PILIHAN HABITAT OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
RENDY SETIAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pilihan Habitat Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Rendy Setiawan NIM G352110091
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
RINGKASAN RENDY SETIAWAN. Pilihan Habitat Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI, KANTHI ARUM WIDAYATI, dan PRADINA PURWATI. Kelas Ophiuroidea merupakan salah satu anggota Filum Echinodermata. Semua anggota Ophiuroidea memiliki tubuh bersifat penta radial simetri dengan 5 lengan seperti cambuk, panjang maksimalnya dapat mencapai 60 cm. Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 genus dan 2064 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Kelompok hewan ini dapat ditemukan hidup di terumbu karang, area makroalga, area lamun, dan substrat lunak di zona intertidal sampai kedalaman beberapa ribu meter. Karakteristik zona intertidal tersebut ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo berupa paparan karang mati, bebatuan, area lamun, area makroalga. Tipe substratnya juga beragam yaitu berpasir, campuran pasir dan batu, dan batuan keras. Kondisi habitat yang heterogen ini menarik untuk diteliti, terutama dalam rangka memahami pilihan habitat populasi biota yang ada, dengan posisi pantai yang menghadap laut lepas Samudera Hindia yang dikenal bergelombang tinggi dan berarus deras. Anggota Ophiuroidea ditemukan cukup beragam di pesisir Alas Purwo. Penelitian diawali dengan identifikasi spesies Ophiuroidea melalui teknik konvensional (pengamatan morfologi). Untuk menentukan relung yang dipilih tiap populasi Ophiuroidea, dilakukan metode road sampling dengan cara ‘tracking’ tipe-tipe habitat dengan GPS sehingga bisa dipetakan dalam peta tematik. Di atas peta ini, kemudian di gambarkan posisi (dengan GPS) tiap individu Ophiuroidea yang ditemukan. Untuk melihat sebaran tiap populasi Ophiuroidea, posisi terluar individu-individu yang sama spesiesnya dihubungkan dengan garis sehingga terbentuk area yang merupakan wilayah masing-masing spesies. Penggambaran peta sebaran tersebut menggunakan program ArcGIS 9.3. Penelitian menunjukkan bahwa di pantai Pancur yang luasnya 146200 m2, terdapat 4 tipe habitat dan yang dominan adalah batuan keras (bed rock). Vegetasi (lamun dan alga) menempati sisi dekat pantai dan bagian tengan Pantai Pancur yang bersubstrat batu berpasir. Pantai Pancur memiliki topografi, tipe substrat, dan keanekaragaman organisme yang bervariasi. Tipe habitat Pantai Pancur adalah rocky shore yang didominasi oleh substrat batuan keras. Disamping itu terdapat berbagai tipe habitat, yaitu substrat pasir, batu (bed rock), batu berpasir, area makroalga, area lamun, dan bongkahan batu (boulders). Lokasi T1 Pantai Pancur didominasi oleh substrat batu (bed rock) dan batu berpasir. Lokasi T2 Pantai Pancur didominasi oleh substrat batu berpasir dengan area alga dan area lamun yang melimpah. Lokasi T3 Pantai Pancur sebagian besar wilayahnya berupa substrat batu (bed rock) dan bongkahan batu besar (boulders). Suhu rata-rata di wilayah penelitian yaitu 29.7˚C. Salinitas rata-rata di wilayah penelitian yaitu 32.3‰. Di Pantai Pancur ditemukan 9 spesies makroalga yaitu Sargassum duplicatum, Turbinaria ornata, Padina australis, Ulva fasciata, Caulerpa sertularioides, Halimeda sp., Codium intricatum, Gelidium sp., dan Gracillaria salcornia dan ditemukan 2 spesies lamun yaitu Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium.
Penelitian menunjukkan di Pantai Pancur ditemukan 2 famili, 3 genus, dan 6 spesies Ophiuroidea. Spesies tersebut ialah Ophiocoma scolopendrina, Ophiocoma erinaceus, Ophiocoma dentata, Ophiocoma brevipes, Ophiomastix annulosa, dan Macrophiothrix longipeda. Semua spesies yang ditemukan merupakan spesies tropis yang sebarannya meliputi perairan Pasifik barat dan Samudera Hindia. Persebaran Ophiuroidea di wilayah Pantai Pancur tidak merata dan cenderung mengelompok pada wilayah yang terdapat substrat batu berpasir, area alga,dan area lamun. Ophiocoma scolopendrina merupakan spesies yang dominan ditemukan di Pantai Pancur dan menempati area yang paling luas dibandingkan spesies Ophiuroidea yang lain. Macrophiothrix longipeda adalah speseis yang menempati area paling sempit. Kepadatan seluruh spesies Ophiuroidea adalah kurang dari 1 individu per m2. Berdasarkan hasil overlay peta persebaran alga dan lamun di Pantai Pancur, Ophiuroidea menempati wilayah bersama pada substrat batu berpasir dengan area lamun dan alga. Ophiocoma Scolopendrina ditemukan pada daerah substrat batu berpasir dan area alga S. duplicatum. Ophiocoma erinaceus dan O. dentata ditemukan pada daerah substrat batu berpasir dengan area alga dan lamun. Ophiocoma brevipes ditemukan pada bebatuan dengan substrat pasir yang tipis, O. annulosa ditemukan pada daerah bebatuan dengan banyak cekungan air, dan M. longipeda ditemukan pada daerah substrat batu berpasir dan celah bebatuan. Kata kunci: Ophiuroidea, pilihan habitat, zona intertidal, pantai pancur
SUMMARY RENDY SETIAWAN. Habitat Preference of Ophiuroidea in the Intertidal Zone of Pancur Coastal Area, Alas Purwo National Park. Supervised by TRI ATMOWIDI, KANTHI ARUM WIDAYATI, and PRADINA PURWATI. Class Ophiuroidea is a member of Echinodermata. Ophiuroidea generally has five whip shaped arms, maximum length can reach 60 cm. Ophiuroidea has 16 families with 276 genera and 2064 species spread throughout the world. Ophiuroidea is found mostly in coral reefs, seaweed, and seagrass area in the intertidal zone. Species Ophiuroidea use the area as feeding ground and hiding place. Intertidal zone has coral reefs and bed rock which can be used by Ophiuroidea as a shelter. The characteristics of intertidal zone was found in Pancur Coastal Alas Purwo National Park. Alas Purwo National Park is a conservation area situated in Banyuwangi District, East Java Province. Intertidal zone in Pancur Coastal comprises of sand and sandy rock substrate. Many organisms were found in sandy rock substrate, including species of Ophiuroidea. Until now, there were no research publication about habitat preferencies of Ophiuroidea in intertidal zone, especially in Indonesia. The lack of the information underlied the research of habitat preferencies of Ophiuroidea in intertidal zone, Pancur Coastal, Alas Purwo National Park. Pancur Coastal is one of the natural coastal in the Alas Purwo National Park. Generally, Pancur Coastal has two type of substrates, which are sand dan rock (coral and vulcanic). Habitat observation in Pancur Coastal used GPS data coordinate to map Pancur Coastal topography area. Coordinate data were used to examine characteristic of habitat type based on topography area. The research on Pancur Coastal were conducted at three sampling sites i.e. sampling line T1, sampling line T2, and sampling line T3. The method used in this study was road sampling method, by walking along the coast from coast line toward ravine in all area of Pancur Coastal. Mapping of Ophiuroidea were recorded with road sampling method. Environmental factors measured were physics and chemical factors. Seaweed, seagrass, and Ophiuroidea were identified up to species level. Coordinat data of Pancur Coastal topography were transferred in to ArcGIS 9.3 programme. Coordinat data of Ophiuroidea, seaweed, and seagrass habitats area were mapped with ArcGIS 9.3 programme. Environmental factors and habitat type of Ophiuroidea were described. Spatial distribution coordinate were mapped and species density were analyzed per habitat size. Ophiuroidea distribution map was overlayed with seaweed and seagrass distribution map. Patch was examined and described based on substrat type, seaweed, seagrass, and Ophiuroidea coordinate. Pancur coastal has various of topography, substrate type, and species diversity. Habitat type of Pancur Coastal is rocky shore dominated by bed rock. The other type of habitat, such as sandy substrate, bed rock, sandy rock, seaweed, seagrass, and boulders. Site T1 of Pancur Coastal was dominated by bed rock and sandy rock substrate. Site T2 was dominated by sandy rock substrate with abundant of seaweed and seagrass. Site T3 was dominated by bed rock and
boulders substrate. Average temperature in the study sites was 29.7˚C. Average of salinity was 32.3‰. This study found 9 species of seaweed i.e Sargassum duplicatum, Turbinaria ornata, Padina australis, Ulva fasciata, Caulerpa sertularioides, Halimeda sp., Codium intricatum, Gelidium sp., and Gracillaria salcornia and 2 species of seagrass i.e Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. The research found 2 families, 3 genera, and 6 species of Ophiuroidea in Pancur Coastal. The Ophiuroids species were Ophiocoma scolopendrina, Ophiocoma erinaceus, Ophiocoma dentata, Ophiocoma brevipes, Ophiomastix annulosa, and Macrophiothrix longipeda. Ophiuroidea in Pancur Coastal were not evenly distributed and more prone to group in the area with more sandy rock, seaweed, and seagrass substrate. Ophiocoma scolopendrina was dominant species and inhabit in the larger area than other species of Ophiuroidea. Macrophiothrix longipeda was less dominant species and inhabit on smallest area. Overall, density of Ophiuroidea species was less than 1 individual per m2. Ophiuroidea inhabit in the sandy rock substrate with seaweed and seagrass. Ophiocoma Scolopendrina was found in the sandy rock substrate area and Sargassum duplicatum habitat. Ophiocoma erinaceus and O. dentata were found in the sandy rock substrate with seaweed and seagrass. Ophiocoma brevipes inhabit in bed rock covered with thin sand, O. annulosa inhabit in bed rock with water basin, and M. longipeda inhabit in bed rock and rock clave. Key word : Ophiuroidea, habitat preferences, zona intertidal, pancur coastal
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PILIHAN HABITAT OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
RENDY SETIAWAN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biosains Hewan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ibnul Qoyim
Judul Tesis : Pilihan Habitat Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Nama : Rendy Setiawan NIM : G352110091 Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Tri Atmowidi, MSi Ketua
Dr Kanthi Arum Widayati, MSi Anggota
Dra Pradina Purwati, MSc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Biosains Hewan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir RR Dyah Perwitasari, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 29 Juli 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pilihan Habitat Ophiuroidea di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Penelitian ini berlangsung dari bulan November 2012 sampai Maret 2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, MSi, Ibu Dr Kanthi Arum Widayati, MSi, dan Ibu Dra Pradina Purwati, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan nasihat, saran serta bimbingan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ibnul Qoyim, selaku penguji luar komisi pada ujian tesis atas saran dan masukan untuk tesis ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ismiliana Wirawati, MSi di Pusat Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) atas segala ilmu dan bantuannya dalam proses identifikasi morfologi. Terimakasih juga penulis ucapakan kepada Dr Islamul Hadi dan Andi Darmawan, MSi yang telah membantu penulis dalam mempelajari pembuatan peta topografi dan pemetaan menggunakan software ArcGIS. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada bapak dan ibu pengajar Biosains Hewan (BSH) atas semua ilmu, pengalaman, bimbingan, dan nasihat selama ini. Ucapan terima kasih untuk teman-teman Biosains Hewan angkatan 2011 atas kebersamaan, keceriaan, kehangatan dan semangat yang telah diberikan. Serta untuk seluruh teman-teman di Zoocorner atas dukungan dan persahabatan selama ini. Ucapan terimakasih penulis berikan kepada orang tua, adik, dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, semangat, dan dukungannya selama ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Juli 2013
