4
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Kota Ruang terbuka atau ruang publik merupakan ruang yang diperlukan warga untuk melakukan kontak sosial. Ruang ini dapat berupa pekarangan umum, lapangan, alun-alun dan lain sebagainya. Bantaran sungai dapat dikatakan sebagai ruang terbuka karena pemanfaatannya. Pemanfaatan bantaran itu dapat dijadikan sebagai lapangan, rekreasi atau tempat bermain untuk musim-musim tertentu. Kawasan perairan merupakan salah satu sarana dan wadah yang vital bagi manusia dari dulu hingga sekarang. Sejarah perkembangan daerah-daerah urban di berbagai penjuru dunia menyebutkan bahwa perairan adalah salah satu sarana tertua dan terpenting dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Berbicara mengenai kawasan perairan, tidak bisa terlepas dari kawasan di sepanjang tepian perairan tersebut. Kawasan di tepian perairan tentu saja menjadi pusat kegiatan yang strategis, ramai dan sangat diminati (Budihardjo, 1997). Ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian aliran sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya serta hamparan banjir), greenways (jalan bebas hambatan, jalan di taman, jalan setapak, koridor transportasi, jalan sepeda dan jogging track), taman kota dan area rekreasi serta ruang terbuka penunjang lainnya (reservoir, hutan kota, kolam renang, lapangan golf, lapangan olahraga dan lain-lain). Dalam suatu perkotaan ruang terbuka memiliki beberapa peran, diantaranya menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan sehingga memberikan unsur keindahan, menyediakan ruang terbuka hijau berupa tanaman yang mengurangi pencemaran serta memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya. Perencanaan open space, termasuk pertamanan, pada daerah ini dapat diarahkan untuk menampilkan pemandangan alami yang menarik dan dinamis sepanjang tepi air dan juga pemanfaatan elemen suara yang ditimbulkan oleh arus air. Sajian desain berorientasi pada tempat-tempat dimana elemen air digunakan secara intensif atau pada daerah tepian dimana ditampilkan struktur arsitektural berupa bentuk dan material dari elemen-elemen taman seperti jalur-jalur jalan dan elemen lainnya. Jalur kendaraan dan pedestrian direncanakan mengikuti aliran air
5
sehingga akan menghasilkan suatu tahapan sajian dalam suatu bentuk aktivitas pergerakan (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah sumberdaya, badan air berpotensi untuk kegiatan rekreasi di wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang tepinya. Badan air memiliki nilai, keindahan, yaitu pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan.
Bantaran Sungai Daerah sungai meliputi aliran air, alur sungai termasuk bantaran, tanggul dan areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai. Pemanfaatan daerah sungai baik untuk kepentingan perseorangan atau umum perlu memperhatikan adanya kepastian bahwa fungsi sungai tidak terganggu, misalnya waktu banjir air sungai masih dapat mengalir dengan lancar dan tidak mengganggu fungsi bangunanbangunan seperti tanggul, tebing, pintu-pintu air dan sebagainya (Sosrodarsono dan Tominaga, 1994) Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga (buffer) daerah pengelolaan air, berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri badan sungai. Kawasan ini dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang secara alami air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang kala bentuknya berkelok-kelok. Penutupan vegetasinya spesifik (riparian), membentuk satuan ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan jenis batuannya, bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan nutrien dan sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya. Lanskap bantaran sungai merupakan kawasan perbatasan yang tidak saja penting secara ekologis karena kekayaan jenisnya atau fungsinya sebagai koridor alami, tetapi juga potensial dikembangkan sebagai kawasan rekreasi karena memberikan kenyamanan pengalaman bagi seseorang. Kawasan bantaran sungai merupakan suatu kesatuan lahan yang letaknya berbatasan langsung dengan tepian air sungai, yang masih memiliki pengaruh dominan karakteristik lingkungan tepi air baik secara morfologis, maupun ekologis (Wikantiyoso, 2009).
6
Jakarta sebagai kota yang memiliki banyak sungai, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan permukiman, serta menjadikan halaman muka bangunan dan wajah kota. Meski memakan waktu yang lama, upaya revitalisasi bantaran sungai harus diikuti sosialisasi yang mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara sukarela bergeser (bukan tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif. Setelah itu, bantaran sungai (dan juga bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang) dapat dikembangkan sebagai taman penghubung antar-ruang kota (urban park connector). Warga dapat berjalan kaki atau bersepeda menyusuri sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian (kantor, sekolah, pasar) dengan aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan lanskap tepi sungai. Pengoperasionalan perahu air sebagai alat transportasi air kota (waterway) dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola transportasi makro terpadu Jakarta (Joga, 2010). Sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi kawasan tepian sungai sebagai kawasan lindung namun tetap dapat dimanfaatkan oleh warga kota sebagai suatu kawasan yang berfungsi sosial maka perlu adanya konsep penataan kawasan tepian sungai. Tingginya kebutuhan ruang aktivitas serta adanya kompetisi dalam pemanfaatan lahan di perkotaan mengakibatkan naiknya nilai ekonomis lahan, terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai komersial maupun strategis, yang pada akhirnya menyebabkan tekanan dan penghancuran terhadap kawasan yang berkaitan dengan keberadaan ruang-ruang terbuka publik yang ada di perkotaan. Ruang-ruang terbuka publik seperti alun-alun, taman, tempat bermain, lapangan olahraga, lenyap satu per satu berganti dengan bangunan dan perkerasan. Semakin langkanya ruang terbuka di perkotaan berarti akan semakin berkurang pula ruang-ruang publik yang sangat dibutuhkan oleh warga kota akan kebutuhan sosial dan psikologis. (Budihardjo, 1997).
