TINJAUAN RUANG TERBUKA SEBAGAI AREA REKREASI. STUDI KASUS: RUANG TERBUKA KOTA GORONTALO Dwi Nugraha Salim dan Rini Suryantini Departemen aristektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian dilakukan untuk mencari tahu kriteria ruang-ruang publik di kota Gorontalo yang dijadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat. Penelitan ini dilakukan berdasarkan fenomena dari kegiatan masyarakat yang menjadikan beberapa ruang publik bukan dengan peruntukan kegiatan rekreasi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi. Penelitan juga dikembangkan pada kondisi ruang terbuka dengan peruntukan rekreasi yang ada, untuk menunjukan kriteria-kriteria ruang terbuka yang berhasil. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dari wawancara terhadap pengguna ruang terbuka, kuesioner, observasi serta dokumentasi yang dianalisis berdasarkan teori dari studi literatur. Hasil dari peneltian menunjukan adanya kriteria-kriteria khusus yang membuat masyarakat Kota Gorontalo tertarik untuk berekreasi di suatu ruang terbuka. Kriteria yang dimaksud adalah potensi kualitas ruang lingkungan sekitar berupa lingkungan alami, keadaan eksisting dan fasilitas yang ada di suatu ruang terbuka yang berdampak pada keberhasilan suatu ruang publik kota. Kata kunci : Ruang terbuka, rekreasi, area rekreasi, kualitas ruang, Kota Gorontalo. A REVIEW OF OPEN SPACE AS A RECREATIONAL AREA CASE STUDY : OPEN SPACE OF GOROTALO CITY. Abstract This research is conducted to reveal the criteria of public places in Gorontalo which are potential for the citizens’ recreational spot. This research is done based on the the citizens’ tendency to turn a public space, not meant to be a recreational spot, into one. To show the criteria of a successful open space, this research focuses on the open space with recreational utility. Research data are gathered by interview with open space users, questionnaires, observation and analised documentation based on theories and text studies. Results shows specific criteria of an open space that attracts citizens of Gorontalo to recreate there. These criteria are the potential environment’s spatial quality which are natural environment, existing site, and facilities in open spaces that contribute to the success of an open city space. Key words: Open space, recreation, recreational area, quality of space, City of Gorontalo. 1 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Pendahuluan Sebuah kota merupakan hal yang sangat kompleks yang didalamnya terdapat beragam fungsi, tempat, dan elemen-elemen kota yang saling mendukung satu sama lain. Manusialah yang menjadi elemen yang paling penting dalam sebuah kota. Di dalam sebuah kota, manusia dapat melakukan aktivitas individu, berkeluarga, dan bersosialisasi. Oleh karenanya fasilitas di dalam kota haruslah dapat mendukung kegiatan-kegiatan ini, terutama untuk aktivitas bersosialisasi manusia dengan komunitas yang ada di sekitarnya. Hal ini juga mendukung kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang berarti manusia memerlukan sebuah komunikasi dengan makhluk lainnya untuk melangsungkan kehidupan. Ruang publik adalah salah satu fasilitas dalam kota yang dapat mendukung aktivitas ini.
Ruang publik yang dimaksudkan disini adalah sebuah ruang terbuka dimana akses masuknya tidak dibatasi, dan juga penggunaannya dapat berupa sesuatu yang bebas yang bergantung pada penggunanya. Pernyataan ini juga dinyatakan oleh Halprin (1963), bahwa sebuah kota yang berkembang setidaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia akan lingkungan yaitu; ruang terbuka, udara, cahaya, dan kesempatan untuk bersosialisasi serta pemenuhan kebutuhan emosional. Dari pernyataan Halprin jelaslah bahwa ruang terbuka merupakan faktor penting dalam sebuah kota. Hubungan antara ruang terbuka dengan alam sekitarnya juga menjadi penting karena keduanya saling berkaitan dalam kualitas manusia yang hidup didalamnya. Untuk itu diperlukan sebuah perecanaan ruang publik dalam kota haruslah menjadi pertimbangan penting dalam sebuah perencanaan kota. Karena ruang terbuka ataupun ruang publik dalam kota dapat menentukan perkembangan sebuah kawasan kota baik itu perkembangan ke arah yang positif maupun sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh pengguna ruang publik itu sendiri yaitu manusia.
