EFEKTIVITAS CAMPURAN SeNPV (Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus) DENGAN INSEKTISIDA BOTANI EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia Linn.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera exigua Hubner) DI LABORATORIUM
Tri Martino*, Ida Hodiyah, Yanto Yulianto dan Ashol Hasyim Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Tlp: (0265) 330634 Fax: (0265) 325812 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The experiment was conducted in June to August 2014. This experiment was conducted in the laboratory and the screen house pests and diseases, Vegetable Crops Research Institute (BALITSA), Jln Tangkuban Perahu, 517, Lembang - Bandung. The purpose of this study was to obtain a mixed formulation SeNPV with botanical insecticides Legundi leaf extract (Vitex trifolia Linn) that cause the highest mortality rates and the fastest time of death against Spodoptera exigua larvae mortality. This experiments was using the dip leaf feed method (feed deeping method). It’s tested to the 10 S. exigua larvae in a plastic cup and analyzed by using a completely randomized design ( CRD ), which consists of 6 treatments and it was repeated for four times, i.e A1 = SeNPV 250 ppm + leaf extract Legundi 2,000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm + leaf extract Legundi 2,000 ppm, A3 = SeNPV 62.50 ppm + leaf extract Legundi 2,000 ppm, A4 = SeNPV 31.25 ppm + leaf extract Legundi 2,000 ppm, A5 = SeNPV 15.625 ppm + 2,000 ppm Legundi leaf extract, A6 = Control . The measured Parameters were the percentage of larval mortality at 24 , 48 , 72 , 96 , 120 , 144 , 168 hours after treatment, LC50, LT50, synergistic ratio ( NS ) and the intensity of the attack. The larval mortality data is processed by using probit analysis to establish the LC50 value.The results of the research in the laboratory showed that a mixture of SeNPV 250 ppm + Legundi leaf extract 2,000 ppm significantly affect to the percentage of the S. exigua larvae mortality with the highest value is 85% and the intensity of low raid is 41.61% with LT50 values at 90 hours (± 4 days) and to provide a synergistic effect is 12.24 times with the LC 50 value is 34.685 ppm. Keyword : Spodoptera exigua, SeNPV, leaf extract, Larval mortality, LC50, LT50 and intensity of raid. ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 di Rumah Kasa Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Bandung Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi campuran SeNPV dengan insektisida botani ekstrak daun legundi (Vitex trifolia Linn.) yang menyebabkan tingkat kematian tertinggi dan waktu kematian tercepat terhadap mortalitas larva S. exigua. Percobaan menggunakan metode celup daun pakan (feed deeping method). Diujikan pada 10 larva S. exigua di dalam cawan plastik dan di analisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan diulang sebanyak empat kali, yaitu A 1 =
SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm, A3 = SeNPV 62,50 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm, A4 = SeNPV 31,25 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm, A5 = SeNPV 15,625 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm, A6 = Kontrol. Parameter yang diamati adalah persentase mortalitas larva pada 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168 jam setelah perlakuan, LC50, LT50, nisbah sinergistik (NS) dan intensitas serangan. Data mortalitas larva diolah menggunakan analisis probit untuk menetapkan nilai LC50. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa campuran SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas larva S. exigua dengan nilai tertinggi 85% dan intensitas serangan terendah yaitu 41,61% dengan nilai LT50 pada 90 jam (±4 hari) serta memberikan efek sinergistik sebesar 12,24 kali lipat dengan nilai LC50 34,685 ppm. Kata Kunci :, Spodoptera exigua, SeNPV, Insektisida Botani, Mortalitas Larva, LC50, LT50 dan Intensitas Serangan. PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Salah satu kendala pada budidaya bawang merah adalah terjadinya serangan ulat bawang, Spodoptera exigua yang sangat merugikan. Kehilangan hasil akibat serangan larva Spodoptera exigua dapat mencapai 57%. Serangan berat dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%, karena daun yang ada habis dimakan oleh larva sehingga kegagalan panen tidak bisa dihindari. Serangan berat ini biasanya terjadi pada musim kemarau yang mengakibatkan produksi tanaman menurun (Shepard, 1999 dalam Hasyim, Jayanti, Krestini, Rubiat