TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM KERJA PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian Sarjana Program Strata 1 (S1)
Disusun oleh : Nama : Miftahuddin NIM
: 41307120031
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama
: Miftahuddin
N.I.M
: 41307120031
Fakultas
: Teknologi Industri
Program Studi
: Teknik Mesin
Judul Skripsi : ANALISA SISTEM KERJA PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung
jawabkan
sekaligus
bersedia
menerima
sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercubuana Buana. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis
( Miftahuddin )
ii
LEMBAR PENGESAHAN ANALISA SISTEM KERJA PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG
Disusun oleh : Nama
: Miftahuddin
NIM
: 41307120031
Fakultas
: Teknologi Industri
Prodi
: Teknik mesin
Menyetujui Pembimbing
Koordinator Tugas Akhir
(Dr. Ir. H. Abdul Hamid, M.Eng)
(Nanang Ruhyat, ST. MT)
Mengetahui Ketua Program Studi Teknik Mesin
( Dr. Ir. H. Abdul Hamid, M.Eng)
iii
ABSTRAK
Pada studi ini penulis membahas sistem kerja pemadam kebakaran. Mengingat banyaknya komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran maka penulis hanya akan mencoba menjelaskan komponen-komponen utama yang paling penting dalam
sebuah
sistem
pemadam
kebakaran
dikarenakan
terbatasnya waktu. Dalam perencanaan sistem mekanikal yang baik pompa pemadam kebakaran juga merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan karena merupakan salah satu hal yang nantinya menjamin kesalamatan penghuni gedung itu sendiri. Dari penulisan tugas akhir ini penulis membuat contoh studi kasus dari perhitungan daya dari masing-masing pompa dan kapasitas tangki. Daya yang dihasilkan pompa elektrik adalah 194 kW. Daya pompa jockey adalah 7 kW serta daya yang dihasilkan pompa diesel adalah 260 kW. Sedangkan kapasitas tangki persediaan air adalah 170 m3.
Kata Kunci : Komponen Pemadam Kebakaran, Keselamatan Penghuni Gedung, Contoh studi kasus Perhitungan Daya Pompa dan Kapasitas Tangki..
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT raja pencipta alam, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Analisa Sistem Kerja Pemadam Kebakaran Pada Gedung”. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Ujian Sidang Sarjana Teknik pada Fakultas Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan tugas akhir ini, khususnya kepada : 1. Raja pencipta alam semesta Allah SWT, yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan rasa sukur. 2. Kedua orang tua ku, Ibunda Chusnah dan Ayahanda Darmizi serta adikku Iqbal yang tercinta yang telah memberikan dorongan untuk dapat segera menyelasaikan kuliah. 3. Bapak Dr. Ir. H. Abdul Hamid, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing yang telah sudi meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
v
4. Dosen Program Teknik Mesin yang telah memberikan pengajaran selama penulis kuliah. 5. Rekan – rekan Teknik Mesin PKK angkatan XII (terutama Geri dan Ahmad F) yang telah banyak membantu dengan laptop dan bimbingannya. 6. Civitas Akademika Universitas Mercu Buana. Penulis sadar penulisan tugas akhir masih sangat jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritikan yang membangun. Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini memiliki manfaat bagi kita semua.
Jakarta,....Agustus 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iii ABSTRAK ……………………………………………………………………….iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….........xi DAFTAR TABEL........................................................................................xii DAFTAR NOTASI……………………………………………………………...xiii LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah……………………………………………1 1.2 Rumusan permasalahan…………………………………………...2 1.3 Batasan masalah……………………………………………………2 1.4 Tujuan penelitian……………………………………………………2 1.5 Metodologi Penelitian……………………………………………....3 1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………3
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kebakaran……………………………………………….....5 2.1.1 Teori Dasar timbulnya api………………………………..5
vii
2.1.2 Penyebab Kebakaran…………………………………….8 2.2 Prinsip Pemadaman Kebakaran…………………………………10 2.3 Metode Pemadaman……………………………………………...11 2.4 Sistem Penyediaan Air……………………………………………13 2.4.1 Jaringan Kota……………………………………………14 2.4.2 Tangki Gravitasi…………………………………………14 2.4.3 Tangki Bertekanan………………………………………15 2.5 Dasar Perhitungan....................................................................16 2.5.1 Fire House Cabinet.....................................................16 2.5.2 Penentuan Diameter Sistem Hidrant..........................16 2.5.3 Penentuan Kehilangan Tekanan................................17 2.5.4 Penentuan Kapasitas Pompa.....................................17 2.6 Klasifikasi Sistem Pemadam Kebakaran..................................19 2.6.1 Sistem Proteksi Aktif...................................................20 2.6.2 Sistem Proteksi Pasif..................................................21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi penelitian……………………………………………..25 3.1.1 Menentukan latar belakang…………………………….26 3.1.2 Perumusan masalah……………………………………26 3.1.3 Identifikasi Data….......................................................26 3.1.4 Pengumpulan Data……………………………………...26
viii
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Peralatan Utama Dan Fungsi…………………………………….29 4.1.1 Pompa, Sistem Hydrant, Fire Alarm Dan Siamese Connection...................................................................30 4.1.2 Pressure Switch………………………………...............38 4.1.3 Manometer……………………………………………....38 4.1.4 Time Delay Relay…………………………...................39 4.1.5 Safety Valve……………………………………………..39 4.1.6 Pressure Reducing Valve……………………………....40 4.1.7 Kepala Sprinkler…………………………………………40 4.2 Kriteria Desain……………………………………………………..41 4.2.1 Klasifikasi Bahaya Kebakaran…………………………41 4.2.2 Klasifikasi Bangunan……………………………………42 4.3 Sistem Hydrant…………………………………………………….43 4.3.1 Tipe Stand Pipe Untuk Hydrant………………………..43 4.3.2 Kelas Sistem Stand Pipe……………………………….45 4.3.3 Desain/Perancangan……………………………………46 4.4 Sistem Sprinkler…………………………………………………...48 4.4.1 Jenis Sistem Sprinkler………………………………….49 4.4.2 Klasifikasi Jenis Hunian………………………………...51 4.4.3 Penempatan Sprinkler………………………………….53 4.4.4 Persyaratan Kebutuhan Air-Metode Pipa Schedule…57 4.4.5 Penyediaan Air Dan Pompa Untuk Sistem Sprinkler..59
ix
4.5 Wet Pipe System………………………………………………….60 4.5.1 Penentuan Diameter Cabang, Pipa Pembagi Dan Pipa Pembagi Utama………………………………………….61 4.5.2 Penentuan Diameter Pipa Tegak……………………...61 4.5.3 Penentuan Diameter Pipa Drain……………………….61 4.5.4 Penentuan Jumlah Sprinkler…………………………...61 4.6 Perhitungan Pompa Pemadam kebakaran...............................62 4.6.1 Kapasitas Pompa.........................................................62 4.6.2 Kapasitas Tangki Air Persediaan.................................64 4.7 Pengujian Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.................................................................................64 4.8 Pemeliharaan instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.................................................................................66 4.8.1 Pemeliharaan Tangki Penyedian Ar............................67 4.8.2 Pemeliharaan Pipa......................................................67 4.8.3 Pemeliharaan Pompa..................................................68 4.8.4 Pemeliharaan Sistem Sprinkler dan Hidrant................68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………70 5.2 Saran………………………………………………………………..71
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………72
x
DAFTAR GAMBAR Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Segitiga api (Fire Triangle of Combustion)............................6
4.1
Pompa pemadam kebakaran...............................................29
4.2
Sistem Pemadam kebakaran...............................................31
4.3
Jockey Pump.......................................................................32
4.4
Electric Pump tipe horizontal pump.....................................33
4.5
Diesel Pump........................................................................34
4.6
Hydrant Box.........................................................................35
4.7
Hydrant Pillar.......................................................................36
4.8
Siamese Connection............................................................37
4.9
Pressure Switch...................................................................38