Mead (1971) menyatakan bahwa manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi antara anggota masyarakat. Pernyataan ini menunjukan adanya hubungan yang searah antara manusia dan ruang publik yang saling berpengaruh pada perkembangan sebuah kota. Untuk itu dibutuhkan sebuah perencanaan ruang kota dalam hal ini ruang publik yang sesuai dengan kebutuhan manusia yang hidup didalamnya. Saat kebutuhan-kebutuhan dasar ini muncul dalam ruang publik, maka alokasi ruang untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi penting.
2 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Dalam tulisan ini, kota Gorontalo menjadi bahasan utama untuk ruang terbukanya. Memiliki kedudukan sebagai provinsi baru, Gorontalo selalu melakukan pembangunan wilayah khususnya kota. Salah satu pembangunan yang paling dapat dirasakan masyarakat Kota Gorontalo adalah bertambahnya faslitas masyarakat maupun pemerintah seperti renovasi taman kota, pembuatan beberapa ruang-ruang publik yang baru, pembangunan beberapa infrakstruktur kota seperti jembatan yang menghubungkan antara daerah terpencil disekitar kota dan kawasan perkotaan dan beberapa pembangunan lainnya di bidang ekonomi maupun budaya.
Beberapa pembangunan ini menimbulkan pengaruh yang cukup besar pada keadaan sosial masyarakat terutama terhadap interaksi sosial. Salah satu contohnya adalah Taman Kota Gorontalo yang direnovasi. Masyarakat menjadi lebih tahu cara memanfaatkan ruang terbuka kotanya sehingga menjadikan aktivitas dalam kota lebih hidup dari sebelumnya. Dari anak SD sampai orang tua kini bisa terlihat menggunakan ruang terbuka kota. Ruang terbuka yang digunakan tidak hanya berupa ruang publik yang disediakan oleh pemerintah untuk mewadahi aktivitas dalam kota masyarakatnya, tetapi juga ruang publik yang tidak diperuntukan sebagai ruang berkumpul masyarakat seperti kantor gubernur, jembatan, pelabuhan, yang dijadikan sebagai ruang publik mereka sendiri. Beberapa dari ruang publik ini dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana rekreasi. Fenomena ini mengambarkan sebuah potensi yang dimiliki oleh ruang-ruang terbuka di dalam Kota Gorontalo untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat. Dari fenomenua ini saya mecoba merumuskan sebuah permasalahan tulisan saya dengan mencari tai kriteria ruang terbuka seperti apa yang menjadikan masyarakat Kota Gorontalo tertarik untuk melakukan aktivitas rekreasi di ruang terbuka di Kota Gorontalo ?
Metode penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diambil dari hasil pengamatan pribadi terhadap ruang terbuka, kuesioner serta wawancara dengan pengunjung ruang terbuka. Kemudian penulis juga menggunakan data sekunder dari buku-buku dan literatur lainnya sebagai bahan acuan untuk menganalisis data primer yang diperoleh.
3 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Hasil penelitian
a. Ruang Terbuka
Carr (1992) berpendapat mengenai defenisi ruang terbuka yang berarti sebuah wadah untuk aktivitas sosial yang melayani dan mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Sedangkan menurut Gehl (1987) dalam buku Woolley (2003) , ruang terbuka publik adalah sebuah ruang yang dimana didalamnya pengguna ruang tersebut dapat melakukan aktivitas sosial yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa definisi ruang terbuka adalah sebuah ruang yang dimana didalamnya tidak terdapat batasan waktu, akses, kegiatan dan individu ataupun kelompok yang ingin beraktivitas didalamnya sehingga ruang terbuka dapat dikatakan sebagai ruang publik.
Ruang terbuka merupakan bagian dari ruang publik kota yang berfungsi sebagai tempat bertemu berbagai unsur masyarakat. Carr (1992) menyebutkan hal-hal yang dicari oleh masyarakat dalam ruang publik:
1.
Comfort, ditentukan dari berapa lama orang menghabiskan waktunya di ruang publik.
2.
Relaxation, suasan yang tenang yang bisa membuat suasana rileks.
3.
Passive
engagement, kegiatan atau interaksi secara tidak langsung antara
pengguna dan lingkungan sekitarnya. 4.
Active engagement, kegiatan atau interaksi langsung yang dilakukan oleh pengguna ruang publik dengan lingkungan sekitar.
5.
Discovery, adanya pengalaman-pengalaman baru yang didapatkan yang akan menjadi nilai lebih dari ruang publik itu sendiri. Misalnya adanya sebuah acara atau festival yang membuat orang-orang sekitarn tertarik untuk mengunjungi ruang publik.