dan Setiawati, 2014). Pada umumnya petani bawang merah di daerah Brebes, Jawa Tengah mengendalikan hama tersebut dengan menggunakan insektisida kimia secara terjadwal, yaitu dengan frekuensi penyemprotan 2 sampai 3 kali/minggu dan dosis yang semakin tinggi (Koster, 1990 dalam Moekasan, 2004). Penggunaan insektisida kimia yang berlebih dengan frekuensi penyemprotan yang semakin sering dan dosis yang semakin tinggi selain tidak ekonomis, juga akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, seperti timbulnya strain hama yang resisten, ledakan hama sekunder, terbunuhnya parasitoid dan predator, dan pencemaran lingkungan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian Spodoptera exigua oleh petani bawang merah di daerah tersebut mencapai 30 sampai 50% dari total biaya produksi per hektar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka harus dicari komponen teknologi pengendalian OPT (Organisme Penganggu Tanaman) yang relatif aman bagi kesehatan serta ramah lingkungan (Moekasan, 1998). Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus (SeNPV) adalah salah satu agens hayati yang cukup efektif untuk mengendalikan hama ulat bawang. Untung (1996) dalam Henny (2008) menyatakan bahwa berbagai virus NPV mempunyai prospek untuk digunakan dalam pengendalian hayati yang diisolasi dari genus-genus Spodoptera dan Helicoverpa. Virus tersebut bersifat spesifik, sehingga tidak mengganggu perkembangan parasitoid dan predator serta dapat diaplikasikan dengan mudah.
Salah satu kelemahan SeNPV adalah cara kerjanya yang lambat, sehingga kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh serangga hama masih tetap tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan pencampuran SeNPV dengan insektisida botani. Tumbuhan yang berasal dari alam yang potensial sebagai sumber insektisida, umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk, dan berasa agak pedas. Tumbuhan tersebut jarang atau tidak pernah diserang oleh hama dan banyak digunakan petani sebagai ekstrak pestisida hayati dalam pertanian organik. Rahayu (2009) melaporkan, ekstrak daun legundi pada perlakuan 200 g/ 300 ml air, dapat mengakibatkan mortalitas larva Spodoptera litura sekitar 83,33%. Ini sesuai dengan pernyataan Heyne (1978) dalam Rahayu (2009) bahwa daun legundi mengandung minyak atsiri dan alkaloid. Kandungan alkaloid pada daun 8,7% dan kandungan minyak atsiri pada daun berkisar 0,28%. Legundi memiliki senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, alkaloid dan minyak atsiri yang dapat membasmi jentik nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk Abate (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) dalam Cania dan Setyanimgrum (2013). Pencampuran atau kombinasi antara suatu jenis insektisida dengan insektisida atau bahan kimia lainnya dapat menimbulkan efek sinergistik, antagonistik, atau netral (Moekasan, 2004). Menurut Benz (1971 dalam Moekasan, 2004). jika bahan kimia atau insektisida tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan daya racun insektisida maka efek tersebut dinamakan sinergistik. Sebaliknya, jika bahan campuran menurunkan pengaruh daya racun insektisida tersebut maka dinamakan efek antagonistik, dan jika bahan campuran tersebut tidak berpengaruh terhadap daya racun insektisida bersangkutan maka efeknya dinamakan netral. Berdasarkan hal tersebut, diduga pencampuran SeNPV dengan insektisida botani akan berpengaruh positif terhadap efikasinya. Untuk membuktikannya, diperlukan penelitian laboratorium mengenai pengaruh campuran SeNPV dengan insektisida botani terhadap mortalitas larva S. exigua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas campuran SeNPV dengan insektisida botani ekstrak daun legundi terhadap mortalitas hama ulat grayak S. exigua dengan metode celup daun pakan (feed deeping method). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kasa Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Bandung Barat (±1.250 m dpl), sejak bulan Juni sampai Agustus 2014. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva S. exigua instar III, virus SeNPV, ekstrak daun legundi, agristik, kotak pemeliharaan larva, kuas kecil, poly bag, leaf area meter, gelas ukur dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdiri dari 6 perlakuan yaitu konsentrasi setengah batas atas LC50 secara serial SeNPV dengan setengah dari LC50 ekstrak daun legundi, masing-masing diulang 4 kali. Perlakuan percobaan adalah sebagai berikut : A1 = SeNPV 250 ppm + Ekstrak Daun Legundi 2.000 ppm.