4.10
Manometer...........................................................................38
4.11
Time delay relay..................................................................39
4.12
Safety valve.........................................................................39
4.13
Pressure reducer valve........................................................40
4.14
Head Sprinkler.....................................................................40
4.15
Fusible element type............................................................51
4.16
Bulb type..............................................................................51
4.17
Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan ...................55
4.18
Penghalang Terhadap Dinding............................................56
4.19
Jarak Minimum dari Penghalang.........................................56
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Halaman
4.1
Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai....43
4.2
Ukuran Stand pipe Drain.....................................................48
4.3
Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule..........................................57
4.4
Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja..................................................................58
4.5
Pipa Schedule II untuk Hunian Jenis Ordinary Hazard dengan bahan pipa Baja.................59
xii
DAFTAR NOTASI (SI)
D
:
Diameter
mm
D
:
Daya
kW
E
:
Tegangan
( kV )
M
:
massa
( kg )
P
:
Tekanan
Bar
P
:
Pascal
Pa
L
:
Kapasitas
Lpm
s
:
second
s
Q
:
Laju Aliran
m/s
V
:
volume
( cm3 )
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembangunan gedung sangat diperlukan perencanaan gedung meliputi perencanaan arsitektur, struktur dan mekanikal dan elektrikal agar terciptanya bangunan yang dapat di gunakan sesuai dengan fungsi dan tinggi bangunan. Sistem mekanikal yang ada dalam gedung adalah salah satu komponen yang di perlukan dalam pembuatan gedung pada umumnya untuk mendapatkan suatu gedung yang nyaman dan sehat untuk di pergunakan dalam jangka waktu yang panjang oleh para penghuninya tanpa merusak keindahan arsitektural gedung tersebut . Pemadam kebakaran adalah salah satu komponen penting yang harus terdapat pada tiap sistem mekanikal gedung. Dengan kondisi alat pemadam kebakaran yang baik maka dapat menjamin keselamatan para penghuni gedung apabila terjadi kebakaran. Salah satu komponen terpenting dari pemadam kebakaran adalah pompa pemadam kebakaran. Dengan mengetahui sistem kerja pemadam kebakaran maka diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan kita sehingga dapat bermanfaat pada waktunya.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengetahui peralatan utama dan fungsi serta cara kerja dari masing-masing komponen dari sebuah sistem pemadam kebakaran serta pembahasan mengenai klasifikasi dari jenis bahaya kebakaran, klasifikasi gedung serta pembahasan mengenai sistem hidrant dan sistem sprinkler pada sebuah sistem pemadam kebakaran.
1.3 BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.3.1 Pembahasan hanya dibatasi pada peralatan utama dan fungsi serta cara kerja saja dan tidak meyinggung masalah instrument secara detail. 1.3.2 Perhitungan pada pompa yang digunakan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menyediakan secara wajar proteksi terhadap jiwa dan harta milik dari kebakaran melalui pemahaman mengenai peralatan utama dan fungsi serta cara kerja dari sistem pemadam kebakaran yang dipasang tetap untuk proteksi kebakaran, agar diperoleh pengetahuan tentang hal tersebut sehingga dapat dilakukan maintenance yang baik sehingga sistem dapat bekerja dengan baik pada saat dibutuhkan.
2
1.5 METODOLOGI PENELITIAN 1.5.1. Mengumpulkan data dari berbagai referensi buku dan internet yang berhubungan erat dengan judul tugas akhir ini, untuk mendapatkan dasardasar teori dan pengetahuan hingga dapat menunjang dalam penulisan tugas akhir ini. 1.5.2. Mengumpulkan data untuk kriteria desain yang diharapkan. 1.5.3. Diskusi dengan tenaga ahli yang bergerak dibidang perencanaan sistem mekanikal dan elektrikal gedung. 1.5.5. Pengolahan data, pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan teori mengenai sistem pemadam kebakaran dan perhitungan yang harus dilakukan jika ingin membuat sebuah intalasi pemadam kebakaran.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam membuat tugas akhir ini akan diberikan gambaran secara umum dari bab ke bab untuk memudahkan pengolahan data dan analisa permasalahan dengan rincian sebagai berikut : 1.6.1 Bab I – Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
3
1.6.2 Bab II - Dasar Teori Teori mengenai penyebab dan prinsip pemadaman kebakaran serta klasifikasi pompa dan jenis pompa yang digunakan untuk pemadam kebakaran.
1.6.3 Bab III – Metodologi Penelitian Menentukan
latar
belakang,
melakukan
identifikasi
data,
pengumpulan data, perencanaan dan observasi.
1.6.4 Bab IV – Analisis dan Pembahasan Menganalisa sistem kerja pemadam kebakaran serta fungsi dari setiap komponen yang terdapat pada sebuah sistem pemadam kebakaran untuk pemadam kebakaran serta perhitungan pada pompa.
1.6.5 Bab V - Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang didapat
bahwa sistem pemadam kebakaran
pada gedung adalah sangat diperlukan karena menyangkut perlindungan nyawa serta harta para penghuni gedung.
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kebakaran Dalam kondisi tertentu, Api merupakan sahabat manusia yang dapat meringankan beban kita, sering digunakan untuk memasak, menghangatkan air, menghangatkan ruangan, melakukan proses-proses permesinan, peleburan logam dan lain-lain. Dibalik itu semua, api merupakan salah satu energi yang dapat membahayakan jika tidak di control dan diawasi, dan jika api yang ditimbul atau terjadi sudah di luar rencana atau kehendak manusia maka dapat disebut sebagai suatu kebakaran.
2.1.1 Teori dasar timbulnya api Api merupakan suatu reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis diikuti oleh evaluasi pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan 3 (tiga) unsur yaitu bahan / benda, oksigen dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, timbulah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai suatu proses kebakaran. kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang), mengakibatkan reaksi-reaksi kimia sebagai proses pembakaran menimbulkan terjadinya api awal. Sebagian panas
5
akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti-ganti bercampur dengan oksigen di udara. Kondisi nyala ini akan terus berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang. Bilamana keadaan suhu telah sampai pada titik nyala suatu bahan. Maka ketiga unsur tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segitiga yang dikenal sebagai segitiga api (Fire Triangle of Combustion)
B ahan B akar
O k sig e n R a n ta i re a k s i K im ia
P anas
Gambar 2.1 Segitiga api (Fire Triangle of Combustion) Sekali proses pembakaran dimulai dan bahan bakar serta oksigen tersedia dalam jumlah yang besar maka panas yang timbul akan lebih besar lagi. Dengan adanya penambahan panas akan meningkatkan jumlah bahan bakar dan juga kebutuhan oksigen. Selanjutnya karena adanya oksigen, panas pembakaran lebih meningkat lagi dan melibatkan lebih banyak lagi bahan bakar. Selanjutnya apabila suhu mencapai titik nyalanya, akan timbul lagi proses pembakaran, demikian seterusnya, reaksi ini terus berlangsung
6
hingga semua bahan bakar habis dan panas telah terbuang semua ataupun okseigen terpakai habis, sehingga suhu bakar berkurang di bawah titik nyalanya dan proses pembakaran beangsur-angsur terhenti. A. Panas (Heat/Energy) Sumber-sumber panas yang dapat menimbulkan api antara lain: 1. Api terbuka 2. Sinar Matahari Benda-benda yang suhu penyalaannya rendah dapat terbakar karena panasnya sinar matahari 3. Energi Mekanik Misalnya
gerakan
dan
benturan
antar
dua
benda,
dapat
menimbulkan panas dan bahkan bunga api 4. Kompresi (compression) Misalnya pemampatan udara atau gas seperti pompa sepeda, motor bakar,kompresor dan lain-lain 5. Listrik 6. Proses kimia B. Oksigen (O2) Oksigen adalah suatu unsur/zat yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula api, tanpa kehadiran oksigen, api tidak
akan terjadi. Dalam
pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi. C. Benda/bahan bakar
7
proses
Benda yang mudah terbakar adalah benda yang mempunyai suhu penyalaan rendah. Sebaliknya benda-benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit terbakar.
