TUGAS AKHIR ANALISA PEMILIHAN PELUMAS PADA OIL SKIMMER SEBAGAI SISTEM PENDINGIN MESIN CNC MILLING DI PT IINO TRADING INDONESIA Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana Oleh : Sony Soewandi Nim : 01301-101
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKTULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
ABSTRAK
Proses analisa perancangan dan pengembangan produk pada hakekatnya merupakan langkah-langkah strategi yang nantinya akan mempengaruhi segala langkah-langkah manajemen yang akan diambil. Pengembangan produk terdiri dari pengembangan analisa perancangan produk baru (New Product Design) yang meliputi rencana produksinya. Mesin produksi berteknologi tinggi seperti mesin cnc milling juga tidak kalah pentingnya untuk dikembangkan dan dilakukan inovasi – inovasi demi efektifitas dan manfaatnya. Keberadaan mesin cnc milling ini tidak terlepas dari sistem pendingin, karena pada dasarnya setiap pergerakan benda kerja pasti menimbulkan panas dan perlu diadakan proses pendinginan. Dalam proses milling (frais) benda kerja sering bercampur dengan oil yang diakibatkan dari proses manufaktur sebelumnya.keadaan ini biasanya mengakibatkan pendingin (coolant) pada mesin bercampur dengan oil sehingga mengakibatkan umur mesin cepat rusak dan umur pendingin menjadi boros. Di dapat model analisa proses oil skimmer dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Motor yang digunakan adalah motor AC dengan gear head, kecepatan 1000 Rpm, tegangan 220 volt. b. Menggunakan flat belt tebal 2mm.lebar 60mm, panjang 717mm. c. Besarnya daya yang di transmisikan motor adalah 142,5 w
Kata kunci: pelumasan, hasil pengujian analisa
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEJUTUAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Daftar Notasi Abstrak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……………………………………………………………. 1 1.2. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 2 1.3. Perumusan Masalah………………………………………………………. 2 1.4. Batasan Masalah………………………………………………………….. 2 1.5. Metedologi Penelitian…………………………………………………….. 3 1.5.1 Objek Penelitian…………………………………………………………... 3 1.5.2 Teknik Pengumpalan Data………………………………………………... 3 1.6 Sistemaika Penulisan…………………………………................................ 3 BAB II DASAR TEORI 2.1. Analisa Perancangan Produk Dalam Teknik mesin………………………. 5 2.1.1 Desain Seleksi……………………………………….................................. 6 2.1.2 Desaian kontrifigurasi……………………………….................................. 6 2.1.3 Desain Parametris………………………………….……………………… 6
2.1.4 Desain Asli……………………………………..….……………………… 7 2.1.5 Desain Ulang………………………………………...…...………………. 7 2.1.6.Penjabaran Tugas …………………………………….….......................... 7 2.1.7 Penentuan Konsep Rancangan(Conceptual Desaign)…............................. 8 2.1.8. Perancangan Wujud…………………………………............................... 9 2.1.9. Perancangan Rinci……………………………………….......................... 9 2.2 Pembuatan Struktur Fungsi………………………………............................ 9 2.2.1 Fungsi Keseluruhan………………………………………………………. 10 2.2.2 Sub Struktur Fungsi……………………………………............................ 10 2.2.3.struktur fungsi keseluruhan dari oil skimmer………….…………………. 11 2.2.4.fungsi bagian dan struktur bagian oil skimmer…………………………… 11 2.3.kombinasi dan pencarian prinsip solusi…………………….......................... 18 2.4. Penentuan Kombinasi Yang Sesuai………………………………………… 18 2.5. Pembuatan Varian Konsep………………………………............................. 19 2.6. EvaluasiPerancangan…………………………………….............................. 19 2.7.Analisa Perancangan Wujud Dan Detail………………..…………………. 20 BAB III STRUKTUR SYSTEM PELUMASAN 3.1 Perumasan……………………………………………….………………….. 25 3.2. system pelumasan………………………………………………………….. 27 3.3. klasifikasi pelumasan…………………………………...………………….. 28 3.4.kualitas pelumasan ……………………………………...………………….. 28 3.5.kualifikasi pelumasan dasar ………………………….…………………….. 29 3.6.Tujuan Perumasan…………………………………….……………………… 32
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Motor………………………………………..…………………… 33 4.2 Pemilihan Belt………………………………………….…………………… 35 4.2.1. Sistem Sambungan Belt………………………….……………………… 35 4,2.2. Perhitungan Belt………………………………………………………… 36 4.3.Pemilihan Bantalan…………………………………………………………. 39 4.3.1. Metologi……………………………………………………..................... 40 4.4. Macam – Macam Oil Yang Digunakan Pada Mesin CNC……………….. 44 4.5. Metode Pengukuran ………………………………………...…………….. 44 4.6. Macam – Macam Komponen Mesin CNC…………………..…………….. 49 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……………………………………………………..................... 51 5.2 Saran………………………………………………………………………… 51 DAFTAR PERPUSTAKAN LAMPIRAN – LA MPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Rangkaian Kelistrikan Oil Skimmer……………………………… 34 Gambar 4.2 Sambungan Belt Oil Skimmer…………………………………… 36
DAFTAR NOTASI Notasi Keterangan
SATUAN²
V Kecepatan P Daya
M/S WATT
r Jari-jari
m
t waktu
s
N Putaran
RPM
L Panjang
M
X Jarak
M
M Massa
KG
μ koefisien gesek
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi pada saat ini berkembang berbagai industri manafactur yang dirasakan sangat pesat. Industri
yang berkembang disegala
bidang baik yang berkembang dibidang produksi maupun yang bergerak dalam bidang otomotif .sering dengan perkembangan berbagai industri otomotif tersebut juga menimbulkan persaingan-persainga perlu adanya kebijasanaan dan strategi, serta perencangan yang matang dasar cepat sehingga Ouput yang dihasilkan akan berkulitas tinggi sehingga dapat bersaing dipasaran . bertitik tolak dari hal tersebut diatas mana salah satu tindakan yang tepat dengan mengadakan penelitianpenelitian dan inovasi –inovasi demi perbaikan Proses. Perancangan dan pengembangan produk merupakan bagian dari Proses inovasi yang ada didunia bisnis otomotif, melalui analisa perancangan maupun pengembangan produk diharapkan akan mengghasilkan inovasi. Inovasi produk baru yang mampu bersaing dan memberikan keunggulan – keunggulan tertentu dalam mengantipasi persaingan bebas pada abad mendatang serta menciptakan ruang bersaing. Dalam hal ini, Proses analisa perancangan dan pengembangan produk akan dilatarbelakangi oleh berbagai macam alasan yang kuat mendasarinya. Demikian pula untuk memilih strategi pengembangan baik reaktif atau proaktif, akan diambil sangat ditentukan oleh solusi yang dihadapi serta kebijakkan yang ingin diterapkan oleh manajemen perusahaan tersebut. Proses analisa perancangan dan perkembangan produk pada hakekatnya merupakan langkah-langkah strategi yang nantinya akan mempengaruhi segala langkah-langkah
manajemen
yang
akan
diambil.
Produk
terdiri
dari
pengembangan analisa perancangan produk baru (new product desaign) yang meliputi rencana produksinya. Mesin produksi berteknologi tinggi seperti mesin CNC (Milling) juga tidak kalah pentingnya untuk dikembangkan dan dilakukan inovasi-inovasi demi efektiftas dan kemanfaatannya. Keberadaan CNC (milling) ini tidak terlepas dari system pendinginan, karena pada dasarnya setiap pergerakan benda pasti menimbulkan panas dan perlu diadakan Proses pendinganan.
1
Dalam Proses milling (fais) benda kerja sering bercampur dengan oli yang diakibatkan dari Proses manufaktur sebelumnya. Keadaan ini biasanya menyakibatkan pendingin (Coolant) pada mesin bercampur dengan oli sehingga
mengakibatkan
umur
pendingin
berkurang
(boros)
serta
menimbulkan bau yang tidak enak. Untuk itu maka dirancang lah alat / mesin pemisah oli (oli skimmer) yang berfungsi untuk memisahkan oli dan pendingin pada penampungan pendinginan mesin CNC (Milling).
1.2 Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan dan pemecahaan masalah tentang oli skimmer pada. system pendingan mesin CNC (Milling) ini yaitu : 1. Untuk mengoptimalkan fungsi pendinginan pada mesin manufaktur pada umumya dan khususnya pada mesin CNC (Milling). 2. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi dalam analisa perencanaan mesin pemisah oli (skimmer) .
1.3 Perumusan Masalah Dalam tugas akhir ini penulis akan merencanakan dan merancang mesin pemisah oli dan pendingin (oli skimmer) pada system pendingin mesin CNC (Milling) .
1.4 Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahaan agar lebih fokus maka ditentukan batasan- batasan masalahnya sebagai berikut : 1. Perancangan hanya dilakukan pada komponen-komponen mesin oli skimmer . 2. Perencangan dan perhitungan ditiberatkan pada komponen-komponen utama pada mesin; seperti pemilihaan motor, bantalan, belt.