A2 = SeNPV 125 ppm + Ekstrak Daun Legundi 2.000 ppm. A3 = SeNPV 62,50 ppm + Ekstrak Daun Legundi 2.000 ppm. A4 = SeNPV 31,25 ppm + Ekstrak Daun Legundi 2.000 ppm. A5 = SeNPV 15,625 ppm + Ekstrak Daun Legundi 2.000 ppm. A6 = Kontrol (air + perekat agristik). Pengaruh daya racun insektisida yang diuji terhadap larva S. exigua tersebut dihitung dengan cara menetapkan nilai LC50 menurut Busvine (1971) dalam Moekasan (2004). Konsentrasi diatas didapat berdasarkan konsentrasi sublethal atau nilai dibawah nilai LC 50 insektisida secara tunggal yang diperoleh pada pengujian pendahuluan. Diperoleh nilai LC 50 SeNPV sebesar 424,670 ppm dan LC50 ekstrak daun legundi sebesar 3.199,277 ppm. Pengambilan keputusan dihitung dengan cara menetapkan nilai Nisbah Sinergistik (NS) berdasarkan rumus sebagai berikut menurut Hamilton dan Attia, (1977) dalam Moekasan, (2004). NS = Keterangan : NS = NS > NS = NS <
LC50 insektisida secara tunggal LC50 insektisida campuran Nisbah sinergistik. 1, campuran tersebut mempunyai efek sinergistik. 1, campuran tersebut tidak mempunyai efek sinergistik (netral). 1, campuran tersebut mempunyai efek antagonistik.
Pelaksanaan Percobaan Penyediaan Serangga Uji Spodoptera exigua : Untuk mendapatkan larva Spodoptera exigua yang seragam dilakukan pemeliharaan di rumah kasa. Larva Spodoptera exigua diambil dari areal pertanaman bawang merah di Cirebon, kemudian dipelihara dalam kotak plastik yang diberi tutup kain kasa dan diberi makan daun bawang dan daun kubis. Larva S. exigua yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva instar 3. Pelaksanaan Pengujian: Konsentrasi formulasi masing-masing campuran insektisida yang diuji adalah konsentrasi sublethal atau nilai di bawah nilai LC50 insektisida secara tunggal yang diperoleh pada pengujian pendahuluan. Penetapan daya racun insektisida (nilai LC50) yang diuji terhadap larva Spodoptera exigua menggunakan metode pencelupan daun menurut Balfas dan Willis, (2009) dengan langkah kerja sebagai berikut : 1.
2.
Dibuat kombinasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi, untuk campuran dibuat konsentrasi formulasi SeNPV sublethal secara serial (batas atas adalah setengah nilai LC50 hasil pengujian pendahuluan). Selanjutnya pada konsentrasi formulasi SeNPV sublethal secara serial tersebut ditambahkan ekstrak daun legundi dengan konsentrasi formulasi sublethal yang konstan hasil pengujian pendahuluan.
3.
4.
5. 6.
Formulasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi, dilarutkan dalam aquades, kemudian ditambah dengan perata agristik (konsentrasi 0,5 ml/L). Kontrol hanya menggunakan larutan aquades dan agristik. Potongan daun kubis bebas insektisida dengan ukuran 5cm x 5cm dicelupkan kedalam larutan campuran SeNPV dengan legundi selama 10 detik kemudian ditiriskan dan selanjutnya dibiarkan kering di udara. Potongan daun kubis yang telah dikeringanginkan tersebut dimasukkan ke dalam cawan plastik yang telah diberi alas kertas saring halus. Ke dalam cawan plastik tersebut dimasukkan 10 ekor larva Spodoptera exigua instar3 yang telah dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam.