Rendy Setiawan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ophiuroidea Morfologi Ophiuroidea Fisiologi dan Reproduksi Ophiuroidea Taksonomi Ophiuroidea Ekologi Ophiuroidea Distribusi Ophiuroidea Habitat Ophiuroidea Adaptasi Ophiuroidea Zona Intertidal Gambaran Umum TN Alas Purwo
2 2 3 3 4 6 6 6 7 7 7
METODE Waktu dan Tempat Teknik Pemetaan Pengamatan Faktor Lingkungan Identifikasi Alga, Lamun, dan Ophiuroidea Analisis Data
7 7 10 12 13 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Topografi Pantai Pancur Parameter Lingkungan Komposisi Spesies Alga dan Lamun Konfirmasi Spesies Ophiuroidea Persebaran dan Preferensi Habitat Ophiuroidea Pembahasan
14 14 14 18 18 19 22 28
SIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
34
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Alat dan satuan yang dipergunakan dalam pengukuran faktor fisika dan kimia perairan 10 Parameter lingkungan perairan Pantai Pancur 18 Spesies makroalga dan lamun di Pantai Pancur 18 Klasifikasi Spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur 19 Jumlah individu dan Densitas spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur 24
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Morfologi Ophiuroidea Struktur Anatomi Ophiuroidea Filogeni Filum Echinodermata Gambaran global distribusi dari Spesies Ophiuroidea Peta zonasi Taman Nasional Alas Purwo dan Lokasi Pantai Pancur Lokasi penelitian di Pantai Pancur TN Alas Purwo Lokasi topografi penelitian di Pantai Pancur TN Alas Purwo Skema metode road sampling di Pantai Pancur TN Alas Purwo Struktur morfologi dorsal dan ventral Ophiuroidea Topografi lokasi pengamatan 1 (T1) Kondisi topografi T1 Pantai Pancur Topografi lokasi pengamatan 2 (T2) Kondisi topografi T2 Pantai Pancur Topografi lokasi pengamatan 3 (T3) Kondisi topografi T3 Pantai pancur Morfologi Ophiocoma scolopendrina Morfologi Ophiocoma erinaceus Morfologi Ophiocoma dentata Morfologi Ophiocoma brevipes Morfologi Ophiomastix annulosa Morfologi Macrophiothrix longipeda Area (patch) sebaran Spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur Peta sebaran spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Ophiocoma scolopendrina di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Ophiocoma erinaceus di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Ophiocoma dentata di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Ophiocoma brevipes di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Ophiomastix annulosa di Pantai Pancur Peta mikrohabitat Macrophiothrix longipeda di Pantai Pancur
3 4 5 6 9 10 10 12 13 15 15 16 16 17 17 19 20 21 21 22 23 24 24 25 25 26 26 27 27
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelas Ophiuroidea merupakan salah satu anggota Filum Echinodermata, yang terdiri atas dua ordo utama yaitu Ophiurida (Brittle stars) dan Euryalida (Basket stars). Ophiuroidea umumnya memiliki lima lengan berbentuk seperti cambuk, panjang maksimalnya dapat mencapai 60 cm (Brusca dan Brusca 2003; Pecherik 2005). Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 genus yang tersebar di seluruh dunia. Hingga saat ini telah diidentifikasi sekitar 2064 spesies dari Kelas Ophiuroidea (Stohr et al. 2012). Kelompok hewan ini dapat ditemukan hidup sampai kedalaman laut lebih dari 4200 m, seperti Ophiophyllum atlanticum (Stohr dan Segonzac 2004; Martynov dan Litvinova 2008), sebagian besar hidup di terumbu karang, area makroalga dan area lamun di zona intertidal (Lawrence 1987; Maluf 1988; Appeltans et al. 2009). Zona intertidal adalah zona yang paling sempit diantara zonasi laut yang lain dan dibatasi oleh garis pasang dan surut air laut (Nybakken 1993). Zona intertidal memiliki tipe habitat yang lebih beragam dibandingkan dengan zonasi laut yang lain. Zona intertidal dengan area lamun dan makroalga, umumnya ditemukan spesies Ophiuroidea yang memanfaatkan tempat tersebut untuk mencari makanan (feeding ground) dan tempat bersembunyi (review Azis 1995). Selain itu, di zona ini juga ditemukan zonasi batu karang (coral reefs) dan batuan keras (bed rock) yang dimanfaatkan oleh Ophiuroidea sebagai tempat berlindung (Tran dan Whited 2004). Karakteristik zona intertidal tersebut ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional (TN) Alas Purwo adalah area konservasi dengan kawasan seluas 43.320 ha. Berdasarkan administratif pemerintahan, TN Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur (Balai TN Alas Purwo 2008). Karakteristik Pantai Pancur TN Alas Purwo yang terletak di perairan selatan Pulau Jawa adalah memiliki gelombang yang tinggi dan ombak yang keras (Tubalawony 2007). Oleh karena itu, organisme perairan intertidal di wilayah ini dapat bertahan hidup dengan cara beradaptasi dengan lingkungan. Zona intertidal di Pantai Pancur TN ini, sebagian bersubstrat pasir dan sebagian lagi bersubstrat batu berpasir. Pada bagian bersubstrat batu berpasir ditemukan banyak spesies, termasuk spesies dari Kelas Ophiuroidea. Keanekaragaman spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur TN Alas Purwo kemungkinan masih tinggi. Publikasi mengenai distribusi dan keanekaragaman spesies dari Kelas Ophiuroidea di wilayah ini belum pernah dilaporkan. Informasi ini diperlukan sebagai pelengkap data keanekaragaman plasma nutfah di TN Alas Purwo. Spesies-spesies ini berperan penting dalam ekosistem. Sebagian besar Ophiuroidea menyukai perairan yang memiliki lamun dan alga makrobentik yang berkaitan dengan kebiasaan makannya sebagai pemakan detritus (detritus feeders), endapan di dasar perairan (deposit feeders), dan pemakan suspensi di perairan (suspension feeders) (Henkel dan Pawlik 2005; Castro dan Huber 2007). Beberapa spesies dari Kelas ophiuroidea merupakan makanan dari ikan demersal yang cukup penting (Aronson 1988). Ophiuroidea
2
berasosiasi dengan alga untuk memberikan perlindungan dari ikan pemangsa dan berfungsi sebagai sumber makanan (Duffy dan Hay 1994). Sampai saat ini, belum ada publikasi mengenai pemilihan habitat bagi spesies dari Kelas Ophiuroidea di zona intertidal, khususnya di Indonesia. Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang pilihan habitat Ophiuroidea di zona intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pilihan habitat spesies dari Kelas Ophiuroidea di zona intertidal Pantai Pancur TN Alas Purwo. Penelitian ini juga mempelajari kepadatan spesies dan persebaran Ophiuroidea di zona intertidal Pantai Pancur TN Alas Purwo dengan menerapkan teknik road sampling. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar pemilihan strategi berbagi habitat dan mengurangi persaingan antar populasi Ophiuroidea. Hasil penelitian menggambarkan keterkaitan antara populasi Ophiuroidea dengan vegetasi di perairan intertidal, sehingga dapat menjadi dasar untuk usaha konservasi eksistensinya. Manfaat lain dari penelitian ini antara lain mendokumentasikan spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur TN Alas Purwo, memetakan sebaran spesies dari Kelas Ophiuroidea yang berhubungan dengan tipe habitat pilihannya, dan memahami strategi populasi Ophiuroidea dalam berbagi habitat.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ophiuroidea Echinodermata adalah hewan laut yang memiliki karakteristik berupa kulit yang berduri dan bergranula. Filum Echinodermata dibagi menjadi 5 kelas yaitu Asteroidea, Crinoidea, Echinoidea, Holothuroidea, dan Ophiuroidea. Kelompok hewan ini umum dijumpai di daerah pantai terutama daerah batu berpasir dan terumbu karang (Lawrence 1987; Maluf 1988). Di Indonesia dan sekitarnya (Indo pasifik barat) terdapat Asteroidea sekitar 87 spesies, Crinoidea sekitar 91 spesies, Echinoidea sekitar 84 spesies, Holothuroidea sekitar 147 spesies, dan Ophiuroidea sekitar 142 spesies (Clark dan Rowe 1971). Kelas Ophiuroidea merupakan kelompok hewan dengan jumlah anggota terbesar dari Filum Echinodermata. Anggota kelompok ini memiliki tubuh dengan lima lengan yang panjang. Kelima lengan ini bisa digerakkan menyerupai gerakan ular, sehingga hewan ini disebut bintang mengular laut (brittle star) (Pecherik 2005).
3
Morfologi Ophiuroidea Ophiuroidea memiliki karakteristik tubuh berbentuk simetri radial pentamerous (tubuh dapat dibagi lima bagian tersusun mengelilingi sumbu pusat) dengan permukaan tubuh yang dipenuhi duri-duri kecil yang berbentuk tumpul dan pendek. Pada saat larva, tubuh Ophiuroidea berbentuk bilateral simetri. Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Tubuh Ophiuroidea tidak bersegmen dan memiliki kerangka dalam yang berkembang baik dan terdiri dari lempeng-lempeng kapur yang mengandung kalsium karbonat dan sedikit magnesium karbonat (Brusca dan Brusca 2003). Kelima lengan Ophiuroidea menempel pada cakram pusat yang disebut discus central. Lima lengan tersebut berukuran panjang, langsing, fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk (Gambar 1). Alat pergerakannya berupa sistem ambulakral yang dibantu dengan rangka internal yang tersusun dari kalsium karbonat (Lawrence 1987).
(a) (b) Gambar 1 Morfologi Ophiuroidea: a = permukaan ventral, b = permukaan dorsal (Lawrence 1987) Fisiologi dan Reproduksi Ophiuroidea Ophiuroidea memiliki lima rahang dan tidak memiliki usus maupun anus. Sistem pernapasan meliputi pertukaran udara dan ekskresi dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut yang disebut bursae slit dan alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad) (Gambar 2). Sistem saraf terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja di sekitar cakram utama (Lawrence 1987). Sistem pencernaan Ophiuroidea berada di perut. Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Pembuluh dari sistem vaskular air akan berakhir di kaki tabung dan sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa lima kelompok lempeng kapur. Makanan dipegang oleh satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya (Lawrence 1987).
4
Gambar 2
Struktur anatomi Ophiuroidea: A = penampang vertikal tubuh, B = penampang vertikal lengan (Brusca dan Brusca 2003)
Ophiuroidea umumnya memiliki jenis kelamin yang terpisah (diocious), sehingga terdapat individu yang berjenis kelamin jantan dan individu yang berjenis kelamin betina (Brusca dan Brusca 2003). Beberapa spesies yang lain ada yang bersifat hermaprodit dan memiliki organ reproduksi berupa gonad. Pada individu yang berjenis kelamin jantan, terdapat lima pasang testis sedangkan pada individu yang berjenis kelamin betina terdapat lima pasang ovarium. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Sel telur yang telah dibuahi akan membelah secara cepat dan menghasilkan blastula, selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia dan disebut pluteus. Pluteus kemudian mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa (Lawrence 1987). Taksonomi Ophiuroidea Kelas Ophiuroidea adalah anggota dari Filum Echinodermata yang sejajar dengan kelas lain, yaitu Crinoidea, Asteroidea, Echinoidea dan Holothuroidea (Brusca dan Brusca 2003) (Gambar 3). Kelas Ophiuroidea dibagi menjadi dua ordo yaitu, Ophiurida dan Euryalida. Kelas Ophiuroidea memiliki 16 famili dengan 276 genus dan 2064 spesies teridentifikasi yang tersebar di seluruh dunia (Stohr et al. 2012).
