Volume 17, Nomor 2, Hal. 50-67 Juli – Desember 2015
ISSN:0852-8349
KEBERAGAMAN USAHA RUMAH TANGGA DAN MODEL OPSI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DALAM PEREMAJAAN KEBUN KARET DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI Adlaida, Saidin Nainggolan, Sa’ad Murdy Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361 Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengkaji besarnya pendapatan rumah tangga petani dari berbagai cabang usaha yang dilakukan dalam rangka upaya pelaksanaan perluasan peremajaan karet. (2) Merumuskan model opsi peningkatan pendapatan rumah tangga petani yang menunjang perluasan pelaksanaan peremajaan karet. Penelitian dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi yang sedang melakukan peremajaan kebun karet, penelitian dilakukan dengan metode survei. Penarikan sampel adalah (multi stage sampling) terhadap kecamatan dan desa. Ukuran sampel sebanyak 60 KK petani. Analisis dilakukan secara deskriptif indeks Entrophy dan analisis regresi linier berganda. Opsi (pola tanaman sela) berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga petani selama dalam peremajaan kebun karet. Besarnya kontribusi usahatani padi, jagung, sayuran, kunyit, dan jahe berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan petani. Indeks Entrophy kedua gabungan petani sebesar 0,7860. Hal ini berarti semakin beragam lapangan pekerjaan anggota rumah tangga semakin besar kontribusinya terhadap kemampuan pendapatan rumah tangga. Faktor utama yang berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan adalah totalitas pendapatan dari berbagai sumber, luas lahan dan dependency ratio. Terdapat model opsi (pola tanaman sela) yang dapat dilakukan petani untuk menunjang kemampuan ekonomi petani pelaksanaan peremajaan kebun karet dengan cara meningkatkan produktivitas on farm (karet), on farm (sela), off farm, dan non farm. Kemampuan ekonomi rumah tangga mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya tanaman sela karet dan pemanfaatan waktu luang petani untuk kegiatan off farm dan non farm. Tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga membiayai kebutuhan hidup dan peremajaan karet sebesar 131,25 %. Jadi dengan adanya tanaman sela dan pemanfaatan waktu luang petani maka dapat menghasilkan surplus kemampuan ekonomi sebesar 31,25 % dari sebelumnya. Keyword : Kebutuhan, kemampuan ekonomi, dan opsi peningkatan pendapatan, pendapatan.
PENDAHULUAN Bagi Provinsi Jambi pelaksanaan pembangunan perkebunan meskipun secara umum memperlihatkan pertumbuhan yang yang signifikan,
50
baik dari segi luas areal maupun produksi, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diatasi untuk mempercepat pertumbuhannya dan pencapaian hasil yang optimal ditahun-tahun
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
berikutnya terutama pada komoditaskomoditas unggulan. Permasalahan yang tengah dihadapi dapat bervariasi dan masing-masing komoditi memiliki permasalahan tersendiri. Masalah yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah : (1) Produktivitas masih rendah yaitu rata-rata 777 kg kkk/ha/tahun. Hal ini disebabkan antara lain karena sebagian besar bibitnya yang ditanam bukan berasal dari klon anjuran, (2) luas kebun karet tua hingga tahun 2010 mencapai 192,630 ha atau sekitar 18,2 % dari luas total sehingga secara ekonomis sudah tidak produktif, sementara kemampuan finansial petani untuk meremajakan secara swadaya sangat rendah. Disamping itu luas kebun rusak hingga tahun 2010 mencapai 38.490 ha atau 6,36 % dari luas total. (Sa’ad Murdy dan Saidin Nainggolan, 2012). Peremajaan karet merupakan upaya untuk memperbaiki produktivitas karet dan meningkatkan pendapatan petani dalam jangka panjang. Peningkatan pendapatan petani pada jangka pendek dapat dilakukan melalui memanfaatkan gawangan di antara karet dengan menanam tanaman sela. Peningkatan pendapatan petani karet dapat dicapai melalui peremajaan karet disertai pemanfaatan lahan di antara tanaman karet melalui pola usaha tani terpadu (Tjasadihardja et al. 1995). Konsep dasar dari ekonomi rumah tangga ini adalah keputusan untuk kegiatan produksi dan konsumsi rumah tangga kebun mempunyai kaitan satu dengan lainnya (Ellis, 1998). Penelitian ini mengamati perilaku ekonomi rumah tangga petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya secara mandiri.