2
1.5 Metodologi Penulisan Metodologi penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut : 1.5.1Obyek Penelitian a. Data Primer : Adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang akan diteliti, yaitu : mesin CNC. Data Sekunder : Adalah data yang diperoleh dari studi pustakaan dan data-data atau dokumen yang sudah di buat oleh orang lain.
1.5.2Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik – teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : a. Metode Intezrview AHP Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengadakan interview secara langsung dengan bagian yang bersangkutan untuk memperoleh data yang diperlukan. b. Metode Observasi AHP Adalah metode pemumpulaan data dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data serta informasi yang di butuhkan. c. AHP Metode Studi Pustaka Adalah metode pengumpulan dari referensi buku – buku literature yang berhubungan dengan masalah – masalah yang akan di bahas. 1.6 Sistematika Penulisan. Dalam penulisan tugas akhir menggunakan sistematikan penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
3
Berisi tentang : latar belakang , tujuan penulisan , perumusan masalah, batasan masalah, metodelogi penulisan, sistematika penulisan. BAB II
DASAR TEORI
Berisi tentang : Proses perancangan, alur kerja Proses analisa perancangan, klasifikasi tugas, konsep perancangan, gambaran perancangan, pembuatan struktur fungsi, pencarian dan kombinasi prinsip solusi, pemilihan alternative, , evaluasi dan hasil analisa perancangan. BAB III SRUKTUR SISTEM PELUMASAN Berisi tentang : Pelumasan, sistem pelumasan, klasifikasi pelumasan, kualitas pelumasan, tujuan pelumsan. BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Berisi tentang : perhitungan komponen – komponen mesin seperti : pemilihaan motor, pasak, puli, bantalan dan poros. BAB V PENUTUP Berisi tentang : kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA Lampiran
4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Analisa Perancangan Produk Dalam Teknik Mesin Produk pada hakikatnya tidak bisa dipandang hanya dari karakter fisik, atribut ataupun kandungannya, tetapi harus juga dilihat berbagai komponen – komponen pembentuk produk. Analisa Rancangan produk pada dasarnya perencanaan dan menetapkan geometri, bahan dan teknik produksi dari suatu produk baru atau pengembangan produk. Merancang produk merupakan suatu Proses pemikiran. Analisa perancangan produk didefinisiksn Proses penyusunan konsep suatu produk baik produk baru maupun produk pengembangan dalam bentuk gambar teknik untuk memenuhi keinginan pelanggan atau untuk manfaatkan informasi. Analisa Perencanan produk merupakan perencanaan tentang apa, berapa dan bagaimana produk yang akan diproduksi. Untuk mendapatkan produk oil skimmer yang baik tidak terlepas dari metode – metode perancangan produk dalam teknik mesin, tentang apa, berapa, dan bagaimana oil skimmer yang akan diproduksi. Hal yang mendasari Proses perancangan oil skimmer ini adalah kurang optimalnya pendinggin pada mesin CNC Milling. Secara tradional kita membagi teknik mesin menjadi fluida, termodinamik, mekanik dan seterusnya. Tapi dalam disai perencanaan produk kita dapat membagi menjadi beberapa kategori : (2.1)
5
2.1.1. Selection Design ( Desain Seleksi ) Dalam tipe ini umumnya, kita akan memilih suatu item (atau lebih) dari sebuah list item sejenis. Desain ini dilakukan ketika kita memiliki catalog suatu barang. Untuk memulai desain tipe ini harus benar – benar mengetahui fungsi dan karakteristik dari suatu item dan kebutuhan dari alat yang kita desain misalnya dalam sebuah alat yang kita rancang kita membutuhkan bantalan ( bearing ). Poros yang kita pakai adalah poros yang memiliki diameter 20 mm dan meneruskan beban 6675 N serta berputar pada 2000 rpm maka kita haus memilih secara tepat bantalan sesuai fungsi dan karakteristiknya.
2.1.2.Cofiguration Design ( Desain Konfigurasi ) Pada tipe ini kita merakit semua bagian menjadi satu bagian yang utuh berdasarkan fungsi dan karakteristik. Contoh sebuah computer yang terdiri atas keyboard, floppy disk, hardisk, power supply, mainboard harus dirakit menjadi satu bagian yang berfungsi secara utuh. Dalam perakitan ini yang diperlukan adalah metode perakitannya yang kita sebut dengan desain Konfigurasi. 2.1.3.Parametric Design ( Desain Parametris ) Parametris desain memerlukan sebuah besaran kuantitatif yang menjadi parameter terbentuknya sebuah produk. Misalnya kita hendak mendesain tanki penyimpanan berbentuk silinder dengan kapasitas 4 m3, yang kita perlukan adalah parameter radius dan tinggi untuk memenuhi rumus : V = π r² t Dalam peyelesaiannya kita mendesain sesuai dengan r dan t yang kita inginkan sehingga begitu banyak kombinasi yang kita dapatkan. Disinilah parameter menjadi penting.
6
2.1.4.Original design ( desain asli ) Setiap Proses yang kita kerjakan dan sebelumnya belum pernah dibuat akan dinamakan dengan desain asli. Berbeda dengan tipe desain sebelumnya ( seleksi, konfigurasi dan parametris ) , maka jenis desain ini benar – benar sesuatu yang unik dan baru yang kadang – kadang tidak dapat diwakili oleh Proses pada tipe lainnya. 2.1.5.Redesign ( Desain Ulang ) Desain ulang dalam mendesain sesuatu yang telah ada. Sebagian besar Proses yang terjadi di industri adalah Proses desain ulang dari prototype yang telah dibuat sebelumnya. Tapi dalam perkembangannya Proses ini tidak stagnan dan kadang – kadang suatu industri mengadakan perbaikan – perbaikan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Banyak contoh dari produk – produk redesain misalnya sepeda, kendaraan bermotor, peralatan elektronik dsb. Proses mendesain produk adalah salah satu cabang dari rekayasa dan rancang bangun yang bermafaat dalam meyelesaikan berbagai kebutuhan akan produk yang memenuhi criteria dan keinginan konsumen. Merancang sebuah produk berarti menjabarkan ide yang dimiliki untuk menyelesaikan suatu masalah, setelah ide didapat, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah metode apa yang akan dipakai dalam mewujudkan ide tersebut hingga menghasilkan sebuah karya nyata dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.1.6. Penjabaran Tugas ( Clafication Of Tasks ) Meliputi
pengumpulan
informasi
mengenai
tuntutan,
keinginan
permasalahan dan kendala – kendala yang dihadapi. Kemudian disusun suatu daftar persyaratan mengenai rancangan yang akan kita buat. Tuntutan ( demand ) merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pada Proses perancangan, apabila persyaratan ini tidak terpenuhi maka produk yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Keinginan adalah persyaratan yang diinginkan oleh perancang dan tidak mutlak dipenuhi apabila terdapat pertimbangan yang lebih penting.
7
2.1.7.Penentuan Konsep Rancangan ( Conceptual Design ) Pada Proses penentuan konsep rancangan ini dibahas bagaimana cara menentukan fungsi dan strukturnya, mencari prinsip solusi dan strukturnya, menguraikan menjadi varian yang dapat direalisasikan pemilihan kombinasi dan pembuatan varian serta evaluasi, diharapkan dari tahap penentuan konsep rancangan berikut mulai bias dilihat gambaran analisa perancangan yang akan terealisasi. Lebih jelas megenai analisa perancangan konsep dapat dilihat pada gambar 2.1.7. dibawah. Memperjelas tugas Pilih kombinasi terbaik
Kembangkan dalam
Spisifikasi
varian konsep
Evaluasi Mengidentifikasi masalah penting Konsep
Membuat kombinasi dan prinsip solusi fungsi utama bias terjawab Tahapan selanjutnya
Gambar 2.1.7. Alur perancancangan konsep
8
2.1.8. Perancangan Wujud ( Embodiment Design ) Pada tahap ini dimulai dengan menguraikan rancangan kedalam modul – modul yang diikuti oleh desain awal dan desain jadi. Tujuan perencanaan wujud ini adalah untuk mengetahui masalah utama yang dihadapi dalam perancangan. Dalam tahap ini spesifikasi yang telah dibuat kemudian dianalisa dan dihubungkan dengan fungsi yang dinginkan serta kendala – kendala yang ada. 2.1.9.Perancangan Rinci ( Detail Design ) Taharapan ini merupakan Proses perancangnan dalam bentuk gambar dalam
arti
gambar
yang
tersusun
dan
gambar
detail
komponen,spesisifikasi bahan , toleransi dan lainya, pada tahap
termasuk ini semua
perkerjaan didokumentasikan sehingga pembuatan produk dapat dilaksanakan oleh operator atau insunyur lain yang ditunjuk.