Masyarakat Tepi Sungai Kehidupan masyarakat tepi sungai identik dengan budaya dan faktor kemiskinan. Sungai merupakan urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat. Air sungai dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari, minum,
7
memasak, mencuci dan kakus. Sungai merupakan sarana transportasi dan sumber penghidupan. Sebagian besar masyarakat tidak punya pilihan lain dan tetap mengandalkan air sungai untuk keperluan sehari-hari akibat faktor kemiskinan. Pembangunan tidak memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bahkan, masyarakat sepanjang tepi sungai justru menerima dampak kerugian berupa bencana banjir dan kekeringan, pencemaran sungai, rusaknya tatanan sosial budaya dan ekonomi warga (Susanto, 2010). Orientasi pola kehidupan masyarakat juga mulai mengalami perubahan, yang dahulu menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan, orientasi hidup dan identitas diri (budaya sungai), sekarang sebagian dari mereka sudah mulai berorientasi ke daratan (budaya darat) dan meninggalkan kehidupan sungainya, menjadikan sungai sebagai bagian belakang rumahnya. Akibatnya terjadi penurunan hingga kerusakan lingkungan berupa pendangkalan, penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan. Di Indonesia, rumah di pinggiran sungai tidak tertata, seadanya, jemuran menggantung di mana-mana. Penggusuran sering menjadi isu menakutkan masyarakat pinggiran sungai karena menyalahi aturan. Peraturan Pemerintah no.35 tahun 1991 menyebutkan, sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk kanal, yang sangat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sungai dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai (Savitri, 2009). Kota-kota di pinggir sungai dan tepi pantai di dunia yang sukses dalam penataannya antara lain : Bangkok-Thailand, Istanbul-Turki dengan Sungai Bosfurus, Shanghai-Cina yang dalam dua tahun mengubah sungainya atau Venesia di Italia yang terkenal dengan wisata kanal membelah kota. Singapura pun dalam waktu yang singkat berhasil mengubah pinggiran sungai menjadi tempat piknik yang nyaman (Yoga, 2008). Sebuah penelitian yang bertajuk "Community Participation in Riverfront Development" ("Partisipasi Komunitas dalam Pengembangan Muka Sungai")
8
dilakukan di kawasan tepi Ohio River, sebuah sungai di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Pada penelitian tersebut, masyarakat diajak berpartisipasi untuk merancang ulang wilayah tepi sungai Ohio melalui proses brainstorming, survey, serta workshop yang akhirnya menghasilkan sebuah proposal desain ulang kawasan tepi sungai sebagai objek rekreasi dan pusat aktivitas masyarakat. Proyek ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh pelibatan masyarakat dalam pembangunan lingkungan tepi sungai yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga berkelanjutan. Pelibatan masyarakat dalam upaya pemerintah untuk melestarikan lingkungan melalui kegiatan semacam ini tentu akan lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam memelihara dan menjaga fasilitas tersebut (Noviansyah, 2009).