Upaya meningkatkan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga atau ekonomi rumah petani dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani atau menekan biaya kebutuhan rumah tangga petani. Peningkatan pendapatan rumah tangga petani dapat dilakukan pada pola tanaman sela karet melalui peningkatan produksi sela karet dan peningkatan produktivitas. Sedangkan perluasan areal karet garapan relatif sulit dilaksanakan karena terbatasnya lahan yang dimiliki petani. Peningkatan pendapatan kebun lainnya dapat dilakukan pada lahan usaha pekarangan. Peningkatan pendapatan diluar kebun melalui pemanfaatan waktu luang untuk bekerja pada lahan kebun petani lainnya, berdagang, pengrajin, tenaga kerja upahan (buruh) atau sebagai pengusaha (industri makanan ringan) atau pegawai negeri. Penekanan atau penurunan biaya kebutuhan rumah tangga petani relatif sulit dilakukan karena kebutuhan rumah tangga belum dapat terpenuhi seluruhnya oleh petani terutama kebutuhan pangan, sandang dan papan sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan maka petani akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan, sandang dan papan juga untuk kebutuhan sekolah, penyelenggaraan acara adat/pesta dan kegiatan sosial lainnya di lingkungan sosial petani. Hal ini mengakibatkan terbatasnya kemampuan petani dalam melakukan peremajaan kebun karet. Dalam kaitan ini, penelitian bertujuan untuk: (1) Mengkaji besarnya pendapatan rumah tangga petani dari berbagai cabang usaha yang dilakukan dalam rangka upaya 55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
pelaksanaan perluasan peremajaan karet. (2) Merumuskan model opsi peningkatan pendapatan rumah tangga petani yang menunjang perluasan pelaksanaan peremajaan karet. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di dalam lingkup bidang ilmu ekonomi mikro yang berkaitan dengan penerimaan, produksi, biaya, pendapatan petani pemilik dan penggarap kebun karet rakyat yang memiliki kebun lebih dari 2,5 hektar. Adapun aspek yang diteliti mencakup kemampuan pendapatan petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangga sebelum dan pada waktu melakukan peremajaan kebun karetnya. Penelitian akan dilakukan pada dua desa yang terdiri dari desa yaitu desa yang mempunyai kebun petani belum maju dan desa dengan kebun petani maju. Penentuan kedua desa dilakukan secara sengaja (purposipe). Kebun belum maju dapat dicirikan dengan belum menggunakan bahan tanaman klon unggul, jarak tanam tidak teratur kurangnya pemeliharaan tanaman, pohon disadap belum mengikuti teknis yang benar dan bokar belum diolah dengan baik. Sedangkan kebun karet petani maju dicirikan dengan telah menggunakan tanaman klon unggul, jarak tanam yang teratur, ada pemeliharaan tanaman, mengikuti teknis anjuran, dan bahan olah karet diolah dengan baik. Sampel diambil berdasarkan pertimbangan keterwakilan ciri-ciri fenomena populasi. Penarikan sampel yang dipakai adalah sampel bertahap (multi stage sampling) terhadap kabupaten, kecamatan dan 58
desa. Dari kedua desa diambil sampel secara acak sebanyak 60 sampel petani. Sampel petani maju dan belum maju ditentukan berdasarkan proporsional sebanyak 35 petani belum maju dan 25 petani maju, dengan demikian jumlah seluruh sampel sebanyak 60 petani. Adapun kriteria umum sampel adalah sebagai berikut (1) petani pemilik dan penggarap kebun karet, (2) luas areal garapan petani lebih kurang 2 hektar, dan (3) petani tidak sedang mendapat bantuan proyek pemerintah. Dengan metode analisis secara deskriptif, indeks entrophy, korelasi, dan analisis regresi linier berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karakteristik Petani maju memiliki umur rata-rata 47,6 tahun, jumlah anggota keluarga 3-4 orang, pengalaman berkebun karet 22,8 tahun luas pemilikan lahan 4,6 Ha. Sedangkan petani belum maju memiliki umur rata-rata 43,1 tahun, jumlah anggota keluarga 4-5 orang, pengalaman berkebun karet 21,4 tahun, luas pemilikan lahan 3,15 Ha. Adopsi teknologi budidaya karet sesuai anjuran, petani maju memiliki nilai penggunaan klon unggul 96,2 %, pemeliharaan tanaman karet 87,4 %, teknik penyadapan 82,6% dan pengolahan lateks 79,3 %. Sedangkan petani belum maju adalah penggunaan koloni unggul 43,5 %, pemeliharaan tanaman karet 38,2 %, teknik penyadapan 51,6 % dan pengolahan lateks 42,7%. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari kebun karet, pendapatan kebun lainnya dan
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
pendapatan dari luar kebun. Adapun pendapatan rumah tangga petani dari sumber pendapatan kebun karet,
kebun lainnya dan kebun di luar kebun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Tahun 2015 Pendapatan Rumah Tangga (Rp Ribu) No 1 2 3 Jumlah
Sumber Pendapatan Kebun karet Kebun lainnya Di luar kebun
Petani Belum Maju 13.768 1.526 8.48 16.142
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan rumah tanggapetani belum maju sekitar Rp. 16.142.000 per tahun dan petani maju sekitar Rp. 25.554.000 per tahun. Sebagian besar pendapatan rumah tangga diperoleh dari kebun karet petani belum maju sekitar 85.30 % dan petani maju sekitar 86.68 %. Hasil analisis statistik uji nilai tengah signifikasi pada tingkat kepercayaan 95 %. Ini berarti pendapatan rumah tangga petani belum maju berbeda nyata dengan pendapatan rumah tangga petani maju atau rata-rata pendapatan rumah tangga petani maju berada 158.31 % di atas rata-rata pendapatan rumah tangga petani belum maju. Pendapatan ini jauh dibawah rata-rata pendapatan petani karet di Provinsi Riau dan Sumatra Utara yang besarnya Rp. 37,5 juta dan Rp. 38,67 juta (Taryono, 2014).
%
Petani Maju
%
Rata-rata
85.30 9.45 5.25 100
22.150 2.644 7.60 25.554
86.68 10.35 2.90 100
17.959 2.085 8.04 20.848
% 86.14 10.00 3.86 100
Biaya Kebutuhan Rumah Tangga Petani Biaya kebutuhan rumah tangga petani terdiri dari biaya kebutuhan konsumsi pangan dan biaya kebutuhan lainnya. Adapun rincian rata-rata biaya kebutuhan rumah tangga petani karet dapat dilihat pada Tabel 2.Bahwa rata-rata kebutuhan rumah tangga petani belum maju sekitar Rp 15.6 juta par tahun dengan komposisi untuk biaya kebutuhan konsumsi pangan 57.57 % dan biaya kebutuhan lainnya 42.43 %. Ratarata kebutuhan rumah tangga petani maju sekitar Rp. 17.4 juta per tahun dengan komposisi untuk biaya kebutuhan konsumsi pangan 50.46 % dan biaya kebutuhan lainnya 49.54 %. Hasil analisis statistik uji nilai tengah signifikan pada tingkat kepercayaan 95 %. Ini berarti ratarata kebutuhan rumah tangga petani belum maju berbeda nyata dengan rata-rata kebutuhan rumah tangga petani maju atau dengan kata lain rata-rata biaya kebutuhan rumah tangga petani maju berada 112 % di atas rata-rata biaya kebutuhan rumah tangga petani belum maju.