Beberapa hal di atas merupakan hal-hal dasar yang ingin dicari masyarakat di ruang terbuka. Apabila ha dasar ini terpenuhi maka perencanaan ruang terbuka yang akan menjadi penting. Perencenaan ruang terbuka yang baik juga merupakan kewajiban dasar pemerintah
4 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
untuk melayani masyarakatnya. Perencanaan ini juga harus mencakup tujuan dibuatnya ruang terbuka (Carr dkk, 1992) :
1.
Kesejahteraan Masyarakat Ruang publik yang mempehatikan penggunaan untuk pengunjung atau masyarakat seperti sirkulasinya, interaksi di dalamnya, dan juga sebagai tempat mereka merasa bebas dan santai.
2.
Peningkatan kualitas Visual (Visual Enhancement) Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan kualitas visual kota tersebut menjadi lebih manusiawi, harmonis, dan indah.
3.
Peningkatan kualitas Lingkungan (Environmental Enhancement) Kehadiran ruang terbuka dapat memberikan udara segar di tengah-tengah polusi.
4.
Pengembangan Ekonomi (Economic Development) Pengembangan ekonomi adalah tujuan yang umum dalam penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik.
5.
Peningkatan Kesan (Image Enhancement) Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam kerangka penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu ingin dicapai.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran sebuah ruang terbuka dalam kota dapat menjadikan kehidupan masyarakat didalamnya ataupun antar lingkungan sekitarnya semakin membaik baik itu lingkungan antar masyarakatnya ataupun antara masyarakat dan lingkungan alam sekitar. Kegiatan bersantai yang dapat dilakukan di ruang tebruka dapat menjadi tempat untuk menyegarkan kembali kondisi jiwa dan raga manusia dalam menjalani kehidupan kesehariannya. Kegiatan bersantai ini juga memicu terjadinya interaksi antara pengunjung sehingga menjadikan interaksi sosial dalam suatu masyarakat kota akan menjadi baik. Kondisi ruang terbuka yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau juga akan mempengaruhi kualitas ruangnya. Semakin baik kualitas ruang hijau yang ada pada ruang terbuka maka akan semakin mudah munculnya kesan yang akan menarik masyarakat untuk menggunakan ruang terbuka. Beberapa hal ini dapat menjadi indeks keberhasilan sebuah ruang terbuka yang berhasil. Adapun menurut Mehta (2007) yang menyebutkan indeks keberhasilan suatu ruang terbuka : 5 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
•
Intensitas penggunaan, yang didapat dari jumlah orang yang beraktivitas baik itu aktif maupun masif di ruang luar.
•
Intensitas aktivitas sosial, yang diukur dari jumlah orang yang berkegiatan dalam komunitas tertentu yang berkegiatan di ruang luar.
•
Durasi aktivitas, lama waktu yang dihabiskan oleh orang yang mengujungi ruang luar.
•
Variasi penggunaan, diukur berdasarkan keberagaman aktivitas yang dilakukan diruang luar.
•
Keberagaman pengguna, bergantung pada seberapa banyak varisasi pengguna ruang luar yang melakukan aktivitas didalamnya.
Indeks keberhasilan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan kuesioner kepada pengunjung ruang terbuka yang nantinya akan saya jadikan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan ruang terbuka. Sehingga akan diperoleh kategori apa saja yang mempengaruhi ruang di Gorontalo sehingga banyak diminati oleh masyarakat kota Gorontalo.
b. Rekreasi
Mungkin sebagian besar diantara kita sudah mengenal akan istilah rekreasi. Dari anak kecil hingga orang dewasa rata-rata telah mengalami yang namanya rekreasi. Rekreasi sendiri berasal dari bahasa latin, yakni re-creare, yang berarti membuat ulang, yang artinya berupa kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menyegarkan kembali kondisi fisik jasmani maupun rohani (Wikipedia, 2013).