5
Gambar 3 Filogeni Filum Echinodermata (Brusca dan Brusca 2003) Menurut Clarke dan Rowe (1971), Ophiuroidea terdiri dari dua ordo utama yaitu: a) Ordo Ophiurida (Brittle stars) Hewan yang tergolong ordo ini adalah seluruh spesies Ophiuroidea yang terdapat di perairan dangkal, yaitu pada kedalaman tidak lebih dari 100 m. Ciri utamanya adalah diskus sentralnya memiliki lima buah lengan yang simetris, biasanya berwarna lebih gelap dari Ophiuroidea yang terdapat di laut dalam (ordo Euryalida) dan ukurannya lebih kecil (panjang lengan kurang dari 30 cm). Ophiurida ini banyak ditemui pada celah-celah batu karang, bersembunyi di balik pasir, makroalga dan lamun. Ciri khas yang membedakan ordo ini dengan ordo Euryalida adalah lengannya tidak bercabang. Ordo Ophiurida ini memiliki 13 famili yang tersebar di seluruh dunia, yaitu Amphilepididae, Amphiuridae, Hemieuryalide, Ophiacanthidae, Ophiactidae, Ophiocomidae, Ophiodermatidae, Ophiolepididae, Ophiomyxidae, Ophionereididae, Ophiothrichidae dan Ophiuridae (Appeltans et al. 2009). b) Ordo Euryalida (Basket stars) Hewan yang tergolong ordo ini adalah seluruh spesies Ophiuroidea yang terdapat di perairan dalam yang memiliki kedalaman antara 100 m hingga mencapai lebih dari 500 m. Ciri utamanya adalah diskus sentralnya memiliki lima buah lengan yang membentuk jaring-jaring yang saling berkaitan antar lengannya, warna tubuhnya berwarna terang dan mencolok dan ukurannya lebih besar dari Ordo Ophiurida (panjang lengan dapat mencapai 60 cm). Euryalida ini banyak ditemui di terumbu karang yang terdapat di wilayah perairan subtidal dan menempel erat pada terumbu karang tersebut. Ciri khas yang membedakan ordo ini dengan Ordo Ophiurida adalah lengannya memiliki cabang yang saling berkaitan. Ordo Euryalida ini memiliki empat famili yang tersebar di seluruh dunia, yaitu Asteronychydae, Asteroschematidae, Euryalidae, dan Gorgonocephalidae (Appeltans et al. 2009). Anggota dari Ophiuroidea yang banyak terdapat di wilayah pantai di Indonesia sebagian besar merupakan Ordo Ophiurida. Sedangkan kelompok Famili Ophiuroidea yang paling banyak ditemukan di Indonesia antara lain
6
Ophiocomidae, Ophionereididae, Ophiothrichidae (Aziz 1995).
Ophiolepididae,
Ophiodermatidae,
dan
Ekologi Ophiuroidea Distribusi Ophiuroidea Kelas Ophiuroidea banyak terdapat di wilayah perairan laut besar baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Kelas Ophiuroidea banyak tersebar di wilayah Samudera Arktik, Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia, Amerika Selatan, Afrika Selatan, dan Indo Pasifik (Stohr et al. 2012) (Gambar 4). Spesies Ophiuroidea yang paling banyak teridentifikasi berasal dari wilayah perairan Indo Pasifik dengan 831 spesies. Selain itu, Ophiuroidea dapat ditemukan juga di Perairan Philipina, Kaledonia Baru, Papua Nugini, Madagaskar, Australia, dan Karibia (Maluf 1988). Ordo Ophiurida (Brittle stars) banyak tersebar di perairan dangkal dan berpasir di perairan tropis, Amerika Tengah, Kepulauan Karibia dan Pantai Australia (Maluf 1988). Ordo Euryalida (Basket stars) banyak di temukan di wilayah perairan dalam Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik (Gage dan Tyler 2002).
Gambar 4 Gambaran distribusi global dan jumlah Spesies dari Kelas Ophiuroidea (Stohr et al. 2012) Habitat Ophiuroidea Kelas Ophiuroidea sebagian besar hidup di pantai yaitu pada zona intertidal (pasang surut) yang meliputi pantai berbatu, pantai berpasir dan padang lamun dan area makroalga. Kelas Ophiuroidea biasa hidup di tempat-tempat yang agak gelap di bawah batu atau di celah-celah karang dan ada pula yang hidup di pantai berpasir (Tran dan Whited 2004; Yusron 2010a). Ordo Ophiurida banyak ditemukan hidup pada terumbu karang, padang lamun dan pantai berpasir (review Aziz 1995), sedangkan Ordo Euryalida banyak ditemukan pada kedalaman laut di bawah 500 m (Gage dan Tyler 2002). Namun, beberapa spesies Ophiuroidea juga dapat ditemukan di lubang hidrotermal perairan laut dalam, misalnya Ophioctenella acies (Stohr dan Segonzac 2004).
7
Adaptasi Ophiuroidea Adaptasi yang dilakukan oleh organisme intertidal digunakan untuk menghadapi tekanan yang timbul akibat keadaan yang terbuka setiap hari pada lingkungan daratan (Nybakken 1993). Kelas Ophiuroidea memiliki beberapa bentuk adaptasi untuk bertahan hidup terhadap lingkungan. Apabila merasa terganggu atau terancam, hewan ini cenderung melepaskan atau memutuskan lengannya. Ada juga yang bersembunyi di pasir, rumput laut dan celah-celah batu. Selain itu, banyak yang bergerak mengikuti gerakan air pasang naik atau pasang surut sehingga dapat berada di kedalaman yang tidak terganggu oleh hempasan ombak. Kelas Ophiuroidea tidak memiliki mata atau sejenisnya. Akan tetapi mereka memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis tubuhnya (Aizenberg et al. 2001). Zona Intertidal Zona intertidal merupakan zona laut yang berada di antara pasang tertinggi dan surut terendah air laut. Zona ini merupakan wilayah pertemuan antara darat dan laut. Pasang surut air laut merupakan naik dan turunnya permukaan laut secara periodik pada interval waktu tertentu yang terjadi karena interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal. Pasang tertinggi terjadi ketika posisi bumi, bulan dan matahari sejajar sehingga gaya gravitasi bulan lebih kuat daripada gaya sentrifugal dan menyebabkan air laut pada bagian bumi yang menghadap bulan tertarik ke atas (terjadi pasang tertinggi). Pada bagian bumi yang berlawanan juga terjadi pasang tertinggi yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan lemah dan gaya sentrifugal lebih kuat yang akan menarik air laut menjauhi bumi. Surut terendah terjadi pada permukaan bumi di antara kedua daerah pasang tertinggi (Nybakken 1993). Zona interidal memiliki beberapa macam tipe substrat. Perbedaan tipe substrat tersebut dapat mempengaruhi adaptasi organisme yang hidup di zona intertidal. Adapun tipe-tipe substrat zona intertidal adalah substrat berbatu, berpasir, batu berpasir, dan berlumpur. Substrat berbatu yang tersusun dari bahan keras merupakan daerah yang memiliki kepadatan organisme dan keanekaragaman spesies tertinggi dibandingkan dengan kedua tipe substrat yang lain baik untuk spesies hewan, lamun maupun alga (Nybakken 1993). Gambaran Umum Taman Nasional Alas Purwo Taman Nasional (TN) Alas Purwo adalah taman nasional yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Taman nasional ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Ketinggiannya berada pada kisaran 0 sampai 322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322 meter dpl). TN Alas Purwo dengan luas 43420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17200 Ha, Zona Rimba (Wilderness zone)
8
seluas 24767 Ha, Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha, dan Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1203 Ha. Rata – rata curah hujan di TN Alas Purwo berkisar antara 1000 - 1500 mm per tahun dengan temperature 22° - 31°C dan kelembaban udara 40 - 85%. Wilayah TN Alas Purwo sebelah Barat menerima curah hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah timur. Dalam keadaan biasa, musim di TN Alas Purwo pada bulan April sampai Oktober adalah musim kemarau dan bulan Oktober sampai April adalah musim hujan. Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan TN Alas Purwo umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat TN yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo (Balai TN Alas Purwo 2008). Secara umum tipe hutan di kawasan TN Alas Purwo merupakan hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, kurang lebih 40% dari total luas hutan yang ada. Sampai saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon. Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di TN Alas Purwo dapat di kelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Balai TN Alas Purwo 2008).
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada Bulan November 2012 hingga Maret 2013 di zona intertidal Pantai Pancur, Taman Nasional (TN) Alas Purwo (Gambar 5). Identifikasi, verifikasi, dan registrasi spesimen Ophiuroidea dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, Jakarta. Analisis data dilakukan di Laboratorium Bagian Biosistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pantai Pancur merupakan salah satu pantai yang masih alami yang terdapat di TN Alas Purwo. Pantai ini memiliki panjang pantai sekitar 1785 km dan terletak diantara Gua Macan (pada posisi titik koordinat S8 40’54” T114 22’32”) dan Parang Ireng (pada posisi titik koordinat S8 41’06” T114 22’42”) (Gambar 6). Pantai Pancur merupakan perairan yang terbuka (open area) dan wilayahnya termasuk kedalam Teluk Grajagan. Secara umum, Pantai Pancur memiliki dua tipe substrat, yaitu pasir dan batu (batu karang dan batu vulkanik) (Balai TN Alas Purwo 2008).
