INVESTMENT GRADE INDONESIA NAIK, SIAPKAH SDM KITA?
T TopCareer opCareer VOL. 4 • FEBRUARI 2012
www.topcareermagz.com
PERANG KECEPATAN DI INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA
DARMADI SUTANTO
DIRECTOR OF RETAIL AND CONSUMER BANKING BNI :
“MEMIMPIN DENGAN KESEIMBANGAN KEPALA DAN HATI” Rp 35.000 Pulau Jawa Rp 39.000 di luar P Jawa
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
UP CLOSE & PERSONAL
Darmadi Sutanto Director of Retail and Consumer Banking Bank Negara Indonesia (BNI)
“Memimpin Harus dengan Keseimbangan Kepala dan Hati” Oleh: Merry Magdalena | Foto: Leonardo Lesmana
Menjadikan masalah sebagai pelajaran berharga, itulah sosok seorang Darmadi Sutanto, Director of Retail and Consumer Banking Bank Negara Indonesia (BNI). Setelah lebih dari 20 tahun berkecimpung di bank asing, kini ia menjadi salah satu pimpinan di bank BUMN. “Setelah bekerja untuk institusi asing, kini bekerja untuk institusi milik negara, merupakan sebuah kehormatan tersendiri,” ujar pria berpembawaan santai ini.
8 | Februari 2012 | TopCareer
UP CLOSE & PERSONAL
TopCareer | Februari 2012 | 9
UP CLOSE & PERSONAL
T
erlahir dari keluarga pebisnis, bungsu dari empat bersaudara ini adalah satu-satunya yang menjadi tenaga profesional. Perjalanan kariernya dari bawah hingga ke posisi saat ini cukup penuh liku, berbagai posisi sudah dia cicipi di dunia consumer banking yang memang menjadi passionnya. Berikut ini ia mengisahkan berbagai pengalamannya selama menjadi pemimpin di bank, dan falsafah kepemimpinannya. Dijumpai di kantornya yang menempati lantai 30 gedung besar BNI, Darmadi Sutanto antusias menyambut kedatangan tim Top Career Magazine. Tak ada kesan letih pada ayah empat anak ini, walau untuk mencapai posisinya sekarang ini, Darmadi sempat mengalami berbagai cobaan di dunia perbankan. Krisis finansial global yang merebak pada 2008 lalu, ibarat mimpi buruk yang jadi kenyataan bagi mereka di dunia perbankan, khususnya bidang wealth management. Darmadi adalah salah satu yang harus mengalaminya. “Itu adalah pengalaman buruk saya setelah reksadana drop pada 2005 silam. Tahun 2008, kasus Lehman Brothers dan subprime mortgage tak kalah hebatnya. Saat itu dimana investasi merugi, dan banyak nasabah yang tentunya kecewa. Walau itu situasi global, tetap saja nasabah tidak mau tahu,” tutur Darmadi mengenang masa-masa kelam itu. Dapat dibayangkan betapa ricuh suasana di kalangan nasabah yang resah dananya akan hilang. Mulai dari yang sekadar komplain, sampai yang emosi, panik, yang pastinya membuat banyak staf perbankan tak berdaya menghadapi. Saat itulah Darmadi sebagai pemimpin harus berani “pasang badan”, bertatap muka dengan nasabah yang sudah tak mampu ditangani lagi oleh timnya. Tak peduli nasabah menelepon tengah malam atau minta ditemui, Darmadi turun tangan sendiri. “Justru dari kasuskasus itu, saya memiliki hubungan yang lebih baik dengan para nasabah. Tim
10 | Februari 2012 | TopCareer
kami pun banyak belajar dari peristiwa itu, makin solid dan dewasa. Setelah itu, industri juga pelan-pelan mulai kuat lagi,” ujar alumnus Universitas Trisakti ini. Satu hal yang dipelajari Darmadi dari masa sulit itu, sebagai pemimpin ia tak bisa lari dari masalah. Saat tim menghadapi tantangan, pemimpin harus tetap bersama tim untuk mendampingi. Barangkali berbekal pengalaman memimpin bisnis di masa sukses ataupun susah, Darmadi yang sempat bergabung dengan sejumlah bank asing, seperti ABN Amro, Standard Chartered, dan Citibank, sejak 12 Mei 2010 dipercaya menjadi salah satu direksi andalan Bank Negara Indonesia (BNI) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Mengabdi pada Negara
Bekerja untuk negara, dikatakan oleh Darmadi adalah suatu privilege, sebuah kebanggaan tersendiri. Ia tak pernah
Satu hal yang dipelajari Darmadi dari masa sulit itu bahwa sebagai pemimpin ia tak bisa lari dari masalah. Saat tim menghadapi tantangan, pemimpin harus tetap bersama tim untuk mendampingi.
menyangka akan direkrut oleh BNI menjadi salah satu direktur. “Banyak orang bilang untuk jadi direktur di BUMN itu tidak mudah. Harus kenal dengan orang-orang penting. Saya sendiri tidak kenal siapa-siapa, jadi merasa surprise saat dipanggil, dan terpilih”, ucapnya mengenang saat pertama bergabung di BUMN. Setelah 21 tahun berkecimpung di bank asing, lalu ditempatkan di bank BUMN, wajar kiranya jika Darmadi merasa waswas di awal. “Ada rasa ragu, apakah di bank BUMN nantinya semua serba teratur, banyak birokrasi, tidak bebas mengeluarkan pendapat seperti di tempat sebelumnya,” ungkapnya. “Ternyata tidak. Begitu saya masuk BNI, suasananya tak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Semua yang bisa saya lakukan di bank asing, juga bisa dilakukan di sini. Kreativitas dan ide-ide sangat didukung untuk dikembangkan.”
UP CLOSE & PERSONAL
Kerja di bank itu tak membosankan, dan bisa banyak belajar. Industri apa yang tidak memerlukan bank? Semua memerlukan. Namun tetap ada perbedaan budaya kerja antara bank asing dengan bank pemerintah. Darmadi menuturkan, suasana kerja di bank asing sangat terbuka, egaliter, semua karyawan bergaul selayaknya teman. Sementara di bank pemerintah masih mengenal level-level. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Darmadi merasa bersyukur bergabung dengan BNI di era sekarang, sebab bank tersebut sedang dalam proses transformasi menuju iklim kerja yang baik. BNI sudah mulai dituntut selevel dengan bank komersial lainnya, baik dari sisi profit dan pertumbuhan. Suasana kerja pun mulai lebih egaliter antara atasan dan bawahan. “Kita sedang transferkan budaya kerja itu ke level bawah, agar mereka juga lebih mendorong keterbukaan, bekerja fokus pada kinerja, dan tidak lagi terlalu birokratis,” jelas lelaki kelahiran Magelang, 27 Januari 1964 ini. Satu hal yang menjadi kelebihan bekerja di BUMN, kinerja kita akan menentukan seberapa besar kontribusi perusahaan ke keuangan pemerintah. Seandainya profit perusahaan besar, tentunya kontribusi dividen ke pemerintah akan besar, dan bisa dipakai untuk membiayai banyak kebutuhan rakyat. “Kontribusi ini menurut saya adalah privilege orang bagi yang bekerja di BUMN, dan tidak dipunyai oleh profesional yang bekerja di tempat lain. Oleh sebab itu, saya selalu mengarahkan tim untuk bertanggung jawab dengan pekerjaan, pegang integritas, dan berusaha berkinerja terbaik. Bila malas kerja, tidak bedanya dengan merugikan negara, dan ikut bikin rakyat susah,” seloroh Darmadi.