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Tabel 2. Rata-rata Biaya Kebutuhan Rumah Tangga Petani Karet Tahun 2015 No 1
Biaya Kebutuhan Hidup (Rp) Petani Belum Maju Petani Maju Rata-rata (Rp)
Uraian Biaya Kebutuhan Konsumsi Pangan a. Beras b. Lauk Pauk c. Garam d. Gula pasir e. Kopi/teh/susu f. Minyak makan g. Minyak tanah h. Buah-buahan i. Umbi-umbian j. Tepung terigu
2.750.600 3.910.500 50.000 250.000 365.850 248.500 395.400 150.000 550.000 295.000 8.965.850 (57.57%)
2.750.400 4.125.000 50.000 265.500 378.800 300.500 485.700 210.000 600.500 410.000 9.676.000 (50.46%)
2.750.500 4.017.750 50.000 257.750. 372.325 274.500 440.550 180.000 575.250 352.500 9.320.925 (53.64%)
1.875.500 1.750.000 885.800 316.400 495.000 656.000 550.000 150.000 60.000 360.500 6.608.800 (42.43%) 15.574.650
1.980.000 1.825.000 990.500 415.600 910.400 1.615.800 825.000 400.000 62.000 475.500 9.499.800 (49.54%) 19.175.800
1.927.750 1.787.500 938.150 366.000 737.700 1.055.400 687.500 275.000 61.000 418.000 8.054.300 (46.36%) 17.375.225
Jumlah 2
Kebutuhan Lainnya a. Pendidikan anak b. Kesehatan c. Pakaian d. Sabun/pasta gigi e. Perbaikan rumah f. Perabotan rumah g. Arisan,rekreasi h. Sosial/acara keagamaan i. Pajak bumi bangunan j. Transportasi Jumlah Jumlah
kebutuhan rumah tangganya. Tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya disajikan pada Tabel 3.
Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Kemampuan pendapatan rumah tangga merupakan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani untuk membiayai
Tabel 3. Tingkat Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Tahun 2015 No
1 2
Tingkat Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga
Tidak mampu Kr < 1 Mampu Kr ≥ 1 Jumlah
Petani Belum Maju Rumah tangga 9 26 35
Pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju yang mampu membiayai kebutuhan rumah tangga yaitu sekitar 92.0 %, sedangkan tingkat kemampuan pendapatan petani
58
% 25.71 74.29 100
Petani Maju Rumah tangga 2 23 25
% 8.00 92.00 100
Total Rumah tangga 11 49 60
% 18.33 81.67 100
belum maju yang mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya sekitar 74.29 % atau secara keseluruhan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani sekitar 81.67 %. Dari hasil analisis uji ratarata signifikan pada tingkat
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
kepercayaan 95 %. Ini berarti tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju berbeda nyata dengan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju, atau tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya relatif lebih tinggi dari tingkat kemampuan petani belum maju. Petani yang tidak mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya adalah petani yang memiliki tanaman belum menghasilkan sedangkan, pendapatan dari kebun pola tanaman sela karet dan pendapatan di luar kebun relatif rendah sehingga belum cukup membiayai kebutuhan rumah tangganya. Kekurangan pendapatan rumah tangga petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya menggunakan tabungan tahun yang lalu atau meminjam uang
dari keluarga, pedagang pengumpul karet desa atau petani lainnya yang akan dibayar dari hasil kerja di luar kebun atau setelah kebun karet mulai menghasilkan. Deskripsi Kegiatan Ekonomi Petani Untuk Meningkatkan Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga 1. Penerapan Pola Tanaman Sela Karet Adapun upaya peningkatan kemampuan pendapatan rumah tangga petani dapat dilakukan melalui penerapam pola tanaman sela karet dengan tanaman pangan dan hortkultura sesuai anjuran penyuluh. Penerapan pola tanaman sela karet petani belum maju dan petani maju masih dapat ditingkatkan dengan pola tanam sela karet-padi/ jagung/nenas-cabai seperti Tabel 4.
Tabel 4. Produksi dan Potensi Produksi Tanaman Sela Karet No
Jenis Tanaman
1 Padi 2 Jagung 3 Sayuran 4 Kunyit 5 Jahe Rata-rata
Produksi Sebelum 825 320 300 150 142
Petani Belum Maju Produksi Peningkatan Setelah (%) 1.800 45.83 900 35.56 650 46.15 450 33.34 300 47.33 41.64
Pada Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa rata-rata penerapan pola tanaman sela karet petani belum maju baru meningkat sekitar 41.64 % dari produksi pola tanaman sela karet sebelum anjuran dan petani maju meningkat sekitar 41.57 % dari produksi pola tanaman sela karet sebelum anjuran sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah
Produksi Sebelum 850 360 325 150 160
Petani Maju Produksi Peningkatan Setelah (%) 1.600 53.13 1.000 36.00 700 46.43 650 23.08 325 49.23 41.57
tangga petani belum maju sekitar 58.36 % dan petani maju sekitar 58,43 % dan dari produksi yang diterapkan petani saat ini. Adapun besarnya peningkatan pendapatan dan kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet melalui penerapan pola tanaman sela karet tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Tabel 5. Peningkatan Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Melalui Penerapan Pola Tanaman Sela Karet No
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga
1 2 3 4 5
Pendapatan semula Tambahan pendapatan tanaman sela Pendapatan rumah tangga Peningkatan pendapatan (%) Kemampuan pendapatan (%)
Petani Belum Maju (Rp ribu) 16.142 7.635 23.777 43.30 51.64
Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa penerapan pola tanaman sela karet-padi/jagung-nenas/cabai yang baik akan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani belum maju sekitar 47.30 % dan petani maju sekitar 37.0 %, sedangkan penerapan pola tanaman sela karet-padi/jagungsayuran - kunyit - jahe yang baik akan meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju sekitar 51.64 % relatif lebih tinggi dari peningkatan kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju sekitar 43,14 % atau secara keseluruhan akan meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga petani sekitar 47.39%. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanti (2012)
Petani Maju (Rp ribu) 25.554 9.477 35.031 37.09 43.14
Rata-rata ribu)
(Rp 20.848 8.556 29.404 42.20 94.78
bahwa penerapan pola tanaman sela karet dapat secara nyata meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga. Pemanfaatan waktu luang untuk bekerja produktif Terbatasnya sumber pendapatan rumah tangga petani dari on farm, off farm dan non farm dapat diatasi petani dengan pemanfaatan waktu luang. Adapun alokasi waktu kerja rumah tangga yang tersedia, waktu kerja untuk rumah tangga, waktu untuk istirahat, waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan kebun karet, usaha lainnya, di luar kebun petani karet dan waktu luang rumah tangga petani dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Alokasi Waktu Kerja Rumah Tangga Petani Karet Tahun 2015 No 1 2 3 4 5
Uraian Waktu tersedia Waktu untuk RT Waktu istirahat Waktu yg produktif Waktu luang
Petani Belum Maju HKP % 948 100 239 25.21 280 29.54 265 27.95 164 17.30
Tabel 6 menunjukkan bahwa waktu luang yang belum termanfaatkan untuk kegiatan produktif yang cukup besar ini sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Adapun potensi peningkatan pendapatan dan kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet melalui 58
Alokasi Waktu Kerja Petani Maju HKP % 962 100 247 25.68 296 30.77 301 31.29 118 12.26
Rata-rata HKP 955 243 288 283 241
% 100 25.45 30.16 29.63 14.76
pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan produktif. Pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan produktif akan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani belum maju sekitar 39.21 % dan petani maju sekitar 30.66 % sedangkan pemanfaatan waktu luang kegiatan produktif akan meningkatkan kemampuan
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
pendapatan rumah tangga petani atau secara keseluruhan rata-rata belum maju sekitar 41.74 % relatif akan meningkatkan kemampuan lebih tinggi dari peningkatan pendapatan rumah tangga petani kemampuan pendapatan rumah sekitar 38.96 %. tangga petani maju sekitar 39.17 % Tabel 7. Besarnya Peningkatan Pendapatan dan Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet melalui Pemanfaatan Waktu Luang Tahun 2015 No
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga
1 2 3 4 5
Pendapatan semula Tambahan pendapatan tanaman sela Pendapatan rumah tangga Peningkatan pendapatan (%) Kemampuan pendapatan (%)
Petani Belum Maju (Rp ribu)
Rata-rata tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju yang tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya sekitar 25.71 %, dengan adanya peningkatan kemampuan ekonomis melalui penerapan pola tanaman sela karet sekitar 43.30 % dan melalui pemanfaatan waktu luang sekitar 39.21 %. Apabila dilakukan petani belum maju secara bersama maka akan meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju menjadi sekitar 142.5 %, dengan peningkatan ini berarti petani belum maju akan mampu membiayai kebutuhan hidupnya karena tingkat kemampuan rumah tangga petani belum maju lebih dari 100 %. Tambahan pendapatan dengan adanya pola tanaman sela dapat meningkatkan kemampuanpendapatan rumah tangga berkisar 30 sampai 40,5 % (Purwanti, 2012). Rata-rata tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju yang tidak mampu membiaya kebutuhan hidupnya sekitar 8.0 %, dengan adanya peningkatan kemampuan pendapatan rumah tangga melalui penerapan pola tanaman sela karet sekitar 37.09 %
16.142 6.330 22.472 39.21 41.74
Petani Maju (Rp ribu) 25.554 7.836 33.390 30.66 36.17
Rata-rata (Rp ribu) 20.848 7.083 27.931 34.94 38.96
dan melalui pemanfaatan waktu luang sekitar 30.66 %. Apabila dilakukan petani maju secara bersama maka akan meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju menjadi sekitar 137.4 %, dengan peningkatan ini berarti pendapatan rumah tangga petani maju lebih dari 100 %. Kontribusi Berbagai Sumber Pendapatan Rumah Tangga Setelah Penerapan Opsi Secara agregat pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun merupakan kumulatif dari sumber pendapatan on-farm, off-farm, dan non-farm. Masing-masing sumber pendapatan mempunyai peranan penting yang dapat menunjukkan kemampuan daya dukung sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang dimiliki. Tingkat pendapatan rumah tangga akan turut menentukan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi. Pada Tabel 8 ditunjukkan bahwa sektor pertanian (on-farm dan offfarm) masih merupakan sumber pendapatan yang dominan bagi rumah tangga petani, Ini berarti bahwa transformasi ekonomi di perdesaan masih tetap menempatkan
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
sektor pertanian sebagai sektor yang memegang peranan penting, baik dalam menyerap tenaga kerja maupun dalam menyumbang pendapatan. Tingginya kontribusi sektor pertanian dalam pendapatan rumah tangga konsisten dengan hasil berbagai penelitian sebelumnya. Saliem et al (2005), Racman et al.2004 dalam Saliem et al (2005). Mengungkapkan bahwa sektor pertanian utama rumah tangga pertanian. Marisa dan Hutabarat (1988); dan Susilowati, et al.(2002), yang mengungkapkan bahwa pendapatan utama rumah tangga pertanian dari sektor pertanian. Bagi buruh di perdesaan pun sumber