9
Gambar 5
Peta zonasi Taman Nasional Alas Purwo dan lokasi Pantai Pancur (Balai TN Alas Purwo 2008) U
Pantai Pancur
Google Earth 2012
1 : 100000
Gambar 6 Lokasi penelitian di Pantai Pancur TN Alas Purwo
10
Teknik Pemetaan Pengamatan habitat di Pantai Pancur dengan menggunakan data koordinat GPS untuk memetakan wilayah topografi Pantai Pancur TN Alas Purwo. Data Koordinat dimulai dari garis pantai hingga daerah tubir untuk melihat karakteristik tipe habitat Pantai Pancur berdasarkan topografi wilayah. Penelitian mengenai bentuk topografi di Pantai Pancur dilakukan pada 3 garis pengamatan yaitu garis pengamatan T1, T2, dan T3 (Gambar 7). U
T1
T2
T3
Google Earth 2012
1 : 100000
Gambar 7 Garis topografi penelitian di Pantai Pancur TN Alas Purwo Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode road sampling (Bookhout 1996), yaitu dengan melakukan perjalanan menyusuri pantai dari arah bibir pantai menuju ke arah tubir (wilayah surut terjauh) dan dilakukan hingga mencakup seluruh wilayah Pantai Pancur pada saat air laut surut. Metode road sampling ini di sertai dengan melakukan pemetaan dengan cara menandai lokasi setiap spesies Ophiuroidea yang ditemukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin Etrex 10. Metode ini telah diterapkan pada timun laut (Holothuroidea) di perairan Lombok Barat (Purwati 2006; Purwati dan Syahailatua 2008). Keuntungan menggunakan metode pemetaan antara lain tidak mengulang penghitungan individu yang sama, jumlah individu terhitung secara langsung, mengetahui distribusi lokal setiap spesies yang ada, dan memberi batasan habitat setiap spesies. Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut (Gambar 8): a) melakukan pencatatan titik awal lokasi penelitian berdasarkan habitat tempat ditemukannya Ophiuroidea yaitu daerah perbatasan antara daerah pantai berpasir dan karang lunak di zona intertidal Pantai Pancur TN Alas Purwo; b) melakukan perjalanan (road sampling) dari arah bibir pantai menuju kearah tubir (wilayah surut terjauh), kemudian kembali lagi kearah bibir pantai. Jarak antar wilayah yang akan ditelusuri dengan wilayah yang telah ditelusuri kurang lebih 2 m untuk menghasilkan data yang lebih akurat;
11
c) memberi tanda posisi ditemukannya lamun dan alga dengan GPS, kemudian dicatat data-datanya yaitu titik koordinat, dan nama spesiesnya. Data titik koordinat kemudian diolah dan di petakan menggunakan program ArcGIS 9.3; lamun dihitung prosentase tutupan lamun per m2. d) memberi tanda posisi tiap spesies Ophiuroidea yang ditemukan dengan GPS, kemudian dicatat data-datanya yaitu titik koordinat, jumlah individu, nama spesies, tipe substrat, karakter habitat (biota laut) dan faktor lingkungan (suhu dan salinitas). Data titik koordinat kemudian diolah dan di petakan menggunakan program ArcGIS 9.3. Data koordinat ophiuroidea yang didapat kemudian di overlay ke data koordinat posisi lamun dan alga; e) melakukan pengambilan gambar lamun, alga, dan spesies ophiuroidea serta lokasi ditemukannya. Untuk keperluan identifikasi, dapat dilakukan dengan cara mengambil beberapa spesimen Ophiuroidea yang mewakili setiap spesies kemudian merendamnya ke dalam larutan alkohol 70%. Pengamatan Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang diamati dan diukur ialah substrat suhu perairan menggunakan termometer dan salinitas menggunakan refraktometer. Pengukuran data lingkungan dilakukan di 3 garis pengamatan topografi yang dijelaskan diatas. Substrat diamati dengan pengamatan langsung jenis substrat di wilayah Pantai Pancur. Jenis substrat yang ada diamati dan diambil gambarnya menggunakan kamera. Tabel 1 Alat dan satuan yang dipergunakan dalam pengukuran faktor lingkungan No. 1 2 3
Faktor lingkungan Suhu Salinitas Jenis Substrat
Satuan 0 C 0 /00 --
Alat pengukuran Termometer Refraktometer --
Tempat pengukuran In-situ In-situ In situ
Pengamatan Faktor Biotik Faktor biotik yang diamati hanya difokuskan pada vegetasi lamun dan makroalga. Pencatatan nama spesies lamun dan alga dilakukan di lokasi Pantai Pancur TN Alas Purwo. Lamun diidentifikasi berdasarkan Azkab (1999) dan Phillips dan Menez (1988). Alga diidentifikasi berdasarkan Atmaja et al. (1997).
12
2m
U tubir
pantai
Keterangan : pantai : arah berjalan
Gambar 8 Skema metode road sampling di Pantai Pancur TN Alas Purwo Pengamatan dan Konfirmasi Species Ophiuroidea Spesies Ophiuroidea yang ditemukan diamati karakteristik habitatnya, lokasi persebarannya, pemilihan mikrohabitat fisik sebagai bentuk adaptasinya terhadap lingkungan perairan Pantai Pancur. Koleksi spesimen dari Pantai Pancur diidentifikasi di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI. Penentuan spesies Ophiuroidea dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan mendeskripsi spesimen yang mewakili masing-masing spesies. Karakter yang digunakan untuk identifikasi ialah morfologi lengan, permukaan tubuh, ornamen pada sisik tubuh, bentuk gigi, bentuk papila, bentuk tentakel dan bentuk duri pada lengan (Gambar 9). Identifikasi sampai spesies dilakukan berdasarkan Mortensen (1933); Murakami (1943); Clark (1949); Clark dan Rowe (1971); Devaney (1974); Guille dan Wolff (1984) dan Appeltans et al. (2009).
13
Gambar 9
Struktur morfologi dorsal dan ventral Ophiuroidea; Karakter kunci 5 famili Ophiuroidea, A = Ophiotrichidae, B = Ophiuridae, C = Ophiocomidae, D = Amphiuridae, dan E = Ophiodermatidae (Clark dan Rowe 1971) Analisis Data
Data koordinat topografi wilayah Pantai Pancur dipetakan dengan program ArcGIS 9.3. Data koordinat habitat ophiuroidea, area makroalga dan area lamun juga dipetakan dengan program ArcGIS 9.3. Faktor lingkungan di lokasi penelitian ditemukannya Ophiuroidea dan data tipe habitat Ophiuroidea dideskripsikan. Koordinat sebaran spesies Ophiuroidea dipetakan dan dihitung densitas spesies dengan rumus jumlah spesies per luas area. Peta sebaran Ophiuroidea di overlay dengan peta persebaran alga dan lamun. Area (patch) ditentukan berdasarkan tipe substrat, koordinat spesies alga dan lamun, serta koordinat Ophiuroidea. Area (patch) yang terbentuk selanjutnya dideskripsikan.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Topografi Pantai Pancur Pantai Pancur memiliki panjang pantai sekitar 1.7 km dengan lebar (tubir) hingga mencapai sekitar 120 m. Luas area Pantai Pancur yaitu sekitar 146200 m2. Pantai Pancur memiliki topografi, tipe substrat, dan keanekaragaman organisme yang bervariasi. Di sekitar tepi pantai ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan berupa semak, herba dan pohon. Tipe habitat Pantai Pancur adalah rocky shore yang didominasi oleh substrat batuan keras. Tipe substratnya beragam yaitu substrat pasir, batu (bed rock), batu berpasir, area makroalga, area lamun, dan bongkahan batu (boulders). Substrat batu yang terdapat di Pantai Pancur berasal dari lahar gunung berapi purba yang mengalami proses pengerasan dan sedimentasi (Balai TN Alas Purwo 2008). Topografi zona intertidal Pantai Pancur memiliki permukaan yang landai dan tidak rata. Penelitian yang dilakukan di 3 garis pengamatan yang mewakili wilayah Pantai Pancur menunjukkan bahwa pantai ini memiliki topografi, tipe substrat, dan keanekaragaman organisme. Garis pengamatan T1 Pantai Pancur didominasi oleh substrat batu (bed rock) dan batu berpasir. Wilayah ini memiliki area makroalga yang tumbuh pada substrat batu dan batu berpasir. Di bagian tubir terdapat bongkahan batu besar yang ditumbuhi oleh alga coklat yang menempel pada batu (Gambar 10 dan 11). Garis pengamatan T2 Pantai Pancur didominasi oleh substrat batu berpasir dengan area alga dan area lamun yang melimpah (Gambar 12 dan 13). Wilayah T2 memiliki tipe habitat yang lebih beragam dibandingkan dengan wilayah pengamatan T1 dan T2. Garis pengamatan T3 Pantai Pancur sebagian besar wilayahnya berupa substrat batu (bed rock) dan bongkahan batu besar (boulders). Di bagian tubir terdapat alga coklat yang cukup melimpah (Gambar 14 & 15).
Gambar 10 Topografi garis pengamatan T1
15
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 11 Kondisi topografi T1 Pantai Pancur: (a) Area makroalga, (b) bed rock, (c) boulders, dan (d) substrat batu berpasir dengan Ophiuroidea
Gambar 12 Topografi garis pengamatan T2
16
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 13 Kondisi topografi T2 Pantai Pancur: (a) area lamun, (b) area makroalga, (c) bed rock bersubstrat pasir, dan (d) substrat batu berpasir dengan Ophiuroidea
Gambar 14 Topografi garis pengamatan T3
17
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 15 Kondisi topografi T3 Pantai Pancur: (a) bed rock dekat tebing pantai, (b) bed rock dekat tubir, (c) bed rock dengan Bivalvia, dan (d) boulders Parameter Lingkungan Parameter lingkungan perairan di Pantai Pancur TN Alas Purwo menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda pada masing-masing wilayah. Suhu rata-rata di wilayah penelitian yaitu 29.7˚C. Salinitas rata-rata di wilayah penelitian yaitu 32.3‰ (Tabel 2). Tabel 2 Parameter lingkungan perairan di Pantai Pancur Parameter lingkungan 0
Suhu ( C) Salinitas (0/00)
T1 29 32
Wilayah Pantai Pancur T2 30 32
T3 30 33
Komposisi Spesies Alga dan Lamun Alga dan lamun terkonsentrasi pada wilayah yang terdapat substrat batu berpasir. Di Pantai Pancur TN Alas Purwo ditemukan 9 spesies makroalga. Spesies alga paling dominan ialah Sargassum duplicatum dan Ulva fasciata. Selain alga, di Pantai Pancur juga dapat ditemukan lamun yaitu Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium (Tabel 3). Prosentase penutupan lamun
18
bervariasi antara 30 – 80%. Thalassia hemprichii memiliki penutupan lamun sekitar 70% dan Syringodium isoetifolium memiliki penutupan lamun sekitar 30%. Tabel 3 Spesies makroalga dan lamun di Pantai Pancur Spesies Makroalga Sargassum duplicatum
Lamun Thalassia hemprichii
Turbinaria ornata
Syringodium isoetifolium
Padina australis Ulva fasciata Caulerpa sertularioides Halimeda sp. Codium intricatum Gelidium sp. Gracillaria salcornia
Konfirmasi Spesies Ophiuroidea Hasil penelitian menunjukkan di Pantai Pancur ditemukan 2 famili yang tersebar dalam 3 genus (Tabel 4). Foto spesies ditunjukkan pada Gambar 16-21. Tabel 4 Klasifikasi spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur Famili
Genus
Spesies
Ophiocomidae
Ophiocoma
Ophiocoma scolopendrina Lamarck, 1816 [1][2][3]
Ophiocomidae
Ophiocoma
Ophiocoma erinaceus Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiocomidae
Ophiocoma
Ophiocoma dentata Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiocomidae
Ophiocoma
Ophiocoma brevipes Peters, 1851 [1][2][3]
Ophiocomidae
Ophiomastix
Ophiomastix annulosa Muller dan Troschel, 1842 [1][2][3]
Ophiothrichidae
Macrophiothrix
Macrophiothrix longipeda Lamarck, 1816 [1][2][3]
Keterangan [1]: Clark dan Rowe (1971); [2]: Devaney (1974); [3]: Appeltans et al. (2009)
Ophiocoma scolopendrina Lamarck, 1816 Spesies ini dijumpai di substrat batu berpasir dan area makroalga Sargassum duplicatum. Permukaan dorsal tubuh berwarna cokelat gelap dengan garis kehitaman. Disk dorsal bergranula bulat yang menutupi seluruh permukaan. Permukaan ventral tubuh berwarna kekuningan. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah memiliki spine yang pendek, menebal, dan ujungnya tumpul pada dorsal arm. Spine juga memiliki corak warna gelap dan terang berseling (Gambar 16).
