingga pemantauan yang dilakukan saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak di RW 05. Di bawah ini merupakan penjelasan dari bentuk kegiatan pendampingan: a) Konsultasi Konsultasi merupakan tahapan pertama dalam kegiatan pendampingan
dalam
penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan
kampung ramah anak. Kegiatan konsultasi di KRA “Kambojo” ini dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Konsultasi sering dilakukan para penggurus KRA “Kambojo” dengan mengunjungi rumah para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat yang bersangkutan.
106
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Biasanya pemuda pemuda yang jadi penggurus itu datang ke rumah mbak, nah... mereka menyampaikan usulan kegiatan dan meminta kami untuk memberikan saran selain itu mereka juga bercerita tentang hambatan -hambatan yang mereka hadapi. Setelah itu mereka meminta pertimbangan mengenai kegiatan yang akan mereka laksanakan untuk anak anak.” Senada dengan yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Jadi kita main ke rumah beberapa penggurus dan tokoh masyarakat yang bisa kami mintai pertimbangan mbak. Nah dari situ kami dapat masukan masukan juga” Seperti yang diungkapkan pula oleh “PR” bahwa : “Kalau gak datang ke rumah yang bersangkutan ya waktu gak sengaja ketemu atau pas beliau para penggurus maupun tokoh lagi ada di kantor sekretariat giru mbak, trus kita minta i pendapat gitu” Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa kegiatan konsultasi dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah
anak
mendapatkan
persetujuan
dan
dukungan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Sehingga beberapa hambatan dari penggurus KRA “Kambojo” mendapatkan solusi dari penggurus RW serta tokoh masyarakat. Selain itu, agar penggurus KRA “Kambojo” dapat mengetahui bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan kebutuhan anakanak RW 05.
107
b) Fasilitasi Kegiatan fasilitasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan konsultasi. Kegiatan ini sebagai salah satu cara untuk membantu penggurus KRA “Kambojo” menyelesaikan hambatan-hambatan dalam mewujudkan beberapa kegiatan kampung ramah anak. Kegiatan fasilitasi ini merupakan salah satu bentuk dukungan para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat agar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar. Bentuk dari fasilitasi ini diantaranya yaitu dengan melibatkan para penggurus KRA “Kambojo” dalam pertemuan RW di setiap tanggal 5. Selain itu, dengan melakukan kegiatan forum anak untuk mempermudah para penggurus KRA “Kambojo” dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AT” bahwa : “Setelah para penggurus bercerita mengenai hambatan mereka nanti kami ajak mereka dalam pertemuan RW mbak. Agar hambatan yang mereka hadapi mendapatkan bantuan dari penggurus. Sebagai contoh, ketika para penggurus kekurangan dana untuk melakukan suatu kegiatan. Nanti kami share ke penggurus RW apakah ada anggaran untuk kegiatan tersebut, dll.” Selain itu Bapak “MY” mengungkapkan bahwa : “Kalau mereka ada masalah yang langsung saya beri solusi mbak. Misal, para penggurus bingung karena kurangnya SDM. Ya nanti kami adakan forum anak dan menawarkan kepada mereka siapa yang bisa membantu” Senada dengan yang disampaikan oleh “AN” bahwa : 108
“Kalau kita lagi ada masalah, para penggurus itu selalu tanggap dan langsung ngasih solusi kok mbak” Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan fasilitasi merupakan salah satu kegiatan tindak lanjut dari penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat dalam menyelesaikan
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
oleh
penggurus KRA “Kambojo” dalam mewujudkan kegiatankegiatan kampung ramah anak. Kegiatan fasilitasi dilakukan dengan mengundang penggurus KRA “Kambojo” dalam pertemuan RW dan mengadakan forum anak. Namun tidak menutup kemungkinan diadakan kegiatan-kegiatan lain yang tidak terencana. Seperti melakukan diskusi ringan di kantor sekretariat bersama koordinator kampung ramah anak. c) Koordinasi Koordinasi merupakan salah satu tahapan dari kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh para penggurus RT dan RW serta
tokoh
masyarakat
dengan
para
penggurus
KRA
“Kambojo”. Koordinasi ini bertujuan untuk menyamakan pemikiran antara penggurus RW serta penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai tujuannya. Kegiatan koordinasi ini dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak.
109
Koordinasi dimulai dengan penjelasan alur kegiatan dan pembagian tugas. Seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Sebelum kegiatan dimulai satu hari sebelumnya kami berkumpul bersama penggurus RW untuk membahas kegiatan di hari esok, kami menyampaikan alur kegiatan yang akan dilaksanakan dan membagi tugas – tugas mbak. Jadi biar nanti tidak ada miss comunication” Selain itu “DM” juga mengungkapkan bahwa : “Kalau mau melaksanakan kegiatan itu kita koordinasi mbak sama para penggurus dan tokoh masyarakat yang aktif. Jadi disini kami bisa saling bagi tugas” Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “AT” bahwa: “Disini walaupun ide maupun tenaganya lebih kuat pemuda, tapi kami juga melakukan koordinasi agar kami dapat membantu semampu kami mbak” Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa koordinasi dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Kegiatan koordinasi ini dengan cara melakukan kumpul bersama penggurus RW. Sehingga diharapkan
dapat
dari kegiatan
mengurangi
miss
koordinasi
comunication
ini antar
penggurus RW maupun penggurus KRA “Kambojo”. d) Pengawasan Kegiatan pengawasan ini menjadi salah satu tahapan terakhir
dalam
“Kambojo”.
proses
Penggurus
pendampingan RW
dalam
hal
penggurus ini
KRA
melakukan
pengamatan selama kegiatan kampung ramah anak berlangsung. Namun tidak hanya mengamati saja, para penggurus RW 110
mempunyai konsep yaitu Tut Wuri Handayani. Yaitu salah satu konsep Ki Hadjar Dewantara yang dipegang teguh oleh para penggurus RW yang sudah menginjak usia dewasa akhir. Konsep dari Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dari belakang selalu mendorong dan memberi motivasi. Selain itu para penggurus memberikan contoh ketika berada di posisi depan seperti Ing Ngarsa Sung Tuladha. Dan menyamakan posisi sama dengan para penggurus KRA “Kambojo” ketika berada di tengah seperti Ing Madya Mangun Karsa. Seperti yang diutarakan oleh Bapak “AT” bahwa : “Sebagai orang tua kami menganut konsep nya ki hadjar mbak, jadi selain memberi motivasi kami juga berusaha memberi contoh yang baik dan selalu mendampingi mereka. Sehingga mereka akan mempunyai rasa tidak enak kepada yang lebih tua dan akan membuat mereka segan” Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa: “Jadi kami yang lebih tua itu tidak hanya menyuruh mbak tapi juga memberi contoh dan menyemangati mereka yang muda” Seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Tokoh masyarakat disini itu semangatnya luar biasa mbak,malah kita kalah kadang sama mereka. Nah dari itu, kami selalu belajar. Dan kalau mereka ngawasin itu mereka memposisikan sebagai kaum muda. Jadi kami pekewuh mbak” Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengawasan tidak hanya dilakukan dengan sebatas mengamati namun para penggurus RW juga melakukan aksi-aksi untuk membantu 111
penyelenggaraan dari kegiatan-kegiatan kampung ramah anak. Sehingga para penggurus KRA “Kambojo” khususnya pemuda mempunyai rasa segan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan komitmen dan rasa memiliki terhadap kegiatankegiatan KRA “Kambojo”. Bentuk pendampingan dapat tergambar jelas dalam bagan di bawah ini : Bagan 3. Bentuk pendampingan program KRA “Kambojo” Sebelum Pelaksanaan
Konsultasi
Saat Pelaksanaan
Pengawasan
Fasilitasi Koordinasi c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kampung Ramah Anak “Kambojo” Program kampung ramah anak “Kambojo” ini merupakan salah satu program informal yang diperuntukan bagi anak-anak namun juga bertujuan sebagai salah satu upaya pemberdayaan untuk pemuda. Penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” tentu tidak dapat terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dirasakan oleh penyelenggara program yaitu adanya partisipasi masyarakat yang tinggi. Partisipasi masyarakat yang tinggi terlihat dari dukungan masyarakat dalam berbagai kegiatan-kegiatan 112
yang dilaksanakan. Bentuk dukungan masyarakat dapat dilihat dari kegiatan kampung ramah anak yang selalu dimeriahkan oleh masyarakat RW 05 karena semua masyarakat hadir dalam kegiatan kampung ramah anak. Misalnya keikutsertaan orangtua dalam kegiatan wajib kunjung museum yang hanya diperuntukan hanya bagi anak-anak. Bentuk dukungan dari masyarakat sangat beragam, mulai dari dukungan materi maupun non materi. Hal ini seperti yang dirasakan oleh Bapak “AT” selaku koordinator program kampung ramah anak. Beliau mengatakan bahwa : “Yang mendukung pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak itu, dukungan dari masyarakat mbak. Baik dalam bentuk materi maupun non materi. Masyarakat selalu menerima dengan baik kegiatan kegiatan dari kampung ramah anak. dan masyarakat selalu memeriahkan di tiap kegiatan. Bisa diliat di dokumentasi kegiatankegiatan kami mbak”. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, lengkapnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadi salah satu faktor pendukung. Hal ini diungkapkan oleh “DM” selaku penggurus yang menyatakan bahwa : “ Faktor pendukungnya itu dari kelengkapan sarpras yang dimiliki oleh KRA “Kambojo” mbak. Kami memiliki kantor sekretariat yang nyaman dan aman untuk tempat berdiskusi selain itu dilengkapi pula adanya koneksi internet, sehingga memudahkan kami untuk mencari informasi dan membantu anak – anak pula”. Faktor pendukung yang lain yaitu ide-ide kreatif yang dimiliki penggurus KRA “Kambojo” maupun penggurus RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa: “...ide-ide untuk tiap kegiatan juga menjadi faktor pendukung mbak. Biasanya kami mengemas kegiatan berawal dari ide yang sederhana namun kita buat berbeda dengan yang lain sehingga dapat menarik 113
perhatian anak-anak pada khususnya dan masyarakat RW 05 pada umumnya”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor pendukung dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak antara lain adanya dukungan dari masyarakat baik materi maupun non materi, sarana dan prasarana yang memadai dan ide-ide kreatif dari penggurus KRA “Kambojo” maupun dari penggurus RW 05. Faktor penghambat program kampung ramah anak yang dirasakan oleh penggurus KRA “Kambojo” yaitu padatnya kegiatan anak-anak di luar lingkungan rumah. Padatnya kegiatan anak-anak membuat anakanak lelah dan tidak mau untuk bersosialisasi di lingkungan RW 05. Sehingga sebagian anak-anak memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris KRA “Kambojo” bahwa : “Faktor penghambatnya ya kalau ada kegiatan-kegiatan belum tentu semua anak-anak mengikuti. Karena anak-anak kadang sudah capek dengan kegiatan yang ada di luar lingkungan RW 05. Jadi kalau diajak untuk berkumpul ada satu dua anak yang lebih memilih untuk beristirahat di rumah mbak”. Senada dengan yang diungkapkan “PR” bahwa: “Susahnya itu nentuin pelaksanaan kegiatan mbak, soalnya anakanak disini itu ada yang kegiatannya banyak sekali di sekolah. Jadi sekalinya ada kegiatan KRA, mereka memilih untuk istirahat” Seperti yang diungkapkan pula oleh Bapak “SR” bahwa : “Penghambatnya sendiri itu ya anak-anaknya itu mbak, soalnya mereka itu banyak kegiatan juga disekolah dan di luar kampung. Jadi kalau saya liat itu, kadang yg aktif ya anak-anak itu aja”
114
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka faktor penghambat pelaksanaan program kampung ramah anak yaitu kesibukan anak-anak di luar lingkungan RW 05. Kegiatan anak di luar lingkungan RW 05 menyebabkan anak lelah. Sehingga sebagian anak-anak di RW 05 enggan untuk mengikuti kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Anak-anak lebih memilih untuk beristirahat di rumah. 2) Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” a. Alasan keterlibatan pemuda Pemuda adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Masa muda sering diartikan sebagai masa remaja akhir. Masa muda merupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa muda merupakan salah satu masa pencarian identitas. Artinya pemuda mulai mencari jati diri hingga perannya dalam masyarakat. Salah satu cara menunjukan identitasnya dalam masyarakat terlihat dari ketertarikan yang bermanfaat bagi diri pemuda tersebut. Di bawah ini merupakan alasan keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak yaitu : 1) Kesadaran Diri Para
pemuda
di
RW
05
memiliki
berbagai
alasan
keterlibatannya dalam program KRA “Kambojo” yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Alasan-alasan tersebut diantaranya yaitu kesadaran diri untuk lebih mandiri, kesadaran untuk lebih berani, 115
keinginan untuk mengasah bakat yang dimiliki dan keinginan untuk berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “...selain itu alasan saya mau jadi penggurus KRA itu biar saya lebih berani ngomong mbak karena saya itu pemalu dan saya ingin mempunyai prestasi melalui bakat yang saya miliki agar bisa mengharumkan RW 05” Selain itu “PR” mengungkapkan alasan terlibat dalam program KRA “Kambojo” dan menjadi penggurus bahwa : “...saya tidak mendapat dorongan dari siapapun. Saya terlibat karena berdasarkan niat saya untuk belajar dari program yang ada di RW 05. Saya yakin dengan menjadi penggurus KRA pasti saya bisa belajar menjadi orang yang mandiri”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Dari saya sendiri yang pengen mbak. Pengen banyak belajar di masyarakat gitu. Pasti dapat banyak pengalaman nantinya” Berdasarkan pernyataan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa alasan keterlibatan pemuda dalam program KRA “Kambojo” berasal dari kesadaran diri masing-masing. Pemuda ingin belajar mengembangkan diri melalui program kampung ramah anak di RW 05. 2) Kesamaan Hobi Pemuda memiliki hobi yang sangat beragam diantaranya yaitu permainan dan olahraga, menari, membaca, hingga menonton film. Dari persamaan hobi antar pemuda menjadi alasan para pemuda untuk mau terlibat dalam penyelenggaraan KRA.
116
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Saya mau menjadi penggurus KRA ya karena biar bisa mengembangkan hobi saya mbak. Kan nanti kalau ada teman penggurus yang mempunyai hobi sama bisa saling bertukar informasi” Ungkapan lain yang senada dari “IN” bahwa : “Saya itu hobinya ngaji mbak, trus ternyata banyak pula pemudi di RW 05 yang hobi ngaji juga. Jadinya saya seneng mbak punya temen yang hobi nya sama. Jadi kan bisa sama sama belajar” Selain itu “AN” mengungkapkan bahwa : “Bukan karna paksaan sih mbak, tapi karna saya itu suka sama anak anak dan ternyata banyak juga pemuda dan pemudi disini yg suka sama anak-anak kecil. Ya jadi kayak punya ketertarikan yang sama gitu lah mb” Berdasarkan
pernyataan
diatas
dapat
dipahami
bahwa
ketertarikan pemuda terhadap jenis kegiatan yang mereka sukai dan kuasai menjadi alasan keterlibatan mereka dalam program kampung ramah anak. Pemuda mempunyai harapan dengan keterlibatan mereka ke dalam program kampung ramah anak, pemuda dapat mengembangkan hobi yang mereka miliki. Karena mereka dapat saling bertukar informasi dengan penggurus KRA “Kambojo” yang lain. 3) Kepedulian Terhadap Masyarakat Pemuda selalu ingin menunjukan keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan masyarakat. Sehingga bentuk kepedulian pemuda dalam masyarakat ini menunjukan upaya para pemuda untuk memperoleh kepopuleran di lingkungan masyarakatnya. Bentuk 117
kepedulian para pemuda di RW 05 antara lain menolong sesama, saling berdiskusi, hingga memberikan ide-ide untuk kegiatan RW 05. Seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Alasan saya mau membantu dalam penyelenggaraan KRA itu ya ingin membuat maju RW 05 mbak. Selain itu biasanya kalau kita aktif di kampung itu nanti kita bisa di kenal oleh masyarakat satu RW”. Selain itu juga diungkapkan oleh “WL” bahwa : “Saya pengen berorganisasi di masyarakat mbak, biar ilmu dan pengalamannya juga nambah di masyarakat trus ya mbak selain itu juga pengen mbantu penggurus RW buat maju in RW 05” Senada dengan yang dituturkan oleh “PR” bahwa : “Kadang itu kalau liat RW lain lebih maju suka iri mbak, jadi kayak punya keinginan gitu maju in RW 05” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa minat sosial para pemuda di RW 05 menjadi salah satu alasan keterlibatan mereka dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda mempunyai tujuan untuk membuat maju RW 05 dan pemuda menginginkan dirinya mendapatkan pengakuan oleh seluruh masyarakat di RW 05. 4) Batu Loncatan dalam Melanjutkan Pendidikan Alasan keterlibatan pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu ketertarikan mereka pada dunia pendidikan. Pemuda berpikir bahwa dengan terlibatnya mereka dalam program kampung ramah anak “Kambojo” dapat menjadi batu loncatan dalam memilih jenjang pendidikan selanjutnya, karena
118
pemuda dapat memperoleh banyak informasi mengenai pendidikan. Informasi-informasi pendidikan itu pemuda peroleh antar penggurus KRA “Kambojo” maupun dari penggurus RW 05 dan tokoh masyarakat. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “....alasan lain saya mau jadi penggurus KRA “Kambojo” itu biar saya bisa mendapat semangat untuk terus melanjutkan pendidikan saya mbak. Karena saya akan mendapatkan informasi dan masukan tentang pendidikan baik dari rekan penggurus maupun penggurus RW dan tokoh masyarakat. Jadi saya lebih siap dan matang tiap akan melanjutkan pendidikan” Seperti yang diungkapkan pula oleh “PR” bahwa : “Saya mau jadi penggurus biar saya bisa terus semangat untuk melanjutkan sekolah mbak. Karena lingkungan itu pasti berpengaruh ke semangat belajar saya” Selain itu, “AR” juga menambahkan bahwa : “Saya itu sekarang bekerja mbak, tapi sesungguhnya saya itu pengen melanjutkan pendidikan. Nah dari KRA itu saya yakin kalau saya akan mendapatkan banyak info tentang kuliah” Berdasarkan dua pernyataan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan menjadi alasan pemuda terlibat menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pemuda yakin bahwa dengan ikut penyelenggaraan program KRA “Kambojo” dapat menjadi batu loncatan mereka dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan. 5) Kesiapan Kerja Pekerjaan menjadi sumber pikiran bagi sebagian besar pemuda. Pemuda mula berpikir antara pekerjaan yang dicita-citakan dan pekerjaan yang lebih disukai. Dengan ikut terlibat dalam penyelenggaraan program KRA “Kambojo” menjadi alasan pemuda 119
untuk mengisi masa tunggu kerja. Saat masa tunggu kerja, pemuda belajar memantapkan pekerjaan apa yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Karena terlibatnya pemuda dalam penyelenggaraan program KRA “Kambojo” penggurus KRA sebaya maupun yang lebih tua akan memberikan penilaian mengenai karateristik pemuda dan potensi yang dimiliki. Sehingga pemuda dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara, ”DM” mengungkapkan bahwa: “Kan saya ikut sudah dari dulu mbak, saya baru kepikiran setelah saya lulus itu. KRA bisa mengisi waktu luangsaya dan dengan saya ikut jadi penggurus KRA kan saya jadi mendapat masukan pekerjaan apa yang kelak sesuai untuk saya. Dan saya yakin dari KRA nanti akan menambah relasi saya untuk masuk ke dunia kerja” Selain itu, “AR” juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa : “Biar kalau mau kerja itu dapet gambaran dan pengalaman dari sesepuh di RW 05 mbak. Siapa tau dapet relasi kerja” Ungkapan lain dari “AN” yaitu bahwa : “Ini kan saya masih kuliah ya mbak, nah kalau dapet relasi dari pengalaman organisasi di KRA kan lumayan” Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa minat pekerjaan menjadi salah satu alasan keterlibatan pemuda untuk menjadi penggurus KRA. Karena nantinya pemuda menjadi lebih yakin dan siap dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan potensi yang pemuda milik. Dan tidak menutup kemungkinan memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan karena dari penyelenggraan program KRA “Kambojo” pemuda mendapatkan relasi kerja. 120
6) Sebagai Bentuk Ibadah Pemuda yang mulai masa dewasa mulai belajar untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, pemuda memiliki ketertarikan pada agama dan mulai menganggap agama berperan penting dalam kehidupan. Hal itu menjadi alasan pemuda RW 05 menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pemuda menganggap bahwa yang akan mereka lakukan untuk lingkungan RW 05 bersifat ibadah. Seperti yang diungkapkan oleh “DM” bahwa : “Alasan saya mau menjadi penggurus KRA ya berasal dari diri saya sendiri karena semua yang saya lakukan untuk program KRA itu sebagai salah satu bentuk ibadah. Sehingga tidak ada alasan lain selain ibadah. Jika nanti banyak manfaat yang akan saya peroleh, maka itu menjadi bonus. Senada dengan yang diungkapkan oleh “IN” bahwa : “Ya itung itung juga buat celengan di akhirat mbak” Ungkapan lain datang dari “YG” bahwa : “Kalau saya itu sama sekali tidak dipaksa mbak. Tapi dari sayanya sendiri, semacam jadi bentuk ibadah saya untuk masyarakat RW 05” Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa alasan pemuda mau menjadi penggurus KRA “Kambojo adalah sebagai bentuk ibadah pemuda tersebut. Manfaat yang akan pemuda peroleh menjadi salah satu bonus dari ibadah yang mereka lakukan. Oleh karena itu, minat pemuda pada agama menjadi alasan keterlibatan pemuda dalam program KRA “Kambojo”.
