TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau Menurut Permen Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhsn dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Sedangkan oleh Fandeli (2004) menyatakan ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yang terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004). Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
Universitas Sumatera Utara
rekreasi dan kegunaan khusus lainnya (Djaiz dan Novian, 2000). Sedangkan oleh Fandeli dkk (2004) hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat kota. Secara umum bentuk hutan kota adalah: 1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan. 2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. 3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halamanbiasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah. 4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dankebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baikdalam negeri maupun luar negeri. 5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasanhutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawanakan abrasi air laut (Dahlan, 1992). Fungsi ruang terbuka hijau adalah: 1. Sebagai areal perlindungan berlangaungnya fungsi ekosistem dan keserasian peyangga kehidupan. 2. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan kehidupan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai sarana rekreasi. 4. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara termasuk limbah cair yang dihasilkan manusia. 5. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluha bagi masyarakat untuk mebentuk kesadaran lingkungan. 6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah. 7. Sebagai sarana untuk mempengaruhi maupun memperbaiki iklim mikro. 8. Sebagai pengatur tata air karena dapat menyimpan air tanah 900 m3/tahun/hektar dan mampu mentransfer 4000 liter air/hari/hektar yang berarti dapat mengurangi suhu udara 50-80C. 9. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan maupun bencana alam. 10. Sebagai sumber oksigen sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk konsumsi 1500 jiwa. 11. Sebagai peredam kebisingan sekitar 25%-80%. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau antar lain adalah: 1. Memberikan kesegaran, kenyaman dan keindahan lingkungan. 2. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota. 3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah (Dinas Pertamanan Kota Medan, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH (Purnomohadi, 2001) Jenis RTH
Fungsi Lahan
Tujuan
Keterangan
Taman Kota
Ekologis,
Keindahan (tajuk, tegakan
Mutlak dibutuhkan bagi
(termasuk: taman
Rekreatif,
pengarah, pengaman,
kota, keserasian, rekreasi
bermain
Estetis,
pengisi dan pengalas),
aktif dan pasif, nuansa
anak/balita),
Olahraga
kurangi cemaran, meredam
rekreatif,
taman bunga,
(terbatas)
bising, perbaiki iklim
keseimbangan
mikro, daerah resapan,
(psikologis)
penyangga sistem
manusia,
kehidupan, kenyamanan.
keseimbangan eko-sistem.
(lansia)
terjadinya mental dan
fisik habitat,
Jalur (tepian)
Konservasi,
Perlindungan, mencegah
Perlindungan
total
tepi
Sempadan
Pencegah
okupansi penduduk,
kiri-kanan bantaran sungai
Sungai dan
Erosi,
mudah menyebabkan erosi,
(+/- 25-50 meter) rawan
Pantai
Penelitian
iklim mikro, penahan
erosi.
‘badai’.
Taman Laut.
Taman
Kesehatan,
Kenikmatan, pendidikan,
Rekreasi aktif, sosialisasi,
Olahraga,
Rekreasi
kesenangan, kesehatan,
mencapai
interaksi, kenyamanan.
menumbuhkan
Bermain,
prestasi,
kepercayaan diri.
Relaksasi Taman
Pelayanan
Pelindung, pendukung
Dibutuhkan
Pemakaman
Publik
ekosistem makro,
anggota
(umum)
(umum),
‘ventilasi’ dan ‘pemersatu’
menghilangkan
Keindahan
ruang kota.
‘angker’.
Produksi,
Kenyamanan spasial,
Peningkatan produktivitas
Estetika,
visual, audial dan thermal,
budidaya
Pelayanan
ekonomi.
pertanian.
Pelayanan masyarakat dan
Pelestarian, perlindungan,
Pertanian Kota
seluruh masyarakat, rasa
tanaman
Publik (umum) Taman (Hutan)
Konservasi,
Universitas Sumatera Utara
Kota/
Pendidikan,
penyangga lingkungan
dan pemanfaatan plasma
Perhutanan
Produksi
kota, wisata alam, rekreasi,
nutfah,
keanekaragaman
produksi hasil ‘hutan’:
hayati,
pendidikan
iklim mikro, oksigen,
penelitian.
ekonomi. Taman Situ,
Konservasi,
Keseimbangan ekosistem,
Pelestarian SD-air, flora &
Danau, Waduk,
Keamanan
rekreasi (pemancingan).
fauna (budidaya ikan air tawar).
