Trent. “Aku tidak memintamu melakukannya.” Alviorita tidak peduli nama apa yang diberikan keluarga Kryntz padanya. Saat ini yang ia pedulikan adalah rencananya untuk menggagalkan pertunangannya. Trent terdiam mendengarnya. “Engkau tidak suka nama itu?” Alviorita diam saja. Ia benar-benar ingin segera menjauh dari Trent. “Mengapa engkau menghindari aku yang telah memilihkan nama itu untukmu? Kalau engkau tidak menyukai nama itu katakan saja kepadaku. Nama itu memang cocok untuk gadis secantik engkau. Setiap hari aku selalu melihat engkau berseri seperti bunga mawar.” Alviorita sama sekali tidak sadar apa yang dikatakan Trent maupun Duchess memang tepat. Nama barunya itu memang sesuai dengan tatapan tajam yang dimilikinya. Matanya yang besar selalu menatap tajam apa yang dilihatnya, seperti elang. “Nama itu sesuai untukmu. Engkau memiliki tatapan tajam seperti elang. Dan engkau sangat cantik dan selalu terlihat ceria seperti bunga yang
www.ac-zzz.tk sedang mekar. Dan hanya bunga mawar yang sesuai denganmu. Durinya seperti tatapan tajammu dan keindahan bunganya seperti kecantikkanmu,” kata Duchess ketika Trent mengajukan usulnya. “Kalau engkau tidak ingin aku menghindarimu maka sekarang kejarlah aku,” kata Alviorita sambil berlari menjauh. Alviorita tahu Trent tidak akan dapat mengejarnya. Sekerasa apa pun usaha Trent untuk mengejarnya, ia tidak akan dapat menangkap Alviorita yang berlari cepat. Dulu ketika Alviorita sering melarikan diri dari kegiatan rutinnya, ia selalu berlari menjauh dari Maryam serta pengawal yang mengejarnya. Kebiasaan selalu berlari menjauh dari orang-orang itu membuat Alviorita semakin hari semakin dapat berlari cepat. Setiap kali Alviorita berlari menjauh, tidak seorangpun yang dapat menangkapnya. Sehingga mereka akhirnya membiarkan Alviorita melarikan diri dari kegiatan rutinnya. Alviorita tidak menyadari Duke dan Duchess tengah memperhatikan dirinya. “Mereka kelihatannya akrab sekali,” kata Duchess yang melihat Alviorita sedang berkejar-kejaran dengan Trent. Duke mengangguk membenarkan kata-kata istrinya. Mereka terus memperhatikan Trent yang berusaha mengejar Alviorita. Alviorita tertawa senang ketika ia melihat Trent tertinggal di belakangnya. Ia menghilang di halaman luar Castil Q`arde. Suara kuda yang meringkik membuat Alviorita mengalihkan perhatiannya ke kuda-kuda yang mendekati Castil Q`arde. Seorang anak kecil yang mengendarai salah satu kuda itu tiba-tiba melarikan kudanya dengan cepat ketika ia melihat Castil Q`arde. Anak itu tampak benar-benar senang melihat Castil Q`arde yang telah dekat. Dari tempatnya yang cukup tinggi, Alviorita mendengar suara lantang seorang pria yang mengawasi anak itu. “Hati-hati!” Baru saja pria itu mengatakannya ketika tiba-tiba kuda yang ditunggangi anak itu meringkik keras kemudian berlari kencang tanpa mau menuruti perintah anak itu. Alviorita melihat anak itu berteriak ketakutan karena kuda yang ditungganginya tiba-tiba menjadi liar.
www.ac-zzz.tk Pria yang sejak tadi mengikuti anak itu dari kejauhan segera mendekat. Tetapi ia terlambat, anak itu telah terjatuh dari kudanya ketika ia sampai di bawah pohon tempat Alviorita duduk sambil mengawasi mereka. Tingkah kuda yang benar-benar tidak dapat dikendalikan lagi itu membuat Alviorita tidak berpikir panjang lagi. Ia melompat ke punggung kuda yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Ketika Alviorita melompat ke punggung kuda itu ia tidak sempat berpikir kalau ia dapat terluka. Saat itu yang dipikirkan Alviorita hanya segera menenangkan kuda yang sulit dikendalikan itu sehingga tidak semakin mendekati anak kecil yang ketakutan itu. Untunglah kali ini sang Takdir memihak Alviorita. Alviorita jatuh tepat di punggung kuda itu dan dengan segera ia berusaha mengendalikan kuda itu. Ia menarik kuat-kuat tali kendali kuda itu. Mula-mula kuda itu tidak mau menurut tetapi Alviorita bukan seorang gadis yang mudah menyerah. Setelah Alviorita berhasil mengendalikan kuda itu, ia segera melompat dari punggung kuda yang telah diam itu dan mendekati anak kecil yang terpana dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya. Alviorita memeriksa lutut anak itu yang terluka. Dengan saputangannya ia membersihkan luka itu dari debu kemudian membalutnya. Alviorita tersenyum melihat wajah terkejut anak itu. “Sebaiknya aku segera membawamu ke dalam.” Anak itu masih terkejut dengan kejadian yang baru dialaminya sehingga ia diam saja ketika Alviorita menggendongnya. “Terima kasih atas pertolongan Anda.” Suara lantang yang tadi didengarnya dari atas pohon membuat Alviorita terkejut. Rupanya sejak tadi Alviorita hanya memusatkan perhatiannya ke anak kecil di gendongannya serta kudanya sehingga ia melupakan kehadiran pria itu. Alviorita lebih terkejut lagi ketika ia melihat wajah pria itu. Pria itu mirip Duchess namun matanya gelap seperti Duke of Kryntz. Ketika mata Alviorita bertemu dengan mata pria itu, ia tidak dapat berbuat apa-apa seakan-akan mata pria itu telah menghentikan seluruh gerakannya. Tidak seorangpun dari mereka yang bergerak. Mereka hanya diam terpaku dan terus saling memandang seolah-olah ingin saling mengenal. Suara erangan anak di gendongan Alviorita mengejutkan mereka berdua yang sibuk bertatap-tatapan. Pria itu mendekati Alviorita.
www.ac-zzz.tk Alviorita yang sibuk dengan pikirannya sendiri terkejut ketika pria itu berkata, “Terima kasih atas bantuan Anda. Sekarang ijinkanlah saya untuk membawa kemenakan saya masuk Castil Q`arde.” Walaupun Alviorita telah menduga pria itu adalah kakak Trent tetapi kalimat yang diucapkan pria itu tetap membuat Alviorita terkejut. Alviorita sama sekali tidak dapat mempercayai apa yang dilihat dan didengarnya. Walaupun secara tidak langsung pria itu telah mengatakan bahwa ia adalah Nathan tetapi Alviorita tetap tidak percaya. Bagi Alviorita sungguh mustahil Nathan berbeda dari adiknya. Trent lebih mirip dengan Duke sedangkan Nathan mirip dengan Duchess. Pria itu semakin mendekati Alviorita. “Saya akan membawa kemenakan saya.” Untuk kesekian kalinya suara lantang itu membuat Alviorita terkejut. Untuk menutupi keterkejutannya Alviorita cepat-cepat berkata, “Saya akan membawanya masuk. Anda membawa kuda-kuda itu saja.” Tanpa menanti jawaban pria itu, Alviorita segera membawa masuk anak itu. Walaupun Alviorita tidak memalingkan kepalanya untuk melihat apakah pria itu mengikutinya tetapi dari pendengarannya ia tahu pria itu mengikuti mereka. “Engkau tidak apa-apa?” tanya Alviorita memecahkan kesunyian. Anak itu menggeleng. Alviorita tersenyum. Ia tahu anak laki-laki itu masih terkejut dengan kejadian yang baru dialaminya. “Apakah lukamu tidak terasa sakit?” Sekali lagi anak itu menggelengkan kepalanya. Alviorita tahu anak itu sebenarnya merasa sakit tetapi ia tidak mau berkata terus terang. Alviorita tidak berkata apa-apa lagi. Ia kembali memusatkan perhatiannya ke pria yang berjalan di belakangnya sambil menuntun dua ekor kuda melewati taman. Seperti halnya Alviorita, pria itu juga tidak berkata apa-apa. Pria itu memusatkan perhatiannya ke gadis yang berjalan di depannya sambil menggendong kemenakannya. Ia masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya beberapa saat yang lalu. Sesaat yang lalu saat ia mendekati kemenakannya yang jatuh dari kudanya, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang berwarna putih terjatuh dari atas pohon. Ia menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat seorang gadis terjatuh dari pohon yang yang tinggi. Tanpa disadarinya ia menghentikan langkah kudanya. Semula ia mengira gadis itu akan jatuh tetapi ternyata gadis itu dengan mudah mencapai punggung kuda yang semula ditunggani kemenakannya. Dengan mudah pula gadis itu mengendalikan kuda
www.ac-zzz.tk yang tiba-tiba menjadi liar itu. Melihatnya, pria itu semakin terkejut. Rupanya gadis itu tidak terjatuh dari pohon tetapi memang sengaja menjatuhkan dirinya dari atas pohon untuk mengendalikan kuda yang liar itu. Tanpa mempedulikan sekitarnya, gadis itu segera menghampiri kemenakannya yang terluka. Ia melihat gadis itu mengatakan sesuatu kepada kemenakannya. Keterkejutan pria itu masih belum berakhir. Ia terkejut ketika ia melihat wajah gadis itu. Wajah cantik itu tampak tenang namun matanya memandang tajam padanya. Matanya yang hijau tua tampak kontras dengan rambut hitamnya. Pria itu terpana pada mata hijau yang menatap tajam padanya. Mata itu seakan-akan tidak ingin melepaskan dirinya. Sekarang ia hanya dapat terdiam memandangi gadis yang tampak berbeda sekali dengan gadis yang beberapa saat lalu melompat dari pohon. Gadis yang beberapa saat lalu terlihat seperti gadis liar sekarang berjalan dengan anggun di depannya. Pria itu semakin ingin mengetahui siapakah gadis itu ketika ia melihat gadis itu dengan mudah mencapai bangunan utama Castil Q`arde yang terletak di tengah-tengah taman yang luas. Kemarin saat ia meninggalkan Castil Q`arde, ia tidak melihat gadis itu di Castil Q`arde. Dan sekarang ketika ia kembali, ia melihat gadis itu. Alviorita terus berjalan tanpa mempedulikan pria yang mengikutinya. Ia ingin segera mencapai Ruang Kanak-Kanak dan segera merawat luka anak di gendongannya. Darah yang terus membasahi saputangan putihnya itu benar-benar membuat Alviorita semakin khawatir. Walau anak itu tidak mengatakan apaapa ataupun mengeluh tetapi Alviorita tahu anak itu kesakitan. Melihat anak itu terus menahan sakit, Alviorita berkata lembut, “Bersabarlah aku akan segera membawamu ke Innane. Ia akan merawat lukamu.” Anak itu mengangguk tetapi ia tetap tidak berkata apa-apa. Kerutan di keningnya cukup mengatakan kalau ia tengah kesakitan. Melihat itu Alviorita membatalkan niatnya untuk membawa anak itu ke Ruang Kanak-Kanak. Alviorita merasa kasihan pada anak itu bila ia terus memaksanya menahan sakit hingga mereka tiba di Ruang Kanak-Kanak yang letaknya di lantai tiga. Terlebih lagi ketika ia melihat darah yang terus mengalir dari luka anak itu. Alviorita khawatir anak itu akan kehilangan banyak darah sebelum mereka tiba di Ruang Kanak-Kanak.