Brightbill dan Meyer (1953) dalam bukunya memaparkan definisi rekreasi sebagai sebuah aktivitas yang dilakukan dengan sukarela pada waktu luang yang tujuan utamanya adalah untuk mencari kesenangan atau kepuasan pribadi. Selain itu rekreasi juga dapat menjadi media untuk merevitalisasi pikiran dan badan sehingga memberikan semangat yang baru untuk menjalani hidupnya. Sedangkan bagi mereka yang sakit, rekreasi dapat menadi sebuah media penyembuh untuk menyembuhkan penyakit dan untuk merehabilitasi bagi mereka yang membutuhkan. Dari beberapa defenisi dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan kegiatan rekreasi bukanlah hanya mejadi kegiatan membuang-buang waktu saja, tetapi dapat menjadi sesuatu hal yang dapat berguna bagi individu yang
6 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
mejalankannya. Hal ini dijelaskan lagi oleh Brightbill dan Meyer (1953) dan Haryono (1978) dalam tesis Tahir (2005) mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan rekreasi :
•
Kesehatan
•
Pendidikan
•
Karakter dan kewarganegaraan
•
Pencegahan kriminalitas
•
Moral
Dari pernyataan di atas semakin menguatkan kegunaan dari kegiatan rekreasi yang tentunya memiliki peran penting dalam kehidupan keseharian manusia. Kegiatan rekreasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang menentukan jenis kegiatan rekreasi yang akan individu lakukan. Faktor-faktor tersebut dikemukakan oleh Bovy dan Lawson (1997) yaitu :
• Faktor sosial ekonomi • Faktor jenis kelamin, umur dan keluarga • Faktor ketersediaan waktu luang • Faktor perubahan teknnologi
Rekreasi merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan sebuah wadah agar kegiatan ini dapat terjadi. Khususnya untuk kegiatan rekreasi outdor yang membutuhkan kriteria ruang tertentu agar kegiatan bersantai di waktu luangnya bisa berjalan sesuai keinginannya. Untuk itu sebuah kawasan rekreasi haruslah dapat mennyediakan suasana santai yang baik agar masyarakat dapat berkegatan di ruang terbuka dengan baik. Perpaduan yang baik antara halhal berikut dapat menjadikan sebuah kawasan rekreasi yang baik untuk dinikmati (M. Tahir, 2005) :
•
Sumber daya alam, yakni hubungan timbal balik antara unsur tanah, air, flora dan fauna.
•
Manusia (people), variasi komponen seperti usia, pekerjaan, tingkat pendapatan serta pendidikan.
7 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
•
Transportasi, yang menjadi penghubung dari kedua unsur diatas sehingga menjadi sebagai sebuah kegiatan rekreastif.
Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadikan sebuah kawasan wisata berkembang baik. Diantaranya adalah:
1.
Potensi yang tersedia. Potensi disini dapat berasal dari faktor alami, dan buatan. Adanya kondisi pemandangan alam yang indah, baik itu yang dihasilkan dari unsur darat maupun air akan menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar bakan turis.
2.
Kebijakan dan peraturan dari yang bertanggung jawab. Adanya sikap yang menyenangkan dari penanggung jawab suatu kawasan rekreasi dapat menjadi faktor pendukung keberlangsungan suatu kegiatan rekreasi. Salah satunya adalah perlakuan yang bijaksana, yang memudahkan pengunjung untuk meinkmati suatu kawasan rekreasi menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk kembali ke tempat ini.
3.
Perencanaan sebuah kawasan yang baik juga menjadi penting untuk menunjang keberhasilan
kawasan rekreasi. Perencanaan disini dapat berupa desainya yang
nyaman untuk pengunjung, dan kemudahan perawatan bagi pengelola.
Hasil penelitian
a. Taman Kota Gorontalo
8 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Tabel 1 : Hasil pengamatan ruang terbuka Taman Kota Gorontalo Gambaran umum
Merupakan hasil perenovasian yang membawa dampak baik bagi lingkungan sekitar.