Kanal Kanal adalah terusan buatan yang merupakan badan air selain sungai. Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Ada dua tipe kanal, yaitu (1) kanal irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air dan (2) waterway, yaitu kanal transportasi yang dapat dilayari untuk lintasan orang orang maupun barang dan seringkali terhubungkan dengan danau, sungai dan lautan. Beberapa kanal waterway merupakan sungai yang dikanalkan dengan cara melebarkan sungai maupun memperdalam beberapa bagian dengan kapal keruk dan membangun pintu air. Kanal, sungai, dan alur air (stream, creek) merupakan contoh dari lingkungan lotik atau model air yang mengalir. Faktor utama yang berpengaruh terhadapa aliran air lingkungan lotik ini menurut Nurisjah (2004) adalah : a. Kecepatan aliran, b. Turbiditas, dan c. Suhu. Dalam perencanaan penggunaan lahan dalam kaitannya dengan sungai dan badan air, tujuan yang wajar jika mengambil keuntungan dengan pendekatan manfaat. Secara umum, bagian dari lanskap Amerika dihubungkan dengan sistem jaringan kanal, bahkan beberapa telah beroperasi sejak zaman kolonial, namun ada juga yang telah lama ditinggalkan. Ketika ditemukan kembali dan diaktifkan
9
di pedesaan atau perkotaan, kanal tersebut dilengkapi dengan jalur bersepeda di sepanjang sisinya sehingga menjadi fasilitas yang berharga bagi masyarakat sekitarnya. Manusia memiliki ketertarikan pada air. Ini adalah kecenderungan alami ketika manusia memiliki keinginan untuk berjalan kaki di sepanjang tepi sungai atau jalur, untuk beristirahat di tepi sambil menikmati pemandangan dan suara, serta untuk melintas ke tepi yang lainnya. Keinginan ini harus diakomodasi dalam perencanaan tapak. Jalur pergerakan akan disesuaikan untuk memberikan berbagai pandangan dan eksplorasi visual dari elemen air. Pada titik dimana penggunaan air intensif atau di mana terdapat pertemuan tanah dan air, maka harus diberikan perlakuan arsitektur yang lebih, bentuk dan bahan jalur dan daerah digunakan akan menjadi lebih struktural juga (Simonds dan Starke, 2006). Upaya pertama yang berhasil di Amerika Serikat, yakni upaya yang menjadi model bagi proyek sungai perkotaan lainnya, adalah River Walk di San Antonio, Texas. Menarik untuk diperhatikan bahwa pemuka masyarakat di San Antonio pernah mempertimbangkan untuk menutup bagian saluran San Antonio River ini dengan beton dan memperlakukannya terutama sebagai saluran buangan yang sangat besar guna mengurangi bahaya banjir di kota tersebut. Untungnya, terdapat juga kelompok masyarakat yang menentang penutupan sungai tadi, dan melalui usaha mereka, saluran tersebut bukan hanya diselamatkan melainkan diubah menjadi fasilitas taman kota yang paling berharga. Pada dasawarsa yang lalu dan sebelumnya, banyak proyek serupa telah dilaksanakan di kota lain, termasuk Boston, Baltimore, dan New Orleans (Catanese dan Snyder, 1996).
Kanal Banjir Timur Kanal Banjir Timur direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Kanal dengan panjang 23,5 km dan lebar 100 meter hingga 300 meter ini akan melintasi 13 kelurahan (dua kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur). Inti konsep dari pembuatan Banjir Kanal Timur ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
10
Rencana perbaikan tata air bagi Kota Jakarta yang disusun oleh Van Breen pada tahun 1920 ini adalah usaha pertama yang dilakukan di Jakarta. Rencana ini bersifat jangka panjang dan memerlukan penjabaran lebih lanjut sejalan dengan perkembangan kota. Kanal Banjir (Terusan Banjir) adalah inti dari tahap permulaan bagi usaha pengendalian banjir sekaligus pengamanan pasokan air guna memenuhi kebutuhan pembersihan kota di musim kemarau. Kanal Banjir Barat yang sudah ada mengelakkan arus banjir dari Kali Ciliwung ke arah barat, sedangkan Kanal Banjir Timur mengelakkan arus banjir dari Kali Cipinang ke arah timur. Kedua terusan ini menangkis dan menampung secara langsung atau tidak langsung beberapa sungai dalam perjalanannya masing-masing ke laut. Akhirnya pada tahun 1970-an, berkat bantuan hibah Negara Belanda, tersusun suatu Master Plan bagi tata air Jakarta yang meliputi dua unsur inti : a. Terusan Banjir Barat b. Terusan Banjir Timur Kedua-duanya adalah alur buatan yang mengitari wilayah Kota Jakarta seakan-akan suatu tembok benteng yang menangkis serangan arus banjir dari selatan dan mengelakkannya mengelilingi kota langsung ke laut. Dua terusan tersebut tidak hanya berperan sebagai pengelak banjir tetapi juga sebagai reservoir guna memasok air ke kota pada musim kemarau (Soehoed, 2004).
Rekreasi Rekreasi
merupakan
aktivitas
penggunaan
waktu
luang
yang
menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar ruangan. Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan juga penyembuhan bagi seseorang sehingga pada kelanjutannya dia dapat kembali bekerja dengan lebih baik (re-creation). Rekreasi ini direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan yang lebih memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik (olahraga, berjalan-jalan) dan juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan kenyamanan.