2.1.2 Penyebab kebakaran Berdasarkan pengamatan, pengalaman., penyidikan dan analisa dari setiap kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran adalah karena manusia, penyalaan sendiri dan gerakan alam. A. Faktor Manusia 1. Kurangnya pengertian terhadap penaggualangan bahaya kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau kurang
menguasai
cata-cara
penanggulangan
bahaya
kebakaran,
misalnya : a. Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber panas /api, seperti : •
Meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding papan yang mudah terbakar
•
Meletakkan lap-lap yang mengandung bahan bakar diatas mesin yang sedang menyala
•
Menyimpan bahan bakar di dekat sumber panas.
8
b.
Memadamkan
api
/
kebakaran
yang
sedang
terjadi
dengan
menggunakan peralatan pemadam / media pemadam yang bukan pada tempatnya, seperti : memadamankan api yang berasal dari kebakaran benda cair ( bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain) dengan menggunakan air. 2. Kelalaian Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, hanya saja orang tersebut malas / lalai untuk menjalaninya, misalnya : •
Tidak pernah mau memperhatikan/ meneliti atau mengadakan pengontrolan/ pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai(kompor, generator, instalasi listrik, alatalat listrik dan lain-lain)
•
Tidak
pernah
mengadakan
pengamatan
terhadap
lingkungan/situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruangan.
•
Membiarkan anak-anak di bawah umur bermain api
•
Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan pemadam kebakaran.
•
Tidak pernah mau mematuhi larangan-larangan yang terdapat pada lokasi tertentu yang berbahaya dan berpotensi terjadi kebakaran.
9
•
Merokok dan membuang puntung nya secara sembarangan.
3. Sabotase / sengaja Adalah suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. B. Penyalaan sendiri 1. penyimpanan-penyimpanan tembakau di gudang 2. pada timbunan sampah C. Kejadian alam 1. Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu-batuan pijar, lahar panas, gas panas, gempa bumi. 2. Kilatan petir 3. Sinar matahari 4. Kebakaran hutan
2.2 Prinsip Pemadaman kebakaran Pada dasarnya tujuan tindakan pengamanan bahaya kebakaran adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap ancaman keselamatan jiwa 2. Perlindungan harta benda termasuk bangunan 3. Perlindungan informasi / proses yang berlangsung 4. Perlindungan linkungan hidup terhadap kerusakan
10
Sebagai realisasi dari tindakan tersebut, maka sistem pengamanan terhadap kebakaran meliputi sekurang-kurangya : 1. Mencegah timbulnya ignition api 2. Membuat prosedur pertolongan 3. Membatasi penjalaran api 4. Mendeteksi dan melakukan pemadaman dini 5. Meminimalisir kerusakan bila terjadi kebakaran Sistem
pengamanan
tersebut
perlu
direalisasikan
dalam
perancangan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sistem dengan manajemen yang baik.
2.3 Metode Pemadaman Prinsip pemadaman adalah merusak keseimbangan campuran antara unsur-unsur / faktor penunjang terjadinya api. Telah diuraikan terdahulu bahwa dalam proses kebakaran untuk menimbulkan terjadinya api, dibutuhkan 3 (tiga) faktor, yaitu bahan / benda, sumber panas dan oksigen. Bilamana salah satu dari ketiga faktor tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. Penghilangan atau pengurangan salah satu dari ketiga faktor tersebut akan membuat api padam. Dengan demikian untuk menghilangkan atau memadamankan api dapat dilakukan dengan cara :
11
1. SMOOTHERING (Penutupan/penyelimutan) Yaitu : pemadaman isolasi / lokalisai, memutuskan hubungan udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang. Misalnya :
•
Menutupi/menyelimuti
benda
yang
terbakar
dengan
yang
terbakar
dengan
menggunakan karung basah
•
Menutupi/menyelimuti
benda
menggunakan lumpur, pasir atau tanah
•
Memadamkan
kebakaran
dengan
menggunakan
alat
pemadam api jenis busa sekaligus pula dalam hal ini melokalisir atau membatasi areal kebakaran agar api tidak membesar/meluas ketempat lain. 2. COOLING (Pendinginan) Yaitu : mengurangi / menurunkan panas hingga benda yang terbakar mencapai suhu di bawah titik nyalanya. Misalnya : •
Disiram / disemprot dengan air (mngingat air mempunyai daya serap panas yang baik)
•
Ditimbuni dengan pohon-pohonan yang mengandung air
•
Dipadamkan dengan alat pemadam api jenis.
12
3. STARVATION Yaitu : mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar atau menutup aliran bahan (cair atau gas) yang terbakar. Misalnya: •
Memisah-misahkan benda yang terbakar
•
Menjauh-jauhkan benda-benda yang belum terbakar
•
Menutup kran pada instalasi aliran minyak atau gas yang terbakar
4. EMULSIFICATION (penggumpalan) Misalnya:
memadamankan
api
dari
kebakaran
plastik
dengan
menggunakan air
5. PELARUTAN Misalnya: memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air.
2.4 Sistem Penyediaan Air Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekuran kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah pengawasan pemilik gedung.
13
Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya, harus ditunjuk badan lain yang diberi kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadi kebakran.
2.4.1 Jaringan kota Pipa penyalur untuk sistem sprinkler dapat disambung pada system jaringan kota apabila kapasitas dan tekanan mencukupi. Kapasitas dan tekanan system jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas izin perusahaan Air minum
2.4.2 Tangki Gravitasi Tangki gravitasi adalah tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik sehingga dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Tangki gravitasi yang digunakan untuk melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus : 1. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut.
14
2. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadaman kebakaran dapat dipertahankan. 3. Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian tertentu
dari
dasar tangki,
sehingga persediaan
minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan. 2.4.3 Tangki bertekanan Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air, tekanan udara pada tangki bertekanan harus dapat diatur secara otomatis. Dan apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan air, sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang memberikan peringatan apabila tekanan atau tinggi muka air dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem sprinkler dan sistem slang (selang) kebakaran yang dihubungkan pada perpipaan sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh dan diberi tekanan udara sekurang-kuangnya 5 kg/ ditambah dengan 3x tekanan yang disebabkan oleh berat air pada perpipaan system sprinkler diatas tangki.
15
2.5 Dasar Perhitungan Perhitungan pada sistem hidran didasarkan pada: • Flow
pada standpipe terjauh minimum adalah 1893 l/mnt (500
gpm) sedangkan pada stadpipe lainnya (tambahannya) minimum harus 946 l/mnt (250 gpm) • Jumlah
total tidak boleh lebih dari 4731 l/mnt (1250 gpm). Namun
jika luas area melebihi 7432 m2 (80000 ft) maka standpipe kedua terjauh bisa didesain untuk 1893 l/mnt (500 gpm) • Flow
minimum pada hidran adalah 400 l/mnt
2.5.1 Peletakan Fire Hose Cabinet Fire Hose Cabinet (FHC) ditempatkan pada tempat tertentu sehingga setiap sudut bangunan berada dalam batas jangkauan semburan air dari selang dengan panjang maksimum selang adalah 30 m dan sisa tekan yang diinginkan 100-200 psi (70-140 m).
2.5.2 Penentuan Diameter Sistem Hidran Penentuan diameter dilakukan dengan cara yang sama pada sistem penyediaan air dingin yaitu dengan menggunakan data flow dan range kecepatan aliran 2-3 m/dtk.