Mencintai Pekerjaan
Kerja tidak untuk jabatan? Apakah berarti seorang Darmadi sudah cukup puas dengan posisinya sekarang? Ia tersenyum saat ditanya begitu. Ia yang mengaku sangat mencintai bidang consumer banking karena bisa berinteraksi dengan orang banyak, sulit menjawab pertanyaan apakah pekerjaannya saat ini sudah sesuai dengan passion-nya. “Dari sisi jabatan, menjadi salah satu direktur di BUMN sudah dapat dikatakan tinggi, tetapi sebagai profesional, kita tidak boleh berpuas diri, dan berhenti punya visi. Sebisa mungkin kita harus bisa mencapai yang lebih baik lagi. Menjadi CEO atau Direktur Utama mungkin menjadi visi berikutnya, walaupun untuk itu saya masih harus banyak belajar,” tegasnya. Pastinya untuk berada di posisi ini tidaklah terjadi sekejap mata. Berlatar pendidikan Teknik Sipil, Darmadi muda sempat bekerja di perusahaan kontraktor. Beruntung dia diberi kesempatan mengenyam pendidikan lebih tinggi, dan sukses meraih Master of Business Administration (MBA) dari University of Western Illinois, Macomb Illinois, Amerika Serikat. Tahun 1990-an, bisnis bank sedang marakmaraknya. Saat itulah ia bergabung ke Citibank. Darmadi mengawali karier di bank sebagai staf biasa. Ia memutuskan untuk belajar banyak seputar asset dan liability maka setiap dua tahun dia minta pindah bagian. Belajar banyak seputar liability seperti urusan funding, kemudian ke bagian asset seperti KPR, kredit multiguna, dan sebagainya. Bergumul dengan bidang consumer banking dianggapnya cukup menyenangkan, sebab bertemu dengan orang banyak dari berbagai kalangan bisnis.
“Kerja di bank itu tak membosankan, dan bisa banyak belajar. Industri apa yang tidak memerlukan bank? Semua memerlukan. Ada klien mau buka franchise rumah makan, kita bisa belajar soal bisnis franchise. Ada klien yang punya bisnis komputer, saya bisa terlibat kerja sama membuat software tabungan pendidikan. Inilah yang membuat bekerja di bank menjadi sangat menarik bagi saya,” urai lelaki yang mengaku suka bekerja dalam tim ini. Darmadi menekankan, ia tipe orang yang suka berkreativitas, dan bank mampu memfasilitasinya. Bank selalu mengajak orang berkompetisi, berinovasi dengan ide-ide baru. Dunia perbankan yang lebih dari 20 tahun digelutinya, bisa dikatakan adalah dunia kerja yang dicintainya. Karena mencintai pekerjaan, apakah berarti Darmadi seorang workaholic? Sama sekali tidak. “Sabtu dan Minggu adalah milik keluarga,
TopCareer | Februari 2012 | 11
UP CLOSE & PERSONAL
itu komitmen saya. Dulu saya masih sering bekerja saat akhir pekan. Namun sejak tujuh tahun lalu, saya memutuskan melakukan switch off terhadap urusan kerja setiap akhir pekan,” ujar lelaki yang senang menghabiskan waktu di rumah bersama istri dan anak ini. Keputusan itu diambil setelah sempat diserang vertigo berat akibat stres terlalu banyak memikirkan pekerjaan. “Saya bingung, kok bisa stres, padahal saya mencintai pekerjaan. Ternyata stres itu tetap bisa melanda walau kita mencintai pekerjaan itu,” ujarnya sambil tertawa. Kiatnya membagi waktu antara kerja dan keluarga simpel saja, cukup diputuskan kapan waktu untuk keluarga, kapan untuk kerja. “Tanya saja ke diri sendiri, anak dan istri itu penting atau tidak? Nah, dari situ bisa diambil keputusan,” tegas Darmadi.
Menjaga Citra, Memimpin dengan Kepala dan Hati
Satu hal yang menjadi prinsip Darmadi adalah menjaga citra diri. Sejak dulu, lelaki yang cinta keluarga ini tidak pernah ingin dicitrakan sebagai “orang si A” atau “orang si B”, atau segala citra kurang pas lainnya. Berteman tetap dengan siapa saja, tapi bukan berarti harus digolongkan sebagai “teman si Anu” atau “orangnya si Itu”. Darmadi menjaga agar dirinya adalah orang independen dan netral, bukan bawaan siapa-siapa, bukan bagian dari kroni tertentu. Memegang teguh citra ini tak lain adalah cerminan dari dirinya yang memang tidak bisa menilai orang hanya dari satu sisi saja. “Begini, susah buat saya menganggap seseorang itu baik, apabila dia punya sisi buruk lainnya. Misalnya saya harus memilih pemimpin yang ternyata hobi selingkuh, wah sulit itu buat saya,” selorohnya. Citra diri itu lengkap, bukan terbatas pada pekerjaan. Darmadi selalu berpesan pada timnya, “Jika ingin kariermu baik, bangunlah citra diri yang baik.” Semua citra positif akan melekat pada kita, baik itu integritas,
12 | Februari 2012 | TopCareer
mampu dalam kerja tim, bisa dipercaya, bekerja keras, jujur termasuk hal-hal di luar pekerjaan, seperti setia pada pasangan, cinta keluarga, dan sebagainya. Biasanya dalam merekrut orang, selain skill di atas kertas, juga akan dipertanyakan bagaimana perilaku orang itu di keseharian. Kendati skill-nya hebat, kalau di keseharian dikenal tidak baik dalam berperilaku maka penilaian akan drop. Hal ini erat kaitannya dengan prinsip kepemimpinan Darmadi, yang disebutnya harus dengan kepala dan hati. Kepala bicara soal kompetensi, dan hati bicara karakter. Untuk berinteraksi dengan anak buah, Darmadi tidak sekadar melulu bicara soal kompetensi, melainkan juga dengan hati. Saat ada anak buah bermasalah, gunakan hati, jangan terus dimarahi bahkan harus ditolong. “Saya selalu meluangkan waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan mereka. Sebisa mungkin membangun hubungan lebih dari hanya sekedar hubungan pekerjaan. Kita kan manusia juga, butuh pendekatan secara manusiawi,” ungkap Darmadi. Bahkan untuk bekerja pun, akan
Semua citra positif akan melekat pada kita, baik itu integritas, mampu dalam kerja tim, bisa dipercaya, bekerja keras, jujur termasuk hal-hal di luar pekerjaan...