www.ac-zzz.tk Ketika Alviorita melihat seorang pelayan berjalan ke arahnya, ia segera berkata, “Ambilkan seember air dan obat untuk mengobati luka anak ini.” Alviorita sama sekali tidak menyadari kata-katanya yang terdengar seperti perintah tegas itu. Kebiasaan memerintah selama ia masih berada di Istana Urza membuat Alviorita lupa kalau ia sekarang berada di Castil Q`arde sebagai gadis yang tak dikenal. Pelayan itu terkejut mendengarnya tetapi ketika ia melihat luka di lutut anak yang digendong Alviorita, ia mengerti mengapa Alviorita berkata setegas itu. Tanpa menanti pelayan itu pergi, Alviorita segera membelok ke Ruang Duduk yang berada tepat di sebelah kanan lorong yang sedang dilaluinya dan mendudukan anak itu di kursi terdekat. Dengan hati-hati Alviorita membuka lilitan saputangannya di lutut anak itu. Ia tidak terkejut ketika melihat lutut anak itu memerah karena lukanya. Sambil menanti pelayan, Alviorita membersihkan luka anak itu dengan gaunnya untuk menggantikan saputangan yang sudah kotor itu. Alviorita sama sekali tidak peduli ketika gaun putih yang dibawanya dari Istana Urza menjadi merah karena darah anak itu. Ketika melihat pelayan datang dengan seember air dan sehelai kain yang bersih, Alviorita berkata, “Segera bawa ke sini.” Pelayan itu sudah tidak peduli lagi pada kata-kata Alviorita yang tegas. Ia segera menyerahkan benda yang dibawanya kepada Alviorita. “Tahan sebentar,” kata Alviorita lembut sambil membersihkan luka anak itu dengan air. Walaupun anak itu diam saja tetapi Alviorita tahu ia menahan rasa sakit ketika lukanya tersentuh oleh air. Melihat tangan anak itu menggenggam erat-erat pinggiran kursinya, Alviorita tersenyum padanya dan membersihkan lukanya dengan lembut. Alviorita masih tersenyum kepada anak itu ketika ia membalut lukanya. Anak yang sejak tadi hanya menahan sakit, membalas senyum Alviorita. “Hebat,” kata seseorang sambil bertepuk tangan. Alviorita mengenali suara itu tetapi ia tidak mau memalingkan kepalanya. Ia merasa malas mendengar suara yang paling tidak ingin didengarnya itu. “Tak kusangka engkau mampu membuat Jeffreye duduk diam sementara engkau mengobatinya.” “Mari kita ke Ruang Kanak-Kanak,” bisik Alviorita.
www.ac-zzz.tk Melihat Alviorita tidak memperhatikan pujiannya melainkan mengulurkan tangan pada kemenakannya, Trent merasa jengkel. “Engkau tidak pernah memperhatikan segala yang kukatakan.” “Bagaimana mungkin aku memperhatikan segala pujian kosongmu?” kata Alviorita dalam hati sambil tersenyum sinis – mengejek Trent. Alviorita tahu Trent merasa terhina ketika ia tetap tidak memperhatikannya melainkan memperhatikan Jeffreye yang sekarang telah berada dalam gendongannya. Walaupun demikian Alviorita tetap tidak mengalihkan perhatiannya dari Jeffreye. Dengan tenang, ia berjalan mendekati Trent yang berdiri di salah satu pintu Ruang Duduk yang menuju ke dalam. Trent memegang lengan Alviorita ketika gadis itu hendak melaluinya. “Lepaskan aku.” Suara Alviorita yang dingin dan tegas itu tidak membuat Trent melepaskan lengan gadis itu. Sebaliknya ia semakin memperat pegangannya. “Mengapa engkau selalu menghindar dariku?” “Tanyalah pada dirimu sendiri. Sekarang biarkan aku mengantar kemenakanmu ini ke Ruang Kanak-Kanak.” Trent baru saja akan mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba terdengar seseorang berkata tegas, “Biarkan ia lewat, Trent.” Alviorita terkejut mendengar suara lantang dan tegas itu. Ia memalingkan kepalanya ke pintu Ruang Duduk yang lain yang menuju ke halaman Castil Q`arde. Pria itu menatap tajam wajah Alviorita yang masih dikuasai rasa terkejutnya. “Ia benar. Jeffreye pasti lelah setelah perjalanan yang jauh.” “Baiklah, Nathan,” kata Trent mengalah. Alviorita segera berlalu dari tempat itu sebelum Trent melihat wajah terkejutnya. Sekarang semuanya telah jelas bagi Alviorita. Ia telah bertemu tunangannya. Dan tunangannya itu adalah pria yang tadi datang bersama anak yang sekarang ada dalam gendongannya. Alviorita heran mengapa ia takut mendengar kata-kata tunangannya itu mengenai tingkahnya ketika ia melompat dari pohon untuk menghentikan kuda yang sedang marah. Tetapi ia juga senang karena dengan demikian pria itu tidak akan pernah menduga ia adalah sang Putri Mahkota. Mengingat masih ada seorang anak dalam gendongannya Alviorita tidak berani menunjukkan rasa senangnya karena hingga kini tidak seorangpun dari Istana yang mencarinya ke Castil Q`arde.
www.ac-zzz.tk “Engkau tidak apa-apa?” tanya Alviorita. “Tidak.” “Siapa namamu?” “Jeffreye.” Mendengar Jeffreye terus memberi jawaban singkat, Alviorita tersenyum. “Lukamu masih terasa sakit?” Jeffreye menggeleng. “Engkau lelah?” Jeffreye mengangguk. “Sandarkan kepalamu pada bahuku dan tidurlah.” Belum sempat Alviorita menyelesaikan kalimatnya ketika anak itu telah menyandarkan kepalanya ke bahu Alviorita dan memejamkan matanya. Alviorita tersenyum melihat anak itu segera tertidur. Ia mengerti anak itu telah menempuh perjalanan yang panjang dan sekarang ia lelah terlebih lagi setelah menahan rasa sakitnya. Melihat anak itu tertidur dalam pelukannya, Alviorita melupakan rasa senangnya karena tidak seorangpun dari Istana Urza yang mencarinya di Castil Q`arde. Gadis itu merasa senang sekali melihat anak yang manis itu tertidur nyenyak dalam gendongannya. Tidak pernah Alviorita merasa sesenang ini. Ini adalah pengalaman pertama kalinya. Ini pertama kalinya ia menyentuh anak kecil. Sebelumnya ia tidak pernah mendekati anak-anak. Semua orang yang berada di sekitarnya lebih dewasa darinya. Hanya sedikit orang yang lebih muda darinya. Tetapi mereka hanya lebih muda beberapa tahun darinya. Dalam setiap kunjungannya ke kota-kota besar pun ia tidak pernah berada di dekat anak-anak bahkan mengunjungi panti asuhan. Semua yang dilakukannya selama hampir delapan belas tahun hanyalah mengurusi masalah kerajaan. Mulai dari kehidupan rakyat hingga masalah politik. Di dalam semua kegiatannya tidak pernah tercantum masalah anak-anak. Ketika masih kecil Alviorita sering kali merasa iri pada anak-anak lainnya. Anak-anak lainnya tidak dibebani oleh tugas kerajaan sedangkan ia sejak lahir telah dibebani setumpuk tugas yang tidak pernah berkurang bahkan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hingga saat ini Alviorita masih sering merasa iri pada anak-anak. Ia merasa ia telah kehilangan masa kecilnya bahkan tidak pernah mempunyainya. Hidupnya hanya dipenuhi kewajiban-kewajiban saja. Dan itu tidak pernah menyentuh masalah anakanak. Alviorita tidak pernah melihat keceriaan anak-anak itu dengan mata
www.ac-zzz.tk kepalanya sendiri. Ia hanya dapat membayangkan hidup anak-anak sangat bebas dan penuh keceriaan seperti berada di surga. Bagi Alviorita sekarang semuanya telah berubah. Ia bukan lagi Putri Mahkota dengan setumpuk tugasnya. Ia adalah gadis biasa yang sedang menyamar di Castil tunangannya sendiri. Sekarang ia dapat melakukan apa saja yang diinginkannya. Duke dan Duchess of Kryntz sama sekali tidak keberatan ketika kemarin mereka melihat dirinya berkelakuan yang dikatakan Maryam bukan sebagai tingkah seorang Putri Mahkota. Memang kemarin Alviorita tidak menunjukkan kemahiran memanjat pohonnya tetapi ia tahu Duke dan Duchess tidak akan mempermasalahkan bila ia bertingkah tidak seharusnya, sopan dan lemah lembut. Sepanjang hari kemarin ia mempergunakan waktunya untuk menikmati kebebasannya dengan berkeliling Castil Q`arde seorang diri. Tidak jarang ia berlari-lari sambil melompat kecil. Saat itu Alviorita berpikir. Bagaimana reaksi pengasuhnya bila melihat ia bertingkah seperti itu. Maryam adalah seorang wanita yang penuh pengertian kecuali dalam hal peraturan. Ia sangat ketat dalam hal satu ini. Ia selalu menginginkan Alviorita bersikap seperti seorang Putri Mahkota yang sempurna. Setiap langkah Alviorita selalu diperhatikannya dengan cermat. Ia tidak pernah mengijinkan Alviorita bersikap kurang sopan dan anggun. Ia juga mengajari Alviorita untuk bersikap angkuh tetapi tetap memperhatikan keramahan. Walaupun Alviorita tidak pernah mengeluh tetapi sebenarnya ia tidak menyukai semua itu. Seperti ia tidak menyukai kegiatan rutinnya. Alviorita melihat Duke tengah berjalan menuju ke arahnya ketika ia hampir sampai di Ruang Kanak-Kanak. “Siapa anak itu?” tanya Duke ingin tahu. “Jeffreye.” Duke terkejut. “Nathan sudah datang?” Alviorita mengangguk. “Engkau akan membawa Jeffreye ke mana?” “Saya akan membawanya ke Ruang Kanak-Kanak. Sekarang ia sudah tertidur. Sepertinya ia lelah sekali,” kata Alviorita menjelaskan. “Kalau begitu kami tidak akan menghalangimu lagi,” kata Duchess yang tiba-tiba muncul dari dalam kamarnya. Duchess menarik suaminya menuju Ruang Duduk. Alviorita tersenyum. Ia segera membawa Jeffreye ke Ruang KanakKanak.
