TRANSAKSI PANJAR DAN KEPENTINGAN PEMODAL DI PERDESAAN (Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan)
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan pada masyarakat khusunya petani kelapa. Ada beberapa hal yang ingin diungkapkan yakni: (1) Apa membuat masyarakat melakukan transaksi panjar sebelum musim panen tiba? (2) Dampak apa yang ditimbulkan pada petani kelapa dengan adanya transaksi panjar tersebut? penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel dipilih secara purposive dengan mengedepankan dua kategori informan, yakni petani dan pemilik modal (agen). Lokasi yang dipilih peneliti adalah Desa Bakalan yang terdiri dari atas tiga dusun. Adapun hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa panjar dilakukan karena kebutuhan petani. Kebutuhan antara petani dengan kepentingan pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan, dan kebutuhan petani seperti pembelian motor, sampai kepernikahan. Panjar dilakukan bukan hanya dalam bentuk uang tunai, tetapi hutang piutang dalam bentuk barang. Adapun dampak yang ditimbulkan dari panjar tersebut yaitu hanyalah berupa penyuratan oleh agen kepada petani. Dan petani belum melunasi panjar tersebut dikarenakan meninggal dunia maka yang melajutkanya adalah anak dari petani yang melakukan panjar tersebut. Hubungan antara petani dengan agen yang terpenting adalah dengan menjaga kepercayaan yang merupakan faktor dalam sistem hutang piutang antara petani dan pemilik modal (agen) Selain itu juga masyarakat petani kelapa tidak bisa mengakses ekonomi lebih diluar Desa Bakalan, ini merupakan jarak antara petani dengan Pasar yang membutuhkan modal dan tidak terdapat lembaga yang berorentasi pada masyarakat dalam pemberian modal dengan bunga yang rendah. Makanya dengan satu-satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani hanya berharap pada pemilik modal yang ada di perdesaan. Kata Kunci: Transaksi Panjar dan Kepentingan Pemodal Eko Setia Budi. Nim 281 409 038. “Transaksi Panjar dan Kepentingan Pemodal di Perdesaan (suatu penelitian Pada Petani Kelapa di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan)”. Program Studi S1 Sosiologi, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing: (I) Dr. Rauf A. Hatu, M.Si, dan (II) Farid Th Musa S.Sos MA.
1
Sistem penguasaan lahan yaitu pemilikan dan organisasi pekerja kondisi teknologi dan ekonomi, tidaklah merupakan faktor-faktor yang berdiri sendiri. Bentuk konkretnya berkaitan dengan kondisi alam dan sosial yang ditemukan pada setiap daerah yang spesifik, tidak hanya mempengaruhi faktor produksi, yang ummunya berupa lahan yang baik atau buruk, hujan yang cukup dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan pekerjaan, tetapi juga mempengaruhi tipe pemilikan tanah disuatu daerah. Selain itu faktor yang berpengaruh struktur pertanian dan kondisi sosial yang ada pada masing-masing wilayah dan Negara. Strategi kapitalisme ternyata bukan hanya ada di kota saja, akan tetapi sudah masuk kedalam masyarakat desa dengan berbagai cara, misalnya seseorang yang mempuyai kekuatan (modal) bisa menggunakan orang lain untuk bisa mendapat keuntungan yang besar. Kapitalisme bukan hanya corak perokonomian yang menata operasi produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi. Kapitalisme juga adalah sistem budaya dengan nilai dan panduan normatinya sendiri. Kapitalisme bukan hanya ada pada masyarakat petani saja, akan tetapi pada masyarakat atau suku-suku lainnya. Seperti dalam penelitian kapitalisme lokal suku Bajo perkembangan kapitalisme dimulai dari transformasi ekonomi masyarakat. Transformasi yang dialami lebih mengarah pada mekanisme kapitalis pasar. Perubahan masyarakat Bajo ke arah kapitalisme diawali dengan pertukaran ekonomi yang dibawa oleh An Tje. Selain itu salah satu faktor pendorong kapitalisme pada masyarakat Bajo adalah agama. Dalam hali ini yaitu peran etika dari masyarakat Bajo tersebut.1 Ada beberapa yang menarik antara kapitalisme lokal suku Bajo dengan Kapitalisme yang diawali dengan Panjar. Sesuai penjelasan tentang kapitalisme adalah paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usaha untuk meraih keuntungan sebesarbesarnya.Inilah yang terjadi di Desa Bakalan bagaimana kekuatan pemilik modal (Agen), yang menguasai petani pemilik kelapa dalam hal produksi atau hasi panen kelapa bukan dalam pengusaan lahan pertanian. Penguasaan hasil panen kelapa dimulai pemberian panjar pada petani. Memang tergolong seperti bantuan pada petani, tapi disisi lain ini awal dari keterikatan petani dengan pemilik modal yang ada di perdesaan. Jadi secara tidak langsung petani telah menjalin kontrak dengan kepentingankepentingan pemodal untuk mendapatkan keutungan, dengan begitu petani pemilik kelapa akan dikuasai oleh pemilik modal (agen penampung kopra). Biasanya dengan cara seperti ini yang terjadi adalah sistem rentenir pada petani kelapa, dengan begitu banyak kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi sehingga masyarakat atau petani dan selalu melakukan pinjaman uang (hutang piutang) kepada pemilik modal. Dalam sisi lain, ketergantung ekonomi adalah masalah yang utama dan tidak bisa dipisahkan dengan kemiskinan masyarakat yang semakin mendesak memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketergantungan Petani pemilik kelapa kepada pemilik modal (agen) begitu kuat, dengan cara seperti ini yang dilakukan oleh petani. Panjar/hutang menjadi kontrak awal antara petani dengan pemilik modal (agen), sehingga dengan panjar tersebut maka terjadilah sebuah penguasaan produksi atau hasil panen para petani kelapa. 1
Nur Isiyana Wianti, Arya Hadi Dharmawan, Rilus A. Kinseng, Winati Wigna. Kapitalisme Lokal Suku Bajo. Vol. 06, No. 01 Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan. April 2012, hlm 36.
