TINJAUAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA KETENTUAN PIDANANYA DALAM UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH) Oleh : Ariella Gitta Sari *) Abstrak Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia pada umumnya. Adapun salah satu masalah lingkungan hidup dewasa ini yang menjadi perhatian utama kita semua adalah masalah terjadinya pencemaran lingkungan hidup, pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan dan kelangsungan kehidupan baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Dimana pencemaran lingkungan hidup tersebut dapat dikatakan pasti terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia dan sulit untuk bisa dihindari. Dalam karya ilmiah ini penulis membahas tentang faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran air, udara serta tanah), dampak negatif konkrit dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum dan ketentuan pidana pada UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) yang mengatur tentang tindak pidana pencemaran lingkungan hidup atau tindak pidana terhadap baku mutu lingkungan hidup yaitu dalam pasal 98 s/d pasal 100 dan juga dalam pasal 116 s/d pasal 119. Keyword : Faktor Penyebab, Dampak Negatif Konkrit, Ketentuan Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia pada umumnya. Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada sejak dahulu, dimana masalah tersebut bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara berkembang, akan tetapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita semua. Adapun salah satu masalah lingkungan hidup dewasa ini yang menjadi perhatian utama kita semua
adalah masalah terjadinya pencemaran lingkungan hidup, pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan dan kelangsungan kehidupan baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Dimana manusia berperan sangat penting dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, baik dimulai dari lingkungan yang terkecil sampai ke lingkungan yang lebih luas. Upaya pencegahan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan menjadi sangat sulit untuk dilakukan 53
*) Dosen Fakultas Huku m Un iversitas Kadiri
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
karena lingkungan hidup kita sudah sangat tercemar. Faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan ini sendiri umumnya adalah karena kegiatankegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dan saat ini hal yang dapat kita lakukan adalah dengan berupaya untuk mengurangi atau mencegah bertambah parahnya pencemaran lingkungan tersebut. Adapun pengertian dari pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 14 UU No. 32 Th. 2009 adalah “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. Sedangkan pengertian lain dari pencemaran lingkungan hidup menurut Supardi adalah terjadinya pencemaran yang dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan terganggunya kesehatan serta ketenangan makhluk hidup. Sedangkan menurut Sastra Wijaya pencemaran lingkungan terjadi apabila ada penyimpangan dari lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dan berakibat jelek terhadap lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian dari pencemaran lingkungan hidup diatas dapat kita ketahui apa penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup tersebut. Secara garis besar, penyebab pencemaran lingkungan hidup ada dua, yaitu disebabkan oleh kegiatan manusia dan disebabkan oleh alam (misalnya gunung meletus, longsor dan gas beracun), pencemaran lingkungan hidup karena akibat aktivitas manusia pasti terjadi dan sulit untuk bisa dihindari. Pencemaran lingkungan hidup dapat dibedakan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu diantaranya :
-. Pencemaran udara. -. Pencemaran air. -. Pencemaran tanah. Sementara itu dampak yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup terhadap makhluk hidup semakin hari semakin bertambah, dimana dampak tersebut adalah dampak negatif yang merugikan kesehatan terutama bagi tubuh manusia, menyebabkan penyakit baik yang langsung dirasakan maupun penyakit yang timbul karena akumulasi bahan pollutan dalam tubuh manusia serta menimbulkan berbagai macam permasalahan. Berdasarkan pada pasal 20 ayat (1) UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) dinyatakan bahwa penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup berdasarkan pasal 1 angka 13 UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) adalah : “ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”. Baku mutu lingkungan hidup berdasarkan pada pasal 20 ayat (2) UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) meliputi : -. Baku mutu air. -. Baku mutu air limbah. -. Baku mutu air laut. -. Baku mutu udara ambien. -. Baku mutu emisi. -. Baku mutu gangguan. -. Baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 54
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