pendapatan utamanya adalah dari berburuh pertanian, yaitu mencapai 78,6% dari total pendapatan berburuh (Rusastra dan Suryadi,2004). Hal ini sejalan dengan pendapat (Anonim, 2013. b), bahwa salah satu cara yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pendapatan rumah tangga adalah dengan pola tanaman sela pada kebun karet. Adapun kontribusi berbagai sumber pendapatan rumah tangga untuk menunjang pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga dan pelaksanaan peremajaan kebun karetdapat dilihat Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Pendapatan Rumah Tangga Petani di Daerah Penelitian Tahun 2015
URAIAN On-farm (karet) On-farm (sela) Off-farm Non-Farm Total
Petani Belum Maju (Rp.000) 6408 7635 877 4949 19869
Dari Tabel 8terlihat bahwa kontribusi pendapatan on farm (sela), off farm dan non farm memegang peranan penting dalam menunjang pendapatan on farm (karet) terutama dalam kaitannya dengan tahapan peremajaan karet. Besarnya kontribusi pendapatan yang berasal dari non-farm pada kedua golongan petani maju dan belum maju masingmasing sebesar 40,5 % dan 45,8 %, rata-rata kontribusinya sebesar 24,70 %. Total pendapatan rumah tangga petani yang tergolong petani (Kecamatan Mestong) lebih tinggi dibanding golongan petani belum maju (Desa belum maju). Pangsa terbesar diperoleh dari pendapatan memelihara ternak sapi, kambing dan
58
% 32.25 38.42 4.41 24.90 100
GOLONGAN DESA Petani Maju (Mestong) (Rp.000) % 8726 33.56 9477 36.45 195 0.75 7599 29.23 25997 100
Rata-rata (Rp.000) 7567 8556 536 6274 22933
% 32.99 37.30 2.33 27.35 100
unggas mencapai 29,8%. Sebab petani pada daerah yang relative maju telah menerapkan sistem kebun terpadu. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Marisa dan Hutabarat (1988), yang mengungkapkan bahwa lahan kering yang dianggap kurang produktif ternyata dapat memberikan pendapatan yang cukup tinggi, bila diusahakan dengan komoditas yang sesuai. Sistem kebun terpadu ini dapat diadopsi di wilayah lain sepanjang karakteristik wilayah dan potensi sumberdaya manusia setempat memungkinkan hal tersebut dilakukan.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Tingkat Keberagaman Usaha Rumah Tangga Dalam studi ini, tingkat keberagaman usaha rumah tangga diukur dengan menggunakan indeks Entrophy yang didasarkan pada tiga kelompok pekerjaan, yaitu on-farm, off-farm, dan non-farm. Rasio banyaknya anggota rumah tangga yang bekerja pada ketiga kelompok pekerjaan menggunakan angka rataan seluruh sampel. Dengan menggunakan angka rataan partisipasi kerja seluruh rumah tangga petani sampel, maka indeks Entrophy disajikan pada Tabel 9. Pada Desa belum maju, jumlah anggota rumah tangga sampel berkisar antara 2 sampai 6 orang
dengan rataan 3,5 orang per rumah tangga. Dari rataan tersebut, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di semua sektor rata-rata 2,3 orang per rumah tangga. Dari jumlah tersebut, rata-rata 1,8 orang bekerja pada kebun sendiri (on-farm), sebanyak 0,6 orang bekerja diluar kebun sendiri tetapi masih dalam sektor pertanian (off-farm) dan 1,2 orang terlibat pekerjaan di luar sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh indeksEntrophy untuk rumah tangga contoh di Desa belum maju sebesar 0,89. Angka ini menunjukkan bahwa bidang pekerjaan yang dilakukan oleh rumah tangga contoh cukup beragam.
Tabel 9. Komposisi Jenis Pekerjaan dan Indeks Entrophy Rumah Tangga di Daerah PenelitianTahun 2015 Golongan Petani Petani Belum Maju Rataan Rasio (li/L) Petani Maju Rataan Rasio (li/L) Gabungan Petani Rataan Rasio (li/L)
Jml ART yg bekerja (L)
On-Farm (l1)
Off-Farm (l2)
Non-Farm (l3)
Indeks Entrophy
2,2951 -
1,7869 0,7766
0,5902 0,2571
1,1639 0,5071
0,8884
2,3443 -
1,7869 0,76224
0,4098 0,1748
1,0000 0,42657
0,8753
2,2500 -
1,9167 0,8519
0,9000 0,4000
0,3333 0,1481
0,7860
Untuk golongan petani maju rataan jumlah anggota rumah tangga adalah 3,9 orang per rumah tangga. Dari jumlah tersebut, rata-rata 2,3 diantaranya bekerja, dengan komposisi rata-rata 1,8 orang terlibat dalam kebun sendiri (on-farm), 0,4 orang bekerja pada off-farm, dan 1,0 orang terlibat dalam pekerjaan di luar bidang pertanian. Indeks Entrophy untuk rumah tangga contoh di daerah ini adalah 0,88. Angka ini juga menunjukkan relatif beragamnya usaha rumah tangga contoh dalam memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Jika digabung kedua desa, jumlah anggota rumah tangga rata-rata 3,8 orang per rumah tangga. Dari jumlah tersebut 2,3 orang diantaranya ikut mencari nafkah. Anggota rumah tangga yang bekerja dalam kebun sendiri rata-rata 1,9 orang dalam offfarm 0,9 orang, dan bekerja diluar sektor pertanian hanya rata-rata 0,3 orang per rumah tangga. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh indeks Entrophy sebesar 0,79. Seperti halnya daerah lain, angka indeks ini juga menunjukkan beragamnya bidang usaha yang dilakukan oleh anggota rumah tangga untuk
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
memenuhi keluarga.
kebutuhan
hidup
tingkat rumah tangga. Untuk keperluan analisis tersebut, keberagaman usaha rumah tangga yang diukur dengan indeks Entrophy tidak menggunakan rataan partisipasi kerja , melainkan menggunakan partisipasi kerja masing-masing rumah tangga. Adapun keeratan hubungan karakteristik petani dengan tingkat keberagaman usaha rumah tangga dapat dilihat Tabel 10.
