TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Gambut
Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna sehingga terjadi akumulasi bahan organik (Hasibuan, 2006). Sifat dan karakteristik tanah gambut ditentukan oleh tingkat pelapukan dari bahan gambut itu sendiri. Berdasarkan tingkat pelapukan atau tingkat kematangannya yaitu gambut fibrist yang disebut gambut mentah, gambut hemist yang biasa disebut gambut sedang, dan gambut saprist yang biasa disebut gambut matang.
Gambut
dikatakan
mentah
apabila
gambut
tersebut
masih
memperlihatkan sifat-sifat asli jaringan penyusunnya. Jaringan tanaman atau sisasisa tanaman pada lapisan gambut mentah belum mengalami perubahan bentuk. Semakin mentah gambut maka semakin besar kemampuan gambut memegang air. Semakin matang gambut, maka semakin kecil kemampuan retensi terhadap air tetapi semakin kuat dalam meretensi. Gambut saprik umumnya mengandung kadar abu yang tinggi dan cellulosa yang rendah (Noor, 2001). Bobot volume gambut saprist yaitu > 0.2 g/cc, dengan pH lebih tinggi dibandingkan gambut hemik dan gambut fibrist. Gambut hemist biasanya memiliki bobot volume 0.07-0.18 g/cc, dan gambut fibrist memiliki bobot volume < 0.1 g/cc dengan pH yang sangan rendah yaitu mencapai 3 atau 4 ( Hasibuan, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Kejenuhan Basa
Nilai kejenuhan basa (KB) adalah persentase dari total kapasitas tukar kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium, magnesium, dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerab bagi tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa tanah. Kejenuhan basa tanah berkisar 50%-80% tergolong mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan tidak subur jika kurang dari 50% (Tan, 1991). Kandungan Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan Na-dd yang rendah dalam tanah gambut tetapi dengan KTK yang tinggi akan mempersulit penyerapan unsur hara dalam
tanah,
terutama
basa-basa
yang
dipertukarkan
oleh
tanaman
(Anonimous, 20002). Dalam peningkatan kejenuhan basa tanah, pemberian kapur umum dilakukan. Pupuk yang terutama mengandung CaCO3 dan MgO3 dapat merupakan sumber basa untuk lahan gambut (Tan, 1991). Tingkat kejenuhan basa suatu tanah mempengaruhi kation tanah. Hal ini terjadi karena ada interaksi antara partikel kapur dengan partikel bahanorganik hasil dari dekomposisi oleh mikroorganisme. Partikel organik yang semula dipengaruhioleh H+ digantikan oleh Ca+ (Anonimous, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour.) Tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour.) bersinonim dengan Coleus aromaticus Benth.; C. carnusus Hassk.; C. suborbiculata Zoll. & Mor.; C. suganda Blanco.; Plectranthus aromaticus Roxb. (Anonimous, 2004). Klasifikasi tanaman bangun-bangun (Hariana, 2004): Kingdom Divisi Sub Divisio Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Solanales : Solanaceae : Coleus : Coleus amboinicus Lour.
Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour.) dikenal dengan nama Daun Jinten (Jawa Tengah), Ajiran (Sunda), dan Sukan (Melayu). Daunnya berbentuk bulat, tunggal, mudah patah, tepi daun beringgit, ujung dan pangkal membulat, berambut, pertulangan daun menyirip, dan warnanya hijau muda (Anonimous, 2004). Batang tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour.) berkayu lunak, beruas-ruas yang menempel di tanah, mudah tumbuh, dan mudah patah. Penampang batang tanaman ini bulat, diameternya ±15 mm, tengah ±10 mm, dan ujung ±5 mm. Batang yang masih muda berambut kasar. Percabangan tanaman ini simpodial, dan berwarna hijau pucat (Mursito, 2005). Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour.) berakar tunggang dan berwarna putih kotor. Tanaman ini memiliki bunga majemuk, bentuk tandan, berambut halus, kelopak berbentuk mangkok dan setelah mekar pecah menjadi lima. Putik Coleus amboinicus Lour panjangnya ± 17 mm, kepala putik berwarna
Universitas Sumatera Utara
coklat, benang sarinya empat, kepala sarinya berwarna kuning, dan mahkotanya berbentuk mangkok yang berwarna keunguan (Mursito, 2003). Coleus amboinicus Lour. Tumbuh dengan baik pada daerah bercurah hujan tinggi dan sedang antara 800-1200 mm/tahun. Tanaman ini sangat membutuhkan sinar matahari yang banyak untuk pertumbuhannya, serta mampu hidup pada ketinggian + 100 m diatas permukaan laut hingga + 1200 m di atas permukaan laut (Mursito, 2005).