16
2.5.3 Penentuan Kehilangan Tekanan Penentuan kehilangan tekanan pada sistem hidran didasarkan pada persamaan Hazen-Williams, sbb : Q = 0.2785 xCxD 2.53 x H Ltot
2.54
(3.2.1) Q = Flow rate (m3/s)
Dimana:
C = Jenis pipa D = Diameter pipa (m) Ltot = Lpipa + Lekiv
2.5.4 Penentuan Kapasitas Pompa Flow header dan kapasitas pompa didesain untuk memenuhi standpipe terjauh saja karena kemungkinan besar tidak akan terjadi pengoperasian standpipe secara bersamaan. Misalnya jika debit tersebut adalah 1893 l/mnt (500 gpm) = 0.0315 m3/dtk = 1.887 m3/mnt, Kecepatan aliran dalam pipa adalah kecepatan aliran pada jalur terjauh, diasumsikan 2 m/dtk. Maka diameter pipa adalah:
Q = 1 xπxD 2 xv 4
4.0,0315 D= 2π
1
(1)
2
= 0,089m = 89mm
Diameter pipa yang digunakan adalah 100mm.
17
Tinggi angkat:
H totalpompa = H S + H L + v
2
(2)
2g
Dimana: Hs = Beda tinggi antara minimum air di tangki dengan titik kritis Hl = Kehilangan tekanan dari atas tangki ke titik kritis + Sisa tekan pada hidran Daya yang dibutuhkan pompa (daya air) (3)
PW = 0.163 xQxHxγ
Dimana:
Pw
=
Daya air (kW)
Q
=
Kapasitas pompa (m3/mnt)
H
=
Head total pompa
γ
=
Massa jenis air (0.9982)
Daya poros pompa (4)
P = PW η P
Dimana :
ηp
=
Efisiensi pompa
18
2.6 Klasifikasi Sistem Pemadam Kebakaran Ada beberapa cara yang dikenal dalam mengklasifikasikan sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan. Beberapa di antaranya yang sering digunakan antara lain : 1. Berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya, sistem penanggulangan kebakaran diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu : a) sistem proteksi aktif , proteksi melalui sarana aktif atau secara mekanis b) sistem proteksi pasif. , proteksi melalui sarana pasif 2. Berdasarkan
pentahapan
cara
pelaksanaan
penanggulangan
kebakaran, sistem dibagi dalam 5 tahap yaitu : a) Prevention
(Sistem
Preventif),
memastikan
api
dan
kebakaran tidak timbul, dengan mengontrol sumber api dan bahan yang terbakar b) Communications (Sistem Komunikasi) c) Escape System (Sistem Jalur penyelamatan) d) Containment System (Sistem Pengisolasian Api) e) Extinguishment System (Sistem Pemadaman) 3. Klasifikasi berdasarkan cara/teknologi penanggulangan, dibagi dalam dua kategori : a) Soft Teknologi (sistem proteksi melalui perangkat peraturan, standar, manajemen dan perencanaan desain)
19
b) Hard Teknologi (dengan penggunaan perangkat peralatan ) Untuk Indonesia, umumnya sistem pengklasifikasian yang biasa dipakai adalah berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya yaitu dibagi dua sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. 2.6.1 Sistem proteksi aktif Sistem proteksi aktif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran melalui sarana aktif yang terdapat pada bangunan atau sistem perlindungan dengan menangani api/kebakaran secara langsung. Cara yang lazim digunakan adalah : a) Sistem Pendeteksian Dini Sistem
pendeteksian
dini
terhadap
terjadinya
kebakaran
dimaksudkan untuk mengetahui serta dapat memberi refleksi cepat kepada penghuni untuk segera memadamkan api pada tahap awal. Sensor-sensor yang umum dikenal adalah : - alarm kebakaran; - detektor panas, asap, nyala dan atau gas - manual call point; - panel control; - sumber daya darurat lainnya b) Sistem Pemercik (Sprinkler) Otomatis Sistem ini biasanya bersinergi langsung dengan sistem pendeteksi dini, dimana bila sistem detektor bekerja, langsung dilanjutkan dengan
20
bekerjanya alat ini untuk pemadaman. Beberapa sistem yang biasa dikenal antara lain : - alarm kebakaran; - sistem sprinkler otomatis; - sistem hidran (hidran dalam maupun halaman); hose reel; c) Sistem Pemadam dengan bahan kimia portable : - alat pemadam Halon/BCP; - alat pemladam C02; - alat pemadam Dry chemicals; - alat pemadam busa/foam; d) Sistem Pemadam Khusus, yang mencakup : - C02 componenet, - Halon extinguisher unit; - Foam systems; e) Sistem Pengendalian Asap, sistem yang umum dipakai : - smoke venting; - smoke towers; - tata udara untuk pengendalian asap; dan - elevator smoke control. 2.6.2 Sistem proteksi pasif Sistem proteksi pasif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran yang bekerjanya melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan
21
dengan menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran Sistem ini adalah yang paling lazim dan maksimal yang bisa dilakukan pada kasus fasilitas pemukiman. Yang termasuk di dalam sistem proteksi pasif ini antara lain : Perencanaan dan disain site, akses dan lingkungan bangunan Perencanaan struktur bangunan Perencanaan material konstruksi dan interior bangunan Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan Manajemen sistem penanggulangan kebakaran a) Perencanaan dan disain site, akses dan lingkungan bangunan Beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain : - penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan, - kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun Bangunan - tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan - menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan - menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman b) Perencanaan Struktur dan Konstruksi Bangunan Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan sistem ini antara lain : - Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material
22
- kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-komponen struktur. - penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya , dengan memilih material struktur yang lebih resisten c) Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan. Biasanya diperuntukkan untuk bangunan pemukimna berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih kompleks. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini : - kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan - tangga kebakaran dan jenisnya - pintu kebakaran - daerah perlindungan sementara - jalur keluar bangunan & - peralatan dan perlengkapan evakuasi d) Manajemen sistem penanggulangan kebakaran Sistem manajemen kebakaran ini mencakup lima aspek yang harus dipertimbangkan di dalam sistem penanggulangan kebakaran, yaitu : - tindakan preventif / pencegahan - sistem prosedural - sistem komunikasi - perawatan / pemeliharaan - sistem pelatihan
23
Aspek-aspek
tersebut
masing-masing
harus
selalu
dievaluasi
kelengkapan dan fungsinya agar dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan.
Untuk
itu
diperlukan
mengelolanya dengan baik.
24
sistem
manajemen
yang
dapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Agar dalam penulisan ini lebih terfokus dan terarah, maka pada tahap ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan untuk mewujudkan dari tujuan ini. Pada bab ini pula akan diuraikan tentang langkah – langkah pemecahan masalah yang mungkin timbul pada sistem kerja pemadam kebakaran. Dalam setiap usaha pemecahan masalah diperlukan pengetahuan yang baik tentang faktor yang mempengaruhi serta keterkaitan yang ada diantaranya, sehingga usaha yang diupayakan untuk menghasilkan suatu bentuk pemecahan yang terintegrasi dengan memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi tersebut. Membahas masalah sistem kerja pemadam kebakaran merupakan suatu yang cukup kompleks karena memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga sistem pemadam kebakaran tersebut dapat bekerja sesuai kebutuhan, mempunyai tingkat reliability yang tinggi, quality yang tinggi dan tingkat maintainability yang tinggi juga.
3.1 Metodologi penelitian Dilihat dari latar belakang masalah serta batasan yang telah ditetapkan sebelumnya maka ditentukan metodologi penelitian yang akan digunakan supaya dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan pada penelitian ini.
25
3.1.1 Menetukan latar belakang Penelitian ini dimulai berdasarkan pada latar belakang penelitian yang telah ditetapkan, yakni tentang menganalisa sistem kerja pemadam kebakaran sehingga dapat mengetahui cara kerja sistem pemadam kebakaran dengan baik dan diharapkan pada saat penggunaan tidak akan menghadapi masalah.
3.1.2 Perumusan masalah Setelah melakukan pengamatan, selanjutnya dilakukan tahap perumusan masalah. Tahapan ini meliputi proses penelitian masalah, pembatasan masalah dan tujuan perencanaan / perhitungan.