Daun kubis digunakan sebagai pakan uji pengganti daun bawang merah, karena daun bawang merah mudah layu dan sulit dalam mengukur luas intensitas serangan yang diakibatkan oleh larva S. exigua. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Campuran SeNPV dengan Insektisida Botani Ekstrak Daun Legundi : Penggunaan berbagai konsentrasi campuran SeNPV dengan insektisida botani ekstrak daun legundi terhadap larva S. exigua memberikan pengaruh nyata terhadap persentase mortalitas larva Spodoptera exigua (Tabel 1). Tabel 1. Rataan Pengaruh Berbagai Konsentrasi Campuran SeNPV dengan Insektisida Botani Ekstrak Daun Legundi terhadap Mortalitas Larva S. exigua pada 24 sampai 168 Jam Setelah Perlakuan. Mortalitas (%) Perlakuan
Keterangan :
24
48
72
96
120
144
168
A1
5,00a
15,00a
42,50a
67,50a
75,00a
77,50a
85,00a
A2
5,00a
10,00ab
32,50ab
57,50a
65,00a
67,50a
72,50a
A3
2,50a
10,00ab
27,50ab
47,50a
52,50ab
60,00ab
62,50ab
A4
0.00a
5,00bc
17,50b
27,50b
40,00bc
45,00bc
45,00bc
A5
0.00a
5,00bc
17,50b
22,50b
32,50c
35,00c
40,00c
A6
0.00a
0.00c
0.00c
2,50c
2,50d
2,50d
2,50d
Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. A1= SeNPV 250 ppm + legundi 2.000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm + legundi 2.000 ppm, A3 = SeNPV 62,50 ppm + legundi 2.000 ppm, A4 = SeNPV31,25 ppm + legundi 2.000 ppm, A5 = SeNPV 15,625 ppm + legundi 2.000 ppm, A6 = kontrol.
Hasil analisis statistik secara umum menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi, maka semakin tinggi persentase mortalitas S. exigua seiring dengan bertambahnya waktu setelah perlakuan. Pada awal pengamatan 24 jam setelah perlakuan campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi masih memperlihatkan
persentas mortalitas larva S. exigua yang relatif rendah. Hal ini diduga karena kandungan bahan aktif yang terdapat pada SeNPV dan ekstrak daun legundi belum dapat memperlihatkan reaksi secara cepat karena membutuhkan waktu beberapa jam kemudian. Pada pengamatan 48 jam sampai 168 jam setelah perlakuan terlihat adanya peningkatan persentase mortalitas larva S. exigua. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan A1 (SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm) setelah 168 jam perlakuan dapat membunuh larva S. exigua paling tinggi (85%) dibandingkan perlakuan A5 dan A6 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 dan A3. Tingginya kematian larva S. exigua pada perlakuan A1 karena disebabkan konsentrasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A2, A3, A4 dan A5. Pada pengamatan 96 jam setelah perlakuan, tingkat persentase mortalitas larva semakin tinggi. Hal ini terlihat pada perlakuan konsentrasi A1 yang mencapai 67,50%, selanjutnya pada pengamatan 120 jam setelah perlakuan mencapai 75% dan mortalitas larva S. exigua terus meningkat seiring dengan bertambahnya waktu setelah perlakuan hingga dapat mencapai 85% setelah 168 jam setelah perlakuan. Akan tetapi dari perlakuan A4 dan A5 belum bisa mematikan setengah populasi dari ulat S. exigua.
mortalitas (%)
Beda rataan persentase mortalitas larva S. exigua pada berbagai konsentrasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi pada pengamatan 24 sampai 168 jam dapat dilihat pada Gambar 1. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam 120 jam 144 jam 168 jam
Gambar 1. Grafik mortalitas larva ulat bawang S. exigua jam setelah aplikasi beberapa macam konsentasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi. Keterangan: A1= SeNPV 250 ppm + legundi 2.000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm + legundi 2.000 ppm, A3 = SeNPV 62,50 ppm + legundi 2.000 ppm, A4 = SeNPV31,25 ppm + legundi 2.000 ppm, A5 = SeNPV 15,625 ppm + legundi 2.000 ppm, A6 = kontrol.