Empang Kebun Raya,
Konservasi,
Keseimbangan ekosistem,
Pelestarian plasma nutfah,
Kebun Binatang
Pendidikan,
rekreasi, ekonomi.
elemen khusus Kota Besar,
(nursery)
Penelitian
Taman Purbakal
Konservasi,
Reservasi, perlindungan
‘Bangunan’
Preservasi,
situs, sejarah – national
elemen taman.
Rekreasi
character building.
Keamanan
Penunjang iklim mikro,
Pengaman:
thermal, estetika.
lintas, Rel KA, jalur listrik
Jalur Hijau Pengamanan
Kota Madya. sebagai
Jalur
lalu-
tegangan tinggi, kawasan industri,
dan
‘lokasi
berbahaya’ lain. Taman Rumah
Keindahan,
Penunjang iklim mikro,
Pemenuhan
kebutuhan
sekitar bangunan
Produksi
‘pertanian subsistem’:
pribadi
(privacy),
gedung - tingkat
TOGA (tanaman obat
penyaluran ‘hobby’ pada
‘Pekarangan’
keluarga)/apotik hidup,
lahan
karangkitri (sayur dan
memenuhi
buah-buahan).
keluarga
terbatas,
mampu kebutuhan
secara
berkala
dan ‘subsistent’’.
Universitas Sumatera Utara
Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003), beberapa kebijakan umum dalam mewujudkan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut: 1. Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan yang secara alami/peka dan dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti daerah pantai, resapan air, penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagainya. 2. Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai tujuan diadakannya ruang terbuka hijau dalam menunjang kelestarian lingkungan. 3. Mengusahakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan standard perencanaan untuk memperoleh ruang terbuka hijau serba guna, perpetakan ruang-ruang parkir, ruang-ruang antar bangunan dan sebagainya. 4. Melaksanakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk tercapainya lingkungan hijau lebih merata secara ketat. Kerberadaan ruang terbuka hijau di kota Medan terdiri atas: 1. Taman kota merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan nyaman yang dapat menimbulkan ketentraman dan keindahan kota. 2. Hutan kota merupakan kawasan di dalam kota yang didominasi oleh berbagai jenis pohon yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan juga sebagai tempat pelestarian berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran.
Universitas Sumatera Utara
3. Taman perkantoran. Perkotaan di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Halaman ini bila ditata dengan baik maka akan dapat menjadi taman yang sangat indah. Dengan adanya taman yang indah akan menciptakan suasana yang nyaman dan segar bagi perkantoran itu sendiri maupun para pekerja di dalamnya. Selain itu taman tersebut dapat menahan debu-debu yang beterbangan di sekitar wilayah perkantoran. 4. Taman rumah adalah taman yang letaknya di pekarangan rumah tingga. Taman ini biasanya dibuat oleh penghuni rumah. Fungsi dari taman rumah adalah sebagai penambah keindahan rumah itu sendiri a. Berm jalan merupakan jalur hijau yang dapat dijumpai di media jalan atau di tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan kiri jalan. Sering juga dijumpai jalan yang kanan kirinya telah dibuat jalur khusus untuk pejalan kaki masih juga ditanami pohon-pohon. b. Daerah aliran sungai. Penghijaun di daerah sungai bermanfaat untuk menguatkan tebing sungai. Sungai yang ditanami pepohonan akan terlihat rapi dan indah sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi dan menciptakan pemandangan yang asri bagi yang melintas di sepanjang sungai tersebut (Dinas Pertamanan Kota Medan, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan Dinas Pertamanan Kota Medan (2003) luasan taman di Kota Medan adalah 176,631.70 m2 yang meliputi taman, taman planting box, taman median jalan, taman berm jalan, dan pot-pot tanaman hias.
Universitas Sumatera Utara
Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh infomasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan manganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillessand dan Kiefer, 1990). Sedangkan oleh Janssen dan Huurneman (2001) mendefenisikannya sebagai informasi yang diperoleh dari data visual yang mewakili sebagian dari permukaan bumi. Dalam proses pengideraan jauh (remote sensing) melibatkan tujuh elemen penting, yaitu: 1. Sumber energi yang menyediakan energi elektromagnetik ke target interes. 2. Radiasi dan atmosfer yang merupakan perjalanan energi dari sumber ke targetnya dan sebaliknya. Energi mengalami kontak dengan target dan berinteraksi dengan atmosfer yang dilewatinya. 3. Interaksi denga target. 4. Perekaman enrgi oleh sensor. 5. Transmisi, penerimaan dan pemrosesan oleh stasiun pengolahan dan data diolah menjadi citra (hardcopy atau digital). 6. Interpretasi dan analisis yang mengelolah citra dengan interpretasi secara visual atau digita; untuk mengektrasi informasi tentang target. 7. Aplikasi yaitu pengaplikasian informasi tentang target untuk pemecahan masalah (Howard, 1996). Penginderaan elektromagnetik.