3.1.3 Identifikasi data Disini ditentukan data – data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini. Dimana nantinya data – data ini akan diolah sesuai dengan tujuan analisa yang dilakukan.
3.1.4 Pengumpulan data Untuk mengetahui sebuah sistem pemadam kebakaran dibutuhkan data – data yang cukup sehingga kita dapat mengetahui secara utuh
26
sistem kerja dari pemadam kebakaran tersebut. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah melalui wawancara dengan orang yang ahli / berhubungan langsung dengan pekerjaan ini dan melalui penelitian kepustakaan. Beberapa data yang dikumpulkan antara lain: •
Klasifikasi bangunan, bahaya kebakaran.
•
Komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran dan fungsinya.
•
Jenis / klasifikasi sistem pemadam kebakaran
Adapun proses analisa sistem pemadam kebakaran dapat dilihat dari diagram alir berikut ini.
27
Diagram Alir Penelitian Analisa Sistem Pemadam Kebakaran Mulai
Latar Belakang
mengetahui peralatan utama dan fungi sistem pemadam kebakaran pada gedung sebagai proteksi untuk penghuni gedung
1. 2. 3. 4. 5.
1. Wawancara 2. Pengumpulan Data 3. Survey Literatur
Peralatan Utama dan Fungsi Kriteria Desain Sistem Hidrant Sistem sprinkler Wet Pipe System
Perhitungan Pompa Pemadam Kebakaran
Pengujian Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran
Tidak
Ya Dokumentasi Data
Akhir
28
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH
4.1 PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI Sistem Pemadam Kebakaran memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya (interkoneksi). Pada bab ini penulis akan mencoba untuk membahas komponen-komponen utama dari sebuah sistem pemadam kebakaran serta fungsi dan cara kerja dari peralatan tersebut.
Gambar 4.1. Pompa pemadam kebakaran. Berikut adalah peralatan utama serta fungsi yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran.
29
4.1.1 Pompa , Sistem Hydrant, Fire Alarm Dan Siamese Connection. Pada instalasi pompa, jenis pompa yang banyak digunakan adalah pompa jenis putar (sentrifugal). Kelebihan dari pompa sentrifugal antara lain: •
Ukurannya tidak terlalu besar dan sedikit ringan
•
Konstruksinya sederhana dan dioperasikan
•
Aliran zat cair tidak putus-putus
•
Dapat memompa secara stabil atau konstan
•
Getarannya kecil
•
Harga beli dan pemeliharaanya lebih murah
Instalasi pipa pada sistem pemadam kebakaran menggunakan pipa tertutup yang bertekanan tertentu. Untuk menjaga tekanan dalam pipa dan mengalirkan air pada saat kebakaran, digunakan pompa. Pompa yang digunakan terdiri dari tiga jenis pompa yang dipasang secara parallel. Pompa tersebut terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump. Pompa ini yang lebih dulu bekerja apabila terjadi kebakaran. Cara kerja pemadaman dari pompa ini (Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump) disebut juga dengan pemadaman melalui sistem sprinkler, karena pemadaman dilakukan melalui sprinkler. Selain itu ada juga hydrant yang dapat digunakan apabila pompa pemadam kebakaran utama sudah tidak
30
bisa digunakan atau yang disebut juga pemadaman melalui sistem hidrant. Selain itu komponen lain yang juga sangat penting dalam sistem pompa pemadam kebakaran adalah sistem fire alarm sebagai deteksi awal adanya kebakaran dan siamese connection. Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing komponen berikut cara kerja dari komponen tersebut.
Gambar 4.2 . Sistem Pemadam kebakaran. 1. Jockey Pump Apabila terjadi kebakaran yang ditandai dengan adanya tekanan didalam pipa yang menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.
31
Jockey pump fungsinya hanya untuk mempertahankan tekanan yang ada di pipa (tergantung desain tekanan dari fw systemnya). Penurunan tekanan pada kondisi normal bisa terjadi akibat beberapa hal seperti kebocoran-kebocoran kecil di piping fw systemnya, pemakaian air dalam jumlah kecil, dll. Kegunaan untuk mempertahankan tekanan di fw system adalah agar main fire pump/mfp (electric atau diesel) selalu dalam keadaan stand by pada desain tekanan & kapasitasnya-nya. Untuk itu biasanya desain kapasitas jockey pump di desain 5 - 10 % dari mfp nya dan desain tekanan-nya sedikit di atas desain tekanan mfp. Hal ini juga akan menghemat pemakaian listrik dan menghindari mfp hidup/jalan secara berlebihan.
Gambar 4.3. Jockey Pump
32
2. Electric Pump Apabila pompa jockey tidak lagi mampu untuk menyuplai air yang diakibatkan besarnya tekanan yang terus menurun pada instalasi pipa (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa elektrik akan bekerja untuk melakukan pengisian. Pompa jockey berhenti secara otomatis apabila pompa elektrik sudah bekerja.
Gambar 4.4. Gambar Electric Pump tipe horizontal pump 3. Diesel Pump Apabila listrik mati dan genset back-up juga tidak berfungsi sehingga mengakibatkan pompa kebakaran utama (pompa elektrik) gagal bekerja setelah 10 detik, maka secara otomatis pompa diesel akan bekerja menggantikan pompa elektrik.
33
Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
Gambar 4.5. Diesel Pump 4. Sistem Hydrant Selain pemadaman dengan menggunakan pompa jockey, elektrik dan diesel atau yang disebut juga dengan sistem sprinkler ada juga cara pemadaman lain yang harus dimiliki oleh sebuah gedung jika sistem sprinkler tidak dapat bekerja, yakni dengan menggunakan hydrant atau disebut sistem hydrant. Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara Manual”. Didalam gedung hydrant diletakkan pada
34
dinding didalam hydrant box yang dilengkapi accesories fire alarm seperti lamp indicator, alarm bell dan break glass, seperti yang terlihat pada gambar 4.6. Sistem hydrant ini bekerja secara manual dengan cara menarik selang hydrant dan membuka secara bertahap pada lending valve pipa. Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan, seperti yang terlihat pada gambar .
Gambar 4.6. Hydrant Box Sistem Hydrant akan difungsikan apabila kapasitas sistem sprinkler tidak lagi mencukupi untuk melindungi dari kebakaran.
35
Pada sebuah gedung yang memiliki sistem pemadaman kebakaran yang baik, selain hydrant yang terletak dalam gedung yang terdapat pada hydrant box gedung tersebut juga harus memilki hydrant pillar yang terletak di-area luar gedung (gambar 4.7) sebagai inlet mobil PMK jika air pada tangki mobil PMK tersebut habis.
Gambar 4.7 Hydrant Pillar
5. Siemese Connection
Digunakan apabila terjadi kebakaran dan pompa (diesel fire pump, fire main pump/electrical pump dan jocky pump) tidak bisa beroperasi/gagal bekerja, maka akan dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/pompa cadangan lain untuk menggantikan fungsi dari peralatan yang ada dalam keadaan emergency, siemese conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
36
Siamese connection terdiri dari beberapa jenis/tipe, namun tipe yang paling sering digunakan adalah tipe Y, seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8. Siamese Connection
6. Sistem Fire Alarm
Fire alarm adalah merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui secepatnya suatu sumber kebakaran, sehingga sebelum api menjadi besar pemilik gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman. Sistem ini memakai panel kontrol (MCFA) yang biasanya dikontrol dari ruang teknik dan panel Annuciator (panel kontrol tambahan) di pasang di ruang posko security agar petugas keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai. Bagi gedung-gedung modern sudah merupakan
37
keharusan untuk memiliki Fire Alarm System. Sistem ini terinterkoneksi dengan pompa pemadam kebakaran. 4.1.2 Pressure Switch Merupakan alat kontak yang bekerja akibat adanya perubahan tekanan.