121
b. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu program dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Kota Layak Anak. Program kampung ramah anak ini bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak. Namun, berdasarkan hasil wawancara Bapak “AT” mengungkapkan bahwa : “Selain kami ingin menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah terhadap anak dan terpenuhinya hak-hak anak, kami mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi pemuda supaya lebih berdaya di masyarakat mbak. Agar mereka memiliki kegiatan yang postif dan bermanfaat bagi mereka kelak. Kami para penggurus juga berharap mereka dapat menjadi generasi penerus kami untuk memajukan RW 05” Sehingga berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa program kampung ramah anak “Kambojo” tidak hanya bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak tetapi program kampung ramah anak “Kambojo” ini mempunyai tujuan untuk memberdayakan pemuda dan pemudi di RW 05. Seperti yang dijelaskan di Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 13 Tahun 2010 tentang petunjuk teknis Kabupaten/Kota Layak Anak bahwa : “Dalam pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak adalah pembentukan Tim Kerja atau Gugus Tugas. Tim kerja atau gugus tugas yaitu terdiri atas aparat desa/kelurahan, pengurus RT/RW, guru, tenaga kesehatan, tim Penggerak PKK desa/kelurahan, aparat keamanan, tokoh pemuda, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama, dunia usaha dan perwakilan anak, serta pihak lain yang dianggap perlu”.
122
Oleh karena itu, dari peraturan tersebut masyarakat RW 05 dalam menyelenggarakan program kampung ramah anak ini tidak hanya penggurus RW saja, namun pemuda dan pemudi juga terlibat dalam penyelenggaraan
program
kampung ramah
anak.
Masa
muda
merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga keterlibatan pemuda dan pemudi dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak menjadi salah satu upaya para pemuda dan pemudi mencari identitas dirinya. Pencarian identitas diri para pemuda terlihat dari alasan keterlibatan yang telah dijelaskan di poin sebelumnya. Keterlibatan pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak dapat dilihat dari tiap tahapan penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Di bawah ini merupakan bentuk keterlibatan pemuda dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pengembangan yaitu : 1) Analisis Kebutuhan dan Penyusun Rencana Kegiatan Kegiatan
perencanaan
merupakan
tahap
awal
dalam
menyelenggarakan suatu program. Untuk mencapai tujuan dari suatu program diperlukan perencanaan yang matang. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa tujuan dari program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05 yaitu untuk menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak. Sehingga para pemuda dibersamai dengan penggurus RW dan tokoh masyarakat melakukan tahap perencanaan yang dimulai 123
dengan
kegiatan
analisis
kebutuhan
anak.
Seperti
yang
diungkapkan oleh “IN” bahwa : “Saya dan teman – teman melakukan pendataan awal anak – anak di RW 05 mbak. Di tiap RT memilki satu penggurus yang menjadi penanggung jawab kegiatan pendataan. Nah pas pendataan itu, kami sekaligus menanyakan minat dan hobi masing – masing anak itu”. Ungkapan senada juga dilontarkan oleh “BM” selaku ketua forum anak bahwa : “Cara kita tahu kebutuhan mereka itu dari data yang kami ambil mbak, soalnya saat pendataan kita menanyakan minat dan hobi mereka. Selain itu, kami bertanya ada kesulitankesulitan dalam belajar atau tidak. Nah data data itu kami kumpulkan, kami melakukan kegiatan forum anak untuk mendengarkan aspirasi anak - anak”. Hal lain disampaikan oleh “ID” selaku anak-anak di RW 05 bahwa: “Mbak sama mas nya itu dulu datang ke rumah mbak. Trus tanya tanya tentang hobi saya, umur saya, saya kelas berapa. Oh iya di tanya i juga ada kesulitan dalam belajar apa enggak gitu”. Berdasarkah hasil wawancara, proses keterlibatan yang dilakukan oleh pemuda dalam proses perencanaan yaitu terlibat dalam menganalisis kebutuhan dan penyusunan rencana kegiatan. Kegiatan analisis kebutuhan di awali dengan melakukan pendataan. Pendataan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui data anakanak di RW 05 berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, minat dan hobi. Selain itu, pendataan juga bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi anak-anak dalam belajar.
124
Setelah semua data anak-anak di RW 05 terkumpul, penggurus KRA mengadakan kegiatan forum anak untuk mendengarkan aspirasi anak-anak RW 05. Sehingga kegiatan pendataan anak dan kegiatan forum anak, merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan penggurus KRA untuk melakukan identifikasi kebutuhan anakanak di RW 05. Setelah itu, penggurus KRA menyusun kegiatankegiatan
berdasarkan
data
anak-anak
dan
aspirasi
yang
disampaikan di forum anak. Kegiatan yang direncanakan tidak hanya untuk satu kali pelaksanaan namun juga kegiatan rutin dan kegiatan pengembangan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan berdasarkan data anak dan aspirasi anak-anak kemudian di diskusikan bersama para penggurus RW dalam pertemuan rutin penggurus RW. Hal itu dilakukan penggurus KRA agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan dan masukan dari penggurus RW. Sehingga penggurus KRA dengan mudah melakukan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan nantinya. 2) Motor Penggerak dalam Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang telah di rencanakan dan mendapatkan dukungan dari penggurus RW juga dibekali oleh dana bantuan dari KPMP (Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan). Dana bantuan dari KPMP tersebut merupakan dana awal yang didapatkan penggurus KRA “Kambojo” untuk melaksanakan 125
kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Kegiatan-kegiatan di KRA kambojo itu dilaksanakan menggunakan dana yang dari bantuan KPMP itu mbak. Itu jadi dana awal yang dimiliki KRA “Kambojo” untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan” Ungkapan senada di lontarkan oleh “DM” salah satu pemuda yang menjadi koordinator klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang bahwa : “Jadi kegiatan yang sudah kami rencakan itu dilaksanakan dengan menggunakan dana bantuan dari KPMP yang kami sudah kami dapat mbak. Selain untuk melakukan kegiatan, dana itu kami gunakan untuk pelengkapan fasilitas di kantor sekretariat. Dana itu kami gunakan untuk merealisasikan rencana kegiatan kami baik fisik maupun non fisik” Hal itu juga disampaikan oleh “PR” selaku koordinator komisi di forum anak bahwa : “Ya mbak, kami menggunakan dana dari KPMP untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk anak-anak maupun untuk menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah anak”. Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” baik itu kegiatan fisik untuk penciptaan lingkungan ramah anak maupun kegiatan non fisik untuk pemenuhan hak anak menggunakan dana bantuan dari KPMP (Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota Yogyakarta. Dana bantuan tersebut menjadi sumber utama dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Selain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan, dana tersebut digunakan 126
untuk melengkapi fasilitas yang dapat mendukung penyelenggaraan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”, pemuda sebagai penggurus KRA “Kambojo” selain merencanakan kegiatan juga sebagai motor penggerak dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda sebagai pelaksana dari konsep yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Sehingga pemuda yang mengatur jalannya kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Sasaran dari kegiatankegiatan kampung ramah anak “Kambojo” ini tidak lain adalah anak-anak di lingkungan RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “ Selain membuat konsep kegiatan, pemuda juga menjadi penggerak dari konsep kegiatan itu mbak. Mereka yang mengatur alur kegiatan saat pelaksanaan kegiatan itu. Misalnya mulai dari ngatur anak-anak, memberi petunjuk pada anakanak, bahkan sampai penyampaian makna dari kegiatan yang dilaksanakan tersebut”. Ungkapan yang menambahkan pernyataan diatas dari “BM” bahwa “...Yang menjadi penggerak dari kegiatan - kegiatan yang sudah kami rencanakan ya kami sendiri mbak. Misalnya kayak kami yang jadi MC, pemandu dll”. Berdasarkan
hasil
wawancara
diatas,
pemuda
dalam
pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” sebagai motor penggerak dari kegiatan. Pemuda mengatur alur kegiatan yang telah mereka rencanakan. Pemuda melakukan pembagian 127
kerja dengan pemuda lain yang menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pembagian kerja itu seperti menjadi pembawa acara, pemandu, dokumentasi, perlengkapan, konsumsi, dan humas. Di samping itu, pemuda melakukan koordinasi dengan para penggurus yang lebih tua yang merangkap menjadi penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Koordinasi di lakukan agar mendapatkan dukungan di setiap tindakan yang pemuda lakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan untuk anak-anak RW 05. 3) Evaluasi Kegiatan Pemuda ikut melakukan kegiatan evaluasi kegiatan KRA. kegiatan evaluasi ini biasanya dilakukan saat perkumpulan rutin penggurus RW 05. Kegiatan evaluasi mempunyai tujuan untuk saling memberikan masukan dari pelaksanaan kegiatan yang telah selesai
dilaksanakan.
Berdasarkan
hasil
wawancara
“AN”
mengatakan bahwa : “Kita juga iku ngevaluasi lho mbak bareng sama penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi kesalahan yang sama saat melaksanakan suatu kegiatan”. Ungkapan senada dilontarkan oleh “BM” bahwa : “...kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi entah itu kegiatannya ataupun kita sebagai penggerak kegiatannya itu mbak. Jadi kita bisa saling memberi masukan satu sama lain”. Selain itu “WL” memperkuat dengan ungkapan bahwa : “Kita juga ikut jadi pengevaluasi kegiatan mbak” 128
Berdasarkan hasil wawancara diatas, pemuda juga terlibat dalam kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan saling memberikan masukan-masukan untuk perbaikan kegiatan maupun antar sesama pemuda yang menjadi penggerak dari kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. 4) Pengembangan Kegiatan Pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo” dilakukan di tahun kedua setelah berdirinya program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05. Kegiatan pengembangan program
ini
dengan
pengembangan
KRA
melakukan “Kambojo”
pengajuan ke
KPMP
dana
untuk
(Kementerian
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota Yogyakarta. Keterlibatan
pemuda
dalam
pengembangan
program
KRA
“Kambojo” yaitu seperti pembuatan proposal pengajuan dana pengembangan,
perencanaan
hingga
evaluasi
program
pengembangan kegiatan-kegiatan KRA “Kambojo”, perbaikan dan pelengkapan fasilitas yang dimilki KRA “Kambojo”, hingga pembuatan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
KPMP
(Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan) Kota Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Bapak “AT” bahwa : “Di tahun kedua kami mengajukan dana pengembangan untuk KRA “Kambojo” ke KPMP lagi mbak. Mulai dari pembuatan proposal, pelaksanaan kegiatan pengembangan sampai pembuatan lpj pemuda terlibat. Kami yang lebih tua hanya bermain di belakang layar”. 129
Hal lain seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” selaku tokoh masyarakat bahwa : “Kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” itu semakin kreatif dan kegiatan nya mulai ada yang diadakan keluar kampung. Jadi semakin mengharumkan nama kampung” Selain itu, “BM” selaku pemuda mengungkapkan bahwa : “Kegiatan pengembangan dari program KRA memang tidak sebanyak kegiatan di tahun tahun awal mbak, karena mengingat dana yang kami dapatkan tidak banyak dari saat pertama kami mendapatkan. Namun di kegiatan pengembangan ini kami berani bekerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas pariwisata untuk mengadakan kegiatan di luar RW 05. Selain itu, kami banyak berpartisipasi dalam acara-acara yang diadakan baik kelurahan, kecamatan maupun kota. Yang terakhir kemarin kami menjadi trainer outbound untuk pembentukan KRA di Bumijo”. Berdasarkan pernyataan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa
keterlibatan
pemuda
dalam
kegiatan
pengembangan di mulai dari pembuatan proposal dana untuk pengembangan KRA “Kambojo”, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan pengembangan KRA “Kambojo” dan pembuatan laporan pertanggungjawaban dana maupun kegiatan ke pihak pihak yang bekerja sama dengan KRA “Kambojo”. Bentuk kegiatan yang bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintahan yaitu seperti penyuluhan NAPZA bekerjasama dengan BNN (Badan Narkotika Nasional), wajib kunjung museum sebagai peringatan ulang tahun ketiga
KRA
pendidikan
“Kambojo”
dan
yang bekerjasama
kebudayaan 130
serta
dinas
dengan
dinas
pariwisata
Kota
Yogyakarta. Selain itu, KRA “Kambojo” ikut berpartisipasi dalam mengisi acara sekaten yang diadakan di alun-alun Kota Yogyakarta, mengikuti lomba cerdas cermat tingkat kecamatan dan mendapatkan juara pertama. Kegiatan pengembangan yang baru saja dilaksanakan yaitu penggurus KRA “Kambojo” menjadi trainer outbound dalam pembentukan KRA di bumijo. Sebelumnya pemuda telah mempersiapkan diri untuk menjadi trainer outbound, karena pemuda telah mendapatkan banyak arahan dan motivasi dari para penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Dengan demikian, pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak dapat digambarkan secara ringkas melalui bagan di bawah ini : Bagan 4. Pemberdayaan pemuda melalui program KRA “Kambojo”
Perencanaan
Analisis Kebutuhan dan Penyusun Rencana Kegiatan
Pelaksanaan
Motor Penggerak (Memandu jalannya kegiatan)
Evaluasi
Memberikan masukan untuk perbaikan kegiatan KRA
Pengembangan
Melakukan kerjasama dengan lembaga dan instansi untuk melakukan kegiatan
131
c.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keterlibatan Pemuda Dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu upaya pemberdayaan untuk pemuda di RW 05. Para pemuda di RW 05 memiliki beragam potensi. Potensipotensi positif yang dimilki oleh masing-masing pemuda menjadi ciri khas dari pemuda di RW 05. Dalam upaya pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” terdapat faktor pendukung
dan
penghambat
keterlibatan
pemuda
dalam
pelaksanaannya. Faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan. Kesadaran diri para pemuda menjadi faktor pendukung dalam keterlibatan pemuda di program kampung ramah anak “Kambojo”. Seperti yang diungkapkan “YG” selaku bendahara komisi forum anak bahwa : “Saya menerima ajakan dari penggurus RW untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan program KRA bukan karena paksaan dari orang lain mbak tetapi itu kesadaran dari dalam diri saya. Saya ingin mencari pengalaman berorganisasi di masyarakat” Hal lain diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris gugus tugas kampung ramah anak “Kambojo” bahwa : “ Apa ya semacam panggilan hati sih mbak. Jadi bukan karena paksaan dari siapapun saya mau terlibat tetapi ya dari kesadaran saya sendiri. Karna apa yaaa..saya ingin belajar dari pengalaman yang nanti pasti akan saya dapatkan di KRA. Jadi ya saya semangat semangat aja ditawari oleh penggurus untuk terlibat dalam program KRA”.