www.ac-zzz.tk Ruang Kanak-Kanak kosong. Innane yang setahu Alviorita selalu berada di sana, kali ini tidak ada di sana. Dengan hati-hati Alviorita meletakkan Jeffreye di tempat tidur dan menyelimutinya. Alviorita memandangi wajah mungil yang tertidur itu sebelum ia memperhatikan ruangan itu. Suasana di Ruang Kanak-Kanak tidak berbeda dari ruangan yang lain. masih ada ukiran tumbuhan yang dapat dijumpai di sana. Alviorita tertarik melihat mainan di sana. Ia senang sekali dapat berada di Ruang Kanak-Kanak kembali walau bukan Ruang Kanak-Kanak yang ada di Istana Urza. Sudah lama sekali Alviorita tidak pernah mengunjun g i Ruang KanakKanak. Sejak kematian ibunya saat ia baru berusia tiga tahun, ia sudah harus meninggalkan masa kecilnya dan mulai belajar segala urusan kerajaan. Semasa ibunya masih hidup, Alviorita masih dapat menghabiskan waktunya untuk bermain-main. Ibunya tidak mengijinkan ayahnya memberinya segala macam pelajaran untuk dapat menjadi Ratu yang baik. Tetapi sejak Ratu yang selalu memberi perlindungan kepada Alviorita dari setumpuk tugas kerajaan itu meninggal, Raja mulai memberikan apa yang tidak dapat diberikan olehnya semasa Ratu masih hidup. Alviorita yang masih kecil harus memasuki dunia yang sama sekali baru baginya. Ia harus mulai belajar bersikap sebagai Putri Mahkota. Walaupun setiap orang di sekelilingnya selalu mengatakan ia adalah Putri Mahkota tetapi Alviorita tidak pernah menyukainya. Ia masih ingin menghabiskan waktunya untuk bermain ketika ia dipaksa belajar oleh Raja. Karena itu, setiap kali Raja tidak ada, Alviorita selalu meninggalkan semua kegiatan rutinnya dan membuat semua orang kebingungan. Tengah Alviorita asyik memperhatikan Ruang Kanak-Kanak, seseorang membuka pintu. Tetapi Alviorita tidak mendengarnya. Gadis itu tenggelam dalam dunianya sendiri. “Terima kasih atas bantuan Anda.” Sekali lagi suara berat itu membuat Alviorita terkejut. Alviorita memalingkan kepalanya kepada pria itu. Nathan menimbang apakah ia harus mengatakan segala yang diketahuinya dari orang tuanya mengenai gadis itu. Sesaat setelah kepergian gadis itu bersama Jeffreye, Trent berkata, “Menurutmu bagaimana dia?” Nathan mengerti siapa yang dimaksud adiknya tetapi rasa herannya membuat ia bertanya tanpa sadar, “Gadis itu?”
www.ac-zzz.tk Trent mengangguk. “Ia cantik bukan?” Tanpa menanti jawaban Nathan, Trent berkata, “Aku menyukainya. Ia gadis yang paling cantik yang pernah kujumpai. Aku menyukai mata hijaunya yang selalu menatap tajam.” “Siapakah gadis itu?” Duke yang baru muncul tersenyum dan berkata, “Ia adalah hasil dari keterburu-buruanmu.” “Maksud Papa?” tanya Nathan tidak mengerti. “Karena engkau terburu-buru berangkat ke Druqent, engkau lupa membawa barang yang akan diberikan Mamamu pada adiknya. Kemudian Trent menyusulmu. Adikmu juga berangkat dengan terburu-buru dan akhirnya ia menabrak gadis malang itu.” “Gadis malang itu kehilangan ingatannya dan Mama meminta ia tinggal di sini sampai ingatannya pulih,” kata Duchess. “Aku memberinya nama Rosa. Bagus bukan? Nama itu sesuai untuk kecantikannya dan matanya yang tajam,” kata Trent bangga. Nathan diam saja. “Engkau telah bertemu dengannya?” tanya Duke. “Ya. kami bertemu di depan.” “Jadi engkau telah mengenalnya?” tanya Duchess. “Belum. Kami tidak saling berkenalan.” Duke menggeleng tak mengerti. “Apa saja yang kaulakukan? Engkau bertemu gadis secantik dia tetapi engkau tidak mengajaknya berkenalan.” “Bagaimana dengan tunangannya?” tanya Trent merajuk. “Oh…, aku lupa dia sudah punya tunangan.” “Engkau sudah siap untuk pesta pertunanganmu besok?” tanya Duchess. Nathan enggan mendengar masalah itu. “Aku akan melihat keadaan Jeffreye,” katanya dan sebelum orang tuanya memberinya ijin, ia telah berlalu dari ruang itu. Melihat kebingungan di wajah gadis itu, Nathan berkata, “Saya telah mengetahui tentang Anda. Kata orang tua saya, Anda kehilangan ingatan Anda.” “Lupakan saja. Saya tadi hanya bertindak tanpa rencana.” “Saya tidak melihatnya seperti itu,” Nathan mengakui, “Saya melihat Anda telah memperhitungkan segala sesuatunya sebelum Anda melompat dari pohon.”
www.ac-zzz.tk Alviorita menggeleng. “Saya hanya melakukannya sesuai apa yang saat itu terlintas dalam benak saya dan tanpa perhitungan. Kebetulan saja saya dapat mencapai punggung kuda itu.” “Kebetulan yang menguntungkan.” “Sepertinya itulah,” kata Alviorita, “Bagaimana keadaan kuda itu?” “Ia sudah lebih tenang sekarang. Kuda itu menginjak sesuatu yang tajam.” Alviorita terkejut. “Dan ia tiba-tiba bertingkah seperti itu karena ia terkejut.” Nathan menatap wajah Jeffreye yang tertidur. “Untung Anda cepat menolong.” Mendengar nada suara pria itu, Alviorita tahu pria itu menyembunyikan sesuatu dalam kata-katanya. “Maksud Anda melompat dari pohon?” Nathan menjawabnya dengan tersenyum. Alviorita jengkel melihat senyum itu. Senyum itu seperti mengejek. “Saya memang tidak dapat berbuat yang lain selain itu. Dan saya tidak menyalahkan Anda yang mempunyai pandangan seperti itu mengenai sikap saya.” “Saya tidak mengatakan apa-apa,” Nathan membela dirinya tetapi senyumnya masih tidak hilang. “Anda memang tidak mengatakan apa-apa tetapi wajah Anda lebih menerangkan apa yang Anda pikirkan,” kata Alviorita dengan ketenangan yang dingin. Nathan tersenyum pada Alviorita kemudian ia mengalihkan perhatiannya pada kemenakannya yang tertidur nyenyak. “Lebih baik Anda beristirahat. Anda pasti lelah karena…” “Melompat dari pohon?” kata Alviorita tajam. Nathan hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum. “Tidak, terima kasih. Saya ingin mengawasinya.” Suara Alviorita yang tidak mau mengalah itu membuat Nathan hanya mengangkat bahunya tanpa mengatakan apa-apa. Alviorita jengkel melihat sikap pria itu yang seperti tidak peduli atas apa yang telah terjadi. Tetapi ia juga merasa senang karena sikapnya ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak ingin bertunangan dengannya. Sikap Nathan yang selalu menyembunyikan sesuatu itu dapat dijadikan Alviorita sebagai perisainya bila ayahnya tetap memaksa dirinya untuk menikah dengan pria itu.