Gambar 4.9. Pressure Switch 4.1.3 Manometer Berfungsi sebagai alat untuk membaca tekanan.
Gambar 4.10. Manometer
38
4.1.4 Time delay relay Merupakan alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
Gambar 4.11. Time delay relay 4.1.5 Safety valve Katup pengaman yang memilki fungsi sebagai alat pelepas tekanan lebih.
Gambar 4.12. Safety valve
39
4.1.6 Pressure Reducing Valve Katup yang bekerja sebagai alat pembatas tekanan.
Gambar 4.13. Pressure reducer valve 4.1.7 Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maksimal 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maksimal adalah 1.000 buah kepala sprinkler.
Gambar 4.14. Head Sprinkler
40
4.2 KRITERIA DESAIN 4.2.1 Klasifikasi Bahaya Kebakaran Bahaya
kebakaran
dapat
diklasifikasikan
menjadi
beberapa
kelompok, yaitu: 1. Bahaya kebakaran ringan Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat. 2. Bahaya kebakaran sedang Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Kelompok I Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang. b. Kelompok II Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan
41
tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya api sedang. c. Kelompok III Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat. 3. Bahaya kebakaran berat Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat. 4.2.2 Klasifikasi Bangunan Menurut
tinggi
dan
jumlah
diklasifikasikan sebagai berikut:
42
lantai
maka
bangunan
dapat
Tabel 4.1 Klasifikasi Bangunan menurut Tinggi dan Jumlah Lantai Klasifikasi Ketinggian dan Jumlah Lantai Bangunan A
Ketinggian kurang dari 8m atau 1 lantai
B
Ketinggian sampai dengan 8m atau 2 lantai
C
Ketinggian sampai dengan 14m atau 4
D
lantai
E
Ketinggian sampai dengan 40m atau 8 lantai Ketinggian lebih dari 40m atau diatas 8 lantai
Sumber: “Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung”, Departemen Pekerjaan Umum, 1987 4.3 Sistem Hidran 4.3.1 Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran •
Automatic-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
•
Automatic-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe
43
valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara otomatis dengan membuka suatu hose value. -
Menghemat kerja pompa
-
Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi,
sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran. •
Semi Automatic-Dry Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.
•
Manual-Wet Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.
•
Manual-Dry Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem melalui fire department connection.
44
4.3.2 Kelas Sistem Stand Pipe •
Kelas I Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 0.0635 m (2½ inchi) untuk mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orangorang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.
•
Kelas II Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection berdiameter 0.0381 m (1½ inchi) untuk mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose connection 0.0254 m (1 inchi) jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang berwenang.
•
Kelas III Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection berdiameter 0.0381 m (1½ inchi) untuk digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection berdiameter 0.0635 (2½ inchi) untuk digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orangorang yang telah terlatih untuk kebakaran berat.
45
4.3.3 Desain/perancangan a. Penentuan letak hose connection Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu lantai/tingkat yang tidak bersprinkler melebihi 45.7 m (150 ft) dari jalan keluar (exit) atau melebihi 61 m (200 ft) untuk lantai yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose connection pada lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran. b. Ukuran minimum stand pipe Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 0.1016 m (4 inchi). c. Tekanan minimum sistem Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow-ratenya, dengan tekanan residual minimal 6.9 bar (100 psi) pada hose connection terjauh untuk yang berdiameter 0.0635 m (2½ inchi) dan 4.5 bar (65 psi) untuk yang berdiameter 0.0385 (1½ inchi). d. Tekanan maksimum hose connection Tekanan residual pada hose connection berdiameter 0.0385 m (1½ inchi) yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi 6.9 bar (100 psi). Ketika tekanan statik pada hose connection melebihi 6.9 bar (100 psi), maka pressure regulator device harus digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada outlet hose connection pada 6.9 bar (100 psi) untuk diameter 0.0385 m (1½ inchi ) dan 12.07 bar (175 psi) untuk hose connection lainnya.
46
e. Flow rate (debit) minimum pada stand pipe Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe terjauh harus 1893 l/menit (500 gpm). Sedangkan untuk tambahannya harus memiliki flow rate minimal 946 l/menit (250 gpm) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari 4731 l/menit (1250 gpm). Pengecualian, jika luas area melebihi 7432 m2 (80000 ft), maka stand pipe kedua terjauh harus didisain untuk 1893 l/menit (500 gpm). f. Flow rate minimum pada hidran gedung Debit air minimum gedung 400 l/menit g. Prosedur perhitungan Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan dilakukan denga cara yang sama pada sistem penyediaan air bersih, yaitu menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru. h. Drain dan Test riser Secara permanen drain riser 76 mm (3 inchi) harus disediakan berdekatan pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan pressure regulating device guna memungkinkan dilakukannya tes pada tiap alat/device.
47
Setiap stand pipe harus disediakan draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan pada titik terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Ukuran Stand pipe Drain Ukuran Stand Pipe
Ukuran Drain Connection
Sampai dengan 50.8 mm (2 in)
19.05 mm (¾ in) atau lebih besar
63.5mm(2 ½ in), 76mm(3 in), atau 88.9 mm(3 ½ in)
31.75 mm (1¼ in) atau lebih besar
101.6 mm (4 in) atau lebih besar
50.8 mm (2 in) saja
Sumber: NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems”, 1996 Edition i.
Suplai Air (Water Supply) Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas selama sedikitnya 30 menit.
4.4 Sistem Sprinkler Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya: -
Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau melalui riser
48
-
Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara langsung atau melalui riser
-
Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik secara langsung atau melalui riser
4.4.1 Jenis Sistem Sprinkler Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
Dry Pipe System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.
Wet Pipe System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas dari api.
Deluge System Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke
49
suplai air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.
Preaction System Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.
Combined Dry Pipe-Preaction Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.
Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air.
50
Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal
-
yang menyumbat lubang pengiriman air. Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam
-
bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.
Gambar 4.15.fusible element type
Gambar 4.16. bulb type
4.4.2 Klasifikasi Jenis Hunian Klasifikasi ini berkaitan dengan pemasangan sprinkler dan suplai airnya
saja.
Pengklasifikasian
ini
didasarkan
pada
kemudahan
terbakarnya barang-barang yang ada pada gedung. Hunian bahaya kebakaran ringan (Light Hazard Occupancies) Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung rendah dan kecepatan pelepasan panas dari api rendah. Contohnya adalah sekolah, rumah sakit, museum, perpustakaan, kantor, tempat tinggal, area tempat duduk restauran, teater, dan auditorium.
51
Hunian bahaya kebakaran sedang (Ordinary/Moderate Hazard Occupancies) Jenis ini terdiri dari dua golongan, yaitu: Group I adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar tidak lebih dari 2.4 m (8 ft), kecepatan pelepasan panas dari api sedang. Contohnya tempat parkir mobil, pabrik roti, pembuatan minuman, pengalengan, pengolahan susu, pabrik elektronika, tempat cuci pakaian, dan pabrik gelas. Group II adalah adalah gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung sedang, dan timbunan benda-benda yang mudah terbakar tidak lebih dari 3.7 m (12 ft). Contohnya gudang cold storage, pabrik pakaian, tumpukan buku perpustakaan, percetakan, dan pabrik tembakau. Hunian
bahaya
kebakaran
tinggi
(Extra/High
Hazard
Occupancies). Yaitu gedung atau bagian dari gedung yang memiliki kuantitas dan keterbakaran isi gedung tinggi dan memiliki cairan, bubuk, kain, atau benda lainnya yang mudah terbakar (baik flammable maupun combustible), sehingga kecepatan pelepasan panas dari api sangat tinggi. Jenis ini terdiri dari dua group, yaitu:
52
Group I adalah hunian bahaya kebakaran tinggi yang tidak atau hanya sedikit mengandung cairan yang flammable atau yang combustible. Group
II
adalah
hunian
bahaya
kebakaran
tinggi
yang
mengandung cairan yang flammable atau yang combustible dalam jumlah sedang. 4.4.3 Penempatan Sprinkler Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray Sprinkler, yaitu sprinkler yang didesain agar pemasangannya sedemikian rupa sehingga air akan menyemprot (spray) dalam arah tegak lurus terhadap deflektor. a. Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dalam berbagai kasus, area maksimal yang dilindungi sprinkler tidak boleh melebihi 21 m2 (225 ft2). b. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler. Jarak tersebut harus diukur secara tegak lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak beraturan, jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik pada area lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali jarak antara sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak lurusnya.