Keeratan Hubungan antara Karakteristik dengan Tingkat Keberagaman Usaha Rumah Tangga Untuk mengevaluasi keeratan hubungan antara karakteristik dengan keberagaman usaha rumah tangga tersebut, dilakukan analisis korelasi
Tabel 10. Koefosien Korelasi Antara Karakteristik RT (Xi) dengan Keberagaman Usaha RT (Y) di Daerah Penelitian Tahun 2015
Golongan Petani Petani Belum Maju Petani Maju Gabungan Petani
Umur KK (X1) 0,0121 0,2463 -0,1674
Pendidikan KK (X2) -0,5942 -0,1719 0,0881
Karakteristik Rumah Tangga Luas Luas Income Lhn Dikuasai Lhn Diushkan (Rp.000) (X3) (X4) (X5) -0,4081 -0,4565 0,1080 0,2034 -0,1344
Tabel 10 menunjukkan bahwa hampir semua peubah karakteristik rumah tangga di Desa belum maju, dari 6 peubah karakteristik rumah tangga, hanya pendidikan (X2) yang menunjukkan tingkat hubungan yang relatif erat dengan koefisien korelasi 0,5942. Ini berarti bahwa makin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, bidang usaha yang dilakukan rumah tangga makin terfokus pada satu atau dua bidang pekerjaan. Dengan tingginya tingkat pendidikan, diperkirakan pendapatan yang diperoleh dari satu atau dua pekerja sudah memadai, sehingga tidak perlu mencari pekerjaan lain. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Susilowati,et al.(2002) yang mengungkapkan bahwa diversifikasi pendapatan disebabkan anggota rumah tangga mempunyai pendidikan yang lebih tinggi. Hasil lain ialah tidak ada hubungan yang erat antara keberagaman usaha dengan pendapatan rumah tangga (koefisien = 0,1080). Susilowati, et al (2002) mengungkapkan hasil yang sama, yaitu tidak ada hubungan yang 58
0,2218 -0,0669
-0,0817 0,1465
Jmlh ART (X6) 0,1586
Usia ART ≥15th (X7)
0,4173 0,4652
0,4072 0,3425
0,3533
jelas antara diversifikasi sumber pendapatan dengan tingkat pendapatan rumah tangga. Hal ini cukup logis, karena makin luas kebunnya tentu memerlukan curahan tenaga kerja keluarga yang lebih besar, sehingga peluang untuk berusaha pada bidang pekerjaan lain makin kecil. Selain itu, makin luas kebun tentu pendapatan dari kebun juga makin tinggi, sehingga tidak perlu mencari pekerjaan lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Beydha (2011), yang mengungkapkan adanya hubungan positif yang erat antara luas kebun dengan pendapatan rumah tangga. Sebaliknya semakin banyak anggota rumah tangga yang berumur 15 tahun keatas, makin beragam bidang pekerjaan yang dilakukan oleh anggota rumah tangga. Kecenderungan ini juga sangat logis, karena makin banyak jumlah angkatan kerja dalam rumah tangga makin beragam keterampilan dan bidang pekerjaan yang diminati.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian, Susilowati et al. (2002), yang mengungkapkan bahwa makin banyak anggota rumah tangga yang bekerja makin besar peluang anggota rumah tangga tersebut melakukan diversifikasi pendapatan. Namun tidak terlihat adanya hubungan yang erat antara keberagaman usaha dengan tingkat pendapatan rumah tangga. Faktor-Faktor Yang Mempenga ruhi Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Kemampuan pendapatan rumah tangga yang rendah, dibawah akan
mengakibatkan terbatasnya luas kebun yang dapat diremajakan. Petani dihadapkan kepada persoalan kebutuhan konsumsi rumah tangga dan kebutuhan untuk peremajaan peremajaan karet. Faktor yang dapat membatasi pencapaian hasil yang maksimum disebut penyimpangan dalam kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya kemampuan peremajaan kebun karet. Hasil pendugaan model efek tersebut disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Parameter Dugaan Faktoe-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Variabel Konstanta Umur (Z1) Pendidikan (Z2) Pengalaman (Z3) Pendapatan Total (Z4) Luas Lahan (Z5) DR (Z6) Suku (Z7) Keanggotaan (Z8) Koefisien Determinasi R2
Nilai Dugaan 0.8345 -0.0058 -0.0017 -0.0234 -0.0843 0.0378 -0.2343 -0.0944 -0.2748 = 0,7471
Tabel 11 menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi 2 sebesar R = 0,7471. Hal ini berarti besarnya pengaruh secara bersamasama umur, pendidikan, pengalaman, pendapatan total, luas lahan, dependency ratio, suku, dan keanggotaan dalam kelompok tani terhadap kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet sebesar 74,71 %, dan sisanya sebesar 25,29 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dan menjadi determinan kemampuan petani dalam peremajaan kebun karet adalah pendapatan total (Z4), dependency
Standar Error
t-ratio
0.3246 0.0182 0.036 0.0411 0.0235 0.0444 0.1121 0.1456 0.1976
2.571 -0.319 -0.048 -0.570 -3.583a 0.079 -2.089b -0.649 -1.390sc
ratio(angka ketergantungan orang yang bekerja dengan yang tidak bekerja) (Z6), dan keanggotaan dalam kelompok tani (Z8), sedangkan umur (Z1), pendidikan (Z2), pengalaman (Z3), luas lahan keseluruhan yang dimiliki petani contoh (Z5).Suku (Z7) tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kemampuan petani dalam peremajaan kebun karet, karena kedua golongan petani memiliki latar belakang budaya terhadap kebun karet tidak berbeda. Untuk menguji pengaruh variabel intervening faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pendapatan petani karet untuk
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
peremajaan karet digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analissis jalur mereuakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, yang tujuannya untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model kausal). Analisis jalur sendiri tidak dapat menuntukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai pengganti bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Analisis jalur ini hanya menentukan pola
hubungan dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi eratnya hubungan variabel. Adapun hasil analisis jalur (path analysis) variabel Y (kemampuan pendapatan petani karet dalam peremajaan karet), Z1 Umur, Z2 Pendidikan, Z3 Pengalaman, Z4 Pendapatan Total, Z5 Luas Lahan, Z6 Dependency Ratio, Z7 Suku, Z8 Keanggotaan Dalam Gakpoktan dapat dilihat sebagai berikut :
X2 0,290* 0,0043 X1
0,117*
0,0187 0,0003
X4 X3
0,143 0,1936
0,104
0,283
Z6
0,346 0,283
X5
0,013 Y
0,302
Gambar 2. Hasil Model Analisis Jalur (Path Analysis) Dari Gambar 2 diatas dilihat bahwa variabel umur berpengaruh nyata terhadap pendidikan dan terhadap angka ketergantungan dalam keluarga. Umur petani juga berpengaruh terhadap pengalaman berusahatani dan pengalaman berusahatani tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel Y. Variabel pendapatan total juga berpengaruh nyata terhadap luas lahan, dan luas lahan secara asosiatif berpegaruh 58
sangat nyata terhadap kemampuan petani dalam peremajaan karet. Variabel lain memiliki hubungan intervening yang tidak signifikan, hubungan kausalitasnya relatif kecil, dan bahkan variabel suku dan keangotaan dalam gapoktan tidak memiliki kausalitas dengan variabel lainnya jika dihubungkan dengan kemampuan pendapatan petani dalam peremajaan karet.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Kajian Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga Petani Adapun kemampuan ekonomi rumah tangga petani membiayai
kebutuhan rumah tangga dalam melaksanakan peremajaan kebun karet disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Daerah Penelitian Tahun 2015 Uraian Pendapatan Rumah Tangga Petani On farm (karet) On farm (sela) Off farm Non farm
Besarnya (Rp)
Biaya Kebutuhan Rumah Tangga (Rp) Biaya Peremajaan (Rp/2 Ha) Total
Tabel 12 menunjukkan kemampuan ekonomi rumah tangga mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya tanaman sela karet dan pemanfaatan waktu luang petani untuk kegiatan off farm dan non farm. On farm (karet) mampu membiayai kebutuhan rumah tangga sebesar 48,66 %, on farm (sela) sebesar 38,65 %, non farm sebesar 39,52 %, dan off farm sebesar 4,40 %. Besarnya total biaya kebutuhan rumah tangga dan biaya pelaksaan peremajaan sebesar Rp. 22.131.944,7, sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp. 29.050.000. Hal ini berarti tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga membiayai kebutuhan hidup dan peremajaan karet sebesar 131,25 %. Jadi dengan adanya tanaman sela dan pemanfaatan waktu luang petani maka dapat menghasilkan surplus kemampuan ekonomi sebesar 31,25 % dari sebelumnya.