Berada dikawasan komersial, rumah penduduk, Gambar 1fasilitas : Diagram aktivitas pengunjung dan non-pengunjung di Taman Kota umum, dan sekolah.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Fasilitas
Pagi 06:00 – 11:00 • Orang tua menenami anaknya bermain • Orang-orang yang beristirahat sehabis berolahraga • Pelajar yang mengunakan wifi
Taman bermain anak-anak Tempat duduk Tempat parkir Ruko Air mancur Tempat makan Pohon-pohon rindang Pos penjagaan Free Wifi
•
• • • • • •
Aktivitas Siang 12:00 – 17:00 Orang tua yang menemani anaknya bermain Pelajar menggunakan wifi Pasangan yang berpacaran Pedagang keliling Supir becak motor yang mencari penumpang Fotografi Sosialisasi komunitas
• • •
• • •
Malam 18:00 – 23:00 Pedagang makanan mulai buka Pengunjung warung makan Penggunaan taman bermain oleh orang dewasa Pasangan kekasih yang menikmati suasana Sosialisasi komunitas Ajang sosialisasi kaula muda
9 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Pagi 06:00 – 11:00
Siang 11:00 – 17:00
1. Aktivitas bermain anak-‐anak 2. Menggunakan tempat duduk untuk mengawasi anaknya, belajar, menggunakan free wifi. 3. Area parkir sebagai tempat berjualan pedagang k aki lima
Aktivitas bermain anak-‐anak 1. 2. Orang menggunakan free wifi ataupun duduk-‐duduk saja 3. Ingin berteduh 4. Menggunakan perpustakaan untuk belajar 5. Pedagang kaki lima di area parkiran 6. Persiapan pedagang makanan
Malam 18:00 – 23:00 1. Pedagang dan pengunjung di warung makan 2. Pasangan yang duduk-‐duduk di kursi taman 3. Aktivitas komunitas di area parkir 4. Aktivitas pengunjung yang bersosialisasi
b. Taman Buah Tabel 2 : Hasil pengamatan ruang terbuka Taman Buah Gambaran umum
Merupakan hasil renovasi dari sekolah SMK
Difungsikan sebagai ruang terbuka kota serta pasar buah-buahan untuk PKL buah-buahan yang berada di beberapa titik di kota Gorontalo
10 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
1. 2.
Fasilitas
3. 4. 5.
Pagi 06:00 – 11:00 • Lahan parkir dimanfaatkan untuk berkunjung ke tokotoko yang ada di sekitar Taman Buah
Pos jaga Tempat parkir yang luas dan parkir sepeda Tempat duduk Tanaman penghijauan Kolam kecil
Aktivitas Siang 12:00 – 17:00 • Masih tidak terlihat aktivitas pengunjung yang ramai. Tapi hanyalah warga yang parkir untuk ke bangunan komersial di sekitarnya
Malam 18:00 – 23:00 • Tidak ada perubahan yang signifikan antara waktu pagi dan siang. Keadaan Taman Buah masih terlihat sepi pengunjung.
c. Jembatan Talumolo II Tabel 3 : Hasil pengamatan ruang terbuka Jembatan Talumolo II Gambaran umum
Fasilitas umum yang digunakan warga sebagai area rekreasi.
Mempermudah distribusi barang dari pelabuhan barang ke daerah-daerah pedalaman di kabupaten Gorontalo
11 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
1. 2. 3. 4.
Fasilitas
Pagi 06:00 – 11:00 • Kegiatan lalu lintas mendominasi area jembatan ini
Jalan raya Bahu jalan sebagai area parkir Trotoar sebagai tempat rekreasi Warung makan
•
•
•
•
•
Aktivitas Siang 12:00 – 17:00 Di sore hari, pengunjung mulai berdatangan untuk menikmati pemandangan alam di sor hari Kegiatan parkir di bahu jalan mulai terlihat baik itu oleh mobil ataupun motor Kegiatan pengunjung berupa duduk di area trotoar sambil menikmati sunset Lalu linta sedikit melambat dikarekanakan lebar jalan yang mengecil Non-pengunjung berasal dari warga sekitar yang mencari pasir di sungai Bone untuk dijual
Malam 18:00 – 23:00 • Pengunjung yang datang secara berpasangan lebih dominan • Kegiatan yang dilakukan menikmati relatif sama • Warung makan mulai beroperasi serta sesekali pedagang keliling datang berkunjung
Sebagai perbandingan saya melakukan pengamatan yang sama terhadap jembatan lainnya yang kurang lebih kondisi eksistingnya mirip dengan jembatan ini. Area jembatan yang saya amati adalah Jembatan Talumolo I yang letaknya tidak cukup jauh dari jembatan Talumolo I. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan perbandingan kedua jembatan yang diamati.