2
Desa Bakalan merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah bagian timur, Desa Bakalan terpisah daratanya dari Ibu Kota Kabupaten. Ia berada di pulau, dan pulau tersebut hanya memiliki tiga desa yaitu Bungin, Bulungkobit, dan Bakalan. Yang sebagian masyarakatnya denga mata pencaharian adalah petani dan lebih khususnya petani kelapa. Kelapa merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat desa Bakalan dan kelapa adalah salah satu pendapatan desa, dan pendapatan daerah Kabupaten Banggai Kepulauan yang sangat dominan. Dalam perkembangan yang lebih modern akan lebih menambah wawansan masyarakat tentang modern dan begitu besar desakan ekonomi, sehingga kebutuhan hidup harus dipenuhi. Di era yang serba modern tersebut membuat masyarakat selalu melakukan mengikuti perkembagan zaman agar tetap bertahan dalam memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks. Struktur yang ada dimasyarakat petani begitu beragam sehingga dibutuhkan pemahaman yang mendalam. Dalam masyarakat petani sering kita jumpai suatu aturan yang mengatur ataupun bagaimana sistem petani sebagai contoh adalah kontrak lahan, sistem bagi hasil dan masih banyak lainnya, akan tetapi yang sering terdapat pada petani sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan oleh petani tersebut, sehingga mereka mengatungkan hidup pada orang lain dengan jaminan sebuah produksi pada saat panen tiba. Panjar adalah praktek hutang piutang antara pemodal dan petani. Panjar sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh para petani di desa, panjar sering dilakukan kemudian untuk menebusnya dengan hasil pada musim panen tiba. Kontrak yang terjalin antara pemilik modal dengan petani yang ada di desa, ini bukan hanya terdapat pada petani kelapa di Desa Bakalan saja, tetapi hampir disemua petani-petani lainya. Dengan produktivitas petani tersebut yang menurun dan selalu tergantung pada orang lain yakni pemilik modal (agen). Belum lagi masalah yang lain yaitu bunga dari pemasukan hasil panen kelapa. Dengan berbagai permasalah yang ada pada masyarakat petani kelapa khusunya petani kelapa di Desa Bakalan, mulai dari buah kelapa yang kurang dan ditambah lagi dengan harga kelapa (kopra) yang sering merosot dan ditunjang buah kelapa selalu diambil oleh orang lain sebelum masa panen, maka akan memaksa masyarakat melakukan sesuatu demi kebutuhan yang harus dipenuhi. Pemodal dan Kapitalisme Kekuatan modal sangat penting dan berpengaruh terhadap keuntungan, dengan pemodal besar orang bisa mengendalikan ekonomi. Dalam setiap desa pasti terdapat orangorang yang mempuyai kekuatan modal yang diolah untuk mendapatkan keuntangan seperti pemilik modal yang ada di desa Bakalan yang memberikan panjar dalam hal ini hutang kepada petani dengan ketentuan hasil dari petani harus dimasukan kepada pemilik modal. Perputaran ekonomi di suatu perdesaan pasti ditopang dengan kekuatan pemodal. Pemodal biasanya menjadi sarana transaksi hutang piutang antara petani dengan pemilik modal, sehingga pemodal dianggap penting agar petani bisa melakukan pinjaman baik dalam bentuk uang maupun barang. Petani dan pemilik modal merupakan satu kesatuan kerja petani. Petani membutuhan pemodal begitu sebaliknya, maka transaksi-transaksi baik dalam bentuk 3
panjar atau yang lainnya bisa terjadi di perdesaan. Kalau kita lihat kata lain dari kapitalisme adalah orang punya kekuatan modal, jadi kapitalisme orang yang mempuyai modal besar untuk suatu kepentingan dalam hal keuntungan. Kapitalisme memiliki sejarah kapitalisme begitu panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal sengan sebuatan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Tetapi saat ini kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keutungan belaka. Dalam sistem kapitalisme, kepemilikan atas sarana produksi umumnya bersifat formal absoult. Seseorang bisa saja tidak mengolah atau sama sekali tidak terlibat dalam proses pengolahan lahan yang dimilikinya, meski dia secara sah diakui sebagai pemilik lahan tersebut Suyanto, (2013: 82). Di era kapitalisme, orientasi kelas buruh bukan mengembangkan loyalitas kepada patron yang melindungi atau elite-elite lokal yang berperan sebagai penguasa setempat, karena sebagai kelas proletar mereka cenderung teralienasi dan mengalami proses eksploitasi yang menyebabkan posisi mereka benar-benar marginal. Hubungan kerja antara pemilik modal dengan petani di era kapitalisme bukan dibangun karena kesepahaman. petani umumnya bekerja karena keinginan dan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan, dan pemilik modal menggunakan kekurang petani untuk mendapat keuntungan melalui panjar. Dalam kajian yang lebih komprehesif tentang kapitalisme, pandangan Eric Wolf (1990) mewakili penjelasan tentang aspek keuntungan sepihak dalam sistem ekonomi kapitalis. Menurut Wolf, ada tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme. Pertama, berkembangnya kelas kapitalis yang dengan kekayaan uangnya bisa membeli tenaga kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang dangangan di pasar, Kedua kelas kapitalis menguasai semua sarana produksi yang penting dalam perekonomian masyarakat dan membatasi pekerja terhadap sarana-sarana produksi, sehingga pekerja harus menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis. Ketiga memaksimalkan keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis (Suyanto, 2013: 80-81). 