132
Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “YG” selaku ketua forum anak bahwa : “Penggurus RW 05 itu banyak yang mendukung mbak kalau pemuda nya itu terlibat karena mereka ingin melihat pemuda RW 05 semua aktif. Trus dukungannya itu keliatan sikap masyarakat yang ikut membantu memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan KRA”. “YN” selaku tokoh masyarakat juga mengungkapkan hal serupa bahwa : “Menurut saya yang menjadi pendukung pemuda terlibat itu salah satunya dukungan yang kuat dari penggurus RW dan tokoh masyarakatnya sendiri mbak. Kami selalu memberikan banyak kepercayaan kepada para pemuda. Dan kami yakin bahwa pemuda RW 05 mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, faktor pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesadaran diri dari para pemuda RW 05. Kesadaran diri para pemuda RW 05 terlihat dari alasan dan semangat pemuda untuk ikut terlibat dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda memiliki semangat yang tinggi karena yakin bahwa keterlibatannya nanti akan membawa banyak manfaat bagi dirinya. Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu terlihat dari dukungan dalam bentuk fisik maupun non fisik dari masyarakat baik pendatang maupun warga kampung asli. Masyarakat 133
sering memberikan nasehat akan pentingnya berorganisasi dan memberikan motivasi kepada pemuda dengan meyakinkan bahwa pemuda di RW 05 memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Bahkan ada salah satu tokoh masyarakat yang mempunyai mimpi bahwa kelak akan ada pemuda RW 05 yang menjadi pejabat negara. Di samping faktor pendukung, kesibukan pemuda di luar lingkungan RW 05 menjadi faktor penghambat keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Sehingga waktu luang yang dimiliki pemuda berbeda-beda. Perbedaan waktu luang tersebut mengakibatkan adanya kesulitan dalam menentukan kegiatan kumpul untuk melakukan koordinasi kegiatan. Selain itu belum berjalannya
tugas
dan
peran
masing-masing
penggurus
KRA
“Kambojo”. Oleh karena itu, terlihat hanya beberapa penggurus yang terlibat dalam perencanaan kegiatan kampung ramah anak. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AT” selaku tokoh masyarakat bahwa : “Faktor penghambatnya ya waktu luang yang dimiliki para penggurus KRA itu beda beda mbak. Lalu masih ada yang belum menjalankan tugas dan peran nya sesuai dengan struktur kepenggurusan. Jadi dalam perencanaan kegiatan itu terkesan nya orang – orang itu saja”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “DM” bahwa : “ Gimana ya mbak kadang saya itu belum bisa membagi waktu antara kegiatan di kampus dan di KRA. Pun juga teman teman mbak. Jadi kadang kami kesusahan menyamakan waktu luang” Diperkuat dengan ungkapan “WL” bahwa : 134
“ Kegiatan selain KRA juga banyak e mbak, trus juga saya ikut les dan ada tambahan di sekolah jadi kadang saya sering ijin tidak ikut kumpul KRA” Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka faktor penghambat program yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas dan peran penggurus KRA “Kambojo”. d. Dampak Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Pada
dasarnya
meningkatkan
kegiatan
tingkat
pemberdayaan
keberdayaan
bertujuan
masyarakat.
untuk
Pemberdayaan
merupakan upaya meningkatkan yang belum berdaya menjadi berdaya dan yang sudah berdaya menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memilki dampak positif bagi pemuda pemudi di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Kegiatan pemberdayaan erat kaitannya dengan pendidikan kecakapan hidup. Oleh karena itu, dampak yang dirasakan oleh pemuda pemudi RW 05 antara lain mencakup kecakapan personal, akademik, vokasional dan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing dampak yang mencakup empat kecakapan : 1) Kecakapan Personal Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” telah memberi dampak positif untuk pemuda pemudi 135
RW 05 dalam kecakapan personal. Dalam hal memahami potensi dan minat, hal itu dibuktikan dengan ungkapan Bapak “MY” bahwa : “Kalau dilihat itu banyak pemuda yang tau apa potensi yang dimiliki dan lebih tertarik di bidang apa gitu mbak. Soalnya saya sering memperhatikan saat pembagian tugas di kegiatan KRA” Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Bapak “AT” bahwa : “Sekarang mereka tau mbak apa yang mereka pengen dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan pengen e itu”. “YG” pemuda sebagai penggurus KRA mengutarakan bahwa : “Semakin banyak pengalaman yang saya dapat di KRA itu membuat saya semakin mengenali potensi yang saya miliki mbak. Trus juga saya sekarang lebih tertarik pada hal hal yang berbau sosial dan agama” Selain itu, pemuda pemudi RW 05 yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” mempunyai sikap yang lebih berani dan mandiri. Sikap lebih berani disini dalam hal yang positif seperti lebih berani dalam
mengutarakan
pendapat-pendapatnya.
Seperti
yang
diungkapkan Bapak “YN” bahwa : “Pemuda pemudi disini itu ya mbak sekarang tidak malu malu lagi buat ngomong pendapat mereka. Kalau pas ikut pertemuan RW itu mereka ikut memberi masukan pula untuk kegiatan – kegiatan RW”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Saya itu dulu orangnya pemalu mbak, sekarang saya tambah lebih berani ngomong dengan orang lain dan mengutarakan pendapat saya. Malah saya kadang bercandaan sama yang lebih tua biar lebih akrab. Trus saya itu kuliah sembari bekerja mbak jadi bisa nambah uang jajan”. 136
Pemuda dan pemudi lebih tanggap dan tenang menghadapi masalah yang ada di sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Saya suka ikut nimbrung mbak kalau misal ada suatu masalah di KRA. Saya juga ngasih solusi solusi mbak gak cuma diem kok”. Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Bapak “SR” bahwa: “Kalau ada masalah di KRA itu ya mbak misalnya, mereka gak pernah terlihat kemrungsung. Mereka selalu tenang menghadapinya”. Berdasarkan hasil wawancara, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan personal yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan personal yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 antara lain dalam hal pemahaman potensi yang dimiliki dan minat atau ketertarikan diri, memiliki keberanian dan kemandirian serta peningkatan pemecahan masalah yang rasional. 2) Kecakapan Akademik Kecakapan akademik merupakan kecakapan yang berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan. Dalam hal ini, pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memiliki dampak dalam kecakapan akademik seperti menambah pengetahuan pemuda khususnya mengenai kampung ramah anak. seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Dulu saya bener bener gak paham mbak apa itu KRA, sekarang saya jadi lebih paham dan kalau ditanya i temen temen di kuliah saya bisa menjelaskan dan berbagi pengalaman yang saya dapat di KRA”. 137
Ungkapan senada dilontarkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Yang tahu dulu mengenai KRA itu yang sepuh mbak tapi sekarang yang lebih paham mengenai KRA itu ya si pemuda pemudi”. Selain menambah pengetahuan pemuda dan pemudi khususnya mengenai program kampung ramah anak. Dampak positif dalam kecakapan akademik yaitu bertambahnya wawasan pemuda mengenai cara berorganisasi di masyarakat. Seperti
yang
diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris bahwa: “Sekarang saya jadi paham mbak cara berorganisasi di masyarakat yang baik itu seperti ini seperti itu. Karena senengnya saya berorganisasi di kampung saya lebih memprioritaskan organisasi di kampung”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Dulu itu saya anti ikut organisasi mbak. Saya males sibuk sibuk. Tetapi sekarang saya tau bahwa berorganisasi itu memberikan banyak manfaat bagi diri saya. Dan saya paham bagaimana berorganisasi di masyarakat itu harus menjunjung tinggi budaya di lingkungan itu”. Hal lain diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Kalau dilihat ya mbak ya, pemuda pemudi itu jadi bertambah wawasan nya mengenai organisasi di masyarakat. Mereka semakin paham cara cara berorganisasi yang baik di masyarakat seperti apa”. Selain itu, pemberdayaan pemuda juga berdampak pada segi pendidikan. Pemuda pemudi memiliki sikap kompetisi yang tinggi dalam berprestasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Itu lho mbak, pemuda pemudi itu rasa kompetisi untuk berprestasi itu kelihatan banget. Sekarang ada yang masuk ke 138
sekolah favorite, banyak yang melanjutkan untuk kuliah, dan banyak yang berprestasi di sekolah maupun di kuliah. Ada pemudi di RT 15 yang mengikuti lomba sampe ke luar negeri juga”. “YG” sebagai pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” mengungkapkan bahwa : “Selain dukungan dari orang tua saya untuk melanjutkan kuliah, itu mbak saya juga emang niat dari dalam diri dan saya yakin kalau teman-teman saya bisa untuk kuliah ya saya pasti bisa. Jadi itu yang jadi semangat saya untuk berkuliah” Berdasarkan hasil wawancara diatas, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan akademik yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan akademik itu antara lain bertambahnya pengetahuan yang dimiliki pemuda khususnya tentang kampung ramah anak, bertambahnya wawasan mengenai cara berogranisasi di masyarakat dan tingginya motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan serta sikap kompetisi dalam mencapai prestasi-prestasi. 3) Kecakapan Vokasional Kegiatan pemberdayaan tidak dapat lepas dari kegiatan yang bersifat vokasional atau kemampuan yang dimiliki berkaitan dengan ketrampilan. Dampak positif dari pemberdayaan pemuda salah
satunya
penyelenggaraan
yaitu
dalam
kecakapan
kegiatan-kegiatan
vokasional.
kampung
ramah
Dalam anak
“Kambojo” secara tidak langsung memberikan kepada para pemuda dan pemudi banyak ketrampilan. Ketrampilan yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi RW 05 sangat beragam 139
diantaranya yaitu kecakapan pemuda berbicara di depan umum. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa : “Pemuda itu sekarang jadi lebih berani berbicara di depan umum mbak, kalau kami disuruh presentasi tentang KRA itu biasanya para pemuda yang mempresentasikan. Dan kalau saya memposisikan sebagai orang awam, presentasi dari pemuda RW 05 dapat menarik perhatian”. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Sekarang pemuda sudah mulai berani menjadi pembawa acara di kegiatan kegiatan di RW 05 mbak baik itu kegiatannya KRA atau kegiatan yang lain”. Selaku penggurus KRA “AN” mengungkapkan bahwa : “Wah dulu itu saya bener bener gak mau mbak ngomong di depan masyarakat gitu, saya malu...tapi karena keadaan yang mendukung ya trus sekarang saya berani ngomong di depan umum. Sekarang saya tambah lebih percaya diri”. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan untuk membuat konsep kegiatan-kegiatan KRA menjadi menarik. Hal itu sperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Pemuda pemudi disini itu trampil trampil mbak, dilihat aja kegiatan-kegiatan KRA...kegiatannya itu sederhana tapi bisa beda dari yang lain. Jadi masyarakat itu banyak yang tertarik”. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa : “...iya mbak, pemuda disini itu kreatif kreatif kalau disuruh ngonsep kegiatan. Konsep dari para pemuda itu sederhana tapi bisa menarik semua perhatian masyarakat. karna mereka itu pintar mengemas acara berbeda dengan yang lain dan masyarakat pun jadi penasaran semua mbak. Dan mereka selalu mengkaitkan dengan budaya yang ada di RW 05”.
140
“IN” selaku pemudi RW 05 yang menjadi koordinator komisi kesehatan dan lingkungan mengungkapkan bahwa : “Kita itu kalau ngonsep gak muluk muluk mbak, kita membuat acara biasanya cukup sederhana sederhana namun sederhana nya itu dibuat beda dengan yang lain. Kita menyesuaikan karakteristik masyarakat RW 05 yaitu masyarakat menyukai kegiatan yang berbeda dengan kampung-kampung lain. Jadi terkesannya kegiatan kami unik”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, kecakapan vokasional yang dimiliki oleh pemuda pemudi di RW 05 antara lain yaitu kemampuan berbicara di depan umum. Kemampuan itu dapat dilihat saat mereka menyampaikan presentasi mengenai profil KRA dan saat pemuda dan pemudi RW 05 berani menjadi pembawa acara di kegiatan-kegiatan KRA maupun kegiatan RW. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan dalam mengkonsep acara di kegiatan-kegiatan KRA. Konsep dari kegiatan-kegiatan KRA sederhana namun berbeda dengan yang lain jadi itu menjadi daya tarik bagi masyarakat RW 05. 4) Kecakapan Sosial Kecakapan sosial merupakan salah satu kecakapan dalam pendidikan
kecakapan
hidup
yang
mencakup
kecakapan
berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dan tanggung jawab sosial. Dampak pemberdayaan pemuda terkait dengan kecakapan sosial yaitu pemuda dan pemudi RW 05 menjadi aktif dalam berorganisasi di masyarakat. Jadi pemuda tidak hanya aktif dalam pelaksanaan program kampung ramah anak saja tetapi pemuda aktif 141
di kegiatan-kegiatan RW. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Kalau ada kegiatan RW itu kita juga ikut mbantu mbak. Trus ya kalau misal ada yang punya hajat atau ada yang kesripahan ya kita datang untuk membantu warga yang bersangkutan”. Ditambahkan dengan ungkapan dari Bapak “AT” bahwa : “Iya mbak memang pemuda tidak hanya aktif untuk kegiatan KRA saja namun mereka juga aktif di kegiatan RW yang lain kayak ikut kerja bakti, ronda, mbantuin kalau ada orang hajatan juga mbak” Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai interaksi yang baik dengan masyarakat. Hal itu terlihat dari cara berkomunikasi pemuda yang santun. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” bahwa : “Semenjak saya terlibat di KRA, saya itu belajar ngomong pake basa krama mbak. Soalnya disini itu budaya jawa trus unggah ungguh nya masih kentel”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Kalau berbicara dengan yang lebih sepuh saya selalu berusaha pake basa krama mbak, apa ya namanya juga nganjeni yang lebih tua kan mbak...jadi saya kebiasaan pake basa jawa alus. Dan kadang orang-orang itu ngomong kalau ngomong saya itu santun. Mungkin karena pelan-pelan, pelannya itu sebenernya karena takut kalau salah mbak”. Hal lain yang diungkapkan oleh Bapak “MY bahwa : “ Bedanya pemuda sebelum dan sesudah KRA itu ya mbak, pemuda sekarang lebih tau unggah ungguh mbak. Sekarang banyak yang kalau ngobrol dengan kami pake basa jawa. Kalau berjalan di depan yang lebih sepuh juga nunduk. Saya sudah tidak pernah dengar ada anak muda yang berkata kotor”.
142
Selain itu, dampak dari kecakapan sosial yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 yaitu penambahan relasi. Bertambahnya relasi pemuda dan pemudi di RW 05 terlihat dari banyaknya teman
dan relasi kerja yang dimiliki. Seperti yang
diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Dari KRA itu saya bisa kenal semua pemuda dan anak – anak di RW 05 mbak. Trus saya juga sering diajak kegiatan forum anak se-Kota Yogyakarta. Nah dari kegiatan diluar itu saya juga punya kenalan-kenalan” Sama dengan hal yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Nambah relasi itu pasti mbak, soalnya dari kegiatan KRA saya jadi kenal dari anak – anak hingga orangtua di tiap RT. Trus juga saya jadi kenal dengan orang – orang besar. Kayak dulu pas ada acara di balkot itu saya banyak ketemu dengan orang-orang dari berbagai daerah” Hal lain yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Karena saya sering mendampingi pemuda, jadi menambah relasi saya pula. Selain itu, karena KRA “Kambojo” sering dikunjungi oleh beberapa KRA lain itu juga semakin menambah relasi”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, dampak pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” yang terkait dengan kecakapan sosial yaitu partisipasi aktif dari pemuda di organisasi masyarakat, terjalinnya interaksi sosial yang terlihat dari terbangunnya komunikasi yang baik dengan masyarakat, dan penambahan relasi di lingkungan RW 05 maupun di luar lingkungan RW 05. Pemuda yang terlibat dalam penyelenggaraan kampung
ramah
anak
mendapatkan
143
banyak
manfaat
dan
pengalaman yang tergambarkan dari dampak positif dari adanya program kampung ramah anak “Kambojo”. Dampak tersebut tergambarkan secara ringkas dalam tabel di bawah ini : Tabel 7. Dampak pemberdayaan pemuda melalui KRA “Kambojo” No 1
Jenis Kecakapan Kecakapan Personal
2
Kecakapan Akademik
3
Kecakapan Vokasional
4
Kecakapan Sosial
Wujud Kecakapan Pemahaman potensi yang dimiliki Pemahaman minat dan ketertarikan Memiliki keberanian dan kemandirian Peningkatan pemecahan masalah yang rasional Bertambahnya pengetahuan tentang KRA Bertambahnya wawasan tentang berorganisasi Tingginya motivasi untuk pendidikan Adanya sikap kompetisi antar pemuda Kemampuan berbicara di depan umum Mengkonsep acara Partisipasi aktif pemuda dalam organisasi di masyarakat Terjalinnya interaksi yang baik dengan masyarakat Penambahan relasi
D. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang peneliti dapatkan dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan
144
pembahasan sesuai dengan dua rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam pendahuluan yaitu : 1.
Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda Kampung ramah anak adalah satuan program yang dilakukan warga yang tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak sipil anak untuk memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi realistik menuju kampung yang mampu memberi kenyamanan, layak huni dan layak kembang dengan dasar kesehatan, pendidikan serta perlindungan hukum berdasarkan inisiatif mandiri. Pelaksanaan program ini terintegrasi dengan kegiatan Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup. (Laporan Akhir Kajian Pengembangan Kota Layak Anak Kota Yogyakarta) Kampung ramah anak merupakan realisasi
program sebagai
perwujudan dari kabupaten atau kota layak anak. Program kampung ramah anak ini program dalam lingkup wilayah suatu masyarakat yang mempunyai tujuan untuk memenuhi hak-hak anak melalui kegiatankegiatan yang dilaksanakan. Sasaran dari program kampung ramah anak ini yaitu anak-anak yang berada di lingkungan wilayah tersebut. Konsep dari program kampung ramah anak ini yaitu pelaksanaan kegiatan-kegiatan fisik maupun non fisik sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak. Empat hak anak sesuai dengan undang-undang perlindungan anak antara lain hak hidup anak, hak tumbuh kembang anak, hak perlindungan 145
anak dan hak partisipasi anak. Pemenuhan keempat hak anak itu melalui pelaksanaan kegiatan yang terbagi dalam lima klaster. Kelima klaster itu antara lain klaster perlindungan khusus, klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Semua kegiatan-kegiatan kampung ramah anak berintegrasi dengan kegiatan yang ada di lingkup RW. Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu program kampung ramah anak yang berada di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Nama kampung ramah anak itu merupakan kependekan dari kampung ramah bocah tegalrejo. Sehingga nama kampung ramah anak di RW 05 disingkat dengan “Kambojo”. Sasaran dari program kampung ramah anak “Kambojo” ini yaitu upaya pemenuhan hak-hak anak di RW 05, meningkatkan kesadaran orangtua akan hak anak dan menciptakan lingkungan yang ramah terhadap anak. Selain itu, program kampung ramah anak “Kambojo” menjadi salah satu upaya masyarakat RW 05 untuk memberikan wadah pengembangan potensi positif pemuda dan pemudi di RW 05. Sehingga program ini juga sebagai upaya pemberdayaan untuk pemuda dan pemudi di RW 05. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kampung ramah anak “Kambojo” yaitu dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang didalamnya berisi hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak
146
RW 05. Kegiatan-kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo” antara lain : a.
Klaster perlindungan khusus : sosialisasi kampung ramah anak, plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak, perbaikan lingkungan dan penyuluhan NAPZA
b.
Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang : belajar bersama, pembuatan mading, Pelatihan Tari, Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD), Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) dan olahraga.
c.
Klaster hak sipil dan kebebasan : pendataan anak, pengadaan forum anak dan pertemuan rutin bersama penggurus RW.
d.
Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan : posyandu, pengecekan jentik nyamuk dan sosialisasi reproduksi untuk remaja.
e.
Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif : Bina Keluarga Balita (BKB) Selain kegiatan yang ada di dalam klaster – klaster diatas, program
kampung ramah anak “Kambojo” memiliki kegiatan outdoor seperti launching KRA, pentas seni, mengikuti musrengbangkel, peringatan harihari besar nasional, perayaan ulang tahun KRA dan trainer outbound. Kegiatan diatas merupakan kegiatan yang dihasilkan oleh program kampung ramah anak “Kambojo”. Di setiap kegiatan yang dilaksanakan selalu dikaitkan dengan hak-hak anak. Sehingga pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” tidak hanya kegiatan untuk menghibur anak-anak namun juga menjawab kebutuhan dan bermakna untuk 147
pemenuhan keempat hak anak yaitu hak hidup anak, hak tumbuh kembang anak, hak perlindungan anak dan hak partisipasi anak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan-kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penggurus KRA “Kambojo”. Pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo” dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Namun sebelum masuk ke tahapan perencanaan terdapat tahap pra-perencanaan yang bertujuan sebagai upaya penyadaran para pemuda RW 05. Tahap pra- perencanaan meliputi sosialisasi dan diskusi/sharing. Kegiatan sosialisasi
bertujuan
untuk
memberikan
informasi kepada pemuda mengenai kampung ramah anak. Selain untuk pemberian informasi, tujuan sosialisasi ini untuk menarik minat pemuda untuk terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak. Sosialisasi ini dilakukan melalui pendekatan personal dan dilakukan saat pertemuan pemuda di tiap RT. Selanjutnya diadakan diskusi/sharing yang bertujuan untuk membentuk kesepakatan antara pemuda yang akan menjadi penggurus KRA “Kambojo” dan penggurus RW 05. Tahap perencanaan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu dengan melakukan analisis kebutuhan anak-anak di RW 05. Dalam kegiatan analisis kebutuhan penggurus melakukan pengumpulan data yang dibantu perwakilan anak tiap RT. Identifikasi kebutuhan anak-anak di RW 05 dilihat dari hobi, minat, dan masalah yang sedang dihadapi anak-anak. 148
Masalah tersebut digali dengan melalui pengamatan terhadap sikap anakanak RW 05. Setelah melakukan identifikasi kebutuhan anak-anak RW 05, penggurus melakukan penyusunan rencana kegiatan. Dalam menyusun rencana kegiatan program kampung ramah anak ini juga melibatkan anakanak untuk menentukan kegiatan yang dilakukan dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Pelibatan anak-anak dalam penyusunan kegiatan ini untuk mengecek kegiatan yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan anak-anak RW 05. Setelah sesuai dengan kebutuhan dari anak-anak RW 05, rencana kegiatan itu penggurus konsultasikan dengan para penggurus RW 05. Setelah terbentuk kesepakatan antara penggurus KRA “Kambojo” dengan anak-anak maupun dengan penggurus RW, kemudian baru melakukan perincian dari konsep kegiatan yang telah dibuat sebelumnya. Rincian konsep kegiatan itu dimulai dari tujuan, alur kegiatan hingga perlengkapan yang dibutuhkan saat pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya setelah diadakan perencanaan yaitu pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak. Di tahap ini, penggurus KRA “Kambojo” dan anakanak RW 05 melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Sehingga anak-anak RW 05 sebagai sasaran dari kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” berusaha untuk mengikuti alur kegiatan yang telah dikonsep oleh penggurus KRA “Kambojo”. Di setiap kegiatan
yang
dilaksanakan
penggurus
KRA
“Kambojo”
selalu
menyelipkan hal-hal yang dapat memenuhi hak-hak anak. Seperti dalam pelaksanaan kegiatan, penggurus memberikan kebebasan kepada anak 149
untuk menyampaikan aspirasinya. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahap selanjutnya dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu pendampingan. Tahap pendampingan ini dilakukan oleh para penggurus KRA “Kambojo” yang menginjak dewasa maupun oleh para penggurus RW maupun tokoh masyarakat. Pendampingan ini dilakukan baik di saat perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Bentuk kegiatan pendampingan di awal meliputi konsultasi, fasilitasi, dan koordinasi. Konsultasi merupakan bentuk pendampingan yang bertujuan memberikan masukan-masukan untuk kegiatan-kegiatan kampung ramah anak yang akan dilaksanakan. Fasilitasi yaitu salah satu bentuk perwujudan solusi dari para penggurus KRA berusia dewasa terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi pemuda dalam mewujudkan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Koordinasi merupakan salah satu bentuk pendampingan yang bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” agar tidak terjadi Miss Comunication antar penggurus KRA “Kambojo”. Sedangkan bentuk pendampingan saat pelaksanaan kegiatan yaitu pengawasan. Pengawasan ini tidak hanya untuk mengamati para pemuda melaksanakan kegiatan, namun dalam hal ini penggurus KRA yang berusia dewasa juga ikut melakukan tindakan sesuai dengan pembagian tugas saat 150
koordinasi. Hal itu menjadi salah satu semangat pemuda untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan lain. Dengan begitu, menumbuhkan tanggungjawab dan komitmen untuk kaum muda yang terlibat dalam kepenggurusan KRA “Kambojo”. Adanya pendampingan tersebut, maka para penggurus KRA “Kambojo” yang berusia dewasa mengetahui perkembangan dari keterlibatan kaum muda dalam penyelenggaraan KRA “Kambojo”. Berdasarkan kajian teori, kampung ramah anak merupakan program yang bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak melalui kegiatan yang direncanakan sesuai klaster. Menurut laporan kajian kota layak anak, kampung ramah anak adalah satuan program yang dilakukan warga yang tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak sipil anak untuk memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi realistik menuju kampung yang mampu memberi kenyamanan, layak huni dan layak kembang dengan dasar kesehatan, pendidikan serta perlindungan
hukum
berdasarkan
inisiatif
mandiri.
Program
ini
dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan rukun wilayah dan rukun tetangga sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup. Dengan demikian, berdasarkan dengan kajian teori tersebut dapat diketahui bahwa program kampung ramah anak “Kambojo” sudah sesuai dengan tujuan kampung ramah anak dalam laporan kajian kota layak anak. Selain itu, kampung ramah anak “Kambojo” sudah melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kebijakan partisipasi anak dalam pembangunan 151
dalam UU No.40 tahun 2011. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan kampung ramah anak “Kambojo” sudah memenuhi hak anak di RW 05. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” sudah tergolong baik. Hal itu dapat dilihat dari tahapan penyelenggaraan mulai dari tahap perencanaan hingga pendampingan yang sudah terlaksana dengan lancar dan sesuai pedoman. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dapat sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh penggurus KRA “Kambojo”. Keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” karena tingginya partisipasi masyarakat. Tingginya partisipasi masyarakat dapat dilihat dari dukungan positif yang diberikan masyarakat RW 05. Sarana dan prasarana yang memadai juga menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak ”Kambojo”. Selain itu, ide-ide kreatif para penggurus KRA “Kambojo” juga menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Namun, selain beberapa dukungan itu juga terdapat faktor penghambat yang membuat tujuan tidak tercapai secara optimal. Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesibukan anak-anak RW 05 di luar lingkungan RW 05. Kepadatan kegiatan anak-anak di luar lingkungan RW 05 menjadi penghambat dalam menyesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki anak-anak RW 05. Adanya faktor penghambat tersebut mengakibatkan tidak stabilnya 152
kehadiran anak anak dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Kesimpulan yang dapat diketahui dari hasil pembahasan mengenai kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kegiatankegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Artinya kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” sudah dapat memenuhi hak anak di RW 05. Walaupun dalam pelaksanaannya masih ditemui kendala seperti tidak stabilnya kehadiran anak-anak dalam mengikuti kegiatan KRA. Hal itu menjadi tantangan bagi penggurus KRA “Kambojo” untuk menentukan strategi lain untuk dapat menghadirkan semua anak-anak RW 05 di kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. 2.
Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Pemberdayaan
pemuda
merupakan
proses
meningkatkan,
mengembangkan serta memperkuat potensi dan daya yang dimiliki para pemuda dalam rangka pencapaian kemandirian. Pemuda merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan dan calon-calon pemimpin masa depan. Pengembangan berbagai potensi yang dimiliki para pemuda seperti bakat, kemampuan dan minat sanga diperlukan agar lebih bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Anwar (2007: 31-32) menyebutkan dimensi manajemen program pemberdayaan yaitu:
1)
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
seorang
pengelola
(pemimpin,ketua) bersama orang lain atau kelompok, 2) kegiatan yang 153
dilakukan bersama dan melalui orang itu mempunyai tujuan yang akan dicapai, 3) dilakukan dalam organisasi, sehingga tujuan yang dicapai merupakan tujuan organisasi. Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” ini memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai untuk kesejahteraan organisasi dan masyarakat khususnya pemuda. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan melalui organisasi yang terstruktur dan memiliki serangkaian program dan kegiatan yang melibatkan pemuda sebagai penggurus. Kegiatan pemberdayaan pemuda ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan pemberdayaan pada umumnya namun tidak dapat dipungkiri memang terdapat sedikit perbedaan dalam prosesnya karena masa muda mempunyai karakteristik yang berbeda dengan masa-masa lainnya. Selain itu, pelibatan pemuda dalam upaya pemberdayaan ini sedikit berbeda. Pemuda pada umumnya dalam proses pemberdayaan sebagai anggota, namun dalam upaya pemberdayaan melalui program kampung ramah anak ini pemuda dilibatkan kedalam kepenggurusan program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05. Setelah adanya tahap penyadaran yang dilakukan oleh penggurus RW dan tokoh masyarakat dalam tahap pra-perencanaan. Keterlibatan para pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak “Kambojo” tidak terlepas dari alasan yang melatarbelakangi pemuda untuk mau terlibat. Alasan keterlibatan pemuda yaitu a) Adanya kesadaran diri, b) Kesamaan
154
hobi, c) Kepeduliaan terhadap masyarakat, d) Batu loncatan untuk melanjutkan pendidikan, e) Kesiapan kerja, dan e) Sebagai bentuk ibadah. Enam fungsi manajeman program menurut Sudjana (2004 : 53) mempunyai urutan sebagai berikut perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian,
dan pengembangan.
Program
kampung ramah anak “Kambojo” tentu berkaitan dengan putaran kerja sebuah manajemen program. Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak mempunyai serangkaian proses manajeman yang dilalui. Menurut Anwar (2007: 35-36) pemberdayaan meliputi komponen model
pembelajaran
makro
dan
komponen
model
pembelajaran
ketrampilan secara khusus (mikro) dalam bentuk pelatihan. Komponen pembelajaran
makro
terdiri
atas
penyadaran,
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, penilaian dan pengembangan. Pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” oleh pemuda di RW 05 melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan. Hal itu dapat dipahami dari keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Bentuk keterlibatan pemuda yaitu: a) analisis kebutuhan dan penyusun rencana kegiatan, b) motor penggerak dalam pelaksanaan kegiatan, c) evaluasi kegiatan, dan d) pengembangan kegiatan. Kegiatan analisis kebutuhan untuk melihat kebutuhan dari anakanak RW 05. Kegiatan analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan pendataan pada anak-anak terhadap hobi, minat, kesulitan belajar anak155
anak hingga masalah yang sedang anak-anak hadapi. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis sebagai bahan penyusunan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah kegiatan-kegiatan disusun, pemuda mengadakan forum anak untuk melihat kembali bahwa kegiatan yang disusun dapat diterima oleh anak-anak dan menjawab kebutuhan anakanak di RW 05. Tahapan terakhir dari proses perencanaan yaitu konsultasi. Konsultasi ini dilakukan dengan penggurus RW saat pertemuan rutin RW. Namun tidak menutup kemungkinan konsultasi dilaksanakan secara personal. Tujuan dari konsultasi ini agar kegiatan yang akan dilaksanakan mendapatkan persetujuan dan dukungan dari para penggurus RW. Keterlibatan pemuda dalam tahap pelaksanaan yaitu sebagai motor penggerak dari kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Pemuda mengatur alur dari kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Dalam tahapan pelaksanaan, pemuda melakukan pembagian kerja. Pembagian kerja itu seperti menjadi pembawa acara, pemandu, dokumentasi, perlengkapan, konsumsi, dan humas. Di samping itu, pemuda melakukan koordinasi dengan para penggurus yang lebih tua yang merangkap menjadi penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Koordinasi dilakukan agar mendapatkan dukungan di setiap tindakan yang pemuda lakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan untuk anak-anak RW 05. Keterlibatan dalam tahapan yang terakhir yaitu evaluasi kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Evaluasi ini dilakukan dengan saling 156
memberikan masukan-masukan untuk perbaikan di kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yang belum terlaksana. Kegiatan evaluasi dilaksanakan langsung selesai kegiatan namun terkadang juga dilakukan di saat pertemuan rutin penggurus RW. Setelah melakukan evaluasi, keterlibatan pemuda selanjutnya yaitu dalam pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo”. Bentuk pengembangan yang dilakukan pemuda yaitu di mulai dari pembuatan proposal dana untuk pengembangan KRA “Kambojo”, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan pengembangan KRA “Kambojo” kembali dan pembuatan laporan pertanggungjawaban dana maupun kegiatan ke pihak-pihak yang bekerja sama dengan KRA “Kambojo”. Dalam pengembangan, tahap perencanaan kegiatan terbagi menjadi dua bentuk yaitu penyusunan kegiatan baru dan pengembangan kegiatan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dalam kajian terdahulu, bentuk pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” dapat dikatakan cukup baik. Karena sesuai dengan kajian teori indikator-indikator keberhasilan program pemberdayaan yaitu adanya kesadaran/kemauan/kepedulian, peningkatan kemampuan, kemudahan akses,
kemampuan
memecahkan
masalah,
sikap
kerjasama
dan
kemandirian. Keberhasilan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” dibuktikan dari alasan keterlibatan pemuda
yang
merupakan
kesadaran
dari
diri
pemuda
untuk
mengembangkan potensi. Selain itu, dapat dilihat dari bentuk keterlibatan 157
pemuda dengan adanya penyadaran hingga pengembangan yang terlaksana dengan lancar. Keberhasilan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” tidak dapat terlepas dari adanya beberapa dukungan. Kesadaran diri dari para pemuda RW 05 menjadi salah satu faktor pendukung. Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi faktor pendukung keterlibatan pemuda. Hal itu dapat dilihat dari dukungan penggurus RW dan tokoh masyarakat dalam bentuk fisik maupun non fisik. Dalam bentuk fisik seperti bantuan dana yang diberikan untuk tiap kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Sedangkan dalam bentuk non fisik seperti motivasi dan nasehat yang diterima oleh para pemuda RW 05. Selain memiliki faktor pendukung juga memiliki faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas dan peran penggurus KRA “Kambojo”. Upaya pemberdayaan pemuda yang dilakukan di RW 05 melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memberikan dampak yang positif untuk pemuda. Menurut Ambar (2004 : 80) tujuan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat yang mandiri. Kemandirian
itu
meliputi
kemandirian
berpikir,
bertindak
dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, dampak 158
pemberdayaan
erat
kaitannya
dengan peningkatan wawasan
dan
kecakapan/lifeskills. Menurut Ditjen Diklusepa (2003 : 7) kecakapan dikelompokkan menjadi empat yaitu 1) kecakapan personal, 2) kecakapan akademik, 3) kecakapan sosial, dan 4) kecakapan vokasional. Berdasarkan hasil penelitian, pemuda mendapatkan banyak manfaat dari keterlibatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Dari segi kecakapan personal yaitu pemuda memiliki pemahaman potensi yang dimiliki dan minat atau ketertarikan diri, pemuda memiliki keberanian dan kemandirian serta peningkatan pemecahan masalah yang rasional. Dari segi kecakapan akademik, bertambahnya pengetahuan yang dimiliki pemuda khususnya tentang kampung ramah anak, bertambahnya wawasan mengenai cara berorganisasi di masyarakat dan tingginya motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan serta sikap kompetisi dalam mencapai prestasi-prestasi. Dari segi kecakapan vokasional yaitu pemuda memiliki kemampuan berbicara di
depan
umum. Kemampuan itu dapat
dilihat saat
menyampaikan presentasi mengenai profil KRA dan saat pemuda dan pemudi RW 05 berani menjadi pembawa acara di kegiatan-kegiatan KRA maupun kegiatan RW. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan dalam mengkonsep acara di kegiatan-kegiatan KRA. Konsep dari kegiatan-kegiatan KRA sederhana namun berbeda dengan yang lain jadi itu menjadi daya tarik bagi masyarakat RW 05. Terakhir yaitu dari segi kecakapan sosial, pemuda menjadi aktif membantu di kegiatan RW, 159
pemuda dapat menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, dan pemuda memiliki banyak relasi di lingkungan RW 05 maupun di luar lingkungan RW 05. Kesimpulan yang dapat diketahui dari pembahasan mengenai keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Artinya keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” yang dimulai dari adanya tahap penyadaran. Kemudian pemuda
terlibat
mulai
dari
perencanaan
hingga
pengembangan.
Keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan kampunng ramah anak dapat memberikan dampak yang positif bagi pemuda RW 05 yang terlibat dalam kepenggurusan KRA. Tahapan penyelenggaraan KRA “Kambojo” terlaksana dengan baik dan memberikan makna yang mendalam bagi pemuda. Namun, masih adanya penghambat dalam keterlibatan pemuda menjadi
tantangan
untuk
pemuda
RW
05.
Tantangannya
yaitu
memaksimalkan kinerja penggurus agar dapat sesuai dengan tugas dan perannya. Tantangan kedua yaitu menggerakkan pemuda lain untuk juga terlibat dalam penyelenggaraan KRA “Kambojo”.
160
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu program kampung ramah anak yang berada di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Sasaran dari program kampung ramah anak “Kambojo” ini selain untuk pemenuhan hak-hak anak, peningkatan kesadaran orangtua dan penciptaan lingkungan, program ini juga bertujuan untuk memberikan pemberdayaan kepada pemuda dan pemudi di RW 05. Kegiatan – kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo” antara lain : a.
Klaster perlindungan khusus : sosialisasi kampung ramah anak, plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak, perbaikan lingkungan dan penyuluhan NAPZA
b.
Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang : belajar bersama, pembuatan mading, Pelatihan Tari, Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD), Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) dan olahraga.
c.
Klaster hak sipil dan kebebasan : pendataan anak, pengadaan forum anak dan pertemuan rutin bersama penggurus RW.
161
d.
Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan : posyandu, pengecekan jentik nyamuk dan sosialisasi reproduksi untuk remaja.
e.
Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif : Bina Keluarga Balita (BKB) Selain kegiatan yang ada di dalam klaster-klaster diatas, program
kampung ramah anak “Kambojo” memiliki kegiatan outdoor seperti launching KRA, pentas seni, mengikuti musrengbangkel, peringatan harihari besar nasional, perayaan ulang tahun KRA dan trainer outbound. Pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo” dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setelah itu juga adanya tahap pendampingan. Sebelum tahap perencanaan adanya tahap pra-perncanaan berupa sosialisasi dan diskusi. 2.
Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Bentuk pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh penggurus RW untuk para pemuda di RW 05 yaitu dengan melibatkan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Alasan keterlibatan pemuda dalam kepenggurusan KRA “Kambojo” yaitu a) Adanya kesadaran diri, b) Kesamaan hobi, c) Kepeduliaan terhadap masyarakat, d) Batu loncatan untuk melanjutkan pendidikan, e) Kesiapan kerja, dan e) Sebagai bentuk ibadah. Pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” oleh pemuda di RW 05 melalui beberapa tahapan yaitu 162
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan. Keterlibatan pemuda dalam tahap perencanaan meliputi analisis kebutuhaan dan penyusunan kegiatan. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pemuda sebagai motor penggerak pelaksana kegiatan. Pemuda terlibat dalam tahapan evaluasi dengan memberikan masukan untuk perbaikan kegiatankegiatan KRA “Kambojo” dan yang terakhir pemuda terlibat dalam pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kegiatan-kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” sudah terlaksana sesuai dengan acuan dan pedoman pelaksanaan. Adanya keterlibatan pemuda merupakan hasil dari pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”. Secara umum, belum semua pemuda dapat dikatakan berdaya, karena tidak semua pemuda mempunyai rasa memiliki yang sama terhadap program kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda yang memberikan banyak konstribusi untuk KRA “Kambojo” memiliki kemandirian serta kecakapan yang berbeda dengan pemuda lain. B. Saran Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo”, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Bagi pemuda (Penggurus KRA) agar mengaktifkan kembali pertemuan rutin penggurus dan mengadakan iuran kas. Selain untuk mempererat
163
komunikasi antar penggurus juga sebagai bentuk motivasi dan fasilitasi pemuda lain. 2.
Bagi pemuda (Penggurus KRA) agar membuat kegiatan rutin untuk anakanak dengan memberikan jadwal. Sehingga anak-anak dapat mengatur jadwal kegiatan antara di lingkungan RW 05 dan di luar lingkungan RW 05.
3.
Bagi penggurus RW dan tokoh masyarakat agar mengadakan kegiatan regenerasi sehingga terjadi pergantian kepenggurusan. Hal itu bertujuan untuk memaksimalkan potensi-potensi pemuda di RW 05 dan sebagai pengganti penggurus KRA yang sudah tidak aktif.
164
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Taufik,dkk. (1974). Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES. Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model – model pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Anwar. (2006). Konsep dan Aplikasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung : Alfabeta. --------. (2007). Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills Pada Keluarga Nelayan), Bandung: Alfabeta. Ayusia Kusuma. (2011). Mengawali Perbincangan tentang Pemberdayaan Pemuda. Diakses dari www.sosbud.kompasiana.com pada tanggal 13 November 2015, Jam 13.42 WIB. Benedict Anderson, R.O.G. (1991). Imagined Community: Reflection On The Origin and Spread of Nationalism. Ithaca: Cornell University Press. Dirjen PAUDNI. (2013). Pendidikan Kecakapan Hidup Perempuan. Jakarta : Kemendikbud. Djuju Sudjana. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Edi Suharto. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT Refika Aditama. John W. Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Jutta Dotterweich. Posittive Youth Development Resource Manual. Ithaca. New York: Cornell University. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2011). Petunjuk Pelaksanaan Kebijakan Partisipasi Anak dalam Pembangunan. Jakarta: KPPPA. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2010). Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Layak Anak. Jakarta: KPPPA.
165
Kemenpora. (2009). Undang-Undang Nomor Kepemudaan. Jakarta: Kemenpora RI.
40
Tahun
2009
tentang
Kemenpora. (2010). Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Tahun 2010. Jakarta: Kemenpora RI. Lutfi Wibawa. (2013). Pemberdayaan Pemuda Melalui Social Capital. Di dalam Proceeding Seminar Nasional “Pengembangan Masyarakat Berbasis Modal Sosial”. Yogyakarta: PLS FIP UNY. Manning. (1972). Youth and Sociology. New Jersey: Prentice Hall. Moleong Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mustofa Kamil. (2011). Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM di Indonesia. Bandung: Alfabeta. Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Robert J. Barcelona & William Quinny. (2011). Trends in Youth Development Research Topics: an Integrtive Review of Positive Youth Development Research Published in Selected Journals Beetwen 2001 – 2010. Clemson University. dalam Jounal of Youth Development, Volume 6, Number 3, Fall 2011. Sebald. (1984). Adolence a social psychological Analysis. New Jersey: Prentice Hall. Siti Septyany Dewi, dkk. (2012). Peran Parenting Education Berbasis Budaya Jawa Dalam Meningkatkan Kualitas Orang Tua Untuk Mendidik Anak. Makalah disajikan dalam Seminar Penelitian Latihan Mahasiswa, pada tahun 2012 di Universitas Negeri Yogyakarta. Sofyan S.Willis. (2010). Remaja dan Masalahnya (mengupas berbagai bentuk kenakalan remaja narkoba, free sex dan pemecahannya). Bandung: Alfabeta. Sudjana. (2004). Pendidikan Nonformal (Pendidikan non formal). Bandung: Falah Production. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
166
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Praktik.Yogyakarta. Rineka Cipta.
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Suparjan dan Hemrpi Suyatno. (2003). Pembangunan Masyarakat dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta : Aditya Media. Surakhmad Winarno. (1980). Psikologi Pemuda (Sebuah pengantar dalam perkembangan pribadi dan interaksi sosialnya). Bandung: Jemmars Bandung. S.W Septiarti dkk. (2015). Strategi Pengembangan Perlindungan Sosial Berbasis Kampung Ramah Anak Di Kota Yogyakarta. Proposal Penelitian Terapan. UNY. Tim Broad Based Education Depdiknas. (2002). Kecakapan Hidup Life Skills Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Jatim: Swa Bina Qualita Indonesia. Tirtosudarmo. (1994). Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Perkotaan Indonesia. Jakarta : Grasindo. Totok M dan Poerwoko S. (2013). Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik). Bandung : Alfabeta.
167
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.INSTRUMEN PENELITIAN Pedoman Wawancara Pemuda (Penyelenggara Program) I. Identitas Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir
:
Alamat
:
Hobi
:
II. Pertanyaan A. Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” 1. Sejak kapan program kampung ramah anak diselenggarakan? 2. Apa yang melatarbelakangi program kampung ramah anak di RW 05 kampung tegalrejo? 3. Apa saja yang anda ketahui tentang kampung ramah anak? 4. Apa kegiatan – kegiatan dalam program kampung ramah anak? 5. Apa tujuan program kampung ramah anak yang anda ketahui? 6. Apa visi dan misi program kampung ramah anak? 7. Apakah ada strategi dalam program kampung ramah anak? Jika ada, apa saja? 8. Apakah program kampung ramah anak mempunyai slogan? 9. Apa saja prestasi dan penghargaan yang telah diraih RW 05 dari program kampung ramah anak? 168
10. Apakah manfaat yang anda rasakan untuk diri anda,keluarga maupun masyarakat? 11. Bagaimana dukungan dan pendampingan dari pengurus RT maupun RW? 12. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak? B. Pemberdayaan pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak 1. Apa alasan anda terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 2. Apakah anda mendapatkan dukungan dari orang tua? 3. Bagaimana cara anda mengetahui kebutuhan sasaran program? 4. Bagaimana langkah – langkah anda dalam perencanaan kegiatan di program kampung ramah anak? 5. Apa yang melatarbelakangi kegiatan – kegiatan tersebut dilaksanakan? 6. Apa tujuan dari masing – masing kegiatan di program kampung ramah anak? 7. Apa harapan dari masing – masing kegiatan di program kampung ramah anak? 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan kegiatan dalam program kampung ramah anak? 9. Apa saja fasilitas yang diberikan dalam pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak? 169
10. Bagaimana pendampingan terhadap kegiatan – kegiatan dalam program kampung ramah anak? 11. Apakah ada kesinambungan antara program di RT maupun RW dengan program kampung ramah anak? 12. Bagaimana hubungan anda dengan pengurus RT maupun RW? 13. Bagaimana pembagian tugas dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 14. Apa peran anda dalam program kampung ramah anak? 15. Apa saja tugas dan fungsi anda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 16. Apakah anda mengetahui tugas dan fungsi lain terlepas dari peran anda dalam program kampung ramah anak? 17. Apakah anda merasa terbebani dengan tanggung jawab di program kampung ramah anak? 18. Apakah anda memiliki hobi yang dapat tersalurkan dari program kampung ramah anak? 19. Apakah aspirasi yang anda miliki diterima dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak? 20. Apakah aspirasi anda dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak? 21. Setelah menjadi pengurus kampung ramah anak, manfaat apa yang anda rasakan?
170
22. Apakah anda mulai memahami karakteristik masyarakat di RW 05 kampung tegalrejo? 23. Apakah anda merasa lebih berani dan percaya diri dalam bersosialisasi di masyarakat? 24. Apakah anda mampu berbicara di depan umum dan menyampaikan pendapat khususnya di lingkungan masyarakat? 25. Apakah anda memiliki banyak relasi baik di lingkungan masyarakat, sekolah maupun di luar lingkungan tempat tinggal anda? 26. Apa anda berani mengambil keputusan ketika tidak ada pertimbangan dari orang yang lebih tua? 27. Apakah anda menjadi lebih mandiri dari sebelumnya? 28. Apa saja makna dari setiap kegiatan kampung ramah anak bagi diri anda? 29. Apakah pengalaman anda dalam menyelenggarakan kegiatan dalam program kampung ramah anak dapat berguna bagi kehidupan? 30. Jika anda masih duduk di bangku persekolahan, apakah yang akan anda lakukan ketika anda sudah lulus dari sekolah? 31. Jika anda sudah bekerja, apakah pengetahuan dan pengalaman dari kampung ramah anak berguna di tempat kerja anda? 32. Hambatan apa yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak? Dan bagaimana cara mengatasinya? 33. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat keterlibatan anda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 171
Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat I. Identitas Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
II. Pertanyaan A. Program Kampung Ramah Anak 1. Apa yang anda ketahui tentang program kampung ramah anak? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak? 3. Apa bentuk dukungan yang anda berikan kepada penggurus program kampung ramah anak? 4. Apa yang menarik dari program kampung ramah anak di RW 05 kampung tegalrejo? 5. Bagaimana pandangan masyarakat RW 05 terhadap program kampung ramah anak? 6. Apakah anda melakukan pendampingan dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? Bagaimana bentuk pendampingan? 7. Apa pendekatan yang anda lakukan terhadap pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 172
B. Pemberdayaan pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak 1. Mengapa memilih pemuda sebagai penggurus kampung ramah anak? 2. Bagaimana alur pemuda dalam perencanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak? Apakah berkaitan dengan program di RW? 3. Bagaimana interaksi pemuda dengan anda selaku penggurus RT RW dan tokoh masyarakat? 4. Bagaimana keterlibatan pemuda dalam pengembangan program kampung ramah anak? 5. Apa saja perubahan dari pemuda di RW 05 baik yang terlihat maupun tidak terlihat setelah terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak? 6. Bagaimana prestasi pemuda di RW 05 baik di bidang akademik maupun non akademik? 7. Apa kesan dari orang tua pemuda tentang peran yang dimiliki pemuda dalam program kampung ramah anak? 8. Adakah keluhan dari orang tua terhadap pemuda di RW 05 khususnya yang menjadi penggurus program kampung ramah anak? 9. Bagaimana pandangan masyarakat baik di RW 05 maupun di luar RW 05 kampung tegalrejo? 10. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mendampingi pemuda?
173
Pedoman Wawancara Anak – Anak (Sasaran Program) I. Identitas Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Alamat
:
Hobi
:
II. Pertanyaan A. Program Kampung Ramah Anak 1. Apa yang anda ketahui tentang program kampung ramah anak? 2. Apa saja kegiatan di program kampung ramah anak yang anda ketahui? 3. Apakah anda tertarik dengan kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak? Jika iya, mengapa? 4. Apa kegiatan yang paling membuat anda tertarik? Mengapa kegiatan tersebut? 5. Apa tujuan dari kegiatan dalam program kampung ramah anak yang anda minati? 6. Kapan pelaksanaan kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak? 7. Apakah anda sering mengikuti kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam program kampung ramah anak? 8. Apakah anda hanya mengikuti kegiatan yang anda minati saja? 174
9. Apa yang membuat anda antusias mengikuti kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak? 10. Apakah orang tua anda mendukung anda saat mengikuti kegiatan di program kampung ramah anak? 11. Apakah hobi anda dapat tersalurkan melalui kegiatan di program kampung ramah anak? 12. Apa saja manfaat yang sudah anda rasakan? 13. Adakah manfaat jangka panjang setelah anda mengikuti kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak? Jika ada, apa saja? 14. Apa saja perubahan khususnya dalam diri anda setelah aktif mengikuti kegiatan di program kampung ramah anak? 15. Apa kesan anda terhadap kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak? B. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak 1. Apakah pemuda di RW 05 aktif dalam menyelenggarakan kegiatan di program kampung ramah anak? 2. Apakah pemuda selalu mendampingi anda di setiap kegiatan yang dilakukan di kampung ramah anak? 3. Apa saja yang dilakukan pemuda saat mendampingi anda dalam kegiatan? 4. Bagaimana sikap pemuda saat melaksanakan kegiatan dalam program kampung ramah anak?
175
5. Apakah pemuda membantu anda saat anda mengalami kesulitan belajar ataupun melakukan sesuatu yang berkaitan dengan hobi dan diri anda? 6. Apakah pemuda memberikan motivasi kepada anda? 7. Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan? 8. Apakah alasan tersebut hanya diberikan saat pelaksanaan kegiatan? 9. Apakah pemuda melakukan inovasi dalam setiap kegiatan dalam program kampung ramah anak? 10. Apakah kegiatan yang dikembangkan oleh pemuda sesuai dengan kebutuhan dan hobi yang anda miliki?
176
Pedoman Observasi No 1
Aspek
Deskriptif
Pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak Pra kegiatan Proses kegiatan Pasca kegiatan Evaluasi kegiatan
2
Aktivitas pemuda dalam pengembangan program kampung ramah anak Motivasi dan sikap pemuda Interaksi pemuda dengan sasaran maupun masyarakat Inovasi dan kreatifitas pemuda
3
Pengembangan kegiatan dalam program kampung ramah anak
4
Antusias para anak anak (sasaran program) dan warga dalam mengikuti kegiatan dalam program kampung ramah anak
177
Pedoman Dokumentasi 1. Arsip Tertulis a. Profil Kampung Ramah Anak “Kambojo b. Arsip Data Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” 2. Foto a. Gedung/fisik Kampung Ramah Anak “Kambojo” b. Pelaksanaan Kegiatan c. Fasilitas yang dimiliki Kampung Ramah Anak “Kambojo”
178
LAMPIRAN 2.CATATAN LAPANGAN Catatan Lapangan No.
