16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1.
Objek Penelitian
3.1.1. Ternak Penelitian Itik Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian berada dalam fase grower yaitu umur 14 minggu dengan rata-rata bobot badan 1043 gram ± 51,631 gram.
Lama pemeliharaan Itik Cihateup adalah 20 minggu.
Pemeliharaan
dilakukan di kandang percobaan Produksi Ternak Unggas. Itik diperoleh dari Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Itik Cihateup diberi 4 perlakuan dan 6 ulangan, dengan jumlah itik setiap ulangan 2 ekor sehingga total itik yang dipelihara 48 ekor. 3.1.2. Fructooligosaccharide (FOS) Fructooligosaccharide (FOS) berasal dari isolasi hasil ekstrasi kulit pisang. Berikut adalah uraian prosesnya : a.
Proses Ekstraksi Senyawa Fructooligosaccharide (FOS) Tahap pertama dilakukan optimasi proses ekstraksi Fructooligosaccharide
sesuai dengan modifikasi prosedur Kaffi dkk. (2010). Sebanyak 10 kg bahan direndam dalam 30 L larutan etanol 70% selama 14 hari. Selama perendaman setiap hari dilakukan pengadukan kurang lebih 10 menit. Selanjutnya filtrat disaring dengan menggunakan kain saring dan diuapkan dengan evaporator vakum hingga menjadi 1 L. Filtrat pekat tersebut kemudian diekstrak dengan etil asetat (EtOAc) sehingga diperoleh fraksi air. Selanjutnya fraksi air tersebut diuapkan hingga kering kemudian dimasukkan dalam Diaion LH-20 kolom kromatografi. Fraksi yang mengandung FOS kemudian dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan
17 menggunakan teknik pemurnian seperti kolom kromatografi, Preparative Thin Layer Chromatography (PTLC), atau kristalisasi. Senyawa FOS yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan spektoskopi. b.
Pengujian kualitatif dengan TLC (Thin Layer Chromatography) Masing–masing fraksi yang diperoleh diuji dengan metode TLC dengan
cara meneteskan pada plate. Selanjutnya plate dikembangkan dengan kombinasi pelarut metanol-air untuk mendapatkan spot. Pengujian juga dilakukan dengan membandingkan retention time standar senyawa FOS dengan menggunakan metoda kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). 3.1.3. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan berbentuk kandang panggung terbuat dari bambu dengan sedikit jarak antar bambu, dengan demikian ekskreta itik dapat langsung turun ke tanah. Keadaan ini membuat kandang relatif bersih. Kandang berbentuk pen-pen. Setiap pen berkapasitas 4 ekor itik dengan luas pen 1 x 0,75 x 0,5 m. 3.1.4. Peralatan yang Digunakan a. Tempat makan yang berupa hanging feeder dengan merk Medion kapasitas 7 kg. b. Tempat minum berupa hanging water dengan merk Medivac Gumboro dengan kapasitas 5 liter. c. Timbangan untuk menimbang ransum. d. Timbangan digital dengan merk five goats untuk menimbang itik. e. Bak Plastik untuk tempat penyimpanan ransum. f. Spuit gunakan untuk mencekok itik. g. Pisau dan gunting untuk membedah itik.
18 h. Selang air untuk mengisi galon minum. i. Baki untuk tempat sampel. j. Wing tag untuk menandai itik. 3.1.5. Ransum Penelitian Ransum yang digunakan selama penelitian berbentuk mash. Komposisi zat-zat bahan pakan dan energi metabolis disajikan pada Tabel 1 berikut : Tabel 2. Kandungan Zat Nutrien dan Energi Metabolis Bahan Pakan Penelitian. Bahan Pakan
EM Kkal/ kg 3370
PK
LK
SK
Ca
P
Lis
Met
Sist
.............................................%...........................................
Jagung 8,60 3,90 2 0,02 0,10 0,20 0,18 0,18 kuning Dedak 1630 12 13 12 0,12 0,20 0,77 0,29 0,40 halus Bungkil 2240 45 0,90 6 0,22 0,29 2,90 0,65 0,67 kedelai Bungkil 2120 21 1,80 15 0,20 0,20 0,64 0,29 0,30 kelapa Tepung 3080 60 9 1 5,50 2,80 5 1,80 0,94 ikan Tepung 0 0 0 0 24 12 0 0 0 tulang Minyak 8600 0 100 0 0 0 0 0 0 kelapa Premix 0 0 0 0 10 5 0,30 0,30 0,10 Sumber : Data sekunder diperoleh dari Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2015. Keterangan : EM = Energi Metabolis PK = Protein Kasar LK = Lemak Kasar
SK P Ca
= Serat Kasar = Phospor = Calsium
Lis Met Sist
= Lisin = Metionin = Sistein
19 Tabel 3. Formula Bahan Pakan Penelitian. Bahan Pakan Jagung kuning Dedak halus Bungkil kedelai Bungkil kelapa Tepung ikan Tepung tulang Minyak kelapa Premix Total
Jumlah (%) 65 12 8 3 8 2 1,5 0,5 100
Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 2. Tabel 4. Kandungan Nutrien pada Ransum Penelitian dan Kebutuhan Itik Grower. Nutrien Ransum Penelitian* Kebutuhan Itik Grower** EM (Kkal/kg) 3004 2800 PK (%) 16.06 16.00 Ca (%) 1.03 0.60 P (%) 0.61 0.60 Lisin (%) 0.88 0.90 Metionin (%) 0.35 0.56*** Keterangan : *) Hasil Perhitungan berdasarkan Tabel 2 dan 3. **) NRC (1984) ***) ARC (1984) 3.2.