2 Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama.Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefisinikan kapitalisme sebagai sebuah sistem mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu tentu yang dapat memiliki maupu melakukan perdangangan benda pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut (Suyanto, 2013: 85). Pertanyaan pertama yang perlu diajukan tentu saja, apa itu kapilisme Apakah kapitalisme bisa dibatasi begitu saja sebagai sistem ekonomi pengumpulan kekayaan. 2
Lihat buku Bagong Suyanto.Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat PostModernisme. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm 80-81. 4
Ataukah harus dibedakan kapitalisme dengan sistem pengumpulan kekayaan lainya. Karl Marx yang dikenal sebagai pengkritik paling gigi terhadap sistem kapitalisme juga menggunakan istilah kapitalisme dalam bukunya Das Kapital. Karl Marx menggunakan istilah kapitalis untuk merujuk golongan pengusaha atau borjuis dengan nada penggunaan yang bersifat mengejek. Kapitalisme berhubungan erat dengan sistem ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Dengan kata lain adalah bukan hanya dalam sistem produksi, kalau kita lihat bersama praktek kapital itu bukan hanya berada dikalangan masyarakat industri saja. Melainkan di desa juga terbentuk praktek kapital, dengan adanya perputaran ekonomi melalui transaksi panjar akan memeberikan indikasi bisa terjadi sistem atau praktek kapitalis. Selain itu juga secara sederhana petani merupakan bagian dari produksi kapital. Dimana para petani yang kurang mampu dalam hal produksi yang sedikit hasilnya, akan selalau bergantung pada orang-orang yang mempuyai kekuatan modal. Praktek-praktek dari kapitalisme itu sendiri secara kita sadari, kita terlibat langsung didalamnya, contoh yang bisa dilihat adalah rentenir. Rentenir adalah kita pahami sebagai masyarakat perdesaan adalah orang yang memberi bantuan berupa uang, tetapi dengan dengan pengembalian uang dengan jumlah bunga yang tinggi. Atau juga orang yang mempuyai kekuatan dalam hal modal. Seperti pada masyarakat petani kelapa di Desa Bakalan yang selalu bergantung pada agen. Dengan melakukan panjar pada pemilik modal maka petani bisa memenuhi kebutuhan yang diinginkan Rentenir dan Kepentingan Pemodal di Perdesaan Rentenir dan kepentingan pemodal di perdesaan merupakan satu kejian yang sama kalau kita arti dari rentenir itu sendiri. Dan sudah jelas bahwa juga kepentingan-kepentiingan para pemodal di perdesaan. Konsepsi mengenai Rentenir secara umum digambarkan sebagai orang atau keluarga yang mempunyai pekerjaan meminjamkan uang (atau juga dalam bentuk barang) kepada orang lain yang memerlukannya dengan imbalan tertentu yang telah ditetapkan oleh sirentenir. Bantul merupakan salah satu contoh bagaimana berkembangnya rentenir. Ada sejumlah partisipan yang secara langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam kontruksi sosial realitas hutang piutang. Kepentingan pemodal untuk merauk keuntungan yang terjadi pada masyarakat Bantul juga berlaku pada masyarakat yang ada di desa Bakalan. Dimana kondisi rill yang terjadi antara para petani kelapa dengan pemilik modal terjadi hutang piutang dalam waktu yang lama. Pembagian kerja dan nilai sosial mempengaruhi komposisi yang ada di Bantul. Masyarakat perdesaan Jawa, banyak wanita yang bekerja sebagai pedangan untuk meningkatkan pedapatan ekonomi keluarga. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki wanita dalam mengatur keuangan dapat dipraktekan untuk bidang perdangangan dan hutang piutang. Secara historis, aktivitas hutang piutang uang tidak dapat dipisahkan dengan perdagangan. Aktivitas perdagangan dimulai oleh wanita yang mewakili upaya yang cepat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Ini dilakukukan demi menopang usaha suami dan akan menjadi perdagangan skala besar yang terbuka terhadap orentasi profit. 5