10.771.000 8.556.000 974.500 8.748.500 29.050.000 17.375.225 4.756.719,7 22.131.944,7
Kemampuan (%) 48,66 38,65 4,40 39,52 167,19 610,71 131,25
Model Opsi Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani Peremajaan kebun karet yang dilakukan petani memerlukan waktu sekitar 6 tahun untuk mulai menghasilkan. Oleh karena itu petani belum memperoleh pendapatan dari kebun karet sedangkan kebutuhan rumah tangga terus berlangsung sehingga ada kemungkinan pendapatan rumah tangga petani tidak mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya. Upaya peningkatan pendapatan rumah tangga petani dapat dilakukan melalui penerapan pola tanaman sela karet sesuai rekomendasi, pemanfaatan waktu luang untuk bekerja, peningkatan produktivitas kerja on farm karet dan on farm sela, dan kegiatan non farm (Anonim, 2013. b). Adapun model opsi peningkatan pendapatan rumah tangga petani yang dapat menunjang perluasan peremajaan karet dapat dilihat Tabel 13.
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
Tabel 13. Model Opsi Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Daerah Penelitian Tahun 2015 No.
Rata-rata pendapatan rumah tangga
1
Pendapatan semula On farm Off farm Non farm Total Pendapatan setelah penerapan opsi On farm (karet) On farm (sela) Off farm Non farm Total Peningkatan pendapatan (%) Kemampuan pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga (%)
2
3 4
Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani (desa) belum maju sebelum penerapan opsi sebesar Rp. 16.142 ribu, petani (desa) maju sebesar Rp. 25.554 ribu. Rata-rata tingkat pendapatan sebelum penerapan opsi sebesar Rp. 20.848 ribu. Pendapatan setelah penerapan opsi sebesar Rp. 19.869 ribu untuk petani belum maju, sebesar Rp. 25.997 ribu untuk golongan petani maju. Dengan besarnya rata-rata pendapatan untuk kedua golongan petani setelah penerapan opsi sebesar Rp. 22.933 ribu per rumah tangga per tahun. Jika dibandingkan pendapatan semula terhadap pendapatan setelah penerapan opsi diperoleh peningkatan pendapatan sebesar 23,08 % untuk petani belum maju, sebesar 1,73 % untuk petani maju, dengan besarnya rata-rata peningkatan pendapatan kedua golongan petani setelah penerapan opsi sebesar 12,41 %. Kemampuan pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga petani belum maju sebesar 127,57 % atau terdapat tambahan kemampuan
58
Petani belum maju (Rp.000)
Petani maju (Rp.000)
Rata-rata (Rp.000)
13768 1526 848 16142
22150 2644 760 25554
17959 2085 804 20848
6408 7635 877 4949 19869 23,08 127,57
8726 9477 195 7599 25997 1,73 135,57
7567 8556 536 6274 22933 12,41 131,98
untuk melakukan peremajaan sebesar 27,57 %, Sedangkan kemampuan pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga petani maju sebesar 135,57 % atau terdapat tambahan kemampuan untuk melakukan peremajaan sebesar 35,57 %. Dengan besarnya rata-rata pendapatan untuk kedua golongan petani adalah sebesar 131,98 % atau terdapat tambahan kemampuan untuk melakukan peremajaan sebesar 31,98 %. Hasil Pendugaan Opsi Usahatani dan Luar Usahatani yang Mempengaruhi Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Kemampuan pendapatan rumah tangga dapat ditingkatkan melalui peningkatan kontribusi pendapatan kebun karet yang belum diremajakan melalui peningkatan produktivitas, kontribusi padi, jagung, sayuran, tanaman obat-obatan, on farm, dan non farm. Adapun hasil pendugaan opsi usahatani yang mempengaruhi kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet disajikan pada Tabel 14.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Tabel 14. Parameter Dugaan Opsi Usahatani Dan Luar Usahatani Yang Mempengaruhi Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet Di Daerah Penelitian Tahun 2015 Variabel Konstanta Kontribusi Pendapatan Karet (X1) Kontribusi Pendapatan Padi (X2) Kontribusi Pendapatan Jagung (X3) Kontribusi Pendapatan Sayuran (X4) Kontribusi Pendapatan Tanaman Obat (X5) Off farm (X6) Non farm (X7) Adjusted R2
Tabel 14 menunjukan bahwa besarnya koefisien determinasi R2= 0,9978 hal ini berarti besarnya pengaruh kontribusi pendapatan karet, padi, jagung, sayuran, tanaman obat-obatan, off farm, dan non farm terhadap kemampuan pendapatan rumah tangga adalah 99,78 %. Adapun persamaan regresi berdasarkan hasil pendugaan parameter adalah sebagai berikut: Y = 0,023 + 0,256 X1 + 0,092 X2 + 0,113 X3 + 0,148 X4 + 0,087 X5 + 0, 156 X6 + 0,149 X7 Besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan petani. Sumber pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemampuan pendapatan petani adalah berasal dari on farm sebesar b1-5 = 0,696. Hal ini berarti peningkatan kontribusi pendapatan yang bersumber dari on farm adalah sebesar 0,696 kali. Dengan kata lain apabila terjadi peningkatan pendapatan dari usaha on farm sebesar Rp. 10 maka akan terjadi peningkatan kemampuan pendapatan rumah tangga baik untuk konsumsi dan pelaksaan peremajaan sebesar Rp. 6,96. Sedangkan besarnya kontribusi on farm dan off farm masing-masing sebesar 15,6 % dan