lebih baik jika dilakukan dengan hati yang tulus, bukan terbatas hanya mengandalkan logika saja. Kepala dan hati haruslah seimbang. Untuk apa orang bekerja dengan baik, tapi tidak punya loyalitas. Sebaliknya, ada orang yang loyal, tapi tidak mampu bekerja dengan baik. Keduanya harus dijaga agar selalu seimbang. Sekali kita bisa mendapatkan hati seseorang maka mereka akan tulus dalam bekerja, dan membantu kita. Itulah mengapa memimpin tim tidak hanya mengandalkan kepala saja, melainkan juga harus dengan hati. Menutup perbincangan, Darmadi berpesan pada mereka yang berkarier di dunia perbankan untuk jangan pernah mengabaikan risiko. Risiko justru harus dicintai dan diprioritaskan, sebab dunia perbankan adalah dunia yang penuh dengan risiko. “Sejak dulu saya selalu memprioritaskan risiko, sampai hari ini. Manajemen risiko harus jadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan,” tegasnya. Dunia perbankan memang menyenangkan, banyak memberikan tantangan, namun sekaligus juga penuh risiko. ***
TOP CAREER ISSUE
Investment Grade Indonesia Naik, Siapkah SDM Kita? Oleh: Yuda Prihantoro dan Merry Magdalena
Daya tarik Indonesia sebagai negara layak investasi kian besar setelah Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia ke level Investment Grade, disusul Moody’s Investors Service yang kemudian melakukan hal serupa. Apakah hal itu menjadi “berkah” bagi ketenagakerjaan di Indonesia? Dan bagaimana kesiapan tenaga kerja kita? Top Career Magazine merangkumnya dalam artikel berikut ini. 14 | Februari 2012 | TopCareer
Istimewa
TOP CAREER ISSUE
B
ukan waktu yang sebentar untuk Indonesia bisa kembali menggenggam Investment Grade. Kali terakhir Indonesia kehilangan Investment Grade pada tahun 1997, sesaat setelah Tanah Air digoyang krisis moneter yang turut menyeret pergantian rezim penguasanya. Pada Desember 2011, Fitch Ratings yang merupakan satu dari beberapa lembaga pemeringkat internasional, akhirnya menaikkan level peringkat investasi Indonesia dari BB+ ke BBB-. Tak berhenti sampai di situ karena sebulan berikutnya, tepat pada 18 Januari 2012, giliran Moody’s yang merevisi peringkat utang Indonesia ke level Baa3 dari Ba1, di mana peringkat itu merupakan level terendah dari Investment Grade versi Moody’s. Kenaikan peringkat Indonesia itu untuk peringkat utang jangka panjang milik pemerintah dalam mata uang asing dan rupiah dengan prospek stabil. Pro kontra pun bermunculan terkait
kenaikan peringkat ini. Ada pihak yang meyakini peningkatan peringkat layak investasi tersebut bisa mendorong sikap optimis bagi investor maupun pelaku pasar terhadap Indonesia sehingga investor berpeluang memindahkan dana dari instrumen investasi jangka pendek saham ke instrumen jangka panjang, seperti FDI (Foreign Direct Investment), yang pada akhirnya diyakini bisa mendongkrak perekonomian nasional. Namun tidak sedikit pihak yang tidak peduli dengan rating tersebut. Mampukah Investment Grade membawa perubahan positif bagi ketenagakerjaan di Tanah Air?
Mendorong Investasi
Armida Salsiah Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional mengungkapkan bahwa kehadiran Investment Grade akan banyak membantu Indonesia dalam menarik investasi di tengah menurunnya kinerja ekspor Tanah Air akibat pelemahan ekonomi global. “Investment Grade
kaitannya dengan capital inflow, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Ini tentunya akan mendorong investasi yang diperlukan kita untuk mencapai target pertumbuhan 6,7% di 2012,” ujarnya. Ito Warsito, Direktur Utama BEI (Bursa Efek Indonesia) meyakini adanya Investment Grade yang diberikan ke Indonesia akan berdampak positif karena investor asing akan semakin banyak masuk ke pasar Indonesia, terutama pasar saham. Investment Grade bisa menjadi momentum bagi perusahaan yang sudah listing untuk semakin ekspansif tahun ini. “Keadaan ini juga bisa semakin mendorong investor lokal untuk masuk ke pasar saham. Kami tidak takut jika nanti komposisi antara investor asing dan lokal kembali jauh. Sekarang yang penting adalah memperbesar pasar saham kita, dan membuat investor asing punya banyak pilihan untuk menginvestasikan dananya di Indonesia,” jelasnya.
TopCareer | Februari 2012 | 15
PENDUDUK USIA KERJA Umur > 15 th 171,75
INDEKS MANUSIA INDONESIA Indeks
Indeks Pembangunan Manusia Pendapatan per Kapita Angka Harapan Hidup Lama Sekolah
2011
2010
2005
2000
1995
0.617 0.613 0.572 0.543 0.527 3716
3544
2840
2478
2751
69.4
68.9
67.1
65.7
64.0
5.8
5.8
5.3
4.8
4.2
KONDISI KETENAGAKERJAAN UMUM DI INDONESIA
ANGKATAN KERJA
117,37 (68,34 %)
< SD : SMP : SMA : SMK : DIPLOMA I/II/III : UNIVERSITAS :
56,18 22,60 19,15 9,89 3,41 6,14
(AGUSTUS 2011) Juta Orang
(47,87 %) (19.26 %) (16,32 %) (8,43 %) (2,91 %) (5,23 %)
BEKERJA
BUKAN ANGKATAN KERJA
109,67 (93,44 %)
< SD : SMP : SMA : SMK : DIPLOMA I/II/III : UNIVERSITAS :
54,38 (31,66 %)
54,18 20,70 17,11 8,86 3,17 5,65
(49,40 %) (18,87 %) (15,60 %) (8,08 %) (2,89 %) (5,15 %)
PENGANGGURAN TERBUKA < SD : SMP : SMA : SMK : DIPLOMA I/II/III : UNIVERSITAS :
7,70 (6,56 %) 2,00 (25,97 %) 1,90 (24,68 %) 2,04 (26,49 %) 1,03 (13,38 %) 0,24 (3,12 %) 0,49 (6,36 %)
INVESTASI PMA 16 14 12 10 8 6 4 2
Value of Investment Number of Projects
1400 1200 1000 800 600 400 200
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
SUMBER: BKPM, BPS, UNDP
TOP CAREER ISSUE
Lebih lanjut, Ito menilai Investment Grade juga akan memicu pengembangan sektor infrastruktur di Tanah Air. Pasalnya, membaiknya perekonomian nasional berimbas pada peningkatan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur di Tanah Air. Dengan semakin banyaknya pekerjaan infrastruktur dan adanya “magnet” Investment Grade, para investor asing bisa kian yakin untuk menyalurkan investasinya di proyek-proyek infrastruktur. Alhasil, penyerapan tenaga kerja pun akan terjadi.
Imbas ke Dunia Kerja
Apabila peringkat investasi membaik maka investor asing semakin tertarik menanamkan modal di Indonesia. “Perusahaan asing masuk maka kebutuhan tenaga kerja naik. Sementara perusahaan domestik juga akan melakukan ekspansi, yang berarti kebutuhan tenaga kerja juga meningkat,” ungkap Yumiati, Praktisi Human Capital (HC) GTC (Global Top Career). Menurut Yumi, demikian sapaan akrabnya, naiknya peringkat Indonesia menjadi Investment Grade merupakan apresiasi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas perekonomian Indonesia. Ekonomi yang bertumbuh tentu sangat kondusif untuk pembukaan lapangan kerja karena tidak saja menarik untuk investasi asing, namun investasi domestik juga akan meningkat. Lulusan Business Administration di University of Wollongong, New South Wales, Australia ini pun melansir sejumlah data yang diungkap dalam berbagai laporan, seperti prediksi BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) bahwa akan banyak masuk arus modal investasi di tahun 2012. Arus modal tersebut akan mengalir ke industri pengolahan tambang, pengolahan pertanian, dan bidang infrastruktur. Sektor-sektor tersebut pada umumnya didominasi oleh pekerja lokal. Sejalan dengan hal tersebut, LIPI
18 | Februari 2012 | TopCareer
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) juga melaporkan bahwa selama kurun waktu 2005-2007 secara agregat PMA (Penanaman Modal Asing) mampu menyerap tenaga kerja dibandingkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Hal ini tampaknya masih akan berlanjut pada tahun 2011-2012 di mana BKPM menargetkan penyerapan tenaga kerja formal dari PMA lebih tinggi dari PMDN. “Penggunaan tenaga kerja asing memang dibatasi pemerintah. Namun survei mengenai tenaga kerja asing oleh BI (Bank Indonesia) tahun 2009 memperingatkan adanya kecenderungan pergeseran pola rekrutmen dari jabatan konsultan ke jabatan profesional sejak tahun 2007, dikarenakan ada kebutuhan permanen atas bidang-bidang yang selama ini ditangani oleh konsultan,” ujar Yumi.