Para wanita sukses dalam membangun jaringan perdagangan yang luas itu berusaha untuk membuat variasi aktivitas ekonomi mereka dengan melakukan hutang piutang uang. Hal ini memang sudah direncanakan dengan baik dan cepat Beberapa pedagang juga menjadi rentenir yang sukses. Kemiskinan Masalah kemiskinan berkaitan erat dengan masalah sumber daya manusia, tingkat pendidikan, dan strategi pembangunan menuju kesejatraan masyarakat. Menurut teori perubahan sosial peningkatan mutu sumber daya manusia sangat relevan dengan pendidikan dalam rangka pembangunan sistem sosial dengan sudut pandang yang berlainan, baik secara makro maupun mikro, antara lain pendangan teori modernisasi dan struktur dan fungsional human capital ketergantungan, konflik, dan sikap skeptis (Sudardja Adiwikarta).3 Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.4 Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial karena mereka menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Mereka tidak akan terlalu memerhatikan keadaan tersebut, kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal memperoleh lebih dari pada apa yang telah dimiliknya dan perasaan akan adanya ketidakadilan. Dengan berkembangnya perdangangan ke seluruh dunia dan ditetapkan taraf hidup tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Kemiskinan merupakan suatu kondisi hidup yang menunjukan pada kekurangan. Sering pula dihubungkan dengan kesulitan dan kekurangan dalam memenuhi kenutuhan hidup. Petani Lahan Kering Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Petani merupakan kelompok masyarakat yang penting artinya tidak hanya di negara industri Eropa, tetapi juga banyak negara sedang berkembang. Usaha tani kecil yang mengolah lahan yang terbatas itu, menggunakan semua sebagian besar tenaga keluarganya sendiri dalam kesatuan usaha ekonomi yang mandiri.Usaha tani ini merupakan bentuk usaha paling banyak dan memasok sebagian besar hasil produksi pertanian dalam semua Negara sedang berkembang yang berorientasi pada ekonomi pasar dan petani merupakan kelompok pekerja yang terpenting. Tetapi petani juga merupakan masalah pembangunan yang benar-benar sulit.Tidak mudah untuk mengikutsertakan meraka dalam kemajuan ekonomi dan sosial. Dan karena jumlah meraka sangat banyak itu, tidak mungkin untuk melibatkan semua kedalam usaha-
3
Tjahya Supriatna. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengetasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama press, 1997, hlm 25. 4 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm 320.
6
usaha pemerintah untuk memajukan meraka. Dalam pembangunan justru yang menyulitkan adalah keterkaitan antara situasi ekonomi, infrastruktur dan lembaga sosial. Meskipun demikian haruslah dipuji bahwa walaupun mengahadapi berbagai kesulitan, ternyata keberhasilan dalam bidang ekonomi dapat dicapai. Di lain pihak terlihat bahwa penduduk tumbuh dengan cepat di atas lahan yang sudah sempit, sebagai petani dan juga keseluruhan proses modernisasi menghadapi banyak menghabat. Petani juga merupakan bagian dari berkembangnya bangsa Indonesia, dari sektor pertanian inilah menjadi bangsa Indonesia lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Petani juga salah satu penyumbang dari anggaran belanja negara, denga cara yaitu pembaran pajak, dari petani dengan usah kecil menengah yang selalu meningkatkan anggaran belanja negara. Petani sebagai pengelola usaha tani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lain untuk kesejatraan keluarganya. Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Apabila ada orang yang mengaku petani yang menyimpang dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bukan petani. Dilihat dari hubungannya dengan lahan yang diusahakan maka petani dapat dibedakan. Kemampuan petani dalam mempengaruhi iklim sangat terbatas. Selain kendala iklim, luas lahan, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi masih ada dalam batas kemampuan petani untuk mengubahnya. Lebih lanjut, Soeharjo dan Patong membedakan status petani dalam usaha tani menjadi empat,5 yaitu: a. Petani pemilik Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi, baik berupa tanah, peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri b. Petani penyewa Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain, dengan cara menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan sebelum penggarapan dimulai. Dalam sistem sewa, resiko usaha tani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah hanya menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usaha taninya. a. Petani penggarap Petani penyakap adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Resiko usaha tani ditanggung bersama dengan pemilik tanah dan penyakap dalam sistem bagi hasil. Besar bagi hasil tidak sama untuk setiap daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh tradisi daerahnya masing-masing. b. Buruh tani Buruh tani adalah orang yang bekerja untuk sawah orang lain, yang nantinya akan memperoleh upah dari pemilik sawah. Sistem pertanian di Indonesia, khususnya yang menyangkut budidaya pertanian pangan dapat dikelompokan dalam dua bagian yaitu lahan basah/sawah dan pertania lahan
5
http://suvisutrisno93.files.wordpress.com/2013/12/bab-ii-tinjauan-pustaka.pdf diakses 8 Maret 2014
7