Metode Penelitian
3.2.1. Prosedur Kerja a. Tahap persiapan, yaitu sanitasi kandang berupa pencucian tempat pakan, minum, pengapuran lantai dan dinding kandang. b. Adaptasi selama 8 minggu dikandang. c. Pemberian ransum dilakukan dua kali sehari, yaitu pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Jumlah pemberian pakan untuk itik berumur 14-17 minggu adalah
20 125 g/ekor/hari sedangkan itik yang berumur 18-20 minggu diberi pakan sejumlah 130 g/ekor/hari. Air diberikan secara adlibitum. d. Tahap penelitian, yaitu pemberian FOS dengan kemurnian 50%, perlakuan F.A sebanyak 50 mikroliter, F.B sebanyak 75 mikroliter, dan F.C sebanyak 100 mikroliter. Pemberian dilakukan dengan dicekok dengan menggunakan mikropipet dan tip setiap hari senin, rabu, dan jumat disore hari sebelum pemberian pakan. Proses dimulai pada umur itik 12 minggu hingga 15 minggu. e. Tahap Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan cara membedah perut itik untuk mendapatkan vili ileum pada minggu ke 15. f. Tahap Analisis Sampel Analisis jumlah dan ukuran vili ileum itik cihateup sesuai dengan parameter yang diukur. Analisis dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. 3.2.2. Peubah yang Diukur Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah morfometrik makro ileum yang meliputi panjang dan diameter ileum dengan satuan cm dan morfometrik mikro ileum yang meliputi (jumlah dengan perbesaran 10 x 10 dan ukuran) vili ileum dengan satuan µm.
Prinsip penentuan
jumlah dan ukuran vili ini
menggunakan Metoda Paraffin Pewarnaan Haemotoksilin Eosin. langkah metode ini terlampir pada Lampiran 1.
Prosedur dan
21 3.2.3. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Setiap ulangan terdiri dari dua ekor. Sehingga, pada penelitian ini menggunakan 48 ekor itik. Adapun perlakuan penelitian yaitu sebagai berikut : K
= Tanpa Pemberian FOS
F.A
= Pemberian FOS 50 µL/hari
F.B
= Pemberian FOS 75 µlL/hari
F.C
= Pemberian FOS 100 µlL/hari Pemberian
FOS dilakukan pada sore hari sebelum itik diberi pakan.
Peubah yang diamati meliputi jumlah dan ukuran vili ileum. 48 ekor itik diambil sampel darahnya pada minggu ke-empat. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam Polinomial Orthogonal. Hipotesis yang diuji adalah: H0 : K = F.A = F.B = F.C = 0 artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. H1 : K ≠ F.A ≠ F.B ≠ F.C ≠ 0 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama. Kaidah keputusan : Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan terima H1. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode ortogonal polinomial. Suatu derajat polinomial ke-n digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah respon Y dan peubah predictor X diujikan sebagai berikut : Y = α + β1X + β2X2 + …. + βnXn
22 Perhitungan untuk mendapatkan koefisien orthogonal polynomial untuk derajat polynomial pertama (linier), derajat polynomial kedua (kuadratik) dan derajat polynomial ketiga (kubik), sebagai berikut : L = a + X1 Q1 = b + cX1 + Xi2 C1 = d + eX1 + f X12 + Xi3 Tabel 5. Analisis Ragam Sesuai dengan Perbandingan orthogonal polynomial. Sumber Keragaman
Derajat Bebas (db)
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah (JK) (KT)
Statistik Uji F
t–1
JKP
KTP
F
Linier
1
JKP1
KTP1
F1
Kuadratik
1
JKP2
KTP2
F2
Kubik
1
JKP3
KTP3
F3
Kuartik
1
JKP4
KTP4
F4
Galat Percobaan
Sisa
JKG
KTG
Total
n-1
JKT
Perlakuan
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis.
Penentuan derajat polinomial
didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga didapatkan hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang signifikan.