2.2.Pembuatan Struktur Fungsi Struktur fungsi merupakan hubungan secara umum antara input dan output suatu sitem teknik yang akan menjalankan suatu tugas tertentu, sedangkan fungsi keseluruhan adalah kegunaan dari suatu alat tersebut. Fungsi keseluruhan ini kemudian diuraikan menjadi beberpa sub fungsi yang mempunyai tingkat kesulitan lebih rendah. Sehingga sub fungsi merupakan tugas yang harus dijalankan oleh komponen – komponen yang menyusun alat tersebut. Rangkain dari beberapa sub fungsi untuk menjalankan suatu tugas keseluruhan disebut sebagai struktur fungsi.
Tujuan menetapkan struktur fungsi adalah untuk memperoleh suatu definisi yang jelas dari sub system yang ada sehingga dapat diuraikan secara terpisah.
9
2.2.1.Fungsi Keseluruhan Fungsi keseluruhan ini digambarkan dengan diagram balok
yang menunjukkan
hubungan antara keluaran dan pemasukan dimana masukan dan pengeluaran tersebut berupa aliran energi, material, dan sinyal. Ei
Eo
Si
So
Mi
Mo
Gambar 2.2.1 skema fungsi keseluruhan oil skimmer. Keterangan : EI
: Energi Input
Si
: Sinyal Input
Mi
: Material Output
Eo
: Energi Output
So
: Sinyal Otutput
Mo
: Material Output
2.2.2. Sub Struktur Fungsi Apabila fungsi keseluruhan cukup komplek dan kurang jelas maka perlu diperjelas lagi dengan menguraikan menjadi sub fungsi , penguraian ini akan banyak manfaatnya , antara lain : -
Memberikan alternative kemudahan dalam melakukan pencarian solusi yang lebih baik.
-
Memberikan beberapa kemungkinan solusi.
-
Lebih memudahkan pemahaman tentang hasil perancangan.
10
Struktur Fungsi
Definisi Struktur Fungsi Struktur fungsi merupakan hubungan secara umum antara input dan output suatu system teknik yang akan menjalankan sesuatu tugas dan perkerjaan tertentu. Struktur Fungsi Oil Skimer digolongkan menjadi tiga yaitu :
Sinyal : yaitu oli dan pendingin pada tangki mesin.
Material : yaitu seluruh komponen yang menggangga sestem.
Energi : seluruh komponen yang menghasilkan energi pada system, seperti komponen kelistrikan. 2.2.3.Struktur Fungsi Keseluruhan dari oli skimmer
Fungsi keseluruhan dari mesin oil skimmer ini dapat digambarkan dalam diagram balok yang menunjukan hubungan antara pemasukan dan pengeluaran dari ketiga unsur antara aliran energi, material, dan sinyal.
ENERGI INPUT
ENERGI OUTPUT
ENERGI INPUT
ENERGI OUTPUT
ENERGI INPUT
ENERGI OUTPUT
Gambar 2.2.3. Struktur fungsi keseluruhan. 2.2. Fungsi Bagian dan Struktur fungsi bagian oil skimmer Unsur utama yang menyusun sistem kerja oil skimmer meliputi berbagai komponen, baik komponen mekanik maupun elektik. komponen – komponen tersebut meliputi : a. Motor. b. Pully atas ( Upper pully ) c. Dudukan ( Stand ) jepit. d. Dukukan ( Stand ) atas e. Baut pingikat ( knop )
11
f. Pembuangan ( shooter ) g. Plat pengencang h. Shaft pengencang ( adjuster ) i. Plat bearing samping j. Plat bearing atas k. Bearing l. Pully bawah ( lower pully ) m. Sabuk ( belt ) n. Pengaturan kecepatan ( speed Control ) o. Dudukan motor ( bracket motor ) p. Shaft pully bawah. q. Pengatur sudut. r. Bak penanpung. Pada bagian ini akan dibahas penentuan fungsi – fungsi bagian dan struktur fungsi oil skimmer yang btersebut pada bagian sebelumnya, penjelasan – penjelasan ini dapat diberikan dalam diagram alur pemasukan dan pengeluaran.
a. Fungsi bagian ditinjaun dari motor Motor Mi
Mengerakan puli Penggerak
Mo So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk jenis, bentuk dan daya motor sehinnga mampu menggerak pully dan belt seta hemat energi listrik.
12
b. Fungsi bagian pully atas ( upper pully ) Ei
Eo
Puli atas
penerus
Meneruskan putaran motor So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan ukuran pully atas sehinnga mampu meneruskan putaran motor dengan sempurna c. Fungsi bagian dudukan ( stand ) jepit Ei
Eo
Dudukan Stand
Penjepit
Mengikat oli skimer So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk dudukan ( stand ) jepit sehingga mampu mengikat oil skimmer pada mesin CNC dengan kokoh dan kuat. d. Fungsi bagian dudukan ( stand ) atas. Ei
Eo
Dudukan atas
Pengikat
Mengikat motor So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk, ukuran dan bahan dudukan atas sehinnga mampu mengikat dudukan jepit dan motor dengan kuat. e. Fungsi bagian baut pengikat ( knop )
13
Ei
Eo Pengikat
Knop
Mengunci oli skimer So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk, ukuran dan bahan dudukan atas sehingga mampu mengikat dudukan jepit dan motor dengan kuat. f. Fungsi bagian pembuangan ( shooter ) Ei
Eo
shooter
Pengalir
Mengalirkan oli ke bak So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan bahan pembuangan ( shooter ) sehinnga tahan terhadap korosi dan seimbang dengan pully atas. g. fungsi bagian shaft pengencangan ( adjuster shaft ) Ei Shaft
Eo Pengencang
Mengencangkan bel So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan bahan shaft pengencangan (adjuster shaft) sehingga mampu mengencangkan belt dengan kuat.
14
h. Fungsi bagian plat bearing Ei
Eo Pengikat
Plat bearing
Mengencangkan bearing So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan bahan plat bearing sehinnga kuat dan tahan terhadap korosi. i. Fungsi bagian bearing. Ei
Eo Bantalan
Bearing
Meringankan putaran puli So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan ukuran bearing seningga mampu membuat putaran shaft ringan dan lancar. j.
Fungsi bagian pully bawah ( lower pully )
Ei
Eo penerus
Puli bawah
Meneruskan putaran puli So
Si
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan ukuran pully bawah yang kuat dan tahan terhadap korosi.
15
k. Fungsi bagian sabuk ( belt ) Ei
Eo Penghubung
Belt
Menghubungkan antar puli So
Si
Perlu dicari
prinsip solusi untuk bentuk dan ukuran belt sehingga mampu
menerima tegangan shaft adjuster dan mampu menaikkan pelumas pada bak. l. Fungsi Bagian pengaturan kecepatan ( speed control )
Ei
Eo pengontrol
Mi
Menghubungkan antar puli So
Speed control
Perlu dicari solusi jenis dan bentuk speed control seningga bisa mengatur motor sesuai kebutuhan. m. Fungsi bagian dudukan motor ( braket motor ) Ei Dudukan
Eo Tempat
Si
Tempat melekatnya So
Perlu dicari prinsip solusi untuk bentuk dan ukuran dudukan motor seningga mampu melekat dengan kuat dan tahan getaran putaran.
16
n. Fungsi bagian pully bawah. Ei
Eo Penghubung
Shaft
penghubungkan Bearing
Si
So
Perlukan dicari prinsip solusi untuk shaft pully bawah sehinga mampu menghubungkan bearing dengan baik sesuai fungsi.
o. Fungsi bagian pengaturan sudut. Ei
Eo
Pengatur
Pengaturan sudut
pengatur sudut belt
Si
So
Perlu dicari prinsip solusi untuk plat pengatur sudut seningga mampu mengatur sudut belt sesuai dengan kebutuhan. p. Fungsi bagian bak penampung oli. Ei Bak
Eo Penampang
Si
Menampang oil sementara So
Perlu dicari prinsip solusi untuk jenis ,bentuk dan bak sehingga mampu menampung oil, tidak bocor dan tahan korosi. Berdasarkan jalur – jalur prinsip solusi yang sudah dibahas tersebut diatas, maka disusunlah gambar prinsip – prinsip solusi yang merupakan penjelasan awal dari jalur tersebut.
17
2.3. Kombinasi Dan Pencarian Prinsip Solusi Dalam Proses perancangan , dasar pemecahaan didapat dengan mencari prinsip solusi dari setiap sub fungsi . dalam kombinasi prinsip solusi ini dicari sebanyak mungkin variasi solusi, makin banyak variasi makin baik perancangan . untuk pencarian prinsip solusi maka diperlukan metode pencarian antara lain : a. Metode Konveksional Metode ini menggunakan litertur , buku ,jurnal ,teknik , dan brosur yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Menganalisa gejala alam atau tingkat laku mahluk hidup dengan membuat analogi atau membuat model yang dapat mewakili karakteristik dari produk. b. Metode Intatif. Metode intuitif mulai berkembang dari tahun ketahuan seiring dengan Perkembangan akal dan pola pikiran manusia , karena metode ini berpangkal pada inovasi dan ide kreatif manusia.metode ini sering Memunculkan perancangan – perancangan yang baik . c. Metode Kombinasi. Metode kombinasi ini merupakan kombinasi dari berbagai metode perancangan produk . metode yang dapat digunakan adalah metode bentuk matrial , dimana sub fungsi dan prinsip solusi dimasukkan kedalam kolom baris. 2.4. Penentuan Kombinasi Yang Sesuai Setelah melakukan pencarian dan kombinasi prinsip solusi , menutup kemungkinan akan memperoleh banyak kombinasi. untuk itu maka kombinasi harus dikurangi dan dicari beberapa yang terbaik dengan memperhatikan kriterial – kriterial berikut a. Sesuai dengan fungsi keseluruhan. b. Sesuai dengan daftar kehendak. c. Secara prinsip dapat diwujudkan. d. Berada dalam batas biaya produksi. e. Pengetauan tentang konsep memadai.