Genjot Pengembangan Potensi SDM Indonesia
Laporan Human Development Report 2011 dari UNDP (United Nations Development Program) menunjukkan Indonesia tergolong dalam negara berkembang dengan tingkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia) medium karena menempati peringkat 124 dengan skor 0,617. Indonesia harus mengakui keunggulan kualitas SDM negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand yang masing-masing berada di peringkat 61 dan 103. Jika dibandingkan dengan Singapura, Indonesia malah terpaksa gigit jari lantaran Negeri Singa tersebut memiliki IPM pada peringkat 26. Rendahnya IPM Indonesia mencerminkan bahwa pemerintah belum optimal dalam meningkatkan kualitas SDM kita. Penghitungan IPM UNDP ini mengacu pada empat indikator utama, yakni angka harapan hidup, tingkat partisipasi sekolah, kesehatan, dan pendapatan per kapita. Acuan ini mengacu secara universal bahwa indikator itu merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Istimewa
... Investment Grade akan menjadi berkah, jika saja pemerintah mau mengarahkan investasi sebagai pendorong pertumbuhan industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja di dalam negeri.
Dari sisi pengangguran, Indonesia juga masih terbilang memprihatinkan. BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat jumlah pengangguran di Tanah Air pada Februari 2011 tercatat sebanyak 8,12 juta orang, lebih rendah 470 ribu orang jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,59 juta orang. Pada Februari 2011, penduduk yang bekerja mencapai 111,28 juta orang dari jumlah angkatan kerja yang sebesar 119,40 juta orang. Ironisnya lagi, jumlah pekerja di Indonesia masih didominasi oleh lulusan pada jenjang pendidikan SD ke bawah, yakni sebesar 55,1 juta orang (49,53% dari total pekerja). Sedangkan pekerja dengan pendidikan diploma hanya sebesar 3,3 juta orang (2,98%), dan pekerja dengan pendidikan sarjana sebanyak 5,5 juta orang (4,98%). Namun angka tersebut sesungguhnya tidak sepenuhnya mencerminkan kompetensi SDM lokal kita.
TOP CAREER ISSUE “Dalam hal kompetensi, sebenarnya tenaga kerja lokal tidak kalah dengan tenaga kerja asing. Kalau pun ada yang dapat dikatakan sebagai kelemahan, hal itu adalah kepercayaan diri, khususnya dalam mengekspresikan pendapat, bila perlu berdebat. Kelemahan lain ada pada bidang keterampilan bahasa asing atau komunikasi secara umum, termasuk membangun argumen,” ungkap Yumi. Untuk menghadapi ASEAN Community di mana arus barang, jasa, investasi, dan SDM akan mengalir tanpa hambatan di antara sesama ASEAN, Indonesia siap meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya. Sejak 2007 pemerintah sudah mulai mempersiapkan standar kompetensi pekerja Indonesia dalam wilayah ASEAN, dengan ditandatanganinya MRA (Mutual Recognition Arrangement), yaitu kesepakatan saling mengakui dan menerima penilaian (hasil tes atau sertifikat) untuk para profesional. Dan ini berlaku untuk sektor layanan engineering, keperawatan, arsitektur, kualifikasi survei, praktisi dokter gigi, layanan akuntansi, dan manufaktur. Dengan demikian, jika kompetensi SDM kita memang didukung dengan sertifikat maupun pengakuan dari pihak yang kredibel maka tidak perlu ragu untuk berkompetisi dengan tenaga kerja asing. Optimisme bahwa SDM lokal tak kalah oleh asing juga diungkap oleh, Martri Agoeng, anggota Komisi IX DPR RI yang menilai potensi daya saing SDM Indonesia, terutama yang berhubungan dengan tenaga kerja, sesungguhnya sangat besar. Sayangnya, pembinaan terhadap potensi yang ada masih kurang maksimal. Dia berharap baik pemerintah dan swasta terus mendorong pembinaan SDM sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Dihubungkan dengan Investment Grade, Martri mengatakan hal itu semestinya memiliki korelasi positif bagi penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Melihat dari pencanangan program kerja yang dilakukan
investment grade membantu Indonesia dalam menarik investasi di tengah menurunnya kinerja ekspor Tanah Air akibat pelemahan ekonomi global pemerintah dan regulasi-regulasi yang saat ini sedang digodok pemerintah dan DPR, ia meyakini investasi juga akan diarahkan kepada pengembangan industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. “Pemerintah saya lihat juga terus berupaya meratakan pembangunan ekonomi ke daerah-daerah, di mana terlihat dari adanya Undang-Undang mengenai kawasan ekonomi khusus yang keberadaannya tidak hanya di pusat-pusat kota besar. Kebijakan anggaran ke daerah juga cukup besar. Dengan ini, belanja anggaran seharusnya bisa berdampak pada penyerapan tenaga kerja di daerah,” tutur Martri.
Rencana Pemerintah
Guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya, pemerintah sudah meluncurkan MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014 pendapatan per kapita Indonesia bisa meningkat hingga ke level US$4.800-US$5.000. Pada tahun 2025, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia diharapkan sekitar US$3,8US$4,5 triliun dengan pendapatan per kapita sebesar US$13.000-US$16.000, dan masuk dalam 12 besar kekuatan ekonomi dunia. Sementara pada tahun 2045, PDB diproyeksikan pemerintah bisa menembus US$16.6 triliun dengan tingkat pendapatan per kapita sebesar US$46.900, dan masuk dalam daftar 7 besar kekuatan ekonomi dunia. Pemerintah menyiapkan enam koridor ekonomi dalam MP3EI tersebut, yakni koridor ekonomi Sumatera, koridor ekonomi Jawa, koridor ekonomi Kalimantan, koridor ekonomi SulawesiMaluku Utara, koridor ekonomi Bali-
Nusa Tenggara, dan koridor ekonomi Papua-Maluku. Pada koridor Sumatera mengambil tema sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional. Kemudian koridor Jawa yang merupakan pendorong industri dan jasa nasional. Koridor Kalimantan merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Selanjutnya, koridor Bali-Nusa Tenggara yang merupakan pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. Koridor Sulawesi-Maluku Utara merupakan pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional. Terakhir koridor Papua-Maluku yang merupakan pengolahan sumber daya alam yang melimpah, dan SDM yang sejahtera. Guna mengembangkan enam koridor tersebut, pemerintah hanya mematok anggaran sebesar Rp755 triliun dari total kebutuhan dana sebesar sekitar Rp3.000 triliun. Pemerintah berharap sisa kekurangannya bisa didapat dari peran bantuan swasta. Eric Sugandi, Ekonom Standard Chartered memperkirakan laju pertumbuhan FDI tahun ini tidak sebesar tahun lalu, kendati tetap diproyeksi terjadi peningkatan jumlahnya. Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, Eric memprediksi akan berada pada level 5,8%, lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi pemerintah yang mematoknya di APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) 2012 yang sebesar 6,7%. Rendahnya angka proyeksi pertumbuhan tersebut disebabkan kemungkinan adanya dampak pada perlambatan ekonomi global, khususnya krisis Eropa yang berkepanjangan.