19
Ophiocoma erinaceus Muller dan Troschel, 1842 Spesies ini dijumpai di substrat batu berpasir dan area lamun. Permukaan dorsal tubuh berwarna hitam. Disk dorsal bergranula bulat yang menutupi seluruh permukaan. Permukaan ventral tubuh berwarna putih kekuningan. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah memiliki garis berseling hitam putih pada dorsal arm plate. Spine memanjang dan berujung tumpul (Gambar 17). Ophiocoma dentata Muller dan Troschel, 1842 Spesies ini dijumpai di substrat batu berpasir dan area lamun. Permukaan dorsal tubuh berwarna putih hingga abu-abu. Disk dorsal bergranula bulat yang menutupi seluruh permukaan. Permukaan ventral tubuh berwarna putih. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah memiliki teeth menonjol dan spine memanjang, tidak menebal, dan berujung tumpul (Gambar 18). Ophiocoma brevipes Peters, 1851 Spesies ini dijumpai di substrat batu berpasir dan bersembunyi di pasir. Permukaan dorsal tubuh berwarna putih kehijauan. Disk dorsal bergranula bulat teratur yang menutupi seluruh permukaan. Permukaan ventral tubuh berwarna putih kekuningan. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah memiliki dorsal arm plate membulat dan spine transparan (Gambar 19).
2 cm
2 cm
(a)
(b)
2 mm
3 mm
(c) (d) Gambar 16 Morfologi Ophiocoma scolopendrina: (a) dorsal, (b) ventral, (c) ventral disk dengan oral shields kekuningan, dan (d) dorsal arm dengan spine menebal
20
2 cm
2 cm
(a)
(b)
2 mm 4 mm
(c) (d) Gambar 17 Morfologi Ophiocoma erinaceus: (a) dorsal, (b) ventral, (c) ventral disk dan ventral arm plate dengan sepasang tentakel, dan (d) dorsal arm plate dengan garis berseling
2 cm
2 cm
(a)
(b)
4 mm
4 mm
(c) (d) Gambar 18 Morfologi Ophiocoma dentata: (a) dorsal, (b) ventral, (c) ventral disk dengan teeth menonjol, dan (d) dorsal arm dengan spine memanjang dan tumpul
21
1,5 cm
(a)
1,5 cm
(b)
2 mm
2 mm
(c) (d) Gambar 19 Morfologi Ophiocoma brevipes: (a) dorsal, (b) ventral, (c) ventral disk berwarna putih kekuningan, dan (d) dorsal arm dengan spine transparan Ophiomastix annulosa Muller dan Troschel, 1842 Spesies ini dijumpai di celah bebatuan dan daerah tergenang air. Permukaan dorsal tubuh berwarna merah muda. Disk dorsal bergranula bulat dan berspinelet. Permukaan ventral tubuh berwarna merah muda. Spine pada arm, spinelet pada disk dorsal, dan oral papilla memiliki warna hitam berseling putih menyerupai cincin. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah memiliki spine yang termodifikasi berbentuk gada dan dorsal arm plate berbentuk segi enam beraturan (Gambar 20). Macrophiothrix longipeda Lamarck, 1816 Spesies ini dijumpai di substrat batu berpasir dan celah bebatuan. Permukaan dorsal tubuh berwarna kehijauan. Disk dorsal memiliki tonjolan keras (stumps) dan radial shields terlihat jelas. Permukaan ventral tubuh berwarna kekuningan. Seluruh permukaan disk dan arm terdapat bintik merah yang tersebar di bagian dorsal dan ventral. Ciri khas dari Spesies Ophiuroidea ini adalah tidak memiliki oral papilla, spine transparan, teeth tersusun teratur mengelilingi rahang (jaws), dan arm yang panjang (10x diameter disk) (Gambar 21).
22
2,5 cm 2,5 cm
(a)
(b)
4 mm 5 mm
(c) (d) Gambar 20 Morfologi Ophiomastix annulosa: (a) dorsal, (b) ventral, (c) jaws dengan oral papilla bercincin, dan (d) dorsal arm plate dengan arm bersegi enam
2 cm 2 cm
(a)
(b)
2 mm 3 mm
(c) (d) Gambar 21 Morfologi macrophiothrix longipeda: (a) dorsal, (b) ventral, (c) ventral disk tanpa oral papilla, dan (d) dorsal arm dengan spine transparan
23
Persebaran dan Preferensi Habitat Ophiuroidea Persebaran spesies dari Kelas Ophiuroidea di wilayah Pantai Pancur tidak merata dan cenderung mengelompok pada wilayah yang terdapat substrat batu berpasir, makroalga, dan lamun (Gambar 22). Sebaran Ophiuroidea terkonsentrasi di depan area lamun. Lamun hanya tumbuh di area seluas 9923 m2 yang dekat garis pantai. Area ini masih digenangi air saat surut, namun ada beberapa area yang tidak tergenang ketika air laut surut. Sementara makroalga tumbuh menyebar lebih luas (P1 dan P2) dan menempati sekita 75% dari total area penelitian. Ophiuroidea terlihat terkonsentrasi pada area yang ditumbuhi oleh makroalga. Di P2, hanya spesies Ophiocoma scolopendrina yang menempati area tersebut. Area di luar P1 dan P2 merupakan area tanpa vegetasi yang substratnya berupa batuan keras (bed rock) hasil sedimentasi larva gunung berapi purba (BTNAP 2008) sehingga tidak satupun Ophiuroidea ditemukan di tipe substrat ini.
Gambar 22 Area (patch) sebaran Spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur: lokasi patch 1 dengan area alga, lamun, dan Ophiuroidea (P1), lokasi patch 2 dengan area alga dan Ophiuroidea (P2)
24
Sebaran Ophiuroidea terkonsentrasi diepan area lamun. Ophiocoma scolopendrina merupakan spesies yang menempati area paling luas (Gambar 23). Macrophiothrix longipeda adalah spesies yang menempati area paling sempit. Area O. erinaceus, O. annulosa, dan M. longipeda relatif lebih kecil dibandingkan dengan area O. bervipes, O. dentata, dan O. scolopendrina (Gambar 24 - 29). Densitas Ophiuroidea di Pantai Pancur secara keseluruhan tergolong rendah (< 1 individu/m2). Dari sisi densitas, luas wilayah yang ditempati tidak berhubungan dengan jumlah individu. Densitas tertinggi ditemukan pada spesies M. longipeda dan O. scolopendrina (0,11/m2 atau 1 individu disetiap 88 m2), dan terendah adalah O. dentata (0,004/m2 atau 1 individu di setiap 235 m2) (Tabel 5).
Gambar 23 Peta sebaran spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur Tabel 5 Jumlah individu dan densitas spesies dari Kelas Ophiuroidea di Pantai Pancur Jumlah Luas area Jumlah Luas area Spesies 2 2 individu habitat (m ) individu/m (m2)/individu Ophiocoma scolopendrina 137 29314 0,005 213,97 Ophiocoma erinaceus 111 9803 0,011 88,32 Ophiocoma dentata 83 19542 0,004 235,45 Ophiocoma brevipes 39 7427 0,005 190,44 Ophiomastix annulosa 13 1917 0,007 147,46 Macrophiothrix longipeda 21 1859 0,011 88,52
25
Gambar 24 Peta mikrohabitat Ophiocoma scolopendrina di Pantai Pancur
Gambar 25 Peta mikrohabitat Ophiocoma erinaceus di Pantai Pancur
26
Gambar 26 Peta mikrohabitat Ophiocoma dentata di Pantai Pancur
Gambar 27 Peta mikrohabitat Ophiocoma brevipes di Pantai Pancur
27
Gambar 28 Peta mikrohabitat Ophiomastix annulosa di Pantai Pancur
Gambar 29 Peta mikrohabitat Macrophiothrix longipeda di Pantai Pancur
28
Ophiocoma scolopendrina menempati area terluas, tetapi jumlah individu per m2 nya lebih kecil dari O. erinaceus dan M. longipeda. Macrophiothrix longipeda menempati area yang ditumbuhi lamun, dan cenderung tidak bersinggungan dengan populasi ophiuroidea yang lain. Meskipun area yang ditempati paling kecil, tetapi agregasinya cukup rapat dan bersama-sama dengan O. erinaceus, species ini memiliki densitas yang tertinggi (0,011/m2). Sementara itu, O. scolopendrina cenderung memilih area makroalga, tampak dari semua individu O. scolopendrina yang ditemukan berada di area makroalga. Ophiomastix annulosa menunjukkan jumlah individu terkecil (13 individu) di depan mikrohabitat M. longipeda, seluas sekitar 1917 m2. Dengan kata lain, disetiap 1917 m2 hanya terdapat 13 individu O. annulosa.