18
f. Sesuai dengan keinginan perancang. g. Memenuhi syarat keamanan. 2.5. Pembuatan Varian Konsep Untuk memperoleh informasi konsep analisa peracangan yang baik maka langkah – langkah berikut dapat digunakan : a. Gambar alternative untuk melihat kemungkinan keserasian. b. Membaca referensi – referensi. c. Perhitungan gaya – gaya yang mempengaruhi perancangan. d. Konstruksi model untuk visualisasi dan analisa. 2.6.
Evaluasi Perancangan Evaluasi merupakan penentuan nilai kegunaan atau kekuatan yang kemudian dibandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal dalam metode perancangan . Menentukan criteria evaluasi ( identification of evaluation criteria ) Dalam bidang teknik criteria evaluasi didasrkan pada spesifikasi yang telah dibuat.
1. Pemberian bobot criteria evaluasi ( weighting of evaluation criteria ) Criteria evalusi yang dipilih mempunyai tingkat pengaruh yang berbeda terhadap varian konsep, sebaiknya evaluasi dititik beratkan pada sifat utama yang diinginkan dari solusi akhir. 2. Menentukan parameter criteria (Compiling Parameter ) Agar perbandingan setiap variasi konsep dapat dengan jelas, maka dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai oleh setiap variasi. 3. Menentukan nilai penaksiran. Harga penaksiran yang ditentukansebaiknya adalah harga nomimal , apabila hal ini tidak memungkinkan maka harga dapat diberikan dalam kulitatif. 4. Memperkirakan ketidakpastian evaluasi yang diakibatkan kesalahan subjektif seperti kurang informasi ,kesalahan parameter dan kesalahan perhitungan . 5. Membandingkan semua variasi konsep . untuk menentukan variasi.
19
Konsep yang terbaik, maka harus dihitung perbandingan antara nilai keseluruhaan dengan nilai maksimum. 6. Menentukan nilai keseluruhaan varian konsep. 2.7. analisa Perancangan wujud dan detail. Tahap rancangan ini meliputi penguraian menjadi modul –modul dan lay out. Perancangan ini dilakukan dengan menguraiakan stuktur fungsi, hasilnya merupakan gambaran yang jelas tentang rangkaian dan unsur dari suatu produk. Setelah perancangan wujud selesai maka dilanjutkan dengan penguraian menjadi rancangan detail. 2.8. Sebelum pemasang oil skimmer rata – rata penggantian pendingin adalah 3 minggu sekali,oil yang tercampur dalam bak penampungan pendingin banyak sehingga mengakibatkan konsentrasi yang tinggi serta pencampuran oil dan pendinginan dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Setelah bak penampungan pendingin pada mesin CNC milling dipasang oil skimmer intensitas penggantian pendingin rata – rata 5 minggu sekali, oil dan pendingin yang bercampur dapat diminimalisir sampai 95 % serta bau yang ditimbulkan oleh pencapur oil dan pendingin dapat berkurang. 2.9.1
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan komplek yang tidak terstruktur ,strategi dan dinamika menjadi bagian – bagiannya,serta menata dalam suatu hierarki.kemudian tingkat kepentingan setiap variabel tersebuat secara relatif dibandingkan dengan variabel lain.dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tingi dan berperan untuk mempengaruhi hasil dari pada sistem tersebut.
2.9.2 . AHP memungkinan paker (expert) untuk memberikan nilai bobot bobot reatif dari suatu kriteria majemuk dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Dr. Thomas L. Saaty,pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. (1) Model Keputusan dengan AHP AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan dalam proses pegambilan keputusan,karena dapat digambarkan secara grafis,sehinngga mudah dipahahi oleh
20
semua pihak yang terliat pengambilan keputusan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya adalh sebagai berikut :
Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
Memperhitungkan daya validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambilan keputusan.
Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu AHP memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi – objektif dan multi – kriteria yang berdasarkan pada perbandingan prefensi dari setiap elemen falam hirarki. (2) Prinsip Kerja AHP Ide dasar prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut :
. Penyusunan Hierarki Dalam menyusun stuktur hirarki dalam AHP dimulai dengan tujuan umum,dilanjutkan dengan sub tujuan – sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif – alternatif pada tingkat kriteria yang paling bawah.
.Penilaian Kriteria dan alternatif
21
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan ( pairwese comparison).Menurut saaty (1988), untuk berbagai skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan saaaty dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Skala Penilaian perbandingan Bepasangan Intensitas
Keterangan
Kepentingan 1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7
Satu elemen jelas lebih multlak penting daripada elemen lainya
9
Satu elemen multlak penting daripada elemen lainya
2,4,6,8
Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibandingkan dengan i
22
2.9.3. Penentu Prioritas Untuk setiap kriteri dan altenatif, perlu dilakukan perbandingkan perbandingkan berpasangan (pairwesi comparison). Nilai – nilai perbadingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif,dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. A1
A2
.............
An
A1
A11
A21
.............
a1n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
An
an1
an2
...........
ann
Gambar 2. Matriks Perbandingan Berpasangan
23
4 .Konsistensi Logis Semua elemen dikompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dalam indeks konsistensi,dengan perseamaan : CI = גּmaks – n n–1 dimana : גּmaks = eigenvalue maksimum n = ukuran matrik jika indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random (RI) akan menghasilkan rasio konsistensi (CR). Jika nilai CR ≤ 0.1, maka matrik perdandingkan dalam model AHP dapat diterima.Nilai dari indeks radom dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.Nilai Indeks Random Ukuran
Indeks
Ukuran
Indeks
matrtiks
radom
Martiks
Radom
1,2
0.00
9
1.45
3
0.58
10
1.49
4
0.90
11
1.51
5
1.12
12
1.48
6
1.24
13
1.56
7
1.32
14
1.57
8
1.41
15
1.59
24
BAB III Struktuk sistem pelumasan
3.1.Pelumasan Pada sebagian dari persoalan perumusan terutama kegunaannya didalam praktek telah disinggung dalam bab-bab sebelumnya. Namun tidak mengapalah akan diperdalami didalam bab ini sekedar untuk mengenal phillosophy pelumasan itu sendiri dalam lingkup yang lebih luas dan lebih mendalam.pada ghalibnya dikenal pelumasan itu oleh sebagian besar dari para teknisi dalam bentuk dan wujudnya.ada pun pelumasan yang berwujud cairan seperti halnya oil mesin,oil hydrolic,dan oil transmisi.akn tetapi ada pula yang berfungsi melumasi bearing- bearing roller atau bearing bola yaitu yang dibedakan dengan mana grese dan tingkat viscosty intermediate ada yang disebut gemuk dan fet. Phillosophy pemilihan serta perlakukan pelumasan didalamnya berkaitan dengan operasi mesin tertentu bukan sekedar asal melumasi saja,akan tetapi mempunyai makna dan tujuannya yang banyak dan komplek serta itu semua disesuaikan dengan obyek – obyek yang dilumasi.bagaimana lingkungannya,bagaimana tinggi – rendahnya tempuratur operasinya,sifat – sifat bahan pelumasan terhadap obyek, kecepatan putar ataupun kecepatan linier dari obyek yang dilumasi,bahan mesin beban pada mesin serta peran apa saja yang diinginkan dari maksud pemberian pelumasan tersebut. Beberapa maksud daripada pelumasan mesin sekaligus mencakup tujuan – tujuan diantaranya :
25
Menahan beban mesin. Jadi disini untuk mengantipasi gerusan bearing karena kontaknya poros dengan bearing 1. mengendalikan terjadinya getaran Jadi disini mempunyai aspek yaitu menjaga kelemahan bahan karena beban – beban extra yaitu dari getaran – getaran mesin. 2. Mencegah terjadinya korosi Disini korosi oleh uap air, lepasnya electron,atau sebab-sebab lain. 3. Meredusir terjadinya noise. 1. Mempertahankan koefisien gesek. 2. Mengendalikan terjadinya panas. 3. Mengendalikan terhadap keausan bagian –bagian karena proses abrasi. Dan sebagian tujuan pelumasan mesin mungkin bukan untuk memenuhi salah satu atau dua unsur saja dari 7 diatas,tetapi mencakup sekian proses dari unsur 1, sekaian unsur 2, dan seterusnya,sehingga dari 100% tujuan pelumasan itu sendiri bila diexpresikan dalam formulasi matematis dapatlah ditulis sebagai berikut : X = U1 . X1 + U2 . X2 + U3 . X3 + ...+ Un. Xn .........(14.1) Dimana : U1 : adalah besarnya prosentase dari X1 X1 : besarnya ukuran atau intensitas pelumasan untuk mengantisipasi poin 1, dan seterusnya. Untuk masing – masing jenis/merk dan visicostynya degree mempunyai perfomansinya yang tidak sama satu sama lainya,dan hal ini telah dilakukan uji coba secara nyata dilapangan. Oleh sebab itu sebenarnya saja diinformasiakn disini bahwa saya terlampau sulit untuk mendapatkan sifat – sifat khas yang sama persis dari pelumasan jenis merk
lain
walaupun itu meski dengan deraj viscosity yang lebih tinggi, kecuali memang benar – benar terpaksa kekosongan persediaan di pasaran. Ini pun terbatas dalam kondisi –
26
kondisi darurat dan untuk permakain beban berat serta lama permakaian yang terbatas berapa jam saja.setelah itu sebaiknya dilakukan pengantian pelumasan secara rutin. Hal ini karenakan bahwa setiap desain mode dan kontruksi dari masing – masing mesin dan apalagi merk yang berbeda janganlah bayangkan akan sama persis ubahan – ubahannya. 3.2. sistem pelumasan Apa yang bisa nampak dipermukaan perhil sistem pelumasan ini mulai dari cara melumasai dan power penggerak sistem pelumasannya sendiri. Ditinjau dari cara melumasinya dibedakan dalam aliran media pelumasannya yaitu : 1. Splash 2. Tetesan 3. Fed 4. Rendam Dan bila ditijau dari power penggerak sistem pelumasan itu sendiri dibedakan menjadi dua macam pelumasan : 1. Pelumasan partial.(bagian – bagian). 2. Pelumasan integral (sistem sentral). Untuk sistem yang kecil,pelumasan partial masih lebih ekonomis,akan tetapi untuk sistim yang lebih besar dan lebih luas seperti pabrik – pabrik,manafactur dan sistim – sistim besar lainya agaknya lebih ekonomis dengan sistim pelumasan secara sentral. Pelumasan secara sentral ini ditinjau dari segi ekonomis sangat menguntungkan karena dua hal alasan yaitu : 1. Bisa diperkecil ongkos perawatan khususnya berkaitan dengan tenaga perawatan. 2. Kemampuan dukung oil bisa dipertahankan yang berarti umur pakai bearing dan poros serta roda gigi bisa dipertahankan sesuai kekentalan oil tersebut.