TopCareer | Februari 2012 | 19
TOP CAREER ISSUE
Pemerintah Harus Kerja Keras
Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economic and Finance) menilai kehadiran daya tarik Investment Grade yang digenggam Indonesia saat ini tidak akan berarti, jika pemerintah tidak mau bekerja keras dan memaksimalkan kekuatan ekonomi domestik. Menurutnya, Investment Grade akan menjadi berkah, jika saja pemerintah mau mengarahkan investasi sebagai pendorong pertumbuhan industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja di dalam negeri. “Pemerintah punya otoritas untuk itu, tapi saya belum melihat ke arah situ. Obat paling mujarab untuk mendorong penyerapan tenaga kerja di Indonesia adalah mengembangkan sektor pertanian dan industri. Investment Grade tidak akan berdampak banyak bagi penyerapan tenaga kerja, jika larinya investasi banyak yang ke portofolio,” kata Ahmad. Guru Besar Universitas Brawijaya ini pun menjelaskan struktur perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir lebih banyak disokong oleh sektor padat modal, seperti telekomunikasi, pengangkutan, dan perdagangan. Sementara sektor padat karya, seperti pertanian dan perindustrian justru mengalami kemunduran. Tak pelak laju penyerapan tenaga kerja berjalan lambat. Ia mengaku tidak terlalu peduli dengan pemeringkatan tersebut, sebab daya tarik Indonesia di mata dunia tetap menarik dengan beragam kelebihan yang dimiliki, baik dari sisi sumber daya alam maupun penduduknya. Yang lebih diperlukan Indonesia saat ini dan ke depan, kata Ahmad, adalah bagaimana aksi nyata pemerintah bisa mendesain dan mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang lebih ramah terhadap investasi.***
20 | Februari 2012 | TopCareer
Investment Grade: Indikator Membaiknya Iklim Investasi Aaa Aa1 Aa2 Aa3
AAA
AAA
AA
AA
AAA AA
A2 A3 Baa1
AA
A
Baa2
Baa3 Ba1 Ba2 Ba3 B1
BBB
BBB BB+
BB
BB
B2
B3 Caa1 Caa2 Caa3 Ca
C
Moody’s
January 2011
CCC CC C D
CC C Cl R SD D
CC C Cl R SD D
CN
Fitch
Indonesia’s current position
BBB BB
NR January 2011
BBB
BB BB B
CCC
B
A
S&P
April 2011
B
CCC
R
Japan
July 2011
Investment Grade
Istilah Investment Grade merujuk kepada sebuah peringkat yang menunjukkan utang pemerintah atau perusahaan memiliki risiko yang relatif rendah dari peluang default atau gagal bayar. Peringkat Investment Grade biasanya diberikan kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang berhati-hati. Umumnya ditandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio utang yang rendah, dan inflasi yang terkendali. Dalam mengidentifikasikan peringkat kualitas kredit suatu negara atau perusahaan setiap lembaga pemeringkatan menggunakan simbol huruf yang berbeda. Dalam kategori Fitch Ratings, peringkat terendah layak investasi adalah BBB-, dan peringkat tertinggi adalah AAA. Sedangkan peringkat kredit dengan dengan rating BB, B, CCC, dan lainnya dianggap kualitas kredit yang rendah.***
COMPANY OF CHOICE
Perang Kecepatan di Industri Telekomunikasi Indonesia Oleh: Arie Ishami, Yuda Prihantoro, Norbert Dhika Aditama | Foto: Eddy Sukmana, Leonardo Lesmana
Perang kecepatan bukan semata milik lintasan balap, sengitnya adu kecepatan kini terjadi di arena industri telekomunikasi. Kian besarnya kebutuhan masyarakat akan informasi, tak ayal memperbesar dahaga akan kecepatan untuk memperoleh informasi tersebut. Bagaimana kesiapan sektor telekomunikasi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan tersebut? Berikut tim Top Career Magazine coba mengupas potret industri telekomunikasi di Indonesia.
22 | Februari 2012 | TopCareer
COMPANY OF CHOICE
PT Smartfren Telecom Tbk
Membutuhkan Tenaga Kerja Kompeten dan Kreatif
Sebagaimana terjadi pada banyak negara, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi punya peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional suatu negara, tak terkecuali Indonesia.
TopCareer | Februari 2012 | 23
COMPANY OF CHOICE
M
erza Fachys, Chief Technology Officer PT Smartfren Telecom Tbk, membagi perkembangan telekomunikasi Indonesia dalam beberapa tahapan revolusi. Revolusi pertama di era 1970-an, saat diluncurkannya Satelit Palapa. Revolusi berikutnya sekitar 1980-an, disebut revolusi digitalisasi yang menciptakan otomatisasi dalam penggunaan telepon. Revolusi berikutnya menghadirkan era 3G (Third Generation Technology). Merza menilai keberadaan 3G kian memicu kehausan masyarakat akan kecepatan akses data telekomunikasi. Dia memprediksi revolusi pada dekade ini adalah kebutuhan akan kecepatan akses data yang lebih tinggi dari yang ada saat ini. Teknologi yang dimaksud dikenal dengan nama LTE (Long Term Evolution). Dengan kecepatan data yang begitu tinggi, Merza meyakini bisa mendorong pengembangan teknologi lain, yang pada akhirnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Pria yang berpengalaman lebih dari 32 tahun di industri teknologi telekomunikasi ini menjelaskan bahwa LTE sudah tersedia di 18 negara, dan 80 operator di seluruh dunia sudah mengimplementasikan teknologi tersebut. Sayangnya, Indonesia masih harus menunggu untuk bisa benarbenar mengimplementasikan LTE, lantaran belum ada regulasi yang mengatur itu. “Kecepatan regulasi untuk mengatur teknologi yang berikutnya seringkali terlambat. Teknologi datang duluan, regulasinya belum establish sehingga harus menunggu,” ujarnya. “Nah, kenapa pemerintah telat? Ini semua bukan salah pemerintah, tapi kesalahan dari dulu saat kurang adanya antisipasi sehingga frekuensi yang di negara lain tidak dipakai, di kita dipakai.” Pada awalnya, pemerintah memberlakukan monopoli atas layanan telekomunikasi di Indonesia. Reformasi telah menciptakan kerangka regulasi yang mendorong tumbuhnya persaingan dan
24 | Februari 2012 | TopCareer
percepatan pembangunan fasilitas dan infrastruktur telekomunikasi di Tanah Air. Regulasi sektor telekomunikasi yang berlaku saat ini berlandaskan pada Undang-Undang Telekomunikasi No.36/1999, yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000. UU Telekomunikasi menetapkan pedoman bagi reformasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, kemudahan masuknya pemain baru, serta peningkatan transparansi dan persaingan. Begitu deregulasi monopoli telekomunikasi dibuka, muncullah lima operator telekomunikasi di Tanah Air. Indonesia pun menjadi negara yang paling banyak memiliki operator telekomunikasi, yakni 10 operator. Kondisi tersebut membuka peluang bagi mereka yang punya kompetensi untuk telekomunikasi kian besar,
Merza Fachys
Chief Technology Officer
PT Smartfren Telecom Tbk
padahal suplai yang bisa diberikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas. “Bicara telekomunikasi, persaingannya adalah siapa yang lebih cepat. Kecepatan ini termasuk dalam menyiapkan SDM-nya. Bagaimana menyiapkan kemampuan orang itu agar seirama dengan kebutuhan perkembangan dunia telekomunikasi,” tambah Merza.
Talent War Terus Terjadi
Sebagai satu dari beberapa operator yang ada di Tanah Air, PT Smartfren Telecom Tbk menyadari betul bahwa persaingan industri telekomunikasi di Indonesia kian hari kian sengit. Tak hanya harus beradu terobosan baru, perusahaan yang merupakan gabungan antara PT Smart Telecom (Smart) dan PT Smartfren Telecom Tbk
COMPANY OF CHOICE
-yang dulunya PT Mobile-8 Telecom Tbk- juga dituntut mempunyai orangorang andal untuk pengembangan teknologi dan bisnisnya. Operator yang bermain di CDMA ini memiliki total karyawan sebanyak 2.226, yang terdiri atas karyawan permanen dan kontrak. Selain itu, Smartfren juga menggunakan tenaga outsource yang cukup besar. Smartfren memiliki delapan regional untuk merekrut karyawannya. Proses perekrutan di Smartfren dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan membuka iklan lowongan ataupun kerja sama dengan menggunakan head hunter khusus untuk beberapa posisi tertentu, baik dari lokal maupun internasional. Pembukaan rekrutmen di Smartfren dilakukan sesuai kebutuhan.
sama yang dimaksudkan, baik dalam urusan perekrutan tenaga kerja ataupun pengembangan pendidikan karyawannya. Secara umum, proses perekrutan Smartfren dilakukan dalam beberapa tahap. Dimulai dari tahap penyaringan awal, psikotes, hingga medical checkup. Dikatakan pula oleh Marco bahwa dalam perekrutan karyawan baru tak hanya melihat dari kompetensi kemampuan yang dimiliki, namun pihaknya juga lebih mementingkan berburu individu yang kreatif, serta memiliki positive attitude yang tinggi, sesuai dengan corporate value yang perusahaan pegang. Adapun enam corporate value tersebut adalah integritas, positive attitude, continue improvement, inovasi, loyal, dan komitmen.