: 01
Tanggal
: 16 Oktober 2015
Waktu
: 09.00 WIB – 10.00 WIB
Tempat
: Kantor Kelurahan Tegalrejo
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi
:
Pada hari jum’at, 16 Oktober 2015 peneliti datang ke Kelurahan Tegalrejo untuk mencari informasi mengenai program kampung ramah anak. Peneliti disambut baik oleh salah satu pegawai administrasi. Setelah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan. Karena pada waktu itu Ibu Lurah sedang ada tugas di luar, peneliti diarahkan untuk menemui ibu “TK”. Beliau selaku sekretaris di Kelurahan Tegalrejo. Ibu “TK” memberikan banyak informasi mengenai program kampung ramah anak. Selain itu ibu “TK” menjelaskan bahwa ada dua RW di Kampung Tegalrejo yang menjalankan program kampung ramah anak yaitu RW 05 dan RW 09. Program kamoung ramah anak yang dijalankan di RW 05 sudah menginjak tahun ketiga dan sudah mempunyai banyak prestasi. Sehingga peneliti tertarik untuk mencari informasi lebih banyak tentang program kampung ramah anak di RW 05, Kampung tegalrejo, Kota Yogyakarta.
179
Setelah mendapatkan beberapa informasi dari Ibu “TK”, peneliti meminta izin kepada ibu “TK” untuk melakukan observasi awal mengenai program kampung ramah anak di RW 05. Peneliti ingin mencari informasi lebih spesifik mengenai program kampung ramah anak di RW 05. Nantinya informasi – informasi tersebut dapat digunakan untuk melengkapi proposal penelitian. Ibu “TK” mengarahkan peneliti untuk bertemu Bapak “MY” selaku Ketua RW 05 Kampung Tegalrejo. Karena peneliti sudah merasa cukup dengan beberapa informasi yang di dapatkan dari kelurahan dan mendapatkan izin untuk observasi di RW 05, peneliti mengucapkan terima kasih dan mohon pamit. Dari kantor kelurahan, peneliti menuju rumah Bapak “MY” untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Di rumah Bapak “MY”, peneliti tidak dapat bertatap muka secara langsung, karena beliau masih di tempat kerja. Sehingga peneliti membuat janji melalui via telepon.
180
Catatan Lapangan No.
: 02
Tanggal
: 17 Oktober 2015
Waktu
: 17.00 WIB – 18.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “MY” (Koordinator KRA “Kambojo”)
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi
:
Pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015, peneliti berkunjung ke rumah Bapak “MY”. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya yaitu untuk melakukan observasi awal mengenai program kampung ramah anak di RW 05. Dari informasi yang di dapatkan dari observasi awal nantinya akan digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dalam penyusunan proposal penelitian. Penyampaian maksud dan tujuan peneliti mendapatkan respon yang baik dari Bapak “MY”. Peneliti mulai menanyakan program kampung ramah anak di RW 05, mulai dari sejarah berdirinya hingga kegiatan yang akan dilaksanakan. Kebetulan waktu itu, program kampung ramah anak akan mengadakan kegiatan wajib kunjung museum sebagai perayaan ulang tahun ke-3. Selain menjelaskan tentang kegiatan –kegiatan di program kampung ramah anak, Bapak “MY” menunjukan beberapa video kegiatan – kegiatan di program kampung ramah anak. Di sela sela penjelasan dari Bapak “MY”, peneliti mulai memahami bagaimana program kampung ramah anak. Sehingga peneliti 181
semakin tertarik untuk melakukan penelitian di RW 05. Setelah peneliti mendapatkan informasi secara umum mengenai program kampung ramah anak di RW 05, peneliti meminta izin untuk mengunjungi kantor sekretariat untuk bertemu dengan pengurus – pengurus yang lain. Bapak “MY” dengan senang hati akan mengantarkan peneliti di kantor sekretariat di keesokan harinya.
182
Catatan Lapangan No.
: 03
Tanggal
: 18 Oktober 2015
Waktu
: 10.00 WIB – 13.00 WIB
Tempat
: Kantor Sekretariat Kampung Ramah Anak “Kambojo”
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi
:
Peneliti pada hari Minggu, 18 Oktober 2015 berkunjung sekretariat kampung ramah. Kantor tersebut menjadi pusat kegiatan kampung ramah anak. Pusat kegiatan kampung ramah anak bertempat di rumah Bapak “AR” yang di hibahkan untuk menjadi pusat kegiatan. Beliau selaku Ketua kampung ramah anak menggingikan kampung ramah anak memiliki tempat berkumpul sehingga tidak kebingungan saat ada kegiatan penggurus maupun untuk anak – anak. Saat itu, peneliti bertemu dengan Bapak “AT” selaku ketua gugus tugas kampung ramah anak, “AN” selaku sekretaris kampung ramah anak, “BM” selaku ketua forum anak, “DM” selaku koordinator klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, dan Bapak “PN” selaku bendahara. Peneliti banyak diberi informasi kegiatan kampung ramah anak secara rinci di RW 05. Bahkan peneliti mulai dapat memahami masalah yang dapat di angkat untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan beberapa informasi yang dapat memperkuat penelitian, peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian tentang kampung 183
ramah anak di RW 05. Peneliti juga meminta izin untuk memasukan beberapa informasi yang di dapat di proposal penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti di undang untuk mengikuti acara pertemuan RW 05 untuk membahas kegiatan wajib kunjung museum. Kegiatan wajib kunjung museum tersebut bertujuan untuk memperingati ulang tahun kampung ramah anak yang ke – 3. Pertemuan RW 05 akan dilaksanakan pada tanggal 5 November 2015 bertempat di rumah Bapak “AN”. Peneliti merespon undangan tersebut dengan senang hati dan peneliti merasa tersanjung atas undangan yang diberikan.
184
Catatan Lapangan No.
: 04
Tanggal
: 05 November 2015
Waktu
: 20.00 WIB – 22.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “AG” (Tokoh Masyarakat RW 05)
Kegiatan
: Pertemuan Pengurus RW 05 Kampung Tegalrejo
Deskripsi
:
Pada hari kamis, 05 November 2015, peneliti menghadiri pertemuan pengurus RW 05 di rumah bapak “AG”. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pengurus RT dan RW 05 Kampung Tegalrejo serta pengurus kampung ramah anak. Acara pertemuan pengurus RW di awali dengan laporan tiap ketua RT, dilanjutkan dengan pelaporan keuangan dan pembahasan kegiatan – kegiatan lain. Di acara yang terakhir yaitu pembahasan kegiatan lain, pengurus kampung ramah anak yang diwakili oleh “AG” menyampaikan rencana kegiatan yang akan di adakan sebagai peringatan ulang tahun kampung ramah anak yang ke-3. Penyampaian rencana kegiatan oleh “AG” mendapatkan respon yang baik dari para penggurus RT maupun RW. Hal tersebut terlihat dari antusias para penggurus untuk menanyakan lebih lengkap mengenai acara wajib kunjung museum. Selain itu, banyak penggurus yang memberikan masukan – masukan yang positif dan memberikan bantuan baik fisik maupun non fisik agar acara tersebut dapat berjalan dengan lancar. 185
Dari pertemuan itu, peneliti dapat melihat bagaimana para pengurus kampung ramah anak dalam melakukan perencanaan kegiatan. Peneliti dalam pertemuan tersebut memohon izin kepada para pengurus RT dan RW untuk mengadakan penelitian di RW 05 khususnya mengenai kampung ramah anak. Setelah mendapatkan izin dari pengurus RT dan RW, para pengurus RT RW maupun pengurus kampung ramah anak menawarkan kepada kami untuk mengikuti acara wajib kunjung museum. Kegiatan wajib kunjung museum akan dilaksanakan pada hari Minggu, 08 November 2015. Peneliti menerima ajakan tersebut dengan senang hati, karena peneliti akan lebih memahami bagaimana pelaksanaan dari salah satu kegiatan dalam program kampung ramah anak.
186
Catatan Lapangan No.
: 05
Tanggal
: 08 November 2015
Waktu
: 08.00 WIB – 16.00 WIB
Tempat
: Museum Diponegoro, Museum Merapi, Museum Yogya Kembali
Kegiatan
: Wajib Kunjung Museum
Deskripsi
:
Dalam rangka memperingati ulang tahun Kampung Ramah Anak (KRA) “Kambojo” yang ke-3. Pada hari minggu, 08 November 2015, penggurus KRA dan tokoh masyarakat di RW 05 bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Yogyakarta melaksanakan kegiatan wajib kunjung museum ke tiga lokasi. Ketiga lokasi tersebut yaitu museum diponegoro, museum merapi dan museum jogja kembali. Selain untuk memperingati ulang tahun KRA, kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung program dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Yogyakarta. Dalam kegiatan wajib kunjung museum, peneliti ikut berperan dalam membantu mengkondisikan anak – anak dan mengawasi anak – anak dalam satu kelompok. Kegiatan diawali dengan pengkondisian anak-anak oleh pendamping kelompok sesuai dengan pembagian kelompok. Pendamping kelompok dalam
187
kegiatan ini yaitu para pemuda dan pemudi yang menjadi pengurus kampung ramah anak. Pembagian kelompok dalam kegiatan ini berdasarkan umur yaitu kelompok 1 dan 2 untuk anak anak berumur 3 – 7 tahun, kelompok 3 – 6 untuk anak anak berumur 8 – 12 tahun dan kelompok 7 – 10 untuk anak anak berumur 13 – 18 tahun. Setelah pengkondisian anak – anak, kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan. Selain peringatan ulang tahun kampung ramah anak yang ketiga, pada hari dan tanggal tersebut sekaligus memperingati ulang tahun WKSBM (Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat) yang pertama. Peringatan perayaan ulang tahun WKSB yang pertama dengan melakukan pembagian sembako kepada warga kurang mampu dan flash disk untuk anak berprestasi di tiap RT. Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan museum diponegoro yang berada di komplek tegalrejo. Kegiatan kunjungan di museum diponegoro dipandu oleh guide dari museum. Kegiatan kunjungan museum ini anak anak diajak berkeliling museum dengan mengamati hal – hal yang menyangkut dengan pertanyaan yang diberikan oleh panitia. Setelah kegiatan di museum diponegoro selesai, kegiatan kunjungan dilanjutkan ke museum merapi. Di museum merapi anak – anak di tontonkan film “Mahaagung Merapi”. Pukul 12.00 kegiatan kunjungan museum dilanjutkan ke museum jogja kembali. Sebelum berkeliling di museum jogja kembali, anak – anak dikumpulkan di theater untuk melihat film perjuangan sebelas maret. Setelah itu, anak anak berkeliling dari museum satu hingga lima. Kegiatan terakhir di museum jogja kembali yaitu berkeliling di ruang diorama. Kegiatan kunjung
188
museum ditutup dengan foto bersama. Pukul 15.00 perjalanan pulang ke tegalrejo. Sesampai di lapangan tegalrejo, pengkondisian kembali dan ditutup dengan doa. Kegiatan wajib kunjung museum memberikan pemahaman kepada peneliti tentang bagaimana para pengurus khususnya pemuda dan pemudi melaksanakan suatu kegiatan. Dari kegiatan wajib kunjung museum, peneliti semakin menarik untuk meneliti bagaimana keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak.
189
Catatan Lapangan No.
: 06
Tanggal
: 11 Desember 2015
Waktu
: 09.00 WIB – 10.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “MY” (Koordinator KRA “Kambojo”)
Kegiatan
: Menyerahkan Surat Ijin Penelitian
Deskripsi
:
Pada hari Minggu, 11 Desember peneliti menyerahkan surat izin penelitian kepada Bapak “MY” selaku koordinator kampung ramah anak “Kambojo”. Peneliti memberikan surat izin tersebut setelah peneliti mendapatkan persetujuan lapangan dari fakultas, dinas perizinan Kota Yogyakarta, Kecamatan Tegalrejo dan Kelurahan Tegalrejo. Saat membaca surat izin penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian tersebut. Selain itu, peneliti meminta rekomendasi berkaitan dengan subyek penelitian. Setelah selesai membaca dan menyampaikan rekomendasi mengenai subyek, Bapak “MY” menyampaikan bahwa beliau siap mendukung peneliti untuk melakukan penelitian. Dukungan tersebut beliau sampaikan agar peneliti tidak merasa sungkan untuk mencari informasi lebih dalam maupun bercerita apabila terjadi kendala saat pengambilan data. Peneliti mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Bapak “MY”.
190
Catatan Lapangan No.
: 07
Tanggal
: 13 Desember 2015
Waktu
: 10.00 WIB – 13.00 WIB
Tempat
: Rumah “YG”
Kegiatan
: Wawancara Penggurus KRA “Kambojo”
Deskripsi
:
Di hari sebelumnya peneliti telah berkunjung ke rumah “YG” untuk meminta ijin melakukan wawancara untuk keperluan penelitian. Kemudian peneliti berkunjung kembali ke rumah “YG” pada hari selasa, 13 Desember 2015. “YG” adalah salah satu pemuda yang terlibat dan membantu dalam penyelenggaraan kampung ramah anak “Kambojo”. Karena pada hari itu bertepatan dengan minggu tenang, sehingga peneliti dapat berkunjung ke rumah “YG” pada pagi hari yaitu pada pukul 10.00 WIB. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuannya kembali kepada “YG”. Peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai sejarah kampung ramah anak “Kambojo”, kegiatan - kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo” hingga bentuk pendampingan dari penggurus RW RT maupun tokoh masyarakat di RW 05. Selain itu, peneliti memahami bagaimana karakteristik di pemuda RT 15 di RW 05 berdasarkan penjelasan dari “YG”. Setelah dirasa cukup, peneliti memohon ijin untuk pulang dan mengolah informasi tersebut. 191
Catatan Lapangan No.
: 08
Tanggal
: 16 Desember 2015
Waktu
: 19.00 WIB – 21.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “SR” (Tokoh Masyarakat RW 05)
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi
:
Pada hari Jum’at, 16 Desember 2015 peneliti mengunjungi rumah salah satu tokoh masyarakat RW 05 untuk mengali informasi mengenai kampung ramah anak “Kambojo”. Bapak “SR” adalah salah satu tokoh masyarakat yang ikut terlibat dari sejak awal berdirinya program kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan penelitiSebelum peneliti bertanya mengenai kampung ramah anak “Kambojo”, Bapak “SR” terlebih dahulu menjelaskan awal mula adanya kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah itu peneliti
menanyakan
tentang
mengapa
pemuda
ikut
terlibat
dalam
penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” Peneliti juga mendapatkan bagaimana bentuk dukungan yang dilakukan dari tokoh masyarakat maupun dari masyarakat RW 05. Bapak “SR” menceritakan alasan mengapa pemuda terlibat dan bentuk dukungan yang masyarakat berikan dengan jelas. Setelah peneliti merasa cukup mendapatkan informasi, peneliti memohon izin untuk pulang. 192
Catatan Lapangan No.
: 09
Tanggal
: 19 Desember 2015
Waktu
: 19.00 WIB – 21.00 WIB
Tempat
: Masjid Diponegoro
Kegiatan
: Wawancara “IN” (Penggurus KRA “Kambojo”)
Deskripsi
:
Pada hari sabtu, 19 Desember 2015 peneliti bertemu dengan salah satu penggurus KRA “Kambojo” di Halaman masjid diponegoro. Peneliti bertemu dengan “IN” sepulangnya dari sekolah. “IN” adalah salah satu penggurus KRA “Kambojo” yang cukup aktif dalam membantu penyelenggaraan KRA “Kambojo”. Di awal perbincangan peneliti dengan “IN”, peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan, “IN” menerima maksud peneliti dengan baik dan ingin memberikan informasi – informasi yang peneliti butuhkan untuk kepentingan penelitian. “IN” menjelaskan beberapa kegiatan kegiatan di tiap klaster di program kampung ramah anak “Kambojo”. Selain itu “IN” menjelaskan pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo dari awal perencanaan kegiatan – kegiatan hingga pengembangan kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo”. Informasi tambahan yang diberikan oleh “IN” yaitu mengenai tugas – tugas penggurus berdasarkan strukrur kepengurusan, namun “IN” menjelaskan bahwa 193
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan struktur kepenggurusan. Semua saling membantu antar penggurus, tidak saling memberatkan maupun mempunyai tugas yang lebih berat diantara para penggurus. Setelah peneliti banyak mendapatkan informasi dari “IN”, peneliti memohon pamit untuk pulang dan mengucapakan terimakasih kepada “IN” karena banyak memberikan informasi mengenai penyelenggaraan kampung ramah anak “Kambojo”.
194
Catatan Lapangan No.
: 10
Tanggal
: 20 Desember 2015
Waktu
: 09.00 WIB – 11.00 WIB
Tempat
: Kantor Sekretariat KRA “Kambojo”
Kegiatan
: Wawancara “PR” (Penggurus KRA “Kambojo”)
Deskripsi
:
Pada hari minggu, peneliti berkunjung ke kantor sekretariat KRA “Kambojo” untuk menemui salah satu penggurus KRA “Kambojo yaitu “PR”. Peneliti menyampaikan keperluan mencari data informasi mengenai kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah itu peneliti memulai mengutarakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana tahap perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. “PR” memberikan penjelasan mengenai tahapan perencanaan dengan jelas dan dapat dipahami oleh peneliti. “PR” bercerita mengenai karakteristik pemuda di RW 05 dan keadaan pemuda di RW 05 sebelum adanya program kampung ramah anak “Kambojo”. Dari cerita yang dipaparkan oleh “PR”, peneliti memahami secara umum bagaimana pemuda pemudi di RW 05. Selain itu, pemuda dan pemudi mengalami beberapa perubahan setelah adanya program kampung ramah anak di RW 05.
195
Catatan Lapangan No.