Perbedaan tingkat persentase mortalitas larva S. exigua dipengaruhi karena adanya perbedaan konsentrasi. Banyaknya konsentrasi campuran yang dicelupkan pada pakan mengakibatkan tubuh larva tidak mampu bertahan dari serangan patogen dan insektisida botani. Perbedaan banyaknya konsentrasi tersebut mempengaruhi lamanya mekanisme kerja dari insektisida tersebut pada tubuh serangga yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Dari hasil analisis terlihat bawa pada perlakuan SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm dapat membunuh larva S. exigua lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi campuran lainnya. Motalitas larva S.exigua dengan perlakuan campuran SeNPV dengan dosisi 250 ppm dan ekstrak daun legundi 2.000 ppm ternyata lebih tinggi (85%) dibadingkan dengan hasil penelitian Henny dan Turang (2008) yang mendapatkan bahwa mortalitas campuran antara
SeNPV dosis 8 x 105 dengan insektisida Curacron 500 EC dosis 1 ml hanya dapat menyebabkan kematian larva S. exigua sebesar 75%. 100 A1 y = 0,5915x - 4,2857 R² = 0,9139
mortalitas
80
A2 y = 0,5208x - 5,7143 R² = 0,9121
60
A3 y = 0,4539x - 6,0714 R² = 0,9392
40
A4 y = 0,3534x - 8,2143 R² = 0,9552
20
A5 y = 0,2902x - 6,0714 R² = 0,9725 A6
0 -20
0
50
100
150
y = 0,0223x - 0,7143 R² = 0,75
200
waktu
Gambar 2. Hubungan antara mortalitas dengan waktu kematian larva S. exigua dari berbagai konsentrasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi. Keterangan: A1= SeNPV 250 ppm+legundi 2.000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm+ legundi 2.000 ppm, A3 = SeNPV 62,50 ppm + legundi 2.000 ppm, A4 = SeNPV31,25 ppm+legundi 2.000 ppm, A5 = SeNPV 15,625 ppm+ legundi 2.000 ppm, A6 = kontrol.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyebabkan kematian serangga uji bervariasi tergantung pada virulensi patogen, sifat resistensi inang dan kondisi lingkungan mikro di tubuh inang (Purnomo, 2005). Kemampuan membunuh 50% serangga uji pada setiap formulasi berbeda-beda. Hasil penelitian diketahui bahwa formulasi yang paling cepat membunuh 50% serangga uji ialah konsentrasi SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm dengan waktu kematian 90 jam (kurang lebih 4 hari) setelah perlakuan. Hasil analisis nilai LC50 SeNPV dan insektisida botani ekstrak daun legundi secara tunggal dan campuran serta nilai nisbah sinergistik disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan analisis probit dari SeNPV dan ekstrak daun legundi yang diuji, ternyata nilai LC50 SeNPV secara tunggal lebih besar dari nilai LC50 secara campuran. Tabel 2. Nilai LC50 SeNPV dan Ekstrak Daun Legundi secara Tunggal dan Campuran yang Diuji terhadap Larva S. exigua serta Nisbah Sinergistik LC50 (ppm)* Perlakuan Nisbah Sinergistik** SeNPV Ekstrak Daun Legundi SeNPV+ Ekstrak daun Legundi
424,670
-
3.199,277
-
34,685
12,24
* Hasil analisis probit **Perbandingan Nilai LC50 SeNPV tunggal dengan LC50 campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi.
Hal ini menunjukan adanya peningkatan efikasi SeNPV terhadap larva S. exigua dengan nisbah sinergistik sebesar (12,24 kali lipat). Ini membuktikan bahwa campuran tersebut memberikan efek sinergistik terhadap SeNPV, karena memberikan nisbah sinergistik lebih besar dari satu, hal ini sesuai dengan rumus Hamilton dan Attia (1977 dalam
Moekasan, 2004), jika (NS > 1, campuran tersebut mempunyai efek sinergistik). Dengan demikian terbukti bahwa pencampuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi yang diuji pada percobaan ini menunjukan hasil yang sinergis. Intensitas Serangan Larva Ulat Grayak Spodoptera exigua : Intensitas serangan ulat Spodoptera exigua diamati dengan cara mengukur selisih luas daun awal sebelum perlakuan dengan luas daun setelah perlakuan dan dihitung persentasenya.
Intensitas Serangan Larva S. exigua
120 100
96,03a
(%)
80 60 40
41,61c
52,92bc
64,17bc
67,52abc
75,54ab
A3
A4
A5
20 0 A1
A2
A6
Gambar 3. Grafik hasil analisis sidik ragam persentase rata-rata intensitas serangan ulat Spodoptera exigua Keteragan : A1= SeNPV 250 ppm+legundi 2.000 ppm, A2 = SeNPV 125 ppm+legundi 2.000 ppm, A3 = SeNPV 62,50 ppm+legundi 2.000 ppm, A4 = SeNPV 31,25 ppm+legundi 2.000 ppm, A5 = SeNPV 15,625 ppm+legundi 2.000 ppm, A6 = kontrol.