www.ac-zzz.tk Tetapi apa yang dilakukan Alviorita ini memang curang. Tanpa sepengetahuan siapa pun, ia berusaha menggagalkan pertunangannya sendiri dari dalam keluarga Kryntz. Meskipun demikian Alviorita tidak peduli. Ia tidak peduli apakah yang dilakukannya ini curang atau tidak. Yang dipedulikan Alviorita hanya hasil dari penyamarannya ini. Apakah ia berhasil atau sebaliknya? Alviorita tahu semua ini tergantung dari dirinya sendiri. Bila ia dapat menjaga sikap terutama kata-katanya. Ia akan membuat semua orang di Castil Q`arde mempercayai bahwa ia bukan sang Putri Mahkota. Dan besok adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Alviorita. Esok adalah bukti apakah Alviorita benar-benar dapat melarikan diri dari Istana Urza atau tidak. Apakah Alviorita dapat melanjutkan rencananya atau sebaliknya, ia harus membuat rencana baru. Rencana yang sedang dijalaninya ini memang merupakan rencana mendadak. Tetapi hingga saat ini rencana itu berjalan dengan lancar. Buktinya adalah suasana tegang di Istana Urza. Sejak kemarin, sepanjang hari Raja Phyllips marah. Wolve serta semua prajurit yang bertugas menemukan Alviorita menjadi takut melihatnya. Walaupun Wolve telah sering melihat kemarahan Raja. Namun kali ini ia tetap merasa takut melihat kemurkaan yang luar biasa di wajah Raja. Wajah Raja Phyllips benar-benar menakutkan. Awan kemarahan terus membayangi wajahnya yang tetap terlihat muda. “Ingat waktumu hanya tinggal hari ini,” kata Raja Phyllips mengingatkan, “Hari ini juga engkau harus menemukan Alviorita.” Mendengar nada mengancam dalam suara Raja, Wolve tidak berani membantah. Ia hanya mengangguk. “Apa lagi yang engkau tunggu?” kata Raja, “Cepat temukan Alviorita. Hingga ke ujung dunia pun engkau harus menemukan Alviorita.” “Hari ini juga,” tambah Raja dengan tegas. Wolve membungkuk. “Baik, Paduka.” Ketika meninggalkan Ruang Tahta, Wolve berpikir bagaimana cara ia menemukan Alviorita di kerajaan yang berbukit-bukit seperti ini dalam satu hari. Kepergian Alviorita ini telah membuat setiap orang di Istana Urza menjadi cemas sekaligus takut pada kemurkaan Raja Phyllips. Tetapi tidak ada yang tahu siapa yang harus disalahkan. Alviorita yang kabur? Maryam yang tidak dapat menjaga Alviorita dengan baik? Raja Phyllips yang membuat Alviorita kabur? Atau penjaga gerbang yang tidak melihat kepergian
www.ac-zzz.tk Alviorita? Kalaupun ada yang tahu siapa yang harus disalahkan dalam hal ini. Tidak mungkin orang itu akan mengatakan yang sebenarnya. Setiap orang pasti merasa takut sebelum menunjukkan kepada siapa kesalahan itu terletak. Tidak mungkin ada yang berani mengatakan Alviorita atau Raja Phyllips yang bersalah. Yang menjadi persoalan saat ini bukan siapa yang bersalah melainkan bagaimana menemukan Alviorita. Bagaimana menemukan gadis itu sebelum pesta pertunangannya. Wolve merasa tidak ada yang dapat dilakukan selain menunda pesta pertunangan itu. Waktu untuk mencari Alviorita sangat sempit. Dan daerah pencariannya sulit ditempuh. Tidak mungkin Alviorita akan ditemukan. Wolve sendiri mulai merasa ragu apakah Alviorita masih berada di Vximour atau ia sudah berada di kota lain. Hingga saat ini tidak seorangpun di Vximour yang melihat Alviorita. Seperti kata Maryam, Alviorita selalu menghilang seperti ditelan bumi. 4 Tepat seperti yang diramalkan Wolve, hingga hari pertunangannya, Alviorita masih belum ditemukan. Tentu saja hal ini membuat Raja Phyllips semakin marah. Tetapi Raja sendiri juga tahu tidak ada yang dapat dilakukannya selain menunda pesta tersebut. “Jadi hingga hari ini Alviorita belum ditemukan,” kata Raja. “Maafkan kami, Paduka. Kami telah mencari Tuan Puteri ke seluruh tempat tetapi hingga kini kami belum menemukan Tuan Puteri,” kata Wolve sambil membungkuk dalam-dalam. Raja Phyllips menatap Wolve. “Lupakan saja. Sekarang tidak ada yang dapat kita lakukan selain menunda pesta pertunangan itu. Alviorita memang suka membuat masalah.” Wolve diam menanti perintah selanjutnya dari Raja. “Sebarkan perintah pencarian Alviorita,” kata Raja Phyllips, “Sebelumnya sampaikan suratku kepada Duke of Kryntz.” Wolve terkejut melihat Raja mengeluarkan secarik surat dari sakunya. Rupanya Raja juga merasa ia tidak akan dapat menemukan putrinya tetapi ia tetap menyuruh semua orang mencoba untuk menemukan Alviorita. Raja menggunakan kesempatan yang sempit untuk menemukan Alviorita. Walaupun
www.ac-zzz.tk ia tidak berhasil, setidaknya ia telah mencoba. Wolve mengagumi sikap Raja. Ia mengambil surat itu dari tangan Raja. “Sampaikan juga permintaan maafku yang sedalam-dalamnya,” kata Raja pada Wolve. Kemudian Raja memalingkan kepalanya kepada Menteri Dalam Negeri, James. “Sebarkan pengumuman penundaan pesta pertunangan ini kepada seluruh undangan.” “Baik, Paduka,” jawab James sambil membungkuk. “Dan jangan kau bongkar ruang yang telah dipersiapkan. Biarkan ruang itu apa adanya karena begitu Alviorita ditemukan, aku akan segera melangsungkan pesta pertunangannya sehingga ia tidak dapat kabur lagi.” Sekali lagi James membungkuk sambil berkata, “Baik, Paduka.” “Sebarkan prajuritmu ke seluruh pelosok Kerajaan Lyvion, Rupert. Jangan sampai ada yang terlewatkan.” Menteri Pertahanan yang mendapat tugas itu membungkuk dan berkata, “Baik, Paduka.” Melihat ketiga orang yang mengemban perintahnya masih belum juga beranjak, Raja Phyllips berkata, “Sekarang lakukan perintahku.” “Baik, Paduka,” kata mereka serempak. Setelah kepergian ketiga pria itu, Raja masih terus mondar-mandir di Ruang Tahta. Pikirannya masih dipenuhi oleh hilangnya putrinya. Ia tidak mengerti mengapa tidak seorangpun yang tahu di mana Alviorita berada. “Kurasa kali ini Raja Phyllips benar-benar marah,” kata James. “Aku merasa tak lama lagi ia akan mengerahkan seluruh penduduk Kerajaan Lyvion untuk menemukan Tuan Puteri.” “Engkau salah, Wolve. Ia sudah melakukannya,” kata Rupert sambil tersenyum. “Apa yang dapat dilakukan? Seperti kata Maryam, Putri Alviorita selalu menghilang seperti ditelan bumi,” kata Wolve. “Sejak dulu Putri Alviorita memang selalu begitu. Hingga kini aku selalu ingin tahu ke manakah Putri bersembunyi sehingga tidak seorangpun dari kita yang dapat menemukannya,” kata Rupert. “Putri Alviorita pandai menghilang,” timpal James. “Sekarang kita berpisah di sini,” kata Wolve ketika mereka telah sampai di halaman Istana Urza. Mereka saling mengucapkan selamat tinggal kemudian menaiki kuda yang telah dipersiapkan. Wolve segera menuju kediaman Duke of Kryntz.
www.ac-zzz.tk Ketika Wolve sampai di sana, ia tidak menyadari sepasang mata hijau tengah mengawasinya dari atas pohon. Mata hijau itu bersinar penuh kemenangan. Wolve terus memasuki halaman Castil Q`arde. Kedatangannya disambut oleh pelayan yang segera mengantarkannya ke tempat Duke of Kryntz. “Apa yang membuatmu kemari, Wolve?” sambut Duke. Wolve tersenyum. “Apa lagi selain perintah Paduka?” Duke terkejut. “Apakah terjadi sesuatu yang serius di Istana Urza?” “Dapat dikatakan seperti itu.” “Apa yang terjadi?” “Sebaiknya engkau membaca surat ini.” Duke menerima surat itu. Dari amplopnya yang bergambar simbol kerajaan, ia tahu surat itu dari Raja Phyllips. Setelah membaca surat itu, Duke tidak mengatakan apa-apa. Ia berkata kepada istrinya, “Panggilkan Nathan. Kurasa ia pasti tertarik mendengar hal ini.” Duchess segera meninggalkan ruangan itu. Sepeninggal Duchess, Duke masih tidak mau membicarakan isi surat itu dengan Wolve. Duke tersenyum pada Wolve, “Engkau mau minum apa?” “Tidak, terima kasih.” Wolve merasa heran melihat sikap Duke yang tenang itu. Semula ia menduga Duke akan sangat terkejut tetapi apa yang dilihatnya sekarang benar-benar bertentangan dengan apa yang dipikirkannya. Duke terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal masalah ini menyangkut pertunangan putranya. Untuk menghilangkan kesunyian, Duke berkata, “Bagaimana keadaan Raja Phyllips?” “Raja Phyllips baik-baik saja.” “Apakah ia sudah tidak terguncang lagi karena kematian Ratu?” Wolve menghela napasnya. “Kurasa sampai saat ini Raja masih saja merasa terguncang tetapi Tuan Puteri sudah tidak lagi. Sepertinya Tuan Puteri telah melupakan kematian ibunya.” “Saat itu Putri Alviorita masih kecil. Ia pasti dengan cepat melupakan ibunya,” kata Duke. “Siapa yang dapat menduga, Ratu yang selalu sehat tiba-tiba meninggal karena sakit,” kata Wolve, “Dan malang sekali Ratu meninggal di Castil ini.” Duke hendak mengatakan sesuatu ketika pintu Ruang Duduk terbuka.
www.ac-zzz.tk Duchess muncul beserta kedua putranya. “Duduklah, Nathan,” kata Duke, “Aku mempunyai berita untukmu.” Nathan mendekati ayahnya. Ketika ia sudah dekat, Duke menyodorkan surat Raja Phyllips kepadanya. Nathan menerima surat itu dan membacanya. “Tidak mungkin?” tanya Nathan tidak percaya. “Apa yang telah terjadi?” tanya Duchess ingin tahu. “Putri Alviorita kabur dari Istana Urza,” kata Duke memberi tahu. “Oh…,” kata Duchess sambil menutupi mulutnya. Mereka memandang wajah Wolve yang sudah siap dengan serentetan pertanyaan. Sebelum setiap orang memberinya pertanyaan, Wolve berkata, “Kemarin lusa Putri Alviorita menghilang. Tidak seorangpun yang dapat menemukannya baik di dalam maupun di luar Istana Urza. Juga tidak seorangpun yang melihat kepergian Tuan Puteri.” “Hebat!” seru Trent kagum, “Seperti ditelah bumi.” “Itulah yang selalu dikatakan Maryam. Putri Alviorita memang selalu begitu setiap kali ia menghilang tidak seorangpun yang dapat menemukannya. Ia hilang dan muncul seperti disihir.” Trent berseru kagum. “Hebat! Aku ingin belajar bersembunyi darinya.” “Kalian belum menemukannya?” tanya Duke. “Sejak Putri hilang, kami telah berusaha mencarinya tetapi hingga saat ini kami tetap tidak berhasil. Raja Phyllips marah sepanjang hari karenanya. Dan hari ini ia mengadakan pencarian besar-besaran. Semua prajurit dikerahkannya untuk mencari Tuan Puteri bahkan seluruh penduduk Kerajaan Lyvion.” “Itu artinya pesta pertunangan mereka ditiadakan?” tanya Duchess. Wolve mengangguk. “Engkau beruntung, Nathan. Tunanganmu kabur sehingga pertunangan kalian batal,” kata Trent. “Tidak. Bukan begitu maksudku,” Wolve cepat-cepat membenarkan kata-kata Trent, “Begitu Putri ditemukan, Paduka akan segera melangsungkan pesta pertunangan mereka.” “Pertunanganmu tidak jadi batal, Nathan,” kata Trent mengumumkan. “Tetapi mungkin saja pertunangan itu batal,” kata Wolve, “Tidak seorangpun dapat menemukan Putri Alviorita bila ia telah bersembunyi.” Wolve tiba-tiba teringat sesuatu. “Paduka meminta maaf yang sedalamdalamnya atas penundaan pesta pertunangan ini.” Duke tersenyum. “Tidak apa-apa. Kami mengerti.”