53
c. Jarak Minimal Sprinkler ke Dinding Sprinkler harus ditempatkan minimal 102 mm (4 inchi) dari dinding. d. Jarak Minimal antara Sprinkler Jarak sprinkler (diukur dari tiap pusat sprinkler) tidak boleh kurang dari 1.8m (6 ft). e. Jarak di Bawah Langit-langit Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor sprinkler dengan langit-langit minimal 25.4 mm (1 inchi) dan jarak maksimal 305 mm (12 inchi). Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor sprinkler harus diletakkan 25.4-152 mm (1-6 inchi) di bawah benda-benda struktur dan maksimal 559 mm (22 inchi) di bawah langit-langit atau dek. f. Jarak
antara
Penghalang
(Obstruction)
dengan
Keluaran
Sprinkler Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan terhadap keluaran sprinkler dapat diminimasi. Sprinkler harus dirancang sesuai dengan gambar 4.16.
54
Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih dari 762 mm (30 inchi), maka harus diproteksi menurut gambar 4.17. g. Jarak antara Perkembangan Keluaran Sprinkler ke Penghalang Penghalang menerus atau tidak menerus kurang dari 457 mm (18 inchi) di bawah deflektor sprinkler, yang dapat menghalangi pula perkembangan penuh sprinkler, harus dipasang sebagai berikut: Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa sehingga berjarak tiga kali lebih besar dari dimensi maksimal penghalang sampai maksimal 609 mm (24 inchi) (Lihat gambar 4.18.)
Gambar 4.17. Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan Terhadap Keluaran Sprinkler
55
Gambar 4.18. Penghalang Terhadap Dinding
Gambar 4.19. Jarak Minimum dari Penghalang
Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga bila head pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja
56
dari peralatan perlindungan kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada bagian outlet pompa untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat tekanan yang berlebihan. 4.4.4 Persyaratan Kebutuhan Air-metode Pipa Schedule Tabel 4.3 digunakan untuk menentukan penyediaan air minimum yang dipersyaratkan untuk Light dan Ordinary Hazard Occupancies, yang dilindungi oleh suatu sistem perpipaan dengan ukuran pipa menurut Pipa Schedule I dan Pipa Schedule II. Tabel 4.3. Persyaratan Penyediaan Air pada Sistem Sprinkler Pipa Schedule Tekanan Residual Min. Klasifikasi
Durasi yang
Flow yang Diijinkan pada Dasar Riser
Hunian
(menit) Diperlukan (bar)
Light Hazard
1.03421
Ordinary Hazard 1.37895
1892.7-2649.7 lpm (500-700 gpm)
30-60
3217.6- 5678.1 lpm (850-1500 gpm)
60-90
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition
57
Tabel 4.4. Pipa Schedule I untuk hunian Jenis Light Hazard dengan Bahan pipa Baja Jumlah Diameter Sprinkler Pipa (mm) (buah) 25.4
2
31.75
3
38.1
5
50.8
10
63.5
30
76.2
60
88.9
100
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition
58
Tabel 4.5. Pipa Schedule II untuk Hunian Jenis Ordinary Hazard dengan Bahan pipa Baja Jumlah Diameter Sprinkler Pipa (mm) (buah) 25.4
2
31.75
3
38.1
5
50.8
10
63.5
20
76.2
40
88.9
65
101.6
100
127
150
152.4
275
Sumber: “Installation of Sprinkler Systems”, NFPA 13, 1996 Edition 4.4.5 Penyediaan Air dan Pompa untuk Sistem Sprinkler Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari: Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang direncanakan Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi keperluan disain hidrolis Bejana tekan
59
Tangki gravitasi Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya kebakaran ringan adalah seperti pada tabel 4.5. yaitu 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian selama 30-60 menit. Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar tetap konstan. Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran pada fire department connection. 4.5 Wet pipe system Wet pipe system (sistem pipa basah) merupakan sistem yang paling sederhana dan paling sering dipilih dalam sistem sprinkler. Alat yang digunakan sedikit dan paling dapat diandalkan dibandingkan sistem lain. Sistem ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada jaringan pipa berisi air yang bertekanan sepanjang waktu. Sisa tekan dari sprinkler = 1.5 atm = 15.525 m (NFPA 13).
60
4.5.1 Penentuan Diameter Pipa Cabang, Pipa Pembagi, & Pipa Pembagi Utama Cara penentuan diameter pipa cabang, pipa pembagi, dan pipa pembagi utama adalah sama, yaitu berdasarkan jumlah kumulatif sprinkler pada jalur yang dilayaninya. 4.5.2 Penentuan Diameter Pipa Tegak Pada tabel 4.5, untuk hunian kebakaran Light Hazard, kebutuhan minimum flow rate = 500 gpm = 1892.55 l/mnt= 0.0315 m3/dtk. Kecepatan untuk sprinkler berkisar antara 2-3 m/dtk. Dengan asumsi kecepatan di dalam pipa 2 m/dtk, maka diameter pipa riser (pipa tegak) adalah:
Q = 1 xπxD 2 xv 4 4 x 0.0315 D= 2π
1
()
2
= 0.089m = 89mm
Diameter riser yang digunakan adalah 100mm. 4.5.3 Penentuan Diameter Pipa Drain Pipa
drain
digunakan
untuk
memungkinkan
adanya
test.
Berdasarkan referensi NFPA 14 (tabel 4.2), untuk riser berukuran 100mm digunakan drain pipe berdiameter 50mm = 2 in. 4.5.4 Penentuan Jumlah Sprinkler Metoda yang digunakan untuk menentukan jumlah sprinkler adalah dengan menggunakan pipa schedule yang sudah ada, yang sudah
61
diperhitungkan kecepatan dan tekanan di setiap titiknya. Dengan menggunakan tabel 4.7 maka dapat ditentukan jumlah sprinkler yang dapat dilayani.
4.6 PERHITUNGAN POMPA PEMADAM KEBAKARAN Pada tugas akhir ini penulis akan memfokuskan perhitungan yang terjadi pada pompa. Karena penulis tidak melakukan suatu studi kasus pada sebuah gedung tertentu, maka penulis akan memberikan suatu contoh perhitungan yang terjadi pada pompa. Data-data yang ada telah diasumsikan sebelumnya. Perhitungan yang terjadi pada pompa adalah seperti dibawah ini. 4.6.1 Kapasitas Pompa Laju Aliran Pompa Pompa utama (pompa elektrik & pompa diesel) Dihitung berdasarkan asumsi jumlah pipa tegak hidran. Jumlah pipa tegak yang direncanakan yaitu 2 pipa tegak. -
Pipa tegak ke I
=
-
Penambahan 1 pipa tegak =
500
GPM
1 x 250 GPM = 250 GPM ----------------
Total
=
750
GPM
Pompa Pacu (Jockey Pump) Laju aliran pompa pacu sebesar laju aliran 1 kepala sprinkler yaitu 25 GPM.