kering. Seperti yang diketahuai, pembagunan pertanian di Indonesia selama ini terfokus pada peningkatan terutama beras. Hingga saat ini takrif pengertian lahan kering di Indonesia belum disepakati benar. Di dalam bahasa Inggris banyak istilah-istilah yng dipadankan dengan lahan kering seperti upland, dryland dan unirrigated land, yang menyiratkan penggunan pertanian tadah hujan. Istilah upland farming, dryland farming dan rainfed farming dua istilah terakhir yang digunakan untuk pertanian di daerah bercurah hujan terbatas. Pengertian upland mengandung arti lahan atasan yang merupakan lawan kata bawahan (lowland) yang terkait dengan kondisi drainase Tejoyuwono, dalam Suwardji. Sedangkan istilah unirrigated land biasanya digunakan untuk teknik pertanian yang tidak memiliki fasilitas irigasi. Namun pengertian lahan tidak beririgasi tidak memisahkan pengusahaan lahan dengan sistem sawah tadah hujan.6 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan (suatu penelitian di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan). Desa Bakalan terdiri dari tiga dusun, dan sebagian masyarakatnya adalah petani dan hampir semuanya adalah petani kelapa. Petani yang ada di Desa Bakalan memiliki suatu kebiasaan yang selalu dilakukan berulang-ulang yakni panjar yang kita biasa dikenal dengan istilah uang muka. Penelitian ini dilakukan di Desa Bakalan, karena dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berdekatan dengan tempat tinggal penulis dengan berbagai permsalahan khususnya petani kelapa. Metode Penelitian Dalam penelitian digunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang hasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7 Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan makna dari peristiwa yang ada. Sugiyono mengungkapkan bahwa, “metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, yakni data yang mengandung makna”8 Sampel dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan mengunakan purposive sampling, seperti yang dikemukanan pada buku metode penelitian kuantitatif kualitati r&d Sugiyono bahwa purposive sampling teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia dianggap sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjalajahi obyek/situasi yang diteliti.9 Perbedaan antara keduanya terletak pada bagaimana sumber data tersebut memberikan kontribusi data kepada peneliti. Satori dan Komariah mengatakan bahwa data 6
http://mbojo.wordpress.com/2007/03/23/11/ diakses 27 September 2013. Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm 21. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011, hlm 9. 9 Ibid. hlm 218-219. 7
8
primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti.10 Data primer diperoleh melalui proses wawancara secara mendalam antara peneliti dan informan terpilih. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen(resmi dan tidak resmi) seperti buku, media dan profil lokasi penelitian yang memiliki keterkaitan dengan masalah dalam penelitian. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi seperti apa yang dikemukakan oleh Sugiyono.11 Observasi merupakan metode pengumpulan data yang sangat vital dalam penelitian kualitatif. Mulai dari awal (perencanaan) hingga akhir penelitian selalu diiringi dengan observasi. Proses penelitian yang dilakukan untuk pertama adalah melapor pada Pemerintah Desa. Adapun proses penelitian selanjutnya mengumpulkan data yang diambil adalah sesuai dengan apa yang diteliti yakni mengenai panjar. Tidak luput pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap petani kelapa. Data penduduk juga merupakan hal terpenting dengan kondisi ekonomi, budaya dan lain sebagaian. Kemudian teknik pengumpulan dimulai dari agen, dimana mempuyai daftar petani yang melakukan panjar/hutang. Setelah data didapat dari pemilik modal (agen), wawancara dilakukan dengan petani yang melakukan panjar pada agen serta dokumentasi bukti pembayaran panjar dengan hasil panen kelapa. PEMBAHASAN Sejarah Desa Berdasarkan sejarah kerajaan Banggai, bahwa kerajaan Banggai dengan kerajaan Ternate masih mempuyai hubungan kekeluargaan antara kerajaan Banggai dengan Tertante. Kondisi dapat dilihat dari bebepa sajarah Desa Bakalan, dengan penyebutan nama kelapa Desa dengan yakni sebutan Kapitan. Kapitan adalah sebutan penamaan untuk kepala Desa, Kapitan yang artinya kapten kalau diterjemakan dalam bahasa Indonesia. Dalam perkembangannya Desa Bakalan yang dahulu ditinggali oleh masyarakat dan dikepalai oleh Kapitan, karena istilah pada waktu itu belum ada, maka yang mengapalai masyarakat yaitu Kapitan. Dan pada waktu itu belum terbentuk Desa karena masih dusun kalau yang kita kenal sekarang atau sub Desa. Sehingga dengan perkembangannya waktu ke waktu maka Desa Bakalan bisa terbentuk yaitu pada tahun 1980-an. Sebelum menjadi Desa, Bakalan dibagi manjadi beberapa yang kemudian itu dikuasa atau berbatasan dengan Desa lain. Yakni sebalah utara di1/3 bagian dikuasai oleh Ponding-Ponding, 1/3 bagian sebelah barat berbatasan dengan Bulagi,1/3 lagi sebelah selatan berbatasan dengan Banggai. Bakalan menjadi Desa pada saat dikepalai oleh Imran Nursin untuk itu dapat dilihat nama-nama Kapitan sampai menjadi kepala Desa pada tabel berikut ini: Pembahasan
10
11
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm 103. Opcit. hlm.224-225.