27
3.3.klasifikasi pelumasan Lumasi bidang jalur eretan memanjang melintang dan tegak setiap hari dengan menggunakan oil (1 nipel pada eratan tegak, 2 nipel sebelah kiri bagian bawah eratan menanjang).
Oil pelindung karat,tahan tekanan dengan sifat mengurangi kelengketan.
73 mm / det (c St) penunjuk tempuratur 400C.
Contoh : Castrol magna BD 68 ini sesuai dengan spesipikasi Cincinnati P47.
3.4. Kualitas pelumasan Kualitas pelumasan ada tiga jenis pelumasn mesin yang beredar dipasaran,dibedakan berdasarkan pelumasan dasar (base oil) yang menyusunnya.ketiganya adalah pelumas mineral,pelumas semi sintetik dan pelumas sentetik.masing – masing mempunyai kelebihan baik dari segi unjuk kerja maupun harga.pelumas mineral memiliki bahan baku yang berasal dari proses pengilangan minyak bumi yang yang terdiri dari berbagai komponen seperti :
Parapin
Nafta
Aromatic
Dan lain-lainnya Karena tersusun oleh bebagai komponen maka pelumas mineral tidak dapat memiliki sifat atau unjuk kerja yang optimum tanpa bantuan aditif. Lain halnya dengan pelumas sintetik yang dibuat dari suatu reaksi kimia tertentu dirancang untuk memiliki sifat yang diinginkan.oleh karena itu pelumas sintetik memiliki struktur molekul tertentu yang memiliki sifat atau unjuk kerja yang optimum.salah satu kelemahan pelumas sintetik adalah harganya yang lebih mahal dibandingkan pelumas mineral.untuk mengatasi hal ini dibuat produk yang merupakan kompromi dari kelemahan atau kekuatan pelumas sintetik dan mineral,yaitu pelumas semi sentetik.saat ini tidak adanya kesepakatan yang jelas tentang difinisi pelumas semi sentetik.ada yang berpendapat bahwa pelumassemi sentetik merupakan pelumas campuran antar pelumas mineral dengan sintetik.definisi lainnya adalah pelumas semi
28
sintetik merupakan pelumas mineral yang telah diperbaiki sifatnya,mendekati unjuk kerja pelumas sintetik.dalam survey ini akan ditunjukan definisi yang berlaku di pasar.definisi mengenal pelumas mineral, semi sentetik dan sintetik sangat bervariasi, ditentukan oleh persepsi masing – masing prosedur pelumas. Pada persepsi ini akan diuraikan lebih dulu tentang definisi kualitas pelumas yang diberikan oleh insitusi berwenang dan para ahli dibidang pelumas.setelah itu akan dilaporkan hasil dari monitoring terhadap berbagai merk pelumas di pasar dan dievaluasi tentang jenis ( pelumas mineral ,pelumas sentetik dan pelumas sentetik) dan kualitasnya. Penentuan kualitas pelumas dilakukan berdasarkan hasil pengukuran sifat kimia fisika yang menentukan proses pelumasan. Hasil pengukuran sifat kimia fisika kemudian dibandingkan dengan spesifikasi atau standar yang sesuai dengan kualifikasi pelumas yang tertera pada kareng pelumas yang di monitor.sifat kimia fisika yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelumas adalah :
Viskositas dan Viskositas indeks
Total base Mumber (TBN)
Titik nyala
Kandungan additive
Titik tuang (pour point)
Sedik jari pelumas (FTIR) Tujuan dari penelitian ini dalah untuk memberikan infornasi yang obytektif terhadap kualitas berbagai pelumas yang beredar dipasar tanpa memperhatikan merk dan harga dengan cara yang sederhana dan cepat(screening test)
3.5. Kualifikasi Pelumas Dasar Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa definisi tentang kualitas pelumas dasar sangat rancu dilapangan.pada prinsipnya ada dua jenis pelumas dasar yaitu :
Pelumas dasar mineral dan sentetik Pelumas dasar mineral terbuat dari dari minyak bumi melalui proses separasi. Sedangkan pelumas dasar sinetik terbuat biasanya dari minyak bumi melalui rekayasa proses atau reaksi yang komplek untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Pemerintah melalui surat
29
keputusan menteri energy dan sumber daya mineral ( No 1693 K/ 34/MEM/2001) telah menggolongkan mutu pelumas dasar menjadi lima grup [2]. Pelumas dasar yang termasuk kedalam grup I,II,III berasal dari minyak bumi (mineral) karena masih mengandung sulful, dan senyawa tak jenuh.pelumas dasar mineral terdiri dari campuran senyawa paraffin,nafta dan aronmatik.pelumas dasar grup III terbuat dari senyawa paraffin yang telah mengalami proses lanjutan sehingga kadar sulful rendah dan memiliki indeks viskositas yang tinggi. Pelumas dasar grup IV dan V merupakan pelumas sentetik yang tidak mengandung sulful,memiliki indeks viskositas (>120) dan stabilitas oksidasi yang tinggi (kadar senyawa tak jenuh sangat kecil). pelumas dasar sintetik yang telah diterapkan secara luas adalah polyalhaolefins (PAO) terutama sebagai pelumas mesin,digolongkan dalm grup IV . sedangkan pelumas dasar digolongkandalam grup V dalah selain PAO, yaitu :
Alkylated
Aromatics
Polybutenes
Aliphatic
Diesters
Polyolesters
Polyalkyleneglcols
Dan lain – lain
30
Tabel 1.penggolongan dan mutu pelumas dasar SK Menteri ESDM No.1693 K/34/MEM/2001[2] Kategori pelumas kandungan sulful
saturated senyawa
indeksViskositas
Dasar
%
junuh %
Grup I
>0,03
dan atau
Grup II
≤0,03
atau
≤90
80-120
Grup III
≤0,03
atau
≤90
≥120
<90
80- 120
Grup IV
semua polyalphaolefin (PAO)
Grup V
semua yang lain dari Grup I,II,III,IV
Tabel 2 persyaratan sifat pelumas dari berbagai kekentalan (SAEj300)[7] Parameter 0W 5 W
10W
15W 20W
25W
20 30
40
50
60
Viskositas Pd 1000C Min.cSt
3,8
3,8
4,1
5,6
5,6
9,3
Max cSt
5,6
9,3 12,5
-
-
-
-
-
-
-
- 35 -30
-23
-
-
-
-18
200 205
215
-
-
-
220
9,3 12,5 <16,3
16,3
21,9
21,9
26,1
-15
-9
-
225
230
Titik tuang Max.0C Titik nyala Min.0C
-
31
250 200 150
Viskosity Min.CST Max.cST Titik Tuang Ttik Nyala
100 50 0 ‐50 0W 10W 20W
3.6.