www.ac-zzz.tk “Tugas pertamaku telah selesai. Sekarang aku harus segera kembali untuk menyelesaikan tugas keduaku.” “Kami tidak akan menghalangimu. Kami mengerti dengan menghilangnya Putri Alviorita ini, engkau mempunyai banyak tugas,” kata Duke. “Ya, sejak Yang Mulia Tuan Puteri kabur dari Istana Urza, aku mendapat banyak tugas.” Merasa ia telah menyelesaikan tugasnya, Wolve bangkit. “Kurasa aku telah menyampaikan semua pesan Paduka.” “Terima kasih, Wolve,” kata Duke. Dari tempat duduknya, Alviorita melihat Duke mengantarkan Wolve hingga ke pintu depan. Alviorita tersenyum puas melihat Wolve telah pergi. Sekarang Alviorita benar-benar merasa bebas. Ia senang sekali telah berhasil membatalkan pesta pertunangan konyolnya. Alviorita yakin tidak akan ada orang yang akan mencarinya di Castil Q`arde. Setelah kepergian Wolve, Alviorita masih tidak ingin turun. Ia masih ingin menikmati saat yang paling membahagiakannya ini dari atas pohon. Kepada serombongan burung yang terbang di atasnya, Alviorita berkata, “Sekarang aku mempunyai sayap seperti kalian dan dengannya aku akan mengelilingi dunia.” Membayangkan ia berjalan-jalan ke bukit yang selalu dilihatnya dari puncak menara membuat Alviorita semakin senang. Dipandanginya rumahrumah penduduk yang tampak dari atas pohon itu. Rumah-rumah dengan pemandangannya yang tampak kecil dari menara Istana Urza sekarang tampak lebih besar dan lebih dekat. Sekarang dengan cepat Alviorita dapat mencapai tempat-tempat yang ingin didatanginya. Tanpa pengawal. Tanpa tugas rutin. Tanpa larangan setiap orang. Dan yang lebih penting tidak seorangpun yang akan mengenalnya. Tidak akan ada orang yang mengenalnya sebagai Alviorita. Mereka hanya tahu ia adalah gadis yang hilang ingatan yang bernama Rosa. Dibayangkannya hari-hari yang akan datang. Ia tidak perlu khawatir orang-orang akan menemukannya. Sekarang yang harus dilakukannya adalah membuat setiap orang Castil Q`arde semakin yakin ia bukan sang Putri Mahkota. Awal dari rencana Alviorita telah berhasil dengan baik. Sekarang Alviorita dapat meneruskan rencananya.
www.ac-zzz.tk Kepada ayahnya Alviorita telah membuktikan ia bukan gadis yang dapat dipaksa. Ia mau dipaksa belajar keras hanya untuk penduduk Kerajaan Lyvion. Tetapi ia tidak akan pernah mau dipaksa menikah dengan Nathan, pria yang paling membosankan yang pernah ditemuinya. Setelah bertemu dengan Nathan sendiri, Alviorita masih merasa pria itu adalah pria yang paling membosankan. Pria itu sama sekali tidak peduli apa yang terjadi di sekelilingnya. Bagaimana ia akan peduli terhadap istrinya? Alviorita juga tidak mau mengakui pria itu adalah pria yang menarik walaupun Alviorita mengakui pria itu tampan. Hingga saat ini Alviorita sering merasa heran mengapa Nathan berbeda dengan adiknya. Dulu karena terkejutnya, Alviorita tidak dapat merasakan lucunya keluarga Kryntz. Tetapi sekarang saat Alviorita merasa senang dan lega. Ia mulai menyadari apa yang belum disadarinya dulu. Sekarang Alviorita dapat tersenyum geli ketika ia membayangkan Duchess yang cantik bersanding dengan Duke yang agak gemuk. Tetapi ia lebih tersenyum geli ketika ia membayangkan Nathan yang tinggi dan tampan dijajarkan dengan adiknya yang pendek dan lucu. Hidup di Castil Q`arde tidak akan terasa membosankan bagi Alviorita. Ia telah menemukan apa yang dapat membuatnya gembira. Alviorita tersenyum. Semalam ia telah menghabiskan waktunya sesuai dengan apa yang paling diinginkannya. Ia menghabiskan waktunya bersama Jeffreye. Dan ia masih berada di Ruang Kanak-Kanak ketika anak itu pergi tidur. Melihat langit telah cerah, Alviorita memutuskan untuk melihat apakah Jeffreye sudah bangun. Dengan hati-hati Alviorita memanjat turun pohon itu. S epasang tangan yang memegang pinggang Alviorita ketika ia hampir sampai di tanah. Alviorita terkejut. Orang itu mengangkatnya dari batang pohon dan menurunkannya tepat di depannya. Alviorita terkejut melihat wajah Nathan berada di dekatnya. “Terima kasih,” katanya gugup. Nathan tersenyum sinis. “Sudah menjadi kebiasaanmu?” katanya sambil memandang puncak pohon. Alviorita menyadari tangan pria itu belum beranjak dari pinggangnya. “Dapatkah Anda melepaskan tangan Anda?” tanyanya sopan namun tajam.
www.ac-zzz.tk Nathan segera menarik tangannya dari pinggang Alviorita. “Terima kasih,” kata Alviorita sambil berlalu. Tetapi Nathan tidak melepaskan Alviorita begitu saja. Nathan menangkap lengan gadis itu. “Apa yang dapat membuatku yakin engkau tidak akan melakukan kebiasaanmu yang berbahaya itu?” “Lepaskan aku!” kata Alviorita. “Ke mana engkau akan pergi?” “Aku tidak akan memanjat pohon lagi. Saat ini aku ingin melihat Jeffreye,” kata Alviorita sambil menyentakkan lengannya. Begitu lengannya terlepas dari pegangan Nathan, Alviorita segera berlari ke dalam Castil Q`arde. Alviorita tahu pria itu mengikutinya tetapi ia tidak peduli. Ia tidak suka pria itu menemukan ia tengah menuruni pohon. Ketika mata Alviorita menangkap bayangan seseorang dari dalam Castil Q`arde, ia berhenti berlari. Ia tahu Nathan tidak mungkin berani menganggunya selama ada orang di Castil Q`arde. Dengan tersenyum senang, Alviorita berjalan dengan tenang menuju bangunan utama Castil Q`arde. Tepat seperti yang diduga Alviorita. Nathan tidak berusaha mengejar maupun menahan Alviorita. Ia hanya berjalan di samping Alviorita. “Engkau harus berjanji dulu padaku. Engkau tidak akan melakukan kebiasaanmu yang berbahaya itu,” kata Nathan. “Berbahaya?” tanya Alviorita santai. “Apakah engkau tidak menyadari engkau dapat jatuh dan terluka bila engkau terus-menerus memanjat pohon seperti itu,” kata Nathan, “Aku tidak tahu apa yang terjadi bila aku tidak menemukanmu turun dari pohon itu.” “Akan menjadi berbahaya bila engkau mengejutkanku seperti itu,” kata Alviorita tajam, “Lagipula mengapa engkau sibuk mengurusi aku? Bukankah masih banyak yang dapat kaulakukan? Pekerjaanmu yang membosankan itu, misalnya.” “Aku tidak melakukannya demi engkau,” balas Nathan tak kalah tajamnya, “Aku melakukannya karena aku tidak ingin engkau memperngaruhi kemenakanku. Sejak kemarin ia tampak kagum dengan tindakan penyelamatanmu.” “Sudah kuduga,” kata Alviorita santai, “Bagaimana mungkin manusia yang paling acuh seperti engkau akan mengurusi masalah selain tanggung jawab, tugas dan entah apa lagi pekerjaan yang membosankan.” “Aku mengingatkanmu untuk tidak mempengaruhi Jeffreye,” kata Nathan memperingati. Alviorita mengabaikan peringatan itu. “Itu tidak ada dalam rencanaku.”
www.ac-zzz.tk Nathan tiba-tiba berhenti. Ia menangkap lengan Alviorita. Alviorita memandang tajam Nathan. “Lepaskan aku!” “Aku tidak akan melepaskanmu sebelum engkau berjanji padaku,” kata Nathan tajam. Pandangan mata Nathan yang tajam membuat Alviorita merasa kecil dan itu membuat Alviorita semakin merasa jengkel pada tunangannya itu. Alviorita tidak suka pada segala macam perasaan yang ditimbulkan pria itu. “Baiklah, aku berjanji,” kata Alviorita jengkel. Dalam rencana Alviorita memang tidak ada kegiatan untuk mempengaruhi Jeffreye. Yang ada hanya bagaimana ia dapat membatalkan pertunangan konyolnya dengan pria yang sekarang berdiri di dekatnya. Alviorita menatap tajam wajah Nathan tanpa menyadari wajahnya saat itu tampak cantik sekaligus berbahaya. Kalaupun Alviorita menyadarinya, Alviorita tidak akan merasa malu. Sebaliknya ia akan merasa senang dapat menunjukkan wajah berbahaya seperti itu. Seperti kegiatannya yang saat ini dapat berbahaya bagi pertunangan konyolnya. “Bagus,” kata Nathan puas. Alviorita merasa semakin membenci pria itu ketika ia melihat sinar kemenangan di matanya. Dengan marah ia menyentakkan lengannya. Bagi Alviorita cukup sekian saja ia berada di dekat Nathan. Belum sempat Alviorita menjauhi Nathan, Trent sudah muncul. Dalam hati Alviorita mengeluh mengapa ia bertemu dengan dua pria yang menjengkelkan dalam satu saat. Yang satu hanya mementingkan kewajibannya dan yang satu hanya pandai menjual pujian. Tiba-tiba Alviorita menyadari ia dapat memanfaatkan keberadaan Trent untuk menemukan perisai yang lain di Castil Q`arde. “Siapakah pria yang tadi datang dengan kudanya bersama prajurit itu?” tanyanya. “Orang itu adalah Kepala Pengawal Istana Urza, Wolve,” jawab Nathan. “Mengapa ia kemari?” “Ia menyampaikan surat Raja kepada ayahku,” jawab Trent. “Apa isi surat itu?” tanya Alviorita tertarik. “Aku tidak tahu. Tanyalah kakakku,” jawab Trent sambil memandang wajah Nathan. Walaupun enggan tetapi Alviorita tetap menatap memohon pada Nathan. Ia ingin sekali mengetahui apa yang ditulis ayahnya untuk mengabarkan berita menghilangnya dirinya ini. “Untuk apa engkau mengetahuinya? Ini bukan urusanmu,” kata Nathan sinis.