: 11
Tanggal
: 23 Desember 2015
Waktu
: 19.00 WIB – 21.00 WIB
Tempat
: Kantor Sekretariat KRA “Kambojo”
Kegiatan
: Wawancara “BM” (Penggurus KRA “Kambojo”)
Deskripsi
:
Tanggal 23 Desember 2015, peneliti datang ke kantor sekretariat KRA “Kambojo” untuk menemui “BM” yaitu ketua forum anak dalam program Kampung Ramah Anak “Kambojo”. Peneliti sebelumnya sudah membuat janji dengan “BM” untuk bertemu di kantor sekretariat KRA “Kambojo”. peneliti menyampaikan kembali maksud dan tujuan dari kedatangannya. “BM” merespon baik dari maksud dan tujuan peneliti, “BM” mengatakan bahwa ingin membantu peneliti untuk mendapatkan informasi guna penelitian. Sebelum peneliti bertanya – tanya kepada “BM”. “BM” menunjukan beberapa video dan foto kegiatan – kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo”. Saat “B” menunjukan beberapa video dan foto kegiatan, peneliti menanyakan mengenai kampung ramah anak “Kambojo” di sela sela penjelasan “BM” dari beberapa video dan foto yang ditunjukan. Berdasarkan video dan foto- foto kegiatan dapat mengambarkan mengenai pelaksanaan kegiatan – kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. peneliti tidak 196
hanya menanyakan kegiatan – kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”, namun peneliti menanyakan mengenai alasan dan bentuk keterlibatan pemuda (penggurus) dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah beberapa informasi telah didapatkan oleh peneliti, peneliti mohon izin untuk pulang dan mengucapkan terimakasih.
197
Catatan Lapangan No.
: 12
Tanggal
: 27 Desember 2015
Waktu
: 19.00 WIB – 21.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “YN” (Tokoh Masyarakat)
Kegiatan
: Wawancara
Deskripsi
:
Pada hari minggu, peneliti berkunjung ke rumah Bapak “YN” selaku salah satu ketua RT di RW 05. Peneliti disambut dengan baik oleh Bapak “YN”, terlihat dari pemberian respon baik saat peneliti menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Bapak “YN” menceritakan awal berdirinya kampung ramah anak “Kambojo”. Di mulai dari latar belakang adanya program kampung ramah anak “Kambojo hingga keadaan program kampung ramah anak “Kambojo” saat ini. Peneliti menanyakan bagaimana pemuda pemudi di RW 05, alasan mengapa pemuda terlibat dalam penyelenggaraan program dan pandangan Bapak “YN” mengenai program kampung ramah anak “Kambojo”. Bapak “YN” menjawab pertanyaan dari peneliti dengan jelas dan dapat dipahami. Selain itu, peneliti mendapatkan informasi mengenai partisipasi warga masyarakat RW 05 terhadap program kampung ramah anak “Kambojo”. Selanjutnya itu peneliti menanyakan keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak 198
“Kambojo”. Bapak “YN” menyampaikan apa saja bentuk keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak”Kambojo”. setelah peneliti merasa cukup mendapatkan informasi dari Bapak “YN”, peneliti memohon izin untuk pulang dan tidak lupa peneliti mengucapkan terimakasih.
199
Catatan Lapangan No.
: 13
Tanggal
: 29 Desember 2015
Waktu
: 10.00 WIB – 13.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “AT”
Kegiatan
: Wawancara Ketua Gugus Tugas KRA
Deskripsi
:
Di hari selanjutnya setelah peneliti berkunjung ke rumah Bapak “YN”, peneliti datang ke rumah Bapak “AT” yaitu selaku ketua gugus tugas KRA “Kambojo”. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti ke rumah Bapak “AT”. Peneliti tidak menyadar bahwa Bapak “AT” sudah mengetahui jauh sebelumnya maksud kedatangan peneliti. Sehingga peneliti merasa senang karena kedatangannya diterima dengan baik. Setelah mendapatkan respon yang baik dari Bapak “AT”, peneliti mulai memberikan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan – kegiatan kampung ramah anak dan keterlibatan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Bapak “AT” menjawab pertanyaan dengan sangat rinci dan luas, bahkan peneliti mendapatkan banyak informasi di luar perkiraan peneliti. Bapak “AT” selaku ketua gugus tugas KRA “Kambojo” pernah mendapatkan penghargaan dari Kota Yogyakarta untuk prestasi nya dalam penyelenggaraan program KRA “Kambojo”. Bapak “AT” salah satu warga yang 200
sangat peduli dan memberikan dukungan yang besar terhadap penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Bentuk kepeduliannya tersebut terlihat dari penjelasannya mengenai bentuk dukungan yang beliau berikan untuk program kampung ramah anak “Kambojo”. Peneliti mendapatkan banyak infomasi dari Bapak “AT” dan peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak “AT”
201
Catatan Lapangan No.
: 14
Tanggal
: 03 Januari 2015
Waktu
: 10.00 WIB – 15.00 WIB
Tempat
: Rumah “DM”
Kegiatan
: Wawancara “AN” dan “DM” (Penggurus KRA “Kambojo”)
Deskripsi
:
Pada hari minggu, 03 Januari 2015 peneliti datang ke rumah “DM” untuk melaksanakan kegiatan wawancara dengan “AN” dan “DM” selaku penggurus KRA “Kambojo”. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangannya. Setelah mendapatkan respon yang baik dari keduanya, peneliti memulai memberikan pertanyaan kepada “AN” terlebih dahulu. Setelah peneliti selesai memberikan beberapa pertanyaan kepada “AN”, peneliti beralih memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada “DM”. Peneliti melakukan wawancara di satu tempat namun berbeda ruang. Dari wawancara yang peneliti lakukan kepada “AN” dan “DM”, peneliti mendapatkan banyak informasi. Mulai dari pemahaman penggurus mengenai kampung ramah anak, kegiatan – kegiatan kampung ramah anak hingga faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu, peneliti mendapatkan informasi mengenai alasan keterlibatan para pemuda, 202
bentuk keterlibatan hingga faktor yang mendorong dan menghambat pemuda terlibat dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti ditunjukan beberapa arsip yang dimiliki program kampung ramah anak “Kambojo”. Peneliti merasa senang karena banyak mendapatkan informasi.
203
Catatan Lapangan No.
: 15
Tanggal
: 04 Januari 2015
Waktu
: 19.30 WIB – 21.00 WIB
Tempat
: Rumah Bapak “AG”
Kegiatan
: Wawancara tokoh masyarakat
Deskripsi
:
Di hari selanjutnya setelah peneliti melakukan wawancara kepada penggurus KRA, peneliti kembali mendatangi salah satu rumah tokoh masyarakat RW 05. Beliau Bapak “AG” adalah salah satu tokoh masyarakat yang peduli dengan keadaan RW 0, Kampung Tegalrejo. Beliau tidak warga kampung asli namun semangat nya untuk penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” begitu besar. Semangatnya dapat dilihat dari bentuk dukungan nya di tiap kegiatan dan aspirasi yang selalu ia berikan terhadap pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo”. Bapak “AG” memberikan informasi – informasi berkaitan dengan pogram kampung ramah anak “Kambojo” hingga beliau menceritakan kendala yang di alami oleh penggurus kampung ramah anak “Kambojo”. Selain itu, Bapak “AG” menceritakan keadaan pemuda sebelum ada program KRA dan sesudah ada program KRA. Menurut beliau, program KRA banyak memberikan manfaat untuk pengembangan potensi pemuda pemudi di RW 05. Beliau juga menjelaskan 204
bagaimana keterlibatan para pemuda dan pemudi RW 05 dalam penyelenggaraan KRA. Setelah peneliti mendapatkan banyak informasi dari beliau Bapak “AG” peneliti mengucapkan terimakasih dan memohon izin untuk pulang.
205
LAMPIRAN 3. REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN Reduksi, Display, dan Kesimpulan No. Komponen Pertanyaan Reduksi 1 Program Kampung Sejak kapan program YG : Kampung ramah anak “Kambojo” itu Ramah Anak kampung ramah anak berdiri sejak tahun 2012 mbak “Kambojo” diselenggarakan? BM : Udah dari 3 tahun yang lalu mbak, berdirinya itu tanggal 6 November 2012 mbak. AN : Tiga tahun yang lalu kampung ramah anak “Kambojo” ini resmi berdiri mbak. Berdirinya sejak SK dari kelurahan keluar. Jadi kampung ramah anak “Kambojo” itu resmi berdiri tanggal 6 November 2012 mbak. Ini udah menginjak tahun ketiga. Apa yang YG : Dulu itu karna ada usulan dari warga RW melatarbelakangi 04 yang menjadi anggota DPRD Kota namanya program kampung ramah mas fauzan mbak. Nah, mas fauzan bercerita anak di RW 05 kampung tentang program pemerintah yang bernaman tegalrejo? program kampung ramah ke bapak – bapak penggurus RW 05. Trus dari bapak – bapak penggurus itu setuju mbak, soalnya melihat keadaan RW 05 itu banyak anak – anak. Jadi biar bisa mengcover anak – anak di RW 05 gitu mbak 206
Kesimpulan Program kampung ramah anak “Kambojo” ini berdiri pada tanggal 6 November 2012. Berdirinya program kampung ramah anak “Kambojo” ini ditandai dengan dikeluarkannya SK dari Kelurahan Tegalrejo.
Program kampung ramah anak “Kambojo” berawal dari inisiatif penggurus RW 05. Inisiatif penggurus Rw 05 itu berawal dari informasi yang didapat dari salah satu warga RW 04 yang menjadi anggota DPRD
niatnya. Trus setelah masyarakat semua mendukung, penggurus RW mengajukan proposal pengadaan KRA ke Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta. IN : Jadi mbak dulu itu setau saya penggurus RW itu mengajukan proposal pengadaan program kampung ramah anak ke KPMP Kota Yogyakarta. Trus habis itu lingkungan RW 05 itu di survey dari KPMP mbak. Selang beberapa bulan dari survey itu, kami diberitahu kalau pengajuan dana untuk pengadaan kampung ramah kami disetujui oleh KPMP. Setelah itu, kami mendapat dana awal untuk melakukan beberapa kegiatan untuk kampung ramah anak mbak PR : Awalnya itu penggurus RW 05 dapat info tentang program kampung ramah anak dari tetangga sebelah mbak. Mengingat di RW 05 itu banyak anak – anak, trus karna banyak warga yang ingin anak – anak itu biar gak kena pengaruh dengan hal – hal negatif. Nah warga itu takut kalau anak – anak melakukan tindakan meniru hal – hal negatif. Salah satunya itu 207
Kota. Beliau bernama mas fauzan. Mas fauzan menceritakan mengenai program pemerintah Kota Yogyakarta tentang perwujudan Kota Layak Anak yaitu program kampung ramah anak. setelah itu, penggurus RW berinisiatif untuk mengajukan proposal – pengadaan program ramah anak ke Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (KPMP) Kota Yogyakarta. Yang melatarbelakangi ide tersebut karena kekhawatiran masyarakat RW 05 terhadap anak – anak di RW 05. Kekhawatiran itu dikarenakan banyaknya jumlah anak – anak dan
ketakutan warga akan bonex, pencopet dan lain lain. Emm, soalnya kan RW 05 itu berbatasan sama rel kerta api dan sungai ya mbak. Dan pada saat itu banyak pemuda di RW 05 itu yang banyak merokok, miras bahkan hingga bermain judi mbak. Jadi penggurus RW mempunyai ide untuk dapat melakukan kegiatan – kegiatan untuk anak – anak. Nah habis itu kan mbak, para penggurus RW 05 itu menyusun proposal pengadaan program kampung ramah anak gitu ke KPMP mbak. Habis itu RW kami di survey, dan selang beberapa bulan apa ya. Penggurus RW 05 dapat info kalau proposal pengadaan program kampung ramah anak disetujui dan akan mendapatkan dana dari KPMP. Iya kayak gitu mbak sejarah dan latarbelakang dari kampung ramah anak. Apa saja yang anda IN : Programnya itu mengumpulkan aspirasi ketahui tentang kampung anak – anak. Jadi disini itu anak bisa ngajuin apa ramah anak? yang jadi masalah mereka. Trus di kampung ramah anak ini keluhan anak – anak itu ditampung trus diuasahakan apa yang menjadi ingin mereka itu terealisasi
masih minimnya kegiatan untuk anak – anak RW 05. Di samping itu karena ketakutan masyarakat RW 05 terhadap pengaruh lingkungan. Hal itu mengingat bahwa RW 05 merupakan wilayah yang berbatasan dengan rel kereta api dan sungai.
Program kampung ramah anak itu salah satu program yang menjadi wadah untuk pemenuhan hak – hak anak. mulai dari hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan DM : Jadi kalau setauh saya itu ya mbak, hingga partisipasi. program kampung ramah anak itu program dari Sehingga kegiatan – 208
pemerintah untuk upaya pemenuhan hak – hak mereka mbak. Jadi nanti kegiatan – kegiatan di program itu dikaitkan dengan pemenuhan hak – hak mereka. Dari mulai hak untuk perlindungan untuk anak hingga hak ana untuk beraspirasi,. Jadi dari kegiatan di KRA itu selalu bertujuan untuk memenuhi hak – hak mereka itu mbak. PR : ya itu mbak, program kampung ramah anak itu sebagai wadah untuk anak dan bertujuan untuk melindungi anak – anak dari hal – hal yang tidak diiinginkan, kayak misal mencegah adanya kekerasan untuk anak – anak, trus kegiatan – kegiatannya itu ya sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak di RW 05 itu mbak. Pun kebutuhan nya itu juga untuk memenuhi hak – hak mereka gitu mbak. Apa kegiatan – kegiatan AT : Kegiatanya itu beragam mbak, jadi awal itu dalam program kampung ada program sosialisasi KRA trus ada kegiatan ramah anak? mading, ada belajar bersama, ada pelatihan menari, ada olahraga pingpong, ada kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan di luar kampung dan ada kegiatan kegiatan lain seperti perayaan ulang tahun dan kegiatan RW yang berkaitan dengan anak – anak seperti TPA, Posyandu, dan BKB. 209
kegiatan yang dilaksanakan itu selalu berusaha untuk memenuhi keempat hak anak tersebut.
Kegiatan di program ramah anak terbagi kedalam lima klaster yaitu klaster perlindungan khusus itu ada sosialisasi kampung ramah anak, plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak, perbaikan
BM : Duh kegiatannya itu banyak e mbak, jadi kan di program kampung ramah anak itu ada lima klaster. Nah masing masing klaster itu punya kegiatan sendiri sendiri mbak. Lima klaster nya itu ada klaster perlindungan khusus, klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. DM : wah banyak mbak, jadi kalau di klaster perlindungan khusus itu ada sosialisasi kampung ramah anak, plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak, perbaikan lingkungan dan penyuluhan NAPZA. Di klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang ada belajar bersama, pembuatan mading, pelatihan tari, Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD), Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) dan olahraga. Trus di klaster hak sipil dan kebebasan pendataan anak, pengadaan forum anak dan pertemuan rutin bersama penggurus RW. Di klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan ada kegiatan posyandu, pengecekan jentik nyamuk dan sosialisasi reproduksi untuk remaja. Trus yang terakhir itu di klaster lingkungan keluarga dan 210
lingkungan dan penyuluhan NAPZA. Di klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang ada belajar bersama, pembuatan mading, pelatihan tari, Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD), Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) dan olahraga. Lalu di klaster hak sipil dan kebebasan pendataan anak, pengadaan forum anak dan pertemuan rutin bersama penggurus RW. Di klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan ada kegiatan posyandu, pengecekan jentik nyamuk dan sosialisasi reproduksi untuk remaja. Trus yang terakhir itu di klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif itu adanya
pengasuhan alternatif itu adanya Kegiatan Bina Kegiatan Bina Keluarga Keluarga Balita (BKB). Balita (BKB). Selain itu ada kegiatan yang diadakan bekerja sama dengan instansi pemerintah dan diadakan di luar dengan mengikuti partisipasi dari kegiatan yang diadakan kelurahan, kecamatan, hingga kota. Apa tujuan program YG : Tujuan kampung ramah itu ya mbak kalau Tujuan kampung ramah kampung ramah anak menurut saya ya itu sebagai wadah untuk anak – anak “Kambojo” yaitu yang anda ketahui? anak agar dapat memenuhi hak – hak mereka. untuk memenuhi hak – hak anak, untuk MY : Kalau tujuan ramah anak secara umum itu menyadarkan orangtua ya untuk pemenuhan hak – hak anak di suatu akan pemenuhan hak – wilayah. Lalu kalau KRA di RW 05 ini selain hak anak dan untuk memenuhi hak anak juga menyadarkan orang tua menciptakan lingkungan akan pemenuhan hak anak dan penciptaan yang ramah terhadap lingkungan yang ramah terhadap anak. anak. SR : Itu kalau setahu saya program KRA disini itu untuk memenuhi hak – hak anak, menciptakan lingkungan yang ramah terhadap anak, dan untuk menyadarkan orangtua akan hak – hak anak mereka. Nah dari tujuan itu 211
diwujudkan ke dalam kegiatan – kegiatan. Apa saja tahapan – AT : Ya kita nyusun kegiatan dulu mbak, trus tahapan dalam melaksanakan dan yang terakhir mengadakan penyelenggaraan evaluasi program? DM : Dari perencanaan sampai evaluasi mbak. Trus ditahun kedua itu kami melakukan pengembangan KRA. dari perencanaan itu kami mendata anak untuk dapat mengetahui kebutuhan mereka. Lalu dari data itu kami menyusun program. Setelah program itu disetujui oleh para penggurus KRA, RW dan tokoh masyarakat. baru kita melaksanakan kegiatan itu. Dan yang terakhir kami melakukan evaluasi kegiatan mbak.
Tahapan dalam penyelenggaraan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Setelah itu penggurus KRA juga melakukan pengembangan terhadap kegiatan KRA. Di tahap perencanaan di mulai dengan analisis kebutuhan dengan melakukan pendataan, menyusun kegiatan dan mengadakan forum anak.