9
Dengan berbagai permasalahan petani, dengan hanya mengandalkan satu mata pencaharian yang secara otomatis hanya bisa menghasilkan hasil pada tiga bulan berikutnya. Maka dalam proses pemenuhan tersebut petani melakukan panjar. Panjar merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan, disisi lain merupakan kesempatan pemodal yang menyiapkan pinjaman yang menyerap kopra mereka secara terus menerus. Dengan panjar maka petani menyerahkan sebagian tenaga petani, maupun pengahasilan kepada pemilik modal (agen). Akan tetapi seakan-akan agen merupakan penyelamat ekonomi petani. Panjar adalah hutang piutang antara petani kelapa dengan pemilik modal yang terus terjadi pada masyarakat Desa Bakalan. Kebutuhan Petani dan Keuntungan Sepihak Pemodal Setiap masyarakat memerlukan yang namanya kebutuhan hidup. Apa lagi berbicara kebutuhan primer maupun sekunder, misalnya makan dan minum, pakaian, yang tidak bisa ditunda. Maka demi mendapatkan semua itu masyarakat biasanya melakukan semua hal untuk bisa mengatasi kebutuhan ekonomi. Nilai kebutuhan petani telah bergeser pada bagian yang sangat memperhatikan. Karena ini merupakan tahapan pertama bagaimana para petani menjalin kontrak. Pemenuhan kebutuhan yang semakin hari semakin beragam, ini juga ditopang dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang. Perkembangan yang semakin kompleks memaksa masyarakat untuk bisa hidup dan mengikuti perkembangan dan pemenuhan kebutuhan demi kelangsungan hidup. Relasi yang terjadi antara penyedia modal (kapitalis desa) dan petani kelapa, terutama kegiatan pinjaman terjadi, penentuan bunga pinjaman merupakan faktor penunjang. Sangat jelas bahwa bunga pinjaman tergolong tinggi rata-rata 20 %. Dalam hal ini bunga (potongan harga pada saat panen), itu merupakan praktek dari kapitalis, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar –besarnya. Potongan bobot dari kopra tersebut dikatakan oleh sebagian petani merupakan beban, yang mencapai 20 % perkarung. Artinya dalam satu karung bisa mencapai 100 kg itu hanya bisa diambil 80 kg karena ada potongan 20%. Ini merupakan manipulasi berat hasil panen kelapa yang telah menjadi kopra. Secara matematis keuntungan besar bagi para agen, akan tetapi perbedaan dengan apa yang terjadi di wilayah Luwuk yang mana untuk potongan persatu karung mencapai 15%.12 Jangankan di wilayah Luwuk, penjelasan oleh petani yakni Laruhi Pandi juga pernah menjadi langganan pada agen di Desa tetangga menurutnya ada perbedaan antara agen Desa Bungin hanya mencapai 15%, sendangkan Desa Bakalan mencapai 20%. Kepercayaan Antara Petani dengan Pemilik Modal Dalam sistem panjar di Desa Bakalan perlu juga diperhatikan adalah kepercayaan yang kemudian menjadi hal yang utama, kepercayaan biasa pada saat panen tiba, karena ada kesepakatan ketika panen itu petani akan memasukan hasil kepada agen yang telah terjalin kontrak dengan petani. Apabila kemudian kepercayaan telah salah digunakan, misalnya tidak memasukan hasil panen kepada agen biasanya petani akan mendapatkan peringatan dalam bentuk suratan
12
Samasul Hida melalui wawancara pada 28 November 2013
10
dan kadangkala panjar tersebut harus dilunasi dalam bentuk uang tunai.13 Lain lagi dengan yang terjadi pada Bapak Ayib yang melakukan panjar kemudian telah menebang pohon kelapa yang masih jelas berbuah kemudian hasil panen kelapa tidak pernah dimasukan pada pemilik modal. Apabila bila panjar tidak terselesaikan, dan pada akhirnya meninggal dunia. Secara aturannya untuk melanjutkannya ialah anak dari orang yang melakukan panjar tersebut. Seperti ayah dari Mardin yang telah meninggal maka yang akan menyelesaikan atau melajutkan yaitu anaknya. Maka bisa ditandai bahwa bagian yang terpenting dalam hal panjar adalah pohon kelapa, dan petani merupakan faktor pendorongan demi keuntungan yang didapat oleh para pemilik modal(agen). Hasil panen dari petani tersebut juga sangat dibutuhkan oleh agen karena akan membawanya kemudian diolah menjadi bahan produksi yang perusahaannya itu berada di kota Luwuk. Secara umum untuk melunasi panjar tersebut itu adalah dengan hasil panen yang menjadi kopra. Kontrak yang diawali dengan panjar berlangsung lama sampai hari tua sekalipun belum diselesaikan. Ini merupakan sandaran hidup bagi para petani. Untuk menunjang kehidupan masyarak petani hanya kelapa yang menjadi