PEMBAHASAN Wilayah zona intertidal dipengaruhi oleh perubahan musim yang antara lain membawa perubahan arus laut dan pasang surut air laut (Duxbury 2002; Laurent et al. 2003; review Azis 2006; Finke 2007; Nguyen et al. 2011). Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap bentuk topografi wilayah intertidal Pantai Pancur. Pesisir Pantai Pancur banyak didominasi oleh substrat batu (bed rock) dan batu berpasir. Wilayah T1 merupakan campuran antara tipe substrat batu dengan substrat batu berpasir yang sempit dan dapat dijumpai 2 spesies alga yaitu S. duplicatum dan U. fasciata yang mampu berdapatasi di wilayah ini. Wilayah T2 cenderung landai karena topografi wilayah dekat pantai hingga tubir memiliki ketinggian hampir sama sehingga surut air laut menjadi lebih cepat dan gelombang air laut dapat dengan mudah mencapai tepi pantai. Dalam reviewnya Aziz (2006), menyatakan bahwa gelombang air laut berkaitan dengan penyebaran nutrien terlarut di wilayah intertidal. Wilayah T3 didominasi oleh substrat batu sehingga wilayah ini jarang dijumpai kehadiran organisme perairan, namun pada bagian tubir dapat dijumpai alga S. duplicatum yang cukup melimpah. Alga yang paling dominan terdapat di Pantai Pancur adalah S. duplicatum dan U. fasciata. Kedua spesies tersebut memiliki kemampuan regenerasi yang cepat (ephemeral), sehingga memberi kemampuan mempertahankan populasinya di lingkungan perairan Pantai Pancur (Borowitzka 1972). Kedua spesies alga tersebut juga mampu tumbuh pada substrat batu karena memiliki sistem perakaran yang kuat untuk menempel pada batu keras maupun batu karang (Atmadja 1986). Di bagian tubir terdapat bongkahan batu besar yang ditumbuhi oleh S. duplicatum. Ini menunjukkan adaptasi terhadap arus dan gelombang laut yang besar (Kadi 2005). Alga S. duplicatum memiliki distribusi yang luas di wilayah perairan tropis termasuk Indonesia (Kaliaperumal 1989). Selain alga, di Pantai Pancur juga dapat ditemukan lamun. Lamun merupakan kelompok tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di daerah pasang surut hingga kedalaman yang masih dapat ditembus sinar matahari (Phillips dan Menez 1988). Di Pantai Pancur, lamun tumbuh terbatas di substrat batu berpasir yang berdekatan dengan tepi pantai. Luas penutupan lamun di Pantai Pancur bervariasi antara 30 – 80 %. Thalassia hemprichii memiliki luas penutupan lebih tinggi yang didukung oleh thallus yang lebih lebar. Teknik road sampling memberi
29
keuntungan lebih banyak karena melalui teknik ini diketahui posisi dan luas area lamun yang tidak diperoleh dengan menerangkan teknik transek. Suhu dipengaruhi oleh banyaknya paparan cahaya matahari dan gelombang air laut (Nybakken 1993). Salinitas di daerah pesisir selalu berfluktuasi dan dipengaruhi oleh musim (arus yang membawa massa air) dan jumlah pasokan air tawar (Levinton 1982). Tingginya rata-rata salinitas di lokasi pengamatan dipengaruhi oleh musim kemarau (waktu penelitian) dan tidak adanya aliran sungai yang menuju ke laut di Pantai Pancur. Dari penelitian ini, tidak terlihat adanya salinitas dan suhu diluar kisaran yang umum dibutuhkan oleh Echinodermata yaitu 30 - 36‰ dan 20 - 36˚C untuk masing-masing parameter (lihat review Aziz 1988). Mengingat Indonesia merupakan perairan tropis, suhu perairan tidak menunjukkan kisaran yang cukup besar, walaupun ada kemungkinan pengukuran di lokasi yang spesifik seperti genangan-genangan air di Pantai Pancur akan lebih panas saat surut siang hari. Untuk penelitian dimasa yang akan datang, dianjurkan pengumpulan data serial dalam jangka waktu yang cukup panjang. Echinodermata di kawasan perairan memiliki peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien dan material organik di dasar perairan (Viaroli et al. 2004). Ophiuroidea bertindak sebagai konsumen yang memakan detritus dan endapan organik di dasar perairan (review Aziz 1995; Henkel dan Pawlik 2005). Suatu organisme ditemukan di wilayah perairan karena wilayah tersebut memberikan sebagian besar kebutuhan hidupnya (Krebs 1993). Habitat biota laut tidak hanya dibentuk oleh sifat-sifat dasar perairan, vegetasi, dan hewan laut yang saling berasosiasi, tetapi juga karakter massa air yang selalu bergerak dan berganti (Purwati 2008). Arus dan gelombang air laut di wilayah Pantai Pancur dipengaruhi oleh angin musim dan pergerakan massa air Samudera Indonesia yang terdapat di Teluk Grajagan (Tubalawony 2007). Angin yang kencang membuat gelombang laut yang besar, sehingga biota laut di wilayah intertidal Pantai Pancur adalah spesies-spesies yang mampu mengembangkan kemampuan untuk bertahan dari gelombang dan arus, fluktuasi suhu dan salinitas setempat. Adaptasi ini salah satunya adalah pemilihan area yang spesifik. Penelitian dan publikasi mengenai keanekaragaman spesies Echinodermata khususnya Ophiuroidea telah banyak dilakukan di wilayah Indonesia. Penelitian sebagian besar dilakukan di wilayah intertidal suatu perairan dan dilakukan tidak dalam jangka waktu yang lama atau pada satu waktu tertentu. Spesies Ophiuroidea yang ditemukan di Pantai Pancur (6 spesies) berjumlah lebih banyak daripada jumlah spesies yang ditemukan di Perairan Morotai Selatan, Malut (Yusron 2006), Selat Lembeh, Bitung, Sulut (Yusron 2009a), dan Perairan Teluk Kuta NTB (Yusron 2009b), yaitu sebanyak 5 spesies. Jumlah spesies di Pantai Pancur sama dengan jumlah spesies yang ditemukan di Perairan Kabaena, Muna, dan Buton Sultra (Sugiarto 2006) dan Perairan Likupang, Minahasa Utara, Sulut (Yusron 2010b). Jumlah spesies di Pantai Pancur lebih sedikit daripada jumlah spesies yang ditemukan di Perairan Tapak Tuan, Aceh Selatan, NAD (7 spesies) (Yusron 2003), Perairan Pantai Takofi Pulau Moti Sulut (7 spesies) (Yusron 2006a), Perairan Ternate, Malut (7 spesies) (Yusron dan Susetiono 2010), Perairan Terumbu Karang Bakauheni (9 spesies) (Aziz dan Al Hakim 2003), Perairan Wori, Minahasa Utara, Sulut (10 spesies) (Yusron 2010a), dan Pantai Lombok Selatan (12 spesies) (Aziz dan Sugiarto 1994). Tipe habitat dari lokasi
30
penelitian diatas sebagian besar berupa seagrass beds dan sandy area yang merupakan habitat utama dari Ophiuroidea. Semua spesies yang dilaporkan merupakan spesies yang telah banyak di publikasikan dan banyak terdapat di wilayah indo pasifik. Penelitian yang dilakukan di Pantai Pancur yang memiliki tipe habitat rocky shore merupakan penelitian yang pertama dilaporkan di Indonesia. Berdasarkan gambaran garis pengamatan T1, T2, dan T3 diperoleh gambaran bahwa dasar perairan Pantai Pancur bersifat heterogen dan ini mendorong sebaran Ophiuroidea yang tidak merata. Spesies Ophiuroidea yang ditemukan di Pantai pancur berjumlah 6 spesies dan didominasi oleh Genus Ophiocoma. Genus Ophiocoma memiliki distribusi luas yang tersebar di daerah tropis dan subtropis dengan jumlah spesies yang paling banyak terdapat di IndoPasifik (Devaney 1974). Ophiocoma scolopendrina menyukai daerah bersubstrat batu berpasir dan biasanya bersembunyi di celah batu dan dibalik batu besar untuk bertahan dari gelombang air laut yang keras. Menurut Oak dan Scheibling (2006), Ophiocoma scolopendrina merupakan pemakan detritus dan material tersuspensi termasuk zoooplankton dan fitoplankton dalam perairan. Di Pantai Pancur, Spesies ini memilih area yang ditumbuhi alga S. duplicatum yang mencapai tubir. Viejo (1999) menemukan Ophiocoma scolopendrina tinggal di wilayah intertidal yang ditumbuhi makroalga Sargassum untuk memperoleh makanan dan memelihata populasinya, sekaligus menjadikan area tersebut sebagai tempat berlindung dari predator. Ophiocoma erinaceus merupakan spesies yang densitasnya tinggi ditemukan di area alga cokelat dan memiliki warna tubuh yang mirip dengan warna alga coklat (kamuflase). Ini mendukung kesimpulan Hendler (1984) tentang kamuflage dan Serrato dan O’Hara (2008) tentang koloni. Fenomena ini juga dapat dilihat di Pantai Pancur yang dibuktikan dengan sebagian besar spesies ini dapat ditemukan di alga S. duplicatum dan Padina australis. Area yang ditinggali Ophiocoma dentata merupakan area terluas setelah area O scolopendrina. Tipe dasarnya beragam meliputi area makroalga, lamun, bebatuan dan substrat pasir, sampai mendekati tubir. Individu-individunya ditemukan dibaik makroalga, lamun dan di celah-celah bebatuan. Ophiocoma brevipes ditemukan dibalik batu dan memiliki warna yang mirip dengan warna pasir (kamuflase). Spesies O. brevipes yang ditemukan di wilayah Phuket (Thailand) di perairan tenang dan terlindung dari gelombang air laut (Bussarawit dan Rowe 1985). Spesies ini memiliki ukuran yang kecil dan tubuh yang lunak sehingga aktivitas bersembunyi dibalik batu merupakan strategi untuk berlindung dari predator (Olbers dan Samyn 2012). Ophiocoma brevipes ini mampu hidup di perairan tenang dan perairan dengan gelombang tinggi dengan cara berlindung dibalik batu. Spesies O. annulosa sering ditemukan di cekungan berisi air dan bersembunyi dibalik batuan yang tergenang air di Pantai Pancur. Hendler et al. (1999) memberikan gambaran bahwa individu yang dewasa dari spesies ini hidup di wilayah subtidal, sedangkan yang juvenil dapat ditemukan di wilayah intertidal dan bersimbiosis dengan O. scolopendrina. Spesies ini yang masih muda dapat ditemukan dicelah bebatuan di Pantai Pancur. Devaney (1978) mengatakan bahwa O. annulosa adalah spesies yang bersifat individual dan menyukai daerah tergenang air. Di pantai Pancur, populasi spesies ini menempati area yang relatif
31
kecil dan densitasnya juga rendah (0,007/m2). Jika dihitung luas area per individunya yaitu sekitar 147 m2/individu, angka ini lebih besar dari lebih kecil dari O. brevipes (190,44 m2/individu), O. dentata (235,45 m2/individu), dan O. scolopendrina (213,97 m2/individu). Kecuali ketiga spesies ini juga termasuk soliter, O.annulosa di Pantai Pancur belum bisa dikatakan soliter. Demikian juga halnya dengan M. longipeda yang ditemukan dengan kepadatan 0,011/m2. Di Moorea (Polinesia jajahan Perancis), M. longipeda adalah spesies yang banyak ditemukan di wilayah substrat batu berpasir yang merupakan tipe habitat utamanya (batu berpasir) (Chinn 2006). Dari review Aziz (1995), species ini dikategorikan soliter dan memiliki ukuran lengan panjang untuk menangkap plankton atau materi tersuspensi (Marin et al. 2005). Cara berlindung terutama dari predator dapat berupa mimikri dengan makroalga dan merubah warna. Di pantai Pancur, yang termasuk melakukan cara ini adalah O. erinaceus dan O. dentata. Ophiomastix annulosa dan M. longipeda, menurut Devaney (1978) dan hasil review Aziz (1995), secara fisik berlindung dari predator dan arus keras dengan bersembunyi di balik bebatuan. Sementara O. scolopendrina, sesuai dengan yang ditemukan Lawrence (1987) memiliki tentakel yang kuat agar tidak terbawa arus. Serrato dan O’Hara (2008) menyimpulkan bahwa berkoloni dalam jumlah banyak didalam pasir yang terjadi pada O. erinaceus dan O. brevipes juga merupakan cara berlindung. Macrophiothrix longipeda hidup bersama-sama dengan organisme lain yang menguntungkan misalnya udang dan cacing laut (Hendler et al. 1999; Marin et al. 2005). Macrophiothrix longipeda seringkali ditemukan berbagi habitat dengan cacing laut (Polychaeta) yang diduga merupakan bentuk asosiasi yang menguntungkan bagi keduanya. Fenomena ini