Dan ketentuan pidana pada UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) yang mengatur tentang tindak pidana pencemaran lingkungan hidup atau tindak pidana terhadap baku mutu lingkungan hidup adalah dalam pasal 98 s/d pasal 100 dan juga dalam pasal 116 s/d pasal 119. Pasal 98 s/d pasal 100 mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan oleh orang dan pasal 116 s/d pasal 119 mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi atau badan hukum. B. Rumusan Masalah 1. Apa faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran air, udara serta tanah) ? 2. Bagaimanakah dampak negatif konkrit dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum ? 3. Bagaimanakah ketentuan pidana terhadap terjadinya tindak pidana pencemaran lingkungan hidup yang tercantum dalam pasal 98 s/d pasal 100 serta pasal 116 s/d pasal 119 UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) ? II. METODE PENELITIAN Tipe penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian adalah mengenai ketentuan pidana terhadap terjadinya tindak pidana pencemaran lingkungan hidup atau tindak pidana baku mutu lingkungan hidup yang terdapat di dalam UU No. 32 Th. 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), disamping juga tetap menggunakan dukungan metode empiris untuk mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup (baik pencemaran air, udara dan tanah),
serta dampak negatif konkrit dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum. Dan adapun pendekatan masalah yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan. Sedangkan untuk bahan hukum primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah UU No. 32 Th. 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) dan untuk bahan hukum sekunder ialah terdiri dari buku-buku teks, artikel-artikel tentang faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup, dampak negatif terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum serta tentang ketentuan pidana terhadap terjadinya tindak pidana pencemaran lingkungan hidup yang tercantum di dalam UUPPLH. Kemudian bahan-bahan hukum yang ada tersebut dianalisis untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup, dampak negatif konkrit dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum serta ketentuan pidana terhadap terjadinya tindak tindak pidana pencemaran lingkungan hidup yang tercantum di dalam UUPPLH.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran Lingkungan Hidup (Pence maran air, udara serta tanah) -. Pencemaran Air : Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air di Indonesia sangat melimpah, akan tetapi air tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh 55
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
masyarakat, justru malah sebaliknya masyarakat kebanyakan menyalahgunakan kelebihan air ini dengan mencemarinya. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia, padahal dalam kehidupan sehari- hari masyarakat memerlukan air bersih untuk segala keperluan, dimana air bersih itu sendiri harus mempunyai standar 3B (tidak berwarna, berbau dan beracun). Sedangkan menurut Michael pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Saat ini banyak air tawar yang tercemar berat oleh sisa-sisa pembuangan kotoran dan cairan pembuangan limbah rumah tangga serta limbah industri yang dibuang ke dalam sungai. Adapun beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain sbb : *. Sampah organik (sisa-sisa sayuran, buah-buahan dan daun-daunan). *. Sampah anorganik (kertas, plastik, logam). *. Industri yang membuang berbagai macam pollutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, dsb. *. Limbah rumah tangga (detergen dan sampah yang sengaja dibuang ke sungai). *. Limbah pertanian (sisa pestisida dan pupuk). *. Racun dari kegiatan penangkapan ikan yang terlarang. *. Limbah B3 (DDT, dieldrin). -. Pencemaran Udara : Udara merupakan campuran dari berbagai macam gas, komponen gas yang menyusun udara yaitu, nitrogen sekitar
78%, oksigen sekitar 20%, argon sekitar 0,93%, karbondioksida 0,03% dan 1,04%-nya terdiri atas helium, neon, metana dan hidrogen. Pada saat komposisi udara seperti inilah yang dapat dikatakan udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan jika terjadi penambahan jumlah dari gas-gas tersebut atau bahkan terjadi penambahan jenis gas-gas baru, maka pada saat itulah udara dikatakan sudah tercemar. Pencemaran udara terjadi pada saat adanya substansi, baik fisik, kimia maupun biologi di udara yang jumlahnya dapat membahayakan makhluk hidup dan lingkungan. Misalnya karbondioksida dibutuhkan oleh tumbuhan hijau sebagai bahan baku untuk membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis, artinya karbondioksida bermanfaat khususnya untuk tumbuhan hijau sehingga harus ada di udara. Pada saat jumlahnya masih di ambang batas normal, karbondioksida ini bermanfaat, akan tetapi jika jumlahnya sudah melebihi ambang batas normal maka karbondioksida dimasukkan ke dalam salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara (sebagai pollutan). Gas ini juga dapat menjadi petaka bagi kehidupan makhluk hidup di bumi karena jika jumlahnya semakin banyak maka akan menyebabkan terjadinya pemanasan global/global warming. Pencemaran udara dapat bersumber dari manusia, artinya bahwa terjadinya pencemaran udara ini karena ada campur tangan dari manusia. Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara antara lain : *. Transportasi. *. Industri. *. Gas buang pabrik. 56
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