62
Total Head Pompa Utama Tinggi statis (Ps)
=
105 m
Tekanan outlet nozzle (Po)
=
69
m
Kerugian gesek perpipaan (Pg)
=
11
m
--------------------Total head (Pt) = 185 m Daya Pompa Q pompa x Pt x t x k Pm
=
------------------------75 x ηp x ηm
Q pompa
=
Laju aliran pompa
…………………….. ltr/det
Pp
=
Tekanan pompa
…………………….. meter
γ
=
Berat jenis air
……………….......1 kg/dm3
1 HP
=
Horse Power ……………………….. 75 kg/dm3
ηp
=
Effisiensi pompa
…………………….. 70%
ηm
=
Effisiensi motor
…………………….. 80%
t
=
Faktor keamanan
…………………….. 120%
k
=
Faktor konversi 1 HP
…………...0,746 kW
Perhitungan Daya Electric Pump 47,3 x 185 x 1,2 x 0,746 Pm
=
--------------------------------75 x 0,7 x 0,8
=
194 kW
63
Perhitungan Daya Jockey Pump 1,58 x 185 x 1,2 x 0,746 Pm
=
--------------------------------75 x 0,7 x 0,8
=
7 kW
Perhitungan Daya Diesel Pump Pm
=
194 x 1,34
=
260 kW
4.6.2 Kapasitas Tangki Air Persediaan Pemadam Kebakaran Diasumsikan bila terjadi kebakaran, hidran dengan katup (valve) dia. 65 mm sebanyak 2 buah dapat beroperasi selama 1 jam secara serempak. Kapasitas Tangki (V)
= 750 GPM x 3,785 (konversi) x 60 menit = 170 m3
4.7 Pengujian Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pengujian yang dilakukan pada instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran, antara lain :
1. Pengujian Tekanan
Pada pengujian tekanan ini perlu diketahuia apakah pengujian akan sampai ke semua bagian dari system instalasi pipa pencegahan dan
64
penanggulangan kebakaran tersebut. Cara pelaksanaannya, yaitu dengan menjalankan pompa untuk menghantarkan tekanan ke semua pipa cabang dan membuka semua katup. Pengujian dilakukan dengan tekanan hidrostatik 20 Kg/detik selama 4 jam terus menerus tanpa penurunan tekanan pada tiap-tiap pipa cabang 2. Pengujian Tangki
Setelah selesai dibangun, tangki harus di bersihkan kemudain diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Selama pengujian tangki tidak boleh bocor sekurang-kurangnya 24 jam.
3. Pengujian Aliran
Pada pengujian ini, aliran harus benar-benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati sama dengan debit aliran keluar.
4. Pengujian Sprinkler System
Pengujian ini dilakukan hanya pada beberapa kepala sprinkler, yaitu dengan cara memanaskan kepala sprinkler, sehingga pada suhu tertentu tabung kaca kepala sprinkler akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang-lubang kepala sprinkler.
65
5. Pengujian Pompa
Pada pengujian ini, pompa yang digunakan pada gedung dinyalakan. Diharapkan pompa tersebut harus dapa bekerja secara otomatis dan manual, dapat menyalurkan air sesuai dengan kebutuhan, dan berfungsi dengan sumber daya dari PLN maupun darurat. 4.8 Pemeliharaan instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Aspek pemeliharaan suatu instalasi tidak dapat dipisahkan dari perancangan maupun pemasangan, terlebih pada instalasi pipa pemadam kebakaran ini, kareana system ini merupaka suatu system yang sangat penting yang harus dimiliki suatu bangunan saja dan jika pemeliharaannya kurang memadai maka instalasi tersebut tidak akan dapat diandalkan. Umumnya masalah pemeliharaan instalasi
pipa pencegahan
dan
penanggulangan kebakaran kurang mendapat perhatian dan bahkan pada bangunan tinggi yang telah dirancang dan dibanguan dengan penampilan baik sekalipun. Oleh karena itu mutu suatu bangunan tinggi sebenarnya tidak dapat dinilai baik jika perancangan dan pemeliharaannya tidak merupakan “empat serangkai” yang nyata dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Yang dimaksud dengan pemeliharaan “Empat serangkai” adalah :
66
1. Pemeliharaan tangki penyediaan air
2. Pemeliharaan pipa
3. Pemeliharaan pompa
4. Pemeliharaan sprinkler sytem dan hydrant system 4.8.1 Pemeliharaan Tangki penyediaan air
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan pemeliharaan tangki, antara lain :
a. Pemeriksaan bagian dalam tangki dinding tangki sewajarnya tidak mempunyai keretakakan yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran. b. Pemeriksaan ketinggian permukaan air. Ketinggian permukaan air pada tangki harus di jaga, antara lai dengan menggunakan pelampung agar ketinggian permukaan air pada tagki tetap dapat terpenuhi. 4.8.2 Pemeliharaan Pipa
Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat.
b. Pemeriksaan terhadap laju aliran dan tekanan air.
67
c. Pemeriksaan penggantung dan penyangga pipa 4.8.3 Pemeliharaan Pompa
Pada pemeliharaan pompa yang harus dilakukan adalah :
a. pembersihan tadah isap dan pipa isap.
Jika selama pompa beroperasi ada benda asing. Kotoran atau sampah yang masuk kedalam pipa isap atau tadah isap, maka pompa akan mengalami gangguan yang serius. Karena itu, pompa harus diperiksa dari benda-benda yang dapat mengganggu dan merusak pompa.
b. Pemeriksaan minyak pelumas
Gemuk dan minyak pelumas harus diperiksa kebersihan dan jumlahnya.
c. Pemeriksaan kebocoran dari bagian-bagian pompa ( secara visual)
d. Arus listrik (dibaca pada Amperemeter) 4.8.4 Pemeliharaan sprinkler system dan hydrant system
Kedua alat ini harus berada pada kondisi yang baik, yaitu bebas dari korosi, bebas dari kotoran dan debu. Sebaiknya kepala sprinkler dilapisi/diolesi gemuk agar terhindar dari korosi. Pastikanbahwa pintu
68
hydrant box dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Berikan gemuk pada engsel-engsel pintu hydran box.
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengumpulan data melalui berbagai media dan perhitungan yang dilakukan maka dari analisa sistem kerja pemadam kebakaran ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Daya dari masing-masing pompa yang dihitung serta kapasitas tangki persediaan air adalah : a. Daya yang dihasilkan pompa elektrik adalah 194 kW b. Daya pompa jockey adalah 7 kW c. Daya pompa diesel adalah 260 kW d. Kapasitas tangki persediaan air adalah 170 m3 2. Sistem pemadam kebakaran bisa dikatakan telah memenuhi standar
yang
baik
apabila
sistem
tersebut
telah
ter-
interkoneksi/terhubung dengan sistem fire alarm dari gedung. 3. Dengan mengetahui sistem kerja pemadam kebakaran dengan baik akan memudahkan didalam perawatan sehingga sistem tersebut nantinya akan bekerja dengan baik pada saat dibutuhkan.
70
5.2 SARAN
Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
maka
penulis
mencoba
memberikan saran sebagai berikut.
1. Jika
ingin
membuat
sebuah
perencanaan
instalasi
sistem
pemadam kebakaran pada sebuah gedung, maka harus dilakukan perhitungan-perhitungan
untuk
menentukan
diameter
pipa,
perhitungan tekanan serta harus ditentukan jenis pompa yang akan digunakan serta pemilihan material pipa rating dan spesifikasi pipa berdasarkan data-data yang akan digunakan pada instalasi tersebut. 2. Perlu dilakukan preventive maintenance secara berkala agar sistem dapat bekerja dengan baik terutama pada fungsi pompa dan sistem kontrolnya. 3. Fire Tank sebagai tempat penyimpanan air untuk pemadam juga harus diperiksa secara berkala. 4. Lakukan
juga
pemeriksaan
secara
berkala
untuk
sistem
interkoneksi terhadap sistem alarm untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Sistem Hidran untuk Pencegah Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung”, Departemen Pekerjaan Umum, 1987 2. NFPA 13, “Standar Installation of Sprinkler Systems”, 1996 Edition 3. NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems”, 1996 Edition 4. NFPA 20, “Installation of Stationary Pumps for Fire Protection”, 2007 Edition 5. Sunarno, Ir. M.Eng. Ph.D, Mekanikal Elektrikal, 2005, Yogyakarta
72