dapat dijumpai di Pantai Pancur. Apabila merasa terganggu atau terancam, Ophiuroidea cenderung melepaskan atau memutuskan lengannya (Lawrence 1987; McClintock 1994). Di Pantai Pancur, Ophiuroidea bergerak mengikuti gerakan air pasang naik atau pasang surut sehingga dapat berada di kedalaman yang tidak terganggu oleh hempasan ombak. Densitas Ophiuroidea di Pantai Pancur secara keseluruhan tergolong rendah (< 1 individu/m2). Persebarannya tidak merata dan berhubungan dengan tutupan atau sebaran makroalga. Sebaran Ophiuroidea ditentukan oleh kebutuhan hidupnya. Organisme selalu menempati habitat dimana sebagian besar kebutuhan hidup harus terpenuhi. Habitat tersebut harus menyediakan cukup makanan, perlindungan terhadap predator, perlindungan untuk telur dan juvenile, kebutuhan untuk reproduksi dan peranan ekologi lainnya. Densitas spesies Ophiuroidea di Pantai Pancur tergolong rendah karena pola sebaran yang spesifik oleh tiap-tiap spesies. Ophiocoma scolopendrina memiliki sebaran paling luas dan memiliki jumlah individu yang paling banyak (137 individu/29314m2 atau 0,005 individu/m2) dibanding spesies Ophiuroidea lain di Pantai Pancur, tetapi jumlah individu per m2 nya lebih kecil dari O. erinaceus dan M. longipeda. Hal ini disebabkan karena batasan wilayah yang ditempati spesies ini cukup luas dan agregasinya yang lebar antar individu. Densitas yang sama juga terjadi pada spesies O. brevipes (0,005 individu/m2). Ophiocoma brevipes memiliki jumlah individu yang sedikit dibandingkan dengan luas area yang ditempatinya di Pantai Pancur yaitu berupa wilayah terlindung oleh paparan gelombang langsung. Macrophiothrix longipeda menempati area paling kecil, tetapi agregasinya cukup rapat bersama dengan O. erinaceus, sehingga kedua species ini memiliki densitas
32
yang tertinggi (0,011/m2). Ophiomastix annulosa memiliki densitas sekitar 0,007 individu/m2 atau ditemukan 13 individu pada area mikrohabitatnya seluas 1917 m2. Hal ini disebabkan O. annulosa cenderung individual ketika ditemukan dan pemilihan habitatnya yang spesifik di perairan yang tergenang air didekat wilayah tubir. Ophiocoma dentata memiliki densitas paling rendah dibandingkan spesies Ophiuroidea lain di Pantai Pancur (0,004 individu/m2) karena mikrohabitat yang ditempati spesifik pada area lamun dan beberapa individu ditemukan pada area alga. Persebaran Ophiuroidea di wilayah Pantai Pancur tidak merata. Hal ini disebabkan topografi Pantai Pancur yang heterogen dan didominasi oleh batuan keras (bed rock). Ophiuroidea dapat ditemukan di substrat batu berpasir dan menyukai daerah berlamun serta daerah yang terdapat area makroalga di wilayah Pantai Pancur. Berdasarkan peta sebaran Ophiuroidea di Pantai Pancur, O. scolopendrina merupakan spesies yang memiliki sebaran terluas dan M. longipeda merupakan spesies yang memiliki sebaran paling sempit. Ophiomastix annulosa adalah spesies yang memiliki sebaran yang paling spesifik karena spesies dewasanya dapat ditemukan di perairan yang selalu tergenang air (perairan subtidal) dan hidupnya bersifat individual (Devaney 1978). Spesies yang masih muda dapat ditemukan hidup dicelah bebatuan yang tergenang air di wilayah intertidal Pantai Pancur. Anggota dari genus Ophiocoma dapat ditemukan di substrat batu berpasir di wilayah intertidal Pantai Pancur. Ophiocoma scolopendrina menyukai area alga cokelat mendekati tubir, namun tidak dapat ditemui pada area lamun. Ophiocoma brevipes tersebar di wilayah perairan tenang yang terlindung paparan ombak langsung. Ophiocoma dentata menyukai area lamun di Pantai Pancur. Densitas ketiga spesies ini termasuk paling kecil dibandingkan spesies Ophiuroidea lain yang ditemukan di Pantai Pancur karena persebarannya yang luas tidak sebanding dengan jumlah individu yang yang ditemukan. Ophiocoma erinaceus dan M. longipeda banyak tersebar di wilayah sekitar lamun dan sesuai dengan densitasnya yang cukup tinggi karena ketiga spesies ini menyukai wilayah yang spesifik berupa substrat batu berpasir yang ditumbuhi lamun. Dari fenomena yang ditemukan di atas, Ophiuroidea cenderung selalu menempati area yang tergenang atau lembab dan terlindung dari paparan sinar matahari langsung terutama saat surut siang. Ini merupakan cara organismeorganisme tersebut melindungi tubuhnya dari tekanan fisik. Berdasarkan wilayah persebaran spesies Ophiuroidea menurut pemilihan habitat, sebaran lokal, bentuk adaptasi, dan perilakunya terhadap lingkungan perairan, wilayah Pantai Pancur dibagi menjadi 2 area (patch). Area P1 banyak didominasi oleh substrat batu berpasir dengan area alga dan lamun yang melimpah di tepi pantai dan daerah tubir didominasi oleh substrat batu besar dan terdapat alga coklat (Sargassum duplicatum) dan hijau (Ulva fasciata). Spesies Ophiuroidea yang ditemukan di P1 ialah O. scolopendrina, O. erinaceus, O. dentata, O. brevipes, O. annulosa, dan M. longipeda. Keenam spesies ini menyukai dasar perairan dengan substrat batu berpasir dengan beberapa spesies menyukai mikrohabitat lamun, makroalga, dan celah bebatuan. Area P1 merupakan wilayah yang banyak terdapat lamun dan makroalga sehingga kaya dengan bahan organik yang digunakan sebagai sumber makanan bagi Ophiuroidea (James 1982; Pomory 2007; Keshavarz et al. 2012). Area P2 di wilayah Pantai Pancur memiliki karakteristik habitat bersubstrat batu keras. Spesies yang
33
ditemukan di area ini adalah O. scolopendrina yang mampu bertahan hidup pada area alga yang tumbuh di tubir pantai (West 2012). Ophiocoma scolopendrina sering ditemukan pada alga S. duplicatum karena alga ini mampu melindungi O. scolopendrina dari hempasan gelombang air laut yang keras dan menyediakan makanan untuk kehidupannya. Anggota komunitas Ophiuroidea yang hidup bersama-sama di wilayah intertidal Pantai Pancur memiliki strategi berbagi habitat. Strategi ini dapat muncul dalam berbagai bentuk pemilihan area yang spesifik yang ditunjukkan melalui sebaran lokal, pola makan, dan cara untuk bertahan hidup lainnya (Purwati 2008). Sebaran lokal menggambarkan kebutuhan spesifik tiap individu maupun populasi, termasuk substrat dasar untuk berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Berkembang biak merupakan cara untuk mengganti populasi yang hilang atau mati, sehingga populasi spesies tersebut tetap mampu bertahan hidup (Odum 1993). Ophiocoma erinaceus dan O. scolopendrina sering ditemukan berbagi habitat dibalik batu, celah karang atau bersembunyi didalam area alga coklat. Hal tersebut menjelaskan bahwa terjadi kesamaan kebutuhan antara kedua spesies tersebut pada area makroalga terutama alga coklat. Pada beberapa wilayah bebatuan yang tergenang air, seringkali ditemukan O. annulosa yang berasosiasi dengan O. scolopendrina dalam berbagi habitat dan berbagi makanan (Fourgon et al. 2003; Fourgon et al. 2007). Ophiocoma erinaceus dapat ditemukan bersama-sama dengan O. dentata di daerah lamun, karena menurut Minarputri et al. (2012) kedua spesies tersebut memanfaatkan area lamun sebagai feeding ground. Macrophiothrix longipeda cenderung tidak bersinggungan dalam memilih habitat dengan spesies Ophiuroidea lain karena area habitatnya yang spesifik (didasar celah bebatuan). Ini merupakan cara berlindung dari predator karena struktur morfologi tubuhnya yang rapuh sehingga menyebabkan spesies ini rentan terhadap predator (Aronson 1988). Ophiocoma brevipes juga cenderung memilih tidak bersinggungan dengan spesies Ophiuroidea lain dan spesies ini memilih habitat didalam pasir dan dibalik bebatuan sebagai bentuk perlindungan diri dari predator. Area O. brevipes, O. annulosa dan M. longipeda ditemukan tidak bersinggungan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam habitat yang sama, masing-masing jenis memiiliki kebutuhan spesifik yang berbeda, dan mungkin kebutuhan spesifik ini menjadi yang akan menjadi fasilitas dalam mengurangi kompetisi antar populasi. Species-species yang hanya menempati area sempit, mungkin mengilustrasikan preferensi tipe habitat yang lebih sempit jika dibandingkan dengan spesies yang menempati area lebih luas dan beragam tipe mikrohabitatnya. Tipe habitat tidak hanya berupa prosentase tutupan vegetasi tetapi juga komposisi jenis, spesies dominan, densitas tiap jenis, dan lain-lain. Inipun tidak cukup, karena faktor ketersediaan makanan juga esensial, keberadaan predator dapat menekan jumlah individu, serta kelangsungan reproduksi dan rekruitmen yang harus terjaga. Jadi, berbagai faktor yang saling terkait bisa menjadi faktor pendorong suatu populasi hanya menempati area tertentu. Topik ini belum dicakup dalam penelitian ini, dan sangat menarik untuk diteliti di masa yang akan datang.
34
SIMPULAN Tipe habitat di Pantai Pancur adalah rocky shore, bersifat heterogen, dan membawa konsekuensi persebaran Ophiuroideanya. Sebanyak 404 individu Ophiuroidea terekam, terbagi dalam 6 spesies, yaitu O. scolopendrina, O. erinaceus, O. dentata, O. brevipes,dan O. annulosa (famili Ophiocomidae) dan M. longipeda (Ophiotrichidae). Densitas Ophiuroidea di Pantai Pancur secara keseluruhan tergolong rendah (< 1 individu/m2). Dalam level spesies, densitasnya bervariasi antara 0,004 – 0,011 individu/m2. Melalui penerapan teknik road sampling, sebaran populasi Ophiuroidea di Pantai Pancur tidak merata, sebagai konsekuensi heterogenitas habitat di Pantai Pancur. Substrat dasar Pantai Pancur sebagian berbatu, alga terutama alga coklat menyebar sampai ke tubir dan lamun terkonsentrasi didekat garis pantai. Individu Ophiuroidea terkonsentrasi di area makroalga didepan area lamun. Sebaran Ophiuroidea berhubungan erat dengan sebaran alga. Area O. brevipes, O. annulosa, dan M. longipeda ditemukan tidak bersinggungan saat penelitian. Ini menunjukkan salah satu strategi berbagi ruang. Dalam penelitian ini belum diketahui kebutuhan spesifik dari ketiga spesies yang menyebabkan mereka terpisah secara fisik.
DAFTAR PUSTAKA Aizenberg J, Tkacenko A, Weiner S, Addadi L, Hendler G. 2001. Calcitic microlenses as part of the photoreceptor systems in brittlestars. Nature 412: 819-822. Appeltans W, Stohr S, O’Hara T. 2009. World Ophiuroidea Database. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 9]. Tersedia pada: http://marinespecies.org. Aronson RB. 1988. Palatability of five caribbean ophiuroids. Bull Mar Sci 43:9397. Atmadja WS. 1986. Kolonisasi dan suksesi pada alga laut bentik. Oseana 11:1-10. Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. 1997. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta (ID): Puslitbang Oseanografi LIPI. Azis MF. 2006. Gerak air di laut. Oseana 21:9-21. Aziz A, Sugiarto H. 1994. Fauna Ekhinodermata Padang Lamun di Pantai Lombok Selatan. Jakarta (ID): Puslitbang LIPI P2O. Aziz A. 1995. Beberapa catatan tentang bintang mengular (Ophiuroidea) sebagai biota bentik. Oseana 16:13-22. Aziz A, Al Hakim II. 2007. Fauna ekhinodermata perairan terumbu karang sekitar Bakauheni. Oseanologi dan Limnologi Indonesia 33:187-198. Azkab MH. 1999. Pedoman inventarisasi lamun. Oseana 24:1-16. [BTNAP] Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2008. Buku Informasi Balai Taman Nasional Alas Purwo. Banyuwangi (ID): Balai Taman Nasional Alas Purwo. Bookhout TA. 1996. Research And Management Techniques For Wildlife And Habitats. Kansas (US): Allen Press Inc.