20
40
60
.Tujuan pelumasan oil skimmer pada mesin cnc (milling). pemberian perumasan antara dua permukaan bantalan,yaitu permukaan yang bersinggungan,dengan tekanan, dan saling bergerak terhadap yang lain,disebut pelumasan.dengan pelumasan dapat dicapai satu atau lebih tujuan sebagai berikut : -
Mengurangi keausan permukaan bantalan dengan menurunkan gesekan
-
Mendinginkan permukaan bantalan dengan membawa pergi panas yang dibangkitkan oleh gesekan.
-
.Membersihkan permukaan dengan mencuci bersih butiran logam yang dihasilkan dari keausan
- Membantu dalam menyekat ruangan yang berdampingan dengan permukaan bantalan. - .Mengetahui persepsi
32
. Langkah- Langkah Menentukan Perumasan Yang perlu diperhatian dalam menggunakan oil skimmer pada mesin cnc pengilingan (milling) adalah : Kualitas oil yang baik. Penggantian oil secara berkala. Pengecekan mesin secara berkala. Di lakukan Perbaikan secara berkala. Mencegah terjadinya mesin mati mendadak. Penggantian komponen-komponen mesin secara berkala
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemilihan Motor.
33
Motor adalah mesin yang mengubah energy listrik menjadi energy mekanis.oil skimmer pada umumnya tidak memerlukan motor penggerak yang mempunyai putaran yang tinggi. Putaran motor pada oil skimmer disesuaikan dengan banyak sedikitnya oil yang harus dipisahkan.apabila oil dan pendingin yang dipisahkan banyak maka putaran motor lebih tinggi daripada ketika oil dan pendingin yang harus dipisahkan sedikit. Dalam perancangan oil skimmer ini ditentukan motor dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Motor arus AC dengan gear head. b. Putaran poros motor ( n ) = 100 rpm. c. Tegangan motor ( V ) = 220 volt. d. Torsi yang diijinkan = 350 mNm. e. Arus = 0,21 amper
34
Gambar 4.1. Rangkaian kelistrikan oil skimmer.
4.2. Pemilihan belt. 4.2.1. Sistem Sambungan Belt. Belt merupakan media untuk menuruskan daya tenaga dari poros ke poros yang lain melalui pully dengan kecepatan sama maupun berbeda.
35
Besarnya tenaga yang diteruskan oleh belt tergantung pada faktor – factor antara lain : a . Kecepatan belt. b. Tegangan belt pada pully. c. Sudut kontrak antara belt dan pully yang digerakkan. d. kondisi belt yang digunakan. Adapun jenis belt yang sering digunakan dalam system sambungan antara lain : belt rata ( flat belt ) , V belt , dan circular belt. Berdasarkan kondisi dan sifat yang terdapat dalam system pendingin mesin CNC Milling
yang merupakan bagian yang tidak terlepas dari oil skimmer, maka
ditentukan jenis dan system sambungan belt seperti gambar 4.2. dibawah. a. Tebal belt 2 mm. b. Lebar belt 60 mm. c. Sistem sambungan belt open belt drive.
36
Gambar 4.2. Sambungan oil skimmer.
4.2.2.pehitungan belt. Dalam perhitungan belt ini telah ditentukan hal – hal sebagai berikut :
Jarak antara pully ( X ) = 280 mm = 0,28 m.
Diameter pully 1 = dJarak antara pully ( X ) = 280 mm = 0,28 m.
Intial tension belt ( To ) = 1000N.
Massa belt ( m ) = 0,5 kg/m.
Konfisien gesek µ = 0,18.
Kecepatan motor = 100 rpm.
Tebal belt 2 mm = 0,002 m.
a. Kecepatan rasio pully.
2 d 1 1 1 d 2 1 2
2
d 1 1 d 2 1
1
0.05 0.002 . 1 0.05 0.002
37
N2 = 100 rpm b.
Panjang belt.
(r 1 r 2 ) 2 L (r 1 r 2 ) 2.x x L (0.025 0,025) 2.0,28
(r 1 r 2 ) x
L 0.717 m
= 717 mm V
V
dN 60
.0.05.100 60
V 0.26m / dt
Tc m.V 2 Tc 0.5 x(0.26) 2
Tc 0 , 0338 To
T 1T2 ( 2.T 2) 2
1000
(T 1T 2 ( 2.0,0338) 2
T1 + T2 = 2 x 1000 – (2 x 0,0338) T1 + T2 = 2000 – 0,0676 T1 + T2 = 1999,0 N
Untuk sistem sambungan belt terbuka maka;
38
Sin
r1 r 2 x
Sin
0,025 0.025 0,28
Sin 0 T
log
T T T
1 0 , 2457 .............................................................................................. Persamaan 2
2
1 1, 7609 2
1, 76 T 1 2 Persamaan 1 dan 2 di
substitusi - kan
T 1999 , 9 1 2 1, 76 T 1 2 1, 76 T T 1999 , 9 2 2 1999 , 9 T 2 2 , 76 T 724 , 6 2 T 1, 76 T 1 2 T 16 , 7 x 724 , 6 1 T 1275 , 3 1 Besarnya daya yang ditransimikan adalah :
( T T ).V 1 2 75 (1275 , 3 724 , 6 ). 0 , 26
1, 9
75
…………………………………………..(4.9)
39
0
Sudut (lap) puli
180 2
180 2.0 180 rad 3,14 rad 2,3 log
T1 . T2
2,3 log
T1 . T2 2,3
4.3. Pemilihan Bantalan. Bantalan merupakan elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak – baliknya dapat berlangsung secara halus aman,dan panjang umur. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya berkerja dengan baik. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : ……………………(4.10) Berdasarkan gesekan bantalan terhadap poros. a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas. b. Bantalan gelinding. Pada bantalan terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti peluru / rol. 1. Berdasarkan arah beban terhadap poros. 2. Bantalan radial. Bantalan ini dapat munumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus dengan poros.
40
Dalam proses analisa perancangan oil skimmer dipilihlah Bantalan jenis gelinding, dikarenakan kondisi yang memungkinkan dalam pemafaatan bantalan tersebut. 4.3.1.Metologi Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah alat ukur untuk parameter yang berkaitan dengan kisika pelumasan yaitu viskometer kinematik scott gerate ( viskostisitas dan viskositas indek,tabung gelas dan termometer (titik tuang).icp perkin elmer plasma 400 (kandungan logam additif) dan FTIR perkin elmer paragon 1000 (sidik jari pelumas).bahan kimia pembersihan digunakan alkohol dan acetat basa (TBN) digunakan chlorobenzene,asam acetat,asam perchlorat dan xylene sebagai pengencer sample pelumas sebelum kandungan logam dianalisa icp. Dijamin keasliannya dari prodosen. Sample terdiri dari jenis mineral, semisintetik dan sintetik. Setelah dicatat jenis pelumas dan kekentalannya. Sample pelumas dipindahkan ke botol yang bersih dan kering.selanjutnya botol – botol samle diberi kode A,B,C sehingga v.maksud dari pemindah sample adalah obyektifikasi tetap terjaga selama analiasa (merk pelumas tidak akan dikenal oleh para anals di laboratium).jumlah total sample pelumas adalah 22 buah,dimana perinciannya adalh :
Meneral
Semi sintetik : 9 buah
Sintetik
: 5 buah
: 8 buah
41
Indentitas dan klasifikasi sample pelumas Kode kekentalan
jenis base oil kode
kekentalan
jenis base oil
A
10W-40
sintetik
L
20W-50
semi sintetik
B
10W-40
sintetik
M
20W-50
semi sintetik
C
10W-40
sintetik
N
20W-50
semi sintetik
D
10W-40
sintetik
O
20W-50
semi sintetik
E
10W-40
sintetik
P
20W-50
semi sintetik
F
10W-40
sintetik
Q
20W-50
semi sintetik
G
10W-40
sintetik
R
20W-50
mineral
H
20W-50
sintetik
S
20W-50
mineral
I
10W-40
semi sintetik T
20W-50
mineral
J
10W-40
semi sintetik U
20W-50
mineral
K
10W-40
semi sintetik V
20W-50
mineral
42
Parameter pelumasan dan metode uji Sifat Pelumas
Metode Uji
Viskositas pada 40˚C,cST
ASTM D-445
Viskositas pada 100˚C,cST
ASTM D-445
Indeks viskositas
ASTM D-2270
Titik Tuang (Pour Point), ˚C
ASTM D-97
Titik Nyala (Flash Point),˚C
ASTM D-92
TBN, mg KOH/g
ASTM D-2896
Kandungan Additivie (Zn,Ca, Mg)
ICP
Sidik Jari
FTIR
PARAMETER PELUMASAN MEJA 1 :PARAMETER TETRA OIL SHELL TETRA OIL 10
22
32
46
68
Density, kg/m3 pada 15 ˚C
870
869
871
877
882
Titik tuang, ˚C
- 40.0 -32.5
30.0
- 30.0 -275
Titik nyala, ˚C ( COC )
152
232
232
198
240
TINGKATAN PELUMASAN
TETRA 2 SHOWA SHEEL SEKIYU KK ISO VG 2 kelas. Ketinggian umum -percepat minyak bearing / tegas untuk alat-alat bermesin. TETRA 10 SHOWA SHEEL SEKIYU KK
43
ISO VG 10 kelas. Ketinggian umum -percepat minyak bearing / tegas untuk alat-alat bermesin. TETRA 22 SHOWA SHEEL SEKIYU KK ISO VG 22 kelas. Ketinggian umum - percepat minyak bearing/tegas untuk alat-alat bermesin. TETRA 32 SHOWA SHEEL SEKIYU KK ISO VG 32 kelas. Kelas Ini DIKEMBANGKAN sebagai suatu multi -tujuan meminyaki untuk ilmu hidrolik, meja -jalan? cara, persneling dan kehilangan akal alat-alat bermesin di mana kelas kekentalan seperti itu adalah yang sesuai. TETRA 46 SHOWA SHEEL SEKIYU KK ISO VG 46 kelas.ini dikembangkan sebagai suatu multi -tujuan meminyaki untuk ilmu hidrolik, meja -jalan?cara, persneling dan kehilangan akal alat-alat bermesin di mana kelas kekentalan seperti itu adalah yang sesuai. TETRA 68 SHOWA SHEEL SEKIYU KK ISO VG 68 kelas.ini dikembangkan sebagai suatu multi -tujuan meminyaki untuk ilmu hidrolik, meja –jalan / cara persneling dan kehilangan akal alat-alat bermesin di mana kelas kekentalan seperti itu adalah yang sesuai.