jauh
bergantung
Gelombang
pada
elektromagnetik
panjang bervariasi
energi
gelombang
bentuk
panjang
gelombangnya. Cahaya matahari berperan dalam penggunaan sensor pada
Universitas Sumatera Utara
pengideraan jauh. Sebagian sensor dapat mendeteksi energi yang diemisikan bumi (Janssen dan Huurneman, 2001).
Sistem Satelit Penerapan satelit penginderaan jauh dalam bidang kehutana secara efektif dimulai dengan diluncurkannya Teknologi Sumberdaya Bumi Amerika Serikat (Earth Resources Tecnological Sattelite/ERTS1) pada tahun 1972, yang kemudian diberi nama Lansat (Howard, 1996). Dalam pemilihan citra untuk kegiatan penelitian maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Resolusi spektral, merupakan interval panjang gelombang khusus pad spectrum elektromagnetik yang direkam sensor. 2. Resolusi spasial merupakan ukuran yang terkecil dari obyek yang dapat dibedakan oleh sensor atau ukuran daerah yang dapat disajikan oleh setiap piksel. 3. Resolusi radiometrik yang ditunjukkan oleh jumlah nilai data yang dimungkinkan pada setiap band 4. Resolusi temporal yang ditujukkan dengan seringnya citra merekam suatu daerah yang sama (Riswan, 2002).
Satelit Landsat Landsat didesain untuk menangkap informasi yang ada di permukaan bumi (terutama tentang penutupan daratan). Landsat merupakan kombinasi dari sensor-sensor yang memiliki band spektral khusus untuk pengamatan bumi, fungsi resolusi spasial dan memiliki cakupan areal yang luas. Sejumlah sensor
Universitas Sumatera Utara
landsat antara lain Return Beam Vidicom (RBV), camera sistem, Multi Spektral Scanner (MSS) Sistem, dan Thematyc Mapper (TM). Sensor yang paling popular adalah MSS dan yang paling mutakhir adalah TM (Riswan, 2002). Thematic Mapper merupakan salah satu jenis sensor penginderaan jauh satelit. Memiliki alat scanning mekanis yang merekam data dengan cara scanning permukaan bumi dalam jalur-jalur (baris), 6 baris secara simultan (six-line scan). Thematic Mapper juga mempunyai resolusi spektral (7 band), spatial (30 m x 30 m) dan radiometrik (8 bit) yang lebih baik (Jaya, 2002). Karakteristik dari Landsat Thematic Mapper adalah sebagai berikut: 1. Band 1, (0,45 – 0,52 μm dirancang untuk penetrasi air, sehingga bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai. Juga berguna untuk membedakan tanah dengan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan konifer. 2. Band 2, (0,52 – 0,60 μm),rirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak bagi vegtasi guna penilaian ketahanan. 3. Band 3, (0,63 – 0,69 μm), saluran absorpsi yang penting untuk diskriminasi vegetasi. 4. Band 4, (0,76 – 0,90 μm), bermanfaat untuk menetukan kandungan bimasa dan untuk deliniasi tubuh air. 5. Band 5, (1,55 – 1,75 μm), menunjukkan kandungan kelembapan vegetasi dan kelembapan tanah. Juga bermanfaat untuk membedakan salju dan awan. 6. Band 6, (10,40 – 12,50 μm), saluran inframerah termal yang penggunaannya untuk analisis pemetaan vegetasi, diskriminasi kelembapan tanah dan pemetaan termal.
Universitas Sumatera Utara
7. Band 7, (2,08 – 2,35 μm), saluran yang diseleksi karena potensinya untuk membedakan tipe batuan dan untuk pemetaan hidrotermal (Lo, 1996).
Analisis Citra Lansat Dalam melakukan analisis citra, dapat dilakukan secara digital dan visual. Howard (1996) mendefenisikan analisis citra visual sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identidikasi obyek. Analisis visual menunjuk pada kemampuan pandang binokuler yang dimiliki oleh mata manusia. Pada dasarnya intepretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan idenstitas obyek dan elem yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan atri pentignya obyek dan elemn tersebut. Sedangkan unsur-unsur interpretasi citra terdiri dari: rona dan warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi dan konvergensi bukti (Lo (1976) dalam Sutanto (1994). Oleh Umali (1973) dalam Sutanto (1994) menyatakan bahwa setiap wujud pada citra mula-mula tampak melalui rona dan tau warnanya. Penafsir citra mulai dengan mendeteksi rona atau warna pada citra. Ia menarik garis batas bagi kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkan dari yang lain. proses ini disebut analisis citra. Sedangkan interpretasi citra terdiri dari pengenalan jenis obyek dan polanya. Langkah kerja dalam interpretasi citra menurut Lo (1976) dalam Sutanto (1994) sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5. Teorisasi Menyusun teori atau menggunakan teori yangada pad disiplin yang bersangkutan
2. Merumuskan identitas obyek dan elemen Berdasarkan karakteristik citra seperti rona, warna, pola, tekstur, situs, bentuk dan ukuran
Interpretasi Citra
1. Deteksi
4. Klarifikasi Melalui serangkain keputusan, evaluasi, dsb berdasarkan kriteria yang ada
3. Mencari arti melalui proses analisis dan deduksi
Gambar 1. Diagram Proses Interpretasi Citra Menurut Lo (1976) dalam Sutanto (1994)
Universitas Sumatera Utara
Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Irwan, 1992). Di dalam total peredaman cemaran udara oleh lingkungan terdapat komponen peredaman cemaran udara vegetasi hijau, termasuk hutan kota. Kemampuan hutan kota dalam memberikan sumbangan kepada proses peredaman cemaran didekati dengan menggunakan peubah-peubah yang menyangkut keragaan dan kinerja kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota, mencakup sifatsifat fisik dan sifat-sifat fisiologis serta metabolistik tumbuhan, satu diantaranya adalah biomassa (B dalam satuan ton), untuk semua kelompok tumbuhan di dalam setiap jenis hutan kota, diduga berdasarkan peredaman CO2 oleh hutan kota, yang pada hakekatnya merupakan penggunaan konsumtif CO2 oleh vegetasi pembentuk hutan kota dalam proses fotosintesis (Dirjen Penataan Ruang, 2007). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan
Universitas Sumatera Utara
karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (IPCC, 1995). Biomassa atau bahan organik adalah produk fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, butir-butir hijau daun berfungsi sebagai sel surya yang menyerap energi matahari guna mengkonversi karbon dioksida (CO2) dengan air (H2O) menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen (CHO). Senyawa hasil konversi itu dapat berbentuk arang (karbon), kayu, ter, alkohol dan lain-lain (Kadir, 1995). Biomassa vegetasi bertambah karena menyerap karbon dioksida dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman (Kusmana et al, 1992).
Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran. Pemasukan data ke dalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan tabulasi. Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan analisa data dilakukan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data spasial, mengkaitkan data tabuler ke data raster, tumpang susun peta yang meliputi map crossing, tumpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis adalah informasi spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu
Universitas Sumatera Utara
tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara operasional (Anonim, 2002). Pengunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam manajemen sumberdaya alam menjadi umum digunakan pada sepuluh tahun terkhir ini. Hal ini dikarenakan sifat efesien SIG dalam menganalis secara luas dan penggunaan teknologi komputer dan softwarenya yang menguntungkan (Bettinger dan Michael, 2004). Data Sistem Informasi Geografis (SIG) dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau data tabular. Data grafis adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan obyek di permukaan bumi. Sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut (Nuarsa, 2005). Menurut de By (2001) ada tiga langkah dalam mengolah data geografis, yaitu: 1. Persiapan data dan bagiannya: merupakan langkah awal dalam mengumpulkan dan mempersiapkan data untuk dimasukkan dalam sistem. 2. Analisis data: merupakan langkah kedua dalam mengumpulkan data untuk ditinjau ulang. 3. Presentasi data: merupakan langkah akhir sebagai hasil yang akan dipresentasikan. Dalam kaitannya dengan inderja, informasi yang diturunkan dan analisis penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG (Howard, 1996). Menurut Budiyanto (2002) sata SIG sebagian besar berasal dari dat penginderaan jauh baik satelit maupun teresterial
Universitas Sumatera Utara
terdigitasi, dan hasil survei teresterial (uji lapangan) serta data-data sekunder lain yang terpecaya. Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang tersimpan dalam basis data.
Universitas Sumatera Utara