Nilai Dugaan 0,023 0,256 0,092 0,113
Standar Error 0,065 0,083 0,042 0,054
t-ratio 0,354 3,084 2,191 2,074
0,148
0,063
2,350
0,087
0,041
2,122
0,156 0,149
0,052 0,048
3,000 3,104 0,9978
14,9 %. Hal ini sesuai dengan penelitian Purwanti (2012), bahwa kontribusi on farm karet, on farm sela, off farm dan non farm berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet. KESIMPULAN Opsi (pola tanaman sela) yang dilakukan petani berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga petani selama dalam peremajaan kebun karet. Besarnya kontribusi usahatani padi, jagung, sayuran, kunyit, dan jahe berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan petani. Indeks Entrophy sebesar 0,7860. Artinya semakin beragam lapangan pekerjaan rumah tangga semakin besar kontribusinya terhadap kemampuan pendapatan rumah tangga. Faktor utama yang berpengaruh nyata terhadap kemampuan pendapatan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dan peremajaan adalah totalitas pendapatan dari berbagai sumber, luas lahan dan dependency ratio. Terdapat model opsi (pola tanaman sela) yang dapat dilakukan petani untuk menunjang kemampuan
55
Adlaida., dkk: Pengkajian Kemampuan Ekonomi Petani Dalam Peremajaan Kebun Karet di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
ekonomi petani dalam perluasan pelaksanaan peremajaan kebun karet dengan cara meningkatkan produktivitas on farm (karet), on farm (sela), off farm, dan non farm. Kemampuan ekonomi rumah tangga mengalami peningkatan yang signifikan dengan adanya tanaman sela karet dan pemanfaatan waktu luang petani untuk kegiatan off farm dan non farm. Besarnya total biaya kebutuhan rumah tangga dan biaya pelaksaan peremajaan sebesar Rp. 22.131.944,7, sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp. 29.050.000. Hal ini berarti tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga membiayai kebutuhan hidup dan peremajaan karet sebesar 131,25 %. Jadi dengan adanya tanaman sela dan pemanfaatan waktu luang petani maka dapat menghasilkan surplus kemampuan ekonomi sebesar 31,25 % dari sebelumnya. Saran Dalam upaya pemberdayaan ekonomi rumah tangga petani karet yang berkelanjutan disarankan untuk perlu kebijakan mengenai pembinaan dan penyuluhan dari instansi terkait dalan upaya peningkatan kemampuan teknis petani karet dan pemberian bantuan persial dan pinjaman dana kredit untuk memotifasi petani melakukan peremajaan kebun karetnya menggunakan klon unggul.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013. Seri Agribisnis Karet, Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran, Analisis Usaha Perkebunan Karet, Tim Penulis Penebar Swadaya, Jakarta.
58
Anonim,2013. Seri Agribisnis Budidaya Karet dan Analisis Usahatani, Penerbit Kanesius, Yogyakarta. Beydha, 2011. Faktor Sosial Ekonomi Yang Berkaitan Dengan Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet. Lembaga Penelitian Perkebunan, Medan. Ellis. F, 1988. Peasant Economics, Farm Households and Agrarian Development. Cambridge University Press. Kalirajan, 1984. Kajian Entrophy Terhadap Kemampuan Pendapatan Rumah Tangga. PSE Bogor, Bogor. Marisa dan Hutabarat, 1988. Keberagaman Sumber Pendpatan Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga Petani. Jurnal Agroekonomi Vol. 12 No. 2. PERHEPI, Yokyakarta. Purwanti, 2012. Kajian Ekonomi Tanaman Sela Kebun Karet. Penebar Swadaya, Yokyakarta. Rosyid. M.,G. Wibawa, 1994. Pengembangan Pola Kebun Karet di Tingkat Petani untuk Mengendalikan Sistem Perladangan Berpindah di Kabupaten Batanghari. Proceeding BTR. Rusastra dan Suryadi, 2004. Kontribusi Pendapatan On Farm, Off Farm Terhadap Kemampuan Ekonomi Rumah Tangga Petani. PSE Bogor, Bogor. Salien et. all, 2005. Pengaruh Pola Diversifikasi Tanaman Pangan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani. Pusat Studi Ekonomi Pertanian. PSE Bogor, Bogor.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Sa’ad Murdy dan Saidin Nainggolan, 2012. Kebijakan Strategi dan Program yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Peremajaan Karet di Provinsi Jambi. Prosiding Simposium Nasional Ekonomi Karet. Lembaga Penerbit Faperta Universitas Jambi. Susilowati et. all, 2002. Kaitan Diversifikasi Tanaman Pangan Terhadap Kemampuan Ekonomi.Pusat Studi Pembangunan, Bogor. Bogor
Taryono, 2014. Kajian Pendapatan Rumah Tangga dan Kemampuan Peremajaan Petani Karet. Pusat Studi Perkebunan, Medan. Tjasadihardja. A, C. Nancy, G. Wibawa, M. J. Rosyid dan A. Arsyad, 1995. Usaha Meningkatkan Pendapatan Petani melalui Peremajaan Karet secara Swadaya dengan Pola Kebun Terpadu.Warta Pusat Penelitian Karet. Vol. 14 (3) : 147-158.
55