Karakteristik Secara Fisik : tingkatan Kekentalan (mm2/s) O Membuka C TitikTuangoC
40˚ C
Visc. indeks
Titik Nyala
100˚ C
TETRA 2
21
-
-
80
-35
TETRA 10
100
25
70
152
-38
TETRA 22
220
44
108
200
-20
TETRA 32
320
56
115
232
-28
TETRA 46
460
70
110
236
-28
TETRA 68
680
91
109
240
-25
44
4.4.MACAM – MACAM OIL YANG DIGUNAKAN PADA MESIN CNC ADALAH : 1. SHELL TETRA HYDRAULIC OIL 2. CASTROL SYNTILO 9930 3. IDEMTSU 32673019 DAFHNE MAGPLUS LA 10 4.5. metode pengukuran Dari pengikuran parameter yang menentukan sifat pelumas (viskositas, indeks, viskositas, titk tuang) Dilakukan perbandingan terhadap nilai standar yang berlaku untuk jenis pelumas yang bersangkutan, seperti yang tercantum pada tabel 2. Jika tidak mungkin membandingkan dengan nilai standar maka digunakan nilai yang bersifat lokal atau nilai tipikal yang sesuai dengan kondisi operasional mesin (kandungan additif).berikut ini akan diuraikan parameter beserta nilai standar yang digunakan dalam penilain. Sample pelumas diambil dari distributor yang telah mempunyai reputasi. Ke – 22 saple tersebut memiliki mek, kekentalan dan jenis base oil yang berlainan.identifitas dari ke – 22 sample pelumas tersebut diuraikan pada tabel 4. Paremeter yang digunakan untuk mengevaluasi unjuk kerja pelumasan dan metode pengukurannya diuraikan pada tabel 5. Hasil dan pembahasan Sample pelumas Sintetik Hasil pengukuran sifat kimia fisika dari sampel pelumas sintetik 10W -40 dan SAE 20W -50 terdapat pada Tabel6. Dari semua sampel dengan kekentalan SAE 10W -40 (kode A hingga G ) hanya sampel dengan kode A yang memiliki viskositas 100˚C (18,08 cST ) melebihi ketentuan yang ditetapkan menurut SAE J300 ( min.12,5 dan maks. 16,3 cST ). Viskositas pada 100˚C merupakan viskositas pada temperatur operasional mesin. Jika pada viskositas terlalu tinggi maka mesin bekerja lebih berat sehingga memerlukan energi atau bahan bakar yang banyak. Viskositas sampel pelumas A pada temperatur 40˚C juga lebih tinggi dibanding sampel pelumas
45
sintetik yang lain. Dikhawatirkan pada temperatur rendah , hal ini akan menyulitkan starting karena pompa oli akan bekerja berat. Lain halnya dengan sampel pelumas dengan kode B dan G yang memiliki viskositas rendah sehingga akan mempermudah starting mesin pada temperatur rendah, meskipun sampel pelumas G memiliki viskositas pada 100˚C yang relatif lebih rendah ( mon. 12,5 cST ) dibandingkan batas yang ditetapkan ( min, 12,5 cST ). Hanya ada sebuah sampel dengan bilangan kekentalan SAE 20W -50 yaitu H. Viskositasnya pada temperatur 100˚C ( 17,56 cST ) memenuhi klasifikasi SAE J300 ( 16,3 – 21,9 cST ), namun demikian penggunaan pelumas sintetik saat ini dapat mentolerir viskositas yang lebih rendah karena pelumas sintetik memiliki kekuatan film, friksi, ketahanan oksidasi dan panas yang lebih tinggi dari pelumas minera. Secara umum dapat dikatakan bahwa sampel B memiliki viskositas yang ideal karena memenuhi klasifikasi SAE J300 dan memiliki viskositas yang cukup rendah pada temperatur 40˚C. Meskipun Indeks viskositas ( VI ) tidak terlalu penting dalam unjuk kerja pelumasan namun pelums sintetk biasanya memilki VI yang berkisar antara SAE 10W -40 ( A s/d G ) telah memenuhi persyaratan SAE J300. Sedangkan sampel dengan SAE 20W -50 ( kode H ) memiliki VI sebesar 116 yang agak rendah untuk digolongkan sebagai pelumas sintetik. Titik tuang ( pour point ) semua sampel baik dengan kekentalan SAE 10W – 40 dan 20W -50 ( A s/d H ) telah memenuhi persyaratan ( ≤ 15˚C ). Pada prinsipnya semakin rendah titik tuang akan semakin luas daerah aplikasinya ( dapat diaplikasikan didaerah tropis maupun didaerah beriklim dingin ). Sampel B dan F memiliki titik tuang yang terendah atau terbaik yaitu - 30˚C. Bilangan basa (TBN, total base number) menunjukkan kemampuan pelumas untuk menetralisir asam hasil oksidasi pelumas maupun hasil pembakaran bahan bakar. Semakin tinggi TBN semakin tinggi pula kemampuan pelumas menetralisir asam. TBN dalam pelumas adalah proposional dengan kandungan aditif detergen (kandungan Ca dan Mg ). Selain sebagai penetralisir asam, detergen juga berfungsi untuk membersihkan permukaan mesin / ruang bakar dari kerak. Besar BTN untuk kondisi bahan bakar dan pemakaian mesin yang normal di Indonesia ( ~5.000 km ) adalah sekitar 6 – 7 mg KOH/g sampel.semakin tinngi TBNpelumas semakin lama pelumas dapat
46
digunakan I ( >5000 km ). Pelumas no A,C dan E memiliki TBN di atas 9, oleh karena itu mempunyai kemampuan menetralisir asam lebih tinggi atau lebih lama dari pelumas lain.sedang pelumas g mempunyai TBN terendah yaitu 5,30 mg KOH/g sampel. Kandungan Zn menunjukkan jumlah harus aditif anti oxdant sekaligus anti wear, sehingga waktu tertentu. Sebagai antioxidant Zn akan terkonsumsi sehingga kandungannya harus dijaga jangan sampai terlalu rendah.kandungan Zn biasanya berkisar antara 800 – 1000 rpm. Kandungan Zn tertinggi terdapat pada sampel B (1158 ppm) dan terendah pada sampe F (762ppm). Kandungan aditif detegen ( Ca dan Mg ) terjadi pada sampel A dan G. Titik nyala (flash point) merupakan data yang menyatakan tingkat keamanan pelumas
dari
bahaya
kebakaran
sealma
penggunaan
ataupun
penyimpanan.semakin tinggi titik titik nyala berarti pelumas semakin aman untuk digunakan. Dalam hal ini pelumas H memiliki tingkat keamanan tertinngi dengan tiitk nyala sebesar 236˚C dan terendah adalah sampel F(216˚C).sampel pelumas semi sintetik Pelumas dengan SAE 10w- 40 ( I s/d K ) memiliki viskositas yang memenuhi SAE j300 (12,5-16,3) pada temperatur operasional mesin 100˚C. Namun demikian sampel pelumas K memiliki viskositas yng terendah baik pada 100˚C (14,34cSt) dan pada 40˚C (84,95cSt),sehuingga diprediksi akan memberikan kinerja mesin yang lebih baik seperti lebih hemat bahan bakar,mesin mudah distart pada temperatur rendah.hal yang sama terjadi pada pelumas SAE 20w – 50 bahwa sampel pelumas N s/d Q telah memenuhi SAE j300. Namun sampel N memiliki viskositas yang paling rendah yaitu 18,32(100˚c) dan 156,45 ˚C (40˚C). Karena merupakan perbaikan dari sifat pelumas mineral maka pelumas semi sintetik memiliki indeks viskositas yang lebih tinngi dibandingkan pelumas mineral.sampel pelumas dengan SAE 10w – 40 mempunyai VI yang lebih tinggi ( 132 – 140) dari SAE 20w – 50 (118 – 1220.sampel pelumas K mempunyai VI tertinggi yaitu 140 sedangkan VI terendah terdapat pada sampel P dan q. Sebagaian besar sampel pelumas semi sintetik memiliki titiik tuang lebih rendah dari - 15˚C,kecuali sampel I,P dan Q.sampel dengan titik tuang terendah adalah pelumas SAE 10w – 40 dengan kode j dan k ( -30˚C)
47