Pada gambar 3 hasil uji lanjut analisis sidik ragam menjelaskan bahwa pada perlakuan A1 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2, A3 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan A6. Perlakuan A1 menunjukkan persentase intensitas serangan paling rendah sebesar (41,61%), sedangkan pada perlakuan A2 nilai intensitas serangan sebesar (52,92%), A3 sebesar (64,17%), A4 sebesar (67,52%) dan perlakuan A5 sebesar (75,54%). Intensitas serangan paling besar ialah pada kontrol (A6) yaitu sebesar (96,03%). Dalam hal ini, intensitas serangan pada perlakuan A1 (SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm), yang dikonsumsi larva S. exigua jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Adanya tingkat perbedaan intensitas serangan diantara masing – masing perlakuan disebabkan oleh munculnya gejala infeksi SeNPV yang mengakibatkan ulat Spodoptera exigua mengalami penurunan nafsu makan dan gerakannya menjadi lambat (Moekasan, 1998 dan Samsudin, 2011). KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1.
2.
Pencampuran SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas larva S. exigua dengan persentase mortalitas tertinggi sebesar 85% dengan nilai LT50 pada 90 jam setelah perlakuan atau (+4 hari). Pencampuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi memberikan efek sinergistik terhadap mortalitas larva S. exigua sebesar 12,24 kali lipat dengan nilai LC50 sebesar 34,685 ppm.
3.
Pemberian perlakuan campuran SeNPV 250 ppm + ekstrak daun legundi 2.000 ppm dengan metode pencelupan daun (leaf dipping methode) efektif dapat menurunkan intensitas serangan terendah yaitu 41,61%.. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap aplikasi campuran SeNPV dengan ekstrak daun legundi di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Balfas R, dan M. Willis. 2009. Pengaruh ekstrak tanaman obat terhadap mortalitas Spodoptera litura F (Lipidoptera). Bul. Litro. Vol. 20 No. 2, 2009, 148 – 156. http://balittro.litbang.pertanian.go.id/. Diakses Tanggal 19/11/2014 jam 16:24:07 WIB. Cania E dan Setyanimgrum E. 2013. Uji efektivitas larvasida ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) terhadap Larva Aedes aegypti. ) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, ISSN 2337-3776. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/. Diakses Tanggal 16/05/2014 jam 10:45:22 WIB. Hasyim, A. W.Setiawati, H. Jayanti, dan E.H. Krestini, 2014. Repelensi minyak atsiri terhadap hama gudang, E. cautella di laboratorium. Journal Hortikultura (In Press). Henny V.G.M dan Turang D.A.S 2008. Efektivitas kombinasi SeNPV dan Curacron 500 EC terhadap larva Spodoptera exigua Hubner (lepidoptera : noctuidae) pada tanaman bawang daun. Fakultas Pertanian Unsrat Manado. http://repo.unsrat.ac.id/. Diakses Tanggal 16/05/2014 jam 13:30:09 WIB. Moekasan, T K. 1998. Se-NPV Insektisida mikroba untuk mengendalikan hama ulat bawang Spodoptera exigua. Monograf No. 15. Balitsa Lembang. 17 hal. ISBN : 979-830427-6. http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/. Diakses Tanggal 16/05/2014 jam 14:01:09 WIB. Moekasan, T.K. 2004. Pencampuran Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus dengan insektisida kimia untuk mortalitas larva Spodoptera exigua Hbn. Di Laboratorium. J. Hort. 14(3):178-187. http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/. Diakses tanggal 16/05/2014 jam 14:45:07 WIB. Purnomo, H. 2005. Patogen Serangga (online). (http: //www.patogen_serangga pdf). Diakses Tanggal 16/05/2014 jam 16:04:07 WIB. Rahayu M. 2009. Efek ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera Litura). WARTA-WIPTEK, Volume 17 Nomor : 01 Januari 2009, ISSN 0854-0667. http://uho.ac.id/. Diakses Tanggal 18/05/2014 jam 16:10:07 WIB. Samsudin. 2011. Uji patologi dan perbaikan kinerja Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus (SeNPV). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.