12 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Perbandingan Jembatan Talumolo I dan Talumolo II Talumolo I sebagai ruang terbuka yang kurang rekreatif
Talumolo II sebagai ruang terbuka yang rekreatif
• Menghubungkan antara pelabuhan barang, • pelabuhan kota, dengan kawasan kota Gorontalo • Area disekitar kawasan jembatan didominasi oleh kawasan huni. Beberapa juga dijadikan sebagai area komersial. Di • hari-hari tertentu, di dekat jembatan ini dijadikan sebagai tempat pasar dadakan. • Aktivitas di sekitar kawasan adalah aktivitas warga sekitar yang melakukan kegiatan sehari-hari untuk hidup mereka, • seperti BAB, mandi, mencuci pakaian, serta aktivitas nelayan dengan perahu mereka. Aktivitas untuk non-warga hanya melewati jembatan ini saja. Sikulasi arus lalu lintas di jembatan ini terbilang cukup ramai, yang dikarenakan jembatan ini menghubungkan area kabupaten Bone bolango langsung ke kota Gorontalo. • View dari jembatan ini berupa hamparan sungai Bone dan rumah-rumah warga yang tinggal di lingkungan sekitar. •
Menghubungkan kantor gubernur kota Gorontalo, dan kota Gorontalo. Dapat juga dijadikan sebagai kalur cepat untuk perdistribusian barang dari pelabuhan ke kota Gorontalo. Area di sekitar jembatan ini adalah kawasan huni yang intensitasnya tidak sebanyak jembatan Talumolo I. Lebih terlihat ruang-ruang hijau yang masih alami. Kegiatan warga disekitar kawasan tidak begitu banyak, Warga hanya melakukan aktivitas mencari mencari pasir, dan beberapa anak kecil yang mandi di sungai. Untuk aktivitas non-warga, mereka datang ke jembatan ini utnuk menikati pemandangannya yang cukup terkenal di kota Gorontalo. Sirkulasi lalu lintas di area jembatan hanya ramai di jam-jam tertentu seperti jam pergi kantor dan pulang kantor. Pemandangan dari sini selain sungai Bone juga terdapat pemandangan matahari terbenam yang elok di sore hari.
Diskusi Dari pengamatan terhadap ketiga ruang terbuka di atas, dapat dilihat bahwa Taman Buah merupakan ruang terbuka yang paling sedikit mendapat minat pengunjung. Padahal secara fungsi, Taman Buah adalah ruang terbuka yang memang diperuntukkan sebagai tempat rekreasi. Lain halnya dengan jembatan Talumolo II, meskipun secara fungsi bukan merupakan tempat rekreasi, tapi masyarakat menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata dalam kota. Dan juga terdapat Taman Kota Gorontalo yang dalam hal ini memang diperuntukkan sebagai tempat rekreasi dan mampu menarik banyak minat warga. Taman Kota Gorontalo dapat dikatakan sebagai pembangunan ruang terbuka yang berhasil oleh pemerintah karena kehadirannya dapat mengurangi kriminalitas yang dulunya sering terjadi di tempat ini seperti halnya tindakan asusila, pencurian, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena keterbukaan Taman Kota. Keterbukaan yang dimaksudkan disini adalah 13 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
akses pandangan langsung dari jalan raya ke dalam Taman Kota yang dimana hal ini tidak terjadi di waktu sebelum renovasi. Pagar beton yang dihilangkan mejadikan taman ini jauh lebih lapang dan nyaman untuk ditempati serta memberikan rasa aman bagi pengunjung. Kemudian juga fasilitas yang disediakan mampu mewadahi aktivitas masyarakat kota di era sekarang. Fasilitas free-wifi yang dapat diakses langsung oleh pengunjung Taman menjadikan fungsi ruang publik sebagai wadah untuk pendidikan terpenuhi. Pengunjung dapat menggunakan fasilitas ini untuk mencari dan belajar dunia luar dengan menggunakan peralatan elektronik yang dimiliki. Selain itu, keadaan taman yang rindang sehingga sejuk dan nyaman untuk aktivitas belajar mengajar menjadikan sekolah-sekolah yang berada disekitar Taman Kota menggunakan taman ini sebagai kelas tambahan mereka. Adanya perpustakaan semakin menambah suasana mendidik untuk masyarakat Gorontalo. Adanya taman bermain anak menjadi daya tarik tersendiri bagi para orang tua untuk mengunjungi Taman Kota ini. Keinginan untuk menemani anak mereka bermain membawa dampak positif dalam hal sosialisasi dengan masyarakat yang menjadikan interaksi yang baik antar masyarakatnya. Selain itu suasana yang sejuk dikarenakan