35
Borowitzka MA. 1972. Intertidal algae species diversity and the effect of pollution. Aust J mar Fresw Res 23:73 -84. Brusca RC, Brusca GJ. 2003. Invertebrates. 2nd Edition. New York (US): Sinauer Associates. Bussarawit S, Rowe FWE. 1984. A new spesies in the ophiocomid Genus Ophiocoma (Echinodermata: Ophiuroidea) from the West Coast of Thailand, Andaman Sea. Research Bulletin 35:1-6. Castro P, Huber ME. 2007. Marine Biology. Seventh Edition. New York (US): McGraw Hill. Chinn S. 2006. Habitat distribution and comparison of brittle star (Echinodermata: Ophiuroidea) arm regeneration on Moorea, French Polynesia. Biology and Geomorphology of Tropical Islands 12:1-11. Clark AH. 1949. Ophiuroidea of the Hawaiian Islands. Honolulu (US): Bernice P. Bishop Museum Bulletin. Clark AM, Rowe FWE. 1971. Monograph of Indo West Pacific Echinoderms. London (UK): British Museum of Natural History. Devaney DM. 1974. Shallow water asterozoans of Southeastern Polynesia (Ophiuroidea). Micronesia 10:105-204. Devaney DM. 1978. A review of the Genus Ophiomastix (Ophiurida: Ophiocomidae). Micronesia 14:273-359. Duffy JE, Hay ME. 1994. Herbivore resistance to seaweed chemical defense; the roles of mobility and predation risk. Ecology 75:1304-1319. Duxbury A, Alyn B, Duxbury C, Sverdrup KA. 2002. Fundamental of Oceanography 4th Editions. New York (US): McGraw & Hill Publishing. Finke G, Navarette S, Bozinovic F. 2007. Tidal regimes of the temperate coasts and their influences on aerial exposures for intertidal organism. Mar Eco Prog Ser 343:57-62. Fourgon D, Lepoint G, Eeckhaut I. 2003. Assessment of trophic relationships between symbiotic tropical Ophiuroids using C and N stable isotope analysis. Invertebrates Biology 12: 1-8. Fourgon D, Jangoux M, Eeckhaut I. 2007. Biology of a ‘‘babysitting’’ symbiosis in brittle stars: analysis of the interactions between Ophiomastix venosa and Ophiocoma scolopendrina. Invertebrates Biology 126:385-395. Gage JD, Tyler PA. 2002. Deep Sea Biology: A Natural History of Organism at the Deep Sea Floor. Cambridge (UK) : Cambridge University Press. Guille A, Wolff WJ. 1984. Zoologische Verhandelingen: Resultats Biologiques De L’expedition Snellius Echinodermata (Ophiuroidea). Leiden (ND): Drukkerij Griethoorn. Hendler G. 1984. Brittle stars color change and phototaxis (Echinodermata: Ophiuroidea: Ophiocomidae). Marine Ecology 5:379-401. Hendler G, Grygier MJ, Maldonado E, Denton J. 1999. Babysitting brittle stars: heterospesific symbiosis between ophiuroids (Echinodermata). Invertebrate Biology 118:190-201. Henkel TP, Pawlik JR. 2005. Habitat use by sponge-dwelling brittlestars. Marine Biology 146:301-313. Ilahude AG, Nontji A. 1999. Oseanografi Indonesia dan Perubahan iklim Global (El Nino dan La Nina). Jakarta (ID): Oseanografi LIPI.
36
James DB. 1982. Ecology of intertidal Echinoderms of the Indian Seas. J Mar Bio Ass India 24:124-129. Kadi A. 2005. Beberapa catatan kehadiran marga Sargassum di perairan Indonesia. Oseana 30:19-29. Kaliaperumal N, Kaladharan P, Kalimuthu S. 1989. Seaweed and seagrass resources. CMFRI Bulletin Marine 43:162-175. Keshavarz M, Mohamamdikia D, Dabbagh AR. 2012. The Echinoderms fauna in intertidal zone of Southerns Oli Village Coast. J Anim Sci Adv 2:495-498. Krebs JC. 1989. Ecological Methodology. New York (US): Harper Collins Publishers. Krebs JC. 1993. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York (US): Harper Collins Publishers. Laurent LS, Stringer S, Garrett C, Joncas DP. 2003. The generation of internal tides at abrupt topography. Deep Sea Research 50:987-1003. Lawrence J. 1987. A Functional Biology of Echinoderms. Baltimore (US): The Johns Hopkins University Press. Levinton JS. 1982. Marine Ecology. New Jersey (US): Prentice-Hall Inc. Maluf LY. 1988. Composition and Distribution of the Central Eastern Pacific Echinoderms. Los Angeles (US): National History Museum of Los Angeles Country. Marin IN, Anker A, Britayev TA, Palmer AR. 2005. Symbiosis between the Alpheid Shrimp, Athanas ornithorhynchus Banner and Banner, 1973 (Crustacea: Decapoda), and the brittle star, Macrophiothrix longipeda (Lamarck, 1816) (Echinodermata: Ophiuroidea). Zoological Studies 44: 234-241. Martynov AV, Litvinova NM. 2008. Deep-water Ophiuroidea of the Northern Atlantic with descriptions of three new species and taxonomic remarks on certain genera and species. Marine Biology Research 4:76-111. McClintock JB. 1994. Trophic biology of antarctic shallow-water Echinoderms. Mar Ecol Prog Ser 111:191-202. Minarputri N, Moehammadi N, Irawan B. 2012. The profile of Bama Beach based on the substrate, the presence of seagrass, coral lifeform, and Echinodermata. Berk Penel Hayati 17:205-210. Mortensen TH. 1933. Echinoderms of South Africa (Asteroidea and Ophiuroidea). Vidensk Medd Fra Danks Naturh Foren 65:215-400. Murakami S. 1943a. Report on the Ophiurans of Palao, Caroline Island. Journal of the Department of Agriculture 7:159-204. Murakami S. 1943b. Report on the Ophiurans of Yaeyama, Ryukyu. Journal of the Department of Agriculture 7:205-222. Murakami S. 1943c. Ophiurans from some gulfs and bays of Nippon. Journal of the Department of Agriculture 7:223-234. Nguyen KDT, Morley SA, Lai CH, Clark ML, Tan KS, Bates AE, Peck LS. 2011. Upper temperature limits of tropical marine ectotherms: Global Warming Implications. Plos One 6:1-8. Nybakken JW. 1993. Marine Biology. Third Edition. New York (US): R.R Donnelley & Sons Company.
37
Oak T, Scheibling RE. 2006. Tidal activity pattern and feeding behaviour of the Ophiuroid Ophiocoma scolopendrina on a Kenyan Reef Flat. Coral Reefs 25:213-222. Odum E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Olbers J, Samyn Y. 2012. The ophiocoma species (Ophiurida: Ophiocomidae) of South Africa. J Mar Sci 10:137-154. Pecherik JA. 2005. Biology of the Invertebrates. Fifth edition. New York (US): Wm. C. Brown Publishers. Phillips RC, Menez EG. 1988. Seagrasses. Washington (US): Smithsonian Institution Press. Pomory CM. 2007. Key to the common shallow water brittle stars (Echinodermata: Ophiuroidea) of the Gulf of Mexico and Caribbean Sea. Caribbean Journal of Science. 10:1-40. Purwati P. 2006. Teripang, Biodiversitas, dan Permasalahan di Indonesia. Laporan Akhir Tahunan. Jakarta (ID): Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK, Riset Kompetitif LIPI. Purwati P, Syahailatua A. 2008. Timun Laut Lombok Barat. Jakarta (ID): Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Sadukhan K, Ragunatahan C. 2012. A study on diversity and distribution of reef associated Echinoderm fauna in South Andaman, India. J Exp Biol Sci 3:187-196. Serrato MB, O’Hara TD. 2008. A new species in the Ophiocoma erinaceus complex from the South-west Pacific Ocean (Echinodermata: Ophiuroidea: Ophiocomidae). Memoirs of Museum Victoria 65:51-56. Siswoyo MP. 2009. Pasir pantai selatan jawa timur dalam mortar. Teknil Sipil & Perencanaan 11:109-120. Stohr S, Segonzac M. 2004. Deep-sea Ophiuroids (Echinodermata) from reducing and non-reducing environments in the North Atlantic Ocean. J Mar Biol Ass U.K 84:1-20. Stohr S, O’hara TD, Thuy B. 2012. Global diversity of brittle stars (Echinodermata: Ophiuroidea). Plos One 7:1-14. Sugiarto H. 2006. Fauna Ekhinodermata di Perairan Kabaena, Muna, dan Buton Sulawesi Tenggara. Warta Oseanografi 20:27-31. Tran JK, Whited B. 2004. Patterns of distribution of three brittlestar species (Echinodermata: Ophiuroidea) on Coral Reefs. Discovery Bay 1:177-180. Tubalawony S. 2007. Kajian Klorofil-A dan Nutrien serta Interelasinya dengan Dinamika Massa Air di Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa-Sumatera [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Viaroli P, Bartoli M, Giordani G, Magni P, Welsh DT. 2004. Biogeochemical indicators as tools for assessing sediments quality/vulnerability in transitional aquatic ecosystems. Aquatic conserv: Mar Freshw Ecosyst 14:S19-S29. Viejo RM. 1999. Mobile epifauna inhabiting the invasive Sargassum muticum and two locals seaweeds in Northern Spain. Aquatic Botany 64:131-149. West EA. 2012. Adaptive regeneration of Ophiocoma Scolopendrina (Echinodermata: Ophiuroidea) under two feeding treatments in Moorea, French Polynesia. Biology and Geomorphology of Tropical Islands 12:1-11.
38
Yusron E. 2003. Beberapa catatan fauna Ekhinodermata dari Perairan Tapak Tuan, Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam. Makara Sains 7:97-104. Yusron E. 2006a. Biodiversitas Ekhinodermata di Perairan Pantai Takofi, Pulau Moti Maluku Utara. Makara Sains 10:41-46. Yusron E. 2006b. Keanekaragaman Ekhinodermata di Perairan Morotai bagian selatan Maluku Selatan. Oseana 31:13-20. Yusron E. 2009a. Biodiversitas Fauna Ekhinodermata dari Perairan Selat Lembeh Bitung Sulawesi Utara. J Oldi 35:217-229. Yusron E. 2009b. Keanekaragaman jenis Ekhinodermata di Perairan Teluk Kuta, Nusa Tenggara Barat. Makara Sains 13:45-49. Yusron E. 2010a. Keanekaragaman jenis Ophiuroidea (Bintang Mengular) di Perairan Wori, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Makara Sains 14:75-78. Yusron E. 2010b. Keanekaragaman jenis Ekhinodermata di Perairan Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Ilmu Kelautan 15:85-90. Yusron E, Susetiono. 2010. Diversitas fauna Ekhinodermata di Perairan Ternate, Maluku Utara. J Oldi 36:293-307.
39
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 27 Juni 1988 sebagai putra dari pasangan Bapak Abdul Majid dan Ibu Nurul Jannah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri Ambulu pada tahun 2006. Pendidikan sarjana di tempuh penulis di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember (UNEJ) melalui jalur SPMB dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan perkuliahan untuk strata S2 di Mayor Biosains Hewan (BSH), Departemen Biologi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menempuh Program Pascasarjana, penulis mendapatkan program Beasiswa Unggulan Dikti (BU DIKTI) sebagai Calon Dosen.