Tanaman Kecipir (Psophocarpus teragonolobus)
Menurut Anonimous (2006) tanaman kecipir diklasifikasikan: Kingdom Divisi Sub Divisio Kelas Ordo Family Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Rosales : Papilionaceae : Psophocarpus : Psaphocarpus teragonolobus DC.
Tanaman kecipir adalah adalah jenis tanaman yang berakar tunggang dengan warna yang agak kecoklatan untuk kecipir yang telah berumur dewasa dan akarnya berwarna keputihan pada tanaman kecipir yang usianya lebih muda (Anonimous, 2004). Tanaman kecipir adalah tanaman yang berbatang lunak, bulat, beralur, beruas
dan
warnanya
hijau.
Daun
tanaman
kecipir
merupakan
daun
majemuk, bentuk segi tiga, beranak daun tiga, ujung lancip, pangkal tumpul, tepi rata, panjang 7-8,5 cm, pertulangan menyirip, letak berseling, tangkai daun
bulat, beralur, bagian atas
berlekuk memanjang, pangkal
dan ujung menebal, hijau dengan noda-noda kuning (Anonimous, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Bunga tanaman kecipir adalah berbunga tunggal, berbentuk kupu-kupu, di ketiak daun, bertangkai, kelopak bagian bawah bersatu, bagian atas bertaju empat, tangkai putik melengkung, kepala putik berambut putiti. Benang sari bagian
pangkal bersatu, kepala sari kuning, kuning kebiru-biruan
(Anonimous, 2004). Buah tanaman kecipir berbentuk polong persegi empat, setiap segi bersayap, dan bagian pinggirnya bergerigi. Oleh sebab itu, ia disebut pula sebagai "kacang bersayap" atau winged bean. Buah-buah kecipir bergelantungan, dengan panjang berkisar antara 15 - 40 cm. Ketika masih muda berwarna hijau, dan berubah menjadi cokelat sampai hitam pada waktu matang. Setiap polong memiliki sekitar 8 - 10 biji yang bentuknya kecil dan bundar. Biji muda berwarna kuning,
dan
berubah
menjadi
cokelat
sampai
kehitaman
saat
tua
(Anonimous, 2006).
Pupuk
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik ialah pupuk yang mengandung senyawa kimia anorganik. Kebanyakan pupuk ini terdiri dari pupuk-pupuk buatan dengan kandungan hara yang tinggi. Contoh pupuk anorganik antara lain: ZA(NH4)2 SO4, ZK(K2SO4), Muriate of Potash (KCL) TSP, SP36, dan lain-lain (Hasibuan, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Pupuk Organik
Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan bahkan dari tanaman dan limbah, misalnya pupuk kandang dan limbah pertanaman saperti hijauan tanaman, rerumputan dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi dengan bahan organik mempunyai struktur tanah yang baik dan tanah yang berkecukupan bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air lebih banyak daripada tanah yang punya kandungan bahan organiknya rendah. Pada umumnya bahan organik mengandung unsur hara makro N, P, K dan hara mikro yang diperlukan tanaman (Murbandono, 2000).
Universitas Sumatera Utara