www.ac-zzz.tk “Apa yang akan kaulakukan bila ini memang urusanku?” tantang Alviorita, “Engkau telah mengurusi masalahku yang bukan menjadi masalahmu.” Nathan diam saja. Dari sikapnya Alviorita tahu pria itu menolak untuk mengatakan isi surat Raja Phyllips. Alviorita sudah tahu seperti apa isi surat itu dan ia dapat memancing Nathan mengatakan isi surat itu dengan apa yang diketahuinya. Tetapi ia tidak ingin membongkar penyamarannya sendiri. Alviorita tahu sebelum tengah hari, tidak akan ada seorangpun di luar Istana Urza maupun keluarga Kryntz yang mengetahui berita ini. Penyusunan pengumuman maupun menyebarkan pengumuman itu membutuhkan waktu yang lama. Apalagi bila pengumuman itu mendadak seperti ini. “Kakakku batal menghadiri pesta pertunangannya hari ini,” kata Trent memberitahu. Alviorita terkejut mendengar nada mengejek dalam suara Trent. Dalam hati Alviorita tersenyum senang. Tetapi di luar, ia berpura-pura terkejut, “Pertunangan?” “Ya, seharusnya petang hari ini kakakku akan mengumumkan pertunangannya dengan Putri Alviorita tetapi sang Putri kabur dari Istana Urza.” Alviorita hanya dapat memandang kasihan wajah Nathan tetapi dalam hati ia tersenyum mengejek. Alviorita ingin sekali mengatakan sesuatu tetapi ia khawatir kata-katanya akan terdengar seperti mengejek sebab saat ini yang paling dirasakan Alviorita hanya keinginannya untuk mengejek pria yang tidak disukainya itu. “Bagaimana perasaanmu?” tanya Trent. “Biasa saja,” kata Nathan santai. Telinga Alviorita yang terlatih untuk mendengarkan setiap nada suara seseorang dengan baik, menangkap nada senang dalam suara Nathan. “Engkau tidak lupa bukan? Setelah Putri Alviorita ditemukan, Raja Phyllips akan segera melangsungkan pertunangan kalian sehingga Tuan Puteri tidak dapat kabur lagi,” kata Trent mengingatkan. Nathan diam saja. Alviorita terkejut mendengarnya. Ia tidak menduga ayahnya akan melakukan itu. Alviorita berjanji pada dirinya sendiri kelak bila ayahnya menemukan dirinya, ia telah mempersiapkan sejumlah perisai. Dengannya, Alviorita akan mengadakan pertempuran hanya antara dirinya dan ayahnya. Karena
www.ac-zzz.tk pertempuran ini untuk menentukan masa depan dirinya maka Alviorita harus benar-benar mempersiapkan perisai yang banyak dan dirinya sendiri untuk menghadapi pertempuran itu. Sekarang Alviorita telah menemukan perisai keduanya. Ia harus menyimpan baik-baik perisai itu dan menjaga agar jangan sampai perisai itu menjadi pedang ayahnya. Alviorita tahu bila ia ingin memenangkan pertempuran dengan ayahnya ini, ia harus selalu bersikap hatihati. Perisai kedua telah ditemukan Alviorita. Kemudian Alviorita segera menuju Ruang Kanak-Kanak tanpa mengatakan apa-apa. Mula-mula Alviorita tidak mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya. Tetapi ketika telah dekat Ruang Kanak-Kanak, ia mendengar langkah kaki. Telinga Alviorita yang telah dilatih Alviorita untuk membedakan suara langkah kaki setiap orang – tahu langkah kaki itu adalah langkah Nathan. Alviorita jengkel menyadari pria itu masih tidak mempercayai katakatanya. Ingin sekali ia berkata kepada pria itu, “Aku adalah Putri Mahkota dan tidak mungkin seorang Putri Mahkota melanggar janjinya sendiri.” Tetapi bila ia mengatakan itu, semua penyamarannya akan terbongkar. Dan itu yang paling tidak diinginkannya apalagi sebelum ia menemukan perisai yang cukup untuk menghadapi pertempurannya dengan ayahnya. Sebelum Nathan mendekatinya, Alviorita mempercepat langkahnya ke Ruang Kanak-Kanak. Namun Alviorita lupa, pria itu lebih cepat dari Trent bahkan mungkin dari dirinya sendiri. “Engkau akan ke mana?” tanya Nathan setajam pandangan matanya. Alviorita membalas pandangan mata itu. “Melanjutkan rencanaku.” “Kuperingatkan kepadamu. Aku tidak akan membiarkan engkau mempengaruhi kemenakanku.” Alviorita yang keras kepala tidak mau mendengarkan nada mengancam itu. Dengan senyum menantang, ia berkata, “Semoga aku tidak melupakannya.” Wajah Nathan tampak tegang mendengarnya. Tetapi hal itu tidak membuat Alviorita merasa takut. Ia sudah sering melihat wajah murka ayahnya yang lebih menakutkan dari wajah Nathan. Terutama saat ia menolak pertunangan konyol yang dipersiapkan ayahnya. “Lepaskan aku,” kata Alviorita dengan kemanisan yang tajam. Kemanisan yang ditunjukkan Alviorita sirna ketika Nathan semakin mengetatkan pegangannya pada lengannya. Sekuat tenaga Alviorita menyentakkan lengannya. “Aku ingin menemui Jeffreye.”
www.ac-zzz.tk Nathan tidak melepaskan lengan Alviorita melainkan ia semakin mempererat pegangannya sehingga gadis itu kesakitan. “Lepaskan aku!” kata Alviorita tajam, “Aku hanya ingin melihat apakah Jeffreye sudah bangun.” “Sepanjang hari kemarin engkau terus bermain dengannya hingga larut malam. Kurasa saat ini Jeffreye belum bangun,” kata Nathan sambil melonggarkan pegangannya. Alviorita memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari Nathan. Alviorita benar-benar tidak menyukai sikap Nathan. Ia tidak menyukai pria yang telah membuat dirinya merasa tidak berdaya itu. Alviorita mengerti kekhawatiran Nathan tetapi ia tidak menyukai cara pria itu. Sebenarnya Nathan tidak perlu khawatir karena Alviorita sendiri tidak berniat untuk membuat Jeffreye seperti dirinya. Dalam rencana Alviorita tidak ada keinginan untuk mengajari Jeffreye segala yang dapat dilakukannya. Tidak mungkin ia mengajari anak semanis itu memanjat pohon. Alviorita sendiri sudah tahu bahaya yang dapat terjadi bila ia memanjat pohon tetapi kebiasaan itu telah ada pada dirinya sejak ia kecil. Tidak ada tempat yang dijadikan tempat persembunyiannya dari pengasuh serta pengawal-pengawalnya selain pohon. Bagi Alviorita hanya sekali Nathan menunjukkan perhatiannya pada hal yang bukan menjadi masalahnya. Kemarin ketika pria itu melihat gaun putih Alviorita yang terkena darah Jeffreye, ia berkata, “Sebaiknya Anda mengganti gaun Anda. Gaun itu telah kotor karena darah Jeffreye.” Saat itulah Alviorita menyadari ujung gaunnya memerah. Sejak tadi Alviorita hanya memperhatikan Jeffreye sehingga ia melupakan gaunnya sendiri yang telah digunakannya untuk membersihkan luka Jeffreye. “Anda benar. Noda ini tidak akan hilang bila saya tidak segera membersihkannya.” Alviorita segera meninggalkan Ruang Kanak-Kanak untuk mengganti gaunnya tetapi ia segera kembali lagi untuk menemui Jeffreye. Saat ia tiba kembali di Ruang Kanak-Kanak, ia melihat Nathan telah meninggalkan ruangan itu dan di sana telah ada Innane yang menjaga Jeffreye. Bersama Innane, Alviorita menanti Jeffreye bangun kembali. Bersama wanita itu pula, Alviorita menghabiskan waktunya dengan Jeffreye. Innane sama sekali tidak marah ketika Alviorita terlarut dalam kegembiraannya sehingga melewati batas tidur malam Jeffreye.