penopang hidup. Karena tidak ada lagi yang bisa diandalkan oleh petani di Desa Bakalan. Dugaan praktek kapitalisasi yang dimulai dengan panjar telah masuk pada masyarakat Desa dimana petani digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya oleh pemilik modal yang berada di perdesaan. Dalam masyarakat perdesaan sudah ada indikasi bahwa ada prakter kapitalis, dan tidak ada lagi nilai saling membantu antara sesama, membantu dalam arti mengaharapakan kembali keuntungan yang kemudian dijadikan sadaran untuk hidup bermasyarakat. Beberapa hal yang nampak pada komuditas petani kelapa, yaitu ketergantung pada agen yang tinggi. Ketergantung dimulai bukan hanya pada petani kelapa yanga di Desa Bakalan saja, kita harus sadari bahwa bangsa Indonesia saja sangat tergantung pada negaranegara yang mempuyai ekonomi yang kuat, belum lagi ketergantungan terhadap Bank Dunia, dan lembaga-lembaga pemberi modal sebagainya. Akses Perekonomian Sebagai Kondisi Struktural Ekonomi Petani Adapun akses perekonomi merupakan salah satu penyebab dimana petani dengan terpaksa melakukan panjar. Lokasi untuk mengakses ekonomi dibutuhkan dana yang besar. jadi lebih baik petani memasukan hasil panen kelapanya pada agen yang ada di Desa Bakalan tersebut. Ini menjadikan petani merasa ketergantunga, ketergantungan kepada agen karena tidak jalan untuk menggakses ekonomi. Menjadikan petani pasra kemudian hanya mempertahankan hidup dengan prakter kapitalis dengan cara melakukan panjar. Ketergantungan menjadi sebuah kebiasaan, kebiasaan untuk melakukan hal yang sama. Yang secara sadar itu dirasakan beban buat petani. Tapi tidak ada jalan lain lagi selain panjar/hutang. Kemudian ditunjang dengan koprasi atau pemberi modal tidak ada di Desa Bakalan menambah ketergantungan yang semakin tinggi petani kelapa terhadap agen. Ada yang menarik bahwa dimana para petani selalu bergantungan pada agen. Ini bisa dilihat dalam data keadaan demografi desa Bakalan, bahwa tidak terdapat satu lembaga pemberian modal yang ada di desa tersebut. Mungkin persoalan berbeda ketika di Desa terdapat satu 13
Samsul Hida melalui wawancara pada 28 November 2013
11
lembaga pemberi modal dengan bunga yang rendah, maka ketergantungan petani terhadap pemilik modal lebih berkurang. Berdasarkan buku hutang yakni jumlah petani yang pernah melakukan panjar. Bahwa yang dilihat disini adalah hidup pohon yang lama, maka secara tidak langsung lama pula petani mengantungkan hidupnya pada agen. Selain petani juga secara tidak langsung pohon kelapa tersebut menjadi milik mereka karena hasil panen kelapa tersebut akan selalu masuk pada agen meskipun sudah meninggal sekalipun karena yang dilihat adalah hasil pertanian petani. Hanya sayang jangankan melunasi panjar tersebut kebutuhan sehari saja sulit untuk dipenuhi. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemarasan hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari. Selain merupakan usaha bagi petani pertanian sudah merupakan bagian dari hidup, bahkan suatu “cara hidup”, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja tetapi aspekaspek sosial dan kebudayaan, aspek keperayaan dan keagamaan serta aspek tradisi semua memegang peranan penting dalam tindakan-tindakan petani. Pemberdayaan petani Persoalan yang ada di perdesaan,bahwa panjar yang dilakukan oleh petani, merupakan kenyataan yang rill pada masyarakat petani dengan pemodal yang ada di desa Bakalan. Maka seharunya ada upaya dari pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan petani. Pemberdayaan petani juga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan produktivitas petani agar bisa berkembang dan tidak tergantung pada pemilik modal yang ada di perdesaan Salah satu program penopang produktivitas petani yakni dengan penyuluhan bagi petani perlu dilakukan oleh pemerintah, agar petani paham bagaimana yang menjadi petani baik dengan kualitas panen yang memuaskan. Sehingga dengan upaya tersebut pemrintah perluh menganggkat pendapatan para petani khusunya petani kelapa yang ada di desa Bakalan. Karena petani di desa Bakalan tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang bagimana menjadi petani kelapa yang baik. Selanjutnya demi kepentingan petani maka seharusnya pemerintah juga menyiapkan berbagai infrastruktur demi penunjanga produktivitas petani kelapa. Infrastruktur merupakan