oleh pohon beringin yang mengelilingi taman menjadikan suasana di bawah pohonnya terasa sejuk sehingga mampu memberikan dampak yang positif pada kesehatan. Adanya petugas keamanan dan pos penjagaan yang selalu sedia selama 24 jam menjadikan rasa aman untuk beraktivitas di Taman Kota semakin baik. Adanya fasilitas yang memenuhi kebutuhan publik, menjadikan masyarakat tertarik untuk beraktivitas di dalam ruang publik. Adanya perencanaan yang baik serta kebijakan dari pihak pemerintah sebagai penyelenggara menjadikan Taman Kota Gorontalo sebagai pelopor contoh ruang terbuka yang baik untuk masyarakat Kota Gorontalo. Lain halnya dengan situasi di Taman Buah, yang secara fungsi bangunannya memiliki fungsi yang serupa dengan Taman Kota. Hampir sepanjang hari, situasi di taman ini selalu sepi pengunjung. Pengunjung hanya menggunakan lahan parkirnya saja untuk menuju ke bangunan komersial yang ada disekitar Taman Buah. Dilihat dari segi fasilitasnya, Taman Buah sudah cukup memenuhi kebutuhan dasar ruang publik. Namun, kondisi eksisting yang berada di sekitarjalan arteri Kota Gorontalo menjadikan ketidaknyamanan akan polusi kendaraan bermotor, panasnya terik matahari, serta keamanan yang kurang menjadikan minat warga untuk mengunjungi taman ini berkurang. Kebisingan sepanjang hari serta cahaya yang kurang di malam hari semakin menambah ketidak nyamanan untuk beraktivitas di ruang publik ini. 14 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Fungsinya sebagai pasar buah tidak terlihat sama sekali. Kebijakan yang kurang tegas dari pemerintah membuat perlakuan masyarakat pada ruang terbuka ini menjadi semenamena. Sehingga terdapat beberapa perbuatan vandalisme yang merusak pemandangan di area ini. Kurangnya pertanggung jawaban dari pihak penyelenggara menjadikan kehadiran ruang publik ini seperti menganggu yang seharusnya tidak demikian. Adanya keadaan ini menjadikan peneliti mengkategorikan ruang terbuka ini sebagai ruang terbuka yang kurang berhasil menarik minat pengunjung untuk menghabiskan waktu luangnnya. Serta menjadikan sebagai ruang terbuka yang kurang berhasil. Adapun ruang terbuka lainnya yakni jembatan Talumolo II yang secara fungsi bukan merupakan ruang rekreasi. Dari data perbandingan diatas dapat dilihat bahwa keberadaan lingkungan sekitar kawasan ruang terbuka memberikan pengaruh besar untuk menarik perhatian pengunjung. Kurangnya rumah tinggal dikawasan ini menjadikan area disekitar jembatan lebih alami, sehingga lebih menyatu dengan pemandangan alam yang dapat dinikmati dari jembatan. Ramainya pengunjung juga disebabkan oleh akses ke arah lokasi yang nyaman, sepi, dan bersih sehingga lebih menambah kepuasan untuk mereka yang ingin mengabiskan waktu luangnnya dengan merasakan sesuatu yang lebih alami. Dampak kesehatan juga dapat dicapai dari kegiatan rekreasi di tempat ini, karena keadaan eksisting di sekitar ruang terbuka ini masih tergolong alami, dimana belum terdapat pembangunan tinggi. Fasilitas yang kurang, menjadikan durasu waktu yang dihabiskan di tempat ini tidak terlalu lama. Jenis aktivitas yang mereka lakukan di tempat ini juga terbatas pada menikmari pemandangannya saja. Tapi hal ini tidak menjadikan nasib ruang terbuka ini sama dengan Taman Buah. Masyarakat masih lebih ingin berekreasi di Jembatan Talumolo II daripada Taman Buah. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada pengunjung di setiap lokasi ruang terbuka maka didapat data-data yang menunjukan presentasi keberhasilan suatu ruang terbuka dalam kota menurut Mehta (2007) pada Gambar 2 . Data di Gambar 2 menunjukan presentasi keberasilan suatu ruang terbuka dimana Taman Kota Gorontalo berada di urutan pertama sebagai ruang terbuka yang paling berhasil untuk menarik minat rekreasi masyarakat. Untuk itu penulis mengkategorikannya kedalam ruang terbuka yang berhasil atau rekreatif. Kemudian diikuti oleh Jembatan Talumolo II yang bukan diperuntukan sebagai area rekreasi. Selanjutnya terdapat Taman Buah yang sangat sedikit mendapat minat warga untuk melakukan kegiatan rekreasi, sehingga penulis mengkategorikannya kedalam ruang terbuka yang kurang rekreatif.