www.ac-zzz.tk Tadi pagi ketika Alviorita melihat Jeffreye di Ruang Kanak-Kanak, anak itu masih tertidur. Alviorita menduga sekarang anak itu sudah bangun. Apa yang diduga Alviorita memang tepat. Jeffreye sudah berpakaian rapi. Anak itu segera menyambut kedatangan Alviorita. “Engkau sudah bangun rupanya,” kata Alviorita. “Ke mana kita akan pergi hari ini?” tanya Jeffreye. Alviorita menatap Nathan. “Tanyalah pamanmu. Aku tidak tahu ke mana ia akan membawamu.” “Ke mana kita hari ini?” tanya Jeffreye. “Kurasa sebaiknya kita tidak pergi dulu hari ini. Luka di lututmu masih belum sembuh,” jawab Nathan. “Paman berjanji membawaku berjalan-jalan,” kata Jeffreye merajuk. Alviorita membungkuk dan berkata lembut, “Pamanmu benar, Jeffreye. Lukamu masih belum sembuh benar.” “Kakiku sudah tidak sakit lagi kalau aku berjalan,” kata Jeffreye merujuk. “Sungguh?” tanya Alviorita sambil tersenyum, “Coba kulihat.” Jeffreye segera mundur ketika tangan Alviorita hampir menyentuh lututnya. Alviorita tersenyum, “Katamu sudah tidak sakit lagi?” “Memang sudah tidak sakit lagi,” kata Jeffreye mencoba membela dirinya. Alviorita berdiri dan mendekati Jeffreye. “Mari kita mencobanya.” “Baiklah,” sahut Jeffreye. Alviorita tersenyum senang. “Bagus. Sekarang duduklah di sini,” kata Alviorita sambil meraih sebuah kursi. Jeffreye segera duduk di kursi yang diberikan Alviorita dan menanti apa yang akan dilakukan gadis itu untuk membuktikan kata-katanya. Seperti halnya Jeffreye, semua orang di ruangan itu menanti apa yang akan dilakukan Alviorita. Innane memandang ingin tahu sedangkan Nathan hanya memandang tak mengerti. Mereka sama-sama ingin tahu apa yang akan dilakukan Alviorita. Alviorita membungkuk di depan Jeffreye. Ia tersenyum pada anak itu sebelum ia memegang kaki anak itu yang luka. Wajah Jeffreye tampak pucat ketika gadis di depannya itu menyentuh kakinya. Ia menduga Alviorita akan memegang lukanya. Tetapi Alviorita tidak
www.ac-zzz.tk melakukannya. Alviorita tahu luka Jeffreye yang kemarin masih belum kering dan ia tidak ingin membuat darah mengucur kembali dari luka itu. Alviorita menekuk lutut Jeffreye. Walaupun gerakan gadis itu sangat lembut dan perlahan tetapi itu cukup untuk membuat Jeffreye kesakitan. Melihat Jeffreye menahan sakitnya, Alviorita melepaskan kaki anak itu dengan hati-hati. “Sakit bukan?” tanya Alviorita sambil tersenyum. Jeffreye mengangguk. “Engkau tidak boleh meninggalkan ruangan ini,” kata Nathan menegaskan. Alviorita terkejut. Ia tidak setuju dengan sikap Nathan yang seperti ayahnya yang selalu mengurungnya di Ruang Belajar. Pengalamannya sendiri membuat Alviorita tidak setuju dengan pengurungan kebebasan anak-anak. Ia telah kehilangan masa kecilnya yang bahagia dan ia tidak ingin melihat anakanak lainnya mendapat hal yang sama seperti dirinya. Cukup hanya dirinya yang seorang Putri Mahkota yang tidak dapat bermain saat ia masih kecil. Cukup hanya dirinya yang harus menghabiskan waktunya untuk belajar sejak ia masih tiga tahun. “Tidak!” bantah Alviorita, “Engkau tidak dapat mengurungnya sepanjang hari di sini.” Nathan menatap tajam wajah Alviorita yang penuh tantangan. “Engkau sendiri yang mengatakan lukanya masih sakit.” “Memang tetapi itu tidak berarti ia harus terus dikurung di sini,” kata Alviorita, “Aku akan membawanya keluar dari ruangan ini.” Sebelum Nathan sempat melarangnya, Alviorita telah menggendong Jeffreye. Dan dengan tenang gadis itu mendekati Nathan. “Ia tidak perlu berjalan untuk meninggalkan ruangan ini,” kata Alviorita tajam kemudian ia segera meninggalkan Ruang Kanak-Kanak. Alviorita tahu Nathan mengikutinya tetapi ia tetap diam saja. Ia benar-benar tidak menyukai tunangannya itu. Itu telah menjadi perisainya yang lain. Bahkan menurutnya perisai yang paling kuat di antara semua perisainya. Sampai ia telah menemukan perisai yang cukup bahkan lebih kuat dari senjata ayahnya, Alviorita harus bertahan di Castil Q`arde. Alviorita tahu ia tetap akan dapat bertahan di Castil Q`arde karena ia telah menemukan kegembiraan ketika ia bersama Jeffreye. Juga pada diri Duchess, ia menemukan sosok seorang ibu yang lain. Bagi Alviorita yang kehilangan ibunya saat ia masih tiga tahun, sosok seorang ibu tidak pernah dikenalnya. Pada diri Maryam ia menemukan sosok
www.ac-zzz.tk seorang ibu yang penuh pengertian dan juga sangat disiplin. Tetapi pada diri Duchess, ia menemukan sosok seorang ibu yang lemah lembut. Alviorita menyayangi keduanya baik Maryam yang telah bersamanya kurang lebih selama delapan belas tahun maupun Duchess of Kryntz yang baru saja dijumpainya. Pada diri Innanepun, Alviorita juga melihat sosok seorang ibu, sosok seorang ibu yang pelupa. Alviorita mengakui ia menyukai pada semua yang ada di Castil Q`arde kecuali kedua putra Duke of Kryntz. Terlebih lagi Nathan. Alviorita benar-benar tidak menyukai pria itu. Selama ini ia selalu merasa tidak ada yang dapat menentang keinginannya. Ia selalu merasa apa yang dilakukannya telah tepat. Ayahnya telah berulang kali menekankan padanya bagaimana ia harus bersikap agar tidak mengecewakan rakyatnya. Ia tidak boleh membuat keputusan yang akan menyebabkan rakyatnya menolaknya. Tetapi pria itu telah membuktikan kalau Alviorita masih tidak dapat membuktikan ia adalah seorang Putri Mahkota yang baik. Setiap tindakannya selalu dinilai salah oleh pria itu. Bukan itu yang membuat Alviorita tidak menyukai Nathan. Ia tidak suka perasaan tidak berdaya yang timbul setiap kali ia bertemu dengan pria itu. Karena itulah Alviorita tidak pernah mau mengalah bila ia telah berbicara dengan Nathan. Setiap kata-kata yang diucapkan Alviorita hanya untuk membuktikan dirinya tidak tak berdaya di hadapan pria itu. Ia masih seorang Putri Mahkota yang tidak pernah merasa rendah diri walaupun ia sedang berada dalam penyamaran. Itulah yang ingin dibuktikan Alviorita kepada Nathan. Sesuai kata Maryam, seorang Putri tidak boleh menundukkan kepalanya apalagi merasa rendah diri di hadapan rakyatnya, maka Alviorita juga tidak mau merasa tidak berdaya di hadapan tunangannya. Kepada Trent ia ingin mengatakan bahwa ia bukan gadis yang mudah dirayu dengan pujian. Dan kepada ayahnya, Alviorita ingin mengatakan ia tidak akan pernah mau menikah dengan pria yang tidak disukainya. Untuk mengatakan itu kepada ayahnya, hanya ada satu jalan yaitu melalui pertempuran. Raja Phyllips tidak tahu putrinya tengah mempersiapkan pertempuran antara mereka untuk menentukan masa depan Alviorita. Tetapi Alviorita tahu ayahnya telah mempunyai senjata yang sangat berbahaya bahkan sebelum Alviorita memutuskan untuk mengadakan perang ini. Alviorita senang tidak ada yang mengetahui penyamarannya karena itu akan membantunya menemukan perisai yang banyak dari dalam keluarga Kryntz.
www.ac-zzz.tk “Ya, kita sudah sampai,” kata Alviorita sambil menurunkan Jeffreye di Ruang Duduk. “Bagaimana keadaanmu, Jeffreye? Lukamu sudah sembuh?” tanya Duke ketika melihat Jeffreye datang menghampirinya. “Belum,” jawab Jeffreye. “Mengapa engkau meninggalkan kamarmu?” tanya Duke terkejut. “Karena aku tidak ingin siapa pun mengurung anak ini di Ruang KanakKanak,” kata Alviorita tegas. Duke tersenyum. “Apakah baik Jeffreye berjalan-jalan dengan kaki seperti ini?” “Justru akan menjadi sangat buruk bila ia terus-terus duduk selama lukanya masih belum sembuh,” kata Alviorita tenang, “Bila kalian memperlakukannya seperti itu, aku khawatir ia lupa bagaimana caranya berjalan.” Kalimat terakhir Alviorita membuat Duke tertawa. “Jawaban yang tepat,” puji Duke. “Kata-katamu seperti Nanny yang telah tua saja,” goda Duchess. “Sebaliknya, saya masih bayi,” sahut Alviorita tenang. Alviorita sama sekali tidak berbohong mengenai ini. Ia masih bayi di dunianya yang baru. Ia tidak tahu apa-apa mengenai keadaan di luar Castil Q`arde. Tetapi tidak lama lagi segalanya akan berubah. Setelah keguncangan penduduk Kerajaan Lyvion karena berita hilangnya dirinya mereda, Alviorita akan segera memulai rencananya mengepakkan sayap ke seluruh penjuru dunia. Saat itu tidak akan ada yang mencurigai dirinya. “Engkau pandai merangkai kata-kata,” kata Duke. “Saya hanya mengatakan yang sebenarnya.” “Sayang sekali hingga saat ini kita masih belum tahu siapa dirimu,” kata Duchess, “Aku menduga engkau semenarik pribadimu.” “Menarik?” tanya Alviorita tak mengerti. “Engkau memang menarik,” kata Trent, “Telah berulang kali aku mengatakannya.” “Dan telah berulang kali pula aku membantahnya,” sahut Alviorita tajam. Alviorita mulai bosan mendengarkan suara Trent . Ia merasa pria itu akan mulai memamerkan kepandaiannya lagi. “Saya permisi dulu. Saya ingin berjalan-jalan,” kata Alviorita. “Sepertinya engkau tidak pernah puas berjalan-jalan di sekeliling Castil Q`arde,” kata Duke sambil tersenyum.
www.ac-zzz.tk “Tempat ini terlalu indah walaupun ribuan kali saya mengelilinginya, saya tidak akan pernah merasa puas.” “Aku ikut,” kata Jeffreye sambil mendekati Alviorita. “Tidak, Jeffreye. Engkau tidak boleh berjalan jauh.” “Tetapi aku ingin menemanimu,” kata Jeffreye merajuk. Alviorita tersenyum. “Tunggu hingga lukamu sembuh saja. Aku yakin saat itu tidak akan ada yang melarangmu,” katanya sambil menatap tajam wajah Nathan. Nathan tahu ia tengah diawasi oleh mata hijau yang tajam itu tetapi ia tetap bersikap acuh. Sebelum meninggalkan ruang itu, Alviorita menangkap senyum puas di wajah Nathan. Alviorita benar-benar tidak dapat mengerti Nathan. Pria itu tampaknya tidak pernah peduli dengan sekitarnya tetapi masih memberikan senyum puas ketika Alviorita memutuskan untuk pergi berkeliling seorang diri. Bila pria itu puas Alviorita tidak mengajak serta kemenakannya yang selalu dikhawatirkannya, Alviorita dapat mengerti hal itu. Tetapi tadi saat menolongnya, Nathan juga memberikan senyum. Senyum yang mengejek. Terlalu sulit bagi Alviorita untuk mengerti pria itu. Alviorita berhenti. “Untuk apa aku berusaha mengerti dia? Aku tidak akan menikah dengannya,” katanya pada dirinya sendiri. Tetapi siapa dapat menebak masa depan? Takdir telah membuat Alviorita terjebak dalam pertunangan dan Takdir pula yang membawa Alviorita yang ingin melepaskan dirinya dari pertunangan konyolnya justru berada ke Castil tunangannya. Alviorita berjanji kepada dirinya sendiri. Apa pun yang telah ditetapkan sang Takdir, ia tidak akan mau menyerah begitu saja. Ia berjanji ia akan membuat pertunangan ini batal. Alviorita tidak mau menjadi korban keinginan dua keluarga tertua di Kerajaan Lyvion. Biarlah kedua keluarga itu mengikat hubungan keluarga asalkan tidak membuat dirinya menjadi korban. 5 “Mengapa engkau terus mengawasi mereka?” tanya Duke. Tanpa melepaskan pandangan matanya dari Jeffreye yang tengah bermain bersama Alviorita, Nathan berkata, “Aku mengkhawatirkan mereka.” “Engkau tidak perlu khawatir,” kata Duchess, “Gadis itu telah menjaga Jeffreye dengan baik sejak Jeffreye datang.”