Bicara telekomunikasi persaingannya adalah siapa yang lebih cepat. Kecepatan ini termasuk dalam menyiapkan SDM-nya. Marco Sumampouw, Direktur Human Resource PT Smartfren Telecom Tbk, melihat persaingan perebutan tenaga kerja yang punya kompetensi di industri telekomunikasi hingga saat ini masih terus tinggi. “Sejak 2007 sampai sekarang, talent war terus terjadi. Saling berebut tenaga SDM yang terbatas. Makanya telekomunikasi ini adalah industri yang menarik, dan belakangan kompensasinya termasuk yang cukup tinggi karena hukum supply and demand,” jelasnya. Sadar akan terbatasnya ketersediaan tenaga kerja yang punya kompetensi di industri telekomunikasi, Smartfren melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan, serta universitas, baik dari dalam negeri dan luar negeri untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan. Kerja
Smartfren memberlakukan orientasi bagi semua karyawan barunya. Selain orientasi, karyawan baru juga akan diberikan pelatihan, baik di kelas dan di lapangan atau on the job training. Adapun untuk posisi seperti sales, perusahaan juga akan memberikan training pendampingan sekitar delapan minggu, sebelum mereka benar-benar dilepas di lapangan.
Maksimalkan Tantangan dan Rotasi
“Tantangan di industri telekomunikasi adalah tidak hanya bagaimana mendapatkan orang, tetapi juga mempertahankan. Jadi, kami di Smartfren coba memberikan job challenge yang baik. Karyawan kami berikan pekerjaan dengan tantangan lebih,” ujar Marco.
Marco Sumampouw Direktur Human Resource
PT Smartfren Telecom Tbk
Secara terpisah, Merza menjelaskan keterbatasan orang-orang yang memiliki kompetensi untuk industri telekomunikasi memang bisa dimaklumi. Pasalnya, selain membutuhkan pendidikan yang khusus dalam memenuhi kompetensi yang dibutuhkan, individu-individu itu harus memiliki kemampuan belajar mendahului kemajuan perkembangan teknologi. Tak heran jika orang yang memiliki kompetensi terkait menjadi incaran banyak operator lain di seluruh dunia karena tidak banyak jumlahnya. Guna menyiasati hal tersebut, Smartfren memberlakukan pengembangan back up untuk posisi tertentu yang membutuhkan kompetensi yang langka. Sehingga jika suatu saat orang tersebut pindah, posisi yang ditinggalkan sudah ada penggantinya. Bagi karyawan-
TopCareer | Februari 2012 | 25
COMPANY OF CHOICE
karyawan yang potensial, Smartfren juga sengaja memberlakukan rotasi. Marco menjelaskan proses rotasi tersebut idealnya dilakukan setiap dua tahun atau lebih. “Review untuk rotasi dibahas sampai detail. Tentu ini bukan untuk seluruh karyawan karena terlalu banyak. Ini hanya sebatas senior manager saja. Untuk yang karyawan di bawah posisi itu, kami kembangkan berdasarkan performance appraisal yang nantinya keluar kebutuhan apa pelatihannya untuk dia, seterusnya kami tindaklanjuti.” Smartfren juga membanjiri karyawannya dengan beragam pelatihan dan seminar untuk pengembangan. Selain itu, perusahaan juga memberikan beasiswa bagi karyawan yang berprestasi, serta tunjangan pulsa yang tak terbatas untuk sesama pengguna Smartfren.
Pengembangan Data
Smartfren optimistis tren perkembangan CDMA ke depan akan semakin baik, apalagi pihaknya juga sudah mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan teknologi LTE. “Tren CDMA di dunia, trennya agak terbatas perkembangannya. Tapi kami sadar bahwa ke depan masih tetap bagus karena nanti CDMA dan GSM akan ketemu pada satu teknologi yang namanya LTE. Tinggal tunggu transisinya. Kalau CDMA Smartfren sudah diarahkan ke LTE sehingga kalau sudah sampai ke LTE, Smartfren sudah siap,” ujar Marco. Smartfren optimis mampu menggaet pelanggan lebih banyak berkat beberapa keunggulan yang diusung, seperti salah satunya adalah jumlah bandwidth frekuensi yang lebih banyak dibandingkan dengan CDMA lain di
Smartfren membelakukan back up untuk posisi tertentu yang membutuhkan kompetensi yang langka
Indonesia. Menanggapi persaingan dengan operator lain yang memiliki dukungan dari pihak asing sebagai pemegang saham, Smartfren tidak khawatir. “Sebuah komitmen di perusahaan telekomunikasi tidak pernah berhenti berkembang, terus artinya apa? Investasi terus tidak ada berhentinya berinvestasi terus. Apakah komitmen pemegang saham untuk investasi selalu besar? Mau orang asing, mau orang Indonesia, harus sama. Kalau komitmennya besar, perusahaan itu pasti akan maju, itu yang pertama. Yang kedua, mari kita lihat secara nasionalisme kita. Telekomunikasi adalah sebuah perusahaan yang profitable. Kalau itu banyak asing, ya profitnya juga banyak lari ke sana. Kalau itu semuanya Indonesia, profit juga berhenti untuk kita-kita. Pilih mana?” tutup Merza.***
TESTIMONI Mira Koeshandajani | Head of Postpaid & Corporate Product Marketing
Nikmati Tantangan dan Rotasi Bagi Mira Koeshandajani, Head of Postpaid & Corporate Product Marketing PT Smartfren Telecom Tbk, kerasnya tantangan yang diberikan perusahaan malah sangat dinikmatinya. Juli 2007 adalah pertama kali Mira bergabung di Smartfren, lantaran mendapat tawaran dari head hunter saat itu. Posisi yang ditawarkan saat itu, sama seperti yang pernah diembannya saat bergabung bersama Mobile-8 Telecom, yakni sebagai Head of Product Development & Management. Sampai pada pertengahan Desember 2011, ia dirotasi ke posisi saat ini, yakni sebagai Head of Postpaid & Corporate Product Marketing. “Pengembangan karier di Smartfren terbuka, apalagi dengan kompetisi yang semakin ketat. Tuntutan dari market juga makin tinggi.
26 | Februari 2012 | TopCareer
Pastinya sejalan dengan itu, secara organisasi akan menyesuaikan,” ujar lulusan Teknik Industri ini. Sepanjang kariernya bersama Smarfren, Mira merasakan banyak pelatihan baik secara teori maupun praktik. “Training banyak diberikan. Untuk training di luar negeri juga disediakan. Kita bisa request ke HR. Tapi kalau yang di luar kan spesifik training-nya.” Kendati terbilang masih berskala sebagai pemain baru, Mira menilai apresiasi Smartfren terhadap karyawannya cukup baik. “Dari sisi karyawan, benefit sudah oke. Bonus yang kita tidak duga dan tidak sangka diberikan, di samping bonus appraisal yang memang berdasarkan performance tahunan.”***
COMPANY OF CHOICE
TELKOMSEL
Mengembangkan Karyawan Melalui Training Saat industri telekomunikasi selular indonesia sudah memasuki tahap jenuh, Telkomsel justru berhasil meraih 105 juta pelanggan. Pencapaian ini cukup membanggakan karena akan menjadi basis yang kuat untuk menuju tahapan selanjutnya menuju era beyond telecommunication.