sarana yang memudakan petani dalam hal menstabilkan dan meminimalisir pengeluaran-pengeluaran oleh petani di perdesaan. PENUTUP Kesimpulan Adapun panjar dilakukan oleh atas dasar permintaan petani, transaksi antara pemodal dengan petani. Hal lain yang ditimbulkan oleh panjar adalah petani akan selalu melakukan panjar terus menurus dan berlangsung lama terhadap pemodal perdesaan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan studi di Desa Bakalan, Kecamatan Tinangkung, Kabupaten Banggai Kepulauan mengenai petani kelapa. Pertama adalah panjar merupakan hutang piutang yang terjadi antara petani dengan pemilik modal. Kemudian yang kedua adalah sistem potongan harga perkarung yang mencapai 20 % itu tinggi dan merupakan beban ketika masa panen tiba, yang kedua adalah para petani menyadari bahwa panjar itu akan merasa terikat dengan agen ataupun tempat dimana petani melakukan panjar tersebut. 12
Hal lain juga terdapat dalam petani kelapa bahwa rasa ketergantungan pada agen sangat tinggi yang dianggap bisa mengatasi masalah-masalah ekonomi. Untuk mengatasi masalah persoalan-persoalan petani maka salah satu tujuan utama kebijaksanaan pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga dan pendapatan petani antara musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun. Harga dan pendapatan yang rendah mengurangi semangat petani untuk berproduksi sebaiknya harga dan pendapatan yang tinggi akan merangsang kaun tani. Pandangan Eric Wolf (dalam Suyanto, 2013) menganai kapitalisme tidak bisa sepenuhnya menjadi dasar konseptual dalam memahami bagaimana kapitalis berkembang atau terbentuk pada masyarakat perdesaan dengan tiga ciri pokok di atas. Dalam penelitian ini diungkap bagaimana transaksi panjar dan kepentingan pemodal di desa. Tapi tidak menutup kemungkinan gejala-gejala kapitalis di perdesaan bisa terbentuk, yang dimulai dengan sistem panjar atau hutang piutang antara pemodal dengan petani kelapa. Untuk sekarang masih terlihat sistem yang dibangun oleh kepetingan-kepentingan pemodal dalam mengeksploitasi petani di perdesaan, tapi dari keadaan seperti ini akan sangat potensil untuk terbentuknya bentuk-bentuk penguasaan modal dan sarana produksi dalam jangka panjang. Saran Ada saran yang harus di perhatikan pada petani kelapa di desa Bakalan. bukan hanya beroreantasi pada satu komuditi saja. Masih ada objek yang lain yang kemudian menjadi sandaran hidup, menginggat kondisi Desa Bakalan dikelilingi oleh laut, sehingga menjadi nelayan adalah salah satu mata pencaharian yang tetap. Di harapkan juga peran pemerintah yang sangat penting yang menjadikan petani lebuh berdaya dan tidak berharap kehidupan mereka pada pemodal. Semoga dengan penelitian ini menjadi bahan bagi pemerintah daerah untuk bagaimana mengembangkan petani-petani di dearah Banggai Kepulauan khususnya di Desa Bakalan. Akhirnya dengan penelitian ini diharapkan selain membagi kontribusi praktis, juga memberikan gambaran kondisi masyarakat petani kelapa di desa Bakalan dan rujukan atas kajian-kajian tentang transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan dengan latar yang bermacam-macam sebagaimana dialami oleh Desa Bakalan. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar Chamsyah. 2006. Teologi Penaggulangan Kemiskinan. Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia. Bagong Suyanto.2013. Sosiologi Ekonomi, Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Moderisme. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Dede Mulyanti. 2010. Kapitalisme Perspektif Sosio-Historis. Bandung:Ultimus. Heru Nugroho. 2001. Uang, Rentenir dan Hutang Piutangdi Jawa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mubyarto . 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES. Nur Isiyana Wianti, Arya Hadi Dharmawan, Rilus A. Kinseng, Winati Wigna. Kapitalisme Lokal Suku Bajo. : Vol. 06, No. 01 Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan. April 2012, hlm 36-56. 13
Raharjo. 2010. Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Madah University Press. Satori, D dan Komariah, A. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Soerjono Sukanto.2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tjahya Supriatna. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengetasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama press.
14