www.ac-zzz.tk “Tetapi…,” kata Nathan ragu-ragu. Nathan tidak tahu bagaimana harus mengatakan kepada orang tuanya apa yang selama ini dilihatnya pada diri gadis yang mereka puji. Bayangan saat gadis itu melompat dari pohon untuk menyelamatkan Jeffreye, tidak pernah dapat dilupakan Nathan. Ia tidak mengerti mengapa gadis semanis itu bertingkah di luar tata krama seperti itu. Bukan hanya sekali atau dua kali Nathan menemukan Alviorita tengah memanjat pohon. Gadis itu masih dapat memanjat pohon dengan mudah walaupun gaunnya panjang. Nathan tidak tahu mana yang lebih dikhawatirkannya. Gadis itu yang mungkin suatu saat nanti jatuh dari pohon atau kemenakannya terpengaruh sikap gadis itu. Tetapi hingga saat ini gadis itu masih memegang janjinya. Gadis itu tidak pernah mengajari Jeffreye memanjat pohon. Bahkan ia tidak pernah memanjat pohon selama Jeffreye bersamanya. Duchess terus menanti jawaban Nathan, tetapi ketika gadis itu tetap tidak berkata apa-apa, ia bertanya, “Tetapi apa, Nathan?” “Tingkah gadis itu benar-benar tidak dapat dimengerti,” kata Nathan. “Maksudmu memanjat pohon?” tanya Duke. Nathan terkejut. “Papa sudah tahu?” Duchess tersenyum. “Bukan hanya Papamu saja yang tahu. Aku juga mengetahuinya.” “Ia memang gadis yang penuh semangat. Ia bahkan tidak pernah mau kalah dengan siapa pun,” kata Duke. “Begitu pandangan Papa?” tanya Nathan tak mengerti. “Aku juga berkata seperti itu. Aku menyukai semangatnya,” kata Duchess. Trent yang sejak tadi hanya terpana berkata, “Aku tidak percaya.” “Tetapi memang itulah adanya,” kata Duke. “Luar biasa!” seru Trent kagum. “Itulah yang membuatku khawatir. Aku khawatir gadis itu akan mempengaruhi Jeffreye,” kata Nathan. “Engkau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Nathan. Gadis itu tahu apa yang harus dilakukannya,” kata Duchess. “Tetapi aku tetap tidak dapat menghilangkan kekhawatiranku,” kata Nathan. “Sebenarnya engkau mengkhawatirkan siapa? Gadis itu atau Jeffreye?” tanya Trent curiga. “Keduanya,” jawab Nathan singkat.
www.ac-zzz.tk “Engkau jangan lupa engkau sudah mempunyai tunangan. Walaupun sampai hari ini tunanganmu itu belum ditemukan tetapi engkau tetap mempunyai tunangan,” kata Trent, “Jangan kau ganggu gadis itu.” “Engkau tidak perlu cemburu seperti itu. Gadis itu telah menunjukkan sikapnya yang tidak mau dikuasai siapa pun. Aku yakin ia tidak akan senang melihat sikapmu,” kata Nathan tenang. “Jangan kauganggu dia!” bentak Trent, “Cukup sekali engkau merebut gadisku.” “Ia bukan gadis siapa pun. Dan aku tidak pernah merebut pacarmu itu,” kata Nathan tetap tidak terpengaruh kemarahan adiknya. “Tetapi buktinya ia meninggalkan aku.” “Aku tidak pernah mengetahuinya hingga engkau sendiri yang mengatakan hal itu kepadaku,” kata Nathan, “Aku juga tidak pernah berminat pada gadis-gadis.” Duke tersenyum, “Sudahlah. Mengapa kalian selalu saja bertengkar?” “Apakah engkau lupa, Trent ? Kakakmu hanya tertarik pada satu gadis.” “Lupakan saja, Mama,” potong Nathan, “Itu hanya masa kecilku saja lagipula ia pasti telah melupakanku.” Nathan kembali memandang halaman. Ia terkejut ketika tidak menemukan Alviorita maupun Jeffreye di sana . “Aku akan mencari mereka,” kata Nathan sambil meninggalkan tempatnya. “Ingat jangan kauganggu Rosa ,” Trent memperingati kakaknya. “Ingat pula apa yang kukatakan ini, Trent. Ia kehilangan ingatannya dan ia mungkin saja telah menikah.” Sebelum Trent mengatakan sesuatu, Nathan segera meninggalkan ruangan itu. Seperti Alviorita yang segera meninggalkan pintu tempatnya berdiri. Alviorita sama sekali tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan mereka. Tadi Alviorita hanya ingin meminta ijin untuk membawa Jeffreye meninggalkan Castil Q`arde. Tetapi ketika gadis itu baru tiba di depan pintu, ia mendengar suara Trent yang tajam. Kemudian disusul suara tenang Nathan. Suara itu membuat Alviorita merasa tertarik. Ia terus berdiri di pintu sambil mendengarkan pembicaraan mereka. Dari pembicaraan itu, Alviorita mendapat perisai yang lain yang sama kuatnya dengan perisai keduanya. Pria itu mencintai gadis lain dan ia tidak menyukai pria itu. Sebenarnya dengan itu saja, Alviorita telah dapat membuat Raja Phyllips berpikir dua kali untuk meneruskan pertunangan konyol ini.
www.ac-zzz.tk Tetapi Alviorita masih merasa perisai yang dimilikinya tidak cukup untuk menghadapi pedang ayahnya dalam pertempuran yang akan datang. Ketika mendengar Nathan mengatakan ia akan mencari mereka, Alviorita segera meninggalkan tempat itu. Dan ia segera menemui Jeffreye yang telah bersiap di depan Castil Q`arde. “Mengapa engkau lama sekali?” “Maafkan aku. Aku kesulitan mencari mereka,” jawab Alviorita, “Aku tidak menemukan mereka.” “Apakah kita tetap akan pergi?” tanya Jeffreye. “Aku tidak tahu.” Alviorita berlutut di samping Jeffreye. Ia memandang langit tanpa mengatakan apa-apa. Sekarang tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkannya. Apa yang diharapkannya telah terkabul. Hingga hari ini tidak ada yang mencarinya di Castil Q`arde. Seperti yang telah diduga Alviorita pula, penduduk Kerajaan Lyvion gempar ketika pengumuman menghilangnya dirinya. Alviorita yang bersembunyi di Castil tunangannya hanya tersenyum geli melihat kebingungan orang-orang dan menanti hingga gejolak itu mereda. Setelah gejolak yang timbul karena pengumuman itu telah reda, Alviorita benar-benar telah mempunyai sepasang sayap untuk pergi ke semua tempat yang ingin dikunjunginya. Tetapi ia masih tidak dapat menggunakan sayapnya. Pertama, karena luka Jeffreye masih belum sembuh. Ketika luka anak telah sembuh, ia masih tidak berani meninggalkan Castil Q`arde. Jeffreye selalu mengikutinya ke mana pun ia pergi. Kedua, ia tidak dapat melanggar janjinya kepada Nathan. Yang diinginkan Alviorita bila ia bersama Jeffreye adalah Nathan dapat mengawasi mereka sehingga pria itu tahu ia tidak melanggar janjinya. Alviorita ingin Nathan selalu mengawasi mereka ke mana pun mereka berada agar pria itu dapat menghentikan kecurigaannya kepadanya. “Sekarang aku telah mempunyai sayap tetapi aku belum dapat mengepakkannya,” kata Alviorita pada burung-burung yang terbang di langit biru. “Apa katamu?” Alviorita terkejut. Ia mendongakkan kepalanya dan lebih terkejut lagi ketika melihat Nathan tengah menundukkan kepalanya kepada dirinya. “Tidak,” kata Alviorita gugup, “Tidak apa-apa.” “Mengapa engkau gugup seperti itu?” tanya Nathan curiga. Alviorita segera berdiri. “Engkau mengejutkanku,” jawabnya tenang.
www.ac-zzz.tk Mata Nathan menyipit. “Aku merasa engkau sedang menyembunyikan sesuatu dariku.” “Aku tidak menyembunyikan apa pun darimu,” jawab Alviorita sambil berusaha mengendalikan perasaannya yang bergejolak mendengar tuduhan itu. “Engkau yakin?” Alviorita mulai kesal melihat kecurigaan Nathan. Ia ingin sekali mengeluarkan kata-kata yang tajam tetapi ia masih ingat ada Jeffreye di tempat itu. Dan Alviorita tidak ingin Jeffreye menirunya. “Kami ingin berjalan-jalan di sekitar Castil Q`arde.” Alviorita senang sekali Jeffreye telah menyelamatkannya dari bahaya yang hampir saja mengancamnya. Sesaat sebelum Jeffreye berbicara, Alviorita hampir saja berkata, “Aku adalah Putri Mahkota yang tidak akan mengingkari janjiku karena itu engkau tidak perlu khawatir.” Nathan menatap wajah Alviorita. Namun Alviorita memalingkan wajahnya. Ia benar-benar tidak ingin melihat wajah Nathan yang selalu penuh curiga. “Bolehkah kami pergi?” tanya Jeffreye memohon. “Baiklah tetapi aku akan ikut dengan kalian,” kata Nathan pada akhirnya. “Memang lebih baik engkau ikut dengan kami sehingga engkau tahu aku tidak melanggar kata-kataku sendiri,” kata Alviorita dalam hatinya sambil tersenyum jengkel. Jeffreye berseru senang. “Akhirnya aku dapat naik kuda lagi.” Kalimat yang diucapkan dengan gembira itu membuat Alviorita terkejut. Ia tidak menduga Jeffreye masih berani naik kuda setelah peristiwa itu. Walaupun Jeffreye lebih tua beberapa tahun dari saat Alviorita harus meninggalkan masa bermainnya, tetapi Alviorita tidak percaya anak itu mempunyai keberanian sebesar itu. Kehidupan anak itu berbeda dengan kehidupan masa kecil Alviorita di mana Alviorita harus berjuang agar dapat meloloskan diri dari kehidupan rutinnya. “Engkau masih berani naik kuda setelah kejadian itu?” tanyanya tak percaya. “Ya,” sahut Jeffreye. “Sungguh?” Pertanyaan yang masih mengandung nada tidak percaya itu membuat Jeffreye menggelengkan kepalanya dan berkata dengan yakin, “Aku tidak takut naik kuda lagi.”
www.ac-zzz.tk Alviorita tersenyum. “Aku senang engkau tidak takut naik kuda lagi. Tetapi kurasa hari ini sebaiknya kita jalan kaki saja.” “Mengapa?” tanya Jeffreye merujuk. “Karena aku khawatir engkau lebih pandai naik kuda daripada aku,” jawab Alviorita lembut. “Aku rasa engkau lebih pandai berkuda daripada Jeffreye. Peristiwa pertemuan kita telah cukup membuktikannya.” Alviorita kesal karena ia selalu merasa terkejut setiap kali pria itu berkata sesuatu terlebih lagi bila tidak terduga. Setiap kali ia mendengar suara berat yang lantang itu, ia selalu merasa jantungnya berdegup lebih kencang karena terkejut. Sering kali Alviorita mengeluh sendiri mengapa Nathan tidak diberi suara yang lembut seperti adikn