Besar TBN untuk semua pelumas semi sintetik agak rendah (TBN < 7) dibandingkan pelumas sintetik.sampel pelumas M memiliki TBN yang paling rendah. Hal ini karena kandungan aditif detergent (Ca dan Mg) hanya sekitar 1785 ppm. Oleh karena itu kemamampuan menetralisir asam juga agak rendah dan usia pakainya menjadi lebih pendek. Seperti diketahui bahwa aditif Zn selain sebagai antioxidant juga digunakan sebagai aditif Zn anti wear, oleh karena itu kandungannya dalam pelumas harus cukup (800 – 1.000 ppm). Sampel pelumas K memiliki kandungan Zn yangpaling rendah (773 ppm).sampel dengan kandungan adtif Zn tertinggi adalah Q 91293 ppm0 dan terendah adalah sampel K .sedangkan kandungan adtif detergen ( Ca dan Mg0 tertinngi pada sampel j dan terendah pada sampel m. Titik tuang pelumas semi sintetik dengan kekentalan SAE 10w – 40 dan SAE 20W – 50 telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Seperti pada pelumas sintetik ,pelumas viskositas tinggi memiliki titik nyala yang tinggi pula sampel L dan N (SAE 20W – 50 ) memiliki titik tuang tertinggi, sedangkan yang terendah adalah sampel dan K. Sampel pelumas mineral Untuk pelumas mineral hasil pengukuran tedapat pada tabel 8. Sampel pelumas yang tersedia hanya dengan kekentalaln SAE 20W – 50 tanpa SAE 10W – 40 . viskositas yang terukur pada temperatur 100˚c ternyata melebihi batas yang di tetapkan dalam SAE j300 ( max. 16,3 cSt), kecuali, sampel pelumas T . viskositas tertinggi terjadi pada kode s ( 18,80 cSt). Penggunaaan pelumas dengan viskositas tinggi akan menyebabkan mesin mengkonsumsi bahan bakar yang tinggi pula. Semua sampel memiliki indeks viskositas yang memenuhi syarat( >100). Titik tuang semua sampel pelumas lebih rendah dari 15˚C, berarti telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bahkan sampel pelumas R memiliki titik tuang sangat rendah seperti pelumas sintetik yaiti 30˚C . TBn pelumas mineral memiliki nilai yang standar (6 -7 g KOH/g sampel),kecuali pelumas dengan kode S memiliki TBN yang cukuptinggi (9.16).hal ini memungkinkan sampel pelumas s untuk digunakan lebih lama.kandungan aditif antioxidant dan anti wear Zn dalam pelumas
48
berikasaran antara 800 – 1.000 ppm(standar). Kandungan aditif detergen tertinggi terdapat pada sampel S dan terendah pada sampel T. Meskipun pelumas no. 14 memiliki titik nyala yang rendah (118˚C) namun diperkirakan di akan membahayakan selama penggunaan rendahnya titik nyala mengindikasikan bahwa pelumas No. 14 mengandung komponen yang mudah menguap sehingga jumlah pelumas yang harus ditambahkan (topping up) selama penggunaan lebih besar dari pelumas lain. Analisis sidik Jari FTIR Dari hasil spektra FTIR ke 22 sampel, sidik jari yang menunjukkan gugus fungsional base oil maupun aditif dapat diindentifikasi. Untuk berbagai jenis base oil, khususnya pelumaas sintetik tidak dapat dibedakan dengan pelumas mineral. Dari semua pelumas sintetik (A s/d H ) tampak bahwa sampelB tidak mengandung / sedikit sekali gugus aromatik (panjang gelombang = 1600 cm 1
) yang merupakan ciri khas pelumas mineral. Kemungkinan besar sampel B
tersusun sebagian besar dari base oil sintetik berjenis Pao ( poly Alpa Olefine ). Demikian pula dengan sampel no. A, C, G dan H meskipun spektra aromatiknya tampak jelas atau lebih dominan dibanding pelumas B. Dari hasil pengukuran viskositas, VI dan titik tuang juga tampak bahwa sampel no. 5 lebih superior dibanding yang lain. Sementara itu pelumas sintetik no. D, E dan F spektra aromatiknya ( 1600 cm -1 ) tampak sangat jelas. Meskipun ada indikasi kandungan mineral dalam pelumas sintetik tersebut namun ada kemungkinan pula pelumas sintetiktersebut tersusun oleh base oil sintetik jenis Alkylated Aromatic. Kehadiran gugus aromatik pada pelumas semi sintetik sangat jelas pada gelombang 1600 cm
-1
. Hal ini menunjukkan
bahwa pelumas semi sintetik merupakan campuran dengan base io mineral. Spektra FTIR dari sampel Q juga menunjukkan kehadiran berbagai jenis additive seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1 dan 2. Hal yang menarik adalah spektra aditif antioxidant dan antuwear (ZnDDP) intensitasnya berbeda – beda untuk jenis pelumas yang sama. Hal ini menunjukkan kandungan aditif pada sampel pelumas sangat bervariasi untuk jenis pelumas yang sama. 4.6. MACAM – MACAM KOMPONEN MESIN CNC
49
1. INPUT POWER 3φ AC 2. POWER VOLTAGE REGOLATOR 5V DC 3. LIMIT SW.., SAFETY DOOR PROX. SW 4. MAG. CONTACTOR & RELAY 5. INDIKATOR LAMP, KEY SHEET, EMGSW. 6. WIRING CONNECTION 7. INSULATION MOTOR SPINDLE 8. INSULATION MOTOR SERVO SX 9. INSULATION MOTOR SERVO SZ 10. TEGANGAN OUT PSM ( FANUC ) 11. INSULATION MOTOR POWER SUPPLY 24V ( GS1 ) 12. TEGANGAN OUT PSM 1 ( KEYENCE ) 13. TEGANGAN OUT PSM 2 ( KEYENCE ) 14. SLIDER TABLE 15. V – BELT 16. MOTOR HIDROLIK 17. KONDISI TANK OLI PELUMASAN 18. SOLENIOD UNTUK BLOW 19. AIR PRESSURE 20. KONDISI PRES. GAUGE & FILTER REGULATOR 21. PIPA, SLANG & CYLINDER HYDROLIC & PNEUMATIC 22. DEFLEKSI SPINDLE
50
51
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari proses analisa perancangan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Motor yang dipergunakan adalah motor AC dengan gear head, 100 rpm 220 Volt. b. Menggunakan flat belt tebal 2 mm, lebar 60 mm, panjang 717 mm. c. Besarnya daya yang ditransmisikan pada motor adalah 1,9 HP.
5.2. saran Dari analisa perancangan yang telah dilakukan,maka penulis menyanpaikan beberapa saran, yaitu : a. Penambahan asesories oil skimmer pada mesin sdangat banyak manfaatnya sebaiknya semua mesin yang diindikasikan adanya kontaminasi / percampuran antara oil dan pendingin perlu dipasang satu unit oil skimmer. b. Analisa perancangan oil skimmer yang dilakukan penulis masih banyak kekurangan oleh karena itu perlu banyak perbaikan dan inovasi – inovasi yang mungkin bisa dilakukan oleh para pembaca di waktu mendatang. c. Untuk mengoptimalkan fungsi pendinginan (coolant)
pada mesin
manafactur pada umumnya. Dan khususnya pada mesin CNC milling perlu ditambahkan alat – alat asesories berupa oil skimmer.
52
d. Penambahan oil skimmer pada mesin CNC dapat meningkatkan umur pendingin ( coolant ), karena pendingin selalu terjaga kebersihaannya dan terbebas dari bakteri yang mengakibatkan bau yang tidak enak, disamping itu dengan penambahan oil skimmer biar mengurangi kontaminasi zat lain pada komposisi kimia pendingin.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Balai Josef Ponn,uo lindemenn, sketching in concpetial phese of product desaign Guidelines tools, Muenchen University, 2006. 2. Khumi, Gupta, text book of machine desaign, New Delhi,1987. 3. Karl – h Christian Birke, advancer into intergrating desaingn. Prototyping and three dimensional into methology, Muenchen University, 2001. 4. Sularso, Suga, dasar perncanaan dan pemilihan elemen mesin edisi 2, Prada Pramita, Jakarta, 1994.
54