PR : dulu itu kami melakukan pendataan anak – anak mbak, trus kami rapat buat mbahas kegiatan yang mau dilakuin. Habis rapat itu kita melakukan forum anak. Nah setelah itu kami ikut rapat RW untuk mengshare kegiatan yang sudah disusun. Baru kami melaksanakan kegiatan yang sudah kami susun mbak. Oh iya kami juga melakukan evaluasi mbak setelah pelaksanaan kegiatan. Apa manfaat yang anda BM : Adanya kampung ramah anak ini kalau Manfaat dari adanya KRA 212
rasakan untuk diri anda, manfaat untuk saya pribadi, saya lebih keluarga maupun menyampaikan pendapat saya mbak. Kalau masyarakat? untuk masyarakat, saya lihat itu udah gak ada anak – anak yang nakal di RW 05. DM : Kalau ada masalah di keluarga saya mulai dilibatkan untuk menyelesaikan mbak, jadi ya ikut nimbrung kalau di rumah ada masalah kecil gitu. Trus saya sendiri sekarang jadi lebih peduli dengan tetangga mbak. Dan manfaat untuk masyarakat itu ya sekarang udah jarang anak – anak yang nongkrong di luar rumah. YG : Saya pribadi mendapatkan banyak relasi mbak. Lalu menurut saya manfaat KRA itu bisa dilihat dengan perilaku anak – anak yang sudah tidak ada yang nakal dan sudah jarang pemuda yang merokok dan miras mbak. Bagaimana dukungan AN : Wah, penggurus RT dan RW disini itu dan pendampingan dari mendukung semua mbak. Kalau kita bingung pengurus RT maupun mengenai program ya kita di bimbing, biasa nya RW? kita sering menceritakan keluhan yang kita alami. Trus dari keluhan itu pasti para penggurus memberi solusi.
yaitu adanya perubahan sikap anak – anak dan para pemuda di RW 05. Selain itu, perubahan bagi pemuda sendiri yaitu beragam mulai dari berani untuk berbicara, mulai peduli dengan masyarakat, hingga mempunyai relasi baru. Manfaat adanya KRA juga dirasakan di lingkungan keluarga yaitu adanya diskusi apabila terjadi masalah.
Dukungan yang diberikan mulai dari segi moril hingga material. Bentuk pendampingan yang di berikan mulai dari konsultasi, fasilitasi, koordinasi hingga DM : Ya mbak betul kami sering curhat. pengawasan. 213
Pokoknya kami itu selalu berkoordinasi dengan penggurus, trus kalau pelaksanaan kegiatan mereka turut membantu. Nah, dari itu kami selalu bersemangat tiap pelaksanaan kegiatan. Karena kami gak enak mbak, masak iya lebih semangat yang lebih tua.
Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan dalam program kampung ramah anak?
YG : Semua penggurus RT dan RW sangat mendukung mbak. Ya dilihat aja dari kegiatan – kegiatan kami itu tidak terlepas dari dukungan penuh mereka, mulai dari diberi motivasi, didengarkan keluh kesah kami, sampai membantu mencari solusi untuk kita. Nah bahkan ya mbak, tiap kegiatan itu mereka selalu ikut. Gak Cuma dateng untuk melihat tapi juga ikut membantu penggurus KRA mbak. IN : dukungan dari masyarakat itu yang selalu mendukung pelaksanaan kegiatan – kegiatan KRA mbak. Tapi kesibukan anak – anak baik di lingkungan sekolah maupun luar kampung yang jadi penghambat. Karna kadang mereka sering memilih dirumah untuk istirahat daripada ikut kegiatan KRA.
Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan KRA yaitu partisipasi masyarakat dan ide – ide dari para penggurus maupun tokoh masyarakat. sedangkan faktor penghambat PR : kalau menurutku ya mbak, ide – ide dari pelaksanaan KRA yaitu saya dan teman – teman trus dari para tokoh di kesibukan yang dimiliki 214
RW 05 itu yang jadi pendukung. Karna tanpa ide anak – anak sehingga – ide yang unik, kegiatan – kegiatan KRA gak menjadikan mereka anti mungkin bisa menarik perhatian masyarakat. sosial.
2
AT : saya itu salut sama warga di RW 05 mbak, mereka itu kalau ada kegiatan KRA selalu semangat untuk memeriahkan. Walaupun kegiatan – kegiatan nya itu untuk anak – anak ya mbak, tapi bapak ibu bahka nenek kakek nya itu kadang juga ikut melihat kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan. Jadi yang jadi pendukung itu ya partisipasi dari warga RW 05 sendiri mbak. Keterlibatan Apa alasan anda terlibat BM : Saya mau menjadi penggurus KRA ya pemuda dalam dalam penyelenggaraan karena biar bisa mengembangkan hobi saya penyeleggaraan program kampung ramah mbak. Kan nanti kalau ada teman penggurus program kampung anak? yang mempunyai hobi sama bisa saling bertukar ramah anak informasi. Selain itu alasan saya mau jadi “Kambojo” penggurus KRA itu biar saya lebih berani ngomong mbak karena saya itu pemalu dan saya ingin mempunyai prestasi melalui bakat yang saya miliki agar bisa mengharumkan RW 05. Trus ya mbak saya mau jadi penggurus KRA “Kambojo” itu biar saya bisa mendapat semangat untuk terus melanjutkan pendidikan saya mbak. Karena saya akan mendapatkan informasi dan masukan tentang pendidikan baik 215
Jadi alasan pemuda RW 05 terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak dapat dikategorikan menjadi beberapa minat yaitu mulai dari minat rekreasi, minat pribadi, minat sosial, minat terhadap pendidikan, minat terhadap pekerjaan, minat terhadap agama
dari rekan penggurus maupun penggurus RW dan tokoh masyarakat. Jadi saya lebih siap dan matang tiap akan melanjutkan pendidikan PR : Saya tidak mendapat dorongan dari siapapun. Saya terlibat karena berdasarkan niat saya untuk belajar dari program yang ada di RW 05. Saya yakin dengan menjadi penggurus KRA pasti saya bisa belajar menjadi orang yang mandiri. Saya mau membantu dalam penyelenggaraan KRA itu ya ingin membuat maju RW 05 mbak. Selain itu biasanya kalau kita aktif di kampung itu nanti kita bisa di kenal oleh masyarakat satu RW. Trus ya mbak biar saya itu bisa terus semangat untuk melanjutkan sekolah mbak. Karena lingkungan itu pasti berpengaruh ke semangat belajar saya.
DM : Kan saya ikut sudah dari dulu mbak, saya baru kepikiran setelah saya lulus itu. KRA bisa mengisi waktu luangsaya dan dengan saya ikut jadi penggurus KRA kan saya jadi mendapat masukan pekerjaan apa yang kelak sesuai untuk saya. Dan saya yakin dari KRA nanti akan menambah relasi saya untuk masuk ke dunia 216
kerja. Jadi saya mau menjadi penggurus KRA itu ya berasal dari diri saya sendiri karena semua yang saya lakukan untuk program KRA itu sebagai salah satu bentuk ibadah. Sehingga tidak ada alasan lain selain ibadah. Jika nanti banyak manfaat yang akan saya peroleh, maka itu menjadi bonus. Mengapa memilih AT : Biar untuk regenerasi mbak, jadi bisa jadi pemuda untuk menjadi batu loncatan untuk mereka ketika nantinya para penggurus KRA? penggurus RW harus sudah diganti. Agar sejak muda mereka sudah paham bagaimana keadaan baik lingkungan maupun masyarakat RW 05. MY : Saya itu melihat pemuda di RW 05 itu punya banyak potensi mbak. Jadi melibatkan mereka dalam KRA itu. Agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para pemuda.
Alasan para penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05 memilih pemuda karena sebagai wadah pengembangan potensi agar pemuda dapat memiliki kegiatan yang positif dan bermanfaat. Selain itu, sebagai langkah untuk regenerasi kepenggurusan RW kelak.
AG : Biar pemuda itu memiliki kegiatan yang positif dan bermanfaat mbak. Saya itu prihatin karena dulu itu ya mbak banyak pemuda yang masih miras, merokok, bahkan ikut judi gitu mbak di kampung nya sendiri. Apa yang dilakukan oleh MY : Langkah awal dalam pembentukan Langah awal yang para penggurus RT RW program KRA di RW 05 dengan memikirkan dilakukan para penggurus 217
maupun tokoh kepenggurusannya mbak. Nah, kami masyarakat di awal berpandangan bahwa pemuda lah yang kelak pembentukan KRA? menjadi penerus kami. Jadi kami sepakat jika pemuda terlibat dalam kepenggurusan
RW dan tokoh masyarakat adalah dengan pembentukan kepenggurusan. Sebelum membentuk kepenggurusan mereka kegiatan AT : Kami melakukan sosialisasi mengenai melakukan program kampung ramah anak kepada pemuda. sosialisasi dan diskusi Tujuannya agar mereka tahu mengenai program bersama para pemuda. KRA dan menarik perhatian mereke untuk terlibat. Kami lakukan itu dengan memberikan informasi di kumpulan pemuda tiap RT. Selain itu, kami juga melakukan pendekatan personal dengan para pemuda.
AG : Nah, setelah kami melakukan sosialisasi itu kami mengajak pemuda RW 05 semua untuk berkumpul dan membicarakan maksud dan tujuan kami untuk melibatkan mereka ke dalam penyelenggaraan program KRA nantinya. Diskusi itu jadi semacam ajakan halus dari kami untuk para pemuda mbak. Kami menjelaskan manfaat apabila ikut terlibat dalam program KRA yang akan diselenggarakan. Jadi biar kami dapat bermusyawarah bersama agar mencapai 218
satu kesepakatan dari penyampaian maksud dan tujuan kami. Apakah anda terlibat AN : Iya mbak kami terlibat di semua tahapan, dalam semua tahapan kecuali pendampingan soalnya itu kan yang penyelenggaraan yang melakukan para penggurus RW dan tokoh anda lakukan? masyarakat
Dalam penyelenggaraan KRA “Kambojo” pemuda dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan DM : Jelas kami ikut mulai dari nyusun bahkan pengembangan. sampe evaluasi nya mbak.
SR : Memang benar mbak mereka terlibat dalam semua tahapan bahkan mereka juga ikut mengembangkan kegiatan – kegiatan KRA. Bagaimana yang anda BM : Dari cara kita tahu kebutuhan mereka itu lakukan dan berikan di dari data yang kami ambil mbak, soalnya saat tiap tahapan itu? pendataan kita menanyakan minat dan hobi mereka. Selain itu, kami bertanya ada kesulitan – kesulitan dalam belajar atau tidak. Nah data data itu kami kumpulkan, kami melakukan kegiatan forum anak untuk mendengarkan aspirasi anak – anak. Yang menjadi penggerak dari kegiatan kegiatan yang sudah kami rencanakan ya kami sendiri mbak. Misalnya kayak kami yang jadi MC, pemandu dll. Trus kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi kegiatan – kegiatan yang sudah terlaksana mbak. Jadi 219
Keterlibatan pemuda di tahap perencanaan yaitu dalam analisis kebutuhan, menuyusun kegiatan hingga melakukan forum anak. keterlibatan pemuda dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak yaitu menjadi motor penggerak. Sedangkan dalam evaluas, pemuda ikut memberikan masukan – masukan untuk
antara penggurus KRA dan penggurus RW saling memberi masukan satu sama lain. Trus untuk pengembangan dari program KRA memang tidak sebanyak kegiatan di tahun tahun awal mbak, karena mengingat dana yang kami dapatkan tidak banyak dari saat pertama kami mendapatkan. Namun di kegiatan pengembangan ini kami berani bekerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas pariwisata untuk mengadakan kegiatan di luar RW 05. Selain itu, kami banyak berpartisipasi dalam acara – acara yang diadakan baik kelurahan, kecamatan maupun kota. Yang terakhir kemarin kami menjadi trainer outbound untuk pembentukan KRA di Bumijo. IN : Saya dan teman – teman melakukan pendataan awal anak – anak di RW 05 mbak. Di tiap RT memilki satu penggurus yang menjadi penanggung jawab kegiatan pendataan. Nah pas pendataan itu, kami sekaligus menanyakan minat dan hobi masing – masing anak itu. Nah biasanya habis pelaksanaan kegiatan itu kita evaluasi bareng – bareng mbak. Trus kita juga dapat masukan – masukan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi 220
perbaikan di kegiatan selanjutnya. Bahkan pemuda terlibat dalam pengembangan program KRA dengan melakukan kerjasama dengan instansi dan lembaga pemerintah.
kesalahan yang sama saat melaksanakan suatu kegiatan. SR : Selain membuat konsep kegiatan, pemuda juga menjadi penggerak dari konsep kegiatan itu mbak. Mereka yang mengatur alur kegiatan saat pelaksanaan kegiatan itu. Misalnya mulai dari ngatur anak – anak, memberi petunjuk pada anak – anak, bahkan sampai penyampaian makna dari kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Salah satu tujuan kami mengundang pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” di pertemuan rutin itu selain menyampaikan aspirasi, ya untuk mengadakan evaluasi dari kegiatan yang telah selesai dilaksanakan mbak. Jadi bisa sama sama belajar memberikan masukan. Lalu kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” itu semakin kreatif dan kegiatan nya mulai ada yang diadakan keluar kampung. Jadi semakin mengharumkan nama kampung. Hal apa yang anda rasa menjadi daya dukung dalam keterlibatan anda dan pemuda lain dalam KRA?
YG : Ya diri saya sendiri mbak karna saya menerima ajakan dari penggurus RW untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan program KRA bukan karena paksaan dari orang lain mbak tetapi itu kesadaran dari dalam diri saya. Saya 221
Faktor pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesadaran diri dari
ingin mencari pengalaman berorganisasi di masyarakat. Selain itu masyarakat di RW 05 itu banyak yang mendukung mbak kalau pemuda nya itu terlibat karena mereka ingin melihat pemuda RW 05 semua aktif. Trus dukungannya itu keliatan sikap masyarakat yang ikut membantu memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan KRA.
para pemuda RW 05. Selain itu, semua elemen di masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”.
AN : Apa ya semacam panggilan hati sih mbak. Jadi bukan karena paksaan dari siapapun saya mau terlibat tetapi ya dari kesadaran saya sendiri. Karna apa yaaa..saya ingin belajar dari pengalaman yang nanti pasti akan saya dapatkan di KRA. Jadi ya saya semangat semangat aja ditawari oleh penggurus untuk terlibat dalam program KRA”.
Apa
yang
YN : Menurut saya yang menjadi pendukung pemuda terlibat itu salah satunya dukungan yang kuat dari masyarakat RW 05 mbak. Masyarakat memberikan banyak kepercayaan kepada para pemuda. Masyarakat yakin bahwa pemua RW 05 mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi AT : Faktor penghambatnya ya waktu luang Faktor 222
penghambat
penghambat keterlibatan yang dimiliki para penggurus KRA itu beda beda anda dan pemuda lain mbak. Lalu masih ada yang belum menjalankan dalam KRA? tugas dan peran nya sesuai dengan struktur kepenggurusan. Jadi dalam perencanaan kegiatan itu terkesan nya orang – orang itu saja.
program yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal DM : Gimana ya mbak kadang saya itu belum dalam menjalankan tugas bisa membagi waktu antara kegiatan di kampus dan peran penggurus dan di KRA. Pun juga teman teman mbak. Jadi KRA “Kambojo”. kadang kami kesusahan menyamakan waktu luang
WL : Kegiatan selain KRA juga banyak e mbak, trus juga saya ikut les dan ada tambahan di sekolah jadi kadang saya sering ijin tidak ikut kumpul KRA Apa manfaat yang anda YG : Semakin banyak pengalaman yang saya rasakan setelah ikut dapat di KRA itu membuat saya semakin terlibat dalam mengenali potensi yang saya miliki mbak. Trus penyelenggaraan KRA? juga saya sekarang lebih tertarik pada hal hal yang berbau sosial dan agama. Saya suka ikut nimbrung mbak kalau misal ada suatu masalah di KRA. Saya juga ngasih solusi solusi mbak gak cuma diem kok. Saya itu dulu orangnya pemalu mbak, sekarang saya tambah lebih berani ngomong dengan orang lain dan mengutarakan 223
Manfaat adanya keterlibatan pemuda dilihat dari dampak positif yang mereka dapatkan. Dampak positif yang mereka rasakan berkaitan dengan empat kecakapan hidup diantaranya kecakapan personal, akademik, vokasional dan
pendapat saya. Malah saya kadang bercandaan sosial sama yang lebih tua biar lebih akrab. Trus saya itu kuliah sembari bekerja mbak jadi bisa nambah uang jajan. BM : Saya itu suka salut sendiri sama temen temen yang jadi penggurus mbak. Mereka itu kalau di sekitar mereka ada masalah, mereka suka urun rembug mbak. Iya betul mbak...selain lebih berani menyampaikan pendapat. Saya itu sering datang ke acara KRA sendiri mbak misal ke balaikota, kelurahan, kecamatan gitu. AT : Sekarang mereka tau mbak apa yang mereka pengen dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan pengen e itu. Kalau ada masalah di KRA itu ya mbak misalnya, mereka gak pernah terlihat kemrungsung. Mereka selalu tenang menghadapinya.
224
LAMPIRAN 4. HASIL DOKUMENTASI FOTO HASIL PENELITIAN
Foto 1. Kegiatan pembuatan cerpen di TBM “Kambojo”
Foto 2. Kegiatan plangisasi slogan ramah anak RW 05
Foto 3. Kegiatan penyuluhan NAPZA untuk pemuda di RW 05
225
Foto 4. Kegiatan pembuatan mading KRA “Kambojo”
Foto 5. Kegiatan musrengbang di balai kota Yogyakarta
Foto 6. Kegiatan lomba cerdas cermat di Kecamatan Tegalrejo 226
Foto 7. Kegiatan evaluasi KRA “Kambojo”
Foto 8. Kegiatan sepeda bersama KRA “Kambojo”
Foto 9. Kegiatan trainer outbound KRA Badran
227
LAMPIRAN 5. SURAT IJIN PENELITIAN
228
229
LAMPIRAN 6. SURAT KETERANGAN
230