tokoh masyarakat. Estetika dan peningkatan pendapatan rumah tangga menjadi faktor pendorong RT lain untuk mereplikasi model.
+
Potensial pelaku
+
+
+
Pertambahan jumlah RT
Pelaku
-
Jumlah RT
Pengaruh Tokoh Masyarakat
-
+
+ +
Tingkat Adopsi +
penyuluhan dan diseminasi
+
+ Estetika
+ + + Tekhnologi
Hama penyakit tanaman
Air
+
Rasio waktu pangolahan produksi/m2
Pengurangan belanja konsumsi
+
+
+
Konsumsi hasil produksi
+
+
Produktifitas
Pendapatan rumah tangga
+
-
+
+ Lahan
+
+
Produksi
Jual
+ -
+ + +
Bantuan saprotan
+
Pemasukan produksi
-
pengolahan Saprotan
+ +
Pengeluaran produksi
Kebutuhan bibit
+
+
+
KBD
Gambar 9.1: Causal Loop Sistem Pengembangan KRPL 9.4.
HASIL ANALISIS Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) antara lain dari tingkat pendapatan, efektivitas penyuluhan dalam memperkenalkan konsep KRPL dan keikutsertaan tokoh masyarakat setempat. Saat ini, subsidi pemerintah dalam satu kawasan untuk pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) dan saprotan bernilai Rp. 28.000.000,- (BPTP Jawa Barat, 2012) dengan efektivitas penyuluhan 30% dan tokoh masyarakat berperan aktif, sehingga dapat dilihat untuk tingkat pendapatan rumah tangga dalam kawasan ditunjukkan pada grafik di Gambar 9.2.
187
Pendapatan Rumah Tangga
Total_bantuan_KBD 3,000,000
20,100,000
20,300,000
20,500,000
Total_bantuan_saprotan
2,000,000
7,650,000
7,700,000
7,750,000
1,000,000
Efektifitas_pendamping 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 0.297 0.298 0.299 0.300 0.301 0.302
Bulan
Harga_Jual_Cabai
Harga_jual_selada
Keikutsertaan Tokoh Mas yarakat Ya
24,800
24,900
25,000 25,100
25,200
6,950
7,000
7,050
Gambar 9. 2: Kondisi eksisting KRPL di Kabupaten Karawang
Harga jual tanaman sayuran merupakan input yang tidak terkontrol, sehingga harus mengikuti harga yang berlaku di pasar. Harga jual komoditas sayuran pun berpengaruh pada tingkat pendapatan rumah tangga, semakin tinggi harga jual maka tingkat pendapatan pun semakin meningkat maupun sebaliknya. Tetapi tetap nilai subsidi mempengaruhi lebih besar dari harga jual komoditas, saat besarnya nilai subsidi tepat dan penyuluh mampu menyalurkan informasi dengan tepat maka penerapan dan pengembangan KRPL semakin efektif. 9.4.1. Analisis perilaku model (asumsi) Model yang telah dibentuk kemudian disimulasikan untuk jangka waktu 2 tahun, dimana tahun 2011 merupakan titik awal simulasi (t = 0) hingga tahun 2013. Analisis pengembangan KRPL
dilihat
dari
ketersediaan
bibit,
saprotan
dan
pendampingan dari penyuluh. Untuk melihat perilaku model, dibuat
skenario
model
dicobakan
untuk
sistem
untuk
pengembangan KRPL melalui besarnya subsidi dari pemerintah.
188
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam melakukan simulasi model pengembangan KRPL, diantaranya adalah : 1. Rata-rata luas pekarangan 50m2/rumah tangga, 2. Efektivitas penyuluhan terhadap produktivitas 30% 3. Peserta awal 20 rumah tangga 4. Jumlah rumah tangga 100 KK 5. Tingkat pertumbuhan rumah tangga 6 RT/tahun 6. Efektivitas tokoh masyarakat : 0,2 7. Hasil produksi untuk konsumsi rumah tangga (80%), dijual (20%) Analisis sensitivitas merupakan suatu cara untuk mengetahui pengaruh pada solusi optimal yang dihasilkan oleh metoda simpleks jika parameter diubah nilainya. Manfaat utama dari analisa sensitivitas adalah dapat mengidentifikasi parameter yang sensitif yaitu parameter yang mengubah solusi optimal bila nilainya diubah (Muhammadi, 2001). Parameter utama yang dapat diubah ialah nilai subsidi pemerintah untuk pembangunan KBD dan kebutuhan saprotan untuk menentukan tingkat pendapatan. Pada Gambar 3, ditunjukkan hasil sensitivitas dalam kondisi yang ekstrim antara kondisi tanpa subsidi dan kondisi jika mendapatkan subsidi Rp. 28.000.000,- per kawasan pada tahun pertama. Kondisi tanpa subsidi pendapatan mencapai nilai negatif, hal tersebut berpengaruh tidak baik pada diseminasi dan adopsi kepada rumah tangga lain yang dipengaruhi oleh informasi mengenai tingkat pendapatan. Grafik tingkat pendapatan rumah tangga mengalami penurunan (landai) pada bulan ke-12 dimana subsidi pemerintah telah dicabut dan tidak diberikan lagi pada tahun kedua, tetapi rumah tangga masih dapat bertahan. Dapat dilihat perbedaan tingkat pendapatan rumah tangga sangat dipengaruhi dengan besarnya subsidi pemerintah pada awal kegiatan, sehingga pendapatan rumah tangga bisa maksimal.