*. Pembakaran yang berasal dari perapian. *. Timbulnya gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah. -. Pencemaran Tanah : Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Secara umum pemanfaatan tanah atau lahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu untuk pertanian (perkebunan, sawah dan ladang) dan non pertanian (pemukiman, jalan dan industri). Sedangkan pengertian dari pencemaran tanah adalah merupakan keadaan ketika bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah biasanya terjadi karena sampah, bahan polimer dan bahan yang sukar terurai, kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri/fasilitas komersial (limbah industri), penggunaan pestisida (pertanian), masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub permukaan, zat kimia atau air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. Bahan pencemar yang masuk ke dalam tanah kemudian mengendap menjadi zat kimia beracun di tanah. Zat beracun tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari siklus air tanah dan udara diatasnya. Dan diantara ketiga jenis pencemaran berdasarkan pada tempat terjadinya yaitu pencemaran air, udara
serta tanah, yang paling banyak dan mudah untuk tercemar adalah tanah. B. Dampak Negatif Konkrit Dari Terjadinya Pencemaran Lingkungan Hidup Secara Umum -. Punahnya Jenis-Jenis Makhluk Hidup : Pollutan sangat berbahaya bagi biota yang berada di perairan maupun daratan, ada hewan yang langsung mati ketika terkena racun dari pollutan tersebut, namun ada juga yang tidak, ini dikarenakan berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama, akan tetapi hampir semua jenis hewan muda, misalnya larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar/pollutan tersebut. -. Berkurangnya Kesuburan Tanah : Kesuburan tanah akan menjadi berkurang akibat dari penggunaan insektisida dan pupuk secara berlebihan. -. Terjadinya Keracunan dan Penyakit : Keracunan dapat disebabkan karena kita mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar, akibat dari keracunan ini bisa menyebabkan kematian, kerusakan hati dan ginjal, kanker, kerusakan susunan saraf bahkan terjadinya cacat pada keturunanketurunannya. Selain itu bahan pencemar/pollutan yang ada di udara dalam jangka panjang juga dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti batuk-batuk, penyakit pernapasan (bronkhitis, kanker paruparu). -. Terjadinya Pemekatan Hayati (Biomagnification) : Bahan pencemar/pollutan ada yang mempunyai sifat dapat terakumulasi 57
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
di dalam tubuh makhluk hidup, dan proses peningkatan jumlah bahan pencemar/pollutan tersebut melewati tubuh makhluk hidup inilah yang disebut dengan pemekatan hayati (biomagnification). -. Terbentuknya Lubang pada Lapisan Ozon : Lapisan ozon adalah lapisan tipis di atmosfer yang berguna untuk melindungi bumi dan makhluk hidup dari radiasi sinar ultraviolet. Lapisan ini dapat berlubang karena terjadinya efek rumah kaca, dan yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca ini ialah jumlah karbondioksida yang melebihi ambang batas normal. Efek rumah kaca ini juga menjadi salah satu pemicu utama terjadinya pemanasan global/global warming. C. Ketentuan Pidana Terhadap Terjadinya Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Tercantum Dalam Pasal 98100 Serta Pasal 116-119 UU No. 32 Th. 2009 (UUPPLH) Dalam pasal 1 angka 13 UUPPLH disebutkan bahwa baku mutu lingkungan hidup adalah : “ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”. Sehingga dari pasal tersebut memberi makna bahwa terhadap lingkungan hidup yang ada saat ini harus dilakukan upaya perlindungan dan pengelolaan dengan memperhatikan batas atau kadar baku mutu lingkungan hidup yang ada, agar daya dukung serta daya tampung lingkungan seimbang, sehingga pada akhirnya tercipta pembangunan
berkelanjutan lingkungan hidup untuk menjaga keberlangsungan peri kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena itulah maka diperlukan adanya penegakan hukum dalam hal ini sanksi yang tegas terhadap pelaku tindak pidana pencemaran lingkungan hidup. Ketentuan pidana dalam UUPPLH yang mengatur tentang tindak pidana pencemaran lingkungan hidup tercantum dalam pasal 98-100 (pasal 98 karena kesengajaan dan pasal 99 karena kelalaian) untuk naturlijk persoon dan pasal 116-119 untuk rechts persoon. -. Pasal 98 UUPPLH : *. Ayat (1) : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan : Yang mengakibatkan dilampauinya : Baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama sepuluh tahun dan denda paling sedikit tiga miliar rupiah dan paling banyak sepuluh miliar rupiah. *. Ayat (2) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua belas tahun dan denda paling sedikit empat miliar rupiah dan paling banyak dua belas miliar rupiah. *. Ayat (3) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling 58
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
lama lima belas tahun dan denda paling sedikit lima miliar rupiah dan paling banyak lima belas miliar rupiah. -. Pasal 99 UUPPLH : *. Ayat (1) : Setiap orang yang karena kelalaiannya : Mengakibatkan dilampauinya : Baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama tiga tahun dan denda paling sedikit satu miliar rupiah dan paling banyak tiga miliar rupiah. *. Ayat (2) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat dua tahun dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua miliar rupiah dan paling banyak enam miliar rupiah. *. Ayat (3) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama sembilan tahun dan denda paling sedikit tiga miliar rupiah dan paling banyak sembilan miliar rupiah.