A
pa dan bagaimana prospek karier di perusahaan yang saat ini akan memasuki usianya yang ke-17 tahun tersebut dijelaskan dengan rinci oleh Irwin Sakti, Vice President HR Services. Telkomsel yang didirikan pertama kali di Batam pada tanggal 26 Mei 1995, dalam usianya yang ketujuh belas tahun berhasil menancapkan pamornya sebagai operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, dan berhasil menduduki peringkat nomor 7 di dunia sebagai perusahaan telekomunikasi dengan jumlah pelanggan (customer base) terbanyak. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, Telkomsel dari senantiasa melakukan evolusi bisnis menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. “Ciri khas sebuah perusahaan yang mendasarkan pada teknologi, ia harus dapat menyesuaikan proses bisnis dengan kemajuan teknologi agar tidak tergerus dengan kemajuan zaman,” papar Irwin. Lanjutnya lagi, dahulu pada saat awal berdiri, main business Telkomsel adalah terletak pada voice dan SMS namun pada saat perkembangan internet mengalami kemajuan yang sangat pesat, Telkomsel mulai mencanangkan broadband sebagai evolusi bisnis telekomunikasi. Telkomsel sejak tahun 2010 mengembangkan jaringan mobile broadband yang sudah diimplementasikan di 45 kota sebagai broadband city, dan ditargetkan pada tahun 2012 sudah dapat digelar 100
28 | Februari 2012 | TopCareer
broadband city di seluruh Indonesia. Perusahaan yang mengusung visi “Best and Leading Mobile Lifestyle and Soliutions Provider in the Region” ini merupakan salah satu perusahaan favorit yang diincar oleh para pencari kerja. Dengan jumlah karyawan yang saat ini mencapai 4.426 orang, Telkomsel berkonsentrasi mengembangkan dan mengelola
Irwin Sakti Vice President HR Services Telkomsel
karyawan sebagai salah satu aset perseroan yang berharga. “Bagi kami, karyawan adalah long term investasi yang dapat menentukan maju mundurnya perusahaan, oleh karena itu unit kerja yang menangani sumber daya manusia di Telkomsel adalah HCM Group (Human Capital Management Group) karena kami memandang bahwa karyawan adalah merupakan
COMPANY OF CHOICE
salah satu aset atau modal yang harus dikelola dengan baik,” ucap Irwin.
Rekrutmen Karyawan
Untuk mendukung performance perusahaan di titik optimal maka pemilihan resources tenaga kerja menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian utama manajemen. Di Telkomsel tidak terdapat pembatasan jenis keahlian calon karyawan. Semua latar belakang pendidikan dapat bergabung di Telkomsel. “Kami melakukan proses rekrutmen berdasarkan kebutuhan organisasi yang terus berkembang. Jika suatu unit organisasi membutuhkan seorang ekonom, legal ataupun bahkan ahli desain grafis maka hal tersebut sangat terbuka dan dimungkinkan. Syarat utama untuk dapat bekerja di Telkomsel adalah mempunyai komitmen yang kuat untuk maju dan mengembangkan perusahaan.” Selain itu, masih menurut Irwin Sakti, setiap karyawan di Telkomsel harus menjiwai dan melaksanakan corporate culture yang hidup di Telkomsel, yaitu Integrity, Professionalism, Team Work dan Customer Intimacy. “Penjiwaan dan pengamalan nilai-nilai budaya perusahaan tersebut menjadi salah satu tugas penting kami karena tanpa adanya budaya perusahaan ibarat para pemain orkestra yang tidak memahami dan membaca partitur musik, tidak akan ada harmonisasi dalam kerja,” tegas Irwin Sakti. Untuk mencari resources karyawan yang memenuhi kualifikasi, saat ini Telkomsel menjalin kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia, antara lain UI, ITB, Unpad, UGM, Unbraw, STT Telkom untuk pelaksanaan job fair, dan menjaring database bagi kandidat-kandidat yang memenuhi persyaratan untuk proses rekrutmen selanjutnya. “Kami selalu rutin mengikuti job fair yang diadakan oleh beberapa universitas yang telah memiliki kerja sama dengan Telkomsel untuk menjaring calon karyawan, dan pemimpin masa depan di Telkomsel,”
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, Telkomsel dari waktu ke waktu senantiasa melakukan evolusi bisnis menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. jelas Irwin. Seluruh karyawan yang lulus dalam tahapan seleksi akan menjalani masa trainee selama 1 (satu) tahun, dan setelah lulus dalam Telkomsel Trainee Program maka akan langsung diangkat sebagai karyawan tetap. Untuk karyawan tetap, Telkomsel menetapkan standar pendidikan minimal S1, sedangkan untuk tenaga administrasi dan sekretaris standar pendidikan yang ditetapkan minimal adalah D3.
Fokus ke Pengembangan Karyawan
Sebagai salah satu aset maka pengembangan karyawan telah menjadi prioritas jajaran Direksi dan Manajemen. Telkomsel menyadari bahwa untuk tetap bertahan sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar, setiap karyawan sebagai ujung tombak pertempuran harus dibekali dengan alat dan kemampuan skill individu maupun team work yang mumpuni. Menukil dari pepatah “A Man Behind The Gun” maka penyediaan sarana dan prasarana teknologi yang canggih sekalipun tidak akan ada artinya, apabila individu yang mengoperasionalkan tidak mempunyai keahlian yang excellent. Melalui divisi Learning and Development Team (LEAD Team), untuk tahun 2011 sendiri, Telkomsel telah menyelenggarakan tidak kurang dari 392 kelas training dengan jumlah karyawan yang mengikuti kelas training adalah sebanyak 7.477 orang dengan hasil rata-rata penilaian adalah 3,30 pada skala 4. “Selain training-training yang diselenggarakan di dalam kelas, kami pun mencoba menumbuhkan budaya
dan environment sharing session di masing-masing unit kerja sehingga soft skill dan technical skill di masingmasing unit kerja dapat merata. Jika kita mencoba menilik perusahaan lain yang sudah lama berdiri dan diakui oleh publik sebagai perusahaan yang mapan, seperti Toyota, terdapat semangat Kaizen, yaitu bagaimana untuk senantiasa mempelajari halhal baru untuk diterapkan di Toyota dengan konsep yang lebih baik. CEO Toyota selalu menekankan untuk tidak pernah berhenti belajar dan belajar karena pada saat perusahaan sudah menganggap diri yang paling baik maka di saat itulah perusahaan mengalami start untuk menuju kehancuran,” lanjut pria yang sehari-hari dikenal low profile, namun tegas dalam memutuskan suatu kebijakan. Oleh karena itu, setiap awal tahun karyawan akan menerima kalender pelatihan berisi tentang informasi pelatihan yang dapat diikuti pada tahun tersebut, dan karyawan berdasarkan hasil penilaian kompetensi serta evaluasi akan disarankan untuk mengikuti beberapa pelatihan sesuai dengan kebutuhan, namun demikian yang bersangkutan masih dapat mengajukan usulan lain apabila dipandang perlu dan baik untuk pengembangan diri. Dari awal hingga menjelang pensiun, setiap karyawan Telkomsel akan selalu mendapatkan pelatihan, yaitu dimulai pada saat Induction Program untuk karyawan baru hingga training MPP (Masa Persiapan Pensiun) bagi karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Hal tersebut membuktikan bahwa Telkomsel selalu dari waktu ke waktu menjadikan dirinya sebagai Learning Organization.