189
Pendapatan Rumah Tangga
3,000,000
2,000,000 1
1
1
1
1
1,000,000
1 1
01
1 2
1
2
2
2 2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2 2
2
2
2 2
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1 2
2 0
2
1
1
1
2
2 3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Bulan
Ket : Kondisi Subsidi Rp. 28.000.000,-/Kawasan/Thn (1); Kondisi tanpa subsidi (2) Gambar 9.3: Analisis sensitivitas pendapatan rumah tangga (a) Sedangkan kondisi perbedaan subsidi pada satu kawasan antara besarnya subsidi yang terapkan saat ini, yaitu Rp. 28.000.000 dengan subsidi sebesar Rp. 20.000.000 per kawasan pada awal tahunnya, sangat sedikit dan grafik hampir bersentuhan. Subsidi Rp. 20.000.000 per kawasan pada awal bulan akan menurunkan pendapatan rumah tangga tetapi selanjutnya menanjak. Sehingga dapat dilihat bahwa perbedaan subsidi sebesar Rp. 8.000.000,- berpengaruh sedikit dalam
Pendapatan Rumah Tangga
penentuan tingkat pendapatan rumah tangga (Gambar 9.4).
3,000,000
2,000,000 2 2
1,000,000
01 2 1
0
1
2
2
2 1
1
2
3
2 1
4
2 1
1
5
6
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
2 1
1
7
8
9
10 11
12 13
14 15 16 17 18 19
20 21 22
23 24
Bulan
Ket : Kondisi Subsidi Rp. 20.000.000,-/Kawasan/Thn (1); Kondisi Subsidi Rp. 28.000.000,-/Kawasan/Thn (2) Gambar 9.4: Analisis sensitivitas pendapatan rumah tangga (b) 190
9.4.2. Hasil Simulasi Hasil simulasi selama 2 tahun menunjukkan terjadi kenaikan pendapatan rumah tangga dalam satu kawasan, mencapai total Rp. 3.740.000,- dalam dua tahun (Gambar 9.5). Prediksi pendapatan rumah tangga pada awal subsidi mengalami penurunan sampai bulan ketiga (masa budidaya), kemudian selanjutnya akan terus mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan produksi. Pendapatan kawasan juga semakin bertambah dengan meningkatnya jumlah RT yang mereplikasi. Hal ini dikarenakan peran penyuluh dalam memperkenalkan konsep yang digunakan, peran aktif tokoh masyarakat serta word of mouth yang positif. Subsidi yang diberikan sebesar Rp. 20.000.000 per kawasan pada tahun pertama untuk pengembangan KBD dan saprotan untuk rata-rata luas lahan 50 m2 dan jumlah pelaku 100 kepala keluarga (KK) dapat memberikan hasil yang optimal. Hal ini terjadi karena adanya motivasi yang tinggi dari rumah tangga tersebut untuk mengembangkan KRPL dan besarnya nilai subsidi sesuai dengan kebutuhan.
5,000,000 Pendapatan Rumah Tangga (Rp)
Pendapatan Rumah Tangga (Rp)
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000 01 2 3 4
1234
1
2
3
4
12
3
2 41
34
12
34
1
4 23
12
34
12
34
1
4 23
1
23
4
1
2
3
4
1
2
Bulan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Bulan
(a)
(b)
Gambar 9.5: Hasil simulasi skenario kebijakan subsidi Rp. 20.000.000 (a) pendapatan RT, (b) pendapatan kawasan
191