-. Pasal 100 UUPPLH : *. Ayat (1) : Setiap orang yang melanggar : Baku mutu air limbah, baku mutu emisi atau baku mutu gangguan.
Dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak tiga miliar rupiah. *. Ayat (2) : Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali. Dari ketentuan pidana pasal 98-100 UUPPLH tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup (baku mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, baku mutu gangguan dan baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Jika ditinjau dari perumusan tindak pidana, ketentuan pasal 98-100 UUPPLH terdapat tindak pidana materiil yang menekankan pada akibat perbuatan dan tindak pidana formil yang menekankan pada perbuatan. Tindak pidana materiil memerlukan terlebih dahulu dibuktikan adanya akibat dalam hal ini terjadinya pencemaran lingkungan hidup, sedangkan tindak pidana formil tidak memerlukan adanya akibat, namun jika telah melanggar rumusan ketentuan pidana, maka telah dapat dinyatakan bahwa telah terjadi tindak pidana dan karenanya pelaku dapat dijatuhi hukuman. Tindak pidana formil ini dapat digunakan untuk memperkuat sistem tindak pidana materiil jika tindak pidana materiil tersebut tidak berhasil mencapai target bagi pelaku yang melakukan tindak pidana yang berskala ecological impact. Tindak pidana formil ini tidak memerlukan akibat yang timbul dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup, 59
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
sehingga tidak perlu dibuktikan adanya hubungan sebab akibat dari suatu tindak pidana lingkungan. Hal yang perlu diketahui dalam tindak pidana formil dalam UUPPLH, yaitu seseorang telah melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut. Dalam ketentuan pasal 98 ayat (2), (3) dan pasal 99 ayat (2), (3) UUPPLH jika disimak lebih lanjut mengandung makna selain termasuk dalam delik formil juga delik materiil. Pasal-pasal tersebut mengatur bahwa seseorang harus bertanggungjawab atas perbuatannya yang melanggar baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sehingga orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia atau mengakibatkan orang luka berat atau mati. Dalam kasus ini harus dibuktikan hubungan sebab akibat antara perbuatan pelanggaran baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup tersebut dengan terjadinya orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia atau luka berat atau kematian. Akan tetapi jika ternyata hal tersebut tidak terbukti maka pelaku dibebaskan dari tindak pidana materiil, namun ia tetap harus bertanggungjawab atas perbuatannya karena melanggar tindak pidana formil. Di dalam UUPPLH penegakan hukum lingkungan melalui sarana kepidanaan tetap memperhatikan asas ultimum remedium bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi dan gangguan, sebagaimana diatur dalam pasal 100. Sementara untuk tindak pidana lainnya diluar yang diatur dalam pasal 100 tidak berlaku asas ultimum remedium melainkan berlaku asas premium
remedium (mendahulukan pelaksanaan penegakan hukum lingkungan melalui sarana kepidanaan). Sementara itu untuk tindak pidana pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh badan usaha atau korporasi dalam UUPPLH diatur dalam pasal 116-119. Dalam pasal 116 menyatakan bahwa tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada : -. Badan usaha, dan/atau -. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. Sedangkan dalam pasal 119 dinyatakan bahwa terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa : -. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana. -. Penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan. -. Perbaikan akibat tindak pidana. -. Pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, dan/atau. -. Penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 tahun. Untuk menentukan siapa-siapa yang bertanggungjawab diantara pengurus suatu badan usaha atau korporasi yang harus memikul beban pertanggungjawaban pidana tersebut, harus ditelusuri dari segi dokumen AMDAL, izin dan pembagian tugas pekerjaan dalam jabatan-jabatan yang terdapat pada badan usaha atau korporasi yang bersangkutan. IV. KESIMPULAN 1. Pengertian pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 14 UU No. 32 Th. 2009 adalah “masuk atau 60
Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. 2. Penyebab terjadinya pencemaran air diantaranya : sampah organik, sampah anorganik, industri yang membuang berbagai macam pollutan ke dalam air limbahnya, limbah rumah tangga, limbah pertanian, racun dari kegiatan penangkapan ikan yang terlarang dan limbah B3. Sedangkan penyebab terjadinya pencemaran udara diantaranya : transportasi, industri, gas buang pabrik, pembakaran yang berasal dari perapian serta gas metana yang ditimbulkan dari tempat pembuangan akhir sampah. Dan penyebab terjadinya pencemaran tanah adalah : sampah, bahan polimer dan bahan yang sukar terurai, kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri/fasilitas komersial (limbah industri), penggunaan pestisida (pertanian), masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub permukaan, zat kimia atau air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. 3. Dampak negatif konkrit dari terjadinya pencemaran lingkungan hidup secara umum adalah : punahnya jenis-jenis makhluk hidup, berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya keracunan dan penyakit, terjadinya pemekatan hayati (Biomagnification) dan terbentuknya lubang pada lapisan ozon.
4. Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. 5. Ketentuan pidana dalam UUPPLH yang mengatur tentang tindak pidana pencemaran lingkungan hidup tercantum dalam pasal 98-100 (pasal 98 karena kesengajaan dan pasal 99 karena kelalaian) yang dilakukan oleh orang, pasal 98-99 untuk tindak pidana dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air dan baku mutu air laut, sedangkan pasal 100 untuk pelanggaran terhadap baku mutu air limbah, baku mutu emisi serta baku mutu gangguan dan pasal 116-119 untuk yang dilakukan oleh badan usaha atau korporasi. 6. Asas ultimum remedium hanya diterapkan atau berlaku untuk pasal 100 UUPPLH. 7. Dalam pasal 98-99 UUPPLH mengandung tindak pidana materiil (menitikberatkan pada akibat dari perbuatan) dan tindak pidana formil (menitikberatkan pada perbuatan). Sedangkan dalam pasal 100 UUPPLH mengandung tindak pidana formil. 8. Untuk tindak pidana pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh badan usaha atau korporasi diatur dalam pasal 116-119 UUPPLH. Pasal 116 mengatur tentang penjatuhan tuntutan serta sanksi pidana dan pasal 119 mengatur tentang penjatuhan pidana tambahan atau tindakan tata tertib.
61 Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013
DAFTAR PUSTAKA Hardjasoemantri, Koesnadi, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Murty, Harry, 2009, Bahan Kuliah Tentang Pencemaran Lingkungan Hidup, Universitas Kadiri, Kediri. Nurhayati, Nunung, 2013, Pencemaran Lingkungan, Yrama Widya, Bandung. Wulan, Suryaning, Mia Yuniati, 2009, Pemanasan Global, Bestari Kids, Jakarta. UU No. 32 Th. 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Hukuman dan Denda Jika Melanggar UU, antonhartokencono.wordpress.com Keterpaduan Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, penegakanhukum.menlh.go.id Makalah Hukum Lingkungan Aspek Pidana dan Perdata, liamousy.blogspot.com Perizinan Lingkungan dan Aspek Hukum Pidana, alviprofdr.blogspot.com Sanksi Tindak Pidana Baku Mutu Lingkungan, sitikhotijah.wordpress.com Sulitnya Menjerat Pencemar Lingkungan, hukum.kompasiana.com Tindak Pidana Dalam UUPPLH, nurulfatimah123.wordpress.com
62 Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Juni 2013 – September 2013