TopCareer | Februari 2012 | 29
COMPANY OF CHOICE
Worklife Balance
Untuk mencapai hasil optimal maka Telkomsel sangat menyadari perlunya worklife balance bagi para karyawannya. Setelah dituntut dengan kewajiban untuk memberikan kinerja yang optimal maka karyawan pun memiliki hak untuk menikmati beragam fasilitas dan keuntungan yang disediakan oleh perusahaan. Secara umum, tingkat pendapatan yang diberikan kepada karyawan masih di atas rata-rata perusahaan telekomunikasi sejenis. Selain pendapatan yang bersifat tunai, Telkomsel pun tak segan mengganjar kinerja karyawannya dengan beragam fasilitas yang disediakan oleh perusahaan, antara lain kegiatan iman, budaya, dan olah raga. Secara rutin setiap tahunnya, Telkomsel menyelenggarakan program Perjalanan Dinas Rohani yang diberikan kepada masing-masing pemeluk agama (Haji bagi kaum Muslim, Perjalanan Rohani ke Betlehem bagi kaum Nasrani, Perjalanan
30 | Februari 2012 | TopCareer
Rohani ke India bagi kaum Hindu dan Budha). Untuk saat ini, perjalanan rohani tersebut diberikan dengan perbandingan rasio 1:150, yang artinya dalam setiap 150 orang karyawan maka terdapat 1 orang yang berhak untuk mengikuti perjalanan dinas rohani. “Kami sangat percaya bahwa kehidupan rohani yang baik atas karyawan kami akan membawa ketenangan jiwa yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku kinerja di perusahaan dan output yang dihasilkan. Oleh karena itu program Perjalanan Dinas Rohani merupakan salah satu komitmen kami untuk memberikan yang terbaik bagi karyawan,” tegas Irwin Sakti. Selain fasilitas di atas, Telkomsel juga menyediakan kantin di setiap lantai ataupun lokasi kerja. Menu sarapan dan makan siang yang sehat telah disiapkan oleh perusahaan agar karyawan tetap terjaga kesehatannya. Telkomsel pun memberikan fasilitas kesehatan kepada para karyawan dan keluarganya dengan jumlah
... kehidupan rohani yang baik atas karyawan kami akan membawa ketenangan jiwa yang pada akhirnya akan berdampak pada perilaku kinerja di perusahaan dan output yang dihasilkan.
tanggungan anak maksimal hingga 3 (tiga) orang anak, dan khusus untuk di kantor pusat, perusahaan telah menyediakan fasilitas klinik kesehatan lengkap disertai dengan dokter yang senantiasa berjaga untuk kondisi darurat sehingga karyawan dapat berobat dengan gratis ke klinik kesehatan tersebut. Beragam fasilitas menarik lainnya pun diberikan oleh perusahaan yang mempunyai tagline Paling Dipercaya, Paling Indonesia ini. Mulai dari bantuan kepemilikan ponsel, tunjangan pulsa berbayar, bantuan mengunjungi daerah home base sekali dalam setiap tahun, bantuan pernikahan karyawan, tunjangan tahun ajaran baru bagi anak sekolah hingga santunan duka cita. “Pada intinya karyawan hanya dituntut untuk memberikan sumbangsih yang optimal bagi perusahaan dan segala kebutuhan mulai dari karyawan menikah, melahirkan hingga pensiun atau meninggal semuanya telah disediakan oleh perusahaan,” ujar pria
COMPANY OF CHOICE
TESTIMONI yang pernah menjabat beragam posisi di Telkomsel tersebut. Semua fasilitas dan benefits yang diberikan kepada karyawan tersebut bukan suatu hal yang tanpa dasar. Mengutip filofosi yang dianut oleh Toyotomi Hideyoshi, pemimpin yang berhasil menyatukan Jepang dalam satu kesatuan, sebagaimana diulas dalam bukunya yang berjudul Swordless Samurai bahwa sebagai seorang pemimpin seharusnya adalah melayani kepada rakyatnya, dan bukan meminta untuk dilayani.
sebagai seorang pemimpin seharusnya adalah melayani kepada rakyatnya, dan bukan meminta untuk dilayani. Prinsip utama Hideyoshi adalah ketika kita mengayomi dan memimpin dengan hati maka loyalitas dan dedikasi adalah buah yang sempurna. Dan Telkomsel pun selalu menerapkan dari waktu ke waktu untuk memberikan dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi karyawannya. “Bagi kami apabila karyawan merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan maka mereka pun akan all out untuk memberikan yang terbaik bagi 105 juta pelanggan Telkomsel di luar sana,” tutur Irwin Sakti menutup wawancara ini.***
Ricardo Indra | GM Corporate Communications Telkomsel
Jangan Hitung-hitungan dalam Bekerja “Ketika orang bekerja sungguh-sungguh dan berprestasi, sebenarnya ia sudah menanamkan benih karier buat dirinya.” Pernyataan tersebut yang menjadi slogan kerja Ricardo Indra, GM Corporate Communications Telkomsel. Slogan tersebut pula yang mengantarkan dia hingga menduduki posisinya saat ini di salah satu operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia. Berbicara mengenai kariernya di Telkomsel, ia mengaku tidak pernah berhitung saat bekerja. Baginya, masalah karier seseorang itu tergantung bagaimana effort kita pribadi, dan bagaimana juga peran yang “Di Atas” ikut berperan. Pria yang lebih akrab disapa dengan panggilan Indra ini, pertama kali masuk ketika Telkomsel masih memiliki 25 ribu pelanggan. Ia tak menyangka akan sedemikian pesat perkembangan perusahaannya, hingga kini jumlah pelanggannya mencapai angka 105 juta pelanggan. “Saya masuk kerja tahun 1997. Saya tidak pernah membayangkan berada di satu industri yang mempunyai pelanggan sebanyak ini,” ucapnya. Setelah lama berpindah-pindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, akhirnya ia memutuskan untuk berkarier serius di Telkomsel. “Sebelumnya saya pindah pekerjaan beberapa kali, dan sebenarnya bekerja paling lama tiga tahun pada sebuah perusahaan. Tapi
saya menyadari jika selalu pindah-pindah terus, kapan berhentinya pindah?” tutur Indra yang juga pernah menjadi penyiar radio di Surabaya. Sebelum berkarir di Telkomsel, Indra yang juga aktif menjadi pembicara di beberapa seminar dan kampus ini, pernah bergabung menjadi presenter di Liputan 6 SCTV, dan juga di beberapa media massa di Indonesia. Namun, predikat yang telah didapatnya ini tidak menyurutkan niatnya untuk bergabung dengan industri baru di Indonesia, yaitu industri telekomunikasi seluler. Dan kesempatan itu datang dari Telkomsel. Pertama kali bekerja, ia ditempatkan di divisi Corporate Communications. Lalu pindah ke bagian Marketing di Regional Bandung. Kemudian di tempatkan pada berbagai posisi di divisi lain, dan sekarang akhirnya memimpin divisi Corporate Communication. “Menurut saya, sistem jenjang karier di Telkomsel sudah baik. Terbukti saya bisa berada di berbagai bidang di sini,” kata Indra. Iklim komunikasi internal yang terbangun di Telkomsel pun tidak kaku. Semua ide maupun pemikiran bebas diutarakan oleh semua karyawan di sini. “Bagi saya, semua pemikiran atau ide walaupun bukan datang dari superior, namun output-nya paling baik, kenapa tidak diambil? Kita tidak bicara power dari sisi struktural, tetapi sesungguhnya ini masalah the power of brain,” ujarnya.***
TopCareer | Februari 2012 | 31