15 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Gambar 2: Diagram indeks keberhasilan menurut Mehta (2007) Sumber : Ilustrasi pribadi (2013)
Kesimpulan Sebuah kegiatan rekreasi yang dilakukan di waktu luang manusia, bukanlah hanya menjadi sebuah aktivitas yang membuang-buang waktu saja. Hal itu didasarkan pada nilainilai yang terkandung dalam kegiatan rekreasi itu sendiri, yakni dapat mengobati rasa jenuh individu yang didapatkan dalam kegiatan sehari-harinya. Kegiatan rekreasi dapat menjadi sarana yang baik untuk menghilangkan kejenuhan ini agar individu tersebut dapat merasa lebih nyaman, lebih kreatif, dan lebih lebih segar kondisi fisik dan mentalnya untuk melanjutkan kehidupannya menjadi lebih baik. Kebutuhan akan rekreasi dapat dipenuhi dimana saja, salah satunya adalah pada ruang terbuka. Di Kota Gorontalo, kebutuhan ruang terbuka untuk berekreasi dapat terjadi berlangsung pada ruang terbuka yang memang direncanakan untuk kegiatan rekreasi ataupun tidak. Hal ini terjadi karena pada ruang terbuka itu, kegiatan relaksasi masyarakat Kota Gorontalo dapat terpenuhi dengan adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung terjadinya kegiatan rekreasi yang menyenangkan. Selain itu, suasana yang alami dapat membantu sebuah kegiatan rekreasi dapat berlangsung dengan baik. Seperti halnya yang ada pada Taman Kota Gorontalo dan Jembatan Talumolo II. Kehadiran kedua ruang terbuka yang berhasil menarik minat masyarakat untuk melakukan kegiatan rekreasi, tentulah tidak lepas dari peran pemerintah sebagai penyelenggara dan masyarakat sekitarnya yang turut mendukung terciptanya ruang terbuka yang baik. 16 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Berbeda halnya dengan Taman Buah yang merupakan contoh ruang terbuka yang kurang berhasil. Adanya faktor kebijakan pemerintah yang kurang tegas memberikan fungsi ruang terbuka ini menjadikan Taman Buah disalah fungsikan oleh masyarakat. Masyarakat lebih nyaman menjadikan ruang ini sebagai tempat parkir dari pada tempat rekreasi karena kebutuhanya yang mendesak serta kondisi perencanaan Taman Buah yang buruk menjadikan ruang terbuka berubah fungsi dan tentunya merugikan pihak pemerintah itu sendiri.
Kepustakaan Buku Band-Bovy, Manuel dan Lawson, Fred. (1997). Tourism and Recreation Development. London : The Architectural Press Ltd..a New york: Pretince Hall Inc Brightbill, Charles K. 1961. Man and Leisure : A philosophy of recreation. New Jersey. Prentince-Hall, inc Carmona, et al. 2003. Public places – urban spaces, the dimension of urban design. Architectural press Carmona, et al. 2008. Public space: the management dimension. New York, USA. Routledge, Taylor&Francis group Carr, Stephen, Mark Francis, Leane G. Rivlin and Andrew M. Store. 1992. Public Space. Australia : Press Syndicate of University of Cambridge. Deasy, C. M dan Lassewell, Thomas E. 1985. Deisgning places for people. New york : Whitney Library of design Girling, Cynthia L. dan Helphand, Kenneth I. 1996 . Yard, Street, Park : Design for suburban open space Halprin, Lawrence. 1963. Cities. New york : Reinhold Publishing Corporation. Haryono, Wing .1978.Rekreasi parawisata dan entertaiment. Bandung. Ilmu publisher Mead, G. H. dan Morris, C. W. 1971. Mind, self, and society : From the Standpoint of a Social Behaviorist. Di edit oleh Charles W. Morris. Chicago: The University of Chocago press. 17 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013
Nazzarudin, Ir. 1994. Penghijauan Kota. Jakarta : Penerbit Swadaya Wooley, Hellen. 2003. Urban open spaces. New york : Spoon press White, William H.
2005. How to turna place around. New york. Project for public space
inc. Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Parawisata. Bandung : Angkasa Bandung Jurnal Mehta. 2007. A toolkit for performance measures of public space. 43rd ISOCARP Congress 2007 Tesis Tahir, M. 2005. Pemanfaatan ruang kawasan tepi pantaiuntuk rekreasi dalam mendukung kota Tanjungpinang sebagai Waterfront City. Wawancara Arman. Dinas Parawisata Kota Gorontalo 23 April 2013 pukul 14:00 Bustamin. Dinas Perencanaan dan Pertamanan Kota Gorontalo 25 April 2013 pukul 11:00
18 Tinjauan Ringkas..., Dwi Nugraha Salim, FT UI, 2013