11
Untuk menghasilkan suatu rencana area rekreasi yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dianalisis : a. potensi dan kendala sumberdaya tersedia, b. potensi pengunjung, c. kebijakan
dan
peraturan
yang
terkait
dengan
sumberdaya
dan
penggunaannya, dan d. Alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan. Merencanakan suatu lanskap untuk kawasan rekreasi, terutama rekreasi luar-ruang (outdoor recreation, rekreasi alam), adalah merencanakan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dan terbaik pada suatu sumberdaya lanskap yang tersedia (lanskap yang berbukit, pesisir, perkampungan, dan lainnya). Hal ini terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya, terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka atau unik. Program rekreasi di luar ruangan atau dalam ruangan, umumnya direncanakan untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan, kanyamanan dan kepuasannya. Kategori aktivitas rekreasi ini antara lain mencakup aktivitas berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar, ski air), aktivitas sosial (olah raga, berkemah, piknik), aktivitas estetik atau artistik (fotografi, melukis, melihat dan menikmati pemandangan), aktivitas yang bersifat petualangan (mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, outbond), dan aktivitas untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu. Dalam kaitannya dengan pengunjung, maka perilaku dan keinginan pengunjung harus diperhatikan untuk menjamin keberlangsungan kawasan rekreasi yang direncanakan. Aktivitas dan fasilitas yang direncanakan, selain untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk menjaga kelestarian kawasan rekreasi (Nurisjah dan Pramukanto, 2008). Gold (1980) menggolongkan rekreasi dalam empat kategori : 1. Rekreasi fisik, yaitu bentuk rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam melakukan aktivitas rekreasi,
12
2. Rekreasi sosial, yaitu bentuk rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan aktivitasnya, 3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan , pendidikan dan estetika, 4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang memanfaatkan sumber daya alam, seperti tanaman, air dan pemandangan.
Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal Nurisjah dan Pramukanto (2008) menyatakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui kegiatan pemecahan masalah dan merupkan proses pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Perencanaan yang baik merupakan proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang satu sama lain. Proses ini merupakan alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan tapak pada saat awal, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model terbaik yang diinginkan pada tapak. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan. Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan dimana pada tahapan ini perencanaan harus dapat memperhatikan, menafsirkan dan menjawab berbagai kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain, proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain tentang keinginan pemakai atau pemilik. Simonds dan Starke (2006) juga menyatakan bahwa proses perencanaan merupakan suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Hal-hal yang harus dilestarikan antara lain pemandangan dari suatu lanskap, ekosistem serta unsur-unsur yang langka untuk mencapai penggunaan terbaik dari suatu lanskap.
13
Dalam bentang alam atau lanskap, air merupakan salah satu unsur penentu utama dari kelangsungan fungsi dari suatu badan air, terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan badan air tersebut dalam suatu tatanan fungsional lanskap. Perencanaan, perancangan dan pengelolaan lanskap yang berdasarkan suatu sistem badan air yang sesuai dan baik serta bernilai secara arsitektural, yaitu fungsional dan estetis, haruslah dilandasi dengan pengetahuan terhadap bentuk, ciri dan karakteristik serta perilaku badan air, dan juga kondisi airnya secara alami. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan lanskap tepian badan air antara lain : 1. meminimumkan gangguan seperti terhadap stabilitas lereng dan mencegah erosi, 2. memelihara aliran air, antara lain dengan menghindari pembuatan struktur yang dapat menghalangi aliran air, 3. desain harus tahan terhadap keadaan yang paling buruk, 4. mempertimbangkan kemungkinan terjadinya luapan air, misalnya dengan memperhatikan banjir 50 tahunan. 5. desain perkerasan yang fungsional dan tidak licin, 6. pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan keadaan cuaca dan tahan terhadap air, dan 7. mencegah adanya aliran permukaan yang mengandung bahan pencemar yang masuk mengikuti aliran air. (Nurisjah dan Pramukanto, 1995) Untuk
dapat
memanfaatkan,
mempertahankan
dan
melestarikan
keberadaan berbagai sumberdaya air ini maka terlebih dahulu haruslah diketahui bentuk, ciri dan karakter, potensi dan kendala, serta berbagai bahaya (hazards, danger signals) yang potensial atau mungkin ditimbulkan oleh badan-badan atau wadah air ini. Disamping berbagai hal ini, maka sifat-sifat yang penting dari kelestarian dan estetika air yaitu sifat fisik, kimia dan biologis air harus juga diketahui dimana ketiganya dapat merupakan indikator utama dan penentu dari rencana pemanfaatan dan penataan (perencanaan dan perancangan) lanskap yang terkait dengan sistem badan air ini secara biofisik, termasuk juga rencana pengendalian dan pengelolaannya (Nurisjah, 2004).
14
Dalam penggunaan air, Simonds dan Starke (2006) mengemukakan tiga prinsip : (1) semua penggunaan yang berhubungan harus sesuai dengan sumberdaya air lanskap, (2) intensitas dari penggunaan yang diintroduksikan tidak boleh melebihi daya dukung atau toleransi biologis dari area daratan dan perairan, serta (3) kelestarian